profil peres e pan dan ev aluasi interaks i … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat...

127
PROFIL PERESEPAN DAN EVALUASI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Fitriani NIM : 028114109 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: duongnguyet

Post on 17-Sep-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

PROFIL PERESEPAN DAN EVALUASI INTERAKSI OBAT

ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

YOGYAKARTA TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Fitriani

NIM : 028114109

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

iii

Jika kamu merasa lelah dan tidak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia,Tuhan tau betapa keras engkau berusaha

Ketika kamu memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi, Tuhan sudah membuka mata dan memanggil namamu . . . . .

Tidak penting berapa kali anda jatuh tetapi yang penting adalah berapa kali anda bangkit kembali (Abraham Lincoln)

Kupersembahkan Skripsiku ini kepada:

Yesus Kristus & Bunda Maria atas bimbingan dan kasih-Nya Bapak dan Mama tercinta sebagai bakti dan penghargaanku

Saudara-saudaraku tersayang Mas Anto terkasih dan Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PROFIL PERESEPAN DAN EVALUASI INTERAKSI

OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN

2005”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma dan selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran

kepada penulis.

2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes yang telah membimbing dan memberikan

kritik dan saran kepada penulis.

3. Drs. Mulyono, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

saran kepada penulis.

4. Seluruh staf rekam medik di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

5. Bapak dan Mama untuk kasih sayang, doa tulus, dukungan dan

kepercayaannya yang selalu bisa meyakinkan penulis untuk melakukan yang

terbaik.

6. Saudara-saudara penulis: Bang Agus, Ce Emi dan Petro, Veri, Devi atas doa

dan dukungan serta sukacita yang diberikan.

7. Saudara- saudaraku atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

8. Kak Veron, Bastian, kak Berta atas semua jasanya dalam memulai kehidupan

di Yogyakarta

9. Seluruh keluarga Mas Anto untuk dukungannya selama ini.

10. Indri Novianto atas doa, perhatian, bantuan serta pengalaman hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

v

11. Saudara-saudaraku Linda Yunita, Linda Bor, Wiwi, Siska, Fina, Tupix, Hen

Gere, farah, Langatan atas semua kesempatan untuk lebih menikmati hidup.

12. Rendeng dan keluarga kecilnya atas semua bantuan, keceriaan dan dukungan

yang telah diberikan.

13. Teman-temanku Wira, Duma, Reni, Devi, Via, Tori, Erni, Ulin, Nia, Isna,

Tari, atas kebersamaan selama ini

14. Semua teman-teman praktikum kelompok D dan kelas B angkatan 2002 untuk

semua dukungan dan bantuan selama ini.

15. Teman-teman KKN: Nana, Wawan, Tomi, Datu, Mei, Inge.

16. Temen-temen kost: Idha, Vina, Sri, Kristin, Tiar, Dani, dan Semua orang

terdekat di hati yang dengan tulus mengiringi langkah kaki penulis, dahulu

dan sekarang, selalu dan selamanya.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Yogyakarta, 18 Agustus 2007

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

vii

INTISARI

Hipertensi merupakan kejadian yang sering terjadi pada lanjut usia dan merupakan salah satu risiko terjadinya komplikasi-komplikasi berupa penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil peresepan dan evaluasi interaksi obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005. Tujuan khusus untuk mengetahui karakteristik pasien, golongan dan jenis obat antihipertensi, jumlah, cara pemberian obat, interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan interaksi obat antihipertensi dengan obat lain.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif non analitik yang bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan data dan tahap penyelesaian data.

Dari hasil penelitian diperoleh kasus hipertensi sebanyak 81 pasien,

berdasarkan umur terdapat 66,7% terjadi pada usia 65-≤75 tahun dan pada usia 76-≤90 tahun terdapat 30,9% serta pada umur diatas 91 tahun sebesar 2,5%. Dilihat dari jenis kelamin, jumlah wanita sebesar 61,8% dan laki-laki (38,3%). Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VII prehipertensi sebesar 7,4%, hipertensi tingkat 1 sebesar 24,7% dan hipertensi tingkat 2 sebesar 67,9%. Jenis penyakit yang banyak menyertai pasien adalah stroke (41,8%). Rata-rata pasien menginap selama 9 hari. Obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah ACE inhibitor (28,5%). Jumlah obat antihipertensi yang banyak digunakan yaitu tunggal sebesar 55,5%. Cara pemberian obat secara oral sebesar 90,9% sedangkan injeksi sebesar 9,1%. Interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi diuretik dan ACE inhibitor yaitu sebesar 25,9%. Interaksi obat antihipertensi dengan obat lain yang paling banyak terjadi yaitu ACE Inhibitor dan antasida sebanyak 28,6%.

Kata kunci : hipertensi, geriatri, profil peresepan, interaksi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

viii

ABSTRACT

Hypertension is incident commonly experienced by older people and one of the risks that result such stroke, heart attack, diabetes mellitus and kidney. This research aimed at knowing the prescription profile and the evaluation of antihypertension interaction in geriatric patient in Treatment Installation of Panti Rapih Hospital of Yogyakarta. The specific goal is to know the geriatric patient characteristics, medicines type and category, the amount of medicine, medicines taking method, the treatment duration and the interaction potential between antihypertension medicine and other antihypertension medicine and interaction between antihypertension medicine and other medicine

This research is an observational research with non analytical descriptive plan. The steps of the research covers collecting data and data analysis.

From the research, it can be obtained the case of hypertension consist of

eighty patients, based on the age, there are 66,7% for 65 - ≤75 years old patient, 30,9% % for 76 - ≤90 year old patient, 2,5% for above 91 years old consist of 38.3% men and 61.8% women. While based on the sex total male who suffer from the diseases were lesser than female. The classification of the hypertension based on the JNC VII was prehypertension (7,4%), hypertension level 1 (24.7%) and 67.9% in level 2. The type of hypertension experienced by the patients mostly include in stroke by 41.8%. Patients stay in the hospital 9 day on the overage The antihypertension drugs commonly used in was ACE inhibitor by 28.7%. Total antihypertension drugs largely used was single by 55.5%. Orally medicine given is 90.9% and 9.1% by injection. The most interaction happened between diuretic and ACE inhibitor are 25,9%.The most interaction between antihypertension medicine and other medicine happened between ACE inhibitor and antasida by 28,6%.

Keywords: hypertension, older, prescription profile, drugs interaction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

INTISARI ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I. PENGANTAR ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 3

C. Keaslian Penelitian ..................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 6

A. Hipertensi ................................................................................... 6

1. Definisi ...................................................................................... 6

2. Penyebab .................................................................................. 7

3. Patofisiologi ............................................................................. 7

4. Manifestasi Klinis ..................................................................... 8

5. Diagnosis ................................................................................... 9

6.Tujuan dan Sasaran Pengobatan.................................................. 9

7. Strategi Terapi............................................................................ 10

B. Obat Antihipertensi .................................................................... 15

1. Diuretik ................................................................................ 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

x

2. Beta Bloker .......................................................................... 16

3. Vasodilator ........................................................................... 17

4. ACE Inhibitor ....................................................................... 17

5. Antagonis Kalsium ............................................................... 18

6. Antagonis Reseptor Angiotensin II .. .................................... 18

7. Antihipertensi Bekerja di Sentral .... ..................................... 19

C. Obat Non Antihipertensi ............................................................ 20

1. Obat Antihiperlipidemia ........................................................ 20

2. Obat Antiangina ..................................................................... 21

3. Obat Analgesik ...................................................................... 21

4. Obat Gout .............................................................................. 22

D. Penggunaan Obat Rasional ......................................................... 22

E. Geriatri ........................................................................................ 24

a. Farmakokinetika usia lanjut ................................................... 24

b. Perubahan farmakodinamik usia lanjut .................................. 26

C. Interaksi Obat ............................................................................. 27

1. Interaksi farmasetika .............................................................. 29

2. Interaksi farmakokinetika ...................................................... 29

3. Interaksi farmakodinamik ...................................................... 30

D. Keterangan Empiris .................................................................... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. .. . 32

B. Definisi Operasional ................................................................ .. 32

C. Subyek Penelitian ....................................................................... 33

D. Bahan Penelitian ... ...................................................................... 33

E. Lokasi Penelitian ... ..................................................................... 34

F. Tata Cara Pengumpulan Data ..................................................... 34

G. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................. 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 36

A. Gambaran Subjek Uji.................................................................. 36

1. Pasien ditinjau dari Jenis Kelamin .................... .................... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xi

2. Pasien ditinjau dari Umur .. ................................................... 37

3. Klasifikasi Pasien berdasarkan JNC VII ............................ 38

4. Penyakit Lain yang Menyertai Pasien Hipertensi ................ 39

5. Lama perawatan pasien hipertensi geriatri .. ......................... 41

B. Profil Peresepan Obat Antihipertensi .. ....................................... 43

1. Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi ... ........................... 43

2. Golongan dan Jenis Obat Non Antihipertensi ...................... 47

3. Jumlah Obat ......................................................................... 49

4. Kesesuaian Pemilihan Obat Antihipertensi dengan Diagnosis ................................................................. 53

5. Cara pemberian obat ............................................................ 55

C. Evaluasi Interaksi Obat ....................................... ....................... 56

1. Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat

Antihipertensi Lain .............................................................. 58

a. diuretik dan ACE inhibitor ............................................... 59

b. diuretika dan AH yang bekerja di sentral ......................... 59

c. diuretika dan β-bloker ...................................................... 59

d. diuretika dan antagonis kalsium ....................................... 59

e. diuretika dan antagonis reseptor angiotensin II ................ 59

f. ACE inhibitor dan AH yang bekerja di sentral ................ 60

g. ACE inhibitor dan antagonis kalsium ............................... 60

h ACE inhibitor dan antagonis reseptor angiotensin II ....... 60

i AH yang bekerja di sentral dan beta-bloker ..................... 60

j. AH yang bekerja di sentral dan antagonis kalsium .......... 61

k. AH bekerja disentral dan antagonis reseptor

angiotensin II .................................................................. 61

l. beta-bloker dan antagonis kalsium ................................... 61

m. beta-bloker dan antagonis reseptor angiotensin II .......... 61

n. antagonis kalsium dan antagonis reseptor angiotensin .... 62

2. Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain ................. 62

a. ACE inhibitor dan antidiabetik ......................................... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xii

b. ACE inhibitor dan antasida ............................................... 64

c. ACE inhibitor dan NSAIDs .............................................. 64

d. ACE inhibitor dan alupurinol ........................................... 65

e. loop diuretik dan NSAIDs ................................................ 65

f. loop diuretik dan kolestiramin ......................................... 66

g. beta-bloker dan antasida .................................................. 66

h. beta-bloker dan NSAIDs .................................................. 67

C. Rangkuman Pembahasan ............................................................. 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 69

A. Kesimpulan ................................................................................ 69

B. Saran ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ... 71

LAMPIRAN ................................................................................................. . 74

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

I. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Pasien >18 Tahun

Menurut Joint National Committee VII ............... ………………… 6

II. Modifikasi Pola Hidup dalam Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut JNC VII.. ............................................................................ 11

III. Panduan Pemberian Obat Antihipertensi pada Pasien dengan

Indikasi Penyulit Menurut JNC VII .... ............................................. 12

IV. Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Proses Kinetika

pada Geriatri...................................................................................... 26

V. Distribusi Jenis Diagnosis Penyakit Lain yang menyertai Pasien

Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSPR tahun

2005................................................................................................... 39

VI. Lama perawatan pasien hipertensi geriatri di instalasi

Rawat Inap RSPR tahun 2005........................................................... 42

VII. Distribusi Jenis dan Golongan Obat Antihipertensi yang

digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Tahun 2005 ....................................................................................... 44

VIII. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Lain Berdasarkan Kelas Terapi

yang Digunakan di Instalasi RSPR Tahun 2005 ............................... 47

IX. Distribusi Jumlah Obat Antihipertensi yang Digunakan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2005.............. 49

X. Distribusi Penggunaan Kombinasi tiga Golongan Obat Antihipertensi

pada Pasien Geriatri di Instalasi RSPR Tahun 2005 ....................... 52

XI. Kesesuaian Pemilihan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi

Geriatri Menurut JNC VII ................................................................ 53

XII. Persentasi Cara Pemberian Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat

Inap RSPR Tahun 2005 .................................................................... 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xiv

XIII. Distribusi Interaksi Golongan Obat Antihipertensi dengan Golongan

Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Tahun 2005 ....................................................................................... 56

XIV. Distribusi Interaksi Jenis Obat Anithipertensi dengan Jenis

Obat Antihipertensi di Instalasi RSPR Tahun 2005 ......................... 57

XV. Distribusi Interaksi dan Golongan Obat Antihipertensi

dengan Golongan Obat Lain di Instalasi Rawat Inap RSPR

Tahun 2005 ...................................................................................... 63

XVI. Distribusi Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain di

Instalasi Rawat Inap RSPR Tahun 2005 ........................................... 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Algoritma Terapi Hipertensi berdasarkan JNC VII ................................ 14

2. Klasifikasi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit panti Rapih tahun 2005 ..................................... 36

3. Distribusi Umur Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini Tahun 2004 ......................................................... 38

4. Klasifikasi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan JNC VII di

Instalasi Rawat Inap RSPR tahun 2005 .................................................. 39

7. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi secara Tunggal

di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005 ............................ 50

8. Distribusi Penggunaan Kombinasi Dua Jenis Obat Antihipertensi

di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005.............................. 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Umur, Jenis kelamin, Diagnosis Penyakit, Lama Inap, Golongan

Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri Berdasarkan Rekam Medis

di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta tahun 2005 ....................... 74

2. Data Umum Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 .............................. 77

3. Daftar Diagnosa Kematian Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 .......................................................................................... 103

4. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ...... 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan di

negara maju dan mempunyai angka kejadian yang tinggi di masyarakat. Hal ini

disebabkan karena kebiasaan makanan dan pola hidup sehari-hari. Hipertensi

cenderung meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang

mengarah ke pola hidup negara industri. Data penderita hipertensi masyarakat

Indonesia sesuai laporan WHO menunjukkan bahwa kira-kira 50% penderita

hipertensi tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan darah mereka

meninggi dan dari 50% orang yang diketahui menderita hipertensi hanya 25%

yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (Darmojo,

2004).

Usia lanjut menurut WHO adalah seseorang dengan umur 65 tahun atau

lebih sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah yang

berusia diatas 60 tahun. Di negara-negara maju, lebih dari 60% populasi geriatri

menderita hipertensi (Darmojo, 2004). Laporan dari studi penyakit jantung

Framingham menunjukkan bahwa setelah usia pertengahan dan lanjut usia 90%

mengalami hipertensi di dalam sisa hidupnya. Hipertensi pada lansia merupakan

salah satu risiko yang paling penting untuk terjadinya komplikasi-komplikasi

berupa penyakit jantung, diabetes dan stroke, sehingga hipertensi memerlukan

penanganan yang tepat dan segera (Siburian, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

2

Di Indonesia penduduk dengan usia 65 tahun jumlahnya terus meningkat

dan mereka merupakan pengguna obat yang paling utama. Timbulnya berbagai

penyakit akan meningkat dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, pasien

lanjut usia memerlukan lebih banyak obat terutama bagi mereka yang menderita

bermacam-macam penyakit (Prest, 2003).

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah salah satu rumah sakit swasta

yang berada di Yogyakarta yang terletak di jalan Cik Dik Tiro nomor 30. Rumah

Sakit Panti Rapih mempunyai misi menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh secara ramah, adil, profesional, ikhlas, hormat dan semangat Katolik

yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak kepada yang berkekurangan

(Anonim,1998). Rumah Sakit Panti Rapih merupakan rumah sakit rujukan yang

cukup besar dengan jumah pasien yang cukup banyak untuk diteliti dibandingkan

dengan lembaga pelyanan kesehatan lain.

Sebagai lembaga pelayanan kesehatan, RSPR terlibat dalam penanganan

pasien hipertensi geriatri. Tercatat pada tahun 2003 RSPR merawat 166 pasien

hipertensi geriatri (31,3%) dari 530 pasien hipertensi. Pada tahun 2004 merawat

121 pasien hipertensi geriatri (25,7%) dari 471 pasien hipertensi. Berdasarkan

daftar diagnosa kematian, hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta sepanjang tahun 2005 menduduki peringkat ketiga. Melihat

cukup banyaknya kasus hipertensi terjadi pada pasien geriatri, maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui seperti apakah profil peresepan obat

antihipertensi dan evaluasi interaksi obat antihipertensi pada geriatri di Instalasi

Rawat Inap RSPR tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat disusun

perumusan masalah - masalah sebagai berikut ini, seperti apa:

1. karakteristik pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi jenis kelamin, umur,

klasifikasi hipertensi menurut VII, penyakit penyerta, lama perawatan?

2. gambaran profil peresepan antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi

golongan dan jenis obat antihipertensi, golongan dan jenis obat non

antihipertensi, jumlah obat antihipertensi, kesesuaian pemilihan obat

antihipertensi berdasarkan JNC VII serta cara pemberian?

3. evaluasi interaksi obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi interaksi obat

antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan interaksi obat antihipertensi

dengan obat lain?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah dilakukan Lidia (2005) dengan judul Profil

Peresepan Antihipertensi pada Pasien Lanjut Usia di Instalasi Rawat Inap di

Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta tahun 2002. Penelitian ini berbeda dalam

hal lokasi dan waktu penelitian. Penelitian ini menggunakan lokasi instalasi rawat

inap Rumah Sakit Panti Rapih dan waktu penelitian yaitu tahun 2005.

Penelitian tentang profil peresepan serupa juga pernah dilakukan oleh

Prasetyo (2005) yaitu tentang Profil Peresepan Obat Antihipertensi pada Pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

4

Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta tahun

2004. Penelitian ini berbeda dalam hal objek, lokasi dan waktu penelitian serta

evaluasi interaksinya. Penelitian ini menggunakan instalasi rawat inap Rumah

Sakit Panti Rapih Tahun 2005 dan objek yang diteliti lebih spesifik yaitu pasien

hipertensi geriatri. Evaluasi interaksi pada penelitian ini membahas interaksi obat

antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan interaksi obat antihipertensi

dengan obat lain sedangkan penelitian Prasetyo (2005) hanya membahas tentang

interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain.

D. Manfaat Penelitian

Tinjauan profil peresepan obat antihipertensi pada pasien geriatri di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, manfaat hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Dapat digunakan sebagai informasi untuk mengembangkan konsep

pelayanan farmasi di rumah sakit.

2. Manfaat praktis

a. hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk bahan

pertimbangan mutu pelayanan kesehatan melalui penggunaan obat

secara rasional khususnya pada pasien lanjut usia.

b. dapat dijadikan referensi untuk penyusunan standar terapi di suatu

rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

5

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil peresepan dan evaluasi

interaksi antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, khususnya

tentang:

a. karakteristik pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, yang meliputi jenis kelamin,

umur, klasifikasi hipertensi menurut JNC VII, penyakit penyerta, lama

perawatan.

b. profil peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, yang meliputi golongan dan

jenis obat antihipertensi, golongan dan jenis obat non antihipertensi,

jumlah obat antihipertensi, kesesuaian pemilihan obat antihipertensi

berdasarkan JNC VII, serta cara pemberian.

c. evaluasi interaksi obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi

interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan interaksi

obat antihipertensi dengan obat lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih

dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali

kesempatan (Chobanian, Bakris, Black, Cushman, Green, and Joseph, 2003). Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC) VII mengklasifikasikan tekanan darah untuk usia 18

tahun ke atas menjadi empat kelompok yaitu tekanan darah normal, prehipertensi,

hipertensi tingkat 1, dan hipertensi tingkat 2. Pasien yang tekanan darahnya

berada dalam kategori prehipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar untuk

terkena hipertensi dibanding dengan orang yang tekanan darahnya lebih rendah

(Chobanian, et al., 2003).

Tabel I. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Pasien >18 Tahun Menurut Joint National Committee VII (Chobanian, et al., 2003)

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

2. Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi essensial

dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

7

tidak jelas penyebabnya, biasanya disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor.

Bukti epidemiologis menunjuk pada faktor genetik dan pola gaya hidup yang

diduga sebagai penyebab terjadinya hipertensi essensial (William, 2001).

Hipertensi dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Meskipun demikian

munculnya hipertensi lebih berhubungan dengan pola hidup bukan keturunan.

Pola hidup antara lain stres, asupan garam, dan alkohol (Clarke and Hebron,

1999).

Berbeda dari hipertensi essensial, hipertensi sekunder dapat diketahui

penyebabnya. Penyebabnya adalah pengunaan obat yang dapat meningkatkan

tekanan darah, sebagai contoh kortikosteroid, sibutramin, eritropoetin. Penyebab

lain adalah penyakit penyerta seperti ginjal, endokrin (Chobanian, et al., 2003).

3. Patofisiologi

Tekanan darah adalah hasil dari curah jantung dan resistensi perifer yang

dapat dirumuskan: Tekanan Darah = Curah Jantung x Total Resistensi Perifer.

Jika curah jantung mengalami kenaikan dan resistensi pembuluh darah perifer

normal maka tekanan darah akan meningkat. Resistensi perifer dipengaruhi oleh

viskositas darah, diameter pembuluh darah. Viskositas darah yang semakin

meningkat membutuhkan tekanan darah yang semakin tinggi pula agar darah

dapat mengalir melalui pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi diperlukan

untuk mendorong darah melalui pembuluh darah yang mengalami penyempitan

(Setiawati dan Bustami, 1995).

Pengaturan tekanan darah dikontrol oleh saraf simpatis. Baroreseptor

perifer yang mendeteksi adanya perubahan mengirim pesan ke pusat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

8

kardiovaskuler di otak bagian medula. Hal ini akan memacu saraf untuk

mengubah tekanan darah. Stimulasi pada adrenoreseptor ß1 di jantung akan

meningkatkan kontraksi jantung. Stimulasi pada adrenoreseptor ß2 dalam arteri

mengakibatkan vasodilatasi, sedangkan stimulasi pada adrenoreseptor 1 di arteri

mengakibatkan vasokonstriksi (Saseen dan Carter, 2005).

Pengaturan tekanan darah juga dipengaruhi ginjal melalui sistem renin

angiotensin-aldosteron. Renin merupakan enzim yang diproduksi di

juktaglomerular. Jika ada perubahan tekanan darah di ginjal dan berkurangnya

kadar natrium, klorida, kalium maka renin akan dilepaskan dari juktaglomerular

aparatus. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I di dalam

darah, kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting

enzyme (ACE). Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi. Angiotensin II juga

dapat menstimulasi sintesis aldosteron dari adrenal korteks sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah (Saseen dan Carter, 2005).

4. Manifestasi Klinis

Hipertensi jarang memperlihatkan gejala yang spesifik sehingga pasien

yang didiagnosis hipertensi kebanyakan dari mereka merasa sehat. Tanda utama

hipertensi primer adalah kenaikan tekanan darah. Manifestasi lain seperti hidung

berdarah dan mudah lelah (Clarke and Hebron, 1999). Keluhan lain yang

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah antara lain pusing, cepat lemas,

dan impotensi. Gejala lain akibat komplikasi hipertensi adalah gangguan

penglihatan, neurologi, jantung dan gangguan fungsi ginjal (Santoso, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

9

5. Diagnosis

Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang

terjadi pada pengukuran berulang. Diagnosis digunakan sebagai prediksi terhadap

konsekuensi yang dihadapi pasien (Benowitz, 2001). Menurut JNC VII, diagnosis

hipertensi ditegakkan berdasarkan sekurang-kurangnya dua kali pengukuran

tekanan darah pada saat yang berbeda. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dari

pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata tekanan darah

diastolik 90 mmHg atau tekanan darah sistolik 140 mmHg. Diagnosis hipertensi

boleh ditegakkan berdasarkan sekali pengukuran bila tekanan darah diastolik ≥120

mmHg dan atau tekanan darah sistolik ≥210 mmHg (Setiawati dan

Bustami,1995).

Parameter Mean Arterial Pressure (MAP) dapat digunakan untuk

menggambarkan tekanan darah. Pada tekanan darah normal nilai MAP adalah 70-

100 mmHg. Mean Arterial Pressure = ( ) ,3

TDDTDDTDS+

− dimana TDS adalah

tekanan darah sistolik dan TDD adalah tekanan darah diastolik. Sebagai contoh,

jika tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg

maka MAP adalah 93 mmHg, dimana nilai 93 mmHg terdapat dalam range

tekanan darah normal.

6.Tujuan dan Sasaran Terapi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi. Ini berarti tekanan darah

harus diturunkan hingga tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun

kualitas hidup, sambil mengendalikan faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

10

(Anonim, 2000). Pada Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII menyatakan

sasaran tekanan darah yang ingin dicapai untuk sebagian besar pasien kurang dari

140/90 mmHg atau kurang dari 130/80 mmHg untuk pasien dengan diabetes

melitus atau penyakit ginjal kronis.

Kebanyakan pasien hipertensi khususnya yang berumur lebih dari 50

tahun akan mencapai sasaran tekanan darah diastolik setelah tekanan darah

sistoliknya tercapai. Oleh karena itu fokus utama sebaiknya pada pencapaian

sasaran tekanan darah sistolik (Chobanian, et al., 2003). Pada umumnya obat-obat

antihipertensi menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi curah jantung

atau menurunkan resistensi perifer. Pada hipertensi sistolik dibutuhkan terapi obat

yang efektif menurunkan tekanan sistolik namun juga memperhatikan tekanan

diastolik (Anonim, 2001).

7. Strategi Terapi

Strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi beberapa tahap yaitu,

memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan pada

pengukuran berulang kali, menentukan target dalam penurunan tekanan darah,

melakukan terapi non farmakologis meliputi pengamatan secara umum terhadap

pola hidup pasien, kemudian terapi farmakologis meliputi pengoptimalan

penggunaan obat tunggal antihipertensi dalam terapi, bila perlu berikan kombinasi

penggunaan obat antihipertensi, dan melakukan monitoring secara rutin. Terapi

hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologis dan

terapi farmakologis (Greene and Harris, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

11

Terapi non farmakologis dilakukan dengan modifikasi pola hidup yang

berguna untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Modifikasi

pola hidup terbukti dapat menurunkan tekanan darah, menambah efektifitas

penggunaan obat antihipertensi, dan menurunkan resiko kardiovaskuler.

Modifikasi utama pola hidup yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain

penurunan berat badan pada kasus obesitas, pengurangan asupan kalium, asupan

natrium, dan kalsium, melakukan kegiatan fisik seperti olahraga ringan, dan

mengurangi konsumsi alkohol (Chobanian, et al., 2003).

Tabel II. Modifikasi Pola Hidup dalam Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC VII (Chobanian, et al., 2003)

Modifikasi Rekomendasi Perkiraan

penurunan tekanan darah (mmHg)

Penurunan berat badan

Menjaga berat badan normal (Body Mass Index 18,5-24,9 kg/m2)

5-20 per 10 Kg penurunan berat

badan

Pola makan Mengkonsumsi buah-buahan,

sayuran, dan makanan rendah kadar lemak

8-14

Kurangi asupan natrium

Kurangi asupan natrium < 2,4 gram perhari

2-8

Aktivitas fisik Olahraga teratur seperti aerobik ringan minimal 30 menit per hari 4-9

Kurangi alkohol

Membatasi konsumsi alkohol, pada pria tidak lebih dari 30 ml etanol per hari dan pada wanita tidak lebih dari

15 etanol ml per hari

2-4

Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obat antihipertensi

secara rasional. Biasanya pemilihan obat antihipertensi terwujud dalam resep

dokter. Peresepan yang rasional meliputi tepat dosis, tepat pasien, tepat penderita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

12

tepat penderita, tepat cara pemberian, tepat jumlah atau frekuensi serta lama

pemberian, tepat secara ekonomis, tepat pemberian informasi, tepat monitoring

efek samping obat. Proses terapi hipertensi membutuhkan waktu yang panjang

dan biasanya pengobatan hipertensi berlangsung seumur hidup. Untuk itu,

dibutuhkan strategi terapi yang tepat dan rasional (Prastowo,1995).

Pengobatan dengan antihipertensi harus dimulai dengan dosis yang

terendah obat tersebut yang masih efektif menurunkan tekanan darah. Dosis

dinaikkan bila efek terapeutik yang sesuai belum tercapai. Kombinasi dengan obat

antihipertensi lain diberikan bila tekanan darah masih tetap belum terkendali.

Ganti obat antihipertensi dengan golongan lain bila tidak ada respon atau tidak

ditoleransi oleh pasien (Rahardjo, 2001).

Tabel III. Panduan Pemberian Obat Antihipertensi pada Pasien dengan Indikasi Penyulit Menurut JNC VII (Chobanian et al, 2003)

Antihipertensi yang direkomendasikan

Indikasi Penyulit

Diuretika

ACE

Inhibitor

Beta-bloker

Antagonis reseptor

angiotensin II

Antagonis

Ca

Antagonis aldosteron

Gagal jantung √ √ √ √ - √

Infark miokard - √ √ - - √

Penyakit koroner √ √ √ - √ -

Diabetes melitus √ √ √ √ √ -

Ginjal kronik - √ - √ - -

Stroke √ √ - - - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

13

Algoritme dari penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII:

Hipertensi tingkat 1

umumnya menggunakan Diuretik jenis Thiazid dapat dianjurkan ACE inhibitor, ARB, beta-bloker,CCB,

atau kombinasi

Obat antihipertensi sesuai dengan indikasi penyakit

penyulit.

Obat antihipertensi lain ACE inhibitor, ARA, beta-

bloker, atau kombinasi

Terapi farmakologi

Hipertensi dengan penyakit tambahan

Hipertensi tingkat 2

kombinasi dua jenis obat antihipertensi

(diuretik jenis tiazid dan ACE inhibitor atau ARB,

beta-bloker, CCB )

Hipertensi tanpa penyakit tambahan

Target tekanan darah tidak tercapai

Lakukan peningkatan dosis atau tambahan obat antihipertensi hingga target tekanan darah tercapai, konsultasikan dengan ahli hipertensi

Tidak mencapai sasaran terapi tekanan darah (<140/90 mmHg atau <130/ 80 mmHg untuk pasien dengan penyakit diabetes

dan ginjal)

Modifikasi gaya hidup

Gambar 1. Algoritma Terapi Antihipertensi berdasarkan JNC VII

(Chobanian, et al., 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

14

B. Obat Antihipertensi

Terapi antihipertensi pada pasien hipertensi usia lanjut dapat mengurangi

kematian akibat kardiovaskuler dan komplikasi dengan penyakit lain pada pasien

lanjut usia dengan hipertensi sistolik secara bermakna (Saseen dan Carter, 2005).

1. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan

simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer (Benowitz,

2001). Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis

menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan

menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Saseen dan

Carter, 2005). Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu :

a. diuretik golongan tiazid

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII merekomendasikan diuretik tiazid

sebagai antihipertensi pilihan pertama dalam terapi hipertensi tanpa penyakit

penyerta. Tiazid merupakan diuretik yang bekerja dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium pada tubulus distal. Diuretik tiazid mulai bekerja 1-2 jam

setelah pemberian secara oral dengan durasi selama 12-24 jam. Sebagai contoh

bendrofluazid, klortalidon, klorotiazid, klopamid, indapamid (Anonim, 2000).

b. diuretik kuat

Dalam terapi hipertensi, diuretik kuat merupakan antihipertensi yang lebih

kuat dibanding dengan diuretik tiazid. Diuretik kuat bekerja menurunkan tekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

15

darah dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada ascending

loop henle dan di tubulus distal ginjal. Sebagai contoh yaitu frusemid, bumetanid,

torasemid (Anonim, 2000).

c. diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium merupakan antagonis aldosteron. Mekanisme

kerjanya dengan cara berkompetisi dengan aldosteron pada bagian reseptor di

tubulus distal, sehingga dapat menghambat efek aldosteron pada otot halus

arteriola dengan baik, meningkatkan eksresi garam dan air, mencegah kehilangan

kalium dan ion hidrogen (Lacy dkk, 2003). Jenis diuretik ini merupakan diuretik

lemah. Obat-obat yang termasuk dalam golongan diuretik ini adalah amilorid,

spironolakton, dan triamteren. Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan

diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi efek hipokalemia dari diuretik lain

(Setiawati dan Bustami, 1995). Diuretik hemat kalium berguna untuk menghindari

terjadinya deplesi kalium yang berlebihan (Benowitz, 2001).

2. Penghambat Adrenergik (beta-bloker)

Mekanisme kerja beta-bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas.

Diperkirakan ada beberapa cara pengurangan denyut jantung dan kontraktilis

miokard menyebabkan curah jantung berkurang. Selain itu adrenoreseptor β juga

terletak pada permukaan membran dari sel juxtaglomerular dan penyekat

adrenoreseptor β menghambat pelepasan renin. Penghentian penggunaan

penghambat β secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

secara tiba-tiba dengan nilai tekanan darah diatas nilai sebelum terapi. Untuk

menghindari hal ini, maka dosis pemberian penghambat β ditingkatkan bertahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

16

selama selama 1 sampai 2 minggu sebelum akhirnya melanjutkan pemakaian obat

ini (Saseen dan Carter, 2005). Obat-obat beta-bloker yang sering digunakan

adalah yang sering digunakan adalah atenolol, betaksolol, labetolol

3. Vasodilator

Obat antihipertensi golongan ini menurunkan tekanan darah dengan

merelaksasi otot polos vaskuler sehingga menurunkan tahanan vaskuler sistemik

yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Penurunan tahanan arteri

menimbulkan respon kompensasi oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis.

Termasuk dalam kelas terapi ini adalah hidralazin dan minoxidil (Benowitz,

2001). Kompensasi yang terjadi akibat aktifitas baroreseptor seperti peningkatan

aliran keluar sistem saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan denyut

jantung, peningkatan curah jantung, dan pelepasan renin. Selain itu juga terjadi

retensi air dan garam yang mana hal–hal tersebut diatas melawan efek hipotensi

dari vasodilator. Oleh karena itu, pemberian vasodilator harus diberikan bersama

dengan diuretik dan penghambat β untuk mengatasi adanya kompensasi dari

baroreseptor (Saseen dan Carter, 2005).

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE inhibitor)

Penghambat enzim pengkonversi angiotensin dianggap sebagai terapi

kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien hipertensi (Chobanian, et al.,

2003). Penghambat enzim konversi angiotensin bekerja dengan cara menghambat

pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Selain itu juga menghambat

degradasi vasodilator poten yaitu bradikinin (Williams, 2000). Penghambat enzim

pengkonversi angiotensin juga merangsang sintesis dari beberapa substansi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

17

vasodilator termasuk prostaglandin E2 dan protasiklin. Peningkatan bradikinin

akan meningkatkan efek hipotensi dari penghambat ACE sehingga menyebabkan

batuk kering (Saseen dan Carter, 2005).

Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) memfasilitasi terbentuknya

angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah

arteri. Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) terdistribusi dalam banyak jaringan

dan terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE

terletak pada sel endotelial. Oleh karena itu, produksi utama angiotensin II terletak

di pembuluh darah bukan di ginjal (Saseen dan Carter, 2005). Obat-obat golongan

ini diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes dengan nefropati. Pada beberapa

pasien, obat golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat

cepat. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah kaptopril, benazepril,

enalapril maleat (Anonim, 2000).

5. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat gerakan ion kalsium yaitu

mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel

otot polos, otot jantung dan saraf. Dengan berkurangnya kadar kalsium bebas

dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh

darah, kontraksi otot jantung. Penurunan kontraktilitas otot jantung akan

mengakibatkan penurunan curah jantung (Anonim, 2000). Contoh obat golongan

ini adalah nifedipin, diltiazem, amlodipin, nimodipin, verapamil dan felodipin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

18

6. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Antagonis Reseptor Angiotensin II mempunyai sifat menghambat yang

mirip dengan ACE inhibitor. Perbedaannya obat-obat golongan ini tidak

menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga tidak

menimbulkan efek samping batuk kering. Obat-obat yang termasuk dalam

golongan ini adalah losartan, valsartan, kandesartan (Anonim, 2000).

Penghambat ACE menghambat efek dari angiotensin II yang berasal dari

jalur sistem renin angiotensin–aldosteron, sedangkan antagonis reseptor

angiotensin II menghambat angiotensin II dari semua jalur. Antagonis reseptor

angiotensin II secara langsung menghambat reseptor angiotensin II tipe 1 yang

menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi saraf simpatis,

pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriola efferent pada glomerulus.

Antagonis reseptor angiotensin II tidak menghambat reseptor angiotensin II tipe 2.

Oleh karena itu, keuntungan dari stimulasi reseptor angiotensin II tipe 2 seperti

vasodilatasi, perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel tetap

berlangsung ketika obat antagonis reseptor angiotensin II digunakan. Pada pasien

hipertensi dengan diabetes nefropati, perkembangan keparahan diabetes nefropati

berkurang secara signifikan dengan terapi antagonis reseptor angiotensin II.

(Saseen dan Carter, 2005).

7. Antihipertensi Bekerja di Sentral

Klonidin salah satu obat golongan ini bekerja dengan jalan menstimulasi

reseptor α2 susunan saraf pusat. Stimulasi ini menyebabkan pengurangan aliran

simpatis dari pusat vasomotor di otak dan meningkatkan denyut vagal. Dipercaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

19

juga bahwa stimulasi perifer dari presinaptik reseptor α2 dapat menyebabkan

pengurangan aktifitas saraf simpatis. Pengurangan aktifitas saraf simpatis

bersamaan dengan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis, dapat menurunkan

denyut jantung, curah jantung, dan tahanan perifer. Klonidin sering digunakan

untuk terapi hipertensi berat (Saseen dan Carter, 2005).

C. Obat Non Antihipertensi

1. Obat Antihiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah suatu keadaan patologis akibat kelainan

metabolisme lemak darah yang ditandai dengan meningginya kadar kolesterol

darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau kombinasi

keduanya. Antihiperlipidemia adalah obat yang digunakan unutk menurunkan

kadar lipid plasma Menurunkan kadar lipid plasma dapat menurunkan resiko

aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit yang ditandai dengan penebalan

pembuluh darah dan hilangnya elastisitas arteri. Sebagai contoh obat golongan ini

adalah golongan fibrat dan statin (Setiawati dan Bustami, 1995).

Fibrat adalah suatu derivat asam isobutirat yang diubah oleh esterase

serum menjadi asam klofibrat. Mekanisme kerja obat ini dapat merangsang enzim

lipoprotein lipase (LPL) sehingga bersihan Very Low Density Lipoprotein

(VLDL) meningkat. Kadar High Low Density (HDL) meningkat secara tidak

langsung akibat menurunnya kadar trigliserida VLDL. Senyawa HDL memiliki

kemampuan untuk mengambil kolesterol yang tertimbun dalam pembuluh darah.

Selain itu karena menghambat sintesa kolesterol dalam hati dan merangsang

sekresi kolesterol ke dalam empedu dan feses, obat ini juga dapat menurunkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

20

kadar kolesterol dalam jaringan (Setiawati dan Bustami, 1995). Statin bekerja

dengan menghambat secara kompetatif enzim HMG CoA reduktase yaitu enzim

untuk sintesis kolesterol (Anonim, 2000).

2. Obat Antiangina

Angina atau nyeri disebabkan oleh timbunan metabolit di dalam otot

jantung. Angina pektoris merupakan penyakit nyeri dada hebat yang terjadi akibat

aliran darah koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh

jantung. Pemberian obat antiangina bertujuan untuk mengatasi dan mencegah

serangan angina pektoris dan mencegah serangan angina jangka panjang. Contoh

obat antiangina seperti nitrat (Setiawati dan Bustami, 1995).

Nitrat merupakan obat yang dapat mengobati serangan angina dengan cara

mendilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Dilatasi vena menyebabkan

penurunan aliran balik ke jantung sehingga tekanan darah diastolik akan menurun.

Tekanan diastolik yang menurun akan menyebabkan pula penurunan resistensi

perifer sehingga menyebabkan tekanan sistolik menurun (Setiawati dan Bustami,

1995).

3. Obat Analgesik

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang digunakan untuk

meredakan atau menghilangkan rasa nyeri sedang sampai berat. Penggunaan

berulang dapat menyebabkan ketergantungan dan toleransi. Sebagai contoh obat

yang termasuk dalam golongan analgesik opioid adalah morfin, kodein,

dekstromoramid. Pada umumnya obat yang termasuk dalam golongan non opioid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

21

tidak menimbulkan banyak efek samping. Nalokson merupakan contoh obat dari

golongan non opioid (Anonim, 2000).

4. Obat Gout

Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh atritis akut berulang

karena endapan monosodium urat di persendian dan tulang rawan. Pengobatan

gout bertujuan untuk meredakan dan mencegah serangan gout berulang. Serangan

gout akut dapat diobati dengan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) seperti

sulindak, diklofenak indometasin, kolkisin. Untuk pengobatan gout jangka

panjang dapat digunakan alupurinol, probenesid (Setiawati dan Bustami, 1995).

D. Pengobatan Rasional

Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien menerima obat-obat yang

sesuai kebutuhan klinik dan dalam dosis yang tepat. Adapun kriteria-kriteria

penggunaan obat yang rasional adalah sebagai berikut:

1. obat tepat yaitu mempertimbangkan kemanjuran, keamanan dan ekonomis

bagi pasien.

2. indikasi tepat yaitu alasan penulisan resep didasarkan pada pertimbangan

medis yang baik.

3. cara penggunaan obat tepat mencakup besarnya dosis, cara pemberian,

frekuensi pemberian, dan lama pemberian.

4. pemberian obat disertai dengan penjelasan yang tepat kepada pasien atau

keluarganya (Siregar, 2005).

Penggunaan obat dikatakan tidak tepat jika resiko yang mungkin terjadi

tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari tindakan memberikan suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

22

obat. Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional dapat dilihat dari

berbagai segi. Selain pemborosan dari segi ekonomi, pola penggunaan obat yang

tidak rasional dapat berakibat menurunnya mutu pelayanan pengobatan, misalnya

meningkatnya efek samping obat, meningkatnya kegagalan pengobatan,

meningkatnya resistensi antimikroba dan sebagainya. Latar belakang terjadinya

masalah penggunaan obat bersifat kompleks karena berbagai faktor ikut berperan,

seperti faktor yang berasal dari dokter, pasien dan sarana pelayanan yang tidak

memadai (Anonim, 2000).

Untuk tercapainya tujuan pengobatan yang efektif, aman, ekonomis, maka

pemberian obat harus memenuhi prinsip-prinsip farmakoterapi sebagai berikut :

1. indikasi tepat

2. pemilihan obat yang tepat, yakni obat yang aman, ekonomis dan sesuai dengan

kondisi pasien

3. dosis dan cara pemberian obat secara tepat

4. penilaian kondisi pasien dan informasi untuk pasien harus tepat

5. Pemberian obat pada lansia harus diupayakan serasional mungkin.

Pemberian obat yang rasional pada lansia dapat dilakukan dengan cara

jumlah obat yang diberikan harus seminimal mungkin, sebaiknya dosis obat yang

diberikan pada lansia dikurangi (dosis rendah). Pendengaran, penglihatan dan

ingatan yang menurun mengurangi kepatuhan pasien sehingga sebaiknya

dilakukan penjelasan tentang penyakit dan pengobatannya. Perlu juga

diperhatikan wadah obat, sebaiknya mudah dibuka dan terbuat dari bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

23

transparan karena lansia seringkali mengenal obat dari bentuk dan warna.

Kemasan harus memberikan petunjuk yang jelas (Martono, 2004).

E. Geriatri

Menurut data dari USA-Bureau of the Sensus tahun 2000 jumlah lanjut

usia sebesar 7,28% dari jumlah populasi dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah

lanjut usia di Indonesia akan meningkat sebesar 11,34%. Selain itu pada tahun

2025 Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan lansia terbesar didunia.

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dengan mempertahankan

struktur fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit

(Martono, 2004).

Faktor fisiologik dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Semakin lanjut

usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan fungsional anatomi akan

semakin besar. Penurunan fungsional anatomi organ-organ tersebut menyebabkan

lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Selain itu faktor psikologi

juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Masalah psikologi yang dialami oleh

golongan lansia adalah mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua

yang terjadi seperti kemunduran badaniah. Dengan bertambahnya umur kecepatan

bergerak dan daya berpikir akan menurun sehingga golongan ini seringkali

dianggap terlalu lamban. Selain itu pada wanita lansia faktor psikologik terjadi

pada masa menopouse (Martono, 2004).

Banyak obat yang diresepkan untuk pasien lanjut usia akan menimbulkan

banyaknya masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

24

kepatuhan. Polifarmasi merupakan problem utama dalam kelompok pasien ini.

Semakin banyak jumlah obat yang diterima pasien maka makin besar pula resiko

efek samping obat, interaksi obat dan interaksi obat-penyakit. Pemakaian obat

pada lansia didasarkan pada perubahan farmakokinetik serta farmakodinamik,

karena hal tersebut akan berkaitan dengan perubahan fisiologik pada organ dan

sistem tubuh yang mempengaruhi respon tubuh terhadap obat (Sumartono, 2003).

1. Farmakokinetika lansia

Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat

untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Perubahan-perubahan

farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam

bioavailbilitas obat tersebut (Prest, 2003).

Perubahan farmakokinetik yang dialami orang lanjut usia antara lain

terjadi pada mekanisme absorpsi. Bertambahnya usia kemungkinan dapat

mengakibatkan perubahan kecepatan sejumlah obat yang diabsorsi. Absorbsi obat

di lambung dan di usus secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yang

berarti. Penurunan aliran darah dan motilitas usus tidak mengurang jumlah obat

yang diabsorbsi. Tetapi bila obat yang diabsorbsi mengalami metabolisme lintas

maka obat yang masuk ke sirkulasi darah akan semakin kecil (Martono, 2004).

Dengan bertambahnya usia, faktor-faktor yang menentukan distribusi obat

termasuk komposisi tubuh, ikatan plasma, dan aliran organ akan mengalami

perubahan. Pada usia lanjut komposisi tubuh total air dalam tubuh akan menurun

sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi obat yang larut air.

Akibatnya konsentrasi obat dalam plasma akan meningkat. Jumlah albumin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

25

menurun dengan bertambahnya usia. Obat-obat yang akan terikat dengan protein,

sehingga konsentrasi obat bebas akan meningkat. Perubahan aliran darah organ

akan mengakibatkan penurunan perfusi pada anggota gerak, hati, otot jantung dan

otak. Obat- obat yang mempunyai daya kelarutan dalam lemak yang tinggi akan

terdistribusi lebih luas sehingga kerja obat akan menjadi lebih lambat (Prest,

2003).

Penderita lanjut usia biasanya mengalami penurunan metabolisme yang

menyebabkan meningkatnya bioavailabilitas obat dalam darah. Perubahan

tersebut disebabkan adanya gangguan metabolisme lintas pertama sehingga

menurunkan kapasitas metabolisme obat di hati. Kapasitas fungsi hepar pada

lansia juga menurun, sehingga massa dan aliran darah sudah berkurang .

Metabolisme obat di hepar berlangsung dengan katalis atau aktivitas enzim.

Aktivitas enzim ini dapat dirangsang oleh obat (inducer) seperti rimpafisin,

diazepam dan dapat dihambat oleh inhibitor seperti alupurinol, simetidin

(Martono, 2004).

Perubahan paling berarti yang terjadi pada usia lanjut ialah berkurangnya

fungsi ginjal. Dengan bertambahnya umur aliran darah, filtrasi glomerulus dan

sekresi tubuli ginjal teraus mengalami reduksi. Hal ini menyebabkan ekskresi obat

berkurang, akibatnya terjadi perpanjangan intensitas kerja obat. Selain itu,

perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah penurunan aliran darah ke ginjal

sehingga kecepatan filtrasi glomerulus berkurang, akibatnya konsentrasi obat

dalam jaringan meningkat. Pada pasien lanjut usia perlu penyesuaian dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

26

terutama obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit seperti digoksin dan

aminoglikosida (Bustami, 2001).

Tabel IV. Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Proses Kinetika pada Lanjut Usia (Martono, 2004)

Perubahan Fisiologi pada Lansia Perubahan dalam Proses Farmakokinetika

Penurunan permukaan absorsi Penurunan aliran darah

Penurunan pH saluran cerna Perubahan motilitas saluran cerna

absorbsi

Penurunan cairan tubuh total Penurunan massa tubuh tidak

berlemak Penurunan albumin serum

distribusi

Penurunan aliran darah hepar Penurunan aktivitas enzim Penurunan induksi enzim

metabolisme Penurunan aliran darah ginjal Penurunan aliran glomerulus

Penurunan sekresi tubulus

ekskresi

2. Perubahan farmakodinamik usia lanjut

Perubahan farmakodinamik pada lansia dapat mengubah respon terhadap

obat. Respon seluler pada lansia akan mengalami penurunan. Penurunan

kemampuan menjaga keseimbangan hameostatis terkait penurunan endokrin dan

respon organ, perubahan pada reseptor dan tempat perubahan respon jaringan

sasaran itu sendiri dapat menyebabkan perubahan respon terhadap obat (Prest,

2003). Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimia

seluler intesitas pengaruhnya akan menurun, misanya agonis beta untuk

mengobati asma diperlukan dosis yang lebih besar. Sebaliknya obat yang bekerja

dengan menghambat proses biokimia seluler maka efek farmakologik obat akan

meningkat sehingga menyebabkan efek toksik (Martono, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

27

F. Interaksi Obat

Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai perubahan efek satu obat akibat

obat lain yang diberikan bersamaan atau bila dua atau lebih obat berinteraksi

sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.

Interaksi obat dapat membahayakan baik dengan meningkatkan toksisitas obat

atau dengan mengurangi khasiatnya. Namun interaksi beberapa obat bersifat

menguntungkan (Prest, 2003).

Interaksi yang menguntungkan misalnya (1) penisilin dengan probenesid,

probenesid dapat menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga

meningkatkan kadar penisilin dalam plasma; (2) kombinasi obat antihipertensi,

dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping; (3) kombinasi obat

anti kanker juga dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping

(Setiawati dan Bustami, 1995). Interaksi obat yang berakibat merugikan, misalnya

warfarin jika diberikan bersama dengan fenilbutason, fenilbutason menghambat

metabolisme warfarin sehingga kadar warfarin dalam tubuh meningkat yang akan

menyebabkan pendarahan (Stockley, 1994).

Penilaian potensial interaksi obat mempertimbangkan manifestasi klinis

yang ditimbulkan oleh interaksi dan arti klinis dari interaksi tersebut. Arti klinis

dari interaksi obat berhubungan dengan jenis dan besarnya efek yang ditimbulkan.

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan yaitu memonitoring keadaan pasien dan

mengganti terapi untuk mencegah efek samping yang berbahaya. Faktor utama

yang mendefinisikan arti klinis dari interaksi obat yaitu significance rating yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

28

terdiri atas onset dari timbulnya efek, potensi keparahan dari interaksi, dan

dokumentasi manifestasi klinis dari interaksi yang telah terjadi (Tatro, 2001).

Onset didefinisikan kecepatan efek klinis yang dapat timbul dari suatu

interaksi. Onset dibedakan menjadi dua yaitu cepat dan tertunda. Dikategorikan

cepat jika efek klinis yang muncul dalam 24 jam setelah pemberian dan

dibutuhkan tindakan segera untuk mengatasi efek yang timbul sedangkan onset

tertunda adalah efek klinis dari interaksi obat yang timbul dalam beberapa hari

atau beberapa minggu setelah pemberian dan tidak diperlukan tindakan segera

untuk mengatasi efek yang timbul (Tatro, 2001).

Tingkat keparahan terdiri dari mayor, moderat, dan minor. Keparahan

interaksi tergolong mayor jika efek yang terjadi membahayakan jiwa pasien atau

dapat menyebabkan kerusakan permanen. Keparahan interaksi tergolong moderat

jika efek yang terjadi dapat menyebabkan perburukan status kesehatan pasien

sehingga mungkin dibutuhkan rawat inap di rumah sakit, perawatan yang lebih

lama atau terapi tambahan. Keparahan interaksi minor jika efek yang timbul

biasanya ringan atau mungkin tidak timbul dan tidak mempengaruhi outcome

terapi dan tidak dibutuhkan terapi tambahan (Tatro, 2001).

Dokumentasi diartikan sebagai tingkat kepercayaan bahwa suatu interaksi

dapat menyebabkan perubahan respon klinis. Dokumentasi berdasarkan literatur

primer dan juga berdasarkan interaksi yang pernah terjadi. Dokumentasi dibagi

menjadi lima yaitu established, probable, suspected, possible, dan unlikely.

Dikategorikan established jika terbukti terjadi pada suatu penelitian yang

terkontrol baik. Dikategorikan probable jika efek dari interaksi sangat mungkin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

29

terjadi tetapi belum terbukti secara klinis. Dikategorikan suspected jika efek dari

interaksi mungkin terjadi, terdapat data yang baik tetapi butuh penelitian lebih

lanjut. Dikategorikan possible jika efek dari interaksi mungkin terjadi tetapi data

yang ada sangat terbatas. Dikategorikan unlikely jika terjadinya efek dari interaksi

diragukan dan tidak ada data bukti klinis yang baik tentang perubahan efek klinis

(Tatro, 2001). Ada beberapa keadaan dimana obat berinteraksi dengan mekanisme

yang unik. Menurut mekanisme kerja interaksi obat dibagi menjadi:

1. interaksi farmasetika

Interaksi ini terjadi jika antara dua obat yang diberikan secara bersamaan

menyebabkan inkompatibilitas atau terjadi reaksi langsung, umumnya terjadi

diluar tubuh dan berakibat hilangnya efek farmakologik obat yang diberkan.

Sebagai contoh penisilin dan aminoglikosida (Anonim, 2000).

2. interaksi farmakokinetika

Interaksi farmakokinetik adalah interaksi terjadi apabila suatu obat

mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan

demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia

dalam tubuh untuk menimbulkan efek farmakologiknya (Anonim, 2000).

Interaksi dalam absorpsi dapat mengubah kecepatan absorpsi atau jumlah

total obat yang diabsorpsi. Pengurangan jumlah total obat yang diabsorpsi dapat

berakibat pada pengobatan yang tidak efektif Sebagai contoh pemberian

kolestiramin menyebabkan berkurangnya absorpsi furosemid (Anonim, 2000).

Interaksi dalam proses distribusi terjadi bila obat-obat dengan ikatan

protein yang lebih kuat menggeser obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

30

lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Hal ini mengakibatkan

peningkatan konsentrasi obat bebas dalam darah sehingga dapat meningkat efek

toksik, misalnya fenitoin, warfarin, tolbutamid (Prest, 2003).

Interaksi metabolisme terjadi bila suatu obat menghambat metabolisme

obat lain, sehingga kadar obat lain dalam plasma meningkat dan menyebabkan

peningkatan efek toksik sebagai contoh pemberian rifampisin dengan kontrasepsi

oral (Anonim, 2000).

Interaksi dalam ekskresi terjadi bila obat mempengaruhi ekskresi obat lain

sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi obat lain dalam plasma. Sebagai

contoh pemberian metotreksat dengan obat anti inflamasi non steroid yang

menyebabkan meningkatnya kadar metotreksat (Fradgley, 2003).

3. interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah

oleh obat lain pada tempat aksi. Hal ini dapat terjadi akibat kompetisi pada

reseptor yang sama atau interaksi obat pada sistem fisiologi yang sama (Fradgley,

2003). Kebanyakan interaksi farmakodinamik dapat diperkirakan kejadiannya

sehingga bisa dihindari sedini mungkin apabila dokter yang bersangkutan

mengetahui mekanisme kerja obat tersebut (Setiawati dan Bustami, 1995).

Mekanisme interaksi farmakodinamik secara garis besar dapat dibagi menjadi:

a. sinergis

interaksi ini terjadi bila dua obat yang mempunyai efek farmakologi sama

digunakan secara bersama-sama. Sebagai contoh, penggunaan metotreksat

dengan kotrimoksazol dapat menyebabkan megaloblastosis sumsum tulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

31

belakang karena keduanya merupakan antagonis asam folat. Suplemen kalium

dapat menyebabkan hiperkalemia bagi pasien yang memperoleh pengobatan

dengan diuretik hemat kalium seperti amilorida, triamteren (Stockley, 1994).

b. antagonis

antagonisme terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi

yang berlawanan. Sebagai contoh, antikoagulan dapat memperlama waktu

penjendalan darah yang akan dihambat oleh vitamin K. Contoh lain yaitu

penisilin yang bersifat bakterisida akan menghambat sintesa dinding sel

bakteri, memerlukan sel yang terus tumbuh dan membelah diri. Dengan

adanya tetrasiklin yang bersifat bakteriostatik akan menghambat sintesis

protein dan pertumbuhan bakteri (Stockley, 1994).

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

karakteristik pasien meliputi umur, jenis kelamin, distribusi penyakit lain, lama

perawatan. Profil peresepan obat antihipertensi meliputi golongan dan jenis,

jumlah obat, kesesuaian pemilihan obat antihipertensi berdasarkan JNC VII dan

cara pemberian. Evaluasi interaksi meliputi interaksi obat antihipertensi dengan

obat antihipertensi lain dan interaksi obat antihipertensi dengan obat lain pada

pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih tahun

2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Profil Peresepan dan Evaluasi Interaksi Obat

Antihipertensi Pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti

Rapih tahun 2005 ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan

deskriptif non analitik. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data

retrospektif dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada

lembar catatan medis pasien hipertensi geriatri yang terjadi selama tahun 2005.

B. Definisi Operasional

1. Profil peresepan yaitu gambaran peresepan obat pada pasien geriatri hipertensi

yang menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode

2005 yang meliputi golongan dan jenis obat, jumlah obat, kesesuaian

pemilihan obat antihipertensi berdasarkan JNC VII dan cara pemberian.

2. Pasien hipertensi geriatri (usia lanjut) adalah pasien yang berumur ≥65 tahun

dengan diagnosis hipertensi dan menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2005.

3. Penyakit penyerta adalah penyakit lain yang menyertai selain penyakit

hipertensi pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih tahun 2005 seperti jantung, diabetes melitus.

4. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas terapinya yang

digunakan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

33

4. Jenis obat adalah obat dengan nama generik obat dan nama dagang yang

digunakan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih tahun 2005.

5. Jumlah obat antihipertensi adalah jumlah golongan obat antihipertensi yang

digunakan bersama oleh setiap pasien hipertensi geriatri.

6. Lama perawatan adalah jumlah hari dari mulai pasien masuk hingga

diperbolehkan pulang bagi pasien hipertensi geriatri.

7. Cara pemberian obat adalah cara penggunaan obat pasien hipertensi geriatri di

Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2005, seperti oral,

injeksi.

8. Interaksi obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempengaruhi obat lain

yang diberikan dalam waktu yang bersamaan dan dapat menyebabkan efek

yang menguntungkan maupun merugikan antara obat antihipertensi yang

dikaji secara teoritis dengan mengacu kepada Drugs Interaction, (Stockley,

1994) dan Informatorium Obat Nasional Indonesia, (Anonim, 2000), Drug

Interaction Facts, (Tatro, 2001).

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi geriatri

rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

catatan medik (medical record) pasien hipertensi geriatri selama tahun 2005 di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

34

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sub Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti

Rapih Jalan Cik Dik Tiro no 36 Yogyakarta.

F. Tata Cara Pengumpulan Data

Penelitian mengenai profil peresepan obat dan evaluasi interaksi

antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2005 meliputi dua tahap yaitu:

1. tahap pengambilan data

Proses pengambilan data diawali dengan penelusuran jumlah pasien

geriatri yang menderita hipertensi selama tahun 2005, didapatkan data total

pasien hipertensi geriatri selama tahun 2005 sebanyak 81 pasien, kemudian

dilakukan pencatatan data rekam medik dari 81 pasien tersebut yang meliputi :

nomor registrasi, nama, umur, jenis kelamin, macam obat, cara pemberian,

tanggal masuk dan tanggal keluar pasien, penyakit penyerta, tekanan darah

pasien sebelum dan sesudah perawatan.

2. tahap penyelesaian data

Penyelesaian data meliputi proses pencatatan data yaitu mencatat data

pasien yang ada di lembar rekam medis ke dalam catatan khusus dan disajikan

dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode

deskriptif menggunakan buku-buku standar dan literatur yang ada seperti

Informatorium Obat Nasional Indonesia (Anonim, 2000), dan Drugs

Interaction (Stockley, 1994 ), Drug Interaction Facts, (Tatro, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

35

G. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh

informasi tentang presentasi (%):

1. jenis kelamin pasien hipertensi geriatri.

2. umur pasien berdasarkan WHO yaitu kelompok umur elderly (usia 65-≤75),

old (usia 76-≤90), dan very old (usia ≥91).

3. tingkatan hipertensi berdasarkan JNC VII yaitu prehipertensi, hipertensi

tingkat 1, dan hipertensi tingkat 2.

4. penyakit lain selain hipertensi yang menyertai pasien geriatri

5. lama perawatan, dikelompokkan berdasarkan lama perawatan yang diberikan

pada pasien.

6. jenis dan golongan obat yang diberikan, dihitung dari jumlah jenis dan

golongan obat tertentu yang digunakan dibagi jumlah keseluruhan obat

antihipertensi dikalikan 100%.

7. penggunaan obat antihipertensi secara tunggal maupun kombinasi.

8. kesesuaian pemilihan obat antihipertensi berdasarkan JNC VII, dikelompokan

menjadi dua yaitu berdasarkan jumlah obat dan berdasarkan penyakit penyulit.

9. cara pemberian obat yang digunakan, dikelompokkan berdasarkan cara

pemberian obat yang diberikan pada pasien.

10. potensial interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan

interaksi obat antihipertensi dengan obat lain dikelompokkan berdasarkan

jenis dan golongan obat antihipertensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah total kasus hipertensi selama tahun 2005 sebanyak 440 kasus,

pasien geriatri (≥ 65 tahun) sebanyak 106 kasus. Data yang diambil sebanyak 81

kasus, hal ini dikarenakan ada data yang tidak lengkap meliputi ada pasien yang

meninggal dunia, tidak adanya obat antihipertensi yang dipakai. Deskripsi umum

hasil penelitian dan pembahasan akan disajikan sebagai berikut ini.

A. Karakteristik Pasien Hipertensi Geriatri

Proses penelusuran data dilakukan dengan cara mengamati kartu status

rekam medik penderita. Pasien yang diteliti adalah seluruh penderita hipertensi

geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama

tahun 2005. Dicatat nomor registrasi, nama, umur, jenis kelamin, macam obat,

cara pemberian, tanggal masuk dan tanggal keluar pasien, penyakit penyerta,

tekanan darah pasien sebelum dan sesudah perawatan.

1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri

Klasifikasi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi

61,7%

38,3%

Pria Wanita

Gambar 3. Klasifikasi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit panti Rapih tahun 2005

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

37

Gambar 3 menunjukkan angka kejadian hipertensi pada wanita lebih besar

dibanding pria. Dari 81 kasus yang ada 50 kasus (61,7%) terjadi pada wanita dan

pada pria sebanyak 31 kasus (38,3%). Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor

yang dapat meningkatkan tekanan darah yaitu stres dan menopouse. Secara

psikologis wanita lebih rentan terhadap stres dibanding pria. Stres dapat

meningkatkan hormon adrenalin dan noradrenalin sehingga pembuluh darah akan

menyempit. Selanjutnya akan terjadi kenaikan tekanan darah.

Menurut Phillip (2005), wanita lebih banyak menderita penyakit

kardiovaskuler setelah menopouse. Hal ini berhubungan dengan berkurangnya

hormon estrogen setelah menopouse. Hormon estrogen dapat melindungi wanita

dari penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi karena menyebabkan vasodilatasi

arteri jantung. Namun tidak berarti bahwa setiap wanita yang sudah menopouse

akan mengalami kenaikan tekanan darah.

2. Distribusi Umur Pasien Geriatri

Dalam penelitian ini klasifikasi umur lansia dibagi menjadi tiga yaitu

elderly (usia 65 - ≤75), old (usia 76 - ≤90) dan very old (usia ≥91). Distribusi

penderita hipertensi geriatri berdasarkan kelompok umur di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih selama tahun 2005 dari 81 kasus terdapat 54 kasus

(66,7%) terjadi pada usia 65 - ≤75 tahun, pada usia 76 - ≤90 tahun terdapat 25

kasus (30,9%) serta pada usia ≥91 tahun sebanyak 2 kasus (2,5%). Distribusi

umur pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih ditunjukkan

pada gambar 4 di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

38

Distribusi Umur Pasien Hipertensi

66,7%

2,5%30,9%

Elderly Old Very old

Gambar 4. Distribusi Umur Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2005.

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa angka kejadian hipertensi di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih selama tahun 2005 paling banyak diderita

pada kelompok elderly (65 - ≤75 tahun). Meningkatnya tekanan darah pada lansia

mungkin disebabkan pola hidup yang tidak sehat saat masih muda. Menurut

Darmojo (2004), tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia,

akibat bertambahnya pengapuran atau pengerasan pembuluh darah perifer

sehingga elastisitasnya berkurang. Selanjutnya akan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer, akhirnya tekanan darah meningkat.

3. Klasifikasi Pasien Hipertensi Berdasarkan JNC VII

Dalam penelitian ini, JNC VII digunakan sebagai acuan untuk

mengelompokkan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih. Dari data yang diperoleh pasien hipertensi geriatri yang dirawat di

Instalasi Rawat Inap RSPR tahun 2005 sebagian besar merupakan pasien

hipertensi tingkat 2 (≥160/100 mmHg) sebanyak 55 kasus (67,9%), hipertensi

tingkat 1 sebanyak 20 kasus (24,7%) dan prehipertensi hanya 6 kasus (7,4%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

39

7,4%

24,7%

67,9%

0.00%10.00%

20.00%

30.00%

40.00%50.00%

60.00%70.00%

PrehipertensiHipertensi tingkat 1Hipertensi tingkat 2

Pros

enta

se (%

)

Klasifikasi Hipertensi

Gambar 5. Klasifikasi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan JNC VII di Instalasi Rawat Inap RSPR tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi terbanyak adalah

pasien hipertensi tingkat 2. Hal ini dikarenakan hipertensi tidak memberikan

gejala khas sehingga pasien tidak menyadari kalau sebenarnya mereka sudah

menderita hipertensi. Pasien baru menyadari ketika tekanan darahnya diukur

sudah mencapai hipertensi tingkat 2. Keadaan ini sesuai dengan William (2001)

yang menyatakan bahwa orang yang menderita hipertensi tidak menyadarinya

karena hipertensi berjalan terus menerus seumur dan sering tanpa adanya keluhan

khas selama belum terjadi komplikasi pada organ tubuh.

Mengingat hipertensi sering kali tidak memberikan gejala untuk jangka

panjang maka sebaiknya walaupun belum mencapai usia 65 tahun sangat

diperlukan pengontrolan tekanan darah secara rutin, khususnya pada pasien yang

memiliki orangtua atau saudara yang menderita hipertensi.

4. Distribusi Penyakit Lain

Hipertensi pada lansia merupakan salah satu risiko terjadinya komplikasi-

komplikasi berupa penyakit jantung, stroke, ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

40

sehingga hipertensi memerlukan penanganan yang tepat dan segera. Pada

penelitian ini, pasien hipertensi geriatri yang dirawat di RSPR memiliki penyakit

lain yang menyertainya. Diagnosis penyakit lain yang menyertai pasien hipertensi

geriatri adalah stroke, diabetes mellitus, ginjal, jantung, dislipidemia, Urinary

Tract Infection (UTI), asma, dispepsia, hipoglikemia, dan hiperglikemia. Jumlah

pasien dengan diagnosis penyakit lain yang menyertai pasien hipertensi geriatri di

instalasi rawat inap RSPR tahun 2005 ditunjukkan pada tabel V.

Tabel V. Distribusi Jenis Diagnosis Penyakit Lain yang Menyertai Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSPR tahun 2005

No Diagnosis Jumlah pasien Persentasi (%)

1 Stroke 23 41,8 2 Diabetes mellitus 5 9,1 3 Ginjal 5 9,1 4 Jantung 4 7,3 5 Urinary Tract Infection (UTI) 1 1,8 6 Asma 2 3,6 7 Dislipidemia 2 3,6 8 Dispepsia 3 5,5 9 Hipoglikemia 2 3,6 10 Hiperglikemia 2 3,6

Total 55 100

Penyakit penyerta yang paling banyak diderita oleh pasien hipertensi

geriatri adalah stroke sebanyak 23 kasus (41,8%). Tekanan darah yang meningkat

menyebabkan pembuluh darah pecah biasanya ditandai dengan pendarahan

serebral. Kondisi ini mengakibatkan otak kekurangan oksigen akibat

penyumbatan pecahnya pembuluh darah sehingga menimbulkan kelumpuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

41

setengah badan. Oleh karena itu, penting dilakukan penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi untuk mengurangi resiko stroke.

Penyakit lain yang menyertai pasien hipertensi geriatri adalah diabetes

melitus sebanyak 5 kasus (9,1%). Diabetes melitus merupakan penyakit penyerta

pada pasien hipertensi geriatri karena pasien mengalami gangguan metabolisme

glukosa akibat faktor usia. Dengan meningkatnya kadar gula dalam darah

menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah. Akibatnya hormon

insulin tidak mampu mengubah gula yang lebih tersebut dan kepekaan terhadap

insulin akan berkurang. Mekanisme ini dapat menyebabkan tekanan arteri

meningkat. Menurut Kiongdo (1996), penderita usia lanjut yang menderita

diabetes melitus dan hipertensi dapat mengalami arterosklerosis sehingga

meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu sangat penting dilakukan

pengukuran glukosa darah secara teratur.

Dalam penelitian ini terdapat 5 kasus (9,1%) pasien yang menderita

penyakit ginjal. Hal ini disebabkan faktor usia, dimana fungsi renal pada usia

lanjut mengalami penurunan. Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan lesi

pada pembuluh darah perifer dan kapiler glomerulus sehingga menurunkan fungsi

filtrasi glomerulus. Oleh sebab itu obat-obat yang diekskresikan atau

dimetabolisis melalui ginjal, memerlukan penyesuaian dosis. Perkembangan

kerusakan ginjal pada hipertensi biasanya ditandai oleh meningkatnya proteinuria.

Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara efektif

(William, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

42

5. Lama Perawatan

Faktor yang menyebabkan pasien harus melakukan rawat inap yaitu

karena banyak keluhan kesehatan baik keluhan utama maupun komplikasinya

yang dianggap serius atau tidak ada anggota keluarga yang merawat pasien.

Lamanya perawatan pasien hipertensi di rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih

sangat beragam. Bila kondisi penyakit pasien parah maka pasien tersebut akan

lebih lama menginap dibanding pasien dengan kondisi penyakit yang ringan.

Tabel VI. Distribusi Lama Menginap Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005

No Lama menginap (hari) Jumlah pasien Persentasi (%)

1 1 1 1,2 2 2 7 8,6 3 3 8 9,9 4 4 6 7,4 5 5 8 9,9 6 6 7 8,6 7 7 12 14,8 8 8 4 4,9 9 9 6 7,4 10 10 3 3,7 11 11 7 8,6 12 12 1 1,2 13 13 2 2,5 14 14 1 1,2 15 17 3 3,7 16 18 1 1,2 17 19 1 1,2 18 20 1 1,2

19 21 2 2,5 Total 81 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

43

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa jangka waktu perawatan yang paling

lama adalah 21 hari (2,5%), sedangkan jangka waktu perawatan yang paling cepat

adalah 1 hari (1,2 %). Lama perawatan yang paling banyak adalah 7 hari (14,8%)

dan rata-rata lama perawatan adalah 9 hari. Hasil data di atas menunjukkan bahwa

pada umumnya lama perawatan pasien geriatri lebih dari satu hari yang mungkin

dikarenakan kondisi pasien yang mulai melemah dan membutuhkan penanganan

khusus sehingga kebanyakan dokter menyarankan agar pasien menjalani rawat

inap lebih dari 1 hari.

B. Profil Peresepan Obat

Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat

Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dilihat berdasarkan

golongan dan jenis obat antihipertensi, golongan dan jenis obat non antihipertensi,

jumlah obat antihipertensi yang digunakan, kesesuaian pemilihan obat dengan

diagnosis, cara pemberian obat antihipertensi.

1. Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan

Terapi hipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan

mencegah komplikasi penyakit lain yang terkait dengan tingginya tekanan darah.

Menurut JNC VII obat antihipertensi yang disarankan adalah diuretik, angiotensin

converting enzyme (ACE) inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II, beta-bloker,

dan obat yang bekerja di sentral, serta vasodilator. Golongan dan jenis obat

antihipertensi yang digunakan oleh pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih ditunjukkan pada tabel VII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

44

Tabel VII. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005

No Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus

Persentasi (%)

Total Persentasi

(%) kaptopril 25 19,1

perindopril 1 0,8

ramipril 4 3,1 1. ACE inhibitor

imidapril 8 6,1

28,5

amlodipin 18 13,7

nifedipin 12 9,2 2. Antagonis Ca diltiazem HCl 2 1,5

24,6

karvedilol 7 5,3 3 Beta- bloker bisoprolol

fumarat 3 2,3 7,7

furosemid 18 13,7 4 Diuretika

indapamida 3 2,3 16,2

5 Antihipertensi bekerja di sentral klonidin 13 9,9 10,0

valsartan 13 9,9 6

Antagonis reseptor angiotensin II losartan 4 3,15

13,1

Total 131 100 100

Pada tabel VII dapat dilihat antihipertensi yang banyak digunakan adalah

ACE inhibitor, diikuti antagonis Ca, diuretika, antagonis reseptor angiotensin II,

antihipertensi bekerja disentral, beta-bloker. Jika dibandingkan dengan penelitian-

penelitian terdahulu, penelitian Lidia (2005) menunjukkan bahwa ACE inhibitor

lebih sering diberikan pada pasien lanjut usia, diikuti antagonis Ca, diuretik,

antihipertensi bekerja sentral, antagonis reseptor angiotensin II, vasodilator, beta-

bloker. Penelitian Prasetyo (2005) juga menyebutkan bahwa ACE inhibitor lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

45

banyak digunakan, diikuti antagonis Ca, diuretik, antagonis reseptor angitensin II,

antihipertensi bekerja sentral.

Sama seperti penelitian Lidya (2005) dan Prasetyo (2005), pada penelitian

ini antihipertensi yang banyak digunakan adalah ACE inhibitor sebanyak 28,5%.

Golongan ACE inhibitor yang banyak digunakan adalah kaptopril sebesar 19,1%.

Tentu saja hal ini berbeda dengan JNC VII dan standar pengobatan Rumah Sakit

Panti Rapih yang merekomendasikan diuretik sebagai obat hipertensi pilihan

pertama. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor bermanfaat dan aman

digunakan oleh pasien lanjut usia terutama pada dosis yang rendah serta efektif

mengurangi resiko stroke (Saseen dan Carter, 2005). Menurut Massie (2002),

keuntungan penggunaan ACE inhibitor relatif memiliki sedikit efek samping

dibandingkan dengan antihipertensi lain. Angiotensin converting enzyme inhibitor

juga dianjurkan pada pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi

proteinuria dan dapat menstabilkan fungsi ginjal.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain ACE inhibitor,

antihipertensi yang banyak digunakan adalah antagonis kalsium sebesar 24,6%.

Pedoman pengobatan RSPR dan JNC VII menyebutkan antagonis kalsium sebagai

salah satu golongan antihipertensi tahap pertama. Antagonis kalsium dapat

mengurangi kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pasien lanjut usia

dengan hipertensi sistolik (Saseen dan Carter, 2005). Menurut Harvey dan

Woorward (2001) antagonis kalsium terbukti memiliki efektifitas, keamanan, dan

dapat ditoleransi oleh pasien lanjut usia. Selain itu pemilihan antagonis sebagai

antihipertensi didasarkan pada keefektifannya menurunkan tekanan darah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

46

dapat menetralkan efek metabolik. Golongan antagonis kalsium yang banyak

digunakan pada penelitian ini yaitu amlodipin sebesar 13,7%.

Golongan obat ketiga yang banyak digunakan adalah diuretik sebanyak

16,2%. Hal ini dikarenakan diuretik berkhasiat menurunkan tekanan darah

terutama pada penderita lanjut usia dan efek antihipertensi berlangsung lebih

lama serta efektif dalam dosis yang rendah (Saseen dan Carter, 2005). Golongan

diuretik yang paling banyak digunakan adalah furosemid sebanyak 18 kasus

(13,7%). Keadaan ini tidak sesuai dengan JNC VII yang merekomendasikan

diuretik tiazid sebagai antihipertensi pilihan pertama dalam terapi hipertensi.

Furosemid termasuk dalam golongan diuretik kuat.

Antagonis reseptor angiotensin II yang banyak diresepkan adalah valsartan

sebesar 9,9% (13 kasus). Walaupun bukan antihipertensi pilihan pertama, tapi

antihipertensi golongan ini masih banyak diresepkan. Efek samping antagonis

reseptor angiotensin II kurang lebih sama dengan ACE inhibitor. Obat-obat

golongan ini dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang harus

menghentikan terapi dengan ACE inhibitor akibat batuk kering. Penggunaan

antagonis kalsium lebih sedikit dibandingkan dengan ACE inhibitor karena

menurut Massie (2002), antagonis reseptor angiotensin II memiliki harga yang

lebih mahal dan pengalaman penggunaan jangka panjang masih terbatas.

Obat antihipertensi yang paling sedikit digunakan dalam terapi hipertensi

pada geriatri di RSPR adalah beta-bloker yaitu sebesar 7,7%. Penggunaan beta-

bloker pada penderita hipertensi yang disertai gagal ginjal kronik dapat

memperburuk fungsi ginjal. Beta-bloker lebih efektif diberikan pada populasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

47

dengan aktivitas renin yang tinggi seperti pasien muda (Massie, 2002). Menurut

Mycek (2001), adanya komplikasi penyakit pada usia lanjut dapat menurunkan

efektifitas beta-bloker. Penyakit yang dapat mengurangi efek terapeutik

penggunaan beta-bloker, misalnya penyakit ginjal, asma dan gagal jantung.

2. Golongan dan Jenis Obat Non antihipertensi yang Digunakan

Pada penelitian ini pasien geriatri juga menerima obat lain selain obat

antihipertensi. Penggolongan obat non antihipertensi dilakukan dengan mengacu

pada Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Dari data yang ada dapat kita

ketahui bahwa terdapat 88 macam obat non antihipertensi yang diberikan pada

pasien hipertensi geriatri.

Tabel VIII. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Non Antihipertensi Berdasarkan Kelas Terapi yang Digunakan pada Pasien Geriatri di

Instalasi Rawat Inap RSPR Tahun 2005 Obat Kelas Terapi Golongan Jenis Obat Jumlah

Kasus Persentasi

(%) Antiangina Nitrat isosorbit

dinitrat 12 13,6

simvastatin 6 6,8 Statin atorvastatin 4 4,5

Antihiperlipi

demia Resin penukar ion

falterol 1 1,1

Antikoagulan Antifibrinolitik asam traneksamat

2 2,3

Kardiovaskuler

Inotropik Positif

Glikosida jantung

digoksin 1 1,1

diazepam 3 3,4 klobazam 2 2,3

Antiepilepsi

pirasetam 1 1,1 Antidepresan sentralin 1 1,1 Psikofarmaka Antihipnotik estazolam 3 3,4

metoklopramid

1 1,1

domperindon 1 1,1

Susunan Saraf

Pusat

Obat Mual dan Vertigo

betahistin hidroklorida

5 5,7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

48

Lanjutan Tabel VIII

Teofilin aminopilin 1 1,1 Antiasma Stimulan

adrenoreseptorsalbutamol 1 1,1

Saluran Nafas

Obat batuk dan

ekspektoran

ekspektoran dekstrometorfan

3 3,4

Antagonis reseptor H2

ranitidin 7 8,0

Saluaran Cerna

Antitukak Khelator sukralfat 2 2,3

dipiron 4 4,5 Analgesik

Non Opioid asam

mefenamat 1 1,1

Analgesik Analgesik

Opioid tramadol 1 1,1

Vitamin asam folat 4 4,5 Gizi dan darah Mineral Seng garam seng 1 1,1

Obat Gout

alupurinol

7

8,0

ketoprofen 5 5,7

Penyakit otot

dan sendi

Obat untuk penyakit

reumatik dan gout

AINS

diklofenak 4 4,5 Hormonal Antidiabetik Antidiabetik

oral glibenklamid 4 4,5

Total 88 100

Dari data tabel VIII obat non antihipertensi yang paling banyak diberikan

adalah antiangina sebanyak 12 kasus (13,6%) dan antihiperlipidemia sebanyak 11

kasus (12,4%). Kelas terapi antiangina yang digunakan adalah golongan nitrat

yang bekerja dengan merelaksasi otot polos pembuluh vena sehingga tekanan

darah menurun. Obat golongan ini juga dapat memperbaiki sirkulasi koroner pada

penderita aterosklerosis koroner dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner.

Obat antihiperlipidemia pada penderita hipertensi dibutuhkan untuk

mengurangi kadar lipid dalam pembuluh darah sehingga dapat meningkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

49

elastisitas pembuluh darah. Pada penelitian ini, obat antihiperlipidemia yang

banyak digunakan adalah golongan statin sebanyak 11 kasus.

Dari data tabel VIII, obat untuk penyakit otot dan sendi yang banyak

digunakan adalah golongan AINS sebanyak 9 kasus sedangkan golongan antigout

sebanyak 7 kasus. Menurut IONI (2000), AINS memiliki efek analgesik yang

bertahan lama sehingga efektif pada pengobatan nyeri berulang akibat radang.

Biasanya serangan gout akut diobati dengan AINS sedangkan alupurinol tidak

efektif dalam mengatasi serangan akut.

2. Jumlah Obat

Antihipertensi yang ideal adalah antihipertensi yang memenuhi kriteria

seperti efektif lebih dari 24 jam dengan dosis rendah, mempunyai respon yang

tinggi untuk semua kelompok penderita hipertensi, tidak memiliki efek samping

dan harganya murah. Kriteria obat antihipertensi yang ideal sulit dicapai dengan

monoterapi. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mencapai terapi obat

antihipertensi yang ideal dengan mengkombinasikan obat antihipertensi tambahan

dalam dosis rendah (Neutel, 2002). Variasi jumlah obat untuk penderita hipertensi

dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Distribusi Jumlah Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005

No Jumlah Antihipertensi Jumlah kasus Persentasi (%)

1 Tunggal 45 55,5

2 2 kombinasi 25 30,9

3 3 kombinasi 11 13,6 Total 81 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

50

Dari data tabel IX, dapat dilihat pemberian obat tunggal sebanyak 45 kasus

(55,5%), pemberian 2 macam kombinasi sebanyak 25 kasus (30,9%) sedangkan

pemberian 3 macam kombinasi antihipertensi sebanyak 11 kasus (13,6%). Jumlah

obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah pemberian tunggal. Pada

pasien lanjut usia sebaiknya diberi terapi kombinasi obat antihipertensi.

Pemberian tunggal kurang efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien

lansia dengan beragam patologi.

Penggunaan Obat Antihipertensi secara Tunggal

33,3%

8,9%

15,6%

31,1%

11,1%

0%5%

10%15%20%25%30%35%

Antihipertensi Bekerja di Sentral

ACE Inhibitor

β-bloker

Antagonis Ca

Antagonis reseptor angiotensin II

Obat Antihipertensi

Pros

enta

se (%

)

Gambar 8. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005.

Menurut Neutel (2002), terapi kombinasi sangat efektif menurunkan

tekanan darah pada lanjut usia. Terapi kombinasi memiliki dosis yang lebih kecil

sehingga efek samping yang terjadi relatif lebih rendah. Keuntungan lain dari

terapi kombinasi adalah biaya terapi yang lebih murah dibandingkan dosis

monoterapi. Data pada gambar 8 memperlihatkan bahwa penggunaan ACE

inhibitor secara tunggal mempunyai persentasi paling besar yaitu 15 kasus

(33,3%), diikuti antagonis Ca secara tunggal sebanyak 14 kasus (31,1%), beta-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

51

bloker sebanyak 7 kasus (15,6%), antagonis reseptor angiotensin II sebanyak 5

kasus (11,1%), antihipertensi bekerja di sentral sebanyak 4 kasus (8,9%).

Penggunaan Obat Antihipertensi Dua Kombinasi

16,0%

36,0%

4,0%

20,0%

4,0%

8,0%8,0%

4,0%

0%

5%

10%

15%20%

25%

30%

35%

40% Diuretik dan Antagonis Ca

Diuretik dan ACE Inhibitor

ACE Inhibitor dan Antagonis reseptor angiotensin IIACE Inhibitor dan Antihipertensi bekerja di sentralACE Inhibitor dan Antagonis Ca

Antihipertensi bekerja sentral dan Antagonis Ca

Antagonis Ca dan Antagonis reseptor angiotensin II

ß-bloker dan Antagonis CaObat Antihipertensi

Pros

enta

se (%

)

Gambar 9. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Dua

Kombinasi di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005.

Pemberian dua kombinasi antihipertensi pada pasien lanjut usia dilakukan

dengan menggabungkan dua obat antihipertensi dari kelas yang berbeda dan

bekerja secara sinergis (Raharjo, 2001). Pemberian dua kombinasi dapat diberikan

bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai sasaran. Obat kedua

ditambahkan dengan dosis yang rendah dan tidak meningkatkan dosis obat

pertama. Hal ini untuk memaksimalkan efek penurunan tekanan darah dengan

efek samping seminimal mungkin. Pada penelitian ini pemberian dua kombinasi

yang paling banyak diberikan adalah golongan diuretik dan ACE inhibitor yaitu

sebanyak 9 kasus (36,0%) karena kombinasi ini memiliki efek yang sinergis

dalam menurunkan tekanan darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

52

Tabel X. Distribusi Penggunaan Kombinasi Tiga Golongan Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

No Kombinasi Tiga Golongan Obat Antihipertensi

Jumlah Persentasi (%)

1 Diuretik, ACE inhibitor, antagonis kalsium 2 18,2

2 Diuretik, ACE inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II 2 18,2

3 Diuretik, antihipertensi bekerja di sentral, antagonis reseptor angiotensin II 2 18,2

4 Diuretik, antihipertensi bekerja di sentral, antagonis kalsium

1 9,1

5 Diuretika, beta-bloker, antagonis reseptor angiotensin II

1 9,1

6 Diuretik, ACE inhibitor, antihipertensi bekerja di sentral

1 9,1

7 ACE inhibitor, antihipertensi bekerja di sentral, antagonis reseptor angiotensin II 1 9,1

8 ACE inhibitor, beta-bloker, antagonis reseptor angiotensin II 1 9,1

Total 11 100

Dari data tabel X dapat kita ketahui bahwa terdapat 11 kasus penggunaan

tiga macam kombinasi obat antihipertensi. Penggunaan tiga macam kombinasi

antihipertensi mempunyai persentasi yang lebih besar yaitu kombinasi (diuretik,

ACE inhibitor, antagonis kalsium), (diuretik, ACE inhibitor, antagonis reseptor

angiotensin II), (diuretik, antihipertensi bekerja di sentral, antagonis reseptor

angiotensin II) masing-masing sebanyak 2 kasus (18,2%). Kombinasi tiga obat

antihipertensi digunakan untuk pengobatan hipertensi berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

53

3. Kesesuaian Pemilihan Obat Antihipertensi Berdasarkan JNC VII

Pada penelitian ini data yang diperoleh tidak dibandingkan dengan standar

yang ada di Rumah Sakit Panti Rapih karena standar pengobatan yang ada kurang

lengkap. Panduan penatalaksanaan hipertensi yang disusun oleh JNC VII

direkomendasikan untuk pasien hipertensi agar target penurunan tekanan darah

dapat tercapai. Kelas terapi obat yang direkomendasikan JNC VII merupakan

hasil pertimbangan dari berbagai klinik tentang keuntungan penggunaan obat

antihipertensi tertentu dengan indikasi penyulit tertentu. Untuk melihat kesesuaian

pemilihan obat antihipertensi dilakukan dengan cara membandingkan dengan

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment

of High Blood Pressure (JNC) VII.

Tabel XI. Kesesuaian Pemilihan Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri dengan Penyakit Penyulit Berdasarkan JNC VII di Instalasi Rawat Inap

RSPR Tahun 2005 Keterangan

No

Penyakit penyulit Sesuai Tidak Sesuai

1 Stroke 20 3

2 Asma 2 - 3 Ginjal 4 1 4 Jantung 2 2 5 Dispepsia 3 - 6 Dislipidemia 2 - 7 Diabetes mellitus 5 -

Total 38 6

Dari data tabel XI terlihat bahwa jumlah pemilihan antihipertensi dengan

penyakit penyulit yang sesuai dengan JNC VII sebanyak 38 kasus sedangkan yang

tidak sesuai dengan JNC VII sebanyak 6 kasus. Antagonis reseptor angiotensin II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

54

dan ACE inhibitor merupakan terapi yang direkomendasikan oleh JNC VII untuk

pasien hipertensi dengan penyakit ginjal karena dapat melindungi ginjal. Namun

pada pasien dengan penyakit ginjal penggunaan beta-bloker tidak dianjurkan.

karena dapat memperburuk penyakit ginjal. Pada penelitian ini terdapat satu

pasien yang mengalami penyakit ginjal, sehingga pemberian beta-bloker tidak

dianjurkan untuk pasien tersebut.

Angiotensin converting Enzyme inhibitor atau antagonis reseptor

angiotensin II merupakan first line bagi pasien hipertensi dengan diabetes melitus.

Kedua obat ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga kadar gula dalam

darah menurun. Diuretik, beta-bloker dan antagonis kalsium juga bisa digunakan

dalam terapi hipertensi dengan diabetes melitus (Saseen dan Carter, 2005).

Pasien dengan penyakit stroke mendapat terapi antihipertensi antagonis

kalsium. Menurut JNC VII sebaiknya pasien dengan penyakit stroke mendapat

obat antihipertensi golongan ACE inhibitor dan diuretik. Pada penelitian ini

terdapat 2 pasien hipertensi dengan penyakit jantung mendapat terapi antagonis

kalsium. Pasien hipertensi dengan penyakit jantung sebaiknya tidak mendapat

terapi antihipertensi antagonis Ca karena dapat memperparah penyakit jantung

tersebut.

3. Cara Pemberian

Dari data tabel XII dapat diketahui bahwa prosentase terbesar cara

pemberian obat antihipertensi pada geriatri di Instalasi Rawat Inap RSPR tahun

2005 yaitu pemberian obat antihipertensi dengan cara peroral sebanyak 120 kasus

(90,9%), sedangkan pemberian secara injeksi sebanyak 12 kasus (9,1%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

55

Tabel XII. Prosentase Cara Pemberian Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005

No Cara Pemberian Jumlah Persentasi (%)

1 Oral 120 90,9 2 Injeksi 12 9,1

Total 132 100

Cara pemberian injeksi sedikit digunakan karena lebih mahal, nyeri, dan

pengunaannya harus dilakukan oleh tenaga medis, serta obat yang telah

disuntikkan tidak dapat ditarik kembali. Menurut Benowitz (2001), obat

antihipertensi yang diberikan secara injeksi berguna untuk mempercepat

penurunan tekanan darah, sedangkan penggunaan obat antihipertensi peroral

berguna untuk mengontrol tekanan darah secara bertahap.

Pemberian secara oral banyak digunakan karena perawatan hipertensi

membutuhkan jangka waktu yang panjang sehingga membutuhkan cara

pemberian yang mudah dilakukan, paling aman dan murah, serta efek samping

yang relatif lebih ringan. Menurut Bustami (2001), pemberian terapi secara oral

pada pasien lanjut usia harus memperhatikan bahwa pasien lanjut usia seringkali

sulit menelan tablet yang besar. Sebaliknya juga pasien yang penglihatannya

sudah berkurang atau tangannya kaku sulit memegang tablet berukuran kecil.

C. Evaluasi Interaksi Antihipertensi

Untuk melihat interaksi obat dilakukan dengan cara membandingkan

dengan literatur yaitu Drugs Interaction, Stockley (1994) dan Informatorium Obat

Nasional Indonesia, Anonim (2000), Drug Interaction Facts, Tatro (2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

56

1. Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Antihipertensi Lain

Tabel XIII. Distribusi Interaksi Golongan Obat Antihipertensi dengan Golongan Obat Antihipertensi Lainnya Di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Tahun 2005

No Golongan Golongan Interaksi Jenis Interaksi Jumlah kasus

Persentasi (%)

1 Diuretik ACE inhibitor Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 15 25,9

2 Diuretik Antihipertensi bekerja sentral

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 5 8,6

3 Diuretik Beta-bloker Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 1 1,7

4 Diuretik Antagonis Ca Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 7 12,1

5 Diuretik Antagonis reseptor

angiotensin II

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 5 8,6

6 ACE inhibitor Antihipertensi bekerja sentral

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 5 8,6

7 ACE inhibitor Antagonis Ca Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 5 8,6

8 ACE inhibitor Antagonis reseptor

angiotensin II

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 2 3,5

9 Antihipertensi

bekerja di sentral

Beta-bloker Meningkatkan resiko hipertensi Farmakodinamik 1 1,7

10 Antihipertensi

bekerja di sentral

Antagonis Ca Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 3 5,2

11 Antihipertensi

bekerja di sentral

Antagonis reseptor

angiotensin II

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 2 3,5

12 Beta-bloker Antagonis Ca Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 1 1,7

13 Beta-bloker Antagonis reseptor

angiotensin II

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 2 3,5

14 Antagonis Ca Antagonis reseptor

angiotensin II

Meningkatkan efek hipotensif Farmakodinamik 4 6,9

Total 58 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

57

Tabel XIV. Distribusi Interaksi Jenis Obat Antihipertensi dengan Jenis Obat Antihipertensi Lainnya Di Instalasi RSPR Tahun 2005

No Jenis Obat Antihipertensi

Jenis Obat Antihipertensi Jenis Interaksi Jumlah

Kasus Persentasi

(%)

1 furosemid Kaptopril farmakodinamik 9 15,5

2 furosemid klonidin farmakodinamik 5 8,6 3 furosemid valsartan farmakodinamik 2 3,5

4 furosemid losartan farmakodinamik 3 5,2 5 furosemid perindopril farmakodinamik 1 1,7 6 furosemid ramipril farmakodinamik 3 5,2 7 furosemid amlodipin farmakodinamik 2 3,5 8 furosemid nifedipin farmakodinamik 3 5,2 9 furosemid karvediol farmakodinamik 1 1,7

10 indapamid imidapril farmakodinamik 2 3,5 11 indapamid amlodipin farmakodinamik 2 3,5 12 kaptopril nifedipin farmakodinamik 1 1,7 13 kaptopril valsartan farmakodinamik 2 3,5 14 kaptopril klonidin farmakodinamik 4 6,9 15 ramipril nifedipin farmakodinamik 2 3,5 16 ramipril klonidin farmakodinamik 1 1,7 17 imidapril amlodipin farmakodinamik 1 1,7 18 imidapril nifedipin farmakodinamik 1 1,7 19 amlodipin karvediol farmakodinamik 1 1,7 20 amlodipin klonidin farmakodinamik 1 1,7 21 amlodipin valsartan farmakodinamik 4 6,9 22 klonidin nifedipin farmakodinamik 2 3,5 23 klonidin valsartan farmakodinamik 1 1,7 24 klonidin losartan farmakodinamik 1 1,7 25 klonidin karvediol farmakodinamik 1 1,7 26 valsartan karvediol farmakodinamik 2 3,5

Total 58 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

58

Dalam terapi hipertensi, dokter dengan pertimbangan tertentu akan

memberikan satu atau lebih obat antihipertensi pada pasien lansia. Pemberian

antihipertensi lebih dari satu dapat menimbulkan interaksi obat. Dalam penelitian

ini potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain

terjadi pada 58 pasien atau sebesar 71,6% dari total 81 pasien hipertensi geriatri.

a. diuretik dan ACE inhibitor

Data tabel XIII menunjukkan bahwa kombinasi diuretik dan ACE inhibitor

paling banyak digunakan yaitu sebesar 25,9%. Interaksi jenis obat antihipertensi

yang banyak terjadi dalam golongan ini adalah interaksi furosemid dan kaptopril

sebanyak 9 kasus (15,5%). Menurut Stockley (1994) kombinasi ini efektif dalam

menurunkan tekanan darah karena mempunyai efek sinergis tetapi dapat

menyebabkan hipokalemia karena penggunaan furosemid dan menyebabkan

meningkatnya efek hipotensif (bisa ekstrim).

Secara teoritis kombinasi ini mempunyai onset tertunda dimana efek klinis

dari interaksi obat timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah

pemberian. Tingkat keparahan interaksi ini bersifat minor yaitu efek yang timbul

biasanya ringan atau tidak timbul dan tidak dibutuhkan terapi tambahan. Tingkat

kepercayaan dikategorikan suspected yaitu efek interaksi mungkin terjadi, tetapi

butuh penelitian lebih lanjut (Tatro, 2001). Untuk mengurangi efek samping ini

sebaiknya dilakukan penyesuaian dosis dengan pemberian dosis pertama harus

diberikan dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan atau dengan mengurangi

dosis diuretik atau bahkan menghentikan pemberian diuretik (Stockley, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

59

b. diuretik dan antihipertensi bekerja di sentral

Pada penelitian ini interaksi jenis obat antihipertensi yang banyak terjadi

dalam golongan ini adalah interaksi furosemid dan klonidin sebanyak 5 kasus

(8,6%). Kombinasi ini dapat meningkatkan efek hipotensif dan menguntungkan

(Anonim, 2000). Kombinasi antihipertensi bekerja di sentral dengan tiazid

dianjurkan untuk memperkuat efeknya tetapi sebaiknya dosis diturunkan untuk

mengurangi efek samping (Tjay dan Rahardjo, 2002).

c. diuretik dan beta-bloker

Persentasi interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini terjadi

pada furosemid dan karvedilol sebanyak 1,7%. Interaksi ini dapat meningkatkan

efek hipotensif dan menguntungkan (Anonim, 2000).

d. diuretik dan antagonis Ca

Dalam penelitian ini, interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini

banyak terjadi pada furosemid dan nifedipin sebesar 5,2%. Kombinasi ini

memberikan efek yang merugikan karena antagonis kalsium hanya memberikan

penambahan efek yang kecil bila digunakan bersama diuretik (Anonim, 2000).

e. diuretik dan antagonis reseptor angiotensin II

Pada penelitian ini interaksi jenis obat antihipertensi yang banyak terjadi

dalam golongan ini adalah interaksi furosemid dan losartan sebesar 5,2%.

Kombinasi ini menguntungkan karena dapat meningkatkan efek hipotensif

(Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

60

f. angiotensin converting enzyme inhibitor dan antihipertensi bekerja di sentral

Pada penelitian ini interaksi jenis obat antihipertensi yang banyak terjadi

adalah interaksi kaptopril dan klonidin sebanyak 4 kasus (8,6%). Kombinasi ini

menyebabkan efektivitas kaptopril akan tertunda dan efek hipotensif timbul secara

berlebihan. Penatalaksanaan interaksi ini dengan cara menurunkan dosis kaptopril

(Stockley, 1994). Keadaan ini sesuai Setiawati dan Bustami (1995) yang

menyatakan bahwa Pemberian ACE inhibitor bersama klonidin sebaiknya

dihindari karena dapat menimbulkan efek hipotensif yang berat dan

berkepanjangan.

g. angiotensin converting enzyme inhibitor dan antagonis Ca

Interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini terjadi pada ramipril

dan nifedipin sebanyak 2 kasus (3,5%). Kombinasi ini memberikan efek yang baik

karena dapat meningkatkan efek hipotensif (Anonim, 2000).

h. angiotensin converting enzyme inhibitor dan antagonis reseptor angiotensin II

Interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini terjadi pada

kaptopril dan valsartan sebesar 3,5 %. Kombinasi ini menyebabkan meningkatnya

efek hipotensif dan menguntungkan (Anonim, 2000).

i. antihipertensi bekerja di sentral dan beta-bloker

Pada penelitian ini interaksi antar jenis obat antihipertensi terjadi pada

klonidin dan karvedilol sebesar 1,7%. Interaksi ini juga menyebabkan

meningkatnya tekanan darah secara drastis saat penggunaan klonidin dihentikan.

Oleh karena itu, terapi dengan beta-bloker perlu dihentikan sebelum

menggunakan klonidin (Stockley, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

61

j. antihipertensi bekerja di sentral dan antagonis reseptor angiotensin II

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif dan

menguntungkan (Anonim, 2000). Prosentase interaksi antihipertensi bekerja di

sentral dan antagonis reseptor angiotensin II dalam penelitian ini sebesar 3,5%.

k. antihipertensi bekerja di sentral dan antagonis Ca

Interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini terjadi pada klonidin

dan nifedipin sebesar 3,5%. Menurut Stockley (1994), bila digunakan secara

bersamaan menyebabkan efek hipotensif. Pada penggunaan klonidin yang perlu

diperhatikan adalah penghentian secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan krisis

hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah secara drastis. Penatalaksanaan

interaksi ini dapat dilakukan dengan cara monitoring efek hipotensif yang

mungkin terjadi.

l. beta-bloker dan antagonis Ca

Kombinasi beta-bloker dengan antagonis Ca aman dan bermanfaat untuk

terapi hipertensi. Bila dikombinasi dengan nifedipin, diltiazem aman tetapi perlu

diperhatikan untuk pasien dengan gagal jantung kemungkinan menjadi lebih

parah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring efek hipotensif yang mungkin terjadi

(Stockley, 1994). Persentasi interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini

terjadi pada amlodipin dan karvedilol sebesar 1,7%.

m. beta-bloker dan antagonis reseptor angiotensin II

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif. Tujuan

pemberian obat antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah kembali ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

62

normal, maka kombinasi obat ini menghasilkan interaksi yang menguntungkan

(Anonim, 2000). Persentasi interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini

terjadi valsartan dan karvedilol sebanyak 2 kasus (3,5%).

n. antagonis kalsium dan antagonis reseptor angiotensin II

Persentasi interaksi jenis obat antihipertensi dalam golongan ini banyak

terjadi pada amlodipin dan valsartan sebanyak 4 kasus (6,9%). Interaksi yang

terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif dan menguntungkan (Anonim, 2000).

2. Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain

Pasien lanjut usia sering menerima bermacam-macam obat untuk penyakit

dan gejala yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan bertambahnya resiko

interaksi obat antihipertensi dengan obat lain. Potensial interaksi antara obat

antihipertensi dengan obat antihipertensi lain terjadi pada 21 pasien (25,9%).

Tabel XV. Distribusi interaksi Golongan Obat Antihipertensi dengan Golongan Obat Lain di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Tahun 2005

No Obat Antihipertensi

Obat Lain Jenis Interaksi Jumlah Kasus

Persentasi (%)

Antidiabetik Farmakodinamik 3 14,3 Antasida Farmakokinetik 6 28,6 NSAIDs Farmakodinamik 4 19,1

1

ACE inhibitor

Alupurinol Farmakodinamik 4 19,1 NSAIDs Farmakodinamik 1 4,8 2 Loop diuretik

Kolestiramin Farmakokinetik 1 4,8 Antasida Farmakokinetika 1 4,8 3 Beta-bloker NSAIDs Farmakodinamik 1 4,8

Total 21 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

63

Tabel XVI. Distribusi Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain Berdasarkan Significance Rating dan Konsekuensi Klinis di Insatalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005 *) Significance Rating

Obat Antihipertensi

Obat Lain

Onset Tingkat keparahan

Tingkat kepercayaan

Konsekuensi Klinis

Antidiabetik

- - - peningkatan efek hipoglikemik

Antasida

cepat

minor

possible

antasida akan mengurangi

absorpsi kaptopril

NSAIDs - - - berkurangnya efektivitas kaptopril

ACE inhibitor

Alupurinol cepat mayor possible reaksi hipersensitivitas

NSAIDs cepat minor probable efektivitas frusemid akan berkurang

Loop diuretik

Kolestiramin cepat moderat suspected Absorbsi frusemid berkurang

Antasida - - - absorbsi β-bloker berkurang

Beta-bloker

NSAIDs tertunda moderat Probable

efek beta-bloker berkurang

Keterangan: tanda - = tidak tercantum dalam literatur Tatro, 2001.

a. angiotensin converting enzyme inhibitor dan antidiabetik

Mekanisme interaksi ini belum diketahui dan hanya terjadi pada sedikit

orang saja. Ada pendapat yang menyebutkan kombinasi ini menyebabkan

peningkatan efek hipoglikemik karena peningkatan pemakaian glukosa dan

meningkatnya sensitivitas insulin. Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan

dengan cara monitoring penggunaan (Stockley, 1994). Persentasi interaksi

angiotensin converting enzyme inhibitor dan antidiabetik dalam penelitian ini

sebanyak 3 kasus (14,3%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

64

b. angiotensin converting enzyme inhibitor dan antasida

Antasida dapat mengurangi absorbsi kaptopril di gastrointestinal sehingga

mengurangi efektivitas kaptopril sebagai antihipertensi. Secara teoritis kombinasi

ini mempunyai onset cepat dimana efek klinis muncul dalam waktu 24 jam setelah

pemberian dan memiliki tingkat keparahan tergolong minor yaitu efek yang

timbul biasanya ringan atau tidak timbul dan tidak dibutuhkan terapi tambahan.

Kombinasi ini juga mempunyai tingkat kepercayaan interaksi possible, dimana

efek dari interaksi mungkin terjadi tetapi data yang ada sangat terbatas. Untuk

menghindari efek samping sebaiknya pemberian antasida 1-2 jam setelah

pemberian kaptopril (Tatro, 2001). Persentasi interaksi angiotensin converting

enzyme inhibitor dan antasida pada penelitian ini sebanyak 6 kasus (28,6%).

c. angiotensin converting enzyme inhibitor dan NSAIDs

Kombinasi ini menyebabkan berkurangnya efektivitas kaptopril. Bila

digunakan bersama-sama maka akan menghambat sintesis prostalglandin sehingga

efektivitas kaptopril sebagai antihipertensi berkurang. Untuk menghindari efek

samping ini, sebaiknya dosis kaptopril ditingkatkan dan monitoring tekanan darah

(Stockley, 1994). Dari hasil penelitian, interaksi angiotensin converting enzyme

inhibitor dan NSAIDs sebanyak 4 kasus (19,1%).

d. angiotensin converting enzyme inhibitor dan alupurinol

Mekanisme interaksi ini belum diketahui. Kemungkinan kombinasi ini

dapat menyebabkan meningkatnya reaksi hipersensitivitas. Alupurinol dapat

menyebabkan reaksi hipersensitivitas, sehingga bila diberikan bersama kaptopril

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

65

yang bersifat dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas maka menyebabkan

reaksi sensitivitas berat (Tatro, 2001).

Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi ini adalah onset tertunda,

dimana efek klinis dari interaksi obat yang timbul dalam beberapa hari atau

beberapa minggu setelah pemberian. Pemberian kombinasi ini sebaiknya hati-hati

karena mempunyai tingkat keparahan mayor yang dapat membahayakan jiwa

pasien atau dapat menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat kepercayaan

interaksi ini bersifat possible yaitu efek dari interaksi mungkin terjadi tetapi data

yang ada sangat terbatas. Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan

cara monitoring penggunaan atau dengan memberi terapi hipersensitivitas

(Stockley, 1994). Pada penelitian interaksi angiotensin converting enzyme

inhibitor dan alupurinol sebanyak 4 kasus (19,1%).

e. loop diuretik dan NSAIDs

Dengan adanya NSAIDs akan menghambat sintesis prostaglandin renal,

sehingga tekanan darah renal akan meningkat. Akibatnya efektivitas furosemid

akan berkurang (Stockley, 1994). Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi

ini adalah onset cepat, dimana efek klinis muncul dalam waktu 24 jam setelah

pemberian. Efek klinis dari interaksi ini bersifat minor yaitu efek yang timbul

biasanya ringan atau tidak timbul dan tidak dibutuhkan terapi tambahan.

Kombinasi ini juga mempunyai tingkat kepercayaan probable yaitu interaksi yang

timbul sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti secara klinis (Tatro, 2001).

Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan cara monitoring penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

66

dan bila perlu dosis furosemid ditingkatkan (Stockley, 1994). Persentasi interaksi

loop diuretik dan NSAIDs dalam penelitian ini sebanyak 1 kasus (4,8%).

f. loop diuretik dan kolestiramin

Kombinasi ini menyebabkan absorbsi furosemid berkurang.

Kolesterotiramin merupakan resin penukar ion yang dapat mengikat furosemid

dalam usus sehingga menyebabkan efek furosemid berkurang (Stockley, 1994).

Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi ini adalah onset cepat dan

mempunyai tingkat keparahan moderat, dimana efek yang timbul menyebabkan

memperburuk kesehatan pasien. Tingkat kepercayaan interaksi ini dikategorikan

suspected yaitu efek dari interaksi ini mungkin terjadi, tetapi butuh penelitian

lebih lanjut (Tatro, 2001). Untuk menghindari efek samping ini sebaiknya

furosemid diberikan 2-3 jam sebelum pemberian kolestiramin (Stockley, 1994).

Dari hasil penelitian, interaksi loop diuretik dan kolestiramin sebanyak 1 kasus

(4,8%).

g. beta bloker dan antasida

Mekanisme interaksi ini belum pasti, akan tetapi ada pendapat yang

mengatakan kemungkinan berhubungan dengan tertundanya pengosongan

lambung yang disebabkan oleh antasida, akibatnya absorbsi beta-bloker

berkurang. Penatalaksanaan interaksi ini perlu dilakukan penyesuaian dosis

(Stockley, 1994). Dari hasil penelitian, interaksi beta-bloker dan antasida

sebanyak 1 kasus (4,8%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

67

h. beta bloker dan NSAIDs

Kombinasi ini menyebabkan efek beta-bloker berkurang. Mekanisme

interaksi ini adalah NSAIDs akan menghambat sintesis prostaglandin ginjal

sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan dosis

frusemid dan monitoring tekanan darah (Stockley, 1994). Secara teoritis

kombinasi ini mempunyai onset tertunda dimana efek klinis dari interaksi obat

timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah pemberian. Interaksi ini

juga mempunyai tingkat keparahan moderat sehingga mungkin dibutuhkan rawat

inap di rumah sakit atau terapi tambahan. Tingkat kepercayaan interaksi ini

dikategorikan probable jika efek dari interaksi sangat mungkin terjadi tetapi

belum terbukti secara klinis (Tatro, 2001). Persentasi interaksi beta-bloker dan

NSAIDs dalam penelitian ini sebanyak 1 kasus (4,8%).

D. Rangkuman Pembahasan

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman

profil peresepan dan evaluasi interaksi antihipertensi pada pasien geriatri di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini

termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan deskriptif non analitik.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan data dan tahap

penyelesaian data. Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medik atau

kartu permintaan obat pasien geriatri Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih

tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

68

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bila ditinjau dari karakteristik

pasien, jenis kelamin pasien hipertensi geriatri yang paling banyak adalah wanita

sebesar 61,7% sedangkan pasien pria sebesar 38,3%. Kelompok umur yang paling

banyak terjadi hipertensi adalah kelompok umur 65 - ≤75 tahun yaitu sebesar

66,7%. Menurut JNC VII klasifikasi hipertensi yang paling banyak terjadi adalah

hipertensi tingkat 2 yaitu sebesar 67,9%, sedangkan hipertensi tingkat 1 sebanyak

24,7% dan prehipertensi sebesar 7,4%. Dilihat dari penyakit penyerta yang paling

banyak diderita oleh pasien hipertensi geriatri adalah stroke sebesar 41,8%.

Prosentase menginap terbanyak yakni 7 hari (14,8%).

Dilihat dari profil peresepan, golongan obat antihipertensi yang paling

banyak digunakan oleh pasien geriatri adalah ACE inhibitor sebesar 28,5%.

Golongan dan jenis obat non antihipertensi yang banyak digunakan adalah obat

untuk penyakit reumatik dan gout sebesar 18,2%. Jumlah obat antihipertensi yang

banyak digunakan yaitu tunggal sebesar 55,5%, kombinasi dua obat sebesar

30,9%, sedangkan kombinasi tiga obat sebesar 13,6%. Kesesuaian pemilihan

antihipertensi berdasarkan penyakit penyulit yang sesuai dengan JNC VII

sebanyak 38 kasus, sedangkan yang tidak sesuai sebanyak 6 kasus. Cara

pemberian obat secara oral sebesar 90,9%, sedangkan injeksi sebesar 9,1%.

Evaluasi interaksi obat antihipertensi yang terjadi antara obat

antihipertensi dengan antihipertensi lain yang paling sering terjadi adalah interaksi

diuretik dan ACE inhibitor yaitu sebesar 25,9%. Interaksi obat antihipertensi

dengan obat lain yang paling banyak terjadi yaitu ACE Inhibitor dan antasida

sebesar 28,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal-hal

sebagai berikut ini.

1. Karakteristik pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2005, meliputi jenis kelamin pasien hipertensi geriatri yang

paling banyak adalah wanita sebesar 61,7%. Kelompok umur yang paling

banyak terjadi hipertensi adalah kelompok umur 65-≤75 tahun sebanyak 54

kasus (66,7%). Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII yang paling banyak

adalah pasien hipertensi tingkat 2 sebanyak 55 kasus (67,9%) sedangkan

penyakit penyerta yang banyak diderita pasien adalah stroke sebanyak 23

kasus (28,4%) sedangkan rata-rata pasien menginap selama 9 hari.

2. Profil peresepan antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi golongan obat

antihipertensi yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri adalah ACE

inhibitor sebesar 28,5%. Golongan obat non antihipertensi yang banyak

digunakan adalah obat untuk penyakit reumatik dan gout sebesar 18,2%.

Jumlah obat antihipertensi yang banyak digunakan yaitu tunggal sebanyak 45

kasus (55,5%). Kesesuaian pemilihan obat antihipertensi berdasarkan JNC VII

sebanyak 38 kasus. Cara pemberian obat yang banyak digunakan adalah

secara oral sebanyak 120 kasus (90,9%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

70

3. Evaluasi interaksi obat antihipertensi yang terjadi pada pasien geriatri di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005,

meliputi interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi diuretik dan ACE

inhibitor sebanyak 15 kasus (25,9%) yang memiliki onset tertunda dan tingkat

keparahan interaksi bersifat minor. Interaksi obat antihipertensi dengan obat

lain yang paling banyak terjadi yaitu ACE Inhibitor dan antasida sebanyak 6

kasus (28,6%) dengan onset cepat dan tingkat keparahan bersifat minor.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberi saran

sebagai berikut ini.

1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai drug related problem dan melihat kondisi

subyek secara keseluruhan seperti data laboratorium.

2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi interaksi obat antihipertensi secara

prospektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

71

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, hal 47-74, 83-90,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2001, Pengendalian Hipertensi: Laporan Komisi Pakar WHO, diterjemahkan oleh Kosasih, P., ITB, Bandung.

Benowitz, N.L., 2001, Obat Antihipertensi, dalam Sjabana, D., Rahardjo.,

Sastrowardoyo, W., Hamzah., dkk, (Editor), Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VIII, 276-304, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Bustami, Z.S., 2001, Obat Untuk Kaum Lansia, edisi kedua, hal 1-19, ITB,

Bandung.

Chobanian, A. V., Bakris, G. L., Black, H. R., Cushman, W. C., Green, L. A., and Joseph, L. I., 2003, The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, The JNC 7 Report, http//www.jama-ama-assn.org/cgi/content/full/289.19.2560v1, diakses 20 Februari 2006

Graham-Clarke, E. M. and Hebron, B. S., 1999, Hipertension. in: Clinical

Pharmacy and Therapeutic, 247-258, Harcourt Publisher, London. Darmojo, B., 2004, Teori Proses Menua, dalam Darmojo, B., Martono, H.,

(Editor), Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi III, hal 3-12, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A.,

(Editor), Farmasi Klinis, Edisi VIII, 119-130, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Greene, R. J., Hariss, N. D., 1999, Phatology and Theraupetic for Pharmacist A

Basic for Clinic Pharmacy Practice, Second Edition, 93-115, The Pharmaceutical Press, London.

Harvey, P. A. and Woodward, M. C., 2001, Management of Hypertension in

Older People, Geriatric Therapeutics, Aged Care Servis Austin and Repatriation Medical Centre, Victoria.

Katzung, B. G., 2004, Aspek Khusus Farmakologi Geriatrik dalam: Farmakologi

Dasar dan Klinik, Edisi IV, 487-500, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

72

Kiongdo, G., 1996, Penatalaksana Hipertensi Ringan Menurut Rekomendasi WHO/ISH, 1993, dalam Medika, no.12, tahun XXII, 726, Penerbit PT Grafiti Medika Press, Jakarta.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2003, Drug Information Handbook, Ninth edition, Lexi Comp Inc, Canada, 85-86, 231-233, 246-248, 631-632, 1000-1002.

Lidya, T., 2005, Profil Peresepan Obat Antihipertensi pada Pasien Lanjut Usia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Martono, H., 2004, Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua, dalam

Darmojo, B., Martono, H., (Editor), Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi III, hal 56-60, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Massie, M. D., 2002, Sistemic Hypertension, In Tierney, L. M., Mcphee, S.J.,

Papodakis,M.A., Current Medical Diagnosis And Treatment (CMDT), 43th edition, Lange Medical Books, MC Graw- Hill, hal 465-481.

Mycek, M.J, Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D., 2001, Farmakologi

Ulasan Bergambar, diterjemahkan oleh Azwar Agoes, edisi II, Widya Medika, Jakarta, 181-193.

Nagle, B.A., and Erwin, W.G., 1997, Geriatric, in DiPiro, J.T.,et al. (eds),

Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, 93-96, Appleton and Lange, Stamford, Connecticut.

Neutel, J.M., 2002, The Use of Combination Drug Therapy in The Treatment of

Hypertension, www.medscape.com/viewarticle/436706, diakses 21 September 2006.

Phillip, 2005, Menopouse Women and Hypertension,

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?itool=abstractplus&db=pubmed&cmd=Retrieve&dopt=abstractplus&list_uids=1274949, diakses tgl 21 januari 2007.

Prastowo, P. C., 1995, Penggunaan Obat Secara Rasional, Warta ISFI Jawa

Tengah, Edisi 13, 31-36. Prasetyo, 2005, Profil Peresepan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Ianap

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Tahun 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

73

Prest, M., 2003, Penggunaan Obat pada Lanjut Usia, dalam Aslam, M., Tan,C.K., Prayitno, A., (Editor), Farmasi Klinis, Edisi VIII, 119-130, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Rahardjo, P. J., 2001, Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan

Hipertensi, Simposium on Practical Aspect of Hypertension, Sub bagian Ginjal dan Hipertensi, Bagian IPD, 31-36, FKUI, Jakarta.

Santoso, M., 2006, Gambaran Pola Komplikasi Penderita HTN yang Dirawat di

RSUD Koja tahun 2004-2006, Cermin Dunia Kedokteran, No 150

Saseen, J.J., Carter, B.L., 2005, Hypertension, in DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.c., Matzke, G.r., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 185-214, Appleton and Lange, USA.

Setiawati, A. dan Bustami, Z. S., 1995, Antihipertensi, dalam Ganiswara, S. G.

(Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 315-342.

Siburian, 2004, Perhatian Khusus Bagi Lansia Penderita Hipertensi

http://www.gizi.net/cgi bin/berita/fullnews.cgi?newsid1078805826,57204, diakses tgl 3 Januari 2007.

Siregar, C., 2005, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Buku Kedokteran,

Jakarta, Hal 90-92. Stockley, H.I., 1994, Drug Interactions, Black Well Science, USA, 1-11, 353,

357, 358, 362. Sumartono, W. R., Aryatami, K. N., 2003, Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah pada Usia 55 Tahun menurut Survai Kesehatan Rumah Tangga, http//www.kalbefarma.com/files/cdk/files/05p, diakses 17 September 2005.

Tatro, D. S., 2001, Drug Interaction Facts, 6 th edition, Facts and Comparison A

Wolters Kluwer Company, hal 21, 45, 55, 237, 245, 451, 783-793, 102. Tjay, H. T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan

dan Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan pertama, 781, Gramedia, Jakarta.

Williams, H.G., 2001, Hipertensive Vascular Disease, dalam Isselbacher K.J. et

al. (eds), Harrison, 15th edition, Principless of Internal Medicine, Vol 1, The McGraw-Hill Company, USA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

No L/P Umur Komplikasi LamaInap

Kondisi TD

Klasifikasi hipertensi

Diuretika Penghambat ACE

Antihipertensi bekerja di sentral

Pengeblok β Antagoniskalsium

Antagonis reseptor

angiostensin II 1 L 81 th - 7 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 2 P 68 th - 17 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 3 P 78 th - 7 hari ↓ Tingkat 2 √ 4 P 83 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ 5 P 69 th Stroke 6 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 6 P 65 th - 8 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 7 L 81 th Stroke 10 hari ↓ Tingkat 2 √ 8 L 75 th - 4 hari ↓ Prehipertensi √ 9 P 65 th Dispepsia 6 hari ↓ Tingkat 1 √ 10 P 74 th 1 hari ↓ Tingkat 2 √ 11 P 89 th Jantung 13 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 12 P 85 th - 5 hari ↓ Tingkat 2 √ 13 L 78 th - 2 hari ↓ Tingkat 2 √ 14 P 65 th Stroke 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 15 P 75 th - 9 hari ↓ Prehipertensi √ 16 P 65 th jantung 7 hari ↓ Tingkat 1 √ √ √ 17 P 81 th UTI 11 hari ↓ Tingkat 1 √ √ √ 18 P 76 th Ginjal 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 19 P 81 th - 3 hari ↓ Prehipertensi √ 20 P 71 th - 4 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 21 L 65 th Vertigo 9 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 22 P 77 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 23 P 74 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ 24 P 65 th - 3 hari ↓ Prehipertensi √ √ 25 L 70 th Stroke 6 hari ↓ Tingkat 2 √ 26 P 89 th - 3 hari ↓ Tingkat 1 √ 27 P 69 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ 28 P 89 th Stroke 9 hari ↓ Tingkat 2 √ 29 P 89 th hipoglikemia 8 hari ↓ Tingkat 2 √ 30 L 68 th - 3 hari ↓ Tingkat 1 √ 31 P 65 th Dispepsia 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 32 L 73 th Vertigo 7 hari ↓ Tingkat 2 √

74

Lampiran 1. Umur, Jenis kelamin, Diagnosis Penyakit, Lama Inap, Golongan Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri Berdasarkan Rekam Medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

33 L 86 th Stroke 7 hari ↓ Tingkat 2 √ 34 P 65 th Vertigo 6 hari ↓ Tingkat 2 √ 35 P 80 th Stroke 7 hari ↓ Tingkat 2 √ 36 P 66 th - 2 hari ↓ Tingkat 2 √ 37 P 80 th Asma 10 hari ↓ Tingkat 1 √ 38 P 87 th Diabetes Melitus 8 hari ↓ Tingkat 2 √ 39 P 65 th - 7 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 40 L 65 th Asma 3 hari ↓ Tingkat 1 √ 41 L 72 th Dislipidemia 3 hari ↓ Tingkat 1 √ 42 P 71 th - 21 hari ↓ Prehipertensi √ 43 P 73 th - 11 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 44 P 76 th Stroke 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 45 L 80 th - 9 hari ↓ Prehipertensi √ 46 L 74 th Stroke 9 hari ↓ Tingkat 2 √ 47 L 66 th Stroke 8 hari ↓ Tingkat 2 √ √ √ 48 L 66 th Stroke 3 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 49 L 71 th Diabetes Melitus 4 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 50 P 66 th - 2 hari ↓ Tingkat 2 √ 51 P 66 th Hipoglikemia 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 52 P 77 th - 30 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 53 L 65 th Ginjal kronik 10 hari ↓ Tingkat 2 √ 54 L 69 th Stroke 4 hari ↓ Tingkat 2 √ 55 L 93 th - 5 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 56 P 75 th Stroke 6 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 57 P 77 th - 7 hari ↓ Tingkat 1 √ 58 P 70 th Hiperglikemia 12 hari ↓ Tingkat 1 √ 59 L 65 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 60 L 69 th Stroke 9 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 61 L 70 th Ginjal diabetes 19 hari ↓ Tingkat 1 √ √ 62 L 70 th - 17 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 63 L 68 th Diabetes melitus 4 hari ↓ Tingkat 2 √ 64 L 65 th Stroke 3 hari ↓ Tingkat 2 √ 65 P 82 th Vertigo 5 hari ↓ Tingkat 2 √ 66 L 76 th Vertigo 2 hari ↓ Tingkat 1 √ 67 P 70 th Hiperglikemia 17 hari ↓ Tingkat 2 √

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Keterangan :

L = laki-laki P = perempuan

68 L 73 th Dislipidemia 7 hari ↓ Tingkat 1 √ √ 69 P 80 th - 2 hari ↓ Tingkat 1 √ 70 P 70 th Vertigo 6 hari ↓ Tingkat 1 √ 71 L 75 th - 2 hari ↓ Tingkat 2 √ 72 L 65 th Stroke 21 hari ↓ Tingkat 1 √ √ √ 73 P 73 th Jantung 1 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 74 P 72 th Ginjal 20 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 75 L 65 th Stroke 14 hari ↓ Tingkat 2 √ 76 L 65 th Jantung 7 hari ↓ Tingkat 1 √ √ √ 77 L 91 th Stroke 11 hari ↓ Tingkat 2 √ 78 P 74 th - 6 hari ↓ Tingkat 1 √ √ 79 P 70 th Ginjal, diabetes

melitus 4 hari ↓ Tingkat 1 √

80 P 70 th Diabetes Melitus 7 hari ↓ Tingkat 2 √ √ 81 P 75 th - 2 hari ↓ Tingkat 1 √ √

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Lampiran 2. Data Umum Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

Pasien 1

TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amiodaron HCl Cordaron 2 x 1 Oral Aritmia supraventrikel dan ventrikel

Dekstromertofan Romilar 3 x 1 Oral Antitusif

Klonidin Catapres 3 x 1 Oral Hipertensi

No Reg

130610

220/110

130/80

Furosemid Lasik 1 x 1 IV Hipertensi

Pasien 2 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Losartan Angioten

1 x 1 Oral Hipertensi

Metformin HCl Diabex

2 x 1 Oral Antidiabetik

Klobazam Frisium

3 x ½ Oral Terapi epilepsi

Karvedilol Dibloc 2 x ½ Oral Hipertensi

033403

220/95

130/80

Klonidin Catapres 3 x 1 IV Hipertensi

Pasien 3 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Tramadol HCl Tramol 3 x 1 Oral Nyeri klonik

Amlodipin Tensivask 3 x 1 Oral Hipertensi

Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperlipidemia tipe IIa

131182

160/90

130/80

Pirasetam Pirasetam 3 x 1 Oral Mioklonik kortikal

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 4 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Kaptopril Kaptopril 4 x 1 Oral Hipertensi

Enerbol 3 x 1 Oral Susah berpikir

410440 190/120 120/60

Amoksilin Amoksisilin 4 x 1 Oral Antibiotik

Pasien 5 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Kaptopril Kaptopril 3 x 1 Oral Hipertensi Klonidin Catapres 3 x 1 Oral Hipertensi

Amlodipin Norvask 3 x 1 Oral Hipertensi Amoksisilin amoksisilin 3 x 1 Oral Antibiotik

471013

220/130

130/80

Metoklopramide Primperan 1 x 1 IV Mual muntah

Pasien 6 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amlodipin Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperlipidemia tipe IIa

Isosorbitdinitrit Cedocard 3 x 1 Oral Angina

470648

160/100

120/80

Frusemid Lasik 1 x 1 IV Hipertensi

Pasien 7 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Co-desgorin mesilat

Ergotika 1 x 1 Oral Migrain

Enziplek 3 x 1 Oral Saluran cerna

470242

200/120

160/100

Kaptopril Kaptopril 2 x 1 Oral Hipertensi

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 8 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Tizanidin Sirdalut 3 x 1 Oral Pelemas otot rangka

Diazepam Diazepam 3 x 1 Oral Ansiolitik

Kaptopril Kaptopril 2 x 1 Oral Antihipertensi

Keteprofen Pronalges 3 x 1 Oral Nyeri dan gangguan otot

Diklofenak sodium Voltaren 1 x 1 Oral Radang dan reumatik

Ranitidin Rantin 2 x 1 Oral Ulkus lambung

268051

269/150

130/80

Estazolam Esilgan 1 x 1 Oral Ansietas

Pasien 9 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Klorzoksazon Myonal 2 x 1 Oral Spasme otot rangka

Natrium diklofenak

Voltaren 1 x 1 Oral Nyeri dan radang pada penyakit reumatik

Betahistin hidroklorida

Merislon 3 x 1 Oral vertigo

Kaptopril Captopril 1 x 1 Oral Antihipertensi

Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperkolesterol primer

Siprofloksasin Ciprofloksasin 2 x 1 Oral Antibiotik

Ranitidin Rantin 1 amp IV Ulkus lambung

471708

130/90

120/80

Pankreatin Primperan 1 amp IV Gangguan saluran cerna

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 10 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Kaptopril Capoten 1 x 1 Oral Hipertensi

Fenitoin Phenytoin 2 x 1 Oral Epilepsi

472695

150/100

110/70 Ranitidin Rantin 2 x 1 Oral Tukak lambung

Pasien 11 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Imidapril Tanapres 1 x 1 Oral Hipertensi

Nifedipin Adalat oros 1 x 1 Oral Antihipertensi

Furosemid Lasix 1 x ½ Oral Edema karena gagal ginjal, hipertensi

Aspar. K 1 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

249057

170/90

150/90

Isosorbide dinitrat Cedocard 3 x 1 Oral Pengobatan angina

Pasien 12 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Betahistin hidroklorida

Merislon 3 x 1 Oral Vertigo

Domperidon Vometa 3 x 1 Oral Mual muntah

Fluvastatin Lescol 3 x 1 Oral Hiperkolesterolemia

Diltiazem hidroklorida

Herbeser 1 x 1 Oral Angina, hipertensi

Sefiksim Starcef 2 x 1 Oral Antibiotik

408220

180/80

130/80

Alopurinal Zylonic 1 x 1 Oral Batu asam urat

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 13 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

CO- degokrin mesilat

Ergotika 1 x 1 Oral Memperbaiki fungsi mental 209786

160/90 130/70

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 14 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Blopres 1 x 1 Oral Antihipertensi

Pirasetam Neurotam 2 x 1 Oral Sindrom invulsi pada geriatri

Amoksisilin Amoxan 3 x 1 Oral Antibiotik

Amlodipin besilat

Tensivask 1 x 1 Oral Antihipertensi

471868

190/110

160/100

Nicholin 2 x 1 IV Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak

Pasien 15 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amaryl 1 x 1 Oral Antidabetik

Pirasetam Neurotam 4 x 1 Oral Sindrom invulsi pada geriatri

Kaptopril Capoten 3 x 1 Oral Antihipertensi

208143

180/110

160/100

Siprofloksasin Ciprofloksasin 2 x 1 Oral Antibiotik

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 16 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Nikotinamid Bekombion F 3 x 1 Oral Sariawan, kerusakan parenkim

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Losartan Angioten 1 x 1 Oral Hipertensi

Aspar K 2 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

Frusemid Lasix 1 x ½ Oral Edema karena gagal ginjal. hipertensi

Amoxisilin Amoxilin 3 x 1 Oral Antibiotik

472066

200/110

140/100

Ranitidin Rantin 2 x 1 IV Ulkus lambung

Pasien 17 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Ranitidin Zantac 3 x 1 Oral Tukak lambung Amaryl 1 x 1 Oral Antidiabetes

Alopurinol Zyloric 1 x 1 Oral Profilaksis batu asam urat

Valsartan Blopress 1 x 1 Oral Hipertensi Plavix 1 x 1 Oral Mengurangi keparahan

aterosklerosis Atorvastatin Lipitor 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia Detrusitol 2 x 1 Oral Mengurangi aktivitas kandung

kemih Frusemid Lasik 1 x 1 Oral Edema karena gagal ginjal,

hipertensi

396267

140/70

110/70

Ketosteril 3 x 1 Oral Terapi infusiensi ginjal kronik

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 18 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Aspar K 2 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

Nikotinamid Bekombion F 3 x 1 Oral Sariawan, kerusakan parenkim

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Siprofloksasin Ciprofloksasin 2 x 1 Oral Antbiotik

Alopurinol Allupurinol 2 x 1 Oral Profilaksis batu asam urat

Folavit 2 x 1 Oral Suplemen

Bromheksin Mucoheksin 3 x 1 Oral Mukolitik

471953

160/80

120/70

Frusemid Lasix 1 x 1 IV Edema karena gagal ginjal, hipertensi

Pasien 19 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Blopres 1 x 1 Oral Antihipertensi

Sefaklor Mediconcef 2 x 1 Oral Antibiotik

Natrium diklofenak

Voltaren R 1 x 1 Oral Nyeri dan radang pada reumatik

471404

130/70

120/80

Gingkan 3 x 1 Oral Gamgguan peredaran di otak

Pasien 20 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amlodipin besilat

Norvask 1 x ½ Oral Hipertensi

Bisoprolol fumarat

Concor 1 x ½ Oral Hipertensi

204189

160/150

120/70 Alprazolam Xanax 2 x 1 Oral Ansietas

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Natrium diklofenak

Catalflan. D 3 x 1 Oral Nyeri pada radang

Linkomisin Lincosin 3 x 1 Oral Antibiotik

Dipiron Cetalgin * 3 x 1 Oral Sakit kepala

Pasien 21 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Asetosal farmasal 1 x 1 Oral Demam

Aspar K 1 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

Isosorbide dinitrat

Cedocard 2 X 1 Oral Pengobatan angina

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Sefriakson Cefriakson 2 x 1 Oral Antibiotik

234859

189/119

120/80

Frusemid Lasix 2 x 1 IV Edema karena gagal ginjal, hipertensi

Pasien 22 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Citaz 2 x 1 Oral Gejala iskemik Klonidin

hidroklrida Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Diazepam Valium 1 x 1 Oral Ansiolitik Enerbol 3 x 1 Oral Glikotropikum

Seftriakson Cefriakson 1 x 1 Oral Antibiotik Valsartan Aprovel 1 x 1 Oral Hipertensi

470521

220/150

180/100

Frusemid Lasik 3 x 1 amp IV Edema, hipertensi

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 23 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Nimodipin Nimotop 3 x 1 Oral Gangguan neurologik

Asam traneksamat

Kalnex 2 x 1 Oral Antifibrinolitik

230712

170/100

100/80

Klonidin hidroklorida

Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 24 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amlodipin Tensivask 1 x 1 Oral Antihipertensi

Valsartan Aprovel 1 x 1 Oral Hipertensi

462914

130/70

120/80

Klobazam Frizium 1 x 1

Oral ansietas

Pasien 25 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cilostazol Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Amilodipin besilat

Tensivask 1 x 1 Oral Antihipertensi

473182

192/125

150/80

Nicholin 2 x 1 IV Kehilangan kesaaran akibat kerusakan otak

Pasien 26 No reg

TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Imidapril Tanapres 3 x 1 Oral Hipertensi

Lysmin 3 x 1 Oral Multivitamin

24871

2

140/90

120/70

Enzyplek 3 x 1 Oral Nutrisi saluran cerna

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 27 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperkolesterol primer

Citaz 2 x 1 Oral Gejala iskemik

Klonidin hidroklrida

Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Enerbol 3 x 1 Oral Daya pikir menurun

429713

174/106

150/90

CO- degokrin mesilat

Ergotika 1 x 1 Oral Memperbaiki fungsi mental

Pasien 28 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cilostazol Citaz 2 x 1 Oral Gejala iskemik 257052 210/90 130/80

Klonidin hidroklrida

Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 29 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Bromheksin Mukoheksin 3 x 1 Oral Mukolitik

239415

160/90

140/80

Setirizin hidroklorida

Ryzen 1 x 1 Oral Alergi

Pasien 30 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Diltiazem hidroklorida

Herbeser 2 x 1 Oral Hipertensi 245190

14/70

130/70

Ubi Q 1 x 1 Oral Antioksidan

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 31 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cedocard 1 x 1 Sublingual angina

Dipiron Cetalgin * 3 x 1 Oral Sakit kepala

Imidapril Tanapres 3 x 1 Oral Hipertensi

428732

165/120

130/70

Indapamid Natrilik 1 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 32 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Dipiron Cetalgin* 1 x 1 Oral Sakit kepala

Nifedipin Adalat 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

160329

160/90

120/70

Sefriakson Cefriakson 1 x 1 Oral Antibiotik Pasien 33

No reg TD masuk TD kleuar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi

Sertralin Zolaft 1 x 1 Oral Depresi

Ramipril Triatec 1 x 1 Oral Hipertensi

122126

180/100

130/80

Nicholin 2 x 1 IV Kehilangan kesaaran akibat kerusakan otak

Pasien 34 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Losartan Angioten 1 x 1 Oral Hipertensi 040825

180/100

150/100 Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperkolesterol primer

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 35 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Clopidogrel Plavix 1 x 1 Oral Mengurangi keparahan aterosklerosis

474764

211/91 130/80

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 36 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Nifedipin Adalat oros 1 x 1 Oral Antihipertensi 475446

220/150

140/80 Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Pasien 37 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Betahistin hidroklorida

Merislon 3 x 1 Oral Vertigo

Sefiksim Starcef 2 x 1 Oral Antibiotik

Celebex 2 x 1 Oral Osteoatritis

Nifedipin Adalat 3 x 1 Oral Hipertensi, angina

Terbutalin sulfat

Bricasma 3 x 1 Oral Asma bronkial

453791

145/90

130/90

Ranitidin Zantac 2 x 1 Oral Tukak lambung

Pasien 38 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Clopidogrel Plavix 1 x 1 Oral Mengurangi keparahan aterosklerosis

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi

336829

180/90

150//80

Ramipril Triatec 1 x 1 Oral Hipertensi

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Sefriakson Cefriakson 2 x 1 IV Antibiotik

Pasien 39 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Losartan Angioten 1 x 1 Oral Hipertensi

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Aspar K 2 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

Frusemid Lasix 1 x 1 IV Edema karena gagal ginjal hipertensi

Ultravita 1 x 1 Oral Pengobatan defisiensi vitamin

475431

208/144

150/70

Klonidin hidroklorida

Catapres 3 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 40 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Bromheksin Mukoheksin 3 x 1 Oral Mukolitik 475461

140/100

120/80 Kaptopril Capoten 2 x 1 Oral hipertensi

Pasien 41 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Aprovel 1 x 1 Oral Hipertensi

Diazepam Diazepam 1 x 1 Oral ansietas

Atorvastatin Lipitor 3 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

OBH 3 x 1 Oral Pengeluaran dahak

268484

180/90

140/80

Asam traneksamat

Kalnex 3 x 1 Oral Fibrinolisis lokal

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 42 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cedocard 3 x 1 Oral Angina

Ubi Q 1 x 1 Oral Antioksidan

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Amlodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

427118

130/80

120/80

Ranitidin Zantac 2 x 1 IV Tukak lambung

Pasien 43 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Klonidin hidroklrida

Clonidin 3 x ½ Oral Hipertensi

Nifedipin Adalat 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

Estazolam Esilgan 1 x 1 Oral Ansietas

006229

190/120

140/90

Frusemid Lasik 1 x ½ Oral Edema karena gagal ginjal, hipetrensi

Pasien 44 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Diovan 1 x 1 Oral Hipertensi

Alprazolam Xanax 1 x 1 Oral Ansietas

323423

190/90

170/100

Amilodipin besilat

Tensivask 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

Pasien 45 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Nikotinamid Bekombion F 3 x 1 Oral Sariawan, kerusakan parenkim

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Estazolam Esilgan 1 x 1 Oral Ansietas

Parasetamol Parasetamol 3 x 1 Oral Antipiretik

Alopurinol Allupurinol 1 x 1 Oral Profilaksis batu asam urat

Amilodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 46 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Blopres 1 x 1 Oral Hipertensi

Cedocard 3 x 1 Oral Angina Amilodipin

besilat Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Siprofloksasin Ciprofloksasin 2 x 1 Oral Antibiotik

Nimodipin Nimotop 3 x 1 Oral Gangguan neurologik iskemik

478504

220/100

130/70

Ranitidin Rantin 2 x 1 IV Ulkus lambung

Pasien 47 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amilodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Indapamid Natrilix 1 x 1 Oral Hipertensi

Clopidogrel Plavix 1 x 1 Oral Mengurangi keparahan aterosklerosis

Asetosal Faramasal 1 x 1 Oral Nyeri ringan

478870

160/100

150/90

Imidapril Tanapres 1 x 1 Oral Hipertensi

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 48 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cilostazol Citaz 3 x 1 Oral Gejala iskemik

Sefriakson Cefriakson 2 x 1 Oral Antibiotik

Ramipril Triatec 1 x 1 Oral Hipertensi

Klonidin hidroklorida

Catapres 2 x 1 Oral Hipertensi

479209

230/120

160/90

Ranitidin Rantin 2 x 1 IV Ulkus lambung

Pasien 49 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama

paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amilodipin besilat Tensivask 1 x 1 Oral Hipertensi, angina valsartan Blopress 1 x 1 Oral Hipertensi

245378

170/90

160/90 Diklofenak

sodium Voltaren 1 x 1 IM Radang dan reumatik

Pasien 50 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Bisoprolol fumarat

Concor 1 x 1 Oral Hipertensi, angina 479454

170/100

130/90

Diazepam Diazepam 1 x 1 Oral Ansietas

Pasien 51 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Konidin hidroklorida

Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Betahistin hidroklorida

Mertigo 3 x 1 Oral Vertigo

453678

189750

150/100

180/100

160/100 Aminopilin Aminopilin* 3 x 1 Oral Obstruksi jalan nafas, asma akut

berat

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Kaptopril Kaptopril* 2 x 1 Oral Hipertensi ringan

Ultravita 2 x 1 Oral

Plantacid 3 x 1 Oral Tukak lambung

Pasien 52 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Encepabol F 1 x 1 Oral Daya pikr menurun

Ketokonazol Mycoral 1 x 1 Oral Anti jamur

Kaptopril Capoten 2 x 1 Oral Hipertensi

035245

190/100

130/90

Nifedipin Adalat Oros 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

Pasien 53 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Imidapril Tanapres 1 x 1 Oral Hipertensi

Isosorbide dinitrat

Cedocard 3 x 1 Oral Angina

Bromheksin Mukoheksin 3 x 1 Oral Mukolitik

Aspar K 3 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

014422

173/125

105/80

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Pasien 54 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Citaz 2 x 1 Oral Gejala iskemik

046165

160/150

140/90 Karvedilol Dilbloc 1 x 1 Oral Hipertensi essensial

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

CO-dergokrin oksalat

Ergotika 1 x 1 Oral Untuk pasien geriatri dengan demensia ringan

Pasien 55 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amilodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Indapamid Natrilix 1 x 1 Oral Hipertensi

Isosorbide dinitrat

Cedocard 3 x 1 Oral Angina

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

107400

189/109

130/90

Ambroxol Ambroxol * 3 x 1 Oral Mukolitik

Pasien 56 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Salbutamol Ventolin exp 3 x 1 Oral Asma

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Alopurinol Zyloric 1 x 1 Oral Profilaksis batu asam urat

Ketoprofen Pronalges 3 x 1 Oral Nyeri radang dan reumatik

481971

160/100

110/70

Frusemid Lasix 3 x 1 IV Edema karena gagal ginjal, hipertensi

Pasien 57 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amilodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Atorvastatin Lipitor 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

448733

150/90 120/80

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 58 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Nifedipine Adalat Oros 1 x 1 Oral Angina, hipertensi

Ranitidin Zantac 2 x 1 Oral Tukak lambung

Okskarbazepin Trileptal 2 x 1 Oral Epilepsi, tonik klonik primer

228640

150/90

140/85

Celebrex 1 x 1 Oral Osteoatritis

Pasien 59 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Citaz 2 x 1 Oral Gejala iskemik

Neuratam 2 x 1 Oral Sindrom invulsi pada geriatri

Klonidin hidroklorida

Klonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Ketoprofen Pronalges 1 x 1 Oral Nyeri radang dan reumatik

Nifedipin Nipedipin * 2 x 1 Oral Angina dan hipertensi

479277

180/90

160/90

Enoksaaparin Lovenox 2 x 1 IV Pengobatan trombosis vena

Pasien 60 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Ramipril Triatec 1 x 1 Oral Hipertensi

Nifedipine Adalat Oros 1 x 1 Oral Angina, hipertensi

Cedocard 2 x 1 Oral Angina

316017

180/100

120/70

Siprofloksasin Ciprofloksasin 2 x 1 Oral Antibiotik

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 61 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Aspar K 1 x 1 Oral Suplemen kalsium untuk obat diuretika

Amilodipin besilat

Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

Domperidon Vometa 3 x 1 Oral Mual muntah

Fluvastatin Lescol 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

Celebrex 1 x 1 Oral Osteoatritis

129971

196/110

140/90

Furosemid Lasix 1 x 1 IV Edema karena gagal ginjal, hipertensi

Pasien 62 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Kaptopril Captopril 1 x 1 Oral Hipertensi

Imidapril Tanapres 1 x 1 Oral Hipertensi

Asamfolat Asam folat 3 x 1 Oral Vitamin

284759

210/100

140/80

Furosemid Lasix 3 x 1 IV Osteoastritis, hipertensi

Pasien 63 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Glibenklamid Glibenklamid 1 x 1 Oral NIDDM ringan sedang

Asam mefenamat

Mefinal 3 x 1 Oral Nyeri ringan

Pharmaton F 1 x 1 Oral

Sefotiam Ceradolan 2 x 1 Oral Antibioiik

480402

210/100

130/80

Celebrex 2 x 1 Oral Osteoatritis

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Valsartan Blopres 1 x 1 Oral Hipertensi

Seftriakson Rochepin * 1 x 1 IV Antibiotik

Pasien 64 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 1 x 1 Oral Iskemia

Clopidogrel Plavix 1 x 1 Oral aterosklerosis

Valsartan Blopress 1 x 1 Oral Hipertensi

Atorvastatin Lipitor 1 x 1 Oral Hiperkolesterol primer

Salbutiamin Arcalion 1 x 1 Oral Vitamin B1

154748

160/110

140/90

Nicholin 2 x 1 IV Kehilangan kesaaran akibat kerusakan otak

Pasien 65 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Bethahistin hidroklorida

Merislion 3 x 1 Oral vertigo

Ultravita 1 x 1 Oral Pengobatan defisiensi vitamin

Nifedipin Adalat Oros 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

330402

220/90

180/80

Ketoprofen Pronalges 2 x 1 Oral Nyeri radang dan reumatik

Pasien 66 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Cilostazol Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi essensial

496808

150/90

145/90 Nicholin 2 x 1 IV Kehilangan kesaaran akibat

kerusakan otak

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 67 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Asam folat Asam folat 3 x 1 Oral Vitamin B12

Nifedipin Adalat oros 1 x 1 Hipertensi

486487

170/90

160/90

Ferofumarat Hemobion * 1 x 1 Oral Anemia

Pasien 68 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan

pakai Cara pakai Indikasi

CO Amoksiklav Clanexi 3 x 1 Oral Antibiotik

Amilodipin besilat Norvask 1 x 1 Oral Hipertensi

Aspark 2 x 1 Oral Suplemen kalsium

Digoksin Lanoxin 2 x ½ Oral Gagal jantung

485865

140/90

130/70

Furosemid Lasix 1 x 1 IV Osteoastritis. hipertensi

Pasien 69 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Amilodipin besilat

Tensivask 1 x 1 Oral Hipertensi, angina

Ketoprofen Pronalges 3 x 1 Oral Nyeri radang dan reumatik

134687

150/100

140/80

Domperidon Vometa 3 x 1 Oral Sindrom dipepsia

Pasien 70 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Aracalion 1 x 1 Oral Treatment asthenia

Flunarisin Unalium 1 x 1 Oral Gangguan peredaran darh serebral dan perifer

504174

140/90

130/80 Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Kaptopril Captopril 2 x ½ Oral Hipertensi

Dipiron Novalgin 1 x 1 Oral Sakit kepala akut dan kronik

Pasien 71 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Alopurinol Zyloric 1 x 1 Oral Profilaksis gout dan batu asam urat

504886

160/120 150/90

Kaptopril Captopril 2x 1 Oral Hipertensi

Pasien 72 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Sukralfat Inpepsa 3 x 1 Oral Tukak lambung

Valsartan Blopress 2 x 1 Oral Hipertensi

Klonidin hidroklorida

Catapres 2 x 1 Oral Hipertensi

Alopurinol Allopurinol 3 x 1 Oral Profilaksis gout dan batu asam urat

Kaptopril Captopril 3 x 1 Oral Hipertensi

274284

155/90

150/90

Sefriakson Cefriakson 1 x 1 Oral Antibiotik

Pasien 73 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Isosorbid dinitrat

Cedocard 3 x1 Oral Angina

Furosemid Lasix 1 x ½ Oral Gagal ginjal akut, hipertensi

KI aspartat Aspark 1 x 1 Oral Suplemen kalsium

320830

170/80

150/80

Kaptopril Captopril 3 x 1 Oral Hipertensi

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 74 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Perindopril Prexum 1 x 1 Oral Hipertensi, gagal jantung

Arcalion 1 x 1 Oral Vitamin B1

Difenhidramin Sanadryl 3 x 1 Oral Batuk basah

Cursil 2 x 1 Oral Liver

Flunarisin Sibelium 3 x 1 Oral Penyakit pembuluh darah arteri

Exelon 1 x 1 Oral Alzheimer

Furosemid Lasix 1 x 1 Oral Gagal ginjal akut, hipertensi

500385

160/80

110/70

Aspark 1 x 1 Oral Suplemen kalsium

Pasien 75 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Plavix 1 x 1 Oral Mengurangi keparahan aterosklerosis

Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Asetosal Aspilet 1x 1 Oral Nyeri ringan, demam

Karvedilol Dibloc 1 x 1 Oral Hipertensi essensial

504005

160/100

120/90

Alopurinol Zyloric 1 x ½ Oral Profilaksis gout dan batu asam urat

Pasien 76 No TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan

pakai Cara pakai Indikasi

Braxidin 2 x 1 Oral Pengobatan gejala yang disebabkan oleh kecemasan, tukak

lambung

Alprazolam Xanax 2 x 1 Oral Ansietas

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Eupilin 2 x 1 Oral Asma bronkial

Myoviton 3 x 1 Oral Letih, mudah lelah

Kaptopril Captopril 2 x 1 Oral Hipertensi

Klonidin hidroklorida

Clonidin 2 x 1 Oral Hipertensi

Frusemid Extra lasix IV Edema , gagal ginjal, hipertensi

Pasien 77 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 1 x 1 Oral Gejala iskemia

Karvedilol Dilbloc 1 x 1 Oral Hipertensi essensial

Ariceft 1 x 1 Oral Terapi demensia rinagn

Sukralfat Inpepsa 4 x 1 Oral Tukak lambung

426573

220/110

140/80

Nicholin 2 x 1 Oral Kehilangan kesaaran akibat kerusakan otak

Pasien 78 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Aspark 3 x 1 Oral Suplemen kalsium

Kaptopril Captopril 2 x ½ Oral Hipertensi

Simvastatin Simvastatin 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

Garam seng Zegase 1 x 1 Oral Vitamin dan mineral

Levofloksasin Reskuin 1 x 1 Oral Antibiotik

094657

150/90

130/80

Furosemid Lasix 1 x 1 Oral Osteoastritis, hipertensi

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

Pasien 79 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Imidapril Tanapres 1 x 1 Oral Hipertensi 287737 150/90 140/90

Domperidon Motilium 3 x 1 Oral Mual muntah

Pasien 80 No TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Pletaal 2 x 1 Oral Gejala iskemia

Valsartan Blopress 1 x 1 Oral Hipertensi

Amaryl 1 x 1 Oral Diabetes melitus tipe II

Asam mefenamat

Mefinal 3 x 1 Oral Hipersensifitas atau tukak pada peradangan

249491

216/118

130/80

Kaptopril Captopril 3 x 1 Oral Hipertensi

Pasien 81 No reg TD masuk TD keluar Nama obat Nama paten Aturan pakai Cara pakai Indikasi

Valsartan Diovan 1 x 1 Oral Hipertensi

Bisoprololfumarat Concor 1 x 1 Oral Hipertensi

Atorvastatin Lipitor 1 x 1 Oral Hiperkolesterolemia primer

Enzyplex 2 x 1 Oral Saluran cerna

CO-dergokrin oksalat

Ergotika 3 x 1 Oral Untuk pasien geriatri dengan demensia ringan

432020

140/70

120/80

Ranitidin Zantac 2 x 1 Oral Tukak lambung

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

103

DAFTAR DIAGNOSA KEMATIAN RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

RUANG PERAWATAN : SEMUA

NO NAMA DIAGNOSA ~ ICD-10 JUMLAH

LK H/M

PR

H/M

I DM E14 0 / 30 0 /30 60

2 STROKE 164------ 0/ 20 0 /20 40

3 HYPERTENSI (PRIMER) 110 0 / 27 0 / 36

1610 0 / 15 0 / 18 33 4

5

STROKE HAEMORRHAGE

CHF ( CONGESTIVE HEARTT FAILURE 150.0 0/ 15 0 / 12 27

6 BAYI LAHIR (BBL (BERAT 1000 - 2499 GR) P07.1 0 / 11 0 / 10 21

7 CH -> CIRRHOSIS HEPATIS K74.6 0 / 9 0 /10 19

8 CONTUSIO CEREBRI S06.2 0 / 13 0 / 6 19

9 CRF > CHRONIC RENAL FAILURE N18.9 0 / 10 0 / 7 17

10 IHD (ISCHEMIC HEART DISEASES) 124.9 0/ 7 0 / 8 15

1I CA PAKU C34.9 0/ 12 0 /2 14

12 SDH (SUBDURAL HEMATOMA - TRAUMATIC)

13 SEPSIS

506.5

A41.9

0 /

0 /

10

10

0 /4

0 /3

14

13

0 /4 11 14 COPD CHRONIC OBSTRUCTIV PULMONARY DI J44.9

15 DECOMPENSATION CORDIS 151.9

0/

0/

7

4 0 / 6 10

16 GE / DIARE ACUT A09 0/ 6 0 10

17 BRONCHOPNEMONIA J18.0 0/ 7 0/ 2 9

18 AMI INFERIOR 121.1 0/ 3 0 /5 8

19 FEBBRIS R50.9 0/ 4 0/ 4 8

20 CPC (COR PULMONALE CHRONIC) 127.9 0/ 3 0 /4 7

21 ISCHEMIC CEREBRAL 167.8 0/ 6 0/ 1 7

22 HEMATEMESIS K92.0 0/ 4 0/ 2 6

23 TM ABDOMEN (JINAK) D36.7 0/ 1 0 / 6

Lampiran 3. Daftar Diagnosa Kematian Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

104

Lampiran 4. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

HIPERTENSI

BATASAN

Hipertensi bila tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar sama dengan 90 mmHg.

INDIKASI PERAWATAN

Hipertensi gawat darurat (Hypertensive Emergency) dan Hipertensi Gawat (Hypertensive Urgency).

DASAR DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik Hipertensi, komplikasi organ target, funduskopi.

Laboratorium Darah : Hb, Ht, gula puasa, kreatinin, asam urat, Ca Koesterol (total dan HDL), trigliserida. Urin : Urinalisis.

Pemeriksaan Penunjang Elektrokardiografi dan foto dada.

PENGELOLAAN PENDERITA

1. Terapi tanpa obat (untuk hipertensi ringan tanpa

komplikasi) : a. Penurunan berat badan b. Pembatasan garam c. Pembatasan akohol . .

2. Terapi obat antihipertensi

a. Pendekatan layanan bertingkat : diuretic (Hct), reserpin, hydralazin

b. Pendekatan layanan bertingkat individual Langkah 1

Obat pilihan pertama diuretik, beta blocker, penghambat ACE, antagonis kalsium

Langkah 2 • Meningkatkan dosis obat pilihan pertama • diganti obat pilihan pertama yang lain • ditambah obat jenis lain (kombinasi 2) diuretik, beta bloker,

penghambat ACE, antagonis kalsium Alfa bloker, alfa-2 agonis sentral, reserpin atau vasodilator.

Langkah 3 : Ditambah obat ke-3 atau ke-4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

105

2. Clonidine intravena (dapat diulang sampai 3 kali). Apabila tidak menunjukkan perbaikan dapat diberikan obat per oral : nifedipin sublingual.

b. Hipertensi Gawat 1. Furosemid intravena. 2. Clonidine per oral ('loading dose), nifedipin, captopril.

PROGNOSIS

Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

106

KRISIS HIPERTENSI

DEFINISI Krisis hipertensi ditandai oleh kelainan progresif dari fimgsi ginjal, dan otak pada penderita hipertensi berat atau kenaikan mendadak tekanan darah diastolik, biasanya > 120 mmHg. Angka kejadian krisis hipertensi berkisar antara 1-7% dari kasus hipertensi. Krisis lebih sering terjadi pada usia 40 - 60 tahun setelah menderita hipertensi 2-10 tahun. Keadaan yang sering kali berkaitan dengan hipertensi 2-10 tahun. Keadaan yang sering kali berkaitan dengan krisis hipertensi adalah hipertensi esensial, pielonefritis kronik, dan glomerulonefritis. Pada pcnderita usia muda (dibawah 30 tahun) piclonefritis kronik dan glomerulonefritis lebih sering sebagai penyebab. Keadaan lain yaug berkaitan dcn;an krisis hipertensi ini adalah lupus eritematosus sistemik, skleroderma, poliarteritis nodosa, stenosis arteri renalis Imilateral, trombosis atau emboli, toksemia gravidarum, pasca radiasi area ginjal, aldosteron primer, hiperadrenokortisisme, feokromositoma, tumor ginjal dengan produk ektopik rzntin, dan minum efedrina, amfetamina, atau makanan bagi penderita yang sedang minum obat penghambat monoamina oksidase (MAO inhibitor) KLASIFIKASI Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membedakan krisis hipertensi menjadi dua keadaan, yaitu hipertensi gawat dararut (hypertensive emergency) dan hipertensi gawat (hypertensive urgency). HIPERTENSI GAWAT DARURAT Hipertensi Ensefalopati adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai akibat kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat teijadi pada orang normal (notmotensif) yang oleh sesuatu sebab tekanan darahnya mendadak naik misalnya 160/100 mmHg. Pada penderita hipertensi kronik keadaaan ini mungkinn tidak terjadi walau tekanan darahnya mencapai 225 mmHg. Disebutkan bahwa terdapat autoregulasi di otak. Aliran darah di otak berjalan dengan baik. jika tekanan darah arterial rata (mean arterial blood pressure ) berkisar antara 60-120 mmHg,sedang pada penderita hipertensi kronik tekanan arterial ini bergeser ke kanan. Jika tekanan darah arterial rerata melampaui nilai ambang autoregulasi otak, maka akan terjadi hiperfusi dan kebocoran cairan ke jaringan otak sehingga timbul gejala ensefalopati. HIPERTENSI MALIGNA BERAT DENGAN KOMPLIKASI DISFUNGSI ORGAN SASARAN Keadaan ini disebut pula sebagai hipertensi akselerasi (accelerated hypertension). Tekanan darah yang tinggi > 200/130 mmHg akan melibatkan arteriolitis nekrotik di organ sasaran (ginjal dan otak). Terjadi kerusakan arteiole yang progresif yang dapat berakibat nefrosklerosis dan retinopati berupa perdarahan dan eksudasi (KW III), dengan atau tanpa edema papil. Termasuk dalam kategori ini adalah : • Gagal jantung kiri akut disertai edema paru • infark miokard akut atau angina pektoris, unstable • aneurisma aorta disekans (disecting aortic aneurysma)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

107

Gambaran Klinis Hipertensi Gawat Darurat Tekanan darah : biasanya tekana darah diastolik > 130 mmHg Funduskopi : perdarahan eksudat, dengan / tanpa edema papil Status neurologis : sakit kepala, bingung, defisit fokal,kejang, koma Jantung : iktus nyata, hipertrofi, gagal Jantung Ginjal : oliguria, azotemia Gastrointestinal : mual, muntah

HIPERTENSI GAWAT

Tekanan darah tinggi tanpa disertai disfungsi organ sasaran, akan tetapi potensial menyebabkan komplikasi kerusakan organ sasaran. Oleh karena itu, tekanan harus diturunkan secepatnya (24 Jam). Termasuk dalam kategori ini adalah : • Hipertensi maligna (accelerated hypertension). • Hipertensi perioperatif.

• Feokromositoma dan sindroma withdrawl akibat penahentian obat antihipertensi yang mendadak.

• Infark otak aterotrombotik dengan hipertensi berat.

MANIFESTASI KLINIS

Kelainan ginjal, mata, dan susunan saraf pusat mungkin mencolok, akan tetapi perubahan-perubahan pada ketiga organ ini biasanya teilihat selama perjalanan penyakit tekanan darah ini biasanya terlihat se!ama perjalanan Penyakit. Tekanan darah pada umumnya tetapi dapat pula sangat berfluktuasi. Tekanan darah diastolik yang lebih besar dari 120 mmHg sama sekali tidak menunjukkan akan kemungkinan adanya krisis hipertensi.

Perubahan awal dari mata dapat berupa eksudat lunak, perdarahan dan edema papil. Edema papil merupakan komponen yang bervariasi terutama pada mereka yang perjalanan penyakitnya pelan-pelan, akan tetapi pada mereka yang perjalanannya akut dan progresif edema papil mungkin tidak dijumpai. Edema papil biasanya diikuti oleh neuroretinitis, tetapi dapat pula dijumpai sendirian. Bermacam tingkat kebutaan dapat dijumpai dan dapat pulih dengan terapi yang sesuai. Tetapi harus pula diketahui bahwa perubahan mata mungkin tetap berlanjut sampai beberapa minggu setelah tekanan darah terkontrol. Nekrosis fibrinoid artetiola dengan kebocoran plasma ke sekitamya menimbulkan eksudat cotton wool dan perdarahan bentuk nyala api akibat pecahnya pembuluh darah. Edema papil dapat timbul akibat edema serebri lokal atau menyeluruh. Kebutaan sebagai akibat neuroretinitis dan spasme arteria obliteratif berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

108

Hipertensi ensefalopati mungkin timbul mendadak atau pelan-pelan dan biasanya didahului atau disertai nyeri kepala yang berat. Manifestasi neurologik bervariasi, tetapi biasanva berakhir dengan kejang dan koma. Kelainan primer yang mendasarinya adalah emboli kecil multipel di otak yang berkaitan dengan edema serebri. Proses ini terjadi akibat vasokontriksi yang menyertai tekanan darah yang meninggi. Vasokontriksi arteri di otak lebih ringan dibandingkan vasa perifer, tetapi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler di otak dan edema. Hipertensi ensefalopati sering sulit dibedakan dengan edema paru pada penderita dengan Hipertensi atai ansietas dengan peninggian tekanan darah yang sementara saja. Perubahan neuro psikiatrik dari ketiga macam penyakit ini sangat mirip. Hipertensi ensefalopati dijumpai pada beberapa kasus iskemia gravidarum dan pada anak atau remaja dengan nefritis akut walaupun tekanan darah sekitar 140/90 mmHg, karena tekanan darah pada kelompok umur ini mungkin sudah menunjukkan peninggian tekanan diastolik 30-50 mmHg. Gagal ginjal seringkali ada dan mungkin mendominasi gambaran klinis krisis hipertensi. Gambaran patologinya berupa nekrosis fibrinoid dan endarteritis arteriole praglomerulus dan arten interlobuler.Akibatnya akan timbul iskemia dan nekrosis glomeruli don timbul gagal ginjal. Selain dari itu, kelainan lain pada ginjal mungkin tampak, misalnya pielonefritis kronik. Krisis hipertensi mungkin timbul mendadak sebagai gagal ginjal akut (GGA) oliguria dengan atau tanpa ensefalopati. Hanya sekitar 40% kasus menunjukkan edema papil, tetapi hampir 50% menunjukkan perdarahan dan/atau eksudat. Krisis hipertensi harus selalu dipikirkan jika menegakkan diagnosis GGA akibat vaskulitis akut, glomerulonefritis, atau ATN (acute tubular necrosis). Uremia progresif merupakan 30-60% kematian akibat hipertensi maligna. Dan telah nyata bahwa akan sangat bermanfaat terhadap pendenita demikian bila tekanan darah diastolilmya diturunkan menjadi sekitar 90-1000 mmHg. Dengan menurunkan tekanan darah akan memperbaild iskemia dan akan diikuti dengan perbaikan fungsi ginjal. walaupun pada beberapa keadaan fungsi ginjal akan tampak memberat pada awal penurunan tekanan darah. Fungsi ginjal umumnya akan mernbaik beberapa minggu atau bulan berikutnya. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan krisis hipertensi adalah menurunkan tekanan darah secepat dan seaman mungkin. Penurunan tekanan darah secara cepat mengandung resiko hipoperfusi otak. Dianjurkan agar penurunan tekanan darah diastolik jangan kurang dari 110 mmHg. Ke1ompok penderita hipertensi gawat darurat memerlukan rawat map di rumah sakit, sedang hipertensi gawat boleh dilakukan di luar rumah sakit. Evaluasi awal penderita hipertensi gawat darurat dan hipertensi gawat disajikan dalam daftar berikut : • Furusemid 40 mg intravena • Nitroprusida natrium. Dosis diberikan 0,5 - 1,5. Aksi kerjanya sangat cepat,

namun memerlukan pemantauan tekanan darah sepanjang pemberian. • Hidralazina (MAO inhibitor). Efeknya memperkuat vasodilator dari epinefiin dan

isoproterenol. • Nitrogliserina • Kombinasi fentolamina dan propanolol • Reserpin. Efeknya tidak menentu, dosis 1 mg intramuskuler, diulang dengan dosis dua kali

dalam 4 jam setelah pemberian per-tama jika belum diperoleh hasil yang diinginkan. Dosis maksimal sekali beri 10 mg, dosis sehari 20 mg.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

109

Evaluasi Hipertensi Gawat Darurat dan Hipertensi Gawat Anamnesis

• Riwayat hipertensi dan obat yang digunakan • Masukan obat simpatomimetic atau vasopresor • Gejala serebral, kardiovasa, dan gangguan visus

Pemeriksaan • Tekanan darah • Funduskopi • Status neuroloeis • Status kardiorespirasi

Status hidrasi

Pemeriksaan Penunjang • Hematokrit dan darah apus • Urinalisis • Kadar kreatinin, glukosa darah, elektrolit • X-foto thorax • EKG

• Klonidin. Ptimberian intravena, pada awalnya menaikkan tekanan darah (dapat dicegah dengan

pemberian fentolamina. 5 menit sebelum injeksi, atau dengan jaian diencerkan) • Intravena

klonidin 150 ug ( ampul) diuretika dalam 10 m1 larutan glukusa 5% disuntikkan pelan-pelan (5 menit). Lakukan pengukuran tekanan darah setiap 10 menit. Efek puncak dicapai 30-60 menit setelah pemberian. Jika setelah 40 menit tekanan diastolik masih 120 mmHg pemberian klonidin dapat diulangi. Bila tetap tidak memuaskan boleh diberikan dalam bentuk infus.

Infus Diberikan dengan dosis 0.9 - 1,0 ml Dextrose 5 %. Kecepatan infus disesuaikan dengan respon penurunan tekanan darah diastolik yang diinginkan. Intramuskuler Jika diberikan intramuskuler penurunan tekanan darah terjadi pelan-pelan, berlangsung sekitar 4 jam. Dosis maksimal sehari 1200 ug.

-->

• Diazoxida. Daya kerjanya langsung pada otot polos menyebabkan vasodilatasi. Sangat efektif sebagai obat antihipertensi, namun tidak boleh diberikan kepada penderita dengan edema paru, aneurisma aorta disekans, dan perdarahan intraserebral. Dosis 150 mg diberikan intravena dalam 30 detik (bolus, didahului pemberian furosemida 40 mg intravena), atau dengan infus 300-450 mg ( 5 mg/kgBB) dengan kecepatan 15 mg/merit, selama 20-30 menit. Efek hipotensinya berlangsung 4-12 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PROFIL PERES E PAN DAN EV ALUASI INTERAKS I … · obat antihipertensi lain dan interaks i obat antihipertensi dengan obat lain. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan

110

BIOGRAFI PENULIS

Fitriani, anak ketiga dari pasangan suami-istri David

Lauth dan Paulina. Lahir di kabupaten Putussibau-

Kalimantan Barat, 15 Juli 1983. Menyelesaikan Sekolah

Dasar tahun 1995 di Sekolah Dasar Karya Budi. Jenjang

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diempuh di

SLTP karya Budi, lulus tahun 1998. Pendidikan Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) ditempuh di SLTA Karya Budi,

lulus tahun 2001.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Farmasi tahun angkatan

2002.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI