program studi psikologi fakultas kedokteran …/hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama...

116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SANTRI KELAS VIII PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR‟AN IBNU ‟ABBAS KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: SEPTA ARISTIANI SAPUTRI G0108095 Pembimbing: Drs. Hardjono, M.Si. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: trinhanh

Post on 03-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SANTRI KELAS VIII

PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR‟AN IBNU ‟ABBAS KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh:

SEPTA ARISTIANI SAPUTRI

G0108095

Pembimbing:

Drs. Hardjono, M.Si.

Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

Page 2: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika

terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia

derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Februari 2013

Septa Aristiani Saputri

Page 5: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al-Insyroh: 6)

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”

(HR. Bukhari Muslim)

“Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat diberikan dan bukan

pada apa yang dapat diperoleh“

(Mahatma Gandhi)

“Kebahagiaan tumbuh berkembang manakala seseorang membantu

orang lain. Namun, ketika seseorang tidak mencoba membantu sesama,

kebahagiaan akan layu dan mongering. Kebahagiaan bagaikan sebuah

tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan

memberi"

(J. Donald Walters)

Page 6: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh hormat serta cinta, kasih, dan sayang,

skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu dan Bapak (almarhum) tercinta,

2. Staf pengajar Program Studi Psikologi

FK UNS,

4. Semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian karya ini,

5. Almamaterku

Page 7: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul: “Hubungan

antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being pada

Santri Kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih

atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan

skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan pembimbing utama yang telah

memberikan fasilitas dan bimbingan , serta arahan dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi., selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Machmuroch, MS dan Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.,

selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran sebagai masukan

dalam penyusunan skripsi ini.

Page 8: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Ibu Dra. Tuti Hardjajani, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan semangat, motivasi, dan arahan yang bermanfaat bagi

kelancaran penyusunan skripsi.

6. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. selaku ketua Tim Skripsi Program

Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.

7. Segenap dosen dan staf karyawan Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmu dan

membantu kelancaran penyusunan skripsi.

8. Ustadz Ali Ghufron, SIP., selaku sekretaris Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten dan Ustadz Achmad Budiarto, S.Pd., selaku

kepala sekolah SMPIT Ibnu „Abbas Klaten, yang telah memberikan ijin dan

informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan pengumpulan data

penelitian.

9. Ustadzah Yuni, yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama

proses penelitian.

10. Santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu ‟Abbas Klaten,

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penelitian.

11. Ibu, Bulik, dan Adik yang telah memberikan semangat dan doa untuk

menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan, semangat, dan sebagai

teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk

perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Surakarta, Februari 2013

Septa Aristiani Saputri

Page 10: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SANTRI KELAS VIII

PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR‟AN IBNU „ABBAS KLATEN

Septa Aristiani Saputri

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

Surakarta

Pondok pesantren telah menjadi salah satu pilihan untuk pendidikan.

Namun, banyak persoalan yang dihadapi santri selama berada di pondok

pesantren, sehingga mempengaruhi kondisi psychological well-being pada diri

santri. Psychological well-being yang tinggi perlu ditunjang dengan religiusitas

dan dukungan sosial. Religiusitas merupakan keadaan yang menghayati nilai-nilai

agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari.

Dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima seseorang untuk mengatasi

masalah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara religiusitas

dan dukungan sosial dengan psychological well-being, 2. Hubungan antara

reigiusitas dengan psychological well-being, serta 3. Hubungan antara dukungan

sosial dengan psychological well-being pada santri kelas VIII Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur‟an Ibnu‟Abbas Klaten.

Populasi penelitian adalah santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu

„Abbas Klaten kelas VIII. Sampling yang digunakan yakni cluster random

sampling, dengan mengundi kelas yang akan menjadi sampel. Sampel penelitian

berjumlah 3 kelas dengan jumlah total 77 santri. Pengumpulan data dilakukan

dengan skala religiusitas dan skala dukungan sosial, serta skala psychological

well-being yang diberikan secara bersama-sama.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, dengan nilai

F-hitung 39,126 > F-tabel 3,120 dan R 0,717, berarti terdapat hubungan antara

religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being. Secara parsial,

terdapat hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being dengan

sebesar 0,502, dan signifikansi 0,000 (<0,05); serta terdapat hubungan antara

dukungan sosial dengan psychological well-being dengan sebesar 0,410 dan

signifikansi 0,000 (<0,05). Kesimpulannya yaitu: 1. Semakin tinggi religiusitas

dan semakin tinggi dukungan sosial, maka tingkat psychological well-being juga

semakin tinggi. 2. Semakin tinggi religiusitas, maka psychological well-being

yang dimilki juga semakin tinggi. 3. Semakin tinggi dukungan sosial, maka

psychological well-beings yang dimiliki semakin tinggi.

Kata Kunci: religiusitas, dukungan sosial, psychological well-being, santri

Page 11: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN RELIGIOSITY AND SOCIAL SUPPORT

WITH PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN CLASS VIII‟S STUDENTS

TAHFIDZUL QUR‟AN IBNU „ABBAS BOARDING SCHOOL KLATEN

Septa Aristiani Saputri

Majoring in Psychology of Medical Faculty of Sebelas Maret University

Surakarta

Boarding school becomes one option for education. However, many of the

problems faced by students while in boarding school, so it affects the

psychological well-being on the students themselves. Psychological well-being is

high to be supported by religiosity and social support. Religiosity is a condition

that the values of religion and adhere to religious teachings as a guide in everyday

life. Social support is a welcome relief for someone to fix the problem. The

purpose of this study was: 1. To find out the relationship between religiosity and

social support with psychological well-being, 2. To find out the relationship

between religiosity with psychological well-being, and 3. To find out the

relationship between social support with psychological well-being in class VIII‟s

students Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas boarding school Klaten.

The population of this study was the class VIII‟s students Tahfidzul Qur‟an

Ibnu „Abbas Boarding School Klaten. Cluster random sampling was used for this

study, with random class that will be sample. The sample for this study were 3

classes with a total of 77 students. This study used religiosity scale, social support

scale, and psychological well-being scale were administrated together.

Statistical analysis used in this study was multiple regression analysis, with

F-test 39,126 > F-table 3,120 and R 0,717, this result indicated that there was

relationship between religiosity and social support with psychological well-being.

Partially, there was a relationship between religiosity with psychological well-

being, with 0,502, and the significance of 0,000 (<0,05); and there was a

relationship between social support with psychological well-being, with

0,410 and the significance 0,000 (<0,05). The conclusions were: 1. High level

religiosity and social support influenced on high psychological well-being too. 2.

The higher the religiosity, the psychological well-being owned also higher. 3.

High level social support influenced on high psychological well-being.

Key Word: religiosity, social support, psychological well-being, students in

boarding school

Page 12: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................

MOTO ...........................................................................................................

PERSEMBAHAN .........................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ABSTRAK .....................................................................................................

ABSTRACT ..................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

DAFTAR TABEL .........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

A. Psychological Well-being pada Santri ................................................

1. Pengertian Psychological Well-being pada Santri ……………….

2. Dimensi-dimensi Psychological Well-being ……………………..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xi

xii

xv

xvii

xviii

1

1

9

9

9

11

11

11

13

Page 13: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Faktor-faktor yang Mempengauhi Psychological Well-being …...

B. Religiusitas .........................................................................................

1. Pengertian Religiusitas ..................................................................

2. Dimensi-dimensi Religiusitas ........................................................

C. Dukungan Sosial ................................................................................

1. Pengertian Dukungan Sosial ..........................................................

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ......................................................

D. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan

Psychological Well-being ...................................................................

1. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan

Psychological Well-being ..............................................................

2. Hubungan antara Religiusitas dengan Psychological Well-being

…………………………………………………………………………….

3. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-

being ……………………………………………………………..

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................

A. Identifikasi Variabel Penelitian ..........................................................

B. Definisi Operasional ...........................................................................

C. Populasi, Sampel, dan Sampling ........................................................

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ..................................................

F. Metode Analisis Data .........................................................................

BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................

21

24

24

26

28

28

30

33

33

36

38

42

42

42

44

45

50

52

55

Page 14: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Orientasi Kancah ................................................................................

B. Persiapan Penelitian ...........................................................................

C. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................

D. Analisis Data ......................................................................................

E. Pembahasan ........................................................................................

BAB V. PENUTUP ………………………………………………………...

A. Kesimpulan ………………………………………………………….

B. Saran ………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

55

57

58

68

88

95

95

95

97

102

Page 15: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable …………… 46

Tabel 2. Blue Print Skala Psychological Well-being ……………………… 47

Tabel 3. Blue Print Skala Religiusitas ………………………………….. 49

Tabel 4. Blue Print Skala Dukungan Sosial …………………………….. 50

Tabel 5. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala

Psychological Well-being …………………………………………...

61

Tabel 6. Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-being ………………... 62

Tabel 7. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala

Religiusitas ……………………………………………………..

63

Tabel 8. Uji Reliabilitas Skala Religiusitas ……………………………... 63

Tabel 9. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala

Dukungan Sosial ……………………………………………….

64

Tabel 10. Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial ……………………….. 65

Tabel 11. Sebaran Aitem Skala Psychological Well-being untuk

Penelitian ……………………………………………………….

65

Tabel 12. Sebaran Aitem Skala Religiusitas untuk Penelitian …………… 66

Tabel 13. Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial untuk Penelitian ……... 66

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas …………………………………………... 68

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas untuk Variabel Religiusitas dengan

Psychological Well-being …………………………………………...

69

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas untuk Variabel Dukungan Sosial dengan

Psychological Well-being …………………………………………...

70

Page 16: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 17. Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………….. 71

Tabel 18. Hasil Uji Otokorelasi ………………………………………….. 74

Tabel 19. Hasil Uji Simultan F …………………………………………... 75

Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Parsial …………………………………….. 77

Tabel 21. Hasil Analisis Korelasi Ganda ………………………………… 78

Tabel 22. Hasil Analisis Determinasi …………………………………….. 79

Tabel 23. Korelasi Parsial Religiusitas dengan Psychological Well-being

…………………………………………………………………………...

80

Tabel 24. Korelasi Parsial Dukungan Sosial dengan Psychological Well-

being ............................................................................................

81

Tabel 25. Deskripsi Data Empirik ………………………………………... 82

Tabel 26. Data Deskriptif Penelitian ……………………………………... 82

Tabel 27. Kategorisasi Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………… 84

Tabel 28. Kategorisasi Skala Psychological Well-being ……………………. 85

Tabel 29. Kategorisasi Skala Religiusitas ………………………………... 85

Tabel 30. Kategorisasi Skala Dukungan Sosial …………………………... 86

Tabel 31. Kategorisasi SkalaPsychological Well-being Berdasakan Jenis

Kelamin ………………………………………………………...

86

Page 17: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ……………………………………………... 40

Gambar 2. “Scatterplot” Uji Heteroskedastisitas ………………………… 73

Page 18: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Uji Coba (Try-out) ……………………………………..

Lampiran B. Distribusi Nilai-nila Uji Coba (Try-out) ……………………...

Lampiran C. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………

Lampiran D. Skala Penelitian ………………………………………………

Lampiran E. Distribusi Nilai-nilai Penelitian ………………………………

Lampiran F. Analisis Data Penelitian ………………………………………

Lampiran G. Surat Ijin Penelitian dan Surat Bukti Penelitian ……………...

102

114

133

149

159

181

195

Page 19: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini, pondok pesantren telah menjadi salah

satu pilihan untuk pendidikan. Pendidikan pondok pesantren merupakan bagian

dari sistem pendidikan nasional yang ikut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mensukseskan pembangunan nasional. M. Habib Chirsin (dalam

Mahrussalim, 2008) mengatakan bahwa pendidikan di pondok pesantren

diarahkan kepada pembinaan manusia sebagai insan muslim yang berbekal iman

dan berbagai kecakapan yang diajarkan serta dilatihkan untuk mampu

mengembangkan diri dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan

perkembangan secara dinamis. Selanjutnya, Azra (dalam Suyuti, 2006)

mengatakan bahwa sebagai lembaga pendidikan Islam pondok pesantren telah

berperan besar dalam upaya-upaya meningkatkan kecerdasan dan martabat

manusia.

Pendidikan di pondok pesantren merupakan pendidikan agama Islam yang

dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di nusantara pada abad ke-13.

Memasuki era 1970-an pondok pesantren mengalami perkembangan yang

signifikan (Masyhud, 2003). Data dari Kementerian Agama RI pada tahun 2001

menunjukkan jumlah pondok pesantren seluruh Indonesia mencapai 11.312

pondok pesantren. Pada tahun 2011, Kementerian Agama RI mencatat julah

pondok pesantren di Indonesia telah mencapai 15.489 pondok pesantren. Jumlah

Page 20: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut meliputi pondok pesantren salafiyah, tradisional, dan modern

(Kementerian Agama RI., 2012).

Pondok pesantren setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai pondok

pesantren, yakni kiai, santri, asrama, dan masjid (Daulay, 2001). Menurut Ghazali

(2003), santri pondok pesantren adalah peserta didik yang sedang belajar ilmu

pengetahuan dari seorang kiai di sebuah pondok pesantren. Santri yang belajar di

pondok pesantren tinggal di dalam asrama pondok pesantren dan wajib mengikuti

semua aturan. Akan tetapi, ada juga santri pondok pesantren yang tidak tinggal di

dalam asrama dan memilih untuk pulang ke rumahnya karena tempat tinggal dekat

dengan pondok pesantren.

Kehidupan di pondok pesantren sangatlah berbeda dengan kehidupan

pendidikan di sekolah umum. Santri diwajibkan untuk tinggal di dalam asrama

pondok pesantren (Geertz, 1981). Setiap hari santri diwajibkan mengikuti

kegiatan-kegiatan yang tidak ringan, mulai dari bangun tidur hingga mereka

kembali tidur dan jadwal kegiatan tersebut telah diatur pihak pondok pesantren

(Hidayat, 2009).

Dalam usaha menghadapi persoalan yang dihadapi tersebut, individu akan

mendapatkan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan

ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kesejahteraan

psikologis atau psychological well-being (Halim dan Atmoko, 2005). Ryff (1989)

mendefinisikan psychological well being sebagai keadaan individu yang mampu

menerima dirinya, mampu membina hubungan yang hangat dengan orang lain,

memiliki kemandirian untuk melawan tekanan sosial, mampu mengontrol

Page 21: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lingkungan sekitar, memiliki arti hidup, serta mampu merealisasikan potensi

dirinya secara terus-menerus. Menurut Ryff dan Singer (1996), tingkat

kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki

hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya, memiliki keprcayaan diri

yang baik, dapat membangun hubungan interpersonal yang baik dengan orang

lain, dan individu tersebut memiliki tujuan pribadi, serta tujuan dalam

pekerjaannya.

Ryan dan Deci (2001) mengatakan, bahwa psychological well-being

terkait dengan fungsi optimal dari seseorang. Selain itu, mereka juga

mengidentifikasikan dua pendekatan pokok untuk memahami well-being, yaitu

fokus pada kebahagiaan dengan memberi batasan-batasan pencapaian

kebahagiaan dan mencegah dari kesakitan, serta batasan menjadi orang yang

fungsional secara keseluruhan termasuk cara berpikir yang baik dan fisik yang

sehat. Beberapa fakta membuktikan bahwa seseorang yang mempunyai

psychological well-being yang rendah akan mengalami depresi. Sebuah berita

melaporkan bahwa seorang santri di suatu pondok pesantren di kabupaten

Mojokerto ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar asramanya. Tewasnya

santri yang gantung diri ini disebabkan santri stres dengan masalah-masalah yang

sedang dihadapinya sehingga membuat santri mengalami depresi dan gantung diri

(Sholahudin, 2011).

Menurut Keyes, dkk. (2002), psychological well-being bukan sekedar

kepuasan hidup atau keseimbangan antara efek positif dan negatif saja, melainkan

juga melibatkan persepsi dan tantangan dalam hidup. Hal serupa juga dikatakan

Page 22: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

oleh Snyder dan Lopez (dalam Tenggara dan Suyasa, 2008), bahwa kesejahteraan

psikologis bukan sekedar merupakan ketiadaan penderitaan, namun kesejahteraan

psikologis juga meliputi keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan

hidup, serta hubungan individu dengan objek maupun orang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan Latifah, dkk. (2005) tentang tingkat

psychological well-being pada lansia di Semenanjung Malaysia menunjukkan

hasil bahwa 54% dari 1013 responden yang diteliti memiliki tingkat psychological

well being yang tinggi. Sementara itu, North West Adelaide Health Study (2007)

juga melakukan suatu penelitian tentang tingkat psychological well-being dengan

hasil bahwa 26% dari 151 responden siswa memiliki tingkat psychological well-

being yang tinggi.

Akmalul (2011) melakukan penelitian tentang konsep psychological well

being pada jama‟ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di pondok pesantren

Ngalah Pasuruan. Dalam penelitian tersebut, teori psychological well-being yang

dikemukakan oleh Ryff telah direalisasikan pada Jama‟ah Tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah meskipun aktualisasi tersebut kurang optimal karena terdapat

perbedaan konsep yang dikemukakan Ryff dengan perspektif konsep Jama‟ah

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Perbedaan tersebut terletak pada konsep

psychological well being Jama‟ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

pondok pesantren Ngalah yang menambahkan konsep kesejahteraan bersifat

ukhrowi (nilai religiusitas). Meskipun bersifat ukhrowi, Jama‟ah Tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah tetap tidak mengesampingkan kesejahteraan

Page 23: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

duniawi, karena menurut mereka kesejahteraan duniawi semata-mata sebagai

sarana untuk mencapai kesejahteraan ukhrowi.

Sementara itu, Sumule (2008) mengadakan penelitian tentang

psychological well-being pada guru yang bekerja di yayasan PESAT Nabire

dengan hasil bahwa guru yang bekerja di yayasan PESAT Nabire memiliki tingkat

psychological well-being yang berbeda-beda, didasarkan pada dimensi-dimensi

psychological well-being yang dikemukakan Ryff. Perbedaan tingkat

psychological well-being tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial, pengalaman

masa lalu, dan kondisi spiritualitas yang dimiliki oleh guru yang bekerja di

yayasan PESAT Nabire.

Religiusitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi psychological

well-being pada seseorang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh McCullough,

dkk. (dalam Santrock, 2002) bahwa dengan beribadah dapat mengurangi stres dan

menahan produksi hormon stres oleh tubuh. Dengan kata lain, seorang individu

yang mengikuti kegiatan keagamaan diasumsikan akan memiliki kondisi

psychological well-being yang baik.

Religiusitas merupakan penghayatan keagamaan atau kedalaman

kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa,

dan membaca kitab suci. Selain itu, religiusitas juga diwujudkan dalam berbagai

sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta

aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang (Hawari, 2004).

Selanjutnya, Nashori dan Muslim (2007) menjelaskan bahwa orang yang religius

akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha

Page 24: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempelajari pengetahuan agama, menjalani ritual agama, meyakini doktrin-

doktrin agamanya, dan merasakan pengalaman-pengalaman beragama.

Liputo (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara religiusitas

dengan psychological well-being pada mahasiswa psikologi UIN Malang dengan

hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat religiusitas

dengan psychological well-being. Artinya, semakin tinggi religiusitas individu

makin tinggi pula psychological well-being. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

Bastaman (dalam Liputo, 2009) bahwa individu yang memiliki tingkat religiusitas

yang tinggi akan lebih mampu dalam memaknai setiap kejadian secara positif

sehingga hidupnya lebih bermakna dan terhindar dari stres. Selain itu, komitmen

religiusitas juga memiliki hubungan yang positif dengan psychological well-

being. Apabila individu mempunyai religiusitas yang tinggi, maka psychological

well-being pada individu tersebut juga akan tinggi. Namun sebaliknya, apabila

religiusitas rendah, maka psychological well-being juga rendah.

Selain religiusitas, pencapaian psychological well-being juga dipengaruhi

oleh dukungan sosial yang diterima oleh seseorang (Ryff dan Keyes, 1995).

Menurut Rahardjo, dkk. (2008), dukungan sosial adalah bantuan yang diterima

seseorang dari lingkungan maupun orang lain untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya. Dukungan sosial yang diterima oleh individu sangat beragam dan

bergantung pada keadaannya. Sebuah penelitian dari Sari (2010) tentang

hubungan dukungan sosial dengan psychological well-being siswa di Sekolah

Menengah Atas Diponegoro Tulungagung dengan hasilnya terdapat hubungan

positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being

Page 25: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa di SMA Diponegoro Tulungagung. Hal ini berarti jika dukungan sosial

tinggi, maka psychological well-being siswa juga tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Larocco, dkk. (1980, dalam Sarafino,

1998) terhadap 2000 karyawan, ditemukan bahwa ada korelasi antara social

support dan stres. Mereka yang mendapat dukungan sosial lebih banyak,

cenderung lebih kecil kemungkinan mengalami stres. Menurut Rathi dan Rastogi

(2007), stres merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya psychological well-being pada diri seseorang. Dukungan sosial yang

diterima individu dalam lingkungannya, baik yang berupa dorongan semangat,

perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang dapat membuat individu

memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan. Dengan

adanya pandangan positif terhadap diri dan lingkungannya tersebut, individu akan

mampu menerima kehidupan yang sedang dijalaninya serta mempunyai sikap

pendirian dan pandangan hidup yang jelas, sehingga mampu hidup di tengah-

tengah masyarakat luas secara harmonis.

Pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten merupakan salah

satu pondok pesantren dengan sistem asrama. Berdasarkan wawancara yang telah

dilakukan peneliti dengan pihak pondok pesantren, semua santri yang ada di

pondok pesantren ini wajib untuk tinggal di asrama pondok pesantren. Santri di

bawah pengawasan pihak pondok pesantren selama 24 jam sehari. Santri di sana

wajib juga mengikuti kegiatan yang telah ditentukan pihak pondok pesantren dari

belajar dan mengaji di sekolah hingga di asrama. Terkadang santri merasa jenuh

dengan kegiatan yang ada di pondok pesantren, sehingga membuat santri merasa

Page 26: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tertekan berada di pondok pesantren dan stres yang mengakibatkan santri putus

asa dan keluar dari pondok. Seperti yang dikatakan Rathi dan Rastogi (2007),

bahwa stres, kesehatan fisik, dan kedekatan dengan orang lain dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada seseorang. Pihak

pondok pesantren juga mengatakan, bahwa pernah ada kasus santri yang keluar

karena tidak mampu mengikuti kegiatan sehari-hari di pondok pesantren dan

ditambah dengan kondisi latar belakang keluarga yang broken home.

Pada wawancara yang telah dilakukan, didapatkan juga data bahwa santri

senantiasa bergotong-royong membersihkan pondok pesantren secara bersama-

sama. Di sela-sela waktu luang, santri menggunakannya untuk membaca Al Quran

dan mengikuti kajian agama. Setiap hari minggu santri diberikan hari libur tetapi

santri tidak boleh keluar dari pondok pesantren, keluarga boleh datang untuk

menjenguk. Dengan adanya kunjungan dari pihak keluarga masing-masing dan

kedekatan dengan teman, dapat juga mempengaruhi tinggi rendahnya

psychological well-being seseorang. Hal ini disebabkan kunjungan dari pihak

keluarga tersebut sebagai bentuk dari dukungan sosial dari keluarga yang

diberikan kepada santri. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara religiusitas dan

dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren.

Page 27: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian:

1. Apakah ada hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being pada santri pondok pesantren?

2. Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan psychological wel-being pada

santri pondok pesantren?

3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being

pada santri pondok pesantren?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being pada santri pondok pesantren.

2. Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan psychological well-

being pada santri pondok pesantren.

3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan psychological

well-being pada santri pondok pesantren.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan

pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada umumnya

dan keilmuan psikologi sosial serta pskologi pendidikan pada khususnya.

Page 28: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Santri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu santri dalam

meningkatkan psychological well-being dalam dirinya dengan cara

meningkatkan religiusitas dan dukungan sosial, sehingga santri dapat

mencapai tingkat psychological well-being yang lebih baik selama berada

di pondok pesantren.

b. Bagi Pimpinan dan Pengelola Pondok Pesantren

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pihak pondok pesantren mengenai pentingnya religiusitas dan memberikan

dukungan sosial kepada santrinya, guna meningkatkan psychological well-

being yang dimiliki setiap santri.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya berkaitan

dengan hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being pada santri pondok pesantren.

Page 29: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Psychological Well-being pada Santri

1. Pengertian Psychological Well-being pada Santri

Istilah psychological well-being atau kesejahteraan psikologis muncul

pertama kali dipelopori oleh Ryff pada tahun 1989. Salah satu konsep utama

psychological well-being adalah psikologi positif. Bradburn (dalam Ryff, 1989)

menjelaskan tentang kebahagiaan yang diartikan sebagai keseimbangan antara

efek positif dan negatif dalam kehidupan individu. Ryff dan Singer (1996)

mengungkapkan konsep lain tentang psychological well-being, meliputi konsep

aktualisasi diri Maslow, keberfungsian individu secara penuh dari Roger,

konsep individuasi dari Jung, dan konsep kematangan individu Allport.

Terdapat juga konsep psikososial Erikson, konsep dasar pemenuhan hidup dari

Buhler, konsep perubahan kepribadian di masa dewasa yang diungkapkan

Neugarten, dan konsep kriteria kesehatan mental dari Jahoda (dalam Ryff,

1989). Dengan demikian, poin utama psychological well-being adalah

perkembangan diri individu dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul

dari setiap fase kehidupan.

Ryff (1989) menyebutkan psychological well-being sebagai pencapaian

penuh potensi psikologis seseorang, yaitu individu dapat menerima kekuatan

dan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, mampu menciptakan hubungan

positif dengan orang lain, mampu untuk mengambil keputusan, mampu untuk

Page 30: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengatur lingkungannya, memiliki tujuan hidup, dan mampu melalui tahap-

tahap perkembangan dalam kehidupannya. Ryff dan Keyes (1995) memberikan

gambaran psychological well-being berdasarkan sejauh mana seorang individu

memiliki tujuan dalam hidupnya, menyadari potensi-potensi yang ada pada

dirinya, hubungan dengan orang lain, bertanggung jawab dengan hidupnya

sendiri, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup lebih bermakna.

Ryff dan Singer (1996) mengatakan bahwa orang yang memiliki

psychological well-being yang baik adalah orang yang merealisasikan potensi

dalam dirinya secara terus-menerus, mampu menerima diri apa adanya,

menjalin hubungan positif dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki

arti dalam hidup, dan mampu mengontrol lingkungan sekitar. Selain itu, Ryff

dan Singer (1996) juga berpendapat bahwa psychological well-being

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, kelas sosial, tingkat

pendidikan, dan latar belakang budaya.

Seperti halnya dengan individu lain, santri yang berada di pondok

pesantren juga memiliki psychological well-being dalam dirinya, tetapi tingkat

psychological well-being yang dimiliki tersebut berbeda-beda. Daulay (2001)

menyatakan, santri adalah siswa yang belajar di pesantren. Santri pondok

pesantren adalah peserta didik yang sedang belajar ilmu pengetahuan dari

seorang kiai di sebuah pondok pesantren (Ghazali, 2003). Turmudi (2004) juga

mendefinisikan tentang santri, yaitu seorang murid yang sedang belajar

pengetahuan keislaman dari kiai. Suasana belajar santri berlangsung sepanjang

siang hari dan malam. Santri diajarkan kiai tentang penanaman akhlak terhadap

Page 31: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesama teman, masyarakat, dan kiai. Hal tersebut dimaksudkan agar santri

dapat menjaga hubungan baik yang telah terjalin kepada sesama teman,

lingkungan, dan kiai yang ada. Keikhlasan, semangat mandiri, dan percaya diri

juga diberikan kepada santri. Santri dididik untuk tidak bermental pencari

kerja, tetapi bermental untuk pencipta pekerjaan (Daulay, 2001).

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa psychological well-being pada santri adalah fungsi optimal

atau positif dari seorang santri yang merupakan hasil pemenuhan kebutuhan

psikologis pada santri yang sedang belajar di pondok pesantren yang telah

diajarkan tentang keikhlasan untuk menjalankan kehidupannya agar dapat

menerima kondisi dirinya mengenai masa lalu maupun masa sekarangnya,

membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan mampu menyesuaikan

diri, serta dapat mencapai tujuan hidupnya.

2. Dimensi-dimensi Psychological Well-being

Dimensi-dimensi psychological well-being (kesejahteraan psikologis)

menurut teori Ryff (1989). yaitu:

a. Penerimaan diri (self-acceptance)

Penerimaan diri didefinisikan sebagai ciri-ciri utama kesehatan mental

yang menjadi karakteristik dari aktualisasi diri yang baik, menuju kepada

kematangan individu dan pemfungsian diri yang optimal (Ryff, 1989).

Individu yang memiliki penerimaan diri yang tinggi menunjukkan bahwa

individu tersebut memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan

menerima berbagai aspek diri, serta merasa positif tentang kehidupan yang

Page 32: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sedang dijalaninya. Sebaliknya, individu yang mempunyai penerimaan diri

yang rendah akan menunjukkan perasaan yang tidak puas dengan dirinya,

merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, dan mempunyai

pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini (Ryff dan Singer, 1996).

Santri mendapatkan ajaran dari kiai untuk menanamkan keikhlasan di

dalam dirinya (Daulay, 2001). Keikhlasan tersebut digunakan untuk

mensyukuri apa yang telah ada di dalam dirinya baik kelebihan maupun

kekurangan yang ada. Dengan ilmu yang telah diperoleh, dalam menjalani

kehidupan sehari-hari santri pantang untuk mengeluhkan segala sesuatu

yang terjadi pada dirinya. Santri mencoba mengambil hikmah dari peristiwa

yang telah terjadi pada dirinya, baik peristiwa di masa lalu maupun di masa

sekarang, karena mereka percaya apa yang telah terjadi kepada dirinya

tersebut merupakan takdir jalan hidupnya.

b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with other)

Hubungan positif dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan tinggi

rendahnya kemampuan seseorang dalam membina kehangatan dan

hubungan saling percaya dengan orang lain yang digambarkan sebagai

orang yang mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai dan bersahabat

(Ryff, 1989). Hubungan positif dengan orang lain juga dapat dinyatakan

dalam bentuk perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain

(Schreuers, dkk., 2004).

Individu yang mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang

tinggi menunjukkan, bahwa individu tersebut mempunyai hubungan yang

Page 33: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hangat, memuaskan, dan saling percaya dengan orang lain; memperhatikan

kesejahteraan orang lain, memiliki empati yang kuat, afeksi, dan hubungan

dengan orang lain yang bersifat timbal-balik. Sedangkan, apabila rendah

dalam hubungan dengan orang lain maka individu akan merasa kesulitan

untuk bersikap hangat, kurang memperhatikan orang lain, frustrasi dalam

hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk

mempertahankan suatu hubungan yang penting dengan orang lain (Ryff dan

Singer, 1996).

Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang

akrab, sehingga segala kesenangan dan kesulitan dirasakan bersama. Ajaran

agama menyuruh santri untuk selalu menjaga hubungan yang baik

antarsesamanya. Hal ini dirasakan oleh santri yang sedang belajar di pondok

pesantren. Setiap hari dan setiap waktu santri bertemu dengan kiai dan

teman-temannya, sehingga terjalinlah suatu hubungan yang dekat di antara

mereka. Hubungan santri dengan kiai seperti hubungan santri dengan orang

tuanya karena selama di pondok pesantren, kiai sebagai pengganti orang tua

santri untuk memberikan bimbingan dan ilmu kepada santri (Basri, 2001).

Selain itu, hubungan santri dengan kiai tidak hanya terbatas dalam hal

pelajaran saja, tetapi juga menyangkut tentang hal-hal pribadi santri. Santri

menanyakan hal tersebut kepada kiai untuk diberikan solusi tentang

berbagai kesulitan yang sedang dihadapinya (Daulay, 2001).

Setiap hari santri bertemu dengan teman-temannya dan intensitas

bertemu jauh lebih banyak dibandingkan dengan keluarganya mulai dari

Page 34: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bangun tidur hingga tidur kembali. Tolong-menolong di antara santri

menjadi hal yang sering dilakukan, karena menganggap mereka satu

keluarga dan ilmu yang telah diperolehnya mengajarkan untuk berbuat

seperti itu. Santri juga meminta kepada yang lain untuk memberikan solusi

jika sedang menghadapi kesulitan. Hal inilah yang membuat hubungan

santri dengan teman-temannya menjadi dekat.

c. Kemandirian (autonomy)

Kemandirian atau otonomi menekankan pada kemampuan untuk

mengarahkan diri sendiri dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku.

Kemandirian juga merupakan kemampuan untuk menentukan nasib sendiri

dan melawan tekanan sosial, berpikir, serta bertindak dengan cara tertentu.

Terlalu banyak maupun terlalu sedikit otonomi akan memiliki efek pada

kesejahteraan (Schreuers, dkk., 2004). Individu dengan kemandirian yang

baik ditandai dengan mampu menilai dan mengarahkan diri sendiri,

menghadapi tekanan sosial, serta mengatur tingkah lakunya sendiri.

Sebaliknya, kemandirian yang rendah menunjukkan bahwa individu

memperhatikan pengharapan, evaluasi dari orang lain, menyesuaikan diri

terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku (Ryff dan

Singer, 1996).

Di pondok pesantren, santri diharuskan untuk bisa hidup mandiri.

Karena jauh dari orang tua, santri dituntut untuk bisa menghidupi dan

mengatur dirinya sendiri. Pondok pesantren menciptakan suasana untuk

mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan berpikir, kedewasaan

Page 35: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berpikir, dan menemukan jati diri pada santri guna menumbuhkan

kemandirian santri. Dengan modal ilmu yang dimiliki, santri akan mampu

menentukan pilihan nasibnya sendiri dan berusaha mengatasi kesulitannya

dengan caranya sendiri, sehingga kemandirian santri sebagai peserta didik

dapat tumbuh dan berkembang dengan suasana dan kondisi lingkungan

tersebut (Ali, M., 2007).

d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk memilih

lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya dan kemampuan untuk

mengelola kehidupan individu tersebut dalam lingkungan di sekitar (Ryff

dan Keyes, 1995). Indivdu dengan penguasaan lingkungan yang baik akan

mampu mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang

kompleks, menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif,

mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan serta nilai-nilai pribadi. Sedangkan individu dengan penguasaan

lingkungan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengatur

aktivitas sehari-hari dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar

(Ryff dan Singer, 1996).

Selama santri belajar di pondok pesantren dibekali ilmu yang cukup

untuk digunakan ketika sudah keluar dari pondok pesantren. Dengan ilmu

yang dimiliki tersebut, santri bisa menempatkan dirinya pada lingkungan

yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, santri mempunyai

kemampuan menciptakan penerimaan perubahan-perubahan dalam

Page 36: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lingkungan kehidupan (Wahid, 2001), sehingga di pondok pesantren santri

telah disiapkan apabila setelah keluar dari pesantren dapat menciptakan

lapangan pekerjaan sendiri dengan ilmu yang dimilikinya (Daulay, 2001).

e. Tujuan hidup (purpose in life)

Dimensi ini mengarah kepada pemahaman individu tentang tujuan dan

makna hidup (Ryff dan Keyes, 1995). Individu yang mempunyai tujuan dan

arah hidup yang baik akan merasakan adanya arti dalam hidup pada masa

kini dan masa lampau. Sebaliknya, individu dengan tujuan dan arah hidup

yang kurang baik akan kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah, dan cita-

cita yang tidak jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa

lampau (Ryff dan Singer, 1996).

Ajaran agama yang diterima santri selama di pondok pesantren

mengajarkan santri untuk memiliki tujuan hidup dalam dirinya. Dengan

berpegang pada Al Quran dan Al Hadist, santri menjalani kehidupannya

sehari-hari dengan penuh makna dan tanpa mengeluhkan sesuatu karena

bagi santri, mengeluh berarti mereka tidak mensyukuri dan memaknai hidup

mereka. Untuk mencapai tujuan hidup, santri dalam hal ini diberi kebebasan

untuk memilih jalan hidup di dalam masyarakat nantinya dengan modal

yang dimiliki pada dirinya, sehingga bisa mencapai tujuan hidup masing-

masing (Rosyad, S. dan Tahqiq, N., 2001). Santri menggunakan ilmu dan

keterampilan yang telah didapatnya dari pondok pesantren untuk dapat

melakukan sesuatu yang berguna dalam pencapaian hidup yang diinginkan.

Page 37: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk

mengembangkan potensi diri dan menekankan tentang cara memandang diri

serta merealisasikan potensi yang ada dalam diri. Individu dengan

pertumbuhan yang baik, maka individu tersebut akan terbuka terhadap

pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya, dan dapat

melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan individu yang

pertumbuhan pribadinya kurang baik, tidak merasakan adanya

pengembangan potensinya dari waktu ke waktu, merasa jenuh, dan merasa

tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru

(Ryff dan Singer, 1996).

Santri memiliki kemampuan dan potensi di dalam dirinya yang

diperolehnya selama belajar di pondok pesantren dan akan digunakan santri

untuk mendapatkan pekerjaan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Selepas dari pondok pesantren, santri masih menuntut ilmu. Hal ini karena

pandangan santri mengenai ajaran agamanya yang mengajarkan bahwa

menuntut ilmu sampai mati dan berguna untuk kehidupan di akhiratnya

(Daulay, 2001).

Hurlock (2006) mengatakan bahwa terdapat beberapa esensi mengenai

keadaan sejahtera (well-being), yaitu sebagai berikut:

a. Sikap menerima (acceptance)

Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh sikap menerima diri yang

timbul dari penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang baik.

Page 38: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selanjutnya, Shaver dan Ferman (dalam Hurlock, 2006) menjelaskan,

bahwa kebahagiaan bergantung pada sikap menerima dan menikmati apa

yang telah dimilikinya.

Sikap menerima yang ada pada diri santri lebih kepada sikap untuk

menerima menerima kenyataan bahwa dirinya adalah santri yang harus

tinggal sebagai kelompok kecil di suatu tempat. Selain itu, sikap menerima

juga digunakan untuk menerima tentang perubahan pemikiran-pemikiran

yang berbeda dengan pemikiran dalam dirinya (Rumadi, 2006).

b. Kasih sayang (affection)

Cinta atau kasih sayang merupakan hasil dari sikap diterima oleh

orang lain. Cinta atau kasih sayang penting dalam penyesuaian diri.

Kurangnya cinta atau kasih sayang akan mempengaruhi kebahagiaan

individu.

c. Prestasi (achievement)

Prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan individu. Apabila

tujuan ini tidak realistis tinggi, maka akan timbul kegagalan dan individu

yang bersangkutan akan merasa tidak puas serta tidak bahagia.

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dimensi-

dimensi psychological well-being di atas, maka dalam penelitian ini akan

digunakan dimensi-dimensi psychological well-being dari Ryff (1989), yaitu

dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian,

penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Hal ini

disebabkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Ryff (1989) lebih

Page 39: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mencakup karakteristik seseorang yang memiliki kesejahteraan psikologis

dilihat dari beberapa pandangan tokoh seperti Rogers tentang orang yang

berfungsi secara penuh, Maslow tentang aktualisasi diri, Jung tentang

individuasi, Allport tentang kematangan, dan Erikson yang menggambarkan

individu mencapai integrasi daripada putus asa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-being

Ryff dan Singer (1996) mengemukakan terdapat empat faktor-faktor

yang mempengaruhi psychological well-being, yaitu:

a. Usia

Ryff (1989), Ryff dan Keyes (1995), serta Ryff dan Singer (1996)

melakukan penelitian yang menyebutkan bahwa penguasaan lingkungan dan

otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya usia.

Untuk tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi menunjukkan penurunan

dengan bertambahnya usia. Sementara itu, pada dimensi penerimaan diri

dan hubungan positif dengan orang lain menunjukkan bervariasi

berdasarkan usia.

Kebanyakan pondok pesantren biasanya dihuni oleh santri dengan usia

remaja antara usia 13 sampai 19 tahun (Syarifuddin, 2005). Seperti yang

telah diungkapkan oleh Ryff di atas, bahwa pada santri yang berusia lebih

tua maka penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) juga

mengalami peningkatan. Namun, dalam hal tujuan hidup akan mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan semakin bertambah usia santri akan semakin

banyak tujuan hidup yang telah dicapai oleh santri tersebut.

Page 40: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Jenis kelamin

Dari keseluruhan perbandingan usia pada data penelitian Ryff (1989),

perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada laki-laki pada

dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan

pribadi. Sementara untuk dimensi penerimaan diri, kemandirian, tujuan

hidup, dan penguasaan lingkungan tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan. Dalam suatu pondok pesantren terdapat santri laki-laki dan

perempuan, meskipun dalam prakteknya santri-santri tersebut dipisah antara

laki-laki dan perempuan. Berdasarkan teori dari Ryff, maka santri

perempuan memiliki hubungan positif dengan orang lain lebih tinggi

dibanding santri laki-laki.

c. Kelas sosial

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin Longitudinal (dalam

Ryff dan Singer, 1996) menunjukkan, bahwa orang dengan status pekerjaan

yang tinggi memiliki tingkat kesejahteraan psikologis tinggi, yang

ditunjukkan dengan adanya perbedaan pada dimensi pertumbuhan pribadi

dan dimensi tujuan hidup. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya

tingkat pendidikan seseorang. Tingginya tingkat pendidikan individu

menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengalaman dalam hidupnya

untuk mengatasi masalah, tekanan, dan tantangan. Seperti yang telah

dijelaskan, kesejahteraan psikologis pada santri akan meningkat sejalan

dengan bertambahnya ilmu yang dimiliki santri.

Page 41: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Latar belakang budaya

Sugianto (dalam Tenggara, dkk., 2008) mengatakan, bahwa perbedaan

budaya Barat dan Timur juga memberikan pengaruh yang berbeda. Dimensi

yang lebih berorientasi pada diri, seperti dimensi penerimaan diri dan

dimensi kemandirian lebih menonjol dalam konteks budaya Barat,

sedangkan dimensi yang berorientasi pada orang lain, seperti hubungan

positif dengan orang lain lebih menonjol dalam budaya Timur, sementara

dimensi pertumbuhan pribadi, penguasaan lingkungan, dan tujuan hidup

tidak menunjukkan adanya perbedaan (Ryff dan Singer, 1996). Santri di

pondok pesantren berasal dari bermacam-macam latar belakang budaya.

Setiap santri akan membawa pengaruh budaya terhadap santri yang lain.

Selain itu, Keyes, dkk. (2002) mengatakan ada dua faktor dalam

psychological well-being:

a. Variabel sosio-demografis

Variabel sosio-demografis yang mempengaruhi psychological well-

being antara lain: usia, jenis kelamin, pendidikan, ras, dan status

perkawinan.

b. Ciri kepribadian

Costa (dalam Keyes, dkk., 2002) mengatakan bahwa pribadi yang

terbuka dapat memperbesar potensi dan kemampuan individu untuk

pemenuhan diri, serta mampu mengevaluasi hidupnya sendiri sehingga lebih

mampu untuk mencapai psychological well-being.

Page 42: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari uraian-uraian di atas, diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi psychological well-being, meliputi: usia, jenis kelamin, status

sosial atau kelas sosial, latar belakang budaya, dan ciri kepribadian individu.

B. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas

Religiusitas berbeda dengan sikap beragama. Daradjat (1990)

berpendapat bahwa sikap beragama merupakan tingkah laku yang tidak dapat

dipisahkan dari keyakinan. Selain itu, orang yang melakukan sikap beragama

semata-semata didorong oleh keinginan untuk menghormati agama lain,

sehingga muncullah hubungan antar agama yang mengakibatkan kehidupan

yang harmonis antar umat beragama (Smith, dalam Muchtar, 2012). Adapun

religiusitas merupakan penghayatan keagamaan terhadap kepercayaannya yang

diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari (Hawari, 2004).

Religiusitas menurut Thouless (2000) ditunjukkan dengan kepercayaan,

ibadah, dan pengalaman, serta tidak mengakui keberadaan benda-benda dan

makhluk-makhluk sakral tetapi memperkuat keyakinannya. Jalaludin (2009)

mengatakan religiusitas sebagai keberagamaan, yaitu merupakan kemampuan

individu untuk menghayati nilai-nilai agama dan menjadikan nilai-nilai agama

tersebut sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku individu

tersebut.

Selanjutnya Asra (2006) menjelaskan religiusitas sebagai suatu keadaan

dalam diri seseorang untuk merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi

Page 43: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang menaungi kehidupan manusia dengan melaksanakan semua perintah

Tuhan sesuai dengan kemampuan dan meninggalkan seluruh larangan,

sehingga akan membawa ketenteraman dan ketenangan pada dirinya. Di

samping itu, religiusitas berkaitan juga dengan adanya internalisasi nilai-nilai,

aturan-aturan, dan kewajiban-kewajiban agama dalam diri individu, sehingga

individu tersebut selalu berada pada nilai-nilai agama yang diyakini pada setiap

perilakunya.

Ancok dan Suroso (1995) menyebutkan bahwa religiusitas diwujudkan

dalam berbagai sisi dimensi kehidupan manusia, tidak hanya pada saat aktivitas

melakukan ritual beribadah saja, tetapi juga pada saat melakukan aktivitas yang

tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Schleimacher (dalam Jalaludin,

2009) mengatakan bahwa religiusitas merupakan rasa ketergantungan terhadap

suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya dan dibuktikan dalam upacara

keagamaan serta pengabdian para penganut agama.

Dengan demikian, religiusitas adalah suatu keadaan seseorang dapat

menghayati nilai-nilai agama yang diyakininya dengan cara melaksanakan

perintah Tuhan dan menjauhi serta meninggalkan yang menjadi larangan

sebagai pedoman diri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari. Adapun religiusitas pada santri ditunjukkan dengan adanya

pengalaman tarekat yang melekat pada diri santri, yaitu dengan menjalankan

amalan-amalan senantiasa untuk mendekatkan diri pada Tuhan (Turmudi,

2004). Selain itu, religiusitas pada santri juga ditunjukkan dengan

Page 44: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memfokuskan segala aktivitas untuk menjalankan perintah agama (Basri,

2001).

2. Dimensi-dimensi Religiusitas

Glock (dalam Rakhmat, 2003) mengatakan bahwa terdapat lima dimensi

religiusitas, yaitu:

a. Dimensi ideologis (dimensi keyakinan)

Dimensi ini merupakan dimensi yang paling mendasar karena

membedakan satu agama dengan agama lainnya. Dimensi ini berkaitan

dengan keyakinan yang berisi tentang pengharapan-pengharapan, yaitu

orang religius berpegang pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin-doktrin dari kepercayaannya.

b. Dimensi ritualistik (dimensi praktik agama)

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang

dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang

dianutnya, misalnya sholat, zakat, dan puasa bagi orang Islam.

c. Dimensi eksperimental (dimensi pengalaman)

Dimensi yang berhubungan dengan perasaan, penghayatan,

pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan oleh penganut

agama. Dimensi ini disebut juga dengan religious experience (pengalaman

keagamaan).

d. Dimensi intelektual (dimensi pengetahuan agama)

Dimensi ini berkaitan dengan sikap orang dalam menerima dan

menilai ajaran agamanya, serta memahami ajaran-ajaran agamanya. Apabila

Page 45: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ada ajaran-ajaran baru yang berkaitan dengan agama, maka individu tersebut

akan menilai dan memahami ajaran baru tersebut yang selanjutnya akan

menerima ajaran tersebut atau bahkan menolaknya.

e. Dimensi konsekuensial

Dimensi konsekuensial menunjuk pada tingkatan seseorang dalam

berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau seberapa jauh

seseorang mampu menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-

harinya. Dimensi ini merupakan efek ajaran agama pada perilaku individu

dalam kehidupan sehari-hari.

Hawari (2002) membuat skala untuk mengukur religiusitas bagi

seseorang yang beragama Islam dengan dimensi, meliputi:

a. Rukun Iman, meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman

kepada para nabi, iman kepada kitab-kitab suci, iman kepada hari kiamat,

dan iman kepada takdir.

b. Rukun Islam, meliputi mengucapkan kalimat syahadat, mendirikan sholat,

mengeluarkan zakat, puasa, dan menunaikan ibadah haji.

c. Pengalaman, meliputi keimanan, keilmuan, pengendalian diri, kekeluargaan,

dan pergaulan sosial.

Dimensi yang diungkapkan oleh Glock (dalam Rahmat, 2003)

menjelaskan mulai dari dimensi yang paling mendasar tentang membedakan

ajaran agama satu dengan ajaran agama yang lain sampai kepada efek yang

ditimbulkan mengenai ajaran agama yang diyakini seseorang. Selain itu, pada

dimensi-dimensi yang diungkapkan juga terdapat aspek afeksi yang

Page 46: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ditunjukkan dengan adanya salah satu dimensi yang mengungkap tentang

perasaan seseorang tentang pengalaman keagamaannya. Adapun dimensi yang

diungkapkan oleh Hawari (2002) lebih menekankan pada kepercayaan

seseorang terhadap Tuhannya dan tentang perilaku serta sikap yang seharusnya

dilakukan oleh orang yang memiliki keyakinan tersebut.

Dari penjelasan di atas, penulis menggunakan dimensi yang

dikemukakan oleh Glock (dalam Rahmat, 2003) yang meliputi dimensi

ideologis, ritualistik, eksperimental, intelektual, dan konsekuensial. Hal ini

disebabkan dalam dimensi-dimensi tersebut lebih mengungkapkan lebih jelas

mengenai religiusitas.

C. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial menurut Wills (dalam Taylor, dkk., 1994) didefinisikan

sebagai persepsi atau pengalaman untuk memberikan perhatian, penghargaan,

dan merupakan suatu bagian dari kehidupan sosial untuk saling membantu.

Rahardjo, dkk. (2008) menjelaskan dukungan sosial adalah bantuan yang

diterima seseorang dari lingkungan maupun orang lain untuk mengatasi

masalah yang dihadapinya.

Sarason, dkk. (1983) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah

keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,

menghargai, dan menyayangi kita. Selanjutnya, Myers (2002) berpendapat

bahwa dukungan sosial dari orang tua biasanya didapatkan dari hubungan yang

Page 47: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hangat dengan orang tua, dan hubungan baik dengan orang tuanya tersebut

memberikan dukungan yang positif bagi mahasiswa dalam menjalin hubungan

dengan teman dan lingkungan sekitar.

Baron dan Byrne (2005) menjelaskan dukungan sosial sebagai bentuk

perasaan nyaman secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain

untuk menghadapi stres. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai suatu

kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima indivudu

dari orang lain maupun kelompok yang berupa penghiburan, perhatian,

penerimaan, atau bantuan dari orang lain (Sarafino, 1998).

Taylor, dkk. (1994) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah

seseorang memberi bantuan kepada yang lain. Selanjutnya Cobb (dalam

Taylor, 1995) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pemberian informasi

dari orang lain bahwa seseorang dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh orang

tua, pasangan, kerabat, teman, kontak sosial, dan komunitas.

Johnson dan Johnson (1991) mengartikan dukungan sosial sebagai

keberadaan orang-orang untuk memberikan bantuan, semangat, penerimaan,

dan perhatian yang dapat dipergunakan oleh orang lain yang menerima untuk

mengatasi masalah dan meningkatkan kesejahteraan dalam dirinya.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

dukungan sosial adalah suatu bantuan yang diberikan seseorang kepada orang

lain berupa informasi, perhatian, rasa aman, dan penghargaan yang memiliki

efek emosional bagi orang yang menerima dan digunakan untuk membantu

individu dalam menghadapi situasi yang menegangkan bagi individu tersebut.

Page 48: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dukungan sosial pada santri ditunjukkan dengan adanya jiwa tolong-menolong

diantara santri dan suasana persaudaraan, hal ini disebabkan santri harus

mengerjakan pekerjaan secara bersama-sama, sehingga mereka saling

membantu satu dengan yang lainnya (Basri, 2001). Selain itu, juga adanya

dukungan masyarakat disekitar yang mendukung kegiatan-kegiatan santri di

tengah-tengah masyarakat, sehingga santri merasa diberikan dukungan sosial

(Siradj, S., 1999).

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial

House dan Khan (1985) membedakan aspek dukungan sosial menjadi

empat, yaitu:

a. Dukungan emosional

Merupakan pemberian dukungan berupa ungkapan empati,

kepedulian, dan perhatian terhadap orang-orang yang bersangkutan.

b. Dukungan penghargaan atau penilaian

Berupa ungkapan rasa hormat kepada seseorang, dorongan untuk

maju, persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan

satu orang dengan orang lainnya. Hal ini berkaitan dengan pengakuan,

umpan-balik, dan perbandingan sosial.

c. Dukungan informatif

Informasi dapat berupa pemberian nasihat, pengarahan, saran,

petunjuk, dan umpan-balik yang berguna bagi individu untuk menyelesaikan

masalah.

Page 49: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Dukungan instrumental

Bantuan instrumental dapat berupa bantuan langsung seperti

pemberian bantuan alat, keuangan, dan peluang waktu. Bantuan ini bersifat

langsung.

Selanjutnya, Sarafino (1998) menjelaskan ada lima aspek dukungan

sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Merupakan dukungan yang merupakan ekspresi dari afeksi,

kepercayaan, perhatian, dan perasaan yang didengarkan. Dalam hal ini

mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian kepada orang yang

menerima.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan penghargaan yang

positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau

perasaan individu, dan perbandingan positif antara satu individu dengan

individu yang lain. Hal seperti ini akan mengembangkan penghargaan diri.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini mencakup dukungan secara langsung yang berupa

waktu, jasa, dan uang. Dukungan ini membantu seseorang untuk melakukan

aktivitasnya.

d. Dukungan informatif

Membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas

wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.

Page 50: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informasi diperlukan untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Dukungan ini mencakup pemberian nasihat, petunjuk,

saran-saran, informasi, dan umpan balik.

e. Dukungan jaringan sosial

Merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok yang saling

berbagi kesenangan dan aktivitas sosial. Dukungan semacam ini mencakup

tentang perasaan keanggotaan dalam kelompok.

Pada dasarnya bentuk-bentuk dukungan sosial yang diungkapkan di atas

adalah sama, yaitu membagi dukungan sosial menjadi dukungan penghargaan,

dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan instrumental. Hanya

saja pada bentuk-bentuk dukungan sosial yang diungkapkan oleh Sarafino

(1998) terdapat bentuk dukungan sosial yang berupa dukungan jaringan sosial.

Berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah disampaikan oleh

beberapa ahli di atas, maka untuk pengukuran dukungan sosial digunakan

aspek dukungan sosial dari House dan Khan (1985), yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif, dan dukungan

instrumental. Hal ini disebabkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan keadaan

subjek yang akan diteliti.

Page 51: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan

Psychological Well-being

1. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan

Psychological Well-being

Dalam pendidikan di pondok pesantren, tugas santri adalah menuntut

ilmu dari kiai yang ada. Pada kesehariannya, santri dituntut untuk senantiasa

mengikuti semua jadwal yang ada di pondok pesantren, mulai dari bangun

tidur hingga kembali tidur. Di samping melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai seorang santri, santri juga harus bergaul dengan teman-

temannya yang ada di pondok pesantren.

Banyak persoalan yang harus dihadapi santri pada kehidupannya di

pondok pesantren. Dari masalah dengan pihak pondok pesantren, ribut

dengan teman seasrama yang apabila ketahuan oleh pihak pondok pesantren

akan terkena skors, sampai melanggar peraturan yang ada. Hal tersebut

membuat banyak santri yang kabur dari pondok pesantren. Persoalan-

persoalan tersebut akan membuat psychological well-being pada santri

tersebut akan terpengaruh. Hal ini dikarenakan persoalan yang sedang

dihadapi tersebut akan mempengaruhi seorang santri dalam menerima dan

berhubungan dengan orang lain.

Seperti yang dikatakan oleh Ryan dan Deci (2001) bahwa psychological

well-being terkait dengan fungsi optimal atau positif dari individu. Seorang

santri dihadapkan pada kondisi untuk mampu menghadapi berbagai hal yang

dapat memicu permasalahan dalam kehidupannya di lingkungan pondok

Page 52: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pesantren, mampu melewati periode sulit dalam kehidupan dengan

mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri, sehingga santri

tersebut merasakan kebahagiaan hidup. Kebahagaiaan tersebut dapat dicapai

oleh seorang santri apabila santri tersebut mempunyai hubungan positif

dengan orang lain yang baik, mampu menguasai lingkungan, mampu

mengatur dan mengontrol lingkungan tempatnya berada, serta bersikap

mandiri. Dengan begitu, santri akan mencapai fungsi optimal pada dirinya

karena kebutuhan psikologis tersebut terpenuhi.

Agar seorang santri dapat mencapai suatu kondisi psychological well-

being, maka diperlukan religiusitas untuk membantu dalam menyelesaikan

suatu masalah yang sedang dihadapi untuk mencapai suatu kesejahteraan

psikologis. Apabila seorang santri memiliki religiusitas yang baik, maka

dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi akan menyikapinya

sesuai dengan ajaran agamanya.

Penelitian Ellison (dalam Taylor, 1995) menyatakan, bahwa agama

mampu meningkatkan psychological well-being dalam diri seseorang. Hasil

penelitian Ellison ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki

kepercayaan terhadap agama yang kuat memiliki kepuasan hidup yang tinggi,

kebahagiaan personal yang lebih tinggi, peristiwa traumatis yang lebih

rendah, jika dibandingkan individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap

agama yang kuat. Hal ini disebabkan ide-ide dan keyakinan keagamaan akan

berpengaruh pada keyakinan dan kognisi yang sangat berkontribusi terhadap

Page 53: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tujuan hidup dan emosi positif lainnya. Oleh karena itu, penting sekali bagi

seorang santri memiliki religiusitas untuk mencapai psychological well-being.

Selain memerlukan religiusitas, seorang santri juga membutuhkan

dukungan sosial untuk mencapai tahapan psychological well-being.

Dukungan sosial merupakan suatu bentuk pemberian perasaan nyaman baik

secara fisik maupun psikologis oleh teman maupun keluarga untuk

menghadapi stress (Baron dan Byrne, 2005). Santri yang mendapat dukungan

sosial yang baik akan merasakan kesenangan, rasa aman, perhatian,

penghargaan, atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau

dari kelompoknya. Apabila santri mendapatkan dukungan sosial dalam

menghadapi masalah dan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, maka

akan dapat menikmati kondisi kesejahteraan psikologisnya (psychological

well-being). Namun sebaliknya, apabila seorang santri kurang mendapatkan

dukungan sosial dari lingkungan sekitar, maka santri akan mendapatkan

kesulitan-kesulitan dalam menjalani kehidupannya yang berakibat depresi.

Dukungan sosial yang diberikan kepada santri dapat berfungsi lebih

efektif dalam mencapai psychological well-being bila bekerja bersama-sama

dengan sikap religiusitas yang dimiliki oleh santri. Hal ini karena dukungan

sosial membantu santri dalam menerapkan sikap religiusitas yang dimilikinya

dalam kehidupan sehari-hari. Aspek-aspek yang terdapat didalam religiusitas

memerlukan dukungan sosial dari orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

menerapkannya dalam mencapai psychological well-being pada dirinya.

Semakin tinggi sikap religiusitas yang dimiliki seorang santri dan semakin

Page 54: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tingginya dukungan sosial yang diberikan kepada santri, maka akan semakin

tinggi pula psychological well-being yang dimilki oleh seorang santri. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah religiusitas dan dukungan sosial yang

diberikan kepada santri, maka akan semakin rendah pula psychological well-

being yang akan dimiliki oleh santri.

2. Hubungan antara Religiusitas dengan Psychological Well-being

Seorang santri harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar

dan juga harus bisa menjaga dirinya dari beberapa tekanan masalah yang

mungkin terjadi di lingkungan pondok pesantren selama mengikuti

pendidikan. Santri akan mengikuti kegiatan secara rutin yang telah

ditetapkan. Kegiatan tersebut akan membawa pada perubahan yang positif,

seperti dapat menerima kekurangan diri sendiri, hati merasa tenang,

timbulnya rasa hormat yang tinggi kepada orang lain, dan timbulnya rasa

untuk lebih menghargai orang lain. Dengan begitu, seorang santri akan

mencapai kondisi psychological well-being pada dirinya.

Psychological well-being merupakan pencapaian penuh dari potensi

psikologis seseorang, di mana individu tersebut dapat menerima kekuatan dan

kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, menciptakan hubungan positif

dengan orang lain di sekitarnya, memiliki kemampuan untuk mengambil

keputusan, mampu mengatur lingkungannya, memiliki tujuan hidup, dan

merasa mampu melalui tahap-tahap perkembangan dalam kehidupannya

(Ryff, 1989).

Page 55: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Liputo (2009) menyatakan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

psychological well-being, salah satunya adalah religiusitas. Religiusitas

merupakan hal yang berkaitan dengan segala persoalan hidup dengan

Tuhannya. Religiusitas menurut Tholess (2000) merupakan suatu perilaku

yang ditunjukkan dengan kepercayaan, ibadah, dan pengalaman. Kepercayaan

tersebut mencakup kepercayaan tentang agama dengan tidak mengakui

keberadaan benda-benda dan makhluk-makhluk sakral.

Bastaman (dalam Liputo, 2009) menyatakan, bahwa individu yang

memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai setiap kejadian

hidupnya secara positif, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna dan

terhindar dari stres maupun depresi. Hal serupa juga dikemukakan oleh

Liputo (2009) dalam penelitiannya, yang menunjukkan hasil bahwa

religiusitas mempunyai pengaruh terhadap psychological well-being.

Komitmen religiusitas memiliki hubungan yang positif dengan psychological

well-beng. Dengan kata lain, seseorang yang menjalankan kegiatan

keagamaan, seperti beribadah, berdoa, dan membaca kitab suci agama

diasumsikan akan memiliki kondisi psychological well-being yang baik pula.

Hal ini terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stres dan menahan

produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon

stres ini dihubungkan dengan aspek kesehatan, yaitu sistem kekebalan tubuh

yang semakin meningkat (McCulloug & Others, dalam Santrock, 2002).

Oleh karena itu, religiusitas sangat diperlukan oleh seorang santri agar

dapat merasakan psychological well-being dalam kehidupannya. Santri yang

Page 56: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memiliki religiusitas tinggi dalam dirinya, maka semakin tinggi pula

psychological well-being yang dimilikinya. Namun sebaliknya, seorang santri

dengan religiusitas yang rendah, maka akan semakin rendah pula

psychological well-being yang dimiliki santri tersebut.

3. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being

Setiap santri yang berada di pondok pesantren secara tidak langsung

mereka dituntut untuk bisa hidup mandiri, dapat berhubungan positif dengan

orang lain, dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Keadaan

tersebut akan membawa seorang santri pada suatu keadaan yang disebut

dengan psychological well-being. Psychological well-being yang dimiliki

seorang santri tersebut akan berguna untuk menjalani kehidupan sehari-hari

santri dan lebih memaknai kehidupannya.

Bagi seorang santri untuk mencapai kesejahteraan psikologis sangat

diperlukan suatu dukungan sosial, terlebih lagi untuk menghadapi dan

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini sama seperti yang

diungkapkan oleh Ryff (1989), bahwa hubungan positif dengan orang lain

menunjukkan adanya hubungan kesejahteraan psikologis dengan dukungan

sosial. Selain itu, tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan

bahwa individu memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan di

sekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, dan dapat membangun

hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain (Ryff dan Singer, 2008).

Dukungan sosial merupakan dukungan yang diperoleh dari hubungan

dengan orang lain yang diharapkan dapat membantu individu menanggulangi

Page 57: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan menghadapi keadaan yang menegangkan dan menyedihkan (Taylor,

1995). Seseorang yang mengalami keadaan menegangkan membutuhkan

orang lain untuk menghadapi situasi tersebut dengan tenang dan baik. Hal ini

senada dengan apa yang diungkapkan oleh Smet (1994), bahwa jika individu

merasa didukung oleh lingkungannya, segala sesuatu dapat menjadi lebih

mudah pada saat mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan atau

kejadian yang membuat individu menjadi tertekan.

Sarafino (1998) berpendapat bahwa dukungan sosial dapat diperoleh

dari keluarga, teman, suami atau istri, rekan kerja, dan organisasi

kemasyarakatan. Bagi santri, dukungan keluarga, teman, dan pihak pondok

pesantren sangat dibutuhkan dalam menghadapi situasi-situasi yang dirasa

menegangkan.

Johnson dan Johnson (1991) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat

meningkatkan psychological well-being seseorang yang merupakan perhatian,

kasih sayang, pengertian, dan kedekatan yang mengarah pada keyakinan akan

memperjelas individu dan meningkatkan harga diri individu. Dukungan sosial

membuat seseorang lebih bisa menerima kehidupan dan memandang positif

pada diri sendiri. Selain itu, diukungan sosial juga dapat mengurangi tingkat

stres. Orang yang jarang stres akan lebih merasa bahagia dibandingkan orang

dengan stres yang tinggi. Seseorang yang tidak mempunyai gejala depresi dan

merasa bahagia akan mempunyai psychological well-being yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa dukungan sosial memiliki

peran penting pada seorang santri untuk mencapai psychological well-being.

Page 58: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Apabila seorang santri mendapatkan dukungan sosial yang tinggi, maka

psychological well-being yang dimiliki juga tinggi.

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1

Kerangka Berpikir

F. Hipotesis

Dari uraian yang telah dijelaskan, hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being pada santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten.

2. Ada hubungan positif antara religiusitas dengan psychological well-being

pada santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas

Klaten.

Santri Pondok Pesantren

Dukungan Sosial Religiusitas

Psychological Well Being pada

Santri Pondok Pesantren

Page 59: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan psychological well-

being pada santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas

Klaten.

Page 60: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel yang diamati, yaitu dua variabel

prediktor dan satu variabel kriterium, sebagai berikut:

1. Variabel kriterium: Psychological well-being

2. Variabel prediktor:

a. Religiusitas

b. Dukungan sosial

B. Definisi Operasional

1. Psychological Well-being

Psychological well-being adalah fungsi optimal yang merupakan hasil

pemenuhan kebutuhan psikologis seseorang yang mampu menerima kelebihan

dan kelemahan pada dirinya, membina hubungan positif dengan orang lain,

bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mampu menguasai lingkungan di

sekitarnya, memiliki tujuan hidup dalam dirinya, serta mampu melewati setiap

tahapan perkembangan dalam hidupnya (Ryff, 1989).

Psychological well-being dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala psychological well-being yang dimodifikasi oleh peneliti

berdasarkan Ryff’s scales of psychological well-being dari Ryff (1989).

Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula psychological

Page 61: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

well-being yang dimiliki seseorang. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh, maka semakin rendah psychological well-being yang

dimilikinya.

2. Religiusitas

Religiusitas merupakan keadaan seseorang dalam menghayati nilai-nilai

agama yang diyakininya dengan cara melaksanakan perintah Tuhan dan

menjauhi serta meninggalkan yang menjadi larangan, sebagai pedoman diri

dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Religiusitas dalam penelitian ini diukur dengan skala religiusitas yang

disusun peneliti berdasarkan dimensi religiusitas yang diungkapkan Glock

(dalam Rakhmat, 2003), meliputi: dimensi ideologis, dimensi ritualistik,

dimensi eksperimental, dimensi intelektual, dan dimensi konsekuensial.

Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula religiusitas

yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin

rendah religiusitas yang ada.

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepada

orang lain berupa informasi, perhatian, rasa aman, dan penghargaan yang

memiliki efek emosional bagi orang yang menerima dan digunakan untuk

membantu individu dalam menghadapi situasi yang menegangkan bagi

individu tersebut.

Page 62: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dukungan sosial diukur dengan skala yang disusun peneliti berdasarkan

aspek dukungan sosial yang dikemukakan House dan Khan (1985), meliputi

dukungan emosional, dukungan penghargaan atau penilaian, dukungan

informatif, dan dukungan instrumental. Semakin tinggi skor yang diperoleh,

maka semakin tinggi pula dukungan sosial yang diterima seseorang. Namun

sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula

dukungan sosial yang diterimanya.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas VIII pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten yang terdiri

atas 158 santri, yang terbagi dalam lima kelas. Pemilihan populasi ini

didasarkan pada pertimbangan santri kelas VIII pondok pesantren Tahfidzul

Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten karena kelas VIII sudah mulai berinteraksi secara

baik dengan teman-teman dan telah mengikuti banyak kegiatan keagamaan di

pondok pesantren. Selain itu, kelas VIII juga merupakan masa-masa para santri

mengalami sebuah kebosanan dan tekanan selama di pondok pesantren.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah cluster sampel, yaitu sampel yang

sudah dikelompokkan, yang dimaksud sebagai kelompok dalam penelitian ini

adalah kelas. Penelitian ini menggunakan tiga kelas.

Page 63: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel

secara acak untuk memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap kelas

untuk dijadikan sampel penelitian, kemudian mengundinya.

Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini didasarkan pendapat

Roscoe (dalam Sugiyono, 2011) tentang penentuan ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 subjek. Jumlah sampel

dalam penelitian sebanyak 77 santri.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari seorang santri melalui

tanggapan atas skala yang diberikan. Data sekunder sebagai data pendukung

penelitian diperoleh dari lokasi penelitian berupa wawancara dengan pihak

terkait. Data sekunder tidak diikutsertakan dalam analisis data.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga jenis skala sikap, yaitu skala

psychological well-being, skala religiusitas, dan skala dukungan sosial. Skala

psychological well-being merupakan modifikasi, sedangkan skala religiusitas

dan dukungan sosial disusun sendiri oleh peneliti. Ketiga skala tersebut akan

diberikan secara langsung kepada sampel penelitian di pondok pesantren.

Page 64: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penyusunan aitem-aitem dalam skala psychological well-being, skala

religiusitas, dan skala dukungan sosial dikelompokkan menjadi aitem

favourable dan unfavourable, subjek diminta memilih salah satu dari empat

alternatif jawaban yang disediakan meliputi sangat sesuai (SS), sesuai (S),

tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Berikut adalah cara penyekoran skala psychological well-being, skala

religiusitas dan skala dukungan sosial.

Tabel 1

Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable

Kategori Jawaban Nilai/Skor

Favorable Unfavorable

SS (Sangat Sesuai) 4 1

S (Sesuai) 3 2

TS (Tidak Sesuai) 2 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

Azwar (2010) menyatakan, bahwa penentuan skor yang bergerak dari 1

sampai 5 akan menghasilkan rentang skala yang kurang lazim dalam sudut

pandang pengukuran dan akan menyulitkan dalam proses pengukuran

selanjutnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pemberian skor bergerak dari

1 sampai 4.

a. Skala Psychological Well-being

Psychological well-being pada subjek diukur menggunakan skala

modifikasi Ryff’s sacles of psychological well-being dari Ryff (1989),

dengan dimensi yang meliputi penerimaan diri, hubungan positif dengan

Page 65: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan

pertumbuhan pribadi. Skala psychological well-being terdiri atas 42 aitem

yang terbagi menjadi 20 aitem favourable (mendukung) dan 22 aitem

unfavourable (tidak mendukung). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka

semakin tinggi pula psychological well-being yang dimiliki seorang santri.

Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin

rendah psychological well-being yang dimiliki. Blue print skala

psychological well-being dapat dilihat pada tabel berikut :

Table 2

Blue Print Skala Psychological Well-being

No. Dimensi aspek Indikator Aitem Frek % Jumlah

Favoura-

ble

Unfavou-

Rable

1. Penerimaan diri Menerima

kekurangan diri

3, 12 30, 38 16,7% 7

Memiliki sikap

positif terhadap diri

sendiri

20, 22 6

2. Hubungan

positif dengan

orang lain

Kedekatan dan

penerimaan dalam

hubungan

10, 24 36, 14 16,7% 7

Memiliki empati 18, 29 1

3. Kemandirian Tidak bergantung

orang lain

13 42 16,7% 7

Mengambil

keputusan

15 5

Melawan tekanan

sosial

26, 34 8

4. Penguasaan

lingkungan

Mengontrol aktivitas 17, 40 21, 11 16,7% 7

Melaksanakan

tanggung jawab

25, 32 2

5. Tujuan hidup Memiliki tujuan 16 31, 41, 9 16,7% 7

Page 66: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hidup

Memaknai arti hidup

yang telah dijalani

23 7, 39

6. Pertumbuhan

pribadi

Melakukan perbaikan

dalam hidup

27 4, 19 16,7% 7

Terbuka dengan

pengalaman baru

33 28, 35, 37

Jumlah 20 22 100% 42

b. Skala Religiusitas

Religiusitas pada subjek diukur dengan skala, yang disusun

berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Glock (dalam

Rakhmat, 2003), yaitu dimensi ideologis (dimensi keyakinan), dimensi

ritualistik (dimensi praktik agama), dimensi eksperimental (dimensi

pengalaman), dimensi intelektual (dimensi pengetahuan agama), dan

dimensi konsekuensial (dimensi konsekuensi). Skala berisi 30 aitem, yang

terbagi dalam 15 aitem favourable (mendukung) dan 15 aitem unfavourable

(tidak mendukung). Skala ini disusun berdasarkan model skala Likert.

Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka tingkat religiusitas yang dimiliki

oleh seorang santri semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat religiusitasnya. Blue

print skala religiusitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 67: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3

Blue Print Skala Religiusitas

No. Dimensi aspek Indikator Aitem Frek

%

Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Dimensi

ideologis

Kepercayaan

kepada Tuhan

3, 21 12 20% 6

Yakin akan

kebenaran

ajaran agama

10 19, 27

2. Dimensi

ritualistik

Patuh dalam

menjalankan

perintah agama

1, 23, 7 15, 17, 30 20% 6

3. Dimensi

eksperimental

Pengalaman

keagamaan

yang pernah

dialami

5, 9, 13 16, 25, 26 20% 6

4. Dimensi

intelektual

Pengetahuan

dan pemahaman

tentang aaran

agama

4, 6, 24 14, 18, 29 20% 6

5. Dimensi

konsekuensial

Penerapan

ajaran agama

dalam perilaku

sehari-hari

2, 8, 11 20, 22, 28 20% 6

Jumlah 15 15 100% 30

c. Skala Dukungan Sosial

Dukungan sosial pada subjek diukur dengan skala yang disusun

berdasarkan teori yang dikembangkan oleh House dan Khan (1985), yaitu

meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan atau penilaian,

dukungan informatif, dan dukungan instrumental. Skala dukungan sosial

terdiri atas 32 aitem yang terbagi menjadi 16 aitem favourable (mendukung)

dan 16 aitem unfavourable (tidak mendukung). Skala dukungan sosial ini

disusun berdasarkan model skala Likert, semakin tinggi skor yang

Page 68: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh, maka semakin tinggi pula dukungan sosial yang diterima seorang

santri. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka

semakin rendah dukungan sosial yang diterimanya. Blue print skala

dukungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Blue Print Skala Dukungan Sosial

No. Aspek Indikator Aitem Frek

%

Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Dukungan

emosional

Rasa empati 24, 2 8, 26 25% 8

Kepedulian 9 17

Perhatian 15 31

2. Dukungan

penghargaan

Penilaian

positif

11, 5 27, 4 25% 8

Dorongan

untuk maju

21, 30 14, 20

3. Dukungan

informatif

Pemberian

nasehat

1, 16 6 25% 8

Umpan balik 23 12

Informasi

dan saran

18 32, 25

4. Dukungan

instrumental

Bantuan

langsung

10, 28 3, 29 25% 8

Membantu

pekerjaan

22, 13 7, 19

Jumlah 16 16 100% 32

Page 69: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas Alat Ukur

Skala psychological well being, skala religiusitas, dan skala dukungan

sosial dalam penelitian ini akan diuji validitasinya menggunakan professional

judgment review oleh dosen pembimbing. Selain itu, skala juga akan diuji daya

beda aitemnya dengan menggunakan korelasi product moment.

Adapun rumusnya:

Keterangan:

X = skor responden pada pernyataan tertentu

Y = skor responden pada skala sikap

n = banyaknya responden keseluruhan

Taraf signifikansi yang digunakan dalam menguji validitas skala-skala

penelitian ini adalah 5%. Aitem-aitem dalam skala penelitian ini yang memiliki

probabilitas kurang dari 0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak akan

digunakan dalam penelitian, hanya aitem-aitem yang lulus dalam pengujian

validitas yang akan digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya

menggunakan bantuan komputer Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 17.0.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Hal ini ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang diperoleh para

subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara

Page 70: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas,

yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas (Azwar, 2010).

Skala dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Alpha Cronbach,

dengan rumus:

Keterangan:

α = koefisien reliabilitas yang dicari

k = jumlah butir pertanyaan

= varians butir-butir pertanyaan

σ = varians skor total

Untuk mempermudah perhitungan, maka penghitungan ini

menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi

17.0.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik. Berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian, maka teknik analisis regresi

linear berganda dipilih oleh peneliti untuk menganalisis data penelitian. Hal ini

karena pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel

tergantung. Penggunaan teknik analisis regresi linear berganda dimaksudkan

Page 71: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being.

Rumus analisis regresi linear berganda adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn + e

Keterangan:

a = intercept/nilai Y bila semua Xn = 0

b1, b2, b3, bn = koefisien regresi

X1, X2, X3,...Xn = variabel independen

Y = variabel dependen

e = error/residu

Untuk dapat menggunakan teknik analisis regresi ganda, harus dilakukan

tahapan perhitungan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu meliputi:

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan melihat nilai Kolmogorov-

Smirnov. Data yang dinyatakan berdistribusi normal adalah jika

signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Page 72: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui dua variabel mempunyai

hubungan linear atau tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan linear

apabila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan linear antarvariabel independen dalam model regresi. Prasyarat

yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya

multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya ketidaksamaan varians dari residual pada model regresi. Prasyarat

yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya

heteroskedastisitas.

c. Uji Otokorelasi

Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya otokorelasi.

Selain itu, digunakan pula teknik analisis korelasi parsial untuk

mengetahui hubungan antardua variabel. Analisis korelasi parsial digunakan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel, variabel lain yang dianggap

Page 73: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Data yang

diperoleh dari hasil penyebaran skala serta pengujian hipotesis secara keseluruhan

diolah dan diuji dengan menggunakan bantuan komputer Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Page 74: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah

Penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial

dengan psychological well-being dilakukan pada santri kelas VIII di Pondok

Pesanren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten yang beralamatkan di Jalan

Klaten-Solo Km. 4 Belang Wetan Klaten Utara. Sebelum melakukan penelitian,

terlebih dahulu dilakukan survey awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan

dengan subjek. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten

merupakan lembaga pendidikan Islam. Pada tanggal 22 Juli 2003 berdirilah

Yayasan Islamic Center Ibnu Abbas Klaten yang bergerak di bidang sosial dan

pendidikan. Kemudian, pada tanggal 18 Juni 2007 berdirilah SMPIT Ibnu Abbas

Boarding School Plus. Plus yang dimaksudkan adalah Program wajib Tahfidzul

Qur‟an.bagi seluruh siswa.

Selama tahun ajaran 2007/ 2008, SMPIT Ibnu Abbas Boarding School Plus

masih menerapkan sistem ganda yaitu sistem full day school dan sistem boarding

(siswa tinggal di asrama). Berdasarkan evaluasi efektifitas dan hasil pembelajaran

selama satu tahun dan keinginan yang kuat dari para pengurus Yayasan, maka

mulai tahun ajaran 2008/2009 diputuskan hanya menggunakan satu sistem yaitu

sistem Pondok Pesantren. Semua siswa tanpa kecuali wajib tinggal diasrama.

Mulai tahun ajaran 2008/2009 inilah kerangka pendidikan Sistem Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an (PPTQ ) Ibnu Abbas mulai dimantapkan dengan

Page 75: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program istimewa dan unggulan Tahfidzul Qur‟an dengan tanpa mengabaikan

program pendidikan formal SMPIT yang telah ada. Seiring dengan berjalannya

waktu, pada tahun 2012 berdirilah SMAIT Ibnu „Abbas Klaten.

Visi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten adalah

“Terdepan dalam mencetak generasi Qur‟ani pengemban risalah Islam berkafaah

ilmiah dan amaliyah tinggi.”

Adapun misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten

adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pembelajaran sains dan teknologi yang berbasis Al Qur‟an.

2. Membangun karakter Islam yang mengedankan Akhlak Qur‟aniyah.

3. Menyiapkan kader dakwah yang tangguh.

4. Melakukan pembelajaran Al Qur‟an yang terpadu.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten dipilih sebaai

lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan

psychological well-being belum pernah dilakukan di pondok pesantren

tersebut.

2. Ada fenomena yang berkaitan dengan penelitian tentang psychological well-

being.

3. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di pondok pesantren

tersebut.

Page 76: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan

penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

1. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang

diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tanggal 6 Desember 2012 peneliti meminta Surat Izin Penelitian dengan

nomor 1023/UN27.06.7.1/PN/2012 dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang ditujukan kepada Kepala

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten.

b. Mengajukan surat ijin penelitian ke Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Ibnu „Abbas Klaten.

c. Setelah mendapatkan ijin dari pihak pondok pesantren, peneliti dapat

membuat timeline jadwal uji coba dan jadwal pelaksanaan penelitian.

2. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 skala, yaitu

skala psychological well-being, skala religiusitas, dan skala dukungan sosial.

Skala psychological well-being disusun dengan melakukan modifikasi pada

Ryff’s scales of psychological well being dari Ryff (1989), yang dimensi-

dimensinya meliputi: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,

kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Page 77: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Skala ini terdiri atas 42 aitem, yaitu 20 aitem favourable dan 22 aitem

unfavourable.

Skala religiusitas terdiri atas 30 aitem, yaitu 15 aitem favourable dan 15

aitem unfavourable. Skala religiusitas disusun berdasarkan pada dimensi-

dimensi yang dikemukakan oleh Glock (dalam Rakhmat, 2003), yaitu dimensi

ideologis (dimensi keyakinan), dimensi ritualistik (dimensi praktik agama),

dimensi eksperimental (dimensi pengalaman), dimensi intelektual (dimensi

pengetahuan agama), dan dimensi konsekuensial (dimensi konsekuensi).

Selanjutnya, skala dukungan sosial terdiri atas 32 aitem, yaitu 16 aitem

favourable dan 16 aitem unfavourable. Skala dukungan sosial disusun

berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh House dan Khan (1985), yaitu

meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan atau penilaian,

dukungan informatif, dan dukungan instrumental.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh santri

kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten berjumlah

158 santri. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random dengan

teknik cluster random sampling, yaitu dengan melakukan randomisasi

terhadap kelas, kemudian cara pemilihannya dengan cara menggunakan

undian. Berdasarkan uraian Roscoe (dalam Sugiyono, 2011), penentuan

ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan

Page 78: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

500 subjek. Dari populasi penelitian yang berjumlah lima kelas dilakukan

cluster random sampling dengan undian dan didapatkan dua kelas, yaitu kelas

VIII A1 dan VIII B2 untuk uji-coba serta tiga kelas, yaitu kelas VIII A2, VIII

B1, dan VIII B3 untuk penelitian.

2. Pelaksanaan Uji Coba

Setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang

akurat dan objektif, salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur

yang digunakan harus sahih dan reliabel atau handal (Hadi, 2004). Oleh

karena itu sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba untuk mengetahui indeks daya beda item-item dari tiap-tiap skala dan

reliabilitas skala tersebut. Skala penelitian diujicobakan kepada kelompok

subjek yang mempunyai karakteristik setara dengan subjek penelitian (Azwar,

2010). Skala yang diujicobakan ini adalah skala psychological well-being,

skala religiusitas, dan skala dukungan sosial. Uji-coba skala ini dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 7 Desember 2012 pada santri kelas VIII A1 dan VIII

B2. Jumlah santri dari kedua kelas tersebut sebanyak 65 santri, adapun yang

mengikuti uji-coba sebanyak 60 santri. Hal ini disebabkan ada santri yang

tidak masuk. Dari 60 eksemplar yang dibagikan, semua terkumpul dan

memenuhi syarat untuk dilakukan skoring serta dianalisis validitas dan

reliabilitasnya.

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Data yang telah terkumpul dari ketiga alat ukur kemudian diskor sesuai

dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan, untuk selanjutnya diuji

Page 79: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan berdasarkan professional

judgment, yang dilakukan oleh pembimbing utama dan pembimbing

pendamping sebagai pihak yang berkompeten, dan dinyatakan bahwa

penampilan alat ukur telah memenuhi kesan mampu mengungkap atribut

yang hendak diukur sehingga face validity dari ketiga alat ukur dalam

penelitian ini telah terpenuhi. Selanjutnya, daya beda aitem untuk ketiga alat

ukur diuji menggunakan formula koefisien korelasi product moment Pearson.

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat kestabilan hasil suatu

pengukuran. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang

angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.

Sebaliknya, koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti

semakin rendah reliabilitasnnya (Azwar, 2010).

Sebelum dihitung daya beda aitem dan reliabiitas, terlebih dahulu

dilakukan skoring atas tiga skala yang digunakan, yaitu skala psychological

well-being, skala religiusitas, dan skala dukungan sosial. Skoring pada aitem

favourable, yaitu skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk jawaban

Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Setuju

(STS). Selanjutnya, skor pada aitem unfavourable terdiri dari skor 4 untuk

jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), 2

untuk Sesuai (S), dan 1 untuk Sangat Setuju (SS).

Adapun hasil skoring, daya beda aitem, dan reliabilitas untuk ketiga

skala adalah sebagai berikut:

Page 80: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Skala Psychological Well-being

Skala psychological well-being pada saat uji coba terdiri dari 42

aitem, setelah dilakukan uji validitas terdapat 11 aitem yang dinyatakan

gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor 1, 3, 4, 5, 15, 16, 19, 34, 35, 41, dan

42, sedangkan jumlah aitem yang valid sebanyak 31 aitem, yaitu 16 aitem

favourable (nomor aitem 10, 12, 13, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29,

32, 33, dan 40) dan 15 aitem unfavourable (nomor aitem 2, 6, 7, 8, 9, 11,

14, 21, 28, 30, 31, 36, 37, 38, dan 39). Aitem-aitem yang valid tersebut

mempunyai nilai daya beda aitem yang bergerak dari 0,267 sampai 0,608.

Distribusi aitem skala psychological well-being, yang valid dan gugur

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Psychological

Well-being

No. Dimensi Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Penerimaan diri 12, 20,

22

3 6, 30, 38 - 6

2. Hubungan positif dengan

orang lain

10, 18,

24, 29

- 14, 36 1 6

3. Kemandirian 13, 26 15, 34 8 5, 42 3

4. Penguasaan lingkungan 17, 25,

32, 40

- 2, 21, 11 - 7

5. Tujuan hidup 23 16 7, 9, 31,

39

41 5

6. Pertumbuhan pribadi 27, 33 - 28, 37 4, 19, 35 4

Jumlah 16 4 15 7 31

Page 81: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil uji reliabilitas skala psychological well-being dari 31 aitem

yang valid menunjukkan hasil yang reliabel, dengan koefisien reliabilitas

sebesar 0,871. Hal ini berarti, skala psychological well-being telah

memenuhi persyaratan keandalan alat ukur sehingga skala psychological

well-being ini dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Hasil

pehitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6

Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-being

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.871 31

b. Skala Religiusitas

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil dari 30 aitem

Skala Religiusitas yang diujicobakan, terdapat 3 aitem yang gugur, yaitu

aitem nomor 11, 21, dan 25, sedangkan aitem yang valid sebanyak 27

aitem, yaitu 13 aitem favourable (nomor aitem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

13, 23, dan 24) dan 14 aitem unfavourable (nomor aitem 12, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20, 22, 26, 27, 28, 29, dan 30). Aitem-aitem yang valid tersebut

mempunyai daya beda yang bergerak dari 0,402 sampai dengan 0,766.

Distribusi aitem skala religiusitas yang valid dan gugur dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Page 82: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 7

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Religiusitas

No. Dimensi Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Dimensi ideologis 3, 10 21 12, 19,

27

- 5

2. Dimensi ritualistik 1, 7, 23 - 15, 17,

30

- 6

3. Dimensi

eksperimental

5, 9, 13 - 16, 26 25 5

4. Dimensi intelektual 4, 6, 24 - 14, 18,

29

- 6

5. Dimensi

konsekuensial

2, 8 11 20, 22,

28

- 5

Jumlah 13 2 14 1 27

Hasil uji reliabilitas skala religiusitas dari 27 aitem yang valid

menunjukkan hasil yang reliabel, dengan koefisien reliabilitas sebesar

0,906. Hal ini berarti, skala religiusitas telah memenuhi persyaratan

keandalan alat ukur sehingga skala religiusitas ini dapat digunakan sebagai

alat pengumpul data. Hasil pehitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 8

Uji Reliabilitas Skala Religiusitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.906 27

Page 83: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Skala Dukungan Sosial

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil dari 32 aitem

skala dukungan sosial yang diujicobakan, terdapat 4 aitem yang gugur,

yaitu aitem nomor 1, 10, 16, dan 18, sedangkan aitem yang valid

sebanyak 28 aitem, yaitu 12 aitem favourable (nomor aitem 2, 5, 9, 11, 13,

15, 21, 22, 23, 24, 28, dan 30) dan 16 aitem unfavourable (nomor aitem 3,

4, 6, 7, 8, 12, 14, 17, 19, 20, 25, 26, 27, 29, 31, dan 32). Aitem-aitem yang

valid tersebut mempunyai daya beda yang bergerak dari 0,294 sampai

dengan 0,752. Distribusi aitem skala dukungan sosial yang valid dan gugur

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Dukungan

Sosial

No. Aspek Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Dukungan emosional 2, 9,

15, 24

- 8, 17,

26, 31

- 8

2. Dukungan

penghargaan

5, 11,

21, 30

- 4, 14,

20, 27

- 8

3. Dukungan informatif 23 1, 16,

18

6, 12,

25, 32

- 5

4. Dukungan

instrumental

13, 22,

28

10 3, 7,

19, 29

- 7

Jumlah 12 4 16 0 28

Hasil uji reliabilitas skala dukungan sosial dari 28 aitem yang valid

menunjukkan hasil yang reliabel, dengan koefisien reliabilitas sebesar

Page 84: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

0,918. Hal ini berarti, skala dukungan sosial telah memenuhi persyaratan

keandalan alat ukur sehingga skala dukungan sosial ini dapat digunakan

sebagai alat pengumpul data. Hasil pehitungan uji reliabilitas dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 10

Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.918 28

4. Penyusunan Alat Ukur Untuk Penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, butir-butir aitem yang

valid digunakan untuk mengambil data yang sesungguhnya, sedangkan butir-

butir aitem yang gugur tidak diikutsertakan dalam pengambilan data.

Page 85: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 11

Sebaran Aitem Skala Psychological Well-being untuk Penelitian

No. Dimensi Nomor Aitem Valid Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Penerimaan diri 12, 20, 22 6, 30, 38(16) 6

2. Hubungan positif

dengan orang lain

10, 18, 24, 29 14, 36(19) 6

3. Kemandirian 13, 26 8 3

4. Penguasaan

lingkungan

17, 25, 32(3), 40(5) 2, 11, 21 7

5. Tujuan hidup 23 7, 9, 31, 39(15) 5

6. Pertumbuhan pribadi 27, 33(1) 28, 37(4) 4

Jumlah 16 15 31

Keterangan: nomor aitem dalam tanda kurung () adalah nomor aitem

baru dalam penelitian.

Tabel 12

Sebaran Aitem Skala Religiusitas untuk Penelitian

No. Dimensi Nomor Aitem Valid Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Dimensi ideologis 3, 10 12, 19,27 5

2. Dimensi ritualistik 1, 23, 7 15, 17, 30(11) 6

3. Dimensi

eksperimental

5, 9, 13 16, 26 5

4. Dimensi intelektual 4, 6, 24 14, 18, 29(25) 6

5. Dimensi

konsekuensial

2, 8 20, 22, 28(21) 5

Jumlah 13 14 27

Keterangan: nomor aitem dalam tanda kurung () adalah nomor aitem

baru dalam penelitian.

Page 86: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 13

Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial untuk Penelitian

No. Aspek Nomor Aitem Valid Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Dukungan emosional 2, 9, 15, 24 8, 17, 26, 31(18) 8

2. Dukungan

penghargaan

5, 11, 21, 30(10) 4, 14, 20, 27 8

3. Dukungan informatif 23 6, 12, 25, 32(16) 5

4. Dukungan

instrumental

13, 22, 28 3, 7, 19, 29(1) 7

Jumlah 12 16 28

Keterangan: nomor aitem dalam tanda kurung () adalah nomor aitem

baru dalam penelitian.

5. Pengumpulan Data Penelitian

Proses pengambilan subjek penelitian dilaksanakan di Kelas VIII

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten. Pengumpulan data

dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2012.

Pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur berupa skala psychological

well-being terdiri dari 31 aitem, skala religiusitas yang terdiri dari 27 aitem,

dan skala dukungan sosial yang terdiri dari 28 aitem. Ketiga skala tersebut

diberikan secara langsung dan klasikal.

Sebelum santri mengerjakan skala penelitian yang diberikan, peneliti

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang cara

mengerjakan skala tersebut. Selama subjek mengerjakan skala penelitian,

peneliti tetap berada di dalam kelas. Data penelitian yang diperoleh sebanyak

77 eksemplar dan selanjutnya dilakukan skoring.

Page 87: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Pelaksanaan Skoring

Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dari ketiga alat ukur

penelitian kemudian diskor sesuai dengan kriteria penilaian yang telah

ditentukan. Skoring yang dilakukan terhadap skala psychological well-being,

skala religiusitas, dan skala dukungan sosial, yakni pada pernyataan

favourable adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk

pilihan jawaban Sering (S), 2 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS), dan 1

untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Selanjutnya, skor pada

pernyataan unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS),

2 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 3 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai

(TS), dan 4 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Selanjutnya,

skor yang diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk tiap-tiap skala.

Total skor skala yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam

analisis data.

D. Analisis Data

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Analisis data dilakukan guna menjawab

rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya,

sekaligus memenuhi tujuan dari penelitian ini. Perhitungan dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 17.0.

Page 88: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Asumsi Dasar

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian

ini menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan

taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika

signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2012). Hasil

perhitungan uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 14

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Psychological

well-being religiusitas

dukungan

sosial

N 77 77 77

Normal Parametersa,,b

Mean 91,18 95,34 88,69

Std.Deviation 9,375 7,465 10,966

Most Extreme

Differences

Absolute ,078 ,104 ,089

Positive ,057 ,065 ,080

Negative -,078 -,104 -,089

Kolmogorov-Smirnov Z ,686 ,916 ,782

Asymp. Sig. (2-tailed) ,735 ,371 ,573

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) sebesar 0,735 untuk psychological well-being, 0,371 untuk

religiusitas, dan 0,573 untuk dukungan sosial. Nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) ketiga variabel dalam penelitian menunjukkan nilai di atas 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa data ketiga variabel tersebut

berdistribusi normal.

Page 89: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan linear atau tidak secara signifikan (Ghozali,

2011). Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan test of

linearity dengan bantuan program Statistical Product And Service

Solution (SPSS) versi 17.0. Dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang linier bila nilai signifikansi (pada kolom Linearity)

kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010). Adapun, hasil analisis uji linearitas

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15

Hasil Uji Linearitas antara Variabel Religiusitas dengan Psychological

Well-being

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Psychologi

cal well-

being *

religiusitas

Between

Groups

(Combined) 4532,716 26 174,335 4,060 ,000

Linearity 2776,694 1 2776,694 64,672 ,000

Deviation

from

Linearity

1756,023 25 70,241 1,636 ,069

Within Groups 2146,738 50 42,935

Total 6679,455 76

Page 90: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 16

Hasil Uji Linearitas Variabel Dukungan Sosial dengan Psychological

Well-being

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Psychologi

cal well-

being *

dukungan

sosial

Between

Groups

(Combined) 4567,671 33 138,414 2,818 ,001

Linearity 2338,042 1 2338,042 47,607 ,000

Deviation

from

Linearity

2229,629 32 69,676 1,419 ,141

Within Groups 2111,783 43 49,111

Total 6679,455 76

Berdasarkan kedua tabel di atas, nilai Sig. pada kolom Linearity

antara religiusitas dengan psychological well-being sebesar 0,000.

Demikian juga dengan nilai Sig. pada kolom Linearity untuk dukungan

sosial dengan psychological well-being sebesar 0,000. Hal ini berarti,

bahwa antara religiusitas dengan psychological well-being maupun

dukungan sosial dengan psychological well-being memiliki hubungan

yang linear karena nilai signifikansi kurang dari 0,05, yaitu 0,000

(0,000<0,05).

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak ortogonal (Ghozali 2011). Untuk mendeteksi adanya

Page 91: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF).

Apabila nilai VIF > 5, terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika VIF <

5, tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2010). Hasil perhitungan uji

multikolinearitas dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antara variabel bebas, yaitu religiusitas dan dukungan sosial,

dapat dilihat pada tabel.

Tabel 17

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardize

d Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Tole-

rance VIF

1 (Constant) 8,024 9,854

,814 ,418

Religiusi-

tas

,585 ,117 ,466 4,996 ,000 ,755 1,325

dukungan

sosial

,308 ,080 ,361 3,868 ,000 ,755 1,325

Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan bantuan

program komputer Statistical Product And Service Solution (SPSS)

versi 17.0, diketahui hasil VIF religiusitas dan dukungan sosial masing-

masing sebesar 1,325. Hal ini berarti antara variabel religiusitas dan

dukungan sosial tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF kurang

dari 5 (1,325<5).

Page 92: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2011).

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat

(dependen) dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisisnya adalah sebagai

berikut:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar "Scatterplot" pada output data.

Page 93: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2

"Scatterplot" Uji Heteroskedastisitas

Dari analisis pola gambar scatterplot di atas, terlihat titik-titik

menyebar secara tidak teratur dan tidak membentuk pola yang jelas

serta titik-titik tersebut menyebar di atas dan bawah angka 0 pada

sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Otokorelasi

Uji otokorelasi bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi

yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan

lain. Dalam penelitian ini, pengujian otokorelasi dilakukan dengan

menggunakan nilai Durbin-Watson, dengan bantuan program komputer

Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 17.0. Ketentuan

dalam metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW),

adalah sebagai berikut:

Page 94: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari 4-dl, maka hipotesis

nol ditolak, yang berarti terdapat otokorelasi.

b) Jika d terletak antara du dan 4-du, maka hipotesis nol diterima,

yang berarti tidak ada otokorelasi.

c) Jika d terletak antara dl dan du atau diantara 4-du dan 4-dl, maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Hasil dari perhitungan uji otokorelasi dapat dilihat dari tabel

berikut.

Tabel 18

Hasil Uji Otokorelasi

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 .717a ,514 ,501 6,624 2,161

Nilai d Durbin-Watson pada output data sebesar 2,161. Nilai dL

dan dU pada tabel Durbin-Watson untuk jumlah sampel (n) = 77 orang,

jumlah variabel prediktor (k) = 2, dan signifikansi (α) = 0,05, yaitu dl =

1,58 dan du = 1,68. Berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan, DW

hitung berada di antara du dan 4-du, yakni 1,58<2,161<2,32. Hal ini

berarti bahwa dalam penelitian ini tidak ada masalah otokorelasi atau

uji otokorelasi terpenuhi.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa data sampel telah

memenuhi uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun uji asumsi klasik,

sebagai persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji hipotesis.

Page 95: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah

selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis yang

diajukan dengan teknik analisis regresi linear berganda.

a. Uji Simultan F

Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen (X) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (Y), sehingga bisa diketahui hipotesis yang sudah ada

dapat diterima atau ditolak. Hasil uji F dapat dilihat pada ouput ANOVA

dari hasil analisis regresi linear berganda dengan bantuan program

komputer SPSS 17.0. Kriteria pengujian dari uji F, yaitu:

1) Ha ditolak dan Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

2) Ha diterima dan Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel

Hasil uji simultan F pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut.

Tabel. 19

Hasil Uji Simultan F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3433,007 2 1716,503 39,126 .000a

Residual 3246,448 74 43,871

Total 6679,455 76

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui nilai Fhitung, yaitu 39,126,

sedangkan besarnya nilai Ftabel yaitu 3,120. Hal ini berarti Ha diterima dan

Ho ditolak karena nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, 39,126 > 3,120,

Page 96: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel prediktor (religiusitas dan

dukungan sosial) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel kriterium (psychological well-being).

b. Uji Hipotesis Secara Parsial

Uji hipotesis secara partial dilakukan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi variabel prediktor secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel kriterium, sehingga dapat diketahui hipotesis

diterma atau ditolak. Hasil dapat dilihat pada output Coefficients dari

hasil analisis linier berganda. Kriteria pengujian, yaitu:

1) Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima, Ho ditolak berarti variabel

prediktor mampu mempengaruhi variabel kriterium secara signifikan.

2) Apabila thitung < ttabel maka Ha ditolak, Ho diterima berarti variabel

prediktor tidak mempengaruhi variabel kriterium secara signifikan.

Hasil uji hipotesis secara parsial pada penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 20

Hasil Uji Hipotesis Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.024 9.854 .814 .418

Religiusitas .585 .117 .466 4.996 .000

dukungan

sosial

.308 .080 .361 3.868 .000

Page 97: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan hasil pada tabel 20, masing-masing variabel prediktor,

yaitu religiusitas dan dukungan sosial berhubungan secara signifikan

dengan variabel kriterium, yaitu psychological well-being, dengan nilai

Sig. yaitu 0,000 untuk religiusitas dan 0,000 untuk dukungan sosial.

Dikatakan signifikan karena nilai signifikan keduanya kurang dari 0,05

dan diperoleh thitung religiusitas sebesar 4,996 dan thitung dukungan sosial

sebesar 3,868. Kedua variabel prediktor memiliki thitung lebih besar dari

ttabel (1,993). Religiusitas dan dukungan sosial mempunyai hubungan yang

positif dengan psychological well-being dengan melihat pada nilai B yang

bertanda positif, yang artinya semakin tinggi religiusitas, maka semakin

tinggi pula psychological well-being, demikian sebaliknya. Hal tersebut

juga berlaku pada dukungan sosial, semakin tinggi dukungan sosial, maka

psychological well-being juga akan tinggi, begitu pula sebaliknya.

c. Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua atau lebih variabel prediktor (X1 dan X2) terhadap variabel

kriterium secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar

hubungan yang terjadi antara variabel prediktor (X1 dan X2) secara

serentak terhadap variabel kriterium. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1,

nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat,

sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi

Page 98: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

semakin lemah (Priyatno, 2010). Sugiyono (2011) memberikan pedoman

interpretasi koefisien korelasi ganda, sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = Sangat rendah

0,20 - 0,399 = Rendah

0,40 - 0,599 = Sedang

0,60 - 0,799 = Kuat

0,80 – 1,000 = Sangat Kuat

Hasil analisis korelasi ganda dapat dilihat pada output model

summary tabel berikut:

Tabel 21

Hasil Analisis Korelasi Ganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .717a ,514 ,501 6,624

Nilai R yang ditunjukkan pada tabel sebesar 0,717. Berdasarkan

pedoman dalam menginterpretasi koefisien menurut Sugiyono (2011),

angka tersebut mengindikasikan bahwa hubungan antara dua variabel

prediktor (religiusitas dan dukungan sosial) dengan variabel kriterium

(psychological well-being) kuat, karena berada dalam rentang 0,60 - 0,799.

d. Analisis Determinasi (R2)

Analisis determinasi dilakukan untuk mengetahui presentase

sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap

variabel dependen. Pada Model Summary juga didapatkan nilai koefisien

determinasi (R Square) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh

variabel prediktor (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel kriterium

Page 99: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(Y). Apabila nilai R Square sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun

persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel prediktor

terhadap variabel kriterium, sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1,

maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel prediktor

terhadap variabel kriterium adalah sempurna (Priyatno, 2010).

Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada

output model summary pada tabel berikut.

Tabel 22

Hasil Analisis Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .717a ,514 ,501 6,624

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan

bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 17.0, diperoleh nilai R Square 0,514. Hal ini berarti psychological

well-being sebagai variabel kriterium dapat dijelaskan oleh religiusitas dan

dukungan sosial sebagai variabel prediktor sebesar 51,4%, dan selebihnya

48,6 % dijelaskan oleh faktor lain.

e. Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel dengan menganggap variabel lainnya sebagai variabel

kontrol. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 atau -1, apabila nilai semakin

mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat,

Page 100: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

begitu pula sebaliknya, jika nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua

variabel semakin lemah (Priyatno, 2010).

Tabel 23

Korelasi Parsial Religiusitas dengan Psychological Well-being

Correlations

Control Variables psychological

well-being religiusitas

dukungan sosial psychological

well-being

Correlation 1,000 ,502

Significance

(2-tailed)

. ,000

Df 0 74

religiusitas Correlation ,502 1,000

Significance

(2-tailed)

,000 .

Df 74 0

Berdasarkan tabel di atas didapat korelasi antara variabel

religiusitas dengan psychological well-being di mana variabel dukungan

sosial sebagai variabel kontrol dengan nilai korelasi sebesar 0,502 dan

tingkat signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang sedang antara religiusitas dengan psychological well-

being, karena berada pada rentang 0,40-0,599.

Page 101: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 24

Korelasi Parsial Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being

Correlations

Control Variables psychological

well-being

dukungan

sosial

Religiusitas psychological

well-being

Correlation 1,000 ,410

Significance

(2-tailed)

. ,000

df 0 74

dukungan

sosial

Correlation ,410 1,000

Significance

(2-tailed)

,000 .

df 74 0

Berdasarkan tabel di atas didapat korelasi antara variabel dukungan

sosial dengan psychological well-being di mana variabel religiusitas

sebagai variabel kontrol dengan nilai korelasi sebesar 0,410 dan tingkat

signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan

yang sedang antara dukungan sosial dengan psychological well-being,

karena berada pada rentang 0,40-0,599.

3. Data Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran umum mengenai religiusitas, dukungan sosial, dan psychological

well-being pada subjek yang diteliti, serta memberikan gambaran tentang

ringkasan data penelitian. Berikut ini akan disajikan deskripsi data penelitian

yang dapat diliat pada tabel di bawah ini.

Page 102: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 25

Deskripsi Data Empirik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Psychological

well-being

77 58 112 91,18 9,375

religiusitas 77 79 108 95,34 7,465

dukungan sosial 77 44 112 88,69 10,966

Valid N

(listwise)

77

Tabel 26

Data Deskriptif Penelitian

Skala Jumlah

subjek

Data hipotetik M SD

()

Data empirik M SD

() Skor

min.

Skor

maks.

Skor

min.

Skor

maks.

Psychological

well-being

77 31 124 77,5 15,5 58 112 91,18 9,37

Religiusitas 77 27 108 67,5 13,5 79 108 95,34 7,46

Dukungan

sosial

77 28 112 70 14 44 112 88,69 10,97

Skor minimal yang diperoleh subjek pada skala psychological well-

being adalah 31 x 1 = 31, sedangkan skor maksimal yang dapat diperoleh

yaitu 31 x 4 = 124, maka jarak sebarannya adalah 124-31 = 93 dan setiap

satuan deviasi standarnya bernilai 93 : 6,0 = 15,5, sedangkan rerata

hipotetiknya 31 x 2,5 = 77,5. Skor minimal yang diperoleh subjek pada skala

religiusitas adalah 27 x 1 = 27, sedangkan skor maksimal yang dapat

diperoleh yaitu 27 x 4 = 108, maka jarak sebarannya adalah 108-27 = 81 dan

setiap satuan deviasi standarnya bernilai 81 : 6,0 = 13,5, sedangkan rerata

Page 103: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hipotetiknya 27 x 2,5 = 67,5. Skor minimal yang diperoleh subjek pada skala

dukungan sosial adalah 28 x 1 = 28, sedangkan skor maksimal yang dapat

diperoleh yaitu 28 x 4 = 112, maka jarak sebarannya adalah 112-28 = 84 dan

setiap satuan deviasi standarnya bernilai 84 : 6,0 = 14, sedangkan rerata

hipotetiknya 28 x 2,5 = 70.

Selanjutnya, skala psychological well-being, skala religiusitas, dan

skala dukungan sosial akan digolongkan dalam tiga kategori untuk

mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang digunakan

adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model distribusi normal.

Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang di ukur (Azwar, 2010). Kontinum jenjang ini akan

di bagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Norma

kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

X < (M – 1 . SD) : Rendah

(M – 1 . SD) ≤ X < (M + 1 . SD) : Sedang

(M + 1 . SD) ≤ X : Tinggi

Keterangan:

X : skor skala

M : mean atau nilai rata-rata

SD: standar deviasi

Selain itu, peneliti mengkategorisasikan subjek penelitian berdasarkan

data psychological well-being yang diperoleh dalam hal jenis kelamin. Ryff

dan Singer (1996) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi psychological well-being adalah jenis kelamin.

Page 104: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambaran umum mengenai data penelitian berdasarkan jenis kelamin

pada tabel di bawah ini.

Tabel 27

Kategorisasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Jumlah Subjek

Frek (N) Prosentase (%)

Laki-laki 32 41,56%

Perempuan 45 58,44%

Total 77 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah subjek yang berjenis

kelamin laki-laki sebesar 41,56% dari jumlah keseluruhan subjek penelitian,

yaitu 77 santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten,

dan subjek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 85%.

a. Skala Psychological Well-being

Penggolongan subjek dalam tiga kategorisasi pada skala

psychological well-being disajikan pada tabel berikut.

Tabel 28

Kategorisasi Skala Psychological Well-being

Rumus Standar

Deviasi

Standar

Deviasi

Kategorisasi Jumlah responden Rerata

Empirik Frek Prosenta

se

X≥MH+1,0σ X≥93 Tinggi 33 42,86%

MH-

1,0σ≤X<MH+1,0σ

62≤X<93 Sedang 43 55,84% 91,18

X<MH-1,0σ X<62 Rendah 1 1,30%

Page 105: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan kategori skala psychological well-being yang disajikan

pada tabel di atas, diketahui bahwa 55,84% santri kelas VIII di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki tingkat

psychological well-being yang sedang.

b. Skala Religiusitas

Penggolongan subjek dalam tiga kategorisasi pada skala religiusitas

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 29

Kategorisasi Skala Religiusitas

Rumus Standar

Deviasi

Standar

Deviasi

Kategorisasi Jumlah responden Rerata

Empirik Frek Prosenta

se

X≥MH+1,0σ X≥81 Tinggi 73 94,80% 95,34

MH-

1,0σ≤X<MH+1,0σ

54≤X<81 Sedang 4 5,20%

X<MH-1,0σ X<54 Rendah - -

Berdasarkan kategori skala religiusitas yang disajikan pada tabel di

atas, diketahui bahwa 94,80% santri kelas VIII di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki tingkat religiusitas yang

tinggi.

c. Skala Dukungan Sosial

Penggolongan subjek dalam empat kategorisasi pada skala dukungan

sosial disajikan pada tabel berikut.

Page 106: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 30

Kategorisasi Skala Dukungan Sosial

Rumus Standar

Deviasi

Standar

Deviasi

Kategorisasi Jumlah responden Rerata

Empirik Frek Prosenta

se

X≥MH+1,0σ X≥84 Tinggi 55 71,43% 88,69

MH-

1,0σ≤X<MH+1,0σ

56≤X<84 Sedang 21 27,27%

X<MH-1,0σ X<56 Rendah 1 1,30%

Berdasarkan kategori skala dukungan sosial yang disajikan pada

tabel di atas, diketahui bahwa 71,43% santri kelas VIII di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki tingkat

dukungan sosial yang tinggi.

Selanjutnya, penggolongan subjek berdasarkan pada jenis kelamin

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 31

Kategorisasi Skala Psychological Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin

Standar Deviasi Kategori Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

(N) (%) (N) (%)

X≥93 Tinggi 12 37,5% 21 46,67%

62≤X<93 Sedang 19 59,385% 24 53,33%

X<62 Rendah 1 3,125% - -

Total 32 100% 45 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 59,385% santri kelas VIII di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten yang berjenis

Page 107: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelamin laki-laki memiliki tingkat psychological well-being yang sedang,

sedangkan 53,33%% santri yang berjenis kelamin perempuan memiliki

tingkat psychological well-being yang sedang. Berdasarkan data tersebut,

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat psychological

well-being yang cukup signifikan antara santri laki-laki dengan santri

perempuan, yang diperkuat pula dengan nilai thitung -0,907 lebih besar

daripada ttabel -1,992.

4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif akan memberikan informasi

tentang variabel predictor yang memberikan sumbangan paling besar

terhadap terbentuknya variasi dalam satuan-satuan kriterium regresi.

Sumbangan relatif adalah besarnya sumbangan suatu prediktor terhadap

jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif merupakan ukuran

sumbangan suatu prediktor terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang

digunakan sebagai dasar prediksi. Dari hasil analisis menunjukkan:

a. Sumbangan relatif terhadap psychological well-being untuk variabel

religiusitas sebesar 58,43 %, sedangkan untuk variabel dukungan sosial

sebesar 41,535 %. Hal ini berarti religiusitas memberikan sumbangan

relatif terhadap psychological well-being lebih besar daripada dukungan

sosial.

b. Sumbangan efektif terhadap psychological well-being untuk variabel

religiusitas sebesar 30,03%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial

sebesar 21,35%. Hal ini berarti religiusitas memberikan sumbangan efektif

Page 108: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang lebih besar daripada dukungan sosial terhadap psychological well-

being.

E. Pembahasan

Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian

ini terpenuhi. Hal ini berarti terdapat hubungan antara religiusitas dan dukungan

sosial dengan psychological well-being. Hasil tersebut ditunjukkan oleh nilai

Fhitung hasil uji simultan F lebih besar daripada nilai Ftabel, yaitu 39,126 > 3,120.

Dengan kata lain, religiusitas dan dukungan sosial secara bersama-sama

berpengaruh terhadap psychological well-being. Hubungan yang terbentuk antara

religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological wel-being termasuk dalam

kategori kuat, berdasarkan pada nilai R pada penelitian ini, yaitu sebesar 0,717.

Seorang santri yang memiliki religiusitas tinggi, ditandai dengan keinginan

untuk mencoba patuh pada ajaran-ajaran agamanya dan berusaha untuk

mempelajari pengetahuan-pengetahuan agama, menjalankan ritual agama,

beramal, serta merasakan pengalaman-pengalaman keagamaan, selain itu, dengan

ditunjang oleh dukungan sosial yang tinggi yang ditunjukkan melalui pengertian

dan perhatian dari orang-orang di lingkungan sekitar, memberi semangat pada

santri yang mulai bosan menjalani rutinitas di pondok pesantren, memberi saran

pada santri untuk bersikap terbuka dalam mengkomunikasikan setiap masalah

yang dialami, dan memberikan bantuan yang dibutuhkan, akan dapat

meningkatkan psychological well-being pada santri, yang ditunjukkan dengan

sikap mau menerima apa yang ada dalam dirinya, mampu menjalin hubungan

Page 109: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang baik dengan orang-orang di sekitarnya, memiliki pandangan tentang masa

depannya, berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain, serta mampu

menyesuaikan diri di lingkungan sekitar yang sedang ditempatinya.

Sebaliknya, apabila seorang santri memiliki religiusitas yang rendah, yang

ditandai dengan malas untuk mempelajari ajaran-ajaran agama, tidak menjalankan

perintah agama, dantidak merasakan pengalaman-pengalaman keagamaan,

ditunjang dengan rendahnya dukungan sosial yang ditunjukkan melalui sikap cuek

dari orang-orang di lingkungan sekitar, maka akan menurunkan tingkat

psychological well-being pada santri, yang ditunjukkan dengan sikap yang tidak

mau menerima kekurangan dan kelemahan pada diri, tidak dapat menerima apa

yang telah terjadi di kehidupannya, selalu bergantung pada orang lain, tidak

memiliki tujuan di masa depannya, dan perasaan tidak mampu dalam menghadapi

suatu masalah.

Dalam penelitian ini, santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Ibnu ‟Abbas Klaten memiliki religiusitas dan dukungan sosial yang tinggi, namun

psychological well-being yang dimilikinya sedang. Hal ini disebabkan adanya

faktor-faktor lain yang mempengaruhi psychological well-being pada santri

tersebut, seperti jenis kelamin, usia, dan latar belakang budaya dari masing-

masing santri yang ada di pondok pesantren tersebut.

Selanjutnya, psychological well-being sebagai variabel kriterium dapat

dijelaskan oleh religiusitas dan dukngan sosial sebagai variabel prediktor sebesar

51,4%, sementara 48,6 % dijelaskan oleh faktor di luar kedua variabel prediktor

tersebut, antara lain usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan latar belakang budaya.

Page 110: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil perhitungan sumbangan relatif dan efektif masing-masing variabel

prediktor (religiusitas dan dukungan sosial) terhadap variabel kriterium

(psychological well-being), menunjukkan bahwa reigiusitas lebih dominan dalam

mempengaruhi psychological well-being daripada dukungan sosial. Hasil

sumbangan relatif untuk variabel religiusitas sebesar 58,43% sedangkan untuk

variabel dukungan sosial sebesar 41,535%. Selain itu, untuk hasil sumbangan

efektif terhadap psychological well-being untuk variabel religiusitas sebesar

30,03%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial sebesar 21,35%.

Uji hipotesis juga menunjukkan bahwa hipotesis kedua dan ketiga diterima.

Hal ini berarti terdapat hubungan antara religiusitas dengan psychological well-

being dan hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being.

Hasil tersebut didasarkan pada hasil uji hipótesis secara parsial yang menunjukkan

thitung 4,996 > ttabel 1,993 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa

terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan psychological well-being,

semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki oleh seorang santri, maka

psychological well-being yang dimiliki seorang santri juga akan meningkat.

Sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas yang dimilki oleh seorang santri,

maka psychological well-being seorang santri juga akan rendah. Análisis uji

korelasi parsial menunjukkan hubungan yang sedang antara religiusitas dengan

psychological well-being dengan nilai koefisien korelasi antara variabel

religiusitas dengan psychological well-being sebesar 0,502 dengan signifikansi

0,000 (<0,05).

Page 111: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ryan, Rigby, dan King

(1993) bahwa religiusitas dapat mempengaruhi psychological well-being dan

kesehatan mental. Jalaludin (2009) mengatakan bahwa seseorang dengan

religiusitas yang tinggi akan mampu menjadikan nilai-nilai ajaran agamanya

untuk mengatur dan mengarahkan tingkah lakunya di lingkungan tempat

tinggalnya dalam kehidupan sehari-hari orang tersebut. Selain itu, religiusitas juga

dapat menumbuhkan sikap rela menerima dan ikhlas tehadap apa yang terjadi

didalam diri dan kehidupannya (Larazon, dkk, dalam Hawari, 2002), dimana sikap

menerima tersebut berkaitan dengan salah satu dimensi psychological well-being,

yaitu penerimaan diri, yang berarti bahwa seseorang harus bisa menerima

kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya di masa lalu maupun masa sekarang.

Selanjutnya, hasil uji hipótesis secara parsial yang kedua menunjukkan

thitung 3,868 > ttabel 1,993 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa

terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan psychological well-

being, semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki oleh seorang santri, maka

psychological well-being yang dimiliki seorang santri juga akan meningkat.

Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang dimiliki oleh seorang santri,

maka psychological well-being seorang santri juga akan rendah. Análisis uji

korelasi parsial menunjukkan hubungan yang sedang antara dukungan sosial

dengan psychological well-being dengan nilai koefisien korelasi antara variabel

dukungan sosial dengan psychological well-being sebesar 0,410 dengan

signifikansi 0,000 (<0,05)..

Page 112: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Effendi dan Tjahyono (dalam Sari dan

Kuncoro, 2006) yang mengatakan bahwa dukungan sosial berperan penting dalam

memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan, melalui

dukungan sosial kesejahteraan psikologis akan meningkat karena adanya perhatian

dan pengertian yang akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga

diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Selain itu, dukungan

sosial juga dapat menimbulkan pengaruh positif karena dengan adanya dukungan

sosial, individu tmerasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian.

Berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang dilakukan pada Skala

Psycological Well-being, diperoleh hasil 42,86% santri kelas VIII Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki psychological well-

being yang tinggi, 55,84% tergolong memiliki psychological well-being yang

sedang, dan 1,30% memiliki psychological well-being yang rendah, sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara umum santri kelas VIII Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki psychological well-being yang

sedang. Subjek merasa bahwa dirinya mampu menerima peristiwa yang telah

terjadi dalam dirinya, merasa bersyukur dengan dirinya saat ini, mandiri, mampu

menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di pondok pesantren, namun masih

ragu-ragu dalam memutuskan tentang rencana masa depan.

Begitu pula dengan religiusitas. Berdasarkan kategori Skala Religiusitas,

diketahui bahwa 94,80% santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Ibnu „Abbas Klaten memiliki religiusitas yang tinggi dan 5,20% memiliki

religiusitas yang sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum santri

Page 113: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten memiliki

religiusitas yang tinggi. Hal ini dimungkinkan pihak pondok pesantren telah

mewujudkan dan mengembangkan keadaan serta kondisi pondok pesantren yang

bernuansa religi, sehingga dapat mengembangkan religiusitas yang dimiliki oleh

santri. Hal tersebut juga akan menyebabkan meningkatnya psychological well-

being pada santri.

Selanjutnya, untuk kategorisasi dukungan sosial, diperoleh hasil bahwa

71,43% santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas Klaten

memiliki dukungan sosial yang tinggi, 27,27% memiliki dukungan sosial sedang,

dan 1,30% lainnya memiliki dukungan sosial yang rendah. Berdasarkan data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum santri kelas VIII Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibn „Abbas Klaten memiliki dukungan sosial dengan

tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai dengan sebagian besar subjek mendapatkan

perhatian dan bantuan dari orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Hasil kategorisasi psychological well-being berdasarkan perbedaan jenis

kelamin subjek, yaitu 37,5% santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Ibnu „Abbas Klaten yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat

psychological well-being psychological well-being yang tinggi, 59,385% dengan

tingkat sedang, dan 3,125% dengan tingkat yang rendah. Selanjutnya, pada santri

kelas VIII yang berjenis kelamin perempuan, tercatat 46,67% memiliki

psychological well-being dengan tingkat tinggi dan 53,33% memiliki

psychological well-being dengan tingkat sedang. Hasil thitung sebesar -0,907 lebih

besar daripada ttabel -1,992, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

Page 114: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perbedaan tingkat psychological well-being yang cukup signifikan antara santri

laki-laki dan perempuan. Meskipun jenis kelamin merupakan faktor yang

mempengaruhi psychological well-being (Ryff dan Singer, 1996), namun dalam

hal jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan hanya berbeda pada dimensi

hubungan posiif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Ryff (1989)

mengatakan bahwa pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan

pertumbuhan pribadi, perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, yaitu,

ruang lingkup penelitian yang sempit, sehingga hasil penelitian hanya dapat

digeneralisasikan untuk santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu

„Abbas Klaten dan tidak dapat digeneralisasikan kepada populasi yang lebih luas.

Selain itu, kurangnya kendali terhadap variabel yang dapat mempengaruhi

psychological well-being, seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan latar

belakang budaya (Ryff dan Singer, 1996).

Meskipun begitu, dalam penelitian ini juga memiliki kelebihan, yaitu belum

adanya peneliti yang melakukan penelitian tentang psychological well-being

dengan variabel religiusitas dan dukungan sosial yang dilakukan pada santri

pondok pesantren, serta penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu baru

bagi peneliti mengenai variabel-variabel yang digunakan.

Page 115: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan dukungan sosial

dengan psychological well-being (Fhitug 39,126 > Ftabel 3,120, R=0,717).

2. Terdapat hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being yang

signifikan dengan korelasi positif dan hubungan yang terjadi dalam rentang

yang sedang.

3. Ada hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being yang

signifikan dengan korelasi positif dan hubungan yang terjadi dalam rentang

yang sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan beberapa saran,

diantaranya:

1. Untuk santri

Santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ibnu „Abbas

Klaten yang memiliki psychological well-being tinggi diharapkan mampu

mempertahankan psychological well-beingnya dan membagikan pengalaman-

pengalaman dan cara meningkatkan psychological well-beingnya dengan

santri lain sehingga membantu meningkatkan psychological well-being bagi

Page 116: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. ... Dimensi-dimensi Religiusitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

santri yang psychological well-beingnya rendah atau sedang. Salah satu cara

yang dapat digunakan untuk mempertahankan psychological well-being yang

tinggi dalam dirinya, yaitu dengan meningkatkan religiusitas dan dukungan

sosial.

2. Untuk pihak pondok pesantren

Dapat memberikan dukungan baik secara emosional, instrumental,

informasi, bahkan penghargaan demi meningkatkan dukungan sosial pada

santri agar psychological well-being pada diri santri meningkat. Pihak pondok

pesantren dapat meningkatkan pendekatan kepada santri guna membangun

hubungan dengan santrinya sehingga terciptanya hubungan yang positif

antara pihak pondok pesantren dengan santrinya. Selain itu, pihak pondok

pesantren juga dapat memberikan contoh perilaku nyata yang dilakukan

sebagai wujud penghayatan nilai-nilai keagamaan dalam upaya unuk

meningkatkan religiusitas pada santri.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa

atau penelitian dengan topik yang sama, diharapkan dapat memperhatikan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi psychological well-being seperti usia,

jenis kelamin, kelas sosial, dan latar belakang budaya. Peneliti selanjutnya

juga diharapkan dapat memperluas populasi dan memperbanyak sampel agar

ruang lingkup penelitian menjadi lebih luas, sehingga hasil penelitian menjadi

lebih baik lagi.