profil kes prov diy 2008

58
Profil Kesehatan DIY 2008 0 Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta 2009 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Upload: dewi-pn

Post on 04-Jul-2015

1.104 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 0

Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta 2009

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 2: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 1

PROFIL KESEHATAN

PROVINSI DIY 2008

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2009

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 3: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 2

KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 ini dapat tersusun. Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Propinsi DIY, maka Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008. Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta Tahun 2008 ini disusun berdasarkan data-data yang dihimpun dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, data dari Laporan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta (RL) serta dari beberapa buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) Berbeda dengan Buku profil kesehatan tahun-tahun sebelumnya, penyusunan Buku profil Kesehatan kali ini mengacu pada Pedoman profil terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Data Departemen Kesehatan tahun 2008. Kami menyadari bahwa penyusunan profil kesehatan ini masih banyak kekurangan baik kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu maupun penyajianya. Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil ini dimasa datang kami harapkan kritik dan saran dari pembaca. Demikian atas bantuan berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan profil ini kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, Agustus 2009 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta

dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 4: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 3

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL 3 4

BAB I PENDAHULUAN 5 BAB II GAMBARAN UMUM 7 2.1. WILAYAH 7 2.2. GEOMORPOLOGI LINGKUNGAN HIDUP 7 2.3 KEPENDUDUKAN 10 2.4 EKONOMI & SUMBER DAYA ALAM 12 2.5 SOSIAL & BUDAYA 14 2.6 PEMERINTAHAN & POLITIK 20 2.7 PRASARANA WILAYAH 21 2.8 STRUKTUR & POLA TATA RUANG 23 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 25 3.1. MORTALITAS 25 3.1.1. UMUR HARAPAN HIDUP 25 3.1.2 ANGKA KELAHIRAN 26 3.1.3 ANGKA KEMATIAN IBU 27 3.1.4 ANGKA KEMATIAN BAYI 28 3.1.5 ANGKA KEMATIAN BALITA 29 3.2. MORBIDITAS 30 3.2.1 POLA PENYAKIT 30 3.2.1.1 POLA PENYAKIT MENULAR 32 3.2.1.2 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR 37 3.2.2 POLA PENYEBAB KEMATIAN 39 3.3. STATUS GIZI 41 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 42 4.1. VISI & MISI 42 4.2. PELAYANAN KESEHATAN DASAR & RUJUKAN 43 4.3. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 46 4.4. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK 47 4.5. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN 48 4.6. PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT 49 BAB V KESIMPULAN 50 LAMPIRAN 57

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 5: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur (jiwa) Tahun 2003-2008

Tabel 2. Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

Tabel 3 Angka Kelahiran

Tabel.4 Angka Kematian Bayi

Tabel 5 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Pasien

JPK Gakin di Puskesmas tahun 2008

Tabel 6 Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

Tabel 7 Jumlah Layanan Rawat jalan Puskesmas bagi

Masyarakat Miskin

Tabel 8 Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan di Provinsi DIY

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 6: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 5

BAB I PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gambaran

situasi kesehatan di Provinsi DIY yang diterbitkan setiap tahun sekali. Maksud

diterbitkannya buku ini adalah untuk menampilkan berbagai data tentang kesehatan

dan data pendukung lain yang dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan

dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah

tersampaikannya informasi kesehatan yang merupakan pencapaian Pembangunan

Kesehatan Tahun 2008 dengan mengacu Visi Indonesia Sehar 2010.

Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2008 disusun secara sistematis

mengikuti pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data

dan Informasi Departemen Kesehatan RI.

Sistimatika penyajian Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2008 ini adalah sebagai

berikut :

Bab I – Pendahuluan

Bab ini Berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari

penyajiannya.

Bab II – Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi DIY. Selain uraian tentang

letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal

kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan.

Bab III – Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai mortalitas, morbiditas, dan status

gizi masyarakat.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 7: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 6

Bab ini menguraikan tentang visi dan misi dalam melaksanakan pembangunan

kesehatan, pelayanan kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat,

pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku

hidup bersih dan sehat.

Bab V – Situasi Sumber Daya Manusia

Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, serta

pembiayaan kesehatan.

Bab VI – Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah

lebih lanjut dari Profil Kesehatan Provinsi DIY di tahun 2008.

Lampiran

Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Provinsi DIY dan 63 tabel data

yang merupakan gabungan table indicator Provinsi sehat dan Indikator pencapaian

kinerja standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 8: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 7

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. WILAYAH

Provinsi DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara

astronomis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur

Timur, dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754

km2) (Sumber : RPJMD). Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan dibatasi

Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat

Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah Provinsi DIY meliputi :

a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten

b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo

d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438

kelurahan/desa, yaitu:

a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, 45 kelurahan);

b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan dan 75 desa);

c. Kabupaten Kulon Progo(luas 586,27 km2, 12 kecamatan dan 88 desa);

d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, 144 desa);

e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan dan 86 desa).

2.2.. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

Menurut altitude, Provinsi DIY terbagi menjadi daerah dengan ketinggian <

100 m, 100-500 m dan 500– 1.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul),

1.000–2000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara

fisiografi, DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah :

(a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga

bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian

Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan

lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 9: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 8

memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian 80 – 2.911 m.

(b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan

batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di

bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi

Plato Wonosari. Wilayah pegunungngan ini memiliki luas kurang lebih

1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700 m.

(c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang

lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng

curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih

706,25 km2 dengan ketinggian : 0 – 572 m

(d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses

pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang

mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan

Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km2 dengan

ketinggian 0 – 80 m.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran

penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta

ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar,

(dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat

penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang

namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar

0,00 mm – 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-350 C.

Kelembaban udara berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3

mb – 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 derajat – 240 derajat dan

kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot

Wilayah DIY mempunyai potensi bencana alam, terutama berkaitan dengan

bahaya geologi yang meliputi:

(a) Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan

wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;

(b) Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 10: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 9

Pegunungan Kulon Progo (bagian utara dan barat), lereng Pengunungan

Selatan (Gunungkidul) dan bagian timur (Bantul);

(c) Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan

Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;

(d) Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul

bagian selatan, khususnya kawasan karst;

(e) Bahaya tsunami, berpotensi di pantai selatan Kulon Progo, Bantul, dan

Gunungkidul, khususnya pada elevasi kurang dari 30 m dpl;

(f) Bahaya gempa bumi (tektonik, vulkanik) berpotensi terjadi di seluruh

wilayah DIY. Gempa tektonik berpotensi di tumbukan lempeng dasar

Samudra Indonesia di sebelah selatan DIY.

(g) Bahaya angin puting beliung, berpotensi terjadi di seluruh wilayah Provinsi

DIY.

Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan dan mengabaikan

kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan

menurun dan ketersediaan sumberdaya alam menipis. Kawasan hutan

dengan luas 23,54% dari luas wilayah DIY kurang mencukupi sebagai standar

lingkungan hidup. Menurunnya daya dukung dan ketersediaan sumberdaya

alam juga terjadi karena kemampuan iptek yang rendah sehingga tidak

mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.

Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat

karena semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang

memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan. Untuk itu, kebijakan

pengelolaan lingkungan hidup secara tepat akan dapat mendorong perilaku

masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

agar tidak terjadi krisis sumberdaya alam, khususnya krisis air, krisis pangan,

dan krisis energi.

Laju kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan yang terjadi baik di

perkotaan maupun pedesaan terus terjadi. Kerusakan sumberdaya alam dan

penurunan mutu lingkungan secara drastis tersebut menyebabkan perubahan

tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan munculnya

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 11: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 10

ancaman global seperti perubahan iklim global, rusaknya keanekaragaman

hayati, serta meningkatnya produksi gas rumah kaca.

2.3. Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk DIY tahun 2003-2004 (SUSENAS 2004)

tercatat pada tahun 2003 sebanyak 3.207.385 jiwa, dan pada tahun 2004

sebanyak 3.220.808 jiwa atau naik 0,42%. Sedangkan jumlah penduduk hasil

proyeksi SUPAS 2005 menunjukkan pada tahun 2005 sebanyak 3.365.500

jiwa, meningkat menjadi sebanyak 3.468.500 jiwa pada tahun 2008 atau naik

rata-rata sebesar 1,01% pertahun. Sementara data BPS tahun 2008

menunjukkan 3.508.825 jiwa terdiri dari 1.790.053 penduduk laki-laki dan

1.598.116 penduduk perempuan (rasio 1,12).

Laju pertumbuhan di DIY merupakan salah satu yang terkecil di Indonesia.

Hal ini dapat diartikan sebagai keberhasilan program kependudukan dan

pergeseran prinsip dari masalah kuantitas menuju kualitas.

Gambar 1. Distribusi penduduk menurut usia

Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan

yang semakin meningkat pada penduduk usia >65 tahun dan menurunnya

jumlah penduduk usia 0 – 14 tahun dari tahun 2003-2008. Hal tersebut

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 12: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 11

mengindikasikan telah terjadinya pergeseran struktur penduduk yang ditandai

dengan tumbuhnya struktur penduduk tua. Sementara rasio dependency ratio

penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif mencapai

0,38 menurun dari 0,45 pada tahun 2003 (Sumber : RPJMD). Sementara

laporan kabupaten / kota menunjukkan tingkat dependensi adalah 0,54.

Pergeseran struktur penduduk menunjukkan adanya transisi demografi yang

diantaranya dipengaruhi oleh perbaikan kesehatan masyarakat. Pergeseran

juga merupakan indikasi tingginya umur harapan hidup penduduk. Usia

harapan hidup (UHH) Provinsi DIY merupakan yang tertinggi di Indonesia.

UHH panjang merupakan representasi perbaikan dari banyak faktor, antara

lain : kondisi ekonomi, pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan, sosio-

kultural masyarakat. UHH menjadi indikator keberhasilan pembangunan.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur (jiwa)

Tahun 2003-2008

Sumber: RPJMD 2009-2013, DIY Dalam Angka 2004-2008, Badan Pusat Statistik DIYTahun 2003-2004, SUSENAS-2004, Tahun 2005-2008 Angka Proyeksi dari hasil SUPAS 2005

Total rumah tangga tahun 2008 mencapai 928.914 kepala keluarga.

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dari pada penduduk perempuan dengan rasio antara penduduk

perempuan dan penduduk laki-laki rata-rata 100:99,51.

Jumlah penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan. Namun

hal ini tidak mencerminkan distribusi nyata antara kabupaten dan kota di DIY.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 13: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 12

Dua wilayah kabupaten di DIY masih dicirikan oleh dominasi penduduk

perdesaan (Kulonprogo, Gunungkidul) dengan kesenjangan ciri urbanisasi

dengan 3 wilayah lain cukup besar.

Rerata kepadatan penduduk DIY sekitar 1.078,08 jiwa per km2. Kepadatan

tertinggi di Kota Yogyakarta (13.880 jiwa/km2) terendah di Kabupaten

Gunungkidul (461 jiwa/km2). Permasalahan ketimpangan kepadatan tersebut

diperkuat dengan ketimpangan potensi sumber daya dimana Gunungkidul

adalah salah satu kabupaten di DIY yang memiliki kesuburan lahan kurang

dan keterbatasan suplai air.

Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Luas (Km2) th 2003 th2004 th2005 th2006 th2007 th2008

1. Kulon Progo 586.27 635.76 636.67 637.54 638.17 638.69

2. Bantul 506.85 1,645.74 1,681.97 1,718.86 1,744.28 1,769.74

3. Gunungkidul 1,485.36 455.97 457.42 458.85 460.12 461.31

4. Sleman 574.82 1,669.12 1,703.74 1,738.95 1,762.60 1786.24

5. Yogyakarta 32.5 12990.18 13252.86 13519.78 13700.25 13880.55

DIY 3185.8 1025.1 1040.64 1056.41 1067.27 1078.08 Sumber : RPJMD 2009-2013, Proyeksi Penduduk berdasarkan Pertumbuhan SP 2000 – SUPAS 2005, DIY Dalam Angka 2008,Badan Pusat Statistik DIY

2.4. Ekonomi

(a) Investasi, Industri, dan Perdagangan

Investasi domestik terus mengalami peningkatan baik investasi domestik

maupun asing demikian pula untuk bidang perdagangan. Investasi

pemerintah banyak yang diarahkan pada pelayanan publik sebaliknya

untuk sektor swasta. Investasi sektor industri mengalami pertumbuhan

baik untuk industri kecil, menengah dan besar (0,65%) dengan dominasi

industri kerajinan serta industri tekstil dan kulit.

Industri kreatif di bidang pariwisata, mempunyai potensi berupa desa

wisata (60) yang tersebar di 4 Kabupaten yang diminati oleh wisatawan

dalam dan luar negeri. Selain itu terdapat industri kreatif di bidang

kebudayaan yang meliputi 25 Production House, seni tari 341 kelompok,

dan drama sebanyak 411 kelompok.

Industri Pariwisata memiliki sumbangan paling besar terhadap PDRB

melalui subsektor perdagangan, perhotelan, restoran, dan jasa-jasa

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 14: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 13

lainnya. Jasa perhotelan adalah yang paling dominan. Ketersediaan aset

pariwisata yang memadai berupa wisata alam, wisata budaya, wisata

pendidikan dan wisata minat khusus mudah dijangkau dan dilengkapi

fasilitas hotel, penginapan, MCK umum, warung makan, restoran.

(b) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB meskipun pertumbuhannya

relatif namun dalam selama sepuluh tahun terakhir mencapai rerata

16,33% (terbesar ketiga setelah jasa dan perdagangan). Jumlah rumah

tangga pertanian selama sepuluh tahun terakhir menurun 9,32% menjadi

47,17% dimana 80,29% diantaranya merupakan petani gurem.

Komoditas tanaman pangan yang meningkat adalah padi, jagung, kacang

tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Komoditas sayuran yang meningkat

adalah kentang dan kacang merah, tomat dan buncis. Lahan sawah

mengalami laju penurunan sebesar 0,27% per tahun, sedangkan lahan

bukan sawah menyusut sebesar 1,62% per tahun.

Luas perkebunan mengalami peningkatan sebesar 14,25%, terutama

pada kelapa, jambu mete dan tembakau. Produksi perkebunan juga

mengalami peningkatan sebesar 3,78%, terutama komoditas kelapa,

jambu mete, kakao dan tembakau.

Produksi ikan konsumsi di DIY selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir

meningkat rerata 9,9% pertahun. Produksi benih ikan dan udang selama

sepuluh tahun terakhir meningkat 27,81%. Konsumsi ikan perkapita

selama sepuluh tahun terakhir meningkat sebesar 5,71% pertahun.

(c) Ketahanan Pangan

Ketersediaan energi Provinsi DIY saat ini sebesar 3.085 kkal/kapita/hari

(Nasional 2.500 kkal/kapita/hari). Keanekaragaman pangan menunjukkan

skor 86,5% (standar 100%). Ketersediaan energi sebesar 2.200

kkal/kap/hari; ketersediaan protein 57 g/kap/hari; norma kecukupan gizi

berdasarkan standar PPH >1.907,6/kkal/kap/hari, konsumsi energi

minimum 1500 kkal/kap/hari, dan konsumsi protein sebesar 62,4

g/kap/hari, dan kualitas konsumsi pangan mendekati skor PPH 85,7%.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 15: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 14

Angka konsumsi energi di DIY sudah melampaui standar, yaitu sebesar

1.835,93 kkal/kap/hari sedangkan angka konsumsi protein, masih belum

memenuhi angka standar karena baru mencapai angka 51,04 g/kap/hari.

Luas hutan mencapai 23,54% dari luas DIY (74.992,96 Ha) yang terdiri

dari hutan negara dan hutan rakyat, hutan di DIY belum memenuhi fungsi

ekologis ideal (minimal 30%).

2.5. Sosial dan Budaya

(a) Sosial

Penyandang masalah kesejahteraan sosial cenderung meningkat yang

ditunjukkan oleh besarnya jumlah pengangguran dan kelompok marginal

seperti anak terlantar/ jalanan, tuna susila, pengemis, gelandangan,

korban bencana alam, korban tindak kekerasan dan lain sebagainya.

Khusus untuk korban bencana mengalami penurunan signifikan

sehubungan dengan telah selesainya permasalahan paska gempa bumi.

Lembaga / organisasi serta infrastruktur untuk penanganan dan

pengelolaan masalah kesejahteran sosial masih kurang memadai.

Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam penanganan masalah

kesejahteran sosial masih perlu ditingkatkan. Berbagai kelompok dan

organisasi sosial seperti Satgasos Penanggulangan Bencana Alam masih

memerlukan pembinaan dan fasilitasi.

Sumber: : RPJMD 2009-2013, BPS Provinsi DIY

Meskipun secara keseluruhan terjadi peningkatan, namun untuk jumlah

penduduk miskin dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Tercatat

pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin mencapai 19,85% menurun

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 16: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 15

menjadi 18,45% pada tahun 2997 dan 17,77% pada tahun 2008.

Sementara dari data kepesertaan jaminan kesehatan bagi penduduk

miskin, jumlah keseluruhan (Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda) tahun

2008 mencapai 1.256.583 atau mencapai 35,9% dari total jumlah

penduduk (Data program JPK Dinkes Prov DIY, 2009). Terbesar adalah

dari kepesertaan Jamkesmas yang mencapai 942.129 (27,4%) (BPS,

2008).

Tabel 2 Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

WWIILLAAYYAAHH KKaabb//kkoottaa

JJMMLL JJIIWWAA Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

JJAAMMKKEESSMMAASS JJAAMMKKEESSOOSS JJAAMMKKEESSDDAA JJUUMMLLAAHH %% PPEENNDD

KKOOTTAA 442211,,110000 6688,,445566 1133,,113344 4444,,996688 112266,,555588 3300..11%%

BBAANNTTUULL 882233,,224422 222222,,998877 9922,,000000 00 331144,,998877 3388..33%%

KK..PPRROOGGOO 338866,,770077 114411,,889933 5566,,000000 00 119977,,889933 5511..22%%

GG..KKIIDDUULL 669955,,662255 334400,,663355 8833,,000000 00 442233,,663355 6600..99%%

SSLLEEMMAANN 995555,,002277 116688,,115588 1199,,000000 66,,335522 119933,,551100 2200..33%%

JJUUMMLLAAHH 33,,443399,,006611 994422,,112299 226633,,113344 5511332200 11,,225566,,558833 3366..55%%

Kabupaten Gunungkidul memiliki jumlah penduduk miskin terbesar yang

mencapai 60,9% dari total penduduk sementara untuk Kabupaten

kulonprogo mencapai 51,2%. Persentase penduduk miskin paling kecil

berada di Kabupaten Sleman yang mencapai 20.3%, sementara untuk

jumlah paling kecil adalah di Kota Yogyakarta.

(b) Pendidikan

DIY secara histori dikenal sebagai daerah tujuan pendidikan nasional

ditandai dengan berkembangnya sekitar 150 lembaga pendidikan tinggi,

pelatihan dan kursus dalam berbagai bidang. Terdapat kecenderungan

penurunan minat belajar ke DIY antara lain disebabkan oleh

berkembangnya pendidikan di daerah lain. Meningkatnya kasus-kasus

penyimpangan moralitas pelajar dan mahasiswa seperti penyalahgunaan

narkoba, pergaulan bebas dan penyimpangan seksualitas, kriminalitas dan

perkelahian.

Angka buta huruf di DIY umur 15-44 tahun di DIY menurun dari 26.183

pada tahun 2006 menjadi 14.159 pada tahun 2007 serta tahun 2008 angka

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 17: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 16

berkurang menjadi 10.156 orang. Diharapkan sebanyak sebanyak 4003

akan bisa diselesaikan pada tahun 2009.

Indikator mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari tingginya angka

partisipasi, yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang

SD/MI Provinsi DIY pada tahun 2007/2008 menunjukkan angka sebesar

109,86%, SMP/MTs sebesar 117,15%, SMA/MA sebesar 79,02%.

Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI adalah sebesar 95,17%,

SMP/MTs sebesar 77,41% dan SMA/MA sebesar 57,22%. Dibanding

dengan tahun sebelumnya angka-angka tersebut mengalami kenaikan

walaupun relatif kecil.

Jumlah bangunan pendidikan di Provinsi DIY sebelum bencana gempa

bumi tercatat 4774 sekolah, akibat dari gempa menyebabkan 38,62 % dari

total bangunan mengalami kerusakan. Sebanyak 275 unit diantaranya

rusak total dan 777 unit rusak berat.

Anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan telah mencapai

63,24%. Angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai

85,8 % sebagian besar berusia >45 tahun. Angka melek huruf pada

penduduk pria dan wanita relatif sama yaitu sekitar 70,8%.

Tingkat partisipasi pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dalam mengikuti

pendidikan pra-sekolah sudah mencapai 70%. Angka Partisipasi Sekolah

(APS) penduduk usia 7-12 tahun sebesar 100%, APS penduduk usia 13-

15 tahun sebesar 100% dan APS penduduk usia 16-18 tahun sebesar

79,89 %. APS tersebut telah melampaui SPM sebesar 95%, 95% dan

60,00%.

Produksi tenaga kesehatan oleh sarana pendidikan cukup tinggi namun

daya serapnya masih rendah. Institusi pendidikan kesehatan di provinsi

DIY berkembang. Tahun 2009 tercatat jumlah institusi penyelenggara

pendidikan mencapai 51. Selengkapnya sebagai berikut :

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 18: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 17

Tingkat Jenis Jumlah D3/4 Keperawatan 11

Gizi 3 Analis 2 Lingkungan 2 Kebidanan 7 Farmasi 1

S1 FK 4 FKG 1 Farmasi 4 FKM 4 Keperawatan 8 Gizi 1

S2/S3 Spesialis kedokteran 1 Spesialis gigi 1 S2/S3 IKM 1

Pola manajemen pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

menyesuaikan dengan Pemerintah Daerah, namun koordinasi peningkatan

kualitas tenaga dengan lembaga pendidikan masih kurang. Peran swasta

cenderung kurang terkendali dalam arti kegunaan dan mutu belum sesuai

kebutuhan dan kemampuan penyerapan yang diakibatkan terbatasnya

dana dalam rekruitmen dan pemeliharaan tenaga, profesionalisme,

kompetensi dan etika SDM kesehatan, serta berkaitan dengan proses

produksi (pendidikan, training).

(c) Kebudayaan

Nilai-nilai budaya tumbuh dan hidup dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat DIY. Pada sisi lain muncul gelombang modernisme yang

memunculkan gejala lunturnya budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai kesenian hidup dan berkembang.

Seni pertunjukan, seperti seni tari dan teater dikelola oleh 2.924 kelompok

yang tersebar di 78 kecamatan. Kesenian non pertunjukan, seperti seni

rupa, seni kerajinan, cukup banyak dan tersebar, dikelola perorangan

maupun kelompok dalam bentuk sanggar Budaya lokal Yogyakarta

memberi tempat tinggi pada tradisi yang menekankan hirarkhi sosial kuat

sehingga sulit menjalankan perubahan.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 19: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 18

(d) Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja

Pemberdayaan perempuan, anak, remaja telah menunjukkan peningkatan.

Partisipasi remaja/pemuda dalam pembangunan semakin membaik. Taraf

kesejahteraan sosial masyarakat cukup memadai sejalan berbagai upaya

pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial bagi

masyarakat rentan termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS), pecandu narkotik dan obat-obat terlarang.

Permasalahan kesetaraan gender di berbagai bidang seperti pendidikan,

kesehatan, ekonomi masih belum optimal.Sejalan dengan itu upaya

perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan dengan

peran serta penuh dari masyarakat juga menjadi tantangan dalam

menjamin terlaksananya pemberian hak secara layak.

(e) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi (IPTEK)

Hasil pengembangan Iptek tercermin melalui berbagai publikasi ilmiah

yang mengindikasikan banyaknya kegiatan penelitian. Pemanfaatan hasil

penelitian dan pengembangan iptek relatif masih rendah disebabkan

antara lain belum efektifnya intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan

antara pengembang dan pemakai iptek, belum berkembangnya budaya

iptek dan masih terbatasnya sumber daya iptek.

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) sangat pesat

dengan indikator melek TI sebesar 20% dari jumlah penduduk dan terus

akan meningkat di masa yang akan datang. Pemanfaatan TI akan semakin

berkembang baik untuk pihak swasta maupun pemerintah.

Pengembangan TI akan banyak dilakukan oleh pendidikan baik oleh

institusi pemerintah maupun swasta.

(f) Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Masalah ketenagakerjaan di DIY sangat terkait dengan masalah

pengangguran, sempitnya kesempatan kerja, dan relatif rendahnya

produktivitas. Hasil Sensus Penduduk (SP) 1971-2000 memperlihatkan

bahwa jumlah angkatan kerja terus meningkat dari sekitar 1,02 juta

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 20: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 19

menjadi 1,7 juta, dengan pertumbuhan 1,79%. Tahun 2003 jumlah

angkatan kerja di DIY menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2003

sejumlah 1.756.662 orang; tahun 2004 sejumlah 1.815.362 orang; tahun

2005 sejumlah 1.851.209 orang; tahun 2006 sejumlah 1.871.974 orang;

dan tahun 2007 sejumlah 1.954.419 orang.

Besarnya jumlah angkatan kerja mengandung konsekuensi besarnya

kebutuhan penciptaan lapangan kerja agar angka pengangguran dapat

ditekan. Hasil SP 1990 tercatat sekitar 37,7 ribu penduduk usia kerja yang

masuk dalam kategori penganggur terbuka meningkat menjadi 86.8 ribu

pada tahun 2000.

Berdasarkan data tahun 2003 – 2008 tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) Provinsi DIY yang merupakan persentase antara jumlah penduduk

angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menunjukkan angka

yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 78,75%, sedangkan

Tingkat Pengangguran Terbuka (open unemployement) atau TPT yang

merupakan persentase perbandingan antara jumlah penduduk yang

ingin/sedang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja juga menunjukkan

angka yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 5,90%. Struktur

pencari kerja didominasi oleh kaum perempuan dan dasar pendidikan

sebagian besar SLTA.

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian

kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Realitas ini menunjukkan

bahwa untuk sektor pertanian dan sektor jasa relatif memberikan kontribusi

paling banyak dalam menyerap tenaga kerja. Demikian juga peranan

sektor pertanian cukup dominan dalam menciptakan lapangan kerja.

Sektor yang potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor

perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan

dapat dikembangkan sebagai penunjang keterserapan tenaga kerja.

(g) Agama

(1) Komposisi pemeluk agama di DIY tahun 2006 terdiri dari 91,38%

agama Islam, 5,38% agama Katholik, 2,88% agama Kristen, 0,17%

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 21: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 20

agama Hindu dan 0,16% agama Budha.

(2) Kerukunan antar umat beragama berkembang dengan baik,

ditunjukkan oleh tidak berkembangnya konflik agama antar pemeluk

agama.

2.6. Pemerintahan dan Politik

(a) Pemerintahan dan Politik

(1) Pemerintahan dan politik cukup stabil karena sebagian besar masih

memandang Kraton sebagai penguasa wilayah. Peran serta dan dialog

birokrasi, organisasi sosial-politik, dan kemasyarakatan berjalan baik.

(2) Tuntutan Good governance dilaksanakan dengan pembenahan dan

pengembangan aspek kapasitas pemerintahan dan perubahan

paradigma penyelenggaraan pemerintahan.

(3) Kondisi sosial politik cukup dinamis yang dipengaruhi hubungan

sinergis pihak-pihak terkait dan didorong oleh perubahan peran

pemerintah dari pembina menjadi regulator, fasilitator dan pelayanan.

(4) Perubahan mendasar terjadi dengan pengembalian asas kesatuan

daerah, pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah,

Provinsi dan Kabupaten/Kota atau antar pemerintahan daerah.

(5) Dalam konteks desentralisasi, pemerintah daerah telah menjalankan

otonomi seluas-luasnya. Tuntutan masyarakat terhadap kuantititas dan

kualitas pelayanan publik akan terus semakin meningkat.

(b) Hukum

(1) Ditetapkannya UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, maka proses pembentukan hukum

dan peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan daerah, dapat

diwujudkan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar

yang mengikat semua lembaga yang berwenang.

(2) Penegakan hukum dan perundang-undangan masih perlu ditingkatkan.

Tindak kejahatan dan kriminalitas semakin tinggi dan bervariasi

(3) Pada era pasar bebas dan globalisasi, telah dilakukan kerjasama dan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 22: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 21

fasilitasi dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

2.7. Prasarana Wilayah

(a) Transportasi

(1) Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor rata-rata 13% per tahun dan

kendaraan pribadi 28% per tahun yang didominasi oleh sepeda motor.

Angkutan umum sebesar 20% dan kendaraan barang sebesar 15%.

(2) Volume lalu-lintas melebihi kapasitas jalan, penyalahgunaan ruas jalan

dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan

kemacetan lalu-lintas, terutama di jaringan jalan pusat kota. Dampak

peningkatan volume kendaraan dan perilaku pengendara juga terjadai

pada tingkat risiko kecelakaan yang semakin tinggi. Intra cranial injury

(kecelakaan) telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai

penyebab kematian. Kecelakaan lalu lintas di DIY mengalami

peningkatan cukup besar. Tahun 2000 tercatat 112 kecelakaan yang

meningkat menjadi 691 kecelakaan di tahun 2008 yang merenggut

nyawa 292 orang dan 3766 orang menderita luka berat dan ringan.

(3) Telah dilakukan perubahan manajemen angkutan umum dengan

konsep buy the service sebagai upaya memperbaiki pelayanan serta

jalur kereta api ganda yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan-

Stasiun Tugu Yogyakarta-Stasiun Kutoarjo.

(4) Bandara internasional baru direncanakan telah beroperasi di wilayah

Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2019. Kegiatan operasional

penerbangan akan meningkat sangat tinggi demikian pula dengan

animo maskapai penerbangan untuk membuka jalur penerbangan.

Keberadaan bandara akan lebih maju lagi dengan adanya

pengembangan jalur angkutan terintegrasi antara darat, laut, dan

udara.

(b) Sumber Daya Air

(1) Sumber daya air utama di DIY adalah Wilayah Sungai Progo-Opak-Oyo

yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) Progo, Opak dan Serang.

Sumberdaya air dimanfaatkan untuk irigasi, kebutuhan rumah tangga,

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 23: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 22

industri, tenaga listrik dan penggelontoran kota.

(2) Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa

PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk

penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi

perkotaan dengan air permukaan.

(3) Terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air sebagai akibat

terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan

tanah/alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak dikendalikan

di daerah tangkapan air. Selain itu juga terjadi pemakaian air yang tidak

efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.

(c) Keciptakaryaan

(1) Pembangunan perumahan permukiman mengarah ke wilayah

Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Perkembangan perumahan

dan permukiman meningkatkan konversi lahan pertanian menjadi

perumahan dan bangunan.

(2) Kebutuhan air minum mengalami peningkatan sejalan dengan

peningkatan penduduk dan kegiatan masyarakat.

(3) Saat ini masih banyak limbah cair industri yang dibuang langsung ke

sistem air limbah terpusat atau ke lingkungan sekitar tanpa ada

pengolahan. Cakupan pelayanan air limbah terpusat baru mencapai

4% (di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta). Total cakupan pelayanan

limbah dan sanitasi berkisar 51.8%.

(4) Pelayanan pengangkutan sampah masih rendah. Pelayanan

pengangkutan sampah di Tempat Pembuangan akhir (TPA) baru

mencapai sekitar 35% dari total produksi sampah.

(5) Cakupan sistem drainase mencapai sekitar 53.42%. Sistem ini

mengandalkan keberadaan sungai-sungai yang melintas sebagai

drainase induk yang cenderung meningkatkan terjadinya pencemaran

air sungai.

(6) Permasalahan pembangunan sampah dan drainase, antara lain

pencemaran lingkungan dan jumlah sampah, terbatasnya lahan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 24: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 23

tempat pembuangan akhir, tidak berfungsinya saluran drainase.

2.8. Struktur dan Pola Ruang

(a) Wilayah di luar DIY yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi

pola pemanfaatan ruang dan perkembangan pembangunan, antara lain:

(a) Semarang – Solo – Cilacap; (b) Magelang-Klaten-Purworejo-Salatiga-

Wonogiri-Sukoharjo; (c) Wilayah terpadu Joglosemar, Pawonsari

Bakulrejo, Gelangmanten.

(b) Implikasi wilayah eksternal dalam penataan ruang wilayah adalah:

(1) Semakin meningkatnya kegiatan bersifat perkotaan dalam hal ini

aksesibilitas, kompatibilitas dan fleksibilitas;

(2) Stuktur tata ruang wilayah DIY secara internal dipengaruhi oleh kondisi

topografi dan geografis wilayah, yang meliputi kawasan tertentu

nasional (lindung dan cagar budaya), kawasan cepat tumbuh, kawasan

potensial untuk berkembang, kawasan yang kritis lingkungan Provinsi

DIY.

(c) Kawasan-kawasan Provinsi DIY yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi pola pemanfaatan ruang dan perkembangan

pembangunan di Provinsi DIY, antara lain:

(1) Kawasan Fungsional yang meliputi Hutan Lindung (Kabupaten Gunung

Kidul dan Kulon Progo), Hutan Konservasi (Suaka Margasatwa, Taman

Nasional, Cagar Alam/Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya);

(2) Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS Progo, DAS Opak-Oyo dan DAS

Serang);

(3) Kawasan tertentu nasional (Taman Nasional Gunungapi Merapi,

Kawasan Cagar Budaya: Keraton, candi-candi, Kawasan Rawan

Bencana: jalur patahan Opak, wilayah Gunung Merapi, dan rawan

tsunami, banjir dan air pasang di pesisir pantai Kulon Progo dan

Bantul);

(4) Kawasan yang cepat tumbuh (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, yang

meliputi Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan Bantul

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 25: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 24

yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta);

(5) Kawasan yang potensial untuk berkembang (Kabupaten Bantul:

Sewon, Kasihan, Banguntapan, Sedayu, Srandakan, Imogiri dan

Piyungan; Kabupaten Sleman: Godean, Gamping, Pakem, Depok;

Kabupaten Kulonprogo: Wates, Temon, Pengasih, Sentolo, dan

Nanggulan; Kabupaten Gunungkidul: Wonosari, Bunder, Rongkop,

Sadeng);

(6) Kawasan yang kritis lingkungan (Kabupaten Gunungkidul: di Purwosari,

Panggang, Tepus, dan Rongkop; Kabupaten Bantul: di Worotelo,

Wukirsari, Muntuk, Jatimulyo, Sendangsari, dan Dlingo; Kabupaten

Kulonprogo: Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, dan Kokap).

(d) Karakteristik tata ruang internal DIY ditandai tingginya kebutuhan ruang

untuk kegiatan budidaya namun dilain pihak menghadapi keterbatasan

daya dukung maupun daya tampung lingkungan. Wilayah DIY seluas

318.580 Ha, dengan 47,188% (150.332 Ha) merupakan kawasan lindung

(belum termasuk rawan gempa).

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 26: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 25

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tahun 2008 Provinsi DIY memperoleh penghargaan Manggala Bhakti Husada

Kartika dari Presiden yaitu sebuah penghargaan atas prestasi sebagai provinsi

dengan derajad kesehatan terbaik di Indonesia. Indikator yang dinilai paling peka

dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu

wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup, (2) Angka Kematian Ibu, (3) Angka

Kematian Bayi, (4) Angka Kematian Balita, dan (5) Status Gizi Balita / bayi.

3.1. MORTALITAS

3.1.1 Umur Harapan Hidup (UHH)

Peningkatan umur harapan hidup di DIY merupakan yang terbaik di Indonesia

bersama dengan DKI dan Bali, namun demikian bila dibandingkan dengan

negara-negara Asia Tenggara masih tetap lebih rendah (misal Singapura). Berikut

gambaran perkembangan UHH dan prediksinya sampai dengan tahun 2008 di

Provinsi DIY.

Gambar 2 : Umur Harapan Hidup Penduduk DIY tahun 1971 – 2008

(Sensus, Supas, SDKI, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY 2007-2008, BPS 2009 –

www.datastatistik-Indonesia.com, Kompas)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 27: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 26

Tahun 2008, umur harapan hidup masyarakat DIY diperkirakan telah meningkat

mencapai 74,1 tahun (BPS 2009, www.datastatistik-Indonesia.com). Jika dirunut

sejak tahun 1971, telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan selama 30

tahun dari tahun tersebut yang baru mencapai 45,5 tahun. Gambaran

perkembangan tersebut memperlihatkan telah terjadinya transisi demografi di DIY

yang sebenarnya telah dimulai pada masa 90-an yang ditunjukkan dengan

semakin meningkatnya usia lanjut.

Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal

ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran

pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian,

perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat.

Transisi demografi yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kelompok usia

lanjut ini juga membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit

degeneratif di provinsi DIY. Penyakit-penyakit degeneratif tersebut dicirikan

dengan adanya kebutuhan longterm care. Dengan demikian di Provinsi DIY

sudah saatnya untuk memulai pengembangan pelayanan jangka panjang

tersebut.

3.1.2. Angka Kelahiran

Berdasarkan parameter Hasil Proyeksi Penduduk SP2000 di Provinsi

D.I.Yogyakarta Tahun 2000 – 2025 dari BPS 2006/2007, taksiran jumlah total

anak yang dilahirkan oleh 1000 wanita bila para wanita tersebut secara terus

manerus hamil pada saat mereka berada dalam tingkat fertilitas menurut usia

pada saat sekarang atau rata-rata jumlah anak yang dapat dilahirkan seorang

wanita selama masa hidupnya dari tahun 2000 – 2025 tidak mengalami

peningkatan yaitu 1,4 . Dapat diinterpretasikan bawa jumlah anak yang dilahirkan

oleh seorang ibu selama hidupnya adalah 1,4.

Berdasakan parameter Hasil Proyeksi Penduduk SP2000 di Provinsi

D.I.Yogyakarta Tahun 2000 – 2025, CBR tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebesar

12,0, per 1000 penduduk. Akan tetapi mulai tahun 2010 mengalami penurunan.

Pada tahun 2025, CBR sebesar 8,9 per 1000 penduduk, sehingga CBR

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 28: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 27

mengalalami penurunan sangat signifikan yaitu sebesar 3,1 selama satu tahun

setiap 1000 penduduk. Hal ini dapat disebabkan banyaknya wanita usia subur

yang tidak menikah maupun tidak melahirkan.

Tabel 3 : Angka Kelahiran - Proyeksi SP2000 Provinsi D.I.Y

Tahun 2000 – 2025 (x 1000)

Kelahiran

2000 2005 2010 2015 2020 2025

TFR 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 CBR 11,7 12,0 11,9 11,1 9,9 8,9 Total (000) 36,5 39,5 41,0 39,8 36,6 32,7

Sumber : BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2008

Jumlah kelahiran pada tahun 2008 yang dilaporkan dari dinas kesehatan

Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : jumlah lahir hidup 45.100 dan lahir mati

277 dengan jumlah kelahiran terbanyak di wilayah kabupaten Bantul (12.950) dan

terendah (4.932) di Kota yogyakarta.

3.1.3. Angka Kematian Ibu

Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30

tahun terakhir. Secara Nasional angka kematian ibu di Provinsi DIY juga tetap

menempati salah satu yang terbaik. Meskipun demikian angka yang dicapai

tersebut masih relative cukup tinggi jika dibandingkan dengan bebagai wilayah di

Asia Tenggara dan dibandingkan target MDG’s.

Gambar 3 : Jumlah & Angka Kematian Ibu DIY tahun 2004 – 2007

(sumber : Profil Dinkes Propinsi DIY, Laporan Program 2008)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 29: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 28

Data kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup

baik. Tahun 2008 angka kematian ibu di DIY berada pada angka 104/100rb

menurun dari 114/100rb pada tahun 2004. Jumlah kematian ibu maternal yang

dilaporkan kabupaten / kota pada tahun 2008 mencapai 41 ibu. Meskipun terlihat

kecenderungan penurunan, namun jika diamati tingkat laju penurunan selama

periode 5 tahun terakhir terlihat melandai / kurang tajam. Target MDG’s di tahun

2015 untuk angka kematian Ibu nasional adalah tiga perempat dari kondisi tahun

1999 (132/100 ribu) yaitu 97,5/100 ribu, untuk DIY angka tersebut relative sudah

mendekati.

3.1.4. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) di D.I. Yogyakarta dari tahun 2000 sampai dengan

tahun 2025 berdasarkan parameter hasil Proyeksi Penduduk di Provinsi

D.I.Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 4. Angka Kematian Bayi (Proyeksi SP 2000 di DIY (x1000))

Tahun AKB per 1000 Kelahiran hidup LAKI-LAKI PEREMPUAN Total

2000 21,2 15,0 18,2 2005 16,6 11,9 14,3 2010 13,6 9,8 11,8 2015 11,6 8,5 10,1 2020 10,4 7,8 9,1 2025 10,4 7,8 9,1

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025, BPS Provinsi DIY

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2000-2005 (5 tahun)

penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,9%. Sedangkan untuk periode tahun

2005 -2010 penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 2,5% dan periode 2010 -

2015 adalah 1,7%. Periode tahun 2020 - 2025 diperkirakan tidak terjadi

penurunan karena tingkat kematian yang sudah sangat kecil (“hardrock”) yang

dipengaruhi oleh factor-faktor yang sangat sulit untuk dikendalikan diantaranya

faktor genetik.

Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian

bayi di DIY juga mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan

dengan sebelum tahun 1990. Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 30: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 29

pada tahun 2008 terjadi sebanyak 376 bayi meninggal dengan berbagai sebab.

Angka kematian bayi tahun 2008 masih tetap / sama dengan tahun sebelumnya

yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup.

Gambar 4 : Angka Kematian Bayi Propinsi DIY tahun 1971 – 2008 (Sumber

Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

Angka Kematian Bayi tahun 2008 jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun

sebelumnya yang mencapai 62 / 1000 kelahiran hidup (tahun 1980). Dengan pola

penurunan tersebut maka diprediksikan pada tahun 2013 angka kematian bayi di

DIY diharapkan akan mencapai 16 / 1000 kelahiran hidup.

Pola penurunan dan kenaikan angka kematian bayi sensitif terhadap berbagai

faktor lain. Seperti yang terlihat pada periode tahun 1997 sampai dengan 1999

dimana terjadi krisis multidimensi yang berdampak secara tidak langsung kepada

peningkatan angka kematian bayi di DIY. Secara Nasional, target MDG’s untuk

angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua

pertiga dari kondisi tahun 1999 (dari 25 menjadi 16).

3.1.5. Angka Kematian Balita

Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik.

Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai

148 / 1000 balita yang ada, angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun

kemudian menjadi 53/1000 balita, tahun 2002 sudah mencapai 28 / 1000 dan

data tahun 2008 telah mncapai angka 19/1000.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 31: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 30

Gambar 5 : Angka Kematian Balita Propinsi DIY Tahun 1971 - 2008

(Sumber Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

Pola penurunan sedikit mengalami pola yang berbeda pada kisaran tahun 1997

sampai dengan 2002 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya krisis multi

dimensi di Indonesia. Laporan kabupaten / kota tahun 2008 menunjukkan jumlah

kematian balita berbeda. Hal ini disebabkan oleh akurasi data kematian balita

yang masih perlu dilakukan perbaikan.

Dengan pola penurunan sejak tahun 1971 tersebut maka diprediksikan di tahun

2013 angka kematian balita akan mencapai 16/1000. Secara Nasional target

MDG’s untuk angka kematian balita pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun

menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999.

3.2. MORBIDITAS

3.2.1. Pola penyakit

Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit (Puskesmas)

selama beberapa tahun terakhir adalah ISPA, penyakit saluran nafas (Bronchitis,

Asma, Pneumonia), penyakit kulit, hipertensi, pulpa, diare. Sementara untuk

Balita, pola penyakit masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 32: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 31

Gambar 6 : Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas DIY tahun 2006

(Sumber Profil 2007)

Pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola

yang hamper sama. Beberapa catatan penting dikaitkan dengan kunjungan rawat

jalan di Puskesmas adalah munculnya berbagai penyakit tidak menular yang

semakin tinggi. Hipertensi, alergi dan rheumatoid adalah diantara beberapa

penyakit yang memperlihatkan peningkatan signifikan dalam beberap atahun

terakhir.

Tabel 5 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Pasien JPK Gakin di

Puskesmas tahun 2008 (Survey Aksesibilitas JPK Gakin DIY, 2008)

Jenis Penyakit di Puskesmas Jumlah

1 ISPA, common cold 70942

2 Hipertensi 28442

3 Gastritis 11797

4 Myalgia 9737

5 Peny.sistem otot & Jar.Pengikat 9616

6 DM 9258

7 Dermatitis 9153

8 Nasofaringitis akut 8823

9 Pusing, nyeri kepala, vertigo 8485

10 Gangguan lain pd jaringan otot 7816

Seperti dalam kunjungan rawat jalan umum di puskesmas pada umumnya,

penyakit ISPA masih menjadi yang paling dominan diantara para pengunjung dari

pasien JPK Gakin (Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda) dibandingkan penyakit-

penyakit lainnya. Dominasi penyakit ISPA juga nampak dari jumlah kunjungan

27,25

13

9,5 9 8,75 8 74,5 4,25

0

5

10

15

20

25

30

%

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 33: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 32

rawat jalan di Puskesmas-puskesmas di DIY di seluruh Kabupaten / Kota. Sampai

dengan awal Bulan Oktober, total sebanyak 70.942 pasien ISPA pasien peseta

JPK-Gakin mengunjungi puskesmas. Persentase penyakit ISPA di setiap

Kabupaten / Kota berkisar antara 31% – 39% dari seluruh penyakit.

Menarik bahwa penyakit Hipertensi telah menjadi penyakit paling dominan kedua

bagi kelompok keluarga tidak mampu di DIY. Tidak seperti ISPA, besaran

persentase penyakit hipertensi menurut kabupaten kota cukup bervariasi.

Persentase tertinggi adalah di Kota Yogyakarta yang mencapai 28%. Di urutan

kedua dan ketiga dengan perbedaan persentase yang cukup jauh adalah untuk

Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman masing-masing 14%.

Hasil ini mempertegas kesimpulan bahwa di Provinsi DIY telah terjadi transisi

epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular

khususnya penyakit jantung dan pembuluh darah (CVD / cardiovascular disease).

Laporan dari puskesmas tersebut mempertegas kesimpulan lain bahwa penyakit

tidak menular seperti CVD yang semakin menonjol saat ini di Provinsi DIY tidak

hanya didominasi oleh kelompok keluarga mampu.

3.2.1.1. Pola Penyakit Menular

Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria,

masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi

perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang

mendukung. Kondisi tergambar dari masih belum tereliminasinya berbagai

penyakit tersebut dan masih tingginya faktor risiko baik perilaku maupun

lingkungn di masyarakat. Di sisi lain penyakit endemis seperti DBD sampai saat

ini masih tetap menjadi ancaman.

a. DBD

Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) lebih tinggi dari rata-rata

nasional. Data program P2M tahun 2007 menunjukkan bahwa CFR (case

fatality rate / angka kematian) DBD DIY mencapai 1,01 (nasional <1) dengan

angka insidensi tahun 2007 sebesar 74,38/100.000 penduduk.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 34: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 33

Angka insidensi mengalami penurunan menjadi 64,81 / 100.000 penduduk

pada tahun 2008 sementara untuk angka kematian / CFR mengalami

penurunan menjadi 0,90 dari keseluruhan kasus. Meskipun mengalami

penurunan namun kasus dan kematian akibat penyakit DBD masih masuk

dalam kategori tinggi.

Tingginya prevalensi penyakit DBD tidak terlepas dari masih tingginya faktor

risiko penularan di masyarakat seperti angka bebas jentik yang masih di

bawah 95% yaitu baru 64,46% rumah yang bebas dari jentik Aedes aegypti.

b. TBC

Kualitas pengobatan TBC di DIY berdasarkan laporan program P2M,

meskipun dari tahun ke tahun terus meningkat namun tetap masih rendah

yaitu baru mencapai 79% (target 85%). Hasil laporan program tersebut

berbeda dengan data laporan profil kabupaten /kota yang baru mencapai

angka 57,89%. Hal ini tidak terlepas dari faktor integrasi pendataan profil

dengan program yang belum sepenuhnya bisa tercapai.

Permasalahan lain adalah penemuan penderita yang masih rendah dimana

pada tahun 2007 baru mencapai 51,54% (target 70%). Angka tersebut masih

belum beranjak membaik dengan capaian di tahun 2008 yang baru mencapai

50,73% (BTA(+) 1157) . Tercatat sebanyak 6.154 penderita TBC paru yang

berhasil dideteksi secara klinis dan 1.942 positif berdasarkan pemeriksaan

laboratorium (1157) dan rontgen (785). Sebanyak 291 penderita TBC lainnya

adalah dari kelompok TBC ekstra paru.

Penderita TBC yang tidak sembuh atau penderita yang tidak memperoleh

pengobatan karena belum ditemukan, merupakan sumber penular yang

mengancam pencapaian derajad kesehatan mengingat penyakit TBC

disamping bisa menimbulkan kematian yang tinggi juga menjadi prekursor

berbagai penyakit dengan fatal lain seperti HIV/AIDS, penyakit paru obstruksi,

dan lain sebagainya.

Sementara itu kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran

pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki

kecenderungan peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 35: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 34

kesakitan dan kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan

bertanggungjawab terhadap kecenderungan peningkatannya mengingat sifat

penularan dan perilaku masyarakat

c. Malaria

Penyakit malaria telah menurun dengan sangat signifikan dalam lima tahun

terakhir. Namun demikian masih ditemukan adanya kasus penularan

indigenous malaria Kabupaten Kulonprogo. Total kasus (indigenous dan non

indigenous) tahun 2008 terlaporkan sejumlah 86 kasus terbanyak berasal dari

Kabupaten Kulonprogo yang mencapai 73 kasus.

Angka API / AMI per 100 penduduk tahun 2008 di Provinsi DIY mencapai 0.02.

Hasil pengamatan program P2M memperlihatkan bahwa episentrum KLB

malaria masih dijumpai di wilayah Kulonprogo. Sementara belum baiknya

kondisi lingkungan dan peningkatan pemanasan global dikhawatirkan akan

tetap memberikan peluang yang tinggi bagi perkembangan penyakit ini.

d. HIV/AIDS

DIY saat ini telah menempati urutan ke 17 provinsi dengan penderita penyakit

HIV/AIDS terbesar. Penularan telah berubah dengan dominasi dari jarum

suntik pengguna narkoba. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok

usia 20-26 tahun. Laporan program P2M menunjukkan bahwa penemuan

kasus HIV/AIDS masih rendah yaitu dari target semula sebesar 2000 hanya

mampu dicapai 501 kasus. Sementara dari penderita yang ditemukan,

pengobatan VCT yang dijalankan juga masih rendah hanya mencapai 62,4%.

Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa kasus tertinggi HIV/AIDS

adalah di Kota Yogyakarta sementara terendah adalah di Kabupaten

Gunungkidul. Terdapat perbedaan antara data kajian program dengan data

profil di masing-masing kabupaten / kota yang disebabkan integrasi data yang

belum optimal di kedua program.

e. Filariasis

Kasus filariasis ditemukan di beberapa lokasi di Provinsi DIY. Tahun 2007

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 36: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 35

kabupaten / kota melaporkan 12 kasus penyakit filariasis yang terjadi di Kota,

Kulonoprogo dan Gunungkidul. Angka tersebut menurun menjadi 11 kasus

pada tahun 2008 dengan bergeser di Kota, Gunungkidul dan Sleman.

f. Kusta

Penderita penyakit kusta di DIY jumlahnya kecil. Berdasarkan laporan

Kabupaten / kota jumlah penderita penyakit kusta yang berhasil diidentifikasi

mencapai 34 orang (6 PB dan 28 MB). Angka yang dilaporkan tersebut lebih

rendah dibandingkan laporan tahun 2007 yang mencapai jumlah 45 orang (7

PB dan 38 MB). Salah satu yang menjadi catatan penting dikaitkan dengan

penderita kusta adalah tingkat pencapaian pengobatan yang tidak berhasil

mencapai 100% di tahun 2008. Sebanyak 2 pasien PB di Kabupaten Bantul

dilaporkan tidak mendapat pengobatan RFT Kusta.

g. Pneumonia Balita

Pneumonia pada balita banyak dijumpai di Provinsi DIY. Laporan dari berbagai

sarana pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun

2008 ditemukan sejumlah 783 kasus Pneumonia Balita. Angka tersebut lebih

tinggi dibandingkan laporan kabupaten /kota pada tahun 2007 yang mencapai

632 kasus.

h. Diare

Penderita diare di puskesmas di kabupaten / kota setiap tahun jumlahnya

cukup tinggi. Namun demikian hal ini belum dapat menggambarkan prevalensi

keseluruhan dari penyakit diare karena banyak dari kasus tersebut yang tidak

terdata oleh sarana pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau

pengobatan di praktek swasta). Laporan profil kabupaten / kota menunjukkan

bahwa selama kurun tahun 2007 jumlah balita yang menderita diare dan

memeriksakan ke sarana pelayanan kesehatan mencapai 16.589 sementara

tahun 2008 mencapai 31.394.

g. Penyakit bisa dicegah dengan Imunisasi

Program imunisasi telah dijalankan sejak lama di seluruh wilayah Indonesia

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 37: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 36

dan telah mencapai hasil yang cukup baik. Provinsi DIY merupakan wilayah

yang memiliki tingkat pencapaian kinerja dalam program imunisasi yang

terbaik di Indonesia. Hampir seluruh desa (96,57%) yang ada di Provinsi DIY

telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal Coverage Immunization)

yaitu suatu indikasi yang menggambarkan bahwa desa tersebut penduduknya

telah menjalankan imunisasi. Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat

dari berbagai kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang relatif

kecil dibandingkan dengan wilayah lain.

Laporan kabupaten / kota memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 ditemukan

satu kasus penyakit difteri (Kabupaten Gunungkidul). Tahun 2007 tidak

ditemukan kasus serupa. Untuk kasus penyakit Pertusis, tahun 2008

dilaporkan sejumlah 5 kasus yang seluruhnya berasal dari Kota Yogyakarta.

Seperti halnya difteri, kasus serupa tidak dijumpai pada tahun 2007. Demikian

pula dengan kasus polio yang selama periode waktu 2007 sampai dengan

2008 tidak ditemukan.Sementara untuk AFP rate < 15 tahun di Provinsi DIY

tahun 2008 adalah 3,45.

Kasus tetanus dijumpai sebanyak 3 kasus yang terjadi di Kabupaten Sleman.

Meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 dimana kasus tetanus dilaporkan

terjadi di Kabupaten Sleman sebanyak 3 kasus dan Kabupaten Kulonprogo

sebanyak 1 kasus. Sementara untuk kasus Tetanus Neonatorum

menunjukkan tidak ada kasus untuk tahun 2008 maupun tahun 2007.

Kasus penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah

dengan imunisasi yang paling banyak ditemukan. Tahun 2008 tercatat

sebanyak 450 kasus. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat

dibandingkan laporan profil kabupaten / kota tahun 2007 (240 kasus). Namun

demikian peningkatan ini belum mengindikasikan adanya peningkatan

prevalensi karena sistem pendataan yang masih berbasis kepada sarana

pelayanan kesehatan pemerintah. Di sisi lain pencapaian program imunisasi

penyakit campak menunjukkan bahwa cakupan masih belum mencapai 100%

(92,57%).

Kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi lain yang juga cukup

banyak ditemui adalah hepatitis. Tahun 2008 kabupaten / kota melaporkan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 38: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 37

terjadi 203 kasus sementara pada tahun 2007 sejumlah 66 kasus. Namun

demikian peningkatan ini belum mengindikasikan adanya peningkatan

prevalensi karena sistem pendataan yang masih berbasis kepada sarana

pelayanan kesehatan pemerintah.

h. New Emerging Disease

Hasil laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa di 5 kabupaten/kota telah

terdeteksi unggas (>1 jenis) positif Avian Influenza. Potensi penyakit Avian

Influenza masih terbuka lebar dengan masih buruknya pemahaman dan

perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan.Beberapa penyakit baru

lain seperti Influanza H1N1, SARS dan lain sebagainya akan tetap

mengancam dengan semakin tingginya tingkat mobilitas penduduk antar

wilayah dan belum baiknya pola perilaku sehat masyarakat.

3.2.1.2. Penyakit Tidak Menular

Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek

samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung

meningkat. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah Penyakit Jantung

dan Pembuluh Darah (kardiovaskuler), Diabetes Mellitus, Kanker, Gangguan

Jiwa.

Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa, pola kematian yang tercatat di

rumah sakit – rumah sakit di DIY telah mulai menunjukkan pergeseran. Jenis

penyakit penyebab kematian terbanyak dari semula penyakit-penyakit menular

menjadi kematian akibat penyakit yang masuk dalam kategori penyakit tidak

menular. Perkembangan lebih lanjut semakin menunjukkan dominasi penyakit

tersebut sebagai penyebab kematian di DIY.

Pada beberapa tahun yang akan datang, jumlah penderita penyakit tidak menular

akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan jumlah penduduk usia tua semakin

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 39: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 38

bertambah. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan longterm

care.

Data pada saat ini memperlihatnkan bahwa pola penyakit pada semua golongan

umur telah mulai didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif, terutama

penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan, neoplasma, kardiovaskuler dan

Diabetes Mellitus (DM).

Penyakit yang berhubungan dengan organ paru juga menjadi penyakit yang perlu

diwaspadai di DIY. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan

bahwa penyakit paru termasuk asma selalu masuk 10 penyebab langsung dan

tidak langsung kesakitan dan kematian utama di Indonesia termasuk DIY.

Suhu udara yang panas dan meningkatnya asap kendaraan bermotor di

Yogyakarta mengakibatkan beberapa parameter pencemaran udara sudah

memasuki taraf waspada. Hasil pantauan kualitas udara oleh Kantor

Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta menunjukkan beberapa

kadar zat berbahaya di udara melebihi batas baku mutu udara. Selain itu juga

jumlah perokok di Yogyakarta pada hasil berbagai survey termasuk Susenas,

telah mencapai lebih dari 30%. Hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun

2006 dan 2008 memperlihatkan bahwa antar 56% rumah tangga di DIY tidak

bebas asap rokok.

Kondisi tersebut memberikan dampak buruk khususnya kepada organ paru

penduduk DIY sehingga permasalahan penyakit paru di masa mendatang tidak

hanya akan menjadi meningkat tetapi juga semakin kompleks.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, intra cranial injury (kecelakaan) telah

menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian dan

menunjukkan kecenderungan peningkatan. Kecelakaan lalu lintas di DIY mulai

tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 mengalami peningkatan yang cukup

besar. Jumlah kasus untuk periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2002

tercatat 112 kecelakaan meningkat menjadi 691 kecelakaan saat ini. Selama

tahun 2008 kecelakaan telah merenggut nyawa 292 orang dan 3766 orang

menderita luka berat dan ringan.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 40: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 39

Kelompok penyakit penyebab kematian

0

5

10

15

20

25

th04 9,86 3,84 0 0 3,32 8,4 2,48 0 1,87

th05 7,63 7,11 8,91 5,05 0 7,65 7,62 4,08 0

th06 19,15 13,67 4,26 5,32 2,74 0 0 0 0

CVDIntracranial

injury

Kecelakaan

darat & jatuh

Infeksi Sal.

NafasDiabetes Persalinan Septisima

Penyakit

syarafSirosis hati

Mencegah kematian dini akibat kecelakaan bagaimanapun tidak lagi hanya

menjadi tugas Kepolisian tetapi menjadi tugas semua pihak seperti kesehatan.

Meskipun sampai saat ini data mengenai tingkat risiko kematian yang ditimbulkan

dari kecelakaan dari sektor kesehatan belum dimiliki, namun peran sistem rujukan

dan penanganan pra rujukan diyakini akan memiliki peran besar menurunkan

angka risiko kematian dini tersebut.

Meningkatnya penyakit degeneratif disertai dengan masih berkembangnya

penyakit-penyakit infeksi akan menyebabkan beban ganda pembangunan

kesehatan di Propinsi DIY.

3.2.2. Pola Kematian Akibat Penyakit

Penyakit jantung dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu masuk dalam 10

penyakit penyebab kematian tertinggi. Analisis tiga tahun terakhir dari data di

seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit kardiovaskuler

seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD

(cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian.

Sampai dengan tahun 2007 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat

penyakit tidak menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit

yang ada di DIY (hospital based). CVD tidak hanya menempati urutan tertinggi

penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin

meningkat seiring semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit

CVD sebagaimana laporan RS di DIY.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 41: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 40

Gambar 7 : Penyakit penyebab kematian di DIY (2004 – 2007)

(Sumber laporan RS di DIY)

Kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang

mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai

penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam

dalam tiga tahun terakhir.

Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI

Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006

telah terjadi 1.039 kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding

tahun 2005 dan setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan

lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa 88% kematian

diakibatkan oleh cedera kepala.

Faktor perilaku pengendara memang menjadi faktor dominan bagi tinggi

rendahnya tingkat kematian akibat kecelakaan. Meskipun demikian disamping

faktor perilaku tersebut, dukungan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan

pertolongan pertama / prarujukan, rujukan gawat darurat dan kualitas pelayanan

di sarana pelayanan kesehatan sedikit banyak juga bisa ikut berperan untuk

menurunkan kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu perbaikan sistem

pelayanan termasuk pertolongan prarujukan dan rujukan diharapkan akan

mampu menurunkan tingkat kematian.

Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang

masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan

medis jenis penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan Pneumonia, namun

dengan melihat kondisi prevalensi dan penemuan kasus TBC di DIY pada

khususnya, maka sangat dimungkinkan bahwa penyakit TBC ikut pula menjadi

salah satu kontributor kematian penyakit tersebut.

Kematian akibat penyakit terkait dengan persalinan ibu masuk dalam kelompok

10 besar penyakit penyebab kematian di rumah sakit-rumah sakit di DIY dalam

tiga tahun terakhir. Dalam periode tersebut, jumlah kematian akibat bersalinan ini

cenderung menurun bahkan pada tahun 2007 penyakit tersebut tidak masuk

dalam 10 besar penyebab kematian di rumahsakit rumahsakit di DIY.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 42: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 41

3.3. STATUS GIZI

Gambar 8 : Gambaran Status Gizi Balita di Propinsi DIY tahun 2004 s/d 2008 (Sumber Laporan Rutin Gizi 2004-2008)

Meskipun angka gizi buruk DIY telah jauh melampaui target nasional (15% di

tahun 2010) namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY.

Tahun 1998 sampai 2002 terdapat peningkatan prosentase balita dengan status

gizi baik, namun demikian tahun 2004 prosentase balita gizi buruk masih tetap

dijumpai dengan prosentasenya mencapai 1,14%. Angka tersebut terus

menunjukkan kecenderungan penurunan.

Penderita gizi buruk di DIY sebagaimana idlaporkan oleh Program Gizi kabupaten

/ kota, sampai dengan tahun 2008 telah berada mencapai 0,90%.Angka tersebut

berbeda dengan lalkporan profil kabupaten / kota yang baru menunjukkan baru

mencapai 0,53%). Permasalahan perbedaan data terjadi sebagai akibat belum

optimalnya integrasi data diantara kedua program tersebut.

Berdasarkan laporan kabupaten / kota tahun 2008, jumlah kasus BBLR (Berat

Bayi Baru Lahir Rendah) mencapai 2,94%. Balita BGM (Bawah Garis Merah)

yaitu standar yang menggambarkan status gizi balita, memperlihatkan angka

2,71%. Sementara itu laporan dari kabupaten / kota menunjukkan bahwa 61,04%

Balita berhasil menaikan berat badanya pada kurun waktu tahun 2008.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 43: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 42

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.VISI & MISI

Pelaksanaan upaya kesehatan di provinsi DIY tidak terlepas dari Visi dan Misi

provinsi DIY dalam melaksanakan pembangunan kesehatan.

VISI DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY sebagai berikut :

“Dinas Kesehatan yang katalistik mendukung terciptanya

status kesehatan DIY yang tinggi, serta sebagai pusat

pelayanan dan pendidikan kesehatan yang bermutu dan

beretika”

Dan misi sebagai berikut :

1. Mencegah meningkatnya risiko penyakit & masalah kesehatan

2. Menyediakan pelayanan kesehatan secara merata, bermutu baik pemerintah

maupun swasta

3. Meningkatnya pembiayaan kesehatan yg cukup untuk peningkatan status

kesehatan masyarakat

4. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian

kesehatan

Dengan target yang mengacu pada Visi indonesia Sehat 2010 dan standar

pelayanan yang mengacu pada kepmenkes RI No. 281/menkes/SK/IX/2008

tentang standar Palayanan Minimal bidang Kesehatan.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 44: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 43

4.2. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Akses masyarakat Yogyakarta terhadap sarana pelayanan kesehatan telah cukup

baik. Salah satunya diperlihatkan dari aksesibilitas jarak jangkauan. Hasil survey

Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2008, dimana menunjukkan bahwa lebih

dari 80% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km terhadap puskesmas dan lebih

dari 70% penduduk hanya berjarak 1-5 km terhadap rumah sakit dan dokter

praktek swasta. Tidak ditemukan penduduk yang memiliki jarak tempuh lebih dari

10 km terhadap sarana pelayanan puskesmas, dokter praktek swasta dan bidan,

yang menunjukkan mudahnya akses jarak jangkauan penduduk terhadap sarana

pelayanan.

Gambar 9. Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Gambar 10. Akses ke Puskesmas di Setiap Kabupaten / Kota

Aksesibilitas jarak jangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan cukup

merata antar kabupaten kota. Penduduk DIY di setiap Kabupaten / Kota pada

umumnya berada pada kisaran 1-5 km terhadap Puskesmas.

Meskipun akses jangkauan sarana cukup baik namun tidak demikian dengan

akses informasi pelayanan kesehatan. Salah satu hasil survey tahun 2008 yang

Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Pus

k

Pusk

Pusk

Pus

kRS

RS

RS R

S

dokt

er

dokt

er

dokt

er

dokt

er

Bid

an

Bid

an

Bid

an

Bid

an

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

< 1km 1-5km 6-10km >10km

Akses ke Pusk di setiap Kabupaten

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

80,0%

90,0%

100,0%

< 1km 1-5km 6-10km >10km

Bantul

Gunungkidul

Kota

Sleman

Kulonprogo

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 45: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 44

menunjukan bahwa hanya 76% masyarakat DIY yang menyatakan pernah

menerima informasi Jamkesmas dan Jamkesos. Sementara informasi mengenai

pelayanan di berbagai rumah sakit dan standar pelayanan rumah sakit (yang

dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan mereka),

belum banyak bisa diakses oleh masyarakat.

Perkembangan jaminan kesehatan di tingkat nasional dan daerah telah berdampak

kepada peningkatan jumlah peserta JPK bagi keluarga miskin di DIY. Tahun 2003

Prov i ns i DIY telah ber i n i s i a t i f me mbentuk Jaminan Pelayanan

Kesehatan Sosial (Jamkesos) yang pada tahun-tahun selanjutnya diikuti di dua

wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

Jumlah peserta sampai dengan tahun 2008 secara kelseuruhan telah mencapai

1.211.660 penduduk miskin yang terjamin oleh jaminan kesehatan atau 35,86%

dari total penduduk di DIY. Terbanyak berasal dari Program Jamkesmas yabng

mencapai. sebanyak 942.129 orang.

Tabel 6 . Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

WWIILLAAYYAAHH JJAAMMKKEESSMMAASS JJAAMMKKEESSOOSS

JJAAMMKKEESSDDAA JJUUMMLLAAHH %%

PPEENNDD

KKOOTTAA 6688,,445566 1133,,113344 4444..996688 8811,,663355 2200..3399

BBAANNTTUULL 222222,,998877 9922,,000000 331144,,998877 3399

KK..PPRROOGGOO 114411,,889933 5566,,000000 119977,,889933 5522..3333

GG..KKIIDDUULL 334400,,663355 8833,,000000 442233,,663355 6611..9988

SSLLEEMMAANN 116688,,115588 1199,,000000 66,,335522 119933,,551100 2200..8855

JJUUMMLLAAHH 994422,,112299 226633,,113344 66339966..996688 11,,221111,,666600 3355..8866

Akses penduduk miskin terhadap sarana pelayanan kesehatan juga cukup baik.

Peserta jaminan kesehatan penduduk miskin (Jamkemas, Jamkesos, Jamkesda)

yang membutuhkan perawatan seluruhnya telah mendapatkan pelayanan

kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penduduk miskin

sebagaimana tergambar dari hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi DIY tentang

aksesibilitas penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sebagai berikut :

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 46: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 45

Tabel 7 Jumlah Layanan Rawat jalan Puskesmas bagi Masyarakat Miskin

Rawat Jalan Pusk

Jamkesmas Jamkesos Jamkesda Total

Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Kota 142.353 77% 25.041 14% 16.367 9% 183.761 100%

2. Bantul 164.683 75% 54.837 25% 219.520 100%

3. Klprogo 134.521 71% 54.070 29% 188.591 100%

4. Gnkidul 208.277 84% 39.775 16% 248.052 100%

5. Sleman 155.188 78% 16.263 8% 28.465 14% 199.916 100%

Provinsi 805.022 77% 189.986 18% 44.832 4% 1.039.840 100%

Rata2/bln 67.085 16563 3.736 87.385

Kunjungan keluarga miskin selama periode tahun 2008 mencapai lebihd ari 1 juta

kunjungan. Jumlah kunjungan terbanyak secara keseluruhan adalah di

Kabupaten Gunungkidul, demikian pula untuk kunjungan Jamkesmas terbanyak.

Sementara untuk kunjungan jamkesos terbanyak berada di Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Kulonprogo. Dua Kabupaten telah mengembangkan sistem jaminan

kesehatan yaitu Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Di kedua kabupaten /

kota ini Jamkesda juga banyak dimanfaatkan untuk pemeriksaan kesehatan.

Gambaran hasil survey memperlihatkan bahwa fasilitas jaminan kesehatan telah

banyak dimanfaatkan oleh penduduk miskin di Provinsi DIY. Gambaran ini juga

menunjukkan disamping aksesibilitas dari sisi ekonomi juga aksesibilitas dari sisi

geografis yang cukup baik sehingga bisa dicapai tingkat pemanfaatan / kunjungan

yang cukup tinggi.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya di jalur pemerintah telah

dilaksanakan melalui berbagai strategi. Salah satu contoh peningkatan mutu

sarana pelayanan adalah puskesmas. Puskesmas ditingkatkan mutu

pelayanannya melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Sampai

dengan tahun 2008 sebanyak 20% dari 118 puskesmas yang ada di Provinsi

DIY telah menerapkan SMM. Sementara sebanyak 7% rumah sakit yang ada di

Provinsi DIY telah menerapkan standarisasi pelayanan dengan ISO 9001:2006.

Sebanyak 17% RS telah terakreditasi dengan 12 standar dan 5% RS telah

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 47: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 46

terakreditasi 16 standar pelayanan.

Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat

meningkat menjadi 40% pada tahun 2007 dan RS dengan pelayanan kesehatan

jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun

2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk rawat inap 1,2%

(nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin

secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi

maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%.

4.3. Perbaikan Gizi Masyarakat

Deteksi tumbuh kembang balita merupakan tools dalam program peningkatan gizi

kepada anak balita. Hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan menunjukkan

bahwa deteksi tumbuh kembang balita belum dapat berjalan secara optimal yang

ditunjukkan tingkat capaian yang baru mencapai 46,05%.

Dari sisi pelayanan kesehatan untuk permasalahan gizi, seluruh balita dengan

status gizi buruk, sebagaimana dilaporkan oleh Kabupaten /kota, telah

mendapatkan perawatan (100%). Dengan demikian seperti yang terjadi pada

tahun-tahun sebelumnya, seluruh kasus balita dengan gizi buruk akan

mendapatkan perawatan kesehatan sesuai dengan prosedur dan melalui

pendekatan multisektoral.

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, penderita BGM di Provinsi DIY mencapai

sebesar 2,71% dari keseluruhan balita yang ada. Program yang dikembangkan

untuk mengantisipasi permasalahan diantaranya adalah dengan pemberian MP-

ASI (makanan pendamping ASI) khususnya bagi bayi (1 bulan - 1 tahun). Hasil

evaluasi terhadap upaya pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi BGM

mencapai 99,18%. Sementara untuk kasus BBLR yang telah ditangani baru

mencapai 88,2%. Salah satu kendala yang terjadi adalah belum optimalnya

integrasi sistem pemantauan di sektor swasta.

Distribusi vitamin A kepada balita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

status gizi balita telah mencapai tingkat cakupan cukup baik namun belum

mampu menjangkau keseluruhan target (85,73%). Sementara untuk distribusi

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 48: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 47

kapsul iodium kepada wanita usia subur, sebagaimana dilaporkan oleh

kabupaten / kota masih sangat jauh dari harapan (14,52%) meskipun desa /

kelurahan dengan garam beryodium baik telah mencapai 85,9%.

Distribusi kapsul Fe kepada ibu-ibu, ditunjukan untuk mencegah terjadinya

anemia pada ibu hamil. Hal ini dilaksanakan mengingat bahwa anemia

merupakan salah satu faktor risiko terbesar bagi angka kematian ibu melahirkan.

Hasil pantauan terhadap pelaksanaan distribusi kapsul Fe kepada ibu

menunjukkan belum mampu mencapai angka 100%. Laporan Kabupaten / kota

menujukkan bahwa untuk distribusi kapsul Fe1 baru mencapai 88,09% dan

untuk Fe3 baru mencapai 77,47%.

ASI eksklusif merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan

karena berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Sampai

dengan tahun 2008 cakupan ASI ekslusif di provinsi DIY baru mencapai 23,72%.

4.4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Aksesibilitas pelayanan kesehatan yang cukup baik di DIY juga tergambar dari

proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga medis bagi ibu melahirkan.

Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2008 di Provinsi DIY berdasarkan

laporan kabupaten /kota telah mencapai hampir 100% (96%). Angka tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2006 yang baru mencapai 87,79%. Pencapaian

prestasi tersebut merata terjadi di seluruh wilayah yang juga mengindikasikan

bahwa akses pelayanan relatif merata di seluruh wilayah di DIY.

Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) meningkat dibandingkan tahun 2007 yaiti

dari 84,01% menjadi 89,58% pada tahun 2008. Sementara untuk kunjungan K1

tingkat capaiannya sudah sangat tinggi yaitu mencapai 100%. Capaian K1 dan K4

yang sudah cukup tinggi menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang cukup

baik terhadap kesehatan ibu hamil. Meskipun demikian dari tingkat capaian yang

diperlihatkan, untuk K4 masih perlu ditingkatkan lebih lanjut sehingga bisa

mendukung penurunan tingkat kematian ibu.

K1 dan K4 akan berperan penting dalam mendeteksi secara dini berbagai

permasalahan selama masa kehamilan. Salah satunya adalah mendeteksi ibu

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 49: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 48

hamil risiko tinggi atau dengan komplikasi kehamilan. Hasil pantauan kohort ibu

hamil dari kunjungan K1 dan K4 memperlihatkan bahwa persentase ibu hamil risiko

tinggi cukup tinggi yaitu mencapai 14,49%. Dari jumlah tersebut tidak seluruhnya

mendapatkan perawatan lebih lanjut di sarana pelayanan kesehatan (25%). Ibu

hamil risiko tinggi yang tidak mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan

sebagian merujuk di sarana pelayanan kesehatan swasta sebagian tidak menjalani

perawatan sama sekali.

Sementara untuk neonatal risiko tinggi, tindakan harus dilaksanakan adalah

melakukan rujukan ke sarana pelayanan yang lebih lengkap. Dari keseluruhan ibu

bersalin terdapat sejumlah 12,68% neonatal yang memiliki risiko tinggi dan harus

dirujuk.Dari pasien neonatal risti yang dirujuk tersebut hampir seluruhnya

mendapatkan pelayanan kesehatan (95,29%).

Dalam banyak kasus, kehamilan dan persalinan risiko tinggi sangat membutuhkan

persediaan darah, dan dalam hal ini ketersediaan darah untuk ibu hamil maupun

untuk neonatus di Provinsi DIY cukup baik (100%).

Upaya kesehatan remaja masuk dalam ranah upaya kesehatan ibu dan anak.

Program dilaksanakan dengan pemeriksaan siswa SD/MI dan SMP/SMU. Cakupan

program ini belum mampu menjangkau seluruh target sasaran, tahun 2008 tingkat

capaian sebagaimana dilaporkan kabupaten /kota baru mencapai 68% uyntuk

SD/MI dan 41% untuk SMP/SMU.

4.5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Kondisi perumahan di Provinsi DIY dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh

kabupaten / kota menunjukkan bahwa baru 64,65% yang masuk dalam kategori

rumah sehat. Program pemantauan sendiri baru mampu menjangkau sejumlah

38,89% dari target yangdiharapkan. Meskipun demikian beberapa parameter

rumah sehat pada masyarakat di DIY menunjukkan telah cukup baik diantaranya

adalah pemanfaatan air bersih (94%) dan jamban sehat (75%).

Akses terhadap air bersih terbaik adalah di Kabupaten Kulonprogo yang mencapai

100% dan terendah adalah di Kabupaten bantul yang baru mencapai 59,46%.

Sementar auntuk jamban sehat terbaik adalah di Kabupaten Kulonprogo dan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 50: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 49

Sleman. Parameter tempat sampah sehat dan air limbah sehat masih perlu

ditingkatkan yang diperlihatkan dari capaian yang baru 50,23% untuk tempat

sampah sehat dan 65,47% untuk pengelolaan limbah sehat.

4.6. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat DIY

Faktor risiko penyakit kardiovaskuler penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Hasil

Survey oleh Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2006 dan 2008 menunjukkan

bahwa sebanyak 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok, sementara

18,7% remaja di DIY adalah perkok aktif. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang

melakukan aktifitas olahraga. Hanya 19,8% penduduk DIY yang mengkonsumsi

serat mencukupi. Sementara 34,8% wanita dan 24,1% pria di DIY mengalami

obesitas. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY

meningkat hampir 7%. Kegemukan pada usia dini memberikan risiko lebih besar

untuk terjadinya penyakit-penyakit seperti kardovaskuler dan diabetes mellitus di

masa dewasanya.

Permasalahan perilaku lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah

penyalahgunaan Napza. Pemakai Napza yang ditangkap oleh pihak kepolisian

berdasarkan laporan dari Polda DIY, meningkat meningkat hampir 200% (158

kasus tahun 1999 menjadi 323 kasus tahun 2007). Permasalahan penyerta dari

penyalahgunaan Napza adalah kemungkinan penularan penyakit seperti

HIV/AIDS. Kasus penularan HIV/AIDS melalui injeksi di DIY meningkat 5 kali lipat

dalam 6 tahun terakhir dan menempatkan DIY dalam urutan ke 11 dalam jumlah

AIDS dari IDU’s (Injection Drug User’s).

Pada tataran rumah tangga menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang telah

melaksanakan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat telah mencapai 72,90%.

Sementara aktifitas masyarakat khususnya terkait dengan upaya kesehatan ibu dan

anak memperlihatkan belum sepenuhnya baik. Laporan kabupaten / kota

menunjukkan bahwa hanya dari 5643 posyandu di DIY terdapat 944 posyandu yang

masih dalam tataran pratama. Partisipasi dalam kegiatan Posyandu juga maish perlu

dilakukan peningkatan mengingat baru 73,99 balita yang berpartisipasi dalam

kegiatan posyandu (ditimbang).

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 51: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 50

BAB V

SUMBERDAYA KESEHATAN

5.1. Tenaga Kesehatan

Ketersediaan tenaga di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun rumah

sakit pada umumnya sudah baik. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di seluruh

Propinsi D.I. Yogyakarta yang terdiri dari RSU Pemerintah dan Swasta,

Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi DIY tahun

2007 adalah sebagai berikut :

Jenis Tenaga Th. 2007 Th. 2008

a). Dokter Spesialis 701 931

b). Dokter Umum 1.371 1.304

c). Dokter Gigi 229 222

d). Tenaga Perawat dan Bidan 4.792 5.854

e). Kefarmasian 500 529

f). Tenaga Gizi 412 332

g). Tenaga Kesmas 281 289

h). Tenaga Sanitasi 282 274

i). Tenaga Teknis Medis 407 642

Dari gambaran data perkembangan jumlah tenaga kesehatan di berbagai unit

pelayanan dan Dinas Kesehatan memperlihatkan terdapat beberapa jenis tenaga

yang mengalami peningkatan dan sebagian diantaranya mengalami penurunan.

Diantara yang mengalami penurunan adalah untuk jenis tenaga dokter umum,

dokter gigi, tenaga gizi, dan tenaga sanitasi. Penurunan dikaitkan dengan adanya

mutasi pegawai dan dengan adanya peningkatan jenjang misalnya untuk dokter

umum ke dokter spesialis sebagai dampak dari program tugas belajar.

Program peningkatan sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan

ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan serta efektifitas

penggunaan. Sumber daya kesehatan di provinsi D.I.Yogyakarta meliputi tenaga

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 52: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 51

dokter, dokter spesialis , dokter gigi, apoteker bidan dan perawat, ahli gizi, ahli

sanitasi ahli kesehatan masyarakat serta penduduk yang menjadi peserta

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Rasio dokter spesialis pada tahun 2007 adalah 37,62 : 100.000 penduduk.

Rasio dokter spesialis ini mengalami peningkatan selama enam tahun terakhir

dan telah melampaui angka nasional (target nasional tahun 2010 sebesar

6/100.000 penduduk). Rasio dokter gigi tahun 2008 mencapai 6,44 : 100.000

penduduk. Angka tersebut mengalami penurunan dari 6.64 pada tahun 2007.

Rasio dokter gigi pada tahun 2008 belum mencapai angka nasional pada tahun

2010 yaitu sebesar 11/100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Provinsi DIY

pada tahun 2008 mencapai 37.82 menurun dari 39,76 : 100.000 penduduk pada

tahun 2007.

Gambar 11.Rasio Tenaga Dokter Terhadap Penduduk 2001 – 2008 (per 100.000 penduduk)

Dukungan sumberdaya manusia di tingkat pelayanan kesehatan dasar

(Puskesmas) juga sudah cukup baik.

Dukungan sumberdaya manusia di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DIY

cukup baik yang diperlihatkan dari beberapa spesifikasi. Jumlah keseluruhan

pegawai di dinas kesehatan Provinsi DIY sampai dengan tahun 2009 mencapai

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 53: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 52

496 orang dengan dominasi pegawai adalah dari latar belakang pendidikan

umum yang mencapai 256 (52%). (Selengkapnya data dalam lampiran)

SKPD Dinkes Provinsi DIY memiliki 4 UPT yang meliputi Bapelkes, BP4, BLK dan

Jamkesos. Tiga UPT merupakan unit pelayanan yang bersifat teknis medis yang

membutuhkan tenaga medis dan kesehatan yang lebih banyak. Ketiga UPT

dimaksud adalah BP4, BLK dan Bapelkes. Sementara satu UPT yaitu Jamkesos

memiliki karakter yang lebih menonjol dalam aspek manajemen yaitu manajemen

pembiayaan kesehatan, Ditinjau dari komposisi ketenagaan di ketiga UPT

menunjukan bahwa untuk tiga UPT pertama yang membutuhkan tenaga teknis

lebih banyak telah sesuai dengan yang diharapkan demikian pula untuk

Jamkesos.

Gambar 12. Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi DIY

Tahun 2008

5.2. Sarana Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi DIY relatif cukup banyak baik dari segi

jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah

(Puskesmas) telah menjangkau keseluruhan Kecamatan yang ada di Kabupaten /

kota bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu sebagai jaringan

pelayannya, telah mampu menjangkau seluruh desa yang ada. Jumlah

puskesmas terbanyak adalah di Kabupaten Gunungkidul dengan 29 puskesmas

disusul oleh Kabupaten Bantul dan Sleman masing-masing 27 dan 24

puskesmas. Sementara untuk Kota Yogyakarta memiliki 18 puskesmas. Dari

sejumlah total 122 puskesmas tersebut, sebanyak ….. diantaranya telah

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 54: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 53

dikembangkan menjadi puskesmas rawat inap. Seluruh Puskesmas telah

dilengkapi dengan jaringan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan

memiliki jaringan kemitraan dengan Desa Siaga di seluruh wilayah.

Perkembangan pelayanan kesehatan dasar di sektor swasta juga berkembang

dengan pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti dokter

praktek swasta, bidan praktek swasta, poliklinik, praktek bersama dan lain

sebagainya.

Tabel 8 Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan di Provinsi DIY

Kab/kota Rumah Sakit TT

Kota RSUD Kota 157

DKT 64

Panti rapih 367

PKU Muhammadiyah 243

Bethesda 438

Bethesda lempuyangan 50

Happyland 67

Hidayatullah 50

Bantul RSUD Bantul 150

PKU Muhammadiyah Bantul 102

Patmasuri 37

Santa Elisabeth 22

Klprogo RSUD Wates 153

St Yusuf Boro 50

PKU Nanggulan 50

Rizki Amalia 50

GK RSUD Wonosari 156

Pelita Husada 30

Bandung 30

Sleman RSUP Sardjito 750

RSUD Sleman 146

RSU PKU 78

Lokapala 36

Panti Baktiningsih 50

Panti Rini 37

Panti Nugroho 50

Dr. S Harjolukito 32

Yogyakarta International 96

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 55: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 54

Sarana rujukan di Provinsi DIY juga relatif telah memadai dengan berbagai jenis

pelayannya. Rumah sakit pemerintah tersedia di kelima kabupaten / kota. Secara

kumulatif Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta adalah dua wilayah yang

memiliki jumlah sarana pelayanan kesehatan rujukan terbanyak dibandingkan

dengan tiga wilayah lain. Perkembangan pelayanan rujuakn di sektor swasta

sangat pesat dalam 10 tahun terakhir. Sarana pelayanan rujukan khusus juga

telah berkembang diantaranya untuk jenis pelayanan kesehatan mata, jiwa, dan

paru.

Sarana pelayanan kesehatan pendukung seperti laboratorium kesehatan juga

berkembang baik dengan semakin besarnya peran swasta. Dalam 3 tahun

terakhir telah tumbuh berbagai sarana pelayanan pendukung laboratorium dan

apotik. Pemerintah Provinsi sendiri telah memiliki sarana Balai Laboratorium

Kesehatan (UPT) dan instalasi farmasi.

Unit Pelayanan Teknis juga berkembang baik di tingkat provinsi dan Kabupaten /

Kota. UPT laboratorium tersedia di setiap wilayah. Sementara untuk UPT jaminan

kesehatan baru berkembang di tingkat provinsi, Kabupaten Sleman dan Kota

Yogyakarta. UPT balai paru merupakan unit pelayanan pemeriksaan paru yang

dimiliki oleh Pemerintah Provinsi yang menjadi pusat rujukan untuk pemeriksaan

paru dan di masa mendatang akan dikembangkan lebih lanjut menjadi rumah

sakit khusus. UPT Bapelker (balai pelatihan kesehatan) dikelola oleh Dinas

Kesehatan Provinsi DIY untuk memberikan dukungan dalam pengembangan

sumberdaya manusia kesehatan di Provinsi DIY.

Pelayanan pengobatan tradisional yang berbasis bukti juga telah mulai

dikembangkan bekerjasama dengan berbagai institusi pendidikan kesehatan

yang ada di Provinsi DIY yang melahirkan gagasan untuk pengembangan

pembinaannya di tahun-tahun mendatang.

5.3. Pembiayaan Kesehatan

Total pembiayaan kesehatan di Provinsi DIY dan Kabupaten / Kota pada tahun

2008 mencapai Rp. 448,121,989,015 terbesar adalah berasal dari APBD

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 56: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 55

Kabupaten / Kota yang mencapai 83,2% dan anggaran yang berasal dari APBN

yang mencapai 15,51% (DAK, Askeskin, lain-lain).

Anggaran kesehatan terbesar adalah di Kabupaten Sleman yang mencapai 108

milyard rupiah disusul oleh Kota Yogyakarta yang mencapai 99 milyard rupiah.

Smentara untuk anggaran terkecil adalah di Kabupaten Bantul yang mencapai 55

milyard rupiah.

Persentase penerimaan anggaran kesehatan di Kabupaten / kota dibandingkan

dengan total anggaran APBD (termasuk gaji) berdasarkan laporan dari

Kabupaten / kota telah mencapai angka 11,5%. Sementara di provinsi DIY telah

mencapai 8,5% (termasuk gaji).

Anggaran di SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY diperoleh dari anggaran APBD

dan APBN. Anggaran APBN hanya meliputi anggaran dekonesntrasi karena

untuk tahun 2009 tidak mendapatkan jatah untuk tugas pembantuan. Gambaran

alokasi dan realisasi anggaran menurut sumber penganggaran adalah sebagai

berikut :

Penyerapan anggaran APBD cukup tinggi yaitu mencapai 98% sementara untuk

APBN hanya mencapai 73%. Rendahnya realisasi anggaran APBN tidak terlepas

dari DIPA yang terlambat (akhir bulan September) yang menyebabkan waktu

efektif untuk implementasi berbegai program hanya berlangsung dalam kurun

waktu 3 bulan. Kondisi tersebut sangat tentu menjadi kendala yang menyulitkan

dalam pelaksanaannya.

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 57: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 56

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan data dan informasi hasil pembangunan Kesehatan di Propinsi

D.I. Yogyakarta tahun 2008 yang telah berhasil dikumpulkan melalui Profil

Kesehatan Kabupaten/Kota, laporan Rumah Sakit (SIRS Revisi V), laporan program

dan data BPS, dan hasil beberapa survai, maka dapat disimpulkan bahwa Indikator

Derajat Kesehatan masyarakat di Propinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan beberapa

survai yang telah dilaksanakan adalah :

1. Umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi DIY cenderung meningkat dan

pada tahun 2008 diperkirakan telah mencapai angka 74,1 tahun.

2. Angka Kematian Bayi mengalami perbaikan namun tren penurunan

cenderung melandai. Sampai dengan tahun 2008 kematian bayi di Provinsi

DIY telah mencapai angka 17 per 100.000 kelahiran hidup. AKB di DIY

tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia namun masih

tertinggal jika dibandingkan negara-negara ASEAN.

3. Angka Kematian Balita (AKABA) cenderung membaik dengan tren penurunan

yang cenderung melandai / menetap. Angka kematian balita sampai dengan

tahun 2008 adalah 19 per 1000 balita.

4. Angka Kematian Ibu terus mengalami perbaikan dan sampai tahun 2008 telah

mencapai angka 104 per 100.00 kelahiran hidup. Angka tersebut merupakan

salah satu yang terbaik namun jauh tertinggal di tingkat Asia Tenggara.

5. Gizi buruk cenderung terus membaik dengan ditunjukan penurunan di tahun

2008 yaitu menjadi 0,90%.

qqq

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 58: Profil Kes Prov DIY 2008

Profil Kesehatan DIY 2008 57

LAMPIRAN

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.