profil museum prabu geusan ulun - disparbud.jabarprov.go.id museum prabu... · museum yps, diambil...
TRANSCRIPT
1
PROFIL
MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN
Yayasan Pangeran Sumedang Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 Srimanganti Sumedang 45311 Telp./Fax. 0261 – 201714
E-mail : [email protected] Http://museumgeusanulun.multiply.com
Group Facebook : Sahabat Museum Geusan Ulun
2
I. PENDAHULUAN.
Museum berasal dari kata “Mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze,
anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Fungsi museum dari
zaman ke zaman mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi tetapi
hakikatnya pengertian museum tidak berubah. Museum adalah sebagai lembaga tempat
penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil
budaya manusia serta alam dan lingkungannya—guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum sebagai tempat berbagai macam pengetahuan. Maka, tidak salah bila
dikatakan bahwa museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena
aspek edukasi lebih ditonjolkan dibanding aspek rekreasi. Museum juga merupakan
sebuah lembaga pelestarian kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible),
seperti artefak, fosil, dan benda-benda etnografi; maupun bukan benda (intangible), seperti
nilai, tradisi, dan norma. Dan museum memiliki dua fungsi besar yaitu sebagai tempat
pelestarian dan sumber informasi benda budaya dan alam.
Museum terdiri dari 2 komponen, yaitu penyelenggara dan pengelola museum.
Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan, sedangkan pengelolaan adalah
kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya, dalam dunia permuseuman kita
mengetahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan
unsur swasta—dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas, dan
kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggara dan pengelola museum, baik
pemerintah maupun swasta di Indonesia, harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasar-
dasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak
hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya
dan pendidikan bagi masyarakat banyak.
Museum pun terbagi berapa jenis museum :
1). Museum Umum :
Museum yang menampilkan dari berbagai displin ilmu atau jenis koleksinya beragam
mulai dari Geologi, Historiska, Etnografika dll. Yang termasuk museum umum seperti
Museum Nasional Jakarta, Museum Purna Bhakti Pertiwi Jakarta, Museum Mpu
Tantular Surabaya dan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
3
2). Museum Khusus :
Museum yang memamerkan hanya satu displin ilmu saja, seperti geologi, Arkeologi
dll. Yang termasuk museum khusus : Museum Geologi Bandung, Museum Pos
Bandung, Museum Asia Afrika Bandung, Museum Pusaka Jakarta, Museum Juang 45
Bandung, Museum Zoologi Bogor dan Museum Situs Radyapustaka Yogyakarta
Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang
melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya
melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang
terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian,
warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat
memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan
nasional. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama
dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi
segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber
inspirasi bagi kreativitas inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
II. SEJARAH SINGKAT MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN YAYASAN
PANGERAN SUMEDANG.
Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya “ Yayasan Pangeran
Sumedang “ (YPS) sebagai lembaga yang mengurus, memelihara dan mengelola barang
Wakaf Kangdjeng “ Pangeran Aria Soeria Atmadja “ (PASA) Bupati Sumedang 1882 –
1919 . Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang
(YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali benda-
benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai
upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang
khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum
Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi
keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja. Seiring berjalannya waktu
Museum Wargi –YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang
4
demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena
lokasi Museum Wargi –YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat
Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah
(PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan “Gedung
Negara” adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang
dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh
YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang
disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar
Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama
Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir
Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13
Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun Yayasan
Pangeran Sumedang”.
III. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN DARI MASA KE MASA.
Pada awal berdirinya tahun 1973 Museum Prabu Geusan Ulun memiliki dua buah gedung,
yaitu Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran
Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung yang digunakan untuk
menyimpan Pusaka-Pusaka peninggalan leluhur Sumedang dan senjata lainnya. Bangunan
tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu
Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami
beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan 1993,
Gedung Gendeng dahulu + 1970
5
Gedung kedua atau Gedung Utama adalah Gedung Gamelan yang dibangun pada tahun
1973 sumbangan dari Bapak Ali Sadikin, Gubenur DKI pada saat itu. Sesuai dengan
namanya Gedung Gamelan difungsikan sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan –
Gamelan Pusaka peninggalan leluhur Sumedang.
Pada tahun 1974 museum masih memiliki dua bangunan, yaitu : Gedung Gamelan, dan
Gedung Gendeng. Baru pada tahun 1982, Museum Prabu Geusan Ulun bertambah 2
bangunan, yaitu : Gedung Srimanganti dan Bumi Kaler.
Gedung Gamelan Sekarang
Gedung Gendeng Sekarang Setelah mengalami renovasi th. 1950, 1955
dan 1993
6
Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati
Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial, kata Srimanganti
mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung
Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung
Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya. Pada
tahun 1982 dan 1993 Gedung Srimanganti di Rehabilitasi.
Bupati dan keluarga yang pernah menempati Gedung Srimanganti, antara lain Pangeran
Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942
Srimanganti tidak lagi digunakan sebagai rumah tinggal Bupati. Sejak pemerintahan
Dalem Aria Soemantri (1937 – 1946) gedung ini dijadikan Kantor Kabupaten / PEMDA
Sumedang sampai tahun 1982, sedangkan Bupati serta keluarga tinggal di Gedung
Bengkok / Gedung Negara sampai sekarang. Gedung Srimanganti terdaftar pula dalam
Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh
pemerintah. Gedung Srimanganti merupakan bangunan ketiga museum dan sekarang
digunakan sebagai bangunan utama Museum Prabu Geusan Ulun dan sebagai pintu masuk
ke museum.
Gedung Srimanganti
7
Gedung Bumi Kaler
Gedung keempat Museum Prabu Geusan Ulun adalah Gedung Bumi Kaler merupakan
bangunan berbentuk rumah panggung dan beberapa kali mengalami rehabilitasi pada
tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sebelum
digunakan sebagai gedung Museum pada tahun 1982, Bumi Kaler digunakan sebagai
tempat tinggal keluarga keturunan leluhur Sumedang.
Gedung Srimanganti tampak Depan
8
Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran
Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) yang memerintah Sumedang tahun 1836 –
1882. Gedung Bumi Kaler Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah
terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang
dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya.
Pada tahun 1997 dibangun gedung baru
yang bernama Gedung Pusaka karena
Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat
menyimpan pusaka-pusaka peninggalan
leluhur Sumedang sudah tidak memandai.
Gedung Pusaka adalah gedung museum
yang kelima. Fungsi Gedung Pusaka sesuai
namanya sebagai tempat khusus menyimpan
benda-benda Pusaka peninggalan para
leluhur Sumedang. Pembangunan Gedung
Pusaka merupakan atas prakarsa Ibu Hj.
Rd. Ratjih Natawidjaya ibunda dari Bapak
Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana
pembangunan Gedung Pusaka bisa
dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi Sumedang,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumedang, Departemen Pariwisata Sumedang,
Pemda Sumedang dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat. Pada saat
perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung
Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun
yang dibangun pada tahun 1997. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga
Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah
Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan
Ulun.
Gd. Pusaka
9
IV. FUNGSI dan TUGAS MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN
Museum “Prabu Geusan Ulun” adalah pengembangan dari Yayasan Pangeran Sumedang
(YPS) yang berperan untuk merawat benda-benda peninggalan dari Pangeran Sumedang,
sebagai peninggalan budaya leluhur yang berarti harus meneruskan dan menjaga amanat
Pangeran Sumedang. Nilai bersejarah yang terkandung didalam benda-benda peninggalan
leluhur Pangeran Sumedang perlu dipelihara secara baik agar tetap lestari, dengan
melakukan kegiatan-kegiatan pengkajian, studi, eksperimen dan perluasan informasi agar
terjadi terus kesinambungan nilai-nilai sosial kultural leluhur Sumedang. Sehingga
kebudayaan dan peradaban generasi terdahulu dapat terus diwariskan, disempurnakan dan
dikembangkan. Oleh kerena itu tugas Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS begitu
kompleks bukan hanya untuk memelihara nilai-nilai budaya, juga harus dapat diteruskan
kepada generasi muda atas nilai-nilai budaya tersebut. Dari realisasi tugas tersebut setiap
hari minggu rutin diadakan latihan Tari Klasik, Pencak Silat, Gamelan dan lain
sebagainya. Selain itu juga setiap bulan Maulud diadakan acara “Ngumbah Pusaka dan
Kirab Pusaka Leluhur Sumedang”.
Gedung Kareta
10
Latihan Tari Klasik setiap hari Minggu di Gd. Gamelan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Kirab Pusaka diadakan setiap bulan Maulud Di Museum Prabu Geusan Ulun
11
V. VISI dan MISI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.
VISI MUSEUM :
“Terwujudnya Museum Prabu Geusan Ulun sebagai pusat budaya dan
pembelajaran masyarakat luas terhadap sejarah dan ilmu pengetahuan serta nilai –
nilai yang terkandung di dalamnya.”
MISI MUSEUM :
1. Mewujudkan Museum sebagai tempat pelestarian dan pelindungan benda-benda
cagar budaya peninggalan leluhur Sumedang serta tradisi budaya, adat istiadat
Sumedanglarang.
2. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat dalam menggali informasi sejarah
Sumedang pada umunnya serta ilmu pengetahuan lainnya.
3. Menjadikan tempat belajar dan pembelajaran budaya, adat istiadat dan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat Sumedang.
4. Menjadikan Pusat budaya masyarakat adat Sumedang, melalui kegiatan yang
diadakan oleh Karaton Sumedanglarang.
5. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sumedang dalam
rangka melestarikan warisan budaya dan wisata budaya serta nilai-nilai budaya
daerah, yang menjadi warisan masing-masing sebagai pendukung sektor
kepariwisataan bangsa Indonesia, dalam rangka mewujudkan cita-cita bansa
Indonesia sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945
6. Mendukung Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda .
7. Meningkatkan kunjungan pariwisata Kabupaten Sumedang.
VI. KLASIFIKASI KOLEKSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN
1. Koleksi Jenis Geologika/ Geografika.
Adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi/geografi antara lain
meliputi batuan, mineral dan benda-benda bentukan alam lainnya ( permata, granit, andesit
), peta dan peralatan pemetaan.
12
2. Koleksi Jenis Biologika.
Adalah benda koleksi yang masuk katagori benda objek
penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain
tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan
hewan baik yang berupa fosil maupun bukan.
3. Koleksi Jenis Etnografika.
Adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut
merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis.
4. Koleksi Jenis Arkelogika.
Adalah benda koleksi yang merupakan hasil
budaya manusia masa lampau yang menjadi
objek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut
merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa
prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya
barat.
Tengkorak Macan Di Museum Prabu Geusan Ulun
Kapak Jorong peninggalan masa pra-sejarah Di Museum Prabu Geusan Ulun
13
5. Koleksi Jenis Historika.
Adalah benda koleksi yang mempunyai “nilai sejarah”dan menjadi objek penlitian sejarah
serta meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat sampai sekarang/resen (
maksudnya : sejarah baru ). Benda-benda ini pernah digunakan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan suatu peristiwa ( sejarah ).
6. Koleksi Jenis Numismatika/ Heraldika.
Numismatika dalah setiap mata uang atau alat tukar ( token ) yang sah. Heraldika adalah
setiap tanda jasa, lambang dan tanda pangkat resmi ( termasuk cap/stempel ).
7. Koleksi Jenis Filologika.
Koleksi yang menjadi penelitian filologi,
berupa naskah2 kuno yang ditulis tangan
yang menguraikan suatu peristiwa .
Meriam Kalangtaka Peninggalan Pangeran Panembahan Di Museum Prabu Geusan Ulun
14
8. Koleksi Jenis Keramologika.
Adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar
( baked clay ) berupa barang pecah belah.
9. Koleksi Jenis Seni Rupa.
Adalah benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistic manusia melalui
objek-objek dua atau tiga dimensi.
Koleksi Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang pernah dipamerkan dalam event Nasional
maupun internasional, antara lain pameran di :
1. Pameran benda-benda Seni Keraton Indonesia ( Court Arts Of Indonesia ) di
Rotterdam Belanda tahun 1992.
2. Pameran Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS) di New York tahun
1993.
3. Pameran Dunia Islam di Australia tahun 2005.
4. Pameran Sejarah di Bogor tahun 2008.
5. Pameran Benda-Benda Keraton setiap dua tahun di Festival Keraton Nusantara.
15
VII. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN TERCATAT DI INTERNATIONAL
COUNCIL OF MUSEUM (ICOM) ASIA PACIFIC.
Directory Of Museums Of The Asia-Pasifik Countries.
International Council Of Museums (ICOM) Asia-Pacific Organisation 1993.
Volume I. INDEX . INDONESIA. No. 55 .
Museum Prabu Geusan Ulun.
Kompleks Gedung Negara, Sumedang, West Java
Telephone : 81714
Type : Private
Subordinate Unit of : Pangeran Sumedang Fundation
Opening Hours : 08:00 to 13: 00, Friday closed
Admission Fee : Children- 100,00 Rp General- 200,00 Rp
Founded in : 1973
Subjects : Personalia.
Collections : Arms & Weapons, Gold Swords, Gamelan.
Other Staff Member : 8
Services : Library.
Head : Raden Lukman Hamid Soemawilaga.
16
VIII. KOLEKSI UNGGULAN MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.
1. MAHKOTA BINOKASIH dan SIGER.
Mahkota Binokasih dan Siger. (Emas).
Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang 1578 – 1601.
Mahkota Binokasih dibuat oleh Batara Guru di Jampang pada masa Raja Pajajaran Prabu Bunisora Suradipati (1357 – 1371) dan 3 (tiga) raja Pajajaran yang menggunakan Mahkota Binokasih, antara lain : Prabu Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475), Prabu Susuktunggal (1382 – 1482) dan Prabu Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521) . Pada masa Prabu Ragamulya Suryakancana (1567 – 1579) setelah melihat keadaan Pajajaran yang sudah tak menentu akibat serangan pasukan Surasowan Banten ke berapa wilayah kekuasaan Pajajaran dan berhasil diduduki, maka Prabu Ragamulya Suryakancana memerintahkan empat Senapati Pajajaran untuk menyelamatan Pusaka Pajajaran berupa Mahkota Binokasih sebagai lambang eksistensi kekuasaan kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda ke Sumedanglarang, maka berangkatlah empat Senapati Pajajaran yang menyamar sebagai Kandaga Lante bersama rakyat Pajajaran yang mengungsi. Pada tahun 1578 tepatnya pada hari Jum’at legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedanglarang Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri Raja Sumedanglarang VIII (1530 – 1578) menerima empat Kandaga Lante ( semacam Kepala yang satu tingkat lebih tinggi dari pada Cutak (Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak + 9000 umpi ) yang dipimpin oleh Sanghyang Hawu atau Jaya Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya (Nangganan), Sangyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedanglarang dan pada masa itu pula putra Ratu Pucuk
17
Umun dan Pangeran Santri yaitu Pangeran Angkawijaya dinobatkan sebagai raja Sumedanglarang ke IX dengan gelar Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601) sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala” (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang).
2. PEDANG KI MASTAK.
Pedang Ki Mastak
Emas, Besi, Nikel
Masa Prabu Tajimalela Raja
Sumedanglarang I (721 – 778)
3. KERIS KI DUKUN.
Keris Ki Dukun
Emas, Besi, Nikel
Masa Prabu Gajah Agung Raja Sumedanglarang III
(893 – 998).
18
4. KERIS PANUNGGUL NAGA
Keris Panunggul Naga.
Emas, Besi, Nikel, Inten.
Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang IX
(1578-1601)
.
5. KERIS NAGASASRA PANEMBAHAN
Keris Nagasasra I
Emas, Besi, Nikel, Kayu
Masa Pangeran Panembahan Bupati
Sumedang 1656 - 1708 .
19
6. KERIS NAGASASRA KUSUMADINATA IX.
Keris Nagasasra II
Emas, Besi, Nikel, Kayu Pelet
Pangeran Kusumadinata IX / Kornel
Bupati Sumedang (1791 - 1828)
7. BADIK CURUL AUL.
Badik Curul Aul
Emas, Besi, Nikel, Kayu
Sanghyang Hawu Djaya Perkosa
Senapati Sumedanglarang 1578 – 1601.
20
8. TEMPAT SIRIH.
Tempat Sirih
Emas
Pangeran Soeria Koesoemah Adinata
Bupati Sumedang 1836 - 1882
9. BOKOR.
Bokor.
Emas
Pangeran Soeria Koesoemah Adinata
Bupati Sumedang 1836 - 1882
10. KUJANG
Kujang
Besi
Masa Prabu Geusan Ulun
Raja Sumedanglarang 1578 - 1601
21
11. GAMELAN PARAKAN SALAK.
Gamelan Sari Oneng Parakan Salak
Kayu Besi, tembaga.
Peninggalan Tuan Andriaan Walraven Holle (1832), Kepala Perkebunan The Parakan
Salak Sukabumi. .
12. GAMELAN PUSAKA SARI ONENG MATARAM
Gamelan Sari Oneng Mataram
Kayu Jati, tembaga.
Peninggalan Pangeran Panembahan
1656 - 1706
22
13. KITAB KUNO AL QURAN.
Al Quran tulisan tangan
Kertas
Karya R.H. Abdul Majid (1856)
Peninggalan Pangeran Soeria
Koesoemah Adinata (1836 – 1882)
14. KITAB WARUGA JAGAT
Kitab Waruga Jagat
Kertas
Karya Ngabehi Prana
Peninggalan masa Pangeran
Panembahan (1656 – 1706)
15. KITAB CARIOSAN PRABU SILIWANGI.
Cariosan Prabu Siliwangi (1675)
Kertas
Peninggalan Pangeran
Panembahan (1656 – 1706)
23
16. KERETA KENCANA NAGA PAKSI.
Kareta Naga Paksi (1990)
Kayu Jati, Besi.
24
IX. MASA PEMERINTAHAN RAJA SUMEDANGLARANG & BUPATI
SUMEDANG
I. MASA KERAJAAN.
1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) 696 - 721 M
2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela. 721 - 778 M
3. Jayabrata / Prabu Lembu Agung 778 - 893 M
4. Atmabrata / Prabu Gajah Agung. 893 - 998 M
5. Jagabaya / Prabu Pagulingan. 998 - 1114 M
6. Mertalaya / Sunan Guling. 1114 – 1237 M
7. Tirtakusuma / Sunan Tuakan. 1237 – 1462 M
8. Sintawati / Nyi Mas Ratu Patuakan. 1462 – 1530 M
9. Satyasih / Ratu Inten Dewata Pucuk Umum 1530 – 1578 M.
( kemudian digantikan oleh suaminya Pangeran Kusumadinata I / Pangeran Santri )
10. Pangeran Kusumahdinata II / Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601 M
II. MASA BUPATI PENGARUH MATARAM.
11. Pangeran Suriadiwangsa / Rangga Gempol I 1601 – 1625 M
12. Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV 1625 – 1633 M
13. Raden Bagus Weruh / Pangeran Rangga Gempol II. 1633 – 1656 M
14. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III 1656 - 1706 M
III. MASA PENGARUH KOMPENI VOC.
15. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709 M
16. Pangeran Karuhun / Rangga Gempol IV 1709 – 1744 M
17. Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759 M
18. Dalem Adipati Kusumadinata VIII / Dalem Anom. 1759 – 1761 M
19. Dalem Adipati Surianagara II 1761 – 1765 M
20. Dalem Adipati Surialaga. 1765 – 1773 M
25
IV. MASA BUPATI PENYELANG / PENGGANTI.
21. Dalem Adipati Tanubaya 1773 – 1775 M
22. Dalem Adipati Patrakusumah 1775 – 1789 M
23. Dalem Aria Sacapati. 1789 – 1791 M
V. MASA PEMERINTAHAN BELANDA.
Merupakan Bupati Keturunan Langsung leluhur Sumedang.
24. Pangeran Kusumadinata IX / Pangeran Kornel. 1791 – 1828 M
25. Dalem Adipati Kusumayuda / Dalem Ageung. 1828 – 1833 M
26. Dalem Adipati Kusumadinata X / Dalem Alit. 1833 – 1834 M
27. Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 – 1836 M
28. Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Sugih. 1836 – 1882 M
29. Pangeran Aria Suriaatmadja / Pangeran Mekkah. 1882 – 1919 M
30. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga / Dalem Bintang. 1919 – 1937 M
31. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1937 – 1946 M
VI. MASA REPUBLIK INDONESIA
32. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1945 – 1946 M
33. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1946 – 1947 M
34. R. Tumenggung Mohammad Singer. 1947 – 1949 M
35. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1949 – 1950 M
(Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang)
Disusun Oleh :
Bidang Sejarah & Silsilah
Museum Prabu Geusan Ulun
26