project information eu-cc vol. 1
TRANSCRIPT
Judul: Mendorong Kerangkan Kebijakan Perubahan Iklim di Aceh: Melalui Pendekatan Multi-pihak (Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Provinsi Aceh)
PROJECT BRIEF – Vol. 2/2014
Proyek ini di danai oleh Uni Eropa
Pelaksana Proyek: Fauna & Flora International, bermitra dengan Lembaga Suar Galang Keadilan dan Strategic Resources Iniatives
2 |
INFORMASI UMUM Judul : Mendorong Kerangka Kebijakan Perubahan Iklim di Aceh:
Melalui Pendekatan Multi-‐pihak
Sumber Pendanaan : Uni Eropa (EUR 2,499,971)
Pelaksana : Fauna & Flora International
Mitra/Konsorsium : Lembaga Suar Galang Keadilan [LSGK) dan Strategic Resources Iniatives [SRI]
Periode Pelaksanaan : Tahun 2013 – 2016 PROJECT GOAL: Memobilisasi dan memungkinkan para pemangku kepentingan utama di Aceh untuk mewujudkan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring yang inklusif Pemerintah Aceh dan Papua telah memplopori skema mitigasi perubahan iklim melalui inisiatif REDD+, perencanaan tata ruang, moratorium logging dan upaya untuk transisi ke ekonomi hijau. Hal ini tidak terlepas dari skenario dan kebijakan rezim perubahan iklim di tingkat nasional dan international. Latar belakang project, secara keseluruhan merupakan bagian dari komitmen Uni Eropa terhadap rezim perubahan iklim yang telah dibangun di Aceh dan Papua (Project component masyarakat sipil lot 1 dan 2) dan telah diinisiasi sejak tahun 2011. TUJUAN 1: Mengembangkan kerangka kebijakan perubahan iklim di Aceh melalui proses multi-‐pihak OUTPUT 1: Lahirnya strategi komprehensif untuk perubahan iklim di Aceh yang dikembangkan melalui proses multi-‐pihak Kegiatan ini akan memfasilitasi pembentukan forum multi-‐pihak yang yang berfokus pada agenda perubahan iklim di Aceh. Forum ini memungkinkan dialog antara pemerintah dan masyarakat sipil Aceh yang akan mengarah pada mendorong kebijakan perubahan iklim dan langkah-‐langkah yang secara akurat mencerminkan kebutuhan dan usulan dari masing-‐masing group/sektor. Perhatian khusus akan difokuskan pada identifikasi kapasitas masyarakat sipil sehingga dapat memainkan peran yang efektif dalam inisiatif perubahan iklim di Aceh. Contoh dari hal tersebut adalah rencana Dinas Kehutanan Aceh untuk membangun Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di beberapa kabupaten, sebagai bagian dari inisiatif Departemen Kehutanan. Pada konteks ini, terdapat kesempatan yang sangat baik untuk mendukung desain pengelolaan hutan berbasis lokal atau skema social forestry, seperti Hutan Desa (HD) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm). AKTIVITAS 1: 1.1. Membentuk forum multi-‐pihak perubahan iklim FFI dan Strategic Resource Initiative (SRI) akan memfasilitasi pembentukan forum multi-‐pihak di Aceh yang diwakili oleh organisasi berbasis masyarakat, organisasi non-‐pemerintah, masyarakat adat, akademisi, pemerintah, dan DPRA serta instansi pemerintah di tingkat daerah.
3 |
1.2. Mengidentifikasi masalah prioritas dan membentuk kelompok kerja tematik Memfasilitasi beberapa lokakarya yang akan menjadi katalisator untuk mengidentifikasi prioritas isu-‐isu perubahan iklim di Aceh. Diskusi akan dilanjutkan oleh kelompok kerja tematik yang ditetapkan oleh forum multi-‐pihak, setelah dilakukan identifikasi isu-‐isu yang berfokus pada perubahan iklim di Aceh serta analisis risiko dan langkah-‐langkah mitigasi. Tematiknya, antara lain, pengelolaan hutan berbasis lokal (konsepsi hutan mukim atau hutan desa), Unit Pengelolaan Hutan Aceh di Dishut, pencegahan pembalakan liar, strategi pengembangan jasa lingkungan di Aceh (termasuk keterlibatan pemangku kepentingan lokal) dan moratorium logging dan inisiatif evaluasi konsesi. 1.3. Memfasilitasi dialog dan pembelajaran antara pemerintah provinsi dan nasional Membangun komunikasi yang intens dan efektif antar project Uni Eropa, khususnya komponen 4 (lots 1-‐Aceh dan 2-‐Papua), FFI dan Strategic Resource Initiative (SRI) akan mendukung pembentukan kelompok kerja Aceh-‐Papua, dengan mengundang pemerintah pusat untuk berpartisipasi. Kelompok stakeholder dari kedua provinsi yang terdiri dari komponen masyarakat sipil, serta pemerintah. Forum ini juga akan mengadakan pertemuan secara 'virtual' dua tahunan (conferences call) untuk membahas kemajuan dan kendala dalam pelaksanaan Aksi masing-‐masing dan juga dengan keterlibatannya didalam, dan dukungan untuk, inisiatif pemerintah pusat (misalnya pengembangan standard social dan lingkungan untuk issue REDD). Akan ada studi/kunjungan ke masing-‐masing provinsi untuk mengamati pelaksanaan kegiatan. Selain berbagi pengalaman, para mitra juga akan berbagi semua produk kegiatan (misalnya: data, rencana kerja, kertas posisi, produk kebijakan dan kerangka kerja kelembagaan). 1.4. Mengembangkan kerangka kebijakan perubahan iklim Aceh melalui forum multi-‐
pihak dan kelompok kerja tematik Output akhir dari kegiatan objective/tujuan 1 adalah menghasilkan kerangka kebijakan perubahan iklim untuk Aceh yang dihasilkan melalui proses di multi-‐stakeholder forum dan kelompok kerja tematik. Kerangka kebijakan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai references atau plat-‐form untuk road map Pemerintah Aceh dalam aksi –aksi terkait perubahan iklim, kerangkan kebijakan yang dimaksud adalah berupa pengembangan standard/methodology, protokol, dan regulasi. TUJUAN 2: Memperkuat peran forum multi-‐pihak untuk mengatasi issue prioritas dalam perubahan iklim di Aceh OUTPUT 2: Para-‐pihak di Aceh terlibat dan berperan dalam menangani isu perubahan iklim lokal Kegiatan pada Tujuan 2 ini berfokus pada peningkatan kapasitas untuk forum multi-‐pihak, dengan mem-‐prioritaskan hasil identifikasi dan assessment. Kemudian prioritas untuk pengembangan pilot pengelolaan hutan oleh masyarakat dengan berbagai skema pengelolaan, dan pada akhirnya membuat trouble-‐shoot untuk menjawab atau merespon barrier dalam pengembangan pengelolaan hutan berbasis local, misalnya; Issue –issue yang berbasis land-‐based atau tenurial, tata-‐batas hutan dan pemukiman, status dan rencana pengelolaan. AKTIVITAS 2: 2.1. Need Assessment untuk peningkatan kapasitas forum multi-‐pihak Penilaian kebutuhan akan dilakukan untuk mengidentifikasi kesenjangan dan prioritas secara efektif bagi para-‐pihak yang terlibat dalam forum multi-‐pihak. Hal ini untuk mendukung dan memastikan kesiapan forum multi-‐pihak dalam menghasilkan kerangka kebijakan atau issue –isse penting. misalnya: kerangka kerja internasional dan nasional perubahan iklim; standar untuk mitigasi perubahan iklim dan REDD+, perlindungan sosial/safeguards (FPIC/PADIATAPA –Persetujuan di Awal Tanpa Paksaan, penilaian dampak sosial, kepemilikan, pembagian manfaat dan mekanisme resolusi konflik), perlindungan lingkungan (penilaian dampak keanekaragaman hayati), dan metode MRV serta aspek penilaian akuntabilitas dalam implementasi.
4 |
2.2. Peningkatan kapasitas untuk forum multi-‐pihak dan kelompok-‐kelompok yang bekerja
pada isu-‐isu prioritas Program pelatihan dan peningkatan kapasitas pada mitigasi perubahan iklim (misalnya REDD+) dan adaptasi (misalnya agroforestri dan inisiatif ketahanan pangan) akan dilakukan berdasarkan hasil penilaian (Hasil dari kegiatan 2.1.) lebih diprioritaskan pada kelompok CBO, terkait issue lingkungan, hukum, hak asasi manusia dan kelompok-‐kelompok perempuan. Materi pelatihan akan berfokus pada isu-‐isu dasar yang berkaitan dengan perubahan iklim. 2.3. Skema sub-‐hibah untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim lokal Skema sub-‐hibah untuk mendukung organisasi -‐organisasi yang melaksanakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim lokal. Total, 100.000 Euro akan dialokasikan untuk skema ini, dimana maksimal 10.000 euro setiap proposal akan di danai. 2.4. Pengembangan pilot community forest untuk Adaptasi dan Mitigasi perubahan Iklim Memfasilitasi pengakuan atas pengelolaan hutan oleh masyarakat, di bawah skema Hutan Desa. Melibatkan proses perencanaan di tingkat masyarakat dan memfasilitasi konsultasi dan kerjasama yang intensif antara masyarakat yang berpartisipasi, pemerintah kabupaten dan propinsi dan Kementerian Kehutanan untuk proses persiapan hingga usulan perizinan. Melalui tahapan, pemetaan partisipatif desa dan batas hutan desa, pembentukan Lembaga Manajemen Hutan Desa, rencana pengelolaan dan qanun/aturan tentang pengelolaan hutan. Melalui kegiatan ini, akan mendukung Kementerian Kehutanan untuk mencapai pengembangan Hutan Desa seluas 0,5 juta ha per tahun selama lima tahun. TUJUAN 3: Membentuk jaringan multi-‐pihak untuk mencegah pelanggaran hutan di Aceh OUTPUT 3: Kerjasama yang efektif dengan pemerintah dalam mencegah pelanggaran hutan di Aceh Perubahan iklim global, merupakan kontribusi dari emisi yang berasal dari deforestasi yang tidak terencana (misalnya disebabkan oleh ekspansi pertanian) dan degradasi hutan (misalnya disebabkan oleh penebangan illegal). Dalam dua dekade terakhir, Sumatera telah kehilangan rata-‐rata >2% /tahun tutupan hutan-‐nya, dan telah menghasilkan rata-‐rata 1,2 gigaton emisi CO2/tahun. Hilangnya hutan di Sumatera tidak proporsional karena cenderung terjadi pada keanekaragaman hayati dan karbon hutan yang berada pada low-‐land forest. AKTIVITAS 3: 3.1. Memfasilitasi sistem pemantauan hutan Aceh Untuk mencegah dan mengatasi tingkat kejahatan hutan di tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan gampong, dibentuk jaringan multi-‐pihak (misalnya: LSM lokal, komunitas disekitar hutan dan komunitas Ranger) dengan melakukan pemantauan dan pelaporan kejahatan hutan kepada instansi pemerintah (yaitu polisi, Dishut atau BKSDA). Laporan-‐laporan ini akan dilakukan dengan menggunakan dua sumber informasi utama: i) pertemuan forum 7 Pillar+ dan jaringan multi-‐pihak antara masyarakat sipil dengan berbagai instansi pemerintah, dan, ii) patroli rutin dihutan yang dibuat oleh Komunitas masyarakat (di Ulu Masen). 3.2. Melatih polisi agar efektif dalam melakukan pemantauan hutan Melalui serangkaian kegiatan, proyek ini akan meningkatkan komitmen dan kesadaran staf senior di Polda Aceh, serta Direktorat Penyidik Kriminal (Reskrim dan Reskrimsus) dan Direktorat Bimbingan Masyarakat (Binmas) tentang isu-‐isu perubahan iklim yang menjadi prioritas dan memerlukan respon penegakan hukum. Komitmen ini akan mencakup kerja sama dengan polisi untuk merancang dan mengalokasikan anggaran yang memadai untuk menjamin semua calon polisi baru yang direkrut masuk sepenuhnya terlatih melalui pelaksanaan kurikulum "Konservasi Sumberdaya Alam dan Kepolisian".
5 |
3.3. Membangun sistem pengelolaan data pelanggaran hutan FFI akan bekerja sama dengan polisi dalam membangun system data pelanggaran hutan di Aceh dan mendukung pelaporan/hotline di Aceh dengan membuat database proyek. Hotline pertama akan diuji oleh mitra proyek, misalnya Komunitas Ranger, di mana penelpon melaporkan rincian tentang insiden (seperti lokasi, tanggal, nomor dan jenis orang yang terlibat, jenis pelanggaran dll). Setelah menyelesaikan uji coba, hotline akan dibuka untuk umum dan di informasikan di media lokal untuk mendorong pengaduan oleh masyarakat. 3.4. Memonitoring/ memverifikasi penegakan hukum tingkat lapangan Untuk merespon penegakan hukum yang adil dan transparan, terkait proses dan penuntutan. Pertama, Proses ini akan selalu berusaha untuk bekerja melalui struktur tradisional dan mekanisme (misalnya Tuha Peuet / Sarak Opat / Majelis Duduk Setikar Gampong) untuk menyelesaikan pelanggaran kecil. Hal ini dimungkinkan peran penting dari 7 Pillar + Forum. Kedua, proses ini akan berusaha untuk bekerja melalui struktur yang sama dalam memberikan pengawasan untuk pelanggaran yang lebih serius untuk kasus-‐kasus yang akan diajukan ke pengadilan. Laporan temuan rutin akan diberikan kepada polisi dan secara teratur akan dibahas dengan pihak kepolisian. Untuk informasi lebih lanjut hubungi; Fauna & Flora International (FFI) Aceh Program Office: Jalan Cumi – Cumi No. 15 Kuta Alam, Lampriet – Banda Aceh 23121, Indonesia Telp. +62 651 7406686, Fax. +62 651 23260 – Website: http://www.fauna-‐flora.org Contact Person: Dewa Gumay Technical Advisor Mobile Phone: +62 812 6931990 Email: [email protected]