prinsip pemberian obat

9
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT I. PENDAHULUAN Perawat bertanggungjawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengertahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggungjawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan pasien. Dalam beberapa fasilitas kesehatan, dokter yang baru lulus atau mahasiswa kedokteran menuliskan perintah pemberian obat : perintah-perintah ini harus ditandatangani oleh staf dokter jaga sebelum perintah ini menjadi perintah “resmi”. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggungjawab untuk efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat, seperti United States Pharmacopeia (USP), National Formulary (NF), Physicians’ Desk Reference (PDR), dan American Hospital Formulary, dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan oleh perawat jika merasa tidak jelas, mengenai efek terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan. II. ‘ENAM HAL YANG BENAR” DALAM PEMBERIAN OBAT Supaya dapat tercapainya target pengobatan dan pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan “enam hal yang benar”, yaitu : 1. Pasien yang benar 2. Obat yang benar 3. Dosis yang benar 4. Waktu pemberian yang benar 5. Rute yang benar 6. Dokumentasi/Pencatatan yang benar 1. Pasien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa gelang identifikasi pasien, dan meminta pasien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa pasien akan menjawab dengan nama yang sembarangan atau tidak dapat berespons, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap pasien setiap kali pengobatan diberikan. Pada keadaan dimana gelang identifikasi

Upload: polongjj

Post on 17-Jul-2016

56 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PRINSIP

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Pemberian Obat

PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT

I. PENDAHULUANPerawat bertanggungjawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengertahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggungjawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan pasien. Dalam beberapa fasilitas kesehatan, dokter yang baru lulus atau mahasiswa kedokteran menuliskan perintah pemberian obat : perintah-perintah ini harus ditandatangani oleh staf dokter jaga sebelum perintah ini menjadi perintah “resmi”. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggungjawab untuk efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat, seperti United States Pharmacopeia (USP), National Formulary (NF), Physicians’ Desk Reference (PDR), dan American Hospital Formulary, dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan oleh perawat jika merasa tidak jelas, mengenai efek terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.

II. ‘ENAM HAL YANG BENAR” DALAM PEMBERIAN OBATSupaya dapat tercapainya target pengobatan dan pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan “enam hal yang benar”, yaitu :

1. Pasien yang benar2. Obat yang benar3. Dosis yang benar4. Waktu pemberian yang benar5. Rute yang benar6. Dokumentasi/Pencatatan yang benar

1. Pasien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa gelang identifikasi pasien, dan meminta pasien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa pasien akan menjawab dengan nama yang sembarangan atau tidak dapat berespons, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap pasien setiap kali pengobatan diberikan. Pada keadaan dimana gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas pasien sebelum setiap obat diberikan.

Implikasi dalam perawatan mencakup : Memastikan pasien dengan memeriksa gelang identifikasi. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama.

Dalam keadaan-keadaan dimana pasien tidak memakain gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggungjawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.

2. Obat yang benar berarti pasien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi yang memiliki izin praktik dengan

Page 2: Prinsip Pemberian Obat

wewenang dari pemerintah untuk memerintahkan pengobatan. Resep dapat ditulis pada buku resep dan diisi oleh ahli farmasi di toko obat atau apotek rumah sakit. Bagi pasien yang tinggal di RS, perintah pengobatan ditulis di “lembar instruksi dokter” dan ditandatangani oleh orang yang berwenang. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang menelpon dalam waktu 24 jam.

Komponen dari perintah pengobatan adalah :1. Tanggal dan saat perintah ditulis2. Nama Obat3. Dosis obat4. Rute pemberian5. Frekuensi pemberian6. Tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan

Meskipun merupakan tanggungjawab seorang perawatn untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada, perintah pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh diberikan. Harus diperoleh perintah yang jelas dan biasanya dengan menghubungi dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Berikut adalah sebuah contoh dari perintah pengobatan dan interpretasinya :6/4/2010 10:10A Lasix 40 mg, PO, q.d(tanda tangan) Berikan 40 mg Lasix per oral setiap hari.

Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga (3) kali :1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat2. Sebelum menuangkan obat3. Setelah menuangkan obat

Perawat harus menyadari bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip (Look Alike Sound Alike/LASA). Contohnya adalah digoksin dan digitoksin ; quinidin dan quinin; kelfex dan kantrex; Demerol dan Dikumarol; Percocet dan Percodan. Lebih khusus lagi Percocet mengandung oksikodon dan asetaminofen, sedangkan Percodan mengandung Oksikodon dan aspirin. Seorang pasien mungkin alergi terhadap aspirin, sehingga penting sekali bagi pasien untuk mendapat Percocet.

Implikasi dalam perawatan mencakup : Periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak lengkap

Atau tidak sah, beritahu perawat dan/atau dokter yang bertanggung jawab. Ketahui alasan mengapa pasien menerima obat tersebut. Periksa label sebanyak tiga (3) kali sebelum memberikan obat.

Ada empat kategori perintah pemberian obat : 1. Perintah tetap (Standing order)2. Perintah satu kali (Single order)3. Perintah PRN (jika perlu)4. Perintah STAT (segera)

Page 3: Prinsip Pemberian Obat

3. Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk pasien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan pasien juga harus dipertimbangkan, seperti 3 mg/kg/hari.

Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Penghitungan dosis obat harus diperiksa ulang jika didapatkan hasil sebagian dari dosis atau dosis dalam jumlah yang sangat besar.

Metode obat stock dan metode dosis unit adalah metode yang paling sering dilakai untuk distribusi. Dalam metode dosis unit obat-obat secara terpisah dibungkus dan dilabel untuk dosis tunggal. Metode dosis unit kini populer dipakai dalam banyak institusi. Dengan memakai dosis unit maka tidak lagi terjadi kesalahan dosis obat.

Implikasi dalam perawatan termasuk : Hitung dosis obat dengan benar. Jika ragu-ragu obat harus dihitung kembali dan

diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang memberikan obat tertentu kepada seorang pasien harus menghitung dosis dan membubuhkan tandatangan pada kolom tanda tangan perawat jika parameter keamanan telah ditentukan.

Lihat buku PDR, American Hospital Formulary, atau buku referensi obat lainnya untuk batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setia 6 jam), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t1/2) yang panjang, obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan, dan yang lainnya diberika pada saat makan atau bersama makanan.

Implikasi dalam perawatan termasuk : Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan setengah jam sebelum

atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan, seperti tetrasiklin, sebelum makan. Berikan obat-obat sepeerti Kalium dan Aspirin, yang dapat mengiritasi perut (mukosa

lambung) bersama-sama dengan makanan. Adalah tanggung jawsab perawat untuk memeriksa apakah pasien telah dijadwalkan

untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.

Periksa tanggal kadaluwarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotek (tergantung peraturan).

Page 4: Prinsip Pemberian Obat

Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama (mis. Setiap 8 jam daripada t.id) sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik.

5. Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah oral (melalui mulut) : cairan, suspensi, pil, tablet, atau kapsul; sublingual (di bawah lidah untuk absorpsi vena); bukal (anatara gusi dan pipi); topikal (dikapai pada kulit); inhalasi (semprot aerosol), instilasi (pada hidung, mata, telinga, rektum atau vagina); dan empat rute parenteral : intradermal, subkutan, intramuskular dan intravena.

Implikasi dalam perawatan termasuk : Nilai kemampuan pasien untuk menelan sebelum memberikan obat-obat per-oral Pergunakan teknis aseptik sewaktu memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan dalam

rute parenteral. Berikan obat-obat pada tempat yang sesuai. Tetaplah bersama pasien sampai obat-obat oral telah ditelan.

6. Dokumentasi yang benar membutuhakn tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal dan inisial atau tanda tangan perawat. Respons pasien terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti :1. narkotika-bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan nyeri ? atau 2. analgesik non narkotika3. sedative4. antiemetik5. dan atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti iritasi

gastriintestinal atau tanda-tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untyuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat belum diberikan.Untuk membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada waktunya, banyak fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.

III. HAK-HAK PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT1. Hak pasien untuk mengetahui alasan pemberian obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed consent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan.

2. Hak pasien untuk menolak pengobatanPasien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar pasien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan pasien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak

Page 5: Prinsip Pemberian Obat

lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan dalam hasil pemeriksaan laboratorium seperti yang diperkirakan, seperti dalam pemberian insulin dan warfarin (Coumadin).

IV. PERTIMBANGAN-PERTMBANGAN KHUSUS : FAKTOR-FAKTOR YANG MENGUBAH RESPONS TERHADAP OBAT

Respons farmakologik terhadap suatu obat bersifat kompleks. Perawat harus ingat jumlah dan macam-macam faktor yang mempengaruhi respons individu terhadap suatu obat. Contoh-contoh dari faktor-faktor yang mengubah respons terhadap obat adalah :

1. Absorpsi : Suatu variable yang utama adalah rute pemberian obat. Absorpsi oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan gastriintestinal, misalnya muntah atau diare akan mempengaruhi absorpsi obat.

2. Distribusi : pengikatan dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat dalam tubuh. Propanolo (Inderal) berikatan dengan protein sebanyak 90%. Faktor lain adaIah sawar darah-otak yang hanya dapat menerima obat-obat yang larut dalam lemak, seperti anestetik umum dan barbiturat, untuk masuk ke dalam otak dan cairan serebro spinal. Senyawa yang bermuatan kuat dan sanagat sedikit larut dalam lemak dihambat untuk masuk ke dalam otak. Agen-agen neoplastik adalah contoh obat-obat yang tidak dapat melewati sawar darah-otak. Sawar plasenta merupakan membran yang sebagian besar darinya memisahkan darah ibu dengan anak. Tetapi, obat-obat yang bersifat larut dalam lemah maupun yang larut dalam air dapat berdifusi menembus plasenta. Beberapa obat mempunyai efek teratogenik jika dipakai dalam trimester pertama kehamilan; yaitu obat-obat yang dapat menyebabkan penyimpanan perkembangan organ atau sistem-sistem tubuh. Ini terjadi terutama jika obat-obat dipakai pada masa minggu ke empat sampai ke delapan dari gestasi.

3. Metabolisme atau Biotranformasi : Semua bayi, khususnya neonatus dan bayi dengan berat abdan lahir rendah mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum maatang. Demikian pula, orang lanjut usia juga kehilangan sebagian dari fungsi sel gunjalnya. Pengaruh-pengaruh pada fungsi ginjal ini juga berpengaruh pada metabolisme obat.

4. Ekskresi : Rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal. Empedu , fesesn paru-paru, saliva dan keringat juga merupakan rute dari ekskresi obat.

5. Usia : Bayi dan orang lanjut usai lebih sensitif terhadap obat-obatan. Orang lanjut usia hipersensitif terhadap barbiturat dan penekan Susunan Saraf Pusat (SSP). Pasien-pasien seperti ini mempunyai absospsi yang buruk melalui saluran gastrointestinal skibat berkurangnya sekresi lambung. Dosis bayi dihitung berdasarkan berat dalam kilogram daripada berdasarkan usia biologis atau gestasionalnya.

6. Berat badan : dosis obat (mis. Antineoplastik) dapat diberikan sesuai dengan berat badannya. Orang yang obese mungkin memerlukan perubahan odisis dan orang yang sanagat kurus mungkin memerlukan lebih sedikit.

7. Toksisitas : istilah ini merujuk pada gejala merugikan, pertama yang terjadi pada dosis tertentu. Toksisitas lebih sering terjadi pad orang-orang yang mempunyai gangguan hati atau ginjal dan pada orang yang muda dan tua.

Page 6: Prinsip Pemberian Obat

8. Farmakogenetik : Istilah ini merujuk pada pengaruh faktor-faktor genetik terhadap respons obat. Jika ibu atau ayah anda memiliki reaksi yang merugikan terhadap suatu obat, anda mungkin juga mengalami hal yang sama.

9. Rute Pemberian : Obat yang diberikan intravena bekerja lebih cepat daripada yang diberikan per-oral.

10. Saat pemberian : Ada tau tidaknya makanan di dalam lambung dapat mempengaruhi kerja beberapa obat.

11. Faktor emosional : Komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek sampingnya dapat mempengaruhi kerja beberapa obat.

12. Adanya penyakit : Gangguan hati, ginjal, jantung, sirkulasi dan gastrointestinal adalah contoh-contoh dari keadaan yang telah ada yang mempengaruhi respons terhadap obat. Contoh : penderita diabetes tidak boleh diberikan eliksir atau sirup yang mengandung gula.

13. Riwayat obat : penggunaan obat yang sama atau berbeda dapat mengurangui atau menambah efek dari obat.

14. Toleransi : Kemampuan pasien untuk berespons terhadap dosis teretntu daru suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian. Suatu kombinasi obat-obatan dapat diberikan untuk mengurangi atau menunda terjadinya tokeransi terhadap obat tertentu.

15. Efek Penumpukan : Ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih lambat dari pada kecepatan pemberian obat.

16. Interaksi obat-obat : Efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama atau lemah daripada efek obat tunggal. Beberapa obat mungjin bersaing untuk menduduki tempat reseptor yang sama. Reaksi yang merugikan dapat menyebabkan toksisitas atau komplikai seperti anafilaksis.

V. PEDOMAN DALAM PEMBERIAN OBAT