presus anestesi ilham fix

Upload: ilham-kurniawan

Post on 05-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    1/27

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    2/27

    2

    adalah kecelakaan mobil dan motor. Pada penderita dengan cedera kepala

    ringan dan sedang hanya 3% - 5% yang memerlukan tindakan operasi dan

    kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif.1

    1.2 Tujuan

    Presus yang berjudul Epidural Hematoma ini dibuat untuk

    membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit

    ini. Dengan itu dapat lebih baik untuk menangani penyakit ini dengan tepat.

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    3/27

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural.

    Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri

    meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum

    dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematoma. Desakan

    oleh hematom akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala

    sehingga hematom bertambah besar.1

    Hematoma epidural (EDH) merupakan akumulasi darah di antara

    duramater dan tabula interna karena trauma. Pada penderita traumatic

    hematoma epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama.

    Perdarahan berasal dari pembuluh darah -pembuluh darah yang berada pada

    lokasi fraktur.15

    Sebagian besar hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di

    daerah temporoparietal, di mana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang

    berakibat robeknya arteri meningea media atau cabang-cabangnya, sedangkan

    10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya

    stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma,

    tetapi pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam

    pertama8

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    4/27

    4

    2.2 Insiden Dan Epidemiologi

    60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun,

    dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka

    kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih

    dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan

    dengan perbandingan 4:1.9

    Tipe- tipe :6

    1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri2. Subacute hematoma ( 31 % )3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena

    2.3 Anatomi Otak

    Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang

    membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena

    cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, apabila suatu neuron rusak, tidak

    dapat diperbaiki lagi.

    Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan

    fibrosa, padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap

    kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan

    lemak dan lapisan membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih

    besar. Bila robek pembuluh ini akan sulit vasokontriksi dan dapat

    menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi

    pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang

    mengandung vena emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat

    membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang

    jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit

    kepala yang seksama bila galea robek.1

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    5/27

    5

    Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak

    memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua

    dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di

    sebit tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna.

    Struktur demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih

    besar, dengan bobot yang lebih ringan. Tabula interna mengandung alur-alur

    yang berisiskan arteria meningea anterior, media, dan posterior. Apabila

    fraktur tulang tengkorak menyebabkan robeknya salah satu dari arteri-arteri

    ini, perdarahan arterial yang diakibatkannya, yang tertimbun dalam ruang

    epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila ditemukan dan

    diobati dengan segera.

    Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan

    meninges adalah duramater, arachnoid, dan piamater1

    1. Duramater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dualapisan:

    Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteumyang membungkus dalam calvaria

    Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yangkuat yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater

    spinalis yang membungkus medulla spinalis

    2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai saranglaba-laba

    3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyakpembuluh darah.

    2.4 Patofisiologi

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    6/27

    6

    Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang

    tengkorak dan durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah

    temporal bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini

    sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom

    dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.8

    Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui

    foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os

    temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan

    oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala

    sehingga hematom bertambah besar.8

    Hematoma yang membesar di daerah

    temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan

    dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di

    bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda

    neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.1

    Tekanan dari herniasi unkus di medulla oblongata menyebabkan

    hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nucleus saraf cranial ketiga

    (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan

    ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik

    pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral,

    refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.1

    Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan

    terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang

    besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain

    kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.1

    Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa

    terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau

    terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali.

    Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang

    progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara

    dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi

    kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    7/27

    7

    cedera primer yang ringan pada Epidural hematom. Kalau pada subdural

    hematoma cedera primernya hamper selalu berat atau epidural hematoma

    dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung

    tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.8

    Sumber perdarahan :8

    Artery meningea ( lucid interval : 23 jam ) Sinus duramatis Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan

    vena diploica

    Epidural hematoma merupakan kasus yang paling gawat di bedah

    saraf karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada

    sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah

    herniasi trans dan infra tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma

    kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif

    memberat, harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    8/27

    8

    Arteri meningea media

    2.5 Etiologi

    Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa

    saja, beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah

    misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural

    terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur

    tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.2

    Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural

    pada kranium. Dura melekat pada kranium. Perdarahan biasanya terjadi

    dengan fraktur tengkorak bagian temporal parietal yang mana terjadi laserasi

    pada arteri atau vena meningea media. Pada kasus yang jarang, pembuluh

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    9/27

    9

    darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur. Keadaan ini mengakibatkan

    terpisahnya perlekatan antara duramater dengan kranium dan menimbulkan

    ruang epidural. Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah

    lebih lanjut, dan menyebabkan hematoma menjadi massa yang mengisi ruang.

    Oleh karena arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang

    tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan terjadinya akumulasi yang cepat

    dari darah pada ruang epidural, dengan peningkatan tekanan intra kranial

    (TIK) yang cepat, herniasi dari unkus dan kompresi batang otak.1

    2.6 Gejala Klinis

    Pada anamnesa didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan

    kesadaran. Pada kurang lebih 50 persen kasus kesadaran pasien membaik dan

    adanya lucid interval diikuti adanya penurunan kesadaran secara perlahan

    sebagaimana peningkatan TIK. Pada kasus lainnya, lucid interval tidak

    dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh detoriasi

    progresif. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang

    pada beberapa kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat kompresi dari

    pusat kardiorespiratori pada medulla. Pasien yang tidak mengalami lucid

    interval dan mereka yang terlibat pada kecelakaan mobil pada kecepatan

    tinggi biasanya akan mempunyai prognosis yang lebih buruk.1

    Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata anisokor, yaitu

    pupil ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai

    maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi

    negatif. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardia. Pada tahap

    akhir kesadaran akan menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralaterak

    juga akan mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak

    menunjukkan reaksi cahaya lagi, yang merupakan tanda kematian.3

    Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :7

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    10/27

    10

    1. Lucid interval (+)2. Kesadaran makin menurun3. Late hemiparese kontralateral lesi4. Pupil anisokor5. Babinsky (+) kontralateral lesi6. Fraktur daerah temporalGejala dan Tanda Klinis Epidural Hematoma di Fossa Posterior :

    7

    1.

    Lucid interval tidak jelas2. Fraktir kranii oksipital3. Kehilangan kesadaran cepat4. Gangguan serebellum, batang otak, dan pernafasan5. Pupil isokor

    2.7 Diagnosis

    Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta

    pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala.

    Adanya garis fraktur yang menyokong diagnosis epidural hematoma bila sisi

    fraktur terletak ipsilateral dengan pupil yang melebar garis fraktur juga dapat

    menunjukkan lokasi hematoma.3

    Computed tomografi (CT) scan otak akan memberikan gambaran

    hiperdens (perdarahan) di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah

    temporal dan tampak bikonveks.

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    11/27

    11

    2.8 Diagnosis Banding

    1. Subdural Hematoma

    Perdarahan yang terjadi diantara duramater dan arachnoid, akibat robeknya vena

    jembatan. Gejala klinisnya adalah :

    - sakit kepala

    - kesadaran menurun + / -

    Pada pemeriksaan CT scan otak didapati gambaran hiperdens (perdarahan)

    diantara duramater dan arakhnoid, umumnya robekan dari bridging vein dan

    tampak seperti bulan sabit.7

    2. Subarakhnoid hematoma

    Gejala klinisnya yaitu :

    - kaku kuduk

    - nyeri kepala

    - bisa didapati gangguan kesadaran

    Pada pemeriksaan CT scan otak didapati perdarahan (hiperdens) di ruang

    subarakhnoid.

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    12/27

    12

    2.9 PENATALAKSANAAN

    Penanganan darurat :

    Dekompresi dengan trepanasi sederhana Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

    Terapi medikamentosa

    Elevasi kepala 300

    dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal

    atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial

    dan meningkakan drainase vena.9

    Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan

    dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),

    mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema

    cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana

    yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin

    sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic

    dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin.

    Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat

    masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium

    bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat

    dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek

    protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan

    adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan

    dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar

    serum 3-4mg%.8

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    13/27

    13

    Terapi Operatif

    Operasi di lakukan bila terdapat : 15

    Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml) Keadaan pasien memburuk Pendorongan garis tengah > 3 mm

    Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk

    fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi

    operasi emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak

    ruang.8

    Indikasi untuklife saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

    > 25 c

    Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

    Penurunan klinis Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan

    penurunan klinis yang progresif.

    Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm denganpenurunan klinis yang progresif.

    Penatalaksaan epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara

    trepanasi dengan tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan

    perdarahan.3

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    14/27

    14

    2.10 PROGNOSIS

    Prognosis tergantung pada : 8

    Lokasinya ( infratentorial lebih jelek ) Besarnya Kesadaran saat masuk kamar operasi.

    Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik,

    karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar

    antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada

    pasien yang mengalami koma sebelum operasi.2

    Prognosis epidural hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan

    epidural hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16% - 32%. Seperti trauma

    hematoma intrakranial yang lain, biasanya mortalitas sejalan dengan umur dari

    pasien. Resiko terjadinya epilepsi post trauma pada pasien epidural hematoma

    diperkirakan sekitar 2%.9

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    15/27

    15

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    Nama : Tn. W

    Umur : 23 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Tanggal Masuk RS : 26 April 2012

    Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2012

    No. CM : 867288

    A. PRIMARY SURVEY A : Airway clear, snoring (-), gurgling (-), crowing (-),

    maxillofacial injury (-), C-spine stabil

    B : Spontan, RR : 22 x/i, retraksi iga (-), pernafasancuping hidung (-), hematopneumothorax (-)

    C : Akral H/M/K, HR : 94 x/i, TD : 150/80 mmHg D : GCS 8 E2VEV3M4B. SECONDARY SURVEY

    I. ANAMNESIS (Tanggal 26 April 2012)a. Auto/alloanamnesis : Autoanamnesisb. Keluhan utama : Penurunan Kesadaranc. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien mengalami KLL ketika sedang mengendarai sepeda motor

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    16/27

    16

    dan bertabrakan dengan sepeda motor dengan arah berlawanan.

    Mekanisme jatuh tidak jelas,Pasien menggunakan helm. Riw.

    pingsan (+),muntah (+), kejang (-). Kemudian Pasien dilarikan ke

    bagian IGD RSMS untuk dilakukan pertolongan. Dari hasil CT

    Scan didapatkan Cedera Kepala dengan kesadaran GCS 8 +EDH

    Frontotemporoparietal Dex Sinistra + Fraktur Tertutup.

    d. Riwayat Penyakit DahuluI.

    Asma : Disangkal

    II. Diabetes Mellitus : DisangkalIII. Alergi obat-obatan dan makanan : DisangkalIV. Hipertensi : DisangkalV. Paru : Disangkal

    e. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma, penyakit paru-paru,

    diabetes, penyakit ginjal, dan gangguan pembekuan darah pada

    keluarga pasien.

    f. Riwayat Operasi dan AnestesiaPasien idak pernah menjalani operasi sebelumnya

    g. Riwayat Kebiasaan PasienI. Merokok : Disangkal

    II. Alkohol : DisangkalIII. Obat-obatan terlarang : Disangkal

    h. Lain-lainI. Gigi ompong : Tidak dapat dinilai,terpasang guedel

    II. Gigi palsu : Tidak dapat dinilai,terpasang guedelIII.

    Konsumsi obat-obatan tertentu : Disangkal

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    17/27

    17

    II. PEMERIKSAAN FISIK ( 26 April 2012)a.

    Keadaan umum : Tampak sakit Berat

    b. Kesadaran : Stupor,GCS E2V3M4c. Berat badan : 65 kgd. Tinggi badan : 172 cme. Tanda-tanda vital :

    I. Tekanan darah : 140/80 mmHgII. Denyut nadi : 120x/menit

    III. Pernapasan : 30x/menitIV. Suhu : 38oC

    f. Status generalisI. Kepala : Normosefal

    II. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,pupil anisokor

    reflek cahaya lansung +/+ normal, reflek

    .cahaya tidak langsung +/+ normal

    III. Hidung : Tidak ada deviasi septum, discharge-/-

    IV. Mulut dan gigi : Tidak dapat dinilai,terpasang guedelV. Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+

    normal

    VI. Leher : Trakea tidak deviasi, KGB dan tiroid tidakmembesar

    VII. Thoraks :1. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler,

    murmur (-), gallop (-)

    2. Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-,wheezing -/-

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    18/27

    18

    Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-),Abdomensoepel, peristaltik (+)

    VIII. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)IX. Rectal couture : Permukaan rata (keduanya), kenyal

    (keduanya), tidak ada nyeri tekan

    III. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan Laboratorium

    I. Tgl 26-05-2012

    Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

    HEMATOLOGI

    Darah rutin

    Hemoglobin 8,3 g/dL 13-18 g/dL

    Hematokrit 24 % 40-52 %

    Eritrosit 3 juta /uL 4,3-6,0 juta/uL

    Leukosit 36610 /uL 4800-10800 /uL

    Trombosit 302000 /uL 150000-400000 /uL

    Protrombin Time 12,6 detik 9,8-12,6 detik

    APTT 30,6 detik 31,0-47,0 detik

    KIMIA

    Ureum 65,2 mg/dL 20-50 mg/dL

    Kreatinin 3,5 mg/dL 0,5-1,5 mg/dL

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    19/27

    19

    Glukosa Darah

    Sewaktu116 mg/dL

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    20/27

    20

    a. Persiapan alat

    Catheter connector Spuit 3 cc,5 cc10 cc Mesin anestesi Sedia PRC 2 Unit Oksimeter, Sfigmomanometer digital dan Monitor

    EKG

    Infus set dan cairan infuse ( Kristaloid dan Koloid) Kanul nasal Cairan antiseptic Kateter urin Kassa dan Plester Laringoskop, ETT No. 7 dan 7,5, guedel, dan

    suction

    b. Persiapan obat-obat anestesi :

    Oksigenasi 4 L/menit Propofol 100 mg Roculax 30 mg Ecron 4 mg Ca Glukonas 10% Ondansetron 4 mg Isofluran Dexamethason 0,5 mg

    c. Mempersiapkan pasien :

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    21/27

    21

    1. Informed consent: menginformasikan kepada pasien mengenaitindakan medis apa yang akan dijalani oleh pasien, prosedur,

    kemungkinannys, dan resiko-resiko yang diramalkan

    kemungkianan bisa terjadi .

    2. Surat persetujuan operasi: merupakan bukti tertulis dari pasien ataukeluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan

    tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-

    hal yang tidak diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan

    tuntutan.

    3. Pasien dipuasakan dimulai pukul 10.00 tanggal 26 April 2012,dengan tujuan agar pada saat operasi lambung pasien kosong dan

    mencegah terjadinya aspirasi isi lambung ke saluran pernafasan.

    4.Kandung kemih dikosongkan.5.Pembersihan fisik pasien seperti kuku dan pencukuran untuk daerah

    yang akan dioperasi

    6. Memakai pakaian operasi sebelum masuk ruang operasi.7. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD = 140/70 mmHg,

    Nadi = 80 x/menit, Suhu = 370C, RR = 16 x/menit

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    22/27

    22

    X. Pelaksanaan Anestesi ( 26 April 2012)

    Pukul Keterangan

    16.30

    16.35

    Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi untukselanjutnya dipindahkan ke meja operasi

    Pasien dipasang 2 jalur IVFD tangan kiri dengan cairanpertama RL sejumlah 500 ml

    Ekg, manset tensimeter dan saturasi oksigen dipasang

    Monitoring tanda vital yaitu T.D : 140/70, N : 80,Saturasi O2 : 100%

    TD 140/90, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Terpasang DC Inj fentanil 50 g Inj Propofol 100 mg Inj Roculax 30 mg Inj Ecron 4 mg Maintenance Isofluran 1% + N20+O2 Terpasang ET 7,5

    16.45 Operasi dimulai

    TD 110/70, Nadi 90, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    17.30 TD 90/70, Nadi 70, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Inj Fentanil Inj roculax Masuk RL

    18.20 TD 86/45, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Masuk NaCl

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    23/27

    23

    18.35 TD 90/60, Nadi 90, RR 14x/mnt, SPO2 99%

    Inj Fentanil

    18..45 TD 84/40, Nadi 76, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    19.00 TD 85/44, Nadi 70, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    19.20 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Inj Dexamethasone 2 Ampul Masuk PRC Masuk HES

    19.45 TD 87/68, Nadi 98, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Inj AntrainTD 87/ 66,Nadi 98,RR 16x/menit,SPO2 100%

    Inj Ca Glukonase Inj Ondansetron Isoflurane dikurangi

    20.10 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    20.25 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Selesai pembedahan

    20.35 TD 90/68, Nadi 98, RR 16x/mnt, SPO2 100%

    Selesai Anestesi

    Pasien dipindahkan ke ICU

    Selesai Operasi : 20.25

    Selesai Anestesi : 20.35

    Perdarahan : 800 cc

    Urin Tampung : 900 cc,jernih

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    24/27

    24

    TERAPI CAIRAN

    Berat badan = 65 kg

    Lama puasa = 8 jam

    a. Kebutuhan cairan per jam4 x 10 = 40 cc2 x 10 = 20 cc

    1 x 45= 45 cc +105 cc

    Lama pasien berpuasa 8 jam (dimulai pukul 09.00 tanggal 26 April 2011

    sampai pukul 16.00 tanggal 26 januari 2011)

    b. Lama puasa x kebutuhan cairan per jam8 x 105 cc = 840 cc

    c. Stress operasi: operasi besar (8 cc/kgBB)8 x 65 kg = 520 cc

    Kebutuhan cairan pada jam pertama = 50% puasa + stress operasi + kebutuhan

    cairan per jam

    = 420 cc + 520 cc + 105 cc = 1045cc

    Kebutuhan cairan pada jam kedua = 25% puasa + stress operasi + kebutuhan

    cairan per jam

    = 210 cc + 520 cc + 105 cc = 835 cc

    Kebutuhan cairan pada jam ketiga = 25% puasa + stress operasi + kebutuhan

    cairan per jam

    =210 cc + 520 cc + 105 cc = 835 cc

    Cairan yang di berikan selama anestesi RL I 500 ml

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    25/27

    25

    RL II 500 ml

    RL III 500 ml

    RL IV 500 ml +

    Jumlah 2000 ml

    Cairan yang keluar selama operasi Urine 400 ml

    Perdarahan 400 ml +

    Jumlah 800 ml

    Pengawasan Anestesi

    Anestesi dilakukan mulai pukul 16.30. Pembedahan dimulai pukul dan selesaipada pukul

    EKG ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%.

    XI. Post OperasiSetelah pasien dibawa ke ruang ICU lalu dilakukan penilaian terhadap

    fungsi vital yaitu TD 100/70 mmHg, N= 70x/menit.

    Instruksi Post Operasi:

    1 Awasi nadi, tensi, nafas tiap 15 menit selama 2 jam pertama. Kemudian awasiper jam selama 24 jam.

    2 Lanjutkan infus RL3 Infeksi Antibiotik Adequat4 Nyeri Analgetik Adekuat

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    26/27

    26

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur

    tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media

    yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara

    duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.

    Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :7

    1. Lucid interval (+)2. Kesadaran makin menurun3. Late hemiparese kontralateral lesi4. Pupil anisokor5. Babinsky (+) kontralateral lesi6. Fraktur daerah temporal

    Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta pemeriksaan

    penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala. Prognosis epidural

    hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan epidural hematoma yang telah

    dievakuasi mulai dari 16% - 32%.

  • 7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gilroy J. Basic Neurology. USA: McGraw-Hill, 2000. p. 553-52. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif. Bagian Bedah

    Fakultas Kedokteran USU. [serial online] 2004. [cited 20 Mei 2008].

    Didapat dari : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-

    iskandar%20japardi61.pdf

    3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC,2003. p. 818-9

    4. Waxman SG. Correlative Neuroanatomy. USA: Lange Medical Books,2000. p. 183-5

    5. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.Jakarta: EGC, 1994. p. 329-30

    6. Agamanolis DP. Traumatic Brain Injury and Increased IntracranialPressure. Northeastern Ohio Universities College of Medicine. [serial

    online] 2003. [cited 20 Mei 2008]. Didapat dari :

    http://www.neuropathologyweb.org/chapter4/chapter4aSubduralepidural.

    html

    7. PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan TraumaSpinal. Jakarta: PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM, 2006. p. 9-11

    8. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta: Gaya Baru, 2006. p.359-65, 382-87

    9. Evans RW. Neurology and Trauma. Philadelphia: W.B. SaundersCompany, 1996. p. 144-5