prinsip-prinsip pendidikan isalam telaah dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4161/1/bab...

95
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) oleh RIDWAN KHAERUDIN NIM 111 12 079 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 05-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH

DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

RIDWAN KHAERUDIN

NIM 111 12 079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

ii

iii

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM TELAAH DALAM

SURAT AL-ALAQ AYAT1-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

RIDWAN KHAERUDIN

NIM 111 12 079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

iv

v

vi

vii

MOTTO

ر٣ٱ ا ءا ٣ جع ثظاإ٣ أ لٱئي زد

“Orang-orang yang beriman dan tidak

mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman

(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan

mereka itu adalah orang-orang yang mendapat

petunjuk”.

(QS. Al-An’Am 82)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Suluri dan Ibu Suginah yang telah

merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi

kebutuhan moril dan materil serta membimbing, memotivasi dan

memohonkan kemudahan bagi penulis dalam setiap doanya. Sungguh

merupakan pengorbanan yang tak terhitung nilainya dan tak terbalas bagi

penulis. Semoga Bapak dan Ibu senantiasa selalu dalam perlindungan,

keridhaan, dan keberkahan Yang Maha Kuasa. Tanpa dukungan Bapak

dan Ibu tiada hal yang penulis Raih kecuali hanya untuk kebahagiaanya

di dunia maupun di akhirat.

2. Kedua saudara Khuswatun dan Udin yang selalu menjadi penyemangat

bagi penulis demi tercapainya cita-cita yang diinginkan oleh kedua orang

tua.

3. Bapak Kyai Nur Salim Mawardi dan ahlul baitnya yang selalu penulis

tunggu Barokah Doa dan Ilmunya.

4. Teman-teman Santri pondok pesantren An-Nibros Al-Hasyim senasib

seperjuangan menjadi motivasi didalam kehidupan.

5. Teman-teman PAI angakatan 2014 yang telah menjadi teman

seperjuangan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

6. Seluruh pembaca yang Budiman.

ix

KATA PENGANTAR

ثع ٱ حٱلل س ٱ ح٤ س

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat rahmat, ridha dan inayah-Nya jualah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan

Tauhid Dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syekh Thahir bin Saleh Al-

Jazairi”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan baginda

Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang

telah membawa petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita

harapkan syafa‟atnya di akhirat kelak.

Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada yang terhurmat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN

Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam.

4. Bapak Dr. M. Ghufron, M. Ag., selaku pembimbing skripsi yang

telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan

waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak Drs. A. Bahrudin, M. Ag., selaku pembimbing akademik.

x

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

HALAMAN BERLOGO ........................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. vi

MOTTO .................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN...................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 12

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 12

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 13

E. Metode penelitian ................................................................. 13

F. Penelitian terdahulu ............................................................. 14

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 15

BAB II Kajian Pustaka

xii

A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ...................... 17

B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ........................ 27

C. Prinsip–prinsip Pendidikan Islam Secara Umum ................. 30

D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ........................ 31

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq……. 35

BAB III Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah dalam Surat Al-

Alaq ayat 1-5

A. Prinsip-prinsip Menurut Ahli ............................................... 42

1. M.Athiyal al-Abrasyi .................................................. 42

2. Maksum… .................................................................. 43

3. M.Chobib Thoha ........................................................ 43

4. Muhammad Munir Mursi……………………………. 44

5. Zakiyah Dradjat………………………………… ...... 46

BAB IV ANALISIS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

A. Analisis Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Menurut Para

Ahli ....................................................................................... 56

B. Relevansi Prinsip Pendidikan Islam dalam al-Alaq 1-5 ....... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 63

B. Saran ..................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penunjukan Pembimbing

2. Lembar Konsultasi Skripsi

3. Daftar Riwayat Hidup

4. Daftar Nilai SKK

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22

Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba‟ B Be ة

Ta‟ T Te د

Tsa‟ S Es س

Jim J Je ج

Ha‟ H Ha ح

Kha‟ Kh Ka dan Ha خ

Dal D De د

Zal Z Zet (dengan titik di atas) ذ

Ra‟ R Er ز

Zal Z Zet ش

Sin S Es ض

Syin Sy Es dan Ye غ

Sad S Es (dengan titik di bawah) ص

Da D De (dengan titik dibawah) ض

Ta‟ T Te (dengan titik dibawah) غ

Z Z Zet (dengan titik dibawah) ظ

Ain „ Koma terbalik di atas„ ع

Gain G Ge ؽ

Fa‟ F Ef ف

Qaf Q Qi م

Kaf K Ka ى

xv

Lam L El

Mim M Em

Nun N En

Wawu W We

Ha‟ H Ha

Hamzah , Apostrof ء

١ Ya‟ Y Ye

Konsonan angkap karena di tulis rangkap

Di tulis „iddah ػدح

A. Ta’ Marbutttah

1. Bila dimatikan di tulis h

Di tulis Hibah جخ

Di Tulis Jizyah جص٣خ

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata-kata arab yang yang sudah

teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,

kecuali di kehendaki lafal aslinya).

Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis

dengan h.

’Ditulis Karamah al-auliya ساخال٤بء

xvi

B. Vokal Pendek

Fathah Ditulis A ا

Kasrah Ditulis I ا

Dammah Ditulis U ا

C. Vokal Panjang

Fathah+Alif Ditulis U

Ditulis Jahiliyah جب٤خ

Fathah+Ya‟ mati Ditulis A

Ditulis Yas‟ a ٣عؼ٠

Kasrah+Ya‟ Mati Ditulis I

Ditulis Karim س٣

Dammah+wawumati Ditulis U

Ditulis Furud كسض

D. Vokal Rangkap

Fathah+ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis Bainakum ث٤

Fathah+wawu mati Ditulis Au

Ditulis Qaulun ه

xvii

ABSTRAK

Khaerudin,Ridwan . 2018. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah Surat Al-

Alaq Ayat 1-5. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Kata Kunci: Prinsip, Pendidikan , Islam

Pendidikan merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subyek

pengembangan, karena pengembangan terutama ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusia, terlebih lagi era sekarang ini sebagai era yang penuh

dengan persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat

dilakukan dengan berbagai jalur diantaranya pendidikan.

Penelitian ini merupakan prinsip pendidikan Islam dalam upaya relevansi

penddidikan Islam sekarang. Pertanyaan utam dalam penelitian ini adalah

(1)Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?, (2)

Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan islam dlam surat al-alaq ayat 1-5?,(3)

Bagaimana relevansi prinsip-prinsip pendidikan Islam dala kehidupan

sekrang?., untuk menjawab pertanyan tersebut maka peneliti menggunakan

penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data yang dilakukan dengan

mengaitkan ayat-ayat al-qur‟an dan hadits serta buku-buku yang mendekti

yang kemudian dicari tentang prinsip pendidikan Islam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pendidikan Islam dalam

al-qur‟an telah surat al-alaq ayat 1-5 adalah sederhana, yakni orang yang

memiliki kehidupan sederhana akan mengambil yang telah menjadi haknya,

tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Ikhlas, yakni

seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah swt.

Pendidikan Islam di era sekarang harus meningkatkan porinsip-prsinp

pendidikan Islam dengan menejemen pendidikan Islam. Prinsip pendidikan

Islam mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikan oleh sekelompok

masyrakat. Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari

ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa berkarya

dan berprestasi serta dengan ilmu ibdah seseorang menjadi sempurna.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk termulia dari segenap makhluk yang ada di

alam ini. Dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan gambaran yang

membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptanya.

Manusia merupakan makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik

ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran (al-Rasyidin, 2005:1). Sebagai

makhluk pilihan yang mengemban banyak tugas maka Tuhan membedakan

dengan makhluk yang lain seperti hewan, jin, dan malaikat. Di samping itu

manusia juga dibekali bentuk fisik yang sempurna, harmonis dan

indah.Sehingga dalam sebuah ayat, Allah berfirman:

ش٢أحر١ ٱ ثدأخۥ ءخوع ع لٱن غ٤ ٧

Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya

dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (Departemen

Agama RI, 2007: 903).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa secara jelas manusia diberi

kelebihan bentuk fisik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia

dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal atau

daya untuk berfikir, dan hati yang selalu merasakan. Setiap manusia

manusia yang diciptakan setidaknya memiliki kelengkapan tersebut

2

terutama akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak dan fungsinya untuk

berfikir. Perasaan pusatnya di hati, fungsinya untuk merasa dan dalam

tingkat yang paling tinggi ia melahirkan ”kata hati”. Fungsi fikir dan rasa

tidak dapat dipisahkan, karena misalnya orang yang merasa, sekaligus juga

berfikir (Djumransyah, 2007: 29).

Begitu juga dengan orang yang memikirkan sesuatu pasti juga

terlahirlah sebuah perasaan tertentu hasil dari akal yang bekerja dalam otak

manusia.

Sebagai makhluk yang Allah sertakan dengan akal dan perasaaan

maka manusia memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan

ilmu pengetahuan dan seterusnya menghasilkan kebudayaan. Untuk lebih

jelasnya akal adalah alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu merupakan solusi

dari setiap kesulitan manusia dan untuk mempertahankan eksistensinya.

Dengan demikian Islam memerintahkan untuk menuntutilmuagama

dan ilmu-ilmu lainnya, agar memiliki pengetahuan yang dapat digunakan

untuk tercapainya menjadi makhluk yang sempurna. Faktor terbesar yang

membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu.Ia dapat

hidup senang dan tentram karena memiliki dan menggunakan ilmunya. Ia

dapat menguasai alam ini dengan ilmunya. Iman dan taqwanya dapat

meningkat dengan ilmu juga (Darajat, 2011:7)

Ilmu juga yang membedakan manusia yang dimuliakan dan yang tidak

dimuliakan.Dalam firman Allah SWT:

3

ه أ ظبجد ٤ٱءذءاب هب ا ٣سل ٱرزب٣حئ جازحخسح زث خ ۦ ه ٣١ع ز

٣ؼٱ ر٣ ل٣ؼٱ ر٣ ا سأ ب٣زر ٩تج لٱإ

Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan

berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan

rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran (Departemen Agama RI, 2007: 660).

Karena selain secara fisik dan psiologis manusia sebagai makhluk

terbaik, ia juga secara fitrah memiliki nilai-nilai kemanusiaan (Munir,

2003:25). Tugas lain yang tidak kalah penting adalah menjadi khalifah

Allah di muka bumi. Manusia yang diberi wewenang secara langsung oleh

Tuhan untuk mendiami, mengurus, dan mengolah dengan sebaik-baiknya

sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh umat

manusia.Tanggung jawab besar dipikul oleh manusia sebagai khalifah

dalam kaitannya dengan mengurus alam semesta sehingga dapat mengambil

manfaat dari kerja kerasnya. Dalam firman Allah:

ٱ ر١جؼزكغثؼزلٱئقخ ض ع ط مثؼك

٤جذ دزج ب ءارى ك٢

زثيظس٣غ ٱإ إ لز ۥؼوبة ـ ح٤ ٥٦١ز

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi

dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebahagian (yang lain)

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-

Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya

dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(Departemen Agama, 2007:2002).

4

Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki potensi dapat di

didik dan mendidik sehingga memiliki tugas mulia yakni menjadi penguasa,

maka dibutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup. Dalam hubungan ini,

pendidikan memegang peran utama untuk mencapai kesempunaan berfikir.

Tidak ada jalan lain selain melalui proses pendidikan, agar akal pikiran

dapat kembali kefitrah. Manusia dibekali fitrah, untuk membedakan yang

baik dan buruk (Munir, 2003:25).

Dengan kata lain, manusia yang dianggap khalifah Allah tidak akan

menjunjung tinggi tanggung jawab kekhalifahannya, kecuali dilengkapi

dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan

tugasnya. Al-Qur‟an menegaskan, manusia itu memiliki karakteristik-

karakteristik unik.Atribut pertama yang penting adalah manusia dilengkapi

dengan fitrah yang dimiliki sejak lahir (Abdullah, 1994:56).

Melalui pendidikan manusia juga akan menjadi manusia yang

dimanusiakan sebagai hamba Allah yang mampu mentaati ajaran-ajaranNya.

Pendidikan adalah proses untuk menuju kedewasaan seseorang yakni

interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang mewariskan pola-pola

tingkah laku yang didasarkan pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu setiap situasi pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan-

tujuan khusus yang akan dicapai, materi yang akan diberikan, dan metode

yang akan dipergunakan sehingga proses belajar mengajar itu dapat

terlaksana dengan efektif dan efisien. Sementara itu, pendidikan merupakan

usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk

5

mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam

adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang

mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan

merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik

kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya (Arief,

2002:41).

Sebagai salah satu komponen pokok dalam pendidikan,metode

berperan sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, karena ia

menjadi sarana untuk menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam

kurikulum pendidikan, agar dapat dipahami oleh peserta didik, dan menjadi

pengertian yang fungsional bagi tingkah lakunya.

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku melalui

pengalaman (Hamalik, 2011: 27). Karena merupakan sebuah proses, maka

belajar bukanlah hasil atau tujuan. Belajar terjadi sepanjang manusia

tersebut menginginkan suatu perubahan pada dirinya. Memperoleh

pengetahuan hanyalah salah satu akibat dari aktifitas belajar tersebut, dan

bukanlah belajar itu sendiri. Pengalaman yang menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku seseorang diperoleh dari interaksi dengan

lingkungan. Dengan kata lain, belajar dapat diartikan pula sebagai proses

perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik,

2011: 28)

6

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi

semua aktivitas memberikan materi pelajaran kepada siswa,agar siswa

mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadai yang memberikan

manfaat dalam kehidupan.Dalam proses pembelajaran bahasa selain

melibatkan pendidik dan siswa secara langsung juga diperlukan pendukung

lain yaitu: alat pelajaran yang memadai,penggunaan metode yang tepat,

serta situasi dan kondisi yang menunjang.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentu

mempunyai tuiuan, lebih lebih guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar

atau melakukan kegiatan belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan

yang telah ditentukan.Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana metode yang

sesuai agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat meningkatkan

pemahaman dan prestasi belajar.

Dalam proses pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang erat

antara pendidik, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam hal ini

pendidik mempunyai peran yang sangat dominan untuk memilih model

pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikandemi

tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik juga harus mampu memilih metode

yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar,

karenapenerapan metode yang tepat akan sangat menentukan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan metode sebagai seni dalam

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan

dibanding dengan materi itu sendiri.

7

Adapun ayat yang berkaitan dengan metode pembelajaran adalah surat

An Nahl ayat 125:

إ٠ دٱ ثع زثي ٱظج٤ ح خ ٱ ج حعخ ٱػظخ ثد أحٱ ٢ ز٢ ع زثي إ

أػ ػظج٤ ظ ث أػۦ ث ٱ ٥٢١زد٣

Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmudengan hikmah dan

pelajaran yang sesuai dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik,sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Daialah yang lebih

mengetahui orang–orang yang mendapat petunjuk (Departemen

Agama, (2007: 2067).

Metode adalah suatu cara yang harus dilalui atau ditempuh guna

mencapai tujuan dengan cepat, tepat dan singkat (Fachrudin, 2006:1).

Penggunaan metode dapat memperlancar proses pembelajaran sehingga

akan tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam suatu kegiatan belajar

mengajar tidak harus menggunakan metode tertentu untuk mengajarkan

suatu materi pembelajaran, tetapi penggunaan metode lebih ditekankan pada

kebutuhan agar lebih sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode

pembelajaran harus diperhatikan adalah suasana yang tidak monoton.

Metode pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan ke dinamisan

dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang miskin metode

pembelajaran akan menimbulkan masalah baik bagi guru maupun siswa.

Seorang guru seharusnya memahami, mengerti dan menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai,baik dengan materi pelajaran yang diberikan

maupun dengan kondisi siswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia.

8

Dengan penggunaan metode yang lebih mendalam sehingga prestasi belajar

sesuai dengan tujuan instruksional.

Menurut Slamet 1988: 63, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

adalah (1) Metode mengajar, penggunaan metode yang kurang baik, akan

mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang lama

biasanya kurang memvariasikan metode, sehingga siswa menjadi bosan dan

pasif. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang

dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar, (2) Kurikulum, diartikan

sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, (3) Relasi guru

dengan siswa,di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga

akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya, sehingga siswa

mempelajari apa yang disampaikan guru dengan sebaik–baiknya, (4)

Perhatian orang tua,anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua.

Selain guru, orang tua juga mempunyai peran yang sangat penting dalam

keberhasilan belajar siswa, (5) Latar belakang kebudayaan, tingkat

pendidikan atau kebiasaan di dalam keluraga mempengaruhi sikap anak

dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan–kebiasaan yang baik, agar

mendorong anak untuk semangat belajar.

Pengertian pendidikan seperti sekarang ini di zaman Nabi belum

lazim dipakai atau diketahui, tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh

Nabi dalam menyampaikan perintah agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat,

memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

9

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup arti

pendidikan dalam pengertian sekarang. Seperti halnya masyarakat Arab

Makkah yang tadinya kafir, musyrik, dan bertabiat buruk, atas usaha dan

kegigihan Nabi untuk mengimankan dan mengislamkan mereka kemudian

mereka berubah menjadi penyembah Allah yang taat dan berakhlak mulia.

Dengan demikian Nabi telah menjadin pendidik yang membina,

mendidik, dan mengajar kepribadian masyarakat jahiliyah secara tidak

langsung untuk membentuk pribadi muslim sesuai Al-Quran dan

keberhasilan beliau sangat diakui dunia pendidikan islam. Apa yang beliau

lakukan dalam membentuk kepribadiaan manusia yang mulia, kita

rumuskan sekarang dengan pendidikan islam. Cirinya adalah perubahan

sikap dan perilaku sesuai dengan petunjuk ajaran islam. Untuk itu perlu

adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan yang menunjang.

Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua

komponen yang terkandung di dalamnya. Pendididkan islam adalah

pendidikan yang berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah selain mempunyai

tujuan keilmuan, juga mempuyai tujuan menjadikan manusia sebagai

khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik ( Arief, (2002: 29).

Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam

ajaran islam tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu

perlu adanya kegigihan, kesungguhan, dan kesabaran dalam

menjalankannya serta panda-pandai dalam memilih metode yang cocok

untuk proses pembelajaran sesuai materi maupun kondisi dan kebutuhan. Di

10

sinilah pentingnya sebuah metode atau jalan untuk mencapai suatu tujuan

yang dikehendaki.

Dalam proses pendidikan islam,metode mempunyai kedudukan yang

sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni

dalam mentransfer ilmu pengetahuan/ materi pelajaran kepada peserta didik

dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi sendiri. Sebuah

pribahasa mengatakan bahwa “اطسئواالد” (metode jauh lebih penting

dibandingkan materi), adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang

kominikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi

yang disampaikan sesungguhnya tidak menarik. Sebaliknya, materi yang

cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka

materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik ( Arief, 2002: 39).

Hubungan anatara metode dan tujuan pendidikan merupakan

hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan dapat berhasil dengan baik jika didukung

oleh pemakaian dan pemilihan metode pendidikan yang tepat. Subjek

pendidikan juga perlumemiliki kompetensi yang mahir dalam menerangkan

sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan proses belajar

mengajar menimbulkan kesan yang menggembirakan. Dengan demikian

tujuan yang telah disepakati dapat tercapai.

Tujuan pendidikan Islam tidak hanya sederhana yang ingin

membentuk kepribadian manusia yang baik tetapi pendidikan Islam menitik

beratkan semua aspek pendidikan agama yang berupa aqidah, syariah,

11

danakhlak.Kongres se-dunia ke II tentang pendidikan islam tahun 1980 di

Ismalabad menyatakan bahwa:Tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik).

Secara menyeluruh dan seimbang dan yang dilakukan melalui latihan

jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional,perasaan dan

indera. Karena itu, pendidik hendaknya mencakup pengembangan seluruh

aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,intelektual, imajinasi, fiksi, dan

bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua

aspek tersebut berkembang dengan kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan

terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang

sempurna kapada Allah,baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh

umat manusia (Al-Rasyidin, 2005:38).

Dari semangat kompleksnya tujuan yang akan dicapai maka

dibutuhkan juga pendekatan dan metode pendidikan yang ada dalam Al-

Qur‟an. Metode pendidikan yang disajikan di dalam Al-Qur‟an banyak

sekali varianya. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk dapat memilih dan

menggunakan metode yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan

relevansinya dengan materi yang disampaikan,akan tetapi realita di

lapangan masih banyak sekali kendala yang dihadapi khususnya pendidik

dalam proses menyampaikan materi. Dalam penggunaan materi metode

masih sering ditemui ke tidak cocokan antara bahan ajar dengan cara

menyampaikannya maupun penggunaan metode yang kurang variatif.

12

Judul ini dipilih karena kitab ini adalah kitab tafsir lengkap yang

pertama karya ulama ahli tafsir Indonesia yang diterbitkan di Indonesia.

Tafsir ini mudah dicerna oleh semua golongan masyarakat, dari para

penelitisampai para pemula. Dari pentingnya metode yang tepat dalam

menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar sehingga

mempengaruhi keberhasilan peserta didik maka penulis terdorong

menyusun skripsi yang berjudul: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN

ISLAM TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5.

B. Rumusan Masala

1. Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?

2. Bagaimana deskripsi prinsip-prinsip pendidikan Islam telaah dalam

surat al-Alaq 1-5?

3. Bagaimana relevansi prinsi-prinsip pendidikan Islam dalam era

sekarang telaah surat al-Alaq ayat 1-5?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prinsi-prinsip pendidikan Islam menurut ahli.

2. Untuk mengetahui deskripsi Prisip-prinsi telaah surat al-Alaq 1-5)

3. Untuk mengetahui relevansi prinsip-prinsip pendidikan telaah surat al-

Alaq 1-5)?

D. Manfaat Penelitian

13

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi wacana kepada pendidik

tentang metode-metode pendidikan Islam yang dapat dikaji kembali

sehingga termotivasi untuk menggunakan dalam proses belajar mengajar

baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian adalah

menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai metode

pendidikan Islam dalam Kitab Suci.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini untuk

seorang pengajar adalah dapat mengetahui dan memahami secara

benar penafsiran yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dalam kaitannya

dengan cara pengajaran sehingga dalam proses pengajaran dapat

berjalan dengan lancar karena pemilihan metode pengajaran yang

sesuai atau cocok dengan materi yang disampaikan.

E. Metode Penelitian

1. Teknis pengumppulan data

Agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan , maka teknik

pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan penelitian

pustaka (library research) yaitu dengan mengkaji literature-literatur

yang berkata pengantar baik, Al-Qur‟an sumber data yang

digunakandalam penelitian adalah al-Qur‟an, hadits Nabi dan Karya-

14

karya yang ditulis oleh para pakar pendidikan yang cepat mendukung

pembahasan ini.

2. Teknik analisis data

Setelah memperoleh data dari berbagai sumber sebagaimana di

atas, maka penulis melakukan pengolahan data secara deskriptif –

analitik dengan mengumpulkan data yang signifikan dengan pokok

permasalahan yang diteliti dengan menggunakan metode tafsir

maudhu‟I tentang istilah yang berkaitan dengan prinsip pendidikan.

Analisis yang dilakukan adalah pendapat para tokoh pendidikan

tentang prinsip pendidikan yang dihubungkan dengan ayat-ayat al-

Qur‟an.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk memastikan orisinilitas kajian ini, sangat penting kiranya

pemaparan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Sehungga dapat menjadi

masukan kedalam kajian pustaka guna member refrensi dan mempermudah

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum dibahas oleh peneliti

sebelumnya,karya-karya itu adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Fauzan Abdullah, Fakultas Ilmu Keguruan UIN Sunnah

Kalijaga 2009, tentang Strategi Peningkatan Kulaitas Sumber Daya

Manusia Berkualitas Menurut Hasan Langgulung (Perspektif

Pendidikan Islam). Seperti yang digambarkan dalam judul skripsi ini,

15

fokos pembahasannya yaitu lebih memberatkan prinsip dan relevansi

pendidikan Islam sekarang.

2. Skripsi Chaerul Anwar, Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah 2009, yang berjudul Strategi Pendidikan Dalam

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas

Pemikiran Ki Hajar Dewantara) Mengulas pendapat kedua tokoh

tersebut dan dikomplikasikan tentang pendidikan Islam. Namun

dangat berbeda dengan penelitian ini yang lebih menitik beratkan pada

prinsip-prinsip dan relevansi.

3. Skripsi Taufik, Fakultas agama Islam Unuversitas Muhammadiyah

Surakarta 2014, yang berjudul pemikiran pendidikan Islam menurut

Hasan Langgulung dalam perspektif psikologi. Menjelaskan

pendidikan Islam dari psikologisnya. Dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu berbedaan sudut pandang dari prinsip dan

relevansi pendidikan Islam sekarang.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan,berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II :Kajian pustaka, berisi tentang pengertian prinsip-prinsip

pendidikana Islam, landasan prinsip-prinsip pendidikan Islam,prinsip-

prinsip pendidikan Islam secra umum.

16

BAB III :Pemikiran prinsip-prinsip pendidikan Islam, terjemah surat

al-Alaq ayat 1-5, asbabul nuzul surat al-Alaq ayat 1-5, munasabah surat al-

Alaq ayat 1-5,tujuan pendidikan Islam secara umum

BAB IV :Analisis prinsip prinsip pendidikan Islam menurut ahli,

prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam surat al-Alaq ayat 1-5 dan relevansi

prinsip pendidikan Islam surat al-Alaq ayat 1-5 dengan kehidupan masa

kini.

BAB V :Penutup berisi tentang kesimpulan, saran- saran.

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

Prinsip merupakan asas (kebenaran yang menjadi pokok atau dalam

berfikir, bertindak) sedangkan pendidikan merupakan suatu proses

hominisasi dengan humanisasi yang berlangsung di dalam lingkungan hidup

keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Jadi prinsip pendidikan dapat

diartikan sebagai asas atau pokok yang menjadi dasar dalam bertindak demi

untuk tercapainya proses hominisasi dan humanisasi yang berlangsung di

dalam lingkungan hidup keluarga dan masyarakat yang berbudaya, dalam

hal ini pendidikan tersebut sesuai dengan tuntunan zaman

(Poerwadarminta, 1997: 78).

Prinsip berasal dari kata “principle” yang bermakna asal, dasar

prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan seperti berpendirian,

mempuyai dasar atau prinsip yang kuat (Hassan Shadily, 1997: 447).

Jadi maksud prinsip di sini mengarah kepada pandangan, keyakinan,

pegangan, dan pendirian. Adapun “dasar” dapat diartikan “pokok, sumber,

asas atau pangkal sesuatu pendapat, ajaran atau aturan” (Departemen

Pendidikan dan kebudayaan, 2001: 211).

18

Jadi yang dimaksud dasar disini bermakna pokok, asas atau pangkal

suatu pemikiran selanjutnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

prinsip bermakna pandangan, pegangan, keyakinan, dan pendirian.

Menurut Hasan Langgulung, bahwa al-quran dan as-sunah merupakan

sumber nilai yang paling utama. Sebagai sumber asal, al-quran mengandung

prinsip-prinsip yang masih bersifat global, sehingga dalam pendidikan Islam

terbuka adanya unsur ijtihad dengan tetap berpegang pada nilai-nilai dan

prinsip dasar al-quran dan as-sunah dengan demikian, sumber nilai yang

menjadi dasar pendidikan Islam adalah al-quran dan as-sunah serta hasil

ijtihad. Didalam sumber tersebut banyak sekali nilai fundamental yang

dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan Islam. Nilai-nilai itu adalah :

1. Tauhid

2. Kemanusiaan

3. Keseimbangan

4. Kesatuan Umat Manusia

5. Rahmatallilalamin (Ahmad Sudja‟ie, 1999: 44).

Dalam hal prinsip ini M. Arifin lebih mengistilahkan dengan

pandangan dasar dan pola dasar pendidikan Islam sebagaimana

dikemukakan di atas. Lebih tegas dia menyatakan bahwa sistem pendidikan

Islam harus berkembang dari pola dasarnya yang akan membentuknya

menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatak serta berjiwa Islam.

Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan nilai-nilai

19

dasar agama yang memberikan ruang lingkup dan peluang

perkembangannya proses pendidikan Islam. Dalam kerangka itu harus

dipahami falsafah pendidikan Islam yang menjadikanya dasar sekaligus

mengarahkannya. Dalam permasalahan filosofis, pola dasar pendidikan

Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan

manusia sebagai pribadi dan prinsip- prinsip kehidupannya sebagai makhluk

sosial. Dalam hal ini tugas falsafah pendidikan secara umum dapat

disimpulkan sebagai berikut (M. Arifin, 1996:30)

Pada prisipnya Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini

adalah hasil penciptaan Allah SWT dan tunduk pada hukum-hukum

mekanisme-Nya sebagai sunnatullah. Oleh karenanya, manusia harus

dididik agar mampu mengerti, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

dalam hukum Allah SWT. Di sinilah prinsip manusia harus beriman dan

bertaqwa kepada Penciptanya.

Prinsip yang memandang manusia sebagai makhluk yang paling

mulia, karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk dari

kemampuan-kemampuan kejiwaannya yakni akal budinya menjadi tenaga

penggerak yang membedakan dari makhluk lainnya. Di sinilah Islam

meletakkan posisi manusia sebagai khalifah yang akan mewarisi dan

mengembangkan kehidupan di bumi dengan sebaik-baiknya.

Prinsip selanjutnya adalah pandangan Islam bahwa manusia bukan

saja makhluk pribadi, melainkan juga makhluk sosial yang berarti

20

memandang manusia bukan saja sabagai individu melainkan juga anggota

masyarakat. Ini berarti manusia di samping individu sekaligus masyarakat

yaitu dalam Islam kedudukan nilai-nilai ini banyak diatur kearah pola

keserasian dan keseimbangan.

Prinsip moralitas yang memandang bahwa manusia itu adalah pribadi-

pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama dalam

kehidupannya. Di sini jelas agar nilai-nilai kehidupan tidak menyimpang

dari fitrah Allah yang mengandung nilai-nilai agama Islam yang harus

menjadi dasar dalam proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat.

Dengan demikian mengenai prinsip pendidikan Islam yang diistilahkan pola

dasar inilah yang akan membentuk dan mewarnai sistem pendidikan Islam.

Ia adalah pemikiran konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai

keimanan, nilai-nilai kemanusiaan baik sebagai individu maupun sosial serta

nilai-nilai moral yang secara terpandu membentuk dan mewarnai pembinaan

dan pengembangan pendidikan Islam (M. Arifin, 1996:31).

Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia,

masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secara jalas tercermin dalam prinsip-

prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidikan merupakan

fasilitator. Ia harus mampu memperdayagunakan beraneka ragam sumber

belajar. Dalam memimpin proses proses pembelajaran, pendidik perlu

memperhatikan prinsip- prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa

mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-

21

sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip

pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Integral dan Seimbang

a) Prinsip Integral

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan

antara sains dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara

harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam

semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan

hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-

hukum mengenai alam fisik disebut sunnatullah, sedangkan

pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia

telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah

yang mencakup aqidah dan syariah. Dalam ayat Al-Qur‟an yang

pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar manusia

untuk membaca yaitu dalam Q.S Al-„alaq ayat 1-5. Dan

ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah

membaca tersebut, seperti dalam

firman Allah Q.S Al- Ankabut:

ب رٱ أح٢إ٤ ز ٱي ت

Artinya: “bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu

al kitab (Al-Qur’an)(Q.S Al-Ankabut: 45) (Departeman

Agama RI, 2005: 566).

22

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur‟an

yang harus di baca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah

(ayat Tanziliyah, qur‟aniyah) selain itu, Allah memerintahkan

agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-

fenomena alam (ayat kauniyah, sunnatulah) antara lain:

بذاك٢ٱه ٱظسا ع ضزلٱد

Artinya:”katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan

di bumi” (Q.S Yunus : 101) (Departeman Agama RI,

2005: 295).

Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Alah

memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur‟an (ayat-ayat

qur‟aniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa

memberikan tekanan terhadap salah satu jenis ayat yang

dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus

dilaksanakan secara terpadu (integral) (Ramayulis dan Samsul,

2009: 100).

b) Prinsip Seimbang

Pendidikan Islam selalu memperhatikan

keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi

keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan

amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia,

hak dan kewajiban. Keseimbangan antara urusan dunia

dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi perhatian.

23

Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia

agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu.

Implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada

dengan firman Allah swt:

ب ثٱ ٱيءارى زؾك٤ خسح ل ٱدازٱ لرطص٤ج ٱ ٤ب د

Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah di

anugerahakan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan jangan lah kamu melupakan

kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi”.

(Q.S Al-Qosos: 77) (Departeman Agama RI,

2005: 556).

Dalam dunia pendidikan khusunya dalam

pembelajaran, pendidikan harus memperhatikan

keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang

relevan. Selain mentranfer ilmu pengetahuan, pendidik

harus mengkondisikan secara bijak dan professional agar

peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat di dalam maupun di luar kelas (Ramayulis,

2009:102).

2. Prinsip bagian dari proses Rububiyah

Al-qur‟an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan

Rabb Al-Amin (pemeliahara semesta alam). Dalam proses penciptaan

alam semesta termasuk manusia. Allah menampakkan proses yang

memperlihatkan konsistensi dan keteratuaran. Hal demikian kemudian

24

di kenal sebagai aturan-aturan yang diterapkan Allah atau di sebut

sunnatullah. Sebagaimana Al-kailani yang dikutip oleh bukhari umar

dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam

pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai

makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai

khalifatullah. Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi

Rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia

sendiri. Dengan keseimbangan tersebut dapat dikatakana bahwa

karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi

rububiyah Allah secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada

manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah

keseluruhan proses dan fungsi rububiyah Allah terhadap manusia,

sejak dari proses penciptaan sampai dewasa dan sempurna (Ramayulis

dan Samsul, 2009:103).

3. Prinsip membentuk manusia yang seutuhnya

Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia

yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur‟an dan Hadits.

Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserahkan pada orang-

orang tertentu dalam masyarakat atau pada seseorang individu karena

kekuasaannya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang

atau sekelompok orang. Pendidkan Islam dalam hal ini merupakan

usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh

peseta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan

25

hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga

keutuhan unsur-unsur individual peseta didik dan mengoptimalkan

potensinya dalam garis keridhaan Allah. Prinsip ini harus

direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik

harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional

maupun spiritual secara simultan (Ramayulis, 2009: 104).

4. Prinsip selalu berkaitan dengan agama

Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk

menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah

menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun

kearah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu

menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih

kepada fungsinya sebagai sumber moral nilai. Sesuai dengan ajaran

Islam pula, pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-

ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani,

melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik

yang bermuatan niali dan moral. Jadi pengajaran agama dalam Islam

tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam

pengertian esensi ya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang

sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.

5. Prinsip Terbuka

Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi,

perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia. Oleh

26

karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka,

demokratis, dan universal. Keterbukaan pendidikan Islam ditandai

dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dari luar,

sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan

tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shohih), yang bersumber

pada Al-Qur‟an dan Hadist.

6. Menjaga perbedaan individual

Perbedaan individual anatara seorang manusia dengan orang lain

di kemukakan al-qur‟an sebagai berikut:

ءا٣ ٱنخۦز ع زلٱد قأز خٱض أعز ك٢ذ ذ ٣ ل يإ

ؼ ٤

Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanya ialah

menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan

bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang mengetahui”. (Q.S Ar-rum: 22)

(Departeman Agama RI, 2005: 573).

Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan

perbedaan tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai

dengan keadaannya masing-masing.

7. Prinsip Pendidikan Islam Adalah Dinamis

Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku

dalam tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya

untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman. Pendidikan Islam sebaiknya mampu

27

memberikan respon terhadap kebutuha-kebutuhan zaman dan tempat

dan tuntutan-tuntutan perkembangan dan perubahan ssosial. Hal ini

sesuai dengan prinsi-prinsip pendidikan Islam yang memotifasi untuk

hidup dinamis.(Ramayulis dan Samsul, 2009:105)

B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan

Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi Muhammad SAW.

Kepada sahabat beliau, yang diutus untuk melakukan dakwah kepada

gubernur Romawi di Damaskus, yaitu mu‟azd jabbal dan musa al-

asy‟ari sebagai berikut:

ز٣د١ ٱ ث ٤عٱلل ل٣س٣دث سؼعٱس

Artinya:“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu”. (Q.S Al-Baqarah:

185) (Departeman Agama RI, 2005: 35).

a) Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lembut

Dalam Firman Allah :

بزح خ كج ٱ ذ لل ذكظبؿ تلوٱ٤ع ا لع

ػ قػٱك ي ح ـظٱ لسز ز شب س لٱك٢

Artinya:“Maka di sebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku

lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu

bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawarahalah dengan mereka dalam urusan

28

itu”. (Q.S. Ali Imran: 159) (Departeman Agama RI,

2005: 90).

b) Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik

Allah berfirman:

٣ع غإ٤ ز يحز٠ أراإذاخسجا ؼٱػدىهبار٣ ءالب بذاهب

غجغٱئيأ ػ٠ ٱر٣ لل ٱهث رجؼ ا اأ ء

Artinya:“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan

perkataanmu sehingga apabila mereka keluar darei

sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah

diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat nabi) :

“apakah yang di katakannya tadi? “ mereka itulah

orang-orang yang di kunci mati hati mereka oleh Allah

dan mengikuti hawa nafsu mereka”(Q.S Al-

Muhammad: 16) (Departeman Agama RI, 2005: 733).

c) Prinsip komunikasi terbuka

Guru mendorong manusia didik untuk membuka diri

terhadap segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang di sajikan

mereka, sehingga mereka dapat menyempurnakan menjadi

bahan apresepsi dalam pikirannya. Dalam kitab suci Al-Qur‟an

terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia untuk

membuka hati dan pikiranya, perasaanya, pendengarannya, dan

penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang di firmankan

Allah kepada mereka, sehingga apa yang mereka serap sebagai

pesan-pesan itu akan diminta pertanggung jawabannya di

hadapannya.

d) Prinsip pemberian pengetahuan yang baru

29

Minat dan perhatian anak didik harus di arahakan kepada

bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Dalam ajaran

Islam terdapat prinsip pembaharuan dalam belajar, baik tentang

fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat

dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam sekitar

yang mengandung ilmu-ilmu baru. Firman Allah yang

mendorong manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu alam dan

biologi serta psikologi tersebut dalam al-qur‟an sebagai berikut:

ك٢ ل ٱزبك٢ءا٣ ظس٣ كبم حز٠ ألع ٣زج٤ حن ٱأ أ ق٣

ش٢ػ٠ ۥثسثيأ ٤دء ش

Artinya:”Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) kami disegala wilayah bumi dan pada diri

mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-

qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa

sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala

sesuatu?” (QS.Al-Fusilat:53) (Departeman Agama RI,

2005: 689).

e) Prinsip memberikan model perilaku yang baik

Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya

melalui pengamatan dan peniruan yang tepat guna dalam proses

belajar mengajar, misalnya sep[erti firman Allah SWT:

ود ب أظٱك٢زظ ححعخ لل ٣س ب ٱجا ٱلل ٤ خسل ٱ

س ذ ث٤س ٱ الل

Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.(Q.S Al-

ahzab: 21) (Departeman Agama RI, 2005: 595).

30

C. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Secara Umum

Menganai prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dapat di tinjau dari

beberapa aspek dalam perumusan prinsip tersebut yaitu:

1. Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains

dengan agama.

2. Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan

mewujudkan adanya keseimbangan.

3. Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam

tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya

untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. Pendidikan Islam hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian

manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh

dari aspek jiwa, badan dan akal, sehingga pendidikan Islam mampu di

arahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jiwa dan pendidikan

akal.

D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

1. M. Athiyah Al-Abrasyi

Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip

pendidikan Islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, (2)

memperhatikan agama dunia sekaligus, (3) memperhatikan segi-segi

31

manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu

yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan

jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari

sini dinyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan ideal

dengan memperhatikan prinsip-prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan

persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan

utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan

kemampuannya, (4) pendidikan Islam adalah pendidikan yang bebas

dan terbuka, (5) pendidikan Islam memperhatikan aspek individu,

dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan

pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan

menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan

berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,

persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh

(universal) bagi rakyat-masyarakat (12) mengembangkan

perpustakaan untuk merangsang terus belajar, membaca dan meneliti

(13) pemberian tanggung jawab (Jabatan) merupakan proses

pendidikan. Dengan demikian pendidikan Islam sangat ideal terutama

memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,

menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan

selalu berupaya meningkatkannya (M. Athiyah Al-Abrasy, 1970: 1-

23).

2. Menurut Maksum

32

Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek

fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam,

sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam. Prinsip-

prinsip pendidikan Islam itu meliputi (1) Pendidikan Islam adalah

bagian dari proses rububiyah Tuhan (2) Pendidikan Islam berusaha

membentuk manusia seutuhnya (3) Pendidikan Islam selalu berkaitan

dengan agama (4) Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.

Dari sini jelas prinsip pendidikan Islam sekaligus merupakan arah-

tujuan yang ingin dicapai dalam pendidika Islam (Maksum, 1999: 28-

31).

3. Menurut M. Chobib Thoha

Menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia

untuk mendiami bumi dengan menjadikannya sebagai khalifah di

bumi, yaitu misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia

melaikan juga tugas kependidikan sebagai konsekuensi tanggung

jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran. Karena itu, prinsip

pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi

insani ke dalam sifat dan potensi malakiah (sifat malaikat), melainkan

justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi

insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran.

Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip

pendidikan Islam adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif

(2) Prinsip percaya pada diri sendiri (3) Pendidikan Islam memberi

33

kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan berwawasan nilai

(M.Chobib Thoha, 1996:32-35).

4. Muhammad Munir Mursi

Menurut munir prinsip pendidikan Islam ini (kalau dicermati)

diistilahkannya dengan asas-asas pendidikan Islam yang terdiri dari :

a. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna,

yaitu mencakup seluruh aspek kemanusiaan baik jasmani

maupun rohani dan akal.

b. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang antara

kehidupan dunia dan akhirat.

c. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman,

tidak cukup hanya sekedar perkataan saja tetapi menurut

pengalaman (rukun Islam, semua menuntut pengalaman bukan

saja Islam melainkan juga perbuatan).

d. Pendidikan Islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan

pribadi karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber

kebaikan dalam masyarakat. Islam mendidik pribadi agar

bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan

bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

e. Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah

manusia. Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, tidak

mengetahui apa-apa dan sangat tergantung dengan pengaruh

pendidikan selanjutnya terutama dari orang tuanya.

34

f. Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sepanjang

kehidupan manusia.

g. Pendidikan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia dengan

kata lain pendidikan Islam bukan kasus untuk bangsa arab saja

melainkan meliputi seluruh umat manusia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa prinsip pendidikan

Islam adalah mencakup pendidikan Islam sebagai pendidikan yang

sempurna, menerapkan keseimbangan, menekankan perbuatan

disamping perkataan, mengembangkan fitrah manusia,

mengembangkan dan mengarahkan kebaikan pribadi dan masyarakt,

berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan manusia, dan bersifat

menyeluruh bagi semua umat manusia (Muhammad Munir Mursi,

(1977:21)

5. Zakiah Daradjat

Ketika membicarakan ilmu pendidikan Islam mengawali

pembahasaannya mengenai pandangan Islam terhadap manusia

menyatakan bahwa pembahasan pendidikan Islam tidak mungkin

melepaskan diri dari objek sasarannya, yaitu manusia yang harus

dibicarakan secara filosofis menurut pandangan Islam. Dalam hal ini

dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia berserta

alam semesta bukanlah lahir dengan sendirinya, melainkan diciptakan

oleh Allah. Pemahaman manusia menurut Islam ini sangat berkaitan

35

dengan prinsip pendidikan Islam yang dapat dilihat pada tiga aspek

yaitu :

a. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan

perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya

mampu membentuk kebudayaan.

b. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan

mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan

secara sadar dan bertanggung jawab.

c. Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki dan

membawa potensi-potensi yang dapat dididik dan mendidik

sesuai dengan hakikat kemanusiaan dan ajaran Islam (Zakiyah

Daradjat, 1992: 1-18).

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq

1. Sederhana

Sederhana artinya berlaku sedang, di pertengahan, sehingga

tidak terdapat kesenjangan, sedap dan manis dipangan, enak di dengar.

Misalnya dalam hal makan, tidak terlalu kenyang dan tidak

kelewat sedikit. Inilah caranya makan minum Nabi kita. Bila

berpakaian, tidak terlalu mewah, dan tidak pula terlalu buruk. Inilah

cara pakaiannya sahabat umar bin khatabb. Sederhana dalam

membelanjakan harta seperti firman Allah: (surat al-furqon ayat 67).

Mahyudi Ibrahim, 1990:110)

36

Hidup Sederhana akan menjadikan hidup kita lebih bersahaja.

Hidup sederhana pula akan menghindarkan dai kebiasaan boros serta

sombong. Hidup sederhana bukan berarti hidup dengan serba

kekurangan. Tetapi hidup yang sederhana adalah hidup yang tidak

berlebih-lebihan tetapi tidak kekurangan. Orang memiliki kehidupan

sederhana akan mengambil yang telah menjadikan haknya, tidak akan

mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Karena orang yang

hidup sederhana tidak akan memiliki sifat yang serakah (Vincent

Purnomo, 2011:118).

Al-ghazali berkata: “semua manusia itu dalam kerugian, kecuali

orrang yang berilmu, orang berilmu juga rugi kecuai ia beramal, orang

beramal juga rugi, kecuali ia ikhlas dan orang yang ikhlas pun berad

di pinggir jurang. Sebab ikhlas itu dalam hati, sedangkan hati itu

mudah sekali bolak-baliknya seperti air sedang mendidih. Lihatlah air

mendidih, goyang terus tak ada diamnya. Barangkali begitu pulalah

hati, selalu goyang, goncang tak tetap tak punya pendirian. Begitulah

sulitnya menjaga ikhlas. Tapi kalau izin Allah, tentu mudah bagi siapa

yang dimudahkan-Nya dan dikehndakinya-Nya.‟‟

2. Ikhlas

Mengenai ikhlas ini banyak firan Allah menjelaskan dan sabda

Nabi SAW,. Kemudian definisi dari para ulama. Kesemuanya itu,

kami simpulkan dalam satu rangkuman kalimat: ikhlas ialah, bekerja

dan beramal hanya karena Allah, semata-mata, bukan karena selain-

37

Nya. Jadi, beramal bukan karena memacu popularitas, ria, pujian dan

sanjungan, balas jasa dan sebagainya (Mahyudi Ibrahim, 1990:170-

171).

Ikhlas adalah suatu pekerjaan yang bersih dari maksud lain.

Amal ibadah dilakukannya hanya karena Allah semata. Tidak

menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi.

Konsentrasinya hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang

dilakukannya diterima Allah SWT. Tidak terjebak pada rekayasa-

rekayasa. Karen Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apa

pun dari manusia. Dia maha tahu segalanya! Semakin jernih, semakin

bening, dan semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita

lakukan atau semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau

semakin seluruh aktifitas ditunjukan semata-semata karena Allah,

maka kekuatan Allahlah yang akan menolong. Buah dari keikhlasan

adalah ketentraman jiwa, ketenangan batin. Ini disebabkan karena dia

tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian,

penghargaan, atau diberi imbalan. Karena itu biasakanlah kalau

berbuat sesuatu kebaikan, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja

di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat,

nanti berkurang pahalanya (Abdullah Gymnastiar, 2001:73).

Menurut Al-Qusyairi Ikhlas berarti menjadikan Allah sebagai

satu-satunya sesembahan. Sikap taat dimaksudkan untuk tarrub

kepada Allah, mengesampingkan yang lain dari makluk, apakah itu

38

sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia.

Ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah semata. (Al-

Allamah Al-Arif bin Allah Abi Al-Qasim Abdd Al-Karim (Abdullah

Gymnastiar, 2001:75).

3. Menuntut ilmu tanpa mengenal batas usia

Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam surat

al-alaq yaitu tidak ada batasan yang kongkrit tentang kapan seseorang

harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan

bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian,

manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba didalam surat al-alaq, tuhan

menginformasikan hasil kejadian manusia dari „alaq‟ dan setelah

diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan (Erwati Aziz,

2003:29).

Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari

ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa

berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seserorang menjadi

sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah SAW mewajibkan

umatnya agar menuntut ilmu baik laki-laki maupun peempuan. Umat

Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia

wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu tentang sholat.

Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainnya. Berbarti wajib pula

mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji, dan

sebagainya sehingga apa yang dilakukannya mempuyai dasar. Dengan

39

ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana

yang tidak boleh seperti berdagangan, batas-batas mana yang boleh

diperbuat dan mana yang dilarang. Menuntut ilmu tidak hanya terbatas

pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah

kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik didunia maupun di

akhirat adalah ilmu.

Rasulullah bersabda :

بكؼ٤ أزاد ، ؼب ثب أزادالآخسحكؼ٤ ، ثبؼب ٤بكؼ٤ أزاداد

ؼ ثبArtinya:“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka

dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki

kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barang

siapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia

dan akhirat) maka dengan ilmu”.

Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat

menopang kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga

memerlukan ilmu yang sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat.

Dengan demikian, kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagai tujuan

hidup InsyaAllah akan tercapai. Untuk memperoleh pengetahuan,

perlu ada usaha. Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah meminta

umat Islam agar menuntut ilmu walaupun ke negeri cina.

Dianjurkannya memilih negeri cina pada saat itu, karena kemungkinan

peradaban cina sudah maju di lain hadist Rasulullah juga menegaskan

bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia :

دإ٠احد ا اغجااؼ

40

Artinya: “tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat”.

Selanjutnya dijelaskan oleh Rasulullah bahwa para malaikat

membentangkan sayap-sayapnya kepada orang-orang yang menuntut

ilmu karena senangnya. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi

seseorang sehingga malaikat bangga dengannya. Disamping itu, para

penuntut ilmu dijanjikan oleh Rasullulah SAW akan diberikan

kemudahan jalan kesurga.

Seperti hadits dibawah ini :

هللاغس٣وبإ٠اجخ ب,ظ ػ طك٤ ظيغس٣وب٣بر

Artinya:“barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu

maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.

(H.R Muslim). (Abdurrahman abdullah, 2001:77).

4. Metode Pembiasaan dan pengamalan

Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang

diisyaratkan oleh Al-quran. Latihan dan ulangan yang merupakan metode

praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk dalam metode ini.

Didalam surat al-alaq metode ini disebut secara implisit, yakni secara

turunnya wahyu pertama (ayat1-5) jibril menyuruh nabi menguncapkan kata

iqra‟ (bacalah) dan nabi menjawab (saya tidak bisa membaca), lalu jibril

mengulanginya lagi dan nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal

41

ini terulang sampai tiga kali. Kemudian jibril membacakan ayat satu sampai

lima dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang

disampaikan jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang

digunakan Allah dalam mengajar rasulnya amat efektif sehingga apa yang

disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kabulnya.

Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu

yang dilaksanakan atau yang diuncapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli

pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu

upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,

walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik

siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. oleh karena itu

pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik (Anis ma‟shumah,

2001:224).

42

BAB III

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

A. Pemikiran prinsip–prinsip pendidikan Islam menurut ahli

5. M. Athiyah Al-Abrasyi

Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip

pendidikan islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan islam, (2)

memperhatikan agama dunia sekaligus, (3) memperhatikan segi- segi

manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu

yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan

jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari

sini dinyatakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan ideal

dengan memperhatikan prinsip- prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan

persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan

utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan

kemampuannya, (4) pendidikan islam adalah pendidikan yang bebas

dan terbuka, (5) pendidikan islam memperhatikan aspek individu,

dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan

pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan

menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan

berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,

persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh

(universal) bagi rakyat-masyarakat (12) mengembangkan

43

perpustakaan untuk merangsang terus belajar, membaca dan meneliti

(13) pemberian tanggung jawab (Jabatan) merupakan proses

pendidikan. Dengan demikian pendidikan islam sangat ideal terutama

memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,

menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan

selalu berupaya meningkatkannya. (M. Athiyah Al-Abrasy, 1970:1-

23).

6. Menurut Maksum

Prinsip-prinsip dasar pendidikan islam adalah aspek-aspek

fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan islam,

sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-islam. Prinsip-

prinsip pendidikan islam itu meliputi (1) Pendidikan islam adalah

bagian dari proses rububiyah Tuhan (2) Pendidikan islam berusaha

membentuk manusia seutuhnya (3) Pendidikan Islam selalu berkaitan

dengan agama (4) Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.

Dari sini jelas prinsip pendidikan islam sekaligus merupakan arah-

tujuan yang ingin dicapai dalam pendidika islam. (Maksum, 1999:28-

31).

7. Menurut M. Chobib Thoha

Menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia

untuk mendiami bumi dengan menjadikannya sebagai khalifah di

bumi, yaitu misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia

melaikan juga tugas kependidikan sebagai konsekuensi tanggung

44

jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran. Karena itu, prinsip

pendidikan islam bukan bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi

insani ke dalam sifat dan potensi malakiah (sifat malaikat), melainkan

justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi

insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran.

Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip

pendidikan islam adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif

(2) Prinsip percaya pada diri sendiri (3) Pendidikan Islam memberi

kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan berwawasan nilai.

(M.Chobib Thoha, 1996:32-35).

8. Muhammad Munir Mursi

Menurut munir prinsip pendidikan islam ini (kalau dicermati)

diistilahkannya dengan asas-asas pendidikan islam yang terdiri dari :

h. Pendidikan islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna,

yaitu mencakup seluruh aspek kemanusiaan baik jasmani

maupun rohani dan akal.

i. Pendidikan islam adalah pendidikan yang seimbang antara

kehidupan dunia dan akhirat.

j. Pendidikan islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman,

tidak cukup hanya sekedar perkataan saja tetapi menurut

pengalaman (rukun islam, semua menuntut pengalaman bukan

saja islam melainkan juga perbuatan).

45

k. Pendidikan islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan

pribadi karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber

kebaikan dalam masyarakat. Islam mendidik pribadi agar

bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan

bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

l. Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah

manusia. Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, tidak

mengetahui apa-apa dan sangat tergantung dengan pengaruh

pendidikan selanjutnya terutama dari orang tuanya.

m. Pendidikan islam berlangsung terus menerus sepanjang

kehidupan manusia.

n. Pendidikan islam berlaku untuk seluruh umat manusia dengan

kata lain pendidikan islam bukan kasus untuk bangsa arab saja

melainkan meliputi seluruh umat manusia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa prinsip pendidikan

islam adalah mencakup pendidikan islam sebagai pendidikan yang

sempurna, menerapkan keseimbangan, menekankan perbuatan

disamping perkataan, mengembangkan fitrah manusia,

mengembangkan dan mengarahkan kebaikan pribadi dan masyarakt,

berlangsung terus-menerus sepanjan kehidupan manusia, dan bersifat

menyeluruh bagi semua umat manusia. (Muhammad Munir Mursi,

(1977:21)

46

6. Zakiah Daradjat

Ketika membicarakan ilmu pendidikan islam mengawali

pembahasaannya mengenai pandangan islam terhadap manusia

menyatakan bahwa pembahasan pendidikan islam tidak mungkin

melepaskan diri dari objek sasarannya, yaitu manusia yang harus

dibicarakan secara filosofis menurut pandangan islam. Dalam hal ini

dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia berserta

alam semesta bukannlah lahir dengan sendirinya, melainkan

diciptakan oleh Allah. Pemahaman manusia menurut islam ini sangat

berkaitan dengan prinsip pendidikan islam yang dapat dilihat pada tiga

aspek yaitu :

d. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan

perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya

mampu membentuk kebudayaan.

e. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan

mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan

secara sadar dan bertanggung jawab.

f. Manusia sebagai makhluk paedagogik yang memiliki dan

membawa potensi-potensi yang dapat dididik dan mendidik

sesuai dengan hakikat kemanusiaan dan ajaran islam. (Zakiyah

Daradjat, 1992: 1-18).

47

B. Terjemah surat Al-Alaq ayat 1-5

Surat Al-Alaq ayat 1-5

قٱ رأ سٱب لٱخلق ١لذي خلق ٱم ربك ن منإنس رأقٱ ٢علق ٣رم أكلٱوربك

لٱلذي علم ب ٱ لٱعلم ٤ق لم ن ما ل إنس يع ل ٥

Artinya:

1) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.

2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3) Bacalah, dan Tuhanmu itu paling pemurah (paling dapat menahan

amarah-Nya)

4) Yang mengajarkan manusia mempergunakan kalam.

5) Dia mengajarkan kepada manusia tentang apa yang belum

diketahuinya.

زثيارخن Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan = اهساثبظ

Kamu, hai Muhammad, hendaklah menjadi seorang yang dapat

membaca dengan kodrat Allah, yang telah menciptakan kamu dan dengan

iradat-Nya. Sebelum ini, kau memang seorang yang buta huruf.

Yang dimaksud dengan “Nama Tuhanmu” adalah “kodrat-Nya dan

iradat-Nya “Nama adalah sebutan bagi suatu zat (bendanya). Kita

mengetahui Allah hanya melalui sifat-sifat-Nya. Sedangkan kita tidak

membahasnya dari segi zat-Nya, karena tiadanya keterangan untuk itu.

عب ػنخنال = Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Tuhan menjdikan mnusia, makhluk yang paling mulia, dari segumpal

darah. Dia juga yang memberikan kekuasaan kepada manusia untuk

48

menundukkan semua apa yang ada di permukaan bumi, sehingga karenanya

berkuasa pula menjadikan manusia yang sempurna, seperti Muhammad,

dapat membaca tanpa mempelajari huruf terlebih dahulu.

.Bacalah = اهسا

Laksanakan tugsmu, membaca, Allah mengulangi perintah ini, karena

menurut kebiasaan, seseorang yang baru bisa membaca sesuatu dengan

lancar setelah beberapa kali mengulangnya. Mengulng- ulangi perintah di

sini sebagai ganti mengulangi pembacaan.

س ال زثي = Dan Tuhanmu itu paling pemurah (paling dapat menahan

amarah-Nya).

Tuhanmu adalah Tuhan yang paling pemurah untuk semua orang yang

mengharapkan pemberiannya. Maka amat mjudah bagi Allah melimpahkan

nikmat membaca dan menghafal al-Qur‟an kepadamu, walaupun kamu tidak

terlebih dahulu mempelajari bagaimana membaca huruf.

و ثب .yang mengajarkan manusia mempergunakan kalam (pena) = ار١ػ

Tuhan yang paling akrom (pemurah) itu adalah tuhan yang telah

menjadikan pena (kalam) sebagai alat untuk melahirkan (mengekspresikan

mengunggkapkan) buah pikiran melalui tulisan dan untuk memberikan

pengertian kepada orang lain, sebagaimana lisan yang juga merupakan alat

untuk mengemukakan buah pikiran dengan ucapan.

49

٣ؼ ب عب ال Dia mengajarkan kepada manusia tentang apa yang = ػ

belum diketahuiny.

Allah yang telah memerintahkan Nabi-Nya supaya membaca dan

memberi kekuatan untuk bisa membaca. Dialah, Allah yang telah mengajari

manusia dengan segala macam ilmu, dan dengan ilmu-ilmu itulah manusia

berbeda dari binatang, walaupun pada mulanya mereka tidak mengetahui

dan tidak mengerti apa-apa. Dengan demikian, tidak heranlah jika Allah

mengajari kamu umtuk membaca dan mengajarkan ilmu. Ayat ini menjadi

dalil yang tegas, yang menunjukan tentang keutamaan belajar membaca,

menulis, dan keutamaan ilmu pengetahuan Munzir Hitami, 2004: 30)

C. Azbabul Nuzul Surah al-Alaq

Surah al–Alaq ini merupakan salah satu surah yang turun tidak secara

bersamaan, akan tetapi turun dalam waktu yang berbeda. Pertama ayat 1-5

merupakan ayat yang turun pertama kali yaitu di Gua Hira. Selagi Nabi

berusia hampir mencapai 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, yang

jaraknya kira-kira dua mil dari Mekkah (Shafiyyurrahman, 2004:89).

Surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu yang pertama kali turun dan

sekaligus bukti kerasulan Nabi Muhammad.Adapun tentang kondisi Nabi

sebelum turunnya wahyu tidak banyak ditemui riwayatnya. Namun

diceritakan sebelum menerima wahyu pertama, Nabi sering bermimpi yang

disebut al-ra‟yu al-shalihah (mimpi yang benar). Kemudian beliau ber-

50

tahannus di Gua Hira. Dan pada suatu malam didatangi oleh malaikat Jibril

untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu surah al-Alaq ayaat 1-5.

Riwayat ini dapat ditemukan dalam kitab Bukhori dan Muslim melalui

jalur yang berbeda.Adapun riwayatnya adalah sebagai berikut:

عائشة ام حدث ناىحى بن بكىر قال حدث نا الليث عن عقيل عن ابن شهاب عن عروة بن الز ب ي عن رسو ل اللو صلى ا للو عليو وسلم من الوحي الرؤيا الصالة ف المؤمنني ان ها قالت اول مابدئ بو

حراء ف يحنث الن وم فكان الي رى رؤيااال جاءت مثل ف لق الصبح ث حبب اليو الالء وكان يلو بغ ا لذلك ث ي رجع ا فيو و ق بل ان ي نزع ال اىلو وي زو ىو ال عبد الليا ل ذوت العد ل خدية ف ي زو

حراء فجاءه الملك ف قال اق راء ق ئ قال فاخذن ف غطن لمثلها حت جاءه الق وىو ف غا ال ماانا بقائ فاخذن ف غطن الثاني ة حت ب لغ من الهدث حت ب لغ من الهد ث ارسلن ف قال اقراء ق لت ما انا بقا

ئ فاخذن ف غطن الثالثة ث ارسلن ف قال }اقراباسم ربك الذى خلق ارسلن ف قال اق راء ف قلت ما انا بقابا رسول { ف رجع خلق االنسان من علق اق راوربك االكرم الذي علم بالقلم علم االنسان ما ل ي علم

ها ف ق ه فدخل على خدية بنت خويلد رضي اللو عن ال ذملون اللو صلى اللو عليو وسلم ي رخف ف ؤالقدخشيت على ن فسي ف قالت خدية ذملن ف زملوه حت ذىب عنو الروع ف قال لدية واخب رىا الب ر

عدوم وت قريالضيف وتعني كال واللو ما يزيك اللو ابدا انك لصل الرحم وتمل الكل وتكسب امل

(Abu Abdilah, 2005:5)على ن وائب الق )روه البخري(

Artinya:”Yahya bin Bukhair meriwayatkan kepada kami,dia berkata

al-Lais telah meriwayatkan kepada kami dari Ibnu Syihab

dari Urwah bin Zubair dari Aisyah Ummu al-Mukminin

bahwa beliau berkata:Wahyu yang pertama kali diterima

oleh Rasulullah adalah berupa mimpi yang baik dalam

tidur,muka beliau tidak melihat di dalam mimpi itu melaikan

datang bagaikan cahaya subuh.Setelah itubeliau suka

menyendiri.Beiaumenyendiri di Gu Hira untuk beribadah

beberapa malam di sana.Setelah itu beliau kembali ke rumah

untuk mengambil bekal,lalu kembali lagi ke Gua Hira sampai

datan kepadanya al-haq (kebenaran) ketika beliau masih

berada di sana,tidak lama kemudian datang malaikat seraya

berkata iqra’ aku menjawab (saya tidak bisa membaca) lalu

malaikat merangkul dan memelukku sehingga ak

kepayahan,kemudian ia melepaskanku dan berkata iqra’ ,aku

menjawab (saya tidak bisa membaca).Lalu ia merangkul dan

51

memelukku lagi sampai aku kepayahan,kemudian ia

melepaskanku dan berkata iqra’,aku menjawab (aku tidak

bisa membaca).Lalu ia merangkul dan memelukku untuk

ketiga kalinya,lalu ia berkata :

علم االنسان ما ل اقراباسم ربك الذى خلق خلق االنسان من علق اق راوربك االكرم الذي علم بالقلم

ي علم

Setelah peristiwa mencekam itu, Rasulullah pulang kerumah dalam

keadaan gemetar, sehingga begitu sampai di rumah beliau berkata kepada

istrinya Khadijah: ”selimuti aku, selimuti aku”. Maka ia mnyelimutinya,

sampai ketakutannya hilang. Lalu beliau menceritkan kapada Khadijah

kejadian yang menimpanya, dan berkata:”aku khawatir terhadap diriku”.

Tanpa berfikir panjang, Khadijah berkata: ”sesekali-kali tidak begitu, demi

Allah, Allah tidak akan mengecewakan kamu selama-lamanya. Engkau akan

menghubungkan silaturraahmi, memikul tanggung jawab, mengusahakan

yang belum ada, memuliakan tamu dan membela kebenaran”.(HR.Al-

Bukhari).

Dari riwayat di atas dapat diketahui bahwa ayat tersebut turun dengan

didahului oleh mimpi yang bena (ra‟yu al-shalihah). Mimpi tersebut

menurut al-Kaymiri, berfungsi sebagai pengingat dan pertanda bahwa ia

tersebut dalam keadaan hatinya tida tidur (al-Kasymiri,2005:34).

Ketika Muhammad berumur empat puluh tahun, tanda-tanda kenabian

sudah tampak. Diantaranya adanya batu di Mekkah yang mengucapkan

salam kepadanya, dan terjadinya ru’ya shadiqah (mimpi yang benar) berupa

52

fajar subuh yang menyingsing. Hal ini berlangsung enam bulan, dan ra’yu

shadiqah merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian.

Memasuki tahun ketiga dari pengaingan Muhammad di gua Hira, tepatnya

di bulan ramadhan, Allah memberikan rahmat-Nya kepada penduduk bumi

dengan memberikan kemuliaan kepada Muhammad, berupa pengangkatan

sebagai nabi, dan menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa

beberapaayat al-qur‟an. Peristiwa pengangkatan dan wahyu tersebut terjadi

pada hari Senin, tanggal malam ke 21 bulan ramadhan (Az Zaibidin,

2002:76)

D. Munasabah surat al-Alaq

Dalam hal munasabah, penulis akan menguraikan munasabah yang

ada pada awal surah al-alaq, surah yang turun ke-96 dengan akhir surah at-

tiin, merupaka surah yamg turun ke-95, dan pada akhir surah al-alaq dengan

awal surah al-qadr yang merupakan surat ke-97, beserta munasah antar ayat

yang akan dibahas secara terperinci.

Dalam surah at-tiin diterangkan mengenai kejadian manusia,

sedangkan pada permulaan surah al-alaq menerangkan mengenai penciptaan

manusia dari segumpal darah. Pada akhir surah at-tiin dinyatakan bahwa

Allah merupakan hakim yang paling adil yng modelnya berupa istfham atau

kalimat tanya, yang harus dijawab. Model pertanyaan tersebut menyuruh

manusia untuk berfikir merenungkan jawaban atas petanyaan yang bersar

tersebut dengan menemukan jawabannya. Maka dalam awal surah al-alaq

53

Allah memerintahkan manusia untuk membaca karena dengan membacalah,

maka jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dicari.

Sementara pada akhir surah al-alaq Allah memerintahkan manusia

untuk selalu bersujud dan mendekatkan diri kepada Allah agar memperoleh

keistimewaan. Maka dalam surah selanjutnya, yaitu surah al-qadr yang

merupakan anugerah bagi manusia yang merupakan keistimewaan

pemberian Allah dan waktu yang tepat bagi manusia untuk bersujud dan

beribadah kepada Allah.

Sedangkan munasabah antar ayat adalah sebagai berikut, Ayat

pertama merupakan perintah untuk membaca dengan selalu menyebut nama

Allah, kemudian ayat selanjutnya Allah menerangkan sifat yang dimilikinya

yaitu menciptakan manusia dari segumpal darah. Kemudian Allah

menguatkan perintah untuk membacanya, namun disisi dikaitkan dengan

sifat kemuliaan-Nya. Ayat selanjutnya menerangkan perincian sifat

kemuliaan yang dimiliki Allah, yaitu mengajar manusia dengan perantara

maupun tanpa perantara tentang apa yang tidak ia ketahui. Setelah itu, Allah

memperingatkan manusia agar tidak menjadi sombong dan lacut atas ilmu

yang dimilki, sehingga ia selalu merasa cukup, maka ia memperingatkan

bahwa tempat kembali manusia adalah kepada Tuhannya( Ahmad Tafsir,

2002: 45)

54

E. Tujuan pendidikan Islam secara Umum

Hasan Langgulung mengatakan bahwa berbicara tujuan pendidikan

harus mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, sebab pendidikan

bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Oleh karena itu,

perbincangan tentang tujuan juga mengharuskan kita membicarakan sifat-

sifat asal manusia menurut pandangan Islam, sebab pada manusia itulah

dicita-citakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidikan (Hasan

Langgulung, 1989: 57-58).

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan

fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis,

sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi

pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh. Lebih tegas lagi Hasan

Langgulung mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam harus dirumuskan

sebagai arah yang akan dituju manusia secara esensi supstansial, yakni

kesempurnaan hidup sesuai citra bagi penciptaan manusia (Hasan

Langgulung, 1989: 59).

Dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan sebagai pemberi nilai,

Hasan Langgulung menegaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam

harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama. Pertama,

fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman. Kedua, fungsi

psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-

nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih

sempurna. Ketiga, fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang

55

menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat, di mana

masing-masing memiliki hak dan tanggung jawab untuk menyusun

masyarakat yang harmonis dan seimbang (Hasan Langgulung, 1997: 178).

56

BAB IV

ANALISIS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

TELAAH SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

Prinsip pendidikan islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-

prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan

pendidikan tersebut,sebab dengan prinsip ini diharapkan pendidikan islam dapat

berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari

pendidikan islam (Ramayulis:2008:28).

A. Analisis Prinsip-prinsip Pendidikan Islam menurut para ahli

Pemikiran pendidikan Islam yang secara eksplisit membedakan

dengan pemikiran lainnya. Mengenai manusia sebagai subyek dan obyek

pendidikan didasarkan atas pandangan Islam tentang konsep fitrah, dasar

tujuan pendidikan didasarkan atas nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah, begitu

pula mengenai isi pendidikan. Di dalam mengaplikasikan pemikiran

pendidikan Islam tidak harus mengubah paradigma ideologinya, cukup pada

tataran strategi dengan melakukan interpretasi nilai-nilai yang terkandung

didalamnya.

Sebagai sebuah proses pemindahan nilai-nilai pada suatu masyarakat

kepada setiap individu yang ada di dalamnya, maka proses pendidikan

tersebut menurutnya dapat dilakukan dengan macam-macam jalan, yakni;

melalui pengajaran, dalam hal ini berarti pemindahan pengetahuan

(knowledge). Melalui latihan dan melalui proses yang melibatkan seseorang

57

meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain (Hasan

Langgulung, 1989: 61).

Bahwa pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu

masyarakat, kebudayaan, atau peradaban untuk memeliahara kelanjutan

hidupnya. Menurut Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan itu

penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini agar

mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan (Hasan Langgulung, 1989:

28).

Selain itu menurut Hasan Langgulung pendidikan itu merupakan salah

satu bidang terapan (applied) yang dimana dikaitkan dengan asas-asas dan

ilmu pengetahuan. Asas filsafat membimbing dan memberikan arah guna

untuk menyelaraskan pendidikan (HasanLanggulung, 2003: 6-7).

Pendidikan menurutnya memiliki enam asas yang sangat berhubungan erat

dan saling melengkapi diataranya asas- asas tersebut adalah

1. Asas-asas historis (sejarah),

Faktor sejarah dianggap salah satu faktor budaya yang

mempengaruhi filsafat pendidikan baik dalam tujuan maupun sistemnya

pada masyarakat juga. Kepribadian nasional, misalnya menjadi dasar

filsafat pendidikan diberbagai masyarakat haruslah“berlaku jauh dari

masa ke masa lampau” walaupun sistemnya adalahhasil dari

pemerintahan, yang didirikan dengan sengaja mengembangkan dan

memperbaiki pola-pola warisan budaya dari masyarakat. Jika dilihat dari

pandangan masyarakat sejarah merupakan kekuatan-kekuatan budaya

58

yang berpengaruh pada kekuatan-kekuatan budaya yang dibentuk oleh

sejarah, identitas nasional itu tampak mempengaruhi sistem pendidikan

(Hasan Langgulung, 2003: 6-7).

2. Asas-asas ekonomi

Hubungan ekonomi dalam pendidikan selalu erat sejak dahulu.

Para ahli ekonomi dan para tokoh pendidikan telah mengakui

pentingnya peranan yang dimainkan oleh pendidikan dalam

pertumbuhan pengetahuan manusia dan selanjutnya pentingnya

belakangan iniuntuk perkembangan ekonomi. Namun hanya

belakangan inilah suatu disiplin ilmu yang khusus diciptakan.

Dalam bidang ekonomi sangat relevan pendidikan yang bisanya

adalah hal-hal yang berkaitan denganhasilnya, artinya jika modal

ditanam sekian banyak, berapa banyak nanti keuntungan yang diharapkan

disitu. Negara-Negara industry memerlukan lebih lama untuk belajar.

3. Asas-asas politik dan administrasi

Memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolak

untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang

telahdibuat. Adanya dua macam sekolah yaitu sekolah negeri dan

sekolahswasta, dengan perbedaan cara pengontrolan dari

pemerintahan danyayasan. Disitulah pangkal dari aspek politik dan

administrative yang berpangkal diberbagai negara kapitalis dan

negara-negara komunis. Dengan kata lain ideologi yang diinginkan

dan diterapkan dalam negara melalui pendidikan, tetapi pelaksanaanya

59

harus memperhitungkan aspek-aspek administrasi supaya bisa berjalan

dengan baik.

4. Asas-asas psikologis

Memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru,

cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian,

pengukuran dan bimbingan. Jadi hubungan psikologi dengan

pendidikan adalah bagaimana budaya, keterampilan, dan nilai-nilai

masyarakat dipindahkan (transmitted), dalam istilah psikologinya

dipelajari (learned) dari generasi itu oleh generasi muda supaya

identitas masyarakat terpelihara.

B. Relevansi prinsip pendidikan Islam dalam surat al-Alaq ayat 1-5

Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu

pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut

ilmu. Dalam agama-agama lain selain islam kita tidak akan menemukan

bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar. Ayat

pertama yang diturunkan Allah adalah surat al–Alaq, didalam ayat itu Allah

memerintahkan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita

dengan qalam yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya

kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan

untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata qalam tidak diletakkan

dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam

dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang

60

komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai

penafsiran kata qalam. Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu juga

tidak mengenal gender. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan

yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik laki-laki

maupun perempun bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Karena

menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bermanfaat.

Mengenai prinsip–prinsip dalam pendidikan islam dapat ditinjau dari

beberapa aspek dalam perumusan beberapa prinsip tersebut yaitu:

1. Hidup sederhana, memahami hidup sederhana berarti membebaskan

segala ikatan yang tidak diperlukan. Berbeda dengan kemiskinan,

kesederhanaan merupakan suatu pilihan, keputusan untuk menjalani

hidup yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti.

2. Ikhlas, berarti mengerjakan kebaikan dengan niat, hanya untuk

mendapakan ridho Allah SWT. Segala sesuatu yang kita lakukan juga

harus didasarkan dengan ikhlas.

Abul Qosyim Al Qusyairy berpendapat bahwa ikhlas adalah

menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amal ketaatan.

Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan

diri kepada Allah.Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin

mendaptkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang

dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri kepada Allah (An-

Nawawi, 1426:5051).

61

3. Belajar tidak mengenal batas waktu dan batas usia. Banyak orang tua

yang menuntut anak-anaknya untuk belajar dan belajar, tetapi

bagimana dengan orang tuanya yang sudah mendapat pendidikan

formal dan pengalaman yang lebih dari anaknya. Ada istilah belajar

sepanjang hayat sampai menutup mata kita, itulah saatnya kita

berhenti untuk belajar. Jadi, belajar tidak mengenal anak muda dan

orang tua, semuanya masih bisa untuk belajar. Tidak perlu merasa

minder ataupun malu untuk belajar hanya karena mungkin usia kita

sudah melewati batas naormal. Dalam surat al-Alaq, Allah SWT

memerintahkan agar kita menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban

kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya.

Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari

firman Allah SWT tersebut. Pertama, kita belajar dan mendapatkan

ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian

yang nantinya yang akan menjadi warisan kita kepada generasi

berikutnya.

Belajar sepanjang hayat adalah suatu prinsip tentang belajar terus-

menerus dan berkesinambungan dari buaian sampai akhir hayat,

sejalan dengan fase-fase perkembangan pada masing-masing individu

harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas

perkembangannya. Maka belajar harus dimulai dari masa kanak-kanak

sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase

perkembangan yang di sampaikan Havinghurts, berimplikasi kepada

62

keharusan untuk belajar secara terus-menerus sepanjang hayat dan

memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap

jenjang pendidikan untuk menentukan arah pendidikan, menentukan

metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu

menyelesaikan tugas perkembangan, menyiapkan materi pembelajaran

yang tepat, menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas

perkembangan itu (Ibrahim Madkur,1975:190).

63

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini penulis sajikan ringkasan dari beberapa pembahasan yang

telah penulis paparkan di atas dengan judul “Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam

Telaah Q.s Al-Alaq Ayat 1-5 serta sekaligus merupakan jawaban dari rumusan

masalah yang menjadi fokus pembahasan ini. Begitu juga penulis sajikan saran–

saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kedepan bagi pendidik lembaga

pendidikan serta bagi peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya bahwa prinsip–prinsip

pendidikan islam dalam tafsir an-Nuur analisis surat al-Alaq ayat 1-5, dapat

disimpulkan antara lain:

1. Sederhana

Sederhana artinya berlaku sedang, di pertengahan, sehingga

tidak terdapat kesenjangan, sedap dan manis dipangan, enak di dengar.

Hidup sederhana akan menjadikan hidup kita lebih bersahaja. Hidup

sederhana pula akan menghindarkan dari kebiasaan boros serta

sombong. Hidup sederhana bukan berarti hidup dengan serba

kekurangan. Tetapi hidup yang sederhana adalah hidup yang tidak

berlebih-lebihan tetapi tidak kekurangan. Orang memiliki kehidupan

sederhana akan mengambil yang telah menjadikan haknya, tidak akan

64

mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Karena orang yang

hidup sederhana tidak akan memiliki sifat yang serakah.

2. Ikhlas

Mengenai ikhlas ini banyak firan Allah menjelaskan dan sabda

Nabi SAW. Kemudian definisi dari para ulama. Kesemuanya itu, kami

simpulkan dalam satu rangkuman kalimat: ikhlas ialah, bekerja dan

beramal hanya karena Allah, semata-mata, bukan karena selain-Nya.

Jadi, beramal bukan karena memacu popularitas, riya‟, pujian dan

sanjungan, balas jasa dan sebagainya. Ikhlas adalah suatu pekerjaan

yang bersih dari maksud lain. Amal ibadah dilakukannya hanya

karena Allah semata. Tidak menyertakan kepentingan pribadi atau

imbalan duniawi. Konsentrasinya hanya satu.

3. Menuntut ilmu tanpa mengenal batas usia

Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam surat

al-alaq yaitu tidak ada batasan yang kongkrit tentang kapan seseorang

harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan

bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian,

manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba didalam surat al-alaq, tuhan

menginformasikan hasil kejadian manusia dari „alaq‟ dan setelah

diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan. Agama islam sangat

memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena

65

dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta

dengan ilmu, ibadah seserorang menjadi sempurna.

4. Pembisaan dan pengamalan

Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu prinsip yang

diisyaratkan oleh Al-quran. Latihan dan ulangan yang merupakan

pinsip praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk dalam

metode ini. Didalam surat al-alaq prinsip ini disebut secara implisit,

yakni secara turunnya wahyu pertama (ayat1-5) Jibril menyuruh nabi

menguncapkan kata iqra’ (bacalah) dan nabi menjawab (saya tidak

bisa membaca), lalu Jibril mengulanginya lagi dan nabi menjawab

dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai tiga kali.

Kemudian jibril membacakan ayat satu sampai lima dan

mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang

disampaikan jibril tersebut. Inti pembiasaan sebenarnya adalah

pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang

diuncapkan oleh seseorang. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan

yang jitu, walaupun ada kritik terhadap prinsip ini karena cara ini

tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang

dilakukan. oleh karena itu pembiasaan harus mengarah kepada

kebiasaan yang baik.

66

B. Saran-Saran

Dari pemaparan di atas, maka penulis akan memberikan saran bagi:

1. Bagi Pendidik

Dari konsep pendidikan islam diharapkan menjadi wahana

konstruktif bagi peningkatan guru Pendidikan Agama Islam kedepan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan sebagai fasilitas dimana terdapat interaksi

antara pendidik dan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran,

maka dalam hal ini lembaga pendidikan dituntut untuk bersikap

terbuka terhadap lingkungan sekitarnya,baik dari perkembangan

zaman maupun tuntutan masyarakat,karena lembga sekolah disebut

sebagai lembaga investasi manusia.

3. Bagi Peneliti

Bahwa hasil dari analisis tentang prinsip–prinsip pendidikan

islam dalam surat al-Alaq masih ini banyak kekurangannya, maka dari

itu diharapkan ada peneliti baru yang mengkaji ulang hasil dari

penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 1994. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Abdullah, Abdurrahman.2001. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.

Jakarta: Amzah

Al-Abrasyi, M Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta:

Bualan Bintang

AL-Kasymiri. 2005. Landasan Pendidikan .Jakarta: Rieneka Cipta

AL-Rasyidin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. CiPUTAT: Ciputat Press

An-Nawawi. 1926. Pendidikan Islam DI Rumah. Jakarta: Gema Insani

Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta

:Ciputat Press

Az-Zaibidin. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Dardjat, Zakiyah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Dardjat, Zakityah. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Agama RI. 2007. AL-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT

Sygma Examedia Arkniema

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Bahasa Besar

Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Djumransyah. 2007. Filsafat pendidikan. Malang: Bayu Media

Ernawati, Aziz.2003.Prinsip-prinsip Pendidikan Islam.Solo:PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

Fachrudin. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Fuadi,Iman. 2004. Menuju Kehidupan Sufi. Jakarta: PT Bima Ilmu

Gymnastiar, Abdullah. 2001. Menggapai Qolbu Salim. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Hamalik, Omar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, Wahyudi. 1990. Akhlak Tsawawuf. Jakarta: Kalam Mulia

Lubis, Ismail. 1990. Masalah Pembelajaran.Yogyakarta: AR Ruzz Media

Langgulung, Hasan.1998.Prinsip-prinsip Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi

Aksara

M. Arifin. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ma‟sumah, Anis. 2001. Pendidikan Karakter Konsep. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Madkur, Ibrahim.1975. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos

Wacana Ilmu

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Muhadjir. 1996. Konsep Pedidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan

Munir. 2003. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha

Nasiaonal

Mursi,Muhammad Mursi. 1997. Tarbiyah al Islamiyah. Jakarta: Mizan

Nata, Abuddin. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada

Nizar, Samsul. 2002. Pengantar Dasr-Dasar Pemikiran Islam. Jakarta:

Gaya Media Pratama

Poerdarminta. 1997. Kamus Latin Indonesia. Semarang: Yayasan Kanisius

Ramayulis,Samsul. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Ramayulis. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Sadily, Hasan. 1997. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Sanapiah, Faisal. 1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha

Nasional

Santoso. 1981. Agenda Pembaharuan Pendidkan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Syafiyurrahman. 2004. Media Strategi Pembelajaran. Bandung: Rama

Widya

Slamet. 1998. Belajar Dan Faktoryang Mempengaruhinya. Jakrta: Rienika

Cipta

Sudja‟I, Ahmad. 1999. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Reineka

Cipta

Syukur, Amin. 2003. Tsawawuf Konstektual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Thoha. M Chobib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar