print-makalah etprof 2

37
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan petunjuk Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TINJAUAN HUKUM KESEHATAN TERHADAP MENINGGALNYA JOHANES Akibat Kesalahan Dokter Dalam Melakukan Operasi Ilegal”. Makalah ini membahas mengenai contoh kasus malpraktik dan analisa terhadap kasus tersebut. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sem purna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Bandung, November 2015 Penulis i

Upload: annisa-nuraini-suryono

Post on 27-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Etprof

TRANSCRIPT

Page 1: Print-Makalah Etprof 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan

petunjuk Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“TINJAUAN HUKUM KESEHATAN TERHADAP MENINGGALNYA JOHANES

Akibat Kesalahan Dokter Dalam Melakukan Operasi Ilegal”. Makalah ini membahas

mengenai contoh kasus malpraktik dan analisa terhadap kasus tersebut.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sem purna. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun, penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Bandung, November 2015

Penulis

i

Page 2: Print-Makalah Etprof 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Pengertian-pengertian.....................................................................................3

2.1.1 Pengertian Malpraktik.............................................................................3

2.1.2 Kode Etik Kedokteran.............................................................................4

2.1.3 Surat Tanda Registrasi (STR)..................................................................5

2.1.4 SIP (Surat Izin Praktik)............................................................................5

2.2 Pengertian Hukum..........................................................................................6

2.2.1 Pengertian Hukum Kesehatan.................................................................7

2.2.2 Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan.................................................9

2.2.3 Praktik Kedokteran................................................................................11

2.3 Konsep..........................................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................13

3.1 Penyebab Pasien Meninggal.........................................................................14

3.2 Penyebab Dugaan Malpraktik.......................................................................14

3.3 Tinjauan Hukum Kesehatan Terhadap Kasus...............................................14

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................17

4.1 Simpulan.......................................................................................................17

4.2 Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii

Page 3: Print-Makalah Etprof 2

DAFTAR PUSTAKA

 

Hariri, Wawan Muhwan. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : CV. PustakaSetia.

Dewantara, Rudy. 2008. Malpraktik. [Online] Tersedia :

https://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktik-

sejauhmana-kita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/

Septianingrum, Dorya Asti. 2013. Malpraktik. [Online] Tersedia :

http://doryastiseptianingrum.blogspot.co.id/2013/12/malpraktik.html

Zulqifli. 2013. Malpraktik Dalam Dunia Kesehatan. [Online] Tersedia :

http://informasikesehatanbulukumba.blogspot.co.id/2013/11/malpraktik-

dalam-dunia-kesehatan_1808.html

Gitahafas. 2008. SURAT IJIN PRAKTEK ( SIP ). [Online] Tersedia :

http://www.ilunifk83.com/t97-surat-ijin-praktek-sip

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004

TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

Meilany, Novyta . 2013. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan.

[Online] Tersedia :

http://meilanyhartanti.blogspot.co.id/2013/06/hak-dan-kewajiban-pasien-

dalam.html

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN

iii

Page 4: Print-Makalah Etprof 2

1

Page 5: Print-Makalah Etprof 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal penting bagi manusia. Banyak cara yang

dilakukan agar manusia dalam keadaan sehat, seperti olahraga, menjaga pola

hidup sehat, dan masih banyak lagi. Apabila dalam kondisi tidak sehat,

masyarakat biasa memeriksakan diri ke dokter. Dokter sebagai salah satu

komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai

peranan yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses

pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.

Namun, kasus malpraktik sering terjadi di Indonesia, termasuk

malpraktik yang dilakukan oleh dokter. Salah satu contohnya adalah kasus

malpraktik yang dilakukan oleh dokter spesialis ahli bedah bernama

dr.Bambang Suprapto, Sp.B.M.Surg yang tidak memiliki Surat Izin Praktik

(SIP) di Rumah Sakit Tingkat IV Kota Madiun (Rumah Sakit DKT), tetapi

tetap berpraktik di Rumah Sakit tersebut sebagai dokter tamu. Terdakwa

melakukan operasi terhadap pasiennya yang bernama Johanes Tri Handoko

yang sebelumnya telah diperiksa oleh terdakwa dan diduga menderita penyakit

tumor pada usus. Dalam proses operasi terdakwa selaku dokter ahli hanya

dibantu oleh 3 (tiga) orang perawat yang sebenarnya tidak sesuai dengan

Standar Prosedur Operasional. Seharusnya pelaksanaan operasi besar dilakukan

oleh tim dokter ahli. Kemudian setelah operasi, pasien sadarkan diri dan pasien

merasakan sakit terus-menerus.

Setelah dirujuk ke rumah sakit lain dan dilakukan dua kali operasi

yang ditangani oleh tiga dokter ahli sesuai standar operasional. Dalam operasi

ini, dilakukan evakuasi cairan dan cairan berwarna kuning seperti nanah yang

mengkontaminasi dan menginfeksi rongga perut. Selanjutnya dilakukan

1

Page 6: Print-Makalah Etprof 2

2

pencucian dengan NaCl fisiologis. Pada operasi ini ditemukan benang jahitan

warna hitam yang tertinggal pada usus besar yang bocor. Berdasarkan

kronologi tersebut, Jaksa Penuntut Umum menyatakan perbuatan terdakwa

telah melanggar Pasal 76 dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menetapkan judul makalah

“TINJAUAN HUKUM KESEHATAN TERHADAP MENINGGALNYA

JOHANES Akibat Kesalahan Dokter Dalam Melakukan Operasi

Ilegal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat kami rumuskan

permasalahan, sebagai berikut :

1) Apa yang menyebabkan pasien meninggal dunia?

2) Mengapa dr.Bambang diduga melakukan malpraktik?

3) Bagaimana tinjauan hukum kesehatan terhadap kasus ini?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui penyebab pasien meninggal dunia.

2) Untuk memaparkan penyebab dr.Bambang melakukan malpraktik.

3) Untuk meninjau kasus malpraktik ini dari segi hukum kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan

1) Secara teoritis penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan kepada pembaca

2) Secara praktis penulisan makalah ini bermanfaat agar kelompok kami

dapat mengetahui dan memahami mengenai malpraktik.

Page 7: Print-Makalah Etprof 2

3

3

Page 8: Print-Makalah Etprof 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.5 Pengertian-pengertian

1.5.1 Pengertian Malpraktik

Secara harfiah “Mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “Praktik”

mempunyai arti “Pelaksanaan” atau “Tindakan”, sehingga malpraktik

berarti “Pelaksanaan atau tindakan yang salah”.

Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari

seseorang dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya dalam menggunakan

ilmu pengetahuan untuk mengobati dan merawat pasien. (Valentin v. La

Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang

dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk mempergunakan tingkat

kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien,

yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut

ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktik juga dapat diartikan sebagai

tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang

tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-

prinsip transparansi atau keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan

secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik

pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.

Sebaiknya, tenaga medis dalam memberikan pelayanan wajib

menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif

semaksimal mungkin. Namun, penyalahartian malpraktik biasanya terjadi

karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktik.

3

Page 9: Print-Makalah Etprof 2

4

Menurut Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa

malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence)

yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang

menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical

Associations) adalah Involves the physician’s failure to conform to the

standard of care for treatment of the patient’s condition, or a lack of skill,

or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of

an injury to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan

standar pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau

mengabaikan perawatan pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap

terjadinya cedera pada pasien).

1.5.2 Kode Etik Kedokteran

Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi

kedokteran dalam hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan

masyarakat umumnya serta merupakan bagian dari keseluruhan proses

pengambilan keputusan dan tindakan medis ditinjau dari segi norma -

norma / nilai- nilai moral. Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk

mengantisipasi atau mencegah terjadinya perkembangan yang buruk

terhadap profesi dokter dan mencegah agar dokter dalam menjalani

profesinya dapat bersikap professional.

Kode etik kedokteran menunjukkan bahwa profesi dokter sejak

perintisannya telah membuktikan sebagai profesi yang luhur dan mulia.

Sehingga setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah dokter dari awal pengucapan sumpah kedokteran.

Page 10: Print-Makalah Etprof 2

5

1.5.3 Surat Tanda Registrasi (STR)

STR dokter Surat Tanda Registrasi (STR), merupakan dokumen

hukum atau tanda bukti tertulis bagi dokter dan dokter spesialis bahwa

yang bersangkutan telah mendaftarkan diri dan telah memenuhi persyaratan

yang ditetapkan serta telah diregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia.

Masa berlaku STR dokter dan dokter spesialis di Indonesia adalah lima

tahun.

STR sementara  merupakan STR yang diberikan kepada dokter dan

dokter spesialis  warga Negara asing yang  melakukan kegiatan dalam

rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang

kedokteran yang bersifat di bidang  kedokteran yang bersifat sementara di

Indonesia berlaku selama satu tahun. STR bersyarat diberikan oleh KKI

kepada peserta program pendidikan dokter spesialis warga negara asing

yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.  

1.5.4 SIP (Surat Izin Praktik)

Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah

memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Sebelum mengurus SIP (Surat Ijin Praktik Dokter) terlebih dahulu

yang harus dilakukan adalah mengurus Rekomendasi dari IDI. Untuk

beberapa daerah seperti Jakarta, dan daerah Jawa Timur serta sebagian

besar daerah yang lain Rekomendasi ada 2 Jenis yaitu Rekomendasi asal

dan rekomendasi tujuan. Pengertian rekomendasi asal adalah adalah surat

rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI tempat pertama kali dokter tersebut

mendaftar keanggotaan IDI. Sedangkan Rekomendasi tujuan adalah

Rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI dimana tempat dokter tersebut

akan berpraktik.

Page 11: Print-Makalah Etprof 2

6

Fungsi Surat Izin Praktik :

1. Sebagai salah satu persyaratan/bukti seorang dokter/dokter gigi dalam

menjalankan praktik.

2. Sebagai bukti bahwa praktik yang dilaksanakan bersifat legal.

3. Sebagai kekuatan hukum apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan.

4. Untuk menyatakan batasan wilayah dimana seorang dokter tersebut

bertugas.

5. Untuk mengetahui berkompetensi tidaknya seorang dokter dan dokter gigi

dalam pelayanan medis.

6. Agar dokter dan dokter gigi dapat mengamalkan praktik dan pengetahuan

ilmu kedokterannya untuk kepentingan masyarakat secara resmi.

Kewajiban administrasi tersebut antara lain ;

Kewajiban memiliki surat tanda registrasi (STP) dan surat izin praktik

(SIP) dokter/dokter gigi.

Kewajiban memiliki SIP diatur dalam pasal 36 bunyinya;

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki Surat Izin Praktik.

1.6 Pengertian Hukum

Berikut ini pengertian dan definisi hukum menurut beberapa para ahli:

1. Prof. Soedkno Mertokusumo

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah

dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tingkah laku yang

berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan

pelaksanaannya dengan sanksi.

2. Mochtar Kusumaatmadja

Page 12: Print-Makalah Etprof 2

7

Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang

mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.

3. Van Kan

Hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk

melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

4. E Utrecht

Himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya

ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

5. M.H. Tirtaamidjaya, S.H

Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku

tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti

kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu, akan membahayakan diri sendiri

atau harta, umpamanya orang yang akan kehilangan kemerdekaan, didenda dan

sebagainya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dapat disimpulkan bahwa

hukum merupakan ketetapan, peraturan dan ketentuan yang telah disepakati

oleh masyarakat dan para penegak hukum, yang harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Hukum mengandung sanksi-sanksi tertentu untuk diterapkan

pada para pelanggar hukum.

1.6.1 Pengertian Hukum Kesehatan

Prof. Van der Mijn, Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai

kumpulan pengaturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan

juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana dan hukum

Page 13: Print-Makalah Etprof 2

8

administrasi. Hukum medis yang mempelajari hubungan yuridis dimana

dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari hukum kesehatan.

Hukum kesehatan termasuk hukum “lex specialis”, melindungi

secara khusus tugas profesi kesehatan (provider) dalam program pelayanan

kesehatan manusia menuju ke arah tujuan deklarasi “health for all” dan

perlindungan secara khusus terhadap pasien “receiver” untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan. Dengan sendirinya hukum kesehatan ini mengatur

hak dan kewajiban masing-masing penyelenggara pelayanan dan penerima

pelayanan, baik sebagai perorangan (pasien) atau kelompok masyarakat.

Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia dalam anggaran

dasarnya menyatakan hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum

yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan

penerapannya serta hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap

lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari

pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi;

sarana pedoman medis nasional/internasional, hukum di bidang

kedokteran, yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran

kesehatan. Yang dimaksud dengan hukum kedokteran ialah bagian hukum

kesehatan yang menyangkut pelayanan medis.

Hukum kesehatan menurut H.J.J. Lennen adalah keseluruhan

ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan langsung dengan pelayanan

kesehatan dan penerapan kaidah-kaidah hukum perdata, hukum

administrasi negara, dan hukum pidana dalam kaitannya dengan hal

tersebut.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Van Der Mijn, hukum

kesehatan dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan yang berkaitan

dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum

perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa hukum kesehatan adalah seluruh kumpulan

Page 14: Print-Makalah Etprof 2

9

peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan.

Sumber hukum kesehatan tidak hanya bertumpu pada hukum

tertulis (undang-undang), namun juga pada jurisprudensi, traktat,

konsensus, dan pendapat ahli hukum serta ahli kedokteran (termasuk

doktrin). Hukum kesehatan dilihat dari objeknya mencakup segala aspek

yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Dengan demikian dapat

dibayangkan bahwa sumber hukum kesehatan cukup luas dan kompleks.

Bentuk hukum tertulis atau undang-undang mengenai hukum kesehatan

diatur dalam:

a. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

b. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

1.6.2 Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk

perawatan tercantum pada UU No 36 tahun 2009 yaitu :

Pasal 14 ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,

mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat. 

Pasal 52 (1) Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan

perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau

seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara

lengkap.

Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

Page 15: Print-Makalah Etprof 2

10

pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau

pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. (3) Ketentuan

mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Secara rinci, hak dan kewajiban pasien adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai

dengan standar profesi kedokteran.

2. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan

medis yang akan dilakukan dokter/ suster.

3. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.

4. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.

5. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis yang

akan dilakukan pada pasien.

6. Hak untuk menghentikan pengobatan.

7. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /

Rumah Sakit lain.

8. Hak atas isi rekaman medis / data medis.

9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.

10. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang

dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.

11. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan

yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

Page 16: Print-Makalah Etprof 2

11

1.6.3 Praktik Kedokteran

Peraturan praktik dokter dalam melaksanakannya keprofesiannya

diatur dalam UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran :

Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran mempunyai kewajiban : a. memberikan pelayanan

medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien; b. merujuk pasien ke

dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan; c. merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu

meninggal dunia; d. melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas

dan mampu melakukannya; dan e. menambah ilmu pengetahuan

dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 76 Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja

melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang : a. dengan sengaja

tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal

41 ayat (1); b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atau c. dengan

sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Page 17: Print-Makalah Etprof 2

12

1.7 Konsep

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai analisa suatu kasus

malpraktik. Yang akan diperjelas dan dijabarkan dalam pembahasan makalah ini

adalah mengenai:

1. Penyebab dari pasien yang bernama Johanes ini meninggal. Mulai dari

penyebab atau bahan yang menyebabkannya meninggal sampai petugas

yang akibat kelalaiannya menyebabkannya meninggal.

2. Kemudian kami juga akan membahas dr.Bambang diduga melakukan

malpraktik. Di sini akan dibahas mulai dari penyebab pasien meninggal

sampai petugas yang seharusnya bertanggung jawab. Karena operasi ini

harus dilakukan sesuai standar prosedur operasional dan oleh petugas yang

kompeten.

3. Kemudian setelah diketahui penyebab dari meninggalnya pasien dan petugas

yang seharusnya bertanggung jawabatas meninggalnya pasien, selanjutnya

akan dibahas mengenai sumber hukum yang akan dijadikan acuan dalam

penyelesaian kasus ini. Dalam hal ini yang dijadikan sumber hukum adalah

Undang-Undang praktik kedokteran pasal 76, pasal 79 C dan pasal 51.

Page 18: Print-Makalah Etprof 2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Pasien Meninggal

Kronologis kejadian meninggalnya pasien, pada tanggal 21 oktober

2007 Johanes datang ke RS DKT Madiun. Dari hasil diagnosa, Johanes diduga

menderita tumor pada usus dan Johanes merujuk untuk operasi. 25 Oktober

2007 dr.Bambang melakukan operasi pengangkatan tumor dan melakukan

penyambungan usus secara langsung. Setelah selesai operasi, Johanes lalu

dipindah ke sel rawat inap. Tapi pasien merasa kesakitan terus menerus dan

perutnya kembung. 2 November 2007 Johanes dirujuk ke RS RKZ Surabaya.

Karena kamar penuh, Johanes lalu dipindah ke RS Mitra Keluarga Surabaya

dan langsung dilakukan operasi lanjutan. 2 November 2007 operasi lanjutan

kedua dengan hasil menemukan benang jahitan warna hitam yang tertinggal

pada usus besar yang bocor. 20 Juli 2008 Johanes meninggal dunia karena

ususnya bocor akibat infeksi dengan bukti benang hitam yang tertinggal di

perut.

Dalam kasus ini, pasien meninggal dunia akibat kesalahan operasi

yang dilakukan oleh dr. Bambang. Pasien melakukan operasi usus. Setelah lima

hari pasca operasi pasien mengalami sakit yang terus menerus, sehingga

dilakukan operasi ulang. Pada operasi yang kedua ini ternyata ditemukan

benang jahitan warna hitam yang tertinggal pada usus besar yang bocor. Usus

mengalami kebocoran, infeksi dan bernanah.

Jadi pasien meninggal di karenakan operasi yang kurang benar dari

dokter yang melakukan operasi tersebut sehingga terjadi kebocoran usus yang

menyebabkan infeksi pada usus dan berujung kematian pasien akibat infeksi

tersebut.

Page 19: Print-Makalah Etprof 2

14

1.8 Penyebab Dugaan Malpraktik

dr.Bambang ternyata tidak mempunyai izin berpraktik di RS DKT

Madiun. Status dr.Bambang pada RS DKT Madiun hanyalah sebagai dokter

tamu. Terdakwa sama sekali tidak mempunyai surat izin praktik untuk

berpraktik di RS DKT Madiun. Ini berarti terdakwa tidak berhak melakukan

tindakan medis lebih jauh, termasuk operasi. Seharusnya dr.Bambang merujuk

ke dokter lain di RS DKT Madiun yang lebih ahli dan profesional. Atas

kejadian itu, RS DKT baru melarang dr.Bambang praktik belakangan.

Dalam operasi itu dr.Bambang mengajak 3 tenaga kesehatan RS

tersebut yaitu:

1. Ismardiantoro yang bertugas menyiapkan alat.

2. Sudarsono sebagai petugas anastesi.

3. Sunar sebagai perawat dan administrasi.

Ketiganya merupakan Ahli Madya Kesehatan (Pendidikan DIII),

bukan dokter ahli.

Dugaan malpraktik dr.Bambang yaitu tidak mempunyai surat ijin

praktik (SIP) di RS DKT Madiun karena hanya sebagai dokter tamu.

1.9 Tinjauan Hukum Kesehatan Terhadap Kasus

Adapun Undang-Undang yang terkait dalam kasus meninggalnya

Johanes ini adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran yang terdiri dari:

a. Pasal 76

Setiap dokter yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran

tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal

36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda

paling banyak Rp 100 juta.

Page 20: Print-Makalah Etprof 2

15

b. Pasal 79 C

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda

paling banyak Rp 50 juta setiap dokter atau dokter gigi yang dengan

sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

c. Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai kewajiban:

i. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

ii. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

iii. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

iv. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya dan

v. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk

perawatan tercantum pada UU No 36 tahun 2009 yaitu :

Pasal 14 ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,

mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat. 

Pasal 52 (1) Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan

perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Page 21: Print-Makalah Etprof 2

16

Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau

seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara

lengkap.

Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau

pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. (3) Ketentuan

mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 22: Print-Makalah Etprof 2

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

1.10 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB III dapat penulis simpulkan

sebagai berikut :

1. Dalam kasus ini, pasien meninggal dunia karena ususnya bocor akibat

infeksi dengan bukti benang hitam yang tertinggal di perut.

2. Dugaan malpraktik dr.Bambang yaitu tidak mempunyai surat ijin

praktik (SIP) di RS DKT Madiun karena hanya sebagai dokter tamu.

3. Sumber hukum yang dapat di kaitkan dengan kasus ini adalah Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

1.11 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut di atas penulis berpendapat agar dalam

penanganan kasus malpraktik, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran dapat di jadikan sebagai acuan atau sumber hukum.

Page 23: Print-Makalah Etprof 2

DAFTAR PUSTAKA

 

Hariri, Wawan Muhwan. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : CV. PustakaSetia.

Dewantara, Rudy. 2008. Malpraktik. [Online] Tersedia :

https://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktik-

sejauhmana-kita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/

Septianingrum, Dorya Asti. 2013. Malpraktik. [Online] Tersedia :

http://doryastiseptianingrum.blogspot.co.id/2013/12/malpraktik.html

Zulqifli. 2013. Malpraktik Dalam Dunia Kesehatan. [Online] Tersedia :

http://informasikesehatanbulukumba.blogspot.co.id/2013/11/malpraktik-

dalam-dunia-kesehatan_1808.html

Gitahafas. 2008. SURAT IJIN PRAKTEK ( SIP ). [Online] Tersedia :

http://www.ilunifk83.com/t97-surat-ijin-praktek-sip

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004

TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

Meilany, Novyta . 2013. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan.

[Online] Tersedia :

http://meilanyhartanti.blogspot.co.id/2013/06/hak-dan-kewajiban-pasien-

dalam.html

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN

Page 24: Print-Makalah Etprof 2

i

i