produksi ikan bandeng dan pertumbuhan pakan alami tradisional.docx

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya bandeng di indonesia telah dikenal sejak abad 500 tahun yang lalu. Usaha ini berkembang pesat hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi yang diterapkan yang juga perkembangan dari tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener) dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan buatan secara terencana, (Ahmad et al. 1997 dalam Abdul dan Tonnek, 2003). Dalam sistem tradisional, pemupukan adalah unsur utama yang harus dilakukan pada budidaya ikan bandeng secara tradisional. Hal ini di sebabkan budidaya ikan bandeng secara tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap) sebagai makanan utama bagi bandeng yang dipelihara, (Achmad, Wedjatmiko dan Toni, 2011). Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha difersifikasi budidaya yang tahan terhadap perubahan lingkungan guna mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai salah satu pengganti komoditas udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dalan pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara traisional dapat diperhatikan beberapa aspek antara lain: pemilihan 1

Upload: nency-maharani

Post on 31-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya bandeng di indonesia telah dikenal sejak abad 500 tahun yang

lalu. Usaha ini berkembang pesat hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan

memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi yang diterapkan yang

juga perkembangan dari tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener)

dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan buatan secara terencana,

(Ahmad et al. 1997 dalam Abdul dan Tonnek, 2003). Dalam sistem tradisional,

pemupukan adalah unsur utama yang harus dilakukan pada budidaya ikan

bandeng secara tradisional. Hal ini di sebabkan budidaya ikan bandeng secara

tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap) sebagai makanan utama

bagi bandeng yang dipelihara, (Achmad, Wedjatmiko dan Toni, 2011).

Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha

difersifikasi budidaya yang tahan terhadap perubahan lingkungan guna

mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai salah satu pengganti komoditas

udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dalan

pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan

dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara traisional dapat

diperhatikan beberapa aspek antara lain: pemilihan lokasi, persiapan tambak,

penebaran nener, pemberian pakan dan pengaturan air. Bandeng memiliki

keungulan komparatif dan strategid dibandingkan komoditas perikanan lain

ditambak karena: teknologi pembenihan dan pembesaran telah dikuasai dan

berkembang di masyarakat, kebutuhan prasyarat kurang memerlukan kriteria

kelayakan yang tinggi dan toleran terhadap perubahan kualitas lingkungan, dan

preferensi masyarakat untuk mengkonsumsi bandeng sangat tinggi, (Nur dan

Andi, 2010).

Selain itu status budidaya bandeng di indonesia yaitu menunjukkan prospek

yang baik, dimana pada tahun 2008 prouksi bandeng mencapai 422.086 ton, lebih

tinggi dari Filiphina yang hanya 349.432 ton. Kemudian produksi meningkat pada

tahun 2012 yaitu sebesar 482.930 ton, (Tim Perikanan WWF, 2014).

1

Menurut Prahasta dan Masturi (2009) Ikan bandeng termasuk golongan ikan

herbivore, yaitu bangsa ikan yang mengonsumsi tumbuhan yang hidup di air

maupun hewan-hewan air lainnya. Teknis pemliharaan ikan bandeng tidak sulit.

Secara tradisional, ikan bandeng hanya dilepas begitu saja di tambak tanpa perlu

perawatan maupun pemberian pakan, tetapi pemeliaharaan dengan pemberian

pakan yang cukup dapat tumbuh dengan cepat dan hasil yang didapat lebih baik.

Pada saat sekarang ini, persentase biaya terbesar dalam produksi budidaya

yaitu faktor pakan, melihat hal ini maka penulis memutuskan untuk

membudidayakan bandeng di tambak tradisional yang bertujuan untuk

mengurangi biaya produksi terutama biaya pakan.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis menulis makalah ini yaitu

a. Mengetahui persiapan produksi budidaya ikan Bandeng pada tambak tradisional

b. Mengetahui cara penumbuhan pakan alami dan jenis pakan alami sebagai pakan

Bandeng di tambak tradisional

c. Mengetahui pertumbuhan pakan alami pada tambak Bandeng tradisional

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Hal-hal yang dilakukan pada persiapan produksi budidaya ikan Bandeng

b. Langkah-langkah penumbuhan pakan alami dan jenis-jenis pakan alami yang

tumbuh di tambak

c. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pakan alami di tambak Bandeng

2

BAB II

BIOLOGI IKAN BANDENG

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Ikan Bandeng memiliki tubuh seperti peluru dengan sirip ekor bercabang

sebagai petubju bahwa ikan bandeng memiliki kesanggupan berenang dengan

cepat. Tubuh ikan bandeng bewarna putih keperak-perakan dan dagingnya

bewarna putih susu. Ikan bandeng yang hidup dialam memiliki panjang tubuh

mencapai 1 m, sedangkan ikan bandeng hasil budidaya hanya mampu mencapai

panjang tubuh sekitar 0,5 m. Ikan bandeng adalah hewan yang termasuk pada

golongan hewan herbivora, yaitu golongan ikan yang mengkonsumsi tumbuhan.

Apabila dipelihara secara intensif ikan yang dipelihara dapat mencapai ukuran

berat 0,6 kg pada umur ikan mencapai 5-6 bulan.(Pusat Penyuluhan KKP, 2011)

Ikan bandeng juga mempunyai sirip punggung yang jauh di belakang tutup

insang, denga 14-16 jari-jari pada sirip punggung, 16-17 jari-jari pada sirip dada,

11-12 jari-jari pada sirip perut, 10-11 jari-jari pada sirip anus/dubur (sirip

dubur/anal finn terletak jauh di belakang sirip punggung), dan sirip ekor berlekuk

simetris dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 75-80 sisik.(Kordi,

2005)

Menurut Muslim (2003) klasifikasi ikan bandeng adalah sebagai berikut:

Phyllum : Vertebrata

Sub phyllum : Craniata

Class : Teleostei

Sub class : Actinopterygii

Ordo : Malacopterygii

Sub ordo : Clupeidae

Famili : Chanidae

Genus : Chanos lacipede

Spesies : Chanos chanos Forskal.

Berikut ini adalah gambar morfologi ikan bandeng.

3

Gambar 1. Ikan Bandeng

2.2 Kebiasaan Makan

Larva ikan bandeng mulai makan sesaat seteah mata berpigmen penuh dan

saat mulut mulai membuka (54 jam setelah menetas) dan sebelum kuning telur

sepenuhnya diserap. Makanan yang cocok bagi larva bandeng yaitu jenis

Phytoplankton dan zooplankton yang berukuran kecil, larva bandeng aktiv makan

pada siang hari (diurnal feeder) sampai berumur 15 hari, setelah umur 21 hari

dapat makan pada malam hari, (Hardiyanto,2009 dalam PUSLUHKP, 2011).

Jenis makanan yang dimakan gelondonga bandeng pada siang hari berbeda

bagi yang dimakan pada malam hari. Pada siang hari makanan gelondongan

bandeng terdiri dari 65% alga dan 35% hewan sedang pada malam hari 46% alga

dan 54% hewan. Jenis alga yang dimakan yaitu cyano bakter, diatom, detritus, dan

alga hijau berfilamen sedangkan hewan yang dimakan terdiri dari cacing dan

udang renik.

Gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang hari dibandingkan

pada malam hari. Aktifitas makan pada malam hari berlangsung bila kandungan

oksigen terlarut lebih besar dari 3 ppm. Sebagai ikan vegetaris ikan bandeng

memiliki usus yang panjangnya mencapai 9 kali panjang tubuhnya. Hal ini

disebabkan karena makanan nabati sulit dicerna dengan adanya dinding selulosa.

Meskipun demikian pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, (PUSLUHKP,

2011).

4

2.3 Siklus Hidup

Ikan bandeng dalam menjalani siklus hidupnya secara utuh berpindah dari

satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Mulai dari laut sampai ke sungai bahkan

kadang-kadang sampai ke danau. Sehingga perlu diketahui perubahan tingkah

laku dialam secara tepat sehingga dapat dijadikan acuan bagi kegiatan budidaya,

(PUSLUHKP, 2011).

5

BAB III

PERSIAPAN PRODUKSI

3.1 Operasional Pemeliharaan

Operasional pemeliharaan ikan bandeng di tambak adalah upaya satu

kesatuan kegiatan yang harus dilakukan, apabila tambak sudah tersedia. Beberapa

kegiatan yang harus dilakukan dalam pemeliharaan ikan bandeng adalah:

persiapan tambak, penebaran benih, pemeliharaan dan panen.

Kegiatan –kegiatan tersebut hanya dilakukan untuk tambak sudah siap jadi

(siap) digunakan utuk pemeliharaan. Pembuatan dan konstruksi tambak, reklamasi

tanah masam, dan sebagainya yang berkaitan dengan membangun tambak, tidak

termasuk dalam kegiatan yang akan diuraikan di sini. Penjelasan ini hanya akan

menguraikan bagaimana memelihara ikan bandeng seecara tradisional pada

tambak yang sudah tersedia. (Achmad, 2011)

3.2.1 Persiapan Tambak

Kegiatan menyiapkan tambak hal yang sangat penting dalam menyiapkan

produksi untuk ikan bandeng agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan

bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan

bandeng meliputi perbaikan komponen tambak,yaitu pematang, pintu air, caren

dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.(Pusat Penyuluhan KKP, 2011)

Menurut Achmad (2011) persiapan tambak merupakan factor utama yang

mutlak harus dilakukan sebelum operasional pemeliharaan, agar tujuan utama

dalam budidaya bandeng yaitu mendapatkan hasil panen yang memadai (target

ukuran tercapai dan jumlah yang hidup maksimum), cepat tumbuh (dalam kurun

waktu yang pendek), dan hasil yang menguntungkan (nilai jual tinggi dan biaya

operasional rendah).

3.2.2 Pengeringan Tambak

Pengeringan tanah dasar kolam bertujuan untuk membunuh hama dan

penyakit yang ada di dasar. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua

6

air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut

dilakukan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan

selama 3-5 hari sampai tanah dasar t ambak mengering.(Nur, 2010) Harus

mengetahui kualitas tanah dasar mengandung pyrite atau pH rendah, maka harus

dilakukan pencucian tanah terlebih dahulu dengan memasukan air dalam pelataran

minimal satu kali dalam 24 jam lalu air dibuang. Pencucian tambak dapat

dilakukan lebih dari satu kali, sesuai kebutuhan.(Tim Perikanan WWF-Indonesia,

2014).

3.2.3 Perbaikan Pematang dan Pintu Air

Pematang tambak harus di buat kokoh, karena fungsi pematang tambak

adalah menahan air di dalam tambak. Oleh karena itu, pematang harus di perbaiki

setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan

kebocoran dan meninggikan pematang. Saluran air pada tambak budidaya

bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi

dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi

pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah

dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.

(Nur, 2010). Berikut adalah gambar kegiatan memperbaiki pematang dan pintu

air.

Gambar 2. Perbaikan pematang dan saluran air

7

Tinggi pematang dari pelataran minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm

dari pelataran. Lebar pematang 1,5-2 meter memungkinkan untuk penanaman

mangrove di pematang.(Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2014).

Dalam satu petak tambak biasanya terdapat pintu pemasukan air dan pintu

pengeluaran air untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak.

Pembuatan pintu air dapat dibuat dari pada papan atau pipa paralon yang

dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu, pada pintu

pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk

ke dalam petak tambak.(Nur,2010) .

Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang terbawa masuk

kedalam tambak bisa diendapkan terlebih dahulu dan untuk menstabilkan suhu air

didalam tambak serta untuk menumbuhkan pakan alami.(Abdul,2008)

Pengisian air dilakukan secara bertahap, tahap pertama 10 cm, lalu

dinaikan menjadi 20 cm, kemudian 40 cm. dilakukan secara bertahap untuk

merangsang pertumbuhan pakan alami.(Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2014)

3.2.4 Perbaikan Pelataran Tambak

Pelataran tambak tersebut berfungsi untuk mempertahankan air tambak

juga berfungsi untuk media penumbuhan pakan alami (klekap) yang merupakan

sumber pakan utama bagi ikan bandeng yang dipelihara secara tradisional.

(Achmad, 2011) sehingga pelataran tambak perlu untuk diperbaiki.

3.2.5 Pengapuran Dasar Tambak

Pengapuran bertujuan untuk menurunkan keasaman tanah atau menaikan

pH tanah dan juga menjaga kestabilan kualitas air. Pengapuran menggunakan

kapur dolomit minimal 2 kg/ha – 100 kg/ha atau rata-rata sebanyak 31,65kg/ha.

Pengapuran dilakukan sekali dalam satu musim tanam. Pengapuran dilakukan

setelah pengeringan. (Murachman , 2010)

Mengukur pH tanah dasar tambak pada beberapa titik yang berbeda

dengan menggunakan alat pengukur pH tanah (pH soil tester). Jika tidak

mempunyai alat, dapat menghubungi petugas teknis perikanan setempat.(Tim

Perikanan WWF-Indonesia, 2014)

8

3.2 Penebaran Benih

3.3.1. Krtiteria Nener

Nener dapat berasal dari alam dan hatchery, yang digunakan untuk usaha

pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat

dapat dilihat dari cirri-ciri umumnya yaitu:

Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan.

Sirip-siripnya utuh, tidak cacat, patah-patah.

Warnanya tidak kusam.

Gerakannya aktif, (Nur,2010).

Sediakan nener yang unggul dan bebas penyakit berasaldari hatchery atau

pembenihan yang sudah bersertifikasi CPIB(Cara Pembenihan Ikan yang Baik).

Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber dan kaitannya.(Tim Perikanan

WWF-Indonesia, 2014), berikut adalah gambar nener bandeng :

Gambar 3. Benih Bandeng (Nener)

3.3.2 Perolehan nener

Nener dapat diperoleh dari petani tambak, nelayan, serta dapat juga dari

hatchery. Pada umumnya nener dari nelayan adalah tangkapan dari alam sehingga

daya tahan nener lebih kuat dibanding dari hatchery sedangkan ukurannya tidak

seragam. Berbeda halnya dengan nener yang diperoleh dari hatcery ukuranya

seragam sehingga pembudidaya dapat menggunakan nener yang sesuai dengan

kebutuhan.

9

3.3.3 Penebaran Benih

Penebaran benih ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan,1994) yang

meliputi suhu, salinitas dan pH. Suhu air pada saat penebaran adalah 27°C dengan

nilai pH 6,8. Hal yang harus diperhatikan sebelum penebaran adalah kesehatan

dan vitalisnya. (Abdul,2008)

Nener terlebih dahulu ditebar di kolam penggelondongan yang biasanya

bergandengan dengan kolam pembesaran. Setelah benur berukuran 1-3 cm, siap

ditebar di kolam pembesaran(Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2014). Padat

penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5 ekor/m² untuk ukuran

nener bandeng 1-2cm. sedangkan untuk nener yang berukuran 1-3 cm. padat

penebarannya berkisar antara 2-3 ekor/m². untuk benih bandeng yang berukuran

12-15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat

penebaran 10.000 ekor/ha.(Nur,2010)

Umumnya dilakukan selama 15-60 hari. Lakukan penggelondongan pada

nener sebelum ditebar pada petak pembesaran. Jumlah nener yang ditebar

sebanyak100-200 ekor/m² untuk gelondongan awal, dengan luas petakan

2.500m²dengan kedalaman 60 cm. kepadatan sangat ditentukan oleh target

produksinya. Panen nener penggelondongan dilakukan secara parsial, misalnya

pada hari ke-15 sudah panen awal hingga 60%.(Tim Perikanan WWF-Indonesia,

2014)

3.4 Pemeliharaan Ikan Bandeng

3.4.1 Petak Pendederan

Menurut kordi (2009), petak pendederan adalah untuk mendeder benih ikan

bandeng selama 1 bulan. Petak pendederan merupakan petak yang digunakan

untuk aklimatisasi nener sampai mampu beradaptasi di petak tambak yang lebih

luas (Kordi, 2009).

Menurut Achmad (2009) beberapa hal yang menjadikan pentingnyatingkat

control atau pengawasan selama ikan bandeng dipelihara dalam petak peneneran,

yaitu :

Ikan bandeng mempunyai sifat melawan arus, sehingga jika ada bocoran

dan ada air yang masuk ke dalam petak tambak diamana ikan bandeng

10

dipelihara, makanener yang ukurannya kecil dengan mudah akan keluar

untuk meloloskan diri.

Ukuran nener yang dipelihara dalam petak peneneran masih kecil,

sehingga kemungkinan masih mudah dimakan oleh predator, jiaka ada

hewan pemangsa yang masuk ke dalam petak peneneran.

Kondisi perairan dalam petak peneneran harus selalu dikontrol, karena

petak peneneran ukurannya relative kecil, dan kedalaman perairan

relative dangkal. Sehingga pengurangan air akibat penguapan, kebocoran

dan lain-lain harus dijaga

Memungkinkannya perubahan kualitas air baik salinitas maupun suhu air

yang harus dijaga.

3.4.2 Petak Pembuyaran

Menurut Achmad(2011) pemeliharaan di petak pembuyaran merupakan

lanjutan dari pemeliharaan di petak peneneran, di mana ikan bandeng dari ukuran

sebesar daun asem tersebur dipelihara sehingga menjadi seukuran gelondongan

(fingerling), yaitu sebesar jari atau berukuran 10 – 15 g/ekor. Masa pemeliharaan

ikan bandeng di petak pembuyaran tersebut berlangsung selama 30 hari. Ikan

bandeng hasil pemeliharaan dari petak pembuyaran akan mudah cepat tumbuhjika

dipelihara di petak pembesaran. Pemantauan terhadap ikan dan petak tambak

pembuyaran juga harus tetap dijaga. Kualitas air optimum untuk hidup ikan

bandeng di tambak adalah sebagai berikut:

Salinitas : 15 – 30 permil

Suhu : 27 – 31 °C

pH : 7 – 8,5

oksigen : 3 – 8 mg/L

alkalinitas : 150 mg/L

kecerahan : 20 – 40 cm ikan

11

3.4.3 Petak Pembesaran Bandeng

Pemeliharaan ikan bandeng pada petak pembesaran merupakan periode

pemeliharaan terakhir dari ketiga fase pemeliharaan (NP, TP, RP), di mana hasil

panen yang diperoleh adalah ikan bandeng konsumsi. (Achmad, 2011)

Setelah nener mencapai ukuran gelondongan, serta pakan alami sudah tumbuh

ditambak. Lakukan penebaran dengan kepadatan sekitar 7.500 – 10.000 untuk

gelondongan 10 cm , dengan target pane lebih 1 ton/ha Perikanan.(WWF-

Indonesia, 2014).

3.4.4 pengelolaan pakan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan

diantaranya :

1. Pengaruh kebiasaan makan

Ikan bandeng mampu membedakan makanan dalam lumpur oleh karena itu

pakan (pellet) yang tenggelam baik untuk diberikan namun demikian ikan

bendeng juga sangat responsive terhadap pellet yang mengapung. Pemberian jenis

pellet apung memudahkan dalam pemantauan walaupun agak boros (ahmad dkk,

1998)

2. Pengaruh lingkugan

Di habitat alinya, ikan bandeng makan apa yang ada di tambak, danau maupun

sungai. Makanannya meliputi akar, daging, ikan , dan cacing. Semua itu

tergantung dari dimana ikan bandeng hidup (Prahasta dan Masturi, 2009)

Oleh karena itu, karena ikan bandeng bersifat herbifora sehingga petambak

harus menjaga ketersediaan pakan alami di dalam tambak, berikut ini adalah cara

penumbuan pakan alami di tambak.

a. Pemupukan untuk pertumbuhan pakan alami

Pemupukan dasar tambak bertujuan untuk menyediakan unsur hara

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pakan alami. Jenis pupuk yang biasa

digunakan yaitu pupuk organik berupa kotoran hewan atau dedak halus

sedangkan pupukanorganikyaitu SP36, urea dan NPK. Dosis yang

digunakan untuk pupuk kandang sebanyak 1000 – 2000 kg/ha, sedangkan

12

pupuk SP36 sebanyak 75kg/ha, dan urea sebanyak 150 kg/ha (Hadie dan

Supriatna, 2000)

Pemupukan adalah unsure utama yang harus dilakukan pada

budidaya ikan bandeng secara tradisional. Hal ini disebabkan budidaya

ikan bandeng secara tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap)

sebagai makanan utama bagi bandeng yang dipelihara. Sementara

pemupukan bertujuan untuk memyuburkan tanah guna mendukung atau

mempercepat proses pertumbuhan pakan alami. Pakan alami ikan bandeng

yang dipelihara dalam tambak adalah berupa klekap, lumut, dan plankton.

Ketiga jenis dan cara pemupukan berbeda. (Achmad, 2011)

Menurut Acmad (2011) jenisdan kompesisi ketiga pakan alami

ikan badeng ditambak tersebut disajikan pada tabel 3.

Tabel 1. Jenis dan Kompesisi Ketiga Pakan Alami Ikan Bandeng di Tambak.

Jenis pakan alami Family Spesies

Klekap Cyano/phyceae Spirullina

Microcoleus

Phormidium

Lyngbia

Plankton Diatomae

Chlorophyceae

Diatomoe

Pleurosigma

Nitzschia

Amphora

Noviosa

Chlorophyceae

Plat

Chlarella

Scenedesmus

Cyclotella

Chaetoceros

Synedra

Lumut Chlorophyceae Entermorpha

Chaetomorpa

13

a) Pemupukan Klekap

Untuk mempercepat proses pertumbuhan klekap maka diperlukan pupuk

organic, dan anorganik. Beberapa jenis pupuk organik yang banyak digunakan

adalah pupuk kandang, bekatul, hati kapuk, dan bungkil kelapa. Adapun dosis

pupukorgani dapat disajikan tabel 4.

Tabel 2, Dosis Pupuk Organik Yang Diperlukan Dalam Tambak Tradisional

Jeanis pupuk organic Dosis (ton/ha)

Pupuk kandang (kotoran kerbau) 2-3

Kotoran unggas 0,5 – 1

Bekatul 0,5 – 1

Hati kapuk 0,5 – 1

Bungkil kelapa 0,5 – 1

Cara pemupukan tambak menggunakan pupuk organick dan pupuk anorganik,

untuk mempercepat proses penumbuhan klekap adalah sebagai berikut:

Pupuk organik ditebarkan marata ke pelataran tambak sesuai dengan dosis

yang dianjurkan, pada saat tambak telah melalui proses pengeringan

Tambak diisi air dengan kedalaman 10 cm, kemudian dibiarkan mengering

kembali secara alami karena panas matahari

Setelah tambak mengering kemudian diari kembali dengan kedalaman 15

cm dan dilanjutkan dengan pemupukan menggunakan pupuk anorganik.

Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 150

kg/ha dan TSP dengan dosis 75 kg/ha, dan disebarkan merata kesluruh

pelataran tambak.

Untuk penumbuhan pakan alami berupa klekap setelah tambak dipupuk,

adalah dengan menambah air setinggi 5 cm tiapa hari selama 5 hari maka

ketinggian air akan mencapai 40 cm, dan pakan alami (klekap) sudah

mulai tumbuh dengan demikian tambak sudah siap dilakukan penebaran.

Berikut ini adalah gambar klekap.

14

Gambar 4. Klekap.

b) Pemupukan Plankton

plankton dalam pemeliharaan ikan bandeng di tambak juga sangat

diperluakan. Biasanya plankton diperlukan setelah masa pemeliharaan 2 bulan.

Hal ini disebabkan stok pakan alami berupa klekap sudah mulai berkurang,

sehingga diperlukan pakan alami tambahan berupa plankton. Pemupukan ini

dilakukan pada saat tambak sudah berisi air, dan ikan bandeng berumur 2 bulan,

sehinga pupuk yang digunakan hanya pupuk anorganik saja. Jenis pupuk

anorganik yang digunakan adalah urea dengan dosis 2.000 g/m³ air tambak, dan

TSP dengan dosis 1.000 g/m³ airtambak. Biasanya untuk mempermudah

perhitungan dosis pupuk anorganik susulan, adalah menggunakan urea sebanyak

20 – 25 kg per hektar.

Cara pemupukan adalah dengan mencampurkan urea , dan TSP tersebut

sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Campuran urea dan TSP tersebut

dimasukan ke dalam karung plastic, kemudian diletakan diatas meja yang dibuat

dalam tambak. Letak pupuk yang berada diatas meja tersebut adalah terendam air

tambak sedalam 15 – 20 cm ,dan dibiarkan saja maka pupuk akan menyebar

sendiri terbawa arus, dan gerakan air tambak

Untuk mengetahui kepadatan plankton yang tumbuh dapat dilakukan dengan

menggunakan alat ukur transparasi air atau sechi disc. Alat ukur tersebut dapat

dibuat dengan diameter sekitar 20 cm., dan di cat putih. Kemudian papan tersebut

diberikan pemberat dan tali, atau dipasang tongkat kayu, sehingga dapat

dicelupkan dalam air tambak.untuk mengukur kepadatan plankton dalam air

15

tambak, maka sechi disc tersebut dicelupkan dalam air tambak, kapadatan

plankton dianggap cukup memadai jika kedalaman sechidisk 25 cm sudah mulai

tidak terlihat .

c) pemupukan lumut

Lumut juga merupakan salah satu jenispakan alami untuk budidaya ikan

bandeng. Namun peggunaan lumut sebagai pakan alami ikan bandeng dilakukan

apabila system budidaya campuran (polikultur) dengan udang. Pertumbuhan

lumut pada umumnya juga hanya akan tumbuh baik pada tambak-tambak dengan

kadar garam rendah atau slinitas 15 – 25 per mil dan pH 6,8 – 7,5.

Cara pembuatan untuk mempercepat penumbuhan lumut adalah sebagai

berikut :

Dasar tambak dikeringkan dahulu hingga retak-retak, namun tidak terlalu

kering

Tambak diari kembalihingga tanah dasar lembab

Benih lumut ditebarkan atau ditanam di tanah pelataran tambak

Tambak di airi kembali hingga kedalaman 20 cm, dan dibiarkan selama 7

hari

Air tambak diturukan hingga kedalaman 10 cm, kemudian ditebari pupuk

anorganik (NPK : 16 – 20 – 0) dengan dosis 20 g/m³ dan dibiarkan selama

satu minggu.

Air tambak hingga kedalaman 40 cm, dengan demikian lumut akan

tumbuh baik, jika mulai berkurang maka dilakukan pemupukan susulan

menggunakan pupuk anorganik sebanyak 10 gram/m³

Apabila lumuttelah tumbuh baik maka penebaran ikan bandeng dan udang

dapat dilakukan, untuk memulai budidaya iakan bandeng secara campuran

dengan udang.

Pemupukan susulan dapat dilakukan selama 10 hari sekali dengan pupuk

organik maupun anorganik, jenis, dan jumlah pupuk yang digunakan pada

pemupukan susulan disajikan pada tabel 5.

Tabel 3. Waktu pemupukan, jenis, dan jumlah pupukyang digunakan pada

pemeliharaan di petak pembesaran

16

WaktuJenis dan jumlah pupuk (kg/ha)

B kelapa TSP Urea K.hewan

10 hari 20 10

20 hari 20 300

30hari 20 10

40 hari 20 300

50 hari 20 10

60hari 20 300

70 hari 20 10

80 hari 20 300

90 hari 20 10

Jumlah 100 50 80 1200

3.4.5 Hama dan Penyakit

Ikan bandeng yang hidup pada kondisi air yang jelek dapat mengalami

tekana (stress) sehingga mudah terjangkit oleh parasit maupun penyakit.

Perkembangan parasit dan penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas

lingkungan bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan

merupakan media yang cocok bagi perkembangan parasit dan bakteri (Ahmad

dkk, 1998). Salah satu penyebab kematian ikan adalah serangan penyakit.

Serangan penyakit pada ikan bandeng menurut Ismail dkk,(1998) memang jarang

ditemukan terutama serangan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.

Namun, langkah pencegahan tetap harus dilakukan apabila telah terlihat tanda-

tanda penyakit pada ikan agar tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Tabel 4. Jenis dan Dosis Racun Nabati Untuk Tambak Tradisional. (Achmad,

2011)

Sumber Nama racun Dosis (kg/ha)

Akar tuba Rotenone 10

Tembakau komersial Nikotin 12 – 15

Teh komersial Saponin 15- 20

17

Biji the Saponin 150 – 200

Serbuk tembakau Nikotin 200 - 400

Tabel 5. Jenis-Jenis Penyakit Bakteri Pada Ikan Bandeng

Penyebab Tingkatan

umur

Tanda-tanda Keterangan

Bakteri batang Gelondongan Kerusakan pada

sirip, warna

berubah

Pemeliharaan terlalu

padat. Terdapat

bakteri trichodina

pada ginjal, hati,

insang, dan

terinfeksi oleh

seyohidia

Gram positif

berbentuk

batang

Gelondongan Kerusakan pada

sirip dan bagian

perut

Chondrococcus

columnaris

Gelondongan Rontoknya sirip

Bakteri Gelondongan Badan rusak,

moncong dan

mata terluka

Vibrio

anguillarium

Gelondongan Bintik-bintik

pendarahan pada

permukaan

Sumber : Ahmad dkk, 1998

3.5 Panen

Panen dilakukan pada pagi hari saat usus kosong dan menghindari

kerusakan organ pencernaan. Air tidak dikurangi dan menggunakan waring untuk

menghindari sisik lepas. Bandeng diserok secara total menggunakan krikip

kemudian dipindahkan ke terpal (hapa)menggunakan keranjang(Tim Perikanan

WWF-Indonesia, 2014)

18

Ikan yang diangkut untuk umpan hidup dibius terlebih dahulu

menggunakan phenoxyethanol dosis 225 mg/L. kepadatan ikan yang diangkut 25

ekor/kantong berukuran 75 cm dan diameter 50 cm yang diisi air tambak sampai

5 L, ikan konsumsi dimasukan kedalam peti, disusun rapi dilapisis es curah agar

suhu dalam peti berkisar 10°C-17°C agar kesegaran ikan tetap terjaga.(Nur,2010)

Berikut ini adalah gambar proses pemanenan yang dapat dilihat pada

gambar.5

Gambar 5. Pemanenan.

BAB V

KESIMPULAN

19

Persiapan produksi budidaya ikan bandeng pada tambak tradisional

diawali dengan pemiihan lokasi kemudian operassional pemeliharaan, penebaran

benih, pemeliharaan benih hingga panen. Kemudian untuk pertumbuhan pakan

alami ikan bandeng adalah dengan melakukan pemupukan, pemupukan klekap,

pemupukan plankton, dan pemupukan lumut.

DAFTAR PUSTAKA

20

Ahmad dan Ratnawati. 2000. Dalam Prevalensi Dan Derajat Infeksi

Dactylogyrus Sp. Pada Insang Benih Bandeng (Chanos-Chanos)

Di Tambak Trasdisioanal, Keacamatan Glagah, Kabupaten

Lamongan. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol.3 No. 1. 1

April, 2011

Ahmad, T dan M. J. R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Intensif. Penebar

Swadaya, Depok.

Kordi dan Ghufron. 2005. Budidaya Ikan Laut. Rineka Cipta. Jakarta

Kordi, MGH. 2009. Sukses Memproduksi Bandeng Super. Lily Publisher,

Yogyakarta.

Murachman. 2010. Model Polikultur Udang Windu (Penaeus Monodon Fab), Ikan

Bandeng (Chanos-Chanos Forskal) And Seaweed (Gracillaria

Sp.). Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol. 1 No. 1 Tahun

2010 No. ISSN. 2087 – 3522. Universitas Brawijaya. Malang.

Pusat penyuluhan kementeriaan kelautan dan perikanan. 2011. Budidaya Ikan

Bandeng. Badan Pengembangan SDM Kelautan Dan Perikanan

Kementerian Kelautan Dan Perikanan.

Rangka, Nur Ansari dan Asaad, Andi Indra Jaya. 2010. Teknologi Bdudidaya Ikan

Bandeng Di Sulawesi Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air

Payau. Sulawesi Selatan

Romadon, Ahmad dan Subekti, Endah. 2011. Teknnik Budidaya Iakan Bandeng di

Kabupaten Demak. Vol 7. No. 2. Univesitas Wahid Hasyim.

Demak.

Sudrajat, Achmad. 2011. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng. Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Kelautan Dan Perikanan Kementeriaan Kelautan

Dan Perikanan. Jakarta.

Tim Perikanan WWF – Indonesia. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos-

chanos). WWF – Indonesia. Jakarta Selatan

21