profil kesehatan kota semarang 2013

110
i Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Upload: shogun2517

Post on 18-Jan-2016

1.037 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

i

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Page 2: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

i

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Kami panjatkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, akhirnya penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 “ ini dapat kami selesaikan. Dan kami menyambut gembira dengan terbitnya buku profil ini untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi, ditengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence-based. Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.

Penyediaan data daninformasi dilaksanakan melalui serangkaian proses

panjang mulai dari hulu sampai hilir. Proses pengelolaan data ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain. Penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan softcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi ini.

Kami menyadari bukan hal yang mudah untuk dapat menyajikan data yang

berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami mengucapkan terima kasih.

Semarang, Mei 2014 Kepala Dinas Kesehatan

ttd

dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001

KATA PENGANTAR

Page 3: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

ii

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Keterangan Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR TABEL

i ii iv

BAB

I

PENDAHULUAN

A. B. C. D. E.

Latar Belakang .................................................... Dasar .................................................................. Visi dan Misi ....................................................... Tujuan ................................................................ Sistematika Penulisan ................................................

1 1 3 7 8

BAB

II

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

A. B. C.

Keadaan Geografis ................................................... Kependudukan ................................................... Sarana dan Prasarana Kesehatan .........................

9 10 14

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH A.

B. C.

Mortalitas / Kematian ................................................. Status Gizi Bayi & Balita ............................................ Morbiditas ......................................................... 1. Pola 10 besar penyakit RS .............................. 2. Pola 10 besar penyakit Puskesmas ................. 3. Penyakit menular ............................................ 4. Penyakit PD3I ................................................ 5. Penyakit bersumber binatang .......................... 6. Penyakit tidak menular ....................................

16 20 21 22 22 23 41 47 63

BAB

IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................. 67 1. Pelayanan KIA ................................................... 67 2. Pelayanan KB ................................................... 71 3. Pelayanan Imunisasi ....................................... 72 B. Pelayanan Kesehatan Rujuan ...............................

1. Kunjungan pelayanan kesehatan ..................... 2. Indikator pelayanan kesehatan di RS ............... 3. Pelayanan kesehatan gigi & mulut ...................

74 74 75 76

C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat ........... 77 D. Perbaikan Gizi Masyarakat ..................................

E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ......................... F. Pelayanan Kesehatan Pekerja .............................. G. Pelayanan Kesehatan khusus .............................. H. Keadaan Kesehatan Lingkungan ..........................

81 83 83 84 85

DAFTAR ISI

Page 4: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

iii

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

I.

1. Sarana air bersih & air minum ........................... 2. Sarana & akses terhadap sanitasi dasar ........... Keadaan Perilaku Masyarakat ..............................

85 86 90

BAB

V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan ................................................... B. Tenaga Kesehatan ................................................... C. Perbekalan Kesehatan ................................................. D. Pembiayaan Kesehatan ...............................................

92 92 93 96 97

BAB VI KESIMPULAN ...............................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

99

Page 5: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

iv

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel Nama Tabel

1 Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga

2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan

3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur

6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas

7 Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas

8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas

9 Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas

10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan

11 Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan

12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas

15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS

16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

19 Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus

22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B

23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas

24 Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas

27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas

29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas

30 Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas

31 Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani

32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan

33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas

34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas

35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas

36 Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas

39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas

40 Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

41 Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

Page 6: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

v

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

42 Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin

43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

45 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan

47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan

48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1

50 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB

51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas

52 Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

53 Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan

54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan

55 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas

56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan

57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan

57a Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit

58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan

59 Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit

60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit

61 Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas

62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas

63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas

64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas

65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas

66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas

67 Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas

68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas

69 Ketersediaan obat menurut jenis obat

70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan

71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar

72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas

73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas

74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi

75 Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan

76 Jumlah tenaga kefarmasian disarana kesehatan

77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan

78 Jumlah tenaga gizi di sarana kesehatan

79a Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan

79b Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan

80 Jumlah tenaga kesehatan lainnya di sarana kesehatan

81 Jumlah non kesehatan di sarana kesehatan

Page 7: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

vi

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

82 Anggaran kesehatan

83 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal

84 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas

85 Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit

Page 8: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

1

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index

Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat,

cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak

untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari

paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.

Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota

Semarang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk

Hidup Sehat”

B. Dasar

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok

yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam

penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan

pembangunan kesehatan:

1. Perikemanusiaan

Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan

perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pemberdayaan dan Kemandirian

Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai

obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan.

Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta

BAB

I PENDAHULUAN

Page 9: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

2

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu

membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa

sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya

sendiri.

Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan,

proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang

tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau

bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat

menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang

sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu

terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang

berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat

waktu.

3. Adil dan Merata

Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu,

tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial

individu, keluarga dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi

dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung

maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan

kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang

merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-

kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan

karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka

jauh lebih sedikit.

Page 10: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

3

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

4. Pengutamaan dan Manfaat

Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau

kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program

kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program

kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar

profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik

daerah.

C. Visi dan Misi

1. Visi

Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan

maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang

yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan

perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,

pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa

kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan

mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota

Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif

untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua

lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

Page 11: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

4

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

2. Misi

Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi

kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara

teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota

Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh

seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi

pemerintahan, yaitu :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan

hidup sehat

3. Tujuan

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang

efektif dan efisien. (Misi 1)

b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam

mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)

c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam

pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)

d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan

kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)

e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat

untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi

2)

4. Sasaran

a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat

penyakit..

b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.

c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.

Page 12: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

5

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam

upaya perbaikan gizi.

e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.

f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya

manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan

yang optimal.

g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan

tugas umum dan rumah tangga.

h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan

i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian

pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna

menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.

j. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif,

berhasilguna dan berdaya guna

k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan

l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga

yang memnuhi syarat kesehatan

m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya

kesehatan bersumberdata masyarakat.

5. Strategi Kebijakan

Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas

Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang

ditetapkan, antara lain

1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas

pelayanan kesehatan dasar

2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada

3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran

aktif masyarakat

Page 13: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

6

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan

5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program

6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi

informasi

7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi

khususnya pada kelompok beresiko

8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersarna

masyarakat miskin dan rentan.

9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan

10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua

pelayanan

11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang

akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.

12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.

Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang

Tahun 2013 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.

Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai

pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota

Semarang Sehat.

Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya

meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program

kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota

Semarang Tahun 2013 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan

Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan,

juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, PT.ASKES, PT. JAMSOSTEK, Bapermas

& KB, POLRESTABES Semarang, dll).

Page 14: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

7

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

D. Tujuan

1. Umum

Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 adalah

tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan

dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna

dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.

2. Khusus

Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :

a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan

fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;

b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi

angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;

c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan

kegiatan dan sumber daya kesehatan.

d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan

program kesehatan;

e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program

kesehatan;

f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai

sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun

Unit-Unit Kesehatan lainnya;

g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan

pelaporan kesehatan.

Page 15: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

8

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya

kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2013, maka

diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA

SEMARANG

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB VI KESIMPULAN

LAMPIRAN

Page 16: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

9

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

A. Keadaan Geografis

1. Letak

Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis

109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,

sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten

Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai

meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan

348,00 di atas garis pantai.

2. Luas Wilayah Kota Semarang

Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas

daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177

kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,

kecamatan Mijen (57,55 km2) dan

Kecamatan Gunungpati (54,11 km2),

dimana sebagian besar wilayahnya

berupa persawahan dan perkebunan.

Sedangkan kecamatan dengan luas

terkecil adalah Semarang Selatan (5,93

km2) dan kecamatan Semarang Tengah

(6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota

Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.

GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA SEMARANG

BAB

II

Page 17: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

10

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

B. Kependudukan

1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi

Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan

a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Buku Estimasi Penduduk Menurut

Umur Tunggal yang dikeluarkan oleh Pusat Data & Informasi Kemenkes RI sampai

dengan akhir Desember tahun 2013 sebesar : 1.575.068 jiwa, terdiri dari 773.764

jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah

sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang

mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.

Tabel 2.1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2013

Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan

Setahun ( % )

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1.399.133

1.419.478

1.434.132

1.454.594

1.481.640

1.506.924

1.527.433

1.544.358

1.559.198

1.575.068 *

1,52

1,45

1,02

1,43

1,86

1,53

1,41

1,11

0,96

Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka

*)Sumber: Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir

menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.

Page 18: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

11

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena

berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis

wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah (

Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan

pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas

lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.

Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat

dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.

Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum

terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per

km2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk

paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km2, diikuti

dengan Kecamatan Mijen 1.056 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.776

jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan

perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal

persawahan dan perkebunan,

Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,

dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat

banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan

penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari 12.144 jiwa/km2, kemudian

Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km2 , dan Kecamatan Candisari 11.724

jiwa/km2.

Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat

dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat)

anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang

ada .

Page 19: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

c. Komposisi Penduduk

Untuk dapat menggambarkan tent

dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis

kelamin. Dari 1.575.068 penduduk Kota Semarang pada tahun

773.764 jiwa penduduk laki

dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka

perbandingan antara penduduk laki

Gambar. 2.1 Komposisi

Sumber data : BPS Kota Semarang

Gambar. 2.2 Pi

Sumber data : BPS Kota Semarang

51%

Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis

100000 50000

0 - 4

10 - 14

20 - 24

30 - 34

40 - 44

50 - 54

60 - 64

70 - 74

LAKI

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus

dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis

penduduk Kota Semarang pada tahun 2013 terdiri dari

jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Indikator

dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka

perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun

Sumber data : BPS Kota Semarang

Piramida Penduduk Kota Semarang Tahun 2013

Sumber data : BPS Kota Semarang

49%

Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis kelamin 2013

Laki-Laki Perempuan

50000 0 50000 100000

LAKI-LAKI perempuan

12

ang keadaan penduduk secara khusus

dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis

terdiri dari

. Indikator

dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka

Tahun 2013

3

Page 20: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

13

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan

Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat

pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar

sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi

kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya

menjadi sangat berat.

Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan

alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah

secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir

dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran

Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death

Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian

selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian

penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa

untuk CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006 – 2013

Tahun Jml Penduduk CBR (/1000 pddk)

CDR (/1000 pddk)

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1.434.025

1.454.594

1.481.640

1.506.924

1.527.433

1.544.358

1.559.198

1.575.068

15,10

16,06

16,60

17,01

14,98

16,09

15,23

17,6

6,35

7,04

6,79

6,98

6,77

6,76

6,45

6,5

Sumber data : BPS Kota Semarang – Profil Kependudukan

Page 21: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Umur Harapan Hidup Kota Semar

mengalami peningkatan dari t

Gambar. 2.

C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATA

Tabel 2.3 Jumlah

A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

1.

2.

3.

4.

Rumah Sakit Umum :

a. Rumah Sakit Swasta

b. Rumah Sakit Umum Daerah

c. Rumah Sakit Umum Pusat

d. Rumah Sakit TNI / POLRI

e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :

- RS Jiwa

- RS Bedah Plastik

- Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )

- Rumah Sakit Bersalin ( RSB )

Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA

Puskesmas , terdiri dari :

a. Puskesmas Perawatan

b. Puskesmas Non

Puskesmas Pembantu

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2013 ini mencapai 72,3

mengalami peningkatan dari tahun 2012 yaitu 72,24 dan tahun 2011 yaitu 72,18.

Gambar. 2.3 Perkembangan UHH Kota Semarang

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2011 2012

Rumah Sakit Umum :

Rumah Sakit Swasta

Rumah Sakit Umum Daerah

h Sakit Umum Pusat

Rumah Sakit TNI / POLRI

Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :

RS Jiwa

RS Bedah Plastik

Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )

Rumah Sakit Bersalin ( RSB )

Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA

Puskesmas , terdiri dari :

Puskesmas Perawatan

Puskesmas Non Perawatan

Puskesmas Pembantu

10

2

1

3

9

1

1

3

3

6

37

13

24

35

10

2

1

3

9

1

1

3

3

6

37

12

25

35

14

Tahun 2013 ini mencapai 72,3

2011 yaitu 72,18.

Sarana dan Prasarana di Kota Semarang

2012 2013

12

10

2

1

3

9

1

1

3

2

6

37

12

25

35

Page 22: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

15

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Puskesmas Keliling

Posyandu yang ada

Posyandu Aktif

Apotik

Laboratorium Kesehatan Swasta

Klinik Spesialis / Klinik Utama

Optik

Klinik 24 Jam

Toko Obat

BP Umum

BP Gigi

PBDS

Dokter Umum Praktek Perorangan

Dokter Spesialis Praktek

Dokter gigi praktek

Bidan praktek swasta

37

1.533

1.055

381

30

14

95

13

20

139

24

23

1.327

681

328

-

37

1.556

1.150

403

30

31

9

12

72

25

4

1.512

691

358

-

37

1.559

1.202

406

32

36

7

23

80

25

1.640

730

393

-

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang

Page 23: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

16

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator

yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas

(kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan

melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian

Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan

beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa.

A. MORTALITAS / KEMATIAN

Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat

dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status

kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan kesehatan,

kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula

digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan

program pembangunan kesehatan.

1. Kematian Bayi dan Balita

Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik

terhadap kesakitan maupun kematian. Pada tahun 2013, berdasarkan hasil laporan

kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota

Semarang sebanyak 251 dari 26.547 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga

didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per 1.000 KH. Berdasarkan

pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika

dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per

1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target.

SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA SEMARANG

BAB

III

Page 24: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Angka Kematian Balita (AKBa

mencapai usia 5 tahun yang

AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan

sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data

Semarang Tahun 2013 sebanyak

Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (

sebesar 11,3 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan

bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AK

dibawah target.

Gambar 3.1 Grafik

Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga

Berbagai faktor dapat menyebabk

antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu d

AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,

perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang

meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif

pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.

2. Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait

16.8

3.5

0

5

10

15

20

2010

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum

mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.

merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan

sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota

sebanyak 299 anak dari 26.547 kelahiran hidup

Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang

Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan

tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa Kota Semarang tel

Grafik Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang

Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga

Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AK

antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan

sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,

perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang

meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif

tahan bayi terhadap infeksi penyakit.

Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

12.110.7

9.5

2.7 1.6 1.8

14.912.3

11.3

2011 2012 2013

AK Bayi

AK Anak Balita

AK Balita

17

) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum

a per 1.000 kelahiran hidup.

merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan

Balita di Kota

kelahiran hidup (laporan

) Kota Semarang

Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan

Kota Semarang telah

Kota Semarang

an adanya penurunan AKB & AKBa, di

isebabkan

sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,

perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang

meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dengan gangguan kehamilan atau

AK Anak Balita

Page 25: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

18

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,

melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat

digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini

dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama

kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan

menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota

Semarang pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup

atau sekitar 109,2 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012

yaitu 29 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per 100.000

Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga

73.8

119.9

77.5

109.2

1931

22 29

2010 2011 2012 2013

Angka kematian ibu maternal Jumlah kematian ibu maternal

Gambar 3.2 Grafik Tren Angka Kematian Ibu Maternal & Jumlah kematian ibu maternal Kota Semarang

Tahun 2010 – 2013

Page 26: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.3

Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa

kemudian pada waktu persalinan sebanyak

Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah

dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pe

anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan

Gambar 3.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.3 Peta Sebaran Kasus Kematian Ibu Th 2013

kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa

pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 5 kasus

Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah

dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan

anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan

Gambar 3.4 Grafik Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal

Nifas83%

Hamil17%

Bersalin0%

19

kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,

kasus.

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah

layanan kesehatan ibu dan

anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan

Grafik Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal

Page 27: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

20

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh

tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang

lainnya.

Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga

B. STATUS GIZI BAYI & BALITA

Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil

pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam

hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan

puskesmas pada tahun 2013 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup

sebanyak 26.547 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 108.570 anak.

Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2013

yaitu sebanyak 288 bayi (1,1%) yang terdiri dari 127 bayi laki-laki dan 161 bayi

perempuan.

Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari

seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.515 balita (79,7%) dengan rincian jumlah

balita yang naik berat badannya sebanyak 69.080 anak (79,8%) dan Bawah Garis

Merah (BGM) sebanyak 1.502 anak (1,7%), data selengkapnya pada tabel 44.

Gambar 3.5 Grafik Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Penyebab Kematian Kota Semarang Tahun 2013

Page 28: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah

adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian

penyakit.

Dari tabel diatas tahun 2013

mengalami penurunan dari tahun lalu yang berjumlah

gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi

masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,

perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan

bantuan dana program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

(Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II

C. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden

angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit

dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan

dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat

Status Gizi

Gizi Lebih

Gizi baikGizi Kurang

Gizi Buruk

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah

adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian

Dari tabel diatas tahun 2013 kasus gizi buruk ditemukan sebanyak

dari tahun lalu yang berjumlah 39 kasus. Dari seluruh kasus

gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi

masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,

perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan

a program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

(Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II

orbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi

dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit

pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan

erhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.

Status Gizi Jumlah Balita

Gizi Lebih 1.806 (2,09%)

Gizi baik 83.814 (96,8%) Gizi Kurang 801 (0,9%)

Gizi Buruk 32 (0,04%)

21

Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah

adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian

kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 32 kasus,

seluruh kasus

gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi

masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,

perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan

a program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

si maupun

dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit

pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan

Page 29: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)

Jantung Hipertensi (I11)

Gangguan Otot yang Lain (M62)

Gastritis & Duodenitis (K29)

Diabetes Melitus tdk tergantung insulin (E11)

Penyakit Pulpa & Peripikal (K02)

Sindrom Nyeri Kepala lainnya (G44)

Diare & Gastroenteritis Akut (A09)

Demam Tifoid dan Paratifoid (A01)

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

uskesmas

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

34566

30259

15466

14220

13913

13414

10193

9433

8085

Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)

Jantung Hipertensi (I11)

Faringitis Akut (J02)

Gangguan Otot yang Lain (M62)

Gastritis & Duodenitis (K29)

Diabetes Melitus tdk tergantung insulin (E11)

Penyakit Pulpa & Peripikal (K02)

Sindrom Nyeri Kepala lainnya (G44)

Diare & Gastroenteritis Akut (A09)

Demam Tifoid dan Paratifoid (A01)

JENIS PENYAKIT DI PUSKESMAS

22

85125

Page 30: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

23

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

3. Penyakit Menular

a. Tuberkulosis Paru

Kasus Penderita

Di tahun 2013 penemuan kasus TB-Paru BTA (+) di Kota Semarang baru

mencapai 69,5% (1.120 kasus dari 1.612 kasus BTA (+) yang ditargetkan) dari target

penemuan 70 %. Angka kesembuhan tahun 2013 sebesar 55,7 % dari 85 % angka

kesembuhan yang ditargetkan. Hal ini masih jauh dari target nasional. Sedangkan

penemuan kasus TB Anak di tahun 2013 sejumlah 167 kasus, jumlah tersebut

menurun lebih dari 50 % dibandingkan dengan penemuan kasus di tahun 2012.

Gambar 3.6 Grafik Penemuan kasus TB Paru Kota Semarang th 2009 s.d 2013

Gambar 3.7 Grafik Penemuan kasus TB Paru Anak & TB Paru Ekstra Th 2009 - 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

2009 2010 2011 2012 2013

Suspect 8003 11047 15001 11724 12464

Tgt BTA (+) 1557 1612 1612 1612 1612

BTA (+) 793 879 989 1132 1120

BTA (-) 892 1051 1240 1034 1434

Tgt Suspect 15570 16120 16120 16120 16120

02000400060008000

1000012000140001600018000

2009 2010 2011 2012 2013

TB-EP 67 146 186 225 333

TB-Anak 771 371 356 359 167

0

200

400

600

800

1000

TB-EP

TB-Anak

Page 31: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.8 Grafik P

Gambar 3.9 Grafik Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009

Prosentase penemuan penderita baru B

6,50% mengalami peningkatan

Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan

pelaporan yang lebih baik.

Gambar 3.10 Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok

495, 44%

Pria Wanita

50 %

0

20

40

60

80

2009

Suspect(x 1000)

Persen (%)

Target Suspect(x 1000)

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Grafik Penemuan Suspek TB Paru Tahun 2009 - 2013

Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009

Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai

0% mengalami peningkatan 0,5% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar

Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan

Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok

Usia Tahun 2013

625, 56%

Wanita

53%61%

70%

2010 2011 2012

2009 2010 2011 2012 2013

8.003 11.047 15.001 11.724 12.464

51.4 68.5 93.1 72.7

Target Suspect(x 1000) 15.567 16.12 16.12 16.12 16.12

51.468.5

93.172.7

0

20

40

60

80

100

24

2013

Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009 - 2013

TA Positif tahun 2012 mencapai

2011 sebesar 70%.

Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan

Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok

69,5%

2013

2013

12.464

77.3

16.12

77.3

Page 32: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

25

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Penderita TB BTA (+) tahun 2013, persentase TB-Paru pada laki-laki (56 %)

lebih besar dari pada perempuan (44 %), meskipun kejadian TB-Paru pada jenis

kelamin perempuan mengalami kenaikan sebesar 2 %. Hai ini disebabkan karena

(fakta kwalitatif) pada laki-laki lebih intens kontak dengan faktor risiko dan kurang

peduli terhadap aspek pemeliharaan kesehatan individu dibandingkan dengan

wanita. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB terbanyak pada golongan

umur 25-34 th sebanyak 241 kasus ( 23%), namun juga menunjukkan bahwa

penularan TB masih berlangsung disegala usia.

Gambar 3.11 Grafik 10 besar CDR Puskesmas Tahun 2013

Sumber: Seksi P2ML bidang P2P

Berdasarkan 70 % penemuan kasus (case detection rate = CDR) TB BTA Positif

dicapai oleh 4 (empat) puskesmas. Tertinggi di capai oleh Puskesmas Mangkang yaitu

118,2 % (13 kasus dari target 11 kasus TB BTA Positif), ke dua disusul oleh

Puskesmas Karangdoro yaitu 100 % (22 kasus dari 22 kasus BTA (+) yang ditargetkan)

ke tiga oleh Puskesmas Genuk sebesar 93,3 % (28 kasus dari 30 kasus BTA (+) yang

ditargetkan. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam

pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.

TB Paru MDR (Multiple Drug Resistant)

Sampai saat ini di Kota Semarang telah tercatat 12 (dua belas) kasus TB-Paru MDR, 6

(enam) kasus diantaranya aktif mendapatkan pengobatan lanjutan di puskesmas-

118.2100.0 93.3 91.9

62.9 58.1 58.1 55.0 55.0 54.2

0.0

50.0

100.0

150.0

CDR

KASUS

Page 33: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

26

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

puskesmas, 1 (satu) kasus putus obat atas permintaan sendiri setelah + 2 (dua) bulan

pegobatan, 1 (satu) kasus menolak pengobatan sejak awal dan 4 kasus diantaranya

belum mendapatkan penanganan dan pengobatan dari RSUP dr. Kariadi Semarang

sebagai rumah sakit rujukan. Terdapat pula 12 suspek yang tersebar di wilayah kerja

puskesmas Kota Semarang.

Angka Konversi

Angka konversi di tahun 2013 sampai tribulan 4 sebesar 56.7 % (635 dari

1120 BTA (+)) mengalami penurunan sebesar 15.3 % dibandingkan pada tahun 2012

(72 %), hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan

pemeriksaan follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur.

Gambar 3.12 Grafik Angka konversi TB BTA (+) tahun 2009 - 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Angka kesembuhan (Cure Rate)

Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7 % ( 631 kasus dinyatakan

sembuh dari total kasus 1.132 yang diobati), ini berarti telah terjadi penurunan 7,3 %

dibandingkan angka kesembuhan di tahun 2011 (63 %), namun belum mencapai

target nasional yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan

yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB

yang diobati di Rumah sakit.

2009 2010 2011 2012 2013

Konversi 70 86 75 72 56.7

Target Konversi 80 80 80 80 80

0

20

40

60

80

100

Page 34: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.13 Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

b. HIV / AIDS

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV

positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat

yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei

Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Gambar 3.14 Grafik Tren Kasus HIV Kota Semarang 1995

Jumlah penemuan kasus pad

Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari

2008

Kesembuhan 63

Target Kesembuhan 85

0

20

40

60

80

100

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV

positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,

yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei

Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Grafik Tren Kasus HIV Kota Semarang 1995 - 2013

Jumlah penemuan kasus pada tahun 2013 yaitu sebesar 430 kasus (17,3%).

Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari

2008 2009 2010 2011 2012

63 66 66 63 55.7

85 85 85 85

27

Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV

dapat diketahui melalui 3 metode,

yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei

2013

a tahun 2013 yaitu sebesar 430 kasus (17,3%).

Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari

2012

55.7

85

Page 35: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar

wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahu

Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium

AIDS.

Gambar 3.15

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995

HIV lebih banyak diderita oleh la

perempuan. Namun demikian

perbandingannya adalah 55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak

menyerang kaum perempuan, terutama ibu

perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada

anaknya.

47%

Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2013* (Laporan Klinik VCT)

di Kota SemarangBerdasarkan Jenis Kelamin

Laki

Perempuan

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar

wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun 2013 untuk Kota

Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium

Gambar 3.15 Grafik Kasus HIV Kota Semarang

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 – 2012 kasu

HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 55% dibandingkan dengan

Namun demikian antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV

55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak

puan, terutama ibu-ibu rumah tangga sehingga perlu

perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada

53%

HIV *

(Laporan Klinik VCT)

Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

45%55%

Kasus HIV Tahun 2013(Laporan Klinik VCT)

di Kota SemarangBerdasarkan Jenis Kelamin

Laki

Perempuan

28

laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar

n 2013 untuk Kota

Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium

2012 kasus

ingkan dengan

laki dan perempuan yang terinfeksi HIV

55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak

ibu rumah tangga sehingga perlu

perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada

%

Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Page 36: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.1

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dap

kelompok umur 25-49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122

kasus dan yang terendah adalah kelompok umur 5

Gambar 3.17 Peta

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

<4

2010 12

2011 26

2012 15

2013 14

0200400600800

10001200

(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.16 Grafik Kasus HIV Berdasar Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui selama tahun 2010

49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122

kasus dan yang terendah adalah kelompok umur 5 – 14 tahun.

Peta Penemuan Kasus HIV Per Kecamatan 2011 -2013

P2ML Bidang P2P

5-14 15-19 20-24 25-49 ≥50

3 6 27 141 12

6 3 64 280 19

4 10 43 410 34

5 13 51 291 34

Kasus HIV Tahun 2010-2013 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang

Berdasarkan Kelompok Umur

29

Grafik Kasus HIV Berdasar Kelompok Umur

at diketahui selama tahun 2010 – 2013

49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122

-2013

≥50

12

19

34

34

Page 37: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran

tahun 2011-2013 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,

berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan

yaitu sebanyak 46 kasus, sedangkan kasus terendah di

sebanyak 7 kasus.

Gambar 3.18 Kumulatif Kasus AIDS Kota Semarang 1998

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS

di Kota Semarang yaitu sebanyak

sebesar 104 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah

kematian akibat AIDS pada tahun 201

dibanding tahun 2012. Sedangkan kumulatif kasus

dengan tahun 2013 yaitu sebanyak

1998 1999 2000 2001

Kasus AIDS 1 0 1

Kematian 0 0 0

Kumulatif 1 1 2

1 1 2

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Kumulatif Kasus

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama

di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,

berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang Utara

asus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Tugu

Kumulatif Kasus AIDS Kota Semarang 1998 - 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS

g yaitu sebanyak 75 kasus, meningkat dibandingkan tahun 201

kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah

tian akibat AIDS pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu

. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai

yaitu sebanyak 414 kasus.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 1 1 7 11 25 33 15 19 61 59 104

0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 12

3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235 339

3 4 5 12 2348

8196

115

176

235

339

Kasus AIDS Tahun 1998 - Desember 2013* di Kota Semarang

30

kasus HIV selama

di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,

Semarang Utara

Tugu yaitu

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS

bandingkan tahun 2012

kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah

yaitu 7 orang,

AIDS dari tahun 1998 sampai

2012 2013 Total

104 75 414

12 7 59

339 414

339

414

Desember 2013*

Page 38: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.19 Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013

Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun

2013 hampir mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak

ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,

Kecamatan yang mempunyai kasus rendah (1

Kec. Mijen, Kec. Banyumanik, Kec. Temb

Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang

memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec

Gayamsari, Kec. Semarang Barat, Kec. Semarang Timur.

Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang

telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA

memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA

yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sa

Persentase ODHA yang mendapatkan layanan CST sebesar 90,97%.

Selanjutnya pada bulan September 201

mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun

capai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak

ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,

Kecamatan yang mempunyai kasus rendah (1 – 5) yaitu; Kec. Tugu, Kec. Ngaliyan,

Kec. Mijen, Kec. Banyumanik, Kec. Tembalang, Kec. Pedurungan, Kec. Gajahmungkur,

Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang

memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec

Gayamsari, Kec. Semarang Barat, Kec. Semarang Timur.

upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang

telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA jumlah kumulatif ODHA yang

memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA

yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2013 sebanyak 1.873 orang.

Persentase ODHA yang mendapatkan layanan CST sebesar 90,97%.

jutnya pada bulan September 2013, Dinas Kesehatan Kota Semarang

mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering

31

Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013

Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun

capai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak

ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,

5) yaitu; Kec. Tugu, Kec. Ngaliyan,

alang, Kec. Pedurungan, Kec. Gajahmungkur,

Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang

memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec

upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang

jumlah kumulatif ODHA yang

memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA

mpai tahun 2013 sebanyak 1.873 orang.

, Dinas Kesehatan Kota Semarang

mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering

Page 39: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya

yang meliputi upaya promotif preventif,

semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

engan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya

yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup

HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :

32

engan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya

mencakup

Page 40: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

c. Pneumonia

Gambar 3.20 Grafik Kasus Pneumoni & Pneumoni Berat th 2006

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami

peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1

meningkat 68 kasus dan Pne

meningkat 43 dan 59 kasus.

Gambar 3.21 Grafik Kasus Pneumonia Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

0500

100015002000250030003500

Pneumonia < 1 Th

Pneumonia 1 - 4 Th

Pneumonia berat < 1Th

Pneumonia berat 1 - 4 Th

KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT TAHUN 2006

1 - 42,719 47%

> 5 1,148 20%

Kasus Pneumonia Kota SemarangTahun 2013 Menurut Kelompok Umur

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Grafik Kasus Pneumoni & Pneumoni Berat th 2006 -

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami

peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1

meningkat 68 kasus dan Pneumonia Berat < 1 dan 1-4 tahun masing

Grafik Kasus Pneumonia Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

609 1011 1147 1268 1448 1600 1075 1367

1664 2206 2712 3446 3132 2960 3147 3215

3 5 56 45 17 15 18

4 Th 10 8 8 8 11 12 36

KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT TAHUN 2006 - 2013

< 11,863 33%

Kasus Pneumonia Kota SemarangTahun 2013 Menurut Kelompok Umur

P180539%

Kasus Pneumonia BalitaKota Semarang

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

33

2013

Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami

peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1-4 th

4 tahun masing-masing

2013

1367

3215

61

95

KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT

L277761%

Kasus Pneumonia BalitaKota Semarang

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Page 41: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

34

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Pada tahun 2013 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok

umur 1 – 4 tahun, yaitu sejumlah 2719 kasus ( 47 %) meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya. Pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 1.863 kasus ( 33 %).

Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2013 pada

perempuan lebih sedikit dibanding dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki

IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2013 sebesar 258 per 10.000

balita meningkat dibandingkan tahun 2012 (246/10.000 balita Peningkatan IR

pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang

ditemukan semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat

untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas

Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan

penderita pneumonia balita di masyarakat.

Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota

Semarang tahun 2013 sebanyak 9 orang sebesar 0.15% (9/5715),dari RS 7 orang

sedangkan di Puskesmas ada 2 kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang

meninggal.

Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang

berobat ke Puskesmas di tahun 2013 sebesar 26% mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita

pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata

laksananya.

d. Kusta

Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2013 sebagai daerah low endemik :

Prevalensi : 0,30 ( target nasional : < 1 / 10.000 penduduk)

CDR : 1,60 ( target nasional : < 5 / 100.000 penduduk)

Page 42: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

35

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.22 Grafik Penemuan Kusta Kota Semarang th 2001 - 2012

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013PB 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3 5

MB 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41 25

Juml 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44 30

GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2001 – 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2013

berjumlah 30 - menurun dibandingkan dengan tahun 2012 - yang terdiri dari kusta

tipe PB 5 kasus ( 16,66 %), dan kusta tipe MB 25 kasus ( 83,3 %). Prosentase kasus

MB lebih besar dari kasus PB sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana

terlihat pada grafik di bawah.

Gambar 3.23 Grafik CDR Kasus Kusta Kota Semarang th 2008 - 2013

GRAFIK CDR KASUS KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2013

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1,35

1,8

0,86

2,19 2,34

1,6

Page 43: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

36

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.24 Grafik Kasus Kusta Berdasar Jenis Kelamin Th 2013

GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013

LAKI-LAKI70%

PEREMPUAN30%

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan ( 30 %).

Gambar 3.25 Grafik Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Th 2013

KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA SEMARANG

TAHUN 2013

1 - 15 TH3%

16 - 49 TH67%

> 50 TH30%

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan kelompok umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2013

sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur 16 – 49 tahun ( 67 % ), > 50

tahun ( 30 % ), 1 – 15 tahun ( 3 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia

Page 44: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

37

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

produktif, hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi,

sehingga kemungkinan tertular kuman Baccilus leprae juga tinggi.

Gambar 3. 26 Grafik Peta Kelurahan Dengan Kasus Kusta Th 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2013 , kasus terbanyak terdapat di

Kelurahan Panggung Kidul (4 kasus), Ngesrep (3 kasus), Bululor (2 kasus),

Karangmalang (2 kasus), Sambirejo (2 kasus), selebihnya kelurahan Bandarharjo,

Banjardowo, Bongsari, Jangli, Karangayu, Kauman, Kembangarum, Kuningan, Miroto,

Padangsari, Plalangan, Purwodinatan, Rowosari, Srondol Kulon, Tambakharjo,

Tlogosari Kulon masing-masing 1 kasus.

Sebagaimana grafik dibawah, RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003

hingga tahun 2012, mengalami fluktuatif. Tahun 2012 : 62 %, sedangkan tahun

2013 pengobatan masih berjalan.

Tambakharjo

Bandarharjo

Tlogosari Kulon

Ngesrep

Rowosari

Jangli

Banjardowo

SambirejoMiroto

Purwodinatan

Karangayu

Panggung KidulBulu Lor

BongsariKembangarum

Karangmalang

Padangsari

Srondol Kulon

Plalangan

Kasus per KelurahanTidak ada kasusJml kasus : 1 - 2Jml kasus : 3 - 4

PETA KELURAHAN DENGAN KASUS KUSTADI KOTA SEMARANG

TAHUN 2013

Page 45: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

38

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.27 Grafik Prosentase RFT Rate MB Kusta Th 2003 - 2013

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2013 sebesar 60 %, menurun dibanding tahun

2012 : 67 %. Karena pasien tahun 2013 berobat pada triwulan keempat, sehingga

masih dalam pengobatan saat laporan disusun.

Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.

Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan

MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi,

baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi.

Kecacatan pada penderita kusta di Kota Semarang pada tahun 2013 sebagaimana

dapat dilihat pada grafik di atas adalah berikut : Cacat Tk. I : 7 %, cacat Tk. II : 7 % ,

semua dari pasien kusta tipe MB.

Cacat kusta tingkat 2 tahun 2013 di Kota Semarang sebanyak : 2 kasus ( 6,67

% ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta < 5 % dari kasus yang ditemukan.

Dengan demikian kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari

indikator nasional.

PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG TH 2003 - 2013

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Prosentase 100 92 100 91 81 88 92 87 53 19.51 0

Page 46: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

e. Diare

Gambar 3.28 Grafik Pender

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Penderita Diare dari tahun 200

2013 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun

(CTPS) yang sudah di canangkan sud

Tahun 2013 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo

umur >5 tahun sebanyak 23.712

1 tahun sejumlah 4.462 kasus (11.5 % )

Grafik 3.29 Grafik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

2008 2009

< 1 th 3776 3446

1 - 4 th 8625 7996

> 5 th 19947 18991

Total 32338 30133

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2008

KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Grafik Penderita Diare Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Penderita Diare dari tahun 2008 – 2013 terus meningkat namun pada tahun

mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun

(CTPS) yang sudah di canangkan sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.

kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo

3.712 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur <

kasus (11.5 % ).

fik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

2009 2010 2011 2012 2013

3446 4402 6915 4870 4462

7996 10194 12550 11215 9827

18991 19895 28586 26264 23712

30133 34491 48051 42349 38001

GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2008 - 2013

L17,797

47%

P20,204

53%

KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2013 MENURUT JENIS KELAMIN

39

terus meningkat namun pada tahun

mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun

kegiatan sehari hari.

kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan

kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur <

fik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin

Page 47: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada

perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki

Cakupan pelayanan penderita diare diket

penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 201

(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Angka kematian (CFR) dihitung b

akibat penyakit diare yang ber

10.000) dan berdasarkan data yang masuk dapa

tidak ada laporan mengenai penderita diare yang menin

penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang

meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puske

Semarang tahun 2013.

Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR n

(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),

Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati

(27.7), Banget ayu (27.6), Ngemplak simongan (27.2), Lamper

Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

Cakupan Pelayanan (%)

Kualitas Tatalaksana (%)

Masalah Tatalaksana (%)

Cakupan ,Kualitas dan Tatalaksana Diare Tahun 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada

perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki - laki.

Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah

penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 201

(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal

akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,06 % (12 / 1.762.942 x

) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005

tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti

penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang

meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota

Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target

(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),

Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati

(27.7), Banget ayu (27.6), Ngemplak simongan (27.2), Lamper tgh (25.5)

Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013

2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013

6.1 5.4 5.6 31 55 42.0

100 100 100 100 100 100

Masalah Tatalaksana (%) 1 1 2 2 2

Cakupan ,Kualitas dan Tatalaksana Diare Tahun 2013

40

Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada

ahui dengan menghitung jumlah

penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 2013 IR

(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan

erdasarkan jumlah penderita yang meninggal

1.762.942 x

t diketahui dari tahun 2005–2013

ggal di Puskesmas, berarti

penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang

smas di Kota

ya sesuai dan melebihi target

(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),

Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati

tgh (25.5).

Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013

2,013

42.0

100

2

Page 48: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

41

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang

berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan

pelayanan penderita diare tahun 2013 sebesar 42% . Hal ini bisa diartikan kinerja

petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan

puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke Puskesmas menjadi

semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita diare adalah jumlah

penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita. Kualitas tata laksana

penderita diare pada tahun 2013 sudah 100%, berarti kinerja petugas diare

Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal ini adalah

pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani dengan

baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Masalah tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi

infus dibagi jumlah penderita. Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas

tahun 2013 adalah 2 %, sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti

penanganan penderita diare yang berobat ke Puskesmas ada yang sudah terjadi

dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan infus.

4. Penyakit PD3I

a. Tetanus

Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota Semarang pada tahun 2013 tidak

ditemukan. Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah

melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu

cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 %.

Page 49: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

42

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.31 Grafik Cakupan Imunisasi Bumil & Persalinan Nakes

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

b. Difteri

Tahun 2013 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 2 kasus, mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan tidak ditemukan penderita

meninggal dunia.

Gambar 3.32 Kasus Difteri Kota Semarang Th 2007 - 2013

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Persalinan Nakes 95.27 90.17 92.15 96.7 93.19 96.08 98.2

Target Nas 85 85 90 90 95 93 90

Cak. TT Bumil 92 85 79 71.3 77.4 92.3 85

Target Nas. TT 80 80 80 80 85 85 85

0

20

40

60

80

100

120

Jum

lah

Grafik Cakupan Imunisasi Bumil dan Persalinan Nakes Tahun 2006-2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Difteri 26 10 21 6 5 5 2

0

5

10

15

20

25

30

35

Jum

lah

KASUS DIFTERI DI KOTA SEMARANG

TAHUN 2007 - 2013

Page 50: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

43

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berdasarkan jenis kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki,

yaitu sebanyak 1 penderita ( 50 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 50 % ).

Berdasarkan golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14

tahun yaitu sebanyak 50 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita

terbanyak adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 65 %.

Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas

Tlogosari Wetan, dan Puskesmas Pandanaran.

Gambar 3.33 Peta KLB Kota Semarang Th 2013

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

99 Bandarharjo

Bangetayu

BuganganBulu Lor

Candi Lama

Gayamsari

Genuk

Gunung Pati

Halmahera

Kagok

Karanganyar

Karangayu

Karangdoro

Karangmalang

Kedungmundu

Krobokan

Lamper Tengah

Lebdosari

Mangkang

Manyaran

Mijen

Miroto

NgaliyanNgemplak Simg

Ngesrep

Padangsari

Pandanaran

Pegandan

Poncol

Pudak Payung

Purwoyoso

Rowosari

Sekaran

Srondol

TambakajiTlogosari Kulon

Tlogosari Wetan

Sum2.shpTdk ada kasusAda kasus

NPETA KASUS DIFTERI TH 2012

Page 51: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

44

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

c. Campak

Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 2007–2013 dari hasil

laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif. Pada

tahun 2013 kasus Campak berjumlah 137 kasus mengalami penurunan dibanding

tahun 2012. Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis (belum

dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga mengalami

fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target nasional (90%),

seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 3.34 Grafik Kasus Campak & Cakupan Imunisasi

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2013 di kecamatan Ngaliyan

berbeda dengan tahun 2012 kasus Campak terbanyak di kecamatan Gajahmungkur.

2009 2010 2011 2012 2013

Cak. Imun 107 105.5 101.1 114 121.9

Campak 305 426 422 201 137

0

100

200

300

400

500

Axi

s Ti

tle

Kasus Campak & Cakupan Imunisasi Campak th 2009 - 2013

23

2220

12 11 118 7 6 5 4 2 2 2 1 1

0

5

10

15

20

25

Kasus Campak Klinisberdasarkan Kecamatan

tahun 2013

Page 52: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan

berbasis laboratorium dengan kegiatan CB

tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai

Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak.

Cakupan Imunisasi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan

/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika

dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat

semakin tinggi dalam hal melaksankan Imunis

Gambar 3.35 Grafik Cakupan Campak

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

d. Polio

Hasil surveilans AFP

selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah

berjalan cukup baik .Kasus AFP di tahun 201

2009

CAKUPAN 91.6

0102030405060708090

100110120130

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan

berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS (Case Base Measles Surveilans)

telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai

Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 42 sampel serum Campak yang

dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak.

asi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan

/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika

dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat

semakin tinggi dalam hal melaksankan Imunisasi untuk bayinya.

Gambar 3.35 Grafik Cakupan Campak

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2007 sampai tahun 201

selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah

up baik .Kasus AFP di tahun 2013 sebanyak 8 kasus.

2009 2010 2011 2012 2013

91.6 107.6 104 114.2 121.9

GRAFIK CAKUPAN CAMPAK

45

Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan

Case Base Measles Surveilans). Pada

telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai

sampel serum Campak yang

asi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan

/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika

dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat

sampai tahun 2013

selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah

95

Page 53: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

46

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.36 Grafik Kasus AFP Di Kota Semarang th 2007 - 2013

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2013 berada di wilayah kerja

Puskesmas Rowosari, Manyaran, Krobokan, dan Karanganyar.

Gambar 3.37 Peta Kasus AFP Tahun 2013

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

AFP 11 14 9 12 13 8 8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jum

lah

KASUS AFP DI KOTA SEMARANG

TAHUN 2007- 2013

Page 54: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 201

yang terdiri dari laki-laki sebanyak

ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan tahun 201

daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1

4 orang (50 %).

5. Penyakit Bersumber Binatang

a. Malaria

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyaraka

Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun wakt

terakhir (2010-2013) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini

bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan

yang memadai.

Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010

naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus

sebanyak 20 kasus sedangkan pada tahun 201

2013 dibandingkan dengan

kesembuhan 100%.

Gambar 3.38 Grafik Kasus Malaria Kota Semarang

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2013 sebanyak 8 kasus,

laki sebanyak 4 orang (50 %) dan perempuan 4 orang (

a dibandingkan dengan tahun 2012 dimana laki-laki lebih banyak

daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak

enyakit Bersumber Binatang

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di kota

Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun waktu tiga tahun

) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini

bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan

Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010 – 2013 relatif cenderung

naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus, tahun 2011

kasus sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 17 kasus, dan jika tahun

tahun 2012 terdapat penurunan sebesar 15%

Gambar 3.38 Grafik Kasus Malaria Kota Semarang

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

47

sebanyak 8 kasus,

orang (50 %).Hal

laki lebih banyak

5 tahun sebanyak

t di kota

u tiga tahun

) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini

bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan

relatif cenderung

tahun 2011

kasus, dan jika tahun

%, dengan

Page 55: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang

menggunakan indicator Annual Paracite I

per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun

0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada

grafik berikut

Gambar 3.39 Grafik Annual Paracite Inciden

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Selama empat tahun terakhir (2010

sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria

di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tingg

malaria (Kalimantan, Flores, Papua

Gambar 3.40 Grafik Kasus & Kematian Malaria

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang

menggunakan indicator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite Malaria

per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun

0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada

Grafik Annual Paracite Incidence (API) Kota Semarang

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

tahun terakhir (2010-2013) kasus malaria kota Semarang

sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria

di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis

Papua, Sumbawa dan Kep. Riau).

Kasus & Kematian Malaria Kota Semarang

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

48

Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang

ncidence (API) atau angka parasite Malaria

per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun

0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada

ce (API) Kota Semarang

) kasus malaria kota Semarang

sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria

al/bekerja di daerah endemis

Page 56: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Dari grafik diatas kasus Malaria meninggal empat tahun terakhir (20

sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan

tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.

Sedangkan rata-rata kasus Malaria selama tahun 2010

pertahun.

Jumlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,

tertinggi adalah kecamatan Tembalang yaitu sebesar 0,003

Kota Semarang 100% API ≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:

Gambar 3.41

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis

plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8

(47.05%) vivaks 6 (35,3%) mixed (11,7%) lainnya 1 (5,88%).

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

asus Malaria meninggal empat tahun terakhir (20

sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan

tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.

rata kasus Malaria selama tahun 2010-2013 sebanyak 15 kasus

umlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,

tertinggi adalah kecamatan Tembalang yaitu sebesar 0,003 dan semua kelurahan di

≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:

Gambar 3.41 Peta API Kota Semarang tahun 2013

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis

plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8

(47.05%) vivaks 6 (35,3%) mixed (11,7%) lainnya 1 (5,88%).

49

asus Malaria meninggal empat tahun terakhir (2010-2013)

sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan

tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.

2013 sebanyak 15 kasus

umlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,

semua kelurahan di

≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:

Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis

plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8

Page 57: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

50

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

b. Demam Berdarah

Tahun 2013 jumlah kasus DBD sejumlah 2.364 kasus atau naik 89,11% dari

1.250 kasus pada Tahun 2012. Jumlah Kematian pada Tahun 2013 27 kasus atau naik

22,73% dari Tahun 2012 yang berjumlah 22 kasus, tetapi CFR turun dari 1,80 % pada

Tahun 2012 turun menjadi 1,14 pada Tahun 2013 karena jumlah penderita pada

Tahun 2013 meningkat.

Gambar 3.42 Grafik Perkembangan IR-CFR DBD Th 1994 - 2013

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data jumlah

penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota

Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang

maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota

Semarang dalam waktu yang cukup lama.

Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan

Tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional.

Tahun 2013 IR DBD Kota Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah.

1994. 1995. 1996. 1997. 1998. 1999. 2000. 2001. 2002. 2003. 2004. 2005. 2006. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013.

Penderita 1278 2015 2369 964 2294 1400 1428 986 607 1128 1621 2297 1845 2924 5,249 3883 5,556 1,303 1,250 2,364

IR 107.5 165.7 190.8 76.4 180.0 74.0 110.0 74.7 45.0 81.8 116.0 164.5 126.3 196.4 361 262.1 368.7 73.87 70.9 134.09

Kematian 3 31 21 2 12 3 8 10 3 10 7 38 42 32 18 42 47 10.0 22 27

CFR % 0.23 1.54 0.89 0.21 0.52 0.21 0.56 1.01 0.49 0.89 0.43 1.65 2.28 1.09 0.30 1.08 0.85 0.77 1.80 1.14

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000PERKEMBANGAN IR-CFR DBD 1994 - 2013

Page 58: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

51

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Namun demikian Incidence Rate DBD Kota Semarang menduduki peringkat Ketiga IR

DBD Jawa Tengah setelah Kabupaten Jepara dan Kota Magelang.

Gambar 3.43 IR & CFR DBD Kota Semarang

Rangking IR DBD Kota Semarang di Jawa Tengah

tahun 2009 - 2013

tahun rangking DBD

2009 1

2010 1

2011 1

2012 2

2013 3

Jumlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2013 adalah 1.167 kasus atau 49,37%,

sisanya atau 1.197 (50,63%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin

pada penderita DBD tidak terlalu signifikan.

TH. 2006

TH. 2007

TH. 2008

TH. 2009

TH. 2010

TH. 2011

TH. 2012

TH. 2013

KOTA SEMARANG 129.4 197.7 361 262.1 368.7 73.87 70.9 134.09

JAWA TENGAH 33.7 62 61 61.4 61.4 13.7 19.29 45.52

INDONESIA 52.5 71.7 59 55 55 25.7

050

100150200250300350400

IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA

Page 59: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 3.44 Grafik P

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur

tahun yaitu sebanyak 686 kasus atau 2

th, sebanyak 7 kasus atau 0,3

usia balita dan usia sekolah paling dominan.

Gambar 3.45 Grafik Penderita DBD Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

P1,167

49.37%

PENDERITA DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

15-19 th2099%

20-24 th1366%

25-29 th753%

30-34 th783%

35-39 th613%

GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.44 Grafik Penderita DBD Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur

kasus atau 29% dan terendah pada golongan umur > 60

0,3%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan

sekolah paling dominan.

Gambar 3.45 Grafik Penderita DBD Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

L1,197

50.63%1,167

49.37%

PENDERITA DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2013MENURUT JENIS KELAMIN

< 1 TH1085% 1 - 4th

38416%

5-9 th68629%

10-14th47520%

34 th783%

40-44 th582% 45-49 th

261%

50-54 th241%

55-59th432%

> 60 th7

0%

GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR KASUS DBD TH. 2013

52

Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5–9

% dan terendah pada golongan umur > 60

ihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan

GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL.

Page 60: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

53

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.46 Grafik Bulanan Penderita DBD

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari grafik di atas terlihat bahwa Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2013

sebanyak 1.364 kasus. Jumlah tersebut naik 89,11% dari Tahun 2012. Dari grafik di

atas terlihat bahwa hamper seluruh kasus DBD bulanan di atas jumlah kasus DBD

Tahun 2012, hanya bulan Juni, September, Nopember dan Desember jumlah kasus

DBD Tahun 2013 yang dibawah jumlah Tahun 2012, selebihnya jauh lebih tinggi

kasus DBD bulanan Tahun 2013. Kejadian kasus DBD tertinggi Tahun 2013 terjadi di

Bulan Januari dengan 488 kasus dan kasus terendah terjadi Bulan September 2013.

Jumlah kematian per bulan tertinggi pada Tahun 2013 yaitu 4 orang terjadi di

Bulan Februari, April, dan Juli. Sementara Bulan September dan Oktober tidak terjadi

kasus Kematian DBD.

Sedangkan berdasarkan tempat kejadian, Incidence Rate DBD Kecamatan

Tembalang dengan 218,20 per 100.000 penduduk kembali menduduki peringkat IR

DBD Kecamatan Tertinggi Kota Semarang setelah pada Tahun 2012 berada di

peringkat ketiga. Pada urutan kedua Kecamatan Ngaliyan dengan IR 217 dan

Kecamatan Genuk diurutan ketiga dengan IR DBD 195,52. Kecamatan Semarang

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOP DES

P 2013 488 380 261 269 203 131 190 106 63 81 82 110

M 2013 2 4 3 4 2 3 4 2 - - 2 1

P 2012 85 128 113 155 137 136 109 51 64 58 88 126

M 2012 0 3 3 6 2 0 1 2 1 0 1 3

-

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2013

Page 61: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

54

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Utara dengan IR 72,91 menjadi Kecamatan dengan IR DBD terendah untuk kedua

kalinya secara beruntun pada Tahun 2012 dan 2013.

Gambar 3.47 Peta Capaian IR DBD Th 2013

Tahun 2012 hanya 5 kelurahan atau 2,8 % dari kelurahan di Kota yang tidak

ada kejadian DBD. Kelurahan tersebut adalah Pesantren, Polaman, Jatirejo dan

Karangmalang di Kecamatan Mijen dan Kelurahan Kalisegoro di Kecmaan

Gunungpati. Lebih jelas dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 3.48 Peta Capaian IR DBD Th 2013

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Page 62: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Angka Kematian

Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kematian akibat penyakit DBD Kota Semarang berdas

terbanyak pada golongan umur 1 s.d. 4 tahun

kematian terendah pada kelompok umur 15

masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok

usia dominan dalam hal kematian

DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%

dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB

DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari

dengan 124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.

c. Chikungunya

Gambar 3.50 Grafik Kasus Chikungunya Kota Semarang

10-14th4

15%

15-

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kematian akibat penyakit DBD Kota Semarang berdasarkan golongan umur

terbanyak pada golongan umur 1 s.d. 4 tahun dengan 10 Kematian atau 37%. Jumlah

kematian terendah pada kelompok umur 15–19 tahun dan 25–29 tahun masing

masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok

inan dalam hal kematian

DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%

dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB

DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari

124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.

Gambar 3.50 Grafik Kasus Chikungunya Kota Semarang

< 1 TH2

7%

1 - 4th10

37%5-9 th

933%

-19 th1

4%

25-29 th1

4%

55

Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur

arkan golongan umur

dengan 10 Kematian atau 37%. Jumlah

29 tahun masing

masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok

DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%

dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB

DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari

124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.

Page 63: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

56

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus

Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013

cenderung mengalami penurunan walaupun pada tahun 2013 mengalami kenaikan.

Rata–rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun terakhir (tahun 2009–2013) adalah

8,6 per 100.000 penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9

per 100.000 penduduk (345 kasus). Sedangkan pada tahun 2013 mengalami

kenaikan IR yang cukup sigifikan dari tahun 2012 yaitu sebesar 90,3% dengan IR 6,7

per 100.000 penduduk (119 kasus).

Dari tahun 2011–2013, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang

perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak

tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak

menyerang golongan usia produktif, yaitu usia 16 – 55 tahun.

Page 64: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

57

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Distribusi kasus Chikungunya pada tahun 2013 terjadi di 7 kecamatan. IR

tertinggi terjadi di Kecamatan Gunungpati (IR = 38,85 per 100.000 penduduk) dan

yang terendah di Kecamatan Banyumanik (IR = 1,24 per 100.000 penduduk).

Gambar 3.51 Peta Kasus Chikungunya Kota Semarang Th 2013

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

kasus Chikungunya ditemukan di kecamatan yang letaknya saling berdekatan.

Hanya terdapat 2 kecamatan yang IR Chikungunya di bawah rata–rata IR Kota

Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan Pedurungan dan Banyumanik.

Page 65: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di atass rata

Semarang.

Penanganan Kasus

Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus

Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,

semuanya telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (100%).

Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,

yaitu Puskesmas Rowosari yaitu di Kel

Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chiku

d. Rabies

Dalam periode tahun

Kota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,

tahun 2010 sebanyak 19 kasu

36 kasus dan tahun 2013 sebanyak 44 kasus

dan tahun 2012 terdapat peningkatan

dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 3.52. Grafik GHPR Kota Semarang Th 2010

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di atass rata–rata IR Kota

Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus

Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,

elah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (100%).

Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,

yaitu Puskesmas Rowosari yaitu di Kelurahan Rowosari dimana kejadian di

Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya.

Dalam periode tahun 2009-2013 angka Gigitan Hewan Penular Rabies (

ota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,

tahun 2010 sebanyak 19 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus, tahun 2012 sebanyak

dan tahun 2013 sebanyak 44 kasus. Jika dibandingkan GHPR tahun 201

peningkatan kasus sebanyak 8 (18.2%) sebagaimana dapat

dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 3.52. Grafik GHPR Kota Semarang Th 2010 - 2013

eksi P2B2 Bidang P2P

58

rata IR Kota

Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus

Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,

Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,

Rowosari dimana kejadian di

Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)

ota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,

tahun 2012 sebanyak

ika dibandingkan GHPR tahun 2013

%) sebagaimana dapat

Page 66: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Kasus GHPR Kota Semarang tahun 201

pada grafik dibawah, laki-laki sebanyak 2

(45,5%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 201

menurut golongan umur, tertinggi kasus

(32%), sedang terendah kasus G

Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur

GPHR menurut Jenis Kelamin

Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12

Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan

Kecamatan Gajahmungkur masing

yaitu kecamatan Gunungpati dan Genuk masing

distribusi kasus GHPR di

pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah

tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang meme

penular rabies (Anjing, kera dan kucing).

Gambar 3.54. Peta Kejadian GHPR Kota Semarang

3

Mijen

Podorejo

Wates

Sekaran

M

Kandri

Tugurejo

Ngaliyan

Ngijo

Wonosari

SadengWonoplumbon

SukorejoPesantren

Gunungpati

Gondoriyo

Jangli

Pudak Payung

Jatisari

Tambakharjo

Plalangan

Patemon

Tambak Aji

Randugarut

Sen

Sumurrejo

Bulus

Mangunharjo

Jabungan

Cepoko

Wonolopo

Kramas

Karanganyar Tanjungmas

Ngesrep

Bubakan

Cangkiran

KalipancurTandan

KaliPurwoyoso

JerakahTlogos

Kemijen

Muktihar

Tambangan

Candi

Bongsari

Tegalsari

Tawangmas

Krobokan

Peta GHPR tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013 menurut jenis kelamin sebagaimana

laki sebanyak 24 (54,5%), sedang perempuan sebanyak

%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 201

golongan umur, tertinggi kasus berumur 16-34 tahun sebanyak 1

%), sedang terendah kasus GHPR berumur 0-5 tahun sebanyak 4 kasus (9

Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur

GPHR menurut Jenis Kelamin GPHR menurut Kelompok Umur

Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12

Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan

Kecamatan Gajahmungkur masing-masing sebanyak 6 kasus, sedangkan terendah

ti dan Genuk masing-masing 1 kasus. Menurut pemetaan

Kota Semarang tahun 2012 dan 2013

pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah

tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang memelihara hewan

penular rabies (Anjing, kera dan kucing).

Gambar 3.54. Peta Kejadian GHPR Kota Semarang

Rowosari

Meteseh

Kudu

ndangmulyo

Trimulyo

san

n

s

Genuksari

ng

Tlogomulyo

icari

sari Kulon

rjo Kidul

KeteranganTdk ada kasusAda Kasus

N

EW

S

2

59

menurut jenis kelamin sebagaimana

%), sedang perempuan sebanyak 20

%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 2013

34 tahun sebanyak 14 kasus

9%).

Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur

t Kelompok Umur

Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12

Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan

masing sebanyak 6 kasus, sedangkan terendah

Menurut pemetaan

terdapat

pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah

lihara hewan

Page 67: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

60

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013, GPHR digigit oleh anjing,

sbanyak 39 kasus (88,6%), kasus GHPR oleh kucing sebanyak 3 kasus (6,8%), dan 2

kasus (4,5%) GPHR diakibatkan gigitan kera.

e. Leptospirosis

Kasus Leptospirosis di Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 71 kasus,

mengalami penurunan sebesar 12,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlah

kasusnya sebanyak 81 kasus. Sedangkan untuk angka kematian masih sama seperti

tahun lalu yaitu sebesar 17 %.

Gambar 3.55 Grafik Kasus Leptopsirosis Kota Semarang Th 2007 - 2013

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kasus leptospirosis di kota Semarang menyebar di 23 Puskesmas dari 37

Puskesmas yang ada (62,1 %). Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis

tahun 2013, ada 19 Puskesmas dengan IR 0,1-10 /100.000 penduduk yaitu

Puskesmas Gayamsari, Genuk, Halmahera, Gunungpati, Kedungmundu, Lebdosari,

Mijen , Miroto, Ngemplak Simongan, Ngaliyan, Pandanaran, Pegandan, Rowosari,

Sekaran, Bulu Lor, Lamper Tengah, Ngesrep, Togosari Kulon, dan Tlogosari Wetan,

sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas

Bangetayu, Candilama, Karang Ayu dan Banfarharjo.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

P 8 178 235 71 70 81 71

M 1 8 9 6 25 14 12

CFR 13 4 5 8 36 17 17

0

50

100

150

200

250

GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2013

Page 68: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

61

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 3.56 Peta IR Leptopsirosis Kota Semarang Th 2013

Kasus leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2013 lebih banyak

laki-laki yaitu sebanyak 49 kasus (69 %) dibandingkan perempuan 22 kasus (31 %).

Pada tahun 2013 kasus tertinggi pada kelompok umur > 50 th, yaitu sebanyak

29 kasus (41 %), sedangkan terendah pada kelompok umur 0 - 10 tahun yaitu

sebanyak 1 kasus (1 %). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat

menyerang segala umur bahkan balita, seperti terlihat pada grafik di atas.

69%

31%

GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013

LAKI-LAKI PEREMPUAN0-10

11%

11-207

10%

21-3015

21%

31-4013

18%41-50

69%

> 5029

41%

GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN GOL.UMUR TAHUN 2013

Page 69: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

f. Flu Burung

Tahun 2013 di Kota Semarang tidak ditemukan adanya ko

tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas

yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang

yang dicurigai suspek flu burung 1 orang.

Suspec flu burung di Kota Semarang sel

penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek

tahun 2013 tidak ditemukan suspek

Gambar 3.57 Grafik Kasus Flu Burung Kota Semarang

Suspek flu burung tahun 2011

suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan

Semarang Tengah 1 suspek, sedangkan tahun 201

Gambar 3.58 Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011

Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Kota Semarang tidak ditemukan adanya konfirm flu burung

tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas

yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang

i suspek flu burung 1 orang.

Suspec flu burung di Kota Semarang selama tahun 2011-201

penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek

tahun 2013 tidak ditemukan suspek flu burung, seperti tampak pada grafik berikut:

Gambar 3.57 Grafik Kasus Flu Burung Kota Semarang

Suspek flu burung tahun 2011-2013 sebanyak 2 suspek, sedangkan distribusi

suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan

Semarang Tengah 1 suspek, sedangkan tahun 2013 tidak ada suspek.

Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011Tahun 2011 Tahun 2012

Pindrikan Kidul

ke

62

firm flu burung,

tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas

yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang

2013 terjadi

penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek dan

, seperti tampak pada grafik berikut:

2013 sebanyak 2 suspek, sedangkan distribusi

suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan

Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011-2012 Tahun 2012

eterangan.shptdk ada suspekada suspek

N

EW

S

Page 70: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

020000400006000080000

100000120000

Angina

pektoris

IMA

2009 5630 2033

2010 3672 1847

2011 6736 2130

2012 2577 1182

2013 2275 1161

DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013

05000

10000150002000025000300003500040000

Ca hati

Ca bronk

2009 299 237

2010 222 268

2011 332 451

2012 292 186

2013 270 152

DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013

6. Penyakit Tidak Menular

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring

meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi

perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,

yang dikenal sebagai transisi epidemiologi

adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskul

stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,

pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun

2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1

kasus, dan tahun 2013 meningkat menjadi 2.725 kasus

Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

IMA Dekom

kordis

Hipertensi ess

Hipertensi lain

stroke hem

Stroke non hem

DM TGT INS

DM NON INS

2033 6315 99738 13799 2767 8235 13632 40295

1847 4349 89412 18427 2026 7116 9504 37759

2130 9944 10697 21617 2507 12183 14326 45551

1182 1347 34202 2973 987 3092 976 14648

1161 1130 33440 1455 828 2864 1095 13112

DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013

bronk Ca

mammae

Ca servic

PPOM Asma KLL Psikosis

Osteoporosi

s

237 3249 3505 4903 17271 9423 21476

268 2349 2782 2846 14568 8753 24388

451 4946 5155 4249 17670 8785 39935

186 998 482 1342 5674 3659 1023 1559

152 832 529 820 5040 2440 1449 182

DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring

kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi

perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,

transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular yang utama

adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskuler, paru-paru terutama yang kronis,

stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,

pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun

2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1.077 kasus, tahun 2012 sebesar

, dan tahun 2013 meningkat menjadi 2.725 kasus.

Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang

63

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring

kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi

perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,

Penyakit tidak menular yang utama

paru terutama yang kronis,

stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,

pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun

sebesar 2.084

Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang

Page 71: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Selama tahun 2009 –

atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun

tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus

Gambar 3.60 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

– 2013 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di

eraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun

tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus

Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang

dang P2P

64

grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di

eraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun

Kota Semarang

Page 72: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

050

100150200250300350400450500

1 2

2008 20 74

2009 12 77

2010 28 80

2011 28 80

2012 54 193

2013 82 203

GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG

020406080

100120

1

2008 18

2009 26

2010 19

2011 18

2012 31

2013 32

GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG

Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi

pada penderita golongan umur 45

umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh

pola hidup sehat. Sedangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh

penyakit pernapasan seperti Asma bronkial dan PPOM

penyakit jantung dan pembuluh darah (Hipertensi, Stroke,

Cordis, Diabetes Mellitus) kemungkinan dis

diturunkan oleh orang tuanya.

Gambar 3.61 Grafik

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

2 3 4 5 6 7 8 9

74 72 48 14 197 160 18 67

77 33 111 15 183 163 26 56

80 32 53 13 199 147 60 25

80 32 140 15 199 162 53 37

193 128 275 162 298 234 106 180

203 193 445 132 336 457 188 237

GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013

2 3 4 5 6 7 8 9

16 61 36 29 11 88 1

20 60 38 36 38 97 2

28 41 50 36 15 78 3

48 58 48 46 27 86 0

32 94 72 66 38 52 12 57

43 105 78 81 28 79 1 5

GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013

Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi

pada penderita golongan umur 45 – 64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada

umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh

dangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh

penyakit pernapasan seperti Asma bronkial dan PPOM. Kasus usia muda dengan

penyakit jantung dan pembuluh darah (Hipertensi, Stroke, Angina, Dekompensasio

ellitus) kemungkinan disebabkan karena kasus bawaan lahir atau

diturunkan oleh orang tuanya.

Gambar 3.61 Grafik Distribusi Kematian PTM Kota Semarang

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

65

180

237

Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi

64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada

umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh

dangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh

Kasus usia muda dengan

ngina, Dekompensasio

ebabkan karena kasus bawaan lahir atau

Kota Semarang

Page 73: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak

menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),

kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (

1 ).

Gambar 3.61 Grafik CFR

Berdasarkan grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM

pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan

paru.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak

ar adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),

kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (

Gambar 3.61 Grafik CFR Penyakit Tidak Menular Kota Semarang

an grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM

pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan

66

Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak

ar adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),

kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (

an grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM

pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan

Page 74: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

67

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan

masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya

kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan

kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,

penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,

kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan

penggunaan zat adiktfi dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,

psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan

bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan

rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap

perorangan.

Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun

terakhir, pada tahun 2013.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

1. Pelayanan KIA

a. Pelayanan Kesehatan Antenatal

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan

baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai

SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG

BAB

IV

Page 75: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

68

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan

pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang

berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi

penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi,

pemberian imunisasi TT dan konsultasi.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah

27.910 (97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 27.889 bumil

(94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya

kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan

kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC

oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang

terendah adalah Puskesmas Ngemplak S (77,1%) dan yang tertinggi adalah

Puskesmas Sekaran (177,4%), data selengkapnya di tabel 28.

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Pertolongan Persalinan

Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah

satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,

pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang

didampingi oleh tenaga kesehatan.

Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang

pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin. Hal ini berarti

meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 sejumlah 26.618 (98,2%) dari 27.108

total persalinan. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di seluruh

Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu

jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang telah mencukupi.

Page 76: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

69

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan di tahun

2013 adalah 22.829 (83,3%) dari 27.406 ibu nifas, mengalami peningkatan

daripada tahun 2012 yaitu 21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang

berjumlah 27.108 orang.

d. Pelayanan Komplikasi Maternal

Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil

yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas,

interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20%

dari ibu hamil yang ada di masyarakat. Pada tahun 2013 jumlah

Kebidanan/komplikasi yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total

2.497 komplikasi kebidanan. Adapun jumlah ibu hamil adalah 28.712 orang.

e. Pelayanan Neonatal Komplikasi

Pada tahun 2013 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.980 kasus

atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal risti, meningkat dari tahun 2012

jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.785 (67,5%) dari total perkiraan

4.128 neonatal komplikasi.

f. Kunjungan Neonatal

Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013

adalah 26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup, mengalami kenaikan jika

dibanding tahun 2011 sebesar 27.035 (98,5%). Sedangkang KN3 tahun 2012

adalah 24.884 (93,7%) sedikit mengalami penurunan jika dibanding tahun 2012

yaitu sebesar 25.533 (93%) dan tahun 2011 sebanyak 23.317 anak (90,2%).

Kondisi ini harus terus digalakkan dalam upaya untuk selalu meningkatkan

kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan

kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan

adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus

Page 77: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

70

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan

pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat di tabel lampiran 37.

g. Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (0 – 11 bulan) yang memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit

4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah

25.767 atau 97,1 % dari 26.547 bayi yang ada. Hal ini menunjukkan sedikit

penurunan jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 25.680 atau 99,3% dari

25.852 bayi yang ada.

h. Pelayanan Kesehatan Balita

Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah

anak umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan

standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita

dan prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak

menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan

menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar,

motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit

sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak

balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.

Hasil pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun

2013 adalah 69.869 atau (66,9 %). Sedangkan hasil cakupan deteksi dini tumbuh

kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak

86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari 108.570 total balita yang ada.

Adapun jumlah balita yang ditimbang bulan ini dikurangi dengan balita yang

ditimbang bulan ini tetapi tidak datang pada bulan sebelumnya (D’) adalah

77.496. Dari angka tersebut sebanyak 69.080 (79,8%) balita dengan BB naik.

Page 78: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Sedangkan yang mengalami BGM adalah

dapat dilihat pada tabel 43 dan

i. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD

Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puske

atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan

bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Sebagai upaya mengendalikan

yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran

atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).

a. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

Pada tahun 2013, jumla

163.862, angka ini mengalami peningkatan jik

yaitu sebanyak 259.120. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak

(13,3%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina s

(76,5%).

b. Peserta KB Baru

Dari 35.125 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Gambar

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

yang mengalami BGM adalah 1.502 (1,7%). Data secara terperinci

43 dan 44.

Pelayanan Kesehatan pada siswa SD

Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964

murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan

bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.

erencana (KB)

Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil

yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran

atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

, jumlah PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak

, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 201

. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak 35.125

%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 201.732

peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan

Gambar 4.1 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013

71

Data secara terperinci

Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh

murid SD

murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan

jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil

yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran

h PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak

a dibandingkan dengan tahun 2012,

35.125 orang

201.732 orang

peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan

Page 79: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

c. Peserta KB Aktif

Hasil pembinaan peserta KB A

mix kontrasepsi sebagai berikut :

Gambar 4

Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 201

kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena si

cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data

tahun 2012, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,

sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu

kondom dan MOP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa

istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai

upaya pengaturan kelahiran.

3. Pelayanan Imunisasi

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta an

balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar

lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.

Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan

imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2012 sebesar 201.732

mix kontrasepsi sebagai berikut :

Gambar 4.2 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013

Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2013, pemakaian

kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga

cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data

, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,

sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu

OP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa

istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai

upaya pengaturan kelahiran.

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta an

balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar

dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.

Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan

imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%.

72

201.732 dengan

, pemakaian

fatnya yang praktis dan juga

cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data

, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,

sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu

OP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa

istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak

penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar

dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.

Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan

Page 80: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Dengan sasaran bayi sejumlah 26.100 anak, c

HB3 pada tahun 2013 sebesar

tahun 2012 yang sebesar 29.663 (211,8%)

30.402 (116,5%) sedikit menurun

Rate yang didapat selama tahun 201

berarti masih baik. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang

pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.

Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak

penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan

mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan co

chain. Strategi operasional pencapaian cakupa

pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 201

desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan

Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelur

ini sama dari Tahun 2012 dan tahun 201

Hasil imunisasi TT 1 ibu hamil pada tahun 201

target 85 %, TT 2 sebesar 13.244

1.387 (4,8%) dan TT5 sebesar 1.387 (4,8%)

Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008

sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 201

cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 201

Gambar 4.3

BCG

2012 118.4

2013 117.5

020406080

100120140

GRAFIK PENCAPAIAN HASIL IMUNIUSASI

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Dengan sasaran bayi sejumlah 26.100 anak, cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 +

sebesar 30.077 (115,2%) sedikit berkurang jika dibanding

sebesar 29.663 (211,8%), Cakupan imunisasi campak sebesar

sedikit menurun dari tahun 2012 yaitu 29.473 (210,5%). Adapun D

e yang didapat selama tahun 2013 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal ini

Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang

pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.

apat berjalan secara efektif dan memberikan dampak

penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan

mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan co

chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari

pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 201

desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan

80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah

dan tahun 2011 yaitu 177 kelurahan (100%).

ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 16.015 (55,8 %)

13.244 (46,1 %), TT3 sebesar 4.083 (14,2%), TT4 sebesar

7 (4,8%) dan TT5 sebesar 1.387 (4,8%)

Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008

sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 201

cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 2013 meningkat.

Grafik Pencapaian Hasil Imunisasi Th 2013

DPT-HB 1

DPT-HB 3

POLIO 1 POLIO 4 CAMPAK

113.9 114.9 118.9 115.8 114.2

119.8 121.3 120 120 121.9

95

GRAFIK PENCAPAIAN HASIL IMUNIUSASI

73

i yang diimunisasi DPT3 +

jika dibanding

imunisasi campak sebesar

Adapun DO

5 > 0 > 5, hal ini

Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang

pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.

apat berjalan secara efektif dan memberikan dampak

penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan

mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan cool

n tinggi dan merata dapat dilihat dari

pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2013 jumlah

desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan

ahan yang ada, jumlah

%) dengan

, TT3 sebesar 4.083 (14,2%), TT4 sebesar

Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008

sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 2012,

95

Page 81: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

74

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Gambar 4.4 Peta Cakupan imunisasi Th 2013

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

1. Kunjungan Pelayanan Kesehatan

Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh

dari data kunjungan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit)

baik kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2013 total kunjungan

pasien rawat jalan dan rawat inap di saryankes mencapai 5.258.010 kunjungan.

Untuk kunjungan rawat jalan sendiri mencapai 4.851.060, mengalami peningkatan

Bandarharjo

Bangetayu

BuganganBulu Lor

Candi Lama

Gayamsari

Genuk

Gunung Pati

Halmahera

Kagok

Karanganyar

Karangayu

Karangdoro

Karangmalang

Kedungmundu

Krobokan

Lamper Tengah

Lebdosari

Mangkang

Manyaran

Mijen

Miroto

Ngaliyan

Ngemplak Simg

Ngesrep

Padangsari

Pandanaran

Pegandan

Poncol

Pudak Payung

Purwoyoso

Rowosari

Sekaran

Srondol

Tambakaji

Tlogosari Kulon

Tlogosari Wetan

Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150

N

PETA CAKUPAN BCG TH 2013

Bandarharjo

Bangetayu

BuganganBulu Lor

Candi Lama

Gayamsari

Genuk

Gunung Pati

Halmahera

Kagok

Karanganyar

Karangayu

Karangdoro

Karangmalang

Kedungmundu

Krobokan

Lamper Tengah

Lebdosari

Mangkang

Manyaran

Mijen

Miroto

NgaliyanNgemplak Simg

Ngesrep

Padangsari

Pandanaran

Pegandan

Poncol

Pudak Payung

Purwoyoso

Rowosari

Sekaran

Srondol

TambakajiTlogosari Kulon

Tlogosari Wetan

Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150

N

PETA DPT-HB 3 TH 2013

Bandarharjo

Bangetayu

BuganganBulu Lor

Candi Lama

Gayamsari

Genuk

Gunung Pati

Halmahera

Kagok

Karanganyar

Karangayu

Karangdoro

Karangmalang

Kedungmundu

Krobokan

Lamper Tengah

Lebdosari

Mangkang

Manyaran

Mijen

Miroto

Ngaliyan

Ngemplak Simg

Ngesrep

Padangsari

Pandanaran

Pegandan

Poncol

Pudak Payung

Purwoyoso

Rowosari

Sekaran

Srondol

Tambakaji

Tlogosari Kulon

Tlogosari Wetan

Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150

N

PETA CAKUPAN CAMPAK TH 2013

Bandarharjo

Bangetayu

BuganganBulu Lor

Candi Lama

Gayamsari

Genuk

Gunung Pati

Halmahera

Kagok

Karanganyar

Karangayu

Karangdoro

Karangmalang

Kedungmundu

Krobokan

Lamper Tengah

Lebdosari

Mangkang

Manyaran

Mijen

Miroto

NgaliyanNgemplak Simg

Ngesrep

Padangsari

Pandanaran

Pegandan

Poncol

Pudak Payung

Purwoyoso

Rowosari

Sekaran

Srondol

TambakajiTlogosari Kulon

Tlogosari W etan

Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150

N

PETA CAKUPAN POLIO 4 TH 2013

Page 82: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

75

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

jika dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 2.845.274 kunjungan, tahun 2011 yaitu

1.398.308 kunjungan dan 2010 yaitu sebesar 1.439.924.

Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950

kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di pelayanan kesehatan ini belum

bisa menunjukkan kunjungan khusus warga Kota Semarang karena berbagai

macam faktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran tabel 58.

2. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR,

LOS, TOI, GDR, dan NDR. Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota

Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut:

a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit

adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR )

adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit.

Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan oleh

penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2013

adalah 70,7 %, sedangkan tahun 2012 mencapai 73,7 %, dan tahun 2011

sebesar 62,6%. Adapun jumlah tempat tidur yang tersedia di tahun 2013

sebanyak sebesar sebanyak 3.869 buah. Capaian angka ini belum dapat

mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang belum

dimanfaatkan secara optimal dan ada Rumah Sakit yang belum bisa

mengirimkan datanya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.

b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni

oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar

ideal antara 6 – 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi

pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.

Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2013 adalah 6,3

hari, mengalami kenaikan dari pada tahun 2012 yang sebesar 5,6 hari, dan

Page 83: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

76

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

tahun 2011 adalah 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan

bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang sudah memenuhi

standar ideal.

c. Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati

dengan standar ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun

2013 adalah 2,6 hari, untuk tahun 2012 sebesar 2,0 hari, dan tahun 2011

sebesar 2,9 hari. Angka ini dapat diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di

Rumah Sakit sudah optimal.

d. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000

penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate)

untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa

untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam

rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun

2013 adalah 4,1 % mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar 3,5

% dan tahun 2011 sebesar 3,07 %.

e. Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu

pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah

Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik.

NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita

keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 3,3 %

sedikit mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun 2012 sebesar 2,1

% dan tahun 2011 yang sebesar 1,66 %. Namun demikian secara keseluruhan

pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.

3. Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut

Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sarana

pelayanan kesehatan pada tahun 2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap

sejumlah 6.511 kasus, pencabutan gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk

Page 84: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

77

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,8 sedikit

mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 0,7.

Berdasarkan data yang ada, upaya pelayanan UKGS di sekolah dasar, telah

dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari

total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 3.813 siswa perlu

perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.344 siswa

(61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 207

SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan tersebut dari total 262 SD/MI yang

dilaporkan. Namun demikian sudah 100 % SD/MI mendapat pelayanan kesehatan

gigi.

Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi

alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu

pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum

terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam

pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi

mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif,

peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas

pencatatan dan pelaporan yang ada.

C. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan upaya

pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan

dan mutunya dimana pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya yang bertujuan

tidak hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi juga dituntut aktif untuk

berusaha meningkatkan derajad kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh

sakit.

Program Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan

akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan

yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan

Page 85: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan tersele

pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan

bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).

Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan k

melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

pemerintah dan swasta.

Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 201

pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah s

turun 11,94% jika dibandingkan dengan kuota Jamkesmas tahun 2008

306.700 jiwa.

Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayana

untuk rawat jalan mengalami penurunan di

berikut:

Gambar 4.5 Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang

Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante

Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini

faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan

normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam

yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan terseleng

egara yang transparan dan akuntabel.

Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan

bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).

Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu hamil yang

melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung

pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah sebanyak 270.096 jiwa

turun 11,94% jika dibandingkan dengan kuota Jamkesmas tahun 2008-2012 sebesar

Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayanan dasar Kota Semarang tahun 201

at jalan mengalami penurunan dibanding 2012, sebagaimana gra

Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang

Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante

Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini

ikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan

normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam

yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan

78

nggaranya

Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan

bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).

epada seluruh ibu hamil yang

melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

(kuota) yang ditanggung

ebanyak 270.096 jiwa

2012 sebesar

n dasar Kota Semarang tahun 2013

, sebagaimana grafik

Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang

Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante

Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini

ikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan

normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam

yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan

Page 86: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

bayi baru lahir sesuai standar pelayana

rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan

pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang

Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan

program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian

kepesertaan semesta (universal coverage

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sis

rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup

dalam program Jamkesmas (Nasional).

Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah

yang telah mengembangka

jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan

Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan

Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot).

Dari total penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang

yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),

sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.

Selengkapnya dapat dilihat pada g

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali dan Pelayanan

rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan

pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.

.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang

Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan

program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian

universal coverage) sebagaimana amanat Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam

rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup

dalam program Jamkesmas (Nasional).

Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah

yang telah mengembangkan sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem

jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan

Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan

Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot).

penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang

yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),

sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.

Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

79

n KIA dengan frekuensi 4 kali dan Pelayanan

rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan

pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.

.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang

Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan

program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian

) sebagaimana amanat Undang-Undang

Sosial Nasional (SJSN). Dalam

rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup

Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah

n sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem

jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan

Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan

penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang

yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),

sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.

Page 87: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

Gambar 4.7 Grafik Keperse

Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung

pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi

270.096, sedangkan warga

tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung

jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan.

Gambar 4.8 Grafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmas

Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

2,541 , 0%

33,131 , 2%

786,001 , 43%

2010

Kunjungan 14652

Utility 6039

Anggaran 16520

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Axi

s Ti

tle

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Grafik Kepersertaan Jaminan Kesehatan Tahun 2013

Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung

pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi

270.096, sedangkan warga miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data

tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung

jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan.

rafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmas

Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

270.096 ; 14,8%

178.302 ; 13,2%

175,164 , 9%378,793 , 21%

2,541 , 0%

JAMKESMAS

JAMKESMASKOTASKES

JAMSOSTEK

HATIMAS SETIAASABRI

2010 2011 2012

14652 18666 23700 53693

6039 7693 6523 11042

16520 12358 23218 29719

80

2013

Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung

pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi

miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data

tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung

rafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmaskot

JAMKESMAS

JAMKESMASK

JAMSOSTEK

HATIMAS

2013

53693

11042

29719

Page 88: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

81

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Cakupan kunjungan pelayanan jamkesmaskot bagi warga miskin Kota

Semarang tahun 2012 sebanyak 23.700 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan

warga miskin yang masuk data base sebanyak 15.496 kunjungan (65,38 %) dan yang

menggunakan SKTM sebanyak 8.204 kunjungan (34,62 %). Kunjungan pelayanan

kesehatan ini bila dibandingkan jumlah warga miskin yang memanfaatkan (utility)

maka rata – rata per orang memanfaatkan 3,6 kali kunjungan per tahun.

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil (Fe)

Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang

disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb

tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat

besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk

penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe.

Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC).

Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang

cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi lintas

program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum

terlaporkan dengan baik.

Pada tahun 2013 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.666 atau

96,36 % dari 28.712 ibu hamil yang ada, ini berarti meningkat dari tahun 2012

dimana cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.221 bumil atau (95,85%).

Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat

dilaksanakan sesuai target. Dari data yang ada diperoleh bahwa cakupan pemberian

Fe3 kepada ibu hamil tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Halmahera sejumlah

146,04% dan terendah pada puskesmas pegandan sebesar 78,89%.

Page 89: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

82

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan

mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi

terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya

tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka

kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya

vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan

pertumbuhan anak.

Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas diperoleh bahwa cakupan

pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi atau sebesar

100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang

diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 77.819 anak atau 88,4% dari

88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan

pemberian vitamin A sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari 27.405 ibu nifas. Data

lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 32.

3. Pemberian ASI Ekslusif

Pemberian ASI sangat perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam)

bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. ASI (Air Susu Ibu)

merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena

mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

optimal. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian

ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan

tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh

dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas.

Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2013, pemberian ASI Ekslusif

pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi atau 61,2% dari 13.050 bayi. Hal ini

menynjukkan peningkatan dari tahun 2012, dimana pemberian ASI Ekslusif sebesar

9.547 (64,0%) dari 14.915 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Jika dibandingkan dengan

Page 90: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

83

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

cakupan Indonesia tahun 2012 sebesar 64,0% maka cakupan di tahun 2012 ini sedikit

mengalami penurunan.

Namun demikian terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI

Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya

mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling

laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang

kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula.

Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan

perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan

serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan

semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun

sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

E. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT (USILA)

Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke

atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan

baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut (Poksila). Hasil

kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013 sejumlah

39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada, atau mengalami peningkatan dari tahun

2012 yang sebesar 32.958 (64,37%) dari 51.200 jumlah usila yang ada.

Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan

pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat

mendukung pencapaian indikator tersebut.

F. PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA

Dari laporan Puskesmas yang terdata cakupan pelayanan kesehatan pekerja

baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada Tahun

2013 cakupan pelayanan kesehatan kerja sebesar 75.583 menurun 0,85 % dibanding

tahun 2012 dengan rincian kasus penyakit umum pada pekerja sebesar 58.303 (77%),

Kasus diduga PAK pada pekerja 3.890 (5%), kasus Penyakit Akibat Kerja sebesar 804

Page 91: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).

Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.9 Grafik Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang

Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

G. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS

1. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

masyarakat di Kota Semarang pada tahun

(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus

(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).

2. Pelayanan Kesehatan Jiwa

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana

kesehatan yang ada juga memberikan

Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada

Puskesmas dan Rumah Sakit

dengan jumlah kunjungan ganggu

Namun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar

Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota

Semarang.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).

Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang

emberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS

Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kes

(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus

(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).

Pelayanan Kesehatan Jiwa

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana

kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.

Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada

Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2013 yang diwakili

dengan jumlah kunjungan gangguan jiwa menunjukkan 37.747 kunjungan pasien.

mun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar

Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota

84

(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).

Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

sebanyak 37 sarana kesehatan

(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana

pelayanan terhadap kesehatan jiwa.

Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada

yang diwakili

kunjungan pasien.

mun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar

Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota

Page 92: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

H. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian

khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor

perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan

indikator -indikator seperti: ak

akses terhadap sanitasi layak.

1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas

a. Ketersediaan Air Bersih

Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air

bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 201

jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 3

414.725 KK yang ada. Adapun c

sarananya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.10 Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana

Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang

berasal dari Ledeng 65%, diikuti oleh sumur Gali

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya

perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).

Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sekt

meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian

husus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor

perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan

indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan

akses terhadap sanitasi layak.

1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas

Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air

a itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 201

jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 320.571 KK atau 7

414.725 KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis

sarananya adalah sebagai berikut:

Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana

Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL

Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang

%, diikuti oleh sumur Gali 20%.

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya

perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).

Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang

meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

85

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian

husus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor

perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan

ses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan

Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air

a itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2013

KK atau 77,3% dari

akupan prosentase air bersih menurut jenis

Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana

Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya

perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).

or swasta penyedia air bersih yang

Page 93: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

b. Akses Air Minum

Tahun 2013 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah

406.891 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi

sebesar 392.424 KK atau 96,4

Gambar 4.11 Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang

Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang

digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan

Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

a. Rumah Sehat

Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt

berawal dari rumah yang sehat. Rumah tida

SPT, 4.9

Mata air, 1.9

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah

KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi

4%.

Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang

Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang

digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 204.118 KK (

Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt

berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh

Kemasan, 0.0

Ledeng, 63.2

SPT, 4.9

SGL, 19.0

Mata air, 1.9

PAH, 0.1

Lain, 11.0

86

jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah

KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi

Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang

KK (50,2%).

Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt

k hanya sebatas tempat berteduh

Page 94: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201

semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.

di Kota Semarang pada tahun 201

unit atau (89,4%), dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah

284.445 unit atau 89 %.

Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya

adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada

tahun 2013, terdapat 137.656

terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil

bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 201

82.42% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat

partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN

di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis

demam berdarah.

b. Keluarga dengan Jamban Sehat

Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat.

jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012

dari 320.184 KK (77,2%) yang diperiksa

memiliki jamban keluarga dan sebanyak

jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu

meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat

kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.

di Kota Semarang pada tahun 2013, jumlah rumah yang diperiksa adalah

ari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah

Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya

adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada

137.656 (39,31%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan

terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 109.007 unit atau 79,19

bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 yang tercatat

% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat diperlukan peningkat

partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN

di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis

b. Keluarga dengan Jamban Sehat

Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah

jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012

(77,2%) yang diperiksa diketahui bahwa 288.996 KK (90,

memiliki jamban keluarga dan sebanyak 278.565 KK (96,4%) telah memenuhi syarat

jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu

meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat

87

semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.

, jumlah rumah yang diperiksa adalah 319.615

yang sehat adalah

Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya

adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada

ri hasil pemeriksaan

19% adalah

yang tercatat

peningkatan

partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN

di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis

Pengelolaan sebuah

jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012

KK (90,3%) telah

%) telah memenuhi syarat

jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu

meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat

Page 95: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

88

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

c. Pengolahan Air Limbah

Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat

adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan

untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan

dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal

10 meter

Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang

nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)

Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)

Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak

bocor sampai meluap)

Selama tahun 2013 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang

diperiksa adalah 321.404 (77,5%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah

289.961 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 279.246

KK (96,3 %).

d. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM)

Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi

tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung

terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang

vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap

kesehatan masyarakat di sekitarnya. Tempat-tempat umum merupakan tempat

kegiatan bagi umum yang disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau

perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan

kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan

limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang

Page 96: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

89

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan

fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan.

Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah,

sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota

Semarang tahun 2013 sejumlah 2.654 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota

Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa sebanyak 1.964 unit, dan yang

dinyatakan sehat sejumlah 1.780 unit atau 90,63%. TUPM tersebut meliputi hotel,

restoran/rumah makan dan pasar.

- Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit

(100%)

- Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 53 unit, jumlah sehat 40 unit

(75%)

- Jumlah restoran/rumah makan: 856 unit, jumlah diperiksa 480 unit,

jumlah sehat 480 unit (95,20%)

- Jumlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.340 unit, jumlah

sehat 1.192 unit (88,95%)

e. Kesehatan Lingkungan Institusi

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2013 ini selain

dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada

beberapa institusi/sarana seperti:

- sarana kesehatan sejumlah 807 tempat, dan yang telah dilakukan

pembinaan sebanyak 785 tempat atau 97,3 %.

- Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 255 tempat, dan yang telah

dilakukan pembinaan sebanyak 194 tempat atau 76,1 %.

- sarana pendidikan sejumlah 1.505 tempat, dan yang telah dilakukan

pembinaan sebanyak 1.452 tempat atau 96,5 %.

- sarana ibadah sejumlah 1.680 tempat, dan yang telah dilakukan

pembinaan sebanyak 1.540 tempat atau 91,7 %.

Page 97: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

90

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

- perkantoran sejumlah 430 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan

sebanyak 324 tempat atau 75,3 %.

- Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak

673 tempat atau 92,2%.

Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.

I. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan

sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran

menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16

indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah.

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas

Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui

kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan

mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui

jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah

perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera

mungkin dilakukan upaya mengatasinya.

Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2013 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan

bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah

rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 88,87 % terdiri dari

strata utama 69,16% dan strata paripurna 19,71 % sementara jumlah rumah tangga

yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,62% dan madya

9,5%

Page 98: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

91

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

2. Posyandu Purnama dan Mandiri

Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem penyelenggaraan

pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di bidang

kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan fungsi

dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar terhadap

penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu,

maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat perkembangan

posyandu.

Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat,

pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif

sejumlah 1.150 buah, sedangkan di tahun 2013 jumlah Posyandu adalah 1.559 buah,

meningkat 3 posyandu. Tingkat Perkembangan Posyandu berdasarkan penghitungan

strata posyandu di tahun 2013 diperoleh jumlah posyandu berstrata Purnama 628

buah (40,28%) dan mandiri 574 buah (36,82%), sementara jumlah posyandu

berstrata pratama 39 (2,5%) dan madya 318 (20,4%). Jumlah posyandu aktif adalah

1.202 (77,10%). Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.

Page 99: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

92

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan

diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan,

perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu

didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas

pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun

2013 terdiri dari :

No Nama 2011 2012 2013

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rumah sakit umum pemerintah

Rumah sakit umum swasta

Rumah sakit jiwa

Rumah sakit ibu dan anak

Rumah sakit bersalin

Puskesmas

- Puskesmas perawatan

- Puskesmas non perawatan

- Puskesmas pembantu

- Puskesmas keliling

Rumah bersalin

Balai pengobatan umum

Balai pengobatan gigi

Klinik 24 Jam

5

9

1

4

3

37

13

24

35

37

6

139

24

9

5

9

1

3

3

37

12

24

35

37

6

72

25

9

5

10

1

3

2

37

12

25

35

37

6

80

25

7

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG

BAB

V

Page 100: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

93

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

11

12

13

14

15

Klinik utama

Apotek

Dokter umum praktek perorangan

Dokter spesialis praktek

Dokter gigi praktek

14

381

1327

681

328

31

403

1512

691

358

36

406

1640

730

393

Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 70.

Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis

dasar.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah

terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas

laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota

Semarang pada tahun 2013, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki

laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan

4 spesialis dasar sebesar 15 buah (93,75%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari :

16 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar;

5 buah Rumah Sakit Khusus yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit

Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas

laboratorium kesehatan sederhana

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses

oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan

(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%)

dan 13 puskesmas perawatan (100%).

Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga

apabila desa tersebut telah memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013

sebanyak 177 Kelurahan, artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi

kelurahan siaga.

Page 101: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

94

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Kondisi bangunan & sarana pendukung puskesmas Kota Semarang tahun 2013

No Sarana Jumlah

Kondisi

Baik Rusak

ringan

Rusak

sedang

Rusak

berat

1

2

3

4

Puskesmas

Puskesmas pembantu

Rumah dinas (dokter)

Pusling roda 4

37

33

14

37

31

16

1

5

6

10

9

17

0

9

4

5

0

0

0

10

B. TENAGA KESEHATAN

Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak

didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu

diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dibidang

kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha

untuk mengembangkan kemampuan secara keilmuan dan ketrampilannya dalam

rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan

tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan

yang mutakhir disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu

berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat

ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di

sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang

sebagai berikut:

Tabel 5.1 : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2013

No

Jenis Tenaga Kesehatan

Unit Kerja

Jumlah DKK Puskesmas

RSU/RS RSB

Khusus Lainnya

Institusi Diknake

s /Diktat

Sarana Kesh Lain

(IF & Labkesda)

1 Dokter Spesialis 0 1 728 0 729

2 Dokter Umum 6 109 294 0 409

3 Dokter Gigi 3 45 64 0 112

Page 102: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

95

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Dokter Gigi Spesialis 0 0 22 0 22

4 Perawat 2 150 3.195 0 3.347

5 Sarjana Keperawatan 3 12 605 0 620

Perawat Gigi 0 44 75 0 119

6 Bidan 3 142 191 0 336

7 Tenaga Farmasi 1 34 293 1 328

8 Sarjana Farmasi & Apoteker 2 12 76 3 90

9 Tenaga Sanitarian 3 38 12 0 53

10 Kesehatan Masy. 37 9 57 0 103

11 Tenaga Gizi 3 34 109 0 146

12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 117 0 117

13 Tenaga Keteknisian Medik 0 43 667 0 710

Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes

Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (berdasarkan lokasi kerja di

puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan

dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2013 dapat diperoleh data

sebagai berikut:

a. jumlah Dokter Umum sebesar 19.7 per 100.000 penduduk

(target IS: 40/100.000 penduduk)

b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 38,7 per 100.000 penduduk

(target IS: 6/100.000 penduduk)

c. jumlah Dokter Gigi sebesar 6.8 per 100.000 penduduk

(target IS: 11/100.000 penduduk)

d. jumlah Perawat sebesar 82 per 100.000 penduduk

(target IS: 117,5/100.000 penduduk)

e. jumlah Bidan sebesar 35 per 100.000 penduduk

(target IS: 100/100.000 penduduk)

f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)

g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 7 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)

Page 103: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

96

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 6,0 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 3,1 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 29 per 100.000 penduduk

Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 74 s.d tabel 77

C. PERBEKALAN KESEHATAN

Ketersediaan Obat

Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di

Puskesmas tahun 2013 adalah 107%. Angka ini diperoleh dari jumlah persediaan

obat dari seluruh sumber anggaran tahun 2013 yaitu Rp. 8.339.021.677 dibagi

dengan jumlah pemakaian obat selama tahun 2013 sebesar Rp. 7.808.560.371.

Perencanaan dan pengadaan obat di Kota Semarang tahun 2013 seluruh jenis

obatnya adalah obat esensial dan generik sesuai dengan Pedoman Pengadaan

Obat dari Kemenkes RI.

No Tahun Pemakaian obat

Puskesmas (Rp.)

Pesediaan Obat (Rp.)

Ketersediaan Obat (%)

1 2009 4.297.138.293 6.972.699.466 162

2 2010 4.937.400.129 7.124.472.650 144

3 2011 5.335.760.964 9.149.159.943 171

4 2012 6.086.186.497 9.633.264.965 158

5 2013 7.808.560.371 8.339.021.677 107

Sumber: Seksi Farmamin Bidang Yankes & Instalasi Farmasi

Sedangkan jumlah kunjungan resep seluruh Puskesmas adalah 1.243.054

lembar, dengan rata-rata tiap bulan adalah 103.588 lembar.

Page 104: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

97

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Peralatan Kesehatan

NO NAMA ALKES 2011 2012 2013

1 DENTAL UNIT 67 67 67

2 MINOR SET 11 11 11

3 MINOR SURGERY SET 18 18 18

4 NURSE KIT 4 4 4

5 NEBULIZER 51 59 59

6 UGD SET 10 10 10

7 SANITARIAN KIT 15 15 15

D. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Tren alokasi anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukan angka

yang fluktuatif dari tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut:

Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang

Dari Tahun 2009 s/d 2013

Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi

Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp.

169.460.202.414,- hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu sebesar

Rp. 128.956.186.687,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang

sebesar Rp. 150.284.838.869,- (91,85%) dengan rincian belanja langsung Rp.

99.577.286.000,- dan belanja tidak langsung Rp. 56.549.138.000,- ; sumber APBD

Propinsi Rp. 0,- (0%); sumber APBN sebesar Rp. 11.107.359.131,- (6,79%), pinjaman

193,676,453,160

106,684,129,161 110,371,222,850 128,956,186,687

169,460,202,414

2009 2010 2011 2012 2013

Alokasi Anggaran Kesehatan

Page 105: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

98

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

luar negeri sebesar Rp. 1.053.520.283 (0,64%), dan sumber pemerintah lain sebesar

Rp. 1.172.988.000,- (0,72%).

Jika dibandingkan dengan total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp.

3.184.087.019.000,- terhadap total APBD dinas Kesehatan adalah 4,90%. Namun

jika dibandingkan antara belanja langsung Dinas Kesehatan terhadap APBD Kota

Semarang hanya sebesar 3,12%. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran

tabel 79.

Gambar 5.2 Grafik Rasio Anggaran Dinas Kesehatan Terhadap APBD Kota Semarang

Tahun 2010 s/d 2013

Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi

6.65

4.29 4.3

4.9

2010 2011 2012 2013

rasio

Page 106: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

99

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan

kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan

masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya

kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di semua wilayah kerja

Puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu)

tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2013.

Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan

kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa

program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun

kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota

Semarang selama tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Kematian Bayi, berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan

kesehatan yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 251 dari 26.547

kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per

1.000 KH.

2. Jumlah Kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 299 anak dari

26.547 kelahiran hidup sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang

diperoleh sebesar 11,3 per 1.000 KH.

3. Jumlah kematian Ibu maternal, berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah

Sakit pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dengan jumlah kelahiran hidup (KH)

sebanyak 26.547 orang atau 109,2 per 100.000 KH.

4. Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2013 sebesar

165 bayi (0,6%)

5. Jumlah Balita dengan status bawah garis merah (BGM) sebanyak 1.502 anak

(1,7%) dari 86.515 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu.

6. Jumlah kasus gizi buruk balita yang ditemukan tahun 2013 sejumlah 32 kasus.

KESIMPULAN BAB

VI

Page 107: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

100

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

7. Jumlah penderita TB Paru yang ditemukan tahun 2013 dengan status supek

sebesar 12.464 orang, penderita BTA (+) sebesar 1.120 orang (69,5%), kasus TB

anak sejumlah 167 kasus (13%). Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7%.

8. Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2013 sebesar 430 orang, sedangkan

jumlah kasus AIDS pada tahun 2013 sebanyak 75 orang, dan yang meninggal

adalah 59 orang.

9. Jumlah kasus pneumonia umur < 1 th tahun 2013 adalah 1.367 orang, umur 1 -

4 th sebanyak 3.215. Sedangkan untuk kasus pneumonia berat umur < 1 th

sebesar 61 balita, dan umur 1-4 tahun sebanyak 95 anak.

10. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2013 adalah 30 kasus, dengan

tipe kusta PB ada 5 kasus (16,6%) dan tipe MB ada 25 kasus (83,3%).

11. Jumlah kasus diare, tahun 2013 untuk penderita umur <1 tahun sebesar 4.462

kasus, umur 1-4 tahun sebesar 9.827 kasus, umur > 5 tahun sebesar 23.712

kasus, dengan total kasus adalah 38.001 kasus.

12. Jumlah kasus tetanus neonatorum (TN), tidak ditemukan kasus pada tahun

2013. Dengan cakupan TT bumil tahun 2012 sebanyak 85%.

13. Jumlah kasus difteri tahun 2013 sebanyak 2 kasus, dan tidak ditemukan

penderita yang meninggal.

14. Jumlah kasus campak yang ditemukan pada tahun 2013 sejumlah 137 kasus.

15. Jumlah kasus polio, dengan kasus AFP tahun 2013 sejumlah 8 kasus.

16. Jumlah kasus malaria, tahun 2013 sebesar 17 kasus, dengan API sebesar 0,0091.

17. Jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2013 sebanyak 2.364 kasus dengan

jumlah meninggal 22 orang. IR DBD adalah 134,09 % dan CFR DBD adalah 1,1 %.

18. Jumlah kasus Chikungunya yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 119 kasus

dengan IR 6,7 per 100.000 penduduk.

19. Jumlah kasus Rabies yang terjadi di tahun 2013 sebanyak 44 kasus, 95%

diberikan vaksin anti rabies, 3% tidak diberikan VAR karena luka garukan atau

lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu

menggigit dalam kondisi sehat.

Page 108: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

101

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

20. Jumlah kasus leprospirosis yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 81 kasus

dengan jumlah kematian 14 kasus, angka CFR adalah 17 per 100.000 penduduk.

21. Jumlah kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2013 tidak temukan adanya

konfirm kasus, namun terdapat 1 kasus suspek flu burung.

22. Jumlah Kasus Penyakit tidak menular , jumlah kematian tahun 2013 sebesar

2.725 kasus dengan, urutan berdasarkan jumlah kematian karena penyakit tidak

menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258

), kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta

psikosis ( 1 ).

23. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 27.910

(97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 27.889 bumil (94,4%).

24. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang

pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin.

25. Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah pada

tahun 2013 adalah 22.829 orang atau 83,3% dari total ibu nifas yang berjumlah

27.406 orang.

26. Jumlah pelayanan komplikasi maternal, pada tahun 2013 jumlah neonatal risti

yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total 2.497 komplikasi

kebidanan.

27. Pelayanan Neonatal komplikasi yang dilayani/ditangani pada tahun 2013

sebesar 2.980 kasus atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal.

28. Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013 adalah

26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup.

29. Cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 25.767 atau

97,1% dari 26.547 bayi yang ada.

30. Pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2013

adalah 69.869 atau (66,9 %).

31. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota

Semarang pada tahun 2013 sebanyak 86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari total

balita yang ada berjumlah 108.570 anak.

Page 109: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

102

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

32. Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964 murid

SD atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan.

33. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil didata oleh Puskesmas

sebanyak 163.862, dengan jumlah peserta KB baru sebesar 35.125 orang (13,3%)

dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 201.732 orang (76,5%).

34. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2013 sebesar 30.077

(115,2%), dengan Cakupan imunisasi campak sebesar 30.402 (116,5%). Adapun

DO Rate yang didapat selama tahun 2013 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal

ini berarti masih baik.

35. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan pada tahun 2013 total kunjungan

tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 4.851.060 kunjungan,

sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950

kunjungan

36. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (70,7%) ;

LOS (6,3 hari) ;TOI (2,6 hari) ; GDR (4,1 %) ; NDR (3,3 %).

37. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun

2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 6.511 kasus, pencabutan

gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan dibandingkan

pencabutan gigi sebesar 0,8.

38. Pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi

terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah

tersebut terdapat 3.813 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan

perawatan sebanyak 2.344 siswa (61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi

massal, diperoleh hasil sejumlah 207 SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan

tersebut dari total 262 SD/MI yang dilaporkan.

39. Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat miskin, melalui program Jamkesmas

jumlah kunjungan rawat jalan 280.603 kunjungan, kunjungan rawat inap 5.015

kunjungan, kunjungan pelayanan jamkesmaskot 53.693 kunjungan, utility

kunjungan sejumlah 11.042 atau 3,6 kali/th.

Page 110: Profil Kesehatan Kota Semarang 2013

103

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

40. Cakupan pemberian Fe3 sebesar 27.666 (96,36%), dari 28.712 ibu hamil.

41. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi

atau sebesar 100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian

vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) 77.819 anak atau

88,4% dari 88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata

cakupan pemberian vitamin A sebesar sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari

27.405 ibu nifas.

42. Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi

atau 61,2% dari 13.050 bayi.

43. Cakupan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013

sejumlah 39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada.

44. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal

yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 75.583 orang.

45. Jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59

buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah

(93,75%).

46. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan

(58,06%).

47. Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak

177 Kelurahan.

48. Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di

Puskesmas tahun 2013 adalah 107%.

49. Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp.

169.460.202.414,- dengan rasio terhadap APBD Kota Semarang sebesar 4,90%.