presus konjungtivitis

26
PRESENTASI KASUS KONJUNGTIVITIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo Disusun Oleh: Ari Irawan 20090310219 Diajukan Kepada: dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO PROGRAM PROFESI DOKTER i

Upload: ariloveatika

Post on 28-Sep-2015

73 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

konjungtivitis bakteri

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSKONJUNGTIVITISDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Disusun Oleh:

Ari Irawan20090310219Diajukan Kepada:

dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATARSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

PROGRAM PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

KONJUNGTIVITISTelah dipresentasikan pada tanggal: April 2015Bertempat di RSUD Setjonegoro WonosoboDisusun oleh:

Ari Irawan20090310219Disahkan dan disetujui oleh:

Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. M. Faisal Lutfi, Sp.MKATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.WbPuji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus Konjungtivitis.

Presentasi kasus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak ternilai kepada:1. dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M selaku dosen pembimbing bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Kesehatan Mata serta dalam penyusunan presentasi kasus ini.

2. Perawat bagian poliklinik mata RSUD Setjonegoro Wonosobo.3. Rekan-rekan Co-Assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.

4. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian presentasi kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Dalam penyusunan presentasi kasus ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun demi kesempurnaan penyusunan presus di masa yang akan datang.Wassalamualaikum Wr.Wb

Wonosobo, 17 April 2015 Ari IrawanDAFTAR ISI

iHALAMAN JUDUL

iiHALAMAN PENGESAHAN

iiiKATA PENGANTAR

ivDAFTAR ISI

BAB I1PENDAHULUAN

BAB II2LAPORAN KASUS

2A.Identitas Pasien

2B.Anamnesis

3C.Pemeriksaan Fisik

4D.Diferensial Diagnosis

4E.Diagnosis

4F.Penatalaksanaan

4G.Prognosis

BAB III5TINJAUAN PUSTAKA

5A.Anatomi Konjungtiva

6B.Definisi Konjungtivitis

6C.Etiologi Konjungtivitis

6D.Gejala dan Tanda Konjungtivitis

8E.Diagnosis Banding

8F.Perbedaan Konjungtivitis Umum

8G.Klasifikasi Konjungtivitis Bakteri

9H.Gambaran Klinis Konjungtivitis Bakteri

9I.Terapi

10J.Prognosis

10K.Komplikasi

BAB IV11PEMBAHASAN

BAB V12KESIMPULAN

13DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKonjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan substansi-substansi dari lingkungan luar yang mengganggu. Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan sekret purulen.1Di Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis konjungtivitis yang paling banyak yang akurat.2B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan Umum

Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat dalam mengikuti pendidikan profesi dokter dibagian Ilmu Kesehatan Mata.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konjungtivitis sehingga dapat menegakkan diagnosis dan manajemen secara komprehensif.C. MANFAAT PENULISANPresentasi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca dalam memahami konjungtivitis, mulai dari diagnosis, sampai terapi konjungtivitis.BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama

: Tn. KAlamat

: Segug 1/5 Kedalon, KalikajarUmur

: 42 tahunPekerjaan

: BuruhNomor CM: 631264Tanggal periksa: 13 April 2015B. Anamnesis

Keluhan utama

:

Mata kiri terasa gatal, dan kemerahan.Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke poliklinik mata RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan mata kiri terasa gatal dan kemerahan, keluhan disertai mata berair, dan keluar kotoran mata banyak terutama setiap bangun tidur sehingga kelopak mata terasa lengket. Keluhan dirasakan sejak + 2 hari sebelum periksa, keluhan tidak disertai gangguan penglihatan. Riwayat terkena bahan kimia dan tersengat serangga disangkal oleh pasien. Sebelum ke dokter, pasien hanya menggunakan tetes mata yang dibeli sendiri di apotek.Riwayat Penyaki Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Riwayat penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus, dan Hipertensi disangkal. Riwayat Alergi dan Asma disangkal oleh pasien.Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit atopik pada keluarga disangkal oleh pasien. Resume AnamnesisSeorang laki-laki berusia 42 tahun datang dengan keluhan mata kiri terasa gatal dan kemerahan, keluhan disertai mata berair, dan keluar kotoran mata banyak terutama setiap bangun tidur sehingga kelopak mata terasa lengket. Keluhan tidak disertai gangguan penglihatan. C. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran

: Compos Mentis.Pemeriksaan Subyektif:PemeriksaanODOS

Visus jauh5/55/5

Pemeriksaan Obyektif :PemeriksaanOD

OS

Sekitar Mata

Supercilia dan ciliaSimetris, distribusi merataSimetris, distribusi merata

Palpebra

Gerakan

Margo sup dan infNormal

Edema (-)NormalEdema (+), Sekret Banyak (+)

Gerakan Bola MataNN

Konjungtiva

K palpebra sup et inf

K bulbiHiperemi (-)Hiperemi (-)Jar. Fibrovaskular (-)Hiperemi (+)

Hiperemi (+), Jar. Fibrovaskular (-)

Sklera

WarnaPutihPutih

Kornea

Kejernihan

Sikatrik

Arcus senilisJernih

Tidak ada

Tidak adaJernih

Tidak adaTidak ada

COASedangSedang

PupilBulat, d = 3 mm,

Reflek Cahaya (+)Bulat, d = 3 mmReflek Cahaya (+)

IrisNN

Lensa JernihJernih

Tekanan Bola Mata (digital)NN

Laboratorium

:Tidak dilakukan

D. Diferensial Diagnosis

1. Konjungtivitis Bakteri2. Konjungtivitis Virus3. Konjungtivitis Alergi4. Keratitis5. Iritis6. Glaukoma akutE. Diagnosis

OS

: Konjungtivitis et causa BakteriF. Penatalaksanaan

OS

: Ciprofloxacin Tab 500 mg 2x1 (X)

Asam Mefenamat Tab 500 mg 2x1 (VI)

Metil Prednisolon Tab 8 mg 3x1 (X)

Cendo Tobroson (Tobramicyn, Dexamethason) eye drop 6 kali 2 tetes OS.

Cendo Mycos (Hydrocortison asetat, chloramphenicol) eye oint 1 kali OS malam hari.G. Prognosis

Quo ad vitam

: dubia ad bonamQuo ad sanationam: dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonamBAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Konjungtiva

Gambar 2.1 Anatomi Konjungtiva1Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis, membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva terdiri dari 3 bagian :1 1) Konjungtiva Palpebralis2) Konjungtiva Bulbaris3) Konjungtiva ForniksArteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profunda bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V.1B. Definisi KonjungtivitisKonjungtivitis merupakan proses peradangan konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.1C. Etiologi Konjungtivitis

1. Bakteri : N. Gonorrhoea, Pneumococcus, H. Influenzae, S. Aureus.2. Klamidia : Trakoma (Chlamidia trakomatis serotipe A-C).3. Viral : Adenovirus, Virus herpes simpleks, Varicella.4. Imonologik (Alergika) : Reaksi hipersensitivitas segera (konjungtivitis hay fever) maupun reaksi hipersensitivitas lambat (fliktenulosis).1D. Gejala dan Tanda Konjungtivitis1. Gejala : gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu sensasi tergores atau panas, sensasi penuh disekitar mata, gatal dan fotofobia. Adanya rasa sakit dan sensasi adanya benda asing mengesankan terkenanya kornea.12. Tanda :1a. Hiperemia : tanda klinis konjungtivitis akut yang paling mencolok. Kemerahan semakin jelasdi forniks dan semakin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluhpembuluh konjungtiva posterior. (Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam).1b. Epiphora (berair mata) : sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal, atau karena gatal.1 c. Sekret (discharge) : merupakan suatu ciri dari semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika.1d. Pseudoptosis : adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.1e. Hipertrofi papila : merupakan suatu reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Eksudat radang mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.1f. Kemosis : kemosis konjungtiva sangat mengesankan konjungtivitis alergika dan dapat timbul pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral.1g. Folikel : merupakan suatu hiperplasia limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal. Secara klinis dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. Pada pemeriksaan slit lamp, tampak pembuluh-pembuluh kecil yang muncul pada batas folikel dan mengitarinya. Ditemukan disebagian besar kasus konjungtivitis virus, konjungtivitis klamidia, parasitic dan konjungtivitis toksik.1h. Pseudomembran dan Membran : pseudomembran merupakan suatu pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel, yang bila diangkat epitel tetap utuh. Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel, yang jika diangkat meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.1i. Konjungtivitis ligneosa : bentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren. Keadaan ini bilateral, terjadi pada anak-anak terutama anak perempuan. Dapat ditemukan manifestasi sistemik lain seperti nasofaringitis dan vulvuvaginitis.1j. Granuloma : Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa khalazion.1k. Fliktenula : merupakan reaksi hipersensitifitas lambat terhadap antigen mikroba seperti antigen stafilokokus atau mikobakterial.1 l. Limfadenopati preaurikuler : merupakan tanda penting pada konjungtivitis. Pada konjungtivitis herpes simpleks primer, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi dan trakoma.1E. Diagnosis Banding

TandaKonjuntivitisKeratitis/IritisGlaukoma akut

Tajam penglihatanNormalTurun nyataSangat kabur

SilauTidak adaNyata-

SakitPedes, rasa kelilipanSakitBerat

Mata merahInjeksi konjungtivalInjeksi siliarInjeksi sirkumkorneal

SekretSerous, mukos, purulenTidak adaTidak ada

Lengket kelopakTerutama pagi hariTidak adaTidak ada

PupilNormalMengecilDilatasi sedang dan terfiksasi (tidak ada respon cahaya pupil)

F. Perbedaan Konjungtivitis UmumTemuan Klinis dan SitologiViralBakteriKlamidiaAlergika

GatalMinimalMinimalMinimalHebat

HiperemiaGeneralisataGeneralisataGeneralisataGeneralisata

Mata berairBanyakSedangSedangMinimal

EksudasiMinimalBanyakBanyakMinimal

Adenopati preaurikularSeringJarangHanya sering pada konjungtivitis inklusiTak ada

Pada kerokan dan eksudat yang dipulasMonositBakteri, PMNPMN, sel plasma, badan inklusiEosinofil

Disertai sakit tenggorokan dan demamSesekaliSesekaliTak pernahTak pernah

G. Klasifikasi Konjungtivitis BakteriTerdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri yaitu akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.1 H. Gambaran Klinis Konjungtivitis BakteriUmumnya, bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadang-kadang edem palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman.1Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) disebabkan oleh N.gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N. meningitidis ditandai oleh eksudat purulent yang banyak. Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut mata merah (pinkeye) oleh kebanyakan orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hyperemia konjungtiva akut dan secret mukopurulen berjumlah sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptus pada iklim tropis.1 Konjungtivitis subakut paling sering disebabkan oleh H. influenze, ditandai dengan eksudat tipis, berair, atau berawan. Konjungtivitis bakteri kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga bisa menyertai blefaritis bakterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom.1 I. TerapiTerapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan antimikroba topikal spektrum luas (missal polimiksin-trimetroprim). Pada konjungtivitis purulent dan mukopurulen, saccus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan hygiene perorangan secara khusus.1 Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotik spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau kloramfenicol).3 J. PrognosisKonjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah dan meninges, septicemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis meningokokus.1K. KomplikasiBlefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokokus, kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa, dan pada kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N.gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitidis, H. aegyptius, S. aureus, dan M. catarrhalis, jika produk toksik N. gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk ke bilik mata depan, dapat timbul iritis toksik.1

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Pada kasus Tn. K ini mempunyai keluhan mata kiri terasa gatal dan kemerahan, keluhan disertai mata berair dan keluar kotoran mata banyak terutama setiap bangun tidur sehingga kelopak mata terasa lengket. Keluhan dirasakan sejak + 2 hari sebelum periksa, keluhan tidak disertai gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik mata, didapatkan bahwa visus mata pasien dalam batas normal. Palpebra mata kiri pasien mengalami edem disertai sekret yang banyak dan purulen. Konjungtiva mata kiri tampak hiperemis.

Dari manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik mata yang didapatkan bahwa pasien Tn. K ini menderita konjungtivitis bakteri pada mata kiri.

Pengobatan konjungtivitis bakteri kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada pasien ini mendapatkan obat peroral ciprofloxacin (antibiotik), asam mefenamat (analgesik), dan metilprednisolon (kortikosteroid), serta obat tetes mata Cendo Tobroson (Tobramicyn, Dexamethason) dan salep mata Cendo Mycos (Hydrocortison asetat, chloramphenicol).Prognosis konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai selama 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus dan konjungtivitis gonokokus.BAB V

KESIMPULAN

Konjungtivitis merupakan proses peradangan konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.Secara klinis konjungtivitis akibat bakteri bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadang-kadang edem palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke sebelahnya. Prognosis konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai selama 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus dan konjungtivitis gonokokus.DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, DG., Asbury, T., Riordan Eva, P. 2010. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.2. Kemkes RI, 2010. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Available at: http://www.depkes.go.id. [Accessed 17 April 2015].

3. Ilyas, S. 2009. Ilmu Penyakit Mata 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. ii