presus ujv

42
1 PRESENTASI KASUS BATU URETER Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yohyakarta Disusun oleh : Yani Setiadi 20100310138 Diajukan Kepada : Dr. H. Dimyati Achmad, Sp. B BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SETJONEGORO WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIFERSITAS MUHAMMADIYA YOGYAKARTA 2015

Upload: yayan-zan-dooll

Post on 14-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uvj ini tugas presentasi yaaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Ujv

1

PRESENTASI KASUS

BATU URETER

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yohyakarta

Disusun oleh :

Yani Setiadi

20100310138

Diajukan Kepada :

Dr. H. Dimyati Achmad, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH

RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIFERSITAS MUHAMMADIYA YOGYAKARTA

2015

Page 2: Presus Ujv

2

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

BATU URETER

Disusun oleh

Yani Setiadi

20100310138

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing Kepanitraan Klinik

Bagian Ilmu Bedah

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. H. Dimyati Achmad, Sp.B

Page 3: Presus Ujv

3

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refleksi kasus untuk

memenuhi sebagai syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi

kedokteran di bagian Ilmu Bedah RSUD KRT Serjonegoro Wonosobo dengan

judul

BATU URETER

Dalam penyusunan mini referat ini telah melibatkan banyak pihak,

sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. H. Dimyati, Sp. B selaku dokter pembimbing yang telah mengarahkan

dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Bedah serta dalam

menyusun presentasi kasus ini.

2. dr. Sunarto, Sp. B atas bimbingan dan bantuannya selama menjalani

kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Setjonegoro

Wonosobo.

3. dr. Gatot, Sp. B dan dr. Dimas, Sp. B atas bimbingan dan bantuannya

seelama menjalani kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit dalam

RSUD Setjonegoro Wonosobo.

4. Rekan-rekan Co-Assistensi dan perrawat Bangsal Bougenville atas

bantuan dan kerjasamanya.

Penulis berharap bahwa mini referat ini dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Wonosobo, …. Maret 2015

Penulis

Page 4: Presus Ujv

4

DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS ........................................................................................... 1

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4

BAB I ....................................................................................................................... 6

STATUS PASIEN ................................................................................................... 6

A. Identitas Pasien ......................................................................................... 6

B. Anamnesis ................................................................................................. 6

C. Anamnesis Sistem ..................................................................................... 7

D. Resume anamnesis .................................................................................... 7

E. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 8

F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 11

G. Pemerikasaan penunjang ......................................................................... 11

H. Diagnosis Kerja ....................................................................................... 11

I. Diagnosis banding ................................................................................... 11

J. Tatalaksana ............................................................................................. 12

K. Follow up ................................................................................................ 13

BAB II ................................................................................................................... 25

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 25

A. Definisi .................................................................................................... 25

B. Anatomi dan fisiologi ............................................................................. 25

C. Epidemiologi ........................................................................................... 29

D. Etiologi .................................................................................................... 29

E. Klasisfikasi .............................................................................................. 32

F. Faktor Resiko .......................................................................................... 34

G. Tanda dan gejala ..................................................................................... 36

H. Diagnosis ................................................................................................ 36

I. Diangnosis banding ................................................................................. 37

Page 5: Presus Ujv

5

J. Penatalaksanaan ...................................................................................... 37

K. Komplikasi .............................................................................................. 39

BAB III .................................................................................................................. 41

PEMBAHASAN .................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42

Page 6: Presus Ujv

6

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Mukhayat

Usia : 38 Tahun

Alamat : Mojotengah

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Masuk RSUD : 23 Maret 2015

B. Anamnesis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 Maret 2015 di

ruang Bougenvile RSUD KRT Setjonegoro

1. Keluhan Utaman : Nyeri pinggang kiri bagian bawah

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD pada tanggal 23/3/2015 dengan keluahan nyeri

pinggang bawah sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus. Buang air kecil

terasa panas, setelah BAK nyeri semakin bertambah, BAK seperti ada pasir

disanggah, BAK sulit di sanggah, mengejan saat BAK di sanggah, BAK berhenti

sendiri disanggah, terbangun malam hari untuk BAK disanggah, BAK menetes

disanggah. Nyeri pada uluhati dan terasa panas. BAB seperti biasa tidak cair

lendir maupun berdarah. Mual ada, muntah tidak ada, pusing tidak ada. BAK

terasa puas tetapi setelah BAK seperti terasa tidak puas (anyang-anyangen).

3. Riwayat penyakit dahulu

- Pasien pernah mengalami kejadian yang sama ± 8 bulan yang lalu.

- Riwayat penyakit batu ginjal ± 8 bulan yang lalu.

Page 7: Presus Ujv

7

- Riwayat sulit BAK/BAB disangkal

- Riwayat oprasi sebelumnya disankal

- Riwayat hipertensi, DM, alergi disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga

Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti

pasien. Sepengetahuan pasien, Riwayat diabetes mellitus, asma, batuk-

batuk lama, hipertensi, kelainan jantung dan keganasan dalam keluarga

disangkal.

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita bekerja sebagai buruh tani, memiliki 1 orang istri yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki 2 anak. Pendidikan terakhir

SMA. Biaya perawatan ditanggung Jamkesmas.

C. Anamnesis Sistem

1. Sistem Cerebrospinal : Pasien sadar

2. Sistem Respirasi : Tidak ada batuk, tidak sesak dan tidak

nyeri dada.

3. Sistem Kardiovaskular : Tidak ada nyeri dada dan tidak berdebar-

debar.

4. Sistem Gastrointestinal : Terdapat nyeri perut, sedikit mual dan

muntah tidak ada.

5. Sistem Urinaria : BAK lancar dan kadang terasa nyeri saat

BAK dan setelah BAK.

6. Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada nyeri dan tidak ada keterbatasan

gerak.

D. Resume anamnesis

Seorang laki-laki berumur 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan

nyeri perut kiri bawah. BAK terasa sakit dan panas, setelah BAK sakit

bertambah, BAB seperti biasa, sedikit mual muntah tidak ada. BAK terasa

puas tetapi setelah BAK seperti terasa tidak puas (anyang-anyangen).

Nyeri pada uluhati dan terasa panas.

Page 8: Presus Ujv

8

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda Vital

a. Suhu : 36,8 oC

b. Nadi : 93 x/menit

c. Pernapasan : 20x/menit

d. Tekanan Darah : 138/94 mmHg

4. Status Generalis

a. Kulit : Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak

hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi, tidak tampak ada tanda

peradangan.

b. Kepala : Simetris, bentuk mesocephal, tidak tampak adanya

peradangan

c. Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata tidak mudah dicabut.

d. Wajah : Simetris, tidak terdapat adanya tanda perdangan dan

massa.

e. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks

cahaya positif, pupil isokor.

f. Hidung : Simetris, tidak ada deviasi septum dan deformitas, tidak

ada discharge dari hidung, napas cuping hidung tidak ada.

g. Telinga : Simetris, tidak ada deformitas, tidak keluar discharge

tidak ada krepitasi dan tidak ada nyeri tekan.

h. Mulut : bibir tak tampak kering, tidak sianosis, tidak ada

stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan

tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, faring tak tampak

hipremis, lidah tidak tremor.

i. Gigi : 4 4 3 2 1 1 1 1 2 3 4 4

4 4 3 2 1 1 1 1 2 3 4 4

Page 9: Presus Ujv

9

j. Pemeriksaan Leher Simetris, trakhea berada di tengah dan tidak ada

jejas. Tekanan jugular vena tidak meningkat. Limfonodi leher tidak

teraba, tiroid tidak membesar, nyeri tekan tidak ada.

k. Pemeriksaan Paru

1) Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada deformitas, tidak

ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada

jejas.

2) Palpasi : Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan

dan kiri, tidak ada krepitasi, dan tidak ada nyeri tekan pada

dada.

3) Perkusi : Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI

midclavicula kanan

4) Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak terdapat suara

tambahan paru.

l. Pemeriksaan Jantung

1) Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

2) Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba.

3) Perkusi : Batas Jantung

Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis dextra

Kanan bawah : SIC V Linea Para Sternalis dextra

Kiri atas : SIC III Linea Mid Clavicula sinistra

Kiri bawah : SIC VI Linea Axilaris anterior sinistra

4) Auskultasi : S1>S2, irama regular normal, tidak

terdapat bising jantung.

m. Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi : Datar, dinding perut sejajar dengan dinding dada

2) Auskultasi : Bising usus normal

3) Perkusi : Timpani

4) Palpasi : Supel, nyeri tekan pada perut kiri, hepar dan lien

tidak teraba, nyeri pada uluhati ditekan sedikit mereda, tidak ada

Page 10: Presus Ujv

10

defence muscular, ginjal kanan kiri tidak teraba, terdapat nyeri

ketok ginjal pada 1/3 distal sebelah kiri.

n. Pemeriksaan Genital

1) Tak tampak adanya benjolan pada organ genetalianya, tidak ada

jejas, hematom dan edema. Tak tampak adanya discharge yang

keluar.

2) Skrotum simetris tampak 2 testis

3) Tidak ada nyeri tekan.

o. Pemeriksaan Ekstremitas

1) Superior : Bentuk normal anatomis tidak deformitas. Akral

hangat dan tidak udem. Tak tampak adanya jejas dan tak tampak

adanya tanda peradangan.

2) Inferior : Bentuk normal anatomis tidak deformitas. Akral

hangat dan tidak udem. Tak tampak adanya jejas dan tak tampak

adanya tanda peradangan.

Status lokalis

Inspeksi : pasien tampak kesakitan dan memegangi pinggang sebelah

kiri. Perut datar tidak ada tanda tanda trauma atau bekas

oprasi.

Auskultasi : Bising usus ada.

Perkusi : Timpani pada semua lapang abdomen, Pekak hepar (+)

Palpasi : Nyeri tekan perut sebelah kiri, nyeri epigastrium sedikit

mereda saat ditekan, nyeri tekan kanan bawah tidak dirasakan, nyeri

tekan suprapubik tidak dirasakan, nyeri tekan lepas tidak dirasakan, nyeri

bagian Mc Burney tidak dirasakan, hepar tidak teraba, ginjal kanan kiri

juta tidak teraba, terdapat nyeri ketok ginjal sebelah kiri bawah.

Page 11: Presus Ujv

11

F. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 14,4 g/dL

Leukosit : 11.1 10^3/ul

Eosinofil : 0.10 %

Basofil : 0.10 %

Netrofil : 80.00 %

Limfosit : 13.70 %

Monosit : 6.10 %

Hematokrit : 39 %

Eritrosit : 4.8 10^6/ul

Trombosit : 219 10^3/ul

MCV : 81 fL

MCH : 30 pg

MCHC : 37 g/dL

Golongan Darah : B

Masa Pendarahan/BT : 2.00 Menit

Masa Pembekuan/CT : 4.00 Menit

Gula Darah Sewaktu : 89 mg/dL

Ureum : 30.7 mg/dL

Creatinin : 1. 56 mg/dL

Albumin : 4.25 g/dL

HBsAg : Negatif

G. Pemerikasaan penunjang

Foto BNO : Terdapat gambaran radio opak di ureter sepertiga distal

sinistra

USG Abdomen : Hydronephrosis sinistra curiga sumbatan pada ureter

sinistra distal, Gastritis dan peningkatan udara usus.

H. Diagnosis Kerja : Ureterolitiasis sepertiga distal sinistra

I. Diagnosis banding :

Page 12: Presus Ujv

12

1. Vesicolitiasis

2. Pielonefritis

3. Gastritis

J. Tatalaksana

1. Inf RL 20tpm

2. Operatif : Ureterolitotomi sinistra dan section alta

Laporan operasi :

a. Pasien terlentang denga GA

b. Disinfeksi dengan larutan betadine pada derah yang akan dioprasi

c. Tutup duk steril kecuali daerah yang akan di oprasi

d. Insisi 2 jari di ligamentum inguinale

e. Buka AOE, sisikan muskulus obliku ekternus

f. Susuri hingga distal tidak ditemukan adanya batu

g. Dilakukan section alta tampak batu di muara ureter di daerrah

trigonum

h. Evakuasi batu

i. Dimasukkan selang ke ureter proksimal cairan lancar jahit buli tes

kebocoran, tidak ditemukan kebocoran

j. Padang drain

k. Jahit lapis demi lapis

l. Oprasi selesai

- Infus Rl : 20 tpm

- Inj.ciprofloxacin 2x200 mg

- Inj ketorolac 2x300mg

- Ranitidine 2x1amp

- Kalnek 3x500

- Pasang 3 way kateter irigasi NaCl 30tpm

Page 13: Presus Ujv

13

K. Follow up

Tanggal 24 maret 2015

Anamnesis

Keluhan nyeri di punggung kiri, nyeri kadang menjalar ke depan, tidak ada

pusing, mual maupun muntah, BAK terasa panas dan lancer tidak berdarah

dan urin jernih,setelah BAK nyeri semakin bertambah, rasa ingin BAK lagi

setelah BAK selesai, BAK berhenti secara mendadak disangkal, BAK

mengejan disangkal bangun tengah malam untuk BAK disangkal, BAB

belom.

Vital Sign:

Suhu : 36,6 oC

Nadi : 60 x/menit

Pernapasan : 16x/menit

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Kesadaran : Compos Mentis.

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak

ikterik.

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler.

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri tekan perut sebelah kiri.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat.

Status lokalis

Inspeksi

Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit

coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.

Auskultasi

Bising usus normal

Page 14: Presus Ujv

14

Perkusi

Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada

sepertiga distal sebelah kiri.

Palpasi

Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,

daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,

ginjal kanan dan kiri tidak teraba.

Terapi infus RL 20tpm

Gitas 3x1amp

Lactor 3x1amp

Persiapan foto BNO

Tanggal 25 maret 2015

Anamnesis

Pasien mengeluh panas di daerah uluhati, makan teratur, pusing tidak ada,

mual tidak ada, muntah tidak ada, mempunyai riwayat magh dan terkadang

kambuh.

Pemeriksaan fisik

TD : 130/90

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Temperature : 36,50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri tekan perut sebelah kiri.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat.

Page 15: Presus Ujv

15

Status lokalis

Inspeksi

Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit

coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.

Auskultasi

Bising usus normal

Perkusi

Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada

sepertiga distal sebelah kiri.

Palpasi

Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,

daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,

ginjal kanan dan kiri tidak teraba.

Penatalaksanaan

Terapi infus RL 20tpm

Gitas 3x1amp

Lactor 3x1amp

Persiapan IVP

Tanggal 26 maret 2015

Anamnesis

Pasien masih mengeluh panas di daerah uluhati, makan teratur, pusing tidak

ada,mual tidak ada, muntah tidak ada.

Pemeriksaan fisik

TD : 120/80

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Temperature : 36,50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Page 16: Presus Ujv

16

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri tekan perut sebelah kiri.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat.

Status lokalis

Inspeksi

Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit

coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.

Auskultasi

Bising usus normal

Perkusi

Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada

sepertiga distal sebelah kiri.

Palpasi

Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,

daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,

ginjal kanan dan kiri tidak teraba.

Penatalaksanaan

Infus RL 20 tpm

Ciprofloxacin 2x20mg

Ketorolac 2x30mg

Urinter 2x1

Pasang DC ukuran 16

EKG konsul Sp. PD

Program USG

Tanggal 27 maret 2015

Anamnesis

Page 17: Presus Ujv

17

Nyeri bagian uluhati masih. Nyeri pinggang berkurang, pusing tidak ada,

mual tidak ada, muntah tidak ada.

Pemeriksaan fisik

TD : 120/80

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Temperature : 36,50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri tekan perut sebelah kiri.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat.

Status lokalis

Bising usus normal, nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri,

suprapubik tidak nyeri, daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat

ditekan, hepar tidak teraba, ginjal kanan dan kiri tidak teraba. Nyeri ketok

ginjal sebelah kiri sepertiga bawah. Terpasang DC ukuran 16 produksi urin

kuning jernih tidak tampak kemerahan.

Penatalaksanaan

Infus RL 20 tpm

Ciprofloxacin 2x20mg

Ketorolac 2x30mg

Program oprasi tgl 28 maret 2015

Tanggal 28 maret 2015

Anamnesis

Page 18: Presus Ujv

18

Nyeri bagian uluhati masih. Nyeri pinggang berkurang, pusing tidak ada,

mual tidak ada, muntah tidak ada.

Pemeriksaan fisik

TD : 120/80

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Temperature : 36,50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri tekan perut sebelah kiri.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat.

Status lokalis

Bising usus normal, nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri,

suprapubik tidak nyeri, daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat

ditekan, hepar tidak teraba, ginjal kanan dan kiri tidak teraba. Nyeri ketok

ginjal sebelah kiri sepertiga bawah. Terpasang DC ukuran 16 produksi urin

kuning jernih tidak tampak kemerahan.

Penatalaksanaan

Program oprasi hari ini.

Tanggal 29 maret 2015

Anamnesis

Post oprasi hari I

Pasien mengeluh pusing, nyeri luka bekas oprasi, mual muntah tidak ada,

kesemutan bagian kaki kiri, sudah kentut dan belom BAB. BAK lewat DC

lancar.

Page 19: Presus Ujv

19

Pemeriksaan fisik

TD : 139/77

Nadi : 56 kali/menit

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri luka bekas oprasi, terpasang

drain luka, prodiksi ±3cc.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat

Status lokalis

Luka tertutup kasa kring tidak ada rembesan, terpasang drain luka luka

produksi minimal, terpasang DC uring terlihat tampak kemerahan, masih

terasa nyeri luka bekas oprasi.

Penatalaksanaan

Terapi lanjut

Tanggal 30 maret 2015

Anamnesis

Post oprasi hari ke II

Sudah tidak mengeluhkan pusing, mual maupun muntah. BAK lewat DC

lancar. BAB belom, masih terasa nyeri luka bekas oprasi, mobolisasi sedikit

masih terasa nyeri sekali bagin bekas oprasi.

Pemeriksaan fisik

TD : 135/73

Page 20: Presus Ujv

20

Nadi : 69 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Temperature : 38,80C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri luka bekas oprasi, terpasang

drain luka

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat

Status lokalis

Drib masih terpasang dengan tetesan cukup, terpasang DC ukuran 16 urin

masih sedikit berwarna merah drain luka tidak produksi. Luka kering tidak

ada rembesan, nyeri tekan bagian pinggir luka oprasi

Penatalaksanaan.

Infus RL 20 tpm

Irigasi NaCl 20 tpm

Ciprofloxacin 2x20mg

Ketorolac 2x30mg

Ranitidine 2x25mg

Diet bebas

Vit albumin 2x1

Tanggal 31 maret 2015

Anamnesis

Page 21: Presus Ujv

21

Post oprasi hari ke III

Nyeri pada luka oprasi, nyeri epigastrium masih dan terasa panas, pasien

sudah miring-miring, duduk masih belom bisa, tidak pusing, tidak mual, tidak

muntah, DC masih terpasang, pasien belom BAB.

Pemeriksaan fisik

TD : 120/80

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 16kali/menit

Temperature :36.50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri luka bekas oprasi, terpasang

drain luka

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat

Status lokalis

Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering, masih terpasang drain

luka dan tidak prosuksi, DC lancar tidak tampak kemerahan. Nyeri pada luka

oprasi bising usus meningkat, timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar

(+)

Penatalaksanaan

Stop irigasi NaCl

Latihan setengah duduk

Page 22: Presus Ujv

22

RL 20 tpm

Ciprofloxacin 2x20mg

Ketorolac 2x30mg

Ranitidine 2x25mg

Vit albumin 2x1

Vit B complek 2x1

Tanggal 1 April 2015

Anamnesis

Post oprasi hari ke IV

Masih terasa nyeri luka bekas oprasi, mual tidak ada, muntah tidak ada,

pusing tidak ada. Pasien sudah miring-miring dan sudah duduk. BAB belum.

Keluhan lain tidak ada.

Pemeriksaan fisik

TD : 130/80

Nadi : 60 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Temperature :36.70C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri luka bekas oprasi, terpasang

drain luka

Page 23: Presus Ujv

23

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat

Status lokalis

Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering, masih terpasang drain

luka dan tidak prosuksi, DC lancar tidak tampak kemerahan atau nampak

jernih. Drib terklem Nyeri pada luka oprasi bising usus normal, timpani

seluruh lapang abdomen, pekak hepar (+),

Penatalaksanaan

App DC

App irigasi

Rawat luka

Mobilisasi jalan-jalan

RL 20 tpm

Ciprofloxacin 2x1 tab

Asam mefenamat 3x1 tab

Vit albumin 2x1

Vit B complek 2x1

Laktulak sirup 3x1 cth

Tanggal 2 April 2015

Anamnesis

Post oprasi hari ke V

Pasien mengeluh nyeri pada ujung glan penis bekas pemasangan DC, nyeri

begas oprasi, pusing tidak ada, nyeri perut sudah tidak ada mual dan muntah

tidak ada.

Pemeriksaan fisik

TD : 110/80

Nadi : 72 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Page 24: Presus Ujv

24

Temperature :36.50C

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik

Leher : JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : Cor : BI-II reguler. Pulmo : suara dasar vesikuler

Abdomen : Datar, BU ada normal, nyeri luka bekas oprasi.

Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat

Status lokalis

Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering BAK lancar, pasien sudah

jalan jalan. Drain luka sudah dan DC sudah terlepas.

Penatalaksanaan

Rawat luka bekas oprasi

Ciprofolxaxicin 2x1 tab

Urinter 2x1 tab

Asam mefenamat 3x1 tab

Vit albumin 2x1

Pasien boleh pulang.

Page 25: Presus Ujv

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras

seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas

(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang

dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung

kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,

magnesium, asam urat, atau sistein.1

BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu

yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat

keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih

atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih

bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.

Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat

menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah

antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah

kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon

ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat

menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.2

B. Anatomi dan fisiologi

Sistem Kemih

Menurut Agur AM (2002) Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem

tempat terjadinya proses penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan

oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat

yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine

(air kemih).4

Page 26: Presus Ujv

26

Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter),

dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).3

Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 1. System saluran kemih

Saluran Kemih Atas

a. Ginjal

Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan organ

yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm

dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan).4

Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di

bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung

pada dinding belakang abdomen.4

Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis

(bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung

kemih.4

Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Selama 24 jam dapat menyaring darah

170 liter. Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring limbah metabolik,

menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu mengatur tekanan

darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.4

Page 27: Presus Ujv

27

Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses

majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi.

Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk.

Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi

dari substansi-substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan

demikian memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk

hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan keseimbangan

osmostiknya.4

Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi

sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus

urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan

dari paremkim ginjal.4

b. Ureter

Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan

kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang ± 25-30 cm, dengan

penampang ± 0,5 cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal

ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik

pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut dalam ureter di

ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter).4

Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan

fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam

merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-

gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke

dalam kandung kemih (vesica urinearia).4

Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.

Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan

menutup dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung

kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di

tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.4

Page 28: Presus Ujv

28

Saluran Kemih Bawah

a. Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi

oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai tempat

menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan

hasil buangan penyaringan darah.4

Dalam menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal

yaitu untuk volume orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml. Kandung

kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut. Ketika

kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada pelvis dan ketika

lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada pada abdomen di

atas pubis.4

Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika sedang menampung

jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila kandung kemih telah

penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan pesan untuk

berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung

kemih dan uretra akan membuka dan akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada

saat itu, secara bersamaan dinding kandung kemih berkontrasksi yang

menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih

keluar menuju uretra.4

b. Uretra

Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada

kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki

uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus

lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra

kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm,

dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin

kebawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra

membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra

Page 29: Presus Ujv

29

kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15

cm.4

Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit

kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah

atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran

ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.4

C. Epidemiologi

- Penelitian dilakukan Harjoeno dkk tahun 2002-2004 di RD

Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin

tertinggi adalah laki-laki 79,9% dan wanita 20,1%.6

- Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur: kalsium oksalat

50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-

55tahun.6

- RSUP Sanglah Denpasar tahun 2007 jumlah pasien rawa inap

BSK 113 orang, berdasarkan umur tertinggi 46-60 tahun 39,8%

jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki 80,5%.6

- Di RS Amerika kejadian batu ginjal dilaporkan 7-10 pasien

untuk 100 pasien RS dan insiden dilaporkan 7-21 pasien untuk

10.000 orang dalam setahun.6

D. Etiologi

Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak

faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang

berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu :2, 5

a. Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia,

fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa

Page 30: Presus Ujv

30

terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di

saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu,

yaitu:2

a. 1 Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan

dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan

suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi

sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk

batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu

bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang

suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam

air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,

tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih. 2

b. 2 Teori Matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan

mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat

maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-

sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari

protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel

kristal batu yang seiring waktu batu akansemakin membesar. Matriks tersebut

merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.2

a. 3 Teori Tidak Adanya Inhibitor

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor

organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya

batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan

yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Pada inhibitor

anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat

adalahsitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat

yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium

Page 31: Presus Ujv

31

oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran

tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi

pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu

terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-

sama terjadi supersanturasi.2

a. 4 Teori Epitaksi

Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain

yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.

Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering

yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.2

a. 5 Teori Kombinasi

Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran

dari beberapa teori yang ada.2

a. 6 Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari

kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori

terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi

sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk

magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah

urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus

spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.2

Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana

penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-

200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini

tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada

bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat

apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel

yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK

mengandung nano bakteria.2

Page 32: Presus Ujv

32

b. Teori Vaskuler

Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar

kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk

terjadinya BSK, yaitu :2

b. 1 Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan

pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak

. al ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok dan aliran

darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi

aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla

(Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi

batu.2

b. 2 Kolesterol

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui

glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol

tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium

fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).2

Proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi.

Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah

yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan

pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat

dan kristal hidroksipatit membentukninti. Ion kalsium dan oksalat kemudian

merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan

nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami

mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal

terapi pada penderita BSK.2

E. Klasisfikasi

Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Page 33: Presus Ujv

33

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dansaluran kemih

dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui

adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan

sistin.2

a. Batu kalsium

Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK

yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di

jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya

dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua

unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar

kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu

kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:2

a.1. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna

cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air

kemih.

a.2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat)

yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

a. Batu asam urat

Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat.

Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam

urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai

peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat

meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.

Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar

sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe

batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil

dengan terapi kemolisis.2

c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini

adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat

Page 34: Presus Ujv

34

menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa

melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah

urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,

Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita

BSK.2

Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi

saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air

kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting

untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.2

d. Batu Sistin

Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan

ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi

kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine

berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan

dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan

batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya

atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan

seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran

air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan

ekskresi sistin dalam air kemih.2

F. Faktor Resiko

Secara epidemiologis terdapat 2 faktor yang dapt mempengaruhi

terjadinya pembentukan batu, yaitu:6

1. Factor intrinsik: factor yang berasal dari tunu : umur, jenis kelamin,

keturunan

a. Jenis kelamin : pasien laki-laki ; perempuan = 4:1 disebabkan

oleh:

- Anatomi saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang.

Page 35: Presus Ujv

35

- Secara alamiyah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium

lebih tinggi dan pada air kemih perempuan kadar sitrat lebih

tinggi.

- Laki-laki mempunyai testosterone yang meningkatkan

produksi oksalat endogen hati.

- Estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi

garam akalsium

b. Umur : terbanyak penderita BSK di Negara Barat adalah usia 20-

50 tahun, di Indonesia umur 30-60 tahun. Penyebab pasti belom

diketahui, kemungkinan disebabkan perbedaan factor social

ekonomi, budaya dan diet.

c. Herediter : belum diketahui pasti. Penyakit ini masih di duga

diturunkan oleh orang tuanya.

2. Factor ekstrinsik : factor yang berasal dari lingkungan sekitar,

geografi, iklim dan gaya hidup.

a. Geografi : banyak diderita pada orang yang bertempat tinggal

di daerah pegunungan. Disebabkan sumber air bersih yang

dikonsumsi banyak mengandung mineral phosphor, kalsium,

magnesium dsb.

b. Factor iklim dan cuaca : tidak berpengaruh langsung, namun

kejadian ini banyak di temukan pada daerah yang bersuhu

tinggi.

c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tinggi kadar mineral

kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan angka

kwjadian batu.

d. Diet : missal tinggi purin, oksalat, kalsium.

e. Pekerjaan : lebih banyak pada orang yang pekerjaannya lebih

sering duduk.

Page 36: Presus Ujv

36

f. Kebiasaan menahan BAK : akan menimbulkan statis air kemih

yang beakibat timbulnya ISK. ISK yang disebabkan kuman

memecah urea menyababkan terbentuknya batu struvit.

G. Tanda dan gejala

1. Rasa nyeri

Rasa nyari yang berulang (kalok) tergantung pada lokasi

batu. Batu di saluran kemih atas menimbulkan kolik. Disebabkan

karena peristaltic ureter yang selalu bergera menyebabkan batu

bergerak atau gesekan. Nyeri kostovertebra dan nyeri pada

pinggang.5

2. Demam

Demam terjadi karena kuman yang beredar di dalam darah

sehiingga menyababkan suhu badan tinggi.5

3. Hematuria dan kristaluria biasanya dilakukan pemeriksaan

mikroskopis.5

4. Penyumbatan5

- Rasa belum puas setelah miksi.

- Terjadi infeksi saluran kemih akibat penyumbatan batu.

- Terjadi hidronefrosi bisa teraba saat pemeriksaan perabaan

ginjal, ginjal akan teraba besar.

- Retensi urin bila penyumbatan terjadi di uretra.

- Miksi berhenti secara tiba-tiba dan bisa miksi lagi setelah

merubah posisi tubuh.

H. Diagnosis

1. Pemeriksaan laboratorium5

- Kultur urin : menunjukkan adanya pertumbuhan kuman.

- Faal ginjal : mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal

2. Radiografi.5

Page 37: Presus Ujv

37

- BNO abdomen : untuk mengetahui adanya batu di daerah

mana. Tetapi tidak bisa membedakan batu yang terdapat di

dalam ginjal atau di luar ginjal.

- USG : menunjukkan ukuran, bentuk, posisi

batu.keterbatasannya adalah sulit untuk menunjukkan baru

ureter dan tidak dapat membedakan batu klasifikasi dan

radiolusen.

- IVP : menilai anatomi dan funsi ginjal. Kontraindikasi pada

alergi terhap kontras dan kadar ureum kreatini yang

meningkat.

- Urogram : deteksi batu lusen sebagai filling defect (batu asam

urat, xanthin), lokasi batu, menunjukkan kelainan antomis.

- CT scan: menghasilkan gambar yang jelas tentang ukuran dan

lokasi batu.

I. Diangnosis banding

1. Kolik ginjal dan ureter.

2. Bat ginjal

3. Batu ureter

4. Batu buli

J. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan BSK adalah menghilangkan batu,

menentukan jenis batu, mengendalikan infeksi dan mengurangi

obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan menggunakan

medikamentosa, pemberian obat, dan dapat juga dilakukan

pembedahan.6

a. Medikamentoda

Indikasi : batu berdiameter <5 mm, diharapkan batu dapat keluar

tanpa intervensi medis.

Page 38: Presus Ujv

38

Cara : mempertahankan keenceran urin dan diet makanan tertentu

yang merupakan bahan utama pembentukan batu (kalsium) yang

efektif mencegah pembentukan batu atau meningkatkan ukuran

batu yang ada. Beberapa cara yaitu:

- Minum paling sedikit 8 gelas sehari.

- Diet rendah kalsium (susu, keju)

- Hindari makanan yang kaya oksalat (bayam, coklat, kacang-

kacangan)

- Diet rendah purin seperti daging, ikan dan ungagas.

- Hindari soft drink lebih dari 1 liter/minggu.

b. Pengobatan medic dengan pemberian obat-obatan

- Analgetik untuk meredakan nyeri dan mengusahakan batu

kluar sendiri secara sepontan.

- Propantelin untuk mengatasi spasme ureter.

- Infeksi : antibiotic kotrimoksazol 2x2 tablet atau amoxicillin

500 mg 3 kali sehari.

- Obat diuretic thiazide (misalnya trichlormetazid) :

mengurangi pembentukan batu yang baru.

- Allopurinol : mengurangi pembentukan asam urat.

c. ISWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

Tindakan non infasi dan tampa pembiusaban, dilakukan

gelombang kejut eksterna yang dialirikan melalui tubuh untuk

memecah batu. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter

proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah

dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL mengurangi keharusan

melakukan prosedur invasive dan menurunkan lama rawat inap di

RS.

Indikasi

- Batu didalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang

berukuran ≤ cm.

- Fungsi ginjal masih baik.

Page 39: Presus Ujv

39

- Kontraindikasi

- Gangguan koagulasi

- Kehamilan

- ISK yang tidak terobatu

- Obstruksi traktus urinarius besar.

d. Tindakan oprasi

1. Nefrolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang

berada di dalam ginjal.

2. Ureterolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang

berasda di dalam utreter.

3. Sistolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang

berdad di vesica urinaria (section alta).

Indikasi : batu buli >2,5 cm pada dewasa dan semua ukuran

pada anak, batu keras, keluarkan benda asing di kandung

kemih, terapi perdarahan kandung kemih yang hebat yang tidak

bisa ditangani dengan transurethtak.

4. Uretrolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang

berada di uretra.

5. Pielolitotomi : opreasi terbuka unutuk mengambil batu yang

berada di pielum.

K. Komplikasi

Perjalanan penyakit

- Obstruksi : di ginjal dan ureter menyebabkan hidronefrosis,

kegagalan fungsi ginjal, uremia karena gagal ginjal total. Di

buli menyebabkan gangguan aliran kemih. Batu ureter

menyebabkan hidroureter.

- Infeksi sekunder, iritasi berkepanjangan pada

Akibat terapi

- Post ISWL : hematuria, kolik renal akibat gerakan pasase

fragmen batu.

Page 40: Presus Ujv

40

- Post uretratomi externa : striktur uretra

- Post section alta : perdarahan, infeksi luku oprasi

Page 41: Presus Ujv

41

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada

pasien ini, didapatkan diagnosis Batu ureter sepertiga distal sinistra.

Pasien mengatakan mengeluh nyeri pinggang bawah sebelah kiri, nyeri

dirasakan terus menerus. Buang air kecil terasa panas, setelah BAK nyeri semakin

bertambah, BAK seperti ada pasir disanggah, BAK sulit di sanggah, mengejan

saat BAK di sanggah, BAK berhenti sendiri disanggah, terbangun malam hari

untuk BAK disanggah, BAK menetes disanggah. Nyeri pada uluhati dan terasa

panas. BAB seperti biasa tidak cair lendir maupun berdarah. Mual ada, muntah

tidak ada, pusing tidak ada. BAK terasa puas tetapi setelah BAK seperti terasa

tidak puas (anyang-anyangen).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut sebelah kiri, nyeri

epigastrium sedikit mereda saat ditekan, nyeri tekan kanan bawah tidak dirasakan,

nyeri tekan suprapubik tidak dirasakan, nyeri tekan lepas tidak dirasakan, nyeri

bagian Mc Burney tidak dirasakan, hepar tidak teraba, ginjal kanan kiri juta tidak

teraba, terdapat nyeri ketok ginjal sebelah kiri bawah.

Untuk menyingkirakan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan penunjang

diantaranya foto BNO dan USG.

Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi penatalaksanaan awal yang

bersifat dan penatalaksanaan lanjutan. Untuk penatalaksanaan awal pasien

diberikan anti nyeri supaya pasien merasa tenan dengan sakitnya dan untuk

penatalaksanaan lanjutannya yaitu tindakan oprasi pengankatan batu.

Page 42: Presus Ujv

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, David C. Infeksi saluran kemih, Buku Ajar Ilmu bedah. 2nd

ed.

Jakarta: EGC; 2005

2. Purnomo BB. Batu saluran kemih. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta:

CV. Sagung Seto; 2007

3. Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. 2 nd ed. Jakkarta:

EGC; 2001.

4. Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.

5. Syamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd

ed. Jakarta: EGC;

2004.

6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.

4th

ed. Jakarta: BP FKUI; 2006.