project based learning

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Salah satu terobosan yang sering dilakukan adlah dengan adanya pergantian Kurikulum, hingga sampai saat ini Kurikulum 2013 yang digunakan. Dalam implementasi Kurikulum 2013 ini diperlukan pendekatan yang dapat mengintregasikan antara aspek teoritis dan praktis. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013). Dari berbagai kajian tentang strategi pembelajaran, salah satu pendekatan yang mendekati konsepsi tersebut adalah pendekatan projek atau yang dikenal sebagai Project Based Learning. Project Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme, problem solving, inquiri riset, integrated studies dan refleksinya yang menekankan pada aspek kajian teoritis dan aplikasinya (Sudarya, 2008). Dalam Project Based Learning siswa mengembangkan suatu proyek bak secara individu ataupun secara kelompok untuk menghasilkan suatu poduk, misalnya portofolio. Kemudian hasilnya nanti akan disajikan. Pelaksanaan Project Based Learning dapat menggunakan berbagai sumber belajar, baik itu secara teoritis dari buku- buku, jurnal atau media lainnya yang nantinya akan di buktikan dengan pengamatan lapangan. Dari sinilah siswa dapat lebih mandiri dalam belajar.

Upload: yuhana-krisnawati

Post on 15-Jul-2015

906 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Project based learning

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia

Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang

sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia

Indonesia seutuhnya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia

tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh

pemerintah melalui Depdiknas. Salah satu terobosan yang sering dilakukan

adlah dengan adanya pergantian Kurikulum, hingga sampai saat ini

Kurikulum 2013 yang digunakan. Dalam implementasi Kurikulum 2013 ini

diperlukan pendekatan yang dapat mengintregasikan antara aspek teoritis dan

praktis.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA atau

yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific

appoach). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013). Dari berbagai kajian

tentang strategi pembelajaran, salah satu pendekatan yang mendekati

konsepsi tersebut adalah pendekatan projek atau yang dikenal sebagai Project

Based Learning.

Project Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran yang

dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme, problem solving, inquiri

riset, integrated studies dan refleksinya yang menekankan pada aspek kajian

teoritis dan aplikasinya (Sudarya, 2008). Dalam Project Based Learning

siswa mengembangkan suatu proyek bak secara individu ataupun secara

kelompok untuk menghasilkan suatu poduk, misalnya portofolio. Kemudian

hasilnya nanti akan disajikan. Pelaksanaan Project Based Learning dapat

menggunakan berbagai sumber belajar, baik itu secara teoritis dari buku-

buku, jurnal atau media lainnya yang nantinya akan di buktikan dengan

pengamatan lapangan. Dari sinilah siswa dapat lebih mandiri dalam belajar.

Page 2: Project based learning

2

Siswa dapat menemukan sendiri apa yang mereka pelajari baik secara teoritis

maupun praktis.

Pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata

pelajaran di sekolahnya, yang salah satunya adalah mata pelajaran Geografi.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pendekatan pembelajaran ini maka

disusun makalah ini dengan judul “Project Based Learning”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha untuk menjawab

pertanyaan berikut terkait dengan pendekatan Project Based Learning.

1. Apakah yang dimaksud dengan Project Based Learning?

2. Apakah landasar Project Based Learning?

3. Apa perbedaan pembelajaran kelas Konvensional dengan kelas Project

Based Learning?

4. Bagaimana langkah-langkah Project Based Learning?

5. Apakah keuntungan dan kelemahan Project Based Learning?

6. Bagaimana desain pembelajaran dengan Project Based Learning?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Project Based Learning.

2. Untuk mengetahui landasan Project Based Learning.

3. Untuk mengetahui perbedaan kelas Konvensional dengan kelas Project

Based Learning.

4. Untuk mengetahui langkah-langah Project Based Learning.

5. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan Project Based Learning.

6. Untuk mengetahui desain pembelajaran dengan Project Based Learn

Page 3: Project based learning

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Project Based Learning

Project based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah

banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna

sebagai pembelajaran berbasis proyek. Project based learning adalah sebuah

model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar

kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning

menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai

berikut :

1. Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project

Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki

adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning,

proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a

guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek

kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam

kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik

dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam

sebuah displin yang sedang dikajinya.

2. Project-based learning asks a question or poses a problem that each

student can answer. Project Based Learning adalah model pembelajaran

yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan

penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masingmasing peserta

didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning

memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten

(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,

dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan

setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.

Page 4: Project based learning

4

3. Project-based learning asks students to investigate issues and topics

addressing real-world problems while integrating subjects across the

curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran

yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan

antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat

pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning

merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini

akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

4. Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks

to explore complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatan

pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan

eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara

yang bermakna.

Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk

Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian

tersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan

pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,

3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas

permasalahan atau tantangan yang diajukan,

4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan

mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,

5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah

dijalankan,

7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

Page 5: Project based learning

5

B. Landasan Project Based Learning

Kecenderungan abad XXI ditandai oleh peningkatan kompleksitas

peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang

menekankan kombinasi kualitas teknologi dan manusia, menyebabkan dunia

kerja akan memerlukan orang yang dapat mengambil inisiatif, berpikir kritis,

kreatif, dan cakap memecahkan masalah. Hubungan “manusia-mesin” bukan

lagi merupakan hubungan mekanistik akan tetapi merupakan interaksi

komunikatif yang menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi.

Kecenderungan-kecenderungan tersebut mulai direspon oleh dunia

pendidikan di Indonesia, yang semenjak tahun 2000 menerapkan empat

pendekatan pendidikan, yakni (1) pendidikan berorientasi kecakapan hidup

(life skills), (2) kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, (3)

pembelajaran berbasis produksi, dan (4) pendidikan berbasis luas (broad-

based education). Orientasi baru pendidikan itu berkehendak menjadikan

lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan kecakapan hidup, dengan

pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (selanjutnya disebut

pembelajaran berbasis kompetensi), dengan proses pembelajaran yang otentik

dan kontekstual yang dapat menghasilkan produk bernilai dan bermakna bagi

mahasiswa, dan pemberian layanan pendidikan berbasis luas melalui berbagai

jalur dan jenjang pendidikan yang fleksibel multi-entry-multi-exit (Depdiknas,

dalam Waras, 2007).

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup, pembelajaran berbasis

kompetensi, dan proses pembelajaran yang diharapkan menghasilkan produk

yang bernilai, menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and

natural environment), yang dapat memberikan pengalaman belajar dimensi-

dimensi kompetensi secara integratif. Lingkungan belajar yang dimaksud

ditandai oleh:

1. Situasi belajar, lingkungan, isi dan tugas-tugas yang relevan, realistik,

otentik, dan menyajikan kompleksitas alami “dunia nyata”;

2. Sumber-sumber data primer digunakan agar menjamin keotentikan dan

kompleksitas dunia nyata;

Page 6: Project based learning

6

3. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan reproduksi pengetahuan;

4. Pengembangan kecakapan ini berada di dalam konteks individual dan

melalui negosiasi sosial, kolaborasi, dan pengalaman;

5. Kompetensi sebelumnya, keyakinan, dan sikap dipertimbangkan sebagai

prasyarat;

6. Keterampilan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan pemahaman

mendalam ditekankan;

7. Siswa diberi peluang untuk belajar secara apprenticeship di mana terdapat

penambahan kompleksitas tugas, pemerolehan pengetahuan dan

keterampilan;

8. Kompleksitas pengetahuan dicerminkan oleh penekanan belajar pada

keterhubungan konseptual, dan belajar interdisipliner;

9. Belajar kooperatif dan kolaboratif diutamakan agar dapat mengekspos

mahasiswa ke dalam pandangan-pandangan alternatif; dan

10. Pengukuran adalah otentik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran (Simons, dalam Waras, 2007).

Memperhatikan karakteristiknya yang unik dan komprehensif, model

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) cukup potensial

untuk memenuhi tuntutan pembelajaran tersebut. Model Pembelajaran

Berbasis Proyek membantu mahasiswa dalam belajar: (1) pengetahuan dan

keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang

dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (Cord, 2001; Hung

& Wong, 2000; Myers & Botti, 2000; dalam Global SchoolNet, 2000); (2)

memperluas pengetahuan melalui keotentikan kegiatan kurikuler yang

terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing)

atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak

ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan (3) dalam proses

membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi

kognitif antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.

Page 7: Project based learning

7

C. Perbedaan Kelas Konvensional dengan Kelas Project Based Learning

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

pendekatan Project Based Learning dikembangkan berdasarkan faham

filsafat konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme

mengembangkan atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk

menyusun sendiri pengetahuannya. Project based learning merupakan

pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik

untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara

kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain.

Perbedaan situasi kelas konvensional dan Project Based Learning

ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan Kelas Konvensional dan Kelas Project Based

Learning

Pada pendekatan Project Based Learning, pengajar berperan sebagai

fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan

penuntun. Sedangkan pada kelas ”konvensional” pengajar dianggap sebagai

Page 8: Project based learning

8

seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi

diberikan secara langsung kepada peserta didik. Pada kelas Project Based

Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian

dilakukan secara autentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Hal

ini berbeda dengan kelas ”konvensional” yang terbiasa dengan situasi kelas

individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan

sumber belajar cenderung stagnan. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara

kelas project based learning dan kelas konvensional dapat dilihat pada tabel

1.1.

Tabel 1.1. Perbedaan Kelas Konfensional dan Kelas Project Based Learning

No. Pembeda Konvensional Project Based Learning

1. Kurikulum - Mengacu pada

kurikulum yang baku

- Cakupan materi yang

lebar

- Menghafal materi

tanpa berpikir fakta

- Jangka panjang,

interdisciplinary, pelajar

sebagai pusat perhatian

dalam menyimak isu

dunia nyata yang

menarik perhatian

pelajar

- Adanya investigasi dan

riset yang mendalam

2. Kelas - Pengajaran dilakukan

dengan penempatan

pelajar pada tempat

duduk yang rapih dan

kaku dalam format

baris dan kolom.

- Berupaya merangkul

semua orang

bersama-sama,

- Pelajar duduk secara

fleksibel, santai dan

berkolaborasi di dalam

tim.

- Petunjuk pembelajaran

fleksibel, banyak

perbedaan tingkat dan

topik yang dipelajari

oleh tiap pelajar

Page 9: Project based learning

9

belajar di langkah

dan bobot yang sama

- Berusaha secara

individu untuk

mencapai target

- mendorong pelajar

bekerja dalam tim yang

heterogen untuk

mencapai target

3. Pelajar Bergantung kepada

pengajar dalam

menyelesaikan intruksi

Bertanggung jawab atas diri

sendiri, menggambarkan

tugasnya sendiri dan

bekerja sebagai anggota

suatu tim untuk waktu

tertentu dengan suatu target

4. Pengajar Pengajar sebagai pemberi

ceramah/ narasumber dan

tenaga ahli.

Pengajar sebagai fasilitator

dan menyediakan sumber

daya

5. Teknologi Memberikan reward bagi

yang menyelesaikan

tugas dan sebaliknya

memberikan hukuman

bagi yang tidak

menguasai konsep

Menggunakan alat yang

terintegrasi dalam semua

aspek kelas, seperti dalam

pemecahan masalah,

komunikasi, meneliti hasil,

dan mengumpulkan

informasi.

Sumber: Purnawan, 2007

D. Langkah-Langkah Project Based Learning

Di dalam project based learning, pelajar bekerja bersama tugas yang

diberikan pengajar agar aktif. Pelajar dapat bekerja secara individu maupun

kelompok. Dalam banyak kasus, pelajar mengerjakan proyek secara

bersamaan di dalam kelompok kecil. Terdapat dua jenis kelompok, yakni

kelompok off-campus dan kelompok on-campus. Kebutuhan dua jenis

kelompok ini sedikit berbeda. Pelajar dalam kelompok on-campus dapat

bertemu secara fisik, tidak memerlukan alat bantu komunikasi canggih, tetapi

Page 10: Project based learning

10

memerlukan koordinasi kerja (perencanaan, penjadwalan, dan lain-lain).

Pelajar di dalam suatu kelompok off-campus memerlukan komunikasi luas

untuk mengerjakan tugas secara kolaboratif. Oleh karena itu, pelajar

memerlukan fasilitas synchronous dan asynchronous sebagai tambahan

terhadap koordinasi kerja. Kegiatan pelajar dapat dikelompokkan tiga

kategori aktifitas individu, aktifitas dalam kelompok, dan aktifitas antar-

kelompok. Aktifitas di dalam kategori yang ketiga ini dilaksanakan oleh

individu atau kelompok pelajar.

1. Secara Individual

Setiap individu pelajar mempunyai kebutuhan yang tidak perlu sama

dalam suatu kelompok. Tiap-tiap pelajar mempunyai kemampuan yang

berbeda, pendekatan belajar, dan penyelesaian tugas. Selama mengerjakan

proyek, tiap pelajar melaksanakan aktifitas seperti : memvisualisasikan

aktifitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur

jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen (computer-

files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli, self assessment. Para

pelajar dapat memberikan kontribusi terhadap proyek yang berbeda secara

simultan.

2. Di dalam Kelompok

Ketika seseorang bekerja di dalam kelompok, para pelajar harus bekerja

sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti :

brainstorming, diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-

sama, sinkronisasi komunikasi lewat audio, video, atau text, menata

dokumen kelompok, task scheduling, peer assessment. Sebagian dari

aktifitas ini dapat dilakukan bersama kelompok on-campus tanpa

perangkat spesifik. Sedangkan para pelajar dalam kelompok off-campus

didukung oleh perangkat yang memadai.

3. Antar Kelompok

Di dalam project based learning, para pelajar menyelesaikan aktifitas

lain dalam bentuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan kelompok

Page 11: Project based learning

11

lain. Contoh aktifitas ini adalah : presentasi, peer reviews, memberikan

kontribusi pada forum diskusi.

Ini adalah tahapan utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah

aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu

proyek. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning

terdiri dari :

1. Start With the Essential Question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu

pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam

melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas

dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar

berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk para peserta didik.

2. Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan

peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa

“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan

main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab

pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek

yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses

untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Create a Schedule

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal

aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara

lain: (a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (b) membuat

deadline penyelesaian proyek, (c) membawa peserta didik agar

merencanakan cara yang baru, (d) membimbing peserta didik ketika

mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e)

meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang

pemilihan suatu cara.

4. Monitor the Students and the Progress of the Project

Page 12: Project based learning

12

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring

dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas

peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah

rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Assess the Outcome

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-

masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman

yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya.

Pada sistem penilaian project based learning kegiatan penilaian

terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu

tertentu. Oleh karena itu, pada penilaian proyek ini setidaknya ada 3 hal

yang perlu dipertimbangkan yaitu:

a. Kemapuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi

dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

b. Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan

tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam

pembelajaran.

c. Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil

karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa

petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

6. Evaluate the Experience

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik

melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah

dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun

Page 13: Project based learning

13

kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan

perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan

peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki

kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan

suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang

diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Penerapan Project Based Learning telah menunjukan bahwa

pendekatan tersebut sanggup membuat peserta didik mengalami proses

pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk

menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara

langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil

aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul

atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya

menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar

lebih bermakna.

E. Keuntungan dan Kekurangan Project Based Learning

Project based learning adalah suatu pendekatan komprehensif yang

memberikan petunjuk bagi pelajar, bekerja secara individu atau kelompok,

dan berhubungan dengan topik di dunia nyata. Penerapan project based

learning yang baik dapat memberikan kemampuan yang bermanfaat bagi

pelajar.

Keberhasilan project based learning terjadi ketika pelajar

mendapatkan motivasi yang tinggi, merasa aktif dalam pembelajarannya, dan

menghasilkan hasil kerja berkualitas tinggi. Berikut bebrapa keuntungan

dengan pendekatan project based learning (Purnawan, 2007):

1. Memotivasi pelajar dengan melibatkannya di dalam pembelajarannya,

membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan untuk membuat

keputusan dalam proses belajar.

2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.

Page 14: Project based learning

14

3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia

nyata, dan mengembangkan ketrampilan nyata.

4. Menyediakan peluang unik karena pengajar membangun hubungan

dengan pelajar, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.

5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan

komunitas yang besar.

6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-

problem yang kompleks.

7. Mendorong pesrta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan

ketrampilan komunikasi.

8. Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik

dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan

sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara

kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik

maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Project based learning memang memiliki banyak kelebihan, namun di

sisi lain pembelajaran yang berbasis proyek seperti ini juga memiliki

kelemahan. Kelemahan dalam project based learning antara lain:

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

3. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana

instruktur memegang peran utama di dalam kelas.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan

pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6. Ada kemungkinan peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja

kelompok.

Page 15: Project based learning

15

7. Ketika topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara

keseluruhan.

F. Desain Program Project Based Learning

Desain program pembelajaran Geografi untuk kelas X SMA kali ini

akan dikembangkan dengan prinsip Project based Learning. Kegiatan

pembelajaran akan dibagi ke dalam beberapa fase yang ditujukan agar siswa

memiliki kesempatan untuk merencanakan, mengimplementasi dan

mempresentasikan projek yang mereka kembangkan. Dari fase-fase tersebut

diharapkan siswa dapat memperkaya wawasan teoritis dan empiris

berdasarkan hasil pengembangan diri misalnya melalui refleksi terhadap

praktik dan pengembangan sejawatnya. Contoh desain pelaksanaan

pembelajaran Geografi kelas X dengan menerapkan project based learning,

adalah sebagai berikut:

Kompetensi Inti :

4. Mencoba mengolah dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar :

4.1. Menyusun karya tulis berdasarkan hasil observasi gejala litosfer,

atmosfer atau hidrosfer di lingkungan sekitar dengan pendekatan geografi.

4.2. Menyajikan karya tulis gejala litosfer, atmosfer, dan hidrosfer dengan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

1. Fase Persiapan

a. Guru membuka pembelajaran dengan bercerita tentang masalah-

masalah lingkungan hidup kaitannya dengan fenomena geosfer, yaitu

gejala litosfer, atmosfer dan hidrosfer.

b. Guru mengembangkan strategi pembelajaran (Project-based Learning)

yang dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan esensial pada

siswa yang nantinya akan menjadi topik dalam penugasan.

Page 16: Project based learning

16

c. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok Tiap kelompok

mengidentifikasi permasalahan yang akan menjadi projek mereka;

d. Fokus permasalahan setiap kelompok berkaitan dengan kondisi

lingkungan sekitar yang ada kaitannya dengan fenomena geosfer, yaitu

gejala litosfer, atmosfer dan hidrosfer.

e. Tugas ini dikerjakan oleh siswa selama satu minggu dan akan dibahas

pada pertemuan berikutnya.

2. Fase Implementasi

Siswa:

a. Mengembangkan perencanaan projek, dimulai dari identifikasi

permasalahan, strategi riset dan pemecahan masalah serta

pengembangan laporan;

b. Melakukan riset untuk memecahkan permasalahan; siswa melakukan

studi lapangan dan mengkomparasikan dengan hasil studi teoritis

sehingga siswa dapat menjelaskan ragam praksis yang terjadi serta

kaitannya dengan rujukan teoretis tertentu.

c. Dalam perkembangan risetnya, siswa dapat melakukan bimbingan

terprogram untuk penyusunan laporan kegiatan projek.

Guru:

Memberikan arahan dan bimbingan pada siswa dalam menyusun laporan

riset projek.

3. Fase Seminar

Siswa:

a. Sekelompok siswa mempresentasikan temuan dari projeknya dan

kelompok lain menanggapi.

b. Siswa saling mendiskusikan temuan mereka serta merefleksikan

terhadap apa yang mereka lakukan sehari-hari.

Guru:

a. Memandu dan memfasilitasi kegiatan presentasi dan diskusi.

b. Memberikan umpan balik, input, saran dan rekomendasi.

4. Fase Penutup

Page 17: Project based learning

17

Siswa:

Memberikan umpan balik dan masukan terhadap jalannya pembelajaran

dengan pendekatan Project-based Learning yang digunakan.

Guru:

Memberikan review terhadap materi pembelajaran.

Page 18: Project based learning

18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, sesuai dengan tujuan

penulisan makalah kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran

yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan

yang kompleks.

2. Model pembelajaran ini muncul karena kecenderungan abad XXI ditandai oleh

peningkatan kompleksitas peralatan teknologi, dan munculnya gerakan

restrukturisasi korporatif yang menekankan kombinasi kualitas teknologi

dan manusia, menyebabkan dunia kerja akan memerlukan orang yang dapat

mengambil inisiatif, berpikir kritis, kreatif, dan cakap memecahkan

masalah.

3. Implementasi pembelajaran dengan pendekatan konvensional dengan

project based learning jelas berbeda. Pada pembelajaran konvensional,

kelas cenderung berpusat pada guru. Sedangkan pada kelas project based

learning cenderung siswa yang mencari tahu sendiri apa yang mereka

pelajari baik secara individu ataupun kelompok, guru hanya berperan

sebagai fasilitator di dalam kelas.

4. Langkah pelaksanaan project based learning dimulai dari pertanyaan

esensial yang emngandung masalah, perencanaan program, pembuatan

jadwal pelaksanaan, monitoring, penyusunan laporan, penilaian,dan

diakhiri dengan evaluasi.

5. Project based learning lebih memiliki banyak kelebihan dibanding kelas

konvensional. Pelaksanaannyapun dapat di desain sesuai kebutuhan dalam

mata pelajaran yang akan digunakan. Walaupun dalam pelaksanaannya

juga memiliki banyak kekurangan, khusunya mengenai waktu pelaksanaan

dan pembiayaan.

Page 19: Project based learning

19

6. Desain pembelajaran project based learning dapat disesuaikan sesuai

kebutuhan masing-masing mata pelajaran dan materi pembelajaran.

B. Komentar

Project Based Learning merupakan salah satu pendekatan dalam

pembelajaran yang sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013, yang

menghendaki adanya pendekatan scientific dalam pembelajaran. Oleh karena

itu hendaknya untuk setiap guru dapat menerapkan model pembelajaran ini.

Karena dengan model pembelajaran seperti inilah siswa akan menjadi lebih

aktif dan kreatif, dengan belajar dari apa yang mereka lihat dari

lingkungannya.

Page 20: Project based learning

20

DAFTAR PUSTAKA

Global School Net.( 2000). Introduction to Networked Project-Based

Learning.http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm (diuduh pada 1 Oktober 2014, pukul 22:10 WIB).

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta.

Rais 2009. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin

UNM.Laporan Penelitian Tahun I DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.

Purnawan,Yudi. 2007. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek . http://www.yudipurnawan.wordpress.com (diakses pada 30 September 20.14 WIB).

Sudarya, Yahya. 2008. Pengembangan Project-Based Learning dalam Mata

Kuliah Evaluasi Pembelajaran di PGSD Bumi Siliwangi UPI. Jurnal Pendidikan Dasar No.10 Oktober 2008. UPI: Bandung.

Waras, Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk

Peningkatan Mutu Pembelajaran. http://lubisgrafura.wordpress.com (diunduh pada 1 Oktober 2014, pukul 22.00 WIB).