program investigasi lingkungan independen jawa...

52
i PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA TIMUR 2020 Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah Dan Pengelolaan Sampah Di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo Mohammad Basori 1 , Charis Dwi Pamungkas 1 , Fajar Seto Mukti 1 , Julia Ekawati 1 , Tonis Afrianto 2 1 Universitas Islam Negeri Surabaya 2 Ecological Observation And Wetlands Conservation (ECOTON)

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

i

PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN

JAWA TIMUR 2020

Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah Dan Pengelolaan Sampah

Di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Mohammad Basori1, Charis Dwi Pamungkas

1, Fajar Seto Mukti

1, Julia Ekawati

1, Tonis Afrianto

2

1 Universitas Islam Negeri Surabaya

2 Ecological Observation And Wetlands Conservation (ECOTON)

Page 2: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,

kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat kepada

kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjuudul “persepsi

masyarakat terhadap sampah dan pengelolahan sampah desa penambangan”

Karya ini dibuat untuk memenuhi tugas magang yang dibimbing oleh ibu

suhartini. Harapan kami adalah semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta

wawasan yang lebih luas bagi pembaca.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari

segi susunan kalimat maupun atas batasannya. Oleh karena itu kami mengharapkan

saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 31 januari 2020

Tim penulis

Page 3: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 Sampah...........................................................................................................3

2.2 Pengelolahan sampah.....................................................................................6

2.3 Teori Struktur fungsional – Robert K Merton... ...........................................8

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................11

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................11

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................11

3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................11

3.4 Pengumpulan Data.......................................................................................12

3.5 Teknik Analisis Data...................................................................................13

3.6 Pengujian Hipotesis.....................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................15

4.1 Deskripsi Data.............................................................................................15

4.2 Hasil Penelitian............................................................................................16

BAB V PENUTUP........................................................................................................43

5.1 Kesimpulan..................................................................................................43

5.2 Kritik dan Saran...........................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

LAMPIRAN..................................................................................................................

Page 4: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sampah merupakan suatu hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.

Dalam undang-undang no 18 tahun 2008 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa sampah

adalah sisa keperluan rumah tangga yang sudah tidak digunakan lagi oleh manusia.

Sampah yang dihasilkan setiap hari sebagian besar berasal dari rumah tangga, baik

sampah organic dan non organic. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,

kegiatan ekonomi dan perluasan daerah pemukiman mengakibatkan bertambah pula

jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk. Sampah tersebut akan menjadi

masalah besar apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Tanpa pengelolaan

secara baik dan benar, maka sampah dapat mengakibatkan banjir, meningkatkan

pemanasan iklim, menimbulkan bau busuk, mengganggu keindahan, memperburuk

sanitasi lingkungan, bahkan bisa meningkatkan ancaman berbagai macam penyakit.

Pengelolaan sampah harus dilakukan secara tepat agar sampah yang dihasilkan

tidak menjadi beban bumi dan menyebabkan degradasi lingkungan. Apalagi desa

penambangan, kabupaten sidoarjo rata-rata penduduknya bertempat tinggal

dibantaran sungai. Penanganan persoalan kebiasaan membuang sampah ke sungai

dan membakar sampah juga perlu dimulai. Upaya mengubah kebiasaan dan

kemandirian masyarakat mengelola sampah memerlukan dukungan banyak pihak.

Baik melalui penguatan kelembagaan, pemerintah, pengadaan fasilitas kebersih an

dan pengolahan sampah/limbah hingga dukungan kebijakan pemerintah (UU No.18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah).

Kegiatan pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk menciptakan

kelestarian, kebersihan, dan keindahan lingkungan yang berkelanjutan sehingga

diperlukan upaya pengendalian operasional agar sampah lebih berdaya guna dan

berhasil guna untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu,

untuk mencapai pengelolaan sampah yang optimal, sudah saatnya paradigma

pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir ditinggalkan dan diganti

dengan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dengan

paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan

sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali,

Page 5: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

2

dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir yang kesemuanya

saling berkaitan dan mendukung untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum,

SNI 19-2454-2002). Menurut Krista dan David (2013) perlu adanya pengembangan

sistem evaluasi yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan beberapa

indikator untuk melihat sejauh mana keberhasilan sistem pengelolaan sampah, yang

diindikasikan dengan kualitas lingkungan yang tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui persepsi terhadap sampah, pengelolaan sampah yang dilakukan

oleh masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai pengelolaan sampah pada

wilayah desa Penambangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perspektif masyarakat mengenai sampah ?

2. Bagaimana cara masyarakat mengelola sampah rumah tangga ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui perspektif masyarakat mengenai sampah ?

2. Untuk mengetahui cara masyarakat mengelola sampah rumah tangga ?

1.4 MANFAAT

1. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan kepada kepala desa di

desa penambangan untuk mewujudkan efektifitas pemisahan jenis sampah guna

mendukung pengelolaan sampah yang terpadu.

2. Memberikan masukan dan ajakan kepada masyarakat untuk peduli terhadap

lingkungannya melalui pentingnya pemisahan sampah.

Page 6: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SAMPAH

a. Pengertian sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya

(Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008

menyatakan sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau dari proses

alam yang berbentuk padat.1

Menurut Azwar pengertian sampah adalah sebagian dari sesuatu yang

tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya

berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi

bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk

kedalamnya2. Menurut Manik (2003) adalah suatu benda yang tidak digunakan

atau tidak dikehendaki dan harus dibuang yang dihasilkan oleh kegiatan

manusia.3 Sedangkan Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah

sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.4

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian sampah merupakan sesuatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai

ekonomis

b. Jenis-jenis sampah

Terdapat beberapa macam-macam sampah bbaik berdasarkan sifatnya,

wujudnya, atau sumbernya. Berikut merupakan penjelasan jenis-jenis asampah

dan contohnya.

1. Berdasarkan Sumbernya

1 Anik Meilinda, “Sampah Membludak, TPA Ngronggo rencanakan buka lahan baru”, Dinamika Edisi

XXIX , 90, November, 2019, hlm. 23 2 Azwar, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Yayasan Mutiara, 1990)

3 Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 2003)

4 Soemirat, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994)

Page 7: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

4

Sampah alam : sampah yang diproduksi di kehidupan liar

diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun

kering di hutan yang terurai menjadi tanah.

Sampah manusia : sampah dari hasil-hasil dari pencernaan manusia,

seperti feses dan urin.

Sampah rumah tangga : sampah hasil kegiatan rumah tangga, seperti

plastik bekas dan kertas

Sampah konsumsi : sampah yang dihasilkan dari konsumsi yang

digunakan manusia, seperti sisa makanan yang dibuang.

Sampah perkantoran : sampah yang berasal dar pusat perkantoran

atau pusat perbelanjaan , seperti plastik, tekstil, kertas, dan logam.

Sampah industri : sampah sisa hasil perindustrian yang terdiri dari

sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.5

2. Berdasarkan sifatnya

Sampah organik

Sampah organik adalah jenis sampah yang dihasilkan organisme

hidup, sehingga mudah membusuk dan mudah diuraikan. Sampah ini juga

dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Contoh sampah organik

misalnya seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, kotoran, dan

sebagainya.

Sampah non organik

Sampah anorganik adalah jenis sampah yang tidak mudah membusuk

dan tidak mudah diuraikan. Sampah jenis ini bisa ditangani dengan cara

didaur ulang menjadi produk lain. Contoh sampah anorganik misalnya

seperti plastik, logam besi, botol minuman, kaleng, bungkus makanan,

kaca, dan sebagainya.

Sampah B3

Sampah B3 (Bahan berbahaya dan beracun) adalah zat, energi,

dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

5 Teti Suryati, Bijak & Cerdas Mengelola Sampah Membuat Kompos dari Sampah Rumah

Tangga,(Jakarta : PT agromedia pustaka, 2009) 16.

Page 8: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

5

merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Contohnya seperti limbah pabrik, limbah rumah sakit dan lain-lain.6

3. Berdasarkan bentuknya

Sampah Cair

Sampah cair merupakan jenis sampah dari bahan cairan yang dibuang

oleh manusia. Contoh sampah cair di antaranya air cucian, sisa cair dari

dapur, sisa cair dari toilet, sisa cairan industri, dan lain-lain

Sampah Padat

Sampah padat merupakan jenis sampah dari bahan material yang

dibuang oleh manusia. Contoh sampah padat di antaranya plastik bekas,

pecahan gelas, kaleng bekas, sampah dapur, botol minuman, dan lain-lain.

c. Dampak sampah bagi masyarakat

Terhadap kesehatan

Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak

buruk bagi kesehatan manusia di sekitarnya. Sampah berpotensi

menimbulkan bahaya bagi kesehatan seperti penyakit diare, tifus,

kolera, jamur, cacingan

Terhadap lingkungan

Dampak ekosistem perariran

Jika sampah dibuang sembarangan kesungai, maka sampah

organik ini dapat mengurangi kadar oksigen ke dalam lingkungan

perairan, sampah an-organik dapat juga mengurangi sinar matahari

yang memasuki ke dalam lingkungan perairan, sehingga

mengakibatkan proses esensial dalam ekosistem seperti fotosintesis

akan menjadi terganggu. Sampah organik dan an-organik membuat air

menjadi keruh, kondisi akan mengurangi organisma yang hidup dalam

kondisi seperti itu. Sehingga populasi hewan kecil-kecil akan

terganggu. Bahkan berbagai organisme termasuk ikan dapat mati

sehingga beberapa spesies akan lenyap.

6 Cecep Dani Sucipto, Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, (Yogyakarta: Gosyen Publlishing,

2012), 3.

Page 9: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

6

Dampak terhadap ekosistem daratan

Sampah yang dibuang secara langsung dalam ekosistem darat

akan mengundang organisma tertentu menimbulkan

perkembangbiakan seperti tikus, kecoa, lalat, dan lain sebagainya.

Perkembangbiakan serangga atau hewan tersebut dapat meningkat

tajam.

Terhadap sosial ekonomi

1. Pengelolahan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan

yang kurang menyenangkan bagi masyarakat seperti timbulnya bau

yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah

bertebaran dimana-mana.

2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan

3. Pengelolahan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya

tingkat kesehatan masyarakat. Hal tersebut membuat menyebabkan

meningkatknya pembiayaan kesehatan masyarakat, selain itu jika

masyarakat sakit akan menyebabkan tidak masuk kerja dan

rendahnya tingkat produktifitas.

4. Pembuangan sampah padat ke air menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak rusaknya fasilitas pelayanan umum seperti

jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain

5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah

yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk

pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak

efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini

mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.7

7 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni,( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011), hlm

190

Page 10: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

7

2.2 Pengelolahan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-

ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu

pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola

untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.8

a. Prinsip pengelolahan sampah

Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.

Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 3M (Panji Nugroho, 2013) yaitu:

1. Mengurangi (Reduce) Mengurangi penggunaan barang-barang habis pakai

yang dapat menimbulkan sampah. Karena semakin banyak barang terbuang

maka akan semakin banyak sampah.

2. Menggunakan kembali (Reuse) Mengusahakan untuk mencari barang-barang

yang bisa dipakai kembali, dan mengindari pemakaian barang-barang yang

sekali pakai guna memaksimalkan umur suatu barang.

3. Mendaur ulang (Recycle) Selain mencari barang yang dapat dipakai kembali,

dapat pula mencari barang yang dapat didaur ulang. Sehingga barang tersebut

dapat dimanfaatkan bukan menjadi sampah.9

b. cara pengelolahan sampah

Pengolahan sampah erat kaitannya dengan masyarakat karena dari sampah

tersebut akan hidup mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri,pathogen, jadi

sampah harus betul-betul dapat diolah agar tidak menimbulkan masalah.

Menurut Panji Nugroho (2013), berbagai cara yang dapat mengurangi efek

negatif dari sampah, antara lain :

1. Penumpukan Metode ini dilakukan dengan cara menumpuk sampah samapai

membusuk, sehingga dapat menjadi kompos.

2. Pembakaran Pembakaran merupakan cara yang sering dilakukan, bahka

diberbagai TPA metode ini kerap dipakai pemerintah, kelemahan metode ini

adalah tidak semua sampah dapat habis dibakar.

3. Sanitary Landfill Metode ini juga kerap digunakan pemerintah, cara

penerapannya adalah dengan membuat lubang baru untuk mengubur sampah.

8 Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, (Yogyakarta: Jurnal Lingkungan Hidup, 200), hlm 25 9 Panji nugroho, panduan membuat kompos cair, (Jakarta : Pustaka baru press, 2013)

Page 11: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

8

4. Pengomposan Cara ini sangat dianjurkan karena berdampak positif dan

menghasilkan barang bermanfaat dari sampah yang berguna bagi lingkungan dan

alam.10

2.3 Teori Struktur fungsional – Talcott Parsons

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada tahun 1902 di

Colorado,Sebagai seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan

pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi

dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat

yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile

Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di ataslah yang

menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks.

Sebagaimana telah diuraikan di muka, bahwa Teori Fungsionalisme Struktural

beranggapan bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang secara fungsional

terintegrasi ke dalam bentuk keseimbangan. Menurut Talcott Parsons dinyatakan

bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat dapat

dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial, adalah berupa

perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu

konsekuensi adanya persyaratan fungsional.

Jadi Fungsionalisme Structural adalah salah satu paham atau perspektif di

dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak

dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain, Pandangan teori ini

masyarakat terdiri dari berbagai elemen atau insitusi. Masyarakat luas akan berjalan

normal kalau masing-masing elemen atau institusi menjalankan fungsinya dengan

baik..

Sebagaimana telah diuraikan di muka, bahwa Teori Fungsionalisme

Struktural beranggapan bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang secara

fungsional terintegrasi ke dalam bentuk keseimbangan. Menurut Talcott Parsons

dinyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat

dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial, adalah

berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu

10 Panji nugroho, panduan membuat kompos cair, (Jakarta : Pustaka baru press, 2013)

Page 12: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

9

konsekuensi adanya persyaratan fungsional. Perlu diketahui ada fungsi-fungsi

tertentu yang harus dipenuhi agar ada sistem, yaitu adaptasi, pencapaian tujuan,

integrasi dan keadaan latent. Empat persyaratan fungsional yang mendasar tersebut

berlaku untuk semua sistem yang ada. Berkenaan hal tersebut di atas, empat fungsi

tersebut terpatri secara kokoh dalam setiap dasar yang hidup pada seluruh tingkat

organisme tingkat perkembangan evolusioner.11

Teori struktur fungsional dengan peristiwa yang kami teliti. Jika dilihat

hubungan antara program pemilahan sampah dan teori struktural fungsional ialah

semua element harus saling berhubungan atau bisa disebut mutualisme. sampah

adalah penyakit lingkungan yang sangat berbahaya bisa menghasilkan hasil yang

negatif dan begitupula bisa menjadikan hasil yang positif. Agar program ini bisa

berjalan semua harus berjalan dan harus saling mendukunng agar menjadi

hubungan yang baik, dengan hubungan yang baik semua pasti akan berjalan dengan

apa yang diinginkan bersama, apa yang sudah dikatakan talcot person masyarakat

adalah sistem yang secara fungsional kedalam bentuk keseimbangan. Jadi jika ada

antara satu masyarakat dengan masyrakat yang lain tidak saling berhubungan atau

jalan tidak selaras akan jadi pengahalam kegiatan tersebut, oleh karena itu kami

menggunakan teori ini agar kita semua tau bahwa adanya sistem yang berfungsi

akan melahirkan sistem yang baik dan teratur, bisa kita lihat di RW 2 desa

penambangan adanya TPS yang tidak berfungsi hanya untuk tempat pembuangan di

sekitar wilayah tersebut tidak ada pengolahan dan penanggulangan sampah hanya

di buang dan menumpuk lalu di bakar, peristiwa ini yang disebut disfungsi karena

tidak adanya sistem yang bisa memperbaiki permasalahan sampah didesa tersebut.

2.3 Teori Hegemoni – Gramsci

Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni

merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun

kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin

terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut

secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain

(penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.

11 Jurnal Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan

Page 13: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

10

Dengan demikian mekanisme penguasaan masyarakat dominan dapat

dijelaskan sebagai berikut:Kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas

bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran

masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan mendukung

kekuasaan kelas dominan.12

Jika kita lihat korelasi antara penelitian ini dengan teori Hegemoni gramsci

adalah dimana sangat diperlukan peran pemimpin atau kelompok yang mendominasi

dengan kata lain pemerintah desa atau orang-orang yang berpengaruh terhadap

lingkungan disekitar untuk mendominasi warga yang berada didesa penambangan

ikut memberikan dukungan dan berpartisipasi, dari orang-orang yang mempunyai

kekuasaan dan kepemimpinan itu kita bisa menerapkan apa yang kita ingin capai

tetapi dengan persetujuan bersama. Kita sudah mengantongi beberapa nama orang

yang aktif atau bisa kita ajak untuk mendukung program tentang pengolahan sampah

di desa penambangan ini seperti pak masrum (sebagai perangakat pemerintahan desa

penambangan), bu evi (kader lingkungan desa) dan pak effendi (penggagas bank

sampah,kompos dan program satu rumah satu pohon tin yang berada di rw 04).

Mungkin dari orang tersebut dapat dan bisa merubah presepsi tentang sampah yang

berada di desa penambangan.oleh karena itu adanya pengaruh dari orang-orang yang

berperan aktif seperti aktor tersebut secara tidak langsung akan mendoktrin

masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan dan pemilahan sampah.

12 http://kecoamonolog.blogspot.com\r\n\r\n

Page 14: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

11

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang nbanyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan hasilnya.13

Sedangkan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh objek penelitian misalnya perilaku, persepsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.14

.

3.2 Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.15

Maka dari penjelasan tersebut, penulis

menetatapkan populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat di Desa

Penambangan, kabupaten Sidoarjo, yang berjumlah 4.563 orang. Dengan alasan

karena desa tersebut belum ada pengelolahan sampah terpadu. Dalam penelitian

ini peneliti membagikan google form dengan mendatangi rumah masyarakat

secara langsung atau door to door, agar mendapatkan data yang lebih valid.

b. Sampel

Dalam penelitian kuantitatif, Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.16

Pada penelitian berjudul

pengaruh kehidupan berorganisasi terhadap prestasi akademik ini menggunakan

sampel purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu, yang artinya setiap subjek yang diambil dari populasi

13

Arikunto, S, Metode penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 12 14

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 )

15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2010), 61

16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2010), 62

Page 15: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

12

dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu.17

Tujuan

dan pertimbangan pengambilan subyek / sampel penelitian ini adalah sampel

tersebut merupakan warga desa penambangan yang masih sering membakar

sampah dipekarangan dan membuang sampahnya disungai.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

quota sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara

menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam

pengambilan sampel dari populasi, yang ddalam memilih sampel dilakukan

secara random dan terstruktur dengan mengambil 80 (delapan puluh) sampel

masyarakat Desa Penambangan, kabupaten Sidoarjo. Peneliti mengambil

responden secara acak RW 2 sebanyak 40 orang dan RW 4 sebanyak 40 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber dengan menggunakan

banyak waktu. Penggumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan

dalam suatu penelitian ilmiah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. Berikut

ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

sebagai berikut.

a. Teknik Observasi.

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observasi adalah pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Jadi observasi merupakan

kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna

menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.

b. Teknik Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:194), Pengertian wawancara sebagai berikut:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan

melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

17

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2010), 85

Page 16: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

13

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan terstruktur

karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara

sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari.

Wawancara pada penelitian ini dilakukan pada masyarakat desa

Penambangan. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan langsung

oleh peneliti dan mengharuskan antara peneliti serta narasumber bertatap muka

sehingga dapat melakukan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan

pedoman wawancara.

c. Teknik Dokumentasi.

Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasi yang

berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari

perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh

peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013:240),

dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari

seseorang. Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara

mengumpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui

tentang narasumber. Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:231) yaitu

mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Berdasarkan

kedua pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pengumpulan data

dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh peneliti guna

mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas mengenai

narasumber yang akan diteleti.

d. Teknik kuesioner

Menurut sugiyono kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner (angket) digunakan dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai

sampah dan cara pengelolahan sampah. Skala yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala likert. Menurut Sugiyono skala likert adalah skala yang

Page 17: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

14

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data yang telah terkumpul melalui

angket, kemudian penulis olah ke dalam bentuk kualitatif, yaitu dengan cara

menetapkan skor jawaban dari pernyataan yang telah dijawab oleh responden,

dimana pemberian skor tersebut didasarkan pada ketentuan Sugiyono.

3.3 Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah

hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan.Teknik analis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan reduksi data dimana data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan kemudian

disederhanakan. Selanjutnya penyajian data berupa grafik menggunakan google

form yang dikelompokkan menjadi 3 variabel. Yaitu Praktik Pengelolahan Sampah,

kesadaran dan persepsi masyarakat mengenai sampah, dan komitmen masyarakat

dalam mengelola sampah.

BAB IV

Page 18: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

15

PEMBAHASAN

4,1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Penambangan Dusun Pelumpang dan Dusun

Surungan kec.Balongbendo,Sidoarjo. Secara geografis Desa Penambangan terletak

pada posisi 70 24' 21.50" Lintang Selatan dan 1120 31' 53.12" Bujur Timur.

Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran rendah yaitu sekitar 6 m di atas

permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Sidoarjo tahun 2013, selama

tahun 2013, curah hujan di Desa Penambangan rata-rata mencapai 6.000 mm,

dengan suhu rata-rata 37 0C, Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember

hingga mencapai 6.000 – 7.000 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama

kurun waktu 2012-2013.

Secara administratif, Desa Penambangan terletak di wilayah Kecamatan

Balongbendo Kabupaten Sidoarjo dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa

tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wringinanom, Di sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Wonokupang dan Desa Bogem Pinggir, Di sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Bakalan wiringipitu, sedangkan di sisi timur berbatasan

dengan desa Jeruklegi dan Desa Balongbendo Kecamatan Balongbendo. Jarak

tempuh Desa Penambangan ke ibu kota kecamatan adalah 0,5 km, yang dapat

ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota

kabupaten adalah 25 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

Luas Wilayah Desa Penambangan adalah 150 Ha. Luas lahan yang ada

terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk

fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-

lain. Wilayah Desa Penambangan secara umum mempunyai ciri geologis berupa

lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

Secara prosentase kesuburan tanah Desa Penambangan terpetakan sebagai berikut:

sangat subur 102 Ha, subur 0 Ha, sedang 0.Ha, tidak subur/ kritis 0 Ha. Hal ini

memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 6 ton/ha.

Tanaman jenis palawija juga cocok ditanam di sini.

Page 19: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

16

Berdasarkan data yang masuk tanaman padi, jagung, mangga, tebu, kacang

kedelai, kacang tanah juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang

cukup bagi penduduk desa ini. Adapun sektor perdagangan dengan adanya pusat

perbelanjaan tradisional adalah Pasar Surungan. Pasar ini mampu menciptakan

lapangan pekerjaan di sektor perdagangan sehingga bisa meningkatkan taraf hidup

masyarakat desa Penambangan. Pasar ini memulai aktifitas sejak dini hari sampai

siang hari. Hal ini menggambarkan sebagai pasar yang terus beraktifitas dalam

kegiatan transaksi jual beli dalam roda perekonomian masyarakat. Sedangkan

keberadaan testur tanah hitam kecoklatan yang lembek dan bergerak juga

mengakibatkan jalan-jalan cepat rusak. Karenannya, pilihan teknologi untuk

membangun jalan dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi pilihan

utama.

4.2 Grafik Dan Analisis Penelitian

a. Jenis kelamin Narasumber

Menurut hasil diagaram di atas, dapat diketahui bahwa jenis kelamin

responden kami yang berjenis kelamin perempuan berjumlah lebih banyak yaitu

kisaran 87,7 %, sedangkan responden yang berjenis kelamin pria hanya

berjumlah 12,3 persen. Hal ini dikarenakan peneliti membutuhkan banyak

persepsi masyarakat mengenai sampah dan cara mengelolanya dari perempuan.

Responden laki=laki tersebut kebanyakan hanya masyarakat yang berpengaruh

di Desa Penambangan seperti pak RT, RW, pemerintah desa.

Page 20: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

17

b. Usia Narasumber

Berdasarkan diagram batang diatas, penulis mengambil sampel

responden secara acak dari masyarakat Desa Penambangan yang masih

remaja hingga tua, yaitu dari umur 19 tahun hingga yang berumur 70 tahun.

Penulis memang ingin mengetahui persepsi masyarakat mengenai sampah

dan cara mengelolanya dari berbagai umur, karena biasanya setiap umur

memiliki pemikiran yang berbeda. Dalam penelitian ini, terlihat responden

terbanyak yang berumur kepala 4.

c. Pendidikan Narasumber

Menurut hasil diagram lingkaran diatas, dapat diketahui bahwa sampel

responden kami yang memiliki pendidikan akhir Sekolah dasar berjumlah

17,3 %, yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Menengah pertama

berjumlah sebanyak 20,4 %, yang memiliki pendidikan terakhir sekolah

menengah akhir berjumlah 49,4 %, dan presentase sisanya adalah masyarakat

yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi. Jadi responden

terbanyak kami memiliki pendidikan terakhir Sekolah menengah akhir.

Menurut pengamatan semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka

Page 21: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

18

akan semakin tinggi pula kesadaran akan lingkungan dan lebih mengetahui

pengetahuan tentang pengolahan sampah.

1. Praktek pengelolahan sampah

Variabel pertama kusioner ini menanyakan bagaimana masyarakat desa

penambangan khususnya RW 02 dan RW 04 dalam mengelola sampah rumah

tangga mereka setiap harinya. Berikut beberapa diagramnya dibawah ini :

a. Sampah yang dihasilkan setiap harinya

Berdasarkan hasil grafik di atas, sebanyak 93,8 % masyarakat Desa

Penambangan khususnya RW 02 dan RW 04 hanya menghasilkan sampah

sebanyak kurang dari satu kresek 5 kg, karena setiap harinya hanya memasak

untuk keluarga kecilnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu warga yaitu Bu

elisa :

“halah gak banyak mbak, gak sampek 5kg kok setiap harinya, kalau

ada hajatan baru sampahnya banyak”

Sisanya memiliki sampah berjumlah 5kg, kurang dari satu kresek 10kg,

dan kurang dari satu kresek 25kg itu karena responden selain memasak untuk

keluarga kecilnya, tapi juga seorang penjual makanan rumahan atau pedagang

sayur. Sehaingga mereka menghasilkan sampah yang lebih banyak. Seperti

yang dikatakan bu Rika

”sekitar 5kg lebih mbak, soalnya kan saya ini pedagang makanan, jadi

kalau pulang dari pasar gitu sampahnya numpuk”

Page 22: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

19

b. Pelanggan TPS

Grafik diatas menunjukkan sebanyak 97,5 persen merupakan bukan

pelanggan TPS, karena diketahui di daerah desa penambangan belum ada tempat

pembuangan akhir (TPS), mangkanya masih banyak warga desa Penambangan

yang mengelola sampahnya dengan cara di bakar dan di buang ke sungai. Seperti

yang dikatakan oleh salah satu responden kami yaitu ibu ulfia :

“nggak ada TPS disini mbak, jadi ya bukan pelanggan TPS”

Namun ada sebagian perangkat desa yang mengatakan dulunya seorang

pelanggan TPS, karena sebenarnya di desa Penambangan dulu ada tempat

pengelolahan sampah, namun sekarang sudah tidak aktif lagi atau kegiatannya

sudah mati. Seperti yang dikatakan oleh pak Masrum :

“iya pelanggan TPS, tapi sekarang TPSnya sudah nggak aktif lagi”

c. Memiliki pembuangan sampah dipekarangan rumah

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahu bahwa sebanyak 76,5 persen

warga desa Penambangan memiliki perkarangan yang luas untuk pembuangan

sampah baik di pekarangan depan rumah maupun di pekarangan belakang rumah.

Page 23: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

20

Biasanya warga menyebutnya dengan sebutan juglangan. Seperti yang dikatakan

oleh bu Sunarwati di bawah ini :

“iya saya punya juglangan di belakang rumah, sampahnya tak tumpuk sana

semuanya”

Sedangkan 23,5 persen warga tidak memiliki pembuangan sampah di

pekarangan rumah dikarenakan terbatasnya lahan rumah, namun biasanya mereka

menyediakan tong sampah di depan rumah untuk dijadikan tempat pembuangan

sampah. Seperti yang dikatakan oleh ibu Sholihati :

“Gak punya pekarangan mbak, biasane yo tak buang nang tong sampah

depan rumah”

d. Membakar tumpukan sampah

Menurut data yang diperoleh diatas, sebanyak 51,9 % warga Desa

Penambangan masih membakar sampahnya setiap hari. Biasanya warga yang

masih membakar sampah yaitu warga yang memiliki pekarangan rumah /

juglangan luas. Alasannya karena bingung mau diapakan lagi sampahnya kalo

gak dibakar. Seperti yang dikatakan oleh bu Ruqiati :

“biasane yo dibakar nang juglangan mburi nduk, mbendino nek mari

nyapu sore-sore tak bakar”

Namun sejumlah 24,7 % warga desa penambangan juga masih membakar

sampah tapi hanya kadang-kadang saja, karena yang mereka bakar hanya

sampah dedaunan saja. Jadi menunggu sampahnya mengumpul banyak dahulu

baru membakarnya. Seperti yang dikatakan oleh mbak elsa berikut :

Page 24: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

21

“kadang-kadang ajas mas, biasanya yang dibakar itu dedaunan yang

jatuh aja, itupun nunggu sampai terkumpul banyak dulu”

Sedangkan sisanya berjumlah 23.5 % menjawab tidak pernah membakar

sampahnya baik sampah organik maupun non organik. Sebagian banyak dari

mereka sudah sadar akan bahayanya membakar sampah, selain itu juga karena

tidak mempunyai lahan yang bisa dimanfaatkan untuk membakar sampahnya.

Seperti yang dikatakan oleh salah salah satu responden kami bernama bu

jumamih

“sudah gak pernah mbakar saya mbak, tak pilah di tong sampah, ini juga

karena gak ada lahannya”

Pembakaran sampah menghasilkan gas-gas beracun akibat adanya proses

oksidasi senyawa, baik dari material yang terbakar maupun senyawa di udara.

Gas yang dihasilkan dalam pembakaran sampah tersebut adalah karbon

monoksida, selain itu juga hidrokarbon benzopirena. Gas-gas beracun tersebut

ternyata 350 kali lebih bahaya dari pada asap rokok, jika dihirup oleh manusia

mengakibatkan kerugian terhadap kesehatan manusia seperti menimbulkan sesak

nafas, gangguan paru-paru, batuk, kanker / karsinogenik, dan gangguan

hormonal. Terutama mengganggu kesehatan anak-anak dan ibu hamil.18

Maka

dapat tanpa disadari, disinilah permulaan anda mulai meracuni diri sendiri,

keluarga, dan orang lain di sekitar lingkungan anda. Selain mengakibatkan

kerugian kesehatan, pembakaran sampah juga merupakan salah satu

penyumbang emisi gas rumah kaca.19

18

Niknik Bestar, Studi kuantifikasi emisi pencemar udara akibat pembakaran sampah rumah tangga

secara terbuka di Kota Depok, 2012 19

Yudison, Tugas Akhir Penentuan Fakyor Emisi NO dan SO2 Dari Pembakaran Sampah Terbuka Di

Kota Bandung, 2007

Page 25: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

22

e. Membuang sampah pada tempatnya

Menurut hasil diagram diatas, sebanyak 90,1 % masyarakat Desa

Penambangan mengatakan membuang sampahnya pada tempatnya, selalu

membuang sampahnya ke tempat sampah, bahkan jika ada sampah yang

keleleran dijalan selalu mengambil dan membuangnya ke tempat sampah.

Seperti yang dikatakan oleh bu Ati :

“loh ya selalu mbak, bahkan biasanya kalau liat sampah tergeletak

dijalan maupun sekitar rumah langsung tak masukin sampah”

f. Membuang sampah ke sungai

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 81,5% responden mengatakan

tidak pernah membuang sampahnya ke sungai, dikarenakan responden

menyadari kalau membuang sampah ke sungai itu dampaknya akan ke mereka

lagi, karena air minum, mandi, cuci-cuci mereka juga berasal dari air sungai.

Seperti yang dikatakan oleh mbak lisa :

“gak pernah mbak, kalau air sungai tercemar gimana? Kan air mandi

minum sama cuci-cuci kami juga dari air sungai”

Page 26: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

23

Selain itu terdapat sisanya responden yang selalu atau hanya kadang-

kadang yang membuang sampahnya ke sungai. Biasanya yang masih

membuang sampahnya ke sungai adalah masyarakat bantaran sungai atau

rumah penduduk yang tidak jauh dari lokasi sungai. Kesadaran akan bahayanya

membang sampah ke sungai masih sangat minim. Mereka bahkan sudah

terbiasa membuang sampahnya ke sungai. Seperti yang dikatakan oleh ibu siti

Nursiana berikut :

“iya mbak selalu tak buang kesana, belakang rumah saya ini kan sudah

sungai”

Pembuangan sampah ke sungai dapat menyebabkan pencemaran air,

misalnya terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran

bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya

bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air. Bahan-

bahan pencemar yang masuk ke dalam air tanah dapat muncul ke permukaan

tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu

berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun), maka akan berbahaya bagi manusia,

karena dapat menyebabkan gangguan pada syarat, cacat pada bayi, kerusakan

sel-sel hati atau ginjal.

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan

mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga

beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistim

perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan

menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau

kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.20

20 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

Page 27: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

24

g. Memisahkan sampah organik dan anorganik

Menurut hasil diagram diatas sebanyak 27,5 % masyarakat Desa

Penambangan memisahkan sampahnya menjadi sampah organik dan sampah

anorganik. Karena menurut mereka jika disendirikan seperti itu maka nantinya

sampah tersebut bisa berguna lagi, jadi sangat disayangkan jika dicampur.

Seperti yang diktakan oleh salah satu responden kami yaitu bu Elis :

“tak pisahkan mbak, itu kan ada 2 tong depan rumah, yang satu dibuat

anorganik, yang satu dibuat dedaunan dan sisa makanan, gini ini biar bisa

dimanfaatkan lagi”

Sedangkan sejumlah 17,5 % dapat disimpulkan kalau masyarakat

mungkin memisahkan sampahnya, karena mereka Cuma memisahkan sampah

anorganik saja untuk dijual, selain anorganik mereka bakar ataupun dibuang.

Seperti salah satu narasumber kami yang bernama ibu arbaiyah :

“oh kalau ibu cuma misahin yang plastik bekas, sama botol bekas aja,

nanti dijual”

Namun sangat disayangkan sebanyak 55% masyarakat Desa

Penambangan tidak memilah sampahnya karena dianggap sangat ribet dan

merepotkan. Jadi mereka langsung mengumpulkan sampahnya menjadi satu di

suatu tempat tanpa memilahnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu

responden kami bernama bu kalimah :

” gak mbak, langsung tak kumpulno dadi siji nang juglangan, ribet nek

milihi disek”

Di Australia, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model

pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah tangga

Page 28: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

25

memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis sampah yang berbeda. Satu

untuk sampah kering (an-organik), satu untuk bekas makanan, dan satu lagi

untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut oleh

tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan

mengambil jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah

tidak berhenti pada level rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai

berikutnya, bahkan sampai pada TPA. Cara pemilahan sampah tersebut juga

sudah banyak di terapkan dibeberapa kota di Inonesia. Karena memang

membawa manfaat tersendiri untuk masyarakat.

h. Memisahkan sampah makanan untuk kompos

Menurut hasil diagram diatas, sebanyak 11,1 persen responden yang

memisahkan sampah makanannya untuk dibuat kompos. Dibeberapa titik

disedikan drum untuk pengumpulan sampah organik yang nantinya dijadikan

komposter. Seperti yang dikatakan oleh salah satu responden kami yang

bernama bu khusnul berikut ini :

“termasuk salah satunya iya, sesuatu yang mudah terurai biasanya

saya jadikan kompos dikumpulkan di drum komposter yang sudah

disediakan.”

Sedangkan sebanyak 24,7 persen responden mengatakan hanya

kadang-kadang saja memisahkan sisa makanan untuk dijadikan komposter.

Namun sebanyak 64,2 persen responden yang sama sekali tidak pernah

memisahkan sisa makanannya untuk dijadikan komposter. Karena sampah

mereka langsung dicampur jadi satu. Seperti yang dikatakan oleh ibu Umi :

Page 29: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

26

“gak pernah mbak, biasane yo langsung tak campur”

i. Memisahkan sampah organik untuk makanan ternak

Berdasarkan data diagram diatas, sebesar 54% warga dusun

penambangan tidak memisahkan sampah organik untuk makanan ternak dengan

alasan tidak mempunya hewan ternak dan tidak mau ribet memisah dan langsung

di buang,seperti yang dikatakan ibu Maimunah :

“saya tidak mempunya hewan ternak nak,jadi ya langsung saya jadikan

satu untuk di buang”

sedangkan, sebesar 16% warga dusun penambangan memisahkan sampah

organik untuk makanan hewan ternak karena mereka mempunyai hewan ternakk

d irumahh dan sering banyak menyisahkan bekas makanan seperti nasi dan lain-

lain ,seperti yang dikataan ibu Wati :

“ibu sendiri kalau ada sisa makanan pasti ibu pisahkan buat hewan

ternak”

Dan 29% warga dusun penambangan kadang-kadang memisahkan hasil

makanan untuk hewan ternak dikarenakan mereka tidak mempunyai waktu

untuk memisahkannya,seperti yang dikatakan ibu Ichwan :

“kalau saya sesempetnya ya nak,kalau sempet ya saya pisah kalau

enggak sempet ya saya langsung buang jadikan satu”

Page 30: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

27

j. Menjual sampah yang masih bernilai ke loak atau bank sampah

Menurut hasil diagram diatas,sebesar 74% warga dusun penambangan

menjual sampah yang masih ada nilai jualnya seperti botol minuman, plastik,

kardus pasti di jual di loak,khusunya di rw 04 yang ada bank sampah, katena

menurut mereka lumayan dari pada di buang. seperti yang dikatakan ibu

Rusniati

“kalau itu pasti saya pisahkan lalu saya jual di bank sampah nak,kan ddi

isini sudah berjalan bank sampahnya, lumayan uangnya”

Sedangkan ,sebesar 21% warga dusun penambangan kadang-kadang

menjual sampah yang masih bernilai karena mereka acuh tacuh mengenai hal

tersebut dan langsung membuangnya atau membakarnya,seperti yng dikatakan

ibu Srini

“kalau saya kadang kadang mas,kalau banyak banyak ya saya jual kalau

sedikit ya saya buang”

Konsep bank sampah ini menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan

sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan akhir. Dengan

program ini, sampah mulai dikelola dari awal sumber timbunan sampah, yaitu

rumah tangga. Pemilihan yang dilakukan oleh masyarakat sejak awal membuat

timbunan sampah yang dihasilkan dan dibawa ke tempat pembuangan akhir

(TPA) menjadi berkurang. Keberadaan bank sampah mampu memberikan nilai

ekonomis bagi warga masyarakat. Bank sampah merupakan sentra pengumpulan

sampah non organik yang mempunyai nilai harga diantaranya : (kertas, botol

plastik, gelas plastik, kardus, plastik kemasan, plastik kresek, koran, plastik

Page 31: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

28

sachetan, ember, kaleng, besi, aluminium, dll). Jenis sampah non ini mempunyai

nilai harga yang berbeda berdasarkan jenisnya. Harga sangat beragam mulai dari

Rp. 100,- per kg sampai Rp. 8.000,-

2. Kesadaran dan persepsi

Variabel kusioner kedua ini menanyakan seputar bagaimana kesadaran

masyarakat Desa Penambangan khususnya RW 2 dan RW 4 mengenai seputar

sampah dan bagaimana persepsi masyarakat mengenai sampah. Berikut beberapa

grafiknya di bawah ini :

a. Mengetahui UU no 18/2008 mengenai pengelolahan sampah

Menurut diagram diatas,sebesar 69% masyarakat dusun penmbangan

tidak tau tentang undang-undang mengenai pengelolahan sampah dikarenakan

kurangnya pendidikan, dan tidak pernahnyamendapat sosialisasi mengenai

pengetahuan tentang pengolahan sampah. seperti yang dikatakan ibu Umi

Andari :

“gak ero nak wong aku mek lulusan sd hehehe”

Namun hanya sebesar 8% warga dusun penambangan mengetahui

tentang undang-undang pemilahan sampah karena mereka dan memiliki

pendidikan yag tinggi,seperti yang dikatakan mbak

“oiya aku paham mas lek iku,soale aku ket biyen pas sekolah seneng

perkoro peduli sampah karo pemilahane”

Sedangkan sebesar 22% warga dusun penambangan tidak yakin tentang

undang-undang pemilhan sampah,karena mereka kurang mendapat

pengetahuan tentang hal itu,seperti yang dikatakan ibu luluk :

Page 32: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

29

“waduh saya kurang faham mas,intinya saya sudah membuang sampah

di tempatnya dan menjaga lingkungan”

b. Tempat tinggal mempunyai TPST

Berdasarkan diagaram diatas,sebesar 90% persen warga dusun

penanambangan menjawab tidak ada TPST di dusun mereka karena memang

belum ada TPST di dusun tersebut, namun disana hanya terdapat Tempat

pembuangan sampah sementara yang letaknya di belakang pasar, seperti yang

dikatakan ibu Seniarsih :

“kalau tpst gak onok mas disini,kalau tps ada di belakang pasar itu”

c. Masyarakat harus berpartisipasi untuk menjaga lingkungan

Berdasarkan hasil diagram diatas,hampir seluruh responden setuju

untuk menjaga lingkungan mereka,jadi sebesar 98 % masyarakat desa

penambangan peduli terhadap lingkungan,karena masyarakat desa

penambangan ingin mempunyai lingkungan yang nyaman dan bersih,seperti

yang dikatakan ibu Rumanih :

”yo wajib mas pasti kabeh iku pingin jogo lingkungane masing

masing,kan warga pigin lingkungane aman teko sampah

Page 33: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

30

d. Pemerintah desa harus melakukan pengelolahan sampah di Desa Penambangan

Berdasarkan hasil diagram diatas, seluruh responden kami berjumlah

81 warga Desa Penambangan menyetujui bahwa pemerintah desa harus

melakukan pengelolahan sampah mandiri sebelum dibuang ke TPA, Agar

masyarakat tidak lagi membakar sampahnya. Dan nanti hasil dari

pengelolahan sampah digunakan untuk kesejahteraan warga Desa

Penambangan sendiri. Seperti yang dikatakan oleh ibu

“pasti, harusnya seperti itu, agar sampah di desa ini tidak menumpuk

dengan sia-sia, kalo diolah kan lebih bermanfaat, dan nantinya hasil atau

dampaknya juga buat masyarakat.

e. Mengetahui larangan membuang sampah sembarangan

Menurut hasil diagram di atas sebesar 97% persen warga dusun

penambangan mengetahui adanya larangan membuang sampah sembarangan,

dan menerapkannya dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.

seperti yang dikatakan ibu Riamah :

Page 34: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

31

“kalau itu semua pasti tau mbak, alhamdulillah saya juga gak pernah

buang sampah sembarangan”

f. Rumah masih banyak hewan lalat, nyamuk, dan kecoa

Menurut hasil penelitian diatas, sebanyak 50,6 % rumah warga Desa

Penambangan masih terdapat hewan-hewan seperti lalat, nyamuk, dan kecoa.

Dikarenakan pengelolahan sampah disana masih belum benar, masih banyak

sampah menumpuk yang memiliki bau menyengat karena tidak dipilah. Bau

tersebut mengundang hewan-hewan seperti nyamuk lalat dan nyamuk. Seperti

yang dikatakan oleh bu Srini :

“jadi kalau ada sampah pasti ada lalat kecoa, artinya kalau sampah itu

tidak diolah dengan benar akan menyebabkan bau, nah bau ini yang

mengundang mereka”

Sedangkan sebanyak 33,3 % responden kurang yakin adanya hewan-

hewan tersebut di rumah mereka, bisa dikatakan jarang sekali terdapat hewan-

hewan itu. Karena mereka jarang menimbun sampah di sekitar rumah mereka.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Sariati :

“gak tau mbak ya, kadang ada kadang juga gak ada, soalnya saya juga

jarang ada sampah di rumah”

Namun hanya 16 persen responden yang tidak menemui hewan lalat,

nyamuk, dan kecoa yang berlebihan di lingkup rumahnya. Hal ini

dikarenakan responden rajin membersihkan rumahnya, tidak ada sampah

tercampur yang menumpuk yang mengakibatkan bau menyengat. Selain itu di

rumahnya juga banyak tumbuhan-tumbuhan hijau. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh ibu faqih :

Page 35: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

32

“Gak ada kalau di sini, saya kan ya rajin bersihkan rumah, sampah

sudah saya pilah sehingga gak bau, pekarangan juga banyak tanaman, bukan

lalat yang datang tapi kupu-kupu”

g. Tetangga mengalami sakit karna masalah sampah

Menurut hasil diagram di atas sebesar 18% warga dusun

penambangan mendapati tetangga mengalami sakit karena sampah,

Seperti halnya sakit ispa karena terkena asap pembakaran sampah di

tempat pembuangan sampah. bahkan banyak penduduk yang pindah dari

sana karena menghindari penyakit tersebut. Seperti yang dikatakan oleh

dikatakan bapak Ichwan :

“tau mas biyen wong e kenek ispa gara gara ngobong sampah

tapi saiki akeh seng wes pindah omah soale wedi kenek ispa”

Menurut diagram diatas,sebesar 53% persen warga dusun

penambangan tidak pernah mendapati tetangga nya mengalami sakit

karena sampah karena di lingkungan bersih dan sampah tertata rapi dan

tidak pernah menumpu banyak seperti yang dikatakan ibu Habibah :

“kalau disini alhamdulillah tidak ada mas,soalnya sampah tidak

ada yang menumpuk banyak”

Menurut hasil diagram diatas,sebesar 28% persen warga dusun

penambangan mempunya tetangga yang sakit tapi tidak yakin sakitnya

itu karena sampah,seperti yang dikatakan ibu Kholifatul :

“di sebelah situ mas pernah itu sakit Demam Berdarah tapi saya

tidak yakin juga kalau karena sampahh mungin juga karena musimnya

hujan mas makanya kena Demam Berdarah”

Page 36: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

33

h. Mengetahui membakar sampah dilarang oleh undang-undang

Menurut diagram diatas, hanya sebesar 15% masyarakat Dusun

Penambangan mengetahui membakar sampah adalah kegiatan yang dilarang

undang undang karena mereka memiliki pendidikan yang tinggi dan faham

akan hal sampah, namun masih banyak warga yang membakar sampah

dikarenakan bingung sampahnya mau diapakan. seperti yang yang dikatakan

oleh ibu Asna :

“oh faham kok nak tapi ibu ya jarang jarang juga membakarnya

soalnya gaada yang ngambili terus dirumah ada pekarangan yang cukup

untuk membakarnya”

Sedangkan ,sebesar 53% warga dudun penambangan tidak

mengetahhui membakar sampah adalah kegiatan yang dilarang undang-

undang karena mereka kurang faham pengetahuan tentang sampah dan

masih terbiasa membakarnya,seperti yang dikatakan ibu Indah :

“gak tau mas saya soalnya saya kalau sampah mesti langsung saya

bakar”

Namun sebesar 31% warga dusun penmbangan tidak yakin tentang

larangan membakar sampah dikarenakan mereka terbiasa membakar

sampah,seperti yang dikatakan ibu Ria :

“wadu gak yakin aku mas tapi aku bakar yo kadang kadang kok

mas”

3. Komitmen

Variabel yang ketiga ini pertanyaan seputar bagaimana komitmen dan

respon masyarakat jika pemerintah Desa Penambangan menggalakkan atau

Page 37: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

34

menganjurkan pemilahan sampah rumah tangga menjadi 3, yaitu sampah organik,

sampah daur ulang dan sampah residu. Agar sampah tidak menumpuk dengan sia-

sia, karena nantinya sam

pah organik bisa dijadikan kompos dan sampah daur ulang bisa dijual dan

dijadikan menjadi barang yang lebih berguna.

a. Bersedia memilah sampah

Menurut diagram di atas,sebesar 82% warga dusun penambangan

bersedia memilah sampahya di rumah jika program pemilahan sampah sudah

berjalan, karena menurut mereka program tersebut juga mempunyai dampak

positif, seperti yang dikatakan ibu Yohana :

“kalau saya bersedia mas asalkan programnya jalan lo pasti saya mau

memilah, ini kan juga berdampak positif untuk kita semua”

Namun sebesar 16% warga dusun penambangan tidak yakin bersedia

memilah sampah khusunya di rw 04 karena sudah ada progam bank sampah

yang digalakkan oleh bapak effendi selaku kader lingkungan. Apalagi jika

memakai sistem pengolahan sampah terpadu penduduk malah di suruh

membayar. sseperi yang dikatakan ibu Andari :

“waduh mas gak yakin aku soale nang kene kan onok bank sampah,

wong-wong seng oleh duit teko hasil ngumpulno sampah ae angel, ndanio

dikongkon mbayar”

Page 38: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

35

b. Bersedia membayar 15 ribu setiap bulannya

Menurut diagram diatas,sebesar 58% warga dusun penambangan

bersedia membayar 15 ribu tiap bulannya asalkan program pemilahan sampah

terpadu di dusun tersebut sudah digalakkan, karena mejjnurutnya program

tersebut bagus untuk mengurangi pembakaran sampah, seperti yang dikatakan

ibu Nevi :

“oh mau mas kalau prgramnya jalan dan saya sangat mendukung, ini

kan juga bagus untuk mengurangi pembakaran sampah di sini”

Sedangkan sebesar 33% warga dusun penambangan tidak yakin bersedia

membayar 15 ribu dikarenakan sudah ada program bank sampah yang dapat

menghasilkan uang atau tabungan. Jelas hal tersebut lebih menguntungkan dari

pada program pemilahan sampah terpadu. seperti yang dikatakan ibu Luluk :

“waduh mas gak yakin aku soale ng kene kan onok bank sampah kene

malah seng oleh duek”

c. Bersedia membayar 20 ribu setiap bulannya

Page 39: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

36

Berdasarkan diagaram di atas, sebesar 45% warga dusun

penambangan mau membayar 20 ribu tiap bulannya bulannya asalkan

program pemilahan sampah terpadu di dusun tersebut sudah digalakkan,

karena menurutnya program tersebut bagus untuk mengurangi pembakaran

sampah, seperti yang dikatakan ibu Nevi :

“oh mau mas kalau prgramnya jalan dan saya sangat mendukung, ini

kan juga bagus untuk mengurangi pembakaran sampah di sini”

Sedangkan sebesar 22% warga dusun penambangan tidak bersedia

membayar iuran 20 ribu setiap bulan untuk membayar program pemilahan

sampah terpadu dikarenakan menurut mereka membayar senilai segitu

terlalu kemahalan. seperti yang dikatakan ibu elisa :

“kemahalan kalau 20 ribu mbak,”

Namun sebanyak 32% warga dusun penambangan tidak yakin

bersedia membayar 20 ribu setiap bulannya untuk program pemilahan

sampah dikarenakan khusunya di rw 04 ada program bank sampah yang

menghasilkan uang atau tabungan seperti yang dikatakan ibu luluk :

“waduh mas gak yakin aku soale ng kene kan onok bank sampah kene

malah seng oleh duek

d. Disekitar rumah dibangun fasilitas pengelolahn sampah

Menurut diagram diatas,sebesar 76% warga dusun penambangan

mau disekitar rumahnya dibangun fasilitas pengelolahan sampah karena

Page 40: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

37

mereka merespon baik kegiatan pemilahan sampah tersebut, seperti yang

dikatakan ibu Riamah :

“oh gapapa mas asalkann berjalan dan ada tempatnya saya

bersedia kok”

Sedangkan sebesar 11% warga dusun penambangan tidak mau di

sekitar rumahnya dibangun fasilitas pemilahan sampah, dikarnakan mereka

takut merasa terganggu dengan bau sampah yang menyengat, serta

banyaknya lalat dan nyamuk yang jumlahnya pasti akan meningkat.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Rumanih :

“waduh gak setuju engkok mambu la”an mbak, laler nyamuk pasti

tambah akeh”

Namun sebesar 12% warga dusun penambangan tidak yakin tentang

pembangunan fasilitas pengeoloahan sampah di bangun di samping

rumahnya karena tidak ada lahan kosong disekitar rumahnya,seperti yang

dikatakan ibu Lailis :

“gak yakin aku mas soale nang kene gak onok lahan maneh kiwo

tengen wes mepet omah warga”

e. Mendukung peraturan desa untuk melarang penggunaan kresek, styrofoam

dan plastik sekali pakai.

Page 41: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

38

Menurut diagram diatas sebesar 59% setuju dengan pengurangan

penggunan plastik sekali pakai karena mereka merespon baik kegiatan

pemilahan sampah dengan pengurangan plastik sekali pakai, karena sampah

terbanyak yang dihasilkan oleh masyarakat adalah sampah plastik dan kresek.

seperti yang dikatakan oleh ibu Maimunah :

“iya gak papa mas kan itu juga mengurangi plastik atau kresek soalnya

sampah juga banyak dihasilkan oleh plastik atau kresek

Sedangkan sebanyak 33% warga dusun penambangan tidak yakin

karena mereka mempunyai usaha toko dirumah maupun di pasar, mereka

berpikir kalau tidak memberi kresek waktu pelanggan membeli ditokonya

bingung mau dibungkus pakai apa. seperti yang dikatakan ibu Jumamih :

“waduh saya gak yakin mas soalnya saya kan juga punya usaha di

pasar banyak yang masih minta kresek atau plastik buat membungkus, lagian

kalau tidak dibungkus pakai kresek trus pakai apa

f. Mendukung peraturan yang mengharuskan saya membayar kantong kresek

di toko.

Menurut diagram di atas, sebesar 39% persen responden kami di Desa

penambangan setuju kalau digalakkan peraturan mengharuskan membayar

kantong kresek untung mengurangi penggunaan kantong kresek dan

mengurangi sampah di ingkungan seperti yang dikatakan ibu Istiqomah :

Page 42: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

39

“oiya saya setuju mas biar orang orang mikir mikir lagi kalau meminta

kantong kresek, kan untuk mengurangi sampah plastik juga ”

Sedangkan sebesar 28% warga dusun penambangan tidak setuju dengan

adanya kegiatan itu dikarenakan mereka yang mempunyai toko takut

pembelinya protes dan tidak mau membeli ditokonya lagi lantaran harus

membayar hanya untuk kresek. seperti yang dikatakan mbak uus :

“waduh gak setuju aku mas engkok pas ngono seng tuku mrotes aku

kabeh terus gak onok seng belonjo nang tokoku”

Namun sebesar 32% warga dusun penambangan juga tidak yakin

karena sebenarnya mereka mendukung namun mereka juga mempunyai

usaha toko di rumah maupun di pasar, jadi bagaimanapun harus tetap

menyediakan kresek gratis seperti yang dikatakan ibu Sumiati :

“sebenarnya saya mendukung mbak, Cuma kan saya juga punya usaha

di pasar, banyak yang masih minta kresek atau plastik buat membungkus,

gak mungkin juga kalau ditarik uang 200 rupiah”

g. Bersedia membawa wadah sendiri dari rumah ketika berbelanja di toko

Menurut diagram diatas sebesar 76% warga dusun penambangan

bersedia membawa wadah sendiri dari rumah karena rata rata warga yang

berbelanja di pasar pasti membawa wadah sendiri seperti tas dari anyaman

yang ramah lingkungan. seperti yang dikatakan ibu Sholikhah :

“kalau itu emang saya pasti setiap belanja di pasar bawa wadah

sendiri mas, seperti tas anyaman itulo”

Sedangkan sebesar 11% warga Desa penambangan tidak bersedia

membawa wadah sendiri ketika berbelanja dikarenakan tidak terbiasa dan

Page 43: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

40

males ribet, nantinya juga akan dikasih kresek sama penjualnya. seperti

yang dikatakan ibu Wati :

“enggak mbak, nanti malah ribet dan saya juga gak terbiasa, nanti di

pasar juga akan dikasih kresek”

Namun sebesar 12% responden Desa penambangan tidak yakin

bersedia membawa wadah tersendiri ketika berbelanja di toko atau pasar

karena terkadang membawa namun terkadang juga tidak membawa. Seperti

yang dikatakan oleh Siti :

“kadang ya bawa, tapi kadang juga gak bawa mas”

h. Melapokan tetangga jika membuang sampah ke sungai

Berdasarkan Diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 90,1

% masyarakat Desa Penambangan tidak berani melaporkan tetangganya

jika ada yang membuang sampah ke sungai. Alasannya karena merasa gak

enak karena tetangganya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh bu Seniarsih

“ya nggak berani mbak, namanya juga tetangga sendiri masa

dilaporin, palingan Cuma diingatkan saja”

i. Mendukung penegakan hukum dan memberi hukuman kepada orang yang

membuang sampah di sungai.

M

M

e

Page 44: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

41

nuruMenurut diagram diatas sebesar 49% warga dusun penambangan

mendukung pengakkan hukum karena mereka respect terhadap sungai

dan tidak mau sungai tercemar. Karena mereka sadar dampaknya

nantinya juga akan kembali ke masyarakat sendiri. Di kawasan RW 2

juga sudah terdapat peraturan jika warga membuang sampah ke

Sungai akan dikenakan denda sebesar Rp 100.000,00. seperti yang

dikatakan ibu Ulfia :

“sangat mendukung aku mas kalau gitu biar orang orang faham

kalau buang sampah di sungai itu bikin sungai tercemar, dulu itu juga

katanya kalau buang sampah ke sungai sembarangan jika ketahuan di

denda 100 ribu, tapi gak tau masih berlaku apa nggak”

Sedangkan sebesar 42% warga dusun penambangan tidak setuju

karena di Desa Penambangan khususnya di RW 2 masih banyak

warga yang membuang sampah ke sungai karena memang tidak punya

pekarangan yang luas untuk membakar sampah mereka. Seperti yang

dikatakan oleh ibu Mujiati :

“kurang setuju sih mbak, soalnya kan di sini masih banyak

warga yang membuang sampahnya ke sungai soalnya gak ada

pekarangan yang luas untuk membakar sampah”

Namun sebesar 8% persen warga Desa penambangan menjawab

mungkin setuju dengan peraturan tersebut, namun melihat kebanyakan

warga masih membuang sampah ke sungai, jadi mereka masih

bingung akan hal itu. seperti yang dikatakan ibu Budi :

“gak yakin mas, soalnya disini kan juga masih banyak warga

yang membuang sampahnya ke sungai”

Page 45: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

42

j. Melaporkan tetangga yang mesih membakar sampah

Menurut diagram diatas sebesar 93% warga dusun penambangan

memilih untuk tidak melaporkan tetangga yang membakar sampah

karena mereka tidak enak dengan tetangganya sendiri apabila jika

melaporkan takut hubungan antara keduanya terpecah bela seperti yang

dikatakan ibu Yohana :

“wah gak mas lek ngelaporno aku iki sopo mas ambah

ngelaporno engko malah tukaran karo tonggo malah gak enak kabeh”

k. Bersedia menghadiri seminar pengelolahan sampah

Berdasarkan diagram diatas sebesar 23% warga Desa penambangan

bersedia menghadiri seminar pengelolahan sampah dikarenakan warga

ingin lebih faham tentang pengelolahan sampah yang baik dan benar,

agar lebih bisa dimanfaatkan lagi. seperti yang dikatakan ibu Rusniati :

“pasti saya datang mas dan saya juga ingin faham juga ingin tau

pengolalhan sampah yang baik itu bagaimana”

Page 46: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

43

Sedangkan sebesar 74% warga dusun penambangan menjawab

mungkin untuk menghadiri seminar pengelolahan sampah dikarenakan

mereka takut waktunya bertabrakan dengan jam kerja mereka tapi

mereka juga ingin sekali datang seperti yang dikatakan ibu Kalimah :

“waduh mas gaero aku nek iku soale nek tabrakan karo jam kerjo

aku yo gaiso ninggal mas,baru nek aku pas prei ta free pasti aku teko”

Page 47: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

44

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bawasannya mayoritas masyarakat Desa

Penambangan memiliki kecenderungan persepsi yang negatif tentang sampah. Banyak

dari narasumber yang menganggap sampah Cuma barang bekas yang sudah tidak

terpakai yang harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibuang, bukan

sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. buktinya jumlah presentase mengenai

sisa makanan dijadikan kompos ataupun makanan ternak dan sampah organik dijual

ke bank sampah ataupun loak itu banyak responden yang menjawab tidak pernah,

mereka lebih memilih sampahnya langsung dicampur jadi satu, karena mereka

menganggap mengelola sampah terlebih dahulu itu ribet.

Sistem pengelolaan sampah yang dimiliki Desa Penambangan, kecamatan

Balongbendo, kabupaten Sidoarjo, khususnya warga RW 02 dan RW 04 masih belum

baik. Hal ini bisa ditinjau dari perilaku warga yang terbiasa membuang sampah tidak

pada tempatnya/sembarangan yaitu seperti pada sungai dan di sekitaran jalan. Selain

itu, pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah juga kurang baik.

Pengelolaan yang dilakukan hanya sebatas pembuangan yang tidak pada tempatnya

dan pembakaran sampah di pekarangan rumah. Padahal di RW 02 sudah memiliki

fasilitas tempat pengelolahan sampah sementara (TPS) namun belum terpakai hingga

saat ini, sedangkan di RW 04 sudah tersedianya bank sampah, nemun tidak semua

warga berpartisipasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai bahayanya pembakaran sampah dan pembuangan sampah ke

sungai. Maka dari itu peneliti menghimbau kepada pemerintah desa maupun lembaga

terkait untuk melakukan sosialisasi mengenai sampah dan cara mengelola sampah

mandiri dengan baik dan benar. Hal tersebut merupakan Salah satu langkah yang paling

penting untuk mengajak masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah 3R dengan

mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Page 48: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

45

DAFTAR PUSTAKA

Anik Meilinda, “Sampah Membludak, TPA Ngronggo rencanakan buka lahan baru”,

Dinamika Edisi XXIX , 90, November, 2019

Azwar, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Yayasan Mutiara, 1990)

Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 2003)

Soemirat, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994)

Teti Suryati, Bijak & Cerdas Mengelola Sampah Membuat Kompos dari Sampah

Rumah Tangga,(Jakarta : PT agromedia pustaka, 2009)

Cecep Dani Sucipto, Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, (Yogyakarta: Gosyen

Publlishing, 2012),

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni,( Jakarta : PT Rineka

Cipta, 2011

Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, (Yogyakarta: Jurnal Lingkungan Hidup,

200)

Panji nugroho, panduan membuat kompos cair, (Jakarta : Pustaka baru press, 2013)

Jurnal Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan

http://kecoamonolog.blogspot.com\r\n\r\n

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2010)

Arikunto, S, Metode penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 12

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, ( Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2011 )

Niknik Bestar, Studi kuantifikasi emisi pencemar udara akibat pembakaran sampah

rumah tangga secara terbuka di Kota Depok, 2012

Yudison, Tugas Akhir Penentuan Fakyor Emisi NO dan SO2 Dari Pembakaran Sampah

Terbuka Di Kota Bandung, 2007

Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

Page 49: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

46

LAMPIRAN

Denah Desa Penambangan kec.Balongbendo,Sidoarjo.

Page 50: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

47

Disini adalah kondisi dari desa penambangan dusun pelumpang RT 19 RW

4 kec.balong bendo, Sidoarjo. Kita bisa melihat pada gambar diatas ibu-ibu

yang sedang asyiknya membakar sampah di pinggir jalan pemukiman yang

masih banyak lahan kosong untuk tempat paembakaran sampah.

Bisa kita lihat pada gambar tersebut kita mewawancarai salah satu warga pengrajin

botol plastik atau gelas plastik bekas yang di rancang menjadi tas ataupun taplak meja

pengrajin tersebut bernama ibu Ani yang berada di desa penambangan dusun

pelumpang RT 17 RW 4 kec balongbendo , Sidoarjo.

Page 51: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

48

Belau bernama bapak effendi kader lingkungan yang berada di desa penambangan dusun

pelumpang RT17 RW 4 kec.balongbendo,Sidoarjo. Kami mendapatkan informasi yang cukup

banyak dari belau dan program yang belau jalani sekarang terhadap dusun pelumpang ini adalah

bank sampah dan penanaman buah tin di setiap rumah warga.

Disini kita lihat gambar di atas adalah fenomena TPS yang berada di desa penambangan dusun

surungan RT10 RW2 kec.balongbendo, Sidoarjo ini tidak berfungsi, tidak ada penanggulangan

dari pemerintah setempat, bangunan yang sudah tersedia dan gerobak sampah yang sudah ada

hanya menjadi pajangan.

Beliau bernama bapak masrum salah satu perangkat desa penambangan kec.balongbendo,

Sidoarjo. Beliau adalah narasumber kami untuk kita mengetahui wilayah-wilayah mana saja

Page 52: PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN JAWA …ecoton.or.id/wp-content/uploads/2020/03/Persepsi-Masyarakat-Terha… · kolera, jamur, cacingan Terhadap lingkungan Dampak ekosistem

49

yang bisa kami lakukan penelitian dan beliau adalah salah satu penggerak lingkungan yang ada

di desa p agenambangan.

Ini adalah gambar tim kami yang di tugaskan oleh ECOTON untuk membantu petugas TPST

untuk mengambil sampah di dusun krajan dan mendedukasih masyarakat pelanggan TPST agar

mau memilah sampah dari rumah mereka.