program studi magister kenotariatan program …eprints.undip.ac.id/18616/1/sandra_devyi.pdf ·...

87
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PESAWAT TERBANG PADA PT. BANK CIMB NIAGA Tbk. JAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan Oleh SANDRA DEVYI B4B 007 179 Pembimbing : Mulyadi, SH.MS. Yunanto, SH.M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

Upload: nguyenphuc

Post on 19-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PESAWAT TERBANG PADA PT. BANK CIMB NIAGA Tbk.

JAKARTA

TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2

Program Studi Magister Kenotariatan

Oleh SANDRA DEVYI

B4B 007 179

Pembimbing : Mulyadi, SH.MS.

Yunanto, SH.M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2009

Page 2: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan Nasional Negara

Republik Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, yang para

pelakunya meliputi pemerintah, korporasi maupun masyarakat sebagai orang

perseorangan dan badan hukum, maka diperlukan dana dalam jumlah yang sangat

besar.

Perkembangan ekonomi dan perdagangan untuk mewujudkan pembangunan

nasional tersebut diikuti pula dengan perkembangan kebutuhan akan dana berupa

fasilitas kredit sehingga dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat

pula keperluan akan tersedianya dana, yang sebagian besar dapat diperoleh melalui

lembaga keuangan perbankan.

Kecenderungan kondisi masyarakat termasuk juga perusahaan-perusahaan

besar yang telah berbadan hukum dalam bentuk suatu perseroan terbatas untuk

mengembangkan usahanya, yang dewasa ini dengan sebagian besar dana yang

berasal / bantuan dari bank dengan pengembalian pembayaran secara angsuran

selama jangka waktu tertentu..

Pembiayaan dengan sebagian besar dana dari Bank, dirasa sangat

membantu dalam mengatasi kebutuhan modal perusahaan terhadap perkembangan

Page 3: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

usahanya, sehingga jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan bagi perusahaan

yang membutuhkan dana untuk perkembangan usahanya sedangkan modal yang

dimiliki tidak mencukupi, maka Bank sebagai salah satu sumber / lembaga

pembiayaan kehadirannya dirasakan sangat penting bagi dunia usaha nasional

maupun internasional.

Pemerintah menyadari bahwa Bank adalah sebagai salah satu poros

ekonomi Indonesia dengan induknya adalah Bank Indonesia yang merupakan

sentral perekonomian Indonesia. Kebutuhan akan Perbankan sebagai salah satu

lembaga keuangan dan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan

pengusaha yang memerlukan modal atau dana yang cukup besar dalam suatu

lembaga / instansi yang lebih, dibandingkan dengan lembaga lain di luar perbankan

yang kepastian hukumnya masih harus dipertanyakan bagi masyarakat atau

nasabah, yang dalam hal-hal tertentu memiliki resiko yang lebih tinggi baik bagi

nasabah penyimpan (deposan) ataupun nasabah peminjam (Debitor). Dengan

demikian Bank sebagai lembaga pembiayaan dengan bentuk badan hukum, lebih

menjamin keberadaan dana maupun pembiayaan bagi nasabahnya. Bank

menawarkan pemberian dana dalam bentuk Pembiayaan konsumen dan

pembiayaan modal kerja dan sebagainya.

Pengertian Bank sebagaimana tercantum di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-

Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah ”Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Page 4: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dalam kegiatan usahanya Bank berusaha menghimpun dana masyarakat

baik dalam bentuk simpanan baik dalam bentuk tabungan maupun deposito, yang

kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit atau

pinjaman dengan biaya administrasi, komisi/provisi dan bunga tertentu yang akan

dibebankan kepada nasabah peminjam (Debitor), yang merupakan pendapatan dan

keuntungan Bank.

Dalam konteks penyaluran dana kepada masyarakat atau pemberian fasilitas

kredit kepada masyarakat atau Debitor dan untuk menjamin pengembalian dana

yang telah diberikan Bank kepada Debitor, Bank mensyaratkan adanya jaminan dari

Debitor, baik itu berupa fixed asset (benda tetap) seperti tanah dan bangunan, kapal

laut diatas 20 M3, dan pesawat terbang, maupun jaminan non fixed asset (benda

bergerak) seperti deposito, saham, kendaraan, mesin, piutang/tagihan, barang

persediaan, dsb.

Terhadap Jaminan berupa fixed asset (benda tetap) untuk lebih menjamin

kepastian pengembalian dana Bank, Bank akan melakukan pengikatan terhadap

jaminan tersebut berupa hak tanggungan dan hipotik, sedangkan terhadap jaminan

berupa non fixed asset (benda bergerak) pengikatan yang dapat dilakukan adalah

berupa cessie, gadai, dan fidusia.

Salah satu pembiayaan yang diberikan oleh Bank kepada Debitor yang saat

ini masih belum banyak dilakukan di dunia perbankan adalah pembiayaan kepada

Debitor yang digunakan untuk pembelian pesawat terbang dengan jaminan yang

diberikan oleh Debitor adalah pesawat terbang itu sendiri.

Page 5: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Ketentuan untuk jaminan berupa pesawat terbang sebagaimana dicantumkan

di dalam Pasal 3c Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

bahwa ”Undang-undang Jaminan Fidusia tidak berlaku terhadap Hipotik atas

pesawat terbang”, maka atas jaminan pesawat terbang meskipun pesawat terbang

merupakan benda bergerak akan tetapi tidak dapat dilakukan pengikatan dengan

Fidusia, akan tetapi dengan pengikatan hipotik, sehingga pada saat Debitor

wanprestasi atau tidak dapat memenuhi kewajibannya yaitu melunasi utangnya

terhadap Bank sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kredit, Bank

dapat dapat mengeksekusi haknya terhadap Debitor.

Salah satu praktek pemberian fasilitas kredit untuk pembiayaan pembelian

pesawat terbang dengan jaminan berupa pesawat terbang itu sendiri, telah

dilakukan oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (untuk selanjutnya disebut ”Bank”)

terhadap salah satu Debitornya yaitu PT Travira Air (Debitor) dengan porsi

pembiayaan 80% dana dari Bank dan sebesar 20% dana dari sendiri.

Dalam prakteknya fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank adalah dalam

bentuk Pinjaman Investasi dengan masa pengembalian fasilitas kredit selama

jangka waktu 8 tahun. Selain hipotik yang dilakukan terhadap jaminan Debitor, Bank

meminta pula surat kuasa jual dari Debitor.

Pemberian fasilitas kredit tersebut, disertai dengan pemberian jaminan

berupa pesawat terbang yang dibebani dengan Hipotek. Menurut ketentuan Pasal

12 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan dikatakan bahwa

pesawat terbang dan helikopter yang mempunyai tanda pendaftaran dan

Page 6: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

kebangsaan Indonesia dapat dibebani hipotek sedangkan ketentuan pembebanan

hipotek diatur Iebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Sejauh ini hipotik yang dilakukan untuk jaminan berupa pesawat terbang

belum sepenuhnya dapat dilakukan, mengingat ketentuan yang lebih spesifik yaitu

petunjuk pelaksanaan yang mendukung ketentuan hipotik untuk pesawat terbang itu

sendiri belum tersedia, sehingga yang dapat dilakukan oleh Bank adalah hanya

membuat Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) bagi jaminan pesawat terbang.

Mengingat yang diberikan oleh Debitor hanyalah merupakan suatu kuasa,

yang pada prinsipnya dapat dicabut / dibatalkan kembali oleh Pemberi Kuasa, maka

untuk memperkuat posisi Bank, Bank meminta Debitor untuk memberikan Surat

Kuasa Jual (SKJ). Keduanya yaitu SKMH dan SKJ harus dibuat di hadapan Notaris

atau dibuat secara notariil namun pendaftarannya sendiri pada Departemen

Perhubungan belum dapat dilakukan, sehingga yang dapat dilakukan oleh Bank

sebagai Kreditur adalah hanya mengantisipasi kemungkinan adanya bantahan/

sanggahan dari Debitor.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT

Bank CIMB Niaga Tbk. Jakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH

Page 7: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Berdasarkan pemaparan yang sudah diuraikan dalam latar belakang diatas,

maka dalam kesempatan ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang

pada PT Bank CIMB Niaga Tbk ?

2. Apakah kerugian pemberian fasilitas kredit dengan jaminan pesawat terbang

pada PT Bank CIMB Niaga Tbk ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1 Pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT Bank

CIMB Niaga Tbk.

2. kerugian pemberian fasilitas kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT

Bank CIMB Niaga Tbk.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan teoritis maupun praktis

sebagai berikut :

1. Dari segi teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

ilmu hukum khususnya hukum bisnis yang berkaitan dengan pelaksanaan

eksekusi jaminan pesawat terbang, yang belum dapat dilakukan pengikatan dan

dilindungi dalam suatu lembaga jaminan lain maupun lembaga jaminan hipotik

dalam rangka pengembalian dana Bank terhadap Debitor pada saat force majeur

dan / atau wanprestasi.

Page 8: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu panduan

untuk penyelesaian / solusi bagi Bank dalam hal memberikan fasilitas kredit,

dengan jaminan yang belum dapat diikat dengan suatu pengikatan yang pasti

dan telah dilindungi dalam suatu lembaga jaminan seperti halnya hak

tanggungan dan fidusia.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Sistem hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda yang telah

menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara masyarakat dengan

penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat sendiri. Sistem hukum yang

dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau disebut juga sistem hukum Romawi

Jerman. Adapun sumber dari sistem hukum Eropa atau Romawi Jerman ini adalah

hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh

negara-negara seperti Prancis, Spanyol, Portugis dan lain-lain.

Berkembangnya sistem hukum Romawi Jerman adalah berkat usaha dari

Napoleon Bonaparte yang berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon

dengan sumber berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali

berkembang dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law. yaitu hukum

yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu, sistem

hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum civil law. 1

Selain sistem civil law, juga dikenal dengan adanya sistem common law.

Rene Devid dan John E.C. Brierley menyebutkan terdapat tiga sistem hukum yang

1 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1992; Hal. 5

Page 9: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

dominan yakni sistem hukum: civil law, common law, dan socialist law. Namun,

dalam perkembangannya sistem socialist law ini ternyata banyak dipengaruhi oleh

sistem civil law dimana negara-negara sosialis banyak menganut sistem civil law.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa sistem hukum

yang dominan hanya dua yaitu sistem hukum civil law dan common law.2

Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. R.

Subekti, SH dan R. Tjitrosudibio menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPer) bahwa mengenai hukum perjanjian diatur dalam Buku III tentang

Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan

yang mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau

pihak-pihak tertentu. Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum perjanjian

digolongkan kedalam Hukum tentang Diri Seseorang dan Hukum Kekayaan karena

hal ini merupakan perpaduan antara kecakapan seseorang untuk bertindak serta

berhubungan dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa

sesuatu yang dinilai dengan uang. Keberadaan suatu perjanjian atau yang saat ini

lazim dikenal sebagai kontrak, tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat

mengenai sahnya suatu perjanjian/kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal

1320 KUHPer, antara lain sebagai berikut: 3

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.

2 www.hukumonline.com 3 Ibid. Hal. 6

Page 10: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu

perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang

membuatnya. Istilah hukum perjanjian atau kontrak merupakan terjemahan dari

bahasa Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut

dengan istilah overeenscomsrecht.

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan anatara dua orang tersebut yang

dinamakan perikatan. Dengan demikian perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis.

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum anatara dua orang atau dua

pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menunutut sesuatu hal dari

pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Maka hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu

menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Hubungan hukum

adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan

karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan,

sedangkan kewajiban merupakan beban. Adapun unsur-unsur yang tercantum

dalam hukum perjanjian/kontrak dapat dikemukakan sebagai berikut: 4

1. Adanya kaidah hukum. Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis

4 Ibid. Hal. 7-8

Page 11: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.;

2. Subyek hukum. Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang;

3. Adanya Prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: a) Memberikan sesuatu; b) Berbuat sesuatu; c) Tidak berbuat sesuatu; d) Kata sepakat. Di dalam Pasal 1320 KUHPer ditentukan empat syarat sahnya

perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak;

e) Akibat hukum. Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

Page 12: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Secara garis besar, perjanjian yang diatur/dikenal di dalam KUHPer adalah

sebagai berikut: Perjanjian jual beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, kerja,

persekutuan perdata, perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, bunga

tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa, penanggung utang dan

perdamaian.

Menurut teori ilmu hukum, perjanjian-perjanjian diatas disebut dengan

perjanjian nominaat. Di luar KUHPer dikenal pula perjanjian lainnya, seperti kontrak

joint venture, kontrak production sharing, leasing, franchise, kontrak karya, beli

sewa, kontrak rahim, dan lain sebaginya. Perjanjian jenis ini disebut perjanjian

innominaat, yakni perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup, dan berkembang dalam

praktik kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian baik nominaat maupun

innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam hukum perjanjian

itu sendiri.

Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang

dikenal menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain adalah: asas

kebebasan berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme

(concsensualism), asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik

(good faith) dan asas kepribadian (personality). Berikut ini adalah penjelasan

mengenai asas-asas dimaksud: 5

1. Asas Kebebasan Berkontrak; 2. Asas Konsensualisme; 3. Asas Kepastian Hukum; 4. Asas Itikad Baik; 5. Asas Kepribadian

5 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1994);

Page 13: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Jadi kesimpulannya bahwa Perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki

oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian sehingga perjanjian

yang mereka buat merupakan undang-undang bagi mereka untuk dilaksanakannya.

Untuk memahami dan membentuk suatu perjanjian maka para pihak harus

memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, yakni syarat

subjektif: adanya kata sepakat untuk mengikatkan dirinya dan kecakapan para pihak

untuk membuat suatu perikatan, sedangkan syarat objektif adalah suatu hal tertentu

dan suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu, dalam melakukan perbuatan hukum

membuat suatu kontrak/perjanjian haruslah pula memahami asas-asas yang berlaku

dalam dasar suatu kontrak/perjanjian antara lain: asas kebebasan berkontrak, asas

konsesnsualisme, asas kepastian hukum/pacta sunt servanda, asas itikad baik dan

asas kepribadian. Dari kelima asas yang berdasarkan teori ilmu hukum tersebut

ditambahkan delapan asas hukum perikatan nasional yang merupakan hasil

rumusan bersama berdasarkan kesepakatan nasional antara lain: asas

kepercayaan, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum,

asas moralitas, asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas perlindungan. Dengan

demikian telah diketahui bersama mengenai asas-asas yang berlaku secara umum

dalam hal membentuk atau merancang suatu kontrak di dalam kegiatan hukum.

F. METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan yuridis empiris. Yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan

Page 14: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian untuk memecahkan

masalah dengan terlebih dahulu meneliti data sekunder yang kemudian

dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer dilapangan.6

Pendekatan ini bertujuan untuk memahami bahwa hukum tidak hanya

sebagai suatu perangkat atau aturan perundang-undangan yang bersifat

normatif belaka, akan tetapi hukum sebagai perilaku masyarakat selalu

berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan seperti aspek

ekonomi, sosial dan budaya belaka.

2. Spesifikasi Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan

Deskriptis analitis yaitu untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

pesawat terbang sebagai jaminan fasilitas kredit pada kreditur. 7

3. Subyek, obyek dan Nara Sumber Penelitian

C.1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tesis ini adalah ,PT. Bank CIMB Niaga Tbl. Jakarta,

Departemen Perhubungan Republik Indonesia dan Notaris.

C.2. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian dalam tesis ini adalah Perjanjian Kredit dengan jaminan

pesawat terbang.

C.3. Nara Sumber

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1982, Hal.42 7 R. Subekti, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, Hal.17

Page 15: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

1. 2 (dua) orang karyawan dari PT Bank CIMB Niaga Tbk. Jakarta, sebagai

Pemberi Kredit (Kreditur);

2. 1 ( satu) orang Staff Departemen Perhubungan Jakarta; dan

3. 2 (dua) orang Notaris/PPAT di Jakarta, selaku rekanan PT Bank CIMB

Niaga Tbk. Jakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

sekunder.

a. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari sumbernya

melalui interview / wawancara. Wawancara dilakukan bebas terpimpin

yang terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman,

namun dimungkinkan juga timbul pertanyaaan lain yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi pada saat wawancara.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

yaitu mempelajari buku-buku literature, Perundang-undangan ataupun

karangan-karangan ilmiah dibidang hukum yang dihubungkan dengan

penelitian ini, yaitu :

1. KUHPerdata

2. Perundang-undangan

3. Buku-buku hasil karya para Sarjana

4. Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini

Page 16: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

5. Makalah, maupun artikel yang berkaitan dengan materi penelitian

6. Dokumen-dokumen Perjanjian Fasilitas Kredit yang diperoleh

langsung dari perusahaan tersebut diatas.

5. Teknik Analisa Data

Setelah semua data terkumpul dan diteliti kebenarannya kemudian

diteliti dan diinterprestasikan melalui konsep-konsep, teori-teori, yang telah di

tulis pada tinjauan pustaka proposal tesis ini kemudian dideskripsikan secara

kualitatif. Analisa kualitatif yaitu menyusun secara sistematis dari hasil

penelitian atau dasar ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial lain tanpa adanya

perhitungan statistik dan kemudian dalam bentuk tesis.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk penulisan dapat memberikan gambaran yang komprehensip, maka

penyusunan hasil penelitian perlu dilakukan secara runtut dan sistematis sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah yang menjadi fokus penuntun dalam penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan metode penelitian serta

sistematika penulisan tesis.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, berisikan perjanjian pada umumnya (pengertian

perjanjian, azas-azas perjanjian, sahnya perjanjian, force majeur /

keadaan kahar dan wanprestasi), yang diperlukan Bank dalam

pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan pesawat terbang, tinjauan

Page 17: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

tentang jaminan (jaminan kebendaan meliputi benda tetap/tidak bergerak

dan benda bergerak, jaminan non kebendaan), pengikatan jaminan

(pengertian hipotik, syarat hipotik, obyek hipotik), pendaftaran hipotek

pesawat terbang.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, membahas mengenai hasil

penelitian yaitu pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat

terbang pada Bank dan kerugian dalam pemberian kredit dengan jaminan

pesawat terbang.

BAB IV : Penutup, berisikan kesimpulan yang diperoleh dari permasalahan yang

diajukan berdasarkan temuan dilapangan dan saran-saran dari penulis

bagi pihak-pihak terkait guna penyelesaian masalah dan resiko yang

mungkin timbul di kemudian hari.

BAB II

Page 18: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERJANJIAN PADA UMUMNYA

A.1. Pengertian Perjanjian

Menurut Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.8

Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang

diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok

dalam dunia usaha dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang

seperti pemberian kredit, asuransi dan jual-beli.9

Pasal 1313 KUHPerdata memberikan definisi mengenai suatu

persetujuan sebagai berikut : “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan

dengan mana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

atau lebih”.

Mengenai batasan tersebut para sarjana hukum perdata umumnya

berpendapat bahwa definisi atau rumusan perjanjian yang terdapat didalam

Pasal 1313 KUHPerdata kurang lengkap dan bahkan dikatakan terlalu luas,

sehingga banyak mengandung kelemahan-kelemahan, untuk itu maka perlu

dirumuskan kembali apa yang dimaksud perjanjian menurut Rutten dalam

buku Purwahid Patrik merumuskan sebagai berikut :

8 R Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1985, Hal.1 9 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986, Hal.15

Page 19: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Perjanjian adalah perbuatan hukum yang terjadi sesuai dengan formalitas-

formalitas dari peraturan hukum yang ada, tergantung dari persesuaian

pernyataan kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditunjuk untuk

timbulnya akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak atas beban pihak

lain atau demi kepentingan dan atas beban masing-masing pihak secara

timbal balik10.

Selanjutnya untuk adanya suatu perjanjian dapat diwujudkan dalam

dua bentuk yaitu perjanjian yang dilakukan secara tertulis dan perjanjian yang

dilakukan secara lisan. Untuk kedua bentuk perjanjian tersebut sama

kekuatannya dalam arti sama kedudukannya untuk dapat dilakasanakan oleh

para pihak. Hanya saja bila perjanjian dibuat secara tertulis dapat dengan

mudah dipakai sebagai alat bukti bila sampai terjadi persengketaan.11

A.2. Azas-azas Perjanjian

Dalam menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi Perikatan

yang mengikat bagi para pihak, oleh KUH Perdata diberikan berbagai asas

umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau

rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga

pada akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat

dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.

10 Rutten dalam buku Purwahid Patrik, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Semarang, Seksi

Hukum Perdata FH Undip, 1996, Hal.47-49 11 Abdul Kadir Muhammad, op. Cit hal.15

Page 20: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Asas-asas umum Hukum Perjanjian tersebut antara lain.12

1). Asas Personalia

Asas ini diatur dalam ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata, yang

berbunyi “pada umumnya tidak seorangpun dapat mengikatkan diri atas

nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya

sendiri”. Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya

suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai

individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk

dirinya sendiri.

Sesuai dengan asas personalia yang diberikan dalam Pasal 1315

KUH Perdata, masalah kewenangan bertindak seseorang, sebagai

individu dapat kita bedakan kedalam13:

a. Untuk dan atas namanya serta bagi kepentingan dirinya sendiri.

Dalam hal ini maka ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata berlaku

baginya secara pribadi;

b. Sebagai wakil dari pihak tertentu. Mengenai Perwakilan ini dapat kita

bedakan kedalam:

1. yang merupakan suatu badan hukum dimana orang perorangan

bertindak dalam kapasitasnya selaku yang berhak dan berwenang

untuk mengikat badan hukum tersebut dengan pihak ketiga.

12 Djaja S.Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, Bandung :

Nuansa Aulia, 2008, hal.96 13 Ibid., hal.13.

Page 21: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

2. yang merupakan Perwakilan yang ditetapkan oleh hukum.

Misalnya dalam bentuk kekuasaan orang tua. Kekuasaan wali dari

anak di bawah umur dan kewenangan kurator untuk mengurus

harta pailit.

c. Sebagai Kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa.

2). Asas Konsensualitas

Asas konsensualitas mempunyai pengertian bahwa suatu

perjanjian sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat, tentunya

selama syarat sah perjanjian lainnya sudah terpenuhi, jadi dengan adanya

kata sepakat, perjanjian tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan

sudah mempunyai akibat hukum sehingga mulai saat itu juga sudah

timbul hak dan kewajiban diantara para pihak.

Ketentuan yang mengatur mengenai konsensualitas dapat kita

temui dalam rumusan Pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi:

“Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu pokok persoalan tertentu

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.”

3). Asas Kebebasan Berkontrak

Seperti halnya asas konsensualitas, asas kebebasan berkontrak

menemukan dasar hukumnya. Pada rumusan Pasal 1320 KUH Perdata,

jika asas konsensualitas menemukan dasar keberadaannya pada

Page 22: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

ketentuan angka 1 (satu) Pasal 1320 KUH Perdata, maka asas

kebebasan berkontrak di dalam rumusan angka 4 (empat) Pasal 1320

KUH Perdata.

Dengan asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat

dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat

kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama

dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu

yang terlarang. Ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata yang menyatakan

bahwa “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-

undang, atau apabila berlawanan dengan Kesusilaan baik atau Ketertiban

umum.14

4). Perjanjian Berlaku sebagai Undang-Undang (Pacta Sunt Servanda)

Asas ini adalah suatu perjanjian yang dibuat secara sah

mempunyai ikatan hukum yang penuh, yang diatur di dalam Pasal 1338

ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa “semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang

membuatnya”.

Sebagai perjanjian yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak

para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati,

disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak

sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak

14 A.Qyrom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perjanjian, Yogyakarta :

Liberty, 1985 Hal.18-24

Page 23: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui

mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.

Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian itu (buku III)

memperlihatkan bahwa sistem yang dianut pada buku III Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata adalah sistem terbuka yang memberikan

kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan

perjanjian yang sesuai dengan apa yang dikehendaki, selama tidak

bertentangan dan melanggar ketentuan undang-undang, ketertiban umum

dan kesusilaan. Jadi para pihak dapat membuat ketentuan-ketentuan

sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian, bilamana

dikehendaki. Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut

sistem terbuka agar dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang

semakin maju, dimana muncul macam-macam perjanjian baru yang

sesuai dengan kebutuhan.

Selain asas-asas tersebut di atas, terdapat pula asas hukum perikatan

nasional, yaitu :

1. Asas Kepercayaan;

Asas kepercayaan mengandung penegertian bahwa setiap orang yang

akan mengadakan perjanjian kan memenuhi setiap prestasi yang

diadakan diantara mereka di belkang hari.

2. Asas Persamaan Hukum;

Asas ini adalah bahwa subyek hukum yang mengadakan perjanjian

mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.

Page 24: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain, walaupun subjek

hukum itu berbeda warna kulit, agama dan ras.

3. Asas Keseimbangan;

Asas ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan

melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan

prestasi melalui kekayaan debitur. Namun debitur memikul pula

kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik;

4. Asas Kepastian Hukum;

Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum.

Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengkatnya perjanjian, yaitu

sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

5. Asas Moral;

Asas ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela

dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat

prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dari Zaakwarneming, yaitu

seseorang melakukan perbuatan hukum dengan sukarela (moral).

Yang bersangkutan mempunyai ewajiban hukum untuk meneruskan

dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu factor yang memberikan

motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu

dalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati

nuraninya.

Page 25: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

6. Asas Kepatutan;

Asas ini tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata, asas ini berkaitan

dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

7. Asas Kebiasaan;

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian

tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi

juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

8. Asas Perlindungan;

Asas ini mengandung arti bahwa antara debitur dengan kreditur harus

dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu

adalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada pihak yang

lemah.

Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan bagi para pihak dalam

menentukan dan membuat kontrak15.

A.3. Sahnya Perjanjian

Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat yang harus ada pada

setiap perjanjian, sebab dengan dipenuhinya syarat-syarat ini suatu perjanjian

itu berlaku sah, Adapun empat syarat itu adalah :

1. Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya.

15 Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional,

Departemen Kehakiman, 17-19 Desember 1985

Page 26: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dimaksudkan bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus

bersepakat, setuju atau seia sekatamengenai hal-hal yang pokok dari

perjanjian yang diadakan itu.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada

asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat

pikirannya, adalah cakap menurut hukum.

3. Mengenai sesuatu hal tertentu.

Bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa

yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul

suatu perselisihan

4. Suatu sebab yang halal.

Adalah isi dari perjanjian itu sendiri.

Dua syarat yang pertama, disebut syarat subyektif, karena mengenai orang-

orangnya atau subyek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat

terakhir disebut syarat obyektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau

obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan.

Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi, salah satu pihak mempunyai hak untuk

meminta supaya perjanjian itu dibatalkan, sedangkan bila syarat obyektif yang

tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum16.

A.4. Perjanjian Kredit

16 op cit, hal.11

Page 27: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”)

tidak terdapat ketentuan yang khusus mengatur perihal Perjanjian Kredit.

Namun dengan berdasarkan asas “kebebasan berkontrak” (Pasal 1338 KUH

Perdata), para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit

sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,

kesusilaan, dan kepatutan. Dengan disepakati dan ditandatanganinya

perjanjian kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir

dan mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang.

Perjanjian Kredit adalah merupakan perjanjian konsensuil antara

Debitor dengan Kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan perjanjian

hutang piutang, dimana Bank wajib menyediakan sejumlah dana/uang

sebesar yang telah disepakati di dalam perjanjian kredit, dan Debitor

berkewajiban membayar pokok, bunga, denda yang timbul atas fasilitas kredit

yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang

telah disepakati oleh para pihak.

Sesuai Pasal 1 ayat (11) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

pengertian Kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.

Perjanjian mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan maupun penatalaksanaan kredit itu sendiri. Menurut Ch. Gatot

Page 28: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Wardoyo yang dikutip oleh M.Djumhana perjanjian kredit mempunyai

beberapa fungsi, yaitu diantaranya17 :

a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian

kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya

perjanjian lain yang mengikutinya misalnya perjanjian pengikatan jaminan;

b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan

hak dan kewajiban di antara kreditur dan Debitor;

c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

Di dalam praktek perjanjian kredit umumnya dibuat dalam bentuk

perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard contract,

standar segremeent).

Menurut Purwahid Patrik perjanjian baku adalah “suatu perjanjian yang

didalamnya terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu

pihak”18

Ciri dari perjanjian standart adalah adanya sifat uniform atau

keseragaman dari syarat-syarat perjanjian untuk semua perjanjian untuk sifat

yang sama. Syarat-syarat baku dalam perjanjian adalah syarat-syarat konsep

tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang

jumlahnya tidak tertentu, tanpa merundingkan terlebih dahulu isinya19.

Dalam perjanjian standar ada kalanya Debitor bertemu dengan

klausula yang menentukan bahwa pihak yang memperjanjikan klausula itu,

17 Ch Gatot Wardoyo yang dikutip M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : PT. Cita

Aditya Bakti, 2008, Hal.228 18 Purwahid Patrik, Peranan Perjanjian Baku dalam Masyarakat, Makalah dalam seminar Masalah

Standard Kontrak Dalam perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993, Hal.1 19 Ibid, Hal.24

Page 29: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

membebaskan diri atau membatasi diri dari tanggung jawab yang timbul

sebagai akibat peristiwa tertentu, yang sebenarnya menurut hukum menjadi

tanggungannya yang disebut dengan klausula eksenoratie20

Klausula ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, dapat terbentuk

pembebasan sama sekali dari tanggung jawab yang harus dipikul oleh

pihaknya apabila terjadi ingkar janji atau wanprestasi, Dapat pula berbentuk

pembatasan ganti rugi yang dapat dituntut dan dapat pula berbentuk

kewajiban untuk tunduk pada syarat-syarat yang ditentukan kemudian oleh

salah satu pihak.

A.5. FORCE MAJEUR / KEADAAN MEMAKSA dan WANPRESTASI

Pada umumnya setiap perjanjian dapat dilaksanakan oleh para pihak sesuai

dengan yang telah disepakati dan dicantumkan oleh para pihak dalam perjanjian.

Namun dimungkinkan suatu perjanjian yang telah dibuat (termasuk perjanjian

kredit) tidak dapat dilaksanakan dikarenakan :

1. Force Majeur / Keadaan Memaksa

Merupakan suatu keadaan dimana Debitor terhalang untuk melaksanakan

prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat

berlangsungnya perjanjian, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat

dipertanggung jawabkan kepada Debitor, sementara si Debitor tidak dalam

keadaan beritikad buruk disebut sebagai force majeur atau yang sering

20 J. Satrio, Beberapa Sesi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit, Seminar Masalah Standard

Kontrak Dalam Perjanjian Kredit, Surabaya : 11 Desember 1993

Page 30: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

diterjemahkan sebagai “keadaan memaksa atau kejadian yang terjadi di luar

kehendak para pihak”21.

2. Wanprestasi

Dalam Hukum Perdata adanya kelalaian atau kealpaan Debitor

sehingga prestasi yang wajib dilakukannya sesuai dengan yang telah

diperjanjikan di dalam perjanjian kredit tidak terpenuhi. Kondisi ini lazim

disebut sebagai wanprestasi. Dewasa ini wanprestasi lebih dikenal dengan

istilah ingkar janji.

Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah

“tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang

dibebankan oleh kontrak kepada pihak-pihak tertentu seperti yang disebut

dalam kontrak yang bersangkutan”22.

Wanprestasi terjadi apabila seorang Debitor tidak dapat membuktikan

bahwa tidak dapatnya ia melakukan prestasi adalah diluar kesalahannya atau

dengan kata lain Debitor tidak dapat membuktikan adanya force majeur, jadi

dalam hal ini Debitor jelas bersalah.23

Menurut Abdulkadir Muhammad, SH, wanprestasi ada empat macam

bentuk, yaitu24:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikan tapi tidak semestinya;

c. Melakukan apa yang dijanjikan tapi tidak tepat pada waktunya;

21 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Pertama, Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti, 2001, Hal.113 22 Ibid, Hal.26 23 A.Qyrom Syamsudin Meliala, Op.Cit, Hal.16 24 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, Hal.20

Page 31: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak

pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi

untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak

ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut. Tindakan

wanprestasi dapat terjadi karena :

a. Kesengajaan;

b. Kelalaian;

c. Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian).

Sejak kapan Debitor wanprestasi, didalam praktek dianggap bahwa

wanprestasi tidak secara otomatis terjadi, kecuali apabila telah disepakati

oleh para pihak, bahwa prestasi itu ada sejak tanggal yang disebutkan dalam

perjanjian dilewatkan. Sehingga oleh karena itu untuk memastikan sejak

kapan adanya wanprestasi, diadakan upaya hukum yang dinamakan “in

gebreke stelling” yakni penentuan mulai terjadinya wanprestasi atau istilah

lain sering disebut “somasi”.

Dalam hal hapusnya perjanjian yang positif tidak perlu dilakukan in

gebreke stelling, sedangkan pada hapusnya perjanjian yang negative in

grebeke stelling perlu dilakukan, yang negatif artinya kreditur tidak mendapat

untung.25

25 A.Qyrom Syamsudin Meliala, Op.Cit, Hal.27

Page 32: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

B. PELAKSANAAN dan DOKUMEN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN

PESAWAT TERBANG

Dalam praktek perjanjian kredit antara Bank dengan Debitor terdapat

beberapa dokumen yang diperlukan, dengan bentuk dan isi yang sangat bervariasi

tergantung kepada jenis fasilitas kredit, segmen yang akan dibiayai dan benda

jaminan yang akan diberikan Debitor kepada Bank berdasarkan kepercayaan Bank

kepada Debitor.

Secara garis besar dokumentasi dikelompokkan menjadi 6 (enam) kelompok

yang sering dilakukan antara Bank dan Debitor dalam pemberian fasilitas kredit,

yaitu :

1) Dokumen pendahuluan misalnya Proposal pengajuan fasilitas kredit dari Calon

Debitor kepada Bank;

2) Dokumen pokok adalah Perjanjian Kredit, yang merupakan pencantuman atas

hal-hal yang telah disepakati antara Bank dan Debitor dalam pemberian fasilitas

kredit, seperti jumlah fasilitas kredit, jaminan, domisili hukum, dan sebagainya;

3) Dokumen kepemilikan barang dan jaminan, merupakan bukti atas kepemilikan

benda jaminan Debitor yang akan menjadi jaminan fasilitas kredit Debitor pada

Bank, seperti Sertifikat Tanah, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor, dan

sebagainya;

4) Dokumen pengikatan jaminan, seperti Sertifikat Hak Tanggungan, Sertifikat

Fidusia, dan sebagainya;

5) Dokumen lain yang terkait dalam pemberian kredit;

6) Dokumen Administrasi dan dokumen perijinan.

Page 33: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Di dalam pemberian fasilitas kredit, sebelum Debitor melakukan penarikan

fasilitas/pencairan fasilitas kreditnya, adakalanya Bank mensyaratkan Debitor untuk

melengkapi syarat tertentu yang dianggap penting yang sering disebut Syarat

Penarikan Pinjaman (Drawdown Condition), antara lain :

1. Menyerahkan dokumen-dokumen perusahaan

2. Menyerahkan asli surat kuasa (jika diperlukan).

3. Menyerahkan salinan dokumen perijinan seperti SIUP, NPWP, dan lain-lain.

4. Menyerahkan asli bukti-bukti hak kepemilikan atas Jaminan

5. Menyerahkan invoice/daftar tagihan-tagihan/dokumen lain yang sejenis yang

mencantumkan ketentuan bahwa pembayaran melalui rekening Debitor yang

ada di Bank (bila pemberian fasilitas kredit berkaitan dengan dokumen tersebut).

Setelah seluruh dokumen perjanjian kredit dan dokumen jaminan telah ditanda

tangani oleh Debitor dalam bentuk dan isi yang disetujui oleh Bank serta semua

persyaratan telah dipenuhi oleh Debitor, Debitor dapat melakukan penarikan

pinjaman berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Perjanjian Kredit

atau berdasarkan sebab lain sesuai pertimbangan Bank26.

C. TINJAUAN TENTANG JAMINAN

26 Credit Legal Reference, PT. Bank Niaga Tbk, Februari 2002

Page 34: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Di dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas

perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian

kredit. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus

melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan

dan prospek usaha Debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit

agar Bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan Debitur untuk

mengembalikan utangnya.

Jaminan dalam arti luas adalah jaminan yang bersifat materil maupun yang

bersifat immateril. Jaminan yang bersifat materil misalnya bangunan, tanah,

kendaraan, perhiasan, surat berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril

misalnya jaminan perorangan (borgtocht).

Dari sifat dan wujudnya benda menurut hukum dapat dibedakan atas benda

bergerak (roerende goederen) dan benda tidak bergerak (onroerende goederen).

Pendapat lain membagi benda bergerak menjadi Berwujud dan Tidak

Berwujud. Berwujud artinya sifatnya sendiri menggolongkannya kedalam golongan

itu yaitu segala barang yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain,

misalnya barang-barang inventaris kantor, kendaraan bermotor dan sebagainya.

Sedangkan Tidak Berwujud adalah karena Undang-Undang menggolongkannya

kedalam golongan itu, misalnya cek, wesel, saham, obligasi dan tagihan.

C.1. JAMINAN KEBENDAAN

Dalam Hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda

bergerak dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya

perbedaan penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga

Page 35: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

jaminan/pengikatan jaminan mana yang dapat dibebankan atas benda jaminan

yang diberikan untuk menjamin pelunasan. Sifat perjanjian jaminan adalah

accessoir, yaitu tergantung pada perjanjian pokoknya.

Pemberian jaminan dari Debitur kepada Kreditur menimbulkan 2 (dua)

sifat hak jaminan yang dikenal secara umum, yaitu:

1. Hak jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh Debitur

kepada Kreditur, tanpa memberikan hak saling mendahului (konkuren)

antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya.

2. Hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh

Debitur kepada Kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur

lainnya, sehingga ia berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent) 27.

Pemberian Jaminan oleh Debitur kepada Kreditur semata-mata hanya

sebagai jaminan dalam pengembalian fasilitas kredit yang telah dinikmati oleh

Debitur apabila Debitur wanprestasi. Salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan mengambil hasil dari penjualan barang jaminan tersebut. Sehingga

konsep dasar pemberian jaminan oleh Debitur adalah bukan untuk dimiliki oleh

Kreditur.

Namun untuk mengantisipasi praktek perbankan, dalam UU Perbankan

No. 7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 (“UU Perbankan”) Pasal 12A

disebutkan bahwa Bank dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik

melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara

sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar

lelang dari pemilik agunan dalam hal Debitur tidak memenuhi kewajibannya

27 Ibid. hal 30

Page 36: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

kepada Bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan

secepatnya.

Selanjutnya C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine S.T.Kansil28 mengelompokkan

benda menjadi sebagai berikut :

C.1.1. BENDA TETAP/TIDAK BERGERAK

Benda tetap atau barang tidak bergerak adalah suatu benda atau

barang yang tidak dapat bergerak atau tidak dapat dipindahkan secara

fisik, yaitu misalnya tanah dan bangunan, pekarangan dan apa yang

didirikan diatasnya, pohon dan tanaman ladang, mesin yang melekat

pada tanah dimana mesin tersebut berada, kapal laut serta kapal

terbang.

C.1.2. BENDA BERGERAK

Benda bergerak atau barang bergerak adalah barang yang karena

sifatnya dapat berpindah atau dipindahkan, yaitu misalnya kendaraan

bermotor, deposito, barang-persediaan (inventory), barang-barang

inventaris kantor, mesin, hewan ternak, tagihan, hak tagih atas klaim

asuransi, dan sebagainya.

Benda-benda tersebut di atas dapat dijadikan jaminan atas pelunasan

utang Debitur. Sedangkan pengikatan jaminan atas benda-benda

tersebut di atas adalah dengan Gadai atau Fidusia.

28 C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata (termasuk Asas-asas Hukum

Perdata), Cetakan Ketiga (edisi revisi), PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Page 37: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

C.2. JAMINAN PERORANGAN

Selain jaminan kebendaan, jaminan lain yang dapat diterima sebagai

jaminan kredit adalah jaminan non kebendaan, yaitu Penanggungan. Sesuai

Pasal 1820 KUH Perdata Penanggungan adalah suatu persetujuan pihak

ketiga guna kepentingan Kreditur mengikatkan diri untuk membayar utang

Debitur bila Debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan penanggungan

biasanya diberikan dalam bentuk :

• Jaminan Perorangan

• Jaminan Perusahaan

• Bank Garansi

• Standby Letter Of Credit (“SBLC”) 29.

Jaminan Perorangan atau Perusahaan diberikan oleh seseorang atau

Perusahaan untuk menjamin hutang pihak ketiga. Jaminan Perorangan atau

Jaminan Perusahaan ini biasanya hanya merupakan jaminan tambahan dari

jaminan pokok, artinya selain jaminan ini Bank biasanya meminta jaminan

lainnya.

Demikian pula dalam melakukan eksekusi, Bank akan mendahulukan

jaminan pokok dulu sebagai pelunasan hutang, apabila ternyata masih belum

cukup barulah Bank melakukan eksekusi terhadap jaminan perorangan atau

perusahaan.

D. PENGIKATAN JAMINAN HIPOTEK

29 Ibid. hal 33

Page 38: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dalam rangka menyalurkan kredit, pihak bank akan mensyaratkan adanya

jaminan atau agunan untuk mendapatkan fasilitas kredit tersebut kepada calon

debitur yang mengajukannya, sebagaimana penjelasan dari Pasal 8 Undang-

Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengantisipasi adanya wanprestasi dari debitur, sehingga jaminan kredit dapat

berfungsi sebagai sumber dana untuk melunasi kredit pokok dan tunggakan

bunganya.

Pengertian jaminan kredit, adalah suatu bentuk tanggungan atas

pelaksanaan suatu prestasi yang berupa pengembalian kredit berdasarkan pada

suatu perjanjian kredit. Oleh karena itu perjanjian pengikatan jaminannya bersifat

accesoir, yaitu perjanjian yang keberadaannya dikaitkan dengan suatu perjanjian

pokok, yaitu perjanjian kredit yang dibuat antara pihak debitur dengan pihak kreditur

yang bersangkutan.

Peranan jaminan dalam suatu pemberian kredit, adalah untuk mengurangi

risiko yang mungkin timbul dengan tidak dibayarnya kembali kredit yang diberikan.

Di dalam bentuk jaminan dikenal ada dua bentuk jaminan yaitu jaminan umum dan

jaminan khusus. Jaminan umum, adalah jaminan di mana semua krediturnya

mempunyai kedudukan yang sama, terhadap kreditur-kreditur lainnya. Pelunasan

utangnya dibagi secara "seimbang" berdasarkan besar kecilnya jumlah tagihan

masing-masing kreditur dibandingkan dengan jumlah keseluruhan utang debitur, hal

ini ditegaskan dalam Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Namun dalam praktek, jaminan umum ini jarang dipakai, berhubung tidak

menimbulkan rasa aman bagi pihak kreditur, hal ini disebabkan karena kreditur tidak

Page 39: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

mengetahui secara jeias berapa jumlah harta kekayaan debitur yang ada pada saat

sekarang dan yang akan ada di kemudian hari. Demikian pula apabila ada lebih dari

satu kreditur, tidak diketahui juga hak masing-masing kreditur-kreditur tersebut. Oleh

karena itu, maka kreditur memerlukan adanya benda-benda tertentu yang ditunjuk

secara khusus sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku bagi kreditur

tertentu.

Jaminan khusus adalah jaminan yang timbul karena adanya perjanjian yang

khusus antara kreditur dan Debitor. Dengan demikian merupakan jaminan hutang

yang bersifat kontraktual, yaitu terbit dari perjanjian tertentu yang memberikan

perlindungan kepada kreditur, karena perjanjiannya yang bersifat khusus.

Penggolongan atas benda sebagai objek jaminan menurut sistem Hukum

Perdata yang berlaku di Indonesia adalah atas benda bergerak dan tidak bergerak ,

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jaminan benda tidak bergerak terdiri dari :

1. Tanah, dengan atau tanpa bangunan atau tanpa tanaman diatasnya;

2. Mesin dan peralatan yang melekat pada tanah atau bangunan dan

merupakan satu kesatuan;

3. Kapal laut dengan ukuran 20 meter kubik ke atas dan sudah didaftarkan;

4. Bangunan rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu didirikan (dalam

hal tanahnya berstatus hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai atas

tanah Negara, juga benda-benda lainnya yang merupakan satu kesatuan

dengan tanah tersebut);

b. Jaminan benda bergerak terdiri dari:

Page 40: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

1. Jaminan benda bertubuh, yaitu jaminan yang secara fisik terlihat bendanya,

misalnya kendaraan bermotor, mesin dan peralatan kantor, barang

perhiasan dan sebagainya.

2. Jaminan tak bertubuh, yaitu Jaminan yang berupa surat-surat berharga,

seperti surat wesel, promes, deposito berjangka, sertifikat deposito, piutang

dagang, surat saham, obligasi dan sekuritas lainnya30.

Pengikatan terhadap jaminan benda bergerak dapat dilakukan secara gadai

atau fidusia. Benda bergerak yang akan digadaikan harus dikuasai oleh pihak

kreditur. Sedangkan pengikatan secara fidusia fisik dari benda bergerak tersebut

tetap dikuasai oleh debitur, hanya hak kepemilikannya saja yang diserahkan kepada

kreditur.

Salah satu bentuk jaminan adalah Hipotek yang merupakan suatu hak

kebendaan atas benda-benda tak bergerak yang diperoleh oleh penagih untuk

mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan dan yang

dianggap sebagai jaminan atas utang yang dipinjamkannya kepada pemilik benda

tersebut. Hipotek menyebabkan penagih mempunyai hak pembayaran uang yang

didahulukan dari pada pelunasan atau pembayaran hutang orang lain.

D.1. Pengertian Hipotek

30 Ibid. hal 35

Page 41: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Istilah Hypotheek berasal dari hukum Romawi, yaitu hypotheca. Dalam bahasa

Belanda terjemahannya adalah ondezetting, dalam bahasa Indonesia adalah

pembebanan.31 Sesuai dengan ketentuan Pasal 1162 KUHPerdata pengertian

Hipotik adalah :

Suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil

penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan.

Pada hakekatnya hak tsb tidak dapat dibagi-bagi dan terletak di atas semua

benda tak bergerak yang diikatkan dalam keseluruhannya, di atas masing-

masing dari benda-benda tsb, dan di atas tiap bagian dari padanya. Benda-

benda itu tetap dibebani dengan hak tsb, di dalam tangannya siapapun ia

berpindah (Pasal 1163 KUHPerdata).

Benda bergerak tidak dapat dibebani dengan hipotik (Pasal 1167

KUHPerdata). Hipotik / kuasa untuk memberikan hipotik hanya dapat diberikan

dengan suatu akta otentik, kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas ditunjuk

oleh undang-undang (Pasal 1171 KUHPerdata).

Hipotik hanya dapat diletakkan atas benda-benda yang sudah ada.

Hipotik atas benda-benda yang baru akan ada di kemudian hari adalah batal

(Pasal 1175 KUHPerdata).

D.2. Syarat Hipotek

Untuk melakukan hipotek atas suatu benda, syarat yang harus dipenuhi oleh

Debitor maupun kreditur adalah ;

31 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hypotheek, Cetakan Keempat, PT Citra Aditya

Bakti, Jakarta, 1991.

Page 42: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

1) Atas benda tetap;

2) Dengan akta Notaris

3) Didaftarkan di Kantor Balik Nama (Kodester)

Ciri-ciri Hipotek adalah 32:

a. Hipotek adalah hak kebendaan, yang bersifat absolut artinya hak itu dapat

dipertahankan terhadap setiap orang, mengikat bendanya dan memberi

wewenang yang luas kepada si pemilik benda serta jangka waktu hak yang

tidak terbatas.

b. Merupakan perjanjian Accessoir.

c. Droit de Preference atau hak yang didahulukan dari piutang lainnya.

d. Mudah dieksekusi.

e. Objeknya benda tetap, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

f. Hanya berisi hak untuk melunasi hutang dari nilai benda jaminan dan tidak

memberi hak untuk menguasai bendanya.

g. Dibebankan atas benda milik orang lain dan tidak atas benda milik sendiri.

h. Hipotek adalah hak yang tidak dapat di bagi-bagi.

i. Openbaar atau bersifat terbuka.

j. Mengandung pertelaan atau specialitas.

D.3. Obyek Hipotek

Saat ini dengan adanya Undang-undang Hak Tanggungan Hipotik tidak

dapat lagi dipergunakan sebagai pengikatan untuk jaminan benda tak bergerak

seperti tanah. Penggunaan hipotik sebagai salah satu pengikatan jaminan saat

32 Ibid. Hal 40.

Page 43: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

ini hanya dapat dipergunakan untuk jaminan yang diberikan oleh Debitor

kepada Kreditur berupa Pesawat terbang dan Kapal Laut dengan ukuran paling

sedikit 20 M2 (Pasal 314 KUHDagang).

Konvensi Cape Town 2001 tentang Jaminan-Jaminan untuk Benda

Bergerak (Interest in Mobile Equipment) berisi (diantaranya) beberapa hal

penting berkenaan dengan agunan terhadap benda-benda bergerak. Obyek

benda-benda bergerak yang dapat diagunkan (agunan internasional) berupa (i)

kerangka pesawat terbang (airframe), mesin pesawat, dan helikopter; (ii)

gerbong kereta api (railway rolling stock) ; dan (iii) aset –aset ruang angkasa.

Selain itu, yang bisa dihipotikkan sebagai agunan adalah pesawat udara

(alat yang dapat terbang di atmosfir karena daya angkat dari reaksi udara

kecuali reaksi udara terhadap permukaan bumi) sipil. Termasuk dalam

pengertian pesawat udara meliputi kerangka pesawat udara, mesin, baling-

baling, peralatan navigasi, peralatan komunikasi dan semua perlengkapan

yang bertujuan untuk digunakan dalam pesawat udara tersebut, terlepas

apakah dipasang atau untuk sementara dilepaskan dari pesawat.

Pesawat udara yang dimaksudkan adalah pesawat terbang sipil atau helikopter

sipil tanpa memperhatikan besar kecilnya maupun harga, pesawat terbang atau

helikopter yang dapat terbang dan dioperasikan yang dibuktikan dengan

sertifikat kelayakan udara yang masih berlaku.33

33 Konsep Rancangan Undang-Undang Tentang Hipotik Pesawat Udara (“RUU Hipotik Pesawat

Udara”) yang disiapkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Tahun 2005.

Page 44: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Terkait dengan pengaturan pesawat udara sebagai agunan (jaminan) utang,

pertama kali aturan yang diperkenalkan adalah melalui Keputusan Menteri

Perhubungan No.13/S/1971 (“Kep Menhub No.13/S/1971”). Pasal 11 Kep Menhub

No.13/S/1971 mengatur bahwa untuk maksud registrasi pesawat udara di Indonesia,

pembelian pesawat udara dengan cara sewa beli (hire purchase) dapat dianggap

sebagai pemilikan yang sah dan memenuhi persyaratan untuk registrasi pesawat

udara dengan ketentuan:

a. Dalam kontrak sewa-beli (hire purchase) tersebut tidak terdapat kemungkinan

bagi si penjual untuk membeli kembali pesawat tersebut baik secara langsung

maupun tidak langsung;

b. sewa beli (hire purchase) tersebut disertai agunan berupa mortgage dari suatu

lembaga keuangan berupa bank atau institusi lainnya atau lembaga kredit yang

bonafide menurut pendapat Dirjen Perhubungan Udara.

Selanjutnya, untuk menjelaskan jaminan pesawat udara, diterbitkan Surat

Edaran Menhub No.01/ED/1971 (“SE”) yang memberikan penjelasan pasal 11 Kep

Menhub No.13/S/1971. SE tersebut diantaranya menjelaskan bahwa mortgage atas

pesawat udara tidak mutlak diberikan dan diadakan di Indonesia, melainkan dapat

pula dilakukan di luar negeri, asalkan prosedurnya sesuai dengan hukum yang

berlaku di Negara tersebut dan terdapat suatu ketentuan yang menentukan hukum

Negara mana yang akan berlaku.

Sebelum mortgage atas pesawat udara dapat dicatatkan pada Departemen

Perhubungan c.q Ditjen Perhubungan Udara, mortgage yang diadakan di luar negeri

Page 45: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

tersebut harus ditetapkan kembali (di-verifikasi) oleh notaris di Indonesia. Kep

Menhub No.13/S/1971 tak berlaku lagi sejak terbitnya Kep Menhub No.KM 65/2000

yang kemudian dicabut dengan Kep Menhub No.KM 82/2004 tentang Prosedur

Pengadaan Pesawat Terbang dan Helikopter.

Menurut ketentuan Pasal 7 Kep Menhub No.KM 82/2004 mengatur bahwa

dalam hal pesawat terbang dan helikopter dibebani hak kebendaan (hipotik atau

mortgage), pihak yang akan mengalihkannya wajib mencatatkan pada Ditjen

Perhubungan Udara dengan menyampaikan bukti pengikatan hak kebendaan

tersebut.

Sampai dengan saat ini, Peraturan Pemerintah sebagai amanat dari pasal 12

ayat (3) UU Penerbangan belum ditetapkan. Akibatnya saat ini Indonesia belum

mempunyai peraturan yang memadai tentang tata cara pembebanan hipotik atas

pesawat udara yang terdiri dari: pesawat terbang dan helikopter tersebut.

Secara umum, syarat untuk suatu pesawat udara dapat dibebani hipotik

adalah pesawat udara tersebut telah terdaftar dan memiliki tanda kebangsaan.

Pasal 12 ayat (1) UU Penerbangan mengatur bahwa pesawat terbang dan

helikopter yang telah mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan Indonesia

dapat dibebani hipotek.

Registrasi pesawat udara dikenal dalam konvensi internasional seperti

Konvensi Paris 1919, Konvensi Madrid 1926, Konvensi Havana 1928 dan Konvensi

Chicago 1944.34

34 K. Kartomo, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian Pertama, Jakarta :

Rajawali Pers, 2007. Hal 260

Page 46: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Menurut Konvensi Paris 1919, apabila sebagian atau seluruh pesawat udara

dimiliki oleh warga Negaranya, pesawat udara dapat diregistrasi di Negara tersebut.

Tidak ada maskapai penerbangan yang dapat meregistrasikan pesawat udara

sebagai pemiliknya, kecuali dua pertiga modal disetor dari maskapai penerbangan

tersebut dimiliki oleh warga negara dari Negara yang melakukan registrasi sesuai

dengan persyaratan yang ditentukan oleh Negara yang meregistrasi tersebut.

Konvensi Madrid 1926 menetapkan bahwa pesawat udara harus diregistrasi,

tetapi persyaratan registrasi diserahkan kepada hukum nasional masing-masing

Negara.35

Adapun berdasarkan Konvensi Havana 1928, pemilikan pesawat udara oleh

warga negaranya bukan merupakan syarat khusus untuk dapat dilakukannya

registrasi pesawat udara di Negara yang bersangkutan. Persyaratan registrasi

pesawat udara diatur oleh hukum nasional masing-masing Negara. Karenanya,

dapat saja terjadi ketidakseragaman persyaratan registrasi pesawat udara dari satu

Negara dengan Negara lainnya.36

Selanjutnya Pasal 80 Konvensi Chicago 1944 mencabut Konvensi Paris 1919

dan Konvensi Havana 1928. Pasal 17 sampai dengan pasal 21 Konvensi Chicago

1944 mengatur tentang registrasi pesawat udara. Chapter III Konvensi Chicago

1944 menetapkan bahwa pesawat udara dilarang memiliki registrasi ganda, namun

demikian dimungkinkan mengubah registrasi dari suatu Negara ke Negara lainnya

35 Ibid. Hal. 267 36 Sulistiono Kertawacana. www.detik.com

Page 47: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

(an aircraft can not be validly registered in more than one state, but its registration

may be changed from one state to another). 37

Tata cara pemindahan registrasi atau registrasi ulang dari suatu Negara ke

Negara lain diatur oleh hukum nasional Negara yang bersangkutan (the registration

or transfer or reregistration of aircraft in any contracting state shall be made in

accordance with its laws and regulations). Pesawat udara tidak sah melakukan

penerbangan internasional, kecuali mempunyai tanda kebangsaan dan tanda

pendaftaran dari suatu Negara (every aircraft engaged in international air navigation

shall bear appropriate nationality and registration marks).

E. Hipotek Pesawat Terbang dan Pendaftarannya

Konvensi Cape Town 2001 mengenal sistem pendaftaran internasional. Pasal

16 dari Konvensi Cape Town 2001 ini mengatur bahwa :

(1) Suatu sistem Pendaftaran Internasional akan dibentuk bagi pendaftaran;

(2) agunan internasional, agunan internasional yang akan datang dan dapat

didaftarkan hak-hak dan jaminannya secara non-konsensual;

(3) pengalihan dan pengalihan yang akan datang dari agunan internasional;

(4) pengambilalihan agunan internasional karena subrogasi hukum atau karena

diperjanjikan berdasarkan hukum yang berlaku;

(5) pemberitahuan agunan nasional; dan

(6) subordinasi agunan merujuk pada sub paragraph sebelumnya.

37 Sulistiono Kertawacana. www.detik.com

Page 48: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

(7) Perbedaan Pendaftaran Internasional mungkin dibentuk untuk perbedaan

kategori dari objek dan hak-hak yang terkait dengannya.

Pasal 20 Konvensi Cape Town 2001 mengatur tentang Ijin Pendaftaran.

Suatu agunan internasional baik yang akan datang atau suatu pengalihan atau

pengalihan yang akan datang dari agunan internasional tersebut dapat didaftarkan,

dan setiap perubahan terhadap pendaftaran tersebut dapat diperpanjang sebelum

habis waktunya oleh salah satu pihak dengan ijin tertulis pihak lainnya.

Subordinasi suatu agunan internasional terhadap agunan internasional

lainnya dapat didaftarkan oleh atau dengan ijin tertulis yang diterbitkan setiap waktu

oleh orang/pihak yang agunannya disubordinasikan. Suatu agunan dapat

dilepaskan/dicoret oleh atau dengan ijin tertulis dari pihak yang untuk

kepentingannya jaminan dibuat (kreditor).

Pengambilalihan suatu agunan internasional karena hukum atau melalui

subrogasi yang diperjanjikan didaftarkan oleh penerima subrogasi (subrogatee). Hak

non-konsensual yang dapat didaftarkan atas agunan dapat didaftarkan oleh

pemegangnya. Suatu pemberitahuan dari suatu agunan nasional dapat didaftarkan

oleh pemegangnya.

Menurut Konvensi Cape Town juga telah mengakomodasi asas publisitas

terhadap agunan internasional sebagai mana diatur dalam pasal 22 tentang

Pencarian. Setiap pihak dapat, dengan cara yang diatur menurut Protokol dan

peraturan, membuat atau meminta suatu dilakukannya pencarian secara elektronik

Page 49: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

pada Pendaftaran Internasional terhadap benda/harta yang didaftarkan terkait

dengan agunan-agunan atau agunan internasional. 38

Berdasarkan permohonan tersebut, Petugas Pendaftaran, dengan cara yang

diatur dalam Protokol dan peraturan, akan menerbitkan suatu sertifikat pencarian

dengan eletronik terhadap harta/benda yang terkait dengan setiap obyek (a) yang

menyatakan informasi terdaftar yang terkait, bersama-sama dengan suatu

pernyataan yang menunjukkan tanggal dan waktu pendaftaran dari informasi yang

bersangkutan; atau (b) yang menyatakan bahwa tidak ada informasi dalam

Pendaftaran Internasional yang terkait dengan yang dicari. Tidak seorangpun akan

ditolak aksesnya terhadap pendaftaran dan pencarian dengan menggunakan

fasilitas Pendaftaran Internasional dengan alasan apapun selain tidak terpenuhinya

ketentuan dalam prosedur yang ditetapkan menurut Konvensi ini.39

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 29 Konvensi Cape Town 2001

mengatur bahwa agunan yang telah didaftar lebih dahulu memiliki prioritas terhadap

agunan yang didaftar berikutnya dan terhadap semua agunan yang tidak

didaftarkan. Prioritas agunan terdahulu tersebut berlaku:40

a) meskipun jika agunan terdahulu diambil alih atau didaftarkan dengan

pengetahuan sesungguhnya dari pemegang agunan lainnya; dan

b) meskipun terkait hal nilai yang diberikan oleh pemegang agunan yang

disebutkan terdahulu dengan pengetahuan tersebut.

Pembeli obyek mengambil alih agunan didalamnya:

38 www.dephub.go.id 39 www.dephub.go.id 40 www.dephub.go.id

Page 50: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

.a tunduk pada suatu jaminan terdaftar pada saat pengambilalihan agunan

tersebut;

.b bebas dari suatu agunan yang tidak terdaftar sungguhpun ini memiliki

pengetahuan yang sebenarnya terhadap jaminannya yang demikian.

Adapun tentang hipotik di Indonesia secara umum diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, sedangkan hipotik pada pesawat terbang secara

khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang

Penerbangan.Namun demikian Peraturan Pemerintah yang diamanatkan undang-

undang tersebut belum ada, sehingga mekanisme hipotik khususnya pendaftaran

hipotik dan lembaga yang ditunjuk untuk melaksanakan pendaftaran pesawat

terbang belum jelas pengaturannya.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT

Bank CIMB Niaga Tbk

Masalah agunan atau jaminan merupakan suatu masalah yang sangat

erat hubungannya dengan Bank dalam pelaksanaan teknis pemberian kredit.

Kredit yang di berikan oleh Bank perlu diamankan. Tanpa adanya pengamanan,

Bank sulit menghindari risiko yang mungkin timbul di kemudian hari, sebagai

akibat Debitor tidak memenuhi prestasinya. Untuk mendapatkan kepastian dan

Page 51: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

keamanan dari kreditnya, Bank melakukan tindakan-tindakan pengamanan dan

meminta kepada calon Debitor untuk memberikan sesuatu barang tertentu

sebagai jaminan di dalam pemberian kredit dan diatur dalam Pasal 1131 dan

1132 KUH Perdata. 41

Dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang

diberikan oleh Bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya Bank

harus memperhatikan azas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah yang sehat.

Untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul di kemudian hari

tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan keyakinan

atas kemampuan dan kesanggupan Debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai

dengan yang telah diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan oleh Bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum

memberikan kredit, Bank harus melakukan penilaian terhadap watak,

kemampuan, agunan, modal dan prospek usaha Debitor.

Dengan adanya agunan yang bersifat kebendaan yang memberikan hak

utama/prioritas kepada kreditur, maka apabila Debitor wanprestasi atau gagal

melakukan pembayaran kembali atas pinjamannya kreditur dapat mengeksekusi

agunan kebendaan yang telah diberikan Debitor tersebut guna pelunasan

hutangnya. Oleh karenanya kreditor dapat merasa lebih aman dalam

memberikan kredit terhadap Debitor.

41 Mgs.Edy Putra Tje ’Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Cetakan Kedua, Yogyakarta,

Liberty, 1989, hal. 40.

Page 52: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT Bank CIMB

Niaga Tbk bertujuan untuk modal kerja Debitor, dengan dana dari kreditor

tersebut diharapkan Debitor dapat mengembangkan usahanya. Mekanisme

pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang ini dilakukan dengan

memegang prinsip kehati-hatian, pemberian kredit dengan jaminan pesawat

terbang ini lebih kepada faktor kepercayaan, bonafiditas dan prospek dari

kegiatan usaha Debitor.

Mengingat pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut sudah

semestinya apabila pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait

mendapat perlindungan melalui suatu lembaga jaminan yang kuat serta

memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan.

Jaminan kredit berfungsi sebagai pengamanan atas pengembalian kredit.

Dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967

tentang Pokok-pokok Perbankan ditegaskan, bahwa Bank dilarang untuk

memberikan kredit tanpa jaminan. Meskipun didalam Undang-undang Perbankan

yang baru yaitu Nomor 7 Tahun 1982 yang diubah dengan UU Nomor 10 Tahun

1998 tidak mensyaratkan pemberian kredit harus diikuti dengan jaminan, namun

dalam pelaksanaannya Bank tetap meminta jaminan dari pemohon kredit, di

samping melakukan analisis terhadap itikad baik dan keadaan usaha

permohonan kredit. Jaminan kredit umumnya adalah jaminan kebendaan, yang

dapat berupa benda tetap maupun benda bergerak yang nilainya mencukupi

untuk menjamin kredit. Jaminan kredit yang dapat diterima bank pada umumnya

Page 53: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

adalah jaminan kebendaan, baik benda tetap yang dibebani dengan hak

tanggungan maupun benda bergerak yang dijaminkan secara fidusia.

Berdasarkan hasil penelitian, besarnya nilai objek jaminan kredit berkisar

antara 100%-125% dari besarnya nilai kredit yang dimintakan oleh Debitor.

Objek jaminan yang dapat diterima Bank sebagai jaminan kredit adalah benda

tetap dan benda bergerak. Benda tetap yang diterima Bank adalah berupa tanah

dan bangunan yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan yang diikat

dengan hak tanggungan. Untuk benda bergerak seperti deposito/tabungan diikat

dengan Gadai, dan kapal laut dengan bobot dibawah 20 m3, objek jaminan diikat

dengan fidusia,. Sedangkan untuk kapal udara dan kapal laut yang mempunyai

bobot lebih dari 20 M3 diikat dengan hipotik sebagaimana diatur dalam Pasal 3

Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Dalam hal pesawat terbang, Indonesia, sebagai Negara kepulauan,

sangat memerlukan sarana transportasi yang cepat, murah, dan aman.

Transportasi udara dengan menggunakan pesawat udara adalah merupakan alat

transportasi yang tercepat dibandingkan dengan sarana angkutan laut dan

angkutan darat. Perkembangan transportasi udara mengalami perkembangan

pesat, setelah pemerintah memberikan cukup kebebasan bagi maskapai

penerbangan untuk menentukan tarif.

Dengan model pengaturan yang demikian, bisnis disektor transportasi

udara menjadi bergairah dan tumbuh pesat. Persaingan menciptakan pasar

domestik yang pada gilirannya dapat menguntungkan konsumen. Akibat tiket

pesawat terbang komersial yang relatif murah dan terjangkau, kini transportasi

Page 54: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

udara cenderung menggantikan/menggeser dominasi transportasi laut dan darat

jarak jauh. Sebagai contoh banyak penumpang kereta api kelas eksekutif

mengalihkan pilihan transportasi dari kereta api menjadi pesawat terbang

komersial. Begitu juga penumpang banyak yang beralih memilih pesawat

terbang komersial ketimbang bus antar provinsi. Kini transportasi udara sudah

bukan lagi menjadi sarana transportasi yang mewah dan hanya bisa dijangkau

oleh kalangan atas.

Namun, berkembangnya pertumbuhan bisnis transportasi udara, tidak

diiringi dengan sistem hukum yang menopang pertumbuhan bisnis sektor

tersebut. Salah satu diantaranya adalah hukum mengenai agunan atas pesawat

udara (yaitu: pesawat terbang dan helikopter) yang terkait dengan pembiayaan

pengadaan/pembelian pesawat udara. Bahkan jarang sekali atau hampir tidak

pernah terjadi maskapai penerbangan membeli pesawat udara secara tunai

seketika dengan menggunakan semata-mata uang/modalnya sendiri. Dengan

sistem non tunai atau pinjaman diperlukan agunan yang memberikan kepastian

hukum atas pembayaran kembali pinjaman secara tepat waktu dan untuk jumlah

seluruhnya.

Terkait dengan pengaturan pesawat udara sebagai agunan (jaminan)

utang, dimana di dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia di dalam Pasal 13 dinyatakan bahwa Undang-undang fidusia tidak

diperuntukkan bagi kapal laut dengan bobot diatas 20 M3 dan pesawat terbang,

sehingga meskipun pesawat terbang merupakan benda bergerak namun tidak

dapat dilakukan pengikatan dengan fidusia.

Page 55: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang

pada PT Bank CIMB Niaga Tbk, permohonan kredit diajukan kepada PT Bank

CIMB Niaga Tbk melalui Marketing, dengan mengajukan proposal permohonan

kredit berikut dokumen pendukung seperti Surat Ijin Usaha Perdagangan, Tanda

Daftar Perusahaan, Laporan Keuangan, dan rencana Kerja Calon Debitor.

Setelah permohonan dinyatakan lengkap, maka berkas permohonan tersebut

diteruskan kepada bagian Analisa Kredit. Selanjutnya bila prospek usaha calon

Debitor patut untuk dibiayai menurut pertimbangan PT Bank CIMB Niaga Tbk,

proses pengajuan kredit tersebut akan ditindaklanjuti oleh bagian Administrasi

Kredit untuk dilakukan penilaian, termasuk penilaian Jaminan, yang dilakukan

oleh Appraisal Administrasi Kredit.42

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, marketing membuat proposal kredit

yang diserahkan kepada Panitia Kredit untuk memperoleh persetujuan.

Dalam hal proposal kredit tersebut disetujui, maka Marketing membuat

surat penawaran kredit (offering letter) kepada calon Debitor. Offering letter

tersebut memuat jumlah kredit yang dapat diberikan, tenggang waktu

pengembalian kredit, cara pengembalian kredit, besarnya bunga kredit, dan

persyaratan lainnya dari PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Setelah calon Debitor menyetujui dan menandatangani offering letter tersebut,

selanjutnya bagian legal akan menyiapkan surat perjanjian kredit dan pengikatan

jaminan kredit untuk ditandatangani oleh calon Debitor.

42 Rimhalsyah, Wawancara, Corporate & SME Division Head PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta,

tanggal 6 November 2008

Page 56: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Selanjutnya bagian Administrasi Kredit atau loan admin memproses kedit

tersebut dengan membuka fasilitas kredit. Untuk kredit modal kerja akan

dibukakan fasilitas kredit melalui rekening koran. Pembukaan rekening koran

atas nama Debitor pada PT Bank CIMB Niaga Tbk dimaksudkan agar Bank

dapat mengontrol arus keluar masuknya keuangan Debitor dari kegiatan usaha

yang dibiayai dengan kredit tersebut.

Menurut Account Officer(AO) PT Bank CIMB Niaga Tbk, bahwa dalam

memberikan kredit, maksimal kredit dapat diberikan Bank adalah sebesar 80%

dari nilai Taksiran Harga (TH) atas objek jaminan. Dalam pelaksanaannya, pada

PT Bank CIMB Niaga Tbk kredit dapat diberikan untuk maksimal sebesar 80%

dari nilai TH jaminan, kecuali untuk jaminan deposito dapat diberikan kredit

sampai dengan 100%.43

Terkait dengan pengaturan pesawat udara sebagai agunan (jaminan)

kredit. Aturan yang pertama kali diperkenalkan tentang pesawat terbang adalah

melalui Keputusan Menteri Perhubungan No.13/S/1971 (“Kep Menhub

No.13/S/1971”). Pasal 11 Kep Menhub No.13/S/1971 mengatur bahwa untuk

maksud registrasi pesawat udara di Indonesia, pembelian pesawat udara dengan

cara sewa beli (hire purchase) dapat dianggap sebagai pemilikan yang sah dan

memenuhi persyaratan untuk registrasi pesawat udara dengan ketentuan:

a. dalam kontrak sewa-beli (hire purchase) tersebut tidak terdapat kemungkinan

bagi si penjual untuk membeli kembali pesawat tersebut baik secara

langsung maupun tidak langsung;

43 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 6

November 2008

Page 57: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

b. sewa beli (hire purchase) tersebut disertai agunan berupa mortgage dari

suatu lembaga keuangan berupa bank atau institusi lainnya atau lembaga

kredit yang bonafide menurut pendapat Dirjen Perhubungan Udara.

Selanjutnya, untuk menjelaskan jaminan pesawat udara, diterbitkan Surat

Edaran Menhub No.01/ED/1971 (“SE”) yang memberikan penjelasan pasal 11

Kep Menhub No.13/S/1971. SE tersebut diantaranya menjelaskan bahwa

kepemilikan atas pesawat terbang tidak mutlak diberikan dan diadakan di

Indonesia, melainkan dapat pula dilakukan di luar negeri, asalkan prosedurnya

sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut dan terdapat suatu

ketentuan yang menentukan hukum negara mana yang akan berlaku.

Sebelum kepemilikan atas pesawat udara dapat dicatatkan pada

Departemen Perhubungan c.q Ditjen Perhubungan Udara, mortgage yang

diadakan di luar negeri tersebut harus ditetapkan kembali (di-verifikasi) oleh

notaris di Indonesia. Selanjutnya Kep Menhub No.13/S/1971 tak berlaku lagi

sejak terbitnya Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 65/2000 yang kemudian

dicabut dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 82/2004 tentang

Prosedur Pengadaan Pesawat Terbang dan Helikopter.

Menurut ketentuan Pasal 7 Keputusan Menteri Perhubungan No.KM

82/2004 mengatur bahwa dalam hal pesawat terbang dan helikopter dibebani

hak kebendaan (hipotik atau kepemilikan), pihak yang akan mengalihkannya

wajib mencatatkan pada Ditjen Perhubungan Udara dengan menyampaikan bukti

pengikatan hak kebendaan tersebut.

Page 58: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Sesungguhnya amanat diaturnya hukum tentang agunan atas pesawat

udara sudah ada sejak diundangkannya UU No.15 tahun 1992 tentang

Penerbangan (“UU Penerbangan”) tanggal 25 Mei 1992.

Pasal 12 UU Penerbangan mengatur:

(1) Pesawat terbang dan helikopter yang telah mempunyai tanda pendaftaran

dan kebangsaan Indonesia dapat dibebani hipotek;

(2) Pembebanan hipotek pada pesawat terbang dan helikopter sebagaimana

dimaksud ayat (1) harus didaftarkan;

(3) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

Adapun penjelasan dari Pasal 12 UU Penerbangan tersebut diatas adalah

sebagai berikut:

1) Terhadap hipotek pesawat terbang dan helikopter sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan ini berlaku ketentuan-ketentuan hipotek dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

Ketentuan dalam pasal ini tidak menutup pembebanan pesawat terbang dan

helikopter dengan hak jaminan lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

2) Cukup jelas;

3) Cukup jelas.

Peraturan Pemerintah sebagai ketentuan yang mengatur lebih lanjut dari

Pasal 12 UU Penerbangan sampai saat ini belum pernah dikeluarkan, sehingga

ketentuan mengenai agunan pesawat udara tidak dapat dilaksanakan. Namun

Page 59: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

demikian, berdasarkan hasil penelitian, sampai dengan saat ini mekanisme

hipotik atas pesawat terbang menggunakan ketentuan tercantum dalam Pasal

1162 dan seterusnya KUHPerdata tentang hipotik, belum dapat di berlakukan. 44

Selain dari yang telah diatur di dalam KUHPerdata, ketentuan yang

mengatur tentang jaminan pesawat terbang hanya ada 1 (satu) pasal saja yaitu

Pasal 12 UU No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan. Sementara Peraturan

Pemerintah yang diamanatkan Undang-Undang Penerbangan tersebut belum

ada, sehingga mekanisme hipotik, khususnya mekanisme pendaftaran hipotik

dan lembaga yang ditunjuk untuk melakukan pendaftaran pesawat terbang,

masih belum jelas pengaturannya.

Dengan demikian khusus untuk jaminan pesawat terbang meskipun

merupakan benda bergerak tetapi tidak dapat dilakukan pengikatan dengan

fidusia, maka terhadap jaminan pesawat terbang tersebut tidak dilakukan

pendaftaran pendaftaran jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia

Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia. 45

Dalam praktek selama ini, yang dilakukan para pihak dalam pesawat

terbang adalah membuat Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) dan Surat

Kuasa Jual (SKJ) dengan ketentuan sebagai berikut : 46

1) Surat Kuasa Memasang Hipotik atas jaminan pesawat terbang wajib dibuat

dalam akta notariil (Pasal 1171 KUHPerdata);

44 James Herman Rahardjo, Wawancara, Notaris di Wilayah Kota Jakarta Pusat, rekanan PT. Bank

CIMB Niaga Tbk. Cabang Gajah Mada Jakarta, pada tanggal 4 November 2008. 45 Ibid. Hal 55 46Agustinus Budi Hartono, Wawancara, Manufacturing Inspector, Departemen Perhubungan Jakarta,

tanggal 9 November 2008

Page 60: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

2) Untuk meminta pencatatan atas pesawat terbang yang menjadi jaminan pada

kreditur kepada Departemen Perhubungan tersebut dapat dilakukan oleh

Notaris, Kreditur atau pihak lainnya;

3) Dilakukan pencatatan atas pesawat terbang yang menjadi jaminan dengan

lampiran copy dokumen antara lain : Perjanjian Kredit, Surat Kuasa

Memasang Hipotik, Surat Kuasa Jual, Surat Permohonan dari Kreditur, Surat

dari Debitor yang menyatakan bahwa pesawat terbang benar diagunkan pada

Kreditur, bukti kepemilikan pesawat terbang (Bill of Sale, Invoice, Purchase

Agreement), Sertifikat Layak Terbang Pesawat Terbang, Sertifikat

Pendaftaran Pesawat Terbang;

4) Departemen Perhubungan atas permohonan Kreditur melakukan pencatatan

pesawat terbang yang telah menjadi jaminan tersebut di dalam register

Departemen Perhubungan, dan mengeluarkan surat keterangan yang isinya

bahwa pesawat terbang sedang diagunkan pada Kreditur;

5) Sistim pencatatan oleh Departemen Perhubungan ini bersifat pasif, sehingga

salah satu pihak yaitu pemilik (owner), penyewa atau lessor dapat meminta

penghapusan pencatatan tersebut, namun tetap harus ada persetujuan dari

pihak lainnya.

Khusus untuk pencatatan pada Departemen Perhubungan sejauh ini tidak

dikenakan biaya, namun seluruh dokumen yang diperlukan untuk pencatatan

harus dilengkapi oleh pemohon pencatatan. Bila salah satu dokumen untuk

keperluan pencatatan tidak dipenuhi, menyebabkan permohonan pendaftaran

Page 61: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

itu tidak akan diproses oleh Departemen Perhubungan, dan berkas pendaftaran

akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi.47

Pencatatan atas pesawat terbang yang menjadi jaminan pada bank bila

tidak sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Departemen Perhubungan, tidak

dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian, PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Gajah

Mada juga mengikuti prosedur pembuatan akta SKMH dan SKJ, yang

ditindaklanjuti dengan pencatatan peswat terbang yang menjadi jaminan pada

Departemen Perhubungan, sebagaimana diuraikan diatas. Kedudukan PT Bank

CIMB Niaga Tbk Cabang Gajah Mada sebagai pemegang jaminan pesawat

terbang meskipun hanya dengan SKMH dan SKJ yang sebenarnya adalah

merupakan pemberian kuasa dari Debitor kepada kreditur dikonstruksikan

sebagai pemilik yuridis atas benda jaminan pesawat terbang, sedangkan Debitor

dikonstruksikan sebagai pemilik secara ekonomis atas objek jaminan pesawat

terbang tersebut, dalam arti bahwa Debitor pemberi jaminan pesawat terbang

tetap menguasai dan dapat mengambil manfaat dari objek jaminan pesawat

terbang tersebut termasuk mengalihkan atau menjual, dengan ketentuan bila

jaminan pesawat terbang akan dialihkan harus diganti dengan jaminan lain yang

setara nilainya.

Dalam hal Debitor pemberi jaminan pesawat terbang cidera janji maka PT

Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta dapat melakukan permohonan kepada

Pengadilan Negeri untuk melakukan eksekusi atas jaminan pesawat terbang.

47James Herman Rahardjo, Wawancara, Notaris di Wilayah Kota Jakarta Pusat rekanan PT. Bank

CIMB Niaga Tbk. Cabang Gajah Mada Jakarta, pada tanggal 4 November 2008.

Page 62: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Pada dasarnya surat keterangan pencatatan yang diterbitkan oleh Departemen

Perhubungan adalah merupakan pemblokiran terhadap pesawat terbang yang

menjadi jaminan pada kreditur, yang melindungi kreditur atas adanya upaya dari

Debitor bila akan melakukan penjaminan ulang pesawat terbang terhadap

kreditur lain.

Adapun mengenai SKMH dan SKJ adalah merupakan salah satu upaya

yang dapat dilakukan kreditur sebelum pengikatan hipotik dapat dilakukan oleh

kreditur. Dalam kegiatan pemberian kredit, PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta

berpegang kepada prinsip kehati-hatian. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

langkah preventif yang diterapkan selama proses pemberian kredit, mulai dari

prosedur awal pengajuan kredit, penilaian kredibilitas pemohon kredit, penilaian

kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit tersebut, maupun penilaian

jaminan kredit, pengecekan data, dan melakukan pengujian terhadap keabsahan

seluruh data yang didapatkan dari hasil analisis kelayakan terhadap calon

Debitor.

PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta juga memantau penggunaan kredit,

aktifitas pembayaran angsuran kredit dan keberadaan benda persediaan objek

jaminan fidusianya. Namun hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa Debitor

tetap berkomitmen untuk melakukan pembayaran kredit tiap tanggal jatuh tempo

yang telah ditentukan oleh Debitor sendiri dalam perjanjian kredit.48

Kredit bermasalah adalah hal yang paling diwaspadai dalam kegiatan

pemberian kredit, terutama telah masuk dalam golongan kredit macet. Terjadinya

48 Rimhalsyah, Wawancara, Corporate & SME Legal Division Head, PT Bank CIMB Niaga Tbk

Jakarta, tanggal 6 November 2008

Page 63: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

kredit bermasalah merupakan wujud kurangnya kesadaran Debitor terhadap arti

kepercayaan atas jaminan utama, karenanya pemberian fasilitas kredit harus

disertai dengan unsur saling percaya antara bank sebagai pemberi kredit dengan

nasabah sebagai penerima kredit. Namun demikian dalam dunia bisnis

kepercayaan itu seringkali semu, maka sektor hukum kemudian turun tangan

memberikan sinyal-sinyalnya bahwa lembaga keuangan bank manapun harus

mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit.

Dalam mekanisme pemberian kredit, bank harus mempunyai keyakinan

bahwa kredit yang diberikan dapat kembali sesuai dengan yang telah

diperjanjikan. Untuk itu bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam

memberikan kredit.

Bank harus melakukan analisis yang mendalam mengenai Debitor calon

penerima kredit. Analisis tersebut menyangkut kegiatan usaha Debitor, prospek

usaha Debitor, serta jaminan kredit yang diberikan Debitor. Prinsip kehati-hatian

ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang menegaskan bahwa : Dalam pemberian kredit, Bank Umum

wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Debitor untuk

melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit ini diwujudkan dalam bentuk

analisis kelayakan terhadap calon Debitor penerima kredit. Analisis ini dilakukan

secara mendalam, berkaitan dengan prinsip 5 C, yaitu analisis terhadap

kepribadian (character), analisis terhadap kemampuan (capacity), analisis

Page 64: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

terhadap modal (capital), analisis tentang kondisi ekonomi (condition of

economic) , analisis terhadap jaminan kredit (collateral) dari calon Debitor.

Analisis kelayakan calon Debitor tersebut dilakukan untuk memberikan

keyakinan kepada bank atas keamanan kredit yang akan diberikan. Analisis

terhadap collateral atau jaminan kredit yang akan diberikan oleh calon Debitor

merupakan salah satu bagian dari tindakan pengamanan kredit, karena

sebagaimana fungsi dari benda jaminan adalah untuk menjamin kepastian

pengembalian kredit.

Prinsip-prinsip kehati-hatian yang ditunjukkan bank dalam pemberian

kredit tersebut juga mengacu pada ketentuan Pasal 29 ayat (4) Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang mengatakan bahwa : Dalam

memberikan kredit dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib

menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya.

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa penyebab terjadinya tunggakan

kredit yang mengakibatkan kredit bermasalah, yaitu:49

1. Faktor internal bank.

Kurang validnya analisis yang dilakukan pihak bank terhadap keadaan

Debitor dan prinsip kehati-hatian kurang diperhatikan dalam pemberian kredit

dapat menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah, seperti adanya

49 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer, PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 6

November 2008

Page 65: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

kebijakan perkreditan ekspansif yang menyimpang dari sistem dan prosedur,

lemahnya sistem adminstrasi dan pengawasan terhadap kredit yang

disalurkan.

2. Terhambatnya kegiatan usaha Debitor.

Terjadi suatu kondisi di mana kegiatan usaha Debitor sedang dalam keadaan

sulit, produksi usaha Debitor sedang menurun akibat sulitnya mendapatkan

bahan baku produksi, atau sedang sepinya permintaan pasar yang

mengakibatkan minimnya penjualan hasil produksi yang berdampak pada

kondisi keuangan Debitor.

3. Penyimpangan penggunaan kredit.

Kredit yang diberikan, tidak digunakan oleh Debitor sesuai dengan tujuan

pemberian kredit. Penggunaan kredit dialihkan baik sebagian ataupun

seluruhnya untuk tujuan lain di luar tujuan pemberian kredit.

4. Adanya itikad buruk dari Debitor.

Debitor sengaja tidak mau membayar angsuran kredit dan atau Debitor

sengaja tidak memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa penanganan terhadap

kredit bermasalah dilakukan PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan cara dan bentuk

yang bervariasi, tergantung dari itikad dan keadaan usaha Debitor. Ada dua cara

penyelesaian yang ditempuh yaitu:

1. Melalui negosiasi.

Page 66: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Negosiasi, dilakukan terhadap Debitor yang mempunyai itikad baik, kooperatif

dan kegiatan usahanya masih bisa diselamatkan. Negosiasi ini dalam

prakteknya diwujudkan dalam bentuk restrukturisasi kredit bermasalah.

Negosiasi dipergunakan sebagai langkah awal penyelesaian kredit

bermasalah.

2. Melalui eksekusi.

Eksekusi, dilakukan setelah usaha penyelesaian melalui negosiasi dengan

cara restrukturisasi tidak berhasil dilakukan. Eksekusi merupakan suatu

tindakan dengan tujuan menjual objek jaminan untuk pelunasan utang

Debitor.

Berdasarkan hasil penelitian, langkah yang ditempuh oleh PT Bank CIMB

Niaga Tbk dalam upaya menangani tunggakan kredit sebagai penyebab

terjadinya kredit bermasalah adalah:

1. Pemberitahuan keterlambatan pembayaran.

Pemberitahuan keterlambatan pembayaran angsuran kredit ini dilakukan

1 (satu) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran kredit. Satu hari

setelah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran kredit, apabila Debitor

belum melakukan pembayaran angsuran, akan keluar laporan keterlambatan

pembayaran dari komputer Administrasi Kredit atas nama Debitor. Laporan

keterlambatan pembayaran ini akan diserahkan oleh Administrasi Kredit ke

bagian marketing, yang kemudian akan ditindak lanjuti dengan

pemberitahuan keterlambatan ini kepada Debitor melalui telepon dan surat

pemberitahuan keterlambatan. Pemberitahuan melalui surat dilakukan satu

Page 67: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

kali dalam satu bulan pertama. Sedangkan pemberitahuan melalui telepon

dilakukan satu kali dalam satu minggu selama satu satu bulan terhitung

semenjak hari keterlambatan pembayaran.

Setelah melampaui tenggang waktu satu bulan pertama Debitor belum

menunjukkan itikad baiknya atau tidak kooperatif, maka bank akan

mengeluarkan surat teguran yang sifatnya lebih keras dari surat

pemberitahuan. Surat teguran ini biasanya disertai dengan kehadiran pihak

bank kepada Debitor untuk meminta pernyataan kesanggupan membayar

angsuran kredit.

Hal ini dilakukan selama satu bulan kedua, dengan tempo kedatangan satu

kali dalam satu minggu. Pada tahapan ini bank masih membuka

penyelesaian berdasarkan prinsip musyawarah dan kekeluargaan, namun

bank akan memberikan catatan pada regsiter kredit nasabah berupa

penurunan status kreditur menjadi kredit dalam pengawasan khusus.

2. Memberikan surat peringatan.

Namun apabila telah lewat waktu satu bulan dari semenjak diberikannya

surat teguran tersebut Debitor belum menunjukkan itikad baik dan tidak

kooperatif menyelesaikan kewajibannya membayar kredit, maka PT Bank

CIMB Niaga Tbk akan mengirimkan Surat Peringatan atau (SP) kepada

Debitor. Surat peringatan ini termasuk dalam kategori teguran keras, dengan

dikeluarkannya surat peringatan ini maka bank akan menurunkan status

kredit Debitor. Surat peringatan ini diberikan sebanyak tiga kali selama tiga

minggu dengan cara:

Page 68: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

a. Bank akan memberikan surat peringatan pertama (SP-1) kepada Debitor,

dengan dikeluarkannya SP-1 ini maka status kredit Debitor akan

diturunkan dari kredit dalam perhatian khusus, menjadi kurang kurang

lancar. Pada tahap ini bank mulai melakukan tindakan yang bersifat

preventif terhadap Debitor, terutama berkenaan dengan objek jaminan

kredit. Hal ini dapat dimengerti karena obyek jaminan kreditnya adalah

pesawat terbang, artinya keberadaan dan penguasaan benda secara

ekonomis masih pada Debitor.

Bank akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang lebih ketat

terhadap jaminan pesawat terbang tersebut. Hal ini dilakukan untuk

meminimalkan risiko kemungkinan adanya itikad buruk dari Debitor atas

kemungkinan dialihkannya jaminan pesawat terbang tersebut, yang

tentunya akan merugikan pihak bank sebagai pemberi kredit.

b. Satu minggu setelah dikirimkannnya SP-1 belum juga adanya tanda-tanda

niat baik dari Debitor untuk menyelesaikan kewajibannnya, maka bank

akan menerbitkan SP-2. Pemberian SP-2 menyebabkan bank

menurunkan lagi status Debitor dari kredit kurang lancar menjadi kredit

yang diragukan.

c. Tenggang satu minggu setelah SP-2 dikirimkan dan Debitor belum juga

menanggapi dengan sikap yang kooperatif, maka selanjutnya bank akan

mengeluarkan SP-3. Dengan dikeluarkannya SP-3 ini maka bank akan

menurunkan status kredit Debitor dari kredit yang diragukan menjadi

kredit macet.

Page 69: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Dengan pemberian status kredit macet pada register debitor, maka bank

akan melakukan tindakan pengamanan terhadap aset yang menjadi

jaminan kredit. Karena dalam hal ini yang menjadi jaminan kreditnya

adalah pesawat terbang, maka tindakan yang dilakukan bank adalah

meminta Debitor untuk menyerahkan jaminan pesawat terbang tersebut

kepada Bank, yang selanjutnya akan dilakukan penjualan baik melalui

Debitor maupun oleh bank sendiri. 50

Permintaan bank ini lebih kepada himbauan sifatnya, karena tidak ada

jaminan bahwa Debitor akan mematuhinya, mengingat yang diberikan

oleh Debitor kepada bank adalah hanya suatu kuasa.

Pada tahap inilah sebenarnya letak kelemahan jaminan pesawat terbang.

Dalam hal ini kedudukan bank lemah terhadap benda jaminan tersebut

dan kurangnya kepastian hukum yang diperoleh bank untuk

pengembalian kredit yang telah dikucurkannya, karena objek jaminannya

tidak diikat dengan suatu pengikatan yang dilindungi oleh suatu lembaga

jaminan.

Pada tahap SP-3 ini bank juga masih membuka kesempatan bagi Debitor

yang memiliki itikad baik untuk menyelesaikan pembayaran kreditnya.

3. Somasi melalui Pengadilan Negeri.

Somasi melalui Pengadilan Negeri, dilakukan PT Bank CIMB Niaga

Tbk sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari

lembaga hukum, dalam upaya pengembalian kredit yang telah

50 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer, PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 6

November 2008

Page 70: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

dikucurkannya. Somasi ini sama sifatnya dengan surat peringatan, tetapi

dilakukan dengan menggunakan kekuasaan hakim. Somasi melalui

pengadilan ini sebenarnya dilakukan sebagai salah satu cara untuk

“menakut-nakuti” Debitor agar mau memenuhi kewajibannya membayar

kredit.

Dalam hal ini permohonan somasi diajukan PT Bank CIMB Niaga Tbk

secara tertulis kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi

domisili hukum Debitor atau domisili yang telah dipilih sesuai perjanjian kredit.

Permohonan itu disertai dengan salinan berkas perjanjian kredit, dan bukti

pemberian SP-1 sampai dengan SP-3 oleh bank kepada Debitor.

Dalam hal ini hakim akan memberikan somasi kepada Debitor

maksimal sebanyak 3 (tiga) kali. Dalam setiap tenggang waktu pemberian

somasi tersebut hakim akan memberikan kesempatan kepada Debitor untuk

menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan dan berusaha

mempertemukan bank dengan Debitor tersebut.

Namun demikian apabila Debitor telah 3 (tiga) kali diberi somasi oleh

hakim tetap tidak kooperatif, atau tidak didapatnya kesepakatan penyelesaian

antara bank dan kreditur, maka pengadilan selanjutnya akan menetapkan sita

jaminan atas objek jaminan fidusia tersebut dan selanjutnya akan diserahkan

oleh Pengadilan Negeri kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang untuk dilakukan pelelangan sesuai dengan amanat Undang-Undang

Nomor 49 Prp Tahun 1960 tanggal 14 Desember 1960 tentang Panitia

Urusan Piutang Negara, yang teknis pelaksanaan dan administrasinya diatur

Page 71: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

dalam SK. MENKEU. No. 304/KMK.01/2002 dan SK.DJPLN No. 35/PL/2002

joncto No. 38/PL/2002. Hasil pelelangan tersebut setelah dikurangi biaya

lelang dan potongan yang lain, akan dipergunakan untuk pelunasan kredit.

Bila terdapat sisa dari hasil lelang setelah dikurangi pelunasan kredit, maka

kelebihan itu akan dikembalikan kepada Debitor.

Kredit bermasalah merupakan suatu risiko yang sangat mungkin

terjadi dalam pemberian kredit dan merupakan gejala yang harus diwaspadai

oleh setiap bank sebagai pemberi kredit. Menurut Surat Keputusan Direksi

Bank Indonesia Nomor 31/147/ DIR tanggal 12 November 1998 tentang

Kualitas Aktiva Produktif, yang termasuk kedalam golongan kredit

bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) adalah kredit dalam kategori

kurang lancar, kredit yang diragukan dan kredit macet.

Kredit bermasalah pada umumnya disebabkan adanya tunggakan

kredit, karena Debitor tidak dapat melaksanakan kewajibannya membayar

angsuran kredit, tepat pada waktunya sebagaimana telah diperjanjikan dalam

perjanjian kredit.

Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak

mungkin dapat diselamatkan untuk menjadi lancar kembali melalui upaya-

upaya penyelamatan sebagaimana telah diuraikan di atas dan akhirnya kredit

yang bersangkutan menjadi kredit macet, maka bank akan melakukan

tindakan-tindakan penyelesaian atau penagihan terhadap kredit tersebut.

Adapun yang dimaksudkan dengan penyelesaian kredit macet atau

Page 72: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

penagihan kredit macet adalah upaya bank untuk memperoleh kembali

pembayaran dari Debitor atas kredit bank yang telah menjadi macet.

Berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan kredit macet

apabila Debitor tersebut cidera janji, pihak PT Bank CIMB Niaga Tbk akan

meminta Debitor untuk melakukan penjualan di bawah tangan

dengan meminta kepada Debitor untuk melakukan penjualan sendiri

jaminannya secara sukarela, untuk selanjutnya hasilnya diserahkan

kepada bank untuk melunasi kredit tersebut.51 Sebagaimana prinsip

jaminan kebendaan dimana lahirnya adalah dalam rangka menjamin suatu

hutang tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian kredit (sebagai

perjanjian pokok) maka Akta yang berkaitan dengan Jaminan yang

ditandatangani setelah penandatangan akta Perjanjian Kredit menunjukan

bahwa perikatan tersebut adalah perikatan accesoir. Hal ini berarti bahwa

sebagai perjanjian assesoir perjanjian jaminan memiliki sifat sebagai berikut:

a. Sifat ketergantungan pada perjanjian pokok;

b. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian

pokok;

c. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika

ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak

dipenuhi;

Dalam pengertian tersebut, bank dalam pemberian fasilitas kredit

mempercayakan kepada Debitor untuk tetap menguasai dan/atau

51 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer (AO) PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 18

November 2008

Page 73: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

menggunakan pesawat terbang tersebut untuk digunakan sesuai dengan

fungsinya. Selama menguasai dan/atau menggunakan pesawat

terbang tersebut Debitor diwajibkan memelihara dengan sebaik-baiknya.

Selain itu Debitor dilarang untuk mengalihkan pesawat terbang kepada pihak

lain dengan cara apapun, termasuk menjaminkan kembali tanpa

persetujuan bank.

Dalam pemberian kredit bank akan senantiasa berhadapan dengan

faktor risiko kredit bermasalah atau kredit macet. Dalam proses sebelum

suatu permohonan kredit disetujui, bank telah menetapkan standar dan

prosedur (SOP = Standar Operation and Procedure) yang ketat untuk

mengevaluasi kelayakan permohonan kredit. Prinsip dasar yang dianut oleh

hampir semua bank dalam menilai kelayakan kredit adalah dengan

berlandaskan pada prinsip 5C (The Five's of C) atau dalam dunia

perbankan dikenal juga sebagai The Five's Credit Principle.

Prinsip itu meliputi evaluasi terhadap karater (character),

kemampuan (capacity), modal (capital), kondisi ekenomi (condition of

economy), dan jaminan (collateral). Prinsip ini kemudian dikaitkan dengan

ketentuan yang mewajibkan setiap pengelola bank (pemilik, direksi, dan

karyawan) senantiasa berpedoman pada prinsip kehati-hatian (prudential

princples).

Meskipun telah melewati proses evaluasi yang cukup ketat, dalam

kenyataannya kredit bermasalah (non performing loan), masih saja

terjadi. Faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya kredit macet

Page 74: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

dapat disebabkan oleh faktor intern bank atau faktor ekstern. Faktor intern

dapat berupa analisis kredit yang kurang mendalam, campur tangan pemilik

bank, perikatan atau dokumentasi kredit yang kurang sempurna.

Sedangkan faktor ekstern dapat berupa karakter Debitor yang tidak

baik, kondisi ekonomi yang berubah, atau karena bencana alam.

Bank selaku kreditur dapat bertindak untuk mengeksekusi obyek

jaminan pesawat terbang untuk pelunasan hutang Debitor. Namun

demikian dalam pelaksanaannya di lapangan cara-cara eksekusi secara

paksa oleh bank dapat menimbulkan implikasi hukum yang baru jika Debitor

keberatan dan mengadukan bank dengan pasal-pasal pidana antara lain

perbuatan tidak menyenangkan atau perbuatan perampasan.

Namun sampai saat ini belum ada Debitor yang menggunakan jalur

hukum atas ketidaksetujuannya dilakukan eksekus i d i bawah t angan .

Se jauh in i Deb i t o r hanya menyampaikan keberatannya langsung

kepada pihak bank, dimana bank dalam menyelesaikan

keberatan, tersebut memberikan kompensasi waktu untuk melunasi

angsuran kreditnya.52

Apabila dalam jangka waktu tersebut Debitor tidak menyelesaikan

kewajibannya tersebut maka bank mengambil langkah selanjutnya, yaitu

melakukan penjualan terhadap benda jaminan untuk melunasi hutang

Debitor tersebut.

Dalam penyelesaian kredit yang macet pihak bank memiliki pola

52 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer (AO) PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 18

November 2008

Page 75: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

penyelesaian yang menggunakan unit khusus yang bertugas melakukan

monitoring dan penagihan terhadap kredit bermasalah maupun yang macet.

Ketika seorang Debitor mengalami tunggakan kredit, maka tahap-tahap

yang umumnya d i la lu i o leh bank adalah dengan menyampaikan

secara lisan kepada Debitor, kemudian disusul dengan surat peringatan

secara tertulis jika Debitor tidak juga menyelesaikan kewajibannya.

Berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan kredit macet

apabila Debitor tersebut cidera janji, pihak PT Bank CIMB Niaga Tbk

meminta kepada Debitor untuk melakukan penjualan sendiri

jaminannya secara sukarela secara di bawah tangan, untuk selanjutnya

hasilnya diserahkan kepada kreditur untuk melunasi kredit tersebut.53

Hal ini dipilih oleh kreditur karena dianggap cukup cepat dalam proses

penyelesaiannya, efektif, dan lebih efisien, jika dibandingkan dengan

melakukan penyelesaian melalui lembaga Pengadilan.54

B. Kerugian yang timbul sehubungan dengan jaminan pesawat terbang pada

PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta

Meskipun pesawat terbang merupakan satu jaminan yang cukup aman

bagi Bank, di muka telah diuraikan bahwa pendaftaran hipotek pada pesawat

53 Wikanto Pancaatmanto, Wawancara, Bussiness & Retail Banking Legal Division Head PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 20 November 2008

54 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer (AO) PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 18 November 2008

Page 76: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

terbang belum dapat dilaksanakan. Dengan demikian hal tersebut dalam praktek

dilakukan dengan Surat Kuasa Memasang Hipotek (SKMH) dan Surat Kuasa

Jual (SKJ), namun demikian terdapat beberapa kerugian / kendala dalam

pemberian kredit dengan jaminan berupa pesawat terbang pada PT Bank CIMB

Niaga Tbk adalah sebagai berikut :

1) Sebagaimana layaknya kuasa, maka pemberian SKMH dan SKJ ini hanyalah

merupakan suatu kuasa, dan bukan suatu proses penyerahan jaminan

kebendaan yang proper, yang memberikan hak preferensi dan titel

eksekutorial untuk keperluan eksekusi saat Debitor wanprestasi. Dalam surat

kuasa, tentu di dalamnya dicantumkan juga mengenai dan/atau berakhirnya

kuasa karena dicabut oleh pemberi kuasa sendiri atau pemberi kuasa

meninggal dunia.

2) Ada kemungkinan terjadi 2 (dua) kali pencatatan pada Departemen

Perhubungan, mengingat pencatatan tsb dilakukan secara computerized dan

manual.

3) Pemblokiran atas pesawat terbang yang menjadi jaminan pada PT Bank

CIMB Niaga Tbk, agar tidak dapat dijaminkan kembali pada kreditur lainnya,

yang dilakukan oleh Departemen Perhubungan hanya berupa pencatatan

saja, dan tidak memberikan kekuatan eksekutorial.

4) Meskipun telah tersedia Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) dan Surat

Kuasa Jual (SKJ)Bila suatu saat Debitor wanprestasi, Kreditur tidak dapat

langsung melakukan eksekusi atas jaminan pesawat terbang.

Page 77: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) atas pesawat terbang ini pada

dasarnya tidak operatif karena pada saat (misalnya) Debitor wanprestasi

selanjutnya Bank membuat akta hipotik berdasarkan SKMH sementara proses

pendaftarannya (yang diwajibkan UU) belum dapat dilakukan. Dengan demikian

efektifitas dari hipotik dapat dipertanyakan. Sedangkan mengenai SKJ, kuasa ini

diharapkan dapat membantu proses penyelesaian kredit dengan penjualan aset

melalui pelelangan umum di kemudian hari, namun atas kuasa inipun dapat

menimbulkan resiko apabila Debitor dipailitkan dan kemudian dikelola oleh

kurator.

Kurator berhak untuk membatalkan tindakan penjualan pesawat yang

dilakukan Kreditor berdasarkan Surat Kuasa Jual (SKJ) tersebut apabila harga

jual tidak sesuai dengan harga taksiran umum dianggap pada harga yang baik

untuk Debitor (actio pauliana) sesuai pasal 1341 KUHPerdata.

Untuk melakukan eksekusi atas jaminan pesawat terbang Kreditur tetap

harus mengajukan permohonan dan wajib adanya putusan dari Pengadilan

Negeri (Pasal 1194 KUHPerdata). Khusus untuk melakukan eksekusi terhadap

jaminan pesawat terbang, beberapa pendapat tentang pengertian eksekusi yang

dikemukakan oleh Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata yang

menyatakan bahwa Eksekusi adalah Tindakan paksaan oleh Pengadilan

terhadap pihak yang kalah dan tidak mau melaksanakan putusan dengan

sukarela55.

55 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan

Praktek, 1997, Mandar Maju, Bandung, Hal.10

Page 78: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Hukum Eksekusi sebenarnya tidak diperlukan apabila yang dikalahkan

dengan sukarela mentaati bunyi putusan. Akan tetapi dalam kenyataan tidak

semua pihak mentaati bunyi putusan dengan sepenuhnya. Oleh karena itu

diperlukan suatu aturan bila putusan itu tidak ditaati dan bagaimana tata cara

pelaksanaannya56.

Semakin lama seorang Debitor tercatat mengalami tunggakan maka akan

menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, dan tentunya akan

mempengaruhi penilaian kinerja bank tersebut oleh Bank Indonesia. Selain itu

kewajiban pengumuman di surat kabar akan menimbulkan dampak biaya bagi

bank sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan (profit) bank. 57

Dalam pelaksanaannya eksekusi jaminan pesawat terbang oleh bank

mengalami kendala dalam hal Debitor tidak memberikan kesempatan dengan

berbagai alasan. Bank senantiasa melakukan tindakan eksekusi sendiri atau

dengan bantuan pihak berwenang. Penggunaan kewenangan ini oleh bank di

lapangan sering mendapatkan perlawanan dari pihak Debitor / pemberi jaminan.

Dalam menyelesaikan penyelesaian kredit macet yang dijamin dengan

pesawat terbang dengan instrumen eksekusi di bawah tangan, ditemukan

beberapa kendala, sehingga memperlambat dalam penyelesaian kreditnya.

Kendala-kendala yang muncul adalah sebagai berikut :58

1. Keberatan Debitor terhadap eksekusi jaminan pesawat terbang

56 Aten Affandi, Wahyu Affandi, Tentang melaksanakan Putusan Hakim Perdata, 1983,

Alumni,Bandung, Hal.32 57 Wikanto Pancaatmanto, Wawancara, Bussiness & Retail Banking Legal Division Head PT. Bank

CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 6 November 2008. 58 Wikanto Pancaatmanto, Wawancara, Bussiness & Retail Banking Legal Division Head PT. Bank

CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 6 November 2008

Page 79: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Kemungkinan ditemui kendala perlawanan dari Debitor yang keberatan

jaminan pesawat terbangnya ditarik. Alasan yang dikemukakan oleh Debitor

antara lain, Debitor menganggap bahwa bank terlalu cepat mengambil

tindakan eksekusi tanpa memberikan kesempatan kepada Debitor untuk

melunasi tunggakannya, padahal Debitor menganggap bahwa tunggakannya

baru satu atau dua bulan.59 Mengenai hal ini bank senantiasa mengajukan

klausula yang tercantum dalam Surat Persetujuan Kredit atau Akta Perjanjian

Kredit yang menyatakan bahwa bilamana Debitor menunggak melebihi 1

(satu) bulan maka jaminan pesawat terbang akan dieksekusi oleh bank.

Eksekusi jaminan pesawat terbang oleh bank dilakukan sebagai

alternatif terakhir dalam penyelesaian kredit macet bilamana Debitor telah

menunjukkan performa kredit yang buruk. Hal ini ditandai dengan tidak

patuhnya Debitor dalam menyelesaikan tunggakan kreditnya, tidak

mengindahkan peringatan bank, atau menunjukkan itikad tidak baik atau

kehendak tidak mau bekerjasama dengan bank.

2. Keberatan harga jual jaminan pesawat terbang

Permasalahan berikut yang dihadapi oleh bank adalah keberatan

Debitor terhadap harga jual jaminan pesawat terbang. Permasalahan ini

dijumpai oleh bank pada saat akan melakukan tindakan penjualan. Tahap

penjualan ini bank melaksanakan kekuasaan yang dimilikinya sebagaimana

diatur dalam Akta Surat Kuasa Memasang Hipotik dan Surat Kuasa Jual.

59 Achmad Bajumi, SH, Wawancara, Notaris rekanan PT. Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Gajah

Mada, tanggal 13 November 2008

Page 80: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, dalam pelaksanaannya

penjualan jaminan pesawat terbang senantiasa Debitor terlebih dahulu diberikan

kesempatan terakhir melunasi seluruh hutang berikut bunga, denda, dan

kewajiban lain yang tertunggak, seketika dan lunas agar dapat memiliki kembali

jaminan pesawat terbang. Kesempatan ini diberikan kepada Debitor paling cepat

7 (tujuh) hari sampai dengan paling lama 30 (tiga puluh) hari. 60

Apabila Debitor tidak dapat memenuhi permintaan dari bank sebagaimana

tersebut di atas, maka bank akan segera mencari pembeli yang berminat sesuai

harga yang dianggap paling menguntungkan. Untuk memperoleh harga minimum

(floor price) yang paling menguntungkan, maka bank melakukan survey pasar

dengan melakukan perbandingan harga atas jaminan pesawat terbang sejenis.

Setelah mendapatkan harga yang menguntungkan, maka bank membuka

penawaran secara terbuka kepada masyarakat. Bilamana telah ada penawaran,

maka akan dicari penawar dengan harga penawaran tertinggi, selanjutnya

dilakukan transaksi jual-beli. Selanjutnya seluruh hasil penjualan yang diterima

dari pembeli, akan digunakan bank untuk menyelesaikan kewajiban Debitor yang

tertunggak pada bank.

Bilamana terdapat kelebihan, maka kelebihannya itu dikembalikan kepada

Debitor, sedangkan bilamana harga yang diperoleh di bawah jumlah kewajiban

Debitor maka kepada Debitor tetap ditagihkan untuk menyelesaikan sisa

tunggakannya. Selain itu yang menyebabkan terjadinya konflik dengan Debitor,

karena Debitor merasa bahwa harga yang diberikan oleh bank terlalu rendah.

60 Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer PT. Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Gajah Mada,

tanggal 18 November 2008

Page 81: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Apabila hal ini terjadi, maka bank memberikan keterangan seluas-luasnya

kepada Debitor mengenai mekanisme penjualan dan penetapan harga yang

telah dilalui. Jika Debitor masih tetap keberatan maka kepada Debitor diberikan

kesempatan untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan.

Dalam hal terjadi kredit macet, bank lebih memilih penyelesaian dengan

cara penjualan di bawah tangan, dibandingkan dengan proses pelelangan,

karena lamanya proses pelelangan dari mulai pendaftaran lelang pada Kantor

Lelang, pengumuman lelang, sampai dengan pelaksanaan lelang.

Selain prosesnya yang lama, bank diharuskan mengeluarkan biaya yang

tentu tidak kecil dan pada akhirnya akan menambah beban biaya bagi bank serta

berakibat pada rendahnya harga lelang, sehingga akan memberatkan bagi bank,

karena jika harga lelang di bawah jumlah kewajiban kredit Debitor, maka

selisihnya akan menjadi tanggungan bank, meskipun diakui bahwa sisa hutang

masih menjadi kewajiban dari si yang berhutang (Debitor).

Page 82: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian yang telah disampaikan di muka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan pesawat terbang pada PT Bank

CIMB Niaga Tbk. sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang No.15 tahun 1992

tentang Penerbangan (“UU Penerbangan”) tanggal 25 Mei 1992, diatur bahwa

khusus untuk jaminan berupa pesawat terbang telah mempunyai tanda

pendaftaran dan kebangsaan Indonesia dapat dibebani hipotek. Selanjutnya

pembebanan hipotek pada pesawat terbang sebagaimana dimaksud ayat (1)

Undang-undang Penerbangan harus didaftarkan, yang diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

Namun demikian Peraturan Pemerintah sebagai ketentuan yang mengatur lebih

lanjut dari Pasal 12 UU Penerbangan sampai saat ini belum pernah dikeluarkan,

sehingga ketentuan mengenai agunan pesawat udara tidak dapat dilaksanakan,

khususnya mekanisme pendaftaran hipotik dan lembaga yang ditunjuk untuk

melakukan pendaftaran pesawat terbang, masih belum jelas pengaturannya,

sehingga yang dilakukan dalam praktek selama ini, dalam hal pesawat terbang

Page 83: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

sebagai jaminan pada PT Bank CIMB Niaga Tbk adalah membuat Surat Kuasa

Memasang Hipotik (SKMH) dan Surat Kuasa Jual (SKJ) sebagaimana telah

diuraikan pada bab sebelumnya.

2. Kerugian yang timbul sehubungan dengan jaminan pesawat terbang pada PT

Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta adalah pemberian SKMH dan SKJ ini hanyalah

merupakan suatu kuasa, dan bukan suatu proses penyerahan jaminan

kebendaan yang proper, yang memberikan hak preferensi dan titel eksekutorial

untuk keperluan eksekusi saat Debitor wanprestasi. Dalam surat kuasa, tentu di

dalamnya dicantumkan juga mengenai dan/atau berakhirnya kuasa karena

dicabut oleh pemberi kuasa sendiri atau pemberi kuasa meninggal dunia.

Terkait dengan SKMH dan SKJ, meskipun telah tersedia SKMH dan SKJ bila

suatu saat Debitor wanprestasi Kreditur tidak dapat langsung melakukan

eksekusi atas jaminan pesawat terbang.

Kerugian lainnya yaitu pada saat pesawat terbang yang menjadi jaminan pada

PT Bank CIMB Niaga Tbk, pemblokiran yang dilakukan oleh Departemen

Perhubungan adalah hanya berupa pencatatan saja yang tidak memberikan

kekuatan eksekutorial, meskipun telah tersedia Surat Kuasa Memasang Hipotik

(SKMH) dan Surat Kuasa Jual (SKJ).

B. Saran

Sebelum menerima pesawat terbang hendaknya kreditur hendaknya

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan pengechekan kepada Departemen Perhubungan atas kondisi

pesawat terbang tsb, baik mengenai pendaftarannya, kelayakan terbangnya

Page 84: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

maupun kondisinya apakah pesawat terbang sudah / belum pernah dijaminkan

pada Kreditur lain;

2. Mengupayakan jaminan lain (selain pesawat terbang yang telah menjadi

jaminan) dari Debitor misalnya seperti : Hak tagih dari penyewa (bila pesawat

terbang tersebut penggunaanya untuk disewakan), atau klaim asuransi atas

pesawat terbang yang dijaminkan tersebut, dimana keduanya dapat diikat

dengan fidusia yang lebih memberi kekuatan hukum yang tetap dan pasti,

karena telah ada lembaga fidusia yang melindunginya.

3. Kreditur membatasi umur pesawat yang dapat dijadikan jaminan.

4. Memonitoring rute pesawat terkait dengan rencana penggunaan pesawat agar

Kreditur mengetahui keberadaan pesawat yang akan dijadikan jaminan.

5. Memastikan bahwa pesawat tidak terdaftar di tempat lain.

6. Untuk meminimalisir resiko atas hal-hal yang mungkin timbul, pesawat

diasuransikan dengan asuransi yang ditunjuk oleh Kreditur.

DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Aten Affandi, Wahyu Affandi, Tentang melaksanakan Putusan Hakim Perdata, 1983,

Alumni,Bandung Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung : Alumni, 1990 A.Qyrom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perjanjian,

Yogyakarta : Liberty, 1985 Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung. 1994 ----------, Bab-bab Tentang Hypotheek, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, Cetakan ke

IV,1991.

Page 85: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata (termasuk Asas-asas

Hukum Perdata), Cetakan Ketiga (edisi revisi), PT Pradnya Paramita, Jakarta. Djaja S.Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan,

Bandung : Nuansa Aulia, 2008 Djohari Santosa, Pokok-pokok Hukum Perpesawatan, cetakan kedua, Penerbit UII

Press, Yogyakarta, 2004 Ch Gatot Wardoyo yang dikutip M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,

Bandung : PT. Cita Aditya Bakti, 2008 K. Kartomo, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian Pertama,

Jakarta : Rajawali Pers, 2007 Mgs.Edy Putra The Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Cetakan Kedua,

Yogyakarta, Liberty, 1989 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Pertama,

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001 M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2008 Rahman, Hasanuddin. 1995. Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di

Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam

Teori dan Praktek, 1997, Mandar Maju, Bandung H. Salim HS, SH., M.S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Setiawan, R. 1994. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Bina Cipta. Bandung. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perutangan Bagian B, Jogjakarta : Seksi Hukum

Perdata UGM, 1980 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1982 Subekti, R. Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1985 -----------, Hukum Acara Perdata, 1989, Bina Cipta, Bandung ----------, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,

Page 86: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Suharsini Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, renika Cipta, Raja Grafindo Persada, Jakarta

MAKALAH-MAKALAH J. Satrio, Beberapa Segi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit, Seminar Masalah Standard Kontrak Dalam Perjanjian Kredit, Surabaya : 11 Desember 1993 Konsep Rancangan Undang-Undang Tentang Hipotik Pesawat Udara (“RUU Hipotik

Pesawat Udara”) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Tahun 2005.

Purwahid Patrik, Peranan Perjanjian Baku dalam Masyarakat, Makalah dalam seminar Masalah Standard Kontrak Dalam perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993.

Credit Legal Reference, PT. Bank Niaga Tbk, Februari 2002 Sulistiono Kertawacana. www.detik.com www.dephub.go.id Elbine Sinaga, Wawancara, Account Officer PT Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal

6 November 2008 Rimhalsyah, Wawancara, Corporate & SME Legal Division Head PT. Bank CIMB Niaga

Tbk Jakarta, tanggal 6 November 2008 Wikanto Pancaatmanto, Wawancara, Bussiness & Retail Banking Legal Division Head

PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta, tanggal 20 November 2008 James Herman Rahardjo, Wawancara, Notaris di Wilayah Kota Jakarta Pusat, rekanan

PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Jakarta, pada tanggal 4 November 2008. Achmad Bajumi, SH, Wawancara, Notaris rekanan PT. Bank CIMB Niaga Tbk Jakarta,

tanggal 13 November 2008 UNDANG-UNDANG Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Page 87: PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM …eprints.undip.ac.id/18616/1/SANDRA_DEVYI.pdf · hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

UU No.15 tahun 1992 tentang Penerbangan