problem konseling terhadap

21
PROBLEMATIKA DA’WAH (Konseling Terhadap Fanatisme dan Perilaku Menyimpang) Oleh: M. Husnil Wardi Salah satu problematika yang kerap dihadapi pelaku da’wah adalah penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh masyarakat. Perilaku ini, secara sadar ataupun tidak, terjadi dalam tatanan masyarakat yang sarat akan norma dan etika sosial. Hal ini bisa jadi sebagai bentuk ketidakpatuhan masyarakat pada aturan- aturan yang mengikat. Akibatnya, terjadi perubahan-perubahan sosial yang jika tidak ditangani secara tepat akan mempengaruhi lingkungan dan menjadi beban sosial masayarakat. Kata kunci: perilaku, norma, penyimpangan, konseling, fanatisme Pendahuluan Dalam keseharian kita selalu berhadapan dengan sejumlah aturan, misalnya aturan ber-muamalah, etika makan yang baik, aturan berkendaraan di jalan raya, aturan dalam keluarga, di kantor, sekolah, dan sebagainya. Melalui interaksi tersebut akan terlihat suatu pola perilaku yang bersifat mengikat dalam suatu kelompok sosial yang besar. Apapun yang kita inginkan harus diperoleh dengan cara bekerja atau melalui orang lain. Artinya, kita harus berperilaku sesuai dengan tata aturan yang telah ditetapkan oleh

Upload: lukman-bin-masa

Post on 11-Jun-2015

1.815 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Problem Konseling Terhadap

PROBLEMATIKA DA’WAH (Konseling Terhadap Fanatisme dan Perilaku Menyimpang)

Oleh: M. Husnil Wardi

Salah satu problematika yang kerap dihadapi pelaku da’wah adalah penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh masyarakat.

Perilaku ini, secara sadar ataupun tidak, terjadi dalam tatanan masyarakat yang sarat akan norma dan etika sosial. Hal ini bisa jadi sebagai bentuk

ketidakpatuhan masyarakat pada aturan-aturan yang mengikat. Akibatnya, terjadi perubahan-perubahan sosial yang jika tidak ditangani secara tepat akan mempengaruhi lingkungan dan menjadi beban sosial masayarakat.

Kata kunci: perilaku, norma, penyimpangan, konseling, fanatisme

PendahuluanDalam keseharian kita selalu berhadapan dengan sejumlah aturan,

misalnya aturan ber-muamalah, etika makan yang baik, aturan berkendaraan di jalan raya, aturan dalam keluarga, di kantor, sekolah, dan sebagainya. Melalui interaksi tersebut akan terlihat suatu pola perilaku yang bersifat mengikat dalam suatu kelompok sosial yang besar. Apapun yang kita inginkan harus diperoleh dengan cara bekerja atau melalui orang lain. Artinya, kita harus berperilaku sesuai dengan tata aturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Kondisi tersebut dalam sosiologi dikenal dengan konsep konformitas.

Di semua masyarakat pasti ada perilaku individu yang berjalan di luar jalur dari norma yang telah ditetapkan.1 Sehingga perilaku yang kita anggap benar sering kali bertentangan dengan perilaku yang diterima oleh masyarakat. Ringkasnya, bahwa kehidupan sosial tidak hanya ditandai dengan kepatuhan atau konformitas tetapi juga ditandai dengan adanya penyimpangan. Makalah ini akan mengupas seputar masalah perilaku menyimpang dan rasa fanatik yang berlebihan, yang biasa terjadi dalam sebuah masyarakat.

1 ?Dalam hal ini norma hanya berfungsi sebagai suatu peringatan kepada individu tentang apa yang harus dan tidak boleh dikerjakan. Dan tidak menjelaskan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia.

Page 2: Problem Konseling Terhadap

Pengertian dan Fungsi Perilaku menyimpangPerilaku menyimpang adalah perilaku yang menimbulkan permasalahan

sosial seperti kejahatan tetapi juga dapat menyebabkan perubahan sosial di masyarakat.2 Secara sosiologis perilaku menyimpang diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.3 Hal ini merupakan penyakit masyarakat yang pada akhirnya dapat menghancurkan kepercayaan masyarakat.4

Ada beberapa definisi tentang perilaku menyimpang. Menurut Robert M. Z. Lawang, penyimpangan perilaku adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Sedangkan menurut James W. Van Der Zanden, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas toleransi.

Lemert berpendapat bahwa penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan sebagainya. Sedangkan penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, PSK, dan lain-lain.5

Dari definisi-definisi di atas seringkali perilaku menyimpang dikaitkan dengan prostitusi, perjudian, penggunaan narkoba dan lain-lain yang

2 ?Parwitaningsih dkk, Pengantar Sosiologi, Modul Materi Pokok ISIP, Jakarta, Universitas Terbuka, 2005, Modul 6.3 ? www. w ikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas, entri Perilaku menyimpang. 06 Feb 20094 ?Seperti tindak korupsi yang dilakukan oleh elit politik yang ternyata banyak pelakunya tidak dikenakan tindakan hukum karena aparat penegas hukum kalah dari sudut kekuasaan yang dimiliki oleh elit politik. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak lagi mempercayai kemampuan penegak hukum untuk menanggulangi tindak korupsi.5 ?http://www.organisasi.org/macam-jenis-pengertian-penyimpangan-sosial-individual-dan-kolektif-pelajaran-sosiologi-ips, di akses tgl. 12 Jan 2009, 09: 24

Page 3: Problem Konseling Terhadap

sebenarnya dapat tidak muncul jika mereka tidak memberikan pelayanan yang sebenarnya secara diam-diam memang dibutuhkan oleh masyarakat.

Perilaku menyimpang dalam satu sisi dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi sosial, namun di sisi lain juga mempunyai fungsi yang positif, yaitu:

a. Menghasilkan konformitas. Menurut Edward Sogorin, satu metode yang efektif untuk membuat sebagian besar orang untuk tetap berada pada jalur yang benar adalah melempar beberapa orang yang menyimpang ke luar dari jalur, dimana hal tersebut mengakibatkan orang yang ada dalam jalur akan tunduk pada suatu kepatuhan yang membentuk suatu kondisi yang ekslusif.

b. Memperkuat ikatan kelompok. Dengan mengarahkan perhatian pada adanya perilaku menyimpang maka suatu kelompok akan lebih memperkuat ikatan kelompoknya. Adanya musuh bersama atau ketika kelompok merasa kehidupannya terancam dapat memunculkan perasaan kebersamaan dan memperkuat solidaritas kelompok.

c. Menyebabkan perubahan. Terjadinya perilaku menyimpang memberikan suatu pernyataan bahwa ada badan dari sistem yang tidak berfungsi secara benar.6 Perilaku menyimpang juga menawarkan suatu alternative terhadap suatu masalah, dimana diperlukan suatu tindakan untuk mengganti norma lama dengan yang baru.7

Teori dan Jenis Perilaku Menyimpang

Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri dan lain-lain). Berdasarkan perspektifnya penyimpangan ini dapat digolongkan dalam dua teori utama.

Pertama, perspektif patologi sosial menyamakan masyarakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu, berlawanan dengan model pemikiran medis dari para psikolog dan psikiatris.

6 ?Sebagai contoh, tingginya angka kejahatan dapat disebabkan oleh pengangguran yang semakin meningkat maka pemerintah seharusnya dapat membuka peluang untuk munculnya lapangan kerja baru bagi mereka.7 ?Martin Luther King beserta pengikutnya melakukan pelanggaran untuk tidak mematuhi peraturan tentang hukum segregasi (hukum yang membahas hak-hak sipil yang dilandaskan kepada warna kulit), akibatnya hak-hak sipil di Amerika yang dahulunya berdasarkan warna kulit diganti dengan hukum persamaan hak.

Page 4: Problem Konseling Terhadap

Kedua, perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan.

Ada beberapa teori yang dipakai dalam memandang perilaku menyimpang ini, diantaranya adalah:

a. Teori anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan.8

b. Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu.9 Teori Differential Association oleh Sutherland adalah teori belajar tentang penyimpangan yang dimaksudkan memberikan penjelasan umum tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum.

c. Teori Labeling yaitu mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran penyimpang.10

8 ?Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.9 ?Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu.10 ?Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi.

Page 5: Problem Konseling Terhadap

Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.

d. Teori Kontrol adalah teori yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial.11

e. Teori Konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling banyak diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma, peraturan dan hukum daripada penjelasan perilaku yang dianggap melanggar peraturan.12

Ditinjau dari jenisnya, perilaku menyimpang ada yang bersifat individual atau personal dan adapula yang bersifat kolektif atau bersama-sama. 1. Penyimpangan Individual (individual deviation)

Penyimpangan individual atau personal adalah suatu perilaku pada seseorang dengan melakukan pelanggaran terhadap suatu norma pada kebudayaan yang telah mapan akibat sikap perilaku yang jahat atau terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.

Tingkatan bentuk penyimpangan seseorang pada norma yang berlaku antara lain:

a. Bandel atau tidak patuh dan taat perkataan orang tua untuk perbaikan diri sendiri serta tetap melakukan perbuatan yang tidak disukai orangtua dan mungkin anggota keluarga lainnya.

b. Tidak mengindahkan perkataan orang-orang disekitarnya yang memiliki wewenang seperti guru, kepala sekolah, ketua rt/rw, pemuka agama, pemuka adat, dan lain sebagainya.

11 ?Kelompok-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang. 12 ? Peraturan datang dari individu dan kelompok yang mempunyai kekuasaan yang mempengaruhi dan memotong kebijakan publik melalui hukum. Kelompok-kelompok elit menggunakan pengaruhnya terhadap isi hukum dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma sosial lainnya mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat berkuasa membuat norma mereka menjadi dominan, misalnya norma yang menganjurkan hubungan heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras, menghindari bunuh diri karena alasan moral dan agama.

Page 6: Problem Konseling Terhadap

c. Melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku di lingkungannya.

d. Melakukan tindak kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli terhadap peraturan atau norma yang berlaku secara umum dalam lingkungan bermasyarakat sehingga menimbulkan keresahan. ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan merugikan, menyakiti, dan lainnya.

Adapun macam-macam bentuk penyimpangan individual yaitu, Penyalahgunaan Narkoba, Pelacuran, Penyimpangan seksual (homo, lesbian, biseksual, pedofil, sodomi, zina, seks bebas, transeksual),13 Tindak Kriminal/Kejahatan (perampokan, pencurian, pembunuhan, pengrusakan, pemerkosaan, dan lain sebagainya), Gaya Hidup (wanita bepakaian minimalis di tempat umum, pria beranting, suka berbohong, dan sebagainya).2. Penyimpangan Kolektif / Bersama-Sama (group deviation)

Penyimpangan Kolektif adalah suatu perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak kriminalitas lainnya.

Bentuk penyimpangan sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.

Adapun bentuk penyimpangan kolektif terdiri dari : a. Tindak Kenakalan, suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-

orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan tersebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan gank yang suka onar, mengoda dan

13 ?Setidaknya terdapat 11 perilaku menyimpang seksual yang patut Kita ketahui (dan semoga Anda tidak mengalaminya): Ekshibisionisme, 2. Voyeurisme , 3. Frotteurisme, 4. Pedofilia, 5. Sadomasokisme, 6. Fetishisme, 7. Skatologia telepon, 8. Transvestisme, 9. Satiriasis, 10. Perilaku seksual kompulsif, 11. Incest. Sumber: Buku Man’s Body Sexual Fantasies, lihat http://denmaswahyu.wordpress.com/2008/02/14/11-perilaku-menyimpang-seksual/ , di akses tgl. 12 Jan 2009. 09: 24

Page 7: Problem Konseling Terhadap

mengganggu cewek yang melintas, corat -coret tembok orang dan lain sebagainya.

b. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok, pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. Contoh: tawuran anak SMA 70 dengan anak SMA 6, tawuran penduduk Berlan dan Matraman, dan sebagainya.

c. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan. Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh: Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain.

d. Penyimpangan Budaya, Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh: merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, dan sebagainya.14

Terapi Terhadap Perilaku MenyimpangSeseorang pasti mengalami suatu proses hingga ia dijuluki sebagai

penjahat besar. Watak jahat yang dimilikinya tersebut dapat saja bermula dari pendidikan yang keliru di keluarganya, atau salah dalam memilih kawan bergaul dan bisa juga karena frustasi dengan keadaan baik ketika menghadapi kesulitan ekonomi, atau merasa diperlakukan secara tidak adil.

Pada sisi lain setiap orang memiliki fitrah positif, seperti percaya kepada Tuhan, ingin melakukan kebaikan dan sebagainya. Namun karena pengaruh negatif yang lebih kuat membuat ia terbawa arus kejahatan, sesuatu hal yang sebenarnya tidak direncanakan sebelumnya. Sebengis dan sejahat apapun, seseorang pasti dalam hatinya tetap konsisten mengingatkan bahwa kejahatan

14 ?http://www.organisasi.org/macam-jenis-pengertian-penyimpangan-sosial-individual-dan-kolektif-pelajaran-sosiologi-ips, di akses tgl. 12 Jan 2009. 09: 24

Page 8: Problem Konseling Terhadap

tidak akan mengantarkan dirinya kepada kebahagiaan. Dan dalam hatinya tidak akan rela bila keluarganya dijahati orang lain.

Di saat perbuatan jahatnya telah membuat hidupnya menjadi sempit dan sepi maka terlintas keinginan untuk kembali ke jalan yang benar. Ketika itulah ia membutuhkan orang yang mau mendengarkan kegelisahan jiwanya, membutuhkan nasehat yang tepat, yang mampu memberikan kekuatan batin untuk menutup masa lakunya. Untuk selanjutnya mendorong jiwanya berani membuka lembaran baru dalam hifupnya.15

Seseorang yang bertaubat dari segala kesalahan, yang senang bukan hanya yang bersangkutan, tetapi Tuhan lebih antusias untuk menerima taubatnya. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits Qudsi menjelaskan hal tersebut dalam sabdanya, “Sungguh Allah lebih gembira terhadap taubat hambanya ketika ia bertaubat, lebih besar dibandingkan gembiranya orang yang menemukan kembali kendaraannya yang hilang…” (HR. Muslim).

Setidaknya terdapat dua hal yang harus di lalui bagi seseorang yang hendak bertaubat yaitu:

1.Secara teoritis, ia harus tahu dan menghayati makna taubatan nasuha. Taubatan Nasuha memiliki beberapa unsur:

a. Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukanb. Berjanji untuk tidak mengulangi c. Benar-benar tidak mengulanginya.d. Bila kejahatan tersebut terkait dengan hak sesama manusia maka

wajib baginya meminta maaf dan kerelaan dari orang yang di jahati2.Secara sosiologis, seseorang yang bertaubat harus menempuh langkah-

langkah berikut:a. Pindah lingkungan pergaulanb. Berjuang sekuat tenaga untuk jujurc. Tidak boleh makan-makanan yang haramd. Harus tetap bekerja mencari nafkahe. Selalu menolong orang lain yang membutuhkanf. Mulai kembali belajar dan membaca terutama buku-buku agama dan

ilmu pengetahuan16

15 ?Seperti yang digambarkan dalam sebuah hadits tentang seorang pembunuh yang telah membuhuh 100 orang hingga akhirnya mati di tengah perjalanan taubat (kembali) ke jalan kebajikan.16 ?Achmad Mubarak, Al-Irsyâd al-Nafsî: Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2002, h. 140-146.

Page 9: Problem Konseling Terhadap

Orang yang memerlukan konseling pertobatan dari perilaku menyimpang ini adalah penjahat yang sudah mulai gelisah dengan kejahatannya dan penjahat yang sudah ingin taubat tetapi tidak tahu jalannya

Seorang konselor yang menghadapi kliennya yang demikian, sekurang kurangnya harus memiliki:

a. Kemampuan pengendalian diri yang kuatb.Kewibawaan yang bersumber dari kepribadiannya yang tinggic. Kemampuan menjadi pendengar yang baik atas semua keluhan orang

tersebutd.Pengetahuan yang memadai tentang dunia kriminale. Pemaaf dan lemah lembut

Adapun hal-hal penunjang lain yang juga seharusnya dimiliki oleh seorang konselor terkait dengan prilaku kriminal ialah ilmu beladiri, pijat refleksi, ilmu totok jalan darah, dan sebagainya.17

Konseling Terhadap Perilaku FanatikBelakangan ini gejala maraknya perilaku fanatik sedang melanda dunia,

terutama tumbuh subur di kalangan orang muda. Bentuk-bentuk fanatik ini sudah mengarah kepada perilaku yang membahayakan sehingga perlu dikaji secara seksama, menyangkut karakteristiknya, sebab-sebab timbulnya dan bagaimana upaya meredam dan menghindari bahayanya.

Membahas tentang pengertian fanatik, terdapat beberapa definisi yang satu sama lainnya saling melengkapi. Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatip, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah.18 Biasanya fanatik merupakan keyakinan/kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran politik, agama, dan sebagagainya.19 Fanatik juga merupakan sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan

17 ?Ibid., h. 14718 ?Ibid.

19 ?Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, entri Fanatisme, Edisi II, Jakarta, Balai Pustaka, 1999, h. 274

Page 10: Problem Konseling Terhadap

atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius.20

Teori dan Jenis Perilaku FanatikPerilaku fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat dan di

setiap negeri, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis. Pertanyaan yang muncul adalah apakah sikap fanatik itu merupakan sifat bawaan manusia atau karena direkayasa.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan tentang fanatisme ini. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik merupakan sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau kelompok yang memiliki sikap fanatik. Sikap fanatik merupakan konsekuensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial.21

Pendapat kedua mengatakan bahwa sikap fanatik bukan fitrah manusia, tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Hal ini dibuktikan dengan realita bahwa anak-anak, dimana pun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Selain itu fanatisme berakar dari tabiat agressi dan pengalaman hidup secara aktual.22

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurai perilaku fanatik seseorang atau sekelompok orang, tidak cukup dengan menggunakan satu teori, karena perilaku fanatik bisa disebabkan oleh banyak faktor, bukan oleh satu faktor saja. Munculnya perilaku fanatik pada seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat atau di suatu masa boleh jadi karena beberapa faktor, diantaranya merupakan akibat logis dari sistem budaya lokal,

20 ?www.Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas, entri fanatik. 06 Feb 200921 ?Dalam kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan "in group" dan "out group". Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik dalam arti cinta buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan (narcisisme), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka yang menimbulkan rasa superioritas, kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit. 22 ?Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.

Page 11: Problem Konseling Terhadap

tetapi boleh jadi merupakan perwujudan dari motif pemenuhan dari kebutuhan kejiwaan individu atau sosial yang terlalu lama tidak terpenuhi.23

Pandangan Islam Terhadap Perilaku FanatikPerjalanan sejarah Islam banyak diwarnai oleh pengalaman pahit yang

disebabkan oleh perilaku fanatik yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam. Pada jaman klasik, aliran Khawarij dapat disebut sebagai awal mulanya lahir kelompok fanatik.24

Hingga pada jaman modern sekarang, kelompok-kelompok fanatik juga banyak dijumpai, terutama di kalangan kaum muda. Ciri mereka antara lain mereka merasa benar sendiri, tidak mau mendengarkan nasehat dan bahkan tidak bisa mengormati kepada orang lain yang di luar kelompoknya, meskipun terhadap ayah ibunya, gurunya dan sebagainya.

Ajaran Islam melihat sikap fanatik seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa manusia memang memiliki kecenderungan untuk membanggakan apa yang ada pada mereka (QS. Al-Mu’minun : 52-54). Al-Qur'an banyak sekali mengingatkan manusia agar menggunakan akalnya, dan diingatkan agar tidak mengikuti hawa nafsu. Beragama artinya juga hidup dengan menggunakan akal karena agama itu sendiri diperuntukan manusia yang berakal. Oleh karenanya, berpegang teguh dengan pandangan yang diyakini seraya menutup diri dari pandangan lain (yang justeru mungkin lebih benar) adalah perbuatan sesat, yang dalam al-Qur'an disebut sebagai mengikuti hawa nafsu, yakni kecenderungan memenuhi dorongan keinginan untuk kesenangan jangka pendek, bukan untuk mencari kebenaran (QS. Al-Maidah: 77)

Pada akhirnya orang yang secara membabi buta membela sesuatu tanpa melihat duduk persoalan dengan jelas yang dibelanya, niscaya akan terjerumus pada perbuatan fanatis yang membabi buta, konyol dan sia-sia. Adapun sikap pembelaan karena mempertahankan sesuatu yang diyakini kebenarannya, maka hal itu termasuk dari permasalahan keyakinannya kepada ajaran yang diimaninya tersebut.

23 ?Achmad Mubarak, Al-Irsyâd al-Nafsî, h. 149-152, lihat juga dalam http://www.wikimu.com/News?DisplayNews.aspx?ID=9419,di akses 12 jan 09 jam 09.50 24 ?Logika berfikir faham Khawarij yang menyesatkan itu antara lain bahwa orang Islam yang berbuat dosa besar hukumnya kafir, dan orang kafir halal dibunuh. Dengan logika fanatik demikian maka banyak terjadi korban pembunuhan dengan atas nama agama.

Page 12: Problem Konseling Terhadap

Imam Al-Ghazali membagi cinta dalam empat kualitas, yaitu (a) Cinta diri, (b) Cinta kepada orang lain sepanjang orang tersebut memberi keuntungan kepadanya, (c) Cinta kepada orang baik, meskipun yang dicintainya itu tidak memberikan apapun kepadanya, (d) Cinta kepada kebaikan terlepas dari siapa pemilik kebaikan itu. Dalam perspektif ini, maka sikap fanatik mudah timbul pada orang dengan kategori pertama. Dari cinta diri (narsisme) dapat berkembang menjadi cinta kelompok in-group dan selanjutnya bisa menjelma menjadi fanatik etnik. Sebaliknya, cinta dalam kategori ketiga dan keempat akan mengantarkan orang pada cinta kepada manusia dan cinta kepada Tuhan. Nabi mengingatkan bahwa barang siapa yang mati karena membela sesuatu secara fanatik buta maka ia akan masuk neraka.

Terapi Terhadap Perilaku FanatikKarena perilaku fanatik mempunyai akar yang berbeda-beda, maka cara

penyembuhannya pun juga berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan (1) Pengobatan yang sifatnya sekedar mengurangi atau mereduksi sikap fanatik harus menyentuh masalah yang menjadi sebab munculnya perilaku fanatic, (2) Jika perilaku fanatik itu disebabkan oleh banyak faktor maka dalam waktu yang sama berbagai cara harus dilakukan secara serempak (simultan).

Kebanyakan orang yang memiliki pandangan fanatik merasa dirinya tidak membutuhkan nasehat dari orang lain selain sesama (in group) mereka. Oleh karena itu seorang konselor harus aktif berusaha mendekati klien.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang konselor terhadap klien fanatik antara lain mengajak berfikir rasional dan menunjukkan contoh-contoh yang pernah terjadi akibat dari perilaku fanatik. 25

Wawasan yang harus dimiliki konselor perilaku fanatik disamping tentang konseling, iapun harus memiliki pengalaman yang luas sehingga nymenimbulkan kesan tidak menggurui namun lebih bertujuan membangkitkan cara berfikir klien yang tidak rasional.

PenutupSeringkali suatu perilaku dianggap menyimpang atau terkesan fanatik di

suatu masyarakat, tetapi tidak demikian dalam masyarakat lainnya. Hal tersebut

25 ? Achmad Mubarak, Al-Irsyâd al-Nafsî, h. 153-154

Page 13: Problem Konseling Terhadap

berkaitan dengan relativitas yang terikat dengan konteks sosio kultural di mana penyimpangan dan sikap fanatik tersebut terjadi. Relatifitas tersebut berkaitan dengan waktu, tempat, situasi dan status sosial.

Dalam Islam, perilaku menyimpang dan fanatisme adalah perbuatan sesat, karena hanya menuruti hawa nafsunya saja dan cenderung mengabaikan nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Islam. Beragama artinya juga hidup dengan menggunakan akal karena agama itu sendiri diperuntukan manusia yang berakal.

Daftar Pustaka

Achmad Mubarak, Al-Irsyâd al-Nafsî: Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2002.

Parwitaningsih dkk, Pengantar Sosiologi, Modul Materi Pokok ISIP, Jakarta, Universitas Terbuka, 2005.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

http://mubarok-institute.blogspot.com.www.wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas.http://www. organisasi.org.http://denmaswahyu.wordpress.com.http://www.wikimu.com.