pro riset pemasaran

112
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan tren kecantikan di Indonesia begitu pesat. Mulai dari bahan-bahan kosmetik yang alami hingga bahan-bahan yang halal. Hal ini tentu menjadikan seorang produsen kosmetik berfikir keras untuk melakukan inovasi produk. Selain itu, konsumen kosmetikpun juga menjadi lebih kritis dalam memutuskan untuk membeli sebuah produk kecantikan. Dengan jumlah populasi masyarakat Muslim di Indonesia mencapa 90% dari total jumlah penduduk (BPS, 2010). Tentu hal ini peluang bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan syariat Islam. Fenomena pada konsumen kosmetik di Indonesia, dimana masyarakat Muslim hampir sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-Muslim dan kesadaran serta pengetahuan mereka terhadap produk halalmasih tergolong rendah (Syed 1

Upload: surya-gilbert

Post on 28-Nov-2015

183 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisis Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel Halal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Pada Kosmetik Martha Tilaar)

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan tren kecantikan di Indonesia begitu pesat. Mulai dari

bahan-bahan kosmetik yang alami hingga bahan-bahan yang halal. Hal ini

tentu menjadikan seorang produsen kosmetik berfikir keras untuk melakukan

inovasi produk. Selain itu, konsumen kosmetikpun juga menjadi lebih kritis

dalam memutuskan untuk membeli sebuah produk kecantikan.

Dengan jumlah populasi masyarakat Muslim di Indonesia mencapa 90%

dari total jumlah penduduk (BPS, 2010). Tentu hal ini peluang bagi konsumen

untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan syariat Islam. Fenomena pada

konsumen kosmetik di Indonesia, dimana masyarakat Muslim hampir

sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-Muslim

dan kesadaran serta pengetahuan mereka terhadap produk halalmasih

tergolong rendah (Syed dan Nazura, 2011). Terlihat bahwa pengetahuan

tentang kosmetik halal di Indonesia sangat minim dan tidak juga pastinya

banyak dari penduduk Indonesia menggunakan produk yang tidak berlabel

halal. Meskipun produk-produk yang tidak berlabel halal bisa dikatakan

haram. Karena MUI tidak mengharamkan suatu produk.

Menurut Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan

Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOMMUI) ingredient produk

kosmetik yang paling banyak digunakan dan beredar dipasar Indonesia saat ini

1

seperti kolagen, ekstrak plasenta, cairan amnion, serta sodium heparin yang

berasal dari bahan haram bertentangan dengan Syariat Islam dan 95% produk

kosmetik di Indonesia tidak mempunyai sertifikasi halal menurut syariat

Islam, padahal terdapat 112.545 produsen kosmetik yang terdaftar hingga Mei

2011 (Perkosmi). Dengan demikian isu penggunaan bahan tidak halal dalam

sebuah kosmetik akan sangat mempengaruhi penjualannya.

Saat Martha Tilaar Group merupakan pemimpin pasar untuk merek lokal

produk kosmetik. diukur dari pangsa pasar Martha Tilaar Group yang

menempati peringkat kedua untuk kosmetik berwarna (13,6%) dan keempat

untuk perawatan kulit dan rambut (5,7%) diantara produk lokal dan asing di

Indonesia. Saat ini, ada banyak merek kosmetik di Indonesia dan kebanyakan

produk tersebut adalah produk asing. Dan diantara banyaknya produk

kosmetik yang ada, Martha Tilaar Group merupakan merek lokal terbesar

dibandingkan perusahaan kosmetik lokal lain di Indonesia.

Seperti yang dikatakan Syed dan Nazura bahwa pengetahuan masyarakat

Indonesia tentang produk kosmetik tergolong rendah, sehingga pembelian

kosmetik berlabel halal tidak menjadi prioritas utama dalam pembeliannya.

Meskipun Martha Tilaar sudah dikenal dengan penggunaan bahan alami dan

digunakan di banyak kegiatan yang berkaitan dengan media, tetapi tidak dapat

dipungkiri persepsi masyarakat tentang Martha Tilaar belum dikenal dengan

label halalnya di banding produk pesaingnya seperti Wardah yang menjadi

pelopor kosmetik halal di Indonesia di tahun 1995

2

Dari uraian diatas terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi

keputusan pembelian seperti faktor psikologis dan label halal dalam

menggunakan produk kosmetik Martha Tilaar. Maka berdasarkan hal tersebut

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel

Halal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Pada Kosmetik

Martha Tilaar)”.

B. Perumusan Masalah

Peneliti ingin mengulas bagaimana Martha Tilaar melayani keinginan dari

para konsumen yang berkaitan dengan psikologis konsumen (faktor internal)

dan label halal yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

(faktor eksternal).

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui apakah motivasi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada

kosmetik Martha Tilaar

b) Untuk mengetahui apakah persepsi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada

kosmetik Martha Tilaar

3

c) Untuk mengetahui apakah pembelajaran secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal pada kosmetik Martha Tilaar

d) Untuk mengetahui apakah sikap secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada

kosmetik Martha Tilaar

e) Untuk mengetahui apakah motivasi, persepsi, pembelajaran,

sikap dan subbudaya agama secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada

kosmetik Martha Tilaar

2. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap setelah penelitian ini bisa diambil pelajaran mengapa

seseorang bisa tertarik dengan suatu produk dan peneliti juga ingin

memberikan efek kesadaran kepada pembaca khususnya pemakai produk

kosmetik agar tidak mengesampingkan label halal dalam mengambil

keputusan khususnya kepada umat Muslim agar tetap menggunakan

produk halal sehingga terhindar dari keraguan ketika sudah menggunakan

produk kosmetik.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor Psikologis

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:53), faktor psikologis merupakan

faktor yang paling mendasar dalam diri seorang individu yang mempengaruhi

pengambilan keputusan konsumen dan perilaku konsumsi. Faktor psikologis

ini mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di mana kebutuhan ini

timbul dari suatu keadaan fisiologis. Pilihan barang yang dibeli seseorang

lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologis, diantaranya:

a. Motivasi

Schiffman dan Kanuk (2010:106) menyatakan bahwa motivasi adalah

“The driving force within individuals that impels them to action.” Dapat

diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tenaga pendorong yang ada

dalam diri individu yang memaksa mereka untuk

bertindak. Tenaga pendorong tersebut muncul karena konsumen merasakan

keadaan tertekan (state of tension) yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang

tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk

mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka harapkan akan

memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan

mereka dari tekanan yang mereka rasakan.

5

Menurut Mowen dan Minor (2002) terdapat 5 dimensi penggerak

motivasi, dimensi tersebut adalah:

1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah

suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan yang

diinginkan dengan keadaan aktual maka akan menimbulkan kebutuhan.

2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu

keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka

pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu

keinginan untuk menyelesaikan masalah yang mendasar.

3. Dorongan, yaitu faktor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan

psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang.

4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang

dilakukan untuk

meringankan keadaan atau kebutuhan (proses kesadaran konsumen).

5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang

lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan.

b. Persepsi

Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah proses bagaimana

seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan

informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Dengan kata

lain, persepsi tidak hanya bergantung pada stimulus fisik, tapi juga bergantung

pada stimulus terhadap lingkungan dan kondisi disekitar kita.

6

Engel, Blackwell dan Miniard (1995) dalam Khairina (2009) mengutip

pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap

pengolahan informasi sebagai dimensi pembentuk persepsi konsumen, yaitu:

1. Pemaparan. Pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen

menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya.

2. Perhatian. Kapasitas pengolahann yangdialokasikan terhadap stimulus

yang masuk.

3. Pemahaman. Interpretasi terhadap makna stimulus.

4. Penerimaan. Dampak persuasif stimulus kepada konsumen.

5. Retensi. Pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan jangka

panjang

c. Pembelajaran

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210), pembelajaran adalah “The

process by which individuals acquire the purchase and consumption

knowledge and experience that they apply to future related behavior.” Dapat

diartikan bahwa pembelajaran konsumen itu merupakan suatu proses yang

berkelanjutan dan berubah dan menghasilka pengetahuan dan pengalaman.

Menurut Kotler (2004:198), Proses belajar seseorang merupakan hasil

yang saling mempengaruhi dari empat unsur dasar, yaitu :

1. Dorongan, yaitu rangsangan internal (dalam diri konsumen) yang muncul

karena adanya kebutuhan sehingga memaksa mereka untuk bertindak.

Konsumen yang ingin membeli rumah baru akan terdorong untuk mencari

7

informasi apapun mengenai hal yang berkaitan dengan rumah, misalnya

lokasi hunian, bentuk dan tipe rumah, harga, cara pembayaran, lingkungan

hunian, dan sebagainya.

2. Isyarat, yaitu stimulus yang menentukan kapan, dimana, dan bagaimana

tanggapan seseorang. Iklan, kemasan produk, harga, dan produk adalah

stimulus atau isyarat yang akan mempengaruhi konsumen untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Respon, merupakan reaksi perilaku seseorang terhadap dorongan dan

isyarat yang diperoleh. Belajar terjadi ketika konsumen bereaksi terhadap

isyarat tersebut.

4. Penguatan, adalah kondisi yang terjadi apabila perilaku individu terbukti

dapat memperoleh kepuasan. Ini berarti, perilaku individu yang sama akan

terulang apabila penguatan tersebut positif dan sebaliknya tidak terulang

jika negatif.

d. Sikap

Schiffman dan Kanuk (2010:246), mendefinisikan “Sikap adalah

kecenderungan yang dipelajari dalam bentuk perilaku dengan cara yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu.”

Sedangkan menurut Nugroho (2003:214) mendifenisikan sikap sebagai

“Konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial

kontemporer. Sikap juga merupakan satu konsep yang paling penting yang

digunakan pemasar untuk memahami konsumen.”

8

Schiffman dan Kanuk (2010:249-251), menyatakan bahwa terdapat 3

komponen penentu sikap, komponen tersebut adalah:

1. Komponen kognisi. Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui

kombinasi dari pengalaman langsung dan persepsi yang diperoleh melalui

kombinasi dari pengalaman langsung dari objek sikap dan informasi yang

terkait yang didapat dari berbagai sumber.

2. Komponen afeksi. komponen ini muncul didasarkan atas perasaan dan

emosi yang muncul dari penilaian konsumen secara langsung dan

menyeluruh. Di mana seseorang menilai obyek sikap dengan perasaan

suka atau tidak suka, menyenangkan atau tidak.

3. Komponen Konasi. Komponen ini berhubungan dengan keinginan

konsumen untuk melakukan pembelian.

B. Label Halal

a. Label

labeling berkaitan erat dengan pemasaran. label merupakan bagian dari

suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual.

Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan

etiket (tanda pengenal) yang menempel atau melekat pada produk. Secara

garis besar terdapat tiga macam label (Stanton, et.al (1994) dalam Tjiptono,

2001: 107), yaitu:

9

1) Brand Label, yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau

dicantumkan pada kemasan.

2) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif

mengenai penggunaan, konsruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan

kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang

berhubungan dengan produk.

3) Grade Label, label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk

dengan suatu huruf, angka, atau kata.

Menurut Krasovec & Klimchuk (2006:158) dalam bukunya Desain

Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari konsep

sampai penjualan, label diartikan secara umum;

“Label biasanya terbuat dari kertas, laminasi kertas atau film plastik

dengan atau tanpa tambahan perekat (sensitif terhadap tekanan), label dapat

mencakup keseluruhan kemasan atau hanya setempat saja, dapat dipotong

dalam berbagai bentuk berbeda untuk melengkapi kontur suatu bentuk

kemasan”

Label mempunyai fungsi (Kotler, 2003: 29), yaitu:

1) Identifies (mengidentifikasi) : label dapat menerangkan mengenai produk.

2) Grade (nilai/kelas) : label dapat menunjukan nilai kelas dari produk.

Produk buah Peach kalengan diberi nilai A, B, dan C menunjukan tingkat

mutu.

3) Describe (memberikan keterangan) : label menunjukkan keterangan

mengenai siapa produsen dari produk, dimana produk dibuat, kapan

10

produk dibuat, apa komposisis dari produk dan bagaimana cara

penggunaan produk secara aman.

4) Promote (mempromosikan) : label mempromosikan produk lewat gambar

dan warna yang menarik.

b. Halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak

terikat”. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan

karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.

Sertifikat halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia

(MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam.

Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman

label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang.

Adapun yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi

syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, (Burhanuddin, 2011:140), yaitu:

1) Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi;

2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan-

bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotorankotoran, dan

lain sebagainya;

3) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut

tata cara syariat Islam;

4) Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi.

11

Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya

terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut

syariat Islam;

5) Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke dalam tubuh.

Oleh karena itu kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci atau najis.

Produk tersebut bisa dikatakan haram jika produk kosmetik tersebut

mengandung bahan-bahan najis, seperti turunan hewan (kolagen) atau pun

bagian dari tubuh manusia, misalnya plasenta. (www.republika.co.id).

Dalam sebuah hadist dijelaskan :

Terjemah hadits

“Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata:

Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara

keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak

diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti

dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang

terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara

yang diharamkan “. (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Dalam hadist di atas jelas bahwa nabi Muhammad SAW, mengajarkan

kepada kaumnya untuk menghindari perkara subhat. Perkara subhat adalah

perkara yang tidak jelas halal-haramnya. Bagi umat Islam sangat dianjurkan

untuk menjauhi perkara subhat.

12

c. Label Halal

Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label

halal dan iklan pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai

pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain

yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau

merupakan bagian kemasan pangan.

Gambar: Label halal resmi MUISumber : www.halalmui.org

Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas

dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label

pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label dimaksud tidak mudah

lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta, terletak pada

bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca.

Menurut Peraturan Pemerintah Pasal 10 Nomor 69, setiap orang yang

memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah

Indonesia untik diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal

bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan

wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

13

C. Keputusan Pembelian

Pada saat memutuskan pembelian konsumen akan memilih suatu produk

yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setelah itu,

konsumen akan mencari informasi tentang produk tersebut sehingga akan

terbentuk keputusan pembelian suatu produk. Menurut Kotler & Keller

(2009:184), proses keputusan pembelian yang spesifik terdiri dari urutan

kejadian sebagai berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian

informasi,evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilakupasca

pembelian. Adapun model dari tahaptahap keputusan pembelian dapat dilihat

pada Gambar 1. Bagi pemasar tahap keputusan pembelian adalah tahap yang

sangat penting untuk dipahami karena akan berhubungan dengan keberhasilan

pemasar di dalam dunia bisnis.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:483) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian, diantaranya:

a. Psikologis konsumen. Proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh unsur

psikologis yang menentukan tipe pembelian yang dibuat oleh konsumen

Unsur-unsur psikologis tersebut meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran,

kepribadian, dan sikap.

b. Lingkungan sosial-budaya meliputi keluarga, kelompok referensi, sumber

non-komersial, kelas sosial, dan subbudaya.

c. Bauran pemasaran adalah paduan unik dari produk, distribusi, promosi,

dan strategi harga yang dirancang untuk menghasilkan hubungan yang

saling menguntungkan dengan target market.

14

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

psikologis dan label halal terhadap pembelian produk kosmetik Martha

Tilaar akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.

D. Penelitian Terdahulu

Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian

Dewi Urip Wahyuni, Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat, 2008

Motivasi, Persepsi, Sikap dan Keputusan Pembelian

Ada pengaruh yang signifikan dari motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di Kawasan Surabaya Barat

Mashadi, Pengaruh Motivasi, Persepsi, Sikap, Dan Pembelajaran Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Kemasan Merek “Teh Botol Sosro” Di Kawasan Depok, 2009

Motivasi, Persepsi, Sikap, Pembelajaran dan Keputusan Pembelian

Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap dan pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada minuman kemasan bermerek “Teh Botol Sosro” di kawasan Depok. Juga erdapat pengaruh yang signifikan antara agama dan perilaku pembelian konsumen

Nama, Judul, dan Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian

15

Tahun PenelitianMuthia Rahma Dianti, Pengaruh Faktor Psikologis dan Subbudaya Agama Terhadapa Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah di Kota Padang, 2012

Psikologis- Motivasi- Persepsi- Pembelajaran- Sikap

Subbudaya Agama

Variabel motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Motivasi konsumen Muslim dalam memilih produk kosmetik halal dikarenakan produk kosmetik tersebut halal dalam Syariah

E. Kerangka Pemikiran

16

BAB III

17

- Motivasi (X1)- Persepsi (X2)- Pembelajaran (X3)- Sikap (X4)- Label halal (X5)

Keputusan Pembelian (Y)

Analisis Regresi Berganda

Uji Normalitas

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji HeteroskedastisitasUji Multikolinieritas

Uji Asumsi Klasik

Adjusted R Square Uji F (simultan) Uji t (parsial)

Kesimpulan

Mahasiswa UIN Jakarta

METODOLOGI PENELTIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk melihat

dan mengukur pengaruh antara variable independen dengan variable

dependen nya. Jenis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2003 : 142).

Agar penelitian dapat berjalan efektif dan efisien, maka peneliti

membatasi ruang lingkupnya hanya pada populasi yang ada di sekitar UIN

Syarif Hidayatullah yaitu mahasiswa-mahasiswa yang pernah

menggunakan produk Martha Tilaar. Alasan dipilihnya mahasiswa sebagai

responden adalah karena saat ini penampilan merupakan sebuah tuntutan

gaya hidup khusus nya bagi kaum muda termasuk pemilihan jenis

kosmetik yang digunakan. Sebagai kampus yang bernafaskan islami dan

produk yang diteliti sudah memiliki nama yang besar. Saya rasa akan

sangat efektif untuk melihat seberapa jauh pengaruh antara variable

dengan menggunakan responden mahasiswa mahasiwa UIN Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

18

a. Populasi

Sugiyono (2006:55) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian adalah para

mahasiswa-mahasiswa di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

b. Sampel

Menurut Sugiarto (2001:2) Sampel adalah sebagian anggota dari populasi

yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan

dapat mewakili populasinya. Sampel yang diambil adalah para mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan

sebanyak 30 sampel, yang dirasakan sudah cukup untuk mewakili populasi.

Teknik pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik purphosive sampling. Teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu yaitu orang yang pernah membeli produk Martha

Tilaar.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non

probability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel karena pertimbangan tertentu. Yang menjadi syarat

pertimbangan dalam non probability sampling pada penelitian ini adalah

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menggunakan produk

19

kosmetik Martha Tilaar. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini berupa purposive sampling dengan pembagian berdasarkan

program studi dan angkatan yang masih terdaftar sebagai mahasiswa.

C. Metode Pengumpulan Data

a. Kuesioner (Angket)

Dalam melakukan penelitian, data yang dikumpulkan akan digunakan

untuk memecahkan masalah yang ada sehingga data–data tersebut harus

benar–benar dapat dipercaya dan akurat. Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh melalui metode kuesioner yaitu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi kuesioner atau seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2001).

Dalam kuesioner ini nantinya terdapat rancangan pertanyaan yang secara logis

berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan

jawaban–jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesa.

Peneliti menggunakan skala Likert yang dikembangkan oleh Ransis

Likert. Skala likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2001). Skala ini banyak digunakan karena mudah dibuat, bebas

memasukkan pernyataan yang relevan, realibilitas yang tinggi dan aplikatif

pada berbagai aplikasi. Penelitian ini mengunakan sejumlah statement dengan

skala 5 yang menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap statement

tersebut.

20

1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju

3 = netral (ragu-ragu)

4 = setuju

5 = sangat setuju

Skala ini mudah dipakai untuk penelitian yang terfokus pada responden

dan obyek. Jadi peneliti dapat mempelajari bagaimana respon yang berbeda

dari tiap–tiap responden.

b. Studi Kepustakaan

Kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian

yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah, literatur-literatur serta publikasi-

publikasi lain yang layak dijadikan sumber

D. Metode Analisis Data

a. Analisis Kuantitatif

Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-

angka dan perhitungan dengan metode statistik. Untuk mempermudah data

dapat di analisis dengan menggunakan program SPSS 20.0, maka data tersebut

harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-

tabel tertentu. Dalam analisis kuantitatif terdapat beberapa tahapan dalam

pengolahan data, antara lain (Sugiyono, 2009:206):

- Proses Editing, merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang

diperlukan terhadap data penelitian yang telah dikumpulkan dari hasil

21

kuesioner di lapangan untuk memudahkan proses selanjutnya dengan

teknik statistika. Tujuannya adalah untuk menjamin kelengkapan,

konsistensi, dan kesiapan data dalam proses.

-. Proses Coding, merupakan proses identifikasi dan penelitian ke dalam skor

numerik atau karakter simbol.

-. Proses Scoring, merupakan suatu proses mengubah data yang bersifat

kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Dalam penelitian ini, urutan

pemberian skor menggunakan skala Likert. Sugiyono (2012;93)

menyatakan bahwa skala Likert adalah skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif/sangat setuju sampai sangat

negatif/sangat tidak setuju. Jawaban dari penelitian ini dapat diberi skor antara

lain :

Sangat Tidak Setuju (STS) : Diberi skor 1

Tidak Setuju (TS) : Diberi skor 2

Ragu-ragu (R) : Diberi skor 3

Setuju (S) : Diberi skor 4

Sangat Setuju (SS) : Diberi skor 5

22

-. Proses Tabulating, merupakan proses pengelompokkan, membuat suatu

urutan, serta data sehingga mudah untuk dibaca dan dimengerti.

1. Uji Validitas

Valid berarti insrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak

diukur (Ferdinand, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini

(content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan

apa yang akan diukur (Ferdinand, 2006). Biasanya digunakan dengan

menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total

(Sugiyono, 2004). Dalam melakukan pengujian validitas, digunakan alat ukur

berupa program komputer yaitu SPSS for Windows, dan jika suatu alat ukur

mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya

maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2001).

Jika suatu alat ukur mempunyai taraf korelasi minimal 0,30 maka

dikatakan signifikan, dan antara skor item terhadap skor totalnya alat skor

tersebut adalah valid (Priyatno, 2008;17).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001). Uji reliabilitas adalah tingkat

kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian.

Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat

23

pengukur tersebut. Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu

program komputer yaitu SPSS for Windows dengan menggunakan model

Alpha. Sedangkan dalam pengambilan keputusan reliabilitas, suatu instrumen

dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali,

2001).

b. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias

dan efisiensi, maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi,

yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi

normal (Ghozali,2001). Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data

normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data

adalah (Ghozali,2001):

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

24

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas artinya antar variabel independen yang terdapat dalam

model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati

sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan satu). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di

antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah

koefisien variabel tidak menentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau

tidak terhingga (Priyatno, 2009;152).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi pada penelitian ini, pengujian yang bisa digunakan adalah dengan

melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Variabel yang

menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih

kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daropada nilai 10 (Hair

dalam Priyatno, 2009;156).

3. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Adanya

25

heterokedastisitas berarti menunjukkan adanya varian variabel dalam metode

yang tidak sama (konstan). Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

heterokedastisitas (Priyatno, 2009:160). Untuk mendeteksi gejala

heterokedastisitas, ada atau tidaknya pola yang terjadi pada nilai residu pada

model, metode yang dapat digunakan seperti metode grafik, park, gleyser,

white, dan rank spearman.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode grafik dengan

melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

telah di-standardized (Priyatno, 2009;164). Dasar analisanya adalah :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

c. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka

digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Regression). Analisis

26

regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel

dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel

penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi

rata-rata populasi atau nilainilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel

independen yang diketahui (Ghozali, 2005).

Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih,

regresinya disebut juga regresi berganda. Oleh karena variabel independen

diatas mempunyai variabel yang lebih dari dua, maka regresi dalam penelitian

ini disebut regresi berganda. Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas

yaitu Motivas (X1), Persepsi (X2), Pembelajaran, Sikap (X4) dan Label halal

(X5) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Rumus matemastis dari regresi

berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan :

Y =Keputusan Pembelian

A =constanta

b1 =Koefisien regresi antara motivasi konsumen dengan keptutusan

pembelian

b2 =Koefisien regresi antara persepsi konsumen dengan keptutusan

pembelian

b3 =Koefisien regresi antara pembelajaran konsumen dengan keptutusan

pembelian

27

b4 =Koefisien regresi antara sikap konsumen dengan keptutusan pembelian

b5 =Koefisien regresi antara label halal konsumen dengan keputusan

pembelian

X1 = Variabel motivasi konsumen

X2 = Variabel persepsi konsumen

X3 = Variabel pembelajaran konsumen

X4 = Variabel sikap konsumen

X5 = Variabel label halal konsumen

E = error disturbances

d. Uji Goodness of Fit

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai

dengan Goodness of Fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari

nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan

statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak), sebaliknya disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima

(Ghozali, 2001).

1. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa koefisien determinasi

majemuk dalam populasi, R2, sama dengan nol. Uji signifikansi meliputi

28

pengujian signifikansi persamaan regresi secara keseluruhan serta koefisien

regresi parsial spesifik. Uji keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan

statistik F . Statistik uji ini mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasan k

dan (nk- 1) (Malhotra, 2006). Jika hipotesis nol keseluruhan ditolak, satu atau

lebih koefisien regresi majemuk populasi mempunyai nilai tak sama dengan 0.

Uji F parsial meliputi penguraian jumlah total kuadrat regresi Ssreg menjadi

komponen yang terkait dengan masing-masing variabel independen. Dalam

pendekatan yang standar, hal ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa

setiap variabel independen telah ditambahkan ke dalam persamaan regresi

setelah seluruh variabel independen lainnya telah disertakan. Kenaikan dari

jumlah kuadrat yang dijelaskan, yang disebabkan oleh penambahan sebuah

variabel independen Xi , merupakan komponen variasi yang disebabkan

variabel tersebut dan disimbolkan dengan SSxi . Signifikansi koefisien regresi

parsial untuk variabel, diuji dengan menggunakan sebuah statistik F

inkremental (Malhotra, 2006) .

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikan parsial (Uji t hitung) digunakan untuk mengetahui apakah

secara parsial X1, X2, X3, X4 berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

Y (Priyatno, 2008:149). Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan

2 sisi. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Ho : Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat

29

Ha :Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat

Langkah-langkah uji hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

Hipotesis Motivasi

Ho : Variabel Motivasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

Ha : Variabel Motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

b. Menentukan tingkat signifikansi

Taraf signifikansi = 5% (0,05)

c. Menentukan t hitung

Berdasarkan hasil output SPSS 20.0 pada tabel koefisien regresi

d. Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = n – k –

1 (jumlah kuesioner – jumlah variabel independen – 1)

e. Kriteria pengujian

Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

30

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penentuan

variabel pada dasarnya merupakan operasionalisasi terhadap konstruk,

yaitu upaya mengurangi abstraksi konstruk sehingga dapat diukur. Definisi

operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan konstruk, sehingga memungkinkan bagi peneliti

yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama

atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik

(Indriantoro dan Supomo, 2002: 69).

Model operasional variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukan

sebagai berikut:

-. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya

variabel terikat (Sugiyono, 2003 : 33

-. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2003 : 33).

31

a. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas:

X1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

X2: Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

X3: Pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

produk halal kosmetik Martha Tilaar.

X4: Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik kosmetik Martha Tilaar

X5: Label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

produk halal kosmetik Martha Tilaar.

2. Variabel Terikat (Y): Keputusan Pembelian

b. Definisi Konseptual Variabel

1. Variabel bebas

- Motivasi (X1) - Schiffman dan Kanuk (2010:106) menyatakan bahwa

motivasi adalah “The driving force within individuals that impels them to

action.” Dapat diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tenaga

pendorong yang ada dalam diri individu yang memaksa mereka untuk

bertindak

- Persepsi (X2) - Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah

proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan

32

menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan

gambaran keseluruhan yang berarti.

- Pembelajaran (X3) - Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210),

pembelajaran adalah “The process by which individuals acquire the

purchase and consumption knowledge and experience that they apply to

future related behavior.” Dapat diartikan bahwa pembelajaran konsumen

itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berubah dan

menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.

- Sikap (X4) – Schiffman dan Kanuk (2010:246), mendefinisikan “Sikap

adalah kecenderungan yang dipelajari dalam bentuk perilaku dengan cara

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu.”

Sedangkan menurut Nugroho (2003:214) mendifenisikan sikap sebagai

“Konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalampsikologis

sosial kontemporer. Sikap juga merupakan satu konsep yang paling

penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.”

- Label halal (X5) - Kotler dan Keller (2009:166), menyatakan bahwa

“Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota

mereka.” Subbudaya yang terdiri dari kelompok kebangsaan, keagamaan,

ras, dan wilayah geografis. Menurut Shiffman dan Kanuk (2010:400),

para anggota dari semua kelompok agama cenderung membuat keputusan

pembelian yang dipengaruhi oleh identitas keagamaan mereka. Pada

33

umumnya, perilaku konsumen secara langsung dipengaruhi oleh agama

dalam hal pemilihan dan pembelian produk.

Untuk melihat pengaruh dari motivasi,persepsi, pembelajaran, sikap dan

label halal terhadap keputusan pembelian kosmetik Martha Tilaar dapat

digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :

Gambar 1: Kerangka Konseptual

Gambar 1 menunjukkan kerangka konseptual pada penelitian ini, yang terdiri

dari lima variabel bebas yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran,sikap dan label

halal dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Dengan demikian, peneliti

mengemukakan lima hipotesis berdasarkan kerangka konseptual untuk menguji

pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumusan

hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

34

KeputusanPembelian

(Y)

Label Halal(X5)

Sikap(X4)

Pembelajaran(X3)

Persepsi(X2)

Motivasi (X1)

H2: Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

H3: Pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

produk halal kosmetik Martha Tilaar.

H4: Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

H5: Label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar.

35

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Pengertian Indikator Skala

Motivasi

(X1)

Motivasi (X1) - Schiffman dan Kanuk

(2010:106) menyatakan bahwa motivasi

adalah pendorong yang ada dalam diri

individu yang memaksa mereka untuk

bertindak

- Rangsangan

- Pengenalan kebutuhan

- Dorongan

- Perilaku berdasarkan tujuan

- Insentif konsumen

Ordinal

Persepsi

(X2)

Persepsi (X2) – Menurut Kotler dan Keller

(2009:179), persepsi adalah proses

bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur, dan menginterpretasikan

masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran keseluruhan yang

berarti

- Pemaparan

- Perhatian

- Pemahaman

- Retensi

Ordinal

Pembelajara

n (X3)

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210)

pembelajaran adalah suatu proses yang

berkelanjutan yang berubah dan

menghasilkan pengetahuan dan

pengalaman

- Dorongan

- Isyarat

- Respon

- Penguatan

Ordinal

36

Variabel Pengertian Indikator Skala

Sikap (X4) Schiffman dan Kanuk (2010:246),

mendefinisikan “Sikap adalah

kecenderungan yang dipelajari dalam

bentuk perilaku dengan cara yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan

terhadap objek tertentu

- Kognisi (pengetahuan dan

persepsi)

- Afeksi (perasaan dan emosi)

- Konasi (keinginan melakukan

pembelian)

Ordinal

Label Halal

(X5)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 tentang label dan iklan

pangan menyebutkan, label adalah setiap

keterangan mengenai suatu produk yang

berbentuk gambar, tulisan, kombinasi

keduanya, atau bentuk lain yang

disertakan pada produk, dimasukkan ke

dalam, ditempelkan pada, atau merupakan

bagian kemasan produk.

- Gambar

- Tulisan

- Kombinasi gambar dan tulisan

- menempel pada kemasan

Ordinal

37

BAB IV

PENGARUH PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PRODUK BERLABEL HALAL DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Sejarah Martha Tilaar

Martha Tilaar Group dipelopori oleh DR. (H.C.) Martha Tilaar pada tahun

1970 dengan membuka sebuah salon kecantikan Martha di kediaman

orangtuanya, Yakob Handana, di Jalan Kusuma Atmaja No.47 Menteng,

Jakarta Pusat.

Berikut perkembangan Martha Tilaar Group dari masa ke masa:

Tahun 1970. DR. Martha Tilaar memulai usahanya di garasi kediaman

orangtuanya, Yakob Handana, di Menteng, Jakarta Pusat.

Tahun 1972. Pembukaan salon kecantikan kedua DR. Martha Tilaar, yaitu

Martha Griya Salon di Menteng. Di salon inilah, untuk pertama kalinya

perawatan kecantikan tradisional berbasis tanaman herbal dan bisnis

kecantikan dimulai.

Tahun 1977. PT Martina Berto didirikan oleh DR. Martha Tilaar bersama

mitra usaha yaitu Bernard Pranata (almarhum) dan Theresia Harsini

Setiady.

38

Tahun 1977. Bekerjasama dengan Theresia Harsini Setiady yang

merupakan pendiri Kalbe Group, PT Martina Berto meluncurkan brand

Sariayu sebagai produk kecantikan dan jamu modern.

Tahun 1981. PT Martina Berto mendirikan pabriknya sendiri di kawasan

industri Pulogadung.

Tahun 1983. PT Martina Berto kembali mendirikan pabrik keduanya di

Pulogadung.

Tahun 1983. Di tahun yang sama, PT SAI Indonesia yang sebelumnya

adalah PT Sari Ayu Indonesia didirikan untuk mendukung PT Martina

Berto dalam mendistribusikan produk-produk kosmetiknya.

Tahun 1988-1990. PT Martina Berto melahirkan merek-merek kosmetika

baru seperti Cempaka, Jamu Martina, Pesona, Biokos Martha Tilaar,

Caring Colours Martha Tilaar, dan Belia Martha Tilaar.

Tahun 1993-1995. Terjadi proses akuisisi oleh sejumlah perusahaan ke

dalam PT Martina Berto.

Tahun 1996. PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetika pertama di

Indonesia yang mendapatkan sertifikat mutu ISO 9001.

Tahun 1999. PT Martina Berto membeli saham Kalbe Group, dan sejak

saat itu Kalbe Group sepenuhnya berada di bawah manajemen Martha

Tilaar Group.

Tahun 2000. PT Martina Berto mendapatkan sertifikat ISO 14001.

39

Tahun 2001-2009. PT Martina Berto menambahkan merek-merek baru di

segmen pasar berbeda, yaitu Professional Artist Cosmetics (PAC), Dewi

Sri Spa, Jamu Garden dan sebagainya.

Tahun 2010. Martha Tilaar Group memasuki usia 40 tahun.

Tahun 2011. PT Martina Berto menjadi PT Martina Berto Tbk.

Tahun 2011. Martha Tilaar Group terpilih menjadi salah satu dari 55

perusahaan dunia yang menjadi anggota Global Conpact Lead PBB di

Davos, Switzerland.

Tahun 2012. PT Martina Berto Tbk menerima penghargaan sebagai

Pioneer in Technology dari Kementrian Industri, yang diserahkan oleh

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Tahun 2012. PT Martina Berto Tbk mendapat penghargaan dalam Asia

Responsible Entrepreneurship Awards 2012 untuk kategori Green

Leadership.

Kini, Martha Tilaar Group terdiri atas PT Martina Berto Tbk, PT

Cedefindo (strategi pemasaran dan produksi), PT SAI Indonesia (distributor

produk-produk Martha Tilaar Group), PT Martha Beauty Gallery

(pelayanan konsultasi dan pendidikan kecantikan, seperti Puspita Martha

School of Beauty), Martha Tilaar Spa, Cipta Busana, Art and Beauty

Martha Tilaar, PT Cantika Puspa Pesona (manajemen waralaba domestik

dan internasional untuk Martha Tilaar Salon Day Spa, Easter Garden Spa

Martha Tilaar), PT Creative Style (perusahaan agensi periklanan), PT Kreasi

40

Boga (agensi tenaga kerja), dan PT Mahligai Citra Bangsa (jasa wedding

organizer dan produksi majalah).

B. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Jakarta yang menjadi

konsumen baik yang pernah memakai atau yang sedang memakai kosmetik

Martha Tilaar yang berjumlah 30 respnden. Berdasarkan hasil penelitian kepada

30 orang responden melalui kuesioner yang disebarkan telah didapat gambaran

karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 4.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

1 <20 tahun 14 46,7%

2 21 – 30 tahun 16 53,3%

3 31 – 40 tahun 0 0%

4 >41 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah 21-

30 tahun dengan jumlah 16 responden (53,3%) dan usia <20 tahun dengan

jumlah 14 responden (46,7%). Jadi usia konsumen produk Martha Tilaar

didominasi oleh konsumen yang berusia 21-30 tahun.

41

Tabel 4.2Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-laki 0 100%

2 Perempuan 30 0%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan

mendominasi pemakaian kosmetik sebesar 30 responden (100%). Meskipun

pada penelitian yang dilakukan oleh Martha Tilaar bahwa pengguna kosmetik

laki-laki meningkat sekita 7%. Tetapi hal ini tidak ditemukan didaerah sekita

lingkungan mahasiswa UIN Jakarta.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Pekerjaan

Karena penelitian ini menggunakan purposive sampling yang samplenya

itu dikriteriakan sebagai mahasiswa UIN Jakarta, maka tingkat pendidikan

respondennya adalah Perguruan Tinggi sebanyak 30 responden (100%)

42

Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

No Pengeluaran Jumlah Presentase

1 < Rp 1.000.000 / bulan 23 76.7%

2 Rp 1.000.001 – 2.000.000 / bulan 5 16.6%

3 Rp 2.000.001 – 3.000.000 / bulan 2 6.7%

4 > Rp 3.000.000 / bulan 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Diolah, 2013

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan

pengeluaran perbulannya sebesar < Rp 1.000.000,- per bulan berjumlah 23

respomdem (76,7%), sedangkan di pengeluaran Rp 1.000.001 – 2.000.000,- per

bulan berjumlah 5 responden (16,6%) dan responden dengan pengeluaran Rp

2.000.001 – 3.000.000,- per bulan berjumlah 2 responden (6,7%) . Terlihat bahwa

pengguna kosmetik Martha Tilaar didominasi oleh konsumen yang

pengeluarannya sebesar < Rp 1.000.000,- per bulan.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian peneliti menggunakan 30 kuesioner dengan 17

pertanyaan di dalamnya. Kuesioner dibagi menjadi 4 variabel utama, yaitu

motivasi (X1) sebanyak 4 pertanyaan, persepsi (X2) sebanyak 4 pertanyaan,

pembelajaran (X2) sebanyak 5 pertanyaan, sikap (X4) sebanyak 4 pertanyaan.

43

a. Uji Validitas

Uji validitas akan menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 17 pertanyaan

yang harus dijawab oleh responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam

menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah (Suharso 2009:108):

a. Tingkat kepercayaan 95% (a=5%)

b. Jumlah responden sebanyak 20 orang

c. Dibandingkan dengan nilai r > 0,3

Tabel 4.4Hasil Uji Validitas Motivasi

Item-Total StatisticsScale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item Deleted

Motivasi

14.20 .441 .329 .

Motivasi

24.23 .323 .329 .

Nilai Corrected Item- Total Correlation masing-masing indikator Motivasi

menunjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu dapat

di simpulkan bahwa indikator-indikator yang di gunakan adalah valid.

44

Tabel 4.5Hasil Uji Validitas Persepsi

Item-Total StatisticsScale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item Deleted

Persepsi1 7.47 1.637 .476 .590

Persepsi2 7.67 1.264 .398 .764

Persepsi3 7.13 1.568 .657 .411

Nilai dari corrected item-Total Correlation masing-masing indikator

persepsi menunjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena

itu dapat di simpulkan bahwa indikator-indikator tersebut adalah valid.

45

Tabel 4.6Hasil Uji Validitas Pembelajaran

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pembelajaran2 7.37 1.551 .550 .658

Pembelajaran3 7.70 1.666 .590 .640

Pembelajaran4 8.13 1.016 .602 .638

Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator

Pembelajaran menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah

valid.

Tabel 4.7Hasil Uji Validitas Sikap

Item-Total Statistics

46

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Sikap2 7.17 2.006 .676 .743

Sikap3 7.03 2.171 .642 .775

Sikap4 7.00 2.207 .693 .727

Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Sikap

menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.

Tabel 4.8Hasil Uji Validitas Label Halal

47

Item Statistics

Mean Std.

Deviation

N

Label1 4.20 .664 30

Label2 4.20 .664 30

Label3 3.47 .860 30

Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Label

menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.

Tabel 4.9Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian

48

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

KPembelian

17.43 1.357 .392 .535

KPembelian

27.17 1.661 .453 .482

KPembelian

37.47 1.223 .422 .496

Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Keputusan

pembelian menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Salah satu ukuran

reliabilitas adalah koefisien Cronbach’a Alpha, yang jika dinilai Cronbach’a

Alpha > 0,6 menunjukkan instrumen

tersebut reliabel (Gazali, 2009:46). Perhitungan Cronbach’s Alpha dilakukan

dengan menggunakan software SPSS versi 16.

Tabel 5.0

49

Hasil Uji Reliabilitas Motivasi

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.490 2

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien Cronbach’a

Alpha. Menunjukan nilai yang lebih kecil dari 0,6 yaitu 0,490. Artinya instrument

yang di gunakan adalah tidak reliable atau kuesioner yang digunakan tidak handal.

Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas Persepsi

50

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah 30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.671 3

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien

Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,671.

Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang

digunakan handal.

Tabel 5.3Hasil Uji Reliabilitas Pembelajaran

51

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.733 3

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien

Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,733.

Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang

digunakan handal.

Tabel 5.4Hasil Uji Reliabilitas Sikap

52

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.817 3

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien

Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,813.

Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang

digunakan handal.

Tabel 5.5Hasil Uji Reliabilitas Label Halal

53

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah respinden adalah sebesar 30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.674 3

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien

Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,674.

Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang

digunakan handal.

Tabel 5.6Hasil Uji Reliabilitas Keputusan Pembelian

54

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar

30 orang.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.603 3

Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien

Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,603.

Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang

digunakan handal.

D. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas55

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang

telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak

terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data

tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil

(Suliyanto, 2011: 69).

Uji Normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan variabel

dependent dan variable independent. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal.

Adapun untuk melakukan uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif

dari distribusi normal (Ghozali, 2011:161). Selain dengan melihat grafik

normal probability plot, dalam penelitian ini juga digunakan grafik

histogram.

Berikut adalah hasil uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini:

Tabel 5.7Hasil Uji Normalitas Data

56

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KPembelian

T.184 30 .011 .955 30 .225

a. Lilliefors Significance Correction

Karena responden yang ada adalah kurang dari 50. Maka untuk menentukan

normal atau tidaknya distribusi data, kita harus melihat kolom Sig. pada Shapiro-

Wilk. Data akan Memiliki Distribusi Normal jika p ≥ 0,05.

Hasil intrepretasi tabel diatas adalah keputusan pembelian memiliki p < 0,05

yaitu 0,225. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa distribusi data dari variable

keputusan pembelian adalah normal.

57

Dari grafik di atas dapat dilihat grafik histogram yang menyerupai

lonceng. hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini

terdistribusi secara normal.

58

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa titik yang ada mendekati garis normal. hal

ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas

(Suliyanto, 2011 : 82). Multikolinieritas adalah hubungan liniear antar

variabel independen di dalam regresi berganda. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut

Widarjono (2010 : 75) jika ada multikolinieritas antar variabel independen,

59

estimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) masih

menghasilkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang

minimum (BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi

terbebas dari masalah multikolinieritas.

Untuk melakukan uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menganalisis matrik korelasi antar variable dependent dan perhitungan

nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off

yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -.208 1.401 -.148 .883

MotivasiT .133 .229 .082 .583 .566 .343 2.915

PersepsiT .286 .094 .296 3.046 .006 .717 1.394

PembelajaranT .114 .100 .144 1.138 .266 .424 2.360

SikapT .454 .087 .580 5.198 .000 .543 1.840

SubbudayaT .038 .152 .040 .251 .804 .269 3.718

a. Dependent Variable: KPembelianT

60

tabel Coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance masing-masing

variabel berada adalah lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF berada di bawah

nilai 10, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan

dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

modelregresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model

regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas.

Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki

nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011 : 95). Heteroskesdastisitas

berarti varian variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah

heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada cross section

dari pada data time series. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.

Adapun untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variable dependent (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) (Ghazali,

2011:139). Selain dengan analisis grafik, uji heteroskedastisitas dalam

peneltian ini juga dilakukan dengan uji glejser, yaitu dengan mengusulkan

untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variable independen (Gujarati

dalam Ghozali, 2011:142).

61

dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar diantara sumbu x

dan y dengan demikian hal ini dapat disimpuklkan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

E. Analisis Regresi Berganda

1. Adjusted R Square

Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis

regresi dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini

mengukur presentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh

variabel independen di dalam garis regresi. Menurut Sulaiman (2004 : 86)

nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Semakin besar R2

(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin

62

mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabel dependen.

Berikut in Berikut adalah nilai koefisin determinasi dari model regresi

dalam penelitian ini :

Dari tabel model summary di atas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R

Square adalah 0,837 hal ini berarti kemampuan variabel bebas yang terdiri dari

motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan label halal dapat mempengaruhi

keputusan pembelian produk halal oleh mahasiswa terhadap produk kosmetik

Martha Tilaar, dan pengaruhnya itu sebesar 83,7% sementara sisanya sebesar

16,3% dipegaruhi oleh variabel lain diluar model.

2. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen

secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Menurut Suliyanto

(2011 : 40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel

bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh

63

secara simultan terhadap variabel tergantung, maka model persamaan regresi

masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh

secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not

fit. Menurut Suliyanto (2011 : 61), untuk menyimpulkan apakah model masuk

dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung

dengan nilai F tabel dengan derajat bebas : df: α, (k-1),(n-k), dimana k adalah

jumlah variabel dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0

ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara

simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika

F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa

variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

64

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 65.203 5 13.041 24.715 .000b

Residual 12.664 24 .528

Total 77.867 29

a. Dependent Variable: KPembelianT

b. Predictors: (Constant), SubbudayaT, SikapT, PersepsiT, PembelajaranT,

MotivasiT

Dari tabel ANOVA di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikasinya adalah

0.000 yang berarti berada dibawah nilai F α sebesar 0,05 sementara nilai F

hitung adalah 24,715 sedangkan nilai F tabel dengan α = 0,05, (5-1), (100-5)

maka diperoleh hasil F tabel adalah sebesar 2,759 yang berarti lebih kecil dari

pada nilai F tabel, dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti bahwa secara simultan variabel independen yang terdiri

dari motivasi, persepsi, pembelajran, sikap dan label halal secara simultan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha

Tilaar

65

3. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh independen secara

individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat

konstan. Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak.

Uji t dalam penelitian ini dilakuakan dengan memperbandingkan t hitung

dengan t tabel. Adapun nilai t tabel diperoleh dengan df:α,(n,-k) dimana α

adalah tingkat signifikasi yang digunakan, n adalah jumlah pengamatan

(ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen. Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak

yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa

variabel Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(Suliyanto, 2011 : 63).

Selain membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk mengetahui

apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen dalam penelitian ini juga dilakukan dengan melihat nilai probabilitas

masing-masing variabel independen. Apabila nilai probabilitas variabel

independen lebih kecil dari tingkat signifikasi yang digunakan, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel dependen terhadap

variabel independen.

66

Uji t yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji 2 arah (two tailed) dan

berikut ini adalah uji t yang dilakukan dalam penelitian ini:

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -.208 1.401 -.148 .883

MotivasiT .133 .229 .082 .583 .566 .343 2.915

PersepsiT .286 .094 .296 3.046 .006 .717 1.394

PembelajaranT .114 .100 .144 1.138 .266 .424 2.360

SikapT .454 .087 .580 5.198 .000 .543 1.840

SubbudayaT .038 .152 .040 .251 .804 .269 3.718

a. Dependent Variable: KPembelianT

1. Uji Variabel Motivasi

Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk motivasi

adalah 0,583 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =

2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya

adalah 0,556 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu

0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti bahwa vairabel motivasi pro secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar

2. Uji Variabel Persepsi

67

Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk

persepsi adalah 3,046 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05,

(100-5) = 2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai

signifikasinya adalah 0,006 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang

digunakan yaitu 0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima yang berarti bahwa vairabel persepsi secara parsial

berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik

Martha Tilaar

3. Uji Variabel Pembelajaran

Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk

pembelajran adalah 1,138 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05,

(100-5) = 2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai

signifikasinya adalah 0,256 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang

digunakan yaitu 0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 diterima

dan H1 ditolak yang berarti bahwa vairabel pembelajran secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik

Martha Tilaar

4. Uji Variabel Sikap

Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk sikap

adalah 5,198 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =

2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya

adalah 0,000 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu 0,05

dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

68

berarti bahwa vairabel sikap secara parsial berpengaruh terhadap variabel

keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar

5. Uji Variabel Label Halal

Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk label

halal adalah 0,251 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =

2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya

adalah 0,804 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu 0,05

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti bahwa vairabel label halal secara parsial tidak berpengaruh terhadap

variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar

5. Persamaan Regresi

Dari tabel Coefficients di atas, maka model persamaan regresi yang terbentuk

adalah sebagai berikut : Y = -0,208 + 0,133X1 + 0,286X2 + 0,114X3 + 0,454X4

+ 0,038X5

Persamaan tersebut dapat berarti sebagai berikut

1. Nilai konstanta adalah sebesar -0,208 yang berarti jika nilai X1,X2,X3,X4

dan X5 adalah 0, maka nilai Y adalah sebesar -0,208

2. Kenaikan X1 adalah sebesar 0,133 yang berarti bahwa apabila terdapat

kenaikan X1 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar 0,133 dengan

asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan.

69

3. . Kenaikan X2 adalah sebesar 0,286 yang berarti bahwa apabila terdapat

kenaikan X2 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,286

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan.

4. Kenaikan X3 adalah sebesar 0,114 yang berarti bahwa apabila terdapat

kenaikan X3 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,114

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan

5. Kenaikan X4 adalah sebesar 0,454 yang berarti bahwa apabila terdapat

kenaikan X4 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,454

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan

6. Kenaikan X5 adalah sebesar 0,038 yang berarti bahwa apabila terdapat

kenaikan X5 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,038

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan

6. Pengaruh Variabel Dominan

Dengan melihat tabel coefficients maka dapat dilihat bahwa nilai standardized

coefficients yang terbesar adalah nilai dari X4 yaitu dengan nilai 0,580 yakni

variabel sikap

70

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan telah dilakukannya penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel Halal

dengan variabel motivasi, persepsi, sikap, pembelajaran dan label halal

sebagai variabel independen dan keputusan pembelian produk halal

sebagai variabel dependen dan dengan menggunakan analisis regresi

berganda, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut

1. Hasil dari uji F menunjukan bahwa variabel motivasi, persepsi,

pembelajran, sikap dan label halal secara simultan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian produk halal pada kosmetik Martha

Tilaar

2. Hasil dari uji t menunjukan bahwa secara parsial variabel persepsi dan

sikap berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk halal pada

kosmetik Martha Tilaar

3. Nilai adjusted R square dari penelitian ini adalah 0,837 yang berarti

bahwa kemampuan variabel dependen yang terdiri dari motivasi,

persepsi, pembelajran, sikap dan label halal dalam penjelaskan

keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar oleh

mahasiswa sebesar 83,7% sementara sisanya sebesar 16,3% dijelaskan

oleh variabel lain

71

4. Dari seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

maka variabel sikap adalah variabel independen yang paling dominan

dalam mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian produk

halal kosmetik Martha Tilaar dan mengalahkan variabel label halal.

B. IMPLIKASI

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa implikasi

dari penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti empiris terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

terhadap produk-produk halal. Penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Para Pelaku Usaha

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi

kepada para pelaku bisnis mengenai perilaku konsumen terhadap

keputusan pembelian produk-produk berlebel halal, khusus nya

kosmetik.

72

C. SARAN

Dengan telah dilakukannya penelitian ini maka penulis memberikan

beberapa saran untuk para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian serupa dengan penelitian ini :

1. Penelitian ini menggunakan variabel tingkat motivasi, persepsi, sikap

dan pembelajaran sebagai variabel independen dan keputusan

pembelian mahasiswa terhadap produk halal sebagai variabel

dependen, penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain

yang lebih beragam

2. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa analisis regresi

berganda, penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat analisis yang

berbeda sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang lebih

variatif.

3. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 mahasiswa UIN Jakarta,

penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel yang lebih banyak dan

lebih beragam lagi dengan responden-responden yang berasal dari luar

kampus UIN sehingga hasil yang di dapat lebih bervariasi

73

DAFTAR PUSTAKA

Assadi Djamchid. (2003). “Do Religions Influence Customer Behavior?

Confronting religious rules and marketing concepts.” Cahiers du CEREN

Journal. No.5, pp 2-13

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.

Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponogoro. 2009

LPPOM-MUI. (2012). Daftar Belanja ProdukHalal. Edisi No. 93 / Januari -

Februari 2012. Pp 41-88.

Kotler, P. (2004). Manajemen Pemasaran.Jilid-1. Edisi Milenium. Jakarta:

PT.Prehalindo

Kotler, Phillip,. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa:

Hendra

Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005.

Kotler, Philip, Keller Kevin Lane. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 12. Jilid 2.

Jakarta: PT

Indek, 2007.

74

Kotler, Philip & Kevin L. Keller. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13. Jilid 1.

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.

Mowen, J.C., & Minor,M. (2002). Perilaku Konsumen. Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Priyatno, Duwi. “5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS.17”. Jakarta: Penerbit

Andi. 2010

Perkosmi. (2011). Daftar Peraturan Kosmetika di Indonesia. Jakarta:

PT. Media Data

Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2007). Consumer Behavior. 9thEdition. New

Jersey:

Pearson Prentice Hall. (2010).

_________________________Consumer Behavior. 10thEdition. New Jersey:

Pearson Prentice Hall.

Shaari, J., & Shahira, Nur (2010). “Dimension of Halal Purchase Intention: A

Preliminary Study.” International Review of Business Research Papers

No.4/Vol.6 pp 444-456

75

Soesilowati Endang (2010).”Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global

Perilaku Konsumen Muslim Dalam Konsumsi

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Cv Alfabeta. 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Martha_Tilaar. “ Profil Perusahaan Martha Tilaar”

http://www.marthatilaargroup.com/. “Profil Perusahaan Martha Tilaar

Tjiptono, Afandy. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Kotler, Philip, Keller, Kavin Lane. 2003. Manajemen Pemasaran:Analisis,

Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Krasovec, Sandra A. & Klimchuk, Marianne Rosner. 2006. Desain Kemasan:

Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan

(Bob Sabran. Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Burhanuddin. 2011. Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikat

Halal. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang

Label dan Iklan.

76