print makalah analisis titik impas
TRANSCRIPT
ANALISIS TITIK IMPAS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Analisis Laporan Keuangan Syariah
KepadaLilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak
Oleh :
Kelompok 5
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAHFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA2013
Ajeng Christina 24512012
Astri Yulia 24512002
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berisi tentang Analisis Titik Impas.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu Lilis, selaku dosen pembimbing mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Bandung, 20 Oktober 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP)...................................................3
2.2 Tujuan Analisis Titik Impas / BEP....................................................................................................4
2.3 Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP.........................................................................................7
2.4 Rumus yang Digunakan.........................................................................................................................8
2.5 Tingkat Keamanan (Margin of Safety).........................................................................................12
2.6 BEP dengan Perubahan...................................................................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................... iii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun
jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai
perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu
caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya
perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan
tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting
dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila
perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus
diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan
yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan terlebih dahulu maka
dibuat suatu batasan perumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa Pengertian Analisis Titik Impas?
2. Apa Tujuan Analisis Titik Impas?
3. Apa Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas?
4. Apa Rumusan Yang Digunakan?
5. Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin of Safety)?
6. Bagaimana BEP Dengan Perubahan?
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk melengkapi tugas-tugas
persyaratan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah,
juga mempunyai tujuan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan
antara lain :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Analisis Titik Impas.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Analisis Titik Impas.
3. Untuk Mengetahui Asumsi Dan Keterbatasan Analisis Titik Impas.
4. Untuk Mengetahui Rumusan Yang Digunakan.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin Of Safety).
6. Untuk Mengetahui Bagaimana BEP Dengan Perubahan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP).
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun
jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai
perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu
caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya
perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan
tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting
dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila
perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama
dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi,
atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan
atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit
volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal,
yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh
keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan
kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harusdijual
dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
3
Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar
kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh
karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya
yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa
jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil
keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu
produk tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan
pada berbagai tingkat penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah suatu keadaan
dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak
pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh
keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.
2.2 Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara
umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya, jelas
bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan
apabila mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, manajer
mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan memprediksi
keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. mendesain spesifikasi produk;
2. menentukan harga jual persatuan;
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian;
4. memaksimalkan jumlah produksi;
5. merencanakan laba yang diinginkan; dan
6. tujuan lainnya.
4
Dalam mendesain suatu produk, diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi
manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan biaya dan harga.
Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai
desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar
pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita dapat menguji terlebih dulu
kelayakan suatu produk.
Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga jual yang dapat diterima
pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait
dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang
tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang
akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi
dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan
penjualan seperti yang telah ditentukan.
Maksud penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak
rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan
memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika
dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan
atau tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar
jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga
mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
Arti menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu
merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya.
Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rrupiah yang diproduksi,
kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unti produksi
yang dijual.
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi
pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis
BEP mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
5
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1. Perlu asumsi
Artinya analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai
hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang
digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2. Bersifat statis
Artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu
periode tertentu.
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang
dapat dilakukan.
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus
dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5. Hubungan penjualan dan biaya
Hubungan penjual dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan
dalam kapasitas penuhm tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan
biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika
diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
6. Kurang memperhatikan resiko resikoyang terjadi selama masa penjuala
Artinya selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi,
misalnya kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual
dan pada akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan,
baik unit maupu rupiah.
7. Pengukuran kemungkinan penjualan
Artinya jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada
harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai
tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga.
Namun, meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan, manajemen
masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan,
terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke depan.
6
Hanya saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan
koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
2.3 Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah
karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini
memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian
dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya
sajaasumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya
sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini
harustetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita
maumenggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :
1. Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan
variablecost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan
biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi
lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada
biaya yang tergolong semi variabel dan tetap.
Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang
terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya
tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2. Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,
walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya
kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas
produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga
7
menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa
atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah- ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-
ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada
potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan . contoh
biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung dan komisi
penjualan biaya variabel lainnya.
4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga
jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode
analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam
suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang
berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.
2.4 Rumus yang Digunakan
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian
rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-
masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus
matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti
lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh,dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan
mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan
informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.
8
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP :
1. Dengan Rumusan Matematik
a. Analisis Titik Impas Dalam Unit
BEP= FCP−VC
b. Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
BEP = FC
1−VCS
Keterangan :
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variabel Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales volume)
Contoh Kasus
PT. Sungailiat memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji dengan data sebagai
berikut :
1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost):
Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-
Total biaya tetap Rp.150.000.000,-
9
2. Biaya Variable (Variable Cost):
Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-
Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-
Total biaya variabel Rp.250.000.000,-
Pertanyaan:
Cari BEP dalam unit maupun rupiah
Jawab:
Kapasitas Produksi 100.000 unit
Harga jual per unit Rp. 5000,-
Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-
Biaya Tetap Unit =
150000000100000
=Rp1500
Biaya Variabel Unit =
250000000100000
=Rp2500
Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :
Total penjualan 100.000 unit x
Rp.5000,-.....................................................................= Rp.500.000.000,-(100 %)
Total biaya variabel.....................................................= Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Marginal Income.........................................................= Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Total biaya tetap..........................................................= Rp.150.000.000,- ( 30 %)
Laba............................................................................= Rp.100.000.000,-( 20 %)
Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :
BEP (unit) = Rp 150 .000 .000
Rp 5.000−Rp2500=60. 000
unit
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :
BEP (rupiah) = Rp150.000.000 = Rp 300.000.000
1− Rp 250.000 . 000
Rp 500.000 . 000
10
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-
2. Dengan Coba-coba
Jumlah Unit Penjualan
Jumlah Rupiah Penjualan
Biaya Tetap Biaya Variabel
Total Biaya Laba (Rugi)
10.000 50.000.000 150.000.000 25.000.000 175.000.000 (125.000.000)20.000 100.000.000 150.000.000 50.000.000 200.000.000 (100.000.000)30.000 150.000.000 150.000.000 75.000.000 225.000.000 (75.000.000)40.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 250.000.000 (50.000.000)50.000 250.000.000 150.000.000 125.000.000 275.000.000 (25.000.000)60.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 300.000.000 070.000 350.000.000 150.000.000 175.000.000 325.000.000 25.000.00080.000 400.000.000 150.000.000 200.000.000 350.000.000 50.000.00090.000 450.000.000 150.000.000 225.000.000 375.000.000 75.000.000100.00 500.000.000 150.000.000 250.000.000 400.000.000 100.000.000
Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan
sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti berikut
ini.
3. Dengan Grafik
Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit penjualan
terdapatinformasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total
biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian
unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan
baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
11
10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
titik impas
Total Biaya
Biaya Variabel
Biaya Tetap
2.5 Tingkat Keamanan (Margin of Safety)
Tingkat kemanan atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih
antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman
digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk
mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety
(MoS) adalah sebagai berikut.
1. Penjualan MoS yang direncanakan
MoS= penjualanperbujetpenjualanpertitikimpas
x 100%
12
2. Penjualan MoS
MoS= penjualanperbujet−penjualanpertitikimpaspenjualanperbujet
x100 %
Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :
MoS= Rp500 . 000 . 000Rp300 . 000 . 000
x100%=166 . 66% dibulatkan (167%)
MoS= Rp500 .000 . 000−Rp 300 .000 . 000Rp 500 . 000. 000
x 100%=40%
Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari tingkat
penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik impas yang telah
ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari
sebagai berikut.
Pertama : 67 % x Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-
Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
2.6 BEP dengan Perubahan
Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan
terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya pihak manajemen
harus selalu mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan menyebabkan
perubahan perolehan titik impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan
perubahan titik impas.
1. Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit
Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga jual per unit
dari Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh kenaikan harga jual ini akan
berdampak terhadap BEP yang akan berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah maupun
unit.
13
BEP yang baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai berikut :
BEP (Rupiah) = Rp 150.000.000 =
1− Rp250 .000 . 000Rp 500.000 . 000x 120%
BEP (Rupiah) = Rp 150.000.000 = Rp 257,144.327
1− Rp 250.000 . 000
Rp 600.000 . 000
Nilai Rp.600.000.000,- dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi 100.000
unit kali harga jual baru Rp.6000,-
Dari BEP rupiah tampak terjadi penurunan sebesar Rp 42.855.673,- yaitu dari
Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,-
BEP(unit )=Rp 150000000Rp 6000−Rp 2500
=42858 unit
Atau
BEPdalamunit=Rp 257144327Rp 6000
=42858 unit
Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari
60.000 unit menjadi 42.858 unit.
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar Rp.1000,-
misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru adalah sebagai berikut :
BEP(rupiah )=Rp 150000000
1−Rp 250000000 ¿Rp500000000 x 80% ¿¿
¿BEP(rupiah)=Rp 150000000
1−Rp250000000Rp 400000000
=Rp 400000000 ¿¿
14
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.100.000.000,- yaitu dari
Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,-
BEPdalamunit= Rp 400000000Rp 6000
=66667 unit
Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari
60.000unit menjadi 66.667 unit.
2. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap
Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan
tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap, otomatis BEP nya juga berubah. Dalam
praktiknya, apabila biaya tetap turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya
diakibatkan karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau penurunan
(efisensi).
Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah dari
Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan biaya tetap sebesar
Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap.
BEP ( Rupiah )=RP 150.000 .000 ,−+Rp 30.000 .000 ,− ¿Rp250.000 .000
=RP 360.000 .000 ,−¿¿
1- Rp 500.000.000,-
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu
dariRp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,-
BEPdalam unit=Rp 360.000 .000 ,− ¿Rp5.000 ,−¿=72.000unit ¿
¿
Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu dari60.000
unit menjadi 72.000 unit.
BEP (rupiah) = RP150.000 .000 ,− x90 %
Rp 250.000 .000 ,−¿=Rp .270 .000.000 ,−¿¿
1- Rp 500.000.000,-
BEPdalam unit=Rp 270.000 .000 ,− ¿Rp5.000
=54.000unit ¿
15
Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya
tetap sebesar 10 % dari semula Rp. 150.000.000,- menjadiRp.135.000.000,-
3. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel
BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap peningkatan
maupun penurunan biaya variabel. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya
variabel sebesar 20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut.
BEP ( Rupiah )= Rp 150.000.000 x 90 %Rp 250.000 .000 x 120 %
=Rp 375.000 .000
Rp 500.000.000
BEPdalam unit= Rp 375.000.000Rp5.000
=75.000unit
Kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20%,
BEP akan berubah sebagai berikut.
BEP ( Rupiah )= Rp 150.000 .000Rp 250.000 .000 x 80 %
=Rp25 0 .000 .000
1- Rp 500.000.000
BEPdalam unit= Rp 250.000.000Rp 5.000
=50.000unit
4. Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran
Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan penjualan antara
beberapa macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini
berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi
dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.
16
Sebagai contoh PT. Yumiko memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut :
Komponen Produk A Produk B TotalSales 60.000 unit
= Rp 300.000.00040.000.000 unit = Rp 300.000.000
Rp 600.000.000
VC 60% = Rp 180.000.000 40% = Rp 120.000.000 Rp 300.000.000FC = Rp 60.000.000 = Rp 120.000.000 Rp 180.000.000Total Cost = Rp 240.000.000 = Rp 240.000.000 Rp 480.000.000Laba Bersih = Rp 60.000.000 = Rp 60.000.000 Rp 120.000.000
5. Penentuan Harga Jual Minimal
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit
margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya perlu
ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang telah
ditargetkan dapat dicapai sehingga. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan
yang dicapai.
Kegiatan PT Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada penjualan
(S)sebesar Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC) yang dikeluarkan Rp.120.000.000
diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun.Untuk
tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,-
Pertanyaan :
Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?
Jawab:
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan
penjualan atau :
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi dari soal di atas :
VC = 300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000
Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) :
RVC= Rp180.000Rp300.000
x100 %=60 %
17
Sales minimal adalah sebagai berikut :
Sales Minimal =
= FC+Keuntungan
1−VCS
= Rp 120.000+Rp 50 .000
1−6
10
=Rp 425 .000
Jadi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- diperlukan penjualan
Rp. 425.000.0000,-. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
Penjualan..............................................................................= Rp 425.000,00
VC (60% x Sales)................................= Rp 225.000,00
FC........................................................= Rp 120.000,00
Total Biaya...........................................................................= Rp 375.000,00
Keuntungan..........................................................................= Rp 50.000,00
Selanjutnya jika perusahaan menetapkan dalam profit margin, misalnya 20% (0,2),
sales minimal dapat dicari sebagai berikut.
Sales minimal = x
X=FC+Keuntungan
1−VCS
=120 . 000+0,2 x
1−610
=Rp 425 .000
X=120 .000+0,2 x
4 ¿10 ¿¿
¿0,4 x−0,2 x=120 . 000 ¿0,2 x=120 .000 ¿ X=600 .000 ¿¿
Atau dengan cara lain:
Sales Minimal
= FC
1−[VCS
+ profitS ]
= Rp120 . 000
1−[ 610
− 210 ]
18
BAB IIIKESIMPULAN
Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat digunakan untuk :
1.Desain produk
2.Pembelian peralatan dana
3.Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas adalah :
1.Membutuhkan banyak asumsi terbatas
2.Bersifat statis
3.Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4.Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan.
Asumsi dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut.
1.Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu memisahkan antara biaya tetap dan
biaya variabel
2.Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas tertentu saja
3.Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan
volume penjualan
4.Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual atau diproduksi
5.Tidak ada perubahan harga jual
19
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2012
iii