presus kholelitiasis

Upload: mutiana-muspita-jeli

Post on 03-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    1/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    IDENTITASNama : Nn. Riki Dania

    Ruang : ArafahUmur : 18 tahun

    Nama Lengkap : Nn. Riki Dania Jenis Kelamin : Perempuan

    Tanggal lahir : 04-04-1994 Umur : 18 tahun

    Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMA

    Agama : Islam Status perkawinan : Belum Kawin

    Alamat : Mejing kidul, Ambarketawang

    Kunjungan RS tanggal : 25-02-2013

    A.ANAMNESIS

    KELUHAN UTAMA : mata dan kulit kuning

    1. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengeluh nyeri perut di bagian uluhati 2 minggu

    sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh mual dan

    muntah sejak 2 mg SMRS. Mata dan kulit kuning sejak 5 hr SMRS, demam disangkal. BAK

    seperti teh dan BAB berwarna pucat sejak 5 hr SMRS.

    2. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat penyakit yang serupa : Disangkal

    Riwayat penyakit hipertensi : Disangkal

    Riwayat penyakit DM : Disangkal

    Riwayat penggunaan obat-obatan : Disangkal

    Riwayat alergi : Disangkal

    Riwayat penyakit jantung : Disangkal

    Riwayat penyakit hati : Disangkal

    Riwayat penyakit ginjal : Disangkal

    Riwayat penyakit gastrointestinal : Pasien terkadang merasakan nyeri ulu hati bila

    terlambat makan, pasien mengatakan nyeri

    disebabkan maag (dyspepsia)

    Riwayat trauma : Disangkal

    RM.01.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    2/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    3. Riwayat Penyakit pada Keluarga

    Riwayat penyakit yang serupa : Disangkal

    Riwayat penyakit hipertensi : Disangkal

    Riwayat penyakit DM : Disangkal

    Riwayat penyakit jantung : Disangkal

    Riwayat penyakit ginjal : Disangkal

    Riwayat penyakit hati : Ibu pasien riwayat hepatitis pada usia 7 th

    Riwayat penyakit gastrointestinal : Disangkal

    Riwayat alergi : Disangkal

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan

    Keadaan umum : Tampak ikterik

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda vital : Tekanan darah : 100/60 mmHg

    Nadi : 82 x/menit

    Respirasi : 20 x/menit

    Suhu : 36,5 CPemeriksaan kepala

    Bentuk kepala : Normochepal, simetris

    Rambut : Warna hitam, distribusi merata

    Kulit wajah : Tampak ikterik

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)

    Telinga : Othore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-)

    Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), rhinore (-/-)

    Mulut dan faring : Bibir sianosis (-), tepi hiperemis (-), bibir kering (+), lidah kotor (-),

    tremor (-), hiperemis (-)

    Pemeriksaan leher : limfonodi tidak membesar

    Pemeriksaan dada

    Dada : inspeksi : bentuk dada normal, kulit tampak kuning

    Palpasi : gerakan dada simetris kanan dan kiri

    RM.02.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    3/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Perkusi : sonor + normal di semua lapang paru

    Auskultasi : vesikuler + normal, bising jantung

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, kulit tampak kuning

    Auskultasi : bising usus dalam batas normal

    Perkusi : timpani + normal

    Palpasi : supel (+), NTE (+), Murphy sign (-), Mc Burney sign (-), turgor baik.

    Hepar dan lien tidak teraba membesar.

    Ekstremitas : akral hangat, palmar kekuningan, capiler refill

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    4/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Kimia klinik

    - Glukosa Darah Sewaktu

    - Bilirubin Total

    - Bilirubin Direct

    - Bilirubin Indirect

    - SGOT

    - SGPT

    94

    16,8

    11,8

    4,20

    44

    75

    70-140 mg/dl

    0,1-1,2 mg/dl

    < 0,3 mg/dl

    0,1-0,7 mg/dl

    < 31 u/l

    < 34 u/l

    Pemeriksaan hematologi tanggal 27 Februari 2013

    Hemostasis

    - PPT- APTT

    12,129,3

    12-18 det20-35 det

    Pemeriksaan USG tanggal 27 Februari 2013

    RM.04.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    5/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    USG UPPER DAN LOWER ABDOMEN

    Hepar : Ukuran dan echostruktur normal, system porta dan vena hepatica normal.

    Tampak pelebaran hepatic duct dextra dan sinistra, dan extra hepatic duct

    Vesica felea : Anechoic, tampak struktur hyperechoic dengan acoustic shadow, tampak

    gambaran double wall dan penebalan dinding.

    Pankreas : Ukuran dan echostruktur normal

    Lien : Ukuran dan echostruktur normal

    Ren kanan dan kiri : Ukuran dan echostruktur normal. Sistem pelvicocalices normal, tak tampak

    batu

    kesimpulan : Obstruktive Jaundice ec Cholecystolithiasis

    Obstructive Jaundice ec DD : Choledocolithiasis

    Klatzkin Tumor

    Organ-organ lain tersebut diatas dalam batas normal.

    Pemeriksaan USG tanggal 1 Maret 2013

    RM.05.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    6/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    RM.06.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    7/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    USG UPPER DAN LOWER ABDOMEN

    Hepar : Echostruktur normal, sudut lancip, IHBD tampak prominen, tak tampak

    massa /nodul

    Vesica felea : dinding licin, lumen echolusen, tampak lesi hiperechoic di dalam vesica felea

    Dengan acoustic shadow (+), ductus choledochus tampak melebar dengan

    bayangan hiperechoic di ujung ductus

    Pankreas : Echostruktur normal, tak tampak massa

    kesimpulan : Ectasis bilier intra dan extra hepatal dengan gambaran multiple

    cholecystolithiasis sangat mungkin ec choledocholithiasis

    D. DIAGNOSIS :

    Diagnosis kerja : Obstruktive Jaundice ec Cholecystolithiasis

    Diagnosis Banding : Hepatitis

    Tumor Klatzkin

    Tumor Caput Pankreas

    E. PENATALAKSANAAN :

    Loratadine : 3x10 mg peroral

    Omeprazole : 2x20 mg peroral

    Cefotaxime : 3x500 mg IV

    Ondansetron : 2x4 mg IV

    Metronidazole : 3x500 mg peroral

    Infuse : asering

    RM.07.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    8/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Ikterus (icterus) berasal dari bahasa Greek yang berarti kuning. Nama lain ikterus adalah

    jaundice yang berasal dari bahasa Perancis jaune yang juga berarti kuning. Dalam hal ini

    menunjukan peningkatan pigmen empedu pada jaringan dan serum. Jadi ikterus adalah warna

    kuning pada sclera, mukosa dan kulit yang disebabkan oleh akumulasi pigmen empedu di dalam

    darah dan jaringan (> 2 mg / 100 ml serum).

    Ada 3 tipe ikterus yaitu ikterus pre hepatika (hemolitik), ikterus hepatika (parenkimatosa)

    dan ikterus post hepatika (obstruksi). Ikterus obstruksi (post hepatika) adalah ikterus yang

    disebabkan oleh gangguan aliran empedu antara hati dan duodenum yang terjadi akibat adanya

    sumbatan (obstruksi) pada saluran empedu ekstra hepatika. Ikterus obstruksi disebut juga ikterus

    kolestasis dimana terjadi stasis sebagian atau seluruh cairan empedu dan bilirubin ke dalam

    duodenum.

    Ada 2 bentuk ikterus obstruksi yaitu obstruksi intra hepatal dan ekstra hepatal. Ikterus

    obstruksi intra hepatal dimana terjadi kelainan di dalam parenkim hati, kanalikuli atau kolangiolayang menyebabkan tanda-tanda stasis empedu sedangkan ikterus obstruksi ekstra hepatal terjadi

    kelainan diluar parenkim hati (saluran empedu di luar hati) yang menyebabkan tanda-tanda stasis

    empedu . Yang merupakan kasus bedah adalah ikterus obstruksi ekstra hepatal sehingga sering juga

    disebut sebagai surgical jaundice dimana morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari

    diagnosis dini dan tepat.

    B. ETIOLOGI

    Etiologi obstruksi ekstra hepatal dapat berasal dari intra luminer, intra mural dan ekstra

    luminer. Sumbatan intra luminer karena kelainan yang terletak dalam lumen saluran empedu . Yang

    paling sering menyebabkan obstruksi adalah batu empedu. Pada beberapa kepustakaan

    menyebutkan selain batu dapat juga sumbatan akibat cacing ascaris. Sumbatan intra mural karena

    RM.08.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    9/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    kelainan terletak pada dinding saluran empedu seperti kista duktus koledokus, tumor Klatskin,

    stenosis atau striktur koledokus atau striktur sfingter papilla vateri.

    Sumbatan ekstra luminer karena kelainan terletak diluar saluran empedu yang menekan

    saluran tersebut dari luar sehingga menimbulkan gangguan aliran empedu. Beberapa keadaan yang

    dapat menimbulkan hal ini antara lain pankreatitis, tumor kaput pancreas, tumor vesika fellea atau

    metastasis tumor di daerah ligamentum hepatoduodenale.

    C. FISIOLOGI METABOLISME BILIRUBIN

    Bilirubiin merupakan pigmen yang larut dalam lemak yang berasal dari pemecahan sel-sel

    eritrosit tua dalam sistem monosit makrofag. Masa hidup rata-rata eritrosit adalah 120 hari. Setiap

    hari sekitar 50 cc darah dihancurkan menghasilkan 200 250 mg bilirubin. Kini diketahui juga

    bahwa pigmen empedu sebagian juga berasal dari destruksi eritrosit matang dalam sum-sum tulang

    dan dari hemoprotein lain terutama hati.

    Sebagian besar bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin di dalam sel-sel fagosit

    mononuclear dari sistem retikulo-endotelial terutama dalam lien. Cincin hem setelah dibebaskan

    dari Fe dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau oleh enzim heme oksigenase.

    Enzim reduktase akan merubah biliverdin menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin iniakan berikatan dengan protein sitosolik spesifik membentuk kompleks protein-pigmen dan

    ditransportasikan melalui darah ke dalam sel hati. Bilirubin ini dikenal sebagai bilirubin yang

    belum dikonjugasi (bilirubin I) atau bilirubin indirek berdasarkan reaksi diazo Van den Berg.

    Bilirubin indirek ini tidak larut dalam air dan tidak diekskresi melalui urine.

    Di dalam sel hati albumin dipisahkan dan bilirubin dikonjugasi dengan asam glukoronik dan

    dikeluarkan ke saluran empedu. Bilirubin ini disebut bilirubin terkonjugasi (bilirubin II) yang larut

    dalam air atau bilirubin direk yang memberikan reaksi langsung dengan diazo Van den Berg.

    Didalam hati kira-kira 80% bilirubin terdapat dalam bentuk bilirubin direk (terkonjugasi atau

    bilirubin II).

    Melalui saluran empedu, bilirubin direk akan masuk ke usus halus sampai ke kolon. Oleh

    aktivitas enzim-enzim bakteri dalam kolon glukoronid akan pecah dan bilirubin dirubah menjadi

    RM.09.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    10/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    mesobilirubinogen, stercobilinogen dan urobilinogen yang sebagian besar diekskresikan ke dalam

    feses. Urobilinogen akan dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna feses. Bila terjadi

    obstruksi total saluran empedu maka tidak akan terjadi pembentukan urobilinogen dalam kolon

    sehingga warna feses seperti dempul (acholic). Urobilinogen yang terbentuk akan direabsorbsi dari

    usus , dikembalikan ke hepar yang kemudian langsung diekskresikan ke dalam empedu. Sejumlah

    kecil yang terlepas dari ekskresi hepar mencapai ginjal dan diekskresi melalui urine.

    D. PATOGENESIS

    Hiperbilirubinemia adalah tanda nyata dari ikterus. Kadar normal bilirubin dalam serum

    berkisar antara 0,3 1,0 mg/dl dan dipertahankan dalam batasan ini oleh keseimbangan antara

    produksi bilirubin dengan penyerapan oleh hepar, konjugasi dan ekskresi empedu. Bila kadarbilirubin sudah mencapai 2 2,5 mg/dl maka sudah telihat warna kuning pada sklera dan mukosa

    sedangkan bila sudah mencapai > 5 mg/dl maka kulit tampak berwarna kuning .

    Ikterus obstruksi terjadi bila :

    1. Terjadinya gangguan ekskresi bilirubin dari sel-sel parenkim hepar ke sinusoid. Hal ini disebut

    ikterus obstruksi intra hepatal. Biasanya tidak disertai dengan dilatasi saluran empedu.

    Obstruksi ini bukan merupakan kasus bedah.

    2. Terjadi sumbatan pada saluran empedu ekstra hepatal. Hal ini disebut sebagai ikterus obstruksi

    ekstra hepatal. Oleh karena adanya sumbatan maka akan terjadi dilatasi pada saluran empedu .

    Karena adanya obstruksi pada saluran empedu maka terjadi refluks bilirubin direk (bilirubin

    terkonjugasi atau bilirubi II) dari saluran empedu ke dalam darah sehingga menyebabkan

    terjadinya peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah. Bilirubin direk larut dalam air, tidak

    toksik dan hanya terikat lemah pada albumin. Oleh karena kelarutan dan ikatan yang lemah

    pada albumin maka bilirubin direk dapat diekskresikan melalui ginjal ke dalam urine yang

    menyebabkan warna urine gelap seperti teh pekat. Urobilin feses berkurang sehingga feses

    berwarna pucat seperti dempul (akholis) . Karena terjadi peningkatan kadar garam-garam

    empedu maka kulit terasa gatal-gatal (pruritus).

    E. KLASIFIKASI

    Klasifikasi ikterus obstruksi terbagi atas 4 tipe yaitu :

    Tipe I : Obstruksi komplit.

    RM.010.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    11/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Obstruksi ini memberikan gambaran ikterus. Biasanya terjadi karena tumor kaput pancreas,

    ligasi duktus biliaris komunis, kolangiokarsinoma, tumor parenkim hati primer atau sekunder.

    Tipe II : Obstruksi intermiten.

    Obstruksi ini memberikan gejala-gejala dan perubahan biokimia yang khas serta dapat disertai

    atau tidak dengan serangan ikterus secara klinik. Obstruksi dapat disebabkan oleh karena

    koledokolitiasis, tumor periampularis, divertikel duodeni, papiloma duktus biliaris, kista

    koledokus, penyakit hati polikistik, parasit intra bilier.

    Tipe III : Obstruksi inkomplit kronis.

    Dapat disertai atau tidak dengan gejala-gejala klasik atau perubahan biokimia yang pada

    akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan patologi pada duktus bilier atau hepar. Obstruksi

    ini dapat disebabkan oleh karena striktur duktus biliaris komunis ( kongenital, traumatik,

    kolangitis sklerosing atau post radiotherapy ), stenosis anastomosis bilio-enterik, stenosis

    sfingter Oddi, pankreatitis kronis, fibrosis kistik, diskinesia.

    Tipe IV : Obstruksi segmental.

    Obstruksi ini terjadi bila satu atau lebih segmen anatomis cabang biliaris mengalami obstruksi.

    Obstruksi segmentalini dapat berbentuk obstruksi komplit, obstruksi intermiten atau obstruksi

    inkomplit kronis. Dapat disebabkan oleh trauma (termasuk iatrogenik), hepatodokolitiasis,

    kolangitis sklerosing, kolangiokarsinoma.

    F. GAMBARAN KLINIS

    1. ANAMNESIS

    Mata, badan menjadi kuning, kencing berwarna pekat seperti air teh, badan terasa gatal(pruritus), disertai atau tanpa kenaikan suhu badan, disertai atau tanpa kolik diperut kanan atas.

    Kadang-kadang feses berwarna keputih-putihan seperti dempul. Tergantung kausa ikterus

    obstruksi yaitu :

    Bila kausa oleh karena batu.

    RM.011.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    12/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Penderita mengalami kolik hebat secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Keluhan nyeri

    perut di kanan atas dan menusuk ke belakang. Penderita tampak gelisah dan kemudian

    ada ikterus disertai pruritus. Riwayat ikterus biasanya berulang. Riwayat mual ada, perut

    kembung, gangguan nafsu makan disertai diare. Warna feses seperti dempul dan urine

    pekat seperti air teh.

    Bila kausa oleh karena tumor.

    Gejalanya antara lain : penderita mengalami ikterus secara tiba-tiba, tidak ada keluhan

    sebelumnya, Biasa penderita berusia diatas 40 tahun. Terjadi penurunan berat badan,

    kakeksia berat, anoreksia dan anemis memberi kesan adanya proses keganasan.

    2. PEMERIKSAAN FISIK

    Ikterus pada sklera atau kulit, terdapat bekas garukan di badan, febris / afebris. Bila

    obstruksi karena batu, penderita tampak gelisah, nyeri tekan perut kanan atas, kadang-kadang

    disertai defans muscular dan Murphy Sign positif, hepatomegali disertai / tanpa disertai

    terabanya kandung empedu.

    Bila ikterus obstruksi karena tumor maka tidak ada rasa nyeri tekan. Ditemukan

    Courvoisier sign positif , splenomegali, occult blood (biasanya ditemukan pada karsinoma

    ampula dan karsinoma pankreas).

    G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    PEMERIKSAAN RUTIN

    - Darah

    RM.012.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    13/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Perlu diperhatikan jumlah leukosit, bila ada leukositosis berarti ada Infeksi.

    - Urine

    Urobilin positif satu, bilirubin positif dua.

    - Feses

    Berwarna seperti dempul (acholis).

    TES FAAL HATI

    Serum bilirubin meninggi terutama bilirubin direk (terkonjugasi). Alkali fosfatase

    meningkat 2 3 kali diatas nilai normal. Serum transaminase ( SGOT, SGPT), Gamma

    GT sedikit meninggi. Kadar kolesterol meninggi.

    2. PEMERIKSAAN USG

    Pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk menentukan penyebab obstruksi. Yang perlu

    diperhatikan adalah :

    Besar, bentuk dan ketebalan dinding kandung empedu. Bentuk kandung empedu yang

    normal adalah lonjong dengan ukuran 2 3 X 6 cm, dengan ketebalan sekitar 3 mm.

    Saluran empedu yang normal mempunyai diameter 3 mm. Bila diameter saluran empedu

    lebih dari 5 mm berarti ada dilatasi. Bila ditemukan dilatasi duktus koledokus dan saluran

    empedu intra hepatal disertai pembesaran kandung empedu menunjukan ikterus obstrusi

    ekstra hepatal bagian distal. Sedangkan bila hanya ditemukan pelebaran saluran empedu

    intra hepatal saja tanpa disertai pembesaran kandung empedu menunjukan ikterus

    obstruksi ekstra hepatal bagian proksimal artinya kelainan tersebut di bagian proksimal

    duktus sistikus.

    Ada tidaknya massa padat di dalam lumen yang mempunyai densitas tinggi disertai

    bayangan akustik (acustic shadow), dan ikut bergerak pada perubahan posisi, hal ini

    menunjukan adanya batu empedu. Pada tumor akan terlihat massa padat pada ujung

    saluran empedu dengan densitas rendah dan heterogen.

    RM.013.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    14/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Bila tidak ditemukan tanda-tanda dilatasi saluran empedu berarti menunjukan adanya

    ikterus obstruksi intra hepatal.

    3. PEMERIKSAAN CT SCAN

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya dilatasi duktus intra hepatic yang

    disebabkan oleh oklusi ekstra hepatic dan duktus koledokus akibat kolelitiasis atau tumor

    pankreas.

    4. PTC (PERCUTANEUS TRANSHEPATIC CHOLANGIOGRAPHY)

    Tujuan pemeriksaan PTC ini untuk melihat saluran bilier serta untuk menentukan letak

    penyebab sumbatan. Dengan pemeriksaan ini dapat diperoleh gambaran saluran empedu di

    proksimal sumbatan.

    Bila kolestasis karena batu akan memperlihatkan pelebaran pada duktus koledokus

    dengan di dalamnya tampak batu radiolusen. Bila kolestasis karena tumor akan tampak

    pelebaran saluran empedu utama (common bile duct) dan saluran intra hepatal dan dibagian

    distal duktus koledokus terlihat ireguler oleh tumor.

    5. DUODENOGRAPHY HIPOTONIK (DH )

    Pada pemeriksaan ini dapat terlihat pendesakan duodenum ke medial oleh karena

    pembesaran duodenum. Atau bila terlihat pembesaran papilla Vateri yang ireguler atau dinding

    medial duodenum yang ireguler (gambaran gigi gergaji / duri mawar) menunjukan keganasan

    pada ampula Vater atau kaput pancreas sebagai penyebab ikterus obstruksi.

    6. PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

    Endoskopi saluran makan bagian atas (gastrointestinal endoskopi) untuk melihat :

    a. Ada tidaknya kelainan di ampula Vateri, misalnya :

    Karsinoma di ampula Vateri akan tampak membesar ireguler.

    Batu akan tampak edema di ampula Vateri.

    RM.014.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    15/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Tanda pendesakan di antrum, bulbus duodeni dinding posterior didapatkan pada tumor

    pankreas. Sebaiknya pemeriksaan endoskopi dilanjutkan dengan pemeriksaan ERCP.

    b. ERCP ( ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIO PANCREATOGRAPHY )

    Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak sumbatan antara lain

    Koledokolitiasis, akan terlihat defek pengisian (filling

    defect) dengan batas tegas pada duktus koledokus disertai dilatasi saluran empedu.

    Striktur atau stenosis dapat disebabkan oleh kelainan di

    luar saluran empedu (ekstra duktal) yang menekan misalnya oleh kelainan jinak atau

    ganas. Striktur atau stenosis umumnya disebabkan oleh fibrosis akibat peradangan lama, infeksi kronis, iritasi oleh parasit, iritasi oleh batu maupun trauma operasi. Contoh

    yang ekstrim pada kolangitis oriental atau kolangitis piogenik rekuren dimana pada

    saluran-saluran empedu intra hepatic dan ekstra hepatic ada bagian-bagian yang striktur

    dan ada bagian-bagian yang dilatasi atau ekstasia akibat obstruksi kronis disertai

    timbulnya batu, batu empedu akibat kolestasis dan infeksi bakteri. Striktur akibat

    keganasan saluran empedu seperti adenokarsinoma dan kolangio-karsinoma bersifat

    progresif sampai menimbulkan obstruksi total. Kelainan jinak ekstra duktal akan

    terlihat gambaran kompresi duktus koledokus yang berbentuk simetris. Tumor ganas

    akan mengadakan kompresi pada duktus koledokus yang berbentuk ireguler.

    Tumor ganas intra duktal akan terlihat penyumbatan

    lengkap berbentuk ireguler dan dan menyebabkan pelebaran saluran empedu bagian

    proksimal. Gambaran semacam ini akan tampak lebih jelas pada PTC, sedangkan pada

    ERCP akan tampak penyempitan saluran empedu sebelah distal tumor.

    Tumor kaput pankreas akan terlihat pelebaran saluran

    pankreas . Pada daerah obstruksi tampak dinding yang ireguler.

    Pada ikterus obstruksi ekstra hepatal dimana dari hasil ERCP sudah dapat memastikan

    penyebab obstruksi dimana bila :

    o Penyebabnya adalah batu (koledokolitiasis) sebaiknya dilakukan papilotomi untuk

    mengeluarkan batunya.

    RM.015.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    16/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    o Penyebabya adalah tumor, perlu dilakukan tindakan pembedahan.

    Bila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan dilatasi saluran empedu dan hasil

    pemeriksaan ERCP tidak menunjang kelainan ekstra hepatal maka ini merupakan

    ikterus obstruksi intra hepatal.

    H. DIAGNOSIS

    Diagnosis ikerus obstruksi beserta penyebabnya dapat ditegakan berdasarkan anamnesis,

    gambaran klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang diagnostik invasive

    maupun non invasive.

    I. PENATALAKSANAAN

    Pada dasarnya penatalaksanaan penderita ikterus obstruksi bertujuan untuk menghilangkan

    penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu. Bila penyebabnya adalah batu, dilakukan

    tindakan pengangkatan batu dengan cara operasi laparotomi atau papilotomi dengan endoskopi /

    laparoskopi.

    Bila penyebabnya adalah tumor dan tindakan bedah tidak dapat menghilangkan penyebab

    obstruksi karena tumor tersebut maka dilakukan tindakan drainase untuk mengalihkan aliran

    empedu tersebut.

    Ada 2 macam tindakan drainase yaitu :

    1. Drainase ke luar tubuh (drainase eksterna)

    Drainase eksterna dilakukan dengan mengalihkan aliran empedu ke luar tubuh misalnya

    dengan pemasangan pipa naso bilier atau pipa T pada duktus koledokus atau kolesistostomi.

    2. Drainase interna (pintasan bilio-digestif).

    Drainase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio-digestif antara lain

    hepatiko-jejunostomi, koledoko-duodenostomi atau kolesisto-jejunostomi. Drainase interna

    pertama kali dilaporkan oleh Pareiras et al dan Burchart pada tahun 1978, dan presentase

    munculnya kembali ikterus obstruksi setelah dilakukan pintasan adalah 0 15 % tergantung

    dari tehnik operasi yang digunakan.

    RM.016.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    17/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    1. PEMBEDAHAN TERHADAP BATU

    Setiap penderita dengan kolestasis ekstra hepatal merupakan indikasi pembedahan.

    Sewaktu melakukan pembedahan sebaiknya dibuat kolangiografi intra operatif pada saat awal

    pembedahan untuk lebih memastikan letak batu. Lebih baik lagi bila sebelum operasi telah

    dilakukan pemeriksaan ERCP.

    Pembedahan terhadap batu sebagai penyebab obstruksi, yang dapat dilakukan antara lain :

    a. KOLESISTEKTOMI

    Adalah mengangkat kandung empedu beserta seluruh batu. Bila ditemukan dilatasi

    duktus koledokus lebih dari 5 mm dilakukan eksplorasi duktus koledokus. Eksplorasi ke

    saluran empedu dapat menggunakan probe, forseps batu atau skoop, selain itu kalau

    memungkinkan dibantu dengan alat endoskop saluran empedu yang rigid atau fleksibel.

    Semua batu dibuang sebersih mungkin. Kalau ada rongga abses dibuka dan dibersihkan.

    Usaha selanjutnya ialah mencegah batu rekuren dengan menghilangkan sumber pembentuk

    batu antara lain dengan cara diet rendah kolesterol menghindari penggunaan obat-obatan

    yang meningkatkan kolesterol, mencegah infeksi saluran empedu.

    b. SFINGTEROTOMI / PAPILOTOMI

    Bila letak batu sudah pasti hanya dalam duktus koledokus, dapat dilakukan

    sfingterotomi / papilotomi untuk mengeluarkan batunya. Cara ini dapat digunakan setelah

    ERCP kemudian dilanjutkan dengan papilotomi. Tindakan ini digolongkan sebagai

    Surgical Endoscopy Treatment (SET).

    2. PEMBEDAHAN TERHADAP STRIKTUR / STENOSIS

    Striktur atau stenosis dapat terjadi dimana saja dalam sistem saluran empedu, apakah itu

    intra hepatik atau ekstra hepatik. Tindakan yang dilakukan yaitu :

    a. Mengoreksi striktur atau stenosis dengan cara dilatasi atau sfingterotomi.

    RM.017.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    18/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    b. Dapat juga dilakukan tindakan dilatasi secara endoskopi (Endoscopic Treatment) setelah

    dilakukan ERCP.

    c. Bila cara-cara di atas tidak dapat dilaksanakan maka dapat dilakukan tindakan untuk

    memperbaiki drainase misalnya dengan melakukan operasi rekonstruksi atau operasi bilio-

    digestif (by-pass).

    3. PEMBEDAHAN TERHADAP TUMOR

    Bila tumor sebagai penyebab obstruksi maka perlu dievaluasi lebih dahulu apakah tumor

    tersebut dapat atau tidak dapat direseksi.

    1. Bila tumor tersebut dapat direseksi perlu dilakukan reseksi kuratif. Hasil reseksi perlu

    dilakukan pemeriksaan PA.

    2. Bila tumor tersebut tidak dapat direseksi maka perlu dilakukan pembedahan paliatif saja

    yaitu terutama untuk memperbaiki drainase saluran empedu misalnya dengan anastomosis

    bilo-digestif atau operasi by-pass.

    J. PROGNOSIS

    Bahaya akut dari ikterus obstruksi adalah terjadinya infeksi saluran empedu (kolangitisakut), terutama apabila terdapat nanah di dalam saluran empedu dengan tekanan tinggi seperti

    kolangitis piogenik akut atau kolangitis supuratifa. Kematian terjadi akibat syok septic dan

    kegagalan berbagai organ. Selain itu sebagai akibat obstruksi kronis dan atau kolangitis kronis yang

    berlarut-larut pada akhirnya akan terjadi kegagalan faal hati akibat sirosis biliaris. Ikterus obstruksi

    yang tidak dapat dikoreksi baik secara medis kuratif maupun tindakan pembedahan mempunyai

    prognosis yang jelek diantaranya akan timbul sirosis biliaris.

    Bila penyebabnya adalah tumor ganas mempunyai prognosis jelek.

    Penyebab morbiditas dan mortalitas adalah :

    a. Sepsis khususnya kolangitis yang menghancurkan parenkim hati.

    b. Hepatic failure akibat obstruksi kronis saluran empedu.

    c. Renal failure.

    d. Perdarahan gastro intestinal.

    RM.018.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    19/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    K. DEFINISI

    Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material

    mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran

    empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya.

    Gambar 1. Gambaran batu dalam kandung empedu (Emedicine, 2007)

    L. ANATOMI KANDUNG EMPEDU

    Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak tepat dibawah lobus

    kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus

    bentuknya bulat, ujung nya buntu dari kandung empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari

    kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu.

    Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil

    dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang

    keluar dari permukaan hati sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan

    duktus sistikus membentuk duktus koledokus.

    RM.019.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    20/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Gambar 2. Gambaran anatomi kandung empedu (Emedicine, 2007)

    M. FISIOLOGI

    Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara 600-1200

    ml/hari. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu.Diluar waktu makan, empedu

    disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50

    %. Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan

    natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam

    empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%.Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :

    Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena asam empedu

    yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak

    yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah

    pankreas, Asam empedu membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan

    melalui membran mukosa intestinal.

    Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting

    dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan

    kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.

    Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini terjadi ketika

    makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dasar yang menyebabkan

    pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung empedu, tetapi efektifitas pengosongan juga

    RM.020.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    21/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris

    komunis kedalam duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-

    serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik. Kandung empedu

    mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap

    perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung

    empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan,

    normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.

    Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%) cairan empedu.

    Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu adalah steroid yang

    dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme

    umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau diperlukan.

    N. EPIDEMIOLOGI

    Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% sedangka angka kejadian di Indonesia tidak

    berbeda jauh dengan negara lain di Asia Tenggara (syamsuhidayat). Peningkatan insiden batu

    empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang disebut 5 Fs : female (wanita), fertile

    (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), fair, dan forty (empat puluh tahun).

    Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin banyak faktor

    resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.

    Faktor resiko tersebut antara lain:

    1. Genetik

    Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Kecenderungan membentuk batu empedu

    bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini sering dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang

    kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain

    USA, Chili dan Swedia.

    2. Umur

    RM.021.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    22/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat sedikit

    penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan semakin bertambahnya

    usia semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90 tahun

    kemungkinannya adalah satu dari tiga orang.

    3. Jenis Kelamin

    Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan 4 : 1.

    Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu, sementara di Italia 20 %

    wanita dan 14 % laki-laki. Sementara di Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak dari pada

    laki-laki.

    4. Beberapa faktor lain

    Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain: obesitas,

    makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi jangka vena yang lama

    O. PATOGENESIS

    Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran

    empedu lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya. Etiologi batu empedu

    masih belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting

    tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis

    empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling

    penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan kolesterol dalam kandung

    empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat meningkatkan supersaturasi progesif,

    perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu

    dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan

    pembentukan mukus.

    Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi yang

    abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu. Berbagai kondisi

    yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu,

    terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, terlalu banyak sekresi

    RM.022.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    23/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    kolesterol dalam empedu, Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak

    yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme

    lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu

    beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu.

    Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus sistikus.

    Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran

    empedu secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik empedu. Kalau batu

    terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh striktur, batu

    akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus.

    P. PATOGENESIS

    a. Batu Kolesterol

    Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi lebih dari 90

    % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini merupakan batu kolesterol campuran

    yang mengandung paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah

    fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan inorganik lain. Kolesterol dilarutkan di dalam

    empedu dalam daerah hidrofobik micelle, sehingga kelarutannya tergantung pada jumlah relatif

    garam empedu dan lesitin.

    Menurut Meyers & Jones Proses fisik pembentukan batu kolesterol terjadi dalam empat tahap:

    Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

    Pembentukan nidus.

    Kristalisasi/presipitasi.

    Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan senyawa lain yang

    membentuk matriks batu.

    b. Batu pigmen

    Batu pigmen merupakan sekitar 10 % dari batu empedu di Amerika Serikat. Ada dua

    bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih umum dan batu kalsium bilirubinat. Batu pigmen

    murni lebih kecil (2 sampai 5 mm), multipel, sangat keras dan penampilan hijau sampai hitam.

    Batu-batu tersebut mengandung dalam jumlah bervariasi kalsium bilirubinat, polimer bilirubin,

    RM.023.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    24/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    asam empedu dalam jumlah kecil kolesterol (3 sampai 26%) dan banyak senyawa organik lain.

    Didaerah Timur, batu kalsium bilirubinat dominan dan merupakan 40 sampai 60 % dari semua

    batu empedu. Batu ini lebih rapuh, berwarna kecoklatan sampai hitam.

    Patogenesis batu pigmen berbeda dari batu kolesterol. Kemungkinan mencakup sekresi

    pigmen dalam jumlah yang meningkat atau pembentukan pigmen abnormal yang mengendap

    dalam empedu. Sirosis dan stasis biliaris merupakan predisposisi pembentukan batu pigmen (Sarr

    & Cameron, 1996). Pasien dengan peningkatan beban bilirubin tak terkonjugasi (anemia

    hemolitik), lazim membentuk batu pigmen murni. Di negara Timur, tingginya insiden batu kalsium

    bilirubinat bisa berhubungan dengan invasi bakteri sekunder dalam batang saluran empedu yang di

    infeksi parasit Clonorchis sinensis atau Ascaris Lumbricoides. E.coli membentuk B-glukoronidase

    yang dianggap mendekonjugasikan bilirubin di dalam empedu, yang bisa menyokong

    pembentukan kalsium bilirubinat yang tak dapat larut.

    c. Batu campuran

    Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini sering

    ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna

    coklat tua. Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme yang sama dengan

    batu kolesterol.

    Q. MANIFESTASI KLINIS

    Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)

    1. Asimtomatik

    Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan gejala

    (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri bilier, nyeri

    abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual (Suindra, 2007). Studi perjalanan penyakit

    sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung empedu, tanpa mempertimbangkan

    jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25 % dari pasien yang benar-benar mempunyai batu

    empedu asimtomatik akan merasakan gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode

    wakti 5 tahun. Tidak ada data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien

    dengan batu empedu asimtomatik.

    2. Simtomatik

    RM.024.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    25/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas. Rasa nyeri

    lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang

    beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri pascaprandial kuadran kanan atas, biasanya

    dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah

    beberapa jam dan kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris.

    Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.

    3. Komplikasi

    Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling umum dan

    sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita usia pertengahan dan

    manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan dengan obstruksi duktus sistikus atau

    dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang

    tajam dan konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak

    nyaman di daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan

    pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini dapat disertai

    mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung berhari-hari. Pada

    pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada kanan atas abdomen dan tanda

    klasik Murphy sign (pasien berhenti bernafas sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang

    dapat dipalpasi ditemukan hanya dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan

    mengalami kolesistektomi terbuka atau laparoskopik.

    Batu Saluran Empedu (Koledokolitiasis)

    Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan perut kanan

    atas disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. Apabila timbul

    serangan kolangitis yang umumnya disertai obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai

    dengan beratnya kolangitis tersebut. Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya

    kolangitis bakterial non piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan

    menggigil, nyeri didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupakolangitis piogenik intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa tiga gejala trias

    Charcot, ditambah syok, dan kekacauan mental atau penurunan kesadaran sampai koma.

    Koledokolitiasis sering menimbulkan masalah yang sangat serius karena komplikasi

    mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu duktus koledokus disertai dengan

    bakterobilia dalam 75% persen pasien serta dengan adanya obstruksi saluran empedu, dapat

    RM.025.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    26/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    timbul kolangitis akut. Episode parah kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi

    batu empedu kecil melalui ampula Vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus koledokus

    distal dan duktus pankreatikus dapat menyebabkan pankreatitis batu empedu. Tersangkutnya

    batu empedu dalam ampula akan menyebabkan ikterus obstruktif.

    S. PENATALAKSANAAN

    Konservatif

    a) Lisis batu dengan obat-obatan

    Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan mengalami keluhan

    dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan dengan timbulnya keluhan selama

    pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga penanganan dapat

    elektif. Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu kolesterol

    dibutuhkan waktu pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai

    disolusi. Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 %

    dalam 5 tahun.

    b).Disolusi kontak

    Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut kolesterol ke

    kandung empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang

    tinggi.

    c).Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)

    Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun yang lalu,

    analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang benar-benar telah

    dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL memerlukan terapi adjuvant

    asam ursodeoksilat.

    Penanganan operatifa).Open kolesistektomi

    Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu

    simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,

    diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD,

    perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani

    RM.026.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    27/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    kolesistektomi terbuka pada tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada

    pasien kurang dari 65 tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun

    angka kematian mencapai 0,5 %.

    b).Kolesistektomi laparoskopik

    Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan lebih

    cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih

    murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa

    dengan tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan

    koagulopati yang tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan,

    pankreatitis, bocor stump duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus

    biliaris sering dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,51%. Dengan menggunakan

    teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan

    aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga

    dapat digunakan untuk aktifitas olahraga.

    RM.027.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    28/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    PEMBAHASAN KASUS

    1. PENEGAKAN DIAGNOSIS

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang. Dari anamnesis di dapatkan pasien mengeluh nyeri perut 1 minggu sebelum masuk

    rumah sakit. Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak

    1 mg SMRS. Mata dan kulit kuning sejak 1 hr SMRS, demam disangkal. BAK seperti teh

    dan BAB berwarna pucat.

    Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan keadaan umum tampak ikterik, kulit wajah

    dan tubuh ikterik, sclera mata ikterik. Nyeri tekan epigastrik, murphi sign (-), hepar dan lien

    tidak membesar. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis mengarah kepada

    jaundice yang perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang, untuk mengetahui apakah

    jaundice tersebut berasal dari prehepatal, hepatal atau posthepatal.

    Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium angka leukosit 16,5 rb/ul,

    meningkat yang menandakan terjadinya infeksi. Bilirubin total meningkat, bilirubin direct

    indirect juga meningkat, bilirubin direct >> bilirubin indirect yang menandakan bahwa terjadi

    obstruksi jaundice posthepatal. HbsAg mengkonfirmasi hepatitis B, dan hasilnya (-). Pada

    pemeriksaan USG dijumpai ukuran hepar normal, tak tampak massa. (berarti bukan hepatal).

    Tampak lesi hiperechoic di dalam vesika felea dengan acoustic shadow (+), tanda tersebut

    member gambaran ke arah batu kandung empedu, dan tampak ductus choledochus melebar

    yang menandakan adanya obstruksi di posthepatal. Sehingga dapat disimpulkan diagnosis pada

    kasus ini adalah obstruksi jaundice ec cholecystolithiasis.

    2. FAKTOR RESIKO

    Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang disebut 5

    Fs : female (wanita), fertile (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), fair, dan forty(empat puluh tahun). Berdasarkan faktor resiko tersebut, pasien ini memenuhi 2 faktor yaitu

    female dan fat.

    3. ETIOLOGI

    RM.028.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    29/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi

    yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan

    susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu

    mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi

    pengendapan kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat

    meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur

    tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan

    batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.

    Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi yang abnormal,

    kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu. Berbagai kondisi yang

    dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu,

    terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, terlalu banyak sekresi

    kolesterol dalam empedu, Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah

    lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk

    metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak

    dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu.

    Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus sistikus.

    Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan

    aliran empedu secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik empedu. Kalau

    batu terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh

    striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus.

    4. DIAGNOSIS BANDING : Tumor klatzkin, Tumor Caput Pancreas.

    5. PATOGENESIS

    Hiperbilirubinemia adalah tanda nyata dari ikterus. Kadar normal bilirubin dalam serum

    berkisar antara 0,3 1,0 mg/dl dan dipertahankan dalam batasan ini oleh keseimbangan antara

    produksi bilirubin dengan penyerapan oleh hepar, konjugasi dan ekskresi empedu. Bila kadar

    bilirubin sudah mencapai 2 2,5 mg/dl maka sudah telihat warna kuning pada sklera dan mukosa

    sedangkan bila sudah mencapai > 5 mg/dl maka kulit tampak berwarna kuning. Pada kasus ini

    bilirubin total 16,8 mg/dl sehingga kulit tampak berwarna kuning.

    RM.029.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    30/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Ikterus obstruksi pada kasus ini terjadi karena sumbatan pada saluran empedu ekstra

    hepatal. Hal ini disebut sebagai ikterus obstruksi ekstra hepatal. Oleh karena adanya sumbatan

    maka akan terjadi dilatasi pada saluran empedu . Karena adanya obstruksi pada saluran empedu

    maka terjadi refluks bilirubin direk (bilirubin terkonjugasi atau bilirubi II) dari saluran empedu ke

    dalam darah sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah.

    Bilirubin direk larut dalam air, tidak toksik dan hanya terikat lemah pada albumin. Oleh karena

    kelarutan dan ikatan yang lemah pada albumin maka bilirubin direk dapat diekskresikan melalui

    ginjal ke dalam urine yang menyebabkan warna urine gelap seperti teh pekat. Urobilin feses

    berkurang sehingga feses berwarna pucat seperti dempul (akholis). Dengan demikian hal tersebut

    menjelaskan mengapa pasien ini mengeluhkan BAK seperti the dan BAB berwarna pucat.

    6. TERAPI

    a. Causatif : Pembedahan (Cholecystectomi)

    b. Supportif :

    Loratadine : 3x10 mg peroral

    Indikasi : Loratadine efektif untuk mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan

    rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar

    pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti urtikaria kronik dan

    gangguan alergi pada kulit lainnya.

    Kontra Indikasi : Hipersensirif terhadap loratadine.

    Cara Kerja Obat :

    Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lang (long acting),

    mempunyai selektifitas tinggi pada reseptor histamin -H1 periter dan tidak menimbulkan efek

    sedasi atau antikolinergik.

    Omeprazole : 2x20 mg peroral

    Indikasi:

    Pengobatan jangka pendek pada tukak usus 12 jari, tukak lambung dan refluks esofagitis

    erosiva.

    Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap Omeprazol.

    Cara Kerja Obat: Omeprazole termasuk kelas baru senyawa anti-sekresi, suatu benzimidazol

    tersubstitusi, yang menekan sekresi lambung melalui penghambatan spesifik terhadap sistem

    RM.030.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    31/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    enzim H+/K+ ATPase pada permukaan sekresi sel parietal lambung. Karena sistem enzim ini

    merupakan pompa asam (proton) dalam mukosa lambung, Omeprazol digambarkan sebagai

    penghambat pompa asam lambung yang menghambat tahap akhir pembentukan asam lambung.

    Efek ini berhubungan dengan dosis dan menimbulkan penghambatan terhadap sekresi asam

    terstimulasi maupun basal tanpa dipengaruhi stimulus.

    Omeprazole tidak menunjukkan efek antikolinergik atau sifat antagonis histamin H2. Percobaan

    pada hewan menunjukkan bahwa setelah keluar dengan cepat dari plasma, Omeprazol dapat

    ditemukan di dalam mukosa lambung selama sehari atau lebih.

    Cefotaxime : 3x500 mg IV

    Cefotaxime diindikasikan untuk pengobatan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri

    sensitif pada penyakit-penyakit berikut ini:

    1. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah: termasuk pneumonia yang disebabkan

    streptococcus pneumonia, S. pyogenes (Streptococcus group A) dan Streptococci lain (tidak

    termasuk Enterococci, seperti S. faecalis), Staphylococcus aureus (produksi penisilinase dan

    tidak produksi penisilinase), Escherichia coli.

    2. Infeksi saluran kemih, ginekologi

    3. Bakteremia/septicemia

    4. Infeksi kulit dan susunan kulit, abdominal

    Kontra Indikasi

    Cefotaxime dikontraindikasikan untuk; penderita debngan hipersensitivitas terhadap

    Cefotaxime sodium atau anti biotik golongan Sefalosporin.

    Cara kerja

    Cefotaxime adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas anti bakteri.

    Aktivitas bakterisidal didapat dengan cara menghambat sisntesis dinding sel. In vitro

    cefotaxime memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Cefotaxime

    memiliki stabilitas yang sangat tinggi terhadap -laktamase, baik itu penisilinase dansefalosporinase yang dihasilkan bakteri gram-positif dan gram-negatif. Selain daripadaitu

    Cefataxime merupakan penghambat poten terhadap bakteri gram negatif tertentu yang

    menghasilkan -laktamase.

    Ondansetron : 2x4 mg IV

    RM.031.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    32/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Indikasi:

    Penanganan mual dan/atau muntah yang disebabkan oleh kemoterapi dan radioterapi yang

    emetogenik dan dapat juga digunakan untuk pencegahan mual dan/atau muntah pasca operasi.

    Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ondansetron

    Cara kerja

    Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3,

    dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan terjadinya refleks

    muntah. Pemberian sitostatika (kemoterapi) dan radiasi dapat menyebabkan pelepasan 5HT

    dalam usus halus yang merupakan awal terjadinya refleks muntah karena terjadi aktivasi aferen-

    aferen vagal melalui reseptor 5 HT3. Aktivasi aferen-aferen vagal juga dapat menyebabkan

    pelepasan 5HT pada daerah psotrema otak yang terdapat di dasar ventrikel 4. Hal ini

    merangsang terjadinya efek muntah melalui mekanisme sentral. Jadi efek ondansentron dalam

    pengelolaan mual muntah yang disebabkan sitostatika (kemoterapi) dan radioterapi bekerja

    sebagai antagonis reseptor 5HT3 pada neuron-neuron yang terdapat pada sistem syaraf pusat

    dan sistem syaraf tepi.

    Metronidazole : 3x500 mg peroral

    Indikasi:

    Metronidazole efektif untuk pengobatan :

    1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

    2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E.

    histolytica.

    3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.

    Kontra Indikasi:

    Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol lainnya dan

    kehamilan trimester pertama.

    Cara Kerja:Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang

    mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Dalam sel atau mikroorganisme

    metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi

    antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole efektif terhadap

    RM.032.

  • 7/29/2019 Presus Kholelitiasis

    33/33

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    PRESUS STASE ILMU RADIOLOGI NO.RM :--

    Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif

    baik lokal maupun sistemik.