profil kes sumsel 2010

Upload: y13

Post on 30-Oct-2015

337 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page i

    KATA PENGANTAR

    uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq

    dan hidayah-Nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

    tahun 2010 dapat diselesaikan.

    Seharusnya penerbitan buku profil kesehatan dapat dilaksanakan setiap awal

    tahun anggaran, sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada

    tahun sebelumnya. Namun tahun ini masih mengalami keterlambatan, dikarenakan

    sumber data berupa tabel profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hampir

    sebagian besar belum disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

    Selatan. Namun demikian, data-data yang dipergunakan untuk penyusunan profil ini

    akhirnya menggunakan data-data dari program yang ada di setiap Subdin Dinas

    Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

    Disadari bahwa berdasarkan pengalaman yang ada, akan ditemui perbedaan

    data antara pengelola program yang ada di Subdin-Subdin Dinas Kesehatan Provinsi

    dengan data yang ada di Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Buku

    Profil yang sekarang berada ditangan Anda, masih perlu disempurnakan lagi melalui

    konfirmasi (crosscheck) dengan buku profil yang telah diterbitkan oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari segi pembahasan yang lebih mendalam lagi.

    Untuk itulah pada kesempatan ini, kami membutuhkan kritik dan saran dari

    semua pihak, agar Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011

    akan semakin lebih baik dan berkualitas.

    Disamping itu, kualitas data juga masih harus terus ditingkatkan, karena data-

    data yang terkumpulkan baru meliputi data dari fasilitas kesehatan (Fasility based)

    sementara data dari masyarakat langsung (Community based) belum dapat digali

    lebih dalam, sehingga informasi yang dihasilkan dalam buku profil kesehatan 2010

    masih banyak kekurangan (under reporting).

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page ii

    Sulitnya memperoleh data yang akurat dan tepat waktu, InsyaAllah dari

    waktu ke waktu akan bisa diatasi dengan mengoptimalkan peran petugas sistem

    pencatatan dan pelaporan baik di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

    kabupaten/kota sampai di tingkat puskesmas serta memaksimalkan sistem monitoring

    dan evaluasi melalui supervisi-supervisi sekaligus melakukan pembinaan secara

    kontinyu oleh petugas/pengelola data di wilayah kerjanya termasuk upaya jemput

    bola untuk memenuhi kebutuhan data yang bersifat segera.

    Kegiatan-kegiatan pemutakhiran data dengan melibatkan pengelola program,

    lintas sektor bahkan pejabat struktural di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota harus dilakukan paling sedikit 2 kali dalam setahun untuk

    memberikan masukan atau mengklarifikasi data-data yang barangkali terjadi

    perbedaan, blank, dan sebagainya. Disamping itu juga perlu dilakukan Pelatihan

    Pengelola data dan informasi untuk petugas pengelola data di kabupaten/kota.

    Diharapkan dengan terbitnya buku profil kesehatan ini, akan dapat

    memberikan informasi sekaligus bahan evaluasi terhadap program-program

    kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dan yang tak kalah

    pentingnya adalah untuk bahan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya dalam

    upaya mewujudkan Visi Sumatera Selatan Sehat dan Indonesia Sehat.

    Akhirnya, dengan kemauan keras, optimisme, dan selalu ingin belajar

    sepanjang hayat, belajar dari kesalahan, InsyaAllah perubahan ke arah yang semakin

    baik akan dapat diraih, karena karakteristik orang yang belajar adanya perubahan dari

    yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah kepada yang tinggi, dan seterusnya.

    Palembang, 2010Kepala Dinas Kesehatan

    Provinsi Sumatera Selatan,

    Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi iii

    Daftar Gambar vi

    Daftar Tabel x

    Daftar Lampiran xi

    Bab 1 PENDAHULUAN 1

    Bab 2 GAMBARAN UMUM 4

    2.1. Keadaan Penduduk 4

    2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah 6

    2.3. Keadaan Pemerintahan 7

    2.4. Pendidikan 7

    2.5. Ekonomi 8

    Bab 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10

    3.1. MORTALITAS 10

    3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) 10

    3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) 11

    3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI) 12

    3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK) 13

    3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) 13

    3.2. ANGKA KESAKITAN 14

    3.2.1. Penyakit Menular 16

    3.2.2. Penyakit Tidak Menular 51

    3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT 54

    3.3.1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 54

    3.3.2. Gizi Balita 55

    3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) 58

    Bab 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 59

    4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 59

    4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi 59

    4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) 59

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iv

    4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan 64

    4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 66

    4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk 68

    4.1.1.5. Kunjungan Neonatus 69

    4.1.1.6. Kunjungan Bayi 71

    4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja 72

    4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana 75

    4.1.4. Pelayanan Imunisasi 78

    4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 81

    4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut 84

    4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 86

    4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 86

    4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik 87

    4.2.3 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 87

    4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 88

    4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 88

    4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio 94

    4.3.3. Pemberantasan TB Paru 100

    4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA 101

    4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS 104

    4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI

    DASAR 106

    4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan 106

    4.4.2. Surveilans Vektor 111

    4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan

    Makanan

    112

    4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 115

    4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita 115

    4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A 115

    4.5.3. Pemberian Tablet Besi 116

    4.5.4. Bayi dengan ASI Ekslusif 116

    4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 117

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page v

    4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional 118

    4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik 118

    4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik 118

    4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan

    Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 119

    4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 119

    Bab 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 122

    5.1. SARANA KESEHATAN 122

    5.1.1. Puskesmas 122

    5.1.2. Rumah Sakit 124

    5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 126

    5.1.4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan 130

    5.2. TENAGA KESEHATAN 131

    5.3. ANGGARAN KESEHATAN 134

    Bab 6 KESIMPULAN 136

    Lampiran

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok UmurDan Jenis Kelamin

    6

    Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 11Gambar 3.2 Jumlah dan Sebab Kematian Ibu 13Gambar 3.3 Umur Harapan Hidup (UHH) 14Gambar 3.4 STP Berbasis Puskesmas 15Gambar 3.5 STP Berbasis RS (Rawat Inap) 15Gambar 3.6 Annual Malaria Incidence (AMI) 17Gambar 3.7 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR) 20Gambar 3.8 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

    Menurut Kab/Kota22

    Gambar 3.9 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif

    22

    Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif Menurut Kab/Kota

    23

    Gambar 3.11 Persentase Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 24Gambar 3.12 Jumlah Pengidap HIV (+) Per Tahun 26Gambar 3.13 Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kab/Kota 27Gambar 3.14 Jumlah Penderita AIDS Per Tahun 28Gambar 3.15 CDR Kusta 30Gambar 3.16 Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta 30Gambar 3.17 Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat II 31Gambar 3.18 Proporsi Kusta Anak 32Gambar 3.19 Penderita Tetanus Neonatorum 33Gambar 3.20 Penderita Difteri 34Gambar 3.21 Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok

    Umur35

    Gambar 3.22 Data Campak Menuru Sumber Laporan Kab/Kota 36Gambar 3.23 Sebaran Kasus Campak 37Gambar 3.24 Hasil CBMS 38Gambar 3.25 Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium 38Gambar 3.26 Kasus Campak (CBMS) Kelompok Umur Dengan

    Konfirmasi Laboratorium39

    Gambar 3.27 Kecenderungan Situasi DBD 40Gambar 3.28 CFR Penderita DBD 42Gambar 3.29 Perkembangan Penderita DBD 42Gambar 3.30 Perbandingan Incidence Rate (IR) 43Gambar 3.31 Persentase Penemuan Penderita DBD Yang Ditangani 43Gambar 3.32 Distribusi Penderita Diare Semua Umur Per Kab/Kota 44Gambar 3.33 Trend Kejadian Diare 45

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vii

    Gambar 3.34 Cakupan Penderita Diare Yang Ditangani OlehKab/Kota

    46

    Gambar 3.35 Persentase Penemuan Penderita Diare 47Gambar 3.36 Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1) 51Gambar 3.37 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000

    Penduduk52

    Gambar 3.38 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas 54Gambar 3.39 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 55Gambar 3.40 Prevalensi Gizi Buruk 56Gambar 3.41 Angka Gizi Buruk Dan Gizi Kurang 57Gambar 3.42 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 57Gambar 3.43 Cakupan Pemberian MP ASI Pada Anak Usia 6 - 24

    Bulan Keluarga miskin58

    Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil 60Gambar 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 62Gambar 4.3 Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT

    Pada Ibu Hamil63

    Gambar 4.4 Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 64Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh

    Tenaga Kesehatan65

    Gambar 4.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 66Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Nifas 67Gambar 4.8 Persentase cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang

    Dirujuk68

    Gambar 4.9 Persentase cakupan Kunjungan Neonatal 69Gambar 4.10 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut

    Kab/Kota70

    Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal MenurutKab/Kota

    70

    Gambar 4.12 Cakupan Kunjungan Bayi 71Gambar 4.13 Persentase Cakupan Puskesmas Yang Mampu

    Menyelengarakan PKPR Menurut Kab/Kota72

    Gambar 4.14 Persentase Cakupan Deteksi Dini Dan InterfensiTumbuh Kembang Balita

    73

    Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Anak Balita 74Gambar 4.16 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat 75Gambar 4.17 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dan KB Baru

    Menurut Kab/Kota76

    Gambar 4.18 Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB BaruBerdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi

    77

    Gambar 4.19 Cakupan Peserta KB Aktif 77Gambar 4.20 Hasil Cakupan Desa UCI 79Gambar 3.21 Hasil Cakupan Desa UCI 80Gambar 4.22 Hasil Cakupan Desa UCI 81

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page viii

    Gambar 4.23 Hasil Cakupan BIAS DT Klas I 82Gambar 4.24 Hasil Cakupan BIAS Klas II dan III 83Gambar 4.25 Hasil Cakupan BIAS Campak 84Gambar 4.26 Jumlah Usila Dibina dan PKM Yang Membina 85Gambar 4.27 Persentase Cakupan Lanjut Usia Yang Dibina Dan

    Cakupan Puskesmas Melayani Kesehatan Usia Lanjut85

    Gambar 4.28 Persentase Kunjungan Rawat Jalan Menurut Kab/Kota 86Gambar 4.29 Persentase Peserta JamSoskes Sumsel Semesta 87Gambar 4.30 Desa/Kelurahan KLB Ditangani< 24 Jam 89Gambar 4.31 Kelengkapan Laporan W1 90Gambar 4.32 Ketepatan Laporan W1 Dari Kab/Kota 90Gambar 4.33 Frekuensi Desa KLB Per Penyakit 91Gambar 4.34 Perbandingan Frekuensi Dan Penderita KLB Penyakit

    Dan Keracunan Makanan92

    Gambar 4.35 Persentase Jenis Pelaporan KLB Dari Kab/Kota 93Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang

    dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam93

    Gambar 4.37 Persentase Spesimen Adekuat Dan AFP Rate 95Gambar 4.38 Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil 96Gambar 4.39 Penemuan Kasus AFP 97Gambar 4.40 Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non Polio 98Gambar 4.41 Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur 98Gambar 4.42 Sumber Laporan Kasus AFP 99Gambar 4.43 AFP Rate Per 100.000 Penduduk < 15 Tahun 100Gambar 4.44 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru

    BTA (+)101

    Gambar 4.45 CDR Pneumonia Balita Per Kab/Kota 102Gambar 4.46 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA 103Gambar 4.47 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 104Gambar 4.48 Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan 106Gambar 4.49 Cakupan Penduduk Yang Menggunakan Sarana Air

    Bersih107

    Gambar 4.50 Persentase Rumah sehat Menurut Kab/Kota 109Gambar 4.51 Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah 110Gambar 4.52 Persentase Cakupan Jamban Keluarga 111Gambar 4.53 Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut

    Kab/Kota112

    Gambar 4.54 Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1& Fe3)

    116

    Gambar 4.55 Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 117Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas Dan Rasionya Terhadap 100.000

    Penduduk122

    Gambar 5.2 Jumlah Puskesmas Menurut Kab/Kota 123Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas Pembantu 124

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page ix

    Gambar 5.4 Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kab/Kota 124Gambar 5.5 Jumlah RS Pemerintah Swasta Dan Khusus 125Gambar 5.6 Jumlah Posyandu 127Gambar 5.7 Jumlah Posyandu Menurut Kab/Kota 127Gambar 5.8 Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama Dan

    Mandiri128

    Gambar 5.9 Rasio Poskesdes Terhadap desa/Kelurahan 128Gambar 5.10 Cakupan Desa Siaga Aktif 129Gambar 5.11 Persentase Anggaran Kesehatan 134

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata rataPenduduk Desa dan Kepadatan Penduduk Per Km2 MenurutKab/Kota

    4

    Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin

    5

    Tabel 2.3 Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Pendudukdan Kemampuan Membaca dan Menulis

    7

    Tabel 2.4 PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas DasarHarga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004-2008

    9

    Tabel 3.1 Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1000 Kelahiran Hidup diIndonesia Tahun 1995-2007

    12

    Tabel 3.2 Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium danAMI Menurut Kab/Kota

    18

    Tabel 3.3 Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang 25Tabel 3.4 Data Penyakit PD3I Per Kab/Kota 32Tabel 3.5 Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur 34Tabel 3.6 Distribusi Kasus Campak Per Bulan 36Tabel 3.7 Distribusi Kasus Penemuan DBD per Kab/Kota 41Tabel 3.8 Jumlah Kasus Rabies 48Tabel 3.9 Gambaran Penemuan Kasus Kronis Filariasis 49Tabel 3.10 Gambaran MF Rate Filariasis 50Tabel 3.11 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk 52Tabel 3.12 Angka Kesakitan Secara Absolut 53Tabel 4.1 Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB 91Tabel 4.2 Kinerja Surveilans AFP 94Tabel 4.3 Gambaran Penemuan Kasus ISPA 102Tabel 4.4 Distribusi Penemuan Kasus HIV/AIDS Melalui Klinik VCT 105Tabel 4.5 Persentase Rumah Sehat 108Tabel 4.6 Jenis Vektor Malaria 112Tabel 4.7 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

    Sehat113

    Tabel 4.8 Cakupan Sarana Ibadah 114Tabel 4.9 Cakupan TTU-I Sarana Pendidikan 114Tabel 4.10 Data Kejadian Bencana 119Tabel 5.1 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus Menurut

    Kapasitas Tempat Tidur126

    Tabel 5.2 Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan 130Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis, Paramedis,

    Tenaga Kesehatan Lainnya131

    Tabel 5.4 Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per 100.000 Penduduk 132

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Tabel 1 Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk,JumlahRumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kab/Kota

    Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin,Kelompok Umur,RasioBeban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota

    Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin dan Kelompok UmurTabel 4 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun

    Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan tertinggi yangDitamatkan di Kab/Kota

    Tabel 5 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 TahunKe atas yang Melek huruf

    Tabel 6 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita MenurutKab/Kota

    Tabel 7 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kab/KotaTabel 8 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka

    dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci MenurutKab/Kota

    Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru Sembuh dan Peneumonia Balita DitanganiTabel 10 HIV/AIDS, Infeksi Seksual Menular, DBD dan Diare Pada Balita

    DitanganiTabel 11 Persentase Penderita Malaria DiobatiTabel 12 Persentase Penderita Kusta Selesai BeobatiTabel 13 Kasus Penyakit Filariasis DitanganiTabel 14 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang

    Dapat dicegah Dengan Imunisasi (PD3i)Tabel 15 Cakupan Kunjungan Neonatus,Bayi dan bayi BBLR yang

    DitanganiTabel 16 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan GiziTabel 17 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4),Persalinan Ditolong

    Tenaga Kesehatan dan Ibu NifasTabel 18 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita,

    Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMATabel 19 Jumlah Pus, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut

    Kecamatan dan PuskesmasTabel 20 Jumlah peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiTabel 21 Pelayanan KB Baru Menurut KecamatanTabel 22 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Uci Menurut KecamatanTabel 23 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan

    Kab/KotaTabel 24 Cakupan Bayi,Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan

    Menurut Kecamatan dan Puskesmas

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xii

    Tabel 25 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe1, Fe3 MenurutKecamatan dan Puskesmas

    Tabel 26 Jumlah Wanita Usia Subur dengan status Imunisasi TT MenurutKecamatan dan Puskesmas

    Tabel 28 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal RisikoTinggi/Komplikasi ditangani Menurut Kecamatan dan Puskesmas

    Tabel 30 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yangditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan dan Puskesmas

    Tabel 31 Jumlah Penderita dan Kematian Serta Jumlah Kecamatan danDesa Yang Terserang KLB

    Tabel 32 Jumlah Bayi yang diberi ASI EklusifTabel 34 Pelayanan Kesehatan Gigi n MulutTabel 36 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra BayarTabel 37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat MiskinTabel 39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan UsilaTabel 41 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDSTabel 43 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan

    Labkes dan Miliki 4 Spesialis DasarTabel 44 Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan

    Kesehatan DasarTabel 45 Persentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih SehatTabel 46 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan KecamatanTabel 47 Persentase Rumah Sehat Menurut KecamatanTabel 48 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air BersihTabel 49 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut

    KecamatanTabel 50 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

    SehatTabel 51 Persentase Institusi Dibina Kesehatan LingkungannyaTabel 52 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik

    Nyamuk AedesTabel 53 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit KerjaTabel 54 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan KesehatanTabel 55 Jumlah Tenaga Medis Disarana KesehatanTabel 56 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi Di Sarana KesehatanTabel 57 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana KesehatanTabel 58 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana

    KesehatanTabel 59 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana KesehatanTabel 60 Anggaran kesehatan Kab/kotaTabel 62 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    embangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya untuk mencapai Visi :

    Indonesia Sehat 2014. Untuk mencapai visi tersebut, Departemen

    Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan telah menetapkan

    Visi Departemen Kesehatan yaitu : Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat.

    Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat

    Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi

    permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan

    kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan

    akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup

    sehat. Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan

    dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan

    berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya. Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat

    dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan

    fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan

    (SIK), ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan. (Depkes,

    2006).

    SIK di setiap institusi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas,

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai tingkat Pusat,

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 2

    harus terus dikembangkan sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam

    rangka pelaksanaan fungsi manajemen kesehatan.

    SIK yang baik akan dapat memberikan informasi yang akurat dan up to

    date untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan

    kesehatan. Salah satu bentuk output dari SIK adalah penerbitan buku profil kesehatan

    yang dilakukan setiap tahun anggaran oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

    Kesehatan Provinsi sampai kepada tingkat Pusat.

    Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah

    memberikan informasi tentang hasil pencapaian program pembangunan kesehatan di

    Provinsi Sumatera Selatan umumnya, termasuk pencapaian indikator-indikator

    pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan.

    Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah

    sebagai berikut :

    Bab-1 : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan

    diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 serta

    sistematika penyajiannya.

    Bab-2 : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum

    Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi

    umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

    kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial

    budaya dan lingkungan.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 3

    Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai

    angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

    Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan

    kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan

    penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi

    masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam

    situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga

    mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

    Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh

    Kabupaten/Kota.

    Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana

    kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan

    lainnya.

    Bab-6 : Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu

    disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang

    bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

    mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan

    pembangunan kesehatan.

    Lampiran. Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan 63 tabel

    data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator

    pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 10

    BAB 3

    SITUASI DERAJAT KESEHATAN

    Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti

    mortalitas , morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Berikut ini diuraikan

    tentang indikator-indikator tersebut.

    3.1. MORTALITAS

    Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari

    kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping kejadian

    kematian dapat juga digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan

    pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian

    pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan survei dan penelitian.

    Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian

    yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan dibawah ini.

    3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

    Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup

    mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus

    Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan

    71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di

    Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen

    selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi

    dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007).

    Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

    Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran

    hidup. Persentase kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir

    (1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%)

    dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 11

    tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi), sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4

    (537 kematian bayi). Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten/kota di Provinsi

    Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.

    Gambar 3.1.Angka Kematian Bayi (AKB)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 2008

    2525,626,3

    3030

    535354

    59,671

    102155

    0 50 100 150 200

    200820072006

    SUPASSDKI

    SP 2000SDKI 1997

    SUPASSDKI 1994

    SP 1990SP 1980SP1971

    Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

    3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)

    Berdasarkan SDKI 2007 AKABA sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup.

    AKABA Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 adalah 52 per 1.000 kelahiran

    hidup berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Angka Kematian Balita di Provinsi

    Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,5 (45 kematian Balita ), sedangkan tahun 2008

    adalah 0,6 (87 kematian Balita). Distribusi kematian Balita menurut Kabupaten/kota

    di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Sedangkan

    gambaran perkembangan AKABA berdasarkan estimasi SUPAS, SUSENAS, dan

    SDKI pada tahun 1995 2007 disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 12

    Tabel 3.1Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 Kelahiran Hidup

    Di Indonesia Tahun 1995 2007

    Estimasi SUPAS 1995TahunLaki-Laki Perempuan Jumlah

    (L+P)

    EstimasiSUSENAS SDKI

    1995 731998 71,36 57,61 64,28 641999 66,44 53,05 59,55 -2000 50,77 39,00 44,71 -2001 642002-2003

    46

    2007 44Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2004,Subdin Kesga

    3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

    Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasil

    Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurun

    dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000

    kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000

    kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai

    AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran

    hidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)

    2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005

    yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderung

    mengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai

    secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,

    maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan

    target tersebut di masa mendatang sulit dicapai.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 13

    Gambar 3.2Jumlah dan Sebab Kematian Ibu

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006-2009

    Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006

    hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggi

    dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus.

    Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93

    per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah

    79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Distribusi kematian ibu menurut

    Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.

    3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK)

    AKK Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan estimasi pada tahun 2005

    sebesar 22,2 per 1000 penduduk, menurun menjadi 21,8 per 1000 penduduk pada

    tahun 2006, kemudian menurun lagi menjadi 21,4 per 1000 penduduk.

    3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

    Sejalan dengan menurunnya estimasi angka kematian bayi, maka estimasi

    angka harapan hidup mengalami kenaikan. Menurut hasil SP 1990, estimasi angka

    harapan hidup Sumatera Selatan adalah 59,83 tahun, sepuluh tahun kemudian

    mengalami kenaikan sebesar 7 persen, menjadi 64,02 tahun menurut SP 2000.

    Sedangkan menurut hasil Supas 2005 besarnya angka harapan hidup penduduk

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 14

    Sumatera Selatan adalah sebesar 69,5 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa anak

    yang baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 69 tahun.

    Gambar 3.3Umur Harapan Hidup (UHH)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 2009

    0

    20

    40

    60

    80U

    mur

    (tahu

    n)

    UHH 44,1 53,6 59,8 63,7 69,05 71,1 69,9SP 1971 SP 1980 SP 1990 SPS SP 2000 2008 2009

    Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

    Pada Gambar 3.3 di atas, terlihat bahwa UHH Provinsi Sumatera Selatan

    cenderung mengalami peningkatan, dari 44,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 69,9

    tahun pada tahun 2009.

    3.2. ANGKA KESAKITAN

    Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community

    based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility

    based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

    Program Surveilans Terpadu Penyakit (STP) baru mulai dilaksanakan di

    Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007, sesuai ketentuan dalam Kepmenkes nomor

    1116/2003 dan 1479/2003. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dipakai Program SST

    (Sistem Surveilans Terpadu). Pada program ini dipisahkan antara STP berbasis

    Puskesmas dan STP berbasis Rumah Sakit. Untuk STP berbasis Puskesmas ada 25

    kasus baru penyakit menular yang diamati oleh semua Puskesmas. Sedangkan untuk

    Puskesmas Sentinel ditambah lagi 2 penyakit tak menular, yaitu Hipertensi dan

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 15

    Diabetes Mellitus. Adapun data kasus baru penyakit menular berbasis puskesmas

    dapat dilihat pada tabel berikut:

    Gambar 3.4STP Berbasis Puskesmas

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    14000

    16000

    18000

    1

    DiareMalaria KlinisTifus Perut KlinisTersangka TBC ParuDisentriTBC Paru BTA (+)Malaria VivaxDemam DenguePneumoniaMalaria Falsifarum

    Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, 2009

    Gambar di atas menunjukan bahwa penyakit berbasis Puskesmas terbanyak

    adalah Diare (56,2 %), Malaria Klinis (14,6 %), dan Tifus perut klinis (10,7 %).

    STP penyakit menular berbasis Rumah Sakit dipisahkan untuk penderita

    rawat inap dan rawat jalan. Ada 29 penyakit menular yang diamati dan dipantau trend

    kasusnya sepanjang tahun. Adapun data kasus baru penderita rawat inap penyakit

    menular berbasis rumah sakit tahun 2009 adalah sebagai berikut:

    Gambar 3.5STP Berbasis Rumah Sakit (Rawat Inap)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    1122

    923

    459 412303 252 212

    133 123 118

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    Tifus Perut Klinis Diare Demam Berdarah Dengue

    Tifus Perut Kultur (+) Malaria Falsifarum TBC Paru BTA (+)

    Pneumonia Tersangka TBC Paru Demam Dengue

    Malaria Klinis

    Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, Tahun 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 16

    Dari gambar di atas menunjukan bahwa urutan 3 (tiga) penyakit rawat inap

    terbanyak adalah Tifus perut klinis, Diare, dan DBD. Sedangkan pada tahun 2008, 3

    (tiga) penyakit rawat inap terbanyak adalah Diare, DBD, dan Tifus perut klinis.

    Selanjutnya akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu

    mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah

    dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/Wabah, situasi penyakit tidak

    menular, dan situasi penyalahgunaan NAPZA.

    3.2.1. Penyakit Menular

    Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit

    Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,

    Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial

    wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, Flu Baru AI (H1N1).

    3.2.1.1. Malaria

    Tujuan umum program Pemberantasan Penyakit Malaria di Provinsi Sumatera

    Selatan adalah Pembebasan Provinsi Sumatera Selatan dari malaria tahun

    2020. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

    1. Pada tahun 2010 menurunnya 50 % jumlah desa dengan positif malaria

    5 per 1000 penduduk

    2. Pada tahun 2010 semua Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan

    sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.

    3. Pada Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan

    intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria

    Kebijakan Pelaksanaan Program P2 Malaria yaitu :

    1. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah

    Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk

    LSM, dunia usaha dan masyarakat

    2. Pembebasan Malaria dilakukan secara bertahap yang didasarkan pada

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 17

    situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat

    Pada Gambar 3.6 berikut terlihat bahwa angka kesakitan malaria dari tahun

    2003 ke tahun 2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka

    dan Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut

    adalah penyumbang kasus malaria paling tinggi. AMI (Annual Malaria Incidence)

    tahun 2003 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:

    Gambar 3.6Annual Malaria Incidence (AMI)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

    21,48

    8,04 8,7 8,910,1

    8,6 8,74

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Tahun

    AM

    Iper

    1000

    pend

    uduk

    Sumber: Bidang PP&PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria, dimana tahun 2009

    terdapat 7 kabupaten endemis malaria sedang dan 8 kabupaten/kota lainnya

    digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota diantara daerah endemis rendah

    yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas malaria dalam arti kasus yang ada

    adalah kasus impor dari kabupaten lain (Kabupaten Banyuasin).

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 18

    Tabel 3.2Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium

    dan AMI Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Kabupaten / Kota JumlahPenduduk

    PenderitaKlinis

    SDDiperiksa

    SDPositif

    SPR AMI

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)01. OKU 267.022 7.217 7.106 771 10,85 27,0702. OKI 707.627 2.583 0 0 0 3,6503. Muara Enim 668.341 11.713 9.779 1.905 19,48 17,5304. Lahat 341.055 7.531 2.263 1.210 53,47 22,0805. Musirawas 505.940 7.922 1.635 529 32,35 15,6606. Musi Banyuasin 523.025 8.066 7.045 91 1,29 15,4207. Banyuasin 818.280 4.491 8 8 100 5,4908. OKU Selatan 331.879 2.776 30 39 130 8,3609. OKU Timur 581.665 3.272 753 146 19,39 5,6310. Ogan Ilir 384.663 130 18 5 27,78 0,3411. Empat Lawang 213.872 2.641 223 126 56,5 12,5312. Palembang 1.438.938 485 485 34 7,01 0,3413. Prabumulih 137.786 52 26 26 100 0,3814. Pagar Alam 116.486 48 2 2 100 0,4115. Lubuk Linggau 186.056 3.326 836 837 100,12 17,88

    Jumlah 7.222.635 62.248 30.209 5.729 18,96 8,45Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    Dari tabel diatas angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di

    Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMI) adalah 8,45 dengan kematian

    (CFR 0,27%), dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa / ABER ( Annual Blood

    Examination rate) 0,42 % dan persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh

    sediaan darah yang diperiksa (SPR) 21,9 %.

    Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di kabupaten/kota

    Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi adalah di Kabupaten Ogan

    Komering Ulu 27,07 (7.217 kasus), Kabupaten Lahat 22,08 (7.531 kasus), Kota

    Lubuk Linggau 17,88 (3.326 kasus), sedangkan terendah di Kabupaten Ogan Ilir

    0,34 (130 kasus).

    Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case

    Detection) di Puskesmas dengan Pengobatan Radikal dengan konfirmasi

    laboratorium. Kasus klinis tanpa konfirmasi laboratorium diberikan pengobatan

    klinis malaria di Puskesmas. Pengobatan klinis malaria maupun dengan konfirmasi

    laboratorium positif malaria di kabupaten/kota umumnya masih mengunakan obat

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 19

    Cloroquin, sedangkan di tiga kabupaten wilayah GF Malaria Round 6 tahun 2009

    (Kab. Muara Enim, Kab. Muba dan Kab.OKU) sudah mengunakan obat terbaru yaitu

    ACT (Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas dari kuantitas

    maupun kualitas dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih, serta alat dan bahan

    laboratorium malaria maupun SDM mikroskopis/pengelola program malaria yang ada

    di kabupaten/kota dan puskesmas.

    Jumlah sediaan darah yang diperiksa dari penduduk dalam satu tahun / Annual

    Blood Examination Rate (ABER) tahun 2009 yaitu 0,42 % dan tingkat persentase

    pemeriksaan sediaan darah 48,18 %, sudah mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2008 yaitu ABER 0,18% dan persentase pemeriksaan sediaan darah 22%,

    walaupun target yang ingin dicapai adalah 100 %, hal ini menjadi tantangan yang

    besar bagi petugas laboratorium dalam pemeriksaan sediaan darah malaria yang

    tidak terlepas dari SDM, bahan dan alat pemeriksaan yang ada. Dan masih adanya

    beberapa kabupaten/kota tidak/kurang melaksanakan pemeriksaan sediaan darah

    malaria antara lain Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten

    OKI, Kabupaten Ogan ilir dan Kota Pagar Alam.

    Keberhasilan pemberantasan penyakit malaria tidak hanya terletak pada satu

    institusi yaitu Dinas Kesehatan saja namun perlu keterkaitan dengan sektor-sektor

    lain antara lain Sektor Kimpraswil, sektor Peternakan, sektor Pertanian, sektor

    Perikanan dan Kelautan. Serta tidak terlepas dari peran serta masyarakat itu sendiri.

    Dari Gambar pola maksimum minimum tahun 2004-2009 dapat dilihat puncak

    penularan terjadi pada bulan Januari maka seyogianya kegiatan Indoor Residual

    Spraying (IRS) dilaksanakan pada bulan November guna mencapai hasil

    pemberantasan vector yang optimum.

    3.2.1.2. TB Paru

    Penanggulangan tuberkulosis menerapkan strategi DOTS yang dilaksanakan

    secara Nasional di seluruh UPK terutama puskesmas yang di integrasikan dalam

    pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004

    bahwa prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk,

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 20

    secara regional di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah. Sumatera masuk

    dalam wilayah 1 dengan prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk.

    Tujuan dari Program Pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka

    kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata rantai penularan serta

    mencegah terjadinya MDR TB. Targetnya adalah tercapainya penemuan pasien baru

    TB BTA positif paling sedikit 70 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85 % dari

    semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat

    menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada

    tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapi tujuan millenium development goals

    (MDGs) pada tahun 2015.

    Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate) di

    Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 s/d 2008 berfluktuatif , sedangkan target

    mulai dari tahun 2005 sebesar 70 %, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 3.7Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 2009

    Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    TARGET 25 35 40 50 60 70 70 70 70 70

    CDR 23,47 24,61 29,74 41,62 55,72 42,77 46,73 45,43 46,69 44,62

    2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 21

    Dilihat dari Gambar 3.7, ada peningkatan CDR mulai tahun 2000 s/ d tahun

    2004 dan peningkatan yang tajam pada tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005

    terjadi penurunan, ini disebabkan dengan adanya hasil survey prevalensi TB tahun

    2004, wilayah Sumatera dengan prevalensi 160 per 100.000 penduduk yang

    sebelumnya hanya 130 per 100.000 penduduk. Untuk penemuan pasien baru TB BTA

    positif di Sumatera Selatan tidak mengalami penurunan tetapi ada kenaikan setiap

    tahunnya walaupun belum mencapai target.

    Angka Penemuan Pasien baru TB BTA posistif (Case Detection Rate

    =CDR) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 per kabupaten/ Kota dapat dilihat

    pada Gambar 3.8, menunjukkan bahwa dibandingkan tahun 2008, pada tahun 2009

    terjadi penurunan CDR TB paru BTA+ diprovinsi Sumatera Selatan dari 46,57%

    menjadi 44,62%, dan CDR TB paru BTA+ belum mencapai target (70%). Hal ini

    disebabkan karena belum semua RS dan DPS melaksanakan strategi DOTS,

    penjaringan suspek di sebagian kab/kota masih ketat, dan mutasi petugas masih

    tinggi. Oleh sebab itu maka diperlukan pelatihan P2TB bagi tim DOTS di rumah

    sakit, memperluas jejaring untuk menemukan dan mengobati pasien TB dengan

    ekspansi ke rumah sakit dan lapas/ rutan serta meningkatkan kemitraan dengan

    LSM.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 22

    Gambar 3.8Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

    Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    5,00

    15,00

    25,00

    35,00

    45,00

    55,00

    65,00

    75,00

    CDR 45,35 6,44 29,48 46,78 68,68 53,01 26,43 25,99 53,01 43,62 70,29 48,01 33,95 40,89 53,84 44,62

    L.Linggau

    P.Alam Prabumulih

    Palembang

    E.Lawang

    OI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel

    Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    Gambar 3.9Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 - 2008

    Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    70

    75

    80

    85

    90

    CR 80,3 75,4 80,74 82,86 81,63 83,36 84,2 84,84 87,19

    2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 23

    Angka kesembuhan (Cure Rate = CR) merupakan angka pasien baru TB

    BTA positif yang sembuh setelah masa pengobatan. Dari Gambar diatas dapat dilihat

    bahwa angka kesembuhan (cure rate) TBC Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008

    yaitu sebesar 87,15% dengan target SPM > 85%. Ini menunjukkan bahwa P2 TBC

    telah memenuhi dan melampaui target SPM untuk tahun 2009. Hal ini disebabkan

    oleh Tingkat kepatuhan penderita yang berobat cukup tinggi. Gambar berikut

    menampilkan distribusi pencapaian CR menurut kabupaten/kota, terdapat 10

    Kabupaten/Kota dengan CR sudah mencapai target > 85 %, sedangkan 5 Kabupaten/

    Kota yang lain CR belum mencapai target.

    Gambar 3.10Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif

    Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    20,00

    30,00

    40,00

    50,00

    60,00

    70,00

    80,00

    90,00

    100,00

    CR 94,38 44,44 100 84,27 59,91 92,17 79,34 95,21 94,28 80,95 95,43 85,19 85,27 92,41 87,23 87,19

    L.Linggau

    P.Alam Prabumulih

    Palembang

    E.Lawang

    OI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel

    Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 24

    Gambar 3.11Penemuan Pasien Baru TB BTA (+)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten

    memenuhi target capaian SPM (70%), yaitu kabupaten Musi Rawas. 14

    Kabupaten/kota lainnya belum mencapai target SPM, terdiri dari 3 Kabupaten yaitu

    OKU, Banyuasin, dan Empat Lawang berada pada range 50-70%, 11 Kabupaten/kota

    yaitu MUBA, OKI, OI, OKUT, OKUS, Muara Enim, Lahat, Kota Prabumulih, Pagar

    Alam, Palembang, dan Lubuk Linggau berada pada range terendah yaitu dibawah

    50%.

    3.2.1.3. Pengidap HIV dan Penderita AIDS

    Infeksi HIV dan AIDS dalam 10 tahun terakhir semakin nyata menjadi

    masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Selatan yang dibuktikan dengan terus

    meningkatnya kasus yang ditemukan melalui kinik VCT dan laporan suveilans AIDS

    dari RS. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar hampir di seluruh Kabupaten/Kota

    di wilayah Sumatera Selatan, dan di Indonesia sendiri telah mengalami perubahan

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 25

    dari epidemi rendah menjadi epidemi terkonsentrasi, hal ini karena hasil survei pada

    sub populasi tertentu menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi telah

    melebihi 5 % secara konsisten, tetapi di Sumatera Selatan masih pada epidemi rendah

    karena prevalensi HIV 0,6 %.

    Pada era sebelumnya upaya penanggulangan HIV dan AIDS di prioritaskan

    pada upaya pencegahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus

    AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral ( ARV), maka strategi penanggulangan

    HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya

    perawatan, dukungan serta pengobatan. Dan juga dalam rangka mendukung target

    VCT pada MDGs untuk tahun 2010 yaitu 300.000 klien yang melakukan complate

    testing, maka peran klinik VCT dalam upaya untuk meningkatkan cakupan penemuan

    kasus baru serta penanganan 100 % juga harus dimaksimalkan.

    Pada tabel 3.3 terlihat bahwa Prevalensi Rate dari hasil uji saring (skrining)

    oleh PMI Kota Palembang yaitu 0,05 % (22 orang) dari jumlah pemeriksaan skrining

    darah donor sebanyak 37.918 orang pada tahun 2009. Skrining pada darah donor

    merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV kepada orang lain, sehingga

    upaya ini sangatlah penting dilakukan, maka apabila darah tersebut mengandung HIV

    tidak akan di donorkan.

    Tabel 3.3Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang

    Tahun 2009

    No Kelompok Umur JumlahPemeriksaan

    Hasilpemeriksaan

    reaktif

    PrevalensRate

    1 2 3 4 61. 17 30 tahun 12098 16 0,13

    2. 31 40 tahun 9942 2 0,02

    3. 41 50 tahun 7886 1 0,01

    4. 51 60 tahun 7678 3 0,03

    5. >60 tahun 314 0 0Jumlah 37918 22 0,05

    Sumber : PMI UTDC Kota Palembang 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 26

    Gambar 3.12Jumlah Pengidap HIV (+) PerTahun

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    HIV 1 1 5 4 2 14 16 16 24 30 87 98 41 67 76

    KUMUL 1 2 7 11 13 27 43 59 83 113 200 298 339 406 482

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar 3.12 di atas terlihat penemuan HIV pada tahun 2009 berjumlah

    85 kasus meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 berjumlah 67 kasus.

    Peningkatan kasus ini karena adanya klinik VCT yang telah di bentuk di beberapa

    kabupaten/kota (Palembang, Prabumulih, OKU, dan Musi Rawas), layanan dilakukan

    baik statis (di Rumah Sakit) maupun mobile VCT untuk mendekatkan akses layanan

    ke kelompok resiko tinggi tertular HIV, sehingga cakupan penemuan kasus baru

    mengalami peningkatan yang selanjutnya dapat mendapatkan layanan perawatan,

    dukungan dan pengobatan.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 27

    Gambar 3.13Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    500

    401 5 2 10 1 0 6 2 8 21 3 22 8 2 0 491

    PLG OKI OI OKU OKT OKS MBA BA MRA LLG ME PBM LHT PGA 4L TOT

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa kasus penemuan HIV (+) tertinggi

    adalah di kota Palembang karena Kota Palembang adalah kota terbesar di Provinsi

    Sumatera selatan, yang merupakan salah satu kota transit dari pulau Jawa-pulau

    Sumatera melalui jalur transportasi darat sehingga banyak sekali hotel, tempat

    hiburan, dan kelompok resti (WPS, Waria, Pengguna Narkoba Suntik, dan

    Homoseksual) yang lebih banyak di banding kota lainnya, dan masih ada lokalisasi

    yang terkoordinir. Layanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) cukup

    banyak terdapat di kota Palembang, seperti di RSUP Moh.Hoesin, RS.RK Charitas,

    dan RS Ernaldi Bahar sehingga memudahkan klien untuk mendapatkan layanan.

    Berikut adalah gambaran jumlah penderita AIDS di Provinsi Sumatera

    Selatan tahun 2009, yaitu sebanyak 70 orang, jika dibandingkan dengan tahun 2008

    sebanyak 45 orang, yang menunjukan adanya peningkatan jumlah kasus AIDS. Hal

    ini disebabkan karena klien banyak datang ke layanan kesehatan apabila sudah

    mendapatkan kumpulan gejala AIDS dan hasil testing HIV dinyatakan positif dari

    Rumah Sakit atau klinik VCT. Pada fase infeksi HIV ini tidak menunjukkan gejala

    sehingga klien jarang mendatangi layanan kesehatan, termasuk untuk mengetahui

    status HIV nya.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 28

    Gambar 3 .14Jumlah Penderita AIDS PerTahun

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    AIDS 1 0 0 0 0 0 3 4 6 15 18 37 49 45 70

    KUMUL 1 1 1 1 1 1 4 8 14 29 47 84 133 178 248

    95 96 97 98 99 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Penemuan kasus AIDS sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2009 terus

    mengalami peningkatan, secara kumulatif sebanyak 248 kasus HIV yang telah

    ditemukan. Strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang

    Dengan HIV/AIDS) adalah dengan dibentuknya layanan CST ( Care, Support &

    Treatment/ Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di 8 rumah sakit pelaksana CST

    yaitu RSMH Palembang, RS Ernaldi Bahar, dan RS RK Charitas, RSUD Sobirin

    Musi Rawas, RSUD Ibnu Sutowo Baturaja, RSUD Kayu Agung, RSUD Banyuasin,

    RSUD Prabumulih, yang dapat menunjang menurunkan angka kesakitan dan angka

    kematian.

    3.2.1.4. Kusta

    Provinsi Sumatera Selatan termasuk daerah Low Endemik Kusta, dengan

    Prevalensi Rate (PR) < 1/ 10.000 penduduk dan Case Detection Rate (CDR) < 5 /

    100.000 penduduk.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 29

    Tujuan :

    Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta

    tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

    Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui

    pengobatan dan perawatan yang benar.

    Menghilanglang stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham

    masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.

    Kebijakan :

    Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan pelayanan kesehatan

    dasar di puskesmas.

    Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO

    di berikan Cuma-Cuma.

    Penderita tidak boleh diisolasi.

    Memperkuat sistem rujukan.

    Case Detection Rate (CDR)

    Penemuan kasus baru penderita kusta (case detection rate/ CDR) di Provinsi

    Sumatera Selatan tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yaitu

    sebesar 3,05/100.000 pada tahun 2009 dan 3,99/100.000 pada tahun 2008. Target

    SPM untuk CDR kusta adalah

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 30

    Gambar 3.15CDR (case detection rate) Kusta

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2009

    00,20,40,60,8

    11,21,41,61,8

    22,22,42,62,8

    33,23,43,63,8

    44,2

    CDR 3,5 2,5 2,3 1,9 2,1 2 1,5 3,7 2,7 3,06 3,99 3,05

    1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Gambar 3.16Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang

    digunakan untuk menilai keberhasilannya adalah angka proporsi cacat tingkat II

    (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus baru.

    0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7

    PA

    LL

    OKUS

    MR

    OKUT

    OI

    MB

    LHT

    4L

    OKU

    PLG

    BA

    OKI

    ME

    PB

    PROV

    CDR 0 0 0,3 0,4 0,32 0,78 1,15 1,47 1,86 1,87 2,22 2,44 2,54 4,04 6,53 3,05

    PA LL OKUS

    MR OKUT OI MB LHT 4L OKU PLG BA OKI ME PB PROV

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 31

    Gambar berikut menunjukkan angka proporsi Cacat tingkat II Provinsi Sumatera

    Selatan yaitu 21,36%, masih dibawah target SPM untuk proporsi Cacat tingkat II

    yaitu 5%. Hal ini disebabkan karena keterlambatan penemuan kasus, tingginya

    Leprae Phoby di masyarakat, dan petugas kurang terampil dalam deteksi dini

    penyakit kusta karena daerah low endemic. Dibandingkan tahun 2008, terjadi

    peningkatan angka proporsi cacat tingkat II yaitu dari 13,36% menjadi 21,36%.

    Gambar 3.17Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat IIDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    05

    101520253035404550

    CCT TK II 6,25 0 16 5,55 0 33,3 0 0 0 0 5 0 0 0 0 21,3

    ABSOLUT 2 0 1 1 0 9 0 0 0 0 34 0 0 0 0 47

    PLG PRA MB OKIOKU ME LHT

    MURA PA LL BA OI

    OKUT

    OKUS 4 L

    PROV

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    proporsi penderita kusta anak di Provinsi Sumatera Selatan adalah 4,09 %

    dengan target SPM untuk proporsi penderita kusta anak sebesar 5%. Ini

    menunjukkan bahwa P2 Kusta telah memenuhi atau mencapai target SPM proporsi

    penderita kusta anak untuk tahun 2009. Hal ini dapat menggambarkan penularan

    kusta yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan cukup terkendali.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 32

    Gambar 3.18Proporsi Kusta Anak

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    3.2.1.5. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

    Tabel 3.4Data Penyakit PD3I Per Kabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Neonatorum DifteriNo. Kabupaten/Kota

    Penderita Meninggal Penderita Meninggal

    Campak

    1. OKU 2 2 0 0 152

    2. OKI 0 0 1 0 36

    3. Muara Enim 1 0 0 0 35

    4. Lahat 1 1 0 0 95

    5. Musi Rawas 0 0 0 0 33

    6. Musi Banyuasin 0 0 2 1 155

    7. Banyuasin 2 0 1 0 27

    8. OKU Selatan 0 0 0 0 0

    9. OKU Timur 0 0 0 0 34

    10. Ogan Ilir 1 0 0 0 1

    11. Empat Lawang 0 0 0 0 4

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    4,5

    5

    CDR 2,22 2,9 1,14 2,54 1,87 4,03 1,46 0,39 0 0 2,44 0,77 0,34 0,3 1,4 3,04

    PLG PRA MB OKI OKU ME LHT MURA

    PA LL BA OI OKUT

    OKUS

    4 L PROV

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 33

    12. Palembang 2 1 3 1 274

    13. Prabumulih 0 0 0 0 39

    14. Pagar Alam 0 0 0 0 17

    15. Lubuk Linggau 0 0 0 0 52

    Sumatera Selatan 10 4 7 2 954

    Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kasus Tetanus Neonatorum (TN)

    sebanyak 10 kasus dan meninggal 4 (CFR 40 %). Kasus TN terbanyak terdapat di

    Kabupaten OKU, Banyuasin, dan kota Palembang, sedangkan CFR yang tertinggi

    terjadi di kabupaten OKU dan Lahat (100%).

    Gambar 3.19Penderita Tetanus Neonatorum

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 2009

    0102030405060708090

    100

    Jum

    lah

    Pen

    derit

    a

    Sumber : Subdin P2PL

    Penderita 14 24 21 15 17 17 19

    Meninggal 8 11 8 10 14 8 8

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Dari Gambar diatas terlihat ada kenaikan jumlah penderita Tetanus

    Neonatorum pada tahun 2009 yaitu 19 orang dengan kematian 8 orang. Secara

    Nasional, Sumatera Selatan menduduki posisi 3 terbesar kasus Tetanus Neonatorum

    pada tahun 2008.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 34

    Gambar 3.20Penderita Difteri

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    Penemuan 2 12 3 8 12 10 7

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber: Laporan Difteri Subdin PP&PL, tahun 2003 - 2009

    Penemuan kasus difteri cenderung terjadi penurunan, kasus terbanyak pada

    tahun 2007 (12 kasus) dan terendah pada tahun 2003 (2 kasus). Meskipun demikian,

    Sumatera Selatan merupakan provinsi terbesar kedua untuk kasus difteri pada tahun

    2008.

    Tabel 3.5Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 - 2009

    2008 2009No. Kab./Kota

    15 Total 15 Total

    1 Palembang 39 77 112 69 94 391 24 69 67 97 67 2742 Prabumulih 1 5 6 2 1 15 10 12 7 5 5 393 Muba 13 23 24 14 15 89 26 48 42 15 24 1554 O K I 5 16 11 3 13 48 5 9 6 3 13 365 O K U 14 28 28 17 10 97 26 45 41 16 24 1526 M. Enim 22 36 19 8 13 98 10 4 7 8 6 357 Lahat 12 20 23 5 23 83 5 22 36 16 16 958 Mura 5 10 11 10 8 44 4 7 7 7 8 339 P. Alam 0 5 2 1 0 8 4 6 6 0 1 17

    10 L. Linggau 0 0 0 1 2 3 4 6 17 15 10 5211 Banyuasin 5 9 2 1 0 17 1 8 12 5 1 2712 Ogan Ilir 4 1 2 0 1 33 0 17 13 1 3 3413 OKUT 0 0 0 0 0 8 8 1 1 1 0 1114 OKUS 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015 4 Lawang 0 4 0 0 0 4 1 0 0 0 0 1

    Provinsi 125 234 246 135 194 938 33 161 134 63 49 440Sumber : Tahun 2007 (Validasi Data Campak); tahun 2008 ( laporan integrasi kab/kota)

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 35

    Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kasus campak pada tahun 2008

    tertinggi terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 24% dan terendah pada

    kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 13,3%, sedangkan pada tahun 2009 kasus

    campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 36,59% dan terendah

    pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 7,5%.

    Gambar 3.21Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok Umur

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    109; 13%

    202; 24%

    223; 27%

    146; 18%

    150; 18%

    < 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus campak terjadi

    pada kelompok umur > 5 tahun yaitu sebesar 62,5% jika dibandingkan pada

    kelompok umur < 4 tahun (37,5%).

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 36

    Tabel 3.6Distibusi Kasus Campak Per Bulan

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Kasus Campak Per BulanNo Kab./Kota1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

    1 Palembang 20 23 29 33 26 26 21 14 20 11 22 23 2682 Prabumulih 0 1 0 3 5 3 5 1 7 5 6 3 393 Muba 10 14 11 9 24 17 14 16 9 4 15 12 1554 O K I 2 2 8 2 5 5 2 2 5 0 1 2 365 O K U 11 14 11 9 24 18 14 16 9 3 11 12 1296 M. Enim 11 2 7 1 4 1 6 0 0 2 0 1 357 Lahat 5 6 5 7 5 6 15 8 11 2 15 10 958 Mura 4 4 3 3 11 5 1 2 0 0 0 0 339 P. Alam 4 3 8 0 1 2 1 0 0 0 0 2 2110 L. Linggau 1 5 2 4 2 10 8 7 7 4 2 0 5211 Banyuasin 1 3 6 5 4 5 0 1 2 0 0 0 2712 Ogan Ilir 7 3 1 0 1 3 2 5 5 0 0 7 3413 O. Timur 1 0 2 3 0 3 1 0 0 0 1 0 1114 O. Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. 4 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

    Provinsi 77 60 93 79 112 104 90 73 75 31 73 82 949Sumber data : Laporan integrasi kab.kota, 2009

    Gambar 3.22Data Campak Menurut Sumber Laporan Kabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2009 2008

    2009 152 36 35 95 33 155 27 0 11 34 1 274 39 17 52

    2008 97 48 98 83 44 89 17 0 8 33 4 391 15 8 3

    OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 37

    Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus klinis campak meningkat pada tahun

    2009 di beberapa kabupaten/kota dengan jumlah peningkatan tertinggi pada kota

    Lubuk Linggau dari 3 kasus pada tahun 2008 menjadi 52 kasus pada tahun 2009.

    Gambar 3.23Sebaran Kasus Campak

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari gambar di atas, nampak masih ada kabupaten/kota yang belum mencapai

    target kelengkapan laporan yaitu Kabupaten OKI, Empat Lawang dan OKU Timur.

    Selain itu mulai bulan Juli 2009 dilaksanakan kegiatan Cases Based Masles

    Surveillance (CBMS), yaitu melakukan pemeriksaan spesimen darah penderita klinis

    campak dengan konfirmasi laboratorium sebanyak 20% total perkiraan kasus dalam 1

    tahun.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 38

    Gambar 3.24Hasil CBMS

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    116

    1342

    61

    0

    50

    100

    150

    2009 116 13 42 61Spesimen Campak Rubella Negatif

    Sumber : Laporan Integrasi S-AFP, TN & Campak Tahun 2009

    Dari Gambar di atas, nampak bahwa hasil serologis pada 116 kasus klinis

    campak yang ditemukan di Sumatera Selatan, ternyata 13 kasus IgM (+) campak

    (11.2%), IgM(+) Rubella sebesar 36.2%, Campak & Rubella (-) sebesar 52,5%. Hal

    ini menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan spesimen pada kasus klinis campak

    yang ditemukan sebagai upaya untuk intervensi program imunisasi dan sebagai dasar

    pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

    Gambar 3.25Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0

    15

    30

    45

    60

    75

    90

    Klinis CampakRubella Negatif

    Klinis 8 0 6 0 2 4 3 0 0 3 1 83 2 2 2

    Campak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0

    Rubella 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 35 1 0 1

    Negatif 6 0 5 0 1 3 3 0 0 2 1 36 1 2 1

    OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 39

    Dari Gambar diatas terlihat bahwa kasus klinis dan laboratoris yang

    terbanyak berasal dari Kota Palembang, mengingat memang jumlah penduduknya

    yang lebih padat dibanding kabupaten/kota lain. Untuk Kabupaten Lahat, OKUS dan

    OKUT tidak mengirimkan spesimen ke Balitbang Bomedis & Farmasi Depkes

    sehingga tidak diketahui hasil konfirmasinya.

    Gambar 3.26Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi Laboratorium

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0%

    50%

    100%

    > 15 Th 37 22 12 1 2

    10-14 Th 22 6 12 1 3

    5-9 Th 26 15 7 2 2

    1-4 Th 23 13 4 6 0

    < 1 Th 8 6 0 2 0

    Klinis Negatif Rubella Campak Equivocal

    Dari Gambar diatas terlihat bahwa proporsi kasus positif campak terbanyak

    terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (50%), positif Rubella terbanyak pada

    kelompok umur 10-14 dan > 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 34%.

    3.2.1.6. Penyakit Potensial KLB / Wabah

    1). Demam Berdarah Dengue

    Sejak terjadi KLB DBD pada tahun 1998, maka diperkirakan akan terjadi

    KLB lagi pada tahun 2003 (berdasar pola lima tahunan). Namun hingga tahun 2009

    tidak terjadi KLB, seiring dengan adanya penurunan kasus/penderita, dimana situasi

    tahun 2008 dari 2.357 penderita (IR 34/100.000 dan CFR 0,42%) menurun menjadi

    1.774 penderita (IR 25/100.000 dan CFR 0.28%)) di tahun 2009.

    Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk segera membawa

    keluarga/penderita langsung ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan yang

    terdekat, dan ini juga tidak luput dari kinerja petugas kesehatan, yaitu antara lain

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 40

    upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan DBD dalam tata laksana kasus di

    Rumah Sakit dan puskesmas.

    Tujuan dari program:

    Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

    hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam Berdarah Dengue dan

    terselenggaranya kegiatan PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) terutama

    3 M plus secara berkesinambungan.

    Menurunkan angka kesakitan kurang dari 20/100.000.dan kematian CFR

    < 1% .

    Gambar 3.27Kecenderungan Situasi DBDProvinsi Sumatera Selatan

    Tahun 2001 - 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus DBD ditemukan setiap tahun,

    sedangkan penemuan kasus yang meninggal tertinggi pada tahun 2004. Untuk

    penanggulangan kasus DBD berbagai upaya sudah dilaksanakan setiap tahun seperti

    penyebaran Surat Edaran Kewaspadaan DBD, Penangulangan Fokus, pendistribusian

    larvasida, insektisida dan pelaksanaan Gertak PSN DBD.

    12701621

    2280

    3487

    2360

    10481406

    1511 1774

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 41

    Tabel 3.7Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Perkabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    No Kab/kota Penderita IR(100.000

    penduduk)

    Kematian CFR(%)

    1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.

    OKUOKIM. EnimLahatMuraMubaBanyuasinOku SelatanOku TimurOgan Ilir4 LawangPalembangPrabumulihPagar AlamL.Linggau

    7611990267114100793

    9651472749

    393005141700211671072326

    000021000002000

    0.000.000.000.007.691.410.000.000.000.000.000.210.000.000.00

    Prov 1774 25 5 0.28Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari tabel di atas penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2009 yaitu di

    kota Palembang sebanyak 965 kasus , Muara Enim sebanyak 199 kasus lalu disusul

    oleh Prabumulih sebanyak 147 kasus. Angka kematian tahun 2009 yaitu sebanyak 5

    orang (CFR 0,28%) dibandingkan tahun 2008 (0,42%).

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 42

    Gambar 3.28CFR Penderita DBD

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    CFR 2.05 1.26 0.6 0.5 0.4 0.1 0.3

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Gambar 3.29Perkembangan Penderita DBD

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    Jum

    lah

    pend

    erita

    case 1511 1270 1621 2280 3487 2360 1774

    death 31 16 9 2 13 3 5

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar 3.29 di atas terlihat bahwa jumlah penderita dari tahun 2004

    sampai 2007 mengalami peningkatan, dari 1270 penderita pada tahun 2004 menjadi

    3.487 penderita pada tahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 1774

    penderita, sedangkan kematian akibat DBD cenderung menurun, dari 31 pada tahun

    2003 menjadi 5 kasus pada tahun 2009.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 43

    Gambar.3.30Perbandingan Incidence Rate (IR)

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Standar program untuk angka kesakitan (IR) adalah kurang dari 20/100.000.

    Angka IR belum memenuhi standar program untuk tahun 2008 maupun tahun 2009.

    Gambar 3.31Penemuan Penderita DBD yang DitanganiDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    34

    25

    0

    5

    10

    15

    2025

    30

    35

    2008 2009

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 44

    Gambar diatas menunjukkan bahwa Penemuan kasus DBD yang ditangani

    tertinggi adalah Kabupaten Musi Rawas, Ogan ilir, dan Kota Pagar Alam. Sedangkan

    Kabupaten Muara enim, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau berada pada

    range pertengahan yaitu antara 70%-100%. Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, Musi

    Banyuasin, Kota Prabumulih di bawah 70%, sedangkan Kabupaten OKUS, OKUT,

    Lahat, Empat Lawang tidak ditemukan kasus.

    2). Diare

    Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar

    yaitu : infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab

    lain.Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang

    disebabkan infeksi dan keracunan. Distribusi penderita diare pada tahun 2009 per

    kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

    Gambar 3.32Distribusi Penderita Diare Semua Umur PerKabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    2009 8791 1621 2045 7339 1156 1607 2255 2760 1634 1198 3089 5979 3102 1482 4430 2E+0

    OKU OKI ME Lht MURA

    MUBA

    BA OKUS

    OKUT

    OI 4L PLG Prb PGA LLG Prov

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari data di atas dapat dilihat bahwa penderita diare terbanyak ada di

    Palembang, Banyuasin, Muara Enim dan OKI. Hal ini disebabkan jumlah penduduk

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 45

    yang banyak dan padat serta merupakan DAS (endemis diare). Selain itu juga

    didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Sedangkan penderita diare

    paling sedikit ada di Pagar Alam, OKUS, Empat Lawang dan Prabumulih dengan

    alasan sebaliknya.

    Gambar 3.33

    TREND KEJADIAN DIARETREND KEJADIAN DIAREPROV SUMSEL BERDASARKAN BULANPROV SUMSEL BERDASARKAN BULAN

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    30000

    2008 2009

    2008 15194 14355 16384 15036 15980 17334 18111 18042 16176 14977 13397 11493

    2009 15419 14734 15635 15340 14040 17807 20210 25072 17886 18504 16249 15095

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kasus diare biasa terjadi

    mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Hal ini dikarenakan pada bulan-

    bulan ini merupakan puncak musim kemarau sehingga warga kekurangan air bersih

    untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 46

    Gambar 3.34Cakupan Penderita Diare yang Ditangani oleh Kabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Capaian 78 54 72 51 54 73 65 20 66 74 34 98 53 30 56 67

    Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

    OKU

    OKI ME Lht MURA

    MUBA

    BA OKUS

    OKUT

    OI 4L PLG

    Prb Pga LLG Prov

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa hanya kota Palembang yang

    mencapai target, dikarenakan jumlah penduduk yang lebih banyak dan padat,

    merupakan daerah aliran sungai dengan masih banyaknya tempat-tempat kumuh,

    serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah baik dan rutin.

    Berikut adalah gambaran penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota

    dengan target SPM 70%. Capaian 15 Kabupaten/Kota rata-rata 3,24%, yang berarti

    bahwa persentase penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita

    diare di wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

    terjadi kenaikan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian SPM 2,23%)

    pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM 3,24%) pada tahun 2009.

    Untuk melihat sebaran kasus di 15 Kabupaten/Kota dapat melihat lampiran Tabel 10.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 47

    Gambar 3.35Penemuan Penderita Diare

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    3.2.1.7. Rabies

    Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini

    disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti

    anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat

    virus rabies.

    Jumlah kasus gigitan hewan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah

    808 orang sedangkan tahun 2008 ditemukan kasus 978 orang dan tidak ditemukan

    penderita Lyssa (Rabies). Jumlah kasus gigitan hewan tertinggi terjadi di kabupaten

    Muara Enim (158 kasus), kota Palembang (220 kasus), sedangkan kasus terendah

    terjadi di Kabupaten Oku Selatan (12 Kasus).

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 48

    Tabel. 3.8Jumlah Kasus Rabies

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 2009

    TahunNo Kab/Kota2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Palembang 347 427 135 327 245 232 2202 Prabumulih 35 27 8 10 12 17 303 Pagar Alam 67 71 19 34 30 74 334 Lubuk Linggau 35 15 15 17 21 10 215 Ogan Ilir 0 0 0 65 39 17 776 OKUS 0 0 0 6 5 47 127 OKU 70 30 15 46 26 60 528 MURA 35 66 10 20 36 29 289 Lahat 79 69 34 34 19 88 58

    10 OKI 67 83 29 85 41 48 3011 Banyuasin 25 43 278 42 43 43 2212 Muara Enim 261 239 74 269 242 266 15813 OKUT 0 0 67 26 26 17 1814 MUBA 32 40 0 55 24 28 2715 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0 2216 Provinsi 1058 1113 684 1036 809 978 808

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    3.2.1.8. Filariasis

    Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria

    menginfeksi jaringan limfe. Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan

    nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di

    jaringan limfe. Tujuan dari P2 Filaria adalah untuk mendukung program eliminasi

    kaki gajah ( ELKAGA) tahun 2020.

    Dari tabel berikut terlihat bahwa sejak tahun 2004 kasus kronis filariasis telah

    ditemukan di 10 Kabupaten/Kota yaitu di Kota Palembang, Prabumulih, Lubuk

    Linggau, Kabupaten Ogan Ilir, MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, Muara Enim, OKU

    Timur dan MUBA. Tetapi untuk 5 kabupaten yang lain masih perlu melakukan

    program rapid survey secara efektif.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 49

    Tabel 3.9Gambaran Penemuan kasus kronis filariasis

    Provinsi Sumatera SelatanTahun 2004 2009

    TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Palembang 0 1 0 0 0 12 Prabumulih 0 0 0 2 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 24 Lubuk Linggau 0 1 0 1 0 15 Ogan Ilir 0 3 0 0 0 26 OKUS 0 0 0 0 0 147 OKU 0 0 0 0 0 18 MURA 0 2 0 0 0 29 Lahat 11 0 0 0 0 15

    10 OKI 0 3 0 0 0 311 Banyuasin 15 13 9 8 13 13012 Muara Enim 5 4 3 5 4 1313 OKUT 0 5 9 0 0 014 MUBA 0 2 0 0 0 215 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Dari 15 Kabupaten/kota yang ditemukan kasus, hanya Kabupaten Banyuasin

    yang mendapat penanganan yaitu dari 130 kasus, ditangani 53 kasus (38,81%)

    melalui program pengobatan massal. Persentase kasus penyakit filariasis yang

    ditangani dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.

    Dari tabel berikut terlihat bahwa di 6 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi

    Sumatera Selatan yaitu Kabupaten MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, OKU Timur, dan

    MUBA mempunyai MF rate > 1 %. Salah satu tujuan program P2 filariasis adalah

    menurunkan MF rate < 1 %. Jika MF rate > 1 % berarti daerah tersebut merupakan

    daerah endemis dengan program utama adalah pengobatan massal. Sedangkan untuk

    daerah yang lain program yang dilaksanakan adalah rapid survey dan survey Darah

    Jari. Dari 6 kabupaten endemis tersebut baru Kabupaten Banyuasin yang secara

    kontinue telah melaksanakan pengobatan massal sejak tahun 2004.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 50

    Tabel 3.10Gambaran MF rate Filariasis

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2009

    TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Palembang 0 0 0 0 0 02 Prabumulih 0 0 0 0 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 04 Lubuk Linggau 0 0 0 0 0 05 Ogan Ilir 0 0 0 0 0 06 OKUS 0 0 0 0 0 07 OKU 0 0 0 0 0 08 MURA 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3%9 Lahat 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%

    10 OKI 0 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0%11 Banyuasin 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5%12 Muara Enim 0 0 0 0 0 0,2%13 OKUT 0 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%14 MUBA 0 0 0 0 0 2,0%15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    3.2.1.9. Influenza A Baru (H1N1)

    Influenza A baru (H1N1) merupakan salah satu penyakit baru di Sumatera

    Selatan (new emerging disease). Selama tahun 2009 ditemukan 4 (empat) kasus

    suspek, dimana 2 (dua) orang diantaranya positif menderita penyakit ini yang berasal

    dari Kabupaten OKU dan Kota Palembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    gambar berikut:

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 51

    Gambar 3.36Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    SUSPECT 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 4

    POSITIF 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2

    SEMBUH 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 6

    OKU OKI ME LHTMUR

    AMBA BA

    OKUS

    OKUT

    OI PLG PBM PGA LLG PROP

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    3.2.2. Penyakit Tidak Menular

    Data penyakit tidak menular (PTM) diperoleh dari rumah sakit berdasarkan

    laporan tiap bulannya, serta dari puskesmas untuk 2 penyakit terpilih yaitu Hipertensi

    dan Diabetes Mellitus.

    Dari Gambar 3.37 berikut dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terjadi

    penurunan prevalensi penyakit Neoplasma, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi namun

    untuk lalin mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan jika dibanding tahun

    2008. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kelengkapan laporan yang diterima di

    Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 52

    Gambar 3.37Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    05

    1015202530354045505560

    2004 11,37 17,09 34,52 25,97 18,08

    2005 18,25 25,89 59,96 38,61 9,75

    2006 19,44 11,61 30,11 33,24 7,9

    2007 16,4 25,49 49,21 31,95 10,31

    2008 17,42 28,85 55,17 30,26 11,39

    2009 17,52 28,72 53,36 30,55 14,49

    Neoplasma DM Hipertensi Jantung Lalin

    Sumber: Laporan PTM Subdin PP&PL, tahun 2004 - 2009

    Tabel 3.11Prevalensi Penyakit Tidak Menular per 10.000 penduduk

    Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    NO KAB/KOTA Karsinoma DM Hipertensi Peny.Jantung

    KLL

    1 Palembang 14.55 22.79 43.79 29.78 5.26

    2 MUBA 0.18 1,03 1.25 0,05 1.16

    3 Banyuasin 0.01 0,04 0,23 0,03 1,11

    4 OKI 0.51 1.42 1,31 0,21 0,58

    5 Prabumulih 1.16 1,32 3,02 0,13 1.26

    6 M.Enim 0,17 0,19 0,23 0,07 1.13

    7 Lahat 0 0 0 0 0

    8 Lb.Linggau 0,04 0,05 0.19 0,02 1.05

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 53

    9 MURA 0,30 0.05 0,25 0,13 1.14

    10 Pagaralam 0,07 0,86 2,25 0,05 1,13

    11 OKU 0,02 0,35 0,27 0,04 0,18

    12 OKUT 0.52 0,62 0,57 0,04 0,49

    Jumlah 17.53 28.72 53.36 30.55 14.49

    Sumber: Laporan PTM Bidang PP&PL, 2009

    Tabel 3.12Angka Kesakitan Secara Absolut

    Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    T O T A LNo. JENISPENYAKIT LK PR JUMLAH PREVALENSI

    1/10.0001 Karsinoma 3.615 8.150 11.765 17.532 DM 6.565 12.710 19.275 28,723 Hipertensi 18.612 17.208 35.820 53.364 Penyakit

    Jantung11.121 9.099 20.500 30,55

    5 KecelakaanLalin

    5.913 3.813 9.726 14.496 Stroke 265 238 503 0,757 Psikosis 2 1 3 0,048 Com-ser 54 46 100 0,15

    Sumber: Laporan PTM, 2009

    Dari tabel di atas menunjukkan bahwa prevalensi PTM tertinggi per 10.000

    penduduk di Sumatera Selatan adalah Hipertensi (53,36) dan diiringi Penyakit

    Jantung (30,55), Diabetes Melitus (28,85) dan terendah Psikosis (0,04).

    3.2.2.5. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas

    Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dapat menyebabkan luka ringan, luka berat

    maupun kematian. Selama tahun 2008, tercatat jumlah kecelakaan yang terjadi 2.026

    meningkat dari 1.653 kasus pada tahun 2007, dengan jumlah korban sebanyak 3.706

    orang dengan perincian 1.067 meninggal dunia, luka berat 1.312 orang, 1.327 luka

    ringan. KLL yang terjadi berdasarkan kabupaten / kota dapat dilihat pada Gambar

    berikut :

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 54

    Gambar 3.38Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu LintasDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    0 50 100 150 200 250 300

    Lubuk Linggau

    Pagar Alam

    Prabumulih

    Palembang

    Empat Lawang

    Ogan Ilir

    OKU Timur

    OKU Selatan

    Banyuasin

    Musi Banyuasin

    Musi Rawas

    Lahat

    Muara Enim

    OKI

    OKU

    Luka Ringan

    Luka Berat

    Meninggal

    KKL

    Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT

    Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain

    bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi

    Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat

    Kekurangan Yodium (GAKY).

    3.3.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang

    berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2

    kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau

    BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup

    bulan tetap berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan

  • Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 55

    IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit

    Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

    Gambar 3.39Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

    1410

    41154

    629

    3821

    55179

    7317

    29137

    470,41

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

    Empat LawangOgan Ilir

    OKU TimurOKU Selatan

    BanyuasinMusi

    MusirawasLahat

    Muara EnimOKI

    OKUSumsel

    Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

    Proporsi BBLR di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,41%

    (rentang : 0,19% - 6,65%). Pada Gambar di atas, terlihat bahwa proporsi bayi BBLR

    tertinggi terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di

    Kabupaten Muara Enim (0,19%).

    Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada tahun

    2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu terdapat

    peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS, Empat

    Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan penanganan

    sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan BBLR ditangani

    dapat dilihat pada lampiran Tabel 15.

    3.3.2. Gizi Balita

    Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

    tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah

    dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U).

    Kategori yang d