prevalensi insomnia pada mahasiswa fkik uin...

56
PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN ANGKATAN 2011 PADA TAHUN 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Mohamad ibnu imadudin NIM: 109103000018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

Upload: phamdan

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK

UIN ANGKATAN 2011 PADA TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Mohamad ibnu imadudin

NIM: 109103000018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 2: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 24 September 2012

Mohamad ibnu imadudin

Materai

Rp 6000

Page 3: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433
Page 4: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433
Page 5: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin berkat taufiq dan hidayahnya penelitian ini

dapat terselesaikan denga judul “Prevalensi Insomnia Pada Mahasiswa FKIK UIN

Angkatan 2011 Pada Tahun 2012”.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak,sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini.Oleh karena itu,dalam

kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga

kepada :

1.Prof. DR. (HC). Dr. M.K. Tadjudin. Sp.And, dan dr. Djauhari Widjajakusuma

selau Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter.

3.dr. Hendro Birowo,Sp.S , dan dr. Poppy Chandra Dewy, M.Sc,Sp.S selaku dosen

pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu,tenaga,dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Ayahanda Dr. H. Ajak Muslim M.Pd, serta ibunda Dra. Hj. Enong Rostiawati

M.Pd, dan keluarga besar saya serta sahabat saya PSPD 2009 yang telah memberi

kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

5.drg. Laifa Annisa Hendarmin,PhD selaku penanggung jawab Riset angkatan

2009 yang telah memberikan motivasi agar penelitian ini selesai tepat waktu.

6.Mahasiswa FKIK angkatan 2011 yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

7.Semua pihak yang telah memberikan bantuanya sehingga penelitian dapat

terselesaikan.

Ciputat, 24 september r 2012

Page 6: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

vi

ABSTRAK

Mohamad ibnu imadudin. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi insomnia

pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa

FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012.Penelitian ini menggunakan kuesioner

wawancara terstruktur mengenai prevalensi insomnia dikalangan mahasiswa atau

mahasiswi.Alat ukur yang digunakan adalah Insomnia Severity Index

(ISI).Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan desain

penelitian cross sectional serta teknik pengambilan sampel yakni sistem

pencuplikan konsekutif.Responden berjumlah 160 orang 57 orang laki-laki dan

103 orang perempuan.Kesimpulanya adalah prevalensi insomnia pada mahasiswa

FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012 adalah 49,4%

Kata Kunci: Prevalensi Insomnia

ABSTRACT

Mohamad ibnu imadudin. Doctor of Education Studies Program. Prevalence of

insomnia in UIN FKIK student class of 2011 in 2012

This study aimed to determine the prevalence of insomnia in college students t in

FKIK UIN 2012 .This research using a structured interview questionnaires on the

prevalence of insomnia among students or student. Measuring tool used is the

Insomnia Severity Index (ISI). Study used a descriptive study ,cross-sectional

research design and sampling techniques the consecutive sampling system ..

Respondents totaled 160 people 57 men and 103 woman. The conculsion is the

prevalence of insomnia in FKIK UIN 2011 in 2012 is 49,4%

Keywords: Prevalence of Insomnia.

Page 7: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... V

ABSTRAK ............................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

2.1 Tidur .............................................................................................. 3

2.1.1 Fisiologi Tidur............................................................................. 3

2.1.2 Pola Tidur Berdasarkan Usia....................................................... 6

2.1.3 Faktor Yang Mempengruhi Tidur................................................ 6

2.2 Definisi Insomnia.......................................................................... 7

2.3 Epidemiologi.................................................................................. 7

2.4 Klasifikasi Insomnia...................................................................... 7

2.4 1Insomnia Akut dan Kronik........................................................... 7

2.4 2Salah Peresepsi Keadaan Tidur..................................................... 7

2.4 3Insomnia Idiopatis........................................................................

2.4.4Insomnia Psiko Fisiologis……………………………………….….

2.4.5Insomnia Berasosiasi Dengan Penyakit Medis…………………….

2.5 Kerangka Teori……………………………………………................

2.6 Kerangka Konsep…………………………………………................

2.7 Definisi Operasional……………………………………...................

8

8

9

9

10

11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 11

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 11

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 11

3.4 Kriteria Penelitian.............................................................................. 12

3.5 Identifikasi Variabel.......................................................................... 12

3.6 Instrumen Penelitan............................................................................ 13

3.7 Alur Penelitian……………………………........................................ 13

3.8 Metode Pengolahan Data.................................................................... 14

3.9 Analisis Data........................................................................................ 14

3.10 Etik Penelitian .................................................................................. 14

Page 8: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

4.1 Distribusi Reponden Berdasarkan Usia................................................... 15

4.2 Prevalensi Insomnia Pada FKIK Angkatan 2011……………………..... 16

4.8.Keterbatasan Penelitian………………………………………………….. 16

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

5.1 Simpulan ................................................................................................ 17

5.2 Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18

LAMPIRAN ............................................................................................... 19

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin pada

mahasiswa FKIK angkatan 2011……………………………………..……

15

Tabel 4.2 Prevalensi Insomnia Pada FKIK Angkatan 2011…………..….. 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola tidur berdasarkan usia..................................................... 7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent)............................... 19

Lampiran 2 Kuesioner................................................................................. 20

Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik............................................................ 22

Lampiran 4 Riwayat Penulis....................................................................... 23

Page 9: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidur merupakan suatu fenomena umum dimana terjadi keadaan kehilangan kesadaran yang

bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya

fluktuasi yang dinamik pada parameter susunan saraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan

metabolik. Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur merupakan proses penting

dalam konsolidasi ingatan serta proses penyembuhan. Hampir 25% remaja mengalami

gangguan tidur yang bervariasi mulai dari kesulitan untuk tidur, terbangun tengah malam

sampai dengan gangguan tidur primer yang serius seperti obstructive sleep apnea

syndrome.Gangguan tidur menyebabkan morbiditas yang berarti serta mengganggu akademik,

sistim kardiovaskular dan endokrin serta memperberat persepsi nyeri.3

Gangguan tidur yang sering terjadi adalah insomnia.Insomnia adalah kesukaran dalam

memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau persisten. Insomnia

mempunyai dampak merugikan bagi penderitanya, antara lain insomnia menurunkan kualitas

hidup, sebagai pencetus penyakit gangguan jiwa, menurunkan stamina dan menurunkan

produktivitas. Dampak insomnia tidak dapat dianggap remeh, karena bisa menimbulkan

kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan.3

Prevalensi insomnia meningkat sesuai usia. Pada beberapa penelitian mengenai

insomnia pada populasi umum yang dilakukan oleh Li et al., (2002) di Hongkong didapatkan

prevalensi insomnia pada pria (12.9%), wanita (17.5%) dengan kisaran usia 15-45 tahun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Asplund(1998) pada wanita yang dilakukan di Swedia

didapatkan angka prevalensi insomnia 18.1% pada usia 18-45 tahun. Ganguli et al. (1996) di

Hawai meneliti insomnia berdasarkan usia dan jenis kelamin dimana prevalensi tertinggi pada

usia 20-35 tahun dengan persentase 26.7% (pria) dan 44.1% (wanita), McKinlay et al., (2002)

di Swedia dimana prevalensi insomnia pada pria (25.4%), wanita (36%) dengan kisaran usia

20-45 tahun. Ohayon (2002) di Jerman mendapatkan prevalensi insomnia sebesar 6% pada usia

18 tahun.

Penelitian mengenai perbedaan gender untuk kejadian insomnia pada sebuah studi yang

di lakukan di Hongkong dimana wanita mempunyai faktor risiko 1.6 kali terjadinya insomnia

Page 10: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

2

dibanding pria. Pada analisis multivariat di dapatkan signifikan pada kelompok yang tidak

bekerja.Sejauh ini, status pendidikan rendah, dan pensiunan merupakan faktor risiko terjadinya

insomnia pada pria sedangkan status perkawinan merupakan faktor risiko terjadinya insomnia

pada wanita (Li et al., 2002).Penelitian mengenai insomnia pada populasi umum didapatkan

hubungan kejadian insomnia dengan rendahnya status pendidikan baik pada pria dan wanita

(Rocha, 2002).Dari semua faktor risiko tersebut, adanya gangguan psikiatris berupa depresi

merupakan faktor risiko yang paling sering mengakibatkan terjadinya insomnia pada pria serta

wanita (Li et al., 2002).Simptom depresi sering diiringi dengan insomnia.Gangguan depresi

selalu mengakibatkan insomnia.Insomnia selalu mengakibatkan gejala depresi dan

meningkatkan risiko depresi akut.Studi prospektif dan retrospektif sampel besar berbasis

populasi mendukung kesimpulan diatas.Munculnya insomnia memprediksi terjadinya depresi.

(Ford et al., 1989; Breslau et al., 1996; Chang et al., 1997)

Perkuliahan pada masa kini semakin kompleks, banyak aktivitas yang terlibat dalam

kegiatan kuliah akan sangat berdampak bagi mahasiswa. Usia mahasiswa yang pada tahap

remaja sampai dewasa muda masih labil dalam menghadapi masalah dan cenderung terlihat

kurang berpengalaman. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa akan menimbulkan

distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan

meresponnya. Menurut data www.cureresearch.com, prevalensi insomnia di Indonesia sekitar

10 persen. Artinya, kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita

insomnia.

Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

prevalensi insomnia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa FKIK.

Page 11: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

3

I.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN ?

2. Faktor-faktor risiko apa sajakah yang melatar belakangi munculnya insomnia di kalangan

mahasiswa FKIK UIN ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui prevalensi insomnia di FKIK UIN Jakarta

2. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya insomnia

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai prevalensi insomnia di kalangan

mahasiswa kedokteran.

2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar memiliki pemahaman mengenai

penyakit insomnia di kalangan mahasiswa kedokteran,sehingga dapat memberikan edukasi

yang baik.

3. Untuk melengkapi sumber data bagi institusi perguruan tinggi yang merupakan lembaga

yang menyelenggarakan pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat.

Page 12: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Fisiologi Tidur

Tidur merupakan fenomena fisiologis yang penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.2

Kira-kira sepertiga kehidupan manusia dijalankan dengan tidur.1,2

Tidur adalah suatu fenomena

kehidupan yang berlangsung dalam suatu siklus tidur-bangun berupa siklus sirkadian yang

secara langsung diatur oleh pusat sirkadian di nukleus suprakiasma hipotalamus regio

anteroventral hipotalamus.2,3

Fisiologi tidur merupakan proses yang kompleks dan hasil interaksi antara ARAS

(Ascending Reticular Activating System), nukleus di batang otak, dan neurotransmiter.3

Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktifitas sel-sel otak selama tidur. Aktivitas

tersebut dapat direkam melalui gelombang otak pada elektroensefalogram (EEG), gerakan

mata pada elektrookulogram (EOG) dan tonus otot pada elektromiogram (EMG).1,2,4

Pencatatan

variabel tersebut dikenal sebagai polisomnografi. Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe

tidur yang saling bergantian, tidur dengan pergerakan mata tidak cepat (Non- Rapid Eye

Movement, NREM) dan tidur dengan pergerakan mata yang cepat (Rapid Eye Movement,

REM).1,2,3-5

Tidur NREM disebut tidur ortodoks karena terjadi penurunan aktivitas sel-sel otak

pada gambaran EEG, sedangakan tidur REM disebut tidur disebut juga tidur paradoks karena

gambaran EEG pada stadium ini sama dengan keadaan jaga. Tidur REM juga diidentikan

dengan mimpi.3 Tidur NREM dan REM terjadi menurut siklus dengan selang waktu 90 menit.

Dalam semalam terjadi 4 hingga 6 siklus tidur.5

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium,

antara lain:

1. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap

stadium tidur paling ringan.EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang

khas,bervoltase rendah dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang

teta.

Page 13: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433
Page 14: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

6

timbulnya keadaan tidur.Keadaan tidak bisa tidur atau berkurangnya waktu tidur terjadi jika

nucleus raphe rusak.Locus coeruleus(LC) menghasilkan norepinefrin yang akan menurunkan

tidur REM dan meningkatkan keadaan terjaga.1,2,3

Asetilkolin yang dikenal sebagai neurotransmiter eksitatorik ternyata juga terlibat dalam

tidur terutama dalam menghasilkan tidur REM. Penyuntikan agonis kolinergik-muskarinik ke

dalam nucleus reticularis pontine (NRP) menyebabkan pergeseran dari terjaga penuh ke tidur

REM pada binatang.1 Sedangkan dopamin yang dihasilkan oleh substansia nigra memiliki efek

membangunkan.1,3

Histamin yang dihasilkan Tuberomammilary Nucleus (TM) juga berperan penting dalam

menjaga kesadaran. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin menyebabkan kantuk

dan menurunkan aktivitas korteks.3

Tidur NREM dimulai oleh sinyal yang berasal dari Ventro Lateral Preoptic Area (VLPO).

Sel-sel pada daerah ini memproduksi gaba yang akan menginhibisi nucleus penghasil

serotogenik, noradrenergik, dan kolinergik di formatsio reticularis batang otak serta nucleus

penghasil histamin di hipotalamus posterior. Aktivitas neuron di VLPO menginhibisi aktivitas

sel neuron di aras. Inhibisi pada aras yang berfungsi menjaga kesadaran tentunya akan

menyebabkan penurunan kesadaran dan menyebabkan tidur.3

Neuron kolinergik di lateral dorsal tegmental (LTD) dan peduculopontine tegmental (PPT)

berperan dalam menghasilkan tidur REM dengan cara memproyeksikan sinyal ke talamus dan

korteks. Neuron kolinergik dihambat oleh sel-sel pada locus coereleus (LC) dan nucleus raphe

(NR) selama bangun dan tidur REM. Sel di LTD dan PPT ini disebut REM-on cell, sedangkan

sel di lc dan (NR) disebut REM-off cell. Transisi antara tidur NREM dan REM terjadi karena

proses inhibisi gaba-ergik pada LC dan NR. 3

Sistem limbik sebagai pusat emosi juga

berhubungan dengan keadaan terjaga dan bangun, mungkin berhubungan dengan ansietas dan

depresi yang dapat mengganggu tidur.2

Page 15: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

7

2.1.2 Pola Tidur Berdasarkan Umur

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Kebutuhan tidur menurun seiring bertambahnya usia.1,2,6

gangguan tidur dapat disebabkan oleh

oleh kondisi medik umum seperti gangguan gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala,

nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi, kelainan degeneratif, kelainan endokrin (diabetes

melitus, hipertiroid), kelainan jantung (gagal jantung), arteriosklerosis dan kelainan

neurologis.1,2,7

Tidur dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan kelainan psikiatrik. Keadaan-

keadaan seperti gangguan kecemasan, depresi, mania, dan psikosis akut dapat menyebabkan

insomnia.1,2,7

Hormon yang mempengaruhi tidur antara lain hormon melatonin, hormon pertumbuhan,

prolaktin, tiroid dan kortison. Kekurangan homon-hormon tersebut juga dapat menyebabkan

gangguan tidur. Keadaan ini sering terjadi pada lanjut usia.2

Tidur juga dipengaruhi oleh siklus sikardian.1,2

Gangguan siklus sikardian memperlihatkan

fase tidur yang melambat, waktu tidur-bangun lebih lambat, kesulitan tertidur pada waktu yang

diinginkan, sedangkan total jumlah waktu tidur normal.2

Zat dan obat-obatan yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain cafein, nikotin

(rokok), alkohol, amfetamin, tranquilizer seperti benzodiazepine, dan phenothiazine, obat-obat

trisiclic anti depressant. Gangguan dapat muncul pada pemakaian awal maupun karena

Page 16: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

8

pemakain kronis (efek toleransi dan putus obat).1

2.2 Definisi Insomnia

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifats

ementara atau persisten.1,2

2.3 Epidemiologi

Insomnia ditandai dengan kesulitan memulai (falling asleep) dan mempertahankan tidur.

Survai populasi menunjukkan bahwa angka prevalensi insomnia, dalam satu tahun, berkisar

antara 35%-45% (2). Sebuah penelitian melaporkan bahwa insomnia merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang bermakna. Ia mengganggu sebanyak 16%-40% populasi umum.

Sebanyak 9%-25% menunjukkan insomnia kronik 15

. Sebuah survai yang dilakukan di Hawaii

dan California melaporkan pula bahwa total prevalensi insomnia adalah 69%, dan 19%

menyatakan bahwa mereka mengalami insomnia kronik 16

Sebuah penelitian lainnya yang

menggunakan kriteria insomnia yang cukup ketat ( terjadi hampir setiap malam, perlu waktu

paling sedikit dua jam sebelum jatuh tertidur, terbangun dua jam lebih awal, terbangun paling

sedikit satu jam sepanjang malam) menemukan bahwa prevalensi insomnia, di pusat pelayanan

primer adalah 10%.8

2.4 Klasifikasi Insomnia

2.4.1 Insomnia Akut Dan Kronik

Ada pakar yang membagi insomnia jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) dengan

batas 3 minggu. Insomnia jangka pendek sering dijumpai dan sebagian besar individu pernah

mengalaminya dan umumnya meminta bantuan kepada dokter, keadaan ini bisa dijumpai

dalam keadaan stres, seperti : sakit berat, kehilangan anggota keluarga, gagal ujian.

Insomnianya dianggap normal dan disebut sebagai insomnia sepintas “transcient

insomnia”.Insomnia jangka pendek umumnya tidak disertai komplikasi.Lain halnya dengan

insomnia jangka panjang (kronis), yang dapat mengganggu kualitas hidup, gangguan mental

dan fisik.Penderita insomnia kronis rawan terhadap jejas yang berkaitan dengan lelah, dan

kecelakaan mengendara.8

2.4.2 Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)

Cenderung mengeluhkan stamina yang buruk untuk menyelesaikan tugas rutin dan sulit

berkonsentrasi. Penderitanya mudah tersinggung, irritable dan nervous, mudah sedih dan

Page 17: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

9

depresi sebagai akibat dari perubahan fisik dan mental. Prestasi penderita insomnia ini

menurun hingga cenderung dipecat dari pekerjaannya.8

Banyak pasien dengan insomnia kronis mempunyai persepsi yang buruk terhadap

lamanya ia tidur. Mereka mungkin mengemukakan hanya tidur 3-4 jam 1 malam, padahal bila

diukur lama sebenarnya ialah 6-7 jam.9

2.4.3 Insomnia Idiopatis

Insomnia yang tidak disebabkan oleh gangguan seperti ansietas, depresi, nyeri, alergi.Pada

insomnia ini “berdiri sendiri” digunakan kata primary insomnia oleh DSM IV.10

Ini bukan

berarti pasien tersebut tanpa kelainan medik atau psikiatrik. Ini hanya berarti penyebab lain

mungkin tidak ikut terlibat dalam menyebabkan insomnia.8

2.4.4 Insomnia Psiko-Fisiologis

Insomnia yang berbarengan atau tidak jarang berasosiasi dengan gangguan psikiatrik. DSM IV

memasukan kesulitan tidur sebagai gejala dan kriteria diagnostik bagi penderita gangguan

psikiatrik, misalnya depresi mayor, ansietas, stress paska trauma. Pada penelitian yang

dilakukan secara acak terhadap pasien psikiatrik, didapatkan tiga kali lipat lebih banyak

penderita insomnia pada penderita psikiatrik dibanding kontrol. Beratnya insomnia berkorelasi

dengan intensitas gejala psikiatrik.8

Ansietas sering dijumpai pada pasien dengan insomnia dibanding populasi umum.

Bergantung pada cara penelitiannya didapatkan kira-kira 25-40% penderita insomnia menderita

ansietas yang signifikan.8Penyalahgunaan zat dan alkohol meningkat pada insomnia ketimbang

mereka yang tidur baik.Pasien depresi sering bangun lebih pagi.Pasien mania sering tidurnya

sedikit, namun mereka tidak mengeluhkan hal ini. Salah satu gejala stress pasca trauma adalah

insomnia atau gangguan tidur.8

Insomnia psikofisiologis merpakan salah satu penyebab insomnia kronis yang sering

,misalnya mula-mula pasien mengalami stres akut yang mengakibatkan insomnia yang

cenderung bersifat sementara pada kebanyakan orang. Namun pada individu yang predisposisi,

insomnia akut mengakibatkan ansietas dan stress atas gangguan tidurnya (insomnia). Keadaan

ini dapat membentuk lingkaran setan, tidur yang buruk mengakibatkan kecemasan mengenai

insomnia yang kemudian menyebabkan lagi insomnia.8

Page 18: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

10

2.4.5 Insomnia Berasosiasi Dengan Penyakit Medis

Keluhan gangguan tidur atau sulit tidur sangat umum dijumpai pada penderita kelainan medik.

Sulit tidur dapat berkaitan dengan rasa nyeri, nafas pendek, efek samping obat . Pasien dengan

nyeri kronis dapat mengalami sulit jatuh tidur dan kesulitan mempertahankan tidur.8

Penderita kanker tidak jarang mengalami insomnia. Kesulitan ini dapat diakibatkan oleh berbagai

faktor, diantaranya gangguan pada mekanisme tidur, imunitas, akibat dari nyeri kronis, mual,

muntah, gangguan mental seperti ansietas atau depresi atau efek samping pengobatan

(penyinaran, kemoterapi, steroid).pendek nafas atau sesak nafas di malam hari sering

mengganggu tidur. Serangan asma dimalam hari harus dicegah dan diobati dengan baik.8

2.5 Faktor Risiko Insomnia

2.5.1 Jenis kelamin

Kadar serotonin pada wanita lebih rendah dari pada pria dimana pada wanita kecepatan

biosintesis serotonin rendah dibanding pria sehingga biasanya wanita lebih mudah mengalami

depresi dibanding pria (Keshavan et al, 2008).Penelitian kualitas tidur subyektif pada pasien

depresi dimana mayoritas pasien depresi mengeluh adanya insomnia (Nofzinger, 1999).

Penyebab lain yang diperkirakan berhubungan dengan insomnia pada perempuan adalah

menopause. Penelitian di Perancis yang melibatkan 1000 perempuan setengah baya

menunjukkan adanya hubungan antara menopause dengan gangguan tidur. Hal ini diperkirakan

sebagai efek dari perubahan endokrin. Pada perempuan yang mendapat terapi estrogen

dilaporkan mengalami perbaikan dalam tidurnya (Anonim, 2007; Amir, 2007).

2.5.2 Merokok dan alkoholisme

Banyak ditemukan dibelahan dunia yaitu perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan bagi

masyarakat di banyak negara.Merokok menyebabkan masalah tidur, salah satunya karena nikotin

dalam rokok yang merupakan stimulan otak (Widya, 2010). Di samping itu, otak yang sudah

ketagihan dengan efek nikotin akan menyebabkan gangguan tidur pada malam hari saat mau

tidur. Pada penelitian kepada 82 perokok aktif di Universitas Islam Sultan Agung diketahui

bahwa rokok dapat menimbulkan gangguan sulit tidur yang bermakna .

Secara teori nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak

seorang pecandu seakan menginginkan nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Nikotin

digolongkan dalam bentuk zat stimulan yang dapat menstimulus otak, karena stimulan

merupakan zat yang memberi efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan

Page 19: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

11

santai saat menghirup asap rokok tersebut. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat

denyut jantung dan meningkatkan aktifitas otak.Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan

rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk

merokok setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur

kembali karena efek stimulan dari nikotin.

Alkohol terutama dalam bentuk etanol telah mengambil tempat penting dalam sejarah

umat manusia paling sedikit selama 8000 tahun.Saat ini, alkohol dikonsumsi secara luas.Sama

seperti obat-obat sedatif-hipnotik lainnya, alkohol dalam jumlah rendah sampai sedang bisa

menghilangkan kecemasan dan membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan euphoria. Akan

tetapi, alkohol juga dikenal sebagai obat yang paling banyak disalahgunakan di dunia, suatu

alasan yang tepat atas kerugian besar yang mesti ditanggung masyarakat dan dunia medis

(Masters, 2002). Kandungan alkohol minuman berkisar dari 4- 6 % (volume/volume) untuk bir,

10-15% untuk anggur, dan 40% dan lebih tinggi untuk spirit hasil distilasi.Proof(kekuatan

alkohol) minuman mengandung alkohol dua kali persen alkoholnya (sebagai contoh, alkohol 40

% adalah 80 proof) (Fleming et al. 2007).

Alkoholisme sulit untuk menentukan jumlah alkohol yang dikonsumsi tetapi dapat

diketahui jika kebiasaan tersebut dalam beberapa cara memengaruhi kehidupan seseorang secara

bertolak belakang.Alkoholisme menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan,

meningkatkan toleransi terhadap efek alkohol, dan ketergantungan fisiologik (Chandrasoma dan

Taylor, 2005).Alkohol dapat meningkatkan depresi terhadap sistem saraf pusat,alkohol diserap

oleh tubuh melalui berbagai cara, termasuk juga melalui pernapasan. Penyerapan terjadi setelah

alkohol masuk ke dalam usus halus,alkohol didistribusikan ke jaringan tubuh dan dimetabolisasi

menjadi asetaldehida, asam asetat, dan akhirnya karbon dioksida. Metabolisme tersebut terjadi di

hati, ginjal, paru-paru dan otot.Metabolisme tersebut kira-kira 8 gram tiap jam.Alkohol yang

tidak dimetabolisasi diekskresi melalui urin dan paru-paru.13

Dengan efek depresi terhadap system saraf pusat juga mempengaruhi kerja

neurotransmitter-neurotransmiter yang bekerja di otak sehingga menyebabkan keadaan insomnia

2.5.3 Depresi dan ansietas

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya

perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan

Page 20: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

12

emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi

emosional saat itu Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang

ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.

Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu

ekspresi dari isi emosional saat itu 1

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin.

Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien

memiliki serotonin yang rendah.Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin

berperan dalam patofisiologi depresi.Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun.

Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin,

dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala

depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan

bupropion, menurunkan gejala depresi 1

Sejumlah neuron penyekresi nrepinefrin terletak di batang otak,terutama pada lokus

sereolus. Neuron-neuron ini mengirimkan serabut-serabutnya menuju ke atas menuju sebagian

besar system limbik otak,thalamus,dan korteks serebri.selain itu,neuron penghasil serotonin

yang terletak di pertengahan nukleus raphe pada bagian bawah pons dan medulla ,mengirimkan

serabut-serabut ke sejumlah besar area system limbik dan beberapa area lain di otak.4

Serotonin merupakan hasil metabolisme asam amino triptopan.Dengan bertambahnya jumlah

triptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat sehingga timbulnya keadaan

mengantuk. Apabila terjadi penghambatan pembentukan serotonin maka terjadi keadaan tidak

bisa tidur. Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan nukleus

cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi

penurunan atau hilangnya tidur REM. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas

neuron adrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan

keadaan siaga.4

2.5.4 Konsumsi kopi

Kafein adalah senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang berwujud kristal

berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif, digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat

dan mempercepat metabolisme (diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan

Page 21: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

13

kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya

lebih dari 300 mg per hari, dapat menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi secara berlebihan.

Kondisi ini disebut keracunan kafein, gejalanya antara lain gelisah, gugup, insomnia, emosional,

urinasi berlebihan, gangguan pencernaan, otot berkedut, denyut jantung yang cepat dan tidak

teratur. Gejala yang lebih parah adalah munculnya depresi, disorientasi, halusinasi dan

dampak fisik seperti kerusakan jaringan otot rangka. 5

Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam mungkin disebabkan oleh tiga mekanisme

kerjanya, (1) mobilisasi kalsium intrasellular, (2) peningkatan akumulasi nukleotida siklik karena

hambatan phosphodiesterase., dan (3) antagonisme reseptor adenosine (Nehlig, 1999).

Mobilisasi kalsium intrasellular dan inhibisi phosphodiesterase khusus hanya berlaku pada

konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis.Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang

paling relevan adalah antagonisme reseptor adenosine. Adenosine berfungsi untuk

mengurangkan kadar ledakan neuron selain menghambat transimisi sinaptik dan pelepasan

meurotransmitter.12,13

Adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya mengurangkan aktivitas sel terutama

sel saraf.Oleh sebab itu, apabila reseptor adenosine berikatan dengan kafein, efek yang

berlawanan dihasilkan, lantas menjelaskan efek stimulans kafein (Allsbrook, 2008). Walaupun

mekanisme utama kafein adalah antagonisme reseptor adenosine, hal ini akan menjurus ke efek

sekunder dari berbagai jenis neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamine, asetilkolin,

glutamate dan GABA sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang berbeda.13

Page 22: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

14

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2 : Kerangka Teori

Sintesis serotonin

Adenosin

Roko dan alkohol Dpresi dan ansietas

Insomnia

Wanita

Efek stimulant nikotin

dan efek depresi ssp

Jenis kelamin

serotonin

Konsumsi kopi

Page 23: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

15

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 3: Kerangka Konsep

Faktor risiko

Usia Jenis kelamin depresi ansietas Konsumsi

kopi alkoholisme merokok

Insomnia

Page 24: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

16

2.8 DEFINISI OPERASIONAL

1 Jenis

Kelamin

Petanda gender

responden

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Laki-laki

2. Wanita

2 Merokok Responden yang

merokok atau

tidak merokok

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Merokok

2. Tidak

merokok

3 alkoholisme Responden uang

mengkonsumsi

alcohol atau

tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Konsumsi

alcohol

2. Tidak

konsumsi

alkohol

4 Kopi Responden yang mengkonsumsi kopi atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1 Konsumsi

kopi

2 Tidak

konsumsi

kopi

5 Depresi Responden yang

mengalami

depresi atau

tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. >15 :

depresi

2. <15 :

tidak

depresi

6 Ansietas Responden yang mengalami ansietas atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1 >14 :

ansietas

2 <14 :

tidak

ansietas

Page 25: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

secara cross sectional untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN

angkatan 2011 ,serta penelitian case control untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang

mempengaruhinya pada tahun 2012

3.2Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta selama 8 bulan dimulai dari Januari sampai Agustus 2012.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiwi FKIK UIN. Populasi terjangkau

adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti, dibatasi oleh waktu dan

tempat. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiswa FKIK UIN

Syarif Hidayatullah angkatan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Pemilihan

sampel pada penelitian ini menggunakan system pencuplikan konsekutif dimana setiap mahasiwa

atau mahasiswi yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian,sehingga jumlah

sampel yang dipelukan terpenuhi.Perhitungan besar sampel untuk melihat prevalensi insomnia di

kalangan dikalangan mahasiswa atau mahasiwi, menggunakan rumus besar sampel sebagai

berikut :

Sampel : n= (Zα2

d2

n : Jumlah sampel

Zα : Di tentukan oleh kepercayaan terhadap alfa = 0,05; Z α = 1,96

P : Proporsi outcome of interest = 10% = 0,1

q : 1 – p = 1 – 0,1 = 0,9

d : 5% = 0,05

Page 26: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

18

n = (1, 96)2.0, 1 . 0, 9 = 138

(0, 05)2

Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 138 + 10% = 160 responden.

Rumus besar sampel untuk faktor risiko menggunakan rumus di bawah ini :

2

N1=N2=

Ket:

N : Besar Sample

Zα : Deviat Baku Alfa

Zβ : Deviat baku Beta

P2 : Proporsi insomnia berdasarkan kepustakaan.

Q2 : 1-P2

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

Q1 : 1-P1

P : Proporsi total

Q : 1-P

Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64

Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0.84

P2 = 0.1 (berdasarkan kepustakaan)

Q2 = 1 – 0.1 = 0.9

P1-P2 =Selisih minimal proposi depresi yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0.2

P1 = 0.1 + 0.2 = 0.3

Q1 = 1- 0.3 = 0.7

P = (0.3+0.1)/2 = 0.2

Q = 1- 0.2 = 0.8

2

N1=N2=

= 48

1.64 2𝑥0 2𝑥0 8 + 0.84 0 3𝑥0 7 + 0 1𝑥0 9 0.2

Zα 2𝑃𝑄 + Zβ 𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2

P1 – P2

Page 27: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

19

Dengan demikian jumlah sampel mahasiswa FKIK yang diambil adalah 48orang, sampel yang

menderita insomnia diambil sebanyak 48 orang dan sampel yang tidak mengalami insomnia

diambil 48 orang

Pada penelitian ini, pengambilan sampel secara acak sederhana (stratified random

sampling)17

3.4 Kriteria Penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi :

kriteria inklusi adalah individu mahasiswa atau mahasiswi FKIK angkatan 2011 yang masih

aktif, dan bersedia untukikut dalam penelitian yang sebelumnya telah menandatangani

informed concent.

3.4.2 Kriteria Ekslusi :

Kriteria ekslusi adalah mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 yang sedang dalam masa cuti

dan tidak bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

3.5Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : Insomnia

2. Variabel Terikat :Jenis kelamin, Merokok, Konsumsi alkohol, Konsumsi kopi,Depresi,

Ansietas.

3.

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan formulir pernyataan kejadian menjadi responden (informed concent)

dan kuesioner wawancara terstruktur mengenai prevalensi insomnia dikalangan mahasiswa atau

mahasiswi beserta factor risiko yang melatarelakangi terjadinya insomnia. Alat ukur yang

digunakan adalah Insomnia Severity Index (ISI), The Centre for Epidemiologic Studies

Depression Scale (CES-D), Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)

Page 28: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

20

3.7 ALUR PENELITIAN

3.8 Metode Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan

isian kuesioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan

tahapan sebagai berikut yaitu :

a. Pengkodean (Coding)

Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah kelembar

koding. Pengkodean untuk setiap variabel

b. Edit (Editing)

-Mahasiwa/I

FKIK UIN 2011

Sampel

penelitian

Kriteria inklusi

dan eksklusi

Insomnia severity index

(skrining insomnia)

Insomnia Tidak

insomnia

Analisis data

Page 29: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

21

Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan

yang lain.

c. Tabulasi (Tabulating)

Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah

disiapkan.

3.9 Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 20.0.Analisis data dilakukan hanya dalam satu tahapan yaitu tahapan

statistic deskriptif untuk melihat persentase mahasiswa yang mengalami insomnia berdasarkan

kategori imur,jenis kelamin,status merokok,alkoholisme, dan mengalami depresi atau ansietas

3.10 Etik Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian akan dimintakan terlebih dahulu rekomendasi dari Program Strudi

Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, informed concent akan diberikan pada

peserta penelitian untuk ditandatangani disertai pemberian penjelasan. Kerahasiaan informasi

repondendijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentusaja yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitianApabila responden bersedia maka responden diminta untuk

menandatangani surat perjanjian yang telah dibaca dan dipahami. Jika responden menolak untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-haknya. Kerahasiaan informasi resoonden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data

tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 30: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Agustus 2012. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan wawancara terstruktur melalui kuesioner Insomnia Severity Index (ISI),

The Centre for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D), Hamilton Rating Scale for

Anxiety (HRSA)

Data yang diperoleh antara lain jenis kelamin, usia,riwayat merokok,riwayat konsumsi

kopi,riwayat konsumsi alkohol indeks severitas insomnia, skala depresi,dan skala kecemasan

responden ,yang selanjutnya diolah dan disajikan sebagai berikut :

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Jumlah Persentase (%)

Usia

17 1 0,6

18 21 13,3

19 77 48,1

20 50 31,3

21 11 6,9

Jenis kelamin

Laki-laki 57 35,6

Perempuan 103 64,4

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden sebagian besar berusia 19 tahun yaitu

sebanyak 77 orang (48,1%), sedangkan pada usia 17 tahun, 18 tahun, 20 tahun, 21 tahun

didapatkan hasil masing-masing 1 orang (0,6%), 21 orang (13,1%), 50 orang (31,3%), 11 orang

(6,9%)

Dari hasil yang tercantum pada tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sejumlah 103 orang (64,4), sedangkan pada laki-laki 57 orang

(35,6%).

Page 31: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

23

4..2. Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Insomnia

Distribusi responden menurut jenis kelamin dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia

Jenis Kelamin Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

p

Odd Ratio

Laki-laki 8 (8,3) 17 (17,7) 0,036* 0,365

0,139-0,955

Perempuan 40 (41,7) 31 (32,3)

Ket: * Analisis Chi Square

Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi kejadian insomnia.Hasil penelitian menunjukan

bahwa proporsi responden yang mengalami insomnia pada laki-laki sebanyak 17 orang (17,7%).

Sedangkan pada perempuan diketahui terdapat 31 orang (32,3%) yang mengalami

insomnia.dengan nilai p = 0,036 maka terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia.

Pada penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin memiliki risiko 0,365 kali lipat mengalami

insomnia (OR = 0,365% CI =0,139-.0,955)

Penelitian mengenai perbedaan gender untuk kejadian insomnia pada sebuah studi yang

di lakukan di Hongkong dimana wanita mempunyai faktor risiko 1.6 kali terjadinya insomnia

dibanding pria.Kadar serotonin pada wanita lebih rendah dari pada pria dimana pada wanita

kecepatan biosintesis serotonin rendah dibanding pria sehingga biasanya wanita lebih mudah

mengalami depresi dibanding pria (Keshavan et al, 2008). Penelitian kualitas tidur subyektif

pada pasien depresi dimana mayoritas pasien depresi mengeluh adanya insomnia (Nofzinger,

1999).

Berdasarkan penelitian sebelumnya keadaan insomnia pada wanita dipengaruhi oleh

rendahnya kadar serotonin yang meningkatkan risiko untuk terjadinya depresi serta

meningkatkan risiko kejadian insomnia.

Page 32: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

24

4..3. Hubungan antara Merokok dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat merokok dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hubungan antara riwayat merokok dengan insomnia

Merokok

Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

P

Ya 2 (2,1) 4 (4,2) 0,339

Tidak 46 (47,9) 44 (45,8)

Ket: * Analisis Fisher

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 2 orang merokok (2,1%) yang tidak mengalami

insomnia, dan 4 orang merokok ( 4,2%) yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 46

orang tidak merokok (47,9%) yang tidak mengalami insomnia,dan 44 orang tidak merokok

(45,8%) yang mengalami insomnia.

Pada penelitian kali ini p>0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara merokok dengan insomnia.berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh punjabi dan

kawan-kawan di tahun 2006 (dalam Sanchi, 2009) yang meneliti efek nikotin pada pola tidur

seseorang. Perokok ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dibanding orang

yang tidak merokok. Secara teoritis, nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi

reseptor di otak seorang pecandu seolah menagih nikotin lagi, sehingga mengganggu proses

tidur. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, mereka juga

dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira 2 jam.12

4.4 Hubungan antara konsumsi alkohol dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat konsumsi alcohol dengan insomnia dapat dilihat pada

tabel 4.5

Tabel 4.5 Hubungan antara konsumsi alcohol dengan insomnia

Konsumsi alcohol

Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

P

Ya 0 (0,00) 3 (3,1) 0,121*

Tidak 48 (50) 45 (46,9)

Ket: * Analisis Fisher

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 3 responden yang mengkonsumsi alkohol

(3,1%) mengalami insomnia, dan 0 orang mengkonsumsi alkohol ( 0%) yang tidak mengalami

Page 33: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

25

insomnia. Sedangkan diketahui 48 orang tidak mengkonsumsi alkohol (50%) yang tidak

mengalami insomnia, dan 45 orang tidak mengkonsumsi alkohol (46,9%) yang mengalami

insomnia. Karena nilai p>0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan

antara minum alkohol dengan kejadian insomnia.

Alkohol dapat meningkatkan depresi terhadap sistem saraf pusat. Alkohol diserap oleh

tubuh melalui berbagai cara, termasuk juga melalui pernapasan. Penyerapan terjadi setelah

alkohol masuk ke dalam usus halus.Alkohol didistribusikan ke jaringan tubuh dan

dimetabolisasi menjadi asetaldehida, asam asetat, dan akhirnya karbon dioksida. Metabolisme

tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot. Metabolisme tersebut kira-kira 8 gram tiap

jam. Alkohol yangtidak dimetabolisasi diekskresi melalui urin dan paru-paru. Dengan efek

depresi terhadap system saraf pusat juga mempengaruhi kerja neurotransmitter-neurotransmiter

yang bekerja di otak sehingga menyebabkan keadaan insomnia13

4.5 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Insomnia

Distribusi responden menurutriwayat konsumsi kopi dengan insomnia dapat dilihat pada tabel

4.6

Tabel 4.6 Hubungan antara konsumsi kopi dengan insomnia

Konsumsi kopi

Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

p

Ya 37 (38,5) 29 (30,2) 0,078

Tidak 11 (11,5) 19 (19,8)

Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 37 orang mengkonsumsi kopi (38,5%) yang tidak

mengalami insomnia, dan 29 orang mengkonsumsi kopi ( 30,2%) yang mengalami insomnia.

Sedangkan diketahui 11 orang tidak mengkonsumsi kopi (11,5%) yang tidak mengalami

insomnia, dan 19 orang tidak mengkonsumsi kopi (19,8%) yang mengalami insomnia. karena

nilai p >0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi

kopi dengan insomnia.)

Pada literatur disebutkan bahwa efek overdosis dari kafein mulai terjadi jika dikonsumsi

lebih dari 300 mg yang salah satu efeknya adalah insomnia5.

.Pada penelitian kali ini peneliti

Page 34: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

26

hanya menanyakan riwayat konsumsi kopi responden,sehingga peneliti tidak mendapatkan data

spesifik riwayat konsumsi kopi respoden.5

4.6 Hubungan antara Depresi dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat depresi dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hubungan antara riwayat depresi dengan insomnia

Depresi

Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

p

Odd Ratio

Ya 16 (16,7) 6 (6,3) 0,015* 3,5

1,231-9,951

Tidak 32 (33,3) 42 (43,8)

Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa 16 orang yang mengalami depresi (16,7%) tidak

mengalami insomnia, dan 6 orang mengalami depresi ( 6,3%) yang mengalami insomnia.

Sedangkan diketahui 32 orang tidak mengalami depresi (33,3%) yang tidak mengalami

insomnia, dan 42 orang tidak mengalami depresi (43,8%) yang mengalami insomnia. karena nilai

p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara depresi dengan

insomnia. Pada penelitian didapatkan bahwa depresi memiliki risiko 3,5 kali lipat mengalami

insomnia (OR = 3,5% CI 1,231-.9,951)

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin.

Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Sejumlah neuron penyekresi nrepinefrin

terletak di batang otak,terutama pada lokus sereolus. Neuron-neuron ini mengirimkan serabut-

serabutnya menuju ke atas menuju sebagian besar sistem limbik otak,thalamus,dan korteks

serebri.selain itu,neuron penghasil serotonin yang terletak di pertengahan nukleus raph pada

bagian bawah pons dan medula ,mengirimkan serabut-serabut ke sejumlah besar area sistem

limbik dan beberapa area lain di otak.4

Serotonin merupakan hasil metabolisme asam amino triptopan.Dengan bertambahnya

jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat sehingga timbulnya

keadaan mengantuk. Apabila terjadi penghambatan pembentukan serotonin maka terjadi

keadaan tidak bisa tidur yang terjadi pada depresi.4

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari North Carolina, Eric Johnson, yang

melakukan penelitiannya pada Research Triangle Institute International pada tahun 2006, Ia

menemukan dalam penelitiannya bahwa setengah dari remaja yang pernah mengalami gangguan

Page 35: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

27

Insomnia didapati mengembangkan gangguan psikiatris. Diantara itu semua, mereka yang

mengalami Insomnia dan depresi, ditemukan bahwa 69% dari kasus depresi diawali dengan

insomnia 7

4.7 Hubungan antara Ansietas dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat ansietas dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Hubungan antara ansietas dengan insomnia

Ansietas

Insomia

Tidak Insomnia

N (%)

Insomnia

N (%)

P

Odd Ratio

Ya 28 (29,2) 6 (6,3) 0,000* 9,8

3,499-27,451

Tidak 20 (20,8) 42

(43,8)

Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa 28 orang yang mengalami ansietas (29,2%) tidak

mengalami insomnia, dan 6 orang yang mengalami ansietas ( 6,3%) mengalami insomnia.

Sedangkan diketahui 20 orang yang tidak mengalami ansietas (20,8%) yang tidak mengalami

insomnia, dan 42 orang tidak mengalami ansietas (43,8,%) mengalami insomnia. Pada penelitian

didapatkan bahwa ansietas memiliki risiko 9,8 kali lipat mengalami insomnia (OR = 9,8% CI

=3,499-.27,451)

karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

ansietas dengan insomnia. Ansietas dan depresi merupakan gangguan psikiatrik yang sering

berkomorbiditas dengan insomnia. Sepertiga pasien yang mengeluh insomnia kronik juga di

diagnosis dengan gangguan psikiatrik primer, misalnya gangguan ansietas dan depresi. Sebuah

penelitian melaporkan bahwa sekitar 17% subjek dewasa menyatakan bahwa mereka mengalami

gangguan masuk atau mempertahankan tidur dalam satu tahun sebelumnya. Sekitar 47% pasien

yang mengalami gangguan tidur tersebut menderita gangguan depresi dan ansietas. Sebaliknya,

hanya 11% subjek yang tidak mengalami keluhan tidur yang mengalami gejala-gejala psikiatrik.

14

Page 36: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

28

4.8 Keterbatasan penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, hanya menggambarkan suatu keadaan

pada saat tertentu dan dapat berubah pada saat yang akan datang. Sehingga hasil penelitian ini

tidak dapat di generalisasikan pada waktu dan tempat yang berbeda.

2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong lintang yang

hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu

yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

3. kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghubungkan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh dengan variabel dependen, sehingga masih ada variabel-

variabel lain yang ada di dalam kerangka teori yang belum masuk dalam kerangka konsep yang

diduga berpengaruh dengan variabel depende

Page 37: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

29

BAB V .

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Prevalensi Insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012 adalah

49,4%

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian insomnia adalah jenis kelamin,konsumsi

kopi,depresi,dan ansietas

Faktor risiko yang tidak mempengaruhi kejadian insomnia adalah merokok,dan konsumsi

alkohol

5.2 Saran

1. Perlunya penyuluhan yang intensif tentang insomnia kepada mahasiswa FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terutama tentang faktor resiko yang menyebabkan terjadinya insomnia.

2.Untuk peneliti berikutnya diharpakan sampai analisis multivariat untuk mengetahui factor

risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian insomnia

Page 38: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock Bj, Sadock Va. Kaplan And Sadock’s Synopsis Of Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia:

Wolter Kluwer, 2007:749-59,1014-17.

2. Marcel Ar, Gaharu M, Lumempouw Sf. Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut. Didapat Dari

URL: Http://Www.Perdossi.Or.Id/Show_File.Html?Id=146. Diakses Tanggal 29 Januari

2012.

3. Sleep. Didapat Dari URLHttp://Www.Neuroanatomy.Wisc.Edu/Coursebook/Neuro10(2).Pdf.

Diakses Tanggal 16 Februari 2012.

4. Guyton Ac, Hall Je. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Terjemahan Oleh Setiawan I.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ecg, 1997: 711-20, 931-3, 945-50.

5. Trevor Aj, Way Wl. Obat Sedatif-Hipnotik. Dalam: Katzung Bg. Farmakologi Dasar Dan

Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika, 2002:21-53.

6. Sleep Requirement, Needs, Cycles, Stages. Didapat Dari URL:

Http://Www.Helpguide.Org/Life/Sleeping.Htm. Diakses Tanggal 15 Februari 2012.

7. American Family Physician. Chronic Insomnia: A Practical View. Didapat Dari URL:

Http://Www.Aafp.Org/Afp/991001ap/1431.Html. Diakses Tanggal 15 Februari 2012.

8. Lumbantobing,S. M. Gangguan Tidur . Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2008.

9. Chesson A Jr, Hartse, K, Anderson Wm Et Al. Practice Parameters For The Evaluation Of

Chronic Insomnia. An American Academy Of Sleep Medicine (AASM) Report. Standards

Of Practice Committee Of The AASM. Sleep. 2000. 23:237-41

10. Hauri Pj. Primary Insomnia. In Kryger Mh, Roth T, Dement Wc. Eds. Sleep Medicine. Wb

Saunders Coy Philadelphia. 3rd

Ed. 2000, Pg 633-39.

11. Haponik EF. Disorder Sleep in the Elderly dalam Principles of Geriatric Medicine and

Gerontology.Mc Graw-Hill Inc. 1990. p. 1109-22.

Page 39: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

31

12.Kafein Farmakologi, available at http://www.newsmedical.net/health/Caffeine-

Pharmacology-(Indonesian).aspx, last update at: 24 December 2010.

13. Adenosin Efek Farmakologi, available at: http://www.newsmedical.net/health/Adenosine-

Pharmacological-Effects-(Indonesian).aspx, last update at: 24 December 2010.

14. Mellinger GD, Balter MB, Uhlenhuth EH. Insomnia and its treatment: prevalence and

correlates. Arch Gen Psychiatry 1985; 42: 225-232

15 Hohagen F, Rink K, Kappler C. Prevalence and treatment of insomnia in general practice. Eur

Arch Psychiatry Clin Neursci 1993; 242: 329-336.

16 Shochat T, Umphress J, Israel AG. Insomnia in primary care patients. Sleep 1999; 22 (suppl

2): 359-365

Page 40: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

32

Lampiran 1

Lembar persetujuan mengikuti penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

NIM :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian: PREVALENSI

INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANGKATAN 2011 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PADA TAHUN 2012.

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan

dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian dengan kondisi :

a). Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya

dipergunakan untuk kepentingan ilmiah

b). Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi

dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun

Jakarta,

Saksi Yang membuat pernyataan

(…………………..) (………………………………)

Page 41: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

33

INDEKS SEVERITAS INSOMNIA Lampiran 2

Berilah jawaban pada setiap pertanyaan ini dengan melingkari angka yang paling

menggambarkan pola tidur anda pada minggu terakhir. Jawablah semua pertanyaan.

Tidak ada

0

Ringan

1

Sedang

2

Berat

3

Sangat berat

4

1

.

Silahkan menilai

tingkat keparahan

insomnia anda yang

terjadi pada minggu

terakhir :

Kesulitan

memulai tidur

Kesulitan

mempertahan

kan tidur

Terbangun

lebih awal

Sangat puas

0

Puas

1

Netral

2

Tidak puas

3

Sangat tidak

puas

4

2. Seberapa puas / tidak

puaskah anda

terhadap pola tidur

akhir-akhir ini ?

Tidak

mengganggu

sama sekali

0

Sedikit

mengganggu

1

Agak

mengganggu

2

Mengganggu

3

Sangat

mengganggu

4

Page 42: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

34

3. Sejauh mana

gangguan tidur

tersebut mengganggu

aktivitas anda sehari-

hari (seperti merasa

lelah pada siang hari,

menurunnya kinerja

sehari-hari) ?

Tidak

berpengaruh

sama sekali

0

Sedikit

berpengaruh

1

Agak

berpengaruh

2

Berpengaruh

3

Sangat

berpengaruh

4

4. Menurut orang lain,

seberapa jelas /

nyatakah gangguan

tidur ini

mempengaruhi

kualitas hidup anda ?

Tidak cemas

sama sekali

0

Sedikit

berpengaruh

1

Agak

berpengaruh

2

Berpengaruh

3

Sangat

berpengaruh

4

5. Seberapa cemas /

tertekankah anda

terhadap gangguan

tidur yang sedang

anda alami ?

Total :_____________

Skor total :

0 – 7 (Tidak ada insomnia)

Page 43: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

35

8 – 14 (Insomnia ringan)

15 – 21 (Insomnia sedang)

22 – 28 (Insomnia berat)

S

Page 44: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

36

Lampiran 2

KALA DEPRESI-20 (CES-D SCALE)

No Selama seminggu yang lalu A B C D

1. Saya merasa terganggu dengan masalah-masalah yang

biasanya tidak mengganggu saya

0 1 2 3

2. Saya tidak suka makan, nafsu makan saya menurun 0 1 2 3

3. Saya merasa tidak dapat melepascan diri dari perasaan sedih

sekalipun dengan bantuan famili atau teman-teman

0 1 2 3

4. Saya merasa baik-baik saja seperti orang lain 0 1 2 3

5. Saya mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dengan apa

yang sedang saya kerjakan

0 1 2 3

6. Saya merasa tertekan dan kehilangan semangat 0 1 2 3

7. Saya merasa semua yang saya kerjakan terasa berat 0 1 2 3

8. Saya merasa optimis dengan masa depan 0 1 2 3

9. Saya mengira hidup saya telah gagal 0 1 2 3

10. Saya merasa sangat ketakutan/ seperti orang penakut 0 1 2 3

11. Tidur saya tidak nyenyak 0 1 2 3

12. Saya merasa bahagia 0 1 2 3

13. Saya berbicara sedikit daripada biasanya 0 1 2 3

14. Saya merasa kesepian 0 1 2 3

15. Saya merasa orang-orang lain kurang ramah/ tidak ramah 0 1 2 3

16. Saya menikmati kehidupan 0 1 2 3

17. Saya merasa ingin menangis 0 1 2 3

18. Saya merasa sedih 0 1 2 3

19. Saya merasa orang-orang lain tidak menyukai saya 0 1 2 3

20. Saya merasa tidak bergairah 0 1 2 3

Jumlah

Skala Depresi :

A : Jarang atau tidak pernah (kurang dari 1 hari)

B : Sedikit atau beberapa kali (1-2 hari)

Page 45: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

37

C : Cukup atau lebih sering (3-4 hari)

D : Hampir seluruh waktu (5-7 hari)

Page 46: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

38

Lampiran 2

Skala Ansietas Hamilton (Hamilton Rating Scale for Anxiety)

No Pertanyaan Tidak

ada

gejala

(1)

Ringan

(2)

Sedang

(3)

Berat

(4)

1 Perasaan cemas:

Cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2 Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Mudah terkejut

Mudah menangis

Mudah gemetar

Gelisah

Tak bisa istirahat dengan tenang

3 Ketakutan

Pada gelap

Orang asing

Ditinggal sendiri

Pada kerumunan orang banyak

4 Gangguan tidur

Sukar masuk tidur

Terbangun pada malam hari

Tidak pulas

Bangun dengan lesu

Mimpi-mimpi

Page 47: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

39

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5 Kecerdasan

Sulit berkonsentrasi

Daya ingat yang buruk

6 Perasaan sedih

Hilangnya minat

Berkurangnya kesenangan pada

hobi

Sedih

Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang

hari

7 Gejala somatic (otot)

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tidak stabil

Tegangan otot meningkat

8 Gejala somatic (sensorik)

Telinga berdengung

Penglihatan kabur

Muka merah pada keadaan panas

dan dingin

Merasa lemas

Perasaan ditusuk-tusuk

Page 48: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

40

9 Gejala kardiovaskuler

Takikardia

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi mengeras, rasa lesu,

lemas seperti mau pingsan

10 Gejala pernapasan

Rasa tertekan atau sempit di dada

Perasaan tercekik

Sering menarik napas

Napas pendek

11 Gejala pencernaan

Sulit menelan

Perut melilit / sakit

Perasaan terbakar

Perut penuh

Mual

Muntah

Kembung

Buang air besar lembek

Kehilangan berat badan

sembelit

12 Gejala urogenital

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenorrhoe

Menorrhagia

Menjadi frigid

Ejakulasi prekok

Page 49: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

41

Napsu sex menghilang

Impotensi

13 Gejala otonom

Mulut kering

Muka merah

Mudah berkeringat

Pusing

Sakit kepala

Bulu-bulu berdiri

14 Tingkah laku pada wawancara

Gelisah

Tak tenang

Jari tremor

Muka merah

Menelan ludah

Skor total : ------------

Hasil :> 14 = ansietas <14 = bukan ansietas

Page 50: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

42

Lampiran 3

Data Hasil Uji Statistik

Page 51: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

43

Page 52: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

44

Page 53: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

45

Page 54: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

46

Page 55: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

47

Page 56: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohamad... · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI. SYARIF HIDAYATULLAH . JAKARTA . 1433

48

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Mohamad ibnu imadudin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang,24 Desemer 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl.Denpasar 2 blok d2 no 23 kintamani baliview cireundeu.

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Pancasila Lembang

2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Daar El Qolam Tangerang

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Daar El Qolam Tangerang

2009– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.