profil kota medan

28

Click here to load reader

Upload: deden-midzanul-akbar

Post on 01-Dec-2015

172 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nonfiksi

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Kota Medan

Sejarah berdirinya Istana Maimoon tidak dapat dilepaskan dari masa pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alam Syah, yang memerintah Kesultanan Deli dari tahun 1873 sampai 1924. Adapun sejarah ringkas berdirinya Istana maimoon berdasarkan sumber-sumber tulisan dari Kesultanan Deli adalah sebagai berikut.

Sultan yang dinobatkan pada usia muda ini memerintah dari tahun 1873 sampai tahun 1924. Pada masa pemerintahan beliau, perdagangan sudah semakin maju dan kemakmuran Kesultahanan Deli mencapai puncaknya. Beliau memindahkan pusat kerajaan ke Medan dan mendirikan lstiana Maimun pada tanggal 26 Agustus 1888, yang diresmikan pada tanggal 18 Mei 1891.

Di samping Istana maimun di masa pemerintahannya beliau juga mendirikan antara lain:

1. Mesjid Raya Al-Mashun yang didirikan pada tahun 1907 dan diresmikan pada hari Jumat tanggal 10 September 1909 (25 Syaban 1329 H).

2. Pada tahun 1906 dibangun sebuah kantor kerapatan yang berfungsi sebagai mahkamah keadilan bagi pemerintahan Sultan Ma’mun Alrasyid Perkasa Alam Syah. Seakarang adalah bekas kantor Bupati Tingkat II Deli Serdang, dan diresmikan pada tanggal 5 Mei 1913.

3. Juga beliau banyak membangun fasilitas-fasilitas kepentingan umum lainnya demi kemajuan masyarakat dan juga 2 buah bangunan mesjid di daerah-daerah untuk kepentingan syiar agama Islam pada waktu itu.

Seketika Baginda Almarhum Tuanku Sultan Mahmud Perkasa Alam ini mangkat, dewasa itu Yang Mahamulia Tuanku Sultan Ma’amun Alrasyid Perkasa Alam Syah berusia muda, yaitu belum remaja. Adalah baginda ini terlahir pada hari Senin 13 Zulkaidah 1271 H, bertepatan dengan 1853 M.

Oleh karena itu baginda ini belum ditabalkan menjadi sultan pengganti ayahanda baginda. Melainkan untuk sementara ditentukan menjadi tungkat dan pemimpinnya pertama Yang Teramat Mulia Tengku Sulaiman, Raja Muda Negeri Deli, serta yang kedua Yang Amat Mulia Tengku Sulung Laut, Pangeran Raja Negeri Bedagai Wazir Negeri Deli.

Maka setelah baginda Sultan Ma’amun Alrasyid berusia remaja, yaitu pada saat 17 tahun, tepatnya hari Sabtu 4 Jumadilakhir 1291 H bertepatan dengan 1873 M, ditabalkanlah menjadi Sultan Kerajaan Negeri Deli, dengan gelaran Tuanku Sultan Ma’amun Alrasyid Perkasa Alamsyah.

Semasa memegang tampuk kekuasaan kerajaan Acte van Verband itu telah ditambah lagi beberapa pasal, yaitu pada 14 November 1875 antara Yang Mahamulia Tuanku Sultan Ma’amun Alrasyid Perkasa Alamsyah dengan Yang Teramat Berbahagia serta Yang Diutamakan Tuan Besar Residen Pesisir Timur Pulau Perca Stoffel Locker de Bruijne serta disahkan oleh Sri Paduka Yang Dipertuan Besar Gouverneur General Hindia Olanda Van Lansbergen pada 10 Maret 1976, yaitu hal ihwal memungut hasil keluar dan masuk.

Pada 1294 H atau 1876 M, Baginda berangkat dengan para Orang Besar Kerajaan Negeri Deli ke Bengkalis dalam rangka berjumpa dan memperkenalkan diri kepada Yang Teramat Berbahagia serta

Page 2: Profil Kota Medan

Yang Diutamakan Tuan Besar Residen Pulau Perca serta rantau jajahan taklukannya yang berkedudukan di Bengkalis, wakil Pemerintah Belanda.

Setelah Baginda berusi 48 tahun di atas takhta Kerajaan Negeri Deli, maka pada masa itulah bertambah lagi beberapa Persekutuan [Perusahaan] kebun . Atas kebijaksanaan beliau semasa memerintah, maka sebagai pembalas jasa budinya oleh Sri baginda Maharani [Ratu Belanda] telah dikurniakan dua Bahdari (Piagam Penghargaan), yaitu: (1) Commandeur in de Orde van Oranje Nassau, dan (2) Ridder in de Orde van de Nederlandsche Leeuw.

Selanjutnya pada tanggal 30 Oktober 1883 diadakan lagi tambahan perjanjian antara Yang Mahamulia Tuanku Sultan Ma’amun Alrasyid Perkasa Alamsyah dengan Yang Amat Berbahagia serta Yang Diutamakan Tuan Residen Timur Pulau Perca Kroesen dengan disahkan oleh Sri Paduka Yang di-Pertuan Besar Gubernur Jendral Hindia Belanda O. Van Ress pada tanggal 26 Desember 1884, yaitu hal ihwal menentukan rakyat. Selanjutnya pada tanggal 5 Maret 1885 ditambah lagi perjanjian antara Kerajaan Negeri Deli dengan Pemerintah Belanda yaitu mengenai pemungutan cukai keluar masuk barang di Padang Bedagai (Tebing Tinggi Deli).

Pada hari Sabtu 16 Mei 1903 bertepatan 19 Syafar 1321 H, pukul 8.40 waktu setempat, Sultan mendirikan Kantor Mahkamah Kerapatan di Jalan Raja. Pada hari Selasa 1 Rajab 1324 H, atau 21 Agustus 1906 M, pukul 8.00 pagi dimulai lagi peletakan batu pertama untuk mendirikan Mesjid Almansun di Jalan Raja Kota Masun dan mulai digunakan untuk sembahyang pada hari Jumat 25 Syaban 1327 H, bertepatan 10 September 1909 M, yang dihadiri oleh Sri Paduka Yang Mahamulia Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Shah dari Negeri Langkat dan Yang Mahamulia Tuaku Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah, dari Negeri Serdang.

Istana maimun sejarah

Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.

Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).

Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung.

Page 3: Profil Kota Medan

Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Setiap hari, Istana ini terbuka untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara khusus.

2. Lokasi

Istana ini terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.

3. Luas

Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu

Setiap sore, biasanya banyak anak-anak yang bermain di halaman istana yang luas.

4. Arsitektur

Arsitektur bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.

Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa.

Page 4: Profil Kota Medan

Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul.

5. Perencana

Ada beberapa pendapat mengenai siapa sesungguhnya perancang istana ini. Beberapa sumber menyebutkan perancangnya seorang arsitek berkebangsaan Italia, namun tidak diketahui namanya secara pasti. Sumber lain, yaitu pemandu wisata yang bertugas di istana ini, mengungkapkan bahwa arsiteknya adalah seorang Kapitan Belanda bernama T. H. Van Erp.

6. Renovasi

Istana ini terkesan kurang terawat, boleh jadi, hal ini disebabkan minimnya biaya yang dimiliki oleh keluarga sultan. Selama ini, biaya perawatan amat tergantung pada sumbangan pengunjung yang datang. Agar tampak lebih indah, sudah seharusnya dilakukan renovasi, tentu saja dengan bantuan segala pihak yang concern dengan nasib cagar budaya bangsa.

I Istana Maimun adalah salah satu dari ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun.

Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada 1888, Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia, namun sayang keadaanya kurang terurus sekarang. Jika kita melewati tempat ini pada sore hari, kita bahkan bisa melihat anak-anak bermain sepak bola di halaman istana ini.

Vihara gunung timur

Vihara Gunung Timur adalah kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar di Kota Medan, Indonesia dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an. Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura.

Vihara Gunung Timur tampaknya merupakan Kelenteng Tao yang paling terkenal dan terbesar di kota Medan, dan konon mungkin juga di seluruh wilayah Pulau Sumatera. Kompleks Vihara Gunung Timur yang sangat luas ini berada di Jalan Hang Tuah 16, Medan, menghadap ke sungai Babura yang dipercaya akan membawa keberuntungan bagi kelenteng ini.

Page 5: Profil Kota Medan

Vihara ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari Kuil Shri Mariamman, kuil Hindu Tamil yang unik itu. Adalah di sebuah ujung siang ketika saya berkunjung ke Vihara Gunung Timur, dan tidak seorang pun memberikan perhatian ketika saya berjalan berkeliling di dalam Vihara dan melakukan pemotretan.

Belakangan saya tahu bahwa sebenarnya tidak diperbolehkan untuk mengambil foto di dalam kelenteng, yang bisa dimaklumi karena dapat mengganggu kekhusyukan mereka yang akan melakukan ritual sembahyang.

Halaman kelenteng ini sangat luas dan mampu menampung ratusan kendaraan roda empat, serta pada saat yang sama memberi pandangan luas tanpa halangan bagi pengunjung yang melakukan ritual di pintu masuk Vihara menghadap ke langit luas. Dua naga tampak menjaga gagah di atap vihara, dengan dua ekor ikan raksasa berkepala naga ikut menjaga di belakang mereka.

Terdapat dua singa batu hitam dan dua singa batu putih menjaga pintu masuk ke vihara.

Sebuah bedug yang bentuknya mirip dengan yang ada di masjid-masjid untuk menandai waktu sholat. Belum pernah saya mendengar sebuah bedug ditabuh di kelenteng, namun sering melihatnya saat ada arak-arakan.

Kuning dan merah mendominasi warna benda dan kain bersulam halus yang menghias altar tiga dewa, dengan jejeran hio, lilin dan ornamen lainnya.

Mungkin saya salah, namun agak tidak lazim bagi saya ketika melihat banyaknya bunga indah di dalam kelenteng, selain lilin-lilin merah dan hio yang biasa dijumpai.

Hampir tidak ada informasi tersedia bagi orang awam untuk mengenali setiap dewa yang ada di dalam kelenteng, seperti dewa yang ada pada foto di atas.

Bagian dalam Vihara diambil dari pintu masuk, memperlihatkan deretan pilar kuat penyangga atap, yang diukir dengan huruf Cina di permukaannya. Lentera Cina dengan bentuk bulat dan memanjang terlihat menggelantung di bawah langit-langit.

Keempat penjaga atap bangunan yang bergaya khas Cina dilihat dari jarak yang lebih dekat, dengan dua singa batu putih di pintu masuk, sementara beberapa lentera Cina bergelantungan di langit-langit untuk memberi penerangan pada malam hari.

Vihara Gunung Timur terlihat dengan menara lima tingkat di depannya. Ada beberapa informasi yang bertentangan tentang kapan Vihara ini dibuat, apakah pada tahun 1930-an atau 1960-an, atau mungkin beberapa renovasi besar pernah dilakukan pada bangunan kelenteng ini sebelum ia menjadi seperti apa yang terlihat pada hari itu.

Page 6: Profil Kota Medan

Kuil shri mariaman

Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 [1] (ada pula yang menyebut 1881 [2] ) untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu[3]. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau semacam gapura.

Sebuah Kuil Shri Mariamman yang lain juga terletak di Medan, di sebelah selatan kota, dekat Sungai Sepit. Kuil ini dibangun pada tahun 1876. Setiap tahun di kuil ini dilaksanakan ritual Theemithi, yaitu ritual berjalan di atas api, dalam rangka perayaan Thaipusam.

Sejarah & Fungsi Kuil Shri Mariamman di Kota Medan

Hubungan masyarakat India dengan Sumatera Utara sudah terjalin sejak abad ke-3 Masehi. Etnis India membawa agama Hindu dan terakhir membawa agama Budha mereka biasa datang dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. Transportasi perdangan di pegang oleh orang Cola.

Pada tanggal 7-7-1863 mendaratlah para pedagang tembakau dari Jawa yaitu antara lain Kuypers dan Nienhuys. Mereka mendapatkan hak konsesi tanah dari Sultan Muhmud Deli untuk menanam tembakau deli yang berkualitas baik berbau harum sebagai pembalut cerutu. Akibat dari berkembangnya perkebunan besar, orang Cina, Jawa dan India datang sebagai buruh dan orang Minang Kabau dan Mandailing merantau untuk berdagang.

Buruh-buruh Tamil yang datang dari India sebagian besar dipekerjakan di perkebunan-perkebunan. kebanyakan dari mereka di perkerjakan sebagai pelaksana transportasi misalnya; menjadi penarik pedati ataupun kereta lembu. Orang India Tamil sebagian besar menganut agama Hindu, maka dari itu dengan semakin banyak etnis Tamil di Sumatera Timur maka mereka membutuhkan fasilitas tempat beribadah.

ntuk memenuhi kebutuhan beribadah di bagunlah kuil Shrimariaman pada tahun 1884 yang berletak di Kampung Madras. Kawasan ini awalnya di sebut dengan Kampung Keling, namun kemudian berganti nama menjadi Kampung Madras. Meskipun secara resmi telah berubah nama menjadi Kampung Madras namun secara umum masyarakat Medan tetap menyebut wilayah ini dengan nama Kampung Keling hingga kini. Menurut sejarah, mengapa disebut Kampung Keling dikarenakan didaerah ini di kenal sebagai komunitas orang India Tamil yang berkulit hitam.

Page 7: Profil Kota Medan

Kampung Madras yang terletak di persimpangan Jalan Teuku Umar dengan Jalan Zainul Arifin di pusat Kota Medan. Disekitar kuil tersebut terdapat pusat perbelanjaan SUN Plaza dan + 1 km dari pusat kota (Balai Kota). Masyaratak di sekitas daerah Kampung Madras tersbut kebanyakan keturunan Cina, Jawa, Karo dan Tamil.

Kuil yang diberi nama Shri Mariamman karena Shri Mariaman digambarkan sebagai Ibu atau Dewi pelindung. Kuil Shri Mariaman dibagun pada tahun 1884 oleh masyarakat Tamil yang tinggal di Medan dan di kepalai oleh Rangga Sami Naiher yang juga sebagai donatur untuk pembangunan Kuil ini. Kuil ini dikelilingi tembok, dengan kitinggian 2,5 meter.

Dibagian depan pintu masuk ke Kuil terdapat Arca Tuwarasakti dan Relif ptung Dewa Siwa di atas amabang pintu masuk. Tuwarasakti digambarkan sebagai seorang wanita, karena merupakan penjaga dewi Shri Mariaman yang seorang wanita juga. Mempunyai wajah yang sangat cantik, bertangan empat yang membawa trisula, gada dan pasa serta sikap tangan memeberi peringatan.

Dibagian depan dinding sebelah kanan terdapat patung yang mengambarkan pekawinan Sri Laxmi. Ptung yang di tengah adalah patung pendeta yang menikahkan, digambarkan memekai surban, berkumis tebal, tipologi dari orang tamil.

ibagian depan dinding sebelah kiri terdapat patung pernikahan Shri Parvathi. petung Parvathi digambarkan bertangan dua dengan sikap tangan salah satunya, yang sebelah kiri menampung air.

Dibagian dalam terdapat tig abuah bilik yang memfokuskan pemujaan. Didalam ruanagan tersebut terdapat patung-patung yang masing-masing adalah Shri Maha Visnu, Siva dan Brahmana. dari ketiga dewa tersebut merupakan fokus pemujana. Didalam kuil ini terdapat ornamen dan pewanaan yang menarik. Di dalam kuil juga banyak terdapat patung-patung yang menghiasi kuil dan menambah keindahan kuil Shri Mariamman

Di bagian dalam sebaelah kanan terdapat patung yang terdiri dari ;

Patung Shri Murugan

Patung Shri Maha Vishnu

Patung Shri Murugan, Awwai

Patung Narayanan

Dibagian sebelah kiri terdapat patung-patung yang terdiri dar ;

atung Shri Vinayagar

Patung Brahman, Sivan, Vishnu

Patung Agasthiyar, Vinayagar

Page 8: Profil Kota Medan

Patung Sivan, Parvathi, Nandi

Dibagina belakang kuil juga terdapt arca yaitu ;

Patung Shri Krishnan

atung Shri Raja Rajesvapi

Patung Tahillai Nadarja

Gereja katedral

Sejarah

Pada awal berdirinya tahun 1879, Gereja Katedral Medan adalah sebuah gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tempat beribadat puluhan umat Katolik (yang mayoritas suku India-Tamil dan Belanda) di Jl Pemuda No 1 (dulu disebut dan dikenal sebagai Jl Istana). Melihat perkembangan jumlah umat yang pada tahun 1884 sudah berjumlah 193 orang, maka sejak tahun itu sudah dipikirkan bagaimana memperbaiki dan memperbesar gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tersebut. Barulah pada tahun 1905, ketika umat Katolik sudah berjumlah 1200 orang, pembangunan Gereja yang sekarang ini mulai dilaksanakan. Pembangunan gereja pada tahun 1905 tersebut diprakarsai dan dilaksanakan oleh para Pastor Ordo Jesuit yang bekerja di Medan. Gereja Katedral ini pada waktu itu dibangun dengan dinding batu, beratap seng dan sebagian masih beratap daun rumbia dan ijuk serta diresmikan pada bulan Nopember tahun itu juga.

Mulai 30 Januari 1928, Gereja diperluas dengan menambah bagian panti imam, ruang pengakuan dosa serta dengan pelataran depan dan menara. Perluasan dan pembangunan permanent pada tahun 1928 tersebut dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Mr. Han Groenewegen dan dilaksanakan oleh Mr. Langereis. Hasil dari rancangan arsitek dan pelaksanakan tersebut yang dapat dilihat saat ini, yang menjadikan Gereja Katedral di Jl Pemuda No 1 Medan (dikenal dengan sebutan Gereja Katedral) sebagai salah satu bangunan tua bersejarah dan bernilai arsitek yang tinggi di kota Medan ini. Sebutan lengkap dan resmi untuk Gereja Katedral ini adalah Gereja Katolik Santa Maria Tak Bernoda Asal – Katedral Medan.

Ada satu bangunan tua lain di sisi kanan dari Gereja Katedral. Bangunan tersebut adalah rumah tempat tinggal para pastor yang biasa dikenal dengan sebutan pastoran. Pastoran Katedral dibangun pada tahun 1906 berdinding kayu dan juga beratap rumbia dan ijuk. Barulah dalam masa selama tahun 1964 – 1965 bangunan pastoran tersebut diganti dengan gedung permanen sebagaimana yang dapat dilihat pada saat ini. (sekretariat Katedral Medan)

Sejarah bangungan terkait pastor-pastor

Page 9: Profil Kota Medan

Tahun 1905 gedung gereja dibangun oleh para pater Jesuit; tanggal 3 Juli 1912 Pater Fischer S.J. meninggalkan pastoran ini setelah menyerahkan reksa Pastoral kepada Kapusin pertama.

Tanggal 30 Jan 1928 gereja diperluas 6 m (panti imamat) dengan Kapel permandian dan tempat pengakuan serta dengan latar depan & menara, yang dirancang oleh arsitek Han Groenewegen dan dilaksanakan oleh Langereis.

Jalan-jalan di Kota medan

Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan, penduduknya terdiri dari beberapa kelompok masyarakat yaitu masyarakat Melayu, Batak, Karo, Batak toba, Simalungun, Mandailing, Angkola dan Nias

Medan pernah menjadi tempat peristiwa medan pertempuran antara aceh dan tetangganya kerajaan Deli. Medan sebagai pusat perdagangan memiliki pelabuhan laut dengan nama Belawan. Dahulu Medan pernah sebagai bagian dari kesultanan Deli. Tempat yang memiliki sejarah yang sangat menarik perhatian dan terkenal adalah Mesjid raya dan Istana maimun yang telah di perbaiki dan menghidupkan kembali kemegahannya pada zaman yang lalu, sampai saat ini kondisinya masih terawat dan dibagian bawah ditempati oleh anak turun dari kesulatanan deli, sehingga setiap hari berkesan ramai dengan beberapa kelompok keluarga keturunan kesultanan Deli.

Medan dengan bandara udara Polonia sebagai pintu gerbang internasional di sebelah Barat Indonesia, terletak hanya 6 kilo dari pusat kota

Istana Maimun, Tepat di jalan Brigjend Katamso masih dapat disaksikan saksi sejarah berupa cagar budaya yang akrab disebut sebagai istana Maimun dirancang oleh seorang arsitek Italia pada tahun 1888. Merupakan salah satu kompleks kesultanan yang paling mengesankan di Indonesia khususnya di Sumatera. Dengan bentuk keagungan istana dan segala kebesarannya, istana maimun senantiasa tetap menjadi simbol kota medan.

Mesjid Raya, Tidak jauh dari Istana Maimun berdiri megah Mesjid raya Al-Mashun yang merupakan wujud keperdulian Sultan Deli terhadap kehidupan religius masyarakat Medan. Mesjid ini menjadi ciri khas kota Medan dan merupakan salah satu mesjid terindah di Indonesia Dibangun oleh sultan Makmum Al Rasyid pada tahun 1906, dirancang oleh Dingemans seorang arsitek dari Amsterdam dengan gaya khas bangunan Maroko.

Jalan Akhmad Yani (Kawasan kesawan), Sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia masyarakat cina dilibatkan dalam perdagangan zaman kolonial Belanda, salah satu jalan yang paling terkenal di kota Medan adalah jalan Akhmad Yani yang lebih terkenal dengan sebutan daerah Kesawan , disini banyak bangunan-bangunan kuno yang masih berdiri megah dan terawat keberadaannya, salah satunya masih

Page 10: Profil Kota Medan

di gunakan adalah gedung dinas pariwisata dan kebudayaan, PT. London Sumatra Indonesia, BKS PPS (Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatra) dan rumah saudagar china yang paling terkenal di kota medan yaitu rumah Tjong A Fie, kondisi bangunan ini masih sangat terawat dipelihara oleh anak turun dari Tjong A fie dan dilindungi sebagai cagar budaya di kota Medan, dan tidak kalah meanrik adalah sebuah restaurant Tip Top yang sudah ada sejak zaman Belanda, terkenal dengan sajian ice cream yang menggugah selera, banyak turis lokal maupun manca negara menyempatkan diri berkunjung ke tempat ini, sekedar bersantai ataupun mengenang masa lalu, di pagi dan siang hari jalanan ini dilalui jalur satu arah menuju kearah lapangan Merdeka

Kantor Pos, Masih satu jalan dengan Jalan Akhmad Yani dan biasa di sebut sebagai jalan Balai kota, berdiri sebuah bangunan kuno yang artistik, dibangun pada tahun 1901, ini tercatat jelas di salah satu sudut bangunan kantor pos, dengan tulisan ‘Anno 1901” masih aktif digunakan sebagai kantor pos, seluruh bagian bagian dalan sudah direnovasi namun tetap mempertahankan kondisi aslinya, bagian luar masih dipertahankan sebagaimana aslinya. Kawasan kantor pos ini juga dikenal dengan sebutan daerah lapangan merdeka, karena tak jauh di depan kantor pos ini sendiri ada sebuah lapangan yang sangat besar, biasa digunakan untuk berbagai acara massal, seperti kampanye, pertunjukan musik, ataupun sekedar bermain bola.

Balai Kota dan Bank Indonesia ,Tidak jauh dari kantor pos, masih di sekitar lapangan merdeka, tampak berdiri megah bangunan tua yang dahulu di gunakan sebagai gedung walikota yans sering disebut gedung Balaikota, namun saat ini sudah dibangun gedung walikota yang baru berada di jalan Raden Saleh ditepi sungai Deli. Gedung Balai kota saat ini sedang dalam kondisi renovasi dan akan di bangun sebuah apartement dan pusat perbelanjaan terbesar di kota medan sering di sebut sebagai Town Square, konon kabarnya gedung balaikota ini akan tetap di pertahankan sebagai sebuah bangunan antic dan bersejarah di bagian depannya, salut untuk penghargaan masyarakat kota medan terhadap bangunan-bangunan bersejarah Indonesia. Tepat berada di sebelah Balai kota ini berdiri megah pula gedung Bank Indonesia yang di bangun sebagai duplikat gedung Balai kota, dengan meniru arsitektur dari balaikota itu sendiri, namun disamping itu dibangun pula gedung berlantai sembilan yang digunakan sebagai pelengkap dari gedung utama Bank Indonesia.

Stasiun Kereta Api, Masih berada di kawasan lapangan Merdeka tepatnya di jalan Kereta Api, berdiri megah stasiun kereta api 4 lantai, stasiun ini aktif beroperasi di wilayah sumatera utara, antara lain kearah Tebing tinggi, Kisaran, Siantar, Binjai, dengan tiket bervariasi antara Rp2000-Rp5000.

Simpang Empat Sekip, Terkenal dengan bangunan tugu SIB salah satu nama surat kabar daerah di kota Medan, bertambah indah di saat malam hari, karena di hiasi oleh lampu berwarna warni

Gedung DPRD, terletak di jalan Imam Bonjol, dengan bangunan Khas Tapanuli

Kantor Gubernur, Terletak dijalan Diponegoro, di sebelah kantor gubernur ini juga berdiri Mesjid Agung

Menara Air, terletak di jalan Sisingamaraja, saat malam hari dihiasi dengan lampu2 yang mengikuti

Page 11: Profil Kota Medan

bentuk menara

RS. Pirngadi, Terletak di jalan H.M. Yamin SH, salah satu rumah sakit tertua di kota Medan milik pemerintah

Patung Guru Patimpus Terletak di jalan Guru Patimpus . Beliau mendirikan kota Medan pada tahun 1590 di tepi pertemuan sungai Deli dan Babura, yang kemudian berkembang pesat hingga saat ini

Taman Makam Pahlawan, Terletak di jalan Sisingamangaraja, jalan Raya antara Medan-Tanjung Morawa

Kampung keling, dikenal juga dengan sebutan jalan Zainul Arifin, dahulu tempat ini sangat terkenal dengan pusat pertokoan dan pusat jajan, di tempat ini juga berdiri Kuil tua, yaitu Kuil Shri Mariamman dengan arsitektur India yang kental

Sebenarnya masih banyak lagi bangunan-bangunan indah lainnya yang belum sempat terekspos, semoga artikel ini bias bermanfaat bagi teman-teman yang akan mengunjungi Kota Medan. Jangan lupa membawa oleh-oleh Bika ambon dan manisan buahnya;)

Masjid agung

Dulu sewaktu eks lahan kantor Polda Sumatera Utara yang terletak di Jalan H Zainul Arifin itu sedang direncanakan untuk dialihkan menjadi lahan usaha, apalagi belakangan semakin jelas akan diperuntukkan bagi Mall besar dengan ketinggian bangunan yang melampaui menara mesjid Agung Medan, banyak juga politisi di Sumatera Utara yang memberi protes. Bahkan ada yang dengan amat getir menyebut Mesjid Agung sudah menjadi Surau Agung.

Apa yang menjadi permasalahannya kini ialah, sebagaimana mesjid-mesjid lainnya, peran dan fungsinya bagi umat Islam. Telah lewat masa meributkan pembangunan Sun Plaza, maka kini Plaza megah itu pun semakin

memposisikannya (Mesjid Agung) sebagai salah satu bentuk penyangga kepentingan kelancaran aktivitas perdagangan. Perhatikanlah foto di atas yang diambil Jum’at petang lalu. Lahan yang begitu luas ini tentulah dapat menghasilkan uang besar. Bisa belasan juta rupiah setiap hari. Kesulitan apa yang dimiliki jika dikukuhkan saja sebagai salah satu pemasukan dana bagi pengelolaan Mesjid Agung? Sebuah harian lokal Medan pernah mempertanyakan ini. Media itu ingin agar ada pengadministrasian secara baik, betapapun itu dianggap tidak selalu terkait langsung dengan kemakmuran jama’ah mesjid.

Seorang facebooker mengeluhkan “banyak kenderaan yang terparkir di halamannya dari pagi hingga malam, tetapi yang sholat selain jum’atan tak lebih dari tiga shaf saja”. Inilah dilema itu.

Page 12: Profil Kota Medan

Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah masjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat.

Sejarah pembangunan

Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini

Arsitektural

Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Prancis.

Interior Masjid Raya Medan

JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid kebanyakan. Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art nouveau

Page 13: Profil Kota Medan

periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.[1]

Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.

MUSEUM NEGERI PROVINSISUMATERA UTARA

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 April 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr.Daoed Yoesoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, tahun 1954 berupa makara. Oleh karena itu museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara terletak di Jalan H.M.Joni no. 15, Medan. Jarak dari bandara udara Polonia sekitar 3 km, dan dari pelabuhan laut Belawan sekitar 25 km. Sedangkan dari pusat pemerintahan kantor Gubernur Sumatera Utara berkisar 3 km.

Bangunan museum berdiri di atas lahan seluas 10.468 meter persegi, terdiri dari bangunan induk dua lantai yang difungsikan sebagai ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang audio-visual/ceramah, ruang Kepala Museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang mikro film, ruang komputer, serta gudang. Secara arsitektur, bentuk bangunan induk museum ini menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap depan dipenuhi dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak, dan Nias.

Berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dikategorikan sebagai museum umum. Sebagian besar koleksinya berasal dari daerah Sumatera Utara berupa benda-benda

Page 14: Profil Kota Medan

peninggalan sejarah budaya mulai dari masa prasejarah, klasik pengaruh Hindu-Buddha, Islam, hingga sejarah perjuangan masa kini. Sebagian lainnya berasal dari beberapa daerah lain di Indonesia dan dari negara lain seperti Thailand. Hingga tahun 2005 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara menyimpan kurang lebih 6.799 koleksi. Berikut akan diuraikan koleksi museum ini.

MASA PRASEJARAHPada ruang pertama ini ditampilkan sejarah geologi mulai terbentuknya alam semesta, pergeseran benua, dan Pulau Sumatera. Sejarah alam mengenai migrasi manusia, sebaran flora dan fauna, juga mengenai kehidupan prasejarah. Koleksi yang ditampilkan meliputi replika hewan khas Sumatera, replika fosil manusia purba, diorama kehidupan prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah.

GALERI KOLONIALISME

KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA KUNOMenampilkan jejak dari peradaban awal masyarakat Sumatera Utara, mulai dari masa megalitik tua hingga masa perundagian. Koleksi yang ditampilkan meliputi temuan budaya megalit seperti peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda religi berupa patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading, serta koleksi naskah Batak Kuno yang ditulis pada kulit kayu yang disebut Pustaha Laklak.

MASA KERAJAAN HINDU-BUDDHAPeradaban Hindu dan Buddha menyebar ke wilayah Indonesia seiring dengan berkembangnya perniagaan Asia sekitar abad ke-2 Masehi. Ruang ini menampilkan koleksi peninggalan agama Hindu-Buddha yang ditemukan di daerah Sumatera Utara, diantaranya temuan arkeologi dari situs Percandian Padang Lawas dan situs Kota Cina. Benda koleksi meliputi arca batu, perunggu, pecahan keramik, dan mata uang kuno, juga sebuah replika candi induk dari Candi Bahal I.

MASA KERAJAAN ISLAMRuang Islam menampilkan berbagai artefak peninggalan masa Islam seperti replika berbagai batu nisan dari makam Islam yang ditemukan di daerah Barus, Sumatera Utara. Serta nisan peninggalan Islam yang bercorak khas Batak, beberapa Al Qur'an, dan naskah Islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika Masjid Azizi di Medan (note: tepatnya di Tanjung Pura, Langkat; negeri kelahiran Amir Hamzah).

Page 15: Profil Kota Medan

KOLONIALISME DI SUMATERA UTARASebelum Pemerintah Hindia Belanda masuk dan memerintah di wilayah Sumatera, para pengusaha dari Eropa khususnya Jerman telah datang dan membuka perkebunan di Sumatera. Koleksi masa kolonial membawa kita kembali pada masa-masa tersebut, ketika kemajuan usaha perkebunan telah melahirkan Medan sebagai kota multikultur yang kaya, unik, dan menarik. Koleksi yang ditampilkan meliputi komoditas perdagangan kolonial, alat-alat, dan mata uang perkebunan, foto-foto bersejarah yang langka, model figur kolonial, serta replika dari kehidupan kota Medan tempo dulu.

PERJUANGAN RAKYAT SUMATERA UTARASeperti halnya daerah lain di Indonesia, di Sumatera Utara telah tumbuh benih-benih perlawanan terhadap penjajah jauh sebelum kemerdekaan. Ruang perjuangan menceritakan sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Utara sejak sebelum 1908 sampai masa revolusi fisik 1945-1949, juga ditampilkan sejarah perjuangan pers di Sumatera Utara. Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan modern, obat-obatan tradisional, peralatan komunikasi yang digunakan melawan penjajah. Juga ditampilkan lukisan kepahlawanan dan poster propaganda masa perang.

GUBERNUR & PAHLAWAN SUMATERA UTARARuang ini menampilkan para pahlawan nasional yang berasal dari provinsi Sumatera Utara, juga para mantan gubernur yang telah berjasa membangun dan memajukan provinsi Sumatera Utara. Koleksi berupa foto-foto serta lukisan dari para pahlawan dan mantan gubernur Sumatera Utara.

Sumber: Buklet 'Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara' (Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisat

Alamat:Museum Negeri Provinsi Sumatera UtaraJl. H.M. Joni no. 51MedanSumatera Utara

Museum perjuanganMenurut sejarah gedung ini didirikan pada tahun 1928 oleh pemerintah Belanda sebagai kantor perusahaan asuransi Arhnehen. Gedung ini lalu dikuasai pemerintah Indonesia mulai tahun 1947 dan dipakai sebagai kantor Kodam. Antara tahun 1959 hingga 1971 dipakai untuk kantor Angkutan Kodam. Baru mulai tahun 1971 dijadikan sebagai museum.

Page 16: Profil Kota Medan

Gedung berwarna hijau pucat ini dilengkapi dengan relief yang menceritakan perjuangan masyarakat Sumatera Utara melawan penjajah Belanda. Salah satu peristiwa yang cukup dikenang rakyat adalah perang Medan Area. Perang ini terjadi pada tanggal 10 Desember 1945 melibatkan antara tentara Sekutu dan NICA melawan rakyat Medan.

Relief yang lain berjudul patah tumbuh hilang berganti. Menggambarkan semangat perjuangan bangsa Indonesia yang digambarkan dengan relief proklamasi kemerdekaan RI. Dilengkapi dengan teks proklamasi, UUD 1945 dan Pancasila.

Museum ini juga dilengkapi dengan monumen berwujud api. Melambangkan semangat perjuangan masyarakat Sumatera Utara yang menyala-nyala dan tak kunjung padam.

Satu-satunya koleksi museum yang bisa saya lihat adalah senjata militer. Senjata ini ditaruh di halaman jadi bisa saya amati. Kabarnya, museum ini menyimpan 555 koleksi seperti senjata, alat komunikasi, pakaian perang dan dokumentasi perjuangan mempertahankan kemerdekaan tahun 1945 hingga 1948. Sayang sekali saya belum bisa masuk untuk melihat-lihat koleksi museum.

Museum Perjuangan TNI Bukit BarisanJalan Zainul Arifin No. 8 MedanBuka : Senin-Jumat pukul 07.00-15.00Tiket masuk : sukarela

BALAI KOTA LAMA

Mari kita menelusuri objek wisata bersejarah yang ada di Kota Medan, dan setelah kemarin kita melihat-lihat Istana Maimun yang Megah, Mesjid Raya Medan yang memiliki Desain unik dan Rumah Tjong A Fie, sekarang adalah Gedung Balai Kota Medan yang juga menjadi Salah satu bangunan bersejarah yang terletak di Propinsi Sumatera utara, tepatnya kota Medan yang usianya sudah mencapai seratus tahun. Gedung ini sekarang adalah sebuah bangunan tua yang dibangun oleh pemerindah Belanda pada tahun 1900, tidak jauh dari sejarah Rumah Tjong A Fie. Gedung Balai Kota Lama Medan yang di arsiteki oleh Hulswit ini adalah salah satu bangunan yang bergaya Eropa klasik, dengan memiliki dominasi warna yang putih, sehingga mirip dengan gedung-gedung besar di Eropa, yang pada umumnya di dominasi dengan warna putih. Gedung ini menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang dahulu pernah terjadi di kota Medan, pada saat jaman kolonial Belanda, Jepang, dan sampai saat ini. Dahulunya Gedung Balai Kota Lama Medan ini sering dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda, sebagai sebuah gedung pertemuan bagi para petinggi Belanda dahulu yang ada di Medan. Akan tetapi setelah pemerintahan Belanda lengser, Gedung Balai Kota Lama Medan ini mulai tidak terawat, bahkan ketika dalam masa penjajahan Jepang, bangunan tua ini sempat akan dihancurkan.

Gedung Balai Kota Lama Medan

Page 17: Profil Kota Medan

Dan untuk beberapa waktu gedung ini memang tidak terawat dan terlihat usang, akan tetapi ketika ulang tahun kota Medan yang ke 400, pemerintah kemudian memberikan hak kepada para investor untuk mengelola bangunan tua ini. Akhirnya Gedung Balai Kota Lama Medan ini menjadi cantik kembali, dan sekarang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berkunjung. Pada saat ini walaupun sudah jarang digunakan, gedung tua ini masih nampak putih berseri jika dilihat dari luar, dan enak untuk dipandang. Para wisatawan yang datang dari luar kota, atau bahkan wisatawan yang datang dari luar negeri juga sering membuat foto-foto untuk mengabadikan foto mereka ketika di Gedung Balai Kota Lama Medan ini. Suasana siang hari ataupun ketika malam sudah datang tampak sepi, meskipun letaknya di tengah kota, dan dekat Lapangan Merdeka. Namun pemandangan yang berbeda ketika malam hari adalah di Merdeka Walk, yang memiliki suasana ramai dan juga banyak yang berjualan kuliner di sana. Pada saat ini, gedung ini digunakan ketika ada event-event besar saja, seperti contohnya adalah pertemuan antar walikota, pertemuan wakil daerah, dan lain sebagainya.

Gedung Balai Kota Lama Medan

Gedung tua ini sekarang sudah menjadi milik dari pemerintah kota Medan. jika anda sedang berada di kota Medan untuk berlubur, singgahlah sejenak untuk melihat-lihat sejarah dari gedung tua ini, karena siapapun yang berkunjung tidak dipungut biaya masuk, atau gratis. Anda dapat mengajak keluarga anda untuk berekreasi sekaligus edukasi dengan memperkenalkan sedikit sejarah dari gedung tua ini kepada keluarga anda. Untuk anda yang mungkin ingin berkunjung ke Pulau Sumatera dan sedang berada di Kota Medan ingin mengunjungi tempat ini anda dapat menempuhnya dengan berjalan kaki dari Lapangan Merdeka, kira-kira sejauh 80 meter ke Jl. Balai Kota.

Gedung Balai Kota Lama Medan

Eksistensi Gedung Balai Kota Lama Dari Waktu ke Waktu

Gedung Balai Kota Lama ini merupakan hasil rancangan dari seorang arsitek profesional Belanda yang bernama Hulswit. Sang perancang memberikan sentuhan gaya arsitektur Eropa klasik yang umumnya didominasi dengan warna putih. Gedung tempat para walikota Medan ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Medan dari waktu ke waktu seperti pada masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga kini. Pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda, gedung ini sering dijadikan sebagai tempat pertemuan para petinggi Belanda yang memerintah Medan.

Sepeninggal penjajahan Belnda, Gedung Balai Kota Lama ini sempat akan diruntuhkan oleh pemerintah Jepang. Beruntungnya rencana tersebut tidak sempat dilakukan. Dan hingga kini Gedung Balai Kota Lama menjelma menjadi banguna tua yang sangat indah dan menarik karena beberapa tahun terakhir Pemerintah Kota Medan mengijinkan para investor merenovasi bangunan tua yang satu ini.

Fungsi Gedung Balai Kota Lama Saat Ini

Page 18: Profil Kota Medan

Keindahan gaya arsitektur Gedung Balai Kota Lama ini telah sampai pada telinga-telinga wisatawan baik wisatawan luar Medan maupun wisatawan mancanegara. Tak heran jika kini ada cukup banyak wisatawan yang berkunjung di bangunan tua ini. Kini meskipun sudah tak lagi digunakan sebagai bagian dari gedung pemerintahan, Gedung Balai Kota Lama ini lebih sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara khusus seperti acara pertemuan antar walikota dan wakil daerah.

Jika Anda penasaran, tak ada salahnya untuk singgah sejenak di gedung tua ini. Lokasi Gedung Balai Kota Lama ini tak jauh dari Lapangan Merdeka Medan. Cukup berjalan kaki sekitar 80 meter dari Lapangan Merdeka Medan, Anda sudah bisa melihat keanggunan dan kemegahan sebuah bangunan bersejarah Gedung Balai Kota Lama.

Gedung Balai Kota Medan sudah berdiri sejak 1906 dan hingga kini bangunan ini masih terlihat kokoh. Bangunan yang terletak di pusat Kota Medan ini pernah mengalami perbaikan pada tahun 1923. Usianya yang lama membuat bangunan ini menjadi salah satu tempat wisata sejarah di Kota Medan.

Desain klasik dan memiliki fungsi yang sangat penting pada masa lalu membuat bangunan ini memiliki nilai sejarah tersendiri. Tempat ini sempat lama menjadi kantor walikota. Sedikitnya 12 walikota pernah berkantor disana, terhitung walikota yang pertama tahun 1945 Mr.Luat Siregar sampai yang terakhir berkantor disana adalah tahun 1990 H.Agus Salim Rangkuty.

Keaslian bangunan hingga kini masih tetap dipertahankan. Meski bukan menjadi Gedung Balai Kota seperti dahulu, tapi kini tempat ini lebih terawat. Sejak tahun 2005 bangunan ini dikelola oleh Grand Aston Hotel.

Hotel ini berada di lokasi paling strategis, yaitu di titik nol kilometer Kota Medan. Hotel ini memiliki konsep yang sama sekali berbeda dengan hotel lainnya. Hotel satu-satunya yang terintegrasi dengan heritage (warisan sejarah).

Kemudian, Merdeka Walk sebagai pusat jajan yang persis berada di depannya secara tidak langsung bisa dikatakan menjadi daya tarik tersendiri bagi hotel ini. Coba sesekali duduk malam hari di Merdeka Walk sambil memandang hotel ini, seakan terasa berada di suatu tempat paling mewah.

CHONG A FIENama Tjong A Fie tak terpisahkan dari sejarah Kota Medan, Sumatera Utara. Pria kelahiran 1860 ini dikenal sebagai dermawan dan donator pembangunan gedung-gedung penting di Medan, termasuk

Page 19: Profil Kota Medan

Istana Maimun di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.

Siapa Tjong A Fie? Dia seorang bankir dari Meixian, Guangdong, Tiongkok, China. Setelah perantauannya di Medan pada 1875 lampau, dia membangun bisnis perkebunan besar, yakni pabrik kelapa sawit, pabrik gula, perusahaan kereta api, dan memiliki lebih dari 10.000 karyawan berkat kepiawaiannya dalam bergaul dengan gaya prularisme.

Tjong A Fie, atau sejak lahir dikenal sebagai Tjong Fung Nam, juga pernah diangkat menjadi Kapitan Cina atau Majoor der Chineezen (istilah Belanda) yang berarti wakil tertinggi masyarakat Tionghoa di Medan oleh Kekaisaran China pada masa kolonial Belanda. Ia adalah simbol sukses cerita imigran China yang juga menjunjung kejujuran, kesetiaan serta kebersamaan yang masih diwasiatkan ke anak cucunya.

Di Medan, Tjong A Fie menetap di rumah tua yang masih berdiri kokoh. Berada di kawasan Jalan Ahmad Yani, Kompleks Kota Tua Kesawan, peninggalan Tjong A Fie dan keluarganya terlihat jelas. Rumah dibangun di atas 6.000 meter persegi. Bangunan bertingkat ini terdiri atas 40 ruangan di atas bangunan bertingkat dengan gaya arsitektur campuran China-Tiongkok, Arab melayu Deli serta Eropa.

Rumah besar (mansion) yang dibangun pada 1895 dan rampung pada 1900 ini memang unik dan memesona. Di dalam rumah Tjong A Fie pengunjung seolah-olah dibawa ke pergantian masa abad terakhir. Betapa tidak, ruangan-ruangannya berikut pernak-perniknya sebagian besar masih asli seperti kusen, lantai, dan perabot-perabotnya.

Sedikitnya 1.000 jenis perabotan barang antik milik keluarga ini masih tersimpan rapi. Yakni mulai dari peralatan makan di ruang makan, lemari, ranjang berukiran khas Yunani, pakaian, koran terbitan tahun 1921 lampau, bahkan botol minuman anggur pabrikan keluarga Tjong A Fie di China juga dijejal di antara perlengkapan sehari-hari dalam rumah.

Tempat tinggal Tjong A Fie terbagi dalam 3 bagian, yaitu ruang inti di tengah, sayap kiri, dan sayap kanan. Ruang sayap kanan masih digunakan keluarga Tjong A Fie, sehingga yang dibuka untuk umum adalah bangunan utama dan sayap kiri rumah, termasuk ruang utama di lantai 1 dan 2 yang digunakan untuk persembahyangan.

Ratusan foto yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Tjong A Fie terpajang apik di sepanjang dinding. Hanya saja bagian sayap kanan rumah kini lebih ditutup, disebabkan kondisi bangunan yang membutuhkan dana untuk direnovasi.

Tidak heran banyak wisatawan dari luar Kota Medan, khusus mendatangi tempat ini untuk mengenal lebih dalam kebudayaan Tiongkok dan cikal bakal berdirinya Kota Medan.

"Saya kebetulan cari perayaan lain yang berhubungan dengan Imlek, jadi saya pikir datang kemari. Dan saya dapati di sini bangunannya masih bagus, masih asli. Kalau dibandingakan dengan bangunan tua, bangunan ini lebih mengesankan," ujar Puspa, seorang pengunjung dari luar Kota Medan, belum lama

Page 20: Profil Kota Medan

ini.

Berkunjung ke rumah ini seperti mengajarkan kembali arti pentingnya memupuk kebersamaan dalam perbedaan. Tercatat rumah ibadah berupa masjid, gereja, dan kuil di daerah Medan hingga pedalaman Tapanuli yang masih berdiri, merupakan buah tangan Tjong A Fie sebagai perantau China yang mengembangkan Kota Medan seperti sekarang.

Sekarang bangunan tua bersejarah ini ditempati keluarga Prawira, cucu Tjong A Fie. Prawira merupakan anak dari Ching Kweet Leong, anak ke 4 sang dermawan.(Ais)

PP LONDON

Sejarah PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk berawal lebih dari satu abad yang lalu di tahun 1906 dengan kiprah Harrisons & Crossfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London-Sumatra, yang kemudian lebih dikenal dengan nama "Lonsum", berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, memiliki hampir 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.

Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan.

Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao dan teh. Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.

Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama.(http://www.l