program studi komunikasi dan penyiaran islam...

92
POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKAT LINTAS AGAMA DALAM MENCIPTAKAN HARMONISASI DI DESA BAGOANG BOGOR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan memperolegelar Sarana Ilmu Sosial (SSos) oleh : Endah Dewi Cahyani 1113051000181 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 /2018 M  

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKAT LINTAS AGAMA

DALAM MENCIPTAKAN HARMONISASI DI DESA BAGOANG BOGOR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan memperolegelar Sarana Ilmu Sosial (SSos)

oleh :

Endah Dewi Cahyani

1113051000181

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 /2018 M

 

Page 2: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

 

Page 3: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

 

Page 4: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

 

Page 5: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

ABSTRAK

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKAT LINTAS AGAMA DALAM

MENCIPTAKAN HARMONI DI DESA BAGOANG BOGOR

Oleh

Endah Dewi Cahyani

Jika pada umumnya suatu daerah ditempati oleh adat atau suku yang sama, lain

halnya dengan Desa Bagoang. Masyarakat di Bagoang memiliki beragam budaya dan

agama, diantaranya suku sunda dan tionghoa yang terbagi dalam tiga penganut agama

yaitu islam katholik dan konghucu. Keragaman tersebut tak menyurutkan Desa Bagoang

sebagai desa yang memiliki nilai toleran yang tinggi. Oleh karenanya, penelitian ini

dilakukan untuk lebih menjelaskan bagaimana harmoni antara masyarakat dapat terjalin.

Berdasarkan konteks diatas tujuan penelitian ini ialah untuk menjawab pertanyaan

inti dan turunan. Adapun pertanyaan mayornya ialah, bagaimana masyarakat antarbudaya

dan lintas agama menciptakan harmoni di Desa Bagoang. Adapun pertanyaan turunannya

ialah bagaimana gambaran masyarakat di Desa Bagoang, Bagaimana pola komunikasi

masyarakat di Desa Bagoang, Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam

menciptakan harmoni antarbudaya dalam masyarakat lintas agama di Desa Bagoang.

Dalam penelitin ini, peneliti akan lebih membahas mengenai Face Negotiation

Theory yang dikembangkan oleh Toomey. Teori ini menjelaskan perbedaan-perbedaan

budaya dalam merespon konflik. Lebih jelasnya, Ting Toomey menggambarkan teori ini

mengenai bagaimana peranan wajah dan identitas dalam komunikasi antarbudaya,

terutama dalam situasi memecahkan masalah.

Masyarakat mengelola keharmonisan diantara mereka terlihat dari bagaimana

mereka memecahkan suatu masalah dan faktor-faktor yang akan menjadi penghambat dan

pendukung didalamnya. Karena perilaku yang berbeda diantara masyarakat dalam

menyikapi masalah dapat menimbulkan gaya komunikasi antarbudaya yang berbeda pula.

Pada penelitian ini, penulis merumuskan teori mengenai bagaimana harmoni dapat

terjalin diantara masyarakat melalui menejemen konflik kehidupan antarbudaya dalam

budaya kolektivis yang didalamnya membahas mengenai avoiding atau cara menghindari

konlik, compromising yakni mencari jalan tengah, obliging yakni mengalah pada lawan,

Avoiding yaitu menghindari konflik, sedangkan integrating ialah mengikutsertakan pihak

lain dan Third Party Help yaitu penanganan konflik dengan bantuan pihak ketiga.

Masyarakat Desa Bagoang menjalin keharmonisan dan menjunjung rasa hormat dan

toleran yang tinggi terhadap suku maupun penganut agama lain. Karena rasa

persaudaraan yang tinggi dan menejemen konflik yang baik. Selain itu rasa kekeuargaan

dan sikap yang bersama-sama dan bersatu dalam memecahkan konflik membuat

masyarakat Desa Bagoang menjadi masyarakat yang makmur tanpa konflik yang

berkepanjangan.

Di Desa Bagoang komunikasi yang terjalin antara masyarakat yang berbeda suku

dan agama begitu sering. Tidak ada jarak ataupun pemisah yang membedakan mereka.

Pola komunikasi yang terjalin dalam menciptakan harmoni yaitu dengan cara berunding

atau kompromi, yakni mencari jalan tengah dalam sebuah masalah dan menghindari

konlik diantara salah satu pihak, agar masalah tidak berkepanjangan. Tidak sedikit faktor

yang menentukan terhambat dan tidaknya pemecahan suatu permasalaan yang untuk

menciptakan harmoni. Karena dalam menciptakan harmoni sendiri memiliki

ketergantungan situasi yang berbeda-beda maupun masyarakatnya.

Kata Kunci : desa, bagoang, harmoni, dan masyarakat

 

Page 6: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata yang pantas diucapkan oleh seorang hamba selain kalimat

alhamdulillahi Rabbi al’alamiin atas nikmat dan karunia Allah SWT yang telah

memberikan hambanya banyak rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir kuliah ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam

tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

telah menjadi acuan dan motivasi bagi seluruh alam, sampai kepada saya.

Laporan penelitian dengan judul Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Lintas

Agama di Desa Bagoang merupakan buku ilmiah pertama yang penulis buat dan

diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan komunikasi

penyiaran islam di fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.

Dalam prosesnya, penulisan penelitian ini memerlukan pengorbanan yang

begitu besar. Bukan hanya dari penulis, tetapi banyak pula pihak yang sudah ikut

andil dalam kesuksesan penulisan laporan penelitian ini. Oleh karenanya penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada tara kepada mereka yang telah

berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada kedua orang tua, ayahanda Sidik dan ibunda Een Saedah yang telah

memberikan dukungan luar biasa kepada penulis untuk tetap bertahan dalam segala

kondisi hidup. Terima kasih banyak atas segala limpahan kasih, tetes keringat, air

mata dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis. Penulis juga ingin

 

Page 7: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

iii

menyampaikan terima kasih kepada Arip Hidayat dan kedua adik tecinta Rizka Fitria

dan Icha Aisyah atas semangat, inspirasi dan masukan yang membangun.,

Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu,

mendukung, membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi. Maka dengan

segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D

selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil

Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Prof. Ilyas Ismail, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan

waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan

mengarahkan proses penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang

telah mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan

pengetahuannya selama perkuliahan.

5. Seluruh staf dan karyawan tata usaha bidang kemahasiswaan, administrasi,

keuangan, kepustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis, memberikan buku-buku sebagai referensi dan literatur dalam penyusunan

skripsi ini hingga selesai.

 

Page 8: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

iv

6. Kepala Desa Bagoang Bapak Maman Suparman yang telah banyak membantu

penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini beserta seluruh staf Desa

Bagoang

7. Bapak Dawi dan Bapak Gondel selaku sesepuh dan ketua RT kampung Cina

Tarisi yang banyak membantu penulis dalam menggali informasi terkait desa dan

penelitian ini. Beserta keluarga besar Desa Bagoang terkhusus ibu Juhana dan

Suami, Abang Dede, dan adik-adik tersayang di SDN 2 Bagoang yang telah

membantu dalam kesuksesan penulisan skripsi.

8. Rachma Maulidia, Khairunnisa Permata Sari, Anis Nurfitriyani, Nita Silpiani,

Sahri Rahma Fitri, Faid Maya Sofia, Susi Mulyati, Ardian Haffy Kurnia, Dastin

Dimaz Jiwo Narendra dan Mohamad Anshory yang selalu mendukung setiap saat,

membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2013,

Campcourse Alphabet, KKN 049 BARAKAT 2016, keluarga besar DNKTV UIN

Jakarta dan teman-teman satu tim BPJS Ketenagakerjaan Bintaro.

Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Semoga seluruh kebaikan, jasa, dan doa dibalas berlipat ganda oleh Allah

SWT. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 28 Februari 2018

Endah Dewi Cahyani

 

Page 9: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................................ 3

1. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 3

2. Perumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

1. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4

2. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5

D. Metodologi Penelitian ................................................................................................ 5

1. Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 5

2. Metode Penelitian ............................................................................................. 6

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 6

4. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................. 6

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 7

6. Analisis Data ..................................................................................................... 8

7. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORI

 

Page 10: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

ix

A. Komunikasi Antarbudaya ........................................................................................ 12

B. Pola Komunikasi Dan Pola Budaya ......................................................................... 14

1. Pola Komunikasi ............................................................................................. 14

2. Pola Budaya .................................................................................................... 15

C. Teori Negosiasi Wajah ............................................................................................. 16

D. Konsep Harmonisasi ................................................................................................ 22

1. Pengertian Harmoni ........................................................................................ 22

2. Harmonitas Sosial ........................................................................................... 23

E. Lintas Agama ........................................................................................................... 24

F. Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Islam ....................................................... 25

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BAGOANG

A. Sejarah Singkat Desa Bagoang ............................................................................. 29

B. Kondisi Geografi ...................................................................................................... 29

1. Letak Geografis ............................................................................................... 29

2. Topografi......................................................................................................... 30

3. Hidrologi dan Klimatologi .............................................................................. 30

4. Luas dan Sebaran Pengunaan Lahan............................................................... 31

5. Luas Wilayah Desa Bagoang .......................................................................... 32

C. Kondisi Demografis ................................................................................................. 33

1. Struktur Penduduk Desa Bagoang .................................................................. 33

2. Tingkat Pendidikan ......................................................................................... 34

3. Mata Pencaharian ............................................................................................ 35

4. Agama dan Kepercayaan ................................................................................ 36

D. Sarana dan Prasarana ............................................................................................... 36

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan ................................................................... 36

 

Page 11: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

x

2. Sarana dan Prasarana Keagamaan .................................................................. 36

3. Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi ............................................................ 37

4. Transportasi dan Perhubungan ........................................................................ 38

5. Energi .............................................................................................................. 38

E. Sejarah Singkat Kedatangan Etnis Tionghoa di Desa Bagoang .............................. 38

F. Sosial Budaya Masyarakat Desa Bagoang ............................................................... 39

G. Keadaan Masyarakat antaretnis di Desa Bagoang ................................................... 41

BAB IV POLA KOMUNIKASI DALAM MENCIPTAKAN HARMONI

A. Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Lintas Agama di Desa Bagoang ................. 43

1. Bahasa ............................................................................................................. 44

2. Pesan ............................................................................................................... 46

B. Komunikasi Dalam Menciptakan Harmoni Antar Sesama ...................................... 48

C. Pola Komunikasi dalam Acara Ritual dan Keagamaan masyarakat Bagoang ......... 53

D. Faktor Penghambat dan Pendukung Terciptanya Harmoni ..................................... 59

1. Faktor Pendukung ........................................................................................... 59

2. Faktor Penghambat ......................................................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 67

LAMPIRAN

 

Page 12: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2. 1 Peta budaya dalam delapan manajemen konflik ........................................................ 20

Grafik 3 1 : Presentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ..................................... 35

Grafik 3 2 : Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................ 35

Grafik 3 3 : Prasarana Pendidikan ................................................................................................ 36

Grafik 3 4 : Prasarana Keagamaan ................................................................................................ 37

Grafik 4. 1 : Tingkat keberhasilan menejemen konflik ................................................................ 52

 

Page 13: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi sebagai aktifitas manusia tentu sangat penting untuk dipelajari. Sebagai

makhluk sosial, manusia harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang cukup agar

pesan yang terjadi secara timbal balik antara komunikator dan komunikan dapat

tersampaikan seperti yang diharapkan. Pada penerapannya dalam kehhidupan, interaksi

yang dilakukan manusia bukan hanya terbatas pada antarindividu, tapi jjuga antara

individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai

makhluk sosial jjuga merupakan makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya. Seperti

halnya manusia yang memiliki kemampuan berbicara dan menyadari adanya kekuatan

diluar nalar (kekuatan gaib), sehingga memiliki kepercayaan atau beragama (homo

religious).1

Di Indonesia keberagaman budaya dan agama sudah ada sejak dulu. Kelompok

yang memiliki perbedaan budaya dan agama cenderung bersifat etnosentris sehingga

mengundang beragam persepsi yang terkonsep sejak lama dalam budaya mereka.

Di Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, mayoritas masyarakat beragama Islam dan

kental dengan Etnik Sunda. Namun, di Desa Bagoang jjuga terdapat etnik Tionghoa yang

menganut agama Konghucu dan Protestan. Diantara Etnik Tionghoa dan masyarakat

pribumi, Etnik Sunda, sering terjadi interaksi satu sama lain dalam kegiatan keseharian.

Kehhidupan dan interaksi masyarakat antarbudaya terjalin dengan baik, masyarakat

di Desa Bagoang hhidup rukun dan menjunjung nilai toleran. Jika di lain tempat di

1 Suprapto, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), h. 16 – 17.

 

Page 14: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

2

Indonesia, banyak sekali masalah dan kontroversi antara masyarakat yang berbeda

budaya dan agama yang tinggal di satu wilayah. Seperti halnya peristiwa yang belum

luput dari benak masyarakat Indonesia saat krisis ekonomi dipenghujung Orde Baru yang

berujung pada konflik masyarakat pribumi dan Etnik Tionghoa. Perbedaan pandangan,

budaya, bahasa dan agama merupakan hal lazim di Indonesia. Namun, mempertahankan

kerukunan dalam sebuah perbedaan akan menjadi tolak ukur kedamaian suatu bangsa.

Dalam al-Quran Allah berfirman

Artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal.” (QS.HalHujurat : 13)

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan

bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada

yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang

mengetahui.” (QS. Ar Rum : 22)

 

Page 15: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

3

Di Desa Bagoang kerukunan masyarakat antaretnik yang hhidup berdampingan

menjadi sebuah keunikan tersendiri, yaitu, tentang bagaimana kedua etnik yang saling

berdampingan ini menjaga harmonisasi selama puluhan tahun walaupun banyak sekali

perbedaan pandangan dan nilai dalam kebudayaan mereka masing-masing.

Dari pemaparan di atas, menimbulkan pertanyaan bagaimana masyarakat Pribumi

dengan masyarakat Tionghoa Desa Bagoang menjaga kerukunan dan harmonisasi

diantara keduanya. Untuk itu, penulis ingin mengkaji dan meneliti lebihh dalam

mengenai pola komunikasi antarbudaya masyarakat Pribumi dan etnik Tionghoa di Desa

Bagoang. Maka penulis mengangkat judul “Pola Komunikasi Masyarakat Muslim

Pribumi Dan Etnis Tionghoa Dalam Menciptakan Harmonisasi Di Desa Bagoang Bogor”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan-permasalaan

sebagai berikut :

a. Face Negotiation (Negosiasi Wajah) dalam penelitian ini hanya sebatas :

1) Negosiasi wajah dengan menejemen konflik yang akan diperdalam ialah yang

biasa terjadi pada masyarakat dengan budaya kolektivis, yaitu avoiding

(menghindari), compromising (kompromi), obliging (menuruti aturan),

integrating (mengintegrasi) dan third-party help (bantuan pihak ketiga).

2) Faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan kelima klasifikasi

menejemen konflik.

 

Page 16: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

4

b. Masyarakat yang terlibat dalam penelitian ini ialah masyarakat etnis Tionghoa

dengan masyarakat pribumi yang telah menetap dan menjadi warga Desa

Bagoang.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, maka penulis mengambil perumusan masalah

utama :

Bagaimana masyarakat muslim pribumi dan Etnis Tionghoa dmenciptakan

harmoni di Desa Bagoang?

Adapun pertanyaan turunannya adalah :

a. Bagaimana gambaran masyarakat muslim pribumi dan etnis Tionghoa di Desa

Bagoang?

b. Bagaimana Pola Komunikasi masyarakat muslim pribumi dan etnis Tionghoa di

Desa Bagoang?

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan harmoni antara

masyarakat muslim pribumi dan etnis tionghoa di Desa Bagoang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok penelitian diatas, maka tujuan penelitiannya ialah sebagai

berikut :

a. Mengetahui bagaimana masyarakat muslim pribumi dan Etnis Tionghoa

menciptakan harmoni diantara keduanya.

 

Page 17: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

5

b. Mengetahui gambaran masyarakat muslim pribumi dan etnis Tionghoa di Desa

Bagoang.

c. Mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara masyarakat muslim

pribumi dan etnis Tionghoa di Desa Bagoang.

d. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan

harmoni diantara masyarakat muslim pribumi dan etnis tionghoa.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif dan

manfaat dalam segi akademik dan praktik, yaitu :

a. Manfaat akademis

Dapat menjadi aspek pendukung dalam pengembangan ilmu komunikasi

khususnya yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya.

b. Manfaat praktis

Dapat memberikan informasi tambahan mengenai kehhidupan masyarakat

muslim pribumi dalam berinteraksi dengan masyarakat Etnik Tionghoa dan dapat

menjadi acuan dalam komunikasi antarbudaya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Dimana penulis meneliti secara mendalam tentang aspek

lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Adapun data dapat diperoleh dari

 

Page 18: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

6

laporan hasil pengamatan, percakapan keseharian, catatan pribadi, analisis pustaka yang

menyangkut permasalahan tersebut.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian analisis

deskriptif, yaitu metode yang melalui pendekatan kualitatif yang dihasilkan suatu data

melalui survey berupa catatan hasil pengamatan, gambar, dan dokumen.

Menurut Nazir dalam bukunya, analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya ialah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang diselidiki.2

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah di Desa Bagoang Kecamatan

Jasinga Kabupaten Bogor. Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan

preliminary research atau pratinjau penelitian yang dilakukan pada November-Desember

2016, selama itu penulis mencari tahu dan menelaah gejala serta fenomena yang terjadi

dilingkungan masyarakat. Penulis juga akan melakukan penelitian mendalam di lokasi

penelitian.

2 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia: 1988), h. 12.

 

Page 19: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

7

4. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam riset ilmu sosial, hal yang penting adalah menentukan sesuatu yang

berkaitan dengan apa dan siapa yang diteliti.3 Yang menjadi subjek penelitian ialah warga

masyarakat muslim pribumi dengan masyarakat Etnik Tionghoa yang tinggal di Desa

Bagoang.

Adapun objek penelitiannya ialah bagaimana harmonisasi yang terjalin antara

masyarakat muslim pribumi dengan masyarakat Tionghoa Desa Bagoang dalam

kaitannya dengan komunikasi antarbudaya. Lebihh jelasnya yaitu bagaimana keduanya

menyelesaikan masalah jika terjadi kesalahpahaman atau konflik. Disini peneliti akan

lebihh fokus kepada bagaimana penyelesaian konflik yang digunakan oleh masyarakat

muslim dan Tionghoa. Yang dilihat dari perspektif face negotiation theory yang di

perkenalkan oleh Stella Ting Toomey dalam teori komunikasi antarbudaya.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang

akan atau sedang diteliti. Penghimpunan informasi tersebut dapat diperoleh

dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan

disertasi, peraturan- peraturan, ketetapan-ketetapan, ensiklopedia, dan sumber-

sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

3 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistic, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 24-25.

 

Page 20: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

8

Dalam penelitian ini nantinya, penulis akan melakukan studi kepustakaan

guna menggali informasi terkait komunikasi antarbudaya, harmonisasi dalam

komunikasi antarbudaya dan latar belakang masyarakat di Desa Bagoang.

b. Observasi

Observasi atau yang biasa disebut sebagai pengamatan langsung

merupakan metode awal yang digunakan dalam sebuah penelitian, dan

merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara langsung gejala yang diselidiki.4

Adapun penulis mengobservasi bagaimana cara masyarakat muslim dan

Tionghoa dalam menghindari konflik yang terjadi diantara keduanya sehingga

dapat menimbulkan harmoni dikehhidupan keseharian dalam berinteraksi.

c. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan yang berbentuk komunikasi antara dua

orang atau lebihh, yang melibatkan seseorang diantaranya memperleh informasi

dari orang lain dengan caramengajukan pertanyaan.5

Adapun penulis memperoleh sumber data dari narasumber dengan cara

wawancara atau tanya jawab langsung bersama Pak Maman Suparman selaku

Kepala Desa Bagoang, Pak Dawi selaku sesepuh warga Tionghoa, Pak Ridwan

selaku ketua BPD Desa Bagoang, Pak Zainuddin selaku sesepuh Desa Bagoang,

dan Pak Gondel selaku ketua RT Kampung Tarisi.

d. Dokumentasi

4 Antonio Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Teori Aplikasi), (Yogyakarta : Gintanyali, 2004), h.70.

5 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 180.

 

Page 21: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

9

Berkaitan dengan data dokumentasi yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah berupa gambaran demograf dan monograf serta kegiatan

masyarakat Desa Bagoang, Jasinga.

6. Analisis Data

a. Mengklasifikasikan data atau mengelompokkan data dilihat dari teori

komunikasi antarbudaya dalam perspektif face negotiation theory yang

diperkenalkan oleh Stella Ting Toomey.

b. Setelah diklasifikasikan menurut jenisnya, data tersebut dihubungkan antara

pendapat satu dengan pendapat lainnya.

c. Langkah selanjutnya data tersebut ditafsirkan atau diinterpretasikan.

d. Langkah terakhir hasil temuan disimpulkan secara induktif – deduktif

(gabungan).

7. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah

dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, maupun penelitian-penelitian lain yang pernah

membahas atau berkaitan dengan komunikasi antarbudaya masyarakat muslim

dengan suku adat lain, diantaranya yaitu :

a. Skripsi dengan Judul “Pola Komunikasi Antarumat Beragama : Studi

Komunikasi Antarbudaya Tionghoa Dengan Muslim Pribumi Di Rw 04

Kelurahan Mekarsari Tangerang” Oleh Siti Asiyah (Komunikasi Penyiaran

Islam/ Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi/ UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta). Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi antara masyarakat

Tionghoa dan masyarakat muslim pribumi. Adapun perbedaan penelitian yang

 

Page 22: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

10

dilakukan oleh penulis terletak pada subjek penelitian, subjek yang diamati ialah

warga Tionghoa dan muslim probumi di RW 04 Kelurahan Mekarsari

Kabupaten Tangerang. Objek penelitiannya mengenai asimilasi, akulturasi dan

enkulturasi dalam konsep budaya.

b. Tesis dengan Judul “Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa dan Pribumi

di Kota Medan” Oleh Lusiana Andriani Lubis (Ilmu Komunikasi/ FISIP/

Universitas Sumatra Utara). Penelitian ini membahas tentang komunikasi

antarbudaya etnis Tionghoa dan warga pribumi di Medan Adapun perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada subjek penelitian, subjek

yang diamati ialah Etnis Tionghoa dan masyarakat pribumi di Medan.

Sedangkan objek penelitiannya mengenai komunikasi antarbudaya mampu

mengubah pandangan dunia etnis Tionghoa dan pribumi di kota Medan. Secara

spesifik yang hendak dikaji dalam penelitian Lubis adalah ketiga elemen

pandangan dunia yaitu agama atau kepercayaan, nilai-nilai budaya dan prilaku.

c. Skripsi dengan Judul “Komunikasi Intra dan Antarbudaya Masyarakat

muslim pribumi Kei di Kota Tual” Oleh Nurul Ain Kabakoran (Komunikasi

Penyiaran Islam/ Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi/ UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta). Penelitian ini membahas tentang komunikasi intra dan

antarbudaya masyarakat muslim Kei di Kota Tual, komunikasi intrabudaya

masyarakat muslim Kei dan masyarakat non-muslim Kei, dan komunikasi

antarbudaya masyarakat muslim Kei dan masyarakat non-Kei muslim di Kota

Tual. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada

subjek penelitian, subjek yang diamati ialah Etnis Kei di Kota Tual. Sedangkan

 

Page 23: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

11

objek penelitiannya mengenai komunikasi intra dan antarbudaya masyarakat

muslim Kei dan non-Kei muslim di Kota Tual.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan menjadi

beberapa bab yang diuraikan dalam sistematika sebagai berikut :

Bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian (Pendekatan Penelitian,

Metode Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Tinjauan Pustaka) dan sistematika penulisan.

Selanjutnya, tinjauan teori yang berisi kerangka konsep. Adapun teori yang akan

dijabarkan oleh penulis ialah tentang komunikasi antarbudaya, pola komunikasi dan pola

budaya, konsep harmonisasi, pengertian pribumi dan etnis Tionghoa, dan kerukunan

antarumat beragama dalam Islam.

Lebihh jauh, gambaran umum mengenai Desa Bagoang, mencakup kependudukan,

agama dan kepercayaan, mata pencaharian, pendidikan dan sosial dan kultur

kemasyarakatan. Dalam bab ini jjuga menjelaskan mengenai sejarah singkat kedatangan

etnis Tionghoa di Desa Bagoang.

Adapun bab ke empat, memaparkan temuan dan analisis data, yaitu bagaimana pola

komunikasi antarbudaya masyarakat muslim pribumi dan etnis tionghoa, bagaimana

masyarakat muslim pribumi dan etnis tionghoa menciptakan harmonisasi dari perspektif

face negotiation theory dalam komunikasi antarbudaya dan apa saja yang menjadi faktor

pendukung dan penghambat dalam komunikasi antarbudaya.

 

Page 24: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

12

Pada bab penutup dalam skripsi ini, penulis akan memberikan kesimpulan yang

berfungsi memberikan jawaban umum atas pertanyaan yang terdapat pada bab satu

yang diikuti saran.

 

Page 25: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang

diapresiasikan oleh manusia. Jika meniliknya dalam teropong antarbudaya, tentunya

komunikasi menjadi hal dominan dan merupakan tolak ukur dari keberhasilan pesan agar

makna yang dimaksud tersampaikan sebagaimana mestinya.

Dalam kajian ilmu komunikasi, komunikasi antarbudaya dianggap hal yang serius

dan perlu untuk ditelaah secara lebihh mendalam. Ini dilihat dari beragamnya budaya

yang tersebar di setiap negara yang memiliki nilai dan ideologi yang berbeda. Disetiap

perbedaan itulah muncul beberapa versi dalam pendekatan komunikasi antarbudaya,

tergantung situasi dan kondisi budaya tersebut. Seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya, komukasi antarbudaya dapat dilihat dari pola budaya itu sendiri.

Menurut Alo Liliweri, komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi

antarpribadi antara dua orang atau lebihh yang memiliki latar budaya yang berbeda.1

Komunikasi antarbudaya dikaji lebihh mendalam untuk mempermudah pesan yang

terkandung dalam komunikasi dapat tersampaikan dengan baik sebagaimana mestinya.

Menurut Guo-Ming Chen dan William J. Starosta :

“Komunikasi antarbudaya adala proses negosiasi atau pertukaran sistem

simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam

menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi

1 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), h. 15.

 

Page 26: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

14

antarbudaya itu dilakukan : 1) dengan negosiasi untuk melibatkan manusia

didalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema

melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya

mempunyai makna tetapi dia dapat berarti kedalam satu konteks, dan makna-

makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan; 2) melalui pertukaran sistem

simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam

komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses

pemberian makna yang sama; 3) sebagai pembimbing perilaku budaya yang

tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap

perilaku kita; 4) menunjukkan fungsi sebua kelompok sehingga kita dapat

membedakan diri dari kelompok lain yang mengidentiikasinya dengan berbagai

cara.”2

Dalam Komunikasi antarbudaya juga terdapat sistem makna kultural yang

mengandung unsur aturan budaya (cultural rules) dan tema nilai (value theme). Pada

aturan budaya terdapat tiga ciri yaitu, aturan merupakan proposisi-proposisi yang

membimbing tindakan, aturan menyediakan seperangkat harapan, dan aturan memberi

makna. Tanpa mengetahui mengenai aturan maka akan mustahil untuk memahami

makna suatu tindakan dan pembenarannya terkandung dalam nilai umum yang

menggolongkannya sesuai budaya yang dianut ditengah masyarakat.3

Komunikasi antarbudaya tidak dapat dipisahkan dengan aturan dan nilai yang

diterapkan dalam suatu budaya. Hal ini dikarenakan adanya pembonsaian makna yang

berbeda dalam budaya. Lebihh jelasnya dalam proses terjadinya komunikasi

2 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), h. 11-12.

3 Jennifer Noesjirwan, Pengalaman Lintas budaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), h. 179-180.

 

Page 27: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

15

antarbudaya, masing-masing individu yang memiliki budaya yang berbeda cenderung

membiarkan budaya asalnya terlibat dalam proses interaksi antarbudaya. Jika dalam

kaitannya dengan komunikasi dapat disebut sebagai logat yang artinya pembawajahn

bahasa bahkan makna akan diinterpretasikan sebagai hal yang rumit dan sulit dicerna

saat berinteraksi dengan individu dari budaya lain. Dalam istilah komunikasi

antarbudaya dikenal pula cultural shock atau gegar budaya, dimana individu datang

pada situasi budaya baru yang membuatnya merasa ada yang „salah‟ pada budaya lain.

B. Pola Komunikasi Dan Pola Budaya

1. Pola Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pola diartikan sebagai suatu sistem.4

Pada umumnya pola dipandang sebagai suatu rancangan atau model yang terjadi

dalam suatu kejadian maupun situasi. Dalam proses komunikasi, pertukaran pesan

antara komunikator dan komunikan akan membentuk suatu pola. Hal ini dilihat dari

bagaimana proses pesan itu tersampaikan dan diterima. Menurut Nurudin dalam

bukunya, pola komunikasi yang berkembang di Indonesia ada 4 macam pola, yaitu

komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan

komunikasi massa.5

Komunikasi antarbudaya dapat digolongkan kedalam pola komunikasi

antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa sesuai dengan keterlibatan

jumlah individu didalamnya. Pola dalam kaitannya dengan komunikasi antarbudaya

merujuk pada bagaimana pesan tersampaikan dar komunikator kepada komunikan

4 Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 884-

885. 5 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : Grafindo, 2007), h. 26.

 

Page 28: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

16

yang memiliki perbedaan budaya sehingga dapat diterima maksud dan tujuan dari

pesan tersebut.

Menurut Thomas M. Steinatt, tujuan utama dari pola komunikasi antarbudaya

ialah menganalisis maksud dari peran seseorang dalam interaksinya dengan orang

lain yang memiliki perbedaan kebiasaan, kepercayaan dan nilai-nilai dalam latar

budaya masing-masing. Lebihh jelasnya pola dipandang sebagai cara individu dalam

berinteraksi dengan orang lain yang memiliki perbedaan budaya.6

2. Pola Budaya

Menurut Larry A. Samovar dalam bukunya,

“Pola budaya merupakan suatu sistem kepercayaan dan nilai yang

terintegrasi yang bekerja sama untuk menyediakan suatu model yang

terpadu, jika tidak selalu konsisten, dalam melihat dunia. Pola tersebut

berkontribusi tidak hanya pada cara anda melihat dan berfikir mengenai

dunia ini, namun jjuga pada bagaimana anda hhidup didunia ini.”

Pola budaya memiliki klasifikasi yang berbeda-beda yang dianalisis dari

bagaimana perilaku masyarakat dalam suatu budaya. Hal ini banyak dilakukan oleh

antropolog, psikolog sosial, dan ahli ilmu komunikasi dalam memandang manusia

sebagai salah satu komponen budaya. Perilaku setiap individunya memiliki

karakteristik yang unik. Untuk itu, dari banyaknya pola budaya, ada empat hal yang

memiliki inti dalam komunikasi antarbudaya.

6 Thomas M. Steinatt dan Diane M. Millete, An Integrated Approach to Communication Theory and Research

(New York : Routledge, 2009), h. 300.

 

Page 29: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

17

Pertama, dikembangkan oleh Hofstede yang mengidentifikasi lima nilai

dimensi yang dapat dibagi yaitu, individualis dan kolektivis, Uncertainty Avoidance,

Power Distance, masculinity/feminity dan orientasi angka panjang ataupun jangka

pendek yang dipengaruhi oleh budaya.

Kedua, budaya yang diidentifikasi melalui lima cara yaitu dengan melihat dari

orientasi mengenai sifat manusia, hubungan manusia dan alam, orientasi terhadap

waktu, aktivitas dan orientasi relasional yang dikemukakan oleh Kluckhohn dan

Strodtbeck.

Ketiga, Edward T. Hall yang memperkenalkan klasifikasi antarbudaya

mengenai bagaimana memandang suatu budaya dari konteksnya, budaya konteks

tinggi dan budaya konteks rendah yang dilihat dari bagaimana masyarakatnya

menilai suatu informasi yang datang dari orang lain.

Keempat, klasifikasi pola budaya yang diperkenalkan oleh ahli komunikasi

antarbudaya, Stella Ting Toomey, yang memandang peranan „wajah‟ dan „identitas‟

saat berhadapan dengan konflik dan menejemen konflik manakah yang akan

digunakan demi mempertahankan self-image atau other image yang biasa disebut

sebagai Face Negotiation Theory atau Teori Negosiasi Wajah.

C. Teori Negosiasi Wajah

Dalam penelitian ini, penulis akan lebih membahas mengenai Face Negotiation

Theory atau Teori Negosiasi Wajah yang dikembangkan oleh Toomey. Teori ini

menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik. Lebihh jelasnya,

Ting Toomey menggambarkan teori ini mengenai bagaimana peranan wajah dan

 

Page 30: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

18

identitas dalam komunikasi antarbudaya, terutama dalam situasi konflik.7 Teori ini

merujuk pada komunikasi verbal dan non verbal dalam mengatasi konflik. Penanganan

konflik jjuga akan dipandang berbeda oleh budaya individualis atau kolektivis.

Dalam teori ini, Toomey menjelaskan mengenai pemecahan masalah akibat

konflik antarbudaya itu berbeda tergantung konteks budaya tersebut. Budaya itu termasuk

ke dalam high context culture (budaya kolektivis) ataukah low context culture (budaya

individualis). Penanganannya pun sangatlah berbeda. Pada awal penelitiannya Tiong

Toomey mengklasifikasikan pemecahan masalah dengan cara integrating, domination,

obliging, avoiding dan compromising.

Integrating atau integrasi yaitu pendekatan dengan mengikutsertakan semua pihak

dalam memecahkan masalah. Pada beberapa bahasan integrating sama dengan kolaborasi

yang biasanya dilakukan saat mengatasi ketidakpuasan pihak lawan yang kemudian dicari

jalan tengah yang akan disepakati bersama.

Domination atau dominasi yaitu pendekatan yang lebihh menekankan kapada win-

lose atau lose-win, dapat juga dikatakan sebagai kompetisi yang biasanya mengharuskan

adanya yang menang diantara para pelaku konflik. Hal ini di aplikasikan oleh budaya-

budaya individualis dalam mendapat pengakuan dari orang lain.

Obliging yaitu kesediaan salah satu pihak untuk mementingkan kepentingan pihak

lawan. Dapat disebut juga sebagai akomodasi, dimana maksud dari pendekatan ini ialah

agar hubungan diantara keduanya tetap terpelihara, maka salah satu pihak harus

berkorban atau mengalah.

7 Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta : Salemba

Humanika, 2010), h. 259.

 

Page 31: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

19

Avoiding atau menghindar ialah pendekatan dengan cara penyangkalan atau

penarikan diri dengan asumsi bahwa konflik akan hilang jika diacuhkan atau dianggap

tidak terlalu penting. Misalnya ketika ada konflik yang terjadi salah satu pihak

mengacuhkan konflik tersebut dengan anggapan akan mereda dengan sendirinya saat

konflik diacuhkan.

Compromissing atau kompromi yaitu pendekatan yang mencari jalan tengah yang

umumnya melibatkan pihak ketiga untuk melakukan intervensi dalam bentuk meminta

bantuan. Pihak ketiga ini biasanya memiliki otoritas lebihh tinggi yang kemudian

menangani konflik dengan mediasi atau abitrasi.

Dalam teori yang sama yang dibuat oleh Toomey, ia merasa bawa klasifikasi

pemecahan masalah akibat konflik yang telah disebutkan diatas belum mencukupi dan

dapat diterapkan pada setiap budaya yang ada di seluruh dunia. Untuk itu, Toomey

menambahkan tiga klasifikasi yaitu emotional expression, passive aggression dan third-

party help.8

Emotional expression yaitu merujuk pada keseluruhan sikap dan penyampaian

pesan melalui segenap perasaan. Misalnya, ekspresi yang diperlihatkan akan lebihh besar.

Hal ini menunjukkan bahwa penanganan konflik dapat terselesaikan dengan adanya

keterlibatan full expression dalam mengadapi konflik.

Passive aggression yaitu tidak ada keinginan untuk menghadapi masalah. Namun

hal ini dilakukan dengan cara menyalahkan orang lain. Dalam passive aggression

pelakunya memiliki sifat pasif dalam merespon konflik, karena itulah ia akan

8 Em Griffin, A First Look At Communication Theory, (New York : McGraw-Hill, 2006), h. 446.

 

Page 32: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

20

menyalahkan orang lain tanpa memperlihatkan bahwa dirinya malas dalam mengadapi

konflik.

Third-party help yaitu keterlibatan pihak ketiga dalam menangani konflik antara

dua belah pihak. Biasanya dengan menunjuk seseorang yang lebih ahli ataupun disegani

untuk menengahi konflik yang terjadi. Misalnya saat terjadi konflik maupun perdebatan

dalam mendalami dan memahami materi sebuah mata kuliah, tentu saja akan sangat

dibutuhkan peran seorang dosen yang dapat menengainya dan tentu saja memiliki

pemahaman mengenai apa yang diperdebatkan.

Dalam teori face negotiation ini, komunikasi dijadikan peran penting dalam

penerapannya. Tanpa komunikasi yang baik menejemen konflik didalamnya tidak akan

berjalan. Para komunikator yang terlibat akan menempatkan diri sebagai pemeran utama

dalam menejemen konflik. Berhasil atau tidaknya menejemen konflik dalam teori ini

bergantung pada pemilihan bahasa komunikasi. Oleh karena itu, bahasa komunikasi juga

diperhitungkan dalam menejemen konflik antar komunikator yang terlibat. Komunikasi

dinilai hal yang krusial pada teori ini.

Stella Ting Toomey dan John Oetzel peneliti face negotiation theory dan

mengklasifikasikan menejemen konflik dalam teori negosiasi wajah pada komunikasi

antarbudaya memiliki perhatian khusus pada bagaimana peranan wajah seorang individu

dalam mengadapi konflik yang melibatkan dirinya. Grafik dibawah ini merupakan gaya

pemecahan konflik yang dibuat oleh Toomey dan Oetzel akan dipaparkan mengenai

menejemen konflik yang diatur sesuai dengan budaya mereka terkait peranan wajah.

 

Page 33: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

21

Grafik 2.1 Peta budaya dalam delapan manajemen konflik9

Keterangan :

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa budaya kolektivis dan individualis memiliki

cara pemecahan masalah yang berbeda sesuai tipe budaya yang berkembang ditengah

masyarakatnya, menganut sistem kolektivis ataukah individualis. Lebihh jelasnya,

Toomey membagi delapan klasifikasi menejemen konflik diatas bukan hanya pada

peranan wajah melainkan jjuga berdasarkan tipe budaya yang menjadi perhatian utama

dalam suatu budaya.

Face concern atau peranan wajah untuk diri sendiri dianggap penting oleh

penganut budaya individualis. Tipe budaya ini cenderung lebihh memandang bagaimana

9 Em Griffin, A First Look At Communication Theory, (New York : McGraw-Hill, 2006), h. 447.

Individualis Kolektivis

avoiding

Commpromissing

Third-

party help

Integrating Obliging

Dominating

Emotional

expression

Passive

Aggressio

n

LOW SELF-FACE CONCERN HIGH

LO

W

O

TH

ER

-FA

CE

CO

NC

ER

N H

IGH

 

Page 34: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

22

self-image dapat membuat orang lain menilai baik atau buruk dari bagaimana dirinya

dipandang ditengah masyarakat.

Tabel 2.1 Face Negotiation Model10

BUDAYA PEMBENTUKKAN

DIRI

PERANAN

WAJAH GAYA KONFLIK

Merujuk dari pemaparan diatas mengenai teori Stella Ting Toomey dapat

klasifikasikan sebagai berikut, untuk budaya individualis dalam teori negosiasi wajah

ialah dengan cara dominasi atau kompetisi, emotional expression dan passive aggressive.

Sedangkan untuk budaya kolektivis ialah dengan cara compromissing, integrating, third-

party help, avoiding dan obliging.

10

Em Griffin, A First Look At Communication Theory, (New York : McGraw-Hill, 2006), h. 448.

Individual Independen Menjaga wajah

sendiri

Dominating/

Competition

Emotionally

Expressive

Passive

Agressive

Kolektivis Interdependen

Menjaga wajah

yang lain

Saling menjaga

wajah

Compromissing/

Integrating

Third-Party Help

Avoiding/

Obliging

 

Page 35: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

23

Indonesia merupakan urutan ke-48 negara yang menganut budaya individualis.11

namun bukan berarti Indonesia menganut paham budaya individualis. Daerah pedesaan

yang masih sangat kental akan budaya dan masih menganut sistem kepercayaan nenek

moyang, dianggap sebagai penganut budaya kolektivis. Hal ini dapat dilihat dari

bagaimana ketergantungan masyarakat teradap masyarakat lain. Maka dari itu, penulis

merumuskan teori negosiasi wajah pada budaya kolektivis yang akan dikaji lebihh

mendalam pada penelitian ini.

D. Konsep Harmonisasi

1. Pengertian Harmoni

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harmoni diartikan sebagai bentuk

keselarasan, keterpaduan, kerukunan dan keserasian.12

Harmoni jjuga memiliki arti

tindakan pengupayaan terbentuknya keselarasan atau persamaan persepsi tanpa

mengabaikan perbedaan.

Dalam bahasa Inggris harmonius memiliki arti rukun, seiasekata, harmonize

memiliki arti seimbang atau cocok, dan harmony memiliki arti kesesuaian,

keselarasan, kecocokan, kerukunan.13

Roqib dalam bukunya menegaskan bahwa harmoni dalam konteks hakikat

merujuk pada keserasian, keterpaduan, keselarasan yang melibatkan aspek fisik dan

psikis secara sekaligus. Inti dari harmoni sebenarnya merujuk pada keselarasan lahir

batin yang berasal dari diri individu maupun sosial. Setiap individu tentu

menginginkan keharmonisan dalam hhidupnya. Harmonis yang dimaksud ialah

11

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta : Salemba

Humanika, 2010), h. 238. 12

Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 484. 13

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 290.

 

Page 36: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

24

harmonis kreatif yang produktif dan dinamis. Hal tersebut tentunya menjadi

dambaan dan cita-cita setiap individu dan komunitas sosial. Harmonitas sosial

dicapai jika tidak terjadi konflik sosial. Namun, bukan berarti keragaman dan

perbedaan masyarakat dapat disebut konflik. Justru suatu keadaan dapat dikatakan

harmonis karena adanya keragaman dan perbedaan. Hal tersebut merujuk pada

makna dari kata harmoni itu sendiri yaitu selaras, serasi, rukun dan semacamnya

yang hanya dapat terjadi saat adanya keragaman dan perbedaan.14

2. Harmonitas Sosial

Makna harmonitas sosial dapat dipahami dari kata harmoni yang telah

dijelaskan sebelumnya yang memiliki arti rukun, selaras, serasi dan semacamnya.

Hal tersebut menjadi amat penting bagi kehhidupan sosial. Penerapan harmoni dapat

menjadi modal awal kerukunan jika dijaga dengan baik yang terwujud tanpa adanya

konflik dan perpecahan.

Harmonitas sosial sebenarnya dapat dibentuk jika semua interaksi sosial

berjalan secara wajahr tanpa adanya penekanan ataupun paksaan yang kemudian

dapat menyumbat jalan kebebasan. Menurut Muchtar yang dikutip oleh Raqib dalam

bukunya, harmonitas sosial mensyaratkan adanya jaminan yang membebaskan setiap

anggota masyarakat atau anggota sosial menyampaikan aspirasi untuk ikut terlibat

dalam perkembangan sosial tanpa adanya paksaan dan ancaman. Bukan pula dengan

cara menyumbat suara rakyat. Jika hal itu dilakukan maka masyarakat akan sungguh-

14

Moh. Roqib, Harmoni Dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: STAIN Purwokwerto Press, 2007), h. 2.

 

Page 37: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

25

sungguh berkembang dan akan tercipta kearmonisan dalam kehidupan sosial karena

adanya keadilan, pemerataan, dan hak asasi yang dihormati dengan baik.15

E. Lintas Agama

Lintas agama merupakan arti lepas dari berbagai macam agama, atau diantara

agama. Dalam istilah global yang biasa diketaui, pengertian agama didasarkan pada

kepercayaan atau keyakinan utuh yang dinut oleh seseorang. Lintas agama menjadi

perbincangan menarik belakangan ini, karena merupakan hal yang krusial dan sacral

yang menyangkut pada teks pancasila yang disebutkan dalam sila pertama.

Di Indonesia sendiri masalah agama telah banyak dibahas dan di bicarakan dalam

setiap acara, entah itu ekonomi, politik maupun budaya. Kendati demikian, agama

menjadi pengokoh persatuan. Namun berbeda halnya jika kepercayaan yang dianut

berbeda-beda dalam satu Negara kesatuan atau daerah tertentu. Agama acapkali di

anggap sebagai sesuatu yang harus dibesar-besarkan untuk mengidentitaskan seseorang.

Di Indonesia sendiri terdapat enam agama yang diakui sebagai agama inti oleh

masyarakatnya. Yakni Islam, Protestan, Katolik, Konghucu, Hindu dan Budha. Lintas

agama berarti suatu interaksi ataupun sikap yang melibatkan lebih dari satu agama

didalamnya, entah dalam segi dan bahasan apapun. Dalam litas agama juga dikenal

dengan istilah antar-agama, yang berarti terjadi pada beberapa kepercayaan. Beberapa

kepercayaan diindentikkan dengan asal suku atau budaya tergantung tempatnya.

Pada umumnya interaksi yang melibatkan dua atau lebih orang yang berbeda akan

menimbulkan apresiasi prilaku yang berbeda pula. Misalnya saat obrolan yang terjadi

15

Moh. Roqib, Harmoni Dalam Budaya Jawa, h. 21.

 

Page 38: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

26

antara orang Madura dan orang Palembang akan di sebut komunikasi antarbudaya.

Begitupula dengan orang yang berinteraksi dengan yang memiliki kepercayaan yang

berbeda dengannya, maka akan disebut interaksi antaragama atau lintas agama.

F. Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Islam

Islam memandang persatuan sebagai salah satu upaya kuat untuk menghindari

permusuhan karena adanya perbedaan. Islam jjuga mengajarkan pentingnya hhidup

bertoleransi, yang berarti menerima kekurangan dan kelebihan orang lain tanpa adanya

perdebatan mengenai hal itu. Begitupun dengan perbedaan dalam menganut agama dan

kepercayaan, Islam sebagai agama yang damai memberikan pelajaran bahwa perbedaan

agama bukanlah sesuatu yang semata-mata harus disalahkan dan diperdebatkan karena

perbedaan keyakinan.

Dalam al-Quran Allah berfirman :

Artinya :

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”

Dalam tafsir al-misbah menjelaskan bahwa penegasan pada ayat terakir dalam

sural al-Kafirun diatas, merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik.16

Yang

berarti bahwa setiap agama dipandang sama dalam konsep kerukunan antarumat

beragama. Tidak dapat menyalakan kepercayaan maupun agama lain secara konkrit

16

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 15, (Jakarta : Lentera Hati, 2007), h. 581.

 

Page 39: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

27

maupun tidak. Sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat melaksanakan

peribadatan tanpa merendahkan agama lain.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama…”

Pada kedua ayat diatas menjelaskan bahwa dalam Islam tak ada paksaan untuk

memeluk agama walaupun Islam merupakan agama dakwah. Hal ini ditegaskan pada

surah al-Kafirun pada pemaparan sebelumnya. Dalam al-Quran pernyataan mengenai

sikap toleransi tidak dijelaskan secara eksplisit namun secara implisit jelas sekali

terdapat bagaimana harus bersikap dan mengetahui batasan-batasan dalam sikap

toleransi teradap agama selain Islam jjuga anjuran untuk saling mengenal satu sama lain.

Sebagaimana dalam Q.S al-Hujurat ayat 13 :

Artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(Q.S. al-Hujurat : 13)

 

Page 40: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

28

Islam lebihh mengedepankan sikap keterbukaan (inklusif) dari pada

kebencian dan permusuhan. Ajaran Islam secara jelas melarang sikap menghujat

dan mendiskreditkan agama atau kelompok lain. Sebagaimana firman-Nya dalam

Q.S. Al-Hujarat ayat 11:

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang

laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang

ditertawakan itu lebihh baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan

perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang

direndahkan itu lebihh baik. dan janganlah suka mencela dirimu

sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung

ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka

Itulah orang-orang yang zalim.”

Dalam Islam sikap toleransi agar terciptanya kerukunan antarumat beragama

sangat dianjurkan. Karena selain untuk mencegah terjadinya perpecahan, jjuga

 

Page 41: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

29

untuk menciptakan harmoni dalam kehhidupan berbangsa dan bernegara agar tetap

terjalin dengan baik sebagaimana mestinya.

 

Page 42: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

30

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA BAGOANG

A. Sejarah Singkat Desa Bagoang1

Desa Bagoang Kecamatan Jasinga telah berdiri pada tahun 1953 yang pada saat itu

Pemerintah Desa di Kepalai oleh seorang Kepala Desa. Tokoh masyarakat yang terdiri

dari perwakilan masyarakat Kampung Tarisi, Kampung Bagoang dan Kampung Parung

Kembang, Kampung Jolpot dan Kampung Pasir Kandang pada 1973, mengadakan

musyawarah yang memiliki tujuan agar Desa Bagoang bisa menjadi desa induk. Dari

musyarawah tersebut menghasilkan mufakat untuk segera dilakukan pemekaran desa

sebagai dasar wilayah karena terlalu jauh dan luas. Sehingga tidak terjangkau untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat saat itu.

Nama Desa Bagoang sendiri, berasal dari kesepakatan bersama dalam forum

musyawarah yang tela disepakati oleh para tokoh masyarakat. Di mana nama Bagoang di

ambil dari salah satu bewan yang sering berkeliaran di wilayah tersebut antara Kampung

Tarisi dan Kampung Bagoang, yaitu babi atau dalam istilah masyarakat tersebut dikenal

dengan sebutan bagong, sehingga desa tersebut dinamakan Desa Bagoang yang berarti

banyak babi.

B. Kondisi Geografi2

1. Letak Geografis

Desa Bagoang Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor terletak di perbatasan

antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang ada di sebelah Barat Wilayah

1 Wawancara dengan Maman Suparman, tanggal 12 Desember 2016 di Kantor Kelurahan Desa Bagoang.

2 Profil Desa Bagoang tahun 2015. Dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris

Desa Bagoang pada tanggal 13 Mei 2016. (Dokumen tidak dipublikasikan).

 

Page 43: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

31

Desa, dengan Luas Wilayah mencapai 450 Ha, yang terdiri dari 3 dusun dengan 6

Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa Bagoang memiliki batas

wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Pangaur

Sebelah Timur : Desa Barengkok

Sebelah Selatan : Desa Selatan

Sebelah Barat : Desa di Provinsi Banten

2. Topografi

Desa Bagoang merupakan desa yang berada di daerah dataran rendah dengan

suhu rata-rata mencapai 26°C-35°C. Sebagian besar wilayah Desa Bagoang adalah

dataran dan sebelah barat dibatasi oleh sungai Cidurian yang masuk kedalam wilayah

Povinsi Banten sekaligus menjadi batas antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi

Banten.

3. Hidrologi dan Klimatologi

Aspek Hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian dan

pengaturan tata air wilayah desa. Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di

wilayah Desa Bagoang membentuk pola daerah aliran sungai atau DAS tercatat ada

beberapa sungai maupun selokan baik skala kecil, sedang, dan besar. Disamping itu

ada pula beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih,

maupun sumber air untuk pertanian. Mata air utama yang menghidupi masyarakat

Desa Bagoang adalah di antaranya mata air Cidurian dan mata air Cipangaur.

Penanganan keirigasian/pengairan di arahkan dalam rangka memenuhi

kebutuhan para petani sawah dan kolam air tawar, maupun perkebunan. Dibentuk

 

Page 44: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

32

pula sistem drainase yang merupakan sistem pengaliran air hujan yang terdiri dari 2

(dua) macam sistem yaitu sistem drainase melalui sungai, solokan, atau saluran

sekunder atau di sebut drainase makro, serta sistem yang melalui saluran-sluran

lingkungan atau di sebut drainase mikro.

Selain itu, air bersih yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih,

saat ini penduduk Desa Bagoang sebagian besar masih menggunakan mata air

konvensional (Non PAM), tidak ada yang menggunakan jasa PAM sedangkan yang

mengunakan sumur pompa sebanyak 11 rumah atau 1%, sumur gali sebanyak 170

rumah atau 39%, fasilitas air umum (bersama-sama) sebanyak 453 rumah, atau

sebesar 60%. Untuk lebih jelasnya mengenai masalah sumber air yang di gunakan

masyarakat dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 1 : Jenis Sumber Air yang Digunakan

No Tahun Jumlah

1 PAM -

2 Sumur Pompa 11

3 Artiesis -

4 Sumur Gali 170

5 Fasilitas Air Bersama 453

6 Kali/Sungai 190

4. Luas dan Sebaran Pengunaan Lahan

Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Bagoang digunakan secara

produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak digunakan. Hal ini menunjukan bahwa

kawasan Desa Bagoang memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap untuk

diolah. Luas lahan berupa sawah teknis seluas 62,455 Ha, Tadah hujan 9,235 Ha dan

yang lainnya berupa lahan untuk makanan ternak/pengangonan leuwung kolot/ Hutan

 

Page 45: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

33

Rakyat. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah dan penggunaannya dapat dilihat

pada table berikut ini:

Tabel 3 2 : Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan tahun 2015

Sawah (Ha) Darat (Ha)

Teknis ½

Teknis

Tadah

Hujan

Pekarangan

Pemukiman

Hutan

Rakyat Pengangongan Lain-lain

62,455 - 9,235 40 10 8 48

5. Luas Wilayah Desa Bagoang

Di wilayah Desa Bagoang masih terdapat banyak area persawahan dan tanah

yang digunakan warga untuk berkebun. Pemukiman warga juga tidak terlalu banyak

dan belum terlalu padat penduduk.

Tabel 3 3 : Luas Lahan Secara Umum

No Jenis Lahan Luas

1 Tanah Darat 330 ha

2 Sawah 120 ha

Jumlah 450 ha

Desa Bagoang terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan 27. RT, yaitu :

a. Dusun I : RW 01 s.d RW 02 terletak disebelah Selatan

b. Dusun II : RW 03 s.d RW 04 terletak disebelah Utara

c. Dusun III : RW 05 s.d RW 06 terletak disebelah Barat

C. Kondisi Demografis3

1. Struktur Penduduk Desa Bagoang

Penduduk Desa Bagoang berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk

Tahun 2010 tercatat sebanyak 5.157 jiwa, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dan grafik di bawah ini.

3 Profil Desa Bagoang tahun 2015. Dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa

Bagoang pada tanggal 13 Mei 2016. (Dokumen tidak dipublikasikan).

 

Page 46: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

34

Tabel 3 4 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 2.473

2 Perempuan 2.684

Jumlah 5.157

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan penduduk laki-laki dengan presentase penduduk perempuan

52% dan penduduk laki-laki 47%.

Tabel 3 5 : Jumlah Penduduk Menurut Usia Penduduk

No Jenis Jumlah

1 0-2 Tahun 672

2 3-4 Tahun 344

3 4-6 Tahun 1.273

4 7-12 Tahun 490

5 13-15 Tahun 372

6 16-19 Tahun 481

7 20-30 Tahun 410

8 31-45 Tahun 415

9 46-60 Tahun 256

10 61-70 Tahun 268

11 71 tahun ke atas 174

Jumlah 5.157

Menurut data di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk dengan usia 4 sampai

6 tahun lebih banyak dibandingkan dengan penduduk dengan rentang usia yang lain.

Dapat dilihat pula dari tabel diatas bahwa usia balita dari 0-5 tahun lebi banyak

dibandingkan usia remaja dan dewasa.

Tabel 3 6 : Jumlah Pertambahan Penduduk Pertahun

No Tahun Jumlah

1 2001 3.650

2 2002 3.669

 

Page 47: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

35

Penduduk Desa Bagoang berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk

Tahun 2010 tercatat sebanyak 5.157 Jiwa, Tahun 2009 sebanyak 4.105 Jiwa, Tahun

2008 4.035 Jiwa, Tahun 2007 sebanyak 3.998 Jiwa, mengalami kenaikan setiap

tahunnya rata-rata sebesar 40 %.

Jumlah rumah tangga di Desa Bagoang Tahun 2007, sebanyak 959 Rumah

Tangga/KK, Tahun 2008, sebanyak 823 Rumah Tangga/KK, Tahun 2009 sebanyak

983 Rumah Tangga/KK. Proyeksi jumlah penduduk di Desa Bagoang pada Tahun

2015 berjumlah 6.531 Jiwa, Tahun 2014 berjumlah 5.258 Jiwa.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang merupakan modal dasar pembangunan peradapan disuatu

daerah menadi hal yang penting dalam meningkatkan sumberdaya manusia.

Grafik 3 1 : Presentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

25%

39% 18%

17%

1% Tingkat Pendidikan

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA

S1/D3/D2/D1

3 2003 3.798

4 2004 3.887

5 2005 3.980

6 2006 3.952

7 2007 3.998

8 2008 4.035

9 2009 4.105

10 2010 5.157

 

Page 48: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

36

Grafik di atas memberikan informasi bahwa tingkat pendidikan di Desa

Bagoang mayoritas tamat SD (Sekolah Dasar) dikarenakan minimnya minat belajar

dari warga Desa Bagoang secara keseluruhan dan anak-anak Desa Bagoang secara

khusus.

3. Mata Pencaharian

Grafik 3 2 : Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jika dilihat dari grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa buruh dan petani

merupakan mata pencaharian terbanyak penduduk Desa Bagoang, Disusul dengan

karyawan swasta, tukang, dan kuli. Data di atas menjelaskan bahwa penduduk Desa

Bagoang rata-rata merupakan penduduk menengah ke bawah.

4. Agama dan Kepercayaan

Agama dan kepercayaan yang terdaftar sebagai warga Desa Bagoang ialah

Islam, Katolik dan Konghucu. Hal ini didasarkan pada pengamatan tahun 2010

2% 13%

18%

12%

4% 2%

24%

7%

1% 5%

12%

Mata Pencaharian

PNS / Pensiunan PNS

Karyawan Swasta

Buruh

Tukang

Wiraswasta/Pengrajin

Pedagang

Petani / Buru tani

Pengemudi Ojeg

Guru / Ustad

Kuli

Pengangguran

 

Page 49: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

37

tentang kependudukan Desa Bagoang. Namun sampai saat ini belum ada sensus pasti

mengenai berapa banyak jumlah penganut kepercayaan pada setiap agama.

D. Sarana dan Prasarana4

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Grafik 3 3 : Prasarana Pendidikan

Berdasarkan grafik diatas, Desa Bagoang memiliki sarana dan prasarana

pendidikan yang cukup yaitu ada 4 lembaga PAUD, 4 Sekolah Dasar Negeri, 1

Madrasah Tsanawiyah dan 2 yayasan pondok pesantren yang masih berbasis salaf.

2. Sarana dan Prasarana Keagamaan

4Profil Desa Bagoang tahun 2015. Dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh

Sekretaris Desa Bagoang pada tanggal 13 Mei 2016. (Dokumen tidak dipublikasikan).

PAUD SD Negeri MTS Swasta PondokPesantren

0

1

2

3

4

5

Prasarana Pendidikan

Masjid Mushola Pesantren Vihara Gereja

0

5

10Prasarana Keagamaan

Grafik 3 4 : Prasarana Keagamaan

 

Page 50: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

38

Pada grafik diatas menunjukkan Desa Bagoang memiliki beberapa fasilitas atau

sarana dan prasarana keagamaan diantanya lima buah masjid, enam buah musala,

delapan pesantren, satu vihara dan satu gereja.

3. Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi

Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Bagoang berupa

usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang

berskala kecil.

Di samping itu pula saran ekonomi yang menjadi tulang ekonomi masyarakat

Desa Bagoang adalah perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar Kecamatan Jasinga

(Pabrik), transportasi ojeg, dan sarana lahan pertanian dan perkebunan dengan skala

kecil pula.

Hal yang menjadikan Desa Bagoang maupun Desa-desa yang ada di Kecamatan

Jasinga berbeda dengan Desa dan Kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Ada pula

pasar modern desa bagoang yang baru dibangun di samping kantor kelurahan.

Bangunannya telah dididirikan sejak tahun 2015, namun belum terealisasi karena

belum ada warga yang mau mengisinya untuk berjualan.

4. Transportasi dan Perhubungan

Panjang jalan di Desa Bagoang Pada tahun 2014 sepanjang 13 Km (13.000

meter), yang terdiri atas jalan Desa 3 Km, serta jalan Desa sepanjang 10 Km. Mulai

Tahun 2000, di Desa Bagoang mulai di lintasi oleh trayek angkutan yaitu Trayek

Jasinga-Tenjo sehingga amat membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun

demikian angkutan ojeg masih mendomisili alat transportasi penduduk. Hal ini bisa

 

Page 51: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

39

terlihat banyaknya jumlah pemgemudi ojeg di Desa Bagoang. Yaitu sebanyak 120

Orang.

5. Energi

Pada umumnya masyarakat desa Bagoang Sudah hampir 90% tersambung

jaringan listrik. Mengingat jaringan listrik sudah sampai ke setiap RW se-Desa

Bagoang, hanya masih ada beberapa rumah yang belum tersambung, karena satu

kendala yakni faktor ekonomi. Mereka umumnya mengambil aliran listrik kepada

tetangga terdekatnya. Jumlah rumah yang memasang sambungan listrik di Desa

Bagoang Pada tahun 2013 sebanyak 211 Rumah.

E. Sejarah Singkat Kedatangan Etnis Tionghoa di Desa Bagoang5

Kedatangan Etnis Tionghoa tak luput dari peristiwa kemerdekaan Indonesia saat

dijajah oleh jepang yang kemudian etnis Tionhgoa mengakar bahkan menyebar keberbagai

daerah di Indonesia. Salah satunya dipinggiran ibu kota Jakarta yaitu di Tangerang.

Pada masa pendudukan Jepang di Jasinga sekitar tahun 1942 seluruh pabrik karet

kolonial belanda di Jasinga dan Cimaraca dirusak dan dikuasai, dampak lainnya juga tidak

beroperasinya pabrik-pabrik milik swasta. seperti pabrik minyak sereh yang berada di

janglapa disebelah utara wilayah jasinga yang bangkrut ditinggalkan pemilikinya dan

meninggalkan buruh-buruh pabrik yang mayoritas adalah warga etnis tionghoa yang

didatangkan dari Tangerang. mereka terdiri dari beberapa kepala keluarga tinggal ditempat

seadanya di pinggiran desa.

Pak Sanusi yang saat itu menjabat kepala desa bagoang tergugah untuk

memindahkan mereka ke suatu tempat diwilayahnya. meeka lalu mendapatkan tempat di

5 Wawancara dengan Maman Suparman, tanggal 12 Desember 2016 di Kantor Kelurahan Desa Bagoang.

 

Page 52: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

40

Kampung Tarisi Desa Bagoang yang berada di pinggir jalan antara Jasinga dan Tenjo.

Masyarakat Tionghoa ini bermarga Tan yang menganut agama leluhurnya, dan beberapa

dari mereka mempunyai keahlian sebagai pandai besi tempa.

Pemerintah Jepang saat itu meminta kepada Pak Sanusi selaku kepala Desa Bagoang

agar dapat memenuhi kebutuhan tentara Jepang berupa pisau bayonet (pisau pada ujung

senapan). Pak Sanusi menunjuk Tan Cheng Liem dan kawan-kawannya untuk membuatkan

beberapa pisau bayonet. beberapa pisau bayonet yang memenuhi standar tentara Jepang

lalu dibawanya untuk kebutuhan perang.

F. Sosial Budaya Masyarakat Desa Bagoang6

Kebudayaan yang ada di desa Bagoang Merupakan modal dasar pembangunan yang

melandasi pembangunan yang akan di laksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur

merupakan dasar dalam rangka pengembangan pariwisata ang di jiwai oleh mayoritas

Keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu aspek yang di tangani dan terus di lestarikan

secara berelanjutan adalah pembinaan berbagai aspek kelompok kesenian.

Pemerintahan terus membina kelompok dan organisasi kesenian ang ada, walaupun

dengan keterbatasan dana yang di alokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan

di Desa Bagoang terus menjaga berusaha menjaga, merawat serta memeliharanya agar

budaya dan kelompok kesenian tersebut terus terpelihara.

Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Bagoang yang masih eksis dan

terawatt walaupun kondisinya sangat memprihatinkan di antaranya dapat di lihat pada tabel

berikut.

6 Profil Desa Bagoang tahun 2015. Dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa

Bagoang pada tanggal 13 Mei 2016. (Dokumen tidak dipublikasikan).

 

Page 53: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

41

Tabel 3 7 : Data Kelompok Budaya dan Kesenian

No Jenis kelompok Budaya dan Kesenian Jumlah Keterangan

1 Seni Calung -

2 Wayang Golek -

3 Singa Depa 1 Aktif

4 Reog -

5 Pencak silat 1 Aktif

6 Kliningan -

7 Beluk -

8 Upacara Adat -

9 Qasidah 8 Aktif

Jumlah 10

Di bidang pariwisata, Desa Bagoang Terus berupaya memelihara satu-satunya lokasi

Wisata budaya yaitu singa depok, lokasi ini dari zaman sebelum kemerdekaan sampai

dengan sekarang masih sering di kunjungi terutama oleh wisatawan domestic, terutama

sering di pergunakan menjadi kawasan Wisata bagi sekolah maupun organisasi

kepemudaan lainnya.

Namun dengan demikian lokasi Wisata alam ini belum tergali dan terpelihara secara

optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya memanfaatkan lokasi yang

seadanya. Padahal jika saja lokasi ini di kelola dengan baik, niscaya akan menjadi lokasi

wisata yang menjanjikan dan yang paling cocok lokasi ini di peruntukan misalnya bagi

wisata camping ground, wisata air, wisata olahraga, wisata kuliner, maupun yang lainnya.

Hampir setiap pekan lokasi ini selalu di kunjungi oleh wisatawan. Sehingga dalam

kepemimpinan Kepala Desa terpilih pada periode ini (periode 2013-2019), kesenian

Singa Depa besar skala prioritas program kegiatan Kesenian yang harus dilestarikan.

Di samping itu pula masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Bagoang yang

dulu sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, hal ini perlu di kembalikan pada

 

Page 54: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

42

beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di Desa Bagoang akan teringat kembali

akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi akhir-akhir ini

sudah banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhun.

G. Keadaan Masyarakat antaretnis di Desa Bagoang

Dalam kehidupan masyarakat desa bagoang, ragam budaya dan kepercayaan dinilai

sebagai hal yang tidak memengaruhi pergaulan antarmasyarakat. Masyarakat di desa

bagoang senantiasa menjalin hubungan diantara mereka dengan tanpa membeda-bedakan

golongan maupun kepercayaan. Dilihat dari data jumlah penduduk menurut kepercayaan,

agama mayoritas yang dianut adalah Islam. Oleh karena itu, sudah dapat dipahami bahwa

kebudayaan yang akan menjadi tradisi di desa bagoang ialah tradisi Islam yang kemudian

diaplikasikan pula oleh masyarakat Tionghoa beragama Konghucu dan Katolik. Mereka

akan bersama-sama memeriahkan hari besar agama tetangganya dengan berpartisipasi

sampai membantu mempersiapkan segala kebutuhan pada hari rayanya. Misalnya pada

perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, jika kebanyak dari kita akan berpikir bahwa

perayaan ini hanya akan di gelar dan dilakukan oleh umat Islam, tidak begitu halnya

dengan masyarakat Desa Bagoang. Para pemeluk agama Konghucu dan Protestan juga

terkadang ikut memeriahkan dengan melakukan ritual selametan.

Selain hal diatas, pada perayaan natal dan tahun baru imlek, masyarakat muslim

lainnya bahu-membahu membantu menyiapkan acara keagamaannya. Selain hubungan

masyarakat yang harmonis dan kompak, Desa Bagoang juga terlihat memiliki cerminan

untuk bisa dijadikan contoh sebagai desa tentram yang memiliki beragam perbedaan

didalamnya.

 

Page 55: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

43

Penganut agama lain merupakan pendatang hampir seabad yang lalu, namun tidak

menutup tradisi adat lama di desa bagoang. Sekilas tidak akan terlihat perbedaan diantara

masyarakat yang berbeda suku dan kepercayaan. Namun, kebiasaan unik di desa bagoang

seperti turut memeriahkan hari besar agama lain dapat menjadi hal yang menarik untuk

penulis kaji.

 

Page 56: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

44

BAB IV

POLA KOMUNIKASI DALAM MENCIPTAKAN HARMONI

A. Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Lintas Agama di Desa Bagoang

Komunikasi di Desa Bagoang yang terjalin antara dua etnik, yakni etnik sunda

dan Tionghoa, tiga pemeluk agama, yaitu Islam Konghucu dan Katolik terjalin

dengan baik dan menjunjung tinggi rasa saling menghormati. Komunikasi yang

terjalin juga melalui berbagai mediator dengan cara verbal maupun nonverbal diantara

masyarakat dan saling bertukar informasi melalui komunikasi, masyarakat melakukan

hal tersebut dalam kegiatan keseharian.

Masyarakat Tionghoa yang tinggal di Kampung Tarisi Desa Bagoang memiliki

jumlah sekitar ratusan orang dan terdiri dari puluhan kepala keluarga. Kebanyakan

bekerja sebagai pengrajin golok atau petani, sedangkan sebagian lain ada yang

berdagang dan bekerja diluar daerah.

Kampung Tarisi atau biasa disebut juga kampung cina oleh masyarakat Desa

Bagoang, terletak agak jauh dari jalan raya dan diisi oleh 90% etnis Tionghoa yang

menganut agama Islam, Katolik dan Konghucu. Kampung cina terletak lumayan jauh

dari jalan maupun pemukiman diluar kampung lain di Desa Bagoang, namun tak

sedikit orang yang sering berlalu-lalang keluar masuk kampung menggunakan sepeda

motor.

Komunikasi yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan keseharian, kebanyakan

melalui face to face atau tatap muka secara langsung. Namun ada juga yang

berkomunikasi dengan telepon genggam mereka melakukan pertukaran informasi

bukan hanya dengan warga satu kampung saja, melainkan juga dengan orang diluar

desa bahkan daerahnya.

 

Page 57: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

45

Desa Bagoang dapat dikatakan sebagai desa yang sudah cukup maju

dibandingkan desa lain disekitarnya. Masyarakatnya sudah banyak yang mengenal

adat istiadat maupun budaya luar karena penggunaan media informasi lain, seperti

televisi, radio, bahkan banyak pula yang sudah memiliki smartphone. Seiring dengan

banyaknya pendatang dari daerah lain yang kemudian menetap di Desa Bagoang,

maka sedikit demi sedikit pula, gaya hidup masyarakat berubah menjadi lebih

modern.

Dalam hasil observasi penulis, komunikasi yang dilakukan antara dua etnis dan

tiga penganut agama ini, memiliki varian konten pesan yang sangat menarik yang

membuat masyarakat tidak terlepas dari rasa saling menghormati sampai terjalinnya

keharmonisan diantara mereka. Diantaranya yaitu dari pilihan segi bahasa atau dialek

dan juga isi dari pesan itu sendiri.

1. Bahasa

Masyarakat Bagoang dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya

menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa utama sekaligus keseharian. Bahasa

sunda juga tidak hanya digunakan oleh etnis sunda saja melainkan juga oleh

masyarakat etnis Tionghoa yang sudah sangat fasih berbahasa sunda, dari intonasi

hingga pelafalannya. Hal tersebut dianggap sangat wajar dilihat dari kedatangan

etnis tiongoa di Desa Bagoang yang sudah lumayan lama, yakni kurang lebih

sudah satu abad lamanya tinggal di kampung cina Tarisi Desa Bagoang ini.

Terdapat beberapa perbedaan dalam bahasa sunda yang disebut juga

tingkatan bahasa sunda, yakni bahasa sunda halus, bahasa sunda loma dan bahasa

sunda kasar. Perbedaan penggunaan bahasa juga bergantung kepada lawan bicara.

Pada umumnya, masyarakat Desa Bagoang jika berbicara kepada pendatang akan

 

Page 58: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

46

menggunakan bahasa Indonesia atau sunda halus. Namun pada kehidupan sehari-

hari masyarakat di Bagoang menggunakan bahasa sunda kasar. Perbedaan bahasa

sunda halus, bahasa sunda loma dan bahasa sunda kasar ialah dari pilihan kata

saja, tetapi saat ini diindikasikan pula dari intonasi kata yang diucapkan.

Bahasa sunda kini dibedakan pula dari tempat asalnya. Desa Bagoang yang

berbatasan dengan kabupaten lebak akan lebih sering menggunakan bahasa sunda

loma dan sunda kasar, pilihan kata dan bahasa ini juga melihat pada usia lawan

bicara dan kondisi mental pembicara, misalkan antara anak dan orang dewasa

akan menggunakan bahasa sunda loma atau jika sedang marah maka akan

menggunakan bahasa sunda kasar.

Seiring dengan banyaknya pendatang maupun interaksi dengan orang luar,

perlahan di Desa Bagoang bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa

keseharian bahkan saat ini banyak masyarkat yang juga mengajarkan pelafalan

bahasa Indonesia kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-harinya, yakni

dengan cara berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia maupun dengan cara

mengajak anak menonton acara-acara televisi. Dari sisi inilah komunikasi lintas

budaya dan agama yang terjalin dapat terlihat dan aktivitas yang biasa dilakukan

secara lisan oleh masyarakat.

Menurut engkong Dawi, masyarakat etnis Tionghoa di Bagoang tidak dapat

disamakan dengan etnis Tionghoa di Tangerang. Walaupun keduanya sama-sama

satu etnis, namun kehidupan kesehariannya sangatlah berbeda, dari gaya hidup

maupun bahasa. Karena adat dan kebiasaannya yang sudah sejak lama berubah.

 

Page 59: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

47

Perbedaan itu pula yang membuat etnik Tionghoa di Desa Bagoang ini merasa

bukan masyarakat pendatang, melainkan warga asli Bagoang.1

2. Pesan

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Bagoang yang bertukar

informasi melalui komunikasi ini, sering mengimplementasikan pesan yang

biasanya berkutat seputar kegiatan maupun masalah keluarga dan bisnis. Hal

tersebut dilakukan oleh masayarakat lintas etnis dan agama.

Sekilas tidak akan terlihat perbedaan mengenai isi pesan maupun pertukaran

informasi diantara mereka, namun antar penganut agama Konghucu dan Katolik

lebih sering berinteraksi, karena kesamaan tempat atau daerah yang mereka

tinggali, maupun karena kesamaan etnis mereka. Walaupun tidak sedikit pula etnis

Tionghoa yang sudah memeluk agama Islam disana.

Sedangkan untuk berkomunikasi antar masyarakat Desa Bagoang dan orang

luar desa, mayoritas ialah mengenai bisnis, biasanya obrolan seputar penjualan

golok Tarisi yang sudah banyak dikenal orang, ataupun seputar obrolan penjualan

tanah di desa. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat saling bertukar informasi.

Interaksi diantara masyarakat terjalin dengan baik, jarang ada kesalahpahaman

dalam pertukaran informasi diantara mereka Karena masyarakat desa lebih sering

bertukar informasi melalui obrolan langsung dibandingkan melalui media seperti

telepon genggam.

1 Wawancara dengan Tan Ceng Liem, sesepuh desa, tanggal 1 Desember 2017 di Kediaman Tan Ceng Liem.

 

Page 60: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

48

Pembuatan golok khas Tarisi oleh pengrajin golok Tan Ceng Liem

Masyarakat Desa Bagoang sedang bercengkrama disalah satu rumah warga

Foto pertama diatas diambil saat pengrajin golok Tan Ceng Liem sedang

membuat ukiran golok sebagaimana permintaan pembeli yang dapat dihargai

sesuai kesulitan pembuatan desain ukirannya. Sedangkan foto yang kedua diambil

saat warga kampung cina Tarisi sedang bercengkrama seputar bisnis dan

penjualan golok khas Tarisi yang biasa di sebut golok Tan Ceng Liem. Kegiatan

ini hampir setiap hari terjadi di Desa Bagoang, apalagi ketika permintaan

konsumen besar dan harga golok bagus dipasaran. Biasanya yang dating ialah para

 

Page 61: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

49

tengkulak dari berbagai pasar yang tersebar didaerah Bogor dan Tangerang yang

memesan puluhan golok untuk dijualnya kembali. Nego harga dan kecocokan

desain golok yang diminta yang biasanya menjadi bahasan obrolan mereka.

B. Komunikasi Dalam Menciptakan Harmoni Antar Sesama

Dalam hal ini masyarakat Desa Bagoang yang terdiri dari dua etnik dan tiga

penganut agama berkomunikasi dengan berbagai cara dan media yang mereka

pergunakan. Namun dalam kaitannya untuk menciptakan harmoni dan tidak adanya

kesimpangsiuran hambatan dalam menyampaikan pesan, masyarakat Desa Bagoang

lebih banyak berbicara langsung tanpa menggunakan media. Hal ini dilakukan untuk

mencegah timbulnya kesalahpahaman. Walaupun sudah sangat banyak bahkan hampir

keseluruhan masyarakat Desa Bagoang sudah memiliki handphone, tetapi untuk hal

yang lebih penting dan dianggap serius, masyarakat lebih memilih untuk

membahasnya dengan cara bertemu secara langsung.

Dalam teori negosiasi wajah yang diperkenalkan oleh Stella Ting Toomey yang

telah dibahas pada bab sebelumnya, membahas mengenai bagaimana masyarakat

mencari jalan untuk memecahkan masalah dan menjaga terjalinnya harmoni dari hal

tersebut.

Dalam penerapannya, masyarakat Indonesia khususnya Desa Bagoang

merupakan penganut budaya kolektivis karena hampir keseluruhan dari aktivitasnya

masih mengacu pada budaya nenek moyang yang kental akan adat istiadat dan masih

sering terjadi interaksi antara masyarakatanya.

Dalam budaya kolektivis terdapat lima macam cara penanganan konflik yaitu

Compromissing atau kompromi, integrating atau pendekatan dengan

mengikutsertakan semua pihak dalam memecahkan masalah, third-party help atau

 

Page 62: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

50

keterlibatan pihak ketiga, avoiding atau penghindaran konflik dan obliging atau

kesediaan salah satu pihak untuk mementingkan kepentingan pihak lawan.

Dari kelima macam cara diatas, penulis menemukan berbagai penanganan

konflik yang dihadapi oleh masyarakat Desa Bagoang. Cara diatas diaplikasikan

sebagaimana situasi dan siapa yang terlibat didalamnya.

Pada kasus yang diceritakan oleh engkong Dawi “pernah ada 18 preman yang

nyamperin engkong ngegedor pintu bawa golok, engkong bilang „ini negara

pancasila bukan negara ribut‟ sambil ngangkat golok dia jawab „itu bukan aturan

saya‟. Pas ditelisik ternyata ada dalangnya. Nah disitu engkong ngomong ama dia”.2

Dalam pemaparan yang telah dijelaskan oleh engkong Dawi, konflik yang terjadi

disini juga mengatasnamakan kedudukan suku yang ternyata setelah dikonfirmasi

dan dilakukan perundingan, preman dan dalangnya tersebut sudah tidak lagi datang

ke kediaman engkong Dawi.

Pemaparan diatas mengenai implementasi dari kompromi, sedangkan dalam

integrating atau mengikutsertakan semua pihak dalam memecahkan masalah jarang

terjadi di Desa Bagoang, biasanya karena perasaan tidak enak untuk melibatkan

orang lain dalam masalahnya sendiri atau masalah pribadi, sedangkan jika untuk

skala yang cukup rumit dan besar, menejemen konflik dengan cara integrating inilah

yang akan digunakan. Biasanya melibatkan para petinggi atau sesepuh sebagai

penengah persoalan.

Cara berikutnya yaitu Third Party Help yang melibatkan pihak ketiga, tidak

jauh beda dengan integrating yang melibatkan pihak lain, begitu pula dengan

penanganan konflik yang akan dilakukan oleh masyarakat Desa Bagoang. Menurut

2 Wawancara dengan Tan Ceng Liem, sesepuh desa, tanggal 1 Desember 2017 di Kediaman Tan Ceng Liem.

 

Page 63: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

51

pak RT Gondel “keterlibatan orang lain dalam menangani konflik tergantung dari

siapa yang terlibat didalamnya, jika masih anak remaja, pasti akan dibantu oleh

saudara atau keluarganya. Sedangkan jika ia sudah dewasa dan cukup untuk

memecahkan masalah sendiri, biasanya tidak melibatkan orang luar”.3

Untuk avoiding atau salah satu pihak maupun keduanya menghindari konflik

jarang juga terjadi karena dianggap masalah tidak akan terselesaikan dengan cara

dihindari. Justru masyarakat yang terlibat akan lebih mengutamakan jalan

perundingan atau kompromi yang telah disebutkan sebelumnya.

Obliging atau mementingkan kepentingan pihak lain dapat dikatakan pula

sebagai mengalah. Dalam hal ini salah satu pihak akan mengalah pada pihak lain.

Bukan karena ia mau mengalah begitu saja melainkan karena tidak ingin

memperpanjang masalah yang dinilai akan lebih rumit jika dibahas berkepanjangan.

Mengalah dalam obliging ini dikenal dengan dua sikap, yakni mengalah karena

merasa pihak lawan lebih pantas memenangkan persoalan dan mengalah karena acuh

akan masalah yang dihadapi. Di Desa Bagoang lebih mengenal mengenai mengalah

karena pihak lawan pantas untuk menang yang berarti mengalah karena tidak ingin

masalah ini dibesar-besarkan, biasanya hanya dimintai klarifikasi antara orang yang

bersangkutan, seteleh itu berdamai, tanpa adanya keributan maupun percekcokkan

diantara mereka. Menurut engkong Dawi masalah yang terjadi diantara masyakat

antar suku dan agama disini lebih banyak yang mengalah karena merasa disini adalah

saudara semua. “Kalau sedikit-sedikit ribut, mau makan apa kita disini?” Tanya

engkong dawi pada dirinya sendiri mengisyaratkan bahwa keributan menimbulkan

ketidaktentraman diantara masyarakatnya. Bahkan jika ada sesuatu terkadang tidak

3 Wawancara dengan Pak Gondel, Ketua RT Tarisi, tanggal 5 Mei 2016 di salah satu rumah warga.

 

Page 64: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

52

akan diperpanjang, bukan berarti dihindari, namun kebanyakan akan mengalah

karena rasa persaudaraan.4

Grafik 4.1 Tingkat keberhasilan menejemen konflik

Dari tabel diatas menjelaskan mengenai bagaimana menejemen konflik yang

baik untuk dilakukan. Dalam wawancara dengan engkong dawi yang dibahas

sebelumnya. Menejemen konflik dengan cara kompromi lebih mudah dilakukan dan

mengahadapkan orang-orang yang terlibat kepada jalan tengah yang tidak akan

menitikberatkan salah satu pihak manapun.

Dilihat dari pemaparan cara penanganan konflik diatas, Desa Bagoang

memiliki nilai tinggi terhadap toleransi antar umat beragama dan antarbudaya karena

rasa persaudaraan yang mengakar dalam hati masyarakat yakni seringnya bertemu

untuk memecahkan suatu masalah bersama-sama. Dari sinilah akan timbul rasa

persaudaraan yang erat. Saat penulis datang ke Desa pun, komunikasi yang terjalin

diantara mereka sangat akrab dan harmonis.

Masyarakat Desa Bagoang pada umumnya tidak mengenyam pendidikan secara

formal disekolah. Adapun yang bersekolah hanya menikmati masa sekolah dasar saja

karena minimnya pengetahuan mengenai pentingnya belajar. Namun kerukunan yang

4 Wawancara dengan Tan Ceng Liem, sesepuh desa, tanggal 1 Desember 2017 di Kediaman Tan Ceng Liem.

COMPROMISSING INTEGRATING OBLIGING THIRD PARTY HELP AVOIDING

Tin

gkat

Ke

be

rhas

ilan

menejemen konflik dalam face negotiation theory

 

Page 65: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

53

terjalin karena pemikiran yang terukir sejak mereka kecil. Yakni hampir seluruh

warga Desa Bagoang adalah saudara, satu nenek moyang.

Walaupun keragaman kepercayaan dan budaya sudah lama mengakar,

kebersamaan dan rasa persaudaraanlah yang membuat warga desa hidup rukun dan

saling berdampingan tanpa melibatkan konflik besar.

C. Pola Komunikasi dalam Acara Ritual dan Keagamaan masyarakat Bagoang

Desa Bagoang yang memiliki keragaman agama yang masing-masingnya

memiliki tradisi dari panutan agama dan perayaan kepercayaan masing-masing. Pada

umumnya hari raya yang biasa dilewatkan oleh pemeluk sebuah agama berjalan biasa

tanpa campur tangan penganut agama lain, saling mentolerir, tapi acuh dan

memusatkan perhatian hanya pada kepercayaannya saja. Namun, lain halnya dengan

masyarakat Desa Bagoang. Pada setiap hari raya sebuah agama di Desa Bagoang

masyarakat diluar agama tersebut ikut andil dan berpastisipasi seperti halnya pada

perayaan natal yang dihadiri oleh umat Konghucu dan Islam yang berpartisipasi

dalam acara tersebut walau hanya sekedar datang dengan tujuan silaturrahmi atau

semacamnya.

Pasalnya ada beberpa keluarga yang menganut sampai ketiga agama sekaligus

kebanyakan alasannya ialah mengikuti agama pasangannya, yakni suami ikut agama

istri atau istri yang ikut agama suami. Pak Gondel menjelaskan bahwa pernikaan beda

agama banyak terjadi di Desa Bagoang dan tidak sedikit yang menjalin hubungan

sampai pernikaan.5

Keragaman pemeluk agama di Desa Bagoang dalam kesehariannya terlihat

rukun. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan atau partisipasi masyarakat antar

5 Wawancara dengan Pak Gondel, Ketua RT Tarisi, tanggal 5 Mei 2016 di salah satu rumah warga.

 

Page 66: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

54

penganut agama dalam perayaan suatu kepercayaan. Masyarakat Desa Bagoang

khususnya Kampung Tarisi setiap perayaan hari besar agama, beberapa penganut dari

agama lain juga ikut memeriahkan atau untuk sekedar mengormati.

Engkong Dawi menjelaskan, “pada perayaan maulid nabi keluarga saya juga

bikin kue buat syukuran mauled”. Ujar engkong dawi seorang sesepu di kampung

cina Tarisi yang menganut agama Konghucu.6

Pak RT Tarisi bapak Gondel juga menyebutkan bahwa setiap natal, imlek,

maupun lebaran banyak masyarakat yang berbeda agama yang ikut memeriahkan

kegiatan keagamaan lain dan masyarakat desa sudah melakukan rutinitas tersebut

sejak lama karena sudah menjadi kebiasaan orang tua mereka terdahulu dalam

memeriahkan atau menyambut hari raya agama lain.7

Menurut pak maman masyarakat Desa Bagoang tak pernah terdengar berselisih

paham apalagi berselisih dengan menyangkutpautkan agama maupun suku.8 “kalo

dibilang suku, orang Tionghoa disini sudah seperti orang sunda asli, sulit

membedakannya, baik dari segi fisik, yang biasanya orang Tionghoa diidentikkan

dengan mata sipit, kalo disini mah tidak begitu. Ataupun perbedaan aksen saat

berbicara juga tidak terlalu kentara karena mereka sudah fasih berbahasa daerah sini”9

jelas pak RT Gondel.

Masyarakat Desa Bagoang juga tak pernah terbawa isu-isu panas yang sering

terdengar di media. seperti kisruhnya Jakarta saat membaas pemimpin mereka yang

membawa-bawa agama dalam dunia politik. “Alhamdulillah masyarakat sini ga

6 Wawancara dengan Tan Ceng Liem, sesepuh desa, tanggal 1 Desember 2017 di Kediaman Tan Ceng Liem.

7 Wawancara dengan Pak Gondel, Ketua RT Tarisi, tanggal 5 Mei 2016 di salah satu rumah warga.

8 Wawancara dengan Pak Maman Suparman, Kepala Desa Bagoang, tanggal 12 Desember 2016 di Kantor

Kelurahan Desa Bagoang. 9 Wawancara dengan Pak Gondel, Ketua RT Tarisi, tanggal 5 Mei 2016 di salah satu rumah warga.

 

Page 67: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

55

pernah mempermasalahkan perihal perbedaan agama. Masyarakat disini ga ada yang

sampai terbawa emosi apalagi ribut-ribut soal agama mereka lebih berfikir bahwa

orang sini semuanya saudara mau agamanya beda sekalipun dengannya jelas pak

Maman”.10

Dalam setiap perayaan keagaamaan, staf desa beserta aparat kepolisian menjaga

ketat acara kagamaan yang berlangsung. Pak Gondel menjelaskan, “hal ini hanya

untuk antisipasi saja, setiap tahunnya memang selalu dijaga oleh kepolisian, walaupun

hampir tidak pernah terjadi kisruh apalagi bentrok warga. ini juga hanya untuk

keamanan, karena yang datang bukan hanya pemeluk agama di Desa Bagoang, tapi

hampir sekecamatan Jasinga. Kalau natal, orang yang beragama Katolik di kecamatan

Jasinga akan datang kesini, ke gereja di Tarisi. Begitu pula dengan yang beragama

lain. Karena mereka minoritas disini, jadi kalo ada acara lebarannya datangnya kesini.

Berbeda dengan agama Islam yang mayoritas”.11

Warga beserta aparat kepolisian dan staf desa berfoto bersama seusai acara

10

Wawancara dengan Pak Maman Suparman, Kepala Desa Bagoang, tanggal 12 Desember 2016 di Kantor

Kelurahan Desa Bagoang. 11

Wawancara dengan Pak Gondel, Ketua RT Tarisi, tanggal 5 Mei 2016 di salah satu rumah warga.

 

Page 68: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

 

Page 69: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

57

adanya kisruh di Jakarta, masyarakat berdoa bersama-sama agar Desa Bagoang yang

memiliki adat, budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda ini di jauhkan dari

perpecahan dan perselisihan diantara mereka. Doa dipanjatkan sekaligus warga desa

diberikan wejangan untuk menjaga rasa persaudaraan dan kekompakkan masyarakat.

Foto bersama sesaat sebelum perayaan tahun baru imlek

Salah satu ritual keagaaman masyarakat Desa Bagoang

 

Page 70: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

58

Ritual keagamaan di Desa Bagoang seperti halnya ritual kegamaan kebanyakan

orang, bedanya warga Desa Bagoang terbiasa mempersiapkan acara hari raya maupun

hari-hari besar salah satu agama didesanya dengan cara bergotong royong tanpa

melihat perbedaan. Rasa persaudaraan Desa Bagoang lebih kental dibandingkan

dengan hal lain. Oleh karenanya, perbedaan yang ada tidak begitu dipedulikan dan

digubris secara serius.

Ini menjadi ciri khas Desa Bagoang, menjalin rasa persaudaraan yang kuat agar

tak akan datang konflik yang tidak diinginkan. Saat acara keagamaan seperti maulid,

isra mi‟raj, idul fitri, idul adha, tahun baru imlek, maupun natal, warga bersama-sama

membangun acara tersebut agar berjalan tertib dan lancar.

D. Faktor Penghambat dan Pendukung Terciptanya Harmoni

1. Faktor Pendukung

a. Menjujung Sikap Sopan Santun

Sikap sopan santun terlihat diantara masyarakat desa, saat saya datang untuk

mengobservasi, masyarakat terlihat dapat menempatkan diri. Seperti saling

menghormati diantara pemeluk agama saat acara keagamaan. Contoh lain yaitu

saat mereka berbicara kepada orang yang lebih tua, mereka akan memilih kata dan

bahasa yang lebih enak dan dinilai lebih sopan. Selain itu juga saat bertemu, maka

yang lebih mudalah yang akan menyapa terlebih dahulu tanpa peduli orang

tersebut berasal dari suku maupun agama yang berbeda darinya.

b. Religius

Masyarakat Desa Bagoang, penganut agama manapun, percaya bahwa setiap

agama tidak pernah mengajarkan perselihan. Begitupun masyarakat Desa

 

Page 71: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

59

Bagoang percaya bahwa perselihan buat jalan yang baik untuk dilakukan. Hal

inilah yang membuat masyarakat Desa Bagoang tidak memedulikan perbedaan

budaya apalagi kepercayaan dalam kehidupan sehari-harinya.

c. Saling Menghargai

Sikap ini tentu saja jelas sekali terlihat pada pembahasan sebelumnya yakni

dilihat dari adanya rasa toleran antar sesama warga desa. Mereka sangat

memperhitungkan kebaikan orang lain terhadapnya. Jika seseorang baik, maka

akan diberikan sikap timbal balik yang baik pula oleh orang lain.

d. Rasa Persaudaraan

Sudah menjadi ciri khas Masyarakat Desa Bagoang yang memiliki rasa

kekeluargaan dan persaudaraan yang tinggi dalam kehidupan mereka. Hal ini

terlihat jelas dari pengamatan penulis selama observasi di Desa Bagoang.

Masyarakat tidak membeda-bedakan kepercayaan maupun agama dalam

pergaulan sehari-hari. Walaupun tidak sedikit juga masyarakat yang aslinya

memang keluarga. Seperti antara anak dan orang tua yang berbeda keyakinan

merupakan hal yang lumrah dilihat di desa ini. Selain itu rasa toleran dan saling

tolong menolong dalam setiap acara keagamaan juga dinilai sebagai sikap

kekeluargaan yang kental.

e. Kompak

Masyarakat dilihat kompak dan saling bahu-membahu membantu

sesamanya. Mereka juga bergotong royong untuk bersama-sama menyiapkan

acara jika salah satu agama atau kepercayaan merayakan hari besar agama. Selain

 

Page 72: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

60

itu jika ada warga yang sakit atau tertimpa musibah, yang lain akan datang untuk

sekedar meringankan beban sesama.

f. Demokratis

Seiring dengan adat istiadat desa, pengambilan suara untuk memutuskan suatu

perkara lebih sering dengan cara kompromi atau musyawarah. Seperti yang telah

penulis jelaskan, hampir setiap pemecahan masalah yang terjadi diDesa Bagoang

dilalui dengan cara kompromi atau bermusyawarah.

2. Faktor penghambat

a. Merasa berbeda pandangan

Masyarakat Tionghoa di Desa Bagoang merupakan minoritas yang sangat jauh

dilihat dari jumlah penduduknya, namun hal itu tidak sedikitpun menyurutkan

mereka untuk melakukan kegiatan adat istiadat yang ada dalam budaya mereka.

Begitu pula dengan masyarakat etnis sunda, mereka mendukung adanya kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh adat Tionghoa.

Pada umumnya masyarakat desa sangat sensitif dan mudah curiga pada

sesuatu yang baru. Namun karena masyarakat Tionghoa datang sudah sejak lama,

hal itu tidak lagi terasa asing bagi warga di Desa Bagoang. Perasaan berbeda

dengan budaya maupun agama lain terkadang masih sedikit terasa. Biasanya

masyarakat mengganggap orang diluar budayanya akan memiliki kebiasaan yang

berbeda jauh. Dalam hal demikian akan muncul perasaan berbeda, entah dari segi

kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari maupun tradisi-tradisi lain.

Jika ditinjau dari sudut pandang agama, tentunya setiap agama punya caranya

masing-masing dalam bersikap. Tapi kembali lagi kepada masing-masing

 

Page 73: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

61

individu, ia akan mempermasalahkan perbedaan yang tidak seharusnya terjadi

atau menerima dan akan mendapat ketentraman diantara mereka.

Perbedaan pandangan dalam kehidupan sosial memang menuai persoalan

yang beragam, namun dewasa ini banyak hal yang lebih disangkutpautkan

dengan kepercayaan dan keyakinan karena sensitifitas beberapa orang dalam

menyikapi hal tersebut. Kendati demikian banyak pula metode-metode yang

dapat digunakan untuk memecahkan persoalan beda pandangan ini tergantung

konteks masalah dan siapa yang terlibat didalamnya.

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat

Komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan dua budaya dan tiga

agama di Desa Bagoang tidak membuat kesulitan yang rumit. Pasalnya, mereka

sama-sama sudah mengerti watak dan adat istiadat orang lain yang berbeda

pandangan dengannya. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan

adanya pemikiran-pemikiran curiga karena pengaruh dunia luar. Biasanya yang

lebih memegang peranan penting dalam hubungan diantara masyarakat ialah

orang-orang yang sudah mengerti dan paham betul warga desanya.

Yang tidak tahu biasanya akan timbul dalam pikirannya tentang betapa

banyaknya peredaan diantara mereka. Padahal, budaya Tionghoa di Desa Bagoang

sudah kenal bahkan bercampur dengan budaya sunda. Pemikiran semacam inilah

yang akan membuat percikan konflik, walaupun tidak besar, tetap saja akan

menjadi masalah saat hal itu menyebar kepada orang-orang yang sama-sama

belum memahaminya.

 

Page 74: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

62

Pengetahuan masyarakat yang minim akan sikap orang lain yang sering

dijadikan alas an dasar mengapa konflik dapat terjadi. Hal ini tergambar jelas saat

seseoarang mengetahui watak dan tingkah laku yang biasa dilihat. Jika terbiasa,

maka akan semakin mudah permasalahan yang terjadi diantara keduanya dapat

terselesaikan. Sebaliknya pula, jika yang terlibat merasa belum paham tentang diri

orang lain, maka apapun yang dilakukan orang tersebut akan bernilai salah dan

menimbulkan prasangka-prasangka baru.

c. Stereotip

Stereotip atau prasangka terhadap pihak lawan merupakan hal yang dijumpai

dibanyak tempat yang memiliki kecenderungan nilai sosial yang berbeda diantara

masyarakatnya. Di Desa Bagoang sendiri, stereotip yang muncul diantara

masyarakat biasanya dipengaruhi orang dunia luar. Seperti pandangan orang luar

dari televise, Koran maupun dari obrolan-obrolan dalam keseharian. Beberapa

diantaranya dapat terhasut yang kemudian akan mencari celah untuk

memecahbelah lawan.

Dalam hal ini perlu adanya penguatan dari tokoh masyarakat ataupun orang

yang dituakan oleh warga desa, agar senantiasa menjaga rasa kekeluargaan dan

persaudaraan diantara mereka.

 

Page 75: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

63

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pola komunikasi yang dikaji ialah pola komunikasi antarbudaya dengan teori face

negotiation. Dalam komunikasi antarbudaya tidak terlalu banyak hambatan yang terjadi.

Karena masyarakat tionghoa sudah tinggal di desa bagoang cukup lama dan mengerti

budaya sunda yang menjadi adat istiadat dalam kehidupan keseharian. Bahkan

masyarakat tionghoa sudah fasih dengan bahasa sunda dengan berbaai macam tingkatan

bahasa. Dalam kehidupan masyarakat desa bagoang mengedepankan rasa persaudaraan

yang tinggi sehingga masalah maupun kesalahpahaman dapat diminimalisir dengan sikap

persaudaraan.

Bahasa yang digunakan di desa bagoang ialah bahasa sunda dengan tingkatan halus

loma dan kasar tergantung dengan lawan bicaranya. Dalam komunikasi yang terjalin

diantara dua etnis dan tiga penganut agama itu biasanya membahas mengenai bisnis

golok Tan Ceng Liem dan perdagangan hasil panen. Selain itu juga ada beberapa warga

yang membuka kios atau warung kecil-kecilan yang kemudian akan dijadikan tempat

transaksi sekaligus tempat mengobrol diantara warga.

Dalam menejemen konflik yang terdapat dalam teori face negotiation, masyarakat

desa bagoang lebih sering menggunakan musyawarah atau kompromi dalam pemecahan

masalah, karena dianggap akan lebih baik jika dicari jalan tengah oleh kedua belah pihak.

Begitupun dengan cara third party help yang melibatkan orang ketiga yang dianggap

lebih mumpuni dan menegrti pemecahan masalah. Kedua cara ini merupakan cara yang

paling sering digunakan oleh masyarakat desa bagoang.

 

Page 76: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

64

Pada ritual keagamaan desa bagoang memiliki kebiasaan unik, yakni

bergotongroyong dan bekerjasama dalam kesuksesan acara agama lain. Hal ini telah

dilakukan cukup lama. Karena rasa kekeluargaan yang tinggi dan rasa memiliki diantara

mereka tidak menjadika warga desa bagoang membeda-bedakan masalah suku, budaya,

maupun kepercayaan.

Faktor pendukung dalam keberhasilan terbentuknya harmoni diantara mereka ialah

karena rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang tinggi, menjunjung sikap sopan dan

santun antar sesama, saling menghargai dengan mentoleransi budaya maupun

kepercayaan lain, sikap gotong royong yang menimbulkan kepedulian untuk saling

menolong, sikap demokratis untuk tetap menghormati pendapat orang lain dan sikap

religious yang tertanam dalam hati masyarakat desa bagoang.

Faktor yang dapat menghambat terjalinnya harmoni ialah prasangka sosial yang

biasanya meliputi rasa perbedaan pandangan dan nilai-nilai yang dianut diantara mereka,

dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya sikap toleran.

B. Saran

Pada penelitian yang penulis lakukan dilihat dari faktor penghambat dan pendukung

untuk mewujudkan harmoni, maka penulis bermaksud memberikan saran sebagai berikut

1. Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan-perbedaan kecil tentu saja lumrah

dijumpai, mengingat kita hidup di Negara Indonesia yang memiliki

keberagaman suku, budaya, bahasa, adat istiadat dan kepercayaan. Sebaiknya

perbedaan tidak dijadikan masalah yang membesar, karena selain dapat

merugikan salah satu pihak maupun keduanya, konflik yang akan timbul akan

 

Page 77: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

65

memengarungi pemikiran-pemikiran orang-orang awam yang kurang

memahami makna kebhinekaan.

2. Sebagai masyarakat yang tinggal di satu daerah seharusnya memperkokoh tali

persaudaraan diantara mereka, bukan dengan mencari kekurangan dan

kesalahan pihak lain. Dengan begitu, sekalipun ada yang menghasut dan

memercikkan api konflik, maka masyarakat akan siap meredamnya.

3. Pemahaman diantara masyarakat harus lebih ditingkatkan, apalagi mengenai

toleransi antarumat beragama. Bahwa kita sebagai warga Indonesia tidak

memihak dan melihat dari sudut pandang subjektif saja melainkan harus

melihat secara luas dan keseluruhan.

 

Page 78: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

66

DAFTAR PUSTAKA

Birowo, Antonio. Metode Penelitian Komunikasi (Teori Aplikasi). Yogyakarta :

Gintanyali. 2004.

Departement Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka. 2005.

Echols, John M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia,

1996), h. 290.

Griffin, Em. A First Look At Communication Theory. New York : McGraw-Hill. 2006.

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel. Komunikasi Lintas

Budaya, Jakarta : Salemba Humanika. 2010.

Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

2003.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001.

Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 1988.

Noesjirwan, Jennifer. Pengalaman Lintas budaya. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2006.

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta : Grafindo. 2007.

Profil Desa Bagoang tahun 2015. Dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang

diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada tanggal 13 Mei 2016. (Dokumen

tidak dipublikasikan).

Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistic.

Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001.

 

Page 79: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

67

Roqib, Moh. Harmoni Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: STAIN Purwokwerto Press.

2007.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah vol 15. Jakarta : Lentera Hati. 2007.

Steinatt Thomas M dan Diane M. Millete, An Integrated Approach to Communication

Theory and Research. New York : Routledge. 2009.

Suprapto. Ilmu Alamiah Dasar. Bogor : Ghalia Indonesia. 2004.

Kecamatanjasinga.bogorkab.go.id/index.php/multisite/page/1175#.WrvDEb0xfxM

 

Page 80: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

Transkrip Wawancara

Nama : Tan Ceng Liem atau Engkong Dawi

Umur : 77 tahun

jabatan : sesepuh kampung cina Tarisi

Tempat wawancara : Kediaman Tan Ceng Liem

1. Bagaimana sejarah kedatagan masyarakat Tionghoa di Desa Bagoang?

Karena lagi zaman revolusi sebelum banyak penduduk jadi saya punya bapak dari utusan

Cigudeg dia beli tempat disini, dari engkong, dari mak kolot, dari bapak kolot juga sama

kan engkong juga mamah mah sama bapak kolot dari mak keturunan dari muslim. Cuma

engkong punya sifat dari bapak engkong sendiri yang memeluk agama Budha, jadi

engkong ngikutin Budha. Sekarang disingkat, karena anak sekarang gimana ya, pengen

nyentrik aja namanya ini dibilang konghucu. Padahal itu sama, terasi sama delan juga

ajarannya itu-itu juga kan, cuma engkong ngikutin. Jadi engkong tumpah darah disini

udah 77 tahun sebelum merdeka, malahan engkong punya bapak di zaman kita lagi ada

penjajah ngikut berjuang engkong juga ngebantu sama orang tua karena di kita senjata

kurang lengkap hanya ada bambu runcing. Udah begitu itu ceritanya itu karena ada

kepicikan di pimpinan, kita dapat senjata yang rusak dari Jepang dari Belanda rusak kan,

dibuang amit-amit ya karna engkong juga orang sini, ya jadi ada kerajinan dicari orang

yang bisa merenovasi senjata tersebut. Nah jadi engkong punya bapak suka tekniknya, ya

iseng-isengan kecil menolong yang kebutuhan tapi jalannya yang bener ga salah enggak,

dibantu yang rusak begitu aja akhirnya baik lagi, bisa dipake tempuran dan akhirnya

senjata dikita lengkap juga. Jadi waktu itu karena ini Belanda mengusut ingin yang

membahas kedudukan disini yang dibilang TKR itu tentara kan prajurit kita, itu yang

dicari. Maka disini senjata ada 36 pucuk yang rusak lagi diperbaiki sama engkong punya

bapak. Karena yang di Jasinga udah muncul kesini yang ngasih tau bahkan disini ada

yang patroli. Nah jadi bapak sendiri, bapak engkong, minta bantuan ke engkong

ngamankan senjata tersebut dibantu sama engkong. Kalo ga salah 3 biji tau 5 biji, lupa

 

Page 81: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

lagi, satu juga ga kebawa diseret akhirnya ditaro di tempat yang rapih, udah rapih yang

36 senjata ya, muncul Belanda kamu lagi ngerjain apa, maka 3 mobil, 2 mobil truk bukan

kaya sekarang kan sekarang mah udah canggih truk gede angkut. Lagi ngerjain apa?

Golok tuan, ini bahan apa? bahan golok, mana senjata TKR mana? Katanya, ga ada tau

juga kagak katanya, kita kan lindungin negara kita kan coba kalo ketemu engkong punya

bapak tinggal nama. Mungkin disini itu bom yang 3 biji di jembatan Cidurian bunyi

meledak angus disini semua mau di bom, maksudnya kalo ini senjata ketemu diumpetin

didaerah sini juga di bereng dapet 6 biji juga waduh lemesnya bukan main, karena

engkong ngebantu orang tua, inget negara kita belasungkawa. Cuma semampunya

engkong, begitu faktanya, akhirnya lamat. Disitu letaknya makanya engkong bisa duduk

disini dan engkong juga orang sini ada keturuan dari nenek moyang orang sini asli orang

sini tumpah darah disini, enggak kemana-mana lagi.

2. Ada simpang siur dan artikel juga yang membahas kalau warga sini berasal dari Cina

benteng?

Ga ada itu cina benteng, semuanya itu asli orang sini. Ya bapak juga barang kali ga

bagus, jelek juga ini bapak punya sendiri muslim disini ga ada orang lain, masih ada

keluaga dari ujung kulon juga masih ada keluarga. Apa sebab engkong ada keluarga di

Ujung Kulon? Engkong potong leter dulu, karena dia ada di Jasinga waktu penjajah

Jepang kejam dia ngungsi, kemana, ke bagian sudah di Ujung Kulon ceritanya, engkong

kesono sebelah sini engkong lagi ngopi diwarung, lagi makan pisang goreng, ngopi 3

orang engkong juga dari sini kesono, mau nengokin orang tua yang disono. Dia muncul

pas nyangkul dia berhenti di warung tersebut yang engkong ada duduk disini, ngobrol dia

engkong dari mana? dari Jasinga trus dia kan agak terkejut ngedenger engkong dari

Jasinga. Kenapa pak agak murung pikiran bapak? ah engga, wah ini cucu bapak ya,

sekarang jangan disini ayo makan dirumah, bapak dimana kedudukanya? Di Ranca

Kelapa, duh pak karena ini udah jam 6 saya akan pulang bapak saya sakit saya cari obat

kesini dari orang tua saya kesini harus pulang, kapan-kapan saya kesonolah. Bapak bisa

ada disini bagaimana pak? Bapak dari Jasinga asalnya karena di gerebeg sama Belanda

ama Jepang bapak kesini kabur katanya. Jadi sekarang ini bapak ini kira-kira sudah

berkembang biak katanya bisa satu desa katanya disini keturunan bapak mah itu ya waktu

 

Page 82: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita zaman penjajah. Makanya kalo si ade nanya engkong mah atuh orang sini bukan

orang mana-mana, bukan orang negeri hanya meluk agama, Namanya agama kan kagak

ada yang jelek, yang manapun juga engkong kan bersatu sama muslim, kan itu ade

engkong, engkong kan kaka dia, kagak nyinggung ni engkong nggak ya kerena engkong

kalo ga bersatu kita makan dari mana? Sama-sama kan. Kita bersama juga negara kita

bagaimana ya, panas kedengerannya, kapan amannya, banyak penotokkan banyak

kekerasan masuk. Orang nyolong mah dapet juga digesek yang berani atuh lapang dada

dia kadang-kadang berantem. Disitu engkong enggak mau berantem. Tetep kalo yang

butuh pandangan ya dikasih sama engkong, kamu jangan berantem bukan orang lain mau

muslim mau Kristen mau budha mau konghucu mau muhamaddiyah, itu bukan orang

lain, kamu singkirkanlah gejala yang tidak diinginkan ramai-ramai kamu amankanlah

negara kita, engkong cukup engkong cukup ngasih pandangan. Malahan engkong juga

dipinta bantuan doa sama aparat di Jasinga, sampai kenal sekarang sampai Ujung Kulon

nyariin engkong semua. Mana engkong Dawi ya memang engkong udah tua apa adanya,

nerima aja gitu dipanggil engkong atau bapak tua ya disitu letaknya. Jadi engkong ga

mau picik, begini juga engkong begini hidup dipinggiran susah cari duit, umur udah tua,

tenaga juga ngurangin, cuma semangat masih ada, ingin kerja gak mau ngelepasin kerja

ingin cukup tapi belom nyampe tapi ga bosen engkong nunggu kapanpun engkong

tunggu, sebelum engkong meninggalkan alam rama1.

3. Apakah masih ada oknum atau masyarakat yang masih membeda-bedakan perbedaan

antaretnik atau agama?

Jangan bikin engkong tidak ngerti, soalnya kalo dulu mah kalo bikin Jakarta itu Jakarta.

Sekarang mah buset direkayasa. Kan jadi kalo yang sekolah dulu apa ini merk nya? ini

salah ini karena engkong punya guru SD dulu ini salah, enggak boleh ini, salah, begini

harus Jakarta Jet yang bener katanya kamu bikinnya enggak kayak sekarang yang banyak

direkayasa sekarang banyak orang yang udah lebih pengalamannya kepintarannya udah

lebih dulu mah kira kira masih kurang cuman biarpun dulu kurang, ada semangatnya ada

manfaatnya karena dulu mah telor ilang satu juga dihukum tiga bulan. Sekarang kebo2

1 Alam dunia

2 kerbau

 

Page 83: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

sapi enggak bisa dapet, yang ilang udah motor, mobil, ya ngebobol bank, mana dapet lagi

yang ngebobol? Kaga dapet kan. Uangnya mah abis. Mau bagaimana kita amannya? nah

ini, disini jadi engkong ini ga ada perubahan, berangkat kesemangatan pantang mundur

berani karena benar takut karena salah. Nah ini disini tetep engkong mah banyak yang

nanya ke engkong, biarpun engkong ada dirumah tau lagi dilokasi, lagi nyangkul,

kadang-kadang disamperin kan ini disini engkong juga suka bingung suka aneh, kenapa

nanya ama gua ya, gua orang bodoh, hidup dikampung, orang kuli, terus nanya sama

yang mampu, yang bias, yang pinter, kalo engkong orang bodoh kan enggak bias,

dibohongin gampang mau ngebohong ini disini apa lagi.

4. Apa tradisi membuat golok awalnya karena memperbaiki senjata?

Nah sekarang gini, senjata ada 2 macem, senjata untuk masyarakat yang dipakai untuk

mengamankan pertanian, yang dibilang cuplis. Terus senjata yang untuk membunuh

orang. Bapak sering ceplok batok nih sama ABRI atau polisi, pak bapak punya senjata

yang baru, canggih, jarang gagal pakai nembak, ledakan bagus untuk ngebunuh orang.

Dosa pak, orang sebenernya bukan untuk dibunuh tapi dikasih nasehat karena merusak

Negara. Jadi bapak juga masuk iblis akhirnya, itu yang nembak orang itu iblis, bukan

bapak, bapak itu manusiawi. Engkong suruh begitu sekarang, engkong dulu karena babi

ini merusak tanaman kan panik kita juga dating, abis datang abis yang tadi. Emang sih

engkongnya. Pak bapak ini katanya mengamankan pertanian, mana ini katanya hasilnya

itu kan abis dimakan babi, baru juga kita satu minggu kerja disitu. Kan kita panas kuping

lama-lama panas, dua tiga kali ngomong dia panas-panasnya, bukan sama dia keterangan

dia itu kapan aku mengamankan pertanian itu sampai aman. Ya disitu engkong tekun

berburu sampai babi yang rusak kadang ditembak, kagak aman, akhirnya udah aman

diem kan dia. Cuma kadang-kadang mau ngasih pengasilan mah sama si pemburu sayang

katanya, artinya enggak buru-buru ngasih dia dapet juga nggak. Bilangnya dia pemburu

untuk mengamankan pertanian itu udah disediain, ya engkong ingetnya sama yang jujur

itu, yang ga jujur bukan orangnya, kagak jujur artinya belom nyampe kebenaran dia. Nah

itu disitu engkong punya senjata cuplis juga, yang dibilang cocok, dor sekali kosong

untuk mengamankan pertanian dari babi, kera lutung yang ngerusak. Kalo yang enggak

 

Page 84: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

ngerusak mah enggak mau nembak engkong juga, di parencein3 dulu. Kamu kalo enggak

punya salah kaburlah, akhirnya kabur. Banyak yang enggak ditembak dari pada yang

ditembak. Tapi kalo yang badung kan dia akhirnya ya itu, ditembak. Bukan untuk

nembak orang, bukan. Sekarang juga masih ada suka disurvei sama polisi sama ABRI.

Ada pak nih silakan, cuma kalo senjata saya diambil bapak harus tanggung jawab, yang

saya amankan berapa desa, apa yang tanggung jawabnya, babi, kera, bajing, lutung kan

bapak mah enggak makan. Jangankan ngamankan yang dihutan katanya, yang di darat aja

kagak aman, yaudah lah simpen kalo rusak baikin katanya, ada engkong juga.

5. Apa engkong paling lama membuat kerajinan golok?

Engkong umur 14 tahun. Masih kelas satu juga udah mulai kerja karena sekolah ini

engkong ga minta resiko dari orang tua mau dipintain dari mana, makan sore, nggak pagi,

makan pagi, nggak sore. Nah engkong sedikit demi sedikit berpikir bikin pisau dari pake,

dijual ama temen-temen, lakunya cuma dapet pisang goreng satu, kadang-kadang goreng

tape4 satu kadang-kadang kita mah kita kumpulin, untuk bayar yayasan, bayar sekolah

dibayarin lama lama lama bertingkat, ada kenaikan barang tersebut, karena ada makin

lama makin tajem bukan makin lama makin mintul5 kagak kan tajemnya itu pake baja.

Kalo dulu mah pake paku ini, bekas paku dudur6 yang gede, paku rumah kan dulu mah

enggak ada bahanya, itu mah besi jadi kurang tajam kan untuk najemin7 pensil. Disitu ada

peningkatan, akhirnya engkong enggak minta resiko dari orang tua karena orang tua juga

susah payah cari ekonomi untuk beli beras, disitu letaknya tekniknya engkong sampai

sekarang 77 tahun dari umur 14 tahun. Berapa puluh tahun enggak berhenti, sekarang

juga ga ngandelin anak. Memang ada anak cucu 3 orang, dia juga kerja, dia dia kita kita.

Dia juga ada kemauan, jangankan untuk orang tua, untuk dia juga banyak kekurangan.

Cuma terima kasihnya dia mau kerja. Cuma dia bikin barang untuk yang pesan aja.

6. Kalau yang pesen dari mana aja biasanya?

3 Semacam kalimat perintah untuk mengusir sesuatu

4 Kata tidak baku dari “tapai”

5 tumpul

6 Salah satu jenis paku yang dibedakan menurut jenis, ukuran, dan kegunaannya

7 Kata tidak baku dari ‘menajamkan’

 

Page 85: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

Dari empat penjuru kalo yang udah kenal mah, masing-masing langganan. Kalo sekarang

rada sepi, karena lokasi Pongkor ditutup. Kalo itu masih gelar kira-kira Cicondong,

Cisoka, rame yang pesen dating, sekarang bangkrut semuanya, sepi kan bengkel golok

nggak ada, paling keliling ke yang biasa kerja petani satu dua biji.

7. Tapi apakah orang orang sekitar atau tetangga engkong belaar membuat kerainan dari

engkong?

Engkong bisanya dari orang tua turun ke engkong, ke anak cucu, itu yang deket-deket

suka ngebantu ngampelasin, ngebantu ngegosok, bantu puter gelebeg8, nah karena

otaknya nyaring ini dia mampu udah tahu teknik, dia keluar, dia bikin sendiri. Bukan

sengaja dididik karena dia ada kemauan. Dia dididik juga kalo enggak ada kemauan mah

ga bisa, jadi ini yang ada 19 bengkel, ke-20 engkong, satu diurusin sama 19 bengkel.

Malahan tahun ini engkong udah ada yang bilang 3 orang, engkong Dawi katanya sudah

meninggal, alamdulillah itu datang itu orang nanyain, karena kenal sama engkong, itu

engkong katanya udah meninggal, kapan meninggalnya? wailah pak, siapa yang bilang

kagak ada yang bilang katanya, jadi saya nyusul enggak percaya penuh katanya kalau

enggak sampai kesini. Bapak saya lagi nyangkul katanya di kebon kalo enggak percaya

ayo, katanya, kita samperin kesono. Nah disini udah 3 kali, tahun ini satu dua ada yang

bilang gini. Sekarang bengkel tarisi Tan Ceng Liem udah bangkrut semua, engkong

ketawa kan, bukan emosi, alamdulillahi rabbilalamiin nuhun9 gusti saya dibilang

bangkrut, saya ada anaknya si Dawi untuk penerus orang tua dan saya ingin makan harus

kerja terimakasih jadi enggak ada yang ngeganggu jadi hak engkong, engkong kagak

maen kerumitan sama orang lain, apa engkong salah? Engkong cerita kalo ada yang salah

disebelum dan sesudahnya engkong minta maaf, karena engkong juga kalo ada usia mah

ya kadang-kadang yang udah hapal juga suka lupa, kadang-kadang yang lupa ketemu

lagi. Nah ini disini, cuma kalau kita sadar tertatar semua, cuma kalo enggak sadar

digedebeg10

semua jadi engkong hilang. Lagi kemaren engkong, engkong bikin makanan,

belom sedekah sekarang mau sedekah besok hari sabtu mauludan, cuma engkong mah

hari ini kan yang rame tanggal 12, jadi anak-anak minta engkong mauludan, doa salamat

8 Alat untuk membuat

9 Terima kasih

10 Dikagetkan secara tak sengaja

 

Page 86: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kata engkong oke, engkong bantu kamu apa kalo kita enggak syukuran sama yang punya

hak banyak nggak keambil hasilnya, jadi engkong menjalankan cerita orang tua dulu

yang sudah almarhum, kamu pake harus sedekah biar ada manfaatnya, biarpun uang 10

ribu harus yakin enak dimakannya. Kalo seratus juta kalo kagak halal jangan mau, begitu

bukan. Engkong sok-sokan bikin kue karena kebetulan lagi ada engkong juga, makanya

disuguhin.

8. Bagaimana cara menciptakan harmoni antarumat beragama disini kong?

Kalo kita jalan sauyunan11

kalo kita mandi satu tempat satu alur satu aluan berarti ga ada

untuk simpang siur apa sebab engkong nanya, ke arah ini karena sebab engkong suka

ditanya, tamu itu yang datang apa maksudnya, kemana tujuannya, engkong tanya agama

memeluk masing-masing enggak ada untuk rebut disini, saudara disini, bukan orang lain,

masih saudara semua sampai ujung kulon. Dawi ini kalo pergi ke ujung kulon

memikirkan untuk makanan juga enggak perlu, karena penghargaan ini muncul dari kita

juga, untuk kita juga, padahal engkong juga baru muncul enggak tau dari awalnya,

kenapa dia katanya uur dari Jasinga dari Serang dari Jakarta ada yang ngungsi kesono

akhirnya saudara kan sampai mana pak jangan sampe kagak nemu, makan ayu kerumah

saya dari situ kan, jangankan sama yang deket paling kalo enggak ngerti kita nanya sama

bapak desa. Bagaimana pak ini letaknya, bagaimana ini kalo urusan bisa tempo enggak

cuma disitu doang, itu kan bukan bertengkar, minta kebijakan kan, kagak ada untuk rebut

enggak cuma kadang-kadang kasih tau jangan nih. Cuma kadang-kadang di jual beli,

umpamanya lokasi ya pasti tau si ade, tanah kan padahal itu tanah kata orang dulu kagak

boleh dijualbelikan, punya siapa? bukan punya kita kan malahan kita tinggal enak ngisiin,

ga tau asal usulnya siapa yang membuktikan tanah tersebut dan lain-lainnya, kita kan

banyak kesalahan. Kita hidup di dunia suka dijualbelikan, sudah dijualbelikan ada akte

segel, kadang-kadang mau diambil lagi sama yang ngejual suka ada juga. Cuma disitu

engkong suka lapang dada saya beli tanah sudah acc dari segel dari SPPT dari kirik juga

udah kelar surat tanah, sekarang mau diambil lagi, dimana letak yang benar, suka ada

juga tapi engkong minta dari hari ini, sekarang sampai masa depan jangan ketemu lagi

hal semacam itu. Perna ribut engkong dulu, engkong bikin gubuk ini belom kelar lagi

11

Berjalan beriringan

 

Page 87: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

matri12

ini seng diatas. Buset penuh lokasi ini engkong sendiri sudah yang dekat jauh

semua, kalo pengen tau cuma engkong. Itu kejadian waktu itu masih karto aya

maksudnya tanah engkong diributin, tanah engkong yang ini yang udah di acc surat-

suratnya, jual belinya mau diambil lagi, dia sampai mau bawa preman juga dari Jakarta

uang ada terus dari Jasinga juga, terus pimpinan ikut serta karena enggak tau alur, ya

lurah juga belaga kagak tau padahal lurah tau bikin surat segelnya dia. Nah jadi belaga

enggak tau, jadi engkong mau dijerumusin, cuma engkong tegak sampai dimana letaknya,

biarpun mati dimedan perang karena bener. Nah engkong pernah sendiri sampai jam 4

kagak putus-putus, diputus sama engkong sendiri, pak sekarang jangan diributin lah tanah

bukan punya kita, saya juga kagak ngaku, bener saya udah bayar pindah nama bukan

punya saya, tanahnya punya yang kuasa kan emang dari zaman. Ngamuknya bapak-

bapak juga enggak punya, saya juga rakyat enggak punya, semua juga kagak gableg13

ini

mau diributin, sama dengan kita ngeributin yang kuasa, bukan ngeributin saya sekarang

kalo mau silakan ambil, cuma saya mundut mat rumahnya saya silakan ambil. Hari ini

juga saya mundur, ada kalanya ini sama bapak bukan sama yang ngerebut, bapak punya

tanah berapa puluh hektar saya ambil, bebas hukum oke. akhirnya angkat tangan, ini kan

segel bukan dapet saya yang bikin tapi dapet pemerintah kenapa ini gak disahkan, kenapa

ini ngeributin tanah saya yang akan disegel, akan dikuasai, dipercaya penuh. Berapa duit

bapak makan suap? kalo udah berapa banyak bapak makan suap, saya tidak makan suap,

sok bagaimana letaknya. Lima tahun bapak enggak dikasih KTP, lima tahun sama lurah

enggak disuruh rapat, kagak disuruh gotong royong. Sekarang mah aman kagak disuruh

gotong royong, enggak disuruh yang lain, disuruh surat jalan enggak dikasih, karena

bapak ini, unek unek yang 5 tahun diasingkan disini, bapak sampai nyamperin, sudah

almarhum dia lagi nyangkul disusulin, ada apa cang wadu pak saya mau minta surat jalan

nih lalu lintas, mau kemana, mau kebogor emang ga punya KTP, kagak dikasih sama

lurah, dibikinin akhirnya surat jalan. Pernah ada 18 preman yang nyamperin engkong,

ngegedor pintu bawa golok, engkong bilang ini negara pancasila bukan negara ribut

kenapa ngajak ribut disini, kalo mau ribut jangan disini, kata engkong. Terus dia jawab,

itu mah bukan aturan aku, itu mah aturan orang lain. Kamu akmu orang cina kamu HAM

12

Kata tidak baku dari mematri 13

Memiliki atau kepunyaan

 

Page 88: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

enggak ada aku disini, coba enak ga dibilang begitu. Eh enggak tau mah itu preman cari

duit, ada dalangnya, pas dicari dalangnya itu yang ngamuk mau nusuk orang, kenapa

kamu minta bantuan ke gua kalo kamu ga bisa tanggung jawab, katanya namanya badot.

Eh badot apa dasarnya kamu nyari duit disini, jangan nyari ribut si Dawi masih tanggung

jawab, diem akhirnya dia pergi. Engkong karena 3 kali diserang, yang pertama mah

engkong kalah, 1750 ilang, jadi barang tersebut enggak dibayar, persoalan kayu ada juga

yang 3 juga anak engkong digulung sama preman, dia kalah jadinya iya iya aja, gara-

garanya anak engkong diem aja dikamar. Kerja kagak mau, apa sebab, ada bos kayu yang

ngutang sama dia tapi enggak mau bayar, tiga juta, akhirnya engkong samperin itu bos

dibilang, yang punya utang kan bapak, bapak enggak halal nyari uangnya. Kalo kaya gitu

kadang suka bertanya, ya Tuhan apa sebab saya ketemu sama cobaan semacam ini. Tapi

saya mengutamakan lapang dada, kalo enggak kaya gini saya enggak akan banyak

belajar.

 

Page 89: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

Transkrip Wawancara

Nama : Maman Suparman

Umur : 50 tahun

jabatan : Kepala Desa Bagoang

Tempat wawancara : Kantor Desa Bagoang

1. Bagaimana pandangan bapak mengenai kehidupan masyarakat yang memiliki perbedaan

budaya dan agama?

Diawali dengan bapak mengamati secara keseluruhan, harus hati-hati jangan sampai jadi

korban kita jangan hanya melihat etnis akibat ulah satu orang. Seperti bicaranya

Gubernur DKI waktu itu dijadikan modal sama orang-orang yang punya kepentingan

politik, nah ini yang dikawatirkan. Alhamdulillah di Desa Bagoang tidak ada, beda sifat.

Yang merasa kental dengan agama, merasa terhina agamanya, sedang bahasa-bahasa

gubernur Jakarta itu dengan ajakan-ajakan tokoh-tokoh agama, pada berangkat ke

Jakarta. Tapi alhamdulillah untuk Desa Bagoang sampai kemarin enggak ada.

Maksudnya mungkin mulai paham dengan keadaan atau situasi sekarang atau mungkin

karena ketidakpedulian. Ada dua alternatif kan gini kadang-kadang ngapain sih ngurusin,

ada pola pikir udah paham makanya kemaren udah tiga kali maulidan ini bapak-bapak.

Yang bapak khawatirkan dari para tokoh agama, dari penceramah-penceramah yang

tujuannya memproklamatori atau memecah belah dengan istilah menginterferensi

minoritas atau agama-agama. Sedangkan kita secara keseluruhan bakan Nabi Muhammad

aja enggak pernah memerintahkan. Jangankan hanya bersifat itu, Nabi Muhammad

diledek, namun dia membalas dengan mendoakan. Mudah-mudahan orang yang

melakukan dan mendzalimi itu akan dibukakan pintu hatinya. Kenapa sih umat Islam

 

Page 90: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

harus melakukan anarkisme atau semacam yang lain nya, untuk bahasan awal mungkin

lebih mendetailnya harapan bapak masalah perbedaan ini jangan terlalu dibesar-besarkan

karena negara kita itu kan bukan negara muslim, karena mayoritas aja penduduknya

muslim, azasnya demokrasi dan pancasila kan gitu. Negara kita lebih paham kalo

misalkan masalah pendidikan. Apalagi UIN lebih ke agama, tapi secara nasionalismenya

harus punya rasa nasionalisme, harus netral. Silakan perdalam agama, kita harus bela

agama, tapi banyak hal lain yang sifatnya membela agama dengan tidak melakukan hal-

hal yang negatif. Apalagi adek mahasiswa, mungkin sudah pernah terlibat banyak dengan

hal-hal yang berbau perbedaan agama. Tapi pesan bapak ya hati-hati kepada adek adek

mahasiswa jangan terpengaruh karena banyak oknum yang memanfaatkan mahasiswa.

Oleh petinggi-petinggi, maaf, dalam tanda kutip, yang punya kepentingan politik. Nah ini

yang dianggap sebagai pelurunya, padahal dibelakangnya itu ada kepentingan mereka

sanggup mendanai membiayai. Yang diamati sama bapak itu malah kemaren karena ada

beberapa oknum yang terbukti memprovokatori, apa itu bukan kepentingan. Nah itu kita

dengan tidak sadar kita dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu, kenapa? Karena

disitu terutama mahasiswa sedang menggebu-gebu memperjuangkan rasa kepedulian,

rasa simpatik, sebagai putera bangsa atau sebagai pendidik atau sebagai generasi penerus,

merasa bertanggung jawab. Tapi tidak sadar kita itu diimbangi oleh oknum hati-hati

makanya dek paling tidak, jangan mudah terhasut. Sampaikan ke rekan-rekan juga kalo

bapak kan istilahnya sudah tua lah udah tau kearah mana mau lari, kemana awalnya, dari

mana, tujuannya apa, kalo bapak harus membaca itu semua. Jadi udah paham politik itu

kejam hati-hati jangan sampai kita diperdaya oleh politik jangan sampai kita

dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan membahayakan kita.

 

Page 91: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

Setelah jadi korban siapa yang akan bertanggung jawab. Mereka melempar batu

sembunyi tangan akibat apa, akibat tujuan mereka.

2. Bagaimana dengan keadaan didesa sendiri pak? Apaka ada hal-hal yang seperti

demikian?

Alamdulillah tidak ada, makanya pengawasan ketat berkoordinasi dengan pihak aparat

desa. Jadi walaupun bapak sengaja tidak pernah membuat perbedaan itu semakin

menonjol, karena akan mengundang hal-hal yang tidak diinginkan. Yang tadinya biasa

saja pun pada akhirnya akan terpancing kalau secara bergerilya, secara intelejen kami

hanya memantau dan meminta tolong itu. Warga masyarakat di Desa Bagoang ini karena

sekecamatan Jasinga hanya di Desa Bagoang yang ada etnis Tionghoa jangan sampai ada

imbas dari ulah seseorang. Disini dulu ada begitu, zaman reformasi, mereka kan tau

artinya reformasi seperti apa dan ini hampir kena imbas. Justru bapak sebelum jadi kepala

desa, jadi mungkin dulu ketika jadi tokoh pemuda bela teradap masyarakat minoritas

karena negara kita demokrasi, tujuan kita mempersatukan. Percuma kita memiliki negara

demokrasi, mereka berhak hidup di Indonesia, karena warga negara Indonesia mereka

punya agama dan dilindungi oleh Negara, diundang undangkan, maka jangan bertindak

semena-mena walaupun misalkan mayoritas kita muslim tidak harus seperti itu.

Pembahasan dari bapak, titip hal semacam itu, jangan terlalu di expose yang negatifnya

dari segi apapun hanya karena masalah perbedaan, karena mereka juga punya hak dan

kewajiban sebagai warga Negara. Beda agama beda etnis ataupun beda pandangan tidak

harus jadi musuh. Kira-kira begitulah pandangan bapak seperti itu. Hal ini pun

diharapkan dapat menjadi contoh bahwa perbedaan tidak harus dengan interferensi, tidak

dengan kekerasan, kita memerangi bela negara bela agama tapi bapak salut waktu aksi

 

Page 92: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41428...tetap tercurah kepada junjungan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang

212 kemarin umat mengadakan doa bersama, bukan bertujuan untuk kekerasan bahkan

disini pun ketika aksi 212 di Jakarta, warga masyarakat Bagoang mengadakan doa

bersama di gereja dilintang bahkan masjid-masjid. Pihak desa pun meminta pendeta

untuk memimpin doa bersama di tempat-tempat ibadah, semoga negara ini aman,

Dibukakan pintu hati mereka-mereka yang dzalim sama seperti umat islam di DKi

kemarin kan damai dengan mengadakan doa bersama hal-hal semacam itu lah yang harus

diangkat jempol.

3. Kapan warga Tionghoa datang ke Desa Bagoang?

Konon katanya kedatangan etnis tionghoa sendiri bekas karyawan tebu gula yang ada di

jagabaya parung panjang tangerang jadi dulu zaman penjajahan dulu ada pabrik tebu

yang boleh dikatakan bangkrut yang akhirnya karyawannya ini terombangambing ada

satu secamam sekarang kepala desa kalo dulu disebutnya pacalang yang merasa peduli

teradap rasa kemanusiaan tadi akhirnya dibawalah diposisikan disini hanya beberapa

orang dulu enggak banyak ini kan sekarang banyaknya itu satu RT itu punya keturunan

keturunan dulunya hanya beberapa orang termasuk toko tan ceng liem

Dulu ketika alm bapak saya masih hidup bapak tanya kalo cina ditarisi ini kapan ada

bapak aja sebelum lahir udah ada ya ternyata sudah ratusan tahun disini jadi kalo ngeliat

dari usia almarhum bapak saya itu hampir sepadan dengan kedatangan orang cinta disini

bisa dibayangkan bapak saya aja enggak tau adanya datangnya apalagi saya.