profil kesehatan kota sukabumi tahun 2012

93
PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Upload: duongnhan

Post on 12-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN

KOTA SUKABUMI

TAHUN 2012

Page 2: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 1 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi masa depan manusia yang paling

penting, karenanya kualitas kehidupan dan dinamisasinya dapat berlangsung

serta menjadi indikator utama dalam setiap proses kehidupan. Pembangunan

kesehatan di Indonesia pasca reformasi kesehatan tahun 1999 belum

mencapai harapan karena masih tingginya mortalitas dan morbiditas yang

disebabkan oleh penyakit generatif serta degeneratif timbulnya penyakit

infeksi baru yang masih mungkin dapat terjadi serta masalah perilaku hidup

sehat serta akses kesehatan yang belum merata.

Beban ganda penyakit yang ditimbulkan oleh per1ilaku masyarakat yang

belum sehat, mencerminkan adanya disparitas antara program yang

berparadigma sehat yang diterapkan oleh pemerintah dengan kondisi

masyarakat yang masih berparadigma sakit. Hal tersebut menjadi tugas dan

kewajiban setiap warga Negara Indonesia untuk turut berperan aktif

mewujudkan program Indonesia sehat sedini mungkin.

Dinamika status kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini tidak terlepas

dari adanya kesinambungan program Dinas Kesehatan di Tingkat Kota dan

Kabupaten sebagai pilar utama dalam mewujudkan wilayah sehat pasca

desentralisasi kebijakan dan program, salah satunya dengan adanya Sistem

Informasi Kesehatan (SIK).

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang akurat dapat menjadi rujukan

bagian analisis, status dan pengembangan program kesehatan masyarakat

sehingga pada akhirnya memudahkan stake holder internal kesehatan

maupun lintas sektor serta masyarakat untuk mengakses dan menjadi bagian

dalam proses pengambilan keputusan (Evidence Based Decision Making) dan

program yang berkesinambungan (Integrated Sustainable Health Preventive

and Promotion Program).

Kota Sukabumi merupakan Salah satu wilayah administrasi yang

mengembangkan SIK dan program kesehatan berkesinambungan guna

mewujudkan kota sehat yang dimana didalamnya terdapat indikator derajat

kesehatan masyarakat seperti mortalitas, morbiditas, status gizi, masalah

Page 3: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 2 

lingkungan, seperti lingkungan bersih dan sehat sebagai cermin dari perilaku

masyarakat yang sehat. Akses pelayanan dan Informasi kesehatan yang

terjangkau dan mudah bagi masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 adalah serangkaian

informasi yang sistematis yang dikumpulkan guna dijadikan rujukan dan

evaluasi untuk pengembangan program kesehatan di masa depan, kami

menyadari pelbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi secara teknis

maupun non-teknis dalam upaya kesehatan yang kami adakan selalu ada,

namun itu semua adalah proses yang menjadi motivasi terbaik bagi segenap

tenaga kesehatan untuk memberikan dedikasi terbaiknya dalam mencapai

tujuan Kota Sehat dan berkualitas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Profil Kesehatan ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai

status kesehatan masyarakat di Tingkat Kota berdasarkan data yang

terkumpul selama Periode Bulan Januari s.d Desember Tahun 2012

sehingga bermanfaat bagi terpenuhinya kebutuhan data serta inovasi

program baik lembaga pemerintah, pemerhati/peneliti kesehatan serta

lintas sektoral.

2. Tujuan Khusus

a) Memberikan gambaran mengenai data/informasi (evidence base)

tentang pencapaian pembangunan kesehatan di tingkat kota sukabumi

yang meliputi :Derajat kesehatan, kesehatan lingkungan, Perilaku

masyarakat dan pelayanan kesehatan sebagai wadah integrasi dan

komparasi pelbagai data bagi stake holder pelayanan kesehatan

maupun lintas sektor .

b) Memberikan referensi data untuk mempersiapkan ketersediaan alat

penstimulasi, penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan

(monitoring evaluasi) pada kebijakan (health policy), program (health

program), kesehatan di masa yang akan datang.

Page 4: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 3 

C. Sistematika Penyajian

1. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil

kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

2. Bab 2 Gambaran Umum, menyajikan gambaran umum Kota Sukabumi.

Selain uraian tentang geografis, administratif dan informasi umum lainnya,

bab ini juga mengulas faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi,

pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

3. Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan, berisi uraian tentang indikator mengenai

angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat

4. Bab 4 Situasi Upaya Kesehatan, menguraikan tentang pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,

pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat

kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan

kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga meng-akomodir indikator

kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya

pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi.

5. Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan, menguraikan tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya

kesehatan lainnya.

6. Bab 6 Kesimpulan, merupakan uraian mengenai hal penting yang perlu

disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Sukabumi

Tahun 2012. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

mengemukakan hal yang dianggap masih kurang dalam rangka

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

 

 

 

 

 

 

Page 5: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 4 

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI

A. Gambaran Umum Wilayah

Secara geografis, Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah

Jawa Barat pada titik koordinat 106 52’12, 23” BT-106 57’36,32” BT, dan 6

53’32,69” LS-6 58’44,32” LS, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung

Pangrango. Jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) ± 92 Km dan

jarak dari Ibukota Negara (Jakarta) ± 120 Km dengan batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisaat.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung.

Batas wilayah Kota Sukabumi secara administratif dikelilingi oleh wilayah

Kabupaten Sukabumi. Fisiografi lahan Kota Sukabumi secara keseluruhan

adalah datar di wilayah Selatan dan berbukit di wilayah Utara, dengan

kemiringan 0o - 3o dan 3o - 8o di bagian Utara. Secara topografi Kota

Sukabumi merupakan dataran tinggi, Fenomena yang terjadi di daerah

perkotaan adalah adanya perubahan fungsi lahan pertanian ke penggunaan

lain sebagai akibat banyaknya pembangunan dibidang perumahan,

perdagangan dan industri sehingga berdampak pada menyempitnya luas

tanah pertanian, khususnya sawah. Secara administratif, wilayah Kota

Sukabumi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan Kota Sukabumi

Tahun 2012

No Kecamatan Luas (km²) Kelurahan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7

Baros Citamiang Warudoyong Gunungpuyuh Cikole Lembursitu Cibeureum

6,1 4,0 7,6 5,5 7,1 8,9 8,8

4 5 5 4 6 5 4

Jumlah 48,0 33 Sumber : BPS Kota Sukabumi

Page 6: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 5 

Dengan kondisi tifologi daerah rata-rata datar dan luas yang hanya ± 48

Km2, maka jarak terjauh yang harus ditempuh dari Kelurahan terjauh menuju

sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dalam satu wilayah Kecamatan

sekitar 3 Km. Hal ini memudahkan semua lapisan masyarakat untuk

mengakses sarana kesehatan, baik dengan menggunakan kendaraan roda 4

maupun roda 2. Jarak dan lama tempuh dari Kelurahan ke Puskesmas

terdekat dalam satu wilayah Kecamatan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2

Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis Kota Sukabumi

No

Kecamatan Kelurahan Tipologi Luas

Wilayah (Km2)

Puskesmas Jarak

Terjauh Ke Puskesmas

Rata-rata Waktu

Tempuh Ke Puskesmas

Roda 2

Roda 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Baros

1) Baros 2) Jaya Raksa 3) Jaya Mekar 4) Sudajaya Hilir

Jalan datar (Keramaian

rendah) 6.1 1) Baros 2 Km 15’ 20’

2 Citamiang

1) Tipar 2) Cikondang 3) Citamiang 4) Gedong

Panjang 5) Nanggeleng

Jalan datar (Keramaian

tinggi) 4.0

1) Tipar 2) Gedong

Panjang 3) Nangge

leng

1,2 Km 9’ 12’

3 Waru doyong

1) Benteng 2) Dayeuh Luhur 3) Nyomplong 4) Warudoyong 5) Sukakarya

Jalan datar (Keramaian

sedang) 7.6

1) Benteng 2) Pabua

ran 3) Suka

karya

2 Km 15’ 20’

4 Gunung Puyuh

1) Sriwedari 2) Gunung

Puyuh 3) Karamat 4) Karang

Tengah

Jalan datar (Keramaian

sedang) 5.5

1) Cipelang 2) Karang

Tengah 3 Km 22,5’ 30’

5 Cikole

1) Selabatu 2) Cikole 3) Gunung

Parang 4) Kebonjati 5) Subangjaya 6) Cisarua

Jalan datar (Keramaian

tinggi) 7.1

1) Selabatu 2) Sukabu

mi 2,3 Km 17,5’ 23’

Page 7: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 6 

No

Kecamatan Kelurahan Tipologi Luas

Wilayah (Km2)

Puskesmas Jarak

Terjauh Ke Puskesmas

Rata-rata Waktu

Tempuh Ke Puskesmas

Roda 2

Roda 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6 Lembur situ

1) Cikundul 2) Sindangsari 3) Cipanengah 4) Situmekar 5) Lembursitu

Jalan datar (Keramaian

rendah) 8.9

1) Cikundul 2) Lembur

situ

3 Km 22,5’ 30’

7 Cibeureum

1) Babakan 2) Cibeureum

Hilir 3) Sindangpalay 4) Limusnunggal

Jalan datar (Keramaian

rendah) 8.8

1) Cibeureum Hilir

2) Limus Nunggal

3 Km 22,5’ 30’

TOTAL 33 48.00

Sumber : BPS Kota Sukabumi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jarak paling jauh menuju sarana

kesehatan (Puskesmas) yaitu 3 Km antara lain dalam wilayah Kecamatan

Gunung Puyuh, Kecamatan Lembur Situ dan Kecamatan Cibeureum dengan

waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit dengan menggunakan roda 4 dan

sekitar 22,5 menit dengan menggunakan roda dua.

B. Keadaan Penduduk

Secara demografi wilayah Kota Sukabumi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk dan Komposisi

Jumlah penduduk di Kota Sukabumi pada Tahun 2012 adalah sebesar

364.605 jiwa. Dengan komposisi penduduk sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Total

1 2 3 4

0 – 4 10.359 9.572 19.931

5 – 9 17.190 16.100 33.290

10 -14 17.331 16.443 33.774

15 – 19 16.229 15.371 31.600

20 – 24 16.093 16.245 32.338

Page 8: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 7 

Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Total

1 2 3 4

25 – 29 17.871 16.994 34.865

30 – 34 18.282 17.253 35.535

35 – 39 14.911 14.058 28.969

40 – 44 13.829 13.390 27.219

45 – 49 11.341 11.171 22.512

50 – 54 9.834 9.308 19.142

55 – 59 7.581 7.194 14.775

60 – 64 5.091 5.123 10.214

65 – 69 3.457 4.207 7.664

70 – 75 2.920 3.330 6.250

75+ 2.711 3.816 6.527

Jumlah 185.030 179.575 364.605 Sumber : DISDUKCAPIL Kota Sukabumi

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Penduduk Laki - Laki

0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Gunung Puyuh

51,183 1,410 4,973 13,755 4,727 1,182 26,047

2 Cikole 69,342 1,809 6,260 17,850 6,718 1,979 34,616

3 Citamiang 57,202 1,634 5,425 15,089 5,345 1,367 28,860

4 Warudoyong 66,586 1,817 6,291 18,400 6,159 1,708 34,375

5 Baros 36,910 1,185 3,399 10,045 3,426 790 18,845

6 Lembursitu 39,904 1,130 3,749 10,406 3,715 1,113 20,113

7 Cibeureum 43,478 1,374 4,424 11,670 3,757 949 22,174

Jumlah 364,605 10,359 34,521 97,215 33,847 9,088 185,030

Sumber : DISDUKCAPIL Kota Sukabumi

0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Gunung Puyuh 51,183 1,257 4,572 13,173 4,564 1,570 25,136 41.32 103.622 Cikole 69,342 1,789 5,952 17,430 6,996 2,559 34,726 41.53 99.683 Citamiang 57,202 1,522 5,095 14,531 5,390 1,804 28,342 41.75 101.834 Warudoyong 66,586 1,606 5,841 16,928 5,767 2,069 32,211 40.91 106.725 Baros 36,910 1,085 3,365 9,442 3,174 999 18,065 41.49 104.326 Lembursitu 39,904 1,070 3,581 10,293 3,543 1,304 19,791 42.73 101.637 Cibeureum 43,478 1,243 4,137 11,514 3,362 1,048 21,304 43.48 104.08

364,605 9,572 32,543 93,311 32,796 11,353 179,575 41.78 103.04Jumlah

No KecamatanJumlah

Penduduk

Rasio Beban

Tanggung an

Rasio Jenis

Kelamin

Jumlah Penduduk Perempuan

Page 9: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 8 

Untuk rasio jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan

angka rasio jenis kelamin 103. Artinya bahwa setiap 100 orang perempuan,

terdapat 103 orang laki-laki. Selain itu tampak pula bahwa kelompok usia

muda (produktif) menempati jumlah tertinggi dari total populasi yang ada.

Dalam hal ini kaitannya dengan angka beban ketergantungan. Angka ini

menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak

produktif. Semakin banyak kelompok usia non-produktif maka semakin berat

beban usia produktif. Angka beban ketergantungan penduduk Kota Sukabumi

adalah 41.78 %, artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Sukabumi

menanggung sekitar 41 penduduk usia belum/tidak produktif.

Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi

Page 10: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 9 

Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi

2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk tahun 2012 Kota Sukabumi

mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan kepadatan

penduduk tahun 2011 dengan data sebagai berikut :

Tabel 2.5 Distribusi Penduduk Per Kecamatan

Kota Sukabumi Tahun 2012

No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan

Penduduk/Km² 1  2  3  4 

1 Baros 36,910 6,040

2 Citamiang 57,202 14,158

3 Warudoyong 66,586 8,761

4 Gunungpuyuh 51,183 9,306

5 Cikole 69,342 9,794

6 Lembursitu 39,904 4,483

7 Cibeureum 43,478 4,957

Kota Sukabumi  364,605  7,595 Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi

Page 11: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 10 

Tingkat kepadatan penduduk tahun 2012 Kota Sukabumi

mencapai 7.595 jiwa/km². Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan

Citamiang sebesar 14.158 jiwa/km² dan yang terendah adalah

Kecamatan Lembursitu sebesar 4.483 jiwa/km².

Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk/Km2 Menurut Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi

C. Keadaan Ekonomi

Tujuan pembangunan Kota Sukabumi telah ditetapkan dan dituangkan

dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah

pembangunan Kota Sukabumi telah disusun dalam suatu kebijakan yang

bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan

yang telah ditetapkan dalam kerangka kinerja pembangunan daerah harus

dapat menginformasikan sejauh mana kebijakan tersebut dalam mendukung

tujuan pembangunan itu sendiri.

Adapun representasi pencapaian tujuan pembangunan daerah tersebut

dituangkan dalam indikator makro pembangunan daerah, yang akhirnya

bermuara terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk

data indikaor makro, kami belum mendapatkan data yang terbaru. Hal ini

dapat dilihat pada 6 indikator makro seperti yang terdapat pada tabel berikut :

Page 12: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 11 

Tabel 2.6 Perbandingan Indikator Makro Kota Sukabumi

dengan Provinsi Jawa Barat

No Indikator Makro 

2008  2009/2010  2011 

Jawa Barat Kota 

Sukabumi Jawa Barat 

Kota Sukabumi 

Jawa Barat 

Kota Sukabumi 

1  2  3  4 5 6 7  8 

1  IPM  71,12  75,76  71,64  74,49  72,62  75,33 

2  AMH (%)  94,93  99,99  96,33  99,99  96,48  99,99 

3  RLS (Thn)  7,5  9,41  7,72  9,7  8,02  9,42 

4  AHH (Thn)  67,80  71,87  68  72,20  68,40  69,44 

5  LPP (%)  1,20  1,47  1,86  1,73  1,89  1,71 

6  LPE (%)  5,83  6,12  6,2  6,14  6,48  6,12 Sumber : BPS Prov. Jabar, diolah Bappeda Prov. Jabar, http;//bappeda.jabarprov.go.id/pusdalisbang/ Jawa Barat Dalam Angka 2011

Kondisi realisasi IPM Kota Sukabumi dari tahun 2008 hingga 2011

menunjukkan hasil diatas rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

Demikian juga kondisi realisasi indikator makro untuk AMH, RLS, AHH dan

LPE menunjukkan nilai diatas rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal ini berarti

bahwa usaha peningkatan IPM yang dilakukan melalui peningkatan usaha

dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi di Kota Sukabumi relatif

berhasil.

D. Pelayanan Keluarga Miskin (Gakin)

Jumlah masyarakat miskin yang menjadi sasaran program Jamkesmas

sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan melalui SK Walikota Sukabumi

Nomor : 84 Tahun 2008 tentang Masyarakat Sasaran Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kota Sukabumi, dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.7

Jumlah Sasaran Program Jamkesmas Per Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2012

No  Kecamatan  Jumlah Peserta 1  2  3 

1  Baros  5,0282  Lembursitu 5,7133  Cibeureum  6,378

Page 13: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 12 

No  Kecamatan  Jumlah Peserta 1  2  3 

4  Citamiang  6,4025  Warudoyong 6,7446  Gunung Puyuh 7,7987  Cikole  8,467

Jumlah 46,530Sumber : Bidang Promkes

Kepesertaan program Jamkesmas yang ditetapkan dengan

Keputusan Walikota Sukabumi tersebut, diambil dari data BPS Tahun

2008. Sedangkan dalam waktu akhir Tahun 2012, jumlah peserta

Jamkesmas bertambah menjadi 83.738 Jiwa yang bersumber data dari

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data

tersebut telah memuat nama dan alamat lengkap yang akan ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan untuk pemberlakukan kartu.

Pendanaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin sendiri

meliputi pendanaan pelayanan kesehatan Jamkesmas dan pelayanan

persalinan. Dana yang diluncurkan terintegrasi secara utuh menjadi satu

kesatuan. Pendananaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar

merupakan belanja bantuan sosial (Bansos) bersumber APBN yang

dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan

pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.

Dana belanja bantuan sosial tersebut adalah dana yang

diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan dasar

peserta Jamkesmas, pelayanan persalinan serta rujukan risti persalinan

peserta Jamkesmas dan masyarakat sasaran yang belum memiliki

jaminan persalinan sebagai penerima manfaat jaminan.

Dana Jamkesmas di pelayanan kesehatan dasar disalurkan ke

rekening Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, terintegrasi menjadi satu

kesatuan dengan dana Jaminan Persalinan.

Dana jamkesmas dan jampersal yang disalurkan bukan bagian dari

dana transfer daerah ke Pemerintah Kota Sukabumi, sehingga

penggunaan dana tersebut tidak melalui Kas Daerah. Setelah hasil

verifikasi klaim dibayarkan sebagai penggantian pelayanan kesehatan,

Page 14: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 13 

maka status dana menjadi pendapatan fasilitas kesehatan untuk daerah

yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, di Kota

Sukabumi fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas belum ada

yang menerapkan BLUD sehingga dana klaim yang diajukan menjadi

pendapatan fasilitas kesehatan daerah.

Adapun pencatatan dan pelaporan yang dilakukan Puskesmas

dan jaringanya direkapitulasi dalam format laporan puskesmas dan

dikirimkan secara berjenjang dan periodik. Untuk variabel pelayanan

pemanfaatan Jamkesmas dan jampersal di Puskesmas dan Bidan

Praktek Swasta dilakukan pencatatan dan rekapitulasi berdasarkan klaim

yang masuk. Hasil dari rekapitulasi pelaporan Puskesmas dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dasar Peserta Jamkesmas

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012

Bulan Pelayanan Dasar Peserta Jamkesmas 

Rawat Jalan  Rawat Inap  Rujukan 1  2  3  4 

Januari  4577  0  0  

Februari   4728   0  12 

Maret  4605   0  13 

April  4096   0  25 

Mei   4107   0  29 

Juni  3915   0  28 

Juli   4020   0  30 

Agustus   3507   0  24 

September   3712   0  9 

Oktober   4190   0  0  

November   3743  3   0 

Desember   2971   0   0 

Jumlah  48171   3  170 

Sumber : Bidang Promkes

Page 15: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 14 

Tabel 2.9 Pemanfaatan Pelayanan Jaminan Persalinan

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012

Bulan 

Pelayanan persalinan 

ANC  PNC Persalinan Normal 

Pra Rujukan 

Tindakan Emergensi 

Dasar di PONED

1  2  3  4  5  6 

Januari  305  278  79  5  1 

Februari  319  290  81  6   0 

Maret  441  328  106  6   0 

April  445  338  101  17   0 

Mei  437  364  105  12   0 

Juni  373  306  85  17   0 

Juli  594  480  161  16   0 

Agustus  476  415  133  12   0 

September  562  415  126  20  1 

Oktober  286  284  89  5  2 

November  317  304  105  5   0 

Desember  611  480  178  17  2 

Jumlah  5166  4282  1349  138  6 

Sumber : Bidang Promkes

Tabel 2.10 Pemanfaatan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Peserta Jaminan Persalinan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Bulan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 

IUD + IMPLAN  Suntik 1  2  3 

Januari  42  19 

Februari  40  22 

Maret  40  35 

April  47  16 

Mei  48  20 

Juni  39  20 

Juli  53  36 

Agustus  49  28 

September  38  32 

Oktober  24  24 

Page 16: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 15 

Bulan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 

IUD + IMPLAN  Suntik 1  2  3 

November  30  32 

Desember  43  55 

Jumlah  493  339 Sumber : Bidang Promkes

Tabel 2.11 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Peserta Jamkesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No   Penyakit  Jumlah kasus 

1  2  3 

1  Ispa  6941 

2  Gastritis  6437 

3  Common Cold  5068 

4  Hipertensi  4354 

5  Myalgia  3412 

6  Demam  2670 

7  Diare  2440 

8  Influensa  2238 

9  Rhematik Artritis  1871 

10  Dermatitis  1615 Sumber : Bidang Promkes

E. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan

unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang

paling penting dan sangat strategis. Sumber manusia yang berkualitas

merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang lebih baik dan

sebaliknya, sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban yang

buruk. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas memiliki peran yang

paling besar. SDM yang handal akan mampu menghasilkan sesuatu yang

berkualitas dan mampu bersaing. Peranan pendidikan dalam hal ini dianggap

cukup menonjol karena pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada

sekolah yang bermutu, sehingga akan menghasilkan SDM yang bermutu

pula.

Page 17: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 16 

Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap

ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah.

Melalui pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap perubahan

perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam

mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Angka buta

huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab, pendududk yang tidak

bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan,

sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan kepada kemiskinan.

Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun

keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat

sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

Capaian angka melek huruf penduduk yang berusia > 15 tahun di Kota

Sukabumi pada Tahun 2012 mencapai 99,13 %. Realisasi tersebut diperoleh

berdasarkan pada jumlah penduduk usia 15 tahun keatas dapat baca tulis

sebanyak 211.479 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

sebanyak 213.338 jiwa. Sehingga bisa simpulkan bahwa 27 jiwa dari 218.622

jiwa penduduk usia 15 tahun keatas tidak bisa baca tulis. Atau sekitar 0.012

%. Jumlah ini sebagian besar adalah para orang tua yang sudah lanjut usia

yang tidak memungkinkan untuk ikut dalam program buta aksara atau yang

sejenisnya.

Data persentase angka melek huruf per Kecamatan, dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 2.12 Data Melek Huruf di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : BPMPKB Kota Sukabumi

Jumlah Melek Huruf % Jumlah

Melek Huruf % Jumlah

Melek Huruf %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Gunung Puyuh 15,871 15,492 97.61 15,338 15,145 98.74 31,209 30,637 98.17 2 Cikole 21,562 21,451 99.49 21,824 21,721 99.53 43,386 43,172 99.51 3 Citamiang 17,095 17,068 99.84 16,467 16,434 99.80 33,562 33,502 99.82 4 Warudoyong 18,552 18,370 99.02 17,950 17,711 98.67 36,502 36,081 98.85 5 Baros 10,664 10,646 99.83 10,459 10,412 99.55 21,123 21,058 99.69 6 Lembursitu 12,180 11,915 97.82 12,074 11,982 99.24 24,254 23,897 98.53 7 Cibeureum 12,190 12,144 99.62 11,112 10,988 98.88 23,302 23,132 99.27

108,114 107,086 99.05 105,224 104,393 99.21 213,338 211,479 99.13 Jumlah

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke AtasLaki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Page 18: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 17 

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SUKABUMI

A. Angka Kematian

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen

demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan

komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua

tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat

setelah kelahiran hidup.

Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai

sasaran Millenium Development Goals (MDG) untuk menurunkan Angka

Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi

20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan kematian ibu

sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran. Untuk

mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai

instansi terkait, mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan

masyarakat pada umumnya

Angka kematian (mortalitas) yang disebabkan oleh penyakit merupakan

gambaran dari derajat kesehatan masyarakat. Semakin besar frekuensi nya,

semakin buruk derajat kesehatan masyarakatnya. Berbagai faktor yang

berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan antara lain tingkat

sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan

lain-lain. Adapun angka kematian yang terjadi di Kota Sukabumi disebabkan

oleh berbagai sebab, diantaranya :

1. Angka Kematian Bayi

Angka kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)

merupakan indikator pada kualitas dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan terutama yang berhubungan dengan pelayanan perinatal, dan

merupakan tolok ukur dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat

secara menyeluruh dikarenakan berkaian erat dengan pendapatan

keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan gizi keluarga.

Pada Tahun 2012, jumlah kematian bayi sebanyak 62 kasus. Apabila

Page 19: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 18 

dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49 kasus dan 57 kasus pada

Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini mengalami peningkatan.

Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas Baros (10 kasus). Perlu

diketahui, Puskesmas Baros merupakan Puskesmas dengan wilayah

kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan. Berikut tabel jumlah kematian bayi

selama Tahun 2012 berdasarkan Puskesmas :

Tabel 3.1

Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jumlah Kematian Bayi

1 2 3

1 Cipelang 3

2 Karang Tengah 4

3 Selabatu 2

4 Sukabumi 7

5 Tipar 3

6 Nanggeleng 2

7 Gedong Panjang 5

8 Benteng 7

9 Pabuaran 0

10 Sukakarya 4

11 Baros 10

12 Lembursitu 1

13 Cikundul 7

14 Cibeureum Hilir 5

15 Limus Nunggal 2

J u m l a h 62

Sumber : Bidang Yankes

Pada Tahun 2012, jumlah kematian bayi sebanyak 62 kasus.

Apabila dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49 kasus dan 57

kasus pada Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini mengalami

peningkatan. Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas Baros

Page 20: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 19 

yaitu 10 kasus dengan penyebab BBLR, kelainan kongenital, dll.

Namun, perlu diketahui bahwa Puskesmas Baros merupakan

Puskesmas dengan wilayah kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan

sehingga Jumlah kematian bayi akan muncul lebih tinggi dibanding

Puskesmas dengan wilayah lebih sedikit.

Grafik 3.1 Jumlah Kematian Bayi di Kota Sukabumi

Tahun 2010 – 2012

Sumber : Bidang Yankes

Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah

jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap 1.000 kelahiran

hidup. Dengan jumlah kelahiran hidup 7398 Kelahiran Hidup dan

kematian bayi sebanyak 62 kasus, maka Angka Kematian Bayi (AKB)

pada Tahun 2012 adalah sebesar 8,4 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Sementara Angka Kematian Neonatal sebesar 5,3 per 1.000 Kelahiran

Hidup, dari jumlah kematian 39 kasus.

Kematian bayi pada Tahun 2012 berdasarkan usia, terbanyak

pada masa neonatal (usia 0 - 28 hari) yaitu 39 kasus (62,9%). 23 kasus

kematian lainnya (37,1%) terjadi pada usia 1 – 11 bulan.

4957

62

0

20

40

60

80

100

2010 2011 2012

Page 21: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 20 

Grafik 3.2 Kematian Bayi Berdasarkan Usia

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

Adapun penyebab kematian terbanyak pada Tahun 2012 ini yaitu

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, aspirasi, pneumonia,

kelainan kongenital dan diare. Terjadinya kematian, sebagian besar

terjadi di fasilitas kesehatan rujukan.

Angka Kematian Bayi ini disamping menggambarkan keberhasilan

program KIA, juga menggambarkan keadaan faktor-faktor lingkungan

yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi,

penyakit menular dan kecelakaan. Dalam arti luas, angka kematian bayi

ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan

sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.

2. Jumlah Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate menunjukan

banyaknya ibu hamil atau ibu bersalin yang meninggal pada setiap

100.000 kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan status

gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat

pelayanan kesehatan terutama ibu pada saat hamil, melahirkan dan masa

nifas.

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat pada

beberapa indikator yang dapat digunakan untuk memantau

perkembangan derajat kesehatan seperti Angka Kematian Ibu (AKI).

0 10 20 30 40

0‐7 hr

8‐28 hr

1‐11 bln

33

6

23

Page 22: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 21 

Kematian Ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh

proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik),

persalinan, abortus (termasuk abortus mola) dan masa nifas dalam kurun

waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi,

dan tidak termasuk didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau

kejadian incidental (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)

berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,

status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan

kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu

melahirkan dan masa nifas.

Tabel 3.2 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jumlah Kematian Ibu

1 2 3

1 Cipelang 0

2 KarangTengah 2

3 Selabatu 1

4 Sukabumi 1

5 Tipar 1

6 Nanggeleng 0

7 Gedong Panjang 0

8 Benteng 1

9 Pabuaran 0

10 Sukakarya 0

11 Baros 0

12 Lembursitu 0

13 Cikundul 0

14 Cibeureum Hilir 2

15 Limus Nunggal 0

JUMLAH 8

Sumber : Bidang Yankes

Page 23: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 22 

Kematian Ibu pada Tahun 2012 berjumlah 8 kasus terdiri dari 6

kasus dengan penyebab langsung yaitu perdarahan, hipertensi dan

infeksi. 2 kasus disebabkan penyebab tidak langsung, yaitu penyakit

kardiovaskuler dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya

yaitu dikarenakan DBD.

Dari 8 kasus kematian tersebut, 7 kematian diantaranya terjadi di

fasilitas rujukan. Sedangkan 1 kasus terjadi sebelum sampai di fasilitas

rujukan. Dengan jumlah kelahiran yang tidak mencapai 100.000 kelahiran,

maka angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Sukabumi tidak dapat dihitung.

Tetapi hanya dinyatakan dalam jumlah absolut.

Grafik 3.3

Proporsi Penyebab Kematian Ibu Berdasarkan Karakteristik Ibu Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

B. Angka Kesakitan

Selain angka mortalitas, morbiditas merupakan keadaan yang

menggambarkan status kesehatan masyarakat, karena morbiditas

merupakan langkah menuju status individu yang sakit menjadi sehat,

menimbulkan kematian atau menjadi carrier.

1. Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas

Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas Kota Sukabumi tahun 2012,

dapat dilihat pada Tabel 20 Besar Penyakit Penderita Rawat Jalan di

Puskesmas untuk Semua Golongan Umur berikut ini :

3

1

4

Bumil Bulin Bufas

Page 24: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 23 

Tabel 3.3 20 Besar Penyakit Penderita Rawat Jalan di Puskesmas

untuk Semua Golongan Umur di Kota Sukabumi Tahun 2012

No  Nama Penyakit Jumlah         

Kasus Baru 

1  2  3 

1  Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik  67,201 

2  Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 25,921 

3  Hipertensi Primer (esensial)  21,482 

4  Diare dan Gastroenteritis  20,783 

5  Tukak Lambung  18,385 

6  Demam yang tidak diketahui sebabnya 17,599 

7  Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 15,910 

8  Myalgia  15,675 

9  Gastroduodenitesis tidak spesifik  14,153 

10  Faringitis Akuta  12,729 

11  Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 10,498 

12  Gejala dan tanda umum lainnya  9,982 

13  Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan  9,277 

14  Influenza  8,850 

15  Rematisme (tidak spesifik)  6,991 

16  Artritis lainnya  6,538 

17  Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya  5,754 

18  Penyakit Saluran Pernafasan Bagian Atas lainnya  5,752 

19  Konjungtivitis  4,990 

20  Asma  4,730 

21  Penyakit Lainnya  65,294 

Sumber : Laporan SP3

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik

merupakan penyakit dengan jumlah tertinggi dengan jumlah 67.201

kasus. Kemudian Nasofaringitis Akuta (Common Cold) menempati

peringkat kedua dengan jumlah 25.921 kasus. Penyakit infeksi ini masih

menjadi masalah utama di masyarakat.

Page 25: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 24 

2. Pola Penyakit yang Diamati

a. TB Paru

Pada kegiatan pengendalian TBC di Dinas Kesehatan Kota

Sukabumi, adalah dalam rangka peningkatan majemen kasus dan.

Pengendalian TB telah melakukan expantion dengan Rumah Sakit di

Kota Sukabumi guna menjaring penemuan BTA positif, mengingat

lamanya pengobatan penderita TB dan mekanisme pemeriksaan sampai

dikatakan sembuh, dengan demikian penderita TB sembuh dan tidak

menularkan lagi kepada orang lain.

Grafik 3.4 Cakupan dan Target Penanganan dan Pengobatan Penderita TB

Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang P2PL

Keberhasilan penanganan dan pengobatan penderita TB tidak

terlepas dari pada peran serta lintas program, lintas sektor. Namun yang

lebih penting adalah peran PMO (Pemantau Minum Obat) dan penderita

itu sendiri. Dengan adanya/munculnya TB-MDR (Multi Drug Resisten)

obat TB ini menunjukan bahwa pengawasan dan keteraturan penderita

TB sadar dalam minum obat dengan hasil; Pada kegiatan pengendalian

TBC di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, adalah dalam rangka

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2009 2010 2011 2012

30083120 3120

32803155

3498

3986 3922

Target

Cakupan

Page 26: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 25 

peningkatan manajemen kasus. Dari trend tabel diatas selama 4 tahun

(2009-2012) dapat disimpulkan bahwa cakupan penemuan suspek TB

selalu diatas prakiraan artinya betapa tingginya penyebaran kasus TB di

Kota Sukabumi.

Grafik 3.5 Case Detection Rate (CDR) Berdasarkan Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang P2PL

Grafik diatas menggambarkan prosentase BTA positif terhadap

suspek, angka penemuan per-puskesmas tertinggi adalah di

Puskesmas Lembur situ (180 %) dan terendah di Puskesmas Gd.

Panjang (72%) sedang secara keseluruhan tingkat Kota adalah sebesar

126%.

72

73

85

93

100

100

100

105

107

111

113

126

143

150

180

123

0 50 100 150 200

Gd Panjang

Cibeureum H

Karang Tgh

Benteng

Cipelang

Pabuaran

Nanggeleng

Sukabumi

Baros

Tipar

Limus Ngl

Cikundul

Selabatu

Sukakarya

Lembur Situ

Kota SMI

PROSENTASE

Page 27: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 26 

Grafik 3.6 Cure Rate (Kesembuhan) Penderita TB di Puskesmas

Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang P2PL

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesembuhan

penanganan penderita TB di Puskesmas di Kota Sukabumi pada

umumnya sudah baik dengan rata-rata cure rate (kesembuhan) yaitu

sebesar 89% (>85%).

b. Diare

Pengendalian penyakit diare, pada umumnya ditangani di

Puskesmas. Secara khusus, penanganan diare pada penderita bayi dan

balita dilakukan dengan metode zink yang lebih aman dan tidak hanya

sekedar mengganti cairan dalam tubuh melainkan lebih pada

penguatan daya tahan tubuh.

63

73

76

83

90

91

92

93

94

94

96

97

100

100

100

0 20 40 60 80 100 120

Sukabumi

Pabuaran

Sukakarya

Cikundul

Tipar

Cibeureum Hilir

Gedong Panjang

Nanggeleng

Cipelang

Limus Nunggal

Benteng

Selabatu

Karang Tengah

Lembur Situ

Baros

Prosentase

Page 28: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 27 

Penemuan kasus diare pada Tahun 2012 di Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi sebesar 10,62 % (13.285) kasus dari dari jumlah

perkiraan kasus 125.101, namun belum merata secara umum

penyebarannya. Puskesmas dengan cakupan penanganan tertinggi

adalah Puskesmas Baros dan terendah di Puskesmas Lembursitu.

Pada Pengendalian penyakit Diare pada umumnya ditangani di

puskesmas namun secara khusus penanganan pada penderita bayi dan

balita, penganannya dilakukan dengan methode pemberian zink yang

lebih aman dan tidak hanya sekedar mengganti cairan dalam tubuh

melainkan lebih pada penguatan daya tahan tubuh.

Berikut jumlah perkiraan kasus dan diare yang ditangani

menurut Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012 :

Tabel 3.4 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jumlah

Perkiraaan Kasus

Diare Ditangani

Jumlah %

1 2 3 4 5

1 Cipelang 7,488 685 9.15

2 Karang Tengah 10,840 1,060 9.78

3 Selabatu 7,853 1,054 13.42

4 Sukabumi 15,675 1,201 7.66

5 Tipar 7,286 539 7.40

6 Nanggeleng 6,077 676 11.12

7 Gedong Panjang 6,444 913 14.17

8 Benteng 10,833 949 8.76

9 Pabuaran 5,606 540 9.63

10 Sukakarya 5,555 732 13.18

11 Baros 12,394 1,957 15.79

12 Lembursitu 6,373 401 6.29

13 Cikundul 7,791 920 11.81

14 Cibeureum Hilir 8,338 773 9.27

15 Limus Nunggal 6,548 885 13.52

Jumlah 125,101 13,285 10.62

Sumber : Bidang P2PL

Page 29: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 28 

c. Kusta

Pada kegiatan pengendalian Kusta diarahkan pada pemeriksaan

masyarakat melalui RVS (Ravid Village Survey) di wilayah yang pernah

ada penderita kusta dalam kurun waktu 5 tahun yang lalu dan penderita

pada saat sekarang. Secara keseluruhan, kegiatan RVS dilaksanakan

di 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Cisarua, Subang Jaya,

Nanggeleng, Gedong Panjang, Benteng dan Dayeuh Luhur.

Dari kegiatan RVS (Ravid Village Survey) yang telah selesai

dilaksanakan di wilayah yang telah ditentukan, pada Tahun 2012

ditemukan 2 penderita kusta yaitu di wilayah Puskesmas Gedong

Panjang dan Puskesmas Benteng.

d. HIV – AIDS dan Infeksi Menular Seksual

Tabel 3.5

Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas

Jumlah Kasus Baru Jumlah

Kematian Akibat AIDS H I V A I D S

Infeksi Menular Seksual Lainnya

L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Cipelang 1 1 2 0 1 1 12 6 18 0 0 0

2 Karang Tengah 0 0 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0

3 Selabatu 7 2 9 5 1 6 0 0 0 2 0 2

4 Sukabumi 2 1 3 3 6 9 0 0 0 0 3 3

5 Tipar 2 2 4 3 1 4 2 0 2 1 0 1

6 Nanggeleng 0 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0

7 Gd. Panjang 0 0 0 6 1 7 6 0 6 3 0 3

8 Benteng 0 0 0 1 1 2 35 8 43 0 0 0

9 Pabuaran 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0

10 Sukakarya 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

11 Baros 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0

12 Lembursitu 0 0 0 0 1 1 2 2 4 0 0 0

13 Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 Cibeureum Hilir 1 0 1 0 1 1 4 1 5 0 1 1

15 Limus Nunggal 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0

Jumlah 15 8 23 23 18 41 61 17 78 6 4 10

Sumber : Bidang P2PL

Page 30: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 29 

Dari tabel diatas, diketahui bahwa pada Tahun 2012 di Kota

Sukabumi penemuan kasus HIV pada laki-laki sebanyak 15 orang dan

pada wanita sebanyak 8 orang, AIDS laki-laki sebanyak 23 orang, dan

wanita sebanyak 18 orang, sedangkan IMS pada laki-laki sebanyak 61

orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Dan jumlah kematian pada

HIV-AIDS sebanyak 10 orang, diantaranya 6 orang pada laki-laki dan 4

orang pada perempuan.

Sedangkan berdasarkan laporan dari PMI Kota Sukabumi, dari

4082 orang pendonor darah ditemukan positif HIV sebanyak 7 orang

(0,16%). 1 orang diantaranya berjenis kelamin perempuan. Persentase

donor darah diskrining terhadap HIV-AIDS, dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 3.6

Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : PMI Kota Sukabumi

e. Penyakit Menular Bersumber Binatang

1) DBD (Demam Berdarah)

Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang sering

menimbulkan kekhawatiran masyarakat, karena perjalanan

penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian. Sementara

itu, obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah

penyakit DBD sampai saat ini belum ditemukan.

Pengendalian penyakit DBD dilakukan dengan peningkatan

pengetahuan masyarakat, koordinasi lintas program dan lintas

sektoral melalui PSN, PJB dan pemberantasan nyamuk dewasa

dengan fogging/pengasapan. Dari angka kesakitan karena DBD

L P Jml Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1PMI

KOTA SUKABUMI

4,082 843 4,925 4,082 100.00 843 100.00 4,925 100.00 7 0.17 1 0.12 8 0.16

4,082 843 4,925 4,082 100.00 843 100.00 4,925 100.00 7 0.17 1 0 8 0.16

P L + P

Jumlah

NoUnit

Transfusi Darah

Donor Darah

Jumlah PendonorSampel Darah Diperiksa Positif HIV

L P L + P L

Page 31: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 30 

pada Tahun 2012 berjumlah 922 kasus meningkat dari tahun

sebelumnya 42% dengan kematian sebesar 5 kasus.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi PJB yang

melibatkan kader dan masyarakat, PSN, PE oleh petugas

Puskesmas fogging/pengasapan dilakukan dengan 2 (dua) tipe yaitu

fogging focus sebanyak 90 titik dan fogging massal 45 titik. Dengan

tujuan untuk mencegah agar tidak terjadi peningkatan kasus DBD

diawal tahun berikutnya (Tahun 2013). Berikut, grafik trend kasus

DBD 3 tahun terakhir :

Grafik 3.7 Trend Kasus DBD di Kota Sukabumi

Tahun 2009 – 2012

Sumber : Bidang P2PL

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2009

2010

2011

2012

Page 32: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 31 

Grafik 3.8 Data DBD Per Puskesmas Kota Sukabumi

Tahun 2011 dan 2012

Sumber : Bidang P2PL

Tabel 3.7 Data DBD Per Golongan Umur Kota Sukabumi

Tahun 2012

No Bulan Golongan Umur

Total < 1 Th 1-4 Th 5-14 Th 15-24 25-44 Th >45 Th

L P L P L P L P L P L P L P JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Januari 0 0 2 1 6 3 10 7 17 12 15 16 50 39 89

2 Februari 0 1 2 3 7 4 8 6 24 12 11 14 52 40 92

3 Maret 0 0 2 3 5 4 12 13 19 18 15 12 53 50 103

4 April 0 2 0 1 4 4 11 4 10 11 10 11 35 33 68

5 Mei 0 0 4 1 3 9 4 7 14 16 8 12 33 45 78

6 Juni 2 0 3 4 5 5 2 6 14 9 11 5 37 29 66

7 Juli 0 0 2 1 8 10 12 15 26 23 13 20 61 69 130

8 Agustus 0 0 1 1 6 7 7 10 13 16 9 11 36 45 81

9 Sept 0 0 1 2 3 2 3 7 10 12 8 3 25 26 51

10 Okt 0 0 5 0 2 2 5 7 10 10 7 8 29 27 56

11 Nov 0 1 0 3 2 3 6 6 8 11 8 8 24 32 56

12 Des 0 0 0 2 3 4 7 9 9 7 5 6 24 28 52

Jumlah 2 4 22 22 54 57 87 97 174 157 120 126 459 463 922

Sumber : Bidang P2PL

0

20

40

60

80

100

120

2011

2012

Page 33: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 32 

2) Filariasis

Kegiatan yang dilakukan pada Tahun 2012 yaitu dengan

sosialisasi tentang mengenal penyakit filariasis, pencegahan dan

pengobatannya dimasyarakat dan media elektronik serta dilakukan

survey kontak pada 250 orang di wilayah penderita, dengan hasil

0%. Angka kesakitan yang disebabkan oleh cacing mikro filarial di

Kota Sukabumi pada Tahun 2011 ditemukan ada 2 kasus yaitu di

wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah. Sedangkan pada Tahun

2012 terdapat 4 kasus yang berasal dari daerah Cikundul 3 kasus

dan Cikole 1 kasus.

3) Rabies

Angka kejadian gigitan hewan pada Tahun 2011 terdapat 28

kasus gigitan hewan dan 11 kasus mendapatkan penanganan VAR

(Vaccin Anti Rabies). Tahun 2012 terdapat 28 kasus gigitan hewan

dan 11 kasus mendapat penanganan VAR. Kegiatan yang

dilaksanakan adalah sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas

Peternakan.

4) Flu Burung

Angka kejadian Flu Burung pada Tahun 2012 tidak

ditemukan.

5) Anthraks

Angka kejadian oleh Anthraks pada Tahun 2012 tidak

ditemukan.

6) Malaria

Angka kesakitan Malaria pada Tahun 2011 ditemukan 1

kasus, yaitu di wilayah kerja Puskesmas Tipar. Sedangkan pada

Tahun 2012 meningkat menjadi 11 kasus. 4 kasus di wilayah

Puskesmas Sukabumi, dan masing-masing 1 kasus di wilayah

Puskesmas Karang Tengah, Selabatu, Nanggeleng, Gedong

Panjang, Baros, Cikundul dan Cibeureum Hilir.

Page 34: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 33 

C. Status Gizi

1. Keadaan Status Gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan syarat terciptanya

sumberdaya manusia yang berkualitas. Anak yang mengalami

masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh

kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan produktifitas serta

kematian. Masalah Gizi penduduk merupakan masalah yang

tersembunyi, yang berdampak pada tingginya angka kesakitan dan

kematian. Kurang asupan dan absorpsi gizi mikro dapat menimbulkan

konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi

lain (kognitif, sistem imunitas, reproduksi dan lain-lain).

Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas

sumber daya manusia. Gizi yang tidak seimbang akan menentukan

kualitas sumber daya manusia. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa gangguan gizi kurang pada anak balita ternyata membawa

dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental. Anak

yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami

gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan

produktivitas serta kematian.

Kekurangan gizi makro dalam hal ini energi dan protein, akan

menyebabkan penyakit gizi yang kronis diantaranya marasmus,

kwashiorkor dan gabungan marasmus dan kwashiorkor. Sedangkan

kelebihan asupan zat gizi terutama zat gizi makro akan menyebabkan

terjadinya kegemukan (obesitas) yang pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif misalnya

jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, dan sebagainya.

Intervensi masalah gizi di Kota Sukabumi pada Tahun 2012

masih dipusatkan pada 4 kegiatan yang sama dengan tahun lalu,

yaitu Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Penanggulangan

Anemia Gizi Besi (AGB), Pencegahan Kekurangan Vitamin A dan

Penanggulangan GAKY.

Kegiatan penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP)

dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan Balita setiap bulan di

Posyandu, Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita, Bulan Penimbangan

Page 35: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 34 

Balita (BPB), Klinik Gizi (pemeriksaan oleh dokter spesialis anak,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen/mantoux,

pemeriksaan kesehatan lain termasuk pemberian multivitamin dan

rujukan kasus balita gizi buruk), Pemberian Makanan Tambahan

Pemulihan (PMT-P) berupa makanan lokal kepada balita gizi buruk

dan gizi kurang GAKIN, Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

(PMT-P) kepada ibu hamil KEK/AGB.

Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) dilakukan melalui

pemberian tablet Fe kepada ibu hamil, pemberian tablet Fe kepada ibu

nifas dan pemberian tablet Fe kepada remaja putri di SMP Negeri 7

Kota Sukabumi.

Hasil pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap

bulan di Posyandu Tahun 2012 di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa

cakupan D/S hanya 82,2% dengan jumlah balita gizi buruk indikator

BB/U ada 170 anak (0,8%) dan gizi kurang 788 anak (4,1%).

Cakupan pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet kepada ibu

hamil (Fe3) sebesar 78,1%. Pemberian kapsul Vitamin A kepada bayi

dan balita maupun ibu nifas semuanya sudah mencapai target yaitu

masing-masing 99,1%, 97,0%, dan 85,5%.

a. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita

gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai

tata laksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

Tabel 3.8

Jumlah Balita Gizi Buruk di Kota Sukabumi Tahun 2012

No  Puskesmas Balita 

Ditimbang 

Gizi Buruk 

BB/TB  %  BB/U  % 1  2 3 4 5 6  7 

1  Selabatu  1,015  0  0  8  0.79 

2  Sukabumi  2,001  5  0.25  14  0.70 

3  Cipelang  1,178  0  0  20  1.70 

4  Karang Tengah  1,562  1  0.06  10  0.64 

Page 36: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 35 

No  Puskesmas Balita 

Ditimbang 

Gizi Buruk 

BB/TB  %  BB/U  % 1  2 3 4 5 6  7 

5  Benteng  1,746  0  0  13  0.74 

6  Sukakarya  1,037  1  0.10  11  1.06 

7  Pabuaran  607  0  0  3  0.49 

8  Tipar  972  1  0.10  3  0.31 

9  Nanggeleng  1,013  2  0.20  11  1.09 

10  Gedong Panjang  1,184  6  0.51  8  0.68 

11  Baros  1,852  5  0.27  23  1.24 

12  Limus Nunggal  1,015  1  0.10  5  0.49 

13  Cibeureum Hilir  1,297  2  0.15  8  0.62 

14  Cikundul  1,509  9  0.60  25  1.66 

15  Lembursitu  1,118  0  0  8  0.72 

Jumlah  19,106  33  0.17  170  0.89 Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel diatas, jumlah balita gizi buruk

berdasarkan BB/TB di Kota Sukabumi Tahun 2012 berada

dibawah target < 1% yaitu 0,17%. Balita gizi buruk ini tersebar di

Puskesmas Cikundul (9 anak), Gedong Panjang (6 anak),

Sukabumi (5 anak), Baros (5 anak), Nanggeleng (2 anak), Karang

Tengah (1 anak), Sukakarya (1 anak), Tipar (1 anak), Limus

Nunggal (1 anak), sedangkan Puskesmas Selabatu, Cipelang,

Benteng, Pabuaran dan Lembursitu, tidak ditemukan balita gizi

buruk berdasarkan BB/TB. Balita gizi buruk ini tidak murni, tetapi

disertai dengan penyakit penyerta yaitu TB Paru, Meningitis dan

kelainan bawaan seperti Cerebral Palsy, Colostomy, Kelainan

Jantung, dan lain-lain.

b. Klinik Gizi Balita Gizi Buruk

Sasaran kegiatan Klinik Gizi Balita Gizi Buruk Tahun 2012

adalah sebanyak 20 anak, tersebar di 15 Puskesmas.

Dilaksanakan pada Tanggal 03 April, 07 Juni, 06 September dan

11 Desember. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini bertempat di Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi.

Page 37: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 36 

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Klinik Gizi ini yaitu

Pengukuran Antropometri, Penentuan Status Gizi, Pemeriksaan

Kesehatan oleh Dokter Spesialis Anak, Pemeriksaan Rontgen,

Pemeriksaan Mantoux dan Fisioterapi.

c. PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin

Sasaran Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

(PMT-P) sebanyak 40 Balita dengan kriteria status gizi menurut

BB/TB gizi sangat kurus dan kurus yang tersebar di Puskesmas

Benteng, Sukakarya dan Cibeureum Hilir.

PMT-Pemulihan ini diberikan selama 90 hari berturut-turut

(September – November 2012) dengan menu yang diberikan yaitu

makanan lokal dengan siklus menu 10 hari berulang.

80% balita yang mendapatkan PMT-Pemulihan, naik berat

badannya. Pada bulan pertama (September), terdapat 80%balita

naik berat badannya. Pada bulan kedua (Oktober), 60% balita naik

berat badannya. Begitu pula dengan bulan terakhir (November),

80% balita naik berat badannya. Hal ini menunjukkan bahwa

kegiatan PMT-Pemulihan pada Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang,

sangat membantu meningkatkan berat badan balita.

Sedangkan untuk balita yang tidak naik berat badannya,

dikarenakan balita sedang dalam keadaan sakit. Selain itu,

adanya PMT-Pemulihan dijadikan makanan pengganti makanan

pokok balita bukan sebagai makanan tambahan. Sehingga tidak

ada penambahan kalori dalam makanan sehari-harinya, yang

mengakibatkan balita tidak naik berat badannya.

Pemberian makanan tambahan juga harus disertai dengan

pola asuh orang tua / keluarga yang baik, lingkungan tempat

tinggal yang sehat dan pola makan yang benar. Sehingga dapat

memberikan hasil yang maksimal.

2. Cakupan Persentase D/S

Cakupan persentase D/S di Kota Sukabumi Tahun 2012 sudah

mencapa target 80% yaitu 82,2%. Dari periode Januari – Desember

Page 38: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 37 

2012, hanya 2 bulan yaitu Bulan Januari dan April 2012 yang belum

mencapai target yaitu 78,1% dan 79,3%.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil pencapaian D/S pada

Bulan Februari dan Agustus jauh diatas target dikarenakan bersamaan

dengan Kegiatan Bulan Vitamin A dan sweeping petugas bagi Balita

yang tidak datang ke Posyandu.

Cakupan D/S terkecil ada di Puskesmas Tipar yaitu sebesar

70,2%, sedangkan terbesar di Puskesmas Lembursitu sebesar 92,3%.

Puskesmas yang sudah mencapai target yaitu Puskesmas Lembursitu,

Cikundul, Benteng, Selabatu, Baros, Cibeureum Hilir, Gedong

Panjang, Cipelang, Sukakarya, Nanggeleng dan Limus Nunggal.

Sedangkan 4 Puskesmas lain, masih berada dibawah target 80 %.

Cakupan persentase D/S Tahun 2012, dapat dilihat pada grafik

dibawah ini :

Grafik 3.9 Cakupan Persentase D/S menurut Puskesmas

Di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Page 39: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 38 

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SUKABUMI

A. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan (health service) dapat dikategorikan menjadi 3

bagian, yaitu Kuratif (pengobatan) seperti pengobatan dan rehabilitasi pasca

kesembuhan, preventif (pencegahan), dapat dikategorikan pada upaya

promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan, serta Protektif (perlindungan

kesehatan). Upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kota

sukabumi diantaranya adalah :

1. Pelayanan Antenatal

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan

untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

Dan menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan kehamilan (ANC)

merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa

nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak

hanya fisik tetapi juga mental.

Ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan

maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester

1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat

kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan

menurut kebutuhan masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ≥4 kali

kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan

dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan

< 2 kali kunjungan (WHO, 2006).

Yang menjadi kebijakan dalam Pelayanan Antenatal Care menurut

Dewitree (2010), yaitu: Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk

“10T”:

Page 40: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 39 

1. (Timbang ) berat badan

2. ukur (Tinggi) badan

3. Ukur (Tekanan) darah

4. Ukur ( Tinggi ) fundus uteri

5. (Tes) Detak Jantung Janin

6. (Tes) urin

7. Pemberian imunisasi ( Tetanus Toksoid ) TT lengkap

8. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

9. (Tes) terhadap Penyakit Menular Seksual/ uji (TORCH)

10. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.

PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan

pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya

serta kesehatan anaknya. Pemantauan yang dilakukan adalah

pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat,

Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan

yang ditolong dukun.

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan pada trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai

12 minggu.

Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kota Sukabumi dapat dilihat

pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Cakupan Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Ibu Hamil

Jumlah K1 % 1 2 3 4 5

1 Cipelang 468 430 91.9

2 Karang Tengah 679 700 103.1

3 Selabatu 499 485 97.2

4 Sukabumi 995 1,058 106.3

5 Tipar 460 449 97.6

6 Nanggeleng 384 404 105.2

7 Gedong Panjang 407 411 101.0

8 Benteng 683 717 105.0

9 Pabuaran 354 330 93.2

Page 41: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 40 

No Puskesmas Ibu Hamil

Jumlah K1 % 1 2 3 4 5

10 Sukakarya 350 336 96.0

11 Baros 776 817 105.3

12 Lembursitu 399 380 95.2

13 Cikundul 488 425 87.1

14 Cibeureum Hilir 511 492 96.3

15 Limus Nunggal 402 416 103.5

Jumlah 7,855 7,850 99.9

Sumber : Bidang Yankes

Cakupan PWS K1 Kumulatif Kota Sukabumi pada Tahun 2012

adalah sebesar 99,9%. Hal ini melebihi target program KIA, yaitu sebesar

91%. Cakupan Puskesmas yang tertinggi yaitu Puskesmas Sukabumi

dengan pencapaian 106,3%, sedangkan pencapaian terendah adalah

Puskesmas Cibeureum Hilir yaitu sebesar 87,1%.

Berkaitan dengan pencapaian cakupan tersebut terdapat indikator

lain untuk memantau program KIA dalam kegiatan antenatal adalah

cakupan K4. Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau

lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksan

kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >

24 minggu.. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan

antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati

waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu

hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan

manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kota Sukabumi dapat dilihat

pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Ibu Hamil

Jumlah K4 % 1 2 3 4 5 1 Cipelang 461 462 98.7

2 Karang Tengah 668 718 105.7

3 Selabatu 483 502 100.6

Page 42: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 41 

No Puskesmas Ibu Hamil

Jumlah K4 % 1 2 3 4 5 4 Sukabumi 965 944 94.9

5 Tipar 448 422 91.7

6 Nanggeleng 374 360 93.8

7 Gedong Panjang 397 373 91.6

8 Benteng 667 638 93.4

9 Pabuaran 345 328 92.7

10 Sukakarya 342 345 98.6

11 Baros 762 692 89.2

12 Lembursitu 392 330 82.7

13 Cikundul 480 411 84.2

14 Cibeureum Hilir 513 414 81.0

15 Limus Nunggal 403 345 85.8

Jumlah 7,855 7,284 92.7 Sumber : Bidang Yankes

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil cakupan K4 kumulatif

kota telah melebihi target dinas yaitu 92,7% (target 86%). Hasil cakupan

K4 selama kurun waktu 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar

8,93%. Pencapaian K4 tertinggi pada Tahun 2012 dari Puskesmas

Karang Tengah yaitu 105,7%. Sedangkan terendah dari Puskesmas

Cibeureum Hilir yaitu 81,0%. Puskesmas yang belum memenuhi target

dinas yaitu Puskesmas Limus Nunggal, Cikundul, Lembursitu dan

Cibeureum Hilir.

Pencapaian K4 yang belum memenuhi target pada beberapa

Puskesmas tersebut disebabkan kurangnya kerjasama antara Puskesmas

dengan Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek Swasta mengenai

pencatatan dan pelaporan, kurangnya kerjasama bidan dengan lintas

program dan lintas sektor.

Kejadian Drop Out pada Tahun 2012 yaitu 7,2%. Drop Out (DO)

menunjukkan inkonsistensi dalam pengelolaan pelayanan kesehatan

maternal, sehingga hilangnya kesempatan untuk memperoleh

pemeliharaan kesehatan dan keamanan dalam kehamilan dan persalinan.

ANC pertama sebaiknya digunakan untuk memberikan informasi

pentingnya ANC sesuai standar, risiko kehamilan dan persalinan, serta

Page 43: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 42 

agar melahirkan dengan didampingi tenaga kesehatan terlatih. Dengan

DO tersebut, berarti sekitar 566 orang ibu hamil yang ada di Kota

Sukabumi tidak mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.

2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih atau

cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan

adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis

lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam

persentase.

Mengukur kematian ibu secara akurat adalah sulit, kecuali tersedia

data registrasi yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian.

Oleh karena itu sebagai proksi indikator digunakan proporsi pertolongan

kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih.

Salah satu indikator yang menentukan keberhasilan dalam

penurunan AKI adalah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Indikator ini menggambarkan besarnya persentase persalinan yang bersih

dan aman. Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan

dianggap memenuhi persyaratan sterilitas dan aman, karena bila ibu

mengalami komplikasi persalinan maka penanganan atau pertolongan

pertama pada rujukan dapat segera dilakukan (Depkes, 1999).

Dengan indikator ini, dapat diperkirakan proporsi persalinan yang

ditangani oleh tenaga kesehatan dan menggambarkan kemampuan

manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

Pencapaian indikator cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

di Kota Sukabumi berdasarkan hasil pencatatan laporan Bidang Yankes

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 sudah diatas target (86%),

yaitu 94,4%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 44: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 43 

Tabel 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas

Ibu Bersalin

Jumlah Ditolong Nakes

%

1 2 3 4 5

1 Cipelang 447 447 100.0

2 Karang Tengah 648 653 100.8

3 Selabatu 476 479 100.6

4 Sukabumi 949 876 92.3

5 Tipar 440 416 94.5

6 Nanggeleng 366 259 70.8

7 Gedong Panjang 388 387 99.7

8 Benteng 652 648 99.4

9 Pabuaran 338 374 110.7

10 Sukakarya 334 327 97.9

11 Baros 741 726 98.0

12 Lembursitu 381 377 99.0

13 Cikundul 466 390 83.7

14 Cibeureum Hilir 488 412 108.1

15 Limus Nunggal 384 310 80.7

Jumlah 7,498 7,081 94.4

Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, pencapaian tertinggi

cakupan linakes adalah Puskesmas Pabuaran (110.7%). Sedangkan

pencapaian cakupan linakes terendah adalah Puskesmas Nanggeleng

(70,8%). Puskesmas yang belum memenuhi target yaitu Puskesmas

Nanggeleng, Puskesmas Limus Nunggal, dan Puskesmas Cikundul.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Nakes) Tahun

2012 ini, meningkat jika dibadingkan Tahun 2011 yang hanya mencapai

91,0%. Hasil ini dicapai antara lain karena adanya kerjasama dengan

Bidan Praktek Swasta (BPS), Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

berjalan baik. Cakupan ini menggambarkan kemampuan manajemen

program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam pertolongan persalinan

sesuai standar, dan dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani

oleh tenaga kesehatan.

Page 45: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 44 

Data didapatkan dari laporan Puskesmas, Bidan Praktek dan

Rumah Sakit. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ini

adalah monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan Puskesmas,

koordinasi teknis dengan Rumah Sakit dan Bidan Praktek. Persalinan

oleh tenaga kesehatan ini didukung oleh Program Jampersal yang

dikucurkan oleh Kementerian Kesehatan, selain Dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD Kota.

Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, namun bisa saja

tidak. Seperti akibat perdarahan dan kelahiran yang sulit. Oleh karena itu,

kita harus memperlakukan setiap persalinan sebagai suatu potensi

keadaan darurat yang mungkin memerlukan perhatian. Pengalaman

internasional menunjukkan bahwa sekitar separuh dari kematian ibu

dapat dicegah oleh bidan terampil, sementara separuh lainnya tidak dapat

diselamatkan akibat tidak adanya perawatan yang tidak tepat dengan

fasilitas medis memadai (Bappenas & UNDP, 2007).

3. Cakupan Kunjungan Neonatus (N3)

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi usia 29 hari-11 bulan di

sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Rumah Sakit dan Rumah Bersalin) maupun di Posyandu, Tempat

Penitipan Anak (TPA), Panti Asuhan dan sebagainya melalui kunjungan

petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi

pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak)

Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan

perawatan kesehatan bayi. Indikator ini adalah untuk mengukur

kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga

kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan

(Kemenkes, 2010).

Cakupan kunjungan neonatus 3 atau KN lengkap adalah cakupan

neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3

kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke-3

sampai hari ke-7 dan 1 kali pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah lahir

di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dihitung dengan

membandingkan jumlah neonatus yang memperoleh minimal 3 kali

Page 46: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 45 

pelayanan sesuai standar dengan jumlah seluruh sasaran bayi. Dengan

indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan

neonatal.

Adapun hasil cakupan kunjungan neonatus 3 atau KN lengkap di

seluruh Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012, dapat dilihat pada

tabel dibawah ini

Tabel 4.4

Cakupan Kunjungan Neonatus (N3) menurut Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Proyeksi Jumlah

Bayi

Kunjungan Neonatus 3 Kali (Kn Lengkap)

Jumlah % 1 2 3 4 5

1 Cipelang  426 364 85.45 

2 Karang Tengah  616  614 99.68 

3 Selabatu  454  438 96.48 

4 Sukabumi  904  811 89.71 

5 Tipar  419 415 99.05 

6 Nanggeleng  349  226 64.76 

7 Gedong Panjang  370  357 96.49 

8 Benteng  621  546 87.92 

9 Pabuaran  322 278 86.34 

10 Sukakarya  318 312 98.11 

11 Baros  705  621 88.09 

12 Lembursitu  364  292 80.22 

13 Cikundul  443 377 85.10 

14 Cibeureum Hilir 465 380 81.72 

15 Limus Nunggal  365  266 72.88 

Jumlah 7,141  6,297 88.18

Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel diatas, hasil cakupan N3 kumulatif Kota telah

memenuhi target yaitu 88,18% (Target 84%). Pencapaian cakupan N3

kumulatif tertinggi yaitu Puskesmas Karang Tengah (99,68%). Sedangkan

pencapaian N3 kumulatif terendah yaitu Puskesmas Nanggeleng

(64,76%). Pada Tahun 2012 dari 7141 bayi neonatus, 88,18% (6297)

Page 47: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 46 

kontak dengan petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan. Penurunan cakupan dibandingkan dengan Tahun 2011 yang

mencapai 90,15% disebabkan karena pencatatan dan pelaporan untuk

KN Lengkap belum optimal, masih banyak neonatus yang tidak tercatat

mendapat pelayanan dihari ke-8 sampai hari ke-28. Kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai target adalah monitoring pencatatan dan

pelaporan Puskesmas dengan menggunakan data dasar kohort bayi.

4. Cakupan Neonatus Resti yang Ditangani

Perlu diketahui bahwa neonatus resiko tinggi dapat lahir dari ibu

dengan kehamilan resiko tinggi pula. Dalam tahap yang lebih awal,

penolong persalinan seharusnya dapat mengenali bahwa kehamilan yang

dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi. Berikut ini beberapa

kelahiran resiko tinggi yaitu : ketuban pecah dini, amnion tercemar

mekonium, kelahiran prematur kurang dari 37 minggu , kelahiran

postmatur lebih dari 42 minggu, toksemia, ibu menderita DM,

primigravida muda, primigravida tua, kehamilan kembar, ketidak cocokan

rhesus, hipertensi, penyakit jantung pada ibu, penyakit ginjal pada ibu,

penyakit epilepsi pada ibu, ibu demam/sakit, perdarahan ibu, sungsang,

lahir dengan seksio sesaria/extraksi vakum, ertraksi forsep, kecanduan

oba-obatan, dicurigai adanya kelainan bawaan, komplikasi obstetri lain.

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak

perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari

kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir

yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak

ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian

besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan

pertama kehidupannya. Cakupan neonatus resti ditangani menurut

Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Page 48: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 47 

Tabel 4.5 Cakupan Neonatus Resti Ditangani Menurut Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas

Perkiraan Neonatal

Resti/ Komplikasi

Neonatal Resti/Komplikasi Ditangani

Jumlah % 1 2 3 4 5

1 Cipelang 200 271 135.50

2 Karang Tengah 125 130 104.00

3 Selabatu 206 150 72.82

4 Sukabumi 150 145 96.67

5 Tipar 85 73 85.88

6 Nanggeleng 43 37 86.05

7 Gedong Panjang 148 144 97.30

8 Benteng 130 110 84.62

9 Pabuaran 100 87 87.00

10 Sukakarya 55 49 89.09

11 Baros 36 35 97.22

12 Lembursitu 47 45 95.74

13 Cikundul 67 103 153.73

14 Cibeureum Hilir 50 40 80.00

15 Limus Nunggal 63 58 92.06

Jumlah 1,505 1447 98,14

Sumber : Bidang Yankes

Persentase dan pelaporan cakupan neonatus komplikasi yang

ditangani di Kota Sukabumi sebesar 98,14% dengan persentase terbesar

berada di puskesmas Cikundul sebesar 153,73% sedangkan terendah

sebesar 72,82% yaitu Puskesmas Selabatu. Untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang optimal, diperlukan sarana dan prasarana yang

memadai. Disamping itu perlu diadakannya pelatihan-pelatihan serta

pembinaan yang berkesinambungan, perbaikan pencatatan dan

pelaporan mulai dari bawah sampai keatas.

Sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan dalam

peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus, yaitu

penyediaan Puskesmas mampu PONED. Dari 15 Puskesmas di Kota

Sukabumi 4 diantaranya adalah Puskesmas mampu PONED sehingga

memiliki kemampuan serta fasilitas 24 jam dalam memberikan pelayanan

terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru

Page 49: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 48 

lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan

kader/masyarakat dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit pada kasus

yang tidak mampu ditangani.

5. Cakupan Kunjungan Bayi

Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan kunjungan bayi (umur

1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat

yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2

kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.. Dengan

indikator ini dapat diketahui efektifitas, continum of care dan kualitas

pelayanan kesehatan bayi. Hasil cakupan kunjungan bayi seluruh

Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.6 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jumlah Bayi

Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali)

Jumlah % 1 2 3 4 5 1 Cipelang 426 387 90.85

2 Karang Tengah 616 555 90.10

3 Selabatu 454 398 87.67

4 Sukabumi 904 717 79.31

5 Tipar 419 159 37.95

6 Nanggeleng 349 301 86.25

7 Gedong Panjang 370 356 96.22

8 Benteng 621 456 73.43

9 Pabuaran 322 243 75.47

10 Sukakarya 318 526 165.41

11 Baros 705 584 82.84

12 Lembursitu 364 308 84.62

Page 50: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 49 

No Puskesmas Jumlah Bayi

Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali)

Jumlah % 1 2 3 4 5

13 Cikundul 443 353 79.68

14 Cibeureum Hilir 465 570 122.58

15 Limus Nunggal 365 299 81.92

Jumlah 7,141 6,212 86.99

Sumber : Bidang Yankes

Hasil cakupan kunjungan bayi kota belum melebihi target, yaitu

86,99% (Target 85%). Pencapaian cakupan kunjungan bayi tertinggi yaitu

Puskesmas sukakarya (165,41%), sedangkan pencapaian cakupan

kunjungan bayi terendah yaitu Puskesmas Tipar (37,95%).

Puskesmas yang sudah memenuhi target cakupan kunjungan bayi

hanya 7 Puskesmas dari 15 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas

Cipelang, Karang Tengah, Selabatu, Nangeleng, Gedong Panjang,

Sukakarya, dan Cibeureum Hilir. Penyebab cakupan kunjungan bayi

untuk Puskesmas yang masih dibawah target yaitu sistem pencatatan dan

pelaporan yang kurang optimal terutama penggunaan kohort bayi,

kurangnya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor (bidan

praktek swasta, dokter praktek swasta, Rumah Sakit), kurangnya

penjaringan kunjungan bayi oleh tenaga kesehatan serta kurangnya

pemanfaatan posyandu oleh masyarakat.

B. Pelayanan Alat Kontrasepsi

Dampak positif dari penambahan jumlah penduduk, antara lain

tersedianya tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan. Namun demikian

peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkontrol dan tidak diimbangi

dengan peningkatan taraf hidup yang memadai, akan menimbulkan lebih

banyak dampak negatif dan masalah sosial diantaranya kriminalitas dan

beban terhadap daya dukung wilayah Kota Sukabumi. Permasalahan

kependudukan, dengan jumlah penduduk yang banyak maka angka

kemiskinan juga rentan untuk meningkat.

Page 51: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 50 

Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan mengatasi

masalah kemiskinan, upaya yang dilakukan bukan hanya sebatas pada

pembatasan jumlah kelahiran, tetapi juga mencakup upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga. Salah satu upaya menekan laju pertumbuhan

penduduk, yaitu dengan mengoptimalkan Program Keluarga Berencana.

Dalam hal ini bukan hanya Pemerintah saja, tetapi masyarakatpun perlu

berperan aktif dalam mensukseskan pelaksanaan program KB. Kegagalan

program KB berakibat pada pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak

terkendali sehingga akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran,

fasilitas kesehatan, pendidikan dan ketersediaan pangan. Program yang

cukup efektif dari upaya tersebut diantaranya anjuran pemakaian alat

kontrasepsi, pendewasaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran,

pemberian air susu ibu yang optimal dan penundaan kelahiran anak

pertama.

Pertumbuhan penduduk membawa banyak konsekuensi, diantaranya

dari aspek penyediaan sarana dan pembiayaan pendidikan. Dalam hal ini

Pemerintah perlu menyediakan sarana dan biaya-biaya lain ketika bayi yang

dilahirkan mulai masuk usia sekolah. Kemudian dari aspek penyediaan

lapangan pekerjaan. Hal yang sama juga berlaku saat si anak sudah

menyelesaikan sekolah, maka jumlah lapangan kerja yang disediakan juga

harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk ini. Anak yang putus

sekolah akan masuk bursa tenaga kerja lebih awal. Konsekuensinya adalah

mereka akan masuk ke lapangan kerja tanpa keterampilan dan kompetensi.

Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk ini dilakukan

diantaranya dengan revitalisasi Program Keluarga Berencana. Jika laju

pertumbuhan penduduk dapat ditekan setiap tahunnya, dampak yang akan

didapat tentu saja penghematan dana diberbagai sektor. Tidak hanya

dibidang kesehatan saja, melainkan juga disektor lainnya. Dana yang

didapat dari penghematan ini dapat digunakan untuk membiayai sektor

pembangunan lain atau meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan

pendidikan pada bayi-bayi yang dilahirkan. Pada gilirannya, hal ini akan

berdampak pada peningkatan kualitas SDM dan peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kota Sukabumi.

Page 52: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 51 

Di Kota Sukabumi sendiri telah diselenggarakan upaya KB yang lebih

efektif seperti pelaksanaan Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

maupun Non MKJP. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif di Kota Sukabumi

pada Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Kecamatan Jumlah

PUS Peserta KB Baru Peserta KB Aktif

Jumlah % Jumlah % 1 2 3 4 5 6 7

1 Gunung Puyuh 9,587 2,924 30.50 7,740 80.73

2 Cikole 10,413 2,905 27.90 8,367 80.35

3 Citamiang 8,444 1,189 14.08 6,522 77.24

4 Warudoyong 9,022 1,883 20.87 6,808 75.46

5 Baros 6,127 1,151 18.79 4,765 77.77

6 Lembursitu 6,972 428 6.14 5,486 78.69

7 Cibeureum 7,055 737 10.45 5,705 80.86

JUMLAH 57,620 11,217 19.47 45,393 78.78

Sumber : BPMPKB Kota Sukabumi

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kota Sukabumi

Tahun 2012 peserta KB aktif yaitu sebanyak 78,78% sedangkan peserta KB

baru mencapai 19,47%. Dari 15 Puskemas di Kota Sukabumi, Kecamatan

Cibeureum merupakan wilayah dengan akseptor KB aktif paling banyak yaitu

sebesar 5.705 akseptor dan Kecamatan Gunung Puyuh sebagai wilayah

dengan peserta KB baru terbanyak yaitu 2.924 akseptor.

C. Pelayanan Lansia

1. Data Lansia

Jumlah Penduduk Pra Lansia dan Lansia paling banyak terdapat

di Puskesmas Sukabumi (5782 dan 3947 orang). Berikut data jumlah

penduduk Lansia Tahun 2012 di masing-masing Puskesmas :

Page 53: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 52 

Grafik 4.1 Jumlah Penduduk Pra Lansia dan Lansia

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

2. Pra Lansia dan Lansia yang dilayani di luar gedung

Grafik 4.2 Pelayanan Pra Lansia dan Lansia Luar Gedung

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST

PRA 2897 5782 2762 3998 3996 2049 2068 2688 2377 2242 3076 2415 4572 2874 2351

LANSIA 1978 3947 1886 2730 2728 1399 1412 1835 1623 1530 2100 1649 3121 1962 1605

SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST KOTA

Pra 177 152 182 88 121 53 65 73 75 90 118 106 139 162 171 118

Lan 278 204 288 198 344 136 165 187 189 198 174 178 277 231 286 222

Page 54: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 53 

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas yang paling

banyak melayani Pra Lansia dan Lansia di luar gedung (Panti dan

Posbindu) adalah Puskesmas Benteng (344 orang lansia). Hal ini

dikarenakan jumlah Posbindu di Puskesmas Benteng cukup banyak

yakni 12 Posbindu dengan tenaga perawat khusus yang melayani

lansia di luar gedung.

3. Pra Lansia dan Lansia yang dilayani di dalam gedung

Untuk Pelayanan Pra Lansia dan Lansia dalam gedung,

Puskesmas Selabatu merupakan Puskesmas dengan pelayanan

dalam gedung paling banyak (134 orang lansia). Hal ini terjadi karena

banyaknya rujukan dari Posbindu ke Puskesmas dan Pelayanan

Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas. Pelayanan Pra Lansia dan

Lansia dalam gedung, dapat kita lihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.3 Pelayanan Pra Lansia dan Lansia Dalam Gedung

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

SLB SMICPLG

KRTG

BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBMLMSN

BRS CKDLLBSTKOTA

Pra 89 78 67 21 77 23 25 42 34 21 30 29 67 32 77 47

Lan 134 121 132 45 89 21 23 34 41 33 24 36 87 31 89 63

Page 55: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 54 

4. D/S Pra Lansia dan Lansia Per Puskesmas

Grafik 4.4 D/S Pra Lansia dan Lansia Per Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan grafik diatas, Puskesmas Lembursitu memiliki

cakupan D/S untuk Pra Lansia dan Lansia paling tinggi yakni 7,3% dan

17,8%. Hal ini telah jauh melampaui target yang ditentukan.

Sedangkan pencapain kota untuk D/S Pra Lansia masih kurang dari

target 4%. Melihat distribusi frekuensi cakupan D/S Pra Lansia dan

Lansia yang berbeda, hal ini bisa terjadi karena berbagai kendala

diantaranya adalah distribusi sasaran di masing-masing wilayah yang

berbeda, tenaga pemegang program yang mengelola lansia memiliki

waktu yang cukup untuk turun kelapangan, serta pendokumentasian

kegiatan yang rapi dan terstruktur.

5. D/S Pra Lansia dan Lansia Per Bulan

Distribusi frekuensi pencapaian D/S Lansia di Kota Sukabumi

menunjukkan angka yang relatif sama setiap bulannya yakni pada

rata-rata 8.50%. Sedangkan untuk Pra Lansia pada angka 3.50%. Hal

SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST KOTA

Pra 6.1 2.6 6.6 2.2 3.0 2.6 3.1 2.7 3.2 4.0 3.8 4.4 3.0 5.6 7.3 3.8

Lan 14.1 5.2 15.3 7.3 12.6 9.7 11.7 10.2 11.6 12.9 8.3 10.8 8.9 11.8 17.8 10.6

Page 56: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 55 

ini menunjukkan pencapaian target yang masih belum memenuhi

target yang ditentukan. Berikut data D/S Pra Lansia dan Lansia Per

Bulan :

Grafik 4.5 D/S Pra Lansia dan Lansia Per Bulan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang Yankes

D. Pelayanan Imunisasi

1. Cakupan Imunisasi Bayi

Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan sebagai

bentuk pencegahan penyakit. Semua anak, dimulai sejak usia bayi,

berhak mendapatkan pelayanan ini. Sebab jika tidak diimunisasi,

banyak efek buruk yang bisa terjadi.

Upaya pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi

rutin dan tambahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan

dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I). Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan

imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk

menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat

menimbulkan letusan atau Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Di Kota

Sukabumi tahun 2012 tidak ditemukan penyakit PD3I.

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKTO

NOV DES KOTA

PRA 3.6 4.0 3.5 3.9 3.5 3.6 3.4 3.3 3.3 3.0 3.3 3.6 3.8

LANS 8.0 8.4 7.7 9.1 9.1 9.0 8.6 9.1 8.1 8.2 8.6 8.5 10.6

Page 57: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 56 

Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat

Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga

dapat memutus rantai penularan PD3I. Dengan semakin efektif dan

efisiennya upaya imunisasi, diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang nyata bagi kesejahteraan anak dan ibu khususnya serta

masyarakat yang ada di Kota Sukabumi pada umumnya.

Untuk mengetahui cakupan imunisasi lengkap, tingkat

perlindungan dan kualitas pelayanan imunisasi indikatornya DPT-HB3,

Polio4 dan campak. Sedangkan untuk mengukur manajemen dan

pengelolaan program atau pengelolaan sasaran maka indikator yang

dipakai adalah DO (Drop Out), yaitu DPT-HB1, DPT-HB3 dan DO

DPT-HB1-Campak.

Cakupan imunisasi Kota Sukabumi Tahun 2012 secara

keseluruhan sudah mencapai target yaitu diatas 90%, namun ada

beberapa puskesmas yang belum mencapai target per antigen.

Dari 15 Puskesmas yang ada, 14 Puskesmas sudah mencapai

target program. Puskesmas yang belum mencapai UCI yaitu

Puskesmas Sukabumi.

Cakupan imunisasi DPT-HB1 Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

adalah sebesar 98,38 % (target 98 %), dan yang sudah mencapai

target ada 8 Puskesmas. Cakupan imunisasi DPT-HB3 pencapaiannya

96,54%, sedangkan target DPT-HB3 adalah 93%.

Drop Out (DO) digunakan sebagai indikator manajemen program

atau pengelolaan sasaran. Sasaran yang sudah datang dan

memperoleh pelayanan imunisasi seharusnya datang lagi untuk

memperoleh imunisasi lengkap. Makin kecil DO, maka makin baik

pengelolaan/manajemen sasaran program imunisasi. Sebaliknya

makin besar DO, maka pengelolaan sasaran program imunisasi harus

lebih dibenahi lagi. DO DPT-HB1-Campak mencapai 3,7%.

2. Cakupan Imunisasi Ibu Hamil

Salah satu standar pelayanan antenatal care minimal melalui

10 T, yaitu pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid).  Imunisasi

Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai

Page 58: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 57 

upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin

Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).

Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan

merupakan tindakan preventif untuk meningkatkan kekebalan tubuh

ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan virus. Pemberian imunisasi

selama kehamilan, tidak hanya penting untuk melindungi si ibu dari

berbagai macam penyakit, tapi juga bagi janin. 

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali,  Imunisasi TT

sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan

imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di

ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan

pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).  Jarak

pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4

minggu Adapun target cakupan imunisasi TT1 Ibu Hamil ≥ 98% dan

TT2 Ibu Hamil ≥ 90% serta DO TT1 Ibu Hamil – TT2 Ibu Hamil ≤ 5%.

Pencapaian cakupan imunisasi TT1 Ibu Hamil di Kota Sukabumi

masih dibawah target program, yaitu 59,8% dari jumlah seluruh ibu

hamil yang ada. Jadi masih ada kesenjangan 38,2,%, dari target 98%.

Dari 15 Puskesmas, semua belum mencapai target pelayanan

imunisasi TT. Pada pelayanan imunisasi ibu hamil, yang menjadi

indikator imunisasi lengkap atau kualitas pelayanan yaitu cakupan TT2

Ibu Hamil. Di Kota Sukabumi, pencapaiannya baru mencapai 54,7%

dari target 90%. Seluruh Puskesmas belum mencapai cakupan dari

target yang ditetapkan.

Dari data tersebut di dapatkan DO K1 dan K4 adalah 5,1% artinya

di Kota Sukabumi masih ada masalah dalam manajemen pemberian

imunisasi TT, hal itu dikarenakan system pencatatan dan pelaporan

yang belum sesuai serta keseragaman dalam status imunisasi yang

belum sepakat antara penegelola program imunisasi dan KIA.

3. Universal Child Imunization (UCI)

Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi

dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia

Page 59: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 58 

subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada

bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis

B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2

dosis TT.Untuk anak sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis

campak dan 2 dosis TT.

Target Universal Child Imunization dikatakan tercapai apabila

cakupan imunisasi lengkap 80% secara merata pada bayi di seluruh

Kelurahan.

Pencapaian Kelurahan/Desa UCI pada Tahun 2012 sudah

mencapai target yaitu 96,97% (Target 80%). Ada 1 Kelurahan yang

belum mencapai target UCI, yaitu Kelurahan Tipar.

Tabel 4.8

Pencapaian UCI di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jumlah

Kelurahan Kelurahan

UCI % Kelurahan

UCI

1 2 3 4 5

1 Cipelang 2 2 100.00%

2 Karang Tengah 2 2 100.00%

3 Selabatu 3 3 100.00%

4 Sukabumi 3 3 100.00%

5 Tipar 2 1 50.00%

6 Nanggeleng 1 1 100.00%

7 Gedong Panjang 2 2 100.00%

8 Benteng 2 2 100.00%

9 Pabuaran 2 2 100.00%

10 Sukakarya 1 1 100.00%

11 Baros 4 4 100.00%

12 Lembursitu 2 2 100.00%

13 Cikundul 3 3 100.00%

14 Cibeureum Hilir 2 2 100.00%

15 Limus Nunggal 2 2 100.00%

Jumlah 33 32 96.97%

Sumber : Bidang P2PL

Page 60: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 59 

4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bertujuan untuk

memberikan perlindungan bagi anak-anak usia sekolah dasar terhadap

penyakit campak, difteri dan tetanus.

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan bagi

masyarakat melalui pembangunan kesehatan dengan perencanaan

terpadu. Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki beban ganda

(double burden), dimana penyakit menular masih masalah karena tidak

mengenal batas wilayah administrasi sehingga tidaklah mudah untuk

memberantasnya. Dengan tersedianya vaksin mampu mencegah

penyakit menular sebagai salah satu tindakan pencegahan yang efektif

dan efisien.

Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah

satu strategi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka

mewujudkan Indonesia sehat. Program imunisasi mengacu kepada

konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam

pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan peningkatan

kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Setiap tahun BIAS dilaksanakan pada bulan Agustus untuk

Campak dan pada bulan November untuk DT (kelas I) dan Td (kelas II

dan III). Pelayanan imunisasi di sekolah dikoordinir oleh tim pembina

UKS. Peran guru menjadi sangat strategis dalam memotivasi murid

dan orangtuanya. Ketidak hadiran murid pada saat pelayanan

imunisasi akan merugikan murid itu sendiri dan lingkungannya karena

peluang untuk memperoleh kekebalan melalui imunisasi tidak

dimanfaatkan.

Pemberian imunisasi pada anak sekolah bertujuan sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif,

meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik dalam

lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh

dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya

manusia yang lebih berkualitas. Pelaksanaan BIAS merupakan

keterpaduan lintas program dan lintas sektor terkait sebagai salah satu

Page 61: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 60 

upaya mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. Diselenggarakan

melalui wadah yang sudah ada yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan

Sekolah (TP UKS), dimana imunisasi merupakan salah satu komponen

kegiatan UKS.

Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat

population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga

dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan berbagai kemajuan

pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi menjadi

semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan

langkah nyata bagi kesejahteraan anak, ibu, serta masyarakat secara

umum.

E. Program Penyehatan Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

kesehatan masyarakat. Sebagian besar gangguan kesehatan disebabkan

kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pengaruh lingkungan

terhadap kesehatan mengakibatkan gangguan kesehatan yang bersifat

segera dan bersifat lambat atau akumulatif.

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang

mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia

dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia

yang sehat, sejahtera dan bahagia. Upaya kesehatan lingkungan

ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

kimia,biologi maupun sosial.

Yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Upaya ini meliputi upaya penyehatan lingkungan

permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas

umum yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan

kesehatan yang berupa limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah

yang tidak diproses sesuai persyaratan, binatang pembawa penyakit, zat

kimia berbahaya, kebisingan, air dan udara yang tercemar, makanan

yang terkontaminasi, serta radiasi pengion dan non pengion.

Pengawasan lingkungan adalah usaha mencegah penyakit dan

gangguan kesehatan dengan jalan mencegah atau mengurangi faktor

Page 62: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 61 

lingkungan yang merugikan kesehatan. Dengan pengawasan lingkungan

maka akan dapat mencegah penyakit penyakit yang ditimbulkan oleh

lingkungan. Program di puskesmas dalam rangka pencegahan penyakit

yang ditimbulkan oleh dampak lingkungan di masyarakat adalah program

RAKSA SEHAT. yaitu : Rumah , Air bersih, Kakus , Sampah, Air Limbah

yang sehat.

Program Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota

Sukabumi pada Tahun 2012 dilaksanakan oleh 14 orang sanitarian

dan 2 orang petugas penyehatan lingkungan. Petugas sanitarian

Puskesmas melaksanakan program di wilayah kerja Puskesmas masing-

masing. Sedangkan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

melaksanakan program di 15 Puskesmas, yang mencakup 33 Kelurahan

di 7 Kecamatan. Sehingga dapat diketahui bahwa petugas pelaksana

penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi masih belum mencukupi. Hal ini

akan berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas cakupan

program penyehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Dengan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

serta dukungan sarana dan prasarana bagi pengelolaan program

penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi, pelaksanaan kegiatan

penyehatan lingkungan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini

menyebabkan program-program yang telah dilaksanakan, belum dapat

menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat Kota Sukabumi secara

menyeluruh sehingga identifikasi permasalahan yang diperoleh belum

dapat diintervensi dengan program yang tepat bagi penyelesaian

permasalahan lingkungan di Kota Sukabumi.

Pada Tahun 2012, Dinas Kesehatan berupaya melakukan

pengumpulan data Kondisi Lingkungan di Kota Sukabumi berdasarkan

permasalahan sanitasi spesifik di wilayah kerja Puskesmas. Dari hasil

analisa diperolah gambaran sebagai berikut :

Page 63: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 62 

Page 64: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 63 

Page 65: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 64 

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hampir seluruh

wilayah di Kota Sukabumi memiliki permasalahan lingkungan menyangkut

jamban dan pembuangan sampah. Kelurahan Benteng, Dayeuh Luhur,

Gedong Panjang, Citamiang, Jayaraksa, dan Baros merupakan wilayah

yang memiliki permasalahan lingkungan yang kompleks yaitu masalah

kondisi rumah, air bersih, air minum, jamban, pembuangan sampah,

pengolahan air limbah, TTU, TPM, klinik sanitasi, dan limbah medis.

Untuk meningkatkan kualitas program dalam rangka mengupayakan

intervensi terhadap permasalahan lingkungan ini, Dinas Kesehatan juga

meningkatkan koordinasi program dengan sektor lain. Masalah

lingkungan liat di laporan PP PL

1. Rumah Sehat

Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sehat dilakukan oleh petugas

sanitarian puskesmas di wilayah kerja masing-masing. Adapun hasil

pembinaan yang telah dilakukan selama tahun 2012 adalah sebagai

berikut. menunjukkan bahwa kinerja petugas kesehatan Kota Sukabumi

dalam melaksanakan pembinaan/pengawasan terhadap rumah sehat

masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan capaian

jumlah rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat dengan jumlah rumah

yang ada. Jika dilihat dari grafik diatas, puskesmas Gedong Panjang

adalah puskesmas dengan kinerja sanitarian yang paling tinggi, yakni

hampir 50% rumah yang ada telah diperiksa.

Dilihat dari jumlah rumah yang telah diperiksa, sanitarian

puskesmas Sukabumi adalah sanitarian yang telah melakukan

pemeriksaan rumah terbanyak di tahun 2012 ini yakni sebanyak 2.560

rumah dan jumlah rumah yang paling sedikit diperiksa adalah oleh

sanitarian puskesmas Tipar sebanyak 231 rumah dalam 1 tahun. Banyak

Indikator yang menyebabkan rendahnya kinerja sanitarian puskesmas,

salah satunya adalah adanya beban ganda petugas sanitarian di

puskesmas, yaitu selain sebagai pengelola program kesehatan

lingkungan, mereka juga mendapatkan tugas lain sebagai pengelola

program lain. Dari jumlah rumah yang telah diperiksa pada tahun 2012 ini,

diketahui persentase rumah sehat pada tabel sbb:

Page 66: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 65 

Tabel 4.10 Presentase Rumah Sehat Yang Diperiksa

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas 

R u m a h 

Jumlah Yang Ada

% Diperiksa

Jumlah Yang Sehat

% Rumah Sehat

1 2 3 4 5 6

1 Cipelang 3,588 34,98% 1,044 83,19%

2 Karang Tengah 5,319 5,94% 229 72,47%

3 Selabatu 4,088 41,46% 704 41,53%

4 Sukabumi 8,692 29,45% 1,720 67,19%

5 Tipar 4,151 5,56% 55 23,81%

6 Nanggeleng 2,996 11,35% 251 73,82%

7 Gedong Panjang 4,319 50,47% 870 39,91%

8 Benteng 5,504 9,72% 258 48,22%

9 Pabuaran 3,259 22,25% 309 42,62%

10 Sukakarya 2,976 13,14% 215 54,99%

11 Baros 6,225 11,33% 682 96,74%

12 Lembursitu 5,468 13,95% 412 54,00%

13 Cikundul 3,720 16,13% 386 64,33%

14 Cibeureum Hilir 4,569 15,87% 417 57,52%

15 Limus Nunggal 3,535 18,61% 357 54,26%

Jumlah  68,409 20,00% 7,909 57,82% Sumber : Bidang P2PL

Dari tabel diatas diketahui, bahwa dari 20% rumah di Kota

Sukabumi yang telah di periksa pada tahun 2012, diketahui sebanyak

57% rumah telah memenuhi syarat kesehatan. Dengan persentase

tertinggi ada di wilayah Puskesmas Baros yakni sebesar 96,74% dan

persentase terkecil ada di wilayah kerja puskesmas tipar yakni sebanyak

23,81%. Namun demikian, rendahnya capaian rumah yang diperiksa

mengakibatkan sulitnya mendapatkan gambaran sebenarnya dari kondisi

perumahan yang ada di Kota Sukabumi.

2. Jamban Sehat

Perolehan hasil pemeriksaan (Inspeksi Sanitasi) yang

dilakukan sanitarian pada jamban yang ada di wilayah kerjanya masing-

Page 67: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 66 

masing sesuai dengan kinerja sanitarian ke lapangan. Untuk itu, makin

tinggi kinerja sanitarian, makin banyak jumlah sarana yang diperiksa di

lapangan.

Sama halnya dengan pemeriksaan rumah, kinerja tertinggi

ditunjukan oleh sanitarian puskesmas Sukabumi dengan jumlah jamban

yang diperiksa tahun 2012 ini mencapai 2.368 Jamban. Dan yang

terendah dicapai oleh sanitarian puskesmas Tipar yakni sebanyak 231

jamban yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan (Inspeksi Sanitasi )

terhadap jamban yang ada di Kota Sukabumi tahun 2012, diperoleh

gambaran mengenai jamban sehat di masyarakat pada tabel sbb :

Tabel 4.11 Presentase Jamban Sehat yang Diperiksa di Kota Sukabumi

Tahun 2012

No Puskesmas Jml

Keluarga

Jml Rumah

Jamban

Rumah Diperiksa Yang Memiliki Sehat

Jml % Jml % Jml %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Cipelang 2670 3588 1253 34,9% 997 79,6% 997 100%

2 Karangtengah 4556 5319 311 5,8% 245 78,8% 245 100%

3 Selabatu 5878 4088 1695 41,5% 530 31,3% 530 100%

4 Sukabumi 7957 8692 2368 27,2% 1282 54,1% 1282 100,%

5 Tipar 4125 4151 231 5,6% 51 22,1% 51 100%

6 Nanggeleng 4151 2996 332 11,1% 220 66,3% 220 100%

7 Gedongpanjang 4319 4319 2026 46,9% 863 42,6% 863 100%

8 Benteng 6361 5504 535 9,7% 303 56,6% 303 100%

9 Pabuaran 3578 3259 725 22,2% 291 40,1% 291 100%

10 Sukakarya 4158 2976 359 12,1% 213 59,3% 213 100%

11 Baros 7339 6225 682 11,0% 682 100,0% 669 98,1%

12 Lembursitu 5696 5468 505 9,2% 252 49,9% 252 100%

13 Cikundul 4131 3720 600 16,1% 299 49,8% 299 100%

14 Cibeureum Hilir 4569 4569 725 15,9% 524 72,3% 524 100%

15 Limus Nunggal 6194 3535 521 14,7% 372 71,4% 372 100%

TOTAL 75682 68409 12868 18,8% 7124 55,4% 7111 99,8%

Sumber : Bidang P2PL

Page 68: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 67 

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari total jumlah rumah

yang diperiksa di Kota Sukabumi, sebanyak 99,8% memiliki jamban yang

telah memenuhi syarat. Namun karena rendahnya cakupan rumah yang

diperiksa (20%) dengan pemilihan rumah tanpa metoda sampling yang

benar, gambaran kondisi jamban tersebut belum representatif terhadap

gambaran sebenarnya di wilayah.

3. Pengelolaan Sampah (Waste Management)

Prosedur Pengelolaan sampah di Rumah tangga sampai dengan

TPS (Tempat Pengolahan Sampah Sementara) merupakan tanggung

jawab masyarakat masing-masing. Sedangkan Pengelolaan sampah dari

TPS ke TPA (Tempat Pengolahan Sampah Akhir) merupakan tanggung

Jawab Pemerintah Daerah, dalam hal ini dilakukan oleh DPSPP Kota

Sukabumi. Pengelolaan sampah oleh masyarakat dapat diukur dari

jumlah TPS yang tersedia di Kota Sukabumi.

Dari data sarana TPS yang ada di Kota Sukabumi hanya wilayah

limus nunggal yang belum melakukan pemeriksaan. Ini disebabkan

karena adanya kekosongan tenaga sanitarian di puskesmas limus

nunggal yang pelaksanaan kegiatannya dibantu oleh sanitarian dari

puskesmas Cibeureum. Adapun jumlah rumah yang telah memiliki TPS

dan persentase TPS yang telah memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.12 Rumah yang Memiliki TPS dan Presentase TPS Sehat

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas Jml

Klrga Jml Rmh

Tempat Sampah

Rmh diperiksa Yang memiliki Sehat Jml % Jml % Jml %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Cipelang 2670 3588 1132 31,5% 921 81,4% 921 100,0%

2 Karangtengah 4556 5319 310 5,8% 271 87,4% 271 100,0%

3 Selabatu 5878 4088 1695 41,5% 187 11,0% 187 100,0%

4 Sukabumi 7957 8692 2560 29,5% 1491 58,2% 1491 100,0%

5 Tipar 4125 4151 232 5,6% 232 100,0% 232 100,0%

6 Nanggeleng 4151 2996 390 13,0% 290 74,4% 290 100,0%

7 Gedong Panjang 4319 4319 2180 50,5% 1946 89,3% 1946 100,0%

Page 69: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 68 

No Puskesmas Jml

Klrga Jml Rmh

Tempat Sampah

Rmh diperiksa Yang memiliki Sehat Jml % Jml % Jml %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

8 Benteng 6361 5504 535 9,7% 264 49,3% 264 100,0%

9 Pabuaran 3578 3259 725 22,2% 455 62,8% 455 100,0%

10 Sukakarya 4158 2976 391 13,1% 313 80,1% 313 100,0%

11 Baros 7339 6225 695 11,2% 695 100,0% 695 100,0%

12 Lembursitu 5696 5468 406 7,4% 264 65,0% 264 100,0%

13 Cikundul 4131 3720 600 16,1% 407 67,8% 407 100,0%

14 Cibeureum Hilir 4569 4569 103 2,3% 91 88,3% 91 100,0%

15 Limus Nunggal 6194 3535 0 0,0% 0 - 0 -

Jumlah 75682 68409 11954 17,5% 7827 65,5% 7827 100,0% Sumber : Bidang P2PL

Dari seluruh rumah yang telah diperiksa di kota Sukabumi, rata-rata

hanya 65,5% rumah yang memiliki TPS di rumahnya. Ini menunjukkan

bahwa rata-rata 1 TPS digunakan oleh lebih dari 1 keluarga. Dan

diwilayah Tipar dan Baros menunjukkan bahwa setiap Rumah memiliki

TPS sendiri. Tempat Pengolahan Sampah Sementara ini berfungsi untuk

mengurangi penumpukan sampah di dalam rumah sehingga rumah

menjadi lebih bersih dan sehat.

4. Saluran Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Saluran Pengolahan air Limbah (SPAL) adalah saluran air limbah

rumah tangga yang berfungsi untuk menyalurkan air limbah domestik

agar air limbah domestic tersebut tidak beresiko mencemari lingkungan

dan sumber air bersih di masyarakat. Hasil pembinaan dan pengawasan

SPAL yang dilakukan oleh petugas sanitarian puskesmas selama tahun

2012, diketahui bahwa dari seluruh rumah yang diperiksa, telah memiliki

saluran Air Limbah yang telah memenuhi syarat. Hal ini sangat

mendukung terciptanya lingkungan sehat yang terhindar dari pencemaran

dan penularan penyakit bersumber binatang.

5. Sarana Air Bersih dan Air Minum

Air bersih merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan. Kualitas air

bersih akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan

masyarakat. Dalam pemantauan kualitas air bersih, sanitarian puskesmas

Page 70: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 69 

melakukan inspeksi Sanitasi Sarana air bersih yang ada di wilayah

kerjanya masing-masing. Cakupan pemeriksaan air bersih masih dibawah

50%. Dari hasil pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh petugas

sanitarian puskesmas diperoleh prosentase SAB yang berisiko, air

minum yang digunakan di Kota Sukabumi dilihat dari sumbernya dapat

diketahui bahwa di setiap wilayah menggunakan sumur terlindung

sebagai sumber air bersihnya. Sebagian besar telah menggunakan

PDAM dan di pusat kota ( kecamatan Cikole ) terlihat meningkatnya

penggunaan air minum isi ulang.

Namun demikian, jika dilihat dari resiko pencemaran Sumber air

bersih di Kota Sukabumi masih memiliki sumber air bersih yang beresiko

tinggi sebesar 15% dan berseriko amat tinggi sebesar 1%. Hal ini agar

ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk

membangun sarana air bersih yang memenuhi syarat sebagai pengganti

sarana air bersih yang beresiko sangat tinggi.

6. Pembinaan/Pengawasan TPM

Hasil pembinaan dan pengawasan TPM yang dilakukan oleh

petugas sanitarian puskesmas diperoleh jumlah TPM terbanyak terdapat

di wilayah kerja Puskesmas Selabatu dengan total TPM sebanyak 300

buah dengan TPM yang memenuhi syarat sebesar 25%-nya. Sedangkan

TPM terendah ada di Wilayah kerja Puskesmas lembur situ sebanyak 6

Buah dengan prosentase 33% telah memenuhi syarat Kesehatan.

Hotel merupakan TTU yang sebarannya hanya terpusat di

beberapa wilayah kerja puskesmas yaitu puskesmas Selabatu,

Puskesmas Cipelang dan Puskesmas Cikundul. Sedangkan Rumah

Makan dan Restoran telah menyebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas

dengan capaian TTU dan TPM sehat sebesar 100% kecuali TTU di

wilayah kerja Puskesmas Cipelang yang mencapai 40%.

Selain itu, pada tahun 2012 ini Kota Sukabumi melaksanakan

pemetaan tingkat Resiko makanan jajanan anak sekolah yang ada di

sebagian besar wilayah Kota Sukabumi. Pelaksanaan kegiatan ini

menggunakan formulir inspeksi sanitasi makanan jajanan dan melibatkan

seluruh sanitarian puskesmas dengan hasil berikut :

Page 71: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 70 

Grafik 4.6 Makanan Jajanan Anak Sekolah Yang Memenuhi Syarat

Di Kota Sukabumi Tahun 2012

Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi, sebanyak 38% makanan

jajanan tidak memenuhi syarat kesehatan dan 62% memenuhi syarat

Kesehatan. Memenuhi syarat kesehatan dilihat dari berapa banyak

makanan jajanan tersebut dapat memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Persyaratan Kesehatan makanan jajanan dinilai pada

beberapa Aspek yang terdiri dari :

1. Penjamah makanan

2. Perilaku/kebiasaan penjamah

3. Mengikuti kursus higiene dan Sanitasi makanan

4. Pengelolaan peralatan makanan

5. Bahan makanan dan tambahan pangan

6. Sumber Air bersih dan air minum

7. Penyajian makanan dan

8. Sarana penjaja makanan

Dari Aspek-aspek penilaian yang telah disebutkan diatas, terdapat

Indikator-Indikator yang berpengaruh yang merupakan pendukung

tercapainya kondisi memenuhi syarat kesehatan. Adapun Indikator

pendukung yang paling banyak tidak dapat dipenuhi oleh makanan

jajanan yang ada di Kota Sukabumi (capaiannya < 50% ) adalah sebagai

berikut :

MemenuhiSyarat (62%)

TidakMemenuhiSyarat (38%)

Page 72: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 71 

Tabel 4.13 Indikator-Indikator yang paling banyak tidak dapat dipenuhi

oleh Pengelola Makanan Jajanan di Kota Sukabumi Tahun 2012

Sumber : Bidang P2PL

Aspek-aspek penilaian yang pencapaian indikatornya masih

dibawah 50% adalah makanan jajanan yang membutuhkan pembinaan

lebih lanjut dari petugas kesehatan agar makanan yang dijualnya tidak

beresiko menimbulkan KLB keracunan makanan pada anak sekolah.

Hasil pemeriksaan makanan jajanan di Kota Sukabumi tahun 2012 ini

dapat menggambarkan kondisi makanan jajanan yang memenuhi syarat

kesehatan dan yang belum memenuhi syarat kesehatan. Jika dilihat dari

sebarannya di wilayah Kota Sukabumi diperoleh gambaran makanan

jajanan berdasarkan tingkat resikonya terhadap kesehatan berikut :

No Aspek Penilaian Indikator Persentase capaian

1.

Penjamah Makanan

Menggunakan

celemek

Mencuci tangan setiap menangani makanan

6,15%

29%

2.

Perilaku/kebiasaan penjamah

Menjamah makanan

dengan menggunakan alat/sarung tangan

27%

3.

Mengikuti kursus higiene dan Sanitasi makanan

Telah mengikuti

kursus

4%

4.

Sarana penjaja makanan

Tersedia tempat

untuk mencuci peralatan

29%

Page 73: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 72 

Sumber : Bidang P2PL

Dari 358 sampel makanan jajanan yang dilakukan pemeriksaan,

diketahui bahwa terdapat 62% makanan jajanan memiliki tingkat resiko

rendah. Hal ini berarti bahwa 62% makanan jajanan yang diperiksa telah

memenuhi >70% persyaratan kesehatan makanan jajanan. Selain itu,

terdapat 32% makanan jajanan yang memiliki tingkat resiko sedang, yang

berarti telah memenuhi 50-70% persyaratan makanan jajanan dan 21%

memiliki tingkat resiko tinggi karena hanya memenuhi < 50% persyaratan

kesehatan makanan jajanan. Masih banyaknya makanan jajanan yang

memiliki tingkat resiko tinggi ini dapat membahayakan kesehatan anak

sekolah yang mengkonsumsinya.

Adapun Wilayah dengan tingkat resiko tinggi adalah kelurahan

Karamat, Gunung Puyuh, Sriwidari, Warudoyong, Benteng , Sudajaya

Hilir dan Lembur Situ. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pembinaan yang

lebih intensif untuk mengantisipasi terjadinya keracunan makanan di

wilayah tersebut.

7. Analisa Indikator Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisa Indikator risiko kesehatan lingkungan pada tahun ini

dilaksanakan melalui 2 kegiatan di puskesmas. selain kegiatan rutin di

Page 74: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 73 

puskesmas, tahun ini, ditargetkan 1000 quessioner klinik sanitasi yang

ditanyakan khusus kepada pasien Penyakit berbasis lingkungan (DBD,

Diare, ISPA, Kulit dan TB Paru ) yang datang ke puskesmas. Pengisian

quessioner dilakukan pada saat kunjungan Rumah Pasien untuk secara

langsung melihat kondisi lingkungan rumah pasien sehingga factor resiko

penyakit yang timbul dapat diketahui. Dari Hasil analisa diperoleh

gambaran sebagai berikut :

Grafik 4.7 Kasus DBD Bedasarkan Keadaan Rumah dan Kebiasaan Responden

di Kota Sukabumi Tahun 2012

83

106

21

87

64

149

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Cahaya  Matahari

Masuk Rumah

   Ventilasi Rumah

dipasang Kasa

Rumah Berjarak Dekat

dengan Tetangga

KEADAAN RUMAH

Tidak

Ya

9093

147

112

8077

23

58

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Kebiasaan RutinMenguras Bak Mandi

 Kebiasaan MemeliharaTanaman dalam Pot

Kebiasaan MemeliharaBurung dalam Sangkar

 Kebiasaanmenguras/memberilarvasida pada TPA

KEBIASAAN RESPONDEN

Tidak

Ya

Sumber : Bidang P2PL

Dari grafik diatas diketahui bahwa kasus DBD yang ada di kota

Sukabumi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tidak

memenuhi syarat sehingga menyebabkan terjadinya kasus-kasus

penyakit yang ada di masyarakat. Kondisi lingkungan yang banyak tidak

memenuhi syarat dan jarak yang berdekatan dengan tetangga

mendukung terjadinya penularan penyakit di masyarakat sehingga kasus

Penyakit berbasis lingkungan ini akan semakin meningkat manakala

perubahan kondisi lingkungan di kota Sukabumi tidak menjadi perhatian

serius bagi masyarakat di Kota Sukabumi.

Tingginya jumlah jamban yang tidak memenuhi syarat

menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang

Page 75: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 74 

digunakan oleh masyarakat. Selain faktor lingkungan, kebiasaan

masyarakat juga sangat mempengaruhi terjadinya diare, terbukti dari

jawaban responden yang masih banyak belum membiasakan diri mencuci

tangan dengan sabun. Pada Kasus ISPA, Kulit dan TB Paru, faktor

lingkungan masih mendominasi yang dapat dilihat pada tabel-tabel

berikut :

Grafik 4.8 Kasus ISPA Bedasarkan Keadaan Rumah

di Kota Sukabumi Tahun 2012

202

91

267

92

203

27

0

50

100

150

200

250

300

Siang Hari RumahGelap

Tidak ada atapTransparant

Tidak adapintu/jendelaTransparant

KONDISI RUMAH

Tidak

Ya

251

175

116

43

119

178

0

50

100

150

200

250

300

Tidak terdapatLubang Hawa

Luas Kamar Tidur< 8m2

Tidak terdapatCerobong Asap Di

Dapur

KONDISI RUMAH

Tidak

Ya

Sumber : Bidang P2PL

Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa masih banyaknya kondisi

rumah yang gelap pada siang hari dan tidak adanya cerobong asap dapur

di dalam rumah, sangat mempengaruhi tingginya kasus ISPA di Kota

Sukabumi Tahun 2012.

Page 76: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 75 

Grafik 4.9 Kasus Penyakit Kulit Berdasarkan Kebiasaan Responden dan Jarak

SAB Dengan Sumber Pencemar di Kota Sukabumi Tahun 2012

57

92

72

37

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sumber Air berjarak < 10 m darisumber pencemar/air limbah

Sumber Air berjarak < 10 m darisumber pembuangan sampah

JARAK SAB DENGAN SUMBER PENCEMAR

Tidak

Ya

6

80

49

123

49

80

0

20

40

60

80

100

120

140

Responden MandiPakai Sabun

Responden MemakaiHanduk Bersama

Responden MemakaiSabun Bersama‐sama

KEBIASAAN RESPONDEN

Tidak

Ya

Sumber : Bidang P2PL

Pada kasus penyakit Kulit, selain tingginya faktor lingkungan

(sumber air dengan sumber pencemar/air Limbah dan sampah), faktor

Kebiasaan menggunakan sabun dan handuk bersama ikut meningkatkan

kejadian penularan penyakit kulit di Kota Sukabumi.

Grafik 4.10 Kasus TB Paru Menurut Keadaan Rumah Saat Siang Gelap

di Kota Sukabumi Tahun 2012

52

31

0

10

20

30

40

50

60

Tidak Ya

Keadaan Rumah Saat Siang Gelap

5653

76

2730

7

0

10

20

30

40

50

60

70

80

KeberadaanLubang Angindalam Rumah

KeberadaanVentilasi Kamar

Kondisi LantaiRumah Tanah

KEADAAN RUMAH

Tidak

Ya

Sumber : Bidang P2PL

Page 77: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 76 

Pada kasus TB Paru masih banyaknya kondisi rumah penderita

yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sangat mempengaruhi terjadinya

penularan penyakit. Selain itu, masih tingginya kebiasaan buruk

masyarakat ikut berperan dalam penularan penyakit TB-Paru seperti yang

terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.11 Kasus TB Paru Menurut Kebiasaan Buruk

di Kota Sukabumi Tahun 2012

KASUS TB PARU

17

66

41 42

34

49

20

63

0

10

20

30

40

50

60

70

Tidak Ya

Tidur Sekamar dengan Orang Lain

Kebiasaan Buang Dahak Sembarangan

Kebiasaan Tidak Menutup Mulut Saat Batuk 

Kebiasaan Menggunakan Alat Makan Bersama‐sama

23

64

60

19

0

10

20

30

40

50

60

70

Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di dalam Rumah

Responden Merokok

Tidak

Ya

Sumber : Bidang P2PL

8. Kegiatan Pembinaan masyarakat

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembinaan kepada masyarakat

dilaksanakan melalui kegiatan MPA-PHAST, penyuluhan POKMAIR dan

khusus pada tahun ini dilaksanakan pelatihan TOT STBM (Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat) bagi petugas Sanitarian dan Promkes Puskesmas

untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan pemicuan

kepada masyarakat agar masyarakat memahami dan merasa

membutuhkan sarana sanitasi dasar bagi kesehatan mereka masing-

masing. Selain itu, pembinaan dan fasilitasi bagi Forum Kota Sukabumi

Sehat tahun 2012 bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pembangunan Kota Sukabumi menuju Kota Sukabumi sehat,

cerdas dan sejahtera.

Page 78: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 77 

a. MPA-PHAST

Pada Tahun 2012, kegiatan MPA-PHAST (Methodologi

Phartisipatory Assesment – Participatory for Hygiene And Sanitation

Transformation) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan peran

serta masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sanitasi dasarnya

masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah yang

dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan

dorongan/motivasi bagi terciptanya sarana sanitasi yang sehat di

masyarakat. Ketiga lokasi tersebut yaitu :

i. Kelurahan Babakan.

ii. Kelurahan Subang Jaya.

iii. Kelurahan Citamiang.

b. POKMAIR

Kegiatan POKMAIR adalah kegiatan Kelompok Pemakai Air

yang bertujuan mengembangkan kemandirian masyarakat dalam

pengelolaan sumber air bersih di masyarakat. Dinas Kesehatan

dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator bagi

terciptanya POKMAIR-POKMAIR di masyarakat guna mencukupi

kebutuhan sarana air bersih yang sehat di masyarakat. Pada

Tahun 2012, kegiatan POKMAIR dilaksanakan di 3 (tiga) kelurahan,

yaitu :

1) Kelurahan Citamiang.

2) Kelurahan Karang Tengah.

3) Kelurahan Limus Nunggal.

c. STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

STBM adalah kegiatan yang bertujuan memicu masyarakat

untuk dapat memenuhi kebutuhan sanitasi dasarnya masing-masing

dengan kemampuan sendiri. Petugas kesehatan dalam hal ini

berperan memberikan pemicuan secara terus menerus sehingga

pada akhirnya dapat tercipta 5 pilar STBM, yakni :

1) ODF (Open Defecation Free) = Bebas dari buang air

sembarangan.

Page 79: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 78 

2) CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).

3) PAM-RT (Penyediaan Air Minum Rumah Tangga).

4) Pengelolaan limbah cair rumah tangga.

5) Pengelolaan makanan yang sehat.

Kegiatan STBM di Tahun 2012 adalah kegiatan permulaan di

Kota Sukabumi. Oleh karena itu, pada tahun ini kegiatan diarahkan

untuk melatih petugas Sanitarian dan Promkes Puskesmas untuk

dapat melakukan pemicuan kepada masyarakat. Kegiatan pelatihan

ini menghadirkan nara sumber provinsi yang merupakan fasilitator

STBM tingkat Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan petugas

yang dilatih dapat menerapkan ilmunya untuk melakukan pemicuan

kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing sehingga tercipta

5 pilar STBM di masyarakat yang akan mendukung terciptanya

masyarakat sehat di Kota Sukabumi.

Page 80: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 79 

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

KOTA SUKABUMI

Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai

upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga

kesehatan secara terpadu dan salingmendukung guna mencapai derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat pertumbuhan

setiap tahunnya. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti

Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek, dan tenaga kesehatan merupakan upaya

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

A. Sarana Kesehatan

1. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola

Sarana pelayanan kesehatan yang dimaksud tersebut terdiri dari

rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, puskesmas, puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, praktek perorangan, praktek

bersama/berkelompok, rumah bersalin, balai pengobatan/klinik, apotek,

toko obat, gudang farmasi kota, industri obat tradisional, industri kecil obat

tradisional. Secara rinci jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut

kepemilikan di Kota Sukabumi Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan

di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Fasilitas Kesehatan Kepemilikan / Pengelola

PEMKOT TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah 1 2 3 4 5 6 7

1 Rumah Sakit Umum 1 2 4 7

2 Rumah Sakit Jiwa 0

3 Rumah Sakit Bersalin 1 1

4 Rumah Sakit Khusus Lainnya 0

5 Puskesmas Perawatan 1

6 Puskesmas Non Perawatan 14

7 Puskesmas Keliling 15

8 Puskesmas Pembantu 20

Page 81: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 80 

No Fasilitas Kesehatan Kepemilikan / Pengelola

PEMKOT TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah 1 2 3 4 5 6 7

9 Rumah Bersalin 1 1

10 Balai Pengobatan/Klinik 0

11 Praktik Dokter Bersama 0

12 Praktik Dokter Perorangan 233 233

13 Praktk Pengobatan Tradisional 42 42

14 Poskesdes 0

15 Pos UKK 0

16 Polindes 0

17 Pos Obat Desa 0

18 Puskesmas Dengan PONED 4

19 Rumah Sakit Dengan PONEK 1

20 Posyandu 446

21 Apotek 1 44 45

22 Toko Obat 14 14

23 Gudang Farmasi Kesehatan 1 1

24 Industri Obat Tradisional 0

25 Industri Kecil Obat Tradisional 5 5

26 Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

0

27 Produsen Industri Rumah Tangga Pangan (PIRTP)

0

28 Produsen Alat Kesehatan 0

29 Pedagang Besar Farmasi (PBF) 0 0

30 Industri Farmasi 0 Sumber : Bidang PKSK

2. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan

dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan

melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep

pemberdayaan pengembangan masyarakat. Salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama

dikembangkan dan mengakar dimasyarakat adalah posyandu. Dalam

menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan

5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Keberadaan

Posyandu diharapkan dapat membantu meningkatkan cakupan program

kesehatan seperti Program Kesehatan Ibu dan Anak, Imunisasi, Gizi,

Page 82: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 81 

Promosi Kesehatan dan sebagainya. Di Kota Sukabumi, pada tahun 2012

tercatat ada 446 Posyandu.

Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) lain

diantaranya, TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Poskestren (Pos

Kesehatan Pesantren), SBH (Saka Bakti Husada). Termasuk sarana

kesehatan lain yang tidak ada di Kota Sukabumi seperti Poskesdes (Pos

Kesehatan Desa), POD (Pos Obat Desa), Polindes (Pos Bersalin Desa)

dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena wilayah Kota Sukabumi

relatif kecil dan akses ke sarana kesehatan baik Puskesmas maupun

Rumah Sakit relatif terjangkau.

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Kota

Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Menurut Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2012

No Puskesmas

Jumlah

Pos yandu

Kader Toma Toga Yang Dilatih

Kader Toma Toga1 2 3 4 5 6 7 8 91 Cipelang 28 149 2 18

2 Karang Tengah 30 70 35 33 30 33 33

3 Selabatu 31 193

4 Sukabumi 48 220 43 43 48 43 43

5 Tipar 31

6 Nanggeleng 18 11

7 Gedong Panjang 23

8 Benteng 38 167 78 73 11 1

9 Pabuaran 18 79 18 18 36

10 Sukakarya 16 89 14 11 30

11 Baros 48

12 Lembursitu 34 142

13 Cikundul 27 120 112

14 Cibeureum Hilir 26 98 2 1 98

15 Limus Nunggal 24

Jumlah 440 1338 192 179 383 77 76

Sumber : Bidang PKSK

Page 83: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 82 

B. Tenaga Kesehatan

Data ketenagaan yang mutakhir seringkali sulit diperoleh. Hal ini antara

lain disebabkan oleh sifat dari data ketenagaan yang dinamis, selalu berubah

dengan cepat dan terus menerus. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi memiliki

pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sebanyak 460 orang, dengan

kualifikasi pendidikan mulai SD sampai S2 sesuai dengan keahlian dan

bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Berikut keadaan sumber daya

manusia di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi berdasarkan jumlah

dan kualifikasi pendidikan Tahun 2010 s.d 2012 :

Tabel 5.3

Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Tahun 2010 s.d. 2012

No Pendidikan Jumlah

20109

2011 2012 1 2 3 4 5

I Medis

1. Dokter Umum 33 32 30

2. Dokter Gigi 23 23 21

II Sarjana Kesehatan Lain

1. Magister Kesehatan Masyarakat 10 9 11

2. Sarjana Kesehatan Masyarakat 28 29 27

3. Apoteker 4 5 4

III Paramedis

1. Sarjana Keperawatan 9 10 8

2. Bidan 68 65 71

3. Akademi Keperawatan 84 86 87

4. Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) 25 22 21

5. Akademi Keperawatan Gigi 12 11 11

6. Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) 7 6 4

IV Paramedis Non Perawat

1. S1 IPB Gizi 1 1 1

2. Akademi Gizi 16 15 14

3. Akademi Kesehatan Lingkungan/APK 16 14 15

4. Akademi Analisis Kesehatan 21 22 18

5. D III Farmasi 3 3 3

6. Sekolah Pendidikan Analis (SPA) 5 4 4

7. Sekolah Pendidikan Analis Gizi (SPAG) 2 1 1

8. Sekolah Penilik Pembantu Hygiene (SPPH) 3 3 3

9. Sekolah Menengah Farmasi (SMF) 20 18 17

V Paramedis Pembantu

Pekarya Kesehatan (SMA +) 13 13 12

Page 84: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 83 

No Pendidikan Jumlah

20109

2011 2012 1 2 3 4 5

Pekarya Kesehatan (SMP +) 0 0 0

SPK-C / Juru Kesehatan 2 2 2

VI Non Kesehatan/ Administrasi/ Tata Usaha

Sarjana Non Kesehatan (S2) 3 2 2

Sarjana Non Kesehatan (S1) 5 7 7

Sarjana Muda Non Kesehatan (D3) 3 4 4

Sekolah Menengah Ekonami Atas (SMEA) 17 15 14

Sekolah Teknik Mesin (STM) 5 3 3

Sekolah Menengah atas (SMA) & (SMKK) 32 32 32

Kursus Pegawai Administrasi Atas (KPAA) 3 1 1

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 7 6 7

Sekolah Dasar (SD) 7 4 2 JUMLAH 487 468 460

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Berdasarkan tabel diatas, karyawan Dinas Kesehatan mengalami

penurunan jumlah karyawan, yaitu dari 487 orang Tahun 2010 menjadi 460

orang sampai Tahun 2012. Hal ini akibat dari pensiun dan meninggal serta

adanya mutasi keluar dari Dinas Kesehatan. Data keadaan pegawai Dinas

Kesehatan berdasarkan pangkat, jabatan struktural dan fungsional,

dijelaskan pada tabel berikut :

Page 85: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 84 

Page 86: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 85 

Page 87: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 86 

Page 88: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 87 

C. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

bersumber dari APBD Kota, APBD Propinsi (Bantuan Keuangan Propinsi)

dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta APBN Tugas Pembantuan dan Dana

Dekonsentrasi.

Semua sumber anggaran baik DAK Bidang Kesehatan maupun

APBD Propinsi dialirkan melalui kas daerah sehingga pembuatan Dokumen

Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran (DPA) disatukan dengan kegiatan

bersumber APBD Kota. Kegiatan bersumber APBN (Tugas Pembantuan),

dikelola langsung oleh Satuan Kerja Dinas Kesehatan melalui Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (128) Sukabumi.

Alokasi dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program dan

kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Bersumber APBD TK II,

DAK Bidang Kesehatan, APBN dan APBD Provinsi di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi T.A 2012

Sumber : Sub. Bag. Keuangan

ALOKASI ANGGARAN KESEHATANRupiah %

1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:1 APBD KAB/KOTA 41,894,809,050 88.52

a. Belanja Langsung 15,838,025,700 33.46b. Belanja Tidak Langsung 22,005,679,350 46.49

2 APBD PROVINSI- BANGUB 913,200,000 1.93

3 APBN : 5,186,628,500 10.96- Dana Alokasi Khusus (DAK) 3,137,904,000 6.63- Dana Dekonsentrasi 8,280,000 0.02- ASKESKIN 2,570,901,000 5.43- TP-BOK 1,341,750,000 2.83- Lain-lain (DBHCHT) 1,265,697,500 2.67

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 247,879,000 0.05- GAVI 145,060,000 0.31- OFTB Prov. JABAR 102,819,000 0.22

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN

47,329,316,550 748,450,040,810

5.602,052,770

NO SUMBER BIAYA

TOTAL ANGGARAN KESEHATANTOTAL APBD KAB/KOTA

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTAANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

Page 89: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 88 

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa data yang telah dipaparkan pada seluruh bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa secara umum sebagian besar program kesehatan

Kota Sukabumi telah mencapai sasaran sesuai dengan yang telah ditetapkan

dalam rencana strategis. Hal tersebut dapat diperoleh berkat adanya upaya-

upaya dan kerjasama berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi beserta seluruh jajarannya, dengan instansi terkait serta

dukungan masyarakat secara menyeluruh yang dikoordinasikan oleh

Pemerintah Kota Sukabumi.

a. Derajat Kesehatan

Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/

Kinerja petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan,

kemampuan SKPD dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan

program/kegiatan sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan Renstra Kota Sukabumi Tahun 2008 – 2013, tolok ukur

bidang kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB). Angka kematian Ibu sulit untuk dihitung, dikarenakan

pembaginya kurang dari 100.000 Kelahiran Hidup. Sehingga untuk

memudahkan dalam perhitungan, baik kematian ibu maupun kematian bayi

menggunakan angka absolut.

Pada Tahun 2012 Jumlah Kematian Ibu di Kota Sukabumi pada

sebanyak 8 orang. Target Kematian Ibu Tahun 2012 dalam Renstra adalah

kurang dari 10 kasus kematian. Dengan demikian masih mencapai target.

Jumlah kematian ibu pada kurun waktu 2009-2012 secara keseluruhan

masih berada dibawah target yaitu kurang dari 10 kematian setiap

tahunnya.

Adapun penyebab kematian ibu pada Tahun 2012 terdiri dari

6 kasus dengan penyebab langsung yaitu perdarahan, hipertensi dan

infeksi. 2 kasus disebabkan penyebab tidak langsung, yaitu penyakit

Page 90: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 89 

kardiovaskuler dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya

yaitu dikarenakan DBD.

Dari 8 kasus kematian tersebut, 7 kematian diantaranya terjadi di

fasilitas rujukan. Sedangkan 1 kasus terjadi sebelum sampai di fasilitas

rujukan. Dengan jumlah kelahiran yang tidak mencapai 100.000 kelahiran,

maka angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Sukabumi tidak dapat dihitung

melainkan hanya dinyatakan dalam jumlah absolut.

Jumlah kematian bayi pada Tahun 2012 di Kota Sukabumi yaitu

sebanyak 62 kasus. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49

kasus dan 57 kasus pada Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini

mengalami peningkatan. Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas

Baros yaitu 10 kasus dengan penyebab BBLR, kelainan kongenital, dll.

Namun, perlu diketahui bahwa Puskesmas Baros merupakan Puskesmas

dengan wilayah kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan sehingga Jumlah

kematian bayi akan muncul lebih tinggi dibanding Puskesmas dengan

wilayah lebih sedikit.

Target angka kematian bayi pada Tahun 2012 yaitu < 24 per 1000

Kelahiran Hidup. Dengan jumlah kelahiran hidup 7398 Kelahiran Hidup dan

kematian bayi sebanyak 62 kasus, maka Angka Kematian Bayi (AKB) pada

Tahun 2012 adalah sebesar 8,4 per 1.000 Kelahiran Hidup. Sementara

Angka Kematian Neonatal sebesar 5,3 per 1.000 Kelahiran Hidup, dari

jumlah kematian 39 kasus. Adapun penyebab kematian terbanyak pada

Tahun 2012 ini yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, aspirasi,

pneumonia, kelainan kongenital dan diare. Terjadinya kematian, sebagian

besar terjadi di fasilitas kesehatan rujukan. Angka Kematian Bayi ini

disamping menggambarkan keberhasilan program KIA, juga

menggambarkan keadaan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh

terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan

kecelakaan. Dalam arti luas, angka kematian bayi ini merupakan indikator

yang menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan

penduduk.

Sementara persentase Balita Gizi Buruk berdasarkan BB/TB masih

relatif tinggi, yaitu 0,17%. Meskipun masih dibawah target (< 1%), namun

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,29%. Hal ini

Page 91: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 90 

dikarenakan adanya penyakit penyerta dan kelainan bawaan, juga

perilaku/pola asuh yang kurang tepat dari orang tua balita. Begitu pula

lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, menyebabkan anak sering

sakit sehingga status gizinya relatif sulit untuk meningkat.

Selain pencapaian tersebut diatas, pada tahun 2012 Kota Sukabumi

juga mencapai target UCI pada program imunisasi yaitu 96,97 % dari target

80%. Pencapaian UCI ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun

sebelumnya.

b. Kesehatan Lingkungan

Program Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

pada Tahun 2012 dilaksanakan oleh 14 orang sanitarian dan 2 orang

petugas penyehatan lingkungan. Petugas sanitarian Puskesmas

melaksanakan program di wilayah kerja Puskesmas masing-masing.

Sedangkan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan melaksanakan

program di 15 Puskesmas, yang mencakup 33 Kelurahan di 7 Kecamatan.

Sehingga dapat diketahui bahwa petugas pelaksana penyehatan

lingkungan di Kota Sukabumi masih belum mencukupi. Hal ini akan

berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas cakupan program

penyehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Program penyehatan lingkungan ditujukan pada upaya-upaya

pembinaan dan pengawasan yang meliputi penyehatan lingkungan

permukiman dan sanitasi dasar, TTUI (Tempat-Tempat Umum dan

Industri), TPM (Tempat Pengelolaan Makanan), TUPM (Tempat Umum

Pengelolaan Makanan) serta upaya pengawasan yang meliputi

pengawasan limbah medis dan infectious dari sarana kesehatan serta

penilaian resiko pencemaran air, udara, tanah dan makanan.

Hasil pemeriksaan sarana air bersih, dari 12.659 KK yang diperiksa,

semuanya memiliki akses air bersih. Akses air bersih yang dimaksud

adalah Ledeng, Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Gali (SGL),

Penampungan Air Hujan (PAH), Air kemasan, dan lainnya.

Selain akses air bersih, diperiksa pula rumah sehat. Dari 13.679. Hal

ini menunjukkan bahwa masih tingginya rumah di Kota Sukabumi yang

belum memenuhi syarat kesehatan.

Page 92: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 91 

Dengan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

serta dukungan sarana dan prasarana bagi pengelolaan program

penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi, pelaksanaan kegiatan

penyehatan lingkungan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini

menyebabkan program-program yang telah dilaksanakan, belum dapat

menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat Kota Sukabumi secara

menyeluruh sehingga identifikasi permasalahan yang diperoleh belum

dapat diintervensi dengan program yang tepat bagi penyelesaian

permasalahan lingkungan di Kota Sukabumi.

c. Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas

Dilihat dari 20 besar jenis penyakit pada kunjungan rawat jalan di

Puskesmas atau biasanya dinyatakan sebagai Pola Penyakit Kunjungan

Rawat Jalan di Puskesmas, pada Tahun 2012 ini menunjukkan bahwa

penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas masih

merupakan penyakit terbanyak dengan jumlah kunjungan sebanyak 67.201

kasus (18,24%).

B. Saran

1. Meningkatkan inovasi program kesehatan berdaya ungkit besar terhadap

derajat kesehatan masyarakat serta perlu diupayakan melibatkan seluruh

sektor terkait sehingga timbul sinergitas program.

2. Perencanaan & evaluasi di bidang kesehatan harus berdasarkan kepada

data dan fakta yang akurat, relevan dan tepat waktu. Dan itu dimulai

dengan penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan agar dapat

menghasilkan informasi yang dapat menggambarkan keadaan/kondisi yang

sebenarnya.

3. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, perlu

meningkatkan upaya kesehatan di dalam maupun di luar gedung secara

maksimal. Pelayanan yang berbasis komunitas harus mulai ditata dari sisi

kebutuhan sasaran dan sisi kebutuhan program.

4. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan maka peningkatan kualitas

kesehatan lingkungan harus dimulai dengan peningkatan sumber daya

manusia di bidang penyehatan lingkungan sehingga akan memaksimalkan

Page 93: PROFIL KESEHATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 92 

pengawasan terhadap masyarakat yang berkaitan dengan cakupan

sanitasi dasar dan membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat di

kalangan keluarga merupakan prioritas utama.

5. Evaluasi terhadap pengembangan teknologi kesehatan, pendidikan dan

pelatihan tenaga kesehatan, pengobatan rasional, penatalaksanaan kasus,

pemeliharaan sarana & prasarana kesehatan serta pendidikan dan

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkelanjutan.

6. Meningkatkan kualitas dan mutu kerjasama dengan berbagai pemegang

program kesehatan dan sektor terkait serta masyarakat dalam

melaksanakan program-program kesehatan