programming 1

Upload: yenny-astrianie

Post on 20-Jul-2015

1.300 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MODUL 1 PROGRAMMING I Pokok Bahasan: PENGERTIAN PROGRAMMING & PROGRAMMER

Oleh: Drs. Andi Fachrudin M,MSiDESKRIPSI: Memberikan pemahaman mengenai fungsi dan tugas bagian program media penyiaran. Mencakup pengertian programming, programmer dan bagaimana menyiapkan program untuk disiarkan agar memenuhi jam siaran stasiun radio dan televisi. TUJUAN INSTRUKSIONAL: Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan membedakan program yang baik dan berkualitas serta mempromosikannya agar disaksikan audien sebanyak-banyaknya. .

1.

Pendahuluan Media Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat memilki daya tarik karena program audio visualnya mampu memberikan informasi, hiburan dan pendidikan yang sangat mudah dicerna, dinikmati dan ditiru. Sehingga pemirsa televisi sangat cepat dapat dipengaruhi oleh media yang satu ini, baik itu positif ataupun negatifnya. Pengertian Program dalam media penyiaran sangat identik dengan jasa siaran yang menjadi ujung tombak utama. Kata program adalah asal kata programme atau program yang berarti acara atau rencana. Dalam Undang-undang penyiaran Indonesia tidak mengunakan kata program dalam untuk acara tetapi mengunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di

Indonesia dari pada kata siaran. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan penontonnya. Istilah program dalam kamus WJS Purwodarminto adalah acara, sedangkan kamus Webster International volume 2 lebih merinci yakni program adalah jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan butir siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara. Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Dalam media radio terdapat perbedaan arti kata yang jelas antara program dan programa. Programa di dunia radio berarti acara, sementara yang dimaksudkan dengan program adalah susunan kesatuan acara dalam sehari. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemograman. Program yang disajikan stasiun penyiaran radio dan televisi adalah faktor yang membuat penonton tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkannya. Program dapat disamakan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain (penonton, agency, atau siapa saja). Oleh sebab itu program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton. Departemen program adalah posisi yang bertanggung jawab penuh dalam mengelola program atau acara pada suatu stasiun penyiaran radio atau televisi. Mereka bertugas melayani penonton atau target suatu stasiun penyiaran melalui berbagai programnya. Jika suatu program bisa menarik banyak penonton atau memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan pemasang iklan untuk mempromosikan produknya, maka media penyiaran yang bersangkutan akan mendapatkan client (pemasang iklan) dengan kata lain keuntungan (pemasukan). Dengan demikian pendapatan dan prospek suatu media penyiaran sangat ditentukan oleh bagian program. Suatu media penyiaran radio ataupun televisi yang mengandalkan lebih dari 50 % programnya pada pasokan pihak lain (agency/production house). Maka stasiun penyiaran tersebut harus memiliki departemen program yang terpisah dari departemen lainnya. Dalam operasional melaksanakan tugasnya sehari-hari itulah ada orang yang mengelola bagian program disebut dengan programmer. Sedangkan dalam kegiatan

departemen program secara professional, pada profesi dunia penyiaran sering disebut dengan programming. Departemen program terdiri dari beberapa orang staf (administrasi), programmer (profesi penyiaran), manajer (manajemen penyiaran) dan pimpinan tertinggi bisa general manager atau Direktur Program (tergantung kebutuhan stasiun penyiaran dalam operasionalnya). Departemen program bertanggung jawab untuk merencanakan program atau acara apa saja yang akan disajikan kepada penonton selama satu periode tertentu atau khusus (regular ataupun momentum). Pada saat menjalankan tugas sebagai bagian dari depertemen program terdapat banyak variasi sesuai dengan selera dan kebutuhan manajemen yang memimpin. Apabila mengingikan in house production (produksi sendiri) maka bagian produksi ada dalam departemen program. Demikian pula dengan bagian pemasaran apabila client tidak banyak atau masih kecil dapat digabungkan dengan dalam departemen program. Sedangkan bila departemen program berhasil menarik banyak perhatian penonton dan permintaan iklan padat maka departemen pemasaran dapat berdiri sendiri dengan jumlah personil yang lebih besar. Departemen program yang baik harus terdiri dari orang-orang yang mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai penonton. Mendapatkan staf program yang tepat tidaklah mudah. Proses nya harus melalui seleksi yang tepat berdasarkan kriteria yaitu orang yang memahami budaya lokal dan selera cita rasa yang menjadi trend pemirsa setempat. Khususnya pimpinan tertinggi departemen program seorang general manager ataupun direktur selain memahami budaya lokal, menguasai strategi menjadwalkan program dan memiliki jaringan/mempunyai teman yang banyak agar mudah menciptakan program yang disukai penonton dan mendapatkan keuntungan yang besar bagi stasiun penyiaran. Biasanya jajaran staf dan pimpinan departemen program dipilih orang-orang yang memiliki jiwa seni. Karena karyanya harus memiliki nilai jual yang tinggi, berdasarkan selera penontonnya. Seperti berpengalaman dibidang theater, musik, tari dan seni lainnya. Oleh sebab itu direktur program dan staf suatu stasiun penyiaran harus memiliki pengetahuan mengenai selera yang menjadi trend dan kesukaan penonton pada umunya. Mereka harus tahu siapa pemirsanya dan apa kebutuhannya. Pimpinan dan staf departemen program pada stasiun penyiaran harus memiliki kemampuan antara lain; 1. Menjadi Negosiator yang handal. Hal ini diperlukan karena biasanya anggaran yang tersedia terbatas jumlahnya untuk membeli berbagai program acara yang

ditawarkan. Departemen program harus kreatif mengajukan alternatif kerjasama kepada pemasok atau distributor agar berhasil mendapatkan program acara yang berkualitas dan disukai penonton.

2. Disiplin mengontrol pengeluaran biaya pengadaan bahan siaran. Hal ini sangatdibutuhkan agar biaya pengeluaran sesuai dengan hasil yang didapat. Apalagi bila stasiun penyiaran memutuskan memproduksi sendiri programnya (in house). Sehingga bagian program harus mampu merencanakan biaya produksi suatu acara agar tidak over dan hasilnya tidak baik.

3. Memiliki kematangan dalam mengatur orang-orang dan berkribadian kreatif.Karena sifat media penyiaran yang unik dan fleksibel dimana terdapat banyak seniman yang harus saling bekerjasama. Maka diperlukan pendekatan yang berbeda pada setiap insan dalam pekerjaan disetiap profesi. Departemen program yang profesional dalam bertugas harus mempelajari bagaimana mengukur selera dan cita rasa publiknya, melalui penelitian untuk mengetahui secara radio. representative Seorang kebiasaan orang menonton yang televisi atau selalu mendengarkan programmer/perencana profesional

mempertimbangkan bagaimana setiap program yang disiarkannya digemari. Penelitian untuk mengetahui selera audien dapat dilakukan oleh stasiun penyiaran radio dan televisi itu sendiri atau menyewa lembaga independent profesional untuk menyaring informasi (feedback). Sehingga departemen program harus mempertimbangkan empat hal ketika merencanakan program siaran yang terkait dengan ;

1. 2.

Product, materi program yang dipilih haruslah yang berkualitas dan diharapkan disukai audien. Price, memproduksi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli atau program. Menekan biaya se-efisien mungkin dengan

memaksimalkan keuntungan yang optimal.

3.

Place, jadwal penayangan program yang tepat bagi setiap program dengan target penonton, berdasarkan life style masyarakat yang bersangkutan. Perhitungan menjadwalkan program yang tepat akan sangat membantu keberhasilan program tersebut.

4.

Promotion,

proses

memperkenalkan

setiap

program

secara

semaksimal mungkin dengan memanfaatkan potensi sendiri dan media lainnya, untuk mendapatkan audien sebanyak-banyaknya.

Istilah-istilah dalam pembahasan program siaran televisi sering mengunakan beberapa istilah dengan pengertian sebagai berikut;

1. Siaran. Mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan-pesan dalambentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat didengar dan/atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu. 2. Penyiaran. Seluruh kegiatan yang memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan/atau siaran televisi yang meliputi segi idiil, perangkat lunak dan perangkat keras melalui sarana pemancar atau sarana transmisi di darat atau di antariksa dengan mengunakan gelombang elektromagnetik atau transmisi kabel, serat optik, atau media lainnya, dipancarluaskan untuk dapat diterima khalayak dengan pesawat penerima siaran radio dan/atau pesawat penerima siaran televisi dengan alat bantu. 3. Pola Acara. Susunan mata acara yang memuat penggolongan jenis, hari, waktu, dan lamanya serta frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu sebagai panduan dalam penyelenggaraan siaran. 4. Acara Siaran. Program siaran, jadwal, rencana siaran dari hari ke hari dan dari jam ke jam.

5. Format Acara. Presentasi suatu program siaran; misalnya format talkshow,features, varietyshow, sinetron drama, dan seterusnya. 6. Jenis Acara Siaran. Pemberitaan (liputan 6, Seputar Indonesia, Dunia Dalam Berita), pendidikan (Pembinaan Bahasa Indonesia, Inggris, Matematika), hiburan (Dangdut Pro, Mama Mia) Menjadwalkan program siaran bukan pekerjaan yang mudah, mengingat program yang akan ditampilkan harus disesuaikan dengan karakter penonton, waktu penayangan dan kemampuan stasiun penyiaran berdasarkan visi dan misinya. Oleh sebab itu menyusun program siaran diperlukan sistem pemograman siaran. Dengan sistem itu diharapkan acara-acara yang hadir di hadapan pemirsa membuat nyaman, dapat disenangi bahkan bisa menjadi favorit. Di Indonesia program siaran radio yang beroperasi pada kota-kota besar memiliki jam siaran rata-rata 24 jam. Sedangkan andalan programnya yang menjadi prime time berbeda-beda, yaitu diantara pukul 07.00 sampai pukul 18.00. Pada media televisi, program siaran akan mengisi siarannya sepanjang rata-rata 18 sampai 24 jam

setiap harinya. Program siaran yang menjadi prime time atau unggulan di televisi hampir sama diseluruh televisi yaitu pada pukul 18.00 sampai pukul 21.00. Program siaran terdiri dari berbagai macam produksi siaran pendukung program. Produksi itu bisa dibuat sendiri oleh stasiun televisi bersangkutan atau dibeli/disewa dari luar seperti distributor asing. Oleh karena itu salah satu tugas bagian program/ programmer harus terlebih dahulu merencanakan pola siaran. Dari pola tersebut barulah dapat diketahui dan ditentukan jenis-jenis programnya, durasinya dan karakter pemirsa yang cocok dengan program apa. Maju mundurnya atau suksesnya perusahaan jasa penyiaran televisi ada pada bagian program. Secara bisnis program itu dapat dijual, khususnya perusahaan televisi swasta, hasil penjualan program dapat menghasilkan pemasukan keuntungan. Sedangkan bagi televisi publik atau komunitas (nonkomersial) seperti televisi publik, televisi pendidikan, televisi sekolah mendapatkan keuntungan berupa investasi peradaban masyarakat, tambahan wawasan dan yang lebih utama lagi dapat mempercepat kepandaian seseorang karena program-programnya sama sekali tidak mengutamakan promosi pihak lain. Program televisi nonkomersial tersebut, isi programnya banyak mengetengahkan pendidikan informal, wawasan sosial budaya yang sangat diperlukan masyarakat, kesehatan, ilmu pengetahuan dan semua yang berhubungan dengan peningkatan harkat hidup masyarakat. Hal itu juga harus diikuti dengan program yang bermutu, menarik dan enak ditonton. Sistem pemograman akan menyentuh juga penggunaan perangkat operasional siaran, kecanggihan perangkat teknik, serta jangkuan siaran. Seperti perangkat peralatan yang sederhana dengan jangkauan siaran terbatas/lokal, akan berbeda dibandingkan dengan penggunaan perangkat peralatan lebih canggih dan berjangkauan siaran yang ditujuan untuk siaran nasional. Berdasarkan dari sarana/prasarana penyiaran tersebut akan dapat diartikan kejelasan sasaran yang akan dicapai atas program yang ditayangkan, yaitu masyarakat terbatas (lokal) atau masyarakat luas (nasional/internasional). Dalam undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002, dikatakan televisi publik yang memiliki jangkauan siaran luas (nasional/internasional). Televisi publik mempunyai jaringan yang luas dan dapat memenuhi pendekatan penonton baik nasional, regional maupun lokal. Televisi publik memiliki stasiun nasional yang isi programnya bermuatan

nasional dan dapat diterima masyarakat secara nasional, sedangkan stasiun jaringannya didaerah-daerah, lebih menekankan program-program lokal. Sebagai contoh salah satu stasiun penyiaran didaerah (publik) membuat program yang cocok dan sukses diterima masyarakat di daerah lokal tersebut. Program tersebut disiarkan dengan bahasa daerah bercampur bahasa Indonesia. Karena keberhasilan direspon masyarakat lokal, televisi publik selanjutnya memutuskan menyiarkannya secara nasional dalam bahasa Indonesia penuh. Dengan demikian dapat diartikan bahwa siaran lokal/daerah dapat diangkat menjadi siaran nasional dengan mengubah formatnya untuk kepentingan nasional. Kebijakan umum siaran televisi akan dilatar belakangi oleh keadaan negara masing-masing. Secara universal penyelenggaraan siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

1. Mampu memberikan informasi (informatif) 2. Mampu mendidik penonton (edukatif) 3. Mampu mempengaruhi penonton (persuasif) 4. Mampu menghibur penonton (entertainment)5. Mampu menakuti penonton. Adapun acara yang mampu memberikan informasi adalah yang dapat memberikan petunjuk, pemecahan masalah atau menambah wawasan. Paling tidak dapat memberi penjelasan secara mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum. Dengan demikian secara tidak langsung dapat mendidik penonton untuk berbuat yang benar, tidak terkecoh oleh kata-kata atau adegan yang memutarbalikkan fakta. Isi siaran sejauh mungkin juga dapat mengajak penonton untuk mengambil contoh-contoh dari acara yang baik, atau paling tidak penonton dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan, tentunya hal-hal yang positif, seperti yang baru saja di lihat dalam acara televisi. Jika ada program yang mengandung hal-hal negatif, karena memang kejadiannya seperti itu, maka bagian program harus menyampaikan pandanganpandangan yang bisa memberikan kesejukan hati secara tidak langsung, yaitu ada persuasi. Disebabkan program televisi dapat ditonton siapa saja, tua dan muda, lelaki dan perempuan, dewasa dan anak-anak, para terpelajar maupun yang bukan. Karena itu sejauh mungkin isi siaran juga bisa dijadikan sebagai acara yang menghibur. Karena itu sebaiknya penonton jangan dibuat takut, apalagi sampai menjadi trauma.

Setelah mengetahui jenis siaran yang dibutuhkan oleh pemirsa televisi, stasiun televisi dalam hal ini bagian program harus menyiapkan pola siaran yang mengatur prosentase masing-masing jenis program tersebut. Prosentase dapat dikatagorikan dalam program siaran seperti;

variety, drama, film

Program hiburan (entertainment) seperti: musik, kuis, Program pendidikan (education) seperti: pendidikan

sekolah, universitas.

feature

Program informasi (information)seperti: berita, olah raga,

Atau berdasarkan kelompok usia; Anak-anak Remaja Dewasa Keluarga Umum Pola siaran tersebut selalu dijadikan awal atau dasar dalam menyusun program siaran. Pola penyusunan mata acara yang memuat penggolongan, kelompok hari, waktu dan frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu, dan ini dijadikan panduan dalam penyelenggaraan siaran. Dilihat dari penggolongan penyelenggaraan siaran televisi, penyelenggaraan siaran itu terdiri dari lima katagori, yaitu;

1. Televisi yang berazaskan siaran umum (general television) 2. Televisi yang berazaskan siaran pendidikan (instructional tv/educational tv)3. Televisi bukan siaran (close circuit) 4. Televisi kabel/televisi berlangganan 5. Televisi pemberitaan Dari penggolongan penyelenggaraan program televisi dapat dijelaskan bahwa azas siaran umum berlaku di TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, TPI, TRANS TV, TRANS 7, Tvone, dan Televisi lokal. Pengertian isi program siaran bersifat umum adalah penyiarannya tidak mengutamakan acara khusus. Siaran televisi pendidikan sesuai dengan namanya, seluruh isi siarannya berorientasi pada pola pendidikan sekolah. Sehingga stasiun televisi yang bersangkutan biasanya bekerjasama dengan Departemen Pendidikan, yang menyusun kurikulum dan

membayar biaya produksi dan penyiarannya. Walaupun program yang diajarkan instruksional, harus diupayakan berbagai pelajaran yang disiarkan dapat mudah dipahami dan menarik. Adapula penyiaran televisi yang didasarkan pada suatu kegiatan tertentu di kampus, seminar-seminar, keagamaan, atau terbatas di tempat tertutup yang tidak dipancarteruskan ke daerah terbuka. Televisi kabel merupakan televisi yang dijangkau melalui kabel, namun sesuai perkembangan teknologi dapat menjangkau wilayah yang lebih luas lagi dengan satelit komunikasi. Hanya satelitnya berbeda dengan satelit Palapa yang terletak digeostatenery orbit, tetapi satelit yang letaknya lebih rendah, yaitu Satelit Cakrawarta. Sedangkan televisi berita adalah televisi yang memiliki format siaran berita secara keseluruhan, mengapa berita menjadi sasaran karena program berita, olah raga dan musik memiliki potensi penonton yang besar. MODUL 2 FUNGSI BAGIAN PROGRAM Stasiun radio dan televisi setiap harinya untuk mengisi slot waktu yang ada, menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya program apapun bisa menjadi pengisi slot waktu untuk disiarkan, selama program itu menarik dan berpotensi disukai audien. Program itu juga tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku dimana media penyiaran itu beroperasi. Pengelola stasiun penyiaran khususnya departemen program dituntut memiliki daya kreasi yang seluas-luasnya untuk menghasilkan berbagai program yang menarik dan berkualitas. Departemen program bertugas merencanakan, memilih dan menyusun acara. Membuat rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada penonton. Adapun fungsi utama departemen program menurut Pringue-Starr-McCavitt dalah sebagai berikut; 1. Memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik penonton tertentu. 2. Menyusun jadwal penayangan program atau skeduling program untuk menarik penonton yang diinginkan. 3. Memproduksi layanan Publik dan promosi serta produksi iklan lokal.

4. Produksi dan akuisisi program-program lainnya untuk memuaskan ketertarikan Publik. 5. Menciptakan keuntungan bagi pemilik media penyiaran. Sedangkan menurut pengalaman penulis selama bertugas dibagian program adapun fungsi utama yang dilakukan oleh departemen program adalah; 1. Membeli atau akuisisi program baik dari dalam maupun luar negeri. 2. Menyusun pola acara reguler ataupun khusus (jadwal penayangan)

3. Merencanakan dan menyusun promosi program untuk diproduksi (productionhouse ataupun bagian produksi).

4. Mengoperasionalkan siaran pada stasiun penyiaran selama on air.Adapun berbagai jenis program dapat dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu;

1. Program Informasi (news)1.1 Hard news 1.2 Soft news 1.3 Investigasi report 2. Program Hiburan (entertainment) 2.1 Musik 2.2 Permainan 2.3 Pertunjukan (show) 3. Program Pendidikan (education) 3.1 Pembelajaran akademik (kurikulum) 3.2 Penelitian (reseacrh) 3.3 Penemuan ilmu pengetahuan (science) 3.4 Kuis pendidikan (Quis science) Sedangkan perkembangannya saat ini dengan munculnya kreativitas yang beragam dari pekerja televisi, maka berdasarkan format acara televisi dapat berkolaborasi satu dengan lainnya, yaitu sebagai berikut; 1. Berita/sport (Aktual & Faktual) 1.1 Berita 1.2 Sport 1.3 Feature 1.4 Infotainment (news & show) 2. Non Fiksi (Imajinatif & Faktual) 1.1 Musik

1.2 Kuis 1.3 Game show 1.4 Variety show 1.5 Talkshow 1.6 Dokumenter 1.7 Reality show (show & drama) 1.8 Operet (musik & drama) 3. Fiksi (Imajinatif & Khayalan) 3.1 Drama 3.2 Film 3.3 Sinetron (horor, komedi, action, romantisme) Menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya. Program Berita/News/Sport. Program news adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi), dan informasi itulah yang dijual kepada khalayak. Dengan demikian, program berita juga termasuk berita keras/aktualitas (hardnews), berita ringan (softnews/ feature/magazine tv), dan kegiatan olah raga yang menjadi sorotan masyarakat. Berita keras yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama hardnews bagi masyarakat cenderung untuk terus meningkat. Media penyiaran memiliki ciri khas cepat (menguasai ruang) adalah paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat serta ransangannya juga dikenal paling dashyat. Stasiun televisi menyiarkan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program berita. Stasiun televisi yang besar biasanya menyajikan berita pada pagi, siang, sore (menjelang malam) dan tengah malam. Sedangkan stasiun televisi yang memiliki ciri khas berbeda dapat menyajikan berita setiap jam ataupun setiap 30 menit dengan durasi yang lebih pendek yaitu dibawah 5 menit. Dalam berita-berita konflik, televisi sangat bermanfaat dan dapat dipercaya sebagai sumber informasi karena memiliki bukti-bukti berupa gambar-gambar yang nyata. Oleh sebab itu investasi yang besar untuk program berita dengan durasi yang

banyak akan dilakukan stasiun televisi karena memiliki kepentingan publik dan dapat mendatangkan keuntungan, bila dikaitkan dengan unsur bisnis. Nilai bisnis akan muncul ketika permintaan tinggi dari publik, artinya kepercayaan terhadap media tersebut telah melekat. Sedangkan Infotainment artinya informasi dan entertainment yang sebenarnya merupakan magazine show. Kalau dilihat dari ciri berita keras, maka beberapa item infotainment dapat dimasukkan pada program berita keras reguler. Dengan durasi per item tentunya singkat. Akan tetapi apabila akan dibahas lengkap dan detail maka dengan magazine show (infotainment) lebih tepat karena tidak terbatas waktu. Dimana stasiun televisi di Indonesia sebagaian besar menayangkan infotainment menonjolkan hiburan yang bersifat feature atau investigasi report. Sehingga sumbernya yang berasal dari berita keras reguler, biasanya telah muncul terlebih dahulu. Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam, namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Setiap audien ingin tahu apa yang terjadi dimasyarakat, sehingga programer dapat mengeksplorasikan rasa ingin tahu audien dengan menampilkan bentuk berita lunak ini, dengan perbincangan ataupun laporan khusus tentang tren atau gaya hidup (life style). Adapun proses mencari berita dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu; 1. Berdasarkan Momentum. Berita-berita yang berdasarkan momentum ini biasanya akan menjadi berita aktual dan faktual (keras). Artinya adalah setiap peristiwa ataupun kejadian yang luar biasa terjadi setiap saat di dunia ini. Contohnya; peristiwa kebakaran, kecelakaan, wabah penyakit, kebakaran, kriminalitas, banjir besar, dan lain sebagainya. 2. Berdasarkan Agenda Events. Peristiwa yang telah diagendakan (kalender), terjadwal ataupun direncanakan. Berita-berita pada peristiwa ini juga masih menjadi langganan berita keras. Contohnya; Peristiwa penting dalam kalender, Kongres, Rapat Kerja DPR dengan Pemerintah yang telah diumumkan sebelumnya. Konfrensi Pers, dan lain sebagainya. 3. Berdasarkan Fenomena. Berita-berita ini berdasarkan fenomena menarik yang terjadi diseputar kehidupan manusia. Kejadian seperti ini biasanya akan menjadi item berita lunak. Contohnya;

Peristiwa menarik tentang makanan kuliner, gaya hidup masyarakat kota, dan lainlain sebagainya.

4. Berdasarkan Follow Up. (Berita Lanjutan)Peristiwa atau kejadian yang terjadi sebagai kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Baik yang luar biasa ataupun biasa, sehingga peristiwa ini dapat masuk dalam item berita keras maupun berita lunak, yang terpenting memiliki nilai berita. Hal ini untuk menambah khasanah liputan berita. Karena berita berdasarkan momentum, agenda, dan fenomena tidak akan cukup mengisi slot tayang setiap program berita. Sehingga selain peristiwa maka manusianya akan menjadi bahan liputan untuk menelaah lebih jauh tentang segala sesuatu yang layak untuk ditulis menjadi berita. Program Nonfiksi Program nonfiksi atau non drama adalah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan seharihari tanpa harus menginterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, formatformat program acara Nondrama, merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan musik. Contoh; Talkshow, Konser Musik, Variety Show. Sedangkan beberapa stasiun televisi juga dapat membagi format program selanjutnya dengan Format Hiburan (Entertainment). Program hiburan ini adalah segala bentuk siaran yang bertujuan menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik dan permainan. Permainan atau gameshow merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik indvidu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Menjawab pertanyaan ataupun memenangkan suatu bentuk permainan. Program inipun dapat dirancang dengan melibatkan audien. Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang mudah dibuat. Karena biaya yang lebih murah namun kemungkinan disukai audien sangat besar. Dalam pembagian bentuk seperti ini maka bentuk program permainan dapat dibagi menjadi ketangkasan, quiz show, dan reality show. Ketangkasan adalah peserta dalam permainan ini harus menunjukkan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan dalam melakukan suatu permainan yang

membutuhkan perhitungan dan strategi. Quiz show adalah bentuk program permainan yang paling sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Program Fiksi adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Adapun contoh dari program fiksi adalah; sinetron dan film dengan jenis percintaan, aksi, tragedi, horor, dan lain sebagainya. Drama berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. Sinetron dibeberapa negara dikenal dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial) namun di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron. Telenovela merupakan istilah yang digunakan televisi Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari beberapa tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering tanpa penyelesaian. Cerita cenderung dibuat berpanjangpanjang dengan menciptakan beberapa macam konflik antar karakter yang kadang kala tidak berhubungan, disusun dalam satu alur cerita. Hal ini bertujuan membuat episodenya semakin panjang, yang tentunya memantau konflik kearah mana yang disukai oleh audien. Apabila audien tidak merespon lagi maka sinetron tersebut harus ditutup atau sebaliknya bila telah selesai ceritanya tapi masih memiliki potensi menjadi favorit , maka episode selanjutnya akan dibuat kembali. Diluar negeri opera sabun merupakan salah satu program tertua yang pernah disiarkan media penyiaran. Pada tahun 1920-an pertama kali disiarkan oleh stasiun radio di Amerika Serikat, sedangkan tahun 1940-an pertama kali disiarkan oleh stasiun televisi. Dikenal dengan opera sabun karena siaran opera sabun biasa pada siang hari

yang disukai oleh kaum wanita. Iklan yang banyak ditayangkan pada program ini adalah produk barang sabun atau deterjen, sehingga program ini selanjutnya dikenal dengan opera sabun. Kreativitas dalam membuat program fiksi ini sangat dibutuhkan agar program menjadi menarik dan menjadi gunjingan masyarakat. Adapun untuk mengembangkan kreatifitas program diperlukan beberapa trik untuk pengarah acara atau sutradara agar berhasil, yakni; 1. Target Penonton. Kajilah secara teliti target penonton yang ingin dituju. Apakah sudah sesuai, karena harus berpatokan pada usia, jenis kelamin dan status sosialnya. Apabila telah mengetahui karakter penonton, maka dengan mudah menciptakan program yang akan disukai sesuai targetnya. 2. Bahasa Naskah harus menjadi perhatian khusus pada saat akan mengeksekusi program. Harus ada komunikasi/diskusi yang matang dengan penulis naskah. Bahasa naskah harus sesuai dengan target penonton, setelah dibaca dan dikaji. Apabila menurut bagian program atau pengarah acara tidak tepat maka harus ada perubahan yang didiskusikan dengan penulis naskah.

3. Format Acara harus detail apakah berita, fiksi atau nonfiksi. Agar tidak adakesalahpahaman dengan kru pada saat diproduksi. Ide-ide kreatif yang dibubuhi pada setiap format program bisa saja digunakan, namun tetap harus detail formatnya apa?

4. Punching Line adalah kejutan-kejutan dalam dialog naskah, yang segajadimainkan oleh pemain agar penonton yang mulai jenuh, terbangun dan mulai bergairah kembali. Hal itu tentunya disesuaikan dengan flow dan ritme dari segmen ke segmen. Bentuknya bisa komedi, celetukan, pertanyaan, ungkapan pribahasa dan lain sebagainya.

5. Gimmick dan funfare adalah untuk menarik selera penonton agar tidak pindah kelain channel dengan mengunakan gimmick-gimmick dalam segmen-segmen tertentu. Bentuknya bisa berupa soundeffect, musik ilustrasi, mimik, ekspresi dan akting pemain, teknik editing, pergerakan kamera, dan lain sebagainya.

6. Clip hanger adalah sebuah scene atau shot yang ambangkan menjelangcommersial break. Tujuannya agar penonton tidak berpindah channel, karena adegan selanjutnya yang menegangkan atau menentukan terpotong sehingga membuat penasaran.

7. Tune, bumper in dan bumper out adalah identitas dari program yang kita buat.Tune akan memberikan kesan pertama kali penonton menyukai atau tidak program yang kita buat. Bumper yang hanya sekilas juga harus dibuat semenarik mungkin agar penonton tidak jenuh dan selalu teringat karena memiliki ciri khas tersendiri.

8. Penataan Artisitik harus menjadi perhatian utama dalam program selainberita/jurnalistik. Setiap personil bagian program harus giat melakukan up date informasi tentang gaya, tren, warna baru dan teknik-teknik penataan artistik dari berbagai belahan dunia. 9. Musik dan fashion dari berbagai bentuk program stasiun televisi terkemuka patut diperhatikan. Karena kalangan remaja sebagai ukuran barometer untuk mengikuti potongan rambut favorit, cara berpakaian, ilustrasi musik dan efek-efek.

10. Logo dan Musik Track untuk menciptakan kemudahan daya ingat bagi penontonpada suatu program. Jangan terlalu sulit membuat sebuah logo sehingga penonton tidak mengerti. Selanjutnya musik sebagai identitas program agar enak dinikmati, yang sebaiknya jangan terlalu banyak lirik. Kecuali lagu atau album musik yang sudah populer.

11. Rehearsel (latihan) adalah syarat mutlak untuk mendapatkan program yangberkualitas mendekati yang ditargetkan. Karena seluruh kru dan pemain yang mendukung program tersebut akan bertemu untuk bersama-sama melakukan latihan produksi sesuai skenario/perencanaan yang ditetapkan sebelum produksi yang sebenarnya dilaksanakan. Dalam pelaksaan tugasnya sehari-hari bagian program harus melakukan hubungan dengan beberapa bagian lain yang mendukung kelancaran proses penyiaran yang merupakan team work, antara lain; Hubungan dengan bagian teknik Menjaga hubungan baik dengan bagian teknik sangat dibutuhkan/vital. Hal ini terkait dengan kesiapan penyediaan perangkat peralatan untuk menyiarkan programprogram siaran. Perangkat tersebut antara lain adalah peralatan studio untuk membuat program di studio, perangkat peralatan di pusat pengendali siaran (master kontrol) untuk menyaring kualitas gambar dan suara dari studio dan perangkat peralatan pemancar untuk mengudarakan program-program siaran ke pemirsa dirumah. Jumlah jam siaran yang telah dipolakan oleh programmer menjadi panduan utama manajer teknik. Manajer teknik berkewajiban melakukan tugas penyiaran tanpa

kesalahan, tanpa kendala, dan tanpa gangguan. Karena gangguan apapun akan berakibat kerugian pada perusahaan. Seperti siaran iklan yang gagal disiarkan akan berdampak pihak pemasang iklan tidak akan membayar biaya siarannya. Peranan bagian lalu lintas siaran teknik dalam menyelenggarakan siaran menjadi sangat penting. Traffic akan mengatur urutan-urutan acara termasuk urutan iklan yang harus dimasukkan ditengah-tengah siaran. Urutan acara ini diprogramkan, lalu digerakkan secara otomatis sesuai dengan urutan-urutan tadi. Kemacetan dibagian traffic bisa saja terjadi, oleh sebab itu stasiun televisi biasanya akan mem-back up dengan melakukannya secara manual sambil membetulkan alat otomatis tersebut. Penanggung jawab permasalahan ini biasanya seorang technical director (TD) yang sedang bertugas dimaster kontrol. Selanjutnya bagian tehnik harus memberikan laporan selengkapnya atas kejadian tersebut pada programming untuk mengetahui kekurangan siaran iklan yang berdampak pada pemasukan uang ke stasiun televisi. Termasuk pula siaran program kerjasama yang tidak sempurna penyiaraannya. Semua hal tersebut bila menyentuh dengan pihak luar harus segera ditindak lanjuti dengan mengirim surat pemberitahuan dan solusi jalan keluarnya agar tidak komplain oleh mereka. Hubungan dengan Instansi Luar Bagian programming memiliki hubungan dengan instansi luar yang sangat vital, karena mengutamakan pada usaha mendapatkan bahan program siaran. Strategi menjalin hubungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat pertemuan secara berkala. Ada stasiun televisi yang membatasi hubungan kerjanya dengan pihak luar, sehingga para pengelola rumah produksi akan diundang jikalau ada keperluan saja. Semestinya bagian program menyampaikan kepada rumah produksi, para pengiklan, para pemasok program, dan klien lainnya mengenai program-program yang dibutuhkan stasiun bersangkutan, bahkan termasuk untuk mengisi pesan pelayanan publik. Dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan, departemen program bisa menyampaikan pandangan mereka atas kebutuhan siaran. Jika pihak luar tanggap terhadap pola siaran yang disampaikan departemen program, dialog pun akan mengarah pada penawaran pembuatan program yang mereka punyai, atau kesanggupan mereka untuk membuat produksi-produksi dengan cara mengajukan proposal. Dalam hal ini proses sosialisasi bagian program kepada pihak lain/klien biasanya disampaikan pada marketing gathering yang rutin

dilakukan stasiun televisi. Adapun point penting yang perlu disampaikan bagian program adalah; a. Presentase siaran. pada instansi luar agar instansi ini Presentase siaran perlu disampaikan

memahami batasan-batasan program pada masing-masing jenis, format, dan pemilihan tema acara. Misalnya jenis hiburan terpola 60% berarti sekiranya jumlah jam siarannya 18 jam dalam sehari, maka ditemukan program hiburan sebanyak 11 jam. Dari 11 jam inilah para produser rumah produksi dapat mengisinya. b. Kebijakan pengadaan program. Instansi luar, rumah produksi, dan pengiklan dapat menerima informasi kebijakan siaran terhadap presentase siaran, program-program siaran dari dalam negeri atau dibuat di Indonesia, umum, serta program-program garis besar, impor. sehingga Kesemuanya tidak perlu disampaikan secara secara

disampaikan hal-hal yang sangat internal seperti jumlah anggaran yang disediakan. Acara-acara yang dapat disponsori instansi luar dapat juga disampaikan dengan penjelasan perihal kewajiban-kewajiban serta isi pesan yang ada dalam acara tertentu, sehingga kewajiban-kewajiban tersebut bermuara pada negosiasi bisnis.

MODUL 3 DEMOGRAFI AUDIEN TELEVISI Populasi suatu penduduk yang berada pada suatu wilayah menjadi acuan bahkan perebutan setiap media penyiaran, untuk menjadi ukuran dalam mengembangkan strategi program dan masa depan perusahaan. Semakin maju dan berkembangnya populasi suatu daerah maka potensi bisnis akan berkembang, hal ini akan berdampak positif pula pada stasiun penyiaran yang bersangkutan.

Televisi sering dikritik sebagai media yang tidak selektif (nonselective medium) dalam menjangkau audiennya sehingga sering dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi massal. Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen audien yang khusus atau tertentu. Namun sebenarnya televisi dapat menjangkau audien tertentu tersebut karena adanya variasi komposisi audien sebagai hasil dari isi program, waktu siaran dan cakupan demorafi. Misalnya, program TV pada Sabtu pagi ditujukan untuk anak-anak; Sabtu atau Minggu sore ditujukan untuk pria yang gemar olah raga; program TV pada hari biasa lebih ditujukan kepada ibu rumah tangga. Stasiun televisi juga dapat menayangkan program siaran yang mampu menarik perhatian kelompok audien tertentu yang menjadi target promosi suatu produk tertentu. Menurut penelitian di AS, penggemar olah raga, mengkonsumi minuman bir lebih banyak daripada audien lain pada umumnya. Menempatkan siaran iklan pada suatu program pertandingan olah raga di televisi merupakan langkah yang logis bagi pabrik pembuat bir. Televisi yang menayangkan program pertandingan golf akan menjadi sasaran bagi produsen peralatan golf untuk memasang iklan karena program tersebut disaksikan oleh orang-orang yang suka main golf. Selain audien yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audien yang dituju. Jika suatu perusahaan manufaktur ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu maka perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televisi yang terdapat di wilayah bersangkutan. Dengan demikian, siaran iklan di televisi menurut Willis-Aldridge memiliki flexibility that permits adaptation to special needs and interest (fleksibilitas yang memungkinkan penyesuian terhadap kebutuhan dan kepentingan yang khusus). Dalam hal ini, pemasang iklan dapat membuat variasi isi pesan iklan yang disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik wilayah setempat. Sebaliknya, pemasang iklan yang ingin memasarkan produknya secara nasional dapat melakukan uji coba di pasar lokal terlebih dahulu sebelum dilempar ke pasar nasional.

Demografi audien didasarkan pada peta kependudukan misalnya usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan audien, tingkat penghasilan, agama, suku, dan sebagainya. Kesemuanya itu disebut variabel-variabel demografi Jumlah audien yang besar merupakan faktor penting bagi pemasang iklan, namun jumlah audien bukanlah satu-satunya tujuan. Pemasang iklan biasanya lebih

tertarik untuk mengetahui apakah audien yang menonton suatu program siaran itu pembeli yang potensial (prospek) bagi barang atau jasa yang mereka jual. Terkadang jumlah audien yang besar, tidak selalu menghasilkan penjualan yang bagus. Contoh untuk ini adalah program komedi I Love Lucy yang pernah sangat terkenal di AS dan mampu menarik jumlah penonton terbesar di Amerika. Perusahaan rokok Phillip Moris memasang iklan pada program tersebut, namun tidak menghasilkan tingkat penjualan rokok yang diharapkan bahkan tingkat penjualan rokok Philip Morris menurun selama penayangan siaran iklannya.Dalam bisnis iklan, istilah yang digunakan untuk mengacu kepada karaketristik audien ini disebut dengan demografi audien. Ada beberapa aspek yang menjadi perhatian pemasang iklan terhadap demografi audien ini yaitu: 1) Umur audien (anak-anak, remaja, dewasa, umum) 2) Jenis kelamin yaitu jumlah penonton/pendengar pria atau wanita 3) Agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lain sebagainya) 4) Suku/kebangsaan 5) Tingkat pendidikan dan 6) Status ekonomi audien. Hal yang paling penting pada demografi audien ini adalah tingkat umur. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagaian besar pengeluaran untuk belanja dilakukan oleh masyarakat yang berusia antara 18-49 tahun. Pemasang iklan yang berupaya untuk mencapai hasil penjualan maksimal atas barang atau jasanya berupaya untuk memasang iklan pada program yang menarik perhatian kelompok umur ini. Bagi industri penyiaran angka 18-49 ini telah menjadi angka ajaib untuk menjaring para pemasang iklan, sebagaimana dikemukan Willis-Aldridge: For the broadcasting industry, the 18-49 demographic has become a figure of almost mystical importance, (bagi industri penyiaran, demografi umur 18-49 tahun telah menjadi angka ajaib yang sangat penting). Program yang tidak berhasil menarik pembeli potensial terbesar akan gagal sebagai instrumen untuk beriklan. Data demografi dibutuhkan antara lain untuk mengantisipasi perubahanperubahan pasar dan audien menyangkut bagaimana produsen produk atau pemasang iklan menilai potensi pasar dalam setiap area geografi yang dapat dijangkau suatu media penyiaran. Dengan demikian produsen dapat mengalokasikan wilayah-wilayah penjualannya pada setiap pasar yang potensial tersebut.

Data demografi sangat bermanfaat untuk mengetahui segmentasi demografi suatu area wilayah sehingga memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan manajerial. Misalnya suatu stasiun televisi mengunakan data demografi untuk membuka pemancar (transmisi) baru atau bagi produsen mengunakan data demografi untuk membuka kantor cabang dan mengatur jumlah personel pemasaran. Kebutuhan lainnya pada data demografi dalam menerapkan strategi periklanan yaitu menyangkut bagaimana suatu produk dikomunikasikan kepada khalayak-khalayak sasaran. Dalam hal ini, pemasang iklan perlu pasarnya, berapa anggaran yang dibutuhkan untuk menjangkau masing-masing segmen itu, kapan sebaiknya disiarkan dan siapa bintang iklan yang cocok untuk menjangkau setiap segmen. Pengelola media penyiaranpun perlu memahami data demografi yang terkait dengan strategi iklan ini agar dapat menyakinkan pemasang iklan bahwa media penyiarannya sesuai dengan kebutuhan pemasang iklan. Usia Biasanya audien dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Tetapi pembagian ini masih dianggap terlalu luas. Misalnya, kelompok usia dewasa memiliki rentang usia yang cukup luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompokkelompok yang lebih kecil. Lembaga independen Nielsen Media Research dan Biro Pusat Statistik milik pemerintah membagi audien atau pasar berdasarkan usia yang kelompokan sebagai berikut; Nielsen Media Research No. 1 2 3 4 5 Biro Pusat Statistik No. 1 2 3 4 5 Target Audien 0 14 tahun 15 20 tahun 20 29 tahun 30 39 tahun 40 + Target Audien 5 9 tahun 10 19 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 +

Jenis Kelamin (gender) Program televisi yang disajikan tidak seluruhnya dapat dibedakan dengan segmen ini. Program drama komedi, jarang dibedakan dengan segmen ini. Tetapi program-program tertentu seperti program olah raga (disukai pria), infotainment (wanita), sinetron (wanita), program memasak (wanita), program berita (pria). Biasanya wanita lebih banyak menonton televisi dibandingkan pria. Pekerjaan Audien yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barangbarang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera merekapun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi program. Kalangan eksekutif lebih menyukai program yang dapat mendorong daya pikir mereka atau membantu mereka dalam mengambil keputusan. Misalnya program berita atau film-film tertentu. Sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai musik dangdut. Pendidikan Audien dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan audien akan menentukan pendapatan dan kelas sosial mereka. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat intelektualitas ini akan menentukan pilihan barangbarang, jenis hiburan dan program radio atau televisi yang disukainya. Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak pasti. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin surat kabar dan majalah-majalah tertentu yang memerlukan pemikiran-pemikiran dan analisa, menyukai konsep-konsep baru dan tertantang untuk menggali hal-hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan mencari bacaanbacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar atau foto berwarna, berjudul besar-besar dengan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan kehidupannya. Pendapatan Produk yang dibeli seseorang biasanya erat hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh rumah tangga orang tersebut. Selera atau konsumsi sangat dipengaruhi oleh kelas yang ditinggali oleh konsumen tersebut. Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada sumber-sumber daya. Menurut Llyod Warner (1941) kelas sosial dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu;

1. Kelas atas-atas (A+) 2. Kelas atas bagian bawah (A) 3. Kelas menengah atas (B+) 4. Kelas menengah bawah (B) 5. Kelas bawah bagian atas (C+) 6. Kelas bawah bagian bawah (C) Masing-masing kelas tersebut memiliki karakter berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang dan cara mereka membelanjakan uangnya. Mereka yang mendiami kelas-kelas tersebutpun berbeda karakternya menurut lama barunya mereka berada di kelas masing-masing. Mereka yang baru saja memasuki kelas menengah (berasal dari kelas bawah) akan memiliki kebiasaan membelanjakan uang berbeda dengan mereka yang sudah mapan secara turun temurun dalam kelas itu. Pemasang iklan di radio dan televisi harus menentukan apakah ingin memasarkan produk untuk kalangan berpenghasilan tinggi, menengah atau bawah. Media penyiaran harus menegaskan kalangan mana yang menjadi targetnya sehingga pemasang iklan dapat mempromosikan produknya secara tepat. Agama Saat ini agama telah digunakan untuk memasarkan berbagai macam produk. Segmentasi audien berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat programprogram tertentu misalnya sinetron relegius, ceramah agama dan sebagainya. Program yang berbau agama ini dapat digunakan untuk memasarkan produk-produk yang erat dengan agama. Namun demikian, segmentasi cara ini umumnya sangat sensitif dan memerlukan keseriusan dalam menjalin hubungan dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan agama hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol-simbol agama. Suku dan Kebangsaan Pengelola mencolok dalam media hal penyiaran dapat pula dan melakukan segmentasi audien bila berdasarkan suku dan kebangsaan sepanjang suku-suku itu memiliki perbedaan yang kebiasaan-kebiasaan kebutuhan-kebutuhannya dibandingkan dengan suku-suku lainnya. Selain itu, tentu saja segmennya harus cukup besar, potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku-suku tertentu biasanya memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi.

Demografi : membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan , pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Dengan melihat hasil pembangunan, perkembangan populasi penduduk dan sistem penyiaran di Indonesia, maka demografi di Indonesia hingga saat ini dapat dirinci dengan pengertian sebagai berikut;

-

Akan terkonsentrasi di perkotaan

Kota besar atau setiap kota yang berkembang (jumlah penduduk, pusat bisnis dan gaya hidupnya) akan menjadi incaran bagi sebagian besar masyarakat untuk menjadikan tempat beraktivitas. Jumlah Semakin Tua orang tua akan lebih besar dibandingkan dengan balita karena

kecendrungan berkarya dan mengurangi keturunan. Hal ini terjadi disebabkan kompetisi yang semakin ketat. Semakin Melemahnya pertumbuhan penduduk berkembangnya ekonomi suatu perkotaan menunjukkan aktivitas

masyarakat yang semakin padat. Sehingga pertumbuhan penduduk akan tersendat seiring dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Jumlah anggota keluarga berkurang Ciri Khas masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi serta pemikiran yang praktis. Kualitas anggota keluarga menjadi prioritas bukan kuantitasnya. Semakin banyak wanita bekerja Penghasilan keluarga meningkat Jawa tetap terpadat

Social Economic Status 2006 (Nielsen Media Research) SES A1 A2 B C1 C2 SES 2005 Lebih dari Rp 2.250.000 Rp 1.750.001 Rp 2.250.000 Rp 1.250.001 Rp 1.750.000 Rp 800.001 Rp 1.250.000 Rp 600.001 Rp 800.000 SES 2006 Lebih dari Rp 3.000.000,Rp 2.000.001 Rp 3.000.000 Rp 1.500.001 Rp 2.000.000 Rp 1.000.001 Rp Rp1.500.000 Rp 700.001 Rp 1.000.000

D E

Rp 400.001 Rp 600.000,< Rp 400.000,-

Rp 500.001 Rp 700.000,< Rp 500.000,-

Audien Radio Media penyiaran di Indonesia yang cukup tersegmentasi adalah stasiun radio. Stasiun radio di kota besar berdasarkan penelitian tidak lagi menjadi media yang bersifat umum yang membidik seluruh lapisan masyarakat. Stasiun radio tersebut harus membidik secara terbatas; apakah kalangan remaja, pebisnis, atau pecinta musik. Namun di kota kecil atau daerah pedalaman yang belum banyak penduduknya, tidak diperlukan segmentasi audien. Karena tingkat persaingan masih sangat rendah sehingga media penyiaran cenderung bersifat umum. Apabila stasiun radio memiliki segmentasi audien yang jelas, sangat dibutuhkan oleh para pemasang iklan untuk memasarkan produknya. Kelebihan radio dapat dinikmati pendengar sambil melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Radio dapat menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh media cetak. Pendengar radio dapat dijangkau dalam seketika, dan pesan-pesan yang disampaikan lewat radio menimbulkan efek imajinasi yang besar. Namun demikian radio memiliki sifat lokal yaitu memiliki daya jangkau yang terbatas. Oleh sebab itu dalam radius jangkauannya radio harus memiliki segmentasi yang jelas dan tajam siapa yang ingin dijangkaunya. Untuk stasiun radio yang baru amat penting menentukan segmentasi sebelum memulai aktivitas siaran. Segmentasi yang jelas akan menentukan format siaran yang meliputi pemilihan program dan gaya siaran sesuai dengan target audien yang dituju. Tujuan menentukan format siaran untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan radio lainnya disuatu area/region. Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman tentang audien yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan dan bagaimana prilaku sosiologis-psikologis mereka. Dari sini ditentukan format siaran yang relevan beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran.

Terdapat puluhan format siaran radio yang berkembang hingga saat ini. Namun format siaran yang paling populer adalah yang dibagi berdasarkan kelompok umur, yaitu; Audien Televisi Pada awal berdirinya televisi di Indonesia masih belum melakukan audien yang tersegmentasi. Melainkan setiap stasiun televisi swasta di Indonesia melakukan siaran yang tertuju pada sasaran yang luas sekali. Sehingga beberapa stasiun televisi yang melakukan siaran, memiliki program yang seluruhnya hampir sama. Akibatnya pemasang iklan akan mengalami kesulitan dalam menentukan sasaran. Tetapi jumlah stasiun televisi yang masih sedikit menyebabkan persaingan belum terlalu tajam seperti saat ini. Penyebab stasiun televisi ketika itu belum menerapkan strateginya secara matang, karena salah satunya belum memiliki pengalaman dalam melakukan siaran. Dimana tenaga ahli/kreator yang mampu membuat film atau program televisi, termasuk para programing televisi belum banyak. Sehingga program yang diandalkan adalah canned product (paket jadi) yang dibeli dari distributor asing. Akibatnya beberapa stasiun televisi memiliki program yang sama, sehingga menyulitkan dalam melakukan segmentasi audien. Dekade tahun 2000 muncullah beberapa stasiun televisi baru yang mencoba untuk memiliki segmen yang spesial. Namun hingga saat ini televisi umumnya menyajikan program acara yang bersifat beragam. Oleh sebab itu stasiun televisi membagi segmentasi audien berdasarkan waktu siaran dalam sehari. Hal ini tentunya dapat didasari pada gaya hidup seseorang. Adapun pembagian waktu dalam sehari tersebut adalah; Format remaja Format dewasa Format Laki-laki atau Perempuan Format Profesi Politik Format Profesi Hukum dan lain sebagainya.

-

02.00 Wib 04.59 Wib Early Morning (penonton klas A-B, laki-laki usia 40 tahun keatas/jumlah audien sedikit) 05.00 Wib 08.59 Wib Morning Time (penonton Klas A-B, semua umur/jumlah audien banyak) 09.00 Wib 11.59 Wib Day Time

(penonton klas A,B,C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur/jumlah audien sedikit) 12.00 Wib 15.59 Wib Noon Time (penonton klas C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur.jumlah audien sedikit) 16.00 Wib 17.59 Wib Evening Time (penonton klas A,B,C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur/audien mulai besar) 18.00 Wib 18.59 Wib Early Prime Time (penonton klas A,B,C,D,E, semua audien/jumlahnya besar) 19.00 Wib 20.59 Wib Central Prime Time (penonton kas A,B,C,D,E, semua audien/jumlahnya besar sekali) 21.00 Wib 22.29 Wib Late Prime Time (penonton klas A,B,C,D,E, semua audien/jumlah audien besar 22.30 Wib 23.59 Wib Night Time (penonton klas A,B, laki-laki/jumlah audien mulai menurun) 24.00 Wib 01.59 Wib Mid Night (penonton klas A,B, laki-laki/jumlah audien sedikit) Pada tahun 2005 beberapa stasiun televisi swasta telah fokus untuk mengarah pada audien tertentu. Stasiun televisi berupaya mengarahkan programnya pada target audien tertentu. Salah satunya TRANS TV yang berupaya mengarahkan programnya pada segmen perempuan. Televisi Pendidikan Indonesia sejak berdirinya dikenal sebagai televisi dangdut, karena rajin menayangkan program musik dangdut. Oleh sebab itu masyarakat menilai TPI adalah televisi untuk kelas bawah. Sebelum TPI berhasil menciptakan beberapa program yang mengejutkan. Maka RCTI, SCTV dan Indosiar selalu menjadi langganan televisi yang menguasai peringkat satu sampai tiga. Namun saat ini TPI telah berhasil menampilkan program-program yang memiliki rating tinggi menyangi ketiga televisi tersebut. Segmentasi program untuk masyarakat kelas bawah ini akan menjadi keuntungan yang sangat besar. Karena audien televisi terbesar di Indonesia adalah masyarakat kelas bawah. Kondisi mungkin akan lama berubah kecuali terjadi perubahan besar dimana kalangan menegah mampu mengeser jumlah penonton televisi di Indonesia.

-

MODUL 4 TARGET AUDIEN

Target audien setiap stasiun penyiaran harus menjadi fokus pemograman secara menyeluruh. Sehingga bagian program merupakan the showcase pada radio dan televisi. Departemen program memerlukan tenaga yang benar-benar menguasai bidangnya, bahkan melebihi bidang-bidang lain seperti yang ada didepartemen produksi yang memproduksi acara. Manajer program harus kreatif, dia merupakan sosok terdepan di stasiun televisi. Bahkan manajer program menjadi barometer keunggulan sebuah stasiun televisi. Sebagai arsitek pemograman, dia menempati posisi kunci keberhasilan siaran televisi. Sehubungan dengan itu, programming memerlukan sistematika kerja yang bisa dijadikan pedoman kerja. Oleh sebab itu dia harus memahami visi dan misi perusahaan yang tertuang pada pola siaran yang telah disetujui manajemen. Pola siaran sendiri berisi pedoman jenis-jenis prosentase siaran dan waktu siaran berdasarkan target audien, yang harus dipatuhi untuk berbagai acara siaran sepanjang hari, seminggu, sebulan dan sepanjang tahun, terus menerus yang berkesinambungan. Hal berikutnya yang menjadi keniscayaan adalah kerja programming meneliti minat audien dengan mencari data hasil riset serta hasil-hasil penelitian lain, termasuk jejak pendapat. Hal ini perlu dilakukan mengingat berdasarkan keberadaan (minat) penontonlah program siaran disusun setiap harinya. Program untuk kaum Ibu ditempatkan pada waktu yang sesuai dengan waktu selama Ibu-ibu dan sebagian keluarga berada dirumah. Biasanya program dengan target Ibu-ibu akan menempati jam siaran antara pukul 08.00 sampai pukul 11.00 pagi. Pada sore hari sewaktu anak-anak berada dirumah disiarkan acara yang sesuai dengan dunia anak-anak. Waktu yang paling menentukan dan menguntungkan adalah prime time yang dalam dunia televisi berada antara pukul 18.00 sampai dengan 23.00. Pada waktuwaktu itu biasanya keluarga lengkap berada di rumah dan bersama-sama bisa menonton siaran televisi. Para pemasok iklan banyak yang mengincar program-program yang disiarkan pada golden hour pada waktu ini. Sebenarnya prime time televisi ketika belum banyak televisi swasta berada pada kisaran 19.00 sampai 21.00 saja. Ketika berjamurnya stasiun televisi dan semakin ketatnya persaingan, perubahan gaya menonton masyarakat di Indonesia, secara tanggap dapat di pantau oleh pengelola stasiun televisi dengan merubah sasaran audien terbesarnya dimulai pada pukul 18.00. Karena audien yang telah menyaksikan

siaran televisi pada pukul 18.00 akan sulit beranjak ke saluran lain, apabila merasakan menikmati siaran yang disajikan. Ketika kebiasaan setiap harinya telah nyaman menikmati siaran tersebut, akan menyebabkan berkelanjutan seterusnya menjadikan siaran favoritnya. Media penyiaran memiliki produk program, sedangkan yang menjadi sasarannya untuk membeli program itu secara tidak langsung adalah audien. Menentukan target audien adalah tahap selanjutnya dari strategi pemasaran setiap media penyiaran. Target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan iklan. Kadang-kadang targeting disebut juga selecting karena audien harus diseleksi. Pengelola media penyiaran harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) dan meninggalkan bagian lainnya. Target audien berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok-kelompok atau segmen-segmen tertentu dalam masyarakat. Targeting mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu menyeleksi audien sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu dan menjangkau audien sasaran tersebut. Sedangkan yang menjadi target audien atau audien sasaran itu adalah orangorang yang menginginkan diri mereka terekspos oleh informasi atau hiburan yang ditawarkan media penyiaran kepada mereka. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa audien melakukan suatu proses yang disebut dengan selective exposure artinya audien secara aktif memilih mau atau tidak mengekspos dirinya terhadap informasi. Jadi sekalipun media penyiaran membidik dengan jor-joran kepada audien (dalam ukuran luas) namun audien akan menyeleksinya benar-benar apakah memilih atau tidak program yang disiarkan tersebut. Bentuk program yang bervariasi memilih audien banyak sekali pilihan, dengan menonton saluran yang lain, atau pergi ketempat lain untuk melakukan suatu kegiatan. Bahkan dapat mengajak rekannya menonton berbicara panjang lebar. Apabila ini terjadi maka isi informasi tersebut tidak akan diproses oleh konsumen tersebut atau akan menguap. Maka hanya orang-orang yang ingin dirinya terekspos oleh program atau iklan televisi itulah yang disebut audien sasaran yang dipilih dari berbagai segmen audien yang ada. Mengapa audien membiarkan dirinya terekspos oleh suatu informasi? Ada banyak penjelasan untuk menjawab pertanyaan ini. Mungkin ia memang sedang mencari informasi atau ingin menikmati hiburan, mungkin ia tertarik dengan tema cerita

yang disajikan, mungkin ia memperhatikan karena program itu lucu atau pembawa acaranya berparas cantik dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi telah menimbulkan globalisasi, pembangunan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan sehingga melahirkan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat. Kelompok-kelompok baru itu menjadi sangat sulit dijangkau oleh mediamedia konvensional yaitu media umum yang sasaran audiennya adalah audien secara umum atau audien rata-rata. Pada awal tahun 1990, Indonesia hanya memiliki beberapa stasiun televisi yang jumlahnya sedikit. Karena keterbatasan stasiun televisi dan pengetahuan tentang caracara melakukan targeting maka pada masa-masa itu pemasang iklan sudah merasa cukup puas mengiklankan produk-produknya dimedia-media yang ada tersebut. Namun tahun 2007 dimana jumlah stasiun televisi dengan berbagai kelompok/grup media penyiaran yang semakin banyak menyebabkan persaingan sudah sangat ketat. Hal ini menyebabkan setiap stasiun penyiaran akan tekun memilih audien sasarannya dengan jelas. Bagian program media penyiaran harus mengetahui siapa audien mereka sebenarnya. Pengelola programming televisi dan radio harus mempelajari selera pemirsa dan memahami prinsip-prinsip membangun audien. Ketika seorang programmer memilih satu program untuk disiarkan maka ia harus bertanya kepada dirinya sendiri; Siapa audien program ini? Kelompok audien mana yang akan menikmati program ini. Apabila stasiun penyiaran ingin membidik audien dari kelompok remaja maka stasiun tersebut akan memilih lebih banyak informasi yang berhubungan dengan kebutuhan kelompok umur tersebut. Seperti halnya menayangkan lagu-lagu musik yang sedang trend. Kalau sasarannya laki-laki dewasa maka program yang akan dipilih adalah olah raga dan berita. Bila sasaran audiennya kaum etnis tertentu maka penyusunan programnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bagi kesejahteraan mereka. Kondisi persaingan industri penyiaran juga semakin mendorong terjadinya segmentasi media penyiaran, hal ini berarti suatu media penyiaran yang baru berdiri harus tepat memilih target audien secara tegas jika ingin bisa memenangkan kompetisi terhadap stasiun televisi yang lain. Segmen audien yang dipilih akan menentukan program, gaya siaran hingga target pemasang iklan.

Pada awal perkembangan industri penyiaran di Indonesia pengelola media penyiaran pada umumnya membidik audiennya secara intuitif yaitu secara perkiraan saja. Ketika itu mereka mengira dapat mengetahui persis siapa audien dan apa yang menjadi kebutuhan audien. Pandangan mereka tentang audien cenderung ditentukan oleh kaca matanya sendiri, yaitu membayangkan dirinya sendiri sebagai salah seorang target dari program yang dibuatnya. Pada ukuran jangka pendek mungkin cara tersebut dapat berhasil, tetapi untuk jangka panjang sulit dan kemungkinan akan dikalahkan oleh stasiun televisi yang mengunakan segmentasi melalui penelitian terlebih dahulu. Suatu ketika akan terjadi pertumbuhan penduduk, stasiun televisi kompetitor, produk baru bermunculan, gaya hidup berubah, dan persaingan tidak terhindari. Sehingga audien dapat berubah. Oleh sebab itu media penyiaran harus menentukan segmentasi audien yang akan ditujunya. Dalam pelajaran pemasaran nantinya segmentasi merupakan satu kesatuan dengan targeting dan positioning. Menetapkan target audien merupakan tahap lanjutan dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan iklan. Ada empat kriteria yang harus dipenuhi pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audien sasaran yang optimal yaitu sebagai berikut; 1. Responsif. Audien sasaran harus responsif terhadap program yang ditayangkan. Kalau audien tidak merespon maka pengelola media penyiaran harus mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Tentu saja langkah ini harus dimulai dengan studi segmentasi audien yang jelas. 2. Potensi penjualan. Setiap program yang akan disiarkan harus memiliki potensi penjualan yang cukup luas. Semakin besar kemungkinan program untuk mendapatkan audien sasaran maka semakin besar nilainya. Besarnya selain ditentukan oleh populasi juga oleh daya beli audien terhadap iklan yang ditayangkan pada program itu. Daya beli adalah persoalan ekonomi makro dan petensi daerah bersangkutan. Sedangkan keinginan membeli harus dapat diciptakan oleh bagian pemasaran. 3. Pertumbuhan memadai. Audien tidak dapat dengan segera bereaksi. Audien bertambah secara perlahanlahan sampai akhirnya meningkat dengan pesat. Kalau pertumbahan audien lambat, tentu dipikirkan langkah-langkah agar program bisa lebih diterima audien. Mungkin program yang dibuat tidak sesuai dengan audien sasaran. Mungkin ceritanya terlalu

rumit atau seleranya terlalu tinggi. Mungkin audien sudah dikuasai pihak pesaing dan audien loyal kepada pesaing itu. Atau program tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat, sehingga harus dipacu promosi yang lebih gencar. 4. Jangkauan iklan. Pemasang iklan biasanya sangat memikirkan media penyiaran yang paling tepat untuk memasarkan produknya. Audien sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau pemasang iklan dapat dengan tepat memilih media untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya. Ada kalanya pemilihan media penyiaran untuk memasarkan produknya diserahkan pada biro iklan. Positioning Media. Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan media penyiaran didalam otaknya, didalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu terhadap media penyiaran. Dengan demikian positioning harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat. Pengelola media penyiaran harus mengetahui bagaimana khalayak memproses informasi, menciptakan persepsi dan bagaimana persepsi mempengaruhi pengambilan keputusannya. Sebab, sekali informasi ditempatkan pada posisi yang salah, ia akan sulit diubah. Positioning menjadi penting bagi media penyiaran karena tingkat kompetisi yang cukup tinggi saat ini. Pada tahun 2005 sudah terdapat selusin stasiun televisi berskala nasional dan puluhan televisi lokal belum termasuk televisi berlangganan, dan komunitas. Persepsi terhadap media penyiaran memegang peranan penting dalam konsep positioning karena khalayak menafsirkan media bersangkutan melalui persepsi yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi. Persepsi membantu manusia memahami dunia disekelilingnya untuk disimpan dalam memorinya.Positioning dapat diartikan juga Membangun persepsi produk di dalam pasar sasaran relatif terhadap persaingan. Pernyataan positioning berupa kata-kata yang diolah dalam bentuk rangkaian kalimat yang menarik yang disampaikan dengan manis. Kata-kata itu adalah atribut yang menunjukkan segi-segi keunggulan suatu media penyiaran terhadap para pesaingnya. Kata-kata tersebut harus dirancang berdasarkan informasi pasar. Pernyataan yang dihasilkan harus cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau

dalam bentuk-bentuk promosi lainnya, dan harus memiliki dampak yang kuat terhadap audien sasaran. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung 2 unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung. Pernyataan itu harus dapat diungkapkan secara jelas dan tegas yang dapat disusun berdasarkan pengalaman yang panjang dalam bidang tertentu, hasil-hasil studi, informasi, dari mulut ke mulut atau publisitas yang ada. Pernyataan itu selain memuat atribut-atribut yang penting bagi audien juga harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Pernyataan itu harus disebarluaskan dengan teknik-teknik audio visual yang baik dengan frekuensi yang cukup sering. Dalam menyusun suatu pernyataan positioning, pengelola media penyiaran harus mengetahui bagaimana audien membedakan media bersangkutan terhadap media saingannya. Myers membedakan struktur persaingan ke dalam tiga tingkatan yaitu; 1. Superioritas Suatu struktur persaingan yang dialami media penyiaran yang unggul diberbagai bidang terhadap para pesaingnya. Superioritas adalah keadaan yang sangat ideal, namun biasanya sangat sulit dicapai. Misalnya program yang kuat, hebat dan lebih segala-galanya membutuhkan biaya yang sangat besar. Stasiun televisi berita international Fox News menyusun pernyataan positioning We Report. You Decide sebagai upaya mengalahkan superioritas televisi CNN sebagai televisi berita. 2. Diferensiasi Keadaan yang sedikit berbeda dengan superioritas. Di sini media penyiaran bertindak lebih rasional yaitu tidak ingin unggul di segala program, tetapi membatasinya pada satu atau beberapa program saja yang superior terhadap pesaing-pesaingnya. Misalnya suatu media penyiaran unggul dalam program berita, musik, film dan sebagainya. 3. Program Paritas Disini media penyiaran atau program-programnya sama sekali tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Audien tidak dapat membedakan mana yang lebih baik antara program yang ditayangkan oleh dua stasiun televisi. Positioning menjadi lebih sulit dalam kasus ketiga ini. Oleh karena itu biasanya diciptakan pembeda khayalan dengan menanamkan citra merek, mengasosiakan dengan tokoh-tokoh, humor, kartun dan sebagainya. Suatu media atau suatu program menjadi kelihatan berbeda karena konsumen menganggapnya berbeda, bukan karena barang itu sendiri berbeda.

Bagian programming harus memahami bahwa program acara yang disiarkan sangatlah penting karena harus laku dijual dan diminati penonton. Dari sinilah bagian program harus melakukan pekerjaannya secara analitis sebelum menentukan keputusan akhir. Kerja analitis itu di antaranya adalah; a. Bagaimana caranya menjual acara-acara siaran kepada penonton yang tepat sasaran dan waktu menonton yang tepat pula. Untuk mendukung hal ini dapat diikuti tindakan selanjutnya, b. Mengetahui siapa saja penontonnya. Kalangan atas? (klas A) Kalangan menengah? (klas B, C) atau Kalangan bawah? (klas D,E) Begitu pula bagian programming perlu mengetahui keinginan penonton. Saat kapan keluarga berada dirumah? Pada jam-jam berapa keluarga mempunyai waktu-waktu sibuk? Kapan Ibu-ibu berada diluar rumah, atau anak-anak masuk sekolah? Untuk mendapatkan data ini ada perusahaan jasa yang mendata jumlah penonton yang menonton di berbagai stasiun penyiaran televisi. Perusahaan jasa itu di Indonesia dikenal dengan Nielsen Media Research. Sebuah perusahaan asing yang cukup memiliki pengalaman dalam bidangnya. Selain itu ada pula beberapa perusahaan asing lainnya yang juga menjual jasa layanan penelitian dengan cara yang berbeda. Seperti memonitoring siaran iklan, atau menghitung efektifitas siaran iklan disetiap stasiun televisi. Sedangkan perusahaan dalam negeri yang berusaha bersaing dengan perusahaan asing, seperti Polling Center, Lembaga Penelitian Universitas dan lain sebagainya. Namun sampai saat ini yang mendapatkan pelanggan terbesar masih didominasi oleh Nielsen Media Research. Hal ini disebabkan Nielsen memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan stasiun televisi yang membutuhkan kecepatan dan rutinitas, laporan pergerakan penonton televisi di 10 kota besar di Indonesia. Adapun kota-kota besar yang menjadi sasaran penelitian tersebut secara bertahap diambil sebagai sample setiap tahunnya satu kota. Urutan pengambilannya adalah sebagai berikut; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jabotabek (Jakarta dan sekitarnya) Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya (Gerbang Kertasila) Medan Makassar

8. 9. 10.

Palembang Denpasar Banjarmasin

c. Mengetahui Produknya. Bagian program harus mengetahui produk atau bahan siaran yang akan disampaikan pada penonton acara hiburan, acara untuk para Ibu, acara untuk anak-anak, musik, sandiwara televisi, berita, dan lain-lain. Penonton perlu diberitahu produk-produk itu akan dipasang kapan, jam berapa, hari apa. Karena itu program atau acara harus dikuasai oleh programmer. Jenis-jenis produk yang bermacam-macam atau bervariasi, sangat menguntungkan untuk mempermudah penyusunan acara.

d. Programmer harus tahu batasan harga, acara yang dibeli, juga batasanmaksimal anggaran yang ditentukan dalam anggaran. Tentunya, batasan ini relatif, karena sekiranya ada acara yang harus dibeli dengan harga mahal dan dijamin akan mendapatkan pemasukan yang lebih. Tentunya programmer harus mampu memberikan argumentasi kuat. Maka bukan tak mungkin pimpinan tidak akan segansegan menyetujuinya. e. Programmer harus mengenal stafnya. Dengan jumlah staf yang memadai kerja menjadi efektif. Kerabat kerja yang tahu tugas masing-masing, didasari saling percaya, saling mendukung, dan bekerja keras akan menghasilkan karya yang hebat. f. Programmer harus mengetahui lingkungan tempatnya bekerja di dalam dan di luar stasiun tempat seseorang berkerja. Dia bisa menjamu klien untuk mempererat hubungan kerjasama dan menyimak kebijakan stasiun televisi lainnya. g. Programmer harus mengetahui pengelolaan tatanan kerja tempat kerjanya dan atau sistem kerja masing-masing profesi sebagai langkah untuk mempermudah proses pelaksanaan tugasnya. Kebijakan-kebijakan pimpinan perusahaan dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan keputusan.

h. Mengetahui diri sendiri. Tahu tentang segala sesuatu patut dilakukan olehseorang programmer. Namun tahu tentang yang harus dilakukan diri sendiri (sebagai programmer) yang mencerminkan kepribadian. Ciri kepribadian seseorang akan menyejukkan hati orang lain, atau sebaliknya.

MODUL 5 SELERA AUDIEN

Setiap media penyiaran harus mengetahui program-program apa yang menjadi kesukaan audien. Tugas ini menjadi beban bagian programming atau pengelola program untuk mengetahui program-program apa saja yang disukai oleh audien, sesuai dengan perkembangan jaman/trend. Walaupun terlihat sekilas mudah untuk mencari program, namun kenyataannya tidaklah mudah menentukan apa yang disukai atau tidak disukai audien. Secepat mungkin mengatakan program-program yang disukai audien adalah program Pengelola yang berbau seksualitas, penyiaran kekerasan, tidak ataupun mistik tanpa mendasarinya tidaklah tepat. program media dapat menyusun program berdasarkan selera pribadinya. Selera pengelola dan staf bagian programming bukanlah selera audien, staf bagian program beserta pimpinannya mungkin memiliki selera yang sangat sempurna dan luar biasa (berkelas) dalam memilih suatu acara, tetapi bukan menjadi jaminan bahwa publik itu akan menyukai program tersebut. Setiap program yang akan disiarkan ditujukan pada audien bukan untuk penyiar, staf bagian programming, pimpinan atau pemilik media penyiaran. Contohnya penyiar radio tidak dapat memutar lagu-lagu di saat nya bertugas berdasarkan lagu-lagu yang disukainya. Mengetahui secara persis apa yang menjadi selera audien sangatlah penting. Dalam berkreasi tidak sekedar mengkemas program yang baru namun isinya tetaplah barang lama. Bagian programming membutuhkan suatu analisa tentang selera audien yaitu pendapat-pendapatnya. Banyak media penyiaran yang sukses dijalankan oleh orang-orang programming yang tidak menyukai program yang meraka siarkan. Melakukan penelitian secara berkelanjutan dan berkala adalah cara jitu untuk mengetahui selera audien. Ada sebuah ungkapan dalam dunia penyiaran semakin rendah selera program, maka acara tersebut makin disukai. Namun media penyiaran bukanlah media untuk mengumbar selera rendah. Media penyiaran memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga moralitas masyarakat karena media ini mengunakan frekuensi siaran yang menjadi domain publik. Program yang bernuansa kekerasan, seksualitas, dan mistik mudah sekali dieksploitir sebagai tayangan yang mengumbar selera rendah. Tugas dan tanggung jawab pengelola program televisi adalah menyajikan tayangan acara yang baik, bertanggung jawab dan disukai masyarakat. Segala sesuatu yang disukai masyarakat

inilah yang perlu dipikirkan bagi pengelola program dan meneliti nya secara seksama program yang bagaimana yang perlu dibuat namun tetap disukai oleh audien. Lembaga penyiaran swasta atau komersial akan memiliki kepentingan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Disinilah pemasang iklan berkeinginan untuk menjangkau sebanyak mungkin audien atau audien khusus, melalui tayangan iklan yang disiarkan pada media penyiaran. Semakin banyak program-program yang memiliki antusiasme besar pada audien maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapatnya. Oleh sebab itu Lembaga penyiaran komersial akan berlomba-lomba mendapatkan identitas selera audien yang paling disukai pada periode tertentu, dengan mengantisipasi kemungkinan terjadinya pergeseran atau perubahan. Adapun beberapa cara penelitian yang dapat dijadikan parameter acuan untuk menentukan selera audien adalah; 1. Penelitian kuantitatif rating dan share (Nielsen Media Research) Jenis penelitian ini yang bergerak cepat dan dibutuhkan oleh operator media, perusahaan pengiklan, dan pihak-pihak lain yang berada disekelilingnya. Rating dan Share menjadi satu-satunya parameter yang digunakan oleh media penyiaran untuk mengukur hasil siarannya. Penelitian ini sangat mahal karena mengunakan komponen peralatan yang canggih dengan investasi yang cukup besar. Sehingga berbagai perusahaan lainnya tidak mampu menyanginya.

2. Diary reserach (penelitian harian)Cara melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui selera audien, dengan memberikan buku (diary) yang diminta untuk diisi setiap harinya menonton program dan televisi apa saja. Apa juga komentar yang ingin disampaikan dapat ditulis, yang ditetapkan satu lembar untuk satu hari. Selama satu bulan buku tersebut dapat diambil dan diganti dengan yang baru. Demikianlah seterusnya sehingga dapat dianalisa apa sebenarnya selera penonton pada wilayah tersentu.

3. Focus grup discustionAdapun bentuk penelitian ini dengan mengumpulkan sejumlah responden yang membahas berbagai aspek dari suatu program yang ingin diketahui. Dengan diskusi yang dilakukan pada kelompok tersebut maka dapat diketahui perkiraan program seperti apa yang diharapkan serta pandangan-pandangan oleh audien. 4. Riset mini theater

Penelitian seperti ini biasanya untuk mengetahui tanggapan penonton tentang suatu pilot program. Ataupun bila sudah disiarkan ingin mengetahui kelemahan atau kelebihan dari konsep acara yang telah disiarkan. Bentuknya dengan mengundang sekelompok responden untuk hadir pada suatu studio mini yang telah disiapkan dengan peralatan khusus untuk menganalisa program apakah bagus sekali sampai buruk. 5. Riset telepon Penelitian ini biasanya untuk mengukur tingkat daya tarik suatu program dalam waktu yang cepat. Dengan memberikan kuesioner terlebih dahulu dapat lebih mendalam mengetahui selera dari audien. Atau dapat pula hanya melakukan pemisahan wilayah secara acak untuk mengambil responden dan menanyakan melalui telepon tentang suatu program yang ditontonnya. Kelemahan dari penelitian ini tidak dapat diketahui secara langsung reaksi spontan dari responden. 6. Cable based research Penelitian ini dilakukan bekerjasama dengan penyelenggara televisi berlangganan untuk memberikan informasi tentang pelanggannya untuk berpartisipasi. Kealamiahan menonton akan menjadi permasalahan utama dari penonton dengan cara seperti ini. Karena proses menonton segaja dibentuk. Di Indonesia pemilik televisi berlangganan masih sangat terbatas yaitu hanya 6 %, sehingga untuk mengetahui selera audien pada stasus sosial yang merata juga akan kesulitan karena didominasi oleh kalangan menengah keatas. Pada lembaga penyiaran komersial sebagai basis mencari keuntungan sebesarbesarnya, apabila hasil penelitian khususnya rating dan share sebagai satu satunya parameter yang dianggap paling up to date telah memvonis program selera rendah menjadi trend. Maka pendekatan bisnis mengatakan itu sebagai peluang atau mesin pelipat gandaan kapitalisme. Sehingga garis pembatas idealisme dan bisnis sangat jauh terbentang. Berbeda dengan televisi publik yang menjadi barometer content media penyiaran disuatu negara, untuk menjaga kestabilan politik dan kelestarian budaya bangsa sebaiknya tidak melihat hasil penelitian yang condong pada selera rendah sebagai bahan siarannya. Namun harus tetap fokus pada program-program yang berkualitas dengan memiliki unsur mendidik, memberdayakan dan mencerahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan, agar bangsa ini semakin tinggi dan peka untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.

Penonton televisi di Indonesia sudah sangat cerdas dalam menentukan seleranya. Tidak semua jenis program siaran suatu stasiun televisi berkenaan di hati penonton. Ada beberapa acara yang dianggap gagal. Jika ratingnya rendah, sudah pasti akan merugi. Antara biaya produksi atau pembelian program tidak sepadan dengan jumlah pemasangan iklan. Jika terjadi hal seperti ini seorang programmer harus cepat tanggap melirik acara-acara yang sukses di stasiun lain. Cara semacam ini wajar-wajar saja, mesikpun terkesan menyontek. Sebenarnya tidak mungkin menyontek, karena para pekerja televisi mengerti betul akan aturan mainnya. Namun yang ada adalah mengambil inspirasinya. Dimana pengemasannya dirubah pada beberapa sisi, seperti menambah jumlah karakter, bentuk konflik yang terjadi serta aktor/pemainnya yang berbeda. Sebagai contoh, stasiun Indosiar pernah membuat terobosan dengan menampilkan panggung Srimulat, sebagaimana adanya dalam pentas panggung. Humornya berjalan ngalor ngidul, seperti tidak memiliki konsep yang jelas. Namun yang penting dari program tersebut adalah lucu. Semula acara ini tidak disenangi penonton. Penonton ingin tertawa tanpa beban. Secara cepat acara inipun kemudian menjadi disukai audien dan dilirik oleh pengiklan dan selera audiennya jadi tercapai. Dampaknya stasiun RCTI kemudian mengetahui hal tersebut dan membuat acara tandingan dengan mengetengahkan Ketoprak Humor. Acara ketoprak ini juga berlangsung di atas panggung serta penuh humor, sementara dari sisi cerita terhitung lebih terarah, misalnya pada suatu episode dengan menonjolkan cerita rakyat. Hasilnya RCTI juga berhasil menangguk untung dari iklan yang banyak dipasok. Contoh lainnya ketika TPI menampilkan acara musik dangdut. Penonton golongan menengah ke atas waktu itu kurang menganggapnya, bahkan menilainya sebagai wujud tayangan televisi berselera rendah. Kenyataannya, setelah tayangan berjalan beberapa lama, stasiun televisi lainnya bukan saja sekedar memperhatikan, mereka bahkan kemudian ikut memproduksinya dengan inspirasi tentunya. Yaitu merubah dengan sentuhan disana sini, namun tetap untuk segmentasi masyarakat kelas menengah ke bawah. Hasilnya sponsor-sponsor iklan berebut memasang iklan, sehingga dangdut ala TPI pun dapat saingan dari televisi lain. Proses melakukan inspirasi adalah hal yang lumrah dan biasa dalam dunia seni televisi. Dimana inspirasi dari karya orang lain yang menciptakan trend atau disukai audien akan menjadi sorotan kreator lainnya. Termasuk diluar negeri banyak program yang menjadi inspirasi seseorang untuk menghasilkan karyanya sendiri.

1. Selera audien televisi pada siaran pagi hari; Untuk mengetahui program siaran pagi hari, kita perlu memperhatikan apa saja kegiatan orang-orang pada pagi hari. Pertanyaannya nanti adalah apakah orang waktu itu memiliki waktu untuk membuka saluran pesawat televisinya. Berdasarkan data dari Nielsen dominasi orang yang menonton program pukul 06.00-09.00 diperlukan acara untuk kalangan menengah yang membutuhkan informasi belanja, hiburan ringan dan lagu-lagu favorit. Pemunculan iklan pada pagi hari bisa diutamakan pada iklan-iklan yang memberi informasi kebutuhan rumah tangga sehari-hari; sabun cuci, shampoo, pasta gigi, tempat belanja dan lain-lain. Jika ada acara yang memerlukan informasi biasanya dilakukan dengan pembicaraan singkat dan langsung pada permasalahan. Sedangkan program pada pukul 09.00-12.00 dapat diisi dengan program yang lebih khusus dimana kalangan menengah kebawah yang mendominasi. Yaitu khususnya kalangan Ibu-ibu, formatnya bisa bincang-bincang, kuis, telenovela dan lain sebagainya. Nanti iklan yang akan tampil seperti mesin cuci, tampat salon, kesehatan, memasak cepat dan lain sebagainya. 2. Selera audien pada siang hari; Program televisi tengah hari sangat cocok untuk acara pemberitaan dan talkshow. Alasannya, informasi hangat ditunggu pemirsa karena mereka ingin tahu berbagai peristiwa yang terjadi pada pagi sampai tengah hari. Acara talkshow bisa berupa pembahasan topik-topik hangat yang dibahas. Karena selera yang dominan Ibu-ibu tentunya program talkshow yang muncul tidak selalu peristiwa hangat tetapi juga santai, menghibur. 3. Selera audien pada sore hari; Program berita dapat dimunculkan lagi pada sore hari, disamping acara-acara kuis, kartun anak dan lain sebagainya. Olah raga juga dapat dijadikan alternatif, yaitu yang favorit disukai masyarakat luas, seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket, balap mobil dan lain sebagainya. 4. Selera audien pada malam hari; Program acara malam hari dapat dikonsentrasikan pada acara-acara yang di-prime time-kan. Waktu prime time untuk televisi diantara pukul 18.00-23.00. Program yang ditampilkan pada prime time bisa variatif, bisa berisi sinetron, film, variety show dan talkshow. Pengertian prime time ini adalah jumlah penonton televisi yang sangat banyak, khususnya untuk di Indonesia program yang paling dominan pada prime

time dan menghasilkan rating/keuntungan yang besar sampai saat ini adalah program Sinetron. Program televisi pada prime time biasanya mengutamakan hiburan sesuai dengan faktor keinginan masyarakat luas. Dengan kata lain, masing-masing stasiun televisi berusaha menarik penonton lewat suguhan acara yang berdasar pada selera audien. Berbagai faktor yang menarik adalah ceritanya sendiri, selain pemainnya merupakan idola penonton, penulis terkemuka dan sutradaranya juga hebat. Para pengisi iklan akan memilih acara-acara yang dianggap menguntungkan dalam judul-judul acara tertentu. Mereka sangat memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk mengisi dimunculkannya. 5. Selera audien pada siaran larut malam; Program acara larut malam dapat diisi dengan acara-acara yang tenang dan sasarannya penonton usia dewasa, tengah baya, lanjut usia dengan klas menengah keatas. Berita larut malam banyak ditunggu penonton yang belum menyaksikan berita sore hari atau informasi yang dinantikan, bahkan bisa pula karena tidak bisa tertidur. Pada berita larut malam inilah saatnya mereka dapat menikmati informasi yang mereka butuhkan. Film cerita panjang juga cocok untuk ditayangkan pada acara larut malam, misalnya action, horor dan kriminalitas. Sedangkan olah raga yang mengadung kekerasan serta dialog/program seks dapat ditempatkan pada program larut malam ini. Beberapa program dialog seks yang pernah tampil di televisi swasta Indonesia sangat fenomenal dengan menampilkan langsung para narasumber tanpa dikaburkan penampilannya. Tentunya program ini walaupun telah disiarkan tengah malam/larut malam tetap saja menyebabkan beberapa kalangan masyarakat peduli media merasa tidak nyaman dengan program tersebut. Sehingga saat ini belum ada lagi yang mau menampilkan program tersebut, karena disamping memiliki resiko diserang penonton karena dianggap negatif yang sangat tinggi. Ada beberapa program yang sedang trend saat ini menjadi fokus perhatian masyarakat. Walaupun program-program yang menjadi trend tersebut bukan dialog seks atau olah raga kekerasan, namun tetap saja televisi komersial di Indonesia masih mengabaikan program yang diajurkan oleh pemerintah yaitu mendidik, memberdayakan, dan mencerahkan bangsa untuk mencapai cita-cita meningkatkan kecintaan kita pada tanah air Indonesia. jatah jam iklan, termasuk memperhitungkan beberapa kali

MODUL 6 ALIRAN AUDIEN Ketatnya persaingan antara stasiun penyiaran dalam menyajikan program kepada audien akan menunjukkan karakteristik audien. Audien umumnya cenderung untuk berpindah saluran pada setiap selesainya suatu program. Perpindahan audien dari satu saluran ke saluran lainnya ini terjadi pada titik perpindahan antara satu program ke program berikutnya. Perpindahan yang terjadi pada setiap berakhirnya suatu program ini disebut dengan istilah aliran audien atau audience flow. Aliran audiens ini terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut;

1. Aliran ke luar (outflow), audien meninggalkan stasiun sebelumnya menuju kestasiun lainnya.

2. Aliran ke dalam (inflow), masuknya audien dari stasiun lain. 3. Aliran tetap (flowthrough), audiens tidak berpindah namun mengikuti acaraselan