print asistensi 15

38
1.1. Sistem Prasarana Jalan Jaringan jalan di Kecamatan Tamalate menurut kondisinya diklasifikasikan atas jalan aspal, jalan pengerasan, jalan tanah dan paving blok, sedangkan menurut jenisnya diklasifikasikan atas jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Data selengkapnya disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Jaringan Jalan di Kecamatan Tamalate Tahun 2015 Tipe Jalan Kondisi Panjang (km) Arteri Baik 4 Kolektor Baik 8,2 Lokal Baik 21 Lingkungan Baik 10 Hasil Survey Lapangan Penulis 1.2. Sistem Prasarana Drainase Jaringan drainase merupakan jaringan yang berguna mengalirkan air ke suatu tempat pengumpulan air. Drainase juga berfungsi mengalirkan limbah-limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Namun, pada musim hujan dapat menimbulkan banjir akibat drainase yang terlalu kecil dan kondisi

Upload: christian-william-m

Post on 25-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PLANOLOGI

TRANSCRIPT

1.1. Sistem Prasarana JalanJaringan jalan di Kecamatan Tamalate menurut kondisinya diklasifikasikan atas jalan aspal, jalan pengerasan, jalan tanah dan paving blok, sedangkan menurut jenisnya diklasifikasikan atas jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Data selengkapnya disajikan pada tabel 1 berikut:Tabel 1Jaringan Jalan di Kecamatan TamalateTahun 2015

Tipe JalanKondisiPanjang (km)

ArteriBaik4

KolektorBaik8,2

LokalBaik21

LingkunganBaik10

Hasil Survey Lapangan Penulis

1.2. Sistem Prasarana DrainaseJaringan drainase merupakan jaringan yang berguna mengalirkan air ke suatu tempat pengumpulan air. Drainase juga berfungsi mengalirkan limbah-limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Namun, pada musim hujan dapat menimbulkan banjir akibat drainase yang terlalu kecil dan kondisi yang sedikit kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut:Tabel 2Jaringan Drainase di Kecamatan TamalateTahun 2015

NoJaringan drainase Kondisi

1.2.

3.Drainase PrimerDrainase Sekunder

Drainase TersierBaikBaik

Kurang Baik

Hasil Survey Lapangan Penulis

Berikut ini ukuran drainase di Kecamatan Tamalate:

a. Drainase Primer80 120 cm

70- 80 cm

b. Drainase Sekunder50- 75 cm

45-65 cm

c. Drainase Tersier100 150 cm

70 80 cm

TINJAUAN PUSTAKA2.1.1 Defenisi Jalana. Menurut UU No. 13 Tahun 1980 tentang JalanJalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.b. Berdasarkan PP RI No. 34 Tahun 2006 tentang JalanJalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.Jalan menjadi salah satu akses penting bagi kehidupan manusia, sehingga di butuhkan suatu pembangunan jalan yang baik. Pembangunan jalan yang berbasis penataan ruang dalam operasionalisasinya merupakan pembangunan sektor jalan yang mengacu kepada indikasi program strategis penataan ruang. Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan sebagai jaringan transportasi yang paling dominan digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas memegang peranan penting dalam pembangunan wilayah.

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan menjadi salah satu akses penting bagi kehidupan manusia, sehingga di butuhkan suatu pembangunan jalan yang baik. Pembangunan jalan yang berbasis penataan ruang dalam operasionalisasinya merupakan pembangunan sektor jalan yang mengacu kepada indikasi program strategis penataan ruang. Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan sebagai jaringan transportasi yang paling dominan digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas memegang peranan penting dalam pembangunan wilayah.Oleh karena itu, pembangunan jalan harus kompatibel dengan potensi sumberdaya dimana penentuan jaringan jalan dan prioritas pengembangan akan menjadi penentu efektivitas pembangunan prasarana jalan dari segi dampak terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.

2.1.2 Fungsi JalanAdapun peranan jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan yaitu:

a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.c. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

Peranan jalan dan jaringan jalan adalah memeberikan akses ke rumah dan mobilitas pergerakan. Prasarana jalan digunakan untuk melayani lalulintas sarana angkutan yang menyangkut barang dan orang/penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan. Prasarana jalan berfungsi sebagai sektor pendorong berkembangnya sektor-sektor lain sebagai pendukung atau penghubung pada jenjang kota.

2.1.3 Pengelompokan JalanJalan memiliki suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanan dalam suatu hubungan hirarki. Sistem jaringan jalan terbagi atas:a. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud kota. Jaringan tersebut menghubungkan dalam satu satuan wilayah pengembangan, yang menghubungkan secara menerus kota, yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal, (PKL).1) Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Kecepatan rencana > 60 km/jam, Lebar badan jalan minimal 8 meter dengan kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai. Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan dan tidak terputus walaupun memasuki kota.2) Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Kecepatan rencana > 40 km/jam, lebar badan jalan minimal 7 meter dengan kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.3) Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga sampai persil. Kecepatan rencana >30 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 6 meter. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.b. Sistem jaringan jalan sekunder sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan, yang menghubungkan antar dan dalam pusat-pusat kegiatan di dalam kawasan perkotaan.1) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan sekunder kesatu atau kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Kecepatan rencana > 30 km/jamdengan lebar badan jalan minimal 7 meter. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata dan tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat. Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan.2) Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Kecepatan rencana 20 km/ jam dengan lebar jalan 7 m.3) Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan. Kecepatan rencana > 10 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 5 meter. Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 3,5 meter. Persyaratan teknik tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih.

1. Bagian-bagian JalanBagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.a. Daerah manfaat jalan (Damaja)Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Yang dimaksud dengan ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.b. Daerah milik jalan (Damija)Meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Yang dimaksud dengan ruang milik jalan (right of way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.c. Daerah pengawasan jalan (Dawasja)Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Yang dimaksud dengan ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

2. Beberapa Tipe Sistem Jaringan JalanSecara umum terdapat beberap konsep dalam pembentukan konfigurasi sistem jaringan jalan.Penerapan konsep jaringan jalan tersebut utamanya didasarkan kepada pola perkembangan wilayah yang mempengaruhi besrarnya jumlah permintaan perjalanan dan pola distribusinya.Terdapat setidaknya 3 (tiga) pola dasar sistem jaringan jalan dan beberapa pengembangannya. Ketiga pola tersebut adalah: Pola grid, radial, hexagonal. Tipe radial memiliki beberapa model kombinasi yang menggabungkan beberapa tipe dasar yang ada.

Tabel 2.1. Tipe Sistem Jaringan JalanTipeKelebihanKekurangan

1. Tipe Rectangular

a. Sistem jaringan jalan utamab. Pembagian persil baikc. Berpusata. Monoton atau statisb. Tipe yang samac. Lalu lintas padat

2. Tipe Radial (Star atau Grid)

a. Sistem jaringan jalan berpusat pada CBDb. Praktisc. Berpusata. Private roadb. Jalan rumit dan makan waktuc. Beban yang besar menyebabkan kemacetan lalu lintas

3. Tipe Radial (Star and Circular)

a. Sistem jaringan jalan berpusat pada CBDb. Aman dan dinamisc. Merupakan daerah peralihana. Private roadb. Lalu lintas memotong kota

TipeKelebihanKekurangan

4. Tipe Hexagonal

a. Pembagian terpusatb. Praktis a. Jalan rumitb. Pembenturan jalan

2.1.4 Masalah Transportasi Darat (Jalan)Kerusakan jaringan jalan dapat mengakibatkan kemacetan atau bahkan kecelakaan lalu lintas bila tidak segera ditangani dengan baik. Kerusakan jaringan jalan bisa berasal dari struktur perkerasan jalan yang sudah tidak mampu menampung beban atau akibat bencana alam seperti pengikisan lapisan jalan akibat banjir, tertutupnya akses jalan akibat tanah longsor dan lain sebagainya.Daerah yang biasanya sering ditemui memiliki permalasalahan kerusakan jalan adalah daerah pedesaan,hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah pada kawasan pedesaan dan lebih terfokus pada permasalahan di perkotaan yang memang lebih kompleks.Berdasarkan masterplan transportasi darat tahun 2005, Kerusakan jalan mengindikasikan kondisi struktural dan fungsional jalan yang sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap pengguna jalan, seperti ketidaknyamanan dan ketidakamanan pengguna jalan mengemudikan kendaraan di atas permukaan jalan yang bergelombang dan licin. Beberapa faktor penyebab kerusakan jalana. Peningkatan bebanLalu lintas kendaraan yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. Makin banyak beban berulang yang terjadi, makin besar tingkat kerusakan jalan. Kerusakan terjadi jika daya dukung perkerasan lebih kecil dari beban lalu lintas.b. AirAir yang berasal dari air hujan dan naiknya air tanah akibat sifat kapilaritas. Makin buruk penanganan sistem drainase, makin besar peluang air untuk merusak konstruksi jalan.c. Material konstruksi perkerasanMakin banyak kesalahan dalam pemilihan dan perencanaan material konstruksi maka makin mempercepat kerusakan jalan.d. Kondisi tanah dasar yang tidak stabilKemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik atau sifat asli tanah dasarnya memang kurang baik.e. Iklim dan cuacaIndonesia beriklim tropis dimana temperatur udara rata-rata 32oC yang memberikan dampak terhadap keamanan aspal yang akhirnya berdampak terhadap jalan keropos serta curah hujan yang tinggi yang akan masuk ke lubang-lubang udara (voids) perkerasan jalan.f. Proses pemadatan perkerasan di atas tanah dasar yang kurang baik.Umumnya kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengkait, sebagai contoh, retak pinggir pada awalnya disebabkan beban lalu lintas parkir/berhenti serta pemadatan waktu pelaksanaan yang kurang sempurna. Dengan terjadinya retak-retak tersebut, memungkinkan air meresap masuk ke lapisan di bawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dan agregat sehingga akan memperluas retak-retak, yang akhirnya menimbulkan pelepasan batuan

2.1.5 Standar Perencanaan Lansekap JalanMenurut buku Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996, berikut merupakan standar perencanaan lansekap jalan:1. Lansekap jalanadalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan. 2. Elemen lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun cair.3. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman. 4. Bentuk Massa ialah suatu bentuk yang merupakan kelompok, baik untuk kelompok tanaman dan/atau kelompok daun yang padat. 5. Struktur Tanamanialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan. 6. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.7. Tanaman Peneduhadalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.8. Tanaman Pengarah,Penahan dan Pemecah Angin adalah jenis tanaman yang berfungsi sebagai pengarah, penahan dan pemecah angin; dan dapat berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok. 9. Tanaman Pembatas,Pengarah dan Pembentuk Pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan. 10. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.

2.2 Drainase2.4.1 Sistem Drainase PerkotaanBerdasarkan fungsinya Sistem drainase dapat di golongkan menjadi dua macam (yaitu:a) Sistem yang hanya melayani pembuangan bagi air hujan saja (storm drainage)Sistem ini di rencanakan dengan kapasitas cukup untuk mengevakuasi air hujan dengan frekuensi yang di rencanakan. Penentuan frekuensi di bawah ini tidak hanya tergantung dari kondisi lokal setempat dan pada keyakinan perencanaannya tetapi juga mempertimbangkan biaya pembuatan Sistem drainase.a. Daerah permukiman curah hujan yang harus di evakuasi dari frekuensi maksimum 5 tahunanb. Bagi daerah komersial diambil frekuensi curah hujan maksimum 10 tahunan yang harus dapat dievakuasi.c. Untuk daerah industri diambil frekuensi curah hujan maksimum 10 tahunan yang harus dapat dievakuasi.Pada daerah dengan dua musim yang sangat berbeda, musim hujan dan kemarau keberadaan Sistem drainase ini nampak seperti suatu pemborosan karena akan kering pada musim kemarau. Tetapi denagn Sistem ini pencemaran ke dalam air tanah dapat sangat di batasi. Air tanah masih menjadi sumber daya air yang sangat penting di daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Untuk memberikan nilai lebih, Sistem ini dapat di beri fungsi tambahan sebagai Sistem pengisian ulang air tanah apabila terdapat sumberdaya air yang dapat di manfaatkan untuk keperluan tersebut misalnya dengan mengalirkan air sungai di dekat perkotaan ke daerah perkotaan untuk mengisi air tanah.Keuntungan Sistem drainase air hujan ini, mudah di buat dan di bersihkan.Kerugiannya adalah memerlukan lahan dengan luasan yang cukup besar, mudah kemasukan dan dimasuki limbah khususnya sampah perkotaan.

b) Sistem drainase untuk air limbah (sewerage)Sistem ini melayani penampungan dan pembuangan air limbah perkotaan untuk kemudian dialirkan ke dalam sebuah instalasi pengolah air limbah (IPAL). Di dalam IPAL air limbah akan di proses untuk di turunkan tingkat kandungan bahan pencemarnya agar memenuhi ketentuan tentang baku mutu air agar kemudian dapat dialirkan ke dalam perairan bebas. Sistem drainase untuk air limbah ini biasanya di buat tertutup/ tertanam di bawah permukaan air tanah.Keuntungannya :1. Tidak menimbulkan pencemaran2. Tidak mengganggu estetika3. Di buat kedap air agar air di dalamnya tidak meresap ke luar dan mencemari air tanahKelemahannya :1. Biaya pembuatannya lebih mahal2. Sukar untuk di bersihkan dan di pelihara. Di dalam saluran tertutup lebih banyak terjdi proses pembusukan anaerobik yang menimbulkan gas-gas beracun yang berbahaya bagi para pemelihara saluran yang memasukinya. Gas-gas ini bersifat mudah terbakar, sehingga bila terjadi konsentrasi pekat di dalam saluran akan dapat menimbulkan ledakan apabila terpercik api.3. Untuk memudahkan pada interval panjang tertentu (20-25m) dari panjang saluran di buat lubang masuk (man hole) bagi jalan masuknya akses pekerja pemelihara Sistem drainase serta untuk secara periodic di buka untuk melepaskan gas-gas volatile (mudah terbakar) seperti metan, yang terbentuk karena proses anaerobik agar tidak menimbulkan bahaya peledakan maupun peracunan.4. Saluran-saluran tertutup dapat menjadi sarang dan tempat berbiaknya tikus yang membahayakan kesehatan dan dapat menimbulkan kerusakan.Pemisahan Sistem drainase menjadi dua macam tersebut mempunyai konsekuensi menjadi mahalnya pembuatan, operasi dan pemeliharaannya. Keuntungannya adalah kota menjadi lebih sehat nampak lebih bersih dan rapi.Optimalisasi dari keuntungan dan kerugian dua Sistem terpisah, yaitu membuat Sistem drainase gabungan seperti yang ada di Indonesia. Sistem ini di buat terbuka untuk memudahkan pembersihannya tapi efek sampingnya malah merangsang masyarakat memanfaatkannya sebagai tempat membuang limbah baik cair maupun padat yang menimbulkan gangguan terhadap kinerjanya. Di samping itu air buangan dari Sistem gabungan ini ketika di buang memasuki perairan bebas masih mengandung limbah/ pencemar dengan kadar yang tinggi dan membahayakan keseimbangan lingkungan hidup.

2.4.2 Fungsi Sistem DrainaseAdapun fungsi-fungsi dari Sistem drainase tersebut (H.R. Mulyanto) adalah:a) Membuang air lebihFungsi ini berjalan dengan mengalirkan air lebih ke tujuan akhirnya yaitu perairan bebas yang dapat berupa sungai, danau maupun laut, ke dalamnya air lebih ini dapat dialirkan. Ini merupakan fungsi utama untuk mencegah menggenangnya air pada lahan perkotaan maupun di dalam parit-parit (saluran-saluran) yang menjadi bagian dari Sistem drainase. Air lebih tersebut dapat berasal dari air hujan yang tidak dapat terserap ke dalam tanah, tidak mengisi waduk-waduk penyimpanan air maupun kolam-kolam retensi, yaiyu kolam yang sengaja di buat untuk menyimpan air sementara sebelum dialirkan ke perairan bebas. Air hujan dapat berasal dari :a. Hujan yang jatuh langsung di atas lahan perkotaan itu.b. Air hujan yang meluap ke luar dari saluran yang berasal dari luar lahan perkotaan yang meluap ke dalam daerah perkotaan. Volume air hujan ini dapat di taksir jumlahnya tetapi sebaiknya di buat prasarana pencegahannya karena dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah pada kota, harta serta prasarananya bahkan jiwa penghuninya. Air ini misalnya melimpas dari alur-alur sungai alam maupun buatan yang mengalir melewati pinggiran atau tengah lahan perkotaan.c. Air hujan yang mengalir langsung memasuki lahan perkotaan sebagai run off (permukaan maupun air tanah) dari daerah di sekelilingnya yang sering di sebut hujan kiriman. Sebaiknya di buat Sistem drinase terpisah bagi hujan kiriman ini untuk menghemat pembuatan, maupun OP Sistem drainase perkotaan. Hujan kiriman ini akan dapat menambah besar kapasitas rencana Sistem drainase perkotaan karena harus mempertimbangkan terjadinya hujan serentak pada daerah perkotaan maupun daerah tangkapan di luarnya. Di samping itu hujan kiriman dapat membawa masuk ke dalam Sistem drainase perkotaan sampah maupun zat-zat pencemar cukup banyak dari luar daerah perkotaan.b) Mengangkut limbah dan mencuci polusiDi atas lahan perkotaan tertumpuk bahan polutan berupa debu dan sampah organic yang berpotensi mencemari lingkungan hidup. Oleh air hujan yang jatuh, polutan akan terbawa ke dalam Sistem drainase dan dialirkan pergi sambil di netralisir secara alami. Secara alami suatu badan air seperti sungai, saluran drainase mepunyai kemampuan untuk menetralisasi cemaran yang memasuki/ terbawa alirannya dalam jumlah terbatas/ batas-batas tertentu menjadi zat-zat anorganik yang tidak berbahaya/ tidak mencemari lingkungan.Aliran air akan menangkap/ mengikat oksigen dari udara yang akan bermanfaat dalm penguraian zat-zat organic dalm proses oksidasi (proses aerobik). Tetapi kemampuan ini sangat terbatas, sehingga tidak di benarkan membuang limbah khususnya yang bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya) dan atau limbah padat atau sampah yang sukar terurai dan mengganggu kelancaran aliran.Ada dua jenis limbah yang memasuki/ terbawa aliran yaitu :a. Limbah padat yang terdiri dari limbah organic yang akan dapat mengalami dekomposisi/ penguraian seperti daun, bangkai binatang.b. Limbah padat anorganik yang sukar/ tidak dapat terurai seperti logam, kaca, hasil industri seperti plastic.Limbah ini dapat berasal dari :a. Limbah proses industri yang sangat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Berupa debu dari asap cerobong pabrik dari pembakaran bahan bakar fosil dan limbah cair dari hasil produksi hasil pencucian bahan dan lain-lain.b. Limbah rumah tangga serta yang di hasilkan oleh aktivitas kehidupan lainnya seperti limbah pasar, restoran, usaha cuci mobil dan bengkel, usaha pencucian pakaian, limbah padatan asap mesin-mesin kendaraan dan lain-lain.c. Limbah padat berupa sampah-sampah rumah tangga, pasar, guguran daun pohon-pohon perindang kota, sisa bahan baku dan kemasan industri.Kalau jenis-jenis limbah diatas masuk ke dalam Sistem drainase secara berlebuhan proses aerobik akan tidak dapat berjalan dengan baik karena oksigen akan sangat terhambat. Banyaknya limbah yang masuk ke dalam saluran-saluran drainase di sebabkan oleh perlakuan masyarakat yang menganggap Sistem drainase dan sungai-sungai sebagai tempat pembuangan sampah.Limbah terutama limbah padat akan sangat mengganggu kecepatan aliran bahkan menyumbat alur-alur dan menghambat penyerapan oksigen dan menghambat proses aerobik. Terjadi dekomposisi oleh bakteri-bakteri anaerobik tanpa bantuan oksigen. Proses anaerobik ini akan menimbulkan pencemaran lain yaitu di hasilkannya zat yang beracun bagi kehidupan akuatik dan manusia seperti nitrit, sulfat serta gas-gas berbau busuk yang sangat mengganggu seperti sulfur dioksida, ammoniak.Kehidupan akuatik di dalam air akan terhmabat dan bahkan musnah, sumur-sumur tercemar oleh renbesan air kotor tersebut, serta meningkatnya penyebaran penyakit yang terbawa air (water borne disease seperti kolera, disentri, muntaber, gatal serta malaria dan demam dengue).Karena fungsi Sistem drainase yang ke dua mengangkut limbah harus disikapi dengan bijaksana bahwa Sistem drainase sesungguhnya bukan tempat pembuangan sampah.Limbah cair yang terpaksa dialirkan ke dalam Sistem drainase harus terlebih dulu di lewatkan melalui suatu instalasi pengolah air limbah (IPAL) untuk menurunkan kandungan zat-zat pencemar agar dapat mencapai kadar di bawah ambang batas maksimum sebelum di alirkan/ dibuang ke dalam perairan bebas.c) Mengatur arah dan kecepatan aliranAir buangan berupa air hujan dan limbah harus diatur alirannya melewati Sistem drainase dan di arahkan ke tempat penampungan akhir atau perairan bebas di mana Sistem drainase bermuara. Arah aliran akan di tentukan melewati Sistem drainase sehingga tidak menimbulkan kekumuhan. Di samping itu kecepatan alirannya dapat di atur sebaik mungkin sehingga tidak akan terjadi penggerusan atau pengendapan pada saluran-saluran drainase. Pada saluran drainase dari tanah dapat di tentukan kecepatan aliran diantara 0,8 m/s agar tidak terjadi sedimentasi dan tumbuhnya gulma yang akan mengurangi pemeliharaan, sampai dengan 1,5 m/s agar aliran tidak menggerus lereng maupun dasar saluran. Aliran dengan kecepatan ini di harapkan dapat juga membawa kotoran dengan jumlah tidak berlebihan.Untuk menghemat lebar saluran, apabila tersedia kemiringan lahan yang cukup, dapat di buat saluran pasangan sehingga luas profil saluran dapat di kurangi. Kecepatan aliran dalam saluran pasangan dapat di tentukan antara 2,5 m/s bagi saluran pasangan batu atau 3,5 m/s bagi saluran dari beton bertulang.Q = V x FDi mana :Q = debit saluranV = kecepatan aliranF = luas penampang basahV = C (RxI)0.5C di sebut koefisien kekasaran ChezyUntuk saluran tanah kasar C = 30Untuk saluran tanah berumput = 40Untuk saluran pasangan/ beton nilai C dapat mencapai = 90R = jari-jari hidrolik = luas/ keliling basah penampang aliranMisalnya saluran bebentuk segi empat :C saluran beton/ C saluran tanah = 90 : 40 = 2.25Maka misalnya dimensi aluran di buat sama : V saluran beton = 2.25 V saluran tanahQ saluran beton = 2.25 Q saluran tanah

d) Mengatur elevasi muka air tanahMuka air tanah yang dangkal dapat meresap ke dalm ruangan-ruangan bangunan dan naik ke tembok secara kapiler atau menggenang pada tempat-tempat rendah. Pada kondisi muka air tanah dangkal, daya serap lahan terhadap air hujan kecil dan dapat menambah potensi banjir.Muka air tanah yang dalam akan menyulitkan tetumbuhan penghijauan kota untuk menyerapnya khususnya pada musim kemarau tetapi daya serap terhadap hujan tinggi.Di samping itu kalau terjadi penurunan muka air tanah akan terjadi pemadatan atau subsidensi yaitu menurunnya muka tanah di atas muka air tanah. Pemadatan ini di sebabkan ruang antar butir dalam tanah tadinya terisi air akan menjadi kosong sehingga tanah memadat.

e) Menjadi sumberdaya air alternatifMakin bertambahnya kebutuhan akan air makin dibutuhkannya sumberdaya air. Daur ulang air dari Sistem drainase dapat menjadi alternatif pemenuhan akan sumberdaya air dengan beberapa syarat :a. Sistem drainase tidak tercemar limbah B3.b. Sistem drainase tidak tercemar oleh atau menjadi penyebar bakteri pathogen penyebab penyakit menular.c. Pencemaran masih dalam tingkat ekonomis untuk diolah sebagai sumberdaya air.

f) Di daerah perbukitan Sistem drainase menjadi salah satu prasarana mencegah erosi dan gangguan stabilitas lereng.Runoff permukaan akibat hujan yang jatuh pada daerah perbukitan akan mengalir dengan kecepatan tinggi kalau tidak mengalami hambatan cukup dan menimbulkan erosi permukaan. Kecepatan aliran runoff akan melebihi kecepatan kritis tanah permukaan apalagi kalau tanah sudah mengalami penggemburan di musim kemarau sebelumnya atau tidak cukup terlindung dari proses erosi membentu alur-alur erosi berupa rills (rivulets) alur-alur yang lebih besar (gullies). Runoff yang membawa hasil erosi akan memasuki drainase (Alam) di daerah tersebut yang mempunyai kelandaian aliran yang juga biasanya cukup curam. Aliran di dalmnya akan mempunyai kecepatan yang deras sehingga menimbulkan erosi terhadap dasar dan kaki tebing sungai. Kikisan pada kaki tebing akan menimbulkan longsoran tebing. Longsoran tebing sungai dan lainnya juga di picu oleh tekanan air pori yang menjadi jenuh pada lereng-lereng yang akan menyebabkan liquefaksi yaitu hilangnya tegangan geser antar butir tanah pada lereng yang tersusun dari tanah non kohesif atau di lampauinya limit cair (liquid limit) pada tanah lempung yang kohesif.Untuk mengendalikannya di perlukan pembuatan Sistem drainase teknis bagi menata aliran runoff permukaan maupun aliran di dalam saluran.Sistem drainase teknis akan meliputi :a. Mengarahkan runoff permukaan semaksimal mungkin ke dalam saluran drainase (tersier) terdekat.b. Membatasi kecepata aliran dalam Sistem drainase tidak melebihi kecepatan kritis tanah saluran.c. Mengusahakan pematusan air dari tanah lereng agar tidak menimbulkan tekanan pori berlebih misalnya dengan pematusan horizontal dan lain-lain.Jika kecuraman dasar aliran terlalu besar dan menimbulkan kecepatan aliran yang terlalu besar dapat di lakukan langkah-langkah :a. Penjenjangan aliran dengan membuat saluran berjenjang (cascade)b. Membuat bangunan-banguan pelenyap energy ( drop structure)c. Membuat parit deras yang di lapisi pasangan atau beton bertulang agar dapat menahan kecepatan yang besar (untuk pasangan batu kurang lebih s/d 2.5 m/s, lapisan beton bertulang 3,5 m/ s atau lebih)Dengan ditata dan diaturnya arah serta kecepatan aliran pada daerah perbukitan serta di pasangnya bangunan-bangunan revetment pelindung maka erosi dan longsoran akan dapat terkontrol.

2. Analisa Pengembangan Prasarana Wilayah dan Kota 2.2. Sistem Jaringan Drainase Jaringan drainase yang terdapat di Kelurahan Batangkaluku terdiri dari jaringan sekunder dan tersier. Adapun ukuran drainase, rata-rata debit dan luas penampangnya dapat diketahui sebagai berikut:a. Jaringan drainase primer Lebar atas Lebar bawah Tinggi 1,2 meter 0,8 meter 0,85 meter

Luas Penampang :

A 0,82 m2 V meter/detik

Maka debit airnya adalah : Q V A 2 3/ detik Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase primer 3/ detik b. Jaringan drainase sekunder Lebar atas Lebar bawah Tinggi

0,7 meter 0,6 meter 0,3meterLuas Penampang :

A 0,29 m2 V meter/detik

Maka debit airnya adalah : Q V A 2 3/ detik Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase tersier 3/ detik c. Jaringan drainase tersierLebar atas Lebar bawahTinggi 0,5 meter 0,45 meter 0,3meterLuas Penampang :

A 0,18 m2 V meter/detik

Maka debit airnya adalah : Q V A 2 3/ detik Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase tersier 3/ detik

3.1. Penempatan Prasarana Jaringan Drainase Sistem jaringan drainase ditinjau dari penggunaannya dapat dibagi menjadi : Penyaluran dengan cara tertutup Penyaluran dengan cara terbuka Penyaluran dengan cara langsung ketempat tertentuJaringan drainase ini nantinya diharapkan dan diusahakan dapat cepat sampai pada tempat tujuan dalam waktu yang relatif singkat dan tepat. Adapun asumsi dari luas masing-masing jaringan drainase pada Kelurahan Batangkaluku, untuk tahun 2017 adalah; Jaringan drainase primerJaringan drainase primer ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat luas jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase. Jaringan drainase sekunderJaringan drainase sekunder ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat luas jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase. Jaringan drainase tersierJaringan drainase tersier ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat luas jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase.Dengan melihat kondisi diatas, dimana tidak perlu dilakukan perubahan pada ukuran jaringan drainase akan tetapi dalam rencana kedepannya perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan dan pembersihan jaringan drainase minimal dua kali setahun. Hal ini perlu dilakukan mengingat masih terdapat beberapa titik dimana drainase tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, yang merupakan akar permasalahan pada system drainase dimana pada jaringan drainase banyak tumpukan sampah dan mengendapnya limbah-limbah padat rumah tangga. Di Kecamatan Tamalate, dalam rencana pengembangan drainase untuk tahun 2020, dimana setiap lingkungan sebaiknya dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan dan saluran air limbah secara terpisah. Sistem pembuangan air hujan yang dibuat harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup seperti: Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 2 tahunan Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau tertutup Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa, pada saluran yang lurus lubang periksa harus dibuat tiap jarak minimum 50 meter.

3.1.1 Konsep Drainase Berwawasan LingkunganPembangunan sistem drainase perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah sehingga mengurangi jumlah limpasan.Sampai saat ini, sebagian besar sistem drainase mengadopsi paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke badan air penerima terdekat. Di samping itu, penanganannya masih bersifat teknis belum mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan.Dalam rangka mengampanyekan Sistem jaringan drainase yang berkelanjutan (sustainability drainage sistem), maka dipikirkanlah sebuah Sistem mekanisme dimana pengendalian air hujan bukan lagi dengan mengalirkan limpasan secepatnya ke badan air, tetapi meresapkan air limpasan hujan di permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah, untuk maksud konservasi air.Konsep perencanaan drainase yang berkelanjutan tetap mempertahankan proses alami ekologis, konservasi, dan sumber air, tanpa menimbulkan degradasi sumber-sumber alam dalam jangka panjang dan memberikan kontribusi pada kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar. Maka dari itu, dirumuskanlah poin-poin inti dari perencanaan, yang adalah sebagai berikut:1) Menciptakan kawasan bebas genangan air2) Melindungi sumber daya air tanah3) Merevitalisasi jaringan drainase dengan meningkatkan nilai estetika dan fungsi primernya sebagai pengendali aliran permukaan (limpasan air hujan).Untuk menciptakan kawasan bebas genangan air di Kota Makassar, dapat dimulai dengan pembuatan halaman tanpa beton (mempertahankan tutupan lahan rumput dan tanah) atau dengan permeable surface (paving blok berlubang yang dapat diisi tanaman rumput dan memiliki daya serap tinggi) di kawaan permukiman. Secara langsung, permukaan beton memiliki tingkat permeabilitas yang rendah, sehingga tidak dapat menyerap limpasan air hujan. Berbeda dengan tutupan lahan rumput dan tanah yang memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah menyerap limpasan air hujan yang mengalir di permukaan (runoff). Hal ini menyebabkan debit aliran air hujan tidak perlu langsung seluruhnya mengalir ke saluran drainase. Dengan begini, hambatan berupa genangan air akibat terhambatnya jalur menuju saluran drainase terdekat bisa diatasi.Mekanisme diatas dapat dimaksimalkan dengan membuat infrastruktur jaringan drainase sumuran yang terintegrasi dengan drainase permukaan dan aliran air tanah, apabila tingkat permeabilitas tanah dan rumput tidak terlalu besar untuk secepatnya mengurangi tinggi genangan air di suatu tempat. Fungsi-fungsi utama dari drainase sumuran antara lain untuk mengurangi aliran permukaan, mencegah genangan air, mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, mengurangi/menahan intrusi air laut, dan mencegah konsolidasi atau penurunan tanah.

3.2.1 Perencanaan Streetscape

Elemen streetscape merupakan bagian yang penting dalam menunjang kenyamanan pengguna jalan, terutama bagi pejalan kaki. Minat masyarakat untuk mengurangi penggunaan kendaraan dan mulai aktif berjalan kaki dapat dimulai dari penataan streetscape yang menarik. Streetscape sendiri adalah Frame Kota, dimana kualitas streetscape menentukan kualitas estetika kota.Streetscape yang baik adalah streetscape yang mampu memberikan kenyamanan dan keamanan yang seutuhnya kepada semua pengguna jalan, baik untuk kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, maupun pejalan kaki.Elemen-elemen dalam streetscape diantaranya adalah badan jalan, bahu jalan, median, separator, pagar pengaman pejalan kaki, trotoar, jalur khusus penyandang cacat, jalur hijau, dan drainase.

Gambar 6.6.1: Model potongan jalan rencanaSumber : wikipedia.com

Untuk perencanaan streetscape kecamatan Tamalate sendiri akan difokuskan pada jalan-jalan utama dan jalan-jalan yang paling ramai dilintasi oleh pejalan kaki. Jalan-jalan utama yang dimaksud antara lain Jalan HM Daeng Patompo, Jalan Danau Tanjung Bunga, dan Jalan Mallombasi.