program pendidikan magister psikologi profesi …eprints.ums.ac.id/48100/21/naskah publikasi.pdf ·...

18
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNCULAN GANGGUAN DEPRESI PADA PENDERITA CEDERA TULANG BELAKANG DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Psikologi Profesi Minat Utama Bidang Psikologi Klinis Oleh : Untari Retno Wulan, S.Psi. T 100120015 PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: vukien

Post on 16-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNCULAN

GANGGUAN DEPRESI PADA PENDERITA CEDERA TULANG

BELAKANG DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R.

SOEHARSO SURAKARTA

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Psikologi Profesi

Minat Utama Bidang Psikologi Klinis

Oleh :

Untari Retno Wulan, S.Psi.

T 100120015

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

i

Page 3: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

ii

Page 4: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

iii

Page 5: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNCULAN

GANGGUAN DEPRESI PADA PENDERITA CEDERA TULANG

BELAKANG DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R.

SOEHARSO SURAKARTA

Abstrak. Depresi merupakan konsekuensi umum dari cedera tulang belakang

dengan berbagai faktor yang menjadi penyebab. Penelitian ini bertujuan untuk :

(1) menemukan faktor yang mempengaruhi kemunculan depresi pada penderita

cedera tulang belakang, (2) memahami dinamika psikologis kemunculan depresi

pada penderita cedera tulang belakang, (3) menyusun sebuah program sebagai

upaya pencegahan terjadinya depresi pada penderita cedera tulang belakang.

Informan penelitian berjumlah empat yaitu penderita cedera tulang belakang

sebagai informan utama, yang memenuhi kategori depresi berat, sedang, ringan

dan tidak depresi, serta empat caregiver sebagai informan pendukung.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan BDI (Beck Depression

Inventory), wawancara mendalam dan observasi. Ada atau tidaknya depresi

berkaitan dengan proses penyembuhan yang dilakukan. Hasil penelitian

menunjukkan faktor internal dari ranah biologis terkait fisik yang mengalami

gangguan; psikologis terkait kepribadian introvert dan pikiran-pikiran negatif

yang muncul; ranah spiritual terkait timbul kesadaran untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT disertai penyesalan karena ketidaktaatan selama ini; faktor

eksternal dari ranah sosial terkait hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang

terganggu dapat memicu kemunculan depresi pada penderita cedera tulang

belakang. Penanganan perlu dilakukan secara menyeluruh baik dari aspek

biologis, psikologis, sosial dan spiritual (biopsikososial spiritual) yang

terimplikasi dalam intervensi holistik.

Kata kunci : faktor, depresi, cedera tulang belakang

Abstract. Depression is a general consequence that sustained by patients who

suffered from spinal cord injury through many factors triggering the emergence.

The aim of this research are: (1) finding the factor that affecting the emerge of

depression in patients with spinal cord injury, (2) understanding the psychological

dynamics of the emergence of depression in patients with spinal cord injury (3)

composing a program as a prevention of depression in patients with spinal cord

injury. The research informant consists of four spinal cord injury patients as main

informant who categorize as severe depression, moderate, mild, and not

depression, also four caregiver as a proponent informant. The data collection is

done by using BDI (Beck Depression Inventory), deep interview and observation.

The presence or absence of depression associated with the healing process is

done. The result shows internal factor of the biological realm associated physical

disorder; psychologically related to introverted personality and arise of negative

thoughts; spiritual realm emerging awareness to draw closer to Allah SWT with

remorse for disobedience during the time; external factors of the social aspects

related to the relationship with the families and communities who disturbed may

trigger the emergence of depression in patients with spinal cord injury. Treatment

Page 6: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

2

needs to do thoroughly well from biological, psychological, social and spiritual

(biopsychosocial spiritual) implied in holistic interventions.

Keywords: factor, depression, spinal cord injury.

1. PENDAHULUAN

Cedera sering dialami manusia, salah satunya adalah cedera tulang

belakang. Arango, Ketchem, Strakweather, Nicholas dan Wilk (2011)

menyebutkan di Amerika Serikat, sekitar 262.000 orang hidup dengan cedera

tulang belakang. Berdasarkan data rekam medik di RS. Orthopedi Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta (Khaerani, 2014), bulan Januari 2011-Juni 2012 terdapat 168

orang pasien dan pada periode Januari 2014-Desember 2014 sebanyak 194 pasien

dengan diagnosis cedera tulang belakang yang disebabkan karena trauma dan

penyakit infeksi menjalani perawatan dan terapi di Instalasi Rawat Jalan dan

Instalasi Rawat Inap.

Cedera tulang belakang lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan. Lebih dari 80% di antara penderita cedera tulang belakang adalah

laki-laki usia sekitar 40 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh mobilisasi atau aktivitas

yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki seperti olahraga, pekerjaan atau luka

yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (Apley dan Solomon, 2005;

McDonald dan Sadowsky, 2002). Cedera tulang belakang adalah kerusakan pada

tulang belakang baik langsung karena kecelakaan ataupun jatuh, maupun tidak

langsung dikarenakan infeksi bakteri atau virus, yang dapat menyebabkan

kecacatan menetap atau kematian (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia,

2006).

Cedera tulang belakang menyebabkan berbagai dampak pada diri individu.

Dampak dari gangguan fisik yaitu penderita akan kehilangan fungsi motorik dan

sensorik di bawah area yang rusak, kehilangan kekuatan, menjadi lemah dan layu,

kehilangan kemampuan mengendalikan buang air kecil dan buang air besar

(Khaerani, 2014), gangguan terkait seksualitas (Daryani, Mawardi dan Supardi,

2006; Arango, dkk., 2011), hingga terjadinya kelumpuhan dan cacat menetap

(Arango, dkk., 2011). Dampak psikologis yang dialami berupa konsep diri negatif

Page 7: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

3

(Daryani, dkk., 2006), pengingkaran, kecemasan dan depresi (Taylor, yang

dikutip dalam Khaerani, 2014). Dampak lain yaitu adanya kesulitan dalam

bersosialisasi dan bekerja (Craig, Tran dan Middleton, 2009). Namun demikian,

dalam hal religiusitas hubungan individu akan menjadi lebih dekat dengan Allah,

yakin dan percaya kepada Allah serta tetap berikhtiar dan bertawakal (Irbathy dan

Mulyati, 2008).

Kecacatan yang dialami akan menimbulkan munculnya masalah psikologis

berupa perasaan depresi, trauma, marah, shock, tidak dapat menerima kondisinya

dan adanya keinginan bunuh diri (Senra, Oliveira, Leaf dan Vieira, 2011).

Orenczuk, Mehta, Slivinski dan Teasell (2014) menyebutkan depresi merupakan

konsekuensi umum dari cedera tulang belakang. Shin, Goo, Yu, Kim dan Yoon

(2012) menyatakan pada enam bulan pertama, sebanyak 63,9% pasien cedera

tulang belakang mengalami depresi berat. Lebih lanjut dijelaskan oleh Krause,

Kemp dan Coker (2000) bahwa individu dengan cedera tulang belakang bila

dibandingkan dengan sampel individu non-cacat akan mengalami peningkatan

gangguan depresi 4 kali lipat.

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan

(affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan

gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari,

2006). Depresi biasanya ditandai dengan munculnya berbagai simptom yaitu (a)

perubahan suasana hati yang spesifik, seperti kesedihan, merasa sendiri dan

apatis, (b) konsep diri yang negatif diikuti dengan menyalahkan diri dan mencela

diri sendiri, (c) keinginan regresif dan menghukum diri sendiri, keinginan untuk

menghindar, bersembunyi dan keinginan untuk mati, (d) perubahan-perubahan

vegetatif seperti anoreksi, insomnia dan kehilangan nafsu makan, dan (e)

Perubahan dalam tingkat aktivitas seperti retardasi dan agitasi (Beck, 1985).

Saunders, Krause dan Focht (2012) depresi cukup konsisten dari waktu

ke waktu pada orang dengan cedera tulang belakang, namun demikian menurut

Kennedy dan Rogers (2000) tingkat depresi dapat berubah dari waktu ke waktu

sejak cedera. Terjadinya depresi ini dikarenakan berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Menurut pandangan biopsikososial munculnya suatu

Page 8: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

4

gangguan dikarenakan adanya interaksi dari ranah biologis berupa gambaran fisik

dan status kesehatan; ranah psikologis terkait cara berpikir, emosi dan

kepribadian; ranah sosial terkait status sosial ekonomi, interaksi dan peran diri

dalam lingkungan; dan ranah spiritual berupa nilai yang menjadi pedoman hidup

(Nevid, dkk., 2005; Mayangsari, 2015). Berbagai faktor yang mempengaruhi dan

kondisi yang berlangsung terus menerus ini, memicu munculnya pemikiran-

pemikiran negatif yang dapat menimbulkan distorsi kognitif yang selanjutnya

termanifestasi dalam emosi yang negatif serta perubahan perilaku (Beck, yang

dikutip dalam Nevid, dkk., 2005).

Demikian juga yang terjadi pada pasien penderita cedera tulang belakang

di RS. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Cedera tulang belakang yang

dialami membuat kecacatan pada diri pasien, baik berupa melemah atau tidak

berfungsinya otot pada anggota tubuh sehingga tidak dapat melakukan aktivitas

secara mandiri. Selain itu mereka mengalami masalah dalam fungsi organ

fisiknya, masalah ekonomi karena tidak dapat bekerja sehingga tidak memiliki

pemasukan, masalah dalam bersosialisasi karena kondisinya saat ini akan

membuatnya terhambat untuk berinteraksi keluar rumah, bahkan dalam

menjalankan ibadah. Hal tersebut memicu munculnya pemikiran bahwa dirinya

tidak berguna, tidak akan ada kesembuhan dan tidak dapat memenuhi kewajiban-

kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi

yang negatif juga yaitu sedih, menangis, cemas, takut dan perasaan bersalah. Hal

ini berakibat pada ketakutan pasien untuk bergerak, merasa nyeri terus menerus

dan kurang bersemangat.

Kemp, Kahan, Krause, Adkins dan Nava (2004) mencatat bahwa depresi

konsekuensi penting dari cedera tulang belakang, namun demikian tidak semua

orang yang cedera tulang belakang menjadi depresi. Sebagai contoh, dalam

penelitian Balai yang dikutip Orenczuk, dkk. (2014) sebanyak 82 sampel orang

dengan cedera tulang belakang melaporkan harga diri mereka dan kualitas hidup

menjadi tinggi sebesar 95% karena mereka merasa senang masih dapat hidup.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa orang dengan cedera tulang belakang dapat

mengalami depresi ataupun tidak. Jika depresi tidak bisa dihindari setelah cedera

Page 9: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

5

tulang belakang, maka perlu dicatat bahwa depresi berhubungan dengan faktor-

faktor yang dapat dimodifikasi yang berperan dalam perkembangannya dan

pemeliharaan (Kemp, dkk., 2004). Tingkat keparahan depresi dan sifat kronis dari

cedera dapat melemahkan fungsi biopsikososial dan penurunan kesempatan hidup

(Hough, 2014). Hal ini perlu mendapatkan perhatian dikarenakan ada atau tidak

adanya depresi pada penderita cedera tulang belakang, dapat menjadi faktor

penting dalam proses pemulihan (Arango, dkk., 2011). Oleh karena itu perlu

adanya penanganan terhadap depresi pada penderita cedera tulang belakang.

Smith, Weaver dan Ullrich (2007) menyatakan perlu peran aktif dalam

penanganan dan pengobatan depresi pada penderita cedera tulang belakang.

Berdasarkan penjelasana di atas, kompleksnya permasalahan yang dialami

oleh penderita setelah mengalami cedera tulang belakang karena faktor-faktor

yang berkontribusi di dalamnya membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

faktor apa saja yang memicu munculnya depresi tersebut, bagaimana dinamika

terjadinya dan apa rekomendasi pogram yang tepat. Untuk mengetahuinya,

peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi dengan asumsi bahwa setiap

individu secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka dengan

memberikan makna terhadap apa yang mereka lihat dan alami. Hasil yang

didapatkan dari penelitian ini akan digunakan untuk menyusun sebuah program

yang tepat sebagai upaya pencegahan kemunculan depresi pada cedera tulang

belakang.

2. METODE

Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena

mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai

pengalaman hidup terkait dengan konsep atau suatu fenomena. Penentuan

informan menggunakan purposive sampling dengan teknik insidental melalui tiga

tahap yaitu screening berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, screening BDI,

dan kesediaan menjadi informan. Informan penelitian sebanyak empat informan

utama berjenis kelamin laki-laki, yang merupakan penderita cedera tulang

belakang yang menjalani rawat inap di Bangsal Parangseling Rumah Sakit

Page 10: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

6

Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Selain itu ada empat informan

pendukung yang merupakan istri pasien yang bertindak sebagai caregiver.

Informan utama memenuhi kriteria depresi yaitu depresi berat, sedang, ringan dan

normal atau tidak depresi. Pengukuran tingkat depresi menggunakan Beck

Depression Inverntory (BDI) yang diadaptasi oleh Saleh Achmad (1988).

Pengukuran dilakukan sekali pada saat tahap penentuan informan.

Pengambilan data dilakukan menggunakan wawancara semi terstruktur

dengan menggali informasi berupa riwayat cedera, dampak yang dialami, faktor

internal dan eksternal yang memicu munculnya depresi. Proses pengambilan data

wawancara dilakukan 2-3 kali kepada subjek dan juga kepada caregiver.

Pengambilan data dilakukan setelah subjek keluar dari rawat inap. Tempat

pengambilan data wawancara adalah rumah subjek yang terletak di Penggung dan

Ampel Kabupaten Boyolali, serta di Banmati dan Bendosari Kabupaten

Sukoharjo. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi

kepada subjek dengan panduan guide observasi meliputi aspek fisik, ekspresi

wajah, aspek perilaku, aspek kognitif dan aspek emosional.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data wawancara mendalam terhadap 4 pasien cedera tulang

belakang, dapat disimpulkan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi kemunculan

depresi, yakni faktor internal dari ranah biologis, psikologis dan spiritual serta

faktor eksternal dari ranah sosial.

Secara biologis, cedera yang dialami mengakibatkan fisiknya mengalami

sakit berupa kecacatan baik itu kelemahan ataupun kelumpuhan pada anggota

gerak tubuh. Sehingga tidak dapat bergerak, berjalan, beraktivitas dan merasakan

nyeri secara terus menerus. Berbulan-bulan setelah mengalami sakit, tidak ada

perubahan yang berarti. Lailil (2012) mengungkapkan semakin berat cedera dan

semakin lama waktu cedera, menyebabkan seseorang mengalami kerentanan

terhadap depresi, hal ini dikarenakan mereka dipaksa dalam posisi dimana tidak

berdaya atau karena energi yang mereka perlukan untuk melawan depresi sudah

habis untuk penyakit jangka panjang.

Page 11: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

7

Kondisi ini berdampak pada psikologis subjek, yang menjadi pesimis

mengenai kesembuhan dan masa depannya. Subjek menjadi tidak bersemangat

untuk sembuh dan mengalami perbahan perilaku seperti mudah menangis dan

mudah marah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Beck yang dikutip dalam

Nelson-Jones (2011), depresi dipicu adanya pola kognitif negatif yang

menghasilkan berbagai gejala motivasional dan perilaku. Hal ini diperparah

dengan sikap subjek yang tidak mau terbuka mengenai apa yang dipikirkan dan

dirasakannya, sehingga tidak membagi apa yang dirasakannya kepada orang lain

(Kusumanto, 1999; Nurmiati, 2005).

Selain itu, secara sosial hubungan subjek dengan keluarga besar atau teman

juga mengalami masalah. Subjek merasa kehilangan dan kesepian karena dijauhi

dan tidak diperhatikan. Disisi lain subjek yang tidak dapat bekerja menimbulkan

masalah dalam perekonomian keluarga. Tidak ada pemasukan karena hanya

subjek yang menjadi tulang punggung keluarga. Wade dan Tavris (2007) juga

menyatakan berbagai faktor berkontribusi dalam menyebabkan depresi antara lain

peristiwa hidup (dimana adanya masalah-masalah dengan pekerjaan dan anggota

keluarga, kemiskinan, diskriminasi dan kekerasan seksual) serta kehilangan

hubungan yang bermakna (memiliki riwayat perpisahan dan kehilangan baik pada

masa lalu, maupun pada masa sekarang, insecure attachment dan penolakan oleh

orang tua atau teman).

Namun demikian, ada sisi positif yang dialami subjek dari kondisinya saat

ini. Meskipun ada penyesalan dalam diri subjek karena selama ini telah

melalaikan kewajibannya dalam menjalankan perintah Allah SWT, namun saat ini

subjek berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Azis (2011) bahwa seringkali musibah yang sangat serius dapat

mengguncangkan seseorang memunculkan kesadaran, khususnya kesadaran

beragama.

Keempat subjek mengalami cedera tulang belakang, namun demikian

masing-masing memiliki perbedaan tingkat depresi. Berbagai faktor tersebut

diinterpretasi secara berbeda-beda oleh masing-masing subjek sehingga memiliki

Page 12: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

8

dampak yang berbeda terkait depresi yang dialami. Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Subjek pertama, memiliki tingkat cedera tulang belakang paling berat. Hal

ini dapat dilihat dari kondisi fisiknya, ia mengalami tetraparesis yang

membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuhnya dari leher hingga kaki dan juga

pada kedua tangannya. Setiap hari ia hanya dapat berbaring di tempat tidur karena

untuk duduk pun sangat sulit baginya. Ia tidak dapat melakukan aktivitas bantu

diri seperti makan, minum, mandi, berpakaian bahkan menggaruk gatal di

wajahnya. Semua aktivitas termasuk BAB dan BAK dilakukan di atas tempat

tidur dengan bantuan istri. Kondisi ini sudah berlangsung delapan bulan. Kondisi

perekonomian keluarga semakin kacau karena tidak ada yang mencari nafkah,

anak bungsunya masih membutuhkan biaya untuk sekolah, keluarganya terpaksa

menjual barang-barang milik mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Subjek

merasa bersalah dengan kondisinya ini namun hanya memendamnya karena ia

tidak suka bercerita pada orang lain. Subjek berusaha mendekatkan diri pada

Allah SWT, namun disisi lain ia merasakan penyesalan yang mendalam karena

menyadari selama ini tidak taat pada perintahNya. Subjek menjadi mudah marah

terutama marah kepada diri sendiri, sedih, menangis, jengkel dan kecewa. Akibat

dari hal ini, subjek terlihat murung, nafsu makan berkurang, sulit tidur, ia

mengalami depresi berat.

Subjek kedua, mengalami paraplegia spastik yaitu kelumpuhan dari

pinggang hingga kaki disertai kekakuan. Spastik ini sangat menyiksa subjek

karena saat muncul ia merasa sangat kesakitan. Semua aktivitas dibantu oleh istri,

namun subjek dapat duduk di kursi roda. Jika spastik tidak kumat, subjek dapat

berjalan-jalan dengan anaknya di sekitar rumah menggunakan kursi roda. Anak

subjek belum dapat bersekolah karena tidak memiliki biaya, tidak ada pemasukan

karena subjek merupakan tulang punggung keluarga. Ia merasa bersalah dengan

kondisinya ini, selain itu subjek juga dijauhi oleh keluarga besarnya. Awalnya

subjek menyalahkan Allah SWT atas sakitnya, namun setelah menyadari

kekeliruannya ia ingin mendekatkan diri kepada Allah tetapi merasa kebingungan

bagaimana beribadah dengan kondisinya saat ini. Hal ini memicu munculnya rasa

Page 13: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

9

kecewa, sedih, dan subjek menjadi mudah menangis. Akibatnya nafsu makan

berkurang, sulit tidur, ada keinginan bunuh diri. Subjek mengalami depresi

sedang.

Subjek ketiga, mengalami paraplegia, yaitu kelumpuhan dari pinggang

hingga kaki. Ia belum dapat duduk di kursi roda karena saat ini ada luka di

punggung belakang. Meskipun belum dapat bekerja lagi, namun istri subjek dan

anak pertamanya masih dapat memenuhi perekonomian keluarga. Subjek hanya

merasa sedih karena ia belum dapat berjalan lagi dan teman-temannya jarang

berkumpul di rumahnya seperti dulu. Selain itu muncul penyesalan karena selama

ini ia tidak taat beribadah, sehingga ingin segera dapat memperbaiki diri. Subjek

juga merasa kesal karena lukanya tidak sembuh-sembuh, ia merasa kepanasan dan

nyeri. Ia menjadi malas berlatih duduk, merasa pesimis akan kesembuhannya.

Subjek mengalami depresi ringan.

Berbeda pada subjek keempat. Ia sudah dapat berjalan dengan

menggunakan walker. Meskipun perhatian keluarga sangat sedikit namun subjek

tidak kaget dengan hal ini. Ia dan istrinya sudah memiliki masalah sejak awal

menikah. Subjek selalu menjaga sholatnya, sehingga ia merasa sakitnya ini adalah

ujian untuknya. Ia tidak mengeluh ataupun sedih. Subjek saat ini terlihat ceria,

dan antusias untuk berlatih berjalan. Ia tidak mengalami depresi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan dinamika psikologis secara

umum yang terjadi adalah sebagai berikut :

Keempat subjek berjenis kelamin laki-laki dan saat ini mengalami cedera

tulang belakang. Laki-laki lebih rentan mengalami cedera dikarenakan aktivitas

atau mobilisasi yang lebih tinggi baik karen aktivitas olahraga, pekerjaan maupun

luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor (Apley dan Solomon, 2005).

Selain itu pada usia dewasa ini seharusnya tugas perkembangan yang dilakukan

adalah mendidik anak-anak remaja menjadi orang dewasa yang

bertanggungjawab, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan

dalam karir/pekerjaan serta mencapai tanggungjawab sosial (Santrock, 2002).

Subjek yang merupakan kepala keluarga tidak lagi dapat memenuhi

kewajibannya dan bertanggungjawab terhadap keluarga baik dalam pemenuhan

Page 14: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

10

kebutuhan maupun mendidik anak. Hal ini memicu munculnya berbagai pikiran

negatif antara lain : 1) pesimis mengenai kemungkinan kesembuhan dan masa

depan keluarganya, 2) sakit sebagai bentuk hukuman dari Allah SWT karena

ketidaktaatannya dalam beribadah, 3) menjadi beban keluarga, 4) belum menjadi

orang yang baik dan belum dapat membahagiakan keluarga, dan 5) persepsi

kehilangan perannya terkait hubungan dalam keluarga besar, pertemanan dan

masyarakat meskipun masyarakat tetap memperlakukannya dengan baik. Kondisi

tersebut memicu munculnya emosi negatif pada diri subjek, seperti sedih, sering

menangis, mudah marah, merasa kecewa dan jengkel, serta merasa bersalah

kepada keluarganya. Dampak dari emosi negatif yang terus menerus dirasakan

menyebabkan subjek terlihat murung, sulit tidur, tidak memiliki selera untuk

makan, malas untuk latihan duduk sesuai anjuran dokter, menyalahkan hingga

memaki Allah SWT atas kondisinya sekarang, serta munculya keinginan bunuh

diri.

Beck (Beck, 1976; Beck, 1979 yang dikutip dalam Nevid, dkk., 2005)

berpendapat bahwa adanya gangguan depresi adalah akibat dari cara berpikir

seseorang terhadap dirinya. Penderita depresi cenderung menyalahkan diri sendiri.

Hal ini disebabkan karena adanya distorsi kognitif terhadap diri dan masa depan,

sehingga dalam mengevaluasi diri dan menginterpretasi hal-hal yang terjadi

mereka cenderung mengambil kesimpulan yang tidak cukup dan berpandangan

negatif. Cognitif triad merupakan tiga serangkai pola kognitif yang membuat

individu memandang diri secara negatif, menginterpretasi pengalaman secara

negatif dan memandang masa depan secara negatif. Pola-pola kognitif ini

menghasilkan berbagai gejala motivasional, perilaku dan fisik.

Berbeda dengan subjek yang tidak depresi. Secara fisik cedera yang

dialaminya lebih ringan dibandingkan ketiga subjek yang depresi. Ia hanya

mengalami kelemahan otot pada kaki, sehingga setelah 2,5 bulan cedera ia sudah

dapat berjalan meskipun dengan menggunakan alat bantu. Hal ini membuat subjek

memiliki pikiran yang lebih optimis akan kesembuhannya. Subjek berpikir bahwa

sakitnya adalah ujian dari Allah SWT yang harus dijalaninya. Kondisi di atas

memunculkan emosi yang positif pada diri subjek, terlihat ceria, selalu tersenyum

Page 15: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

11

dan sangat bersemangat. Subjek setiap waktu berlatih jalan di dalam rumah, ia

juga mengambil makanan dan pergi ke kamar mandi sendiri. Ia tetap melakukan

sholat lima waktu dan juga sholat tahajud disesuaikan dengan kemampuannya

sekarang. Subjek juga sering dikunjungi tetangga dan teman di tempatnya bekerja

juga dikunjungi atasannya. Meskipun demikian subjek merasa sedikit sedih

karena istri dan anak-anaknya kurang memperhatikannya, namun hal ini bukan

hal yang membuat subjek kaget karena hubungan subjek dan istrinya memang

tidak harmonis dari awal menikah. Kondisi tersebut juga bukan penghalang bagi

subjek untuk tetap berlatih berjalan, ia bersemangat selain karena ingin segera

berjalan tanpa alat bantu juga karena tahu bahwa ia tidak memiliki orang yang

dapat diandalkan saat sakit.

Berbagai faktor melatarbelakangi kemunculan depresi pada subjek, baik dari

kondisi fisiknya yang sakit, munculnya pemikiran-pemikiran negatif, interaksi

sosial yang terganggu serta keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

namun kondisinya yang dianggap tidak memungkinkan untuk menjalankan

ibadah. Untuk itu perlu upaya mencegah timbulnya depresi maka perlu dibuat

sebuah program sebagai upaya preventif dan kuratif. Berdasarkan penelitian yang

sudah dilakukan, maka perlu adanya intervensi secara menyeluruh dari sisi

biologis, psikologis, sosial dan spiritual untuk subjek. Program intervensinya

adalah intervensi holistik untuk pasien cedera tulang belakang dengan gejala

depresi.

Program intervensi holistik ini melibatkan berbagai ahli seperti

dokter/apoteker, fisioterapis, psikolog dan ustadz yang akan memandu jalannya

proses terapi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pelaksanaan terapi holistik

ini dilakukan secara klasikal dengan setting informal setiap seminggu sekali.

Peserta merupakan penderita cedera tulang belakang yang sudah keluar dari rawat

inap dan juga caregiver. Namun demikian jika ada penderita cedera tulang

belakang dengan kasus khusus seperti depresi berat akan dirujuk kepada psikolog

untuk mendapatkan penanganan secara individu.

Page 16: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

12

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan depresi pada penderita

cedera tulang belakang ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari

empat ranah yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Faktor internal yaitu

biologis berupa fisik yang tidak dapat beraktivitas dan sering merasakan nyeri;

psikologis berupa pemikiran yang pesimis tentang kesembuhan, masa depan

keluarga dan memandang dirinya secara negatif serta ketidak terbukaan mengenai

apa yang dirasakan dan dipikirkan pada orang lain. Spiritual berupa adanya

penyesalan karena tidak dekat dengan TuhanNya, namun dengan peristiwa ini

muncullah kesadaran dalam memperbaiki diri. Sedangkan faktor eksternal dari

sosial adalah peristiwa hidup menekan; kondisi yang menimbulkan stres,

kehilangan hubungan yang bermakna. Untuk itu perlu adanya penanganan secara

menyeluruh berdasarkan biopsikososial spiritual yaitu dari segi biologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Penanganan ini terimplikasi dalam program

intervensi holistik untuk pencegahan depresi pada penderita cedera tulang

belakang.

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. G., dan Solomon, L. (2005). Ortopedi Fraktur Sistem Apley. Edisi 7.

Jakarta : EGC.

Arango, L. J. C., Ketchem, J. M., Starkweather, A., Nicholis, E., dan Wilk, A. R.

(2011). Factors Predicting Depression Among Persons with Spinal Cord

Injury 1 to 5 Years Post Injury. NeuroRehabilitation. 29(1),9-21. doi :

10.3233/NRE-2011-0672.

Aziz, Rahmat. (2011). Pengalaman Spiritual dan Kebahagiaan Pada Guru Agama

Sekolah Dasar. Proyeksi. Vol. 6 (2), 1-11.

Beck, A. T. (1985). Causes and Treatment. Philadelphia : University of

Pennsylvania Press.

Craig, A., Tran, Y., dan Middleton, J. (2009). Psychological Morbidity and Spinal

Cord Injury: A systematic Review. Spinal Cord. 47(2),108-114. doi :

10.1038/sc.2008.115.

Daryani, Mawardi dan Supardi. (2006). Gambaran Konsep Diri pada Pasien yang

Mengalami Cedera Tulang Belakang di Bangsal Dahlia Rumah Sakit

Page 17: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

13

Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Motorik : Jurnal Ilmu

Kesehatan Vol.1, No.2, Agustus 2006.

Hawari, D. (2006). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Edisi ke-2. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Hough, Sigmund. (2014). Depression After Spinal Cord Injury and Medication:

The Journey Continues. The Journal of Spinal Cord Medicine. doi:

10.1179/2045772314Y.0000000207.

Irbathy, S. A. dan Mulyati, R. (2008). Resiliensi pada Penderita Kerusakan

Tulang Belakang Akibat Bencana Gempa Bumi. Naskah Publikasi.

Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakutas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia.

Kemp, B. J., Kahan, J. S., Krause, J. S., Adkins, R. H., dan Nava, G. (2004).

Treatment of Major Depression in Individuals with Spinal Cord Injury. The

Journal of Spinal Cord Medicine. 27,22-8.

Kennedy, P., dan Rogers, B. A. (2000). Anxiety and depression after spinal cord

injury: A longitudinal analysis. Archives of Physical Medicine and

Rehabiltiation. 81(7),932–937. doi : 10.1053/apmr.2000.5580.

Krause, J. S., Kemp, B., dan Coker, J. (2000). Depression After Spinal Cord

Injury: Relation to Gender, Ethnicity, Aging, and Socioeconomic Indicators.

Archives of Physical Medicine and Rehabiltiation. 81,1099-109. doi :

10.1053/apmr.2000.7167.

Khaerani, A. C. (2014). Peran Persepsi Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap

Kesejahteraan Psikologis Pasien Paraplegia. Tesis. Tidak diterbitkan.

Yogyakarta : Magister Sains Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kusumanto. (1999). Depresi Beberapa Pandangan Teori Dan Implikasi Praktek

Dibidang Kesehatan Jiwa. Jakarta: Yayasan Dharma Graha.

Lailil, M. N. (2012). Hubungan antara Konsep Diri dengan Depresi pada Santri

yang Menjadi Pengurus Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Putri

Al-Lathifiyyah I Tambak Beras Jombang). Skripsi. Tidak diterbitkan.

Malang : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang.

McDonald, J. W. dan Sadowsky, C. (2002). Spinal-Cord Injury. Lancet.

2;359(9304),417-25. doi : 10.1016/S0140-6736(02)07603-1.

Nelson-Jones, R. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Edisi ke

Empat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nevid, J. S; Rathus, S. A dan Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta :

Erlangga.

Nurmiati, Amir. (2005). Depresi: Aspek neurobiologi, diagnosis dan tatalaksana.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page 18: PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI …eprints.ums.ac.id/48100/21/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kewajiban dalam keluarga. Pemikiran negatif dialami menimbulkan respon emosi Pemikiran

14

Orenczuk, S., Mehta, S., Slivinski, J., dan Teasell, R. (2014). Depression

Following Spinal Cord Injury. Spinal Cord Injury Rehabilitation Evidence

(SCIRE). www.scireproject.com.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). (2006). Konsensus

Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. PERDOSSI.

Jakarta : 19-22.

Santrock, J. W. (2002). Life - Span Develompment (Perkembangan Sepanjang

Hidup). Jilid I, Jakarta : Erlangga.

Saunders, L. L., Krause J. S., dan Focht, K. L. (2012). A longitudinal Study of

Depression in Survivors of Spinal Cord Injury. Spinal Cord.

doi:10.1038/sc.2011.83.

Senra, H., Oliveira, R. A., Leaf, I. &Vieira, C. (2011). Beyond The Body Image:

A Qualitative Study on How Adults Experience Lower Limb Amputation.

Clinical Rehabilitation. 26(2) 180–191. doi : 10.1177/0269215511410731.

Shin, J. C., Hae Rin Goo, Su Jin Yu, Dae Hyun Kim, dan Seo Yeon Yoon. (2012).

Depression and Quality of Life in Patients Within the First 6 Months after

the Spinal Cord Injury. Annals of Rehabilitation Medicine. 36(1),119-125.

doi : 10.5535/arm.2012.36.1.119.

Smith, B. M., Weaver, F. M., dan Ullrich, P.,M. (2007). Prevalence of Depression

Diagnoses and Use of Antidepressant Medications by Veterans With Spinal

Cord Injury. American Journal of Physical Medicine Rehabilitation. 86,62-

71.

Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.