program penurunan aka dan aki

31
1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga makalah yang berjudul “PROGRAM PENURUNAN ANGKA KEMATIAN ANAK/IBU (AKA/I) DI INDONESIA” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun dalam penulisan makalah ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Sungguh merupakan suatu hal yang membahagiakan penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun demikian penulis tetap menyadari bahwa apa yang tertuang dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Makassar, Maret 2012 Penulis

Upload: putu-kumara-jaya

Post on 29-Nov-2015

318 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ihuihuihuihb unninioou jpiojkiojmnouhuib uvyuvutfrtdrtextxrzr tvyybiubb hbkhbkbkjbkj iuhuhuihnuihui iuhiuhnuijnujbujbiu iuhuihuihnujbuivb biujbubhubkujbj iojoijioj

TRANSCRIPT

Page 1: Program Penurunan AKA Dan AKI

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan anugerah-Nya sehingga makalah yang berjudul “PROGRAM PENURUNAN

ANGKA KEMATIAN ANAK/IBU (AKA/I) DI INDONESIA” ini dapat selesai

tepat pada waktunya.

Adapun dalam penulisan makalah ini tentunya penulis mendapat

banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Sungguh merupakan suatu hal yang membahagiakan penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, walaupun demikian penulis tetap menyadari bahwa

apa yang tertuang dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sangat penulis harapkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, semoga makalah

ini dapat berguna bagi semua pihak.

Makassar, Maret 2012

Penulis

Page 2: Program Penurunan AKA Dan AKI

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I ( PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................2

C. Tujuan .........................................................................................................3

BAB II ( TINJAUAN PUSTAKA)

A. Definisi ……………………………………………………………………4

B. Tujuan Penurunanan AKA/I ……………………………………………...4

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi AKA/I ………………………………5

D. Dampak Tingginya AKA/I ………………………………………………..7

E. Peran Pemerintah Dalam Menurunkan AKA/I …………………………...8

BAB III ( PEMBAHASAN )

A. AKA/I di Indonesia ……………………………………………………...14

B. Program-Program Penurunan AKA/I ……………………………………19

BAB IV (PENUTUP)

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...27

B. Saran …………………………………………………………………….28

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………iv

Page 3: Program Penurunan AKA Dan AKI

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ukuran untuk menggambarkan pencapaian hasil pembangunan

suatu negara termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan indikator

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Beberapa indikator IPM adalah kesehatan,

pendidikan dan ekonomi. Salah satu indikator kesehatan adalah umur harapan

hidup sebagai ukuran pencapaian derajat kesehatan masyarakat. IPM negara

Indonesia berada di peringkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari

negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan

Thailand.

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan

bahwa penduduk yag berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,30%, usia produktif

(15-64 tahun) sebesar 65,05 % dan usia lanjut (> 65 tahun) sebesar 5,65%.

Dengan beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun

2007 sebesar 53,73 %. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2006

sebesar 49,90%.

Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian Bayi

senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan . AKI

mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,

persalinan dan nifas. Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun

2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000

kelahiran hidup.

Angka kematian Bayi di Indonesia sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup

(BPS,2007). Angka ini sedikit menurun dibandingan dengan AKB tahun 2003

sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Program-programnya adalah penurunan

AKB merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran

Page 4: Program Penurunan AKA Dan AKI

4

hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka

kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase

antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA di Indonesia sebesar 44 per

1000 kelahiran hidup (BPS,2007)

Kesehatan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

wanita. Salah satu indikator kesehatan umum dan kesejahteraan suatu masyarakat

adalah angka kematian dan kesakitan pada bayi/anak. Keadaan ini juga memberi

dampak pada kesakitan dan kematian pada ibu/wanita. Sebagai contoh karena

suatu proses persalinan lama menyebabkan cedera jalan lahir sehingga

menimbulkan penurunan kesehatan ibu dan atau bayi. Keadaan malformasi

kongenital dan target aborsi oleh karena seleksi jenis kelamin menyebabkan

kematian pada ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami merumuskan masalah

sebagai berikut :

Apa definisi Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ?

Apa tujuan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ?

Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi meningkatnya Angka

Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ?

Bagaimana dampaknya bila Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I)

tinggi ?

Bagaimana peran pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu

dan Anak (AKA/I) ?

Page 5: Program Penurunan AKA Dan AKI

5

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin kami capai adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui definisi Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I)

Untuk mengetahui tujuan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak

(AKA/I)

Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi

meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I)

Untuk mengetahui dampaknya bila Angka Kematian Ibu dan Anak

(AKA/I) tinggi

Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu dan Anak (AKA/I)

Page 6: Program Penurunan AKA Dan AKI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Angka kematian Ibu (AKI) adalah kematian ibu yang terjadi selama masa

kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia

dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau

diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau

incidental (faktor kebetulan).

Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari

angka target nasional. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil

hingga 6 minggu setelahpersalinan per 100.000 persalinan tinggi. Tingginya

angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas

pelayanankesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah

kesehatan.

Angka kematian anak (AKA) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya jumlah kematian anak-

anak dari umur 1 tahun sampai 4 tahun perseribu penduduk. AKABA atau Agka

Kematian Balita adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000

kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 – 140 sedang

dan <20 rendah.Sedangkan AKB atau Angka Kematian Bayi adalah banyaknya

bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama.

B. Tujuan Penurunanan AKA/I

Secara umum tujuan penurunan AKA/I adalah untuk Menyiapkan

seoptimal mungkin mungkin fisik dan mental dalam upaya menyelamatkan ibu

Page 7: Program Penurunan AKA Dan AKI

7

dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, nifas, sehingga didapat ibu dan

anak/ bayi yang sehat.

Adapun tujuan khusus penurunan AKA/I adalah sebagai berikut :

Mengenali dan menangani penyakit – penyakit yang mungkin dijumpai

padakehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini

mungkin.

Menurunkan mordibitas dan mortabilitas ibu dan anak .

Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari tentang KB, tentang

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi AKA/I

Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim

pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi

kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit

menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi

dan balita di sesuatu daerah.

Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi

buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit

menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah

(Budi Utomo, 1985). Tingginya AKI di Indonesia tersebut erat kaitannya dengan

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan

pemeriksaan kesehatan selama kehamilan (Widodo, Angraini, Halim, et al, 2005).

Kemiskinan, ketidaktahuan dan kebodohan serta rendahnya status wanita dalam

masyarakat merupakan beberapa faktor yang ikut berperan pada tingginya AKI

(Wikjosastro, 2002).

Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian ibu adalah

kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,

Page 8: Program Penurunan AKA Dan AKI

8

kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak

mendukung. Jika ditarik lebih jauh, beberapa perilaku tidak mendukung juga bisa

membawa risiko. Sebanyak 16,6% perempuan menolak kehamilannya. Pasangan

yang tidak ingin anak lagi (4,6%) atau menunda punya anak (4%). Upaya aborsi

selalu menempatkan perempuan dalam situasi hidup dan mati. Selain jumlah

anemia ibu hamil sangat tinggi (40%), rendahnya partisipasi dalam program

Keluarga Berencana (KB) paska persalinan (19,1%) mengakibatkan kehamilan

yang tidak diinginkan (Anonymous 2006).

Tren AKI belum menggembirakan. Masih tingginya dan kurang cepatnya

penurunan AKI dapat terjadi karena berbagai hal. Pertama, memang kondisi

kesehatan untuk kelompok resti (bumil, bulin, dan bufas) masih jelek. Kedua,

pertambahan relatif penduduk memasuki usia subur lebih besar daripada

pertambahan relative kelahiran. Ketiga, mungkin penanganan kesehatan maternal

belum optimal. Dari sisi geografis, provinsi di kawasan Indonesia Timur relatif

memiliki AKI lebih tinggi.

Tiga faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia adalah :

1) Faktor medis (langsung dan tidak langsung),

2) Faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan

persalinan dan sistem pelayanan pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak),

3) Faktor ekonomi, sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya

pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya

akses terhadap pelayanan kesehatan, pengarusutamaan gender, dan peran

masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak) .

Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam penurunan Angka Kematian

Ibu adalah peningkatan keterjangkauan (akses) dan kualitas pelayanan kesehatan

maternal dan peningkatan kualitas pelayanan pada saat dan pasca persalinan (13%

kematian martenal disebabkan oleh aborsi dan di dunia terjadi 55000 kali aborsi

setiap harinya, 95% diantaranya terjadi di negara berkembang). Selain itu

Page 9: Program Penurunan AKA Dan AKI

9

penurunan angka kematian ibu dapat dilaksanakan melalui beberapa fase atau

tahapan yaitu:

1) Pada masa sebelum masa kehamilan, yaitu perilaku sehat termasuk nutrisi,

aktivitas fisik, perawatan sebelum konsepsi, menghindari substansi yang

membahayakan alat reproduksi,

2) Perencanaan masa kehamilan, yaitu dengan perawatan kehamilan awal yang

berkualitas, pengetahuan gejala dan timbulnya tanda munculnya masalah,

3) Pada masa persalinan yaitu melakukan persalinan yang sehat, persalinan disaat

yang tepat dengan intervensi minimal, serta bantuan pada pasca persalinan yang

disertai penyuluhan serta pemeliharaan kualitas kesehatan lingkungan.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF (2001),

menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi

buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi

gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12

bulan pertama hidupnya. AKI dan AKB tidak berkorelasi langsung dengan

kejadiab infeksi atau parasit, kecuali pada beberapa daerah yang endemik malaria.

Terkait AKB, satu faktor penting adalah umur ibu dibawah 20 tahun

meningkatkan resiko kematia neonatal, serta usia ibu di atas 35 tahun

meningkatkan resiko kematian perinatal (Litbangkes, 1994). Odds Ratio AKB

dari ibu usia di bawah 20 tahun sebesar 1,4 kali lebih tinggi dari AKB pada ibu

usia 20-35 tahun.

D. Dampak Tingginya AKA/I

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang masih berada di level 228 per

100.000 kelahiran hidup, oleh karena itu Pemerintah harus melakukan perbaikan

disparitas pelayanan kesehatan, penyebaran dan perbaikan kualitas tenaga

kesehatan, serta dukungan alokasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah

Page 10: Program Penurunan AKA Dan AKI

10

daerah. Patut disesalkan adalah masih tingginya AKI ketika melahirkan di

Indonesia, bahkan tertinggi di Asia Tenggara. Menurut para ahli kesehatan

masyarakat, derajat kesehatan suatu negara dilihat dari indikator angka kematian

bayi (AKB). Semakin tinggi AKB suatu negara maka semakin jelek kualitas

derajat kesehatan masyarakat di kawasana tersebut.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu

target yang telah ditentukan dalam tujuani Millenium Development Goals

(MDGs) yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang

akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah

kematian ibu.

Masalah kematian ibu dan anak adalah masalah yang kompleks. Jika

kematian ibu dan anak disuatu Negara/ daerah tinggi, tentu akan berpengaruh

terhadap indeks pembangunan di Negara tersebut. Jika sudah demikian maka

pemerintah perlu memperbaiki system yang ada. Pemerintah harus bekerja keras

dalam menangani hal ini.

E. Peran Pemerintah Dalam Menurunkan AKA/I

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia,

Kementerian Kesehatan pada tahun 2001 ini menetapkan lima strategi operasional

yaitu:

1. penguatan Puskesmas dan jaringannya;

2. penguatan manajemen program dan sistem rujukannya;

3. meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan;

4. kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011;

5. penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.

Menkes menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi

dan inovasi tahun 2011, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu:

Pertama, Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah

telah menindaklanjuti Inpres No. 1 Tahun 2010 Tentang

Page 11: Program Penurunan AKA Dan AKI

11

Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan

Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang

Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi

terkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011,

diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telah selesai menyusun

Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu

mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi

tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi

HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.

Kedua, pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai

tahun 2011 setiap Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya

bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan

adanya BOK, pelayanan “outreach” di luar gedung terutama

pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang

membutuhkan.

Ketiga, menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat

(IPKM) berupa indikator komposit (status kesehatan, perilaku,

lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk

menetapkan kabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan.

Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yang tahun ini

akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.

Keempat, penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan

penyediaan fasilitas kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan,

Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, “mobile team”.

Kelima, akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait

dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan

UU Nomor 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga.

Selain itu menurut Menkes, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan akan

meluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan

kehamilan, pelayanan persalinan, nifas, KB pasca persalianan, dan neonatus.

Page 12: Program Penurunan AKA Dan AKI

12

Melalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini,

perawatan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan.

Dalam MDGs yang telah disepakati para pimpinan dunia, ada 8 tujuan

(GOALs) yang ingin dicapai diantara tahun 1999-2015. Untuk mencapai 8 tujuan

MDGs ini harus jelas definisi dan konsep indikator yang akan digunakan. Berikut

indikator pencapaian MDGs untuk menurunkan angka kematian anak. Targetnya

selama tahun 1990 – 2105 setidaknya dapat menjadi pedoman untuk daerah lain

dalam menurunkan angka kematian balita sebesar dua per tiganya. Untuk

mencapai target ini ada dua indikator dibuat yaitu

Indikator global atau nasional untuk memonitoring pencapaian Target ke

empat yaitu angka kematian balita, angka kematian bayi dan proporsi

campak pada bayi yang telah mencapai usia 1 tahun.

Indiktor lokal untuk memonitoring pencapaian target keempat yaitu

pemantauan terhadap pencapaian target MDGs untuk tingkat lokal

kabupaten/kota dan kecamatan yang dapat dilakukan dengan indikator

proksi tertentu.

Adapun penjelasan mengenai indikator global dan lokal adalah sebagai

berikut :

Angka Kematian Balita (AKABA)

AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000

kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 – 140 sedang

dan <20 rendah.

Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan

merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat

tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA kerap dipakai untuk

Page 13: Program Penurunan AKA Dan AKI

13

mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi

penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum dapat dipakai

untuk menghitung AKABA. Sebagai gantinya AKABA dihitung berdasarkan

estimasi tidak langsung dari berbagai survei.

Angka Kematian Bayi (AKB)

AKB adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1

tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB

kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70

tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong

mudah untuk diturunkan.

Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan

merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat

tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih

menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba. Meskipun target program

terkait khusus dengan kematian balita, AKB relevan dipakai untuk memonitor

pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian

balita. Definisi operasional dari angka kematian bayi terdahulu harus diketahui

yaitu pengertian dari “Lahir Mati” yaitu Kelahiran seorang bayi dari kandungan

yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda

kehidupan. Kemudian Kematian Bayi yaitu Kematian yang terjadi pada bayi

sebelum mencapai usia satu tahun.

Proporsi imunisasi campak (PIC) pada anak yang berusia 1 tahun

PIC adalah perbandingan antara banyaknya anak berumur 1 tahun yang telah

menerima paling sedikit satu kali imunisasi campak terhadap jumlah anak

berumur 1 tahun, dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini merupakan suatu

ukuran cakupan dan kualitas sistem pemeliharaan kesehatan anak di suatu

wilayah. Imunisasi adalah unsur penting untuk mengurangi kematian balita.

Berikut ini adalah definisi operasional :

Page 14: Program Penurunan AKA Dan AKI

14

Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Definisi Operasionalnya yaitu Bayi dengan BBLR adalah keadaan bayi lahir

dengan berat badan (BB) < 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir atau hari ke

7 setelah lahir

Presentase Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah)

Definisi Operasionalnya yaitu Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah

Balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada pada dan di bawah garis

merah pada KMS

Pemantauan Pertumbuhan menggunakan data SKDN

SKDN adalah singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu

S adalah Seluruh balita yang ada di wilayah kerja

K adalah jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA

D adalah jumlah seluruh balita yang Ditimbang

N adalah balita yang Naik berat badannya sesuai dengan garis

pertumbuhan

Cakupan Kunjungan Bayi

Definisi Operasional yaitu Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi (umur 1-12

bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki

kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (neonatus) di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Kunjungan Neonatus adalah kunjungan neonatus (umur 1-28 hari) untuk

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan,

perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 2 kali di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Page 15: Program Penurunan AKA Dan AKI

15

Cakupan pemberian vitamin A pada balita

Definisi Operasional yaitu Balita mendapat kapsul Vit.A, 2 kali/tahun adalah Bayi

umur 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A -1 kali dan anak umur 12-59 bulan

mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu

Persentase Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Definisi Operasional yaitu Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian hanya Air

Susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa makanan atau

minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral

Desa/kelurahan Universal Child Imunization

Definisi Operasional yaitu Desa /kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

adalah Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ³ 80% dari jumlah

bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu

kurun waktu tertentu.

Imunisasi dasar Lengkap adalah imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1

dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis DPT dan atau

DPT/HB ( telah dilaksanakan di seluruh Indonesia mulai tahun 2007), 1 dosis

Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak

sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.

Page 16: Program Penurunan AKA Dan AKI

16

BAB III

PEMBAHASAN

A. AKA/I di Indonesia

Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan

negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34

per 1.000Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di

Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu

sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya penurunan AKI harus difokuskan

pada Tujuan Jaminan Persalinan ini adalah meningkatnya akses terhadap

pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka

menurunkan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) melalui jaminan pembiayaan

untuk pelayanan persalinan. Sasaran.

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena

bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita

di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup . Dalam mencapai upaya

percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) maka salah satu upaya promotif dan preventif yang mulai gencar

dilakukan adalah Kelas ibu hamil dan Kelas ibu balita.

Menurut Prawirohardjo (2002), untuk menurunkan AKI dan AKB dengan

menetapkan salah satu sasaran untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka

kematian ibu menjadi 125 orang per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian

bayi menjadi 16 orang.

AKB di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan

pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi,

2005: 26). Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu

Page 17: Program Penurunan AKA Dan AKI

17

penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang Angka kejadian seksio sesarea di

Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari

4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI),

AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan

AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian

maternal yang paling umum di Indonesia adalah pendarahan 28%, eklamasi 24%,

dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir

27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh

kondisi ibu saat melahirkan.

Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim

pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi

kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit

menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi

dan balita di sesuatu daerah.

Data menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461

per 100.000 kelahiran hidup, dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per

1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan

sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari

keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari

target 67%. Dari penilaian sistem kesehatan berbagai Negara, Indonesia

menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian

yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan (responsiveness).

Tingginya AKI di Indonesia tersebut erat kaitannya dengan kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan

kesehatan selama kehamilan (Widodo, Angraini, Halim, et al, 2005). Kemiskinan,

ketidaktahuan dan kebodohan serta rendahnya status wanita dalam masyarakat

merupakan beberapa faktor yang ikut berperan pada tingginya AKI (Wikjosastro,

2002).

Page 18: Program Penurunan AKA Dan AKI

18

Provinsi dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Provinsi

Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Provinsi Nusa Tenggara

Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Provinsi Maluku sebesar 340/100.000

kelahiran hidup, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 330/100.000

kelahiran hidup. Jumlah ini tidak terlalu banyak berubah sejak masa orde baru.

Tidak ada perbaikan yang terlihat dalam penurunkan angka kematian

ibu.Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB), trennya semakin menurun, dari 142

per 1.000 kelahiran hidup tahun 1967, menjadi 42 per 1.000 tahun 2000,

kemudian SDKI 2002-2003 sebesar 35 per 1.000, namun dari metode perhitungan

tidak langsung, AKB tahun 2003 tetap 43 per 1.000 kelahiran hidup. Di antara 10

negara ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7, sebelum Kamboja,

Laos, dan Myanmar. Tidak ada pola geografis untuk AKB di Indonesia. Kawasan

Indonesia barat maupun timur menyumbang kontribusi yang sama besar. AKB di

pedesaan 1,6 kali lebih tinggi daripada AKB di perkotaan. Makin miskin rumah

tangga, makin tinggi AKB dan pola ini terus konsisten hingga kini.

Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%),

terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%),

infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya

terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam.

Menurut WHO (2000), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersakin,

dan 25% selama masa post partum.

Besaran dan kecenderungan AKI dan AKA

Berdasarkan estimasi langsung dan tidak langsung dari data yang tersedia

(Susenas, Sensus Penduduk (SP), SKRT dan SDKI), terdapat bebrapa angka dan

scenario penurunan AKI dan AKA yang dapat diajukan (lihat lampiran 1). Semua

angka estimasi menunjukkan bahwa tingkat kematian Ibu dan anak di Indonesia

dewasa ini masih tinggi. AKI berdasarkan data SDKI 2002-2003 dengan estimasi

“direct sisterhood” adalah 307 per 100.000. data yang sama dengan pendekatan

PMDF memberikan angka lebih tinggi ialah 461 per 100.000 kelahiran hidup

Page 19: Program Penurunan AKA Dan AKI

19

untuk perkiraan tahun 2000. AKB berdasarkan SP dan Susenas adalah 42 per

1000 kelahiran hidup dan AKBA 55 per 1000 kelahiran hidup untuk tahun 2000.

AKB berdasar cara langsung (SDKI 2002-2003) memberikan perkiraan rendah

ialah 35 per 100 dan AKBA 46 per 1000.

Lampiran 1

Table 1.1. Prospek AKI 1990-2015 menurut alternatif skenario, Indonesia

Tahun Skenario I Skenario II Skenario III

1990

1995

2000

2005

2010

2015

408

352

304

262

226

195

636

542

461

393

335

285

544

471

407

352

305

264

Penurunan 1990-

2015

52% 55% 52%

Penurunan 2000-

2015

36% 38% 35%

Catatan : Skenario I metode sisterhood SDKI, scenario II metode PMDF dari

SDKI dan scenario III metode PMDF dari SKRT.

Tabel 1.2. Prospek AKB tahun 1990-2015 berdasarkan pilihan skenario

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

Trend SDKI 1991-

2002/2003

Trend SP-Susenas

1965-2000

Trend SP-Susenas

1995-2000

1990

1995

2000

62

48

37

62

51

42

62

50

43

Page 20: Program Penurunan AKA Dan AKI

20

2005

2010

2015

28

22

17

35

29

24

38

33

29

Penurunan 1990-2015 73% 61%

53%

Penurunan 2000-2015 55% 43%

34%

Tabel 1.3. Prospek AKBA tahun 1990-2015 berdasarkan pilihan skenario

Tahun Skenario 1

(Trend SDKI)

Skenario 2

(Trend SP-

Susenas 1965-

2000)

Skenario 2

(Trend SP-

Susenas 1995-

2000)

1900

1995

2000

2005

2010

2015

85

63

46

34

25

18

85

69

56

45

36

29

81

67

55

46

39

31

Penurunan 1990-

2015

78% 65% 61%

Penurunan 2000-

2015

60% 47% 43%

Semua gambaran kecenderungan AKI dan AKA menunjukkan bahwa

sekalipun ada penurunan sejak 1990, terdapat indikasi bahwa sasaran Indonesia

sehat (IS) tahun 2010 (khususnya untuk AKI sebesar 150 per 100.000 kelahiran

hidup) dan Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 (penurunan AKI

Page 21: Program Penurunan AKA Dan AKI

21

sebesar 75% dan AKA sebesar 67% dari 1990) akan sulit dicapai. Estimasi AKI

dan AKA menurut provinsi menunjukkan keragaman yang besar dimana

keragaman AKI jauh lebih besar dibandingkan keragaman AKA.

B. Program-Program Penurunan AKA/I

Ada beberapa program yang sejak dulu telah diterapkan pemerintah untuk

menurunkan Angka Kematian Anak/Ibu. Program-program tersebut adalah

sebagai berikut :

Making Pregnancy Safer (MPS)

Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer

(MPS) oleh badan – badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World

Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap

negara untuk :

a. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana

pembangunan Nasional dan Internasional.

b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal.

c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah

disusun.

d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga

berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta.

e. Meingkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan

neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan

lingkungannya.

f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

(Saifuddin, 2001)

Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati.

Dengan demikian, tujuan global MPS adalah untuk menurunkan kesakitan dan

kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:

Page 22: Program Penurunan AKA Dan AKI

22

a. Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun

1990.

b. Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan lesson learned dari upaya Safe Motherhood, maka pesan-

pesan kunci MPS adalah:

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan

yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai

strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada

12 Oktober 2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam arti kata

luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu

melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban

kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan

persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor

kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam

melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS dilaksanakan

berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada pentingnya

kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta,

keluarga dan anggota masyarakat.

Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra

pembangunan dan pihak-pihak lain yang terlibat lainnya untuk melaksanakan

upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna

menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti

ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis

masyarakat yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses

Page 23: Program Penurunan AKA Dan AKI

23

terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan, dengan

penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

terampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan.

Didalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 – 2010

disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju

Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indoneisa

berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat” (Saifuddin, 2002).

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan AKI

menjadi 125 per 100.000 KH dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000

KH (Saifuddin, 2002). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka

kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002).

Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan

kira – kira 95 % penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering

tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI

untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap

persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan 2) pelayanan obstetri

sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya terobosan yang

cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah

54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997

(Saifuddin, 2001).

Jampersal : Jaminan Persalinan Gratis Untuk Penurunan Angka

Kematian Ibu Dan Bayi

Jaminan persalinan merupakan salah satu program pemerintah untuk

menekan angka kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan bayi seringkali

disebabkan oleh perdarahan, eklamsia (kejang karena tingginya tekanan darah),

infeksi, dan komplikasi selama persalinan dan pada saat nifas. Kematian ibu juga

Page 24: Program Penurunan AKA Dan AKI

24

diakibatkan oleh beberapa faktor resiko keterlambatan (tiga terlambat),

diantaranya :

1. Terlambat dalam mengenali tanda bahaya dalam kehamilan

2. Terlambat saat mengunjungi fasilitas kesehatan pada keadaan emergensi

3. Terlambat dalam memperoleh pelayanan keadaan emergensi

Dari keterlambatan yang ada salah satu pencegahannya adalah melakukan

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko

4 Terlalu, yaitu:

Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%

Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%

Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%

Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada

kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%.

Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga

diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan

Persalinan. Jaminan persalinan ini diharapkan mampu menghilangkan hambatan

finansial bagi seluruh ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan hanya

dengan memenuhi persyaratan berupa buku pemeriksaan kehamilan (Buku KIA

berwarna Pink) serta fotokopi identitas diri (KTP atau identitas lainnya). Program

Jampersal menjamin pembebasan biaya pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas

termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian

Page 25: Program Penurunan AKA Dan AKI

25

Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga keterlambatan yang

nantinya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Dalam penerapan program jampersal ini pemerintah menjalin kerjasama

dengan puskesmas dan puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes

dan Poskesdes,serta instansi kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja

Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota untuk memberikan

pelayanan tingkat pertama. Sedangkan untuk kasus-kasus yang memerlukan

rawatan lanjutan akan diberikan fasilitas perawatan kelas III di RS Pemerintah

dan Swasta yang memilik Perjanjian Kerja sama (PKS) dengan Tim Pengelola

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Program Jampersal ini diharapkan diketahui

oleh masyarakat umum sehingga pemanfaatannya dapat berlangsung secara

maksimal. Namun demikian tidak semua instansi kesehatan baik pemerintah

maupun swasta menerapkan kebijakan program Jampersal. Atau ada beberapa

instansi atau fasilitas kesehatan yang membebaskan biaya pemeriksaan

kehamilan, persalinan, penanganan kegawatdaruratan serta perawatan paska

persalinan namun masih menarik biaya pengobatan, pemakaian kamar pasien,

serta biaya administrasi lainnya. Oleh karena itu masyarakat harus jeli dalam

menyikapi program jampersal ini.

Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)

Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB) merupakan salah satu program di

Kementerian Kesehatan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

di RS melalui 10 Langkah Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan

Paripurna. Melalui program ini telah diadakan penilaian dalam rangka

memperingati Hari Ibu ke 82 pada tanggal 22 Desember 2010 bersama

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)

memberikan beberapa penghargaan diantaranya penghargaan pada Pengelola

Terbaik RSSIB tingkat Propinsi.

Page 26: Program Penurunan AKA Dan AKI

26

RSSIB merupakan Rumah Sakit Pemerintah maupun Swasta, umum

maupun khusus yang telah melaksanakan sepuluh langkah menuju perlindungan

Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna, antara lain :

o Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan

kesehatan Ibu dan Bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan perawatan

metode kanguru (PMK) untuk bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

o Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan

maternal dan neonatal.

o Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada

Bayi Baru Lahir dengan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit ibu – bayi.

o Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK).

o Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk

membantu ibu menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit.

o Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring

rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.

o Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.

o Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan

dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan

reproduksi lainnya.

Dengan ditingkatkannya program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi

diharapkan kepada Rumah Sakit untuk semakin meningkatkan mutu pelayanannya

terutama pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi.

Untuk memantapkan pelaksanaan program RSSIB ini, perlu kerja sama

seluruh pemangku kepentingan di mana pembinaan dan evaluasi perlu dilakukan

terus menerus dan berkesinambungan untuk menjamin program akan dapat terus

berlanjut.Program RSSIB ini bukan hanya milik Kementerian Kesehatan. Untuk

menjamin pelaksanaan program secara berkesinambungan, membutuhkan

keikutsertaan masyarakat dan berbagai lintas program.

Page 27: Program Penurunan AKA Dan AKI

27

Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS)

Program EMAS merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah

Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI

dan AKN di Indonesia sebesar 25%. Untuk mencapai target tersebut, program

EMAS akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian

yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan Sulawesi Selatan, dimana pada tahun pertama akan dilaksanakan pada 10

kabupaten.

Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) adalah

program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dengan USAID selama lima tahun

(2012-2016), dalam rangka mengurangi AKI dan AKB dan diharapkan

menurunkan AKI dan AKB sebanyak 25%.

Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS akan dilakukan

dengan cara:

o Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir

minimal di 150 Rumah Sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas

(PONED)

o Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan

Rumah Sakit

Dalam pelaksanaannya di lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan

pendekatan “Vanguard”, yaitu:

o Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah

cukup kuat agar berjejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten

yang lain, dan

o Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di

daerah

Page 28: Program Penurunan AKA Dan AKI

28

BackLog Fighting(BLF)

BLF adalah pemberian vaksinasi campak untuk meningkatkan cakupan

terhadap anak-anak usia 12-36 bulan yang belum divaksinasi, yang hanya akan

dilakukan bagi anak-anak yang belum divaksinasi sampai usia satu tahun. Untuk

melengkapi imunisasi campak pada anak usia 1 tahun, di Indonesia mulai tahun

2008 telah dilakukan pemberian dosis kedua campak pada anak sekolah. Di

samping itu, dilaksanakan Crash Program Campak yang merupakan kampanye

vaksinasi yang dilakukan untuk mencakup semua anak berusia 6-59 bulan, tanpa

memperhitungkan status vaksinasi anak-anak usia tersebut di kawasan dimaksud,

yaitu di area yang selama 3 tahun berturut-turut tidak dapat mencapai target yang

ditetapkan. Sedangkan cakupan imunisasi campak untuk anak usia 12-23 bulan

hanya akan merupakan sampel pada survei yang dilakukan untuk menilai cakupan

imunisasi campak untuk bayi (<12 bulan) dari program tahun sebelumnya.

Page 29: Program Penurunan AKA Dan AKI

29

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Angka kematian Ibu (AKI) adalah kematian ibu yang terjadi selama masa

kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia

dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau

diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau

incidental (faktor kebetulan). Angka kematian anak (AKA) menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya jumlah

kematian anak-anak dari umur 1 tahun sampai 4 tahun perseribu penduduk.

Secara umum tujuan penurunan AKA/I adalah untuk Menyiapkan

seoptimal mungkin mungkin fisik dan mental dalam upaya menyelamatkan ibu

dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, nifas, sehingga didapat ibu dan

anak/ bayi yang sehat.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian ibu adalah

kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,

kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak

mendukung. Jika ditarik lebih jauh, beberapa perilaku tidak mendukung juga bisa

membawa risiko.Tiga faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia adalah :

1) Faktor medis (langsung dan tidak langsung), 2) Faktor sistem pelayanan

(sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan dan sistem pelayanan

pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak), 3) Faktor ekonomi, sosial

budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya

proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan,

pengarusutamaan gender, dan peran masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak) .

Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF (2001),

menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi

buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi

gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12

Page 30: Program Penurunan AKA Dan AKI

30

bulan pertama hidupnya. AKI dan AKB tidak berkorelasi langsung dengan

kejadiab infeksi atau parasit, kecuali pada beberapa daerah yang endemik malaria.

Menurut para ahli kesehatan masyarakat, derajat kesehatan suatu negara

dilihat dari indikator angka kematian bayi (AKB). Semakin tinggi AKB suatu

negara maka semakin jelek kualitas derajat kesehatan masyarakat di kawasana

tersebut.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia,

Kementerian Kesehatan pada tahun 2001 ini menetapkan lima strategi operasional

yaitu: penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemen program dan

sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan

kemitraan; kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011; penelitian dan

pengembangan inovasi yang terkoordinir. Berdasarkan Profil Kesehatan

Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000

kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000

kelahiran hidup.

Program-program yang bertujuan menurunkan AKA/I adalah Making

Pregnancy Safer (MPS), Jampersal : Jaminan Persalinan Gratis Untuk Penurunan

Angka Kematian Ibu Dan Bayi, Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB),

Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS), BackLog

Fighting(BLF).

B. Saran

Kami menyarankan agar program-program penurunan angka kematian

anak/ibu dipublikasikan dan disosialisasikan secara berkesinambungan.Sehingga

lebih banyak masyarakat yang mengetahui tentang program tersebut.

Page 31: Program Penurunan AKA Dan AKI

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kesehatan Ibu : Peluncuran Program “EMAS” (Online),

(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/371 , diakses 27 Maret

2012)

Anonim. 2010. Pusat Informasi Penyakit Infeksi : Tingkatkan Program Rumah

Sakit Sayang Ibu dan Bayi (Online),

(http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=5010, diakses 27 Maret

2012)

HP, Catur. 2012. Namaanakbayi: Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak

Masih Tinggi Di Indonesia (Online),( http://namanakbayi.com/angka-

kematian-ibu-dan-angka-kematian-bayi-di-indonesia-masih-tinggi/,

diakses 27 Maret 2012 ).

Opini. 2011. Kompasiana : Angka Kematian Ibu Indonesia Tertinggi di Asean

(Online), (http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/12/17/angka-

kematian-ibu-indonesia-tertinggi-di-asean/, diakses 27 Maret 2012)

Puskesmas. 2011. Wadah aspirasi dan komunikasi Kepala Puskesmas Kabupaten

Banjar : LIMA STRATEGI MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

(Online),(http://fkkpkabbanjar.wordpress.com/2011/02/06/lima-strategi-

operasional-menurunkan-angka-kematian-ibu/, diakses 27 Maret 2012).

Sackarpu. SacKarpu : Survey AKI dan AKB di Indonesia.(Online),

(http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/survey-aki-dan-akb-di-

indonesia.html, diakses 27 Maret 2012)