pressure vessel

87
12 BAB III DASAR TEORI 3.1. Pengertian Bejana Tekan dan Separator Tugas akhir ini mengangkat materi perancangan bejana tekan vertikal yang berfungsi sebagai separator, oleh karena itu perlu dijelaskan pengertian bejana tekan dan separator sebagai dasar perancangan. 3.1.1. Bejana tekan Bejana tekan adalah suatu benda yang berfungsi untuk menampung atau memproses suatu fluida. Contoh aplikasi bejana adalah sebagai berikut: 1. Storage tank Fungsi untuk menampung fluida, contoh tangki bahan bakar. 2. Tempat proses atau reaksi Fungsi untuk suatu proses kimia pada suatu fluida tertentu, contoh separator, scrubber, dan slug catcher. 3. Alat bantu Fungsi untuk menunjang suatu proses, contoh pada sistem pneumatik diperlukan udara bertekanan yang disimpan di bejana tekan. 4. Transportation tank Fungsi untuk mengangkut fluida, contoh mobil tangki bahan bakar. Bejana tekan beroperasi pada tekanan operasi. Berdasarkan tinggi tekanan operasi bejana tekan bisa dibagi menjadi sebagai berikut: 1. Atmospheric tanks Beroperasi pada tekanan atmosfer atau pada tekanan maksimal 0,5 psig, contoh : atmospheric tanks atau silincer pada sistem geothermal. 2. Low pressure tanks Beroperasi pada tekanan rendah (0,5 psig sampai 15 psig). 3. Pressure vessel Beropersi pada tekanan tinggi lebih dari 15 psig. 4. Pressure vessel vakum

Upload: nanda-rizqi-maulidya

Post on 20-Nov-2015

428 views

Category:

Documents


69 download

DESCRIPTION

belajar pv

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB III

    DASAR TEORI

    3.1. Pengertian Bejana Tekan dan Separator

    Tugas akhir ini mengangkat materi perancangan bejana tekan vertikal

    yang berfungsi sebagai separator, oleh karena itu perlu dijelaskan pengertian

    bejana tekan dan separator sebagai dasar perancangan.

    3.1.1. Bejana tekan

    Bejana tekan adalah suatu benda yang berfungsi untuk menampung atau

    memproses suatu fluida. Contoh aplikasi bejana adalah sebagai berikut:

    1. Storage tank

    Fungsi untuk menampung fluida, contoh tangki bahan bakar.

    2. Tempat proses atau reaksi

    Fungsi untuk suatu proses kimia pada suatu fluida tertentu, contoh

    separator, scrubber, dan slug catcher.

    3. Alat bantu

    Fungsi untuk menunjang suatu proses, contoh pada sistem pneumatik

    diperlukan udara bertekanan yang disimpan di bejana tekan.

    4. Transportation tank

    Fungsi untuk mengangkut fluida, contoh mobil tangki bahan bakar.

    Bejana tekan beroperasi pada tekanan operasi. Berdasarkan tinggi tekanan

    operasi bejana tekan bisa dibagi menjadi sebagai berikut:

    1. Atmospheric tanks

    Beroperasi pada tekanan atmosfer atau pada tekanan maksimal 0,5

    psig, contoh : atmospheric tanks atau silincer pada sistem geothermal.

    2. Low pressure tanks

    Beroperasi pada tekanan rendah (0,5 psig sampai 15 psig).

    3. Pressure vessel

    Beropersi pada tekanan tinggi lebih dari 15 psig.

    4. Pressure vessel vakum

  • 13

    Beroperasi pada tekanan di bawah tekanan atmosfer (terjadi eksternal

    pressure).

    Berdasarkan hubungan tekanan operasi pada bejana tekan dengan udara

    luar, tekanan operasi dapat dibedakan menjadi:

    1. Tekanan internal

    Bila tekanan dalam bejana melebihi tekanan atmosfer di luar bejana.

    2. Tekanan eksternal

    Bila tekanan dalam bejana kurang dari tekanan atmosfer dari luar,

    termasuk juga bejana yang menderita tekanan vakum.

    Bejana tekan dapat dibedakan berdasarkan bentuk shell. Shell mempunyai

    beberapa bentuk, pemilihan bentuk mempertimbangkan tekanan operasi, fungsi,

    dan harga. Jenis bejana tekan berdasarkan bentuk shell adalah sebagai berikut:

    1. Silinder

    Bentuk shell silinder dibuat untuk incompressible fluid dan mix.

    2. Bola

    Bentuk bola dibuat untuk compressible fluid. Dengan bentuk bola

    pada ketebalan yang sama maka ketahanan menahan tekanan lebih

    baik daripada bentuk silinder.

    3. Rectangular

    Bentuk sederhana dan pembuatan mudah. Bentuk persegi tidak

    dipakai untuk tekanan tinggi, biasanya dipakai untuk menampung

    fluida dengan tekanan hidrostatik. Bentuk rectangular sangat jarang

    digunakan dan dirancang dengan standar API.

    Bejana tekan silinder dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan posisi

    pemasangan shell:

    1. Horisontal

    Pada pressure vessel horisontal, vessel ditumpu oleh saddle.

    Keuntunganya adalah kontruksi lebih mudah karena beban angin dan

    gempa lebih kecil daripada vessel vertikal. Kerugian membutuhkan

    tempat lebih luas.

  • 14

    2. Vertikal

    Pada konstruksi posisi vessel vertikal, vessel ditumpu oleh skirt atau

    leg. Keuntungan membutuhkan tempat lebih sempit daripada

    horisontal. Kerugian beban angin dan gempa harus dipertimbangkan.

    Contoh bejana tekan dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut.

    Gambar 3.1. Contoh bejana tekan vertikal dalam proses pabrikasi

    Pada tugas akhir ini akan dirancang pressure vessel atau bejana tekan

    dengan bentuk shell silinder, dengan posisi vertikal. Bejana tekan yang dirancang

    akan berfungsi sebagai separator pada instalasi geothermal. Bejana tekan

    dirancang berdasarkan tekanan internal.

    3.1.2. Separator

    Separator adalah suatu alat untuk memisahkan fasa fluida. Dalam

    perancangan ini separator diklasifikasikan sebagai separator dua fasa, separator

    akan memisahkan brine dan uap dari sumur produksi geothermal. Brine kemudian

    akan dialirkan ke silencer dan selanjutnya akan dipompa ke sumur injeksi. Uap

  • 15

    selanjutnya akan dialirkan ke scrubber dan selanjutnya akan digunakan untuk

    menggerakkan turbin.

    Jenis separator yang dipakai dalam perancangan ini adalah separator

    vertikal. Fluida masuk melalui nozzle pada dinding samping. Proses pemisahan

    fluida pertama aliran dua fasa masuk melalui cyclone inlet. Karena perbedaan

    densitas, brine akan turun ke bawah dan keluar melalui nozzle pada bottom head.

    Uap akan bergerak ke atas dan uap mengalir melalui lubang pipa yang ada di

    bagian atas dan keluar melalui nozzle outlet di bottom head, kemudian uap

    mengalir ke scrubber. Separator dilengkapi dengan peralatan internal dan

    peralatan pendukung. Contoh separator pada lapangan geothermal dapat dilihat

    pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2. Bejana tekan separator geothermal PT. Geodipa Energi Dieng

    3.1.3. Kriteria desain

    Kriteria perancangan merupakan kebutuhan minimum dalam

    perancangan dan pemilihan material bejana tekan. Prosedur umum dalam

  • 16

    perancangan bejana tekan adalah dengan menentukan kondisi desain dan

    pembebanan akibat gaya-gaya luar yang menyebabkan tegangan. Lingkup

    pekerjaan perancangan bejana tekan meliputi juga nozzle dan opening sampai

    muka flange-nya, penumpu, dan lifting lugs.

    Code dasar dalam perancangan bejana tekan adalah ASME (Boiler and

    Pressure Vessel Code), Section VIII divisi 1, penggunaan code atau metode

    lain hanya terbatas pada kasus-kasus yang tidak tercakup pada code (ASME

    VIII divisi 1). Simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle berdasarkan code

    WRC 107.

    3.1.4. Data perancangan

    Kondisi perancangan harus diperhatikan sebelum perancangan. Data

    operasi diperoleh dari Process Flow Diagram (PFD) dan perhitungan proses

    untuk dimensi utama peralatan bejana tekan. Data-data tersebut meliputi

    temperatur operasi, tekanan operasi, dimensi utama (diameter dalam,

    tinggi/panjang), fasa/kondisi fluida. Data-data tersebut didapat dari lapangan

    dengan menguji sumur produksi dan memasang separator uji coba. Gambar dari

    sumur produksi dan separator uji coba dapat dilihat pada Gambar 3.3.

    Gambar 3.3. Sumur produksi dan separator uji coba di geothermal Karaha

  • 17

    Bejana tekan dirancang untuk kondisi yang paling buruk terhadap tekanan

    maupun temperatur seperti yang diperkirakan akan terjadi selama operasional

    normal. Tekanan dan temperatur perancangan akan dipakai sebagai dasar

    pemilihan material dan tidak boleh melebihi dari tekanan dan temperatur

    maksimum sesuai data material. Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan

    dalam perancangan. Data lingkungan yang dipakai dalam perancangan bejana

    tekan meliputi intensitas angin, zona gempa, kelembaban, temperatur lingkungan,

    dan tekanan atmosfer.

    3.1.5. Pembebanan

    Pembebanan yang terjadi pada bejana tekan perlu diperhitungkan agar

    bejana tekan mampu menahan beban tersebut. Beban-beban yang dialami oleh

    bejana tekan meliputi:

    a. Tekanan internal perancangan

    b. Berat bejana tekan, berat peralatan dan berat isi ketika operasi dan

    pengujian.

    c. Superposisi reaksi-reaksi statik dari berat peralatan yang menempel,

    seperti: perpipaan, lining, dan isolasi.

    d. Peralatan lain yang tertempel, seperti: platform dan ladder.

    e. Peralatan internal.

    f. Penumpu, seperti: skirt, saddle, lugs, dan legs

    g. Reaksi-reaksi dinamik/siklik akibat variasi tekanan atau temperatur, atau

    akibat peralatan yang menempel pada bejana

    h. Angin dan gempa

    i. Beban impak akibat aliran fluida yang masuk bejana

    j. Ekspansi termal

    3.2. Teori Tegangan

    Teori tegangan pada bejana tekan secara umum merupakan pengembangan

    dari teori tegangan dalam mekanika. Tegangan yang terjadi dalam bejana tekan

  • 18

    bisa disebabkan oleh tekanan internal bejana tekan dari fluida kerja, tekanan

    eksternal dari udara luar, beban berat dari bejana tekan, beban akibat gaya luar

    seperti beban angin, gempa dan beban eksentrik akibat perpipaan. Adapun

    karakteristik hubungan antara tegangan regangan dapat dilihat pada kurva

    tegangan regangan, yang di dalamnya mencakup tegangan luluh dan tegangan

    ultimate. Kurva karakteristik antara tegangan regangan ditunjukkan pada Gambar

    3.4. di bawah ini.

    Gambar 3.4. Diagram tegangan regangan baja ulet (kiri) dan bahan getas

    (kanan)

    Titik tegangan luluh merupakan titik acuan sebagai batas tegangan ijin

    dalam perancangan. Tegangan ultimate merupakan titik yang menunjukkan besar

    tegangan maksimum yang mampu ditahan material sebelum mengalami

    kegagalan. Titik kegagalan merupakan titik di mana material tersebut mengalami

    kegagalan. Di bawah titik tegangan luluh material bersifat elastis dan di sebelah

    kanan titik tegangan luluh, material bersifat plastis (bila diberi pembebanan pada

    material tersebut dan beban ditiadakan, material akan berdeformasi).

    3.2.1. Tegangan pada shell

    Pada shell silindris, tekanan akan terbagi secara merata pada setiap

    dinding. Tegangan yang terjadi pada shell karena tekanan internal P dapat

    dihitung dari kesetimbangan statis. Dalam analisis tegangan shell dapat dibagi dua

  • 19

    yaitu shell tebal dan tipis. Shell tipis adalah shell dengan rasio dari ketebalan shell

    t terhadap principal radius minimum dari kelengkungan adalah

    atau

    .

    Dalam analisis tegangan diasumsikan shell adalah silinder panjang dan

    tipis maka dan

    . Selanjutnya kedua ujung shell ditutup dan

    dikenai tekanan internal P, maka akan terjadi tegangan pada arah hoop

    (sirkumferensial atau tangensial) dan arah aksial (longitudinal). Dalam

    perancangan ini shell diasumsikan shell tipis.

    3.2.1.1. Tegangan sirkumferensial (tangensial/hoop)

    Tegangan sirkumferensial adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan

    sumbu sirkumferensial. Tegangan sirkumferensial disebut juga tegangan

    tangensial atau tegangan hoop. Tegangan sirkumferensial c ditimbulkan oleh

    tekanan internal yang bekerja secara tengensial dan besarnya bervariasi

    tergantung pada tebal dinding. Untuk shell yang berdinding tipis dapat dilakukan

    penyederhanaan penurunan rumus tegangan pipa dengan mengasumsikan gaya

    akibat tekanan dalam bekerja sepanjang shell ditahan oleh dinding shell.

    Persamaan tegangan sirkumferensial atau tangensial (hoop) dapat

    dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.

    (3.1)

    Dimana:

    c = t = Tegangan sirkumferensial atau tangensial

    P = Tekanan pada shell

    t = Tebal shell

    D = Diameter luar shell

    Arah tekanan dan tegangan sirkumferensial yang terjadi pada shell dapat

    dilihat pada Gambar 3.5.

  • 20

    Gambar 3.5. Tegangan sirkumferensial pada shell karena tekanan internal

    3.2.1.2. Tegangan longitudinal

    Tegangan longitudinal adalah tegangan yang searah dengan shell atau

    pipa. Tegangan longitudinal ditimbulkan oleh gaya tekan internal p yang bekerja

    pada dinding pipa searah sumbu pipa. Arah tekanan dan tegangan longitudinal

    yang terjadi pada shell dapat dilihat pada Gambar 3.5. di bawah ini.

    Gambar 3.5. Tegangan longitudinal pada shell karena tekanan internal

  • 21

    Persamaan tegangan longitudinal yang bekerja pada shell dapat dinyatakan

    dengan rumus berikut.

    (3.2)

    Dimana:

    l = Tegangan longitudinal (kPa)

    P = Tekanan pada shell (kPa)

    t = Tebal shell (mm)

    D = Diameter luar shell (mm)

    3.2.1.3. Tegangan Radial

    Penggunaan persamaan tegangan untuk shell tipis berbeda untuk shell

    tebal yang mempunyai rasio

    . Shell tebal diasumsikan mempunyai radius

    dalam dan radius luar, sehingga tegangan radial yang terjadi diperhitungkan.Besar

    tegangan radial adalah bervariasi dari permukaan dalam shell ke permukaan

    luarnya dan dapat dinyatakan dengan rumus di bawah ini.

    (3.3)

    Dimana:

    R = Tegangan radial (kPa)

    P = Tekanan pada pipa (kPa)

    ri = Jari-jari dalam (mm)

    ro = Jari-jari luar (mm)

    Tegangan radial maksimum mak terjadi pada permukaan dalam shell dan

    tegangan minimum min pada permukaan luarnya.

    Tegangan sirkumferensial adalah tegangan terbesar yang terjadi di bejana

    tekan akibat tekanan internal. Tegangan yang terjadi dibandingkan dengan

    tegangan maksimum yang diijinkan di shell pada kondisi operasi. Tegangan

    dinyatakan aman apabila tegangan yang terjadi tidak melebihi dari tegangan

    maksimum yang diijinkan.

  • 22

    3.2.2. Tegangan pada ellipsoidal head

    Head pada bejana tekan vertikal membatasi shell pada sisi atas dan bawah.

    Head mempunyai beberapa jenis berdasarkan bentuk menyesuaikan dengan

    tekanan kerja dan fungsi. Contoh bentuk head menurut Megyesy (1997) dapat

    dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Jenis-jenis head berdasarkan bentuk

    Tipe head Tebal minimum Tekanan maksimal

    yang diijinkan

    Hemispherical Head

    2:1 ellipsoidal Head

    Conical Head

    ASME Flanged dan Dished Head

    (Torispherical Head)

    Jika

    Jika

  • 23

    Berdasarkan ketebalan minimum dan tekanan maksimum yang diijinkan

    pada beberapa head maka head yang dipilih dalam perancangan adalah antara

    hemispherical head atau ellipsoidal head karena lebih dapat menahan tekanan.

    Jika menggunakan hemispherical head maka tebal dinding akan lebih tipis

    dibanding ellipsoidal head, tetapi hemispherical head mempunyai kesulitan yang

    tinggi dan lebih mahal dalam pabrikasi sehingga dipilih ellipsoidal head. Jadi

    jenis head yang dipilih dalam perancangan adalah ellipsoidal head dengan rasio

    2:1.

    Menurut Dennis Moss (2004), pada ellipsoidal head terdapat perbedaan

    nilai radius dari satu titik ke titik yang lain (meridional radius Rm dan latitudinal

    radius RL), persamaan untuk mencari nilai Rm dan RL adalah sebagai berikut.

    Persamaan radius pada garis tangen:

    (3.4)

    (3.5)

    Persamaan radius pada titik tengah head:

    (3.6)

    (3.7)

    Persamaan radius pada titik X di manapun:

    (

    ) (3.8)

    (3.9)

    Menurut Dennis Moss (2004), tegangan pada head terdiri dari dua arah

    tegangan yaitu meridional dan latitudinal (hoop) , dan dapat dibedakan di

    titik tengah head, titik pada garis tangen dan pada setiap titik X. Arah tegangan

    dan data dimensi dari ellipsoidal head dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan 3.8.

    berikut.

  • 24

    Gambar 3.7. Arah tegangan pada head

    Gambar 3.8. Data dimensi pada head

    Tegangan meridional atau longitudinal dan tegangan tangensial atau

    latitudinal berbeda-beda pada setiap titik tertentu, dan dapat ditentukan dengan

    rumus sebagai berikut.

    Persamaan tegangan pada titik X di manapun:

    Tegangan meridional atau longitudinal

    (3.10)

    Tegangan tangensial atau latitudinal

    (

    ) (3.11)

    Persamaan tegangan pada titik tengah head:

    Tegangan meridional atau longitudinal

    (3.12)

    Tegangan tangensial atau latitudinal (3.13)

    Persamaan tegangan pada garis tangen:

    Tegangan meridional atau longitudinal

    (3.14)

  • 25

    Tegangan tangensial atau latitudinal

    (

    ) (3.15)

    Tegangan dinyatakan aman apabila tegangan terbesar yang terjadi pada

    head tidak melebihi dari tegangan maksimum yang diijinkan.

    3.3. Perancangan Shell

    Shell yang akan dirancang adalah jenis shell berbentuk silinder (cylindrical

    shell). Shell mempunyai struktur yang bentuknya menyerupai plat melengkung.

    Bentuk silinder shell merupakan bentuk jadi yang diperoleh dari lembaran plat

    yang telah dilengkungkan lalu dirangkai dengan sambungan las sehingga menjadi

    bentuk silinder dengan ukuran yang telah ditentukan. Pemilihan material shell

    ditentukan berdasarkan kondisi kerja dari bejana tekan, dan secara khusus kondisi

    yang sangat berpengaruh terhadap selubung shell. Pemilihan material terutama

    ditentukan oleh temperatur operasi dan desain. Temperatur operasi temperatur

    yang terjadi saat proses pada kondisi operasi normal. Pada perancangan bejana

    tekan separator ini temperatur operasi diambil nilai maksimum saat operasi.

    Temperatur desain adalah temperatur yang digunakan untuk desain bejana tekan,

    temperatur desain mempunyai nilai lebih tinggi daripada tekanan operasi dengan

    menambahkan margin. Temperatur desain mempengaruhi desain dalam pemilihan

    material dan penentuan tegangan maksimum yang diijinkan pada material.

    Ketebalan shell adalah parameter utama dalam mendesain dan dipengaruhi

    oleh tekanan dan beban-beban yang terjadi. Tekanan operasi berupa tekanan

    internal yang terjadi saat proses pada kondisi operasi normal. Tekanan desain

    digunakan untuk desain bejana tekan,tekanan desain mempunyai nilai lebih tinggi

    30 psig atau 10 % daripada tekanan operasi atau ditentukan perancang.

    Plat mempunyai ketebalan tertentu sehingga dalam perancangan ketebalan

    plat yang digunakan harus sesuai dengan ketebalan pada plat dipasaran.Sebagai

    dasar pemilihan material dapat mengacu pada tabel yang ada di referensi dan

    Lampiran 5.

  • 26

    3.3.1. Tebal minimum shell dan MAPNC shell

    Penentuan tebal bejana, awalnya dilakukan dengan beban utama tekanan

    internal. Penentuan tebal bejana silindrikal dilakukan berdasarkan circumferential

    stress maupun longitudinal stress. Setelah ditambahkan corrosion allowance dan

    penentuan dimensi penting lain, maka tingkat tegangan setiap komponen bejana

    akan dianalisis secara lebih detail dengan memperhatikan pembebanan yang

    mungkin terjadi selama operasional. Tebal minimum shell dan tekanan maksimal

    yang diijinkan dapat dihitung berdasarkan diameter dalam atau diameter luar.

    a. Berdasarkan diameter dalam

    Ketebalan plat karena tekanan internal dan berdasarkan diameter dalam

    dapat dihitung dari rumus berikut.

    (3.16)

    MAPNC (Maximum Allowable Pressure New and Cold) adalah tekanan

    maksimum yang diijinkan pada bejana tekan pada kondisi baru difabrikasi dan

    bekerja pada temperatur ruangan.Tekanan maksimum yang diijinkan pada kondisi

    baru dan pada temperatur ruangan MAPNC (Maximum Allowable Pressure New

    and Cold), untuk plat dengan ketebalan t, dapat dihitung menggunakan rumus

    berikut.

    (3.17)

    Dimana:

    tr = Tebal minimum shell (mm)

    MAPNC = Maximum Allowable Pressure New and Cold shell (kPa)

    R = Radius dalam shell kondisi terkorosi (mm)

    S = Tegangan maksimum yang diijinkan oleh material shell (kPa)

    E = Efisiensi sambungan las

    CA = Corrosion allowance (mm)

  • 27

    b. Berdasarkan diameter luar

    Ketebalan plat karena tekanan internal dan berdasarkan diameter luar,

    dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

    (3.18)

    Tekanan maksimum yang diijinkan pada kondisi baru dan pada temperatur

    ruangan MAPNC (Maximum Allowable Pressure New and Cold). untuk plat

    dengan ketebalan t

    (3.19)

    Dimana:

    tr = Tebal minimum shell (mm)

    t = Tebal nominal shell (mm)

    MAPNC = Maximum Allowable Pressure New and Cold shell (kPa)

    R = Radius luar shell kondisi terkorosi (mm)

    S = Tegangan maksimum yang diijinkan oleh material shell (kPa)

    E = Efisiensi sambungan las

    CA = Corrosion allowance (mm)

    Shell pada perancangan ini akan dihitung berdasarkan diameter dalam.

    Dengan melihat ketersediaan ukuran tebal plat yang tersedia di pasaran, dipilih

    tebal yang lebih besar dari tebal minimal yang diperlukan. Penentuan nilai S

    (tegangan maksimum yang diijinkan oleh material shell), E (efisiensi sambungan

    las), dan CA (corrosion allowance) ditentukan oleh perancang berdasarkan

    pemilihan material, umur, dan metode pengelasan.

    a. Pemilihan material

    Pemilihan material bejana tekan ditentukan berdasarkan kondisi kerja dari

    bejana tekan, dan secara khusus kondisi yang sangat berpengaruh terhadap

    bejana tekan. Kondisi kerja ini menentukan kekuatan bejana tekan yang harus

    dimiliki material bejana tekan. Tinggi rendahnya temperatur menjadi dasar

    pemilihan material karena setiap jenis material memiliki kekuatan pada batas

  • 28

    temperatur tertentu. Material mempunyai tegangan maksimum yang diijinkan

    yang harus diperhatikan.

    Tegangan maksimum yang diijinkan (maximum allowable stress) adalah

    tegangan maksimum yang diperbolehkan pada material yang dipakai untuk

    bejana yang dirancang dan dibangun. Spesifikasi dan grade material dipilih

    berdasarkan pada kriteria tegangan maksimum yang diijinkan dengan

    pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketahanan terhadap korosi, ketersediaan

    di pasar dan ekonomis. Material yang dipilih diutamakan sama dengan material

    yang digunakan pada bejana-bejana tekan sejenis pada instalasi transmisi

    geothermal terpasang.

    b. Corrosion allowance

    Corrosion allowance adalah tambahan pada ketebalan minimum bejana

    tekan. Bejana tekan maupun komponen-komponennya mengalami penipisan

    dinding akibat korosi, erosi maupun pengikisan mekanis, sehingga memerlukan

    tambahan ketebalan (corrosion allowance) dari tebal minimum yang diperlukan.

    Tambahan tebal ditentukan oleh kebutuhan umur bejana. Perlindungan terhadap

    korosi juga dapat dilakukan dengan cara lain. Tambahan ketebalan, atau lapisan

    tidak dipertimbangkan dalam penghitungan kekuatan dinding bejana.

    Tambahan tebal untuk nozzle, opening, dan manhole ditetapkan minimum

    sama dengan harga untuk bejana. Corrosion allowance pada perancangan bejana

    tekan dipilih sebesar 0.125 in atau 3.175 mm

    c. Pengelasan

    Pengelasan digunakan untuk menyambung pelat dinding bejana tekan dan

    untuk menyambung komponen-komponen. Pengelasan dapat dibedakan menjadi

    beberapa kategori dan tipe pengelasan. Setelah dilakukan pengelasan, lasan perlu

    dites untuk mengetahui adanya cacat pada lasan.

    Efisiensi las didasarkan pada tipe sambungan dan pengujian lasan. Tipe

    sambungan pada shell adalah butt joint dilas single welding tanpa backing strip

    dengan fully radiographed maka efisiensi las yang dipakai adalah satu.

  • 29

    Spesifikasi las, kualifikasi pengelas dan metode inspeksi bejana tekan

    mengacu pada ASME Section IX. Teknik Pengelasan dalam praktek dapat

    dilakukan pada posisi datar. Las yang dibentuk dari satu laluan tidak dapat

    digunakan untuk menahan beban tekanan. Pengelasan harus mengikuti Welding

    Procedure Specification (WPS) dan Procedure Qualification Record (PQR).

    3.3.2. MAWP (Maximum Allowable Working Pressure) shell

    Dalam perancangan bejana tekan, dihitung nilai MAWP (Maximum

    Allowable Working Pressure). Di dalam praktiknya, MAWP digunakan sebagai

    basis untuk menentukan peralatan pressure relieving untuk melindungi bejana

    tekan. MAWP adalah tekanan maksimum yang diijinkan pada bejana tekan pada

    kondisi operasi normal dan temperatur kerja. MAWP dihitung pada kondisi shell

    yang terkorosi. Hasil dari perhitungan MAWP harus dikurangi dengan tekanan

    hidrostatis dari fluida (PS).

    (3.20)

    MAWP shell dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.21)

    3.3.3. Berat shell

    Berat shell dapat dihitung dengan mengalikan volum shell dan densitas

    shell. Berat shell dihitung dengan berdasar sketsa pada gambar 3.9.

    Gambar 3.9. Sketsa ukuran perhitungan berat shell

  • 30

    Volum shell

    (3.22)

    Berat shell

    (3.23)

    Dimana:

    Vs = Volum shell (mm3)

    Di = Diameter dalam shell (mm)

    Hs = Panjang shell (mm)

    Ms = Berat shell (kg)

    = Densitas material (kg/mm3)

    3.4. Perancangan Head

    Head pada bejana tekan vertikal membatasi shell pada sisi atas dan bawah.

    Ukuran dari head tergantung dari ukuran shell berdasarkan parameter desain.

    Material head biasanya sama dengan material shell.

    3.4.1. Tebal minimum head

    Tebal minimum head berdasarkan pada tekanan internal. Tebal minimum

    head selanjutnya ditambahkan corrosion allowance. Tekanan maksimal yang

    diijinkan didapat dari ketebalan head. Berdasarkan ketebalan minimum dan

    tekanan maksimum yang diijinkan serta nilai fungsional dan ekonomis maka head

    yang dipilih dalam perancangan adalah ellipsoidal head dengan rasio 2:1.

    Perhitungan tebal minimum head adalah dengan menggunakan persamaan

    sebagai berikut.

    (3.24)

    Dimana :

    tr = Tebal minimum head (mm)

    P = Tekanan total internal head (kPa)

  • 31

    R = Radius dalam shell kondisi terkorosi (mm)

    S = Tegangan maksimum yang diijinkan oleh material head (kPa)

    E = Efisiensi sambungan las

    CA = Corrosion allowance (mm)

    K = Faktor pengali head elipsoidal

    Nilai K dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

    (

    ) [ (

    ) ] (3.25)

    Dimana:

    D = Diameter dalam head (mm)

    h = Panjang head (mm)

    Dengan melihat ketersediaan ukuran tebal plat yang tersedia di pasaran,

    dipilih tebal yang lebih besar dari tebal minimal yang diperlukan.

    3.4.2. MAPNC head

    Tekanan maksimum yang diijinkan pada kondisi baru dan pada temperatur

    ruangan MAPNC (maximum allowable pressure new and cold). untuk head

    dengan ketebalan t dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.

    (3.26)

    3.4.3. MAWP (Maximum Allowable Working Pressure Head)

    Pada perancangan head juga dihitung nilai MAWP (Maximum Allowable

    Working Pressure). MAWP adalah tekanan maksimum yang diijinkan pada bejana

    tekan pada kondisi operasi normal dan temperatur kerja. MAWP dapat dihitung

    dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.27)

    Dimana PS merupakan tekanan hidrostatis fluida dalam bejana tekan.

  • 32

    3.4.4. Berat head

    Berat head dapat dihitung dengan mengalikan volum head dan densitas

    head. Berat head dapat dihitung dengan berdasarkan sketsa pada Gambar 3.10.

    Gambar 3.10. Sketsa ukuran perhitungan berat head

    a. Berat head

    Volume head (3.28)

    Berat head dapat dicari dengan mengalikan volum dan densitas.

    (3.29)

    b. Berat straight flange

    Volum straight flange (3.30)

    (3.31)

    Jadi berat total head

    (3.32)

    Dimana:

    Velips

    Vsf

    Hsf

    Mh

    Dm

    th

    tsf

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    Volum elipsoidal head (mm3)

    Volum straight flange (mm3)

    Panjang straight flange (mm)

    Berat head (kg)

    Diameter dalam head (mm)

    Tebal nominal head (mm)

    Tebal nominal straight flange (mm)

    Densitas material (kg/mm3)

  • 33

    3.4.5. Tekanan pengujian hidrostatis

    Pengujian hidrostatis dilakukan dengan cara memasukan air ke dalam

    bejana dan menekannya, tujuan hidrostatis tes untuk menguji kebocoran pada

    material atau sambungan las. Pengujian hydrotest dilakukan pada temperatur air

    normal yaitu 21oC. Menurut ASME VIII divisi 1 UG-99, tekanan hydrotest dapat

    dihitung melalui persamaan berikut.

    (3.33)

    Dimana:

    Ps

    MAWP

    S

    Sa

    =

    =

    =

    =

    Tekanan hidrotest (kPa)

    Maximum allowable working pressure (kPa)

    Tegangan maksimum yang diijinkan pada kondisi lingkungan (kPa)

    Tegangan maksimum yang diijinkan pada kondisi temperatur

    operasi (kPa)

    Tekanan hydrotest total (Pst) dihitung dengan menambahkan tekanan

    hydrotest (Ps) dengan tekanan hidrostatis liquid (Ph) atau .

    Untuk memastikan bejana tekan dapat menerima tegangan yang

    diakibatkan pada hydrotest, diperlukan analisis tegangan. Setelah didapat

    tegangan yang ditimbulkan pada shell dan head, dibandingkan dengan tegangan

    maksimum yang diijinkan pada hydrotest (tegangan yield).

    3.5. Perancangan Nozzle

    Bejana tekan dilengkapi berbagai nozzle untuk menghubungkan secara

    fungsional bejana dengan perpipaan dan perlengkapan lainnya. Nozzle dibuat dari

    bahan pipa. Perancangan nozzle meliputi perancangan pipa nozzle (nozzle neck),

    flange, reinforcement pad, dan pengelasannya.

    Perancangan yang dilakukan pada nozzle mencakup pemilihan tebal pipa

    yang akan digunakan dan perhitungan kebutuhan reinforcement pad pada

    opening. Aturan untuk opening ini didasarkan pada adanya intensifikasi

  • 34

    tegangan karena adanya lubang pada bejana yang sebelumnya berbentuk struktur

    yang simetris.

    Semua nozzle dan opening yang tertempel pada bagian bejana atau head

    dipilih memiliki penampang melingkar (circular). Nozzle dan opening, jika

    perlu, dirancang memiliki penguat sesuai dengan aturan UG-36 sampai UG-43

    (CODE). Opening pada bejana silindrikal diperkuat sesuai dengan aturan UG-

    37. Perancangan opening pada sisi bejana datar mengikuti aturan UG-39.

    Hal yang harus diperhatikan dalam perancangan penguat secara efisien

    adalah penguat tidak berlebih dan penguat di dekat opening. Digunakan fillet

    dalam penyambungan untuk menghindarkan konsentrasi tegangan. Penampang

    nozzle dapat dilihat pada Gambar 3.11. sebagai berikut.

    Gambar 3.11. Penampang nozzle tanpa reinforcing pad (kiri)

    dan nozzle dengan reinforcing pad (kanan)

    3.5.1. Perancangan flange

    Flange adalah bagian sistem perpipaan yang berfungsi untuk

    menyambungkan dua buah pipa. Flange pada nozzle dilas pada nozzle neck.

    Flange dirancang dengan berdasar standar ASME B16.5. dipilih dengan rating

    class sesuai dengan tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh flange. Pemilihan

    rating tekanan didasarkan pada temperatur dan tekanan desain bejana tekan.

    Pemilihan rating dapat dilihat pada tabel untuk menentukan rating tekanan flange.

    Dalam perancangan ini dipilih flange dengan rating 300, dengan material

    SA 105. Pemilihan tipe flange berdasarkan fungsi, contoh tipe flange ada pada

    Gambar 3.12. Ukuran dari flange dapat ditentukan ukuran flange standar sesuai

  • 35

    ukuran pipa dan rating. Penentuan rating flange dapat dilakukan dengan

    berdasarkan Tabel 3.2.

    Gambar 3.12. Contoh jenis-jenis flange

    Tabel 3.2. Penentuan rating flange (ASME B16.5)

  • 36

    3.5.2. Tebal minimum nozzle

    Pemilihan material pipa ditentukan berdasarkan kekuatan yang dimiliki

    bahan pipa pada temperatur desain. Semua nozzle dan opening yang tertempel

    pada bagian bejana atau head memiliki penampang melingkar (circular).

    Ketebalan dinding yang dibutuhkan untuk nozzle agar mampu menahan tekanan

    P, dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.34)

    Dimana:

    tn = Tebal minimum nozzle yang diperlukan (mm)

    P = MAWP shell + Ps (tekanan hidrostatik pada kondisi operasi) (kPa)

    Rn = Radius dalam nozzle pada kondisi terkorosi (mm)

    Sn = Tegangan maksimum yang diijinkan pada nozzle (kPa)

    E = Efisiensi pengelasan

    Pipa telah mempunyai ukuran standar berdasarkan diameter dan schedule.

    Setelah didapat tebal minimum yang dibutuhkan nozzle maka dapat dipilih pipa

    dengan ketebalan standar atau schedule.

    3.5.3. Luasan penguat

    Dinding shell yang berfungsi untuk pamasangan nozzle akan berlubang

    sehingga akan terjadi konsentrasi tegangan, reinforcement pad adalah tambahan

    material untuk membagi tegangan di sekitar lubang pada dinding shell. Nozzle

    harus terpasang dalam kondisi yang aman sehingga perlu dilakukan analisis

    kekuatan nozzle untuk mengetahui nozzle tersebut perlu reinforcement (penguat)

    atau tidak. Perhitungan luasan penguat pada nozzle dapat dilihat pada Gambar

    3.13.

    Menurut ASME VIII Divisi 1 UG-37, perhitungan luasan menggunakan

    faktor pengurangan kekuatan (strength reduction factor). Faktor pengurangan

    kekuatan nozzle dan shell dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.35)

  • 37

    Faktor pengurangan kekuatan nozzle dan reinforcement pad dapat

    dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.36)

    Dimana dipilih dengan nilai yang lebih rendah.

    Faktor pengurangan kekuatan reinforcement pad dan shell dapat

    dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.37)

    Gambar 3.13. Luasan nozzle dengan penguat (ASME VIII Divisi 1)

    3.5.3.1. Luasan yang dibutuhkan nozzle jika tanpa reinforcing element

    Area yang dibutuhkan pada shell atau head untuk menahan tekanan

    internal.

    (3.38)

  • 38

    Total area yang tersedia

    1. A1, luas yang tersedia pada shell untuk menahan tekanan. Dipilih dengan nilai

    yang terbesar.

    ) (3.39)

    atau

    (3.40)

    2. A2, area yang tersedia pada proyeksi keluar nozzle, dipilih dengan nilai yang

    terkecil

    (3.41)

    atau

    (3.42)

    3. A3, luas yang tersedia pada proyeksi kedalam nozzle

    (3.43)

    (3.44)

    (3.45)

    4. A4, area yang tersedia pengelasan

    Nozzle dan reinforcement pad. (3.46)

    Reinforcement pad dan shell (3.47)

    Nozzle dan shell (3.48)

    Total area yang tersedia = A1+A2+A3+A4

    Pada pengelasan jika area yang tersedia lebih dari area yang dibutuhkan

    , tambahan reinforcement tidak dibutuhkan. Jika area yang

    tersedia kurang dari dari area yang dibutuhkan untuk reinforcement, tambahan

    reinforcement pad dibutuhkan

    3.5.3.2. Luasan yang dibutuhkan nozzle dengan Reinforcing Element

    Area yang dibutuhkan pada shell atau head untuk menahan tekanan internal

    (3.49)

  • 39

    Total area yang tersedia

    1. A1, luas yang tersedia pada shell untuk menahan tekanan. Dipilih dengan nilai

    yang terbesar.

    ) (3.50)

    atau

    (3.51)

    2. A2, area yang tersedia pada proyeksi keluar nozzle. Dipilih dengan nilai yang

    terkecil.

    (3.52)

    atau

    (3.53)

    3. Luas yang tersedia pada nozzle proyeksi ke dalam dipilih nilai yang terkecil.

    (3.54)

    (3.55)

    (3.56)

    4. A4, area las fillet

    Nozzle dan reinforcement pad. (3.57)

    Reinforcement pad dan shell (3.58)

    Nozzle dan shell (3.59)

    5. A5, area yang tersedia pada reinforcement pad

    (3.60)

    Total area yang tersedia = A1+A2+A3+A4+A5

    Jika area yang tersedia lebih dari area yang dibutuhkan

    maka tebal reinforcement pad dan diameter pad mencukupi.

    Keterangan:

    At = Luas penguat yang dibutuhkan (mm2)

    A1 = Luas yang tersedia pada shell (mm2)

    A2 = Luas yang tersedia pada nozzle (mm2)

    A41 = Luas yang tersedia di pengelasan nozzle dan reinforcement pad (mm2)

    A42 = Luas yang tersedia di pengelasan reinforcement pad dan shell (mm2)

  • 40

    A5 = Luas yang tersedia di reinforcement pad (mm2)

    d = Radius dalam nozzle keadaan terkorosi (mm)

    Dp = Radius luar pad (mm)

    tr = Tebal shell minimum yang dibutuhkan (mm)

    tn = Tebal nominal nozzle keadaan terkorosi (mm)

    t = Tebal shell dalam keadaaan terkorosi (mm)

    F = Faktor koreksi =1

    fr1 = Faktor pengurangan kekuatan nozzle dan shell

    fr2 = Faktor pengurangan kekuatan nozzle dan shell

    fr3 = Faktor pengurangan kekuatan nozzle dan reinforcement pad

    fr4 = Faktor pengurangan kekuatan nozzle dan reinforcement pad

    trn = Tebal nozzle minimum yang dibutuhkan

    E1 = Efisiensi pengelasan nozzle

    Leg = Lebar kaki las (mm)

    3.5.4. Tegangan yang diijinkan pada pengelasan

    Tegangan untuk nozzle didasarkan pada adanya intensifikasi tegangan

    karena adanya lubang pada bejana yang sebelumnya berbentuk struktur yang

    simetris. Jika lubang pada plat dikenai tegangan tarik yang uniform maka akan

    menimbulkan konsentrasi tegangan yang tinggi disekitar lubang.

    Tegangan yang terjadi pada pengelasan adalah tegangan yang diijinkan

    pada material nozzle dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan. Beban pada

    pengelasan nozzle adalah luas dikalikan tegangan.

    Bagian-bagian nozzle digabungkan dengan cara pengelasan. Bagian yang

    dilas adalah pipa nozzle dengan reinforcement pad, pipa nozzle dengan shell dan

    reinforcement pad dengan shell. Gambar 3.14. berikut adalah nozzle dan posisi

    pengelasan pada nozzle.

  • 41

    Gambar 3.14 Daerah pengelasan pada nozzle

    Menurut ASME VIII divisi 1 appendix-L, Tegangan yang diijinkan pada

    pengelasan nozlze adalah sebagai berikut.

    Tegangan ijin tarik pada las groove shell (Sg) : 0.74 x S (3.61)

    Tegangan ijin geser pada dinding nozzle (Sn) : 0.7 x Sn (3.62)

    Tegangan ijin geser pada las inner fillet (Si) : 0.49 x Sn (3.63)

    Tegangan ijin geser pada las outer fillet (So) : 0.49 x S (3.64)

    Tegangan ijin pada pada las groove pad (Sgp) : 0.74 x S (3.65)

    3.5.5. Beban pengelasan pada nozzle

    Beban pengelasan pada nozzle dapat dianalisis sesuai jenis nozzle, jenis

    nozzle dapat dengan neck inserted atau dengan proyeksi internal dan neck abutting

    atau tanpa proyeksi ke dalam.

    Las groove

    shell (Sg)

    Las groove

    reinforcement pad

    Las inner

    Fillet (Si)

    Las outer

    Fillet (So)

  • 42

    3.5.5.1. Nozzle dengan neck inserted pada dinding vessel

    Analisis kekuatan las untuk nozzle dengan neck inserted berdasarkan pada

    garis path yang ditunjukan pada Gambar 3.15.

    Gambar 3.15. Sketsa analisis kekuatan las nozzle dengan neck inserted

    Total beban pengelasan

    [ ] (3.66)

    Beban pengelasan untuk kekuatan path 1-1

    [ ] (3.67)

    Beban pengelasan untuk kekuatan path 2-2

    [ ] (3.68)

    Beban pengelasan untuk kekuatan path 3-3

    [ ] (3.69)

    Area A1 , A2, A3., A5 dan A4i dikalikan faktor frx

    3.5.5.2. Nozzle dengan neck abutting pada dinding vessel

    Analisis kekuatan las untuk nozzle dengan neck abbuting berdasarkan

    pada garis path yang ditunjukan pada Gambar 3.16.

  • 43

    Gambar 3.16 Sketsa pengecekan kekuatan las nozzle dengan neck abbuting

    Total beban pengelasan

    [ ] (3.70)

    Beban pengelasan untuk kekuatan path 1-1

    [ ] (3.71)

    Beban pengelasan untuk kekuatan path 2-2

    [ ] (3.72)

    Area A1, A2, A5, dan A4i dikalikan faktor frx

    3.5.6. Kekuatan antar elemen pengelasan

    Gaya antar elemen pengelasan perlu dibandingkan dengan kekuatan las

    untuk memastikan lasan mampu menahan beban.

    (a) Gaya geser pada las inner fillet

    (

    ) (3.73)

    (b) Gaya geser pada las dinding nozzle

    (

    ) (3.74)

    (c) Gaya tarik pada las groove

  • 44

    (

    ) (3.75)

    (d) Gaya geser pada las outer fillet

    (

    ) (3.76)

    (e) Gaya tarik pada las upper groove

    (

    ) (3.77)

    3.5.7. Analisis kekuatan pengelasan

    Berdasarkan ASME Divisi 1 UG-41, total beban yang terjadi tidak boleh

    melebihi kekuatan hubungan antar elemen. Hubungan antar elemen disatukan

    dengan garis kekuatan elemen yang dapat dilihat pada Gambar 3.15 dan 3.16.

    Analisis kekuatan las di garis 1-1.

    Garis 1-1 adalah elemen las pada dinding nozzle dan las outer fillet.

    Desain aman apabila kekuatan las pada garis 1-1 lebih besar dari pembebanannya.

    Persamaan analisis kekuatan las garis 1-1 adalah :

    (b) + (d) > W 1-1 atau W (3.78)

    Analisis kekuatan las di garis 2-2

    Garis 2-2 adalah elemen las pada inner fillet, las groove dan las upper

    groove. Desain aman apabila kekuatan las pada garis 2-2 lebih besar dari

    pembebanannya. Persamaan analisis kekuatan las garis 2-2 adalah :

    (a)+ (b) + (c) > W2-2 atau W (3.79)

    Analisis kekuatan las di garis 3-3.

    Garis 3-3 adalah elemen las pada las groove dan las outer fillet. Desain

    aman apabila kekuatan las pada garis 3-3 lebih besar dari pembebanannya.

    Persamaan analisis kekuatan las garis 3-3 adalah :

    (a)+ (d) > W3-3 atau W (3.80)

  • 45

    3.5.8. Berat nozzle

    Nozzle terdiri dari 3 komponen. Komponennya meliputi flange, pipa

    nozzle (nozzle neck) dan reinforcement pad. Untuk menghitung berat nozzle, berat

    ketiga komponen dijumlahkan.

    Berikut adalah persamaan untuk menghitung berat nozzle.

    a. Berat pipa nozzle

    Wpipa = Lpipa x Wpipa per meter (3.81)

    b. Berat flange

    Berat flange didapatkan dalam standar ASME B.16.5. Rating flange yang

    berbeda akan mempunyai berat flange yang berbeda juga.

    c. Berat reinforcement pad

    (

    )

    (3.82)

    (3.83)

    Dimana :

    Wpipa = Berat pipa (kg)

    Lpipa = Panjang pipa (mm)

    Wpipa per meter = Berat pipa per satuan meter (kg/m)

    Vpad = Volume reinforcement pad (mm3)

    Wpad = Berat reinforcement pad (kg)

    = Densitas material (kg/mm3)

    3.6. Perlengkapan Pendukung

    Bejana dilengkapi perlengkapan-perlengkapan untuk mendukung operasi

    bejana tekan. Perlengkapan itu antara lain isolasi, instrumentasi, platform, ladder,

    perlengkapan internal bejana tekan, dan lain-lain.

    3.6.1. Isolasi

    Tujuan dari memasang isolasi pada peralatan yang digunakan untuk

    mengalirkan fluida dengan suhu tinggi adalah:

  • 46

    1. Mencegah kerugian energi yang disebabkan oleh kehilangan panas.

    2. Mempertahankan suhu proses.

    3. Sebagai perlindungan bagi manusia dalam kasus kontak langsung dengan

    peralatan.

    Isolasi termal harus sesuai untuk kondisi operasi dan desain yang

    ditentukan. Ketebalan insulasi yang dapat disentuh sebagai bagian dari operasi

    normal atau kegiatan pemeliharaan tidak melebihi 45C. Bahan Isolasi tidak

    dibolehkan dengan asbes. Perpindahan panas pada isolasi dapat diturunkan dari

    persamaan perpindahan panas.

    Gambar 3.17. Perpindahan panas pada isolasi

    3.6.2. Platform dan ladder

    Platform dan ladder dipasang pada bejana tekan vertical dengan tujuan

    untuk memudahkan pengecekan nozzle dan instrumentasi pada bejana tekan.

    Platform dan ladder juga digunakan saat maintenance bejana tekan. Platform

    didesain dengan mempertimbangkan posisi nozzle, luas dan ketinggian platform

    menyesuaikan dengan bejana tekan.

    Platform dapat didesain dengan grating atau dengan floor plate. Ladder

    dapat didesain dengan sangkar sebagai pengaman pada ketinggian. Pada bejana

    tekan vertical dirancang platform sirkular pada shell, dan platform rectangular

    diatas top head. Platform dan ladder harus didesain sesuai standar agar mampu

    menahan beban manusia dan aman untuk digunakan.

  • 47

    3.6.3. Instrumentasi

    Bejana tekan dilengkapi dengan perlengkapan instrumentasi diantaranya

    adalah:

    1. Indikator tekanan

    2. Indikator temperatur

    3. Level gauge

    4. Transmiter tekanan

    5. Transmiter temperatur

    6. Transmiter level gauge

    Instrumen digunakan sebagai sensor untuk mengetahui kondisi opersai

    bejana tekan. Instrumentasi terhubung pada nozzle ukuran 2 in ke shell. Posisi

    Instrumen dapat dilihat pada P&ID (Process and Instrumentation Diagram)

    pada Lampiran 2.

    3.6.4. Perlengkapan internal

    Perlengkapan internal dalam separator diantaranya adalah inlet diverter,

    mist extractor dan vortex breaker.

    1. Inlet diverter: cyclone inlet

    Inlet diverter berfungsi untuk membantu memisahkan fluida yang

    masuk menjadi dua fasa yang berbeda. Cylone inlet memisahkan fluida

    dengan gaya sentrifugal.

    Gambar 3.18. Cyclone Inlet

  • 48

    2. Mist extractor atau demister pad

    Mist Extractor berfungsi untuk mengumpulkan titik-titik cairan

    yang masih terdapat dalam gas. Mist Extractor mampu melepaskan

    droplets yang berukuran hingga 10 micron.

    Gambar 3.19. Mist Extractor dan support dari mist extractor

    3. Vortex breaker

    Vortex breaker berfungsi mencegah timbulnya vortex pada cairan

    yang keluar.

    Gambar 3.20. Vortex breaker

  • 49

    3.7. Perancangan Support

    Support digunakan untuk menyangga bejana tekan ke pondasi. Support

    terdiri dari beberapa jenis. Contoh jenis support untuk bejana tekan vertikal.

    1. Leg support

    Untuk bejana vertikal ukuran menengah hingga kecil.

    2. Skirt support

    Skirt semacam shell yang berbentuk silindris atau konikal sehingga beban

    terdistribusi merata. Support yang dipakai dalam perancangan ini yaitu

    jenis skirt silinder.

    3.7.1. Perancangan skirt

    Bejana tekan vertikal yang dirancang harus bisa berdiri dan ditumpu oleh

    skirt silinder. Tumpuan skirt dilas langsung pada bagian bottom head bejana atau

    shell. Perancangan tumpuan skirt ini dilakukan sesuai dengan diameter shell dan

    berdasarkan berat vessel serta beban yang diderita. Komponen lain yang harus

    diperhatikan adalah dasar skirt, ring bawah, lasan antara skirt dengan ring

    bawah, ring penguat atas, dan penguat vertikal,

    Ketebalan minimum diperlukan agar skirt dapat menyangga bejana tekan.

    Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah berat bejana dan momen eksternal

    akibat beban angin dan gempa. Ketebalan minimum dapat dicari menggunakan

    rumus berikut.

    (3.84)

    Dimana:

    D = Diameter luar skirt

    E = Efisiensi sambungan skirt ke head

    MT = Moment pada skirt

    R = Radius luar

    S = Tegangan

    t = Tebal skirt yang dibutuhkan

    W = berat vessel yang ditumpu skirt pada kondisi paling berat (hidrotes)

  • 50

    Pengelasan digunakan untuk menyambung skirt dan head. Efisiensi

    sambungan skirt ke head adalah sebagai berikut:

    a. 0.6 untuk butt weld

    b. 0.45 untuk lap weld

    Gambar 3.21. Pengelasan pada skirt ke head butt weld (kiri) dan lap weld (kanan)

    3.7.2. Anchor bolt

    Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemasangan anchor bolt sehingga

    mampu menahan beban tarik yang timbul yaitu

    a. Jumlah anchor bolt

    b. Spasi dari anchor bolt

    c. Diameter anchor bolt

    Perhitungan anchor bolt dapat dilakukan dengan metode pendekatan sebagai

    berikut.

    Gaya tarik maksimum

    (3.85)

    Area yang dibutuhkan untuk satu baut BA

    (3.86)

    Tegangan pada anchor bolt

    (3.87)

    Dimana:

    =

    =

  • 51

    =

    =

    =

    3.7.3. Base rings

    Permukaan base ring harus cukup luas untuk mendistribusikan beban

    merata pada pondasi beton. Ketebalan base ring harus mampu menahan tegangan

    bending akibat gempa atau beban angin.

    Gambar 3.22. Sketsa dimensi dari base ring

    Perhitungan base ring dapat dilakukan dengan metode pendekatan sebagai

    berikut.

    Gaya desak maksimum.

    (3.88)

    Lebar base ring kira-kira

    (3.89)

    Tebal base ring kira-kira

    (3.90)

    Tegangan bearing

    (3.91)

    Tegangan bending

    (3.92)

    Dimana:

  • 52

    =

    (3.93)

    = skirt

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    3.7.4. Desain anchor bolt dan base ring

    Anchor bolt dan base ring digunakan untuk menanam bejana tekan di atas

    pondasi beton. Perancangan dimaksudkan agar bejana tekan dapat menahan beban

    berat bejana tekan dan beban akibat angin dan gempa. Sketsa perancangan anchor

    bolt dan base ring dapat dilihat pada Gambar 3.23.

    Gambar 3.23. Sketsa perancangan anchor bolt dan base ring

    Prosedur desain untuk memperoleh anchor bolt yang sesuai dengan base

    ring adalah sebagai berikut.

  • 53

    Nilai dari konstanta dimensi k

    (3.94)

    Total area yang dibutuhkan anchor bolts

    (3.95)

    Hubungan antara tegangan desak maksimum yang diijinkan pada tepi luar base

    ring dan bolt circle

    (3.96)

    (3.97)

    Beban tarik pada anchor bolts

    (3.98)

    Tegangan tarik di anchor bolts.

    (3.99)

    Ketebalan ring dengan area sama dengan area dari anchor bolts.

    (3.100)

    Beban desak pada beton.

    (3.101)

    Tegangan desak pada beton.

    (3.102)

    Hubungan antara gaya tarik di baja dan desak di beton.

    (3.103)

    Ketebalan base ring tanpa gusset plate.

    (3.104)

    Ketebalan base ring dengan gusset plate.

    (3.105)

    Dimana:

    b = jarak antara gusset plates, diukur dari arc bolt circle

  • 54

    Bt = Total area yang dibutuhkan untuk anchor bolt

    Cc,Ct = Konstanta

    d = Diameter lingkaran anchor bolt

    D = Diameter lingkaran anchor bolt

    fc = Tegangan tekan pada pondasi di edge terluar pada base ring

    fcb = Tegangan tekan pada pondasi di lingkaran bolt.

    j = Konstanta

    l4 = l - ts = lebar base ring

    M = Momen pada base akibat beban angin dan gempa.

    Mmax = Mx atau My dipilih yang terbesar

    n = Rasio modulus elastisitas dari baja dan beton

    r = Radius lingkaran bolt

    Sa = Tegangan tarik pada anchor bolt

    S = Teganan maksimal yang diijinkan pada base

    W = Berat bejana tekan saat operasi

    z = Konstanta

    Gusset plate, anchor chair, atau compression ring dapat digunakan untuk

    distribusi tegangan yang lebih baik.

    3.8. Berat Bejana Tekan

    Berat perlu dihitung untuk memperkirakan biaya pembuatan dan

    transportasi. Berat juga dipakai untuk perancangan support, pondasi dan lifting

    lug. Berat dihitung dari total kebutuhan material minimum bejana tekan. Berat

    dihitung dengan cara mengalikan volum dari bagian-bagian bejana tekan dengan

    berat teoritis dari material.

    Berat dapat dibedakan menjadi berat pabrikasi, berat pemasangan, berat

    operasi, dan berat uji.

  • 55

    3.8.1. Berat pabrikasi

    Berat total saat dibuat dipabrik. Berat pabrikasi terdiri dari dari berat:

    1. shell

    2. heads

    3. Internal plate work

    4. Tray support

    5. Insulation rings

    6. Openings

    7. Skirt

    8. Base ring

    9. Anchor ring

    10. Anchor lug

    11. Misscellaneous

    12. Ditambah 6% dari berat poin 1 sampai 11untuk kelebihan berat pada

    plat dan berat dari lasan

    3.8.2. Berat ereksi (pemasangan)

    Berat ereksi adalah berat total saat pabrikasi ditambah berat dari

    perlengkapan tambahan.

    Perlengkapan tambahan

    1. Insulation

    2. Fireproofing

    3. Platform

    4. Ladder

    5. Piping

    6. Miscellaneous

  • 56

    3.8.3. Berat operasi

    Berat kosong ditambah berat fluida pada kondisi operasi. Berat fluida

    kerja dapat dicari dengan mengalikan volum fluida dengan densitas. Di dalam

    separator terjadi pemisahan brine dan uap. Brine akan berada di bawah dan uap di

    atas. Ketinggian brine dibatasi pada level tertentu. Berat brine dihitung pada

    kondisi brine berada pada elevasi maksimal. Berat brine dapat dicari dengan

    mengalikan volum dengan densitas brine. Berat uap dihitung dari volum vessel

    dikurangi volum brine maksimal dan dikalikan dengan densitas dari uap.

    3.8.4. Berat uji

    Berat total ketika pengujian tekanan menggunakan air yang diisikan secara

    penuh ke bejana tekan. Berat kosong ditambah berat fluida air pada kondisi

    pengujian atau penuh. Berat fluida air dapat dicari dengan mengalikan volum

    fluida dengan densitas air.

    3.8.5. Titik berat bejana tekan

    Titik berat dapat menentukan posisi titik angkat crane pada saat

    pengangkatan (ereksi) dan gaya reaksi pada support. Menurut Moss, titik berat

    bejana tekan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.106)

    Dimana:

    C = Titik pusat gravitasi dihitung dari garis tangen kiri (mm)

    Ln = Jarak dari tangen line ke titik berat tiap komponen (mm)

    Wn = Berat tiap komponen (kg)

    W = Berat total bejana tekan (kg)

  • 57

    3.9. Pembebanan pada Bejana Tekan

    Pembebanan yang terjadi pada bejana tekan perlu diperhitungkan agar

    bejana tekan mampu menahan beban tersebut. Pembebanan luar pada bejana tekan

    yang perlu diperhatikan adalah beban akibat beban angin dan gempa.

    3.9.1. Beban angin

    Angin adalah aliran udara turbulen pada permukaan bumi dengan

    kecepatan bervariasi. Kecepatan angin dipengaruhi oleh gesekan pada permukaan

    bumi. Besarnya kecepatan udara akan meningkat dengan bertambahnya

    ketinggian dari permukaan bumi. Profil kecepatan angin tergantung dari

    karakteristik permukaan dari suatu wilayah.

    Angin akan menimbulkan momen yang menghasilkan tegangan pada shell

    dan skirt untuk bejana vertikal. Beban angin dapat dikonsiderasikan berdasarkan

    standar UBC 1997 atau bisa juga dengan standar ANSI/ASCE 7. Sebelum

    dikonderasi perlu diketahui kecepatan angin basis di lokasi.

    a. Konsiderasi dengan standar UBC-1997

    Kecepatan angin didapat dari data lapangan, keceepatan angin desain

    dipilih berdasarkan kecepatan angin maksimal yang mungkin terjadi. Dari

    kecepatan angin dapat dicari parameter lain dari tabel yang telah disediakan oleh

    UBC-1997. Persamaan yang digunakan pada standar UBC-1997

    (3.107)

    Dimana,

    Ce = Faktor koefisien gust

    Cq = Koefisien tekanan

    qs = Tekanan angin stagnasi

    I = Faktor importance

    Nilai Ce Cq qs dan I diperoleh dari tabel 3.3. sampai dengan tabel 3.6. berikut yang

    diambil dari UBC-1997.

  • 58

    Tabel 3.3. Tekanan angin stagnasi (qs) pada ketinggian standar 33 ft (UBC)

    Kecepatan angin basis (mph) 70 80 90 100 110 120 130

    Tekanan qs (psf) 12.6 16.4 20.8 25.6 31 36.9 43.3

    Tabel 3.4. Koefisien Ce kombinasi ketinggian, exposure dan gust factor

    (UBC)

    Ketinggian diatas

    permukaan tanah (feet)

    Exposure D Exposure C Exposure B

    0-15

    20

    25

    30

    40

    60

    80

    100

    120

    160

    200

    300

    400

    1.39

    1.45

    1.5

    1.54

    1.62

    1.73

    1.81

    1.88

    1.93

    2.02

    2.1

    2.23

    2.34

    1.06

    1.13

    1.19

    1.23

    1.31

    1.43

    1.53

    1.62

    1.67

    1.79

    1.87

    2.05

    2.19

    0.62

    0.67

    0.72

    0.76

    0.84

    0.95

    1.04

    1.13

    1.20

    1.31

    1.42

    1.63

    1.80

    Tabel 3.5. Koefisien tekanan Cq (UBC)

    Struktur atau part thereof diskripsi Factor Cq

    Chimney, tanks dan solid

    tower

    Square atau rectangular

    Hexagonal atau octagonal

    Round atau elliptical

    1.4

    1.1.

    0.8

    Open frame tower Square dan rectangular

    Diagonal

    Normal

    Triangular

    4.0

    3.6

    3.2

    Aksesoris tower ( seperti

    ladders, conduicts, light,

    dan elevator)

    Cylindrical members

    Diameter 2 in atau kurang dari

    Diameter lebih dari 2 in

    Flat atau angular members

    1

    0.8

    1.3

    Tabel 3.6. Faktor importance I (UBC)

    Kategori Occupancy Faktor importance angin I

    I Fasilitas essential 1.15

    II Fasilitas Hazardous 1.15

    III Spesial struktur occupancy 1.00

    IV Standar struktur occupancy 1.00

  • 59

    Konsiderasi beban angin perlu dilakukan sehingga bejana tekan mampu

    menahan beban angin. Setelah dilakukan konsiderasi baban angin maka dapat

    dilakukan perhitungan untuk mencari momen yang terjadi berdasarkan gambar

    3.24. dan rumus sebagai berikut.

    Gambar 3.24. Dimensi bejana tekan untuk konsiderasi beban angin

    Gaya geser pada base.

    (3.108)

    Momen yang terjadi pada base akibat gaya geser.

    (3.109)

    Momen pada ketinggian hT .

    (3.110)

    Tegangan yang terjadi karena beban angin.

    (3.111)

    Tebal minimum yang dibutuhkan untuk menahan beban angin.

    (3.112)

    Keterangan:

    D = Diameter luar skirt

    H = Tinggi bejana

    h = Lever arm =H/2

    hT = Jarak dari base hingga bagian bawah dari shell

    E = Efisiensi las

  • 60

    b. Konsiderasi dengan ANSI/ASCE 7-93

    Konsiderasi dapat dilakukan juga menggunakan ANSI/ASCE 7-93

    Desain tekanan angin

    (3.113)

    Dengan tekanan kecepatan

    (3.114)

    Dimana:

    kz = Tekanan kecepatan koefisien exposure

    I = Faktor importance

    V = Kecepatan angin

    G = Faktor respon Gust dimana lokasi tower

    Cf = Faktor bentuk = 0,8 untuk silinder

    Af = Area yang diproyeksikan

    3.9.2. Beban gempa

    Pembebanan gempa pada bejana tekan dapat juga menyebabkan momen.

    Bejana tekan dapat diasumsikan sebagai cantilever beam yang mengalami

    pembebanan. Pembebanan meningkat saat mendekati ujung secara uniform seperti

    terlihat pada Gambar 3.25.

    Gambar 3.25. Diagram beban seismic dan tegangan geser akibat beban seismic

  • 61

    Prosedur pembebanan karena gempa dapat dihitung dengan standar UBC

    1997. Perhitungan gempa dengan peraturan UBC sering dipakai pada proyek-

    proyek oil, gas dan juga geothermal.

    Langkah-langkah perhitungan beban gempa dengan standar UBC 1997 adalah

    sebagai berikut:

    1. Faktor zona seismic

    Zona seismic dapat diketahui dari peta gempa di Indonesia yang terdapat

    pada Lampiran 6. Dari zona seismic dapat ditentukan faktor zona seismic UBC,

    berikut penentuan faktor Z dari zona seismic.

    Tabel 3.7. Faktor zona seismic (UBC)

    Zone 1 2A 2B 3 4

    Z 0.075 0.15 0.2 0.3 0.4

    2. Tipe tanah

    Tipe tanah sangat menentukan dalam kegempaan. Tipe tanah dapat

    bernilai 1 sampai 5 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.8. dibawah ini.

    Tabel 3.8. Tipe tanah (UBC)

    Staad value Tipe tanah Deskripsi tanah N-SPT

    1 Sa Hard rock

    2 Sb Rock

    3 Sc Very dense >50

    Soil/soft rock

    4 Sd Stiff soil profile 15 sampai50

    5 Se Sofy soil

  • 62

    Tabel 3.9. R value untuk bangunan struktur dan non building struktur (UBC)

    R value Tipe Struktur

    bangunan struktur

    5.6 OBF untuk baja dan concrete

    4.5 OMRF untuk baja

    3.5 OMRF untuk concrete

    non building struktur

    2. ,2 Monumen, vessel, tank dan sperical tank, cantilever column

    structure,

    2.9 Bin dan hopper, distributed vertical mass such chimney, silo, truss

    tower

    3.6 Storage rack, signs, billboard, cooling tower

    5. Faktor koefisien seismic

    Dari nilai-nilai di atas dapat ditentukan faktor koefisien seismik Ca dan Cv . Ca

    dan Cv akan digunakan untuk menghitung tegangan yang terjadi.

    Tabel 3.10. Penentuan ditentukan faktor koefisien seismik Ca (UBC) faktor koefisien seismik Ca

    Jenis profil

    tanah

    Seismic Zone Factor, Z

    Z=0.075 Z=0.15 Z=0.2 Z=0.3 Z=0.4

    SA 0.06 0.12 0.16 0.24 0.32Na

    SB 0.08 0.15 0.2 0.3 0.40Na

    SC 0.09 0.18 0.24 0.33 0.40Na

    SD 0.12 0.22 0.28 0.36 0.44Na

    SE 0.19 0.3 0.34 0.36 0.36Na

    SF

    Tabel 3.11. Penentuan ditentukan faktor koefisien seismik Cv (UBC) Faktor koefisien seismik Cv

    Jenis profil

    tanah

    Seismic Zone Factor, Z

    Z=0.075 Z=0.075 Z=0.075 Z=0.075 Z=0.075

    SA 0.06 0.12 0.16 0.24 0.32Nv

    SB 0.08 0.15 0.2 0.3 0.40Nv

    SC 0.13 0.25 0.32 0.45 0.56Nv

    SD 0.18 0.32 0.40 0.54 0.64Nv

    SE 0.26 0.50 0.64 0.84 0.96Nv

    SF

  • 63

    Investigasi geoteknik site secara spesifik dan analisis respon dinamik

    harus dilakukan untuk menentukan seismic coefficient untuk tanah tipe SF. Nilai

    Na dan Nv dapat ditentukan berdasarkan tipe dan jarak dari sumber gempa seperti

    pada tabel 3.12 dan 3.13.

    Tabel 3.12. Faktor kedekatan sumber gempa Na dan Nv (UBC 1997)

    Tipe

    sumber

    seismic

    Jarak terdekat ke sumber gempa

    2km 5km 10km 15km

    Na Nv Na Nv Na Nv Na Nv

    A 2 1.5 1.6 1.2 1.2 1.0 1.0 1.0

    B 1.6 1.3 1.2 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

    C 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

    Tabel 3.13. Tipe sumber seismic (UBC 1997)

    Tipe

    sumber

    seismic

    Deskripsi sumber seismic

    Definisi sumber seismic

    Momen

    magnitude

    maksimum M

    Slip rate SR

    (mm/year)

    A Patahan yang mempunyai

    kapasitas produksi magnitude

    dan aktivitas seismic tingkat

    tinggi

    M 7.0 SR 5

    B Kecuali tipe A dan C M 7.0

    M 2

    SR < 2

    C Patahan yang tidak mempunyai

    kapasitas produksi magnitude

    dan aktivitas seismic relatif

    tingkat rendah

    M < 6.5 SR 2

    Setelah dilakukan konsiderasi beban gempa maka dapat dilakukan

    perhitungan untuk mencari momen yang terjadi berdasarkan gambar 3.24. dan

    rumus sebagai berikut.

    Tegangan geser pada base, V (dimana V>V1 atau V2, V

  • 64

    (3.116)

    (3.117)

    Nilai V dengan syarat V>V1 atau V2, V

  • 65

    w = Berat vessel per satuan panjang dari ketinggian

    t = Ketebalan skirt pada base

    3.10. Perancangan Lifting Lug

    Lifting lug digunakan untuk ereksi atau pengangkatan separator. Piranti

    pengangkatan harus dipastikan memiliki kekuatan sambungan yang memadai

    untuk mengangkat bejana dengan aman dan sekaligus tidak merusak dirinya

    sendiri. Lifting lug didesain dengan berdasarkan data berat ereksi vessel dan titik

    berat

    W1 = Berat ereksi untuk perhitungan W * c (3.125)

    Dimana:

    W = Berat ereksi vessel

    c = Faktor impact

    Selanjutnya ditentukan jarak I dan L dimana:

    I = Jarak dari CG ke R2 (base)

    L = Jarak dari R1 (lubang lifting lug) ke R2,

    Lifting lug terdiri dari tiga part yaitu lifting lug, pad, dan support. Bahan

    yang digunakan dalam desain akan mempunyai tegangan yang diijinkan a yang

    digunakan sebagai dasar dalam mendesain. Lifting lug akan menderita beban

    akibat berat dari vessel. Dalam perancangan ini beban untuk lifting lug dapat

    dibedakan pada posisi vertikal dan horisontal.

    Posisi horizontal,

    (3.126)

    Posisi vertikal,

    (3.127)

    Bejana tekan dilengkapi juga dengan tailing lug yang terletak pada base

    ring. Beban untuk tailing lug adalah sebagai berikut.

    Posisi horizontal,

  • 66

    (3.128)

    Posisi vertikal, untuk posisi vertikal pengangkatan bejana tekan hanya dengan

    lifting lug, sehingga pada tailing lug

    3.10.1. Desain reaksi dan tegangan yang diijinkan

    Reaksi aktual yang terjadi pada setiap lifting lug adalah

    . Desain reaksi

    yang terjadi pada setiap lifting lug

    (3.129)

    Tegangan yang diijinkan pada lifting lug berdasarkan material yang

    digunakan.

    a = Tegangan yang diijinkan untuk tarik, desak dan bending

    = Dipilih yang terkecil dari 1/3 t atau 2/3 y

    a = Tegangan geser yang diijinkan

    Lifting lug terdiri dari tiga part yaitu lifting lug, pad dan support. Dimensi

    dari ketiga komponen tersebut perlu diperhitungkan agar mampu menahan bejana

    tekan saat ereksi. Perhitungan juga dilakukan pada penyambungan. Sketsa lifting

    lug sebagai dasar perhitungan dan perancangan ditunjukkan pada Gambar 3.26.

    Perhitungan lifting lug mengacu pada moss (2004) dan desain PT Tripatra

    Engineers and Constructors.

    Gambar 3.26. Sketsa lifting lug

  • 67

    Keterangan :

    a = Jarak antara lubang pin bagian atas dengan diameter atas

    a' = Lebar support

    b = Lebar pad

    c = Tinggi pad

    c' = Tinggi area tambahan lasan

    d = Diameter pin

    d' = Diameter setengah lingkaran untuk area tambahan lasan

    e = Tinggi area tambahan lasan ditambah radius

    h = Lebar lifting lug

    l = Panjang support

    l1 = Jarak vertikal titik tengah lubang pin dengan sisi atas support

    l2 = Jarak vertikal sisi atas support dengan tangen line

    l3 = Jarak vertikal tangen line dengan sisi bawah lifting lug

    T = Tebal lifting lug

    t = Tebal pad

    t' = Tebal support

    = sudut

    Keterangan satuan yang digunakan dalam mm.

    3.10.2. Kekuatan lifting lug saat pengangkatan posisi vertikal

    Tegangan sirkumferensial dari ring dapat dihitung dengan persamaan

    berikut. Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    (3.130)

    Dimana:

    f(y)=Faktor tegangan, rasio y=a/d,

    f(y) dapat diketahui dari tabel

    Y= a/d f(y)

    tw = tebal throat las fillet

    tw1 = tebal throat lug-pad

    tw1'= tebal throat lug-supp't

    tw2 = tebal throat pad-shell

  • 68

    Tegangan tarik pada A-A dapat dihitung dengan persamaan berikut. Jika

    kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman

    (3.131)

    Tegangan geser pada ring dapat dihitung dengan persamaan berikut. Jika

    kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    (3.132)

    Dimana:

    (3.133)

    [(

    )

    (

    ) ] (3.134)

    Kombinasi tegangan pada B-B dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.135)

    (3.136)

    Kombinasi tegangan pada B-B merupakan penjumlahan dari .

    (3.137)

    Tegangan yang diijinkan adalah sebagai berikut.

    (3.138)

    Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman

    3.10.3. Kekuatan las saat pengangkatan posisi vertikal

    Penyambungan antara lifting lug dan pad, lifting lug, dan support, pad

    dan shell menggunakan las fillet. Saat pengangkatan posisi vertikal las akan

    mengalami tegangan sehingga perlu dilakukan perhitungan.

    Dimana:

    tw = tebal las fillet

    tw1 = tebal las lug-pad

    tw1' = tebal las lug-support

  • 69

    tw2 = tebal las pad-shell

    Efisiensi las

    Tegangan geser pada sambungan lifting lug ke pad dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut. Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi

    masih aman.

    (3.139)

    Tegangan geser pada sambungan lifting lug ke support dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut. Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi

    masih aman.

    (3.140)

    Tegangan geser pada sambungan pad ke shell dapat dihitung dengan

    rumus sebagai berikut. Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi masih

    aman.

    (3.141)

    3.10.4. Kekuatan lifting lug saat pengangkatan posisi horisontal

    Reaksi yang terjadi pada lifting lug saat terjada pengangkatan dalam posisi

    horisontal dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.142)

    (3.143)

    (3.144)

    Gambar 3.27. Arah gaya pada lifting lug saat pengangkatan dalam posisi

    horisontal.

  • 70

    Tegangan bending dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Jika

    kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    (3.145)

    (3.146)

    (3.147)

    Tegangan geser dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Jika

    kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    (3.148)

    (3.149)

    (3.150)

    Tegangan maksimum dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

    *

    + (3.151)

    Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    (3.152)

    3.10.5. Kekuatan las lifting lug saat pengangkatan posisi horisontal

    Penyambungan antara lifting lug dan pad, lifting lug, dan support, pad dan

    shell menggunakan las fillet. Saat pengangkatan posisi horisontal, las akan

    mengalami tegangan sehingga perlu dilakukan perhitungan. Momen inersia polar

    dari lasan (lifting lug ke lasan pad) dapat dihitung berdasarkan Gambar 3.28.

  • 71

    Gambar 3.28. Lasan pada lifting lug dan arah gaya pada posisi horizontal

    Momen inersia polar dari lasan (lifting lug ke lasan pad) dapat dihitung

    berdasarkan dengan persamaan berikut.

    Sumbu netral (N-A) dari sumbu X

    (3.153)

    Sumbu netral (N-A) dari sumbu Y

    (3.154)

    Momen inersia polar

    (3.155)

    Maksimum radius dari las r1 dan sudut 1 dihitung dengan persamaan

    berikut.

    [(

    )

    (

    )

    ] (3.156)

    (3.157)

    Maksimum radius dari las r2 dan sudut 2 dapat dihitung dengan persamaan

    berikut.

  • 72

    [(

    )

    ] (3.158)

    (

    )

    (3.159)

    a. Kekuatan lasan lifting lug ke pad

    Tegangan geser langsung ke lasan dapat dihitung dengan persamaan

    berikut.

    (3.160)

    Dimana = total throat area pada lasan

    [ ( )] [ ] (3.161)

    Tegangan geser akibat momen bending dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.162)

    Tegangan geser maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.163)

    Tegangan yang diijinkan diipilih nilai yang paling kecil diantara pad atau lug.

    (3.164)

    Jika kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    b. Kekuatan lasan lifting lug ke support

    Tegangan geser langsung ke lasan dapat dihitung dengan persamaan

    berikut.

    (3.165)

    Dimana , maka tegangan geser yang terjadi.

    Tegangan geser akibat momen bending dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.166)

    Tegangan geser maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.167)

    Tegangan geser yang diijinkan

  • 73

    (3.168)

    Dimana dipilih nilai yang paling kecil diantara support atau lug, Jika

    kurang dari maka tegangan yang terjadi masih aman.

    Tegangan bending dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.169)

    Dimana:

    F=gaya reaksi pada las support

    (3.170)

    Z adalah modulus section dari lasan support

    (3.171)

    Jika kurang dari untuk support maka desain aman.

    c. Kekuatan lasan pad ke shell

    Tegangan geser pada lasan pad ke shell dapat dihitung dengan persamaan

    sebagai berikut.

    (3.172)

    Dimana:

    (3.173)

    Jika kurang dari , maka tegangan yang terjadi masih aman.

    3.10.6. Perancangan tailing lug.

    Saat pengangkatan dengan posisi horisontal maka pengangkatan selain

    menggunakan lifting lug juga dengan menggunakan tailing lug. Tailing lug

    terletak pada base. Perancangan dilakukan agar tegangan yang terjadi tidak

    melebihi tegangan yang diijinkan. Tegangan yang diijinkan pada lifting lug

    berdasarkan material yang digunakan.

    a = Tegangan yang diijinkan untuk tarik, desak, dan bending

    = Dipilih yang terkecil dari 1/3 t atau 2/3 y

  • 74

    a = Tegangan geser yang diijinkan

    Gambar 3.29. Sketsa tailing lug

    Sketsa dari tailing lug dapat dilihat pada Gambar 3.29.

    Keterangan :

    Keterangan satuan panjang dalam mm.

    Beban pada tailing lug (Fb) ,

    Fb=R2 (3.174)

    Tegangan sirkumferensial pada ring (1) dapat dihitung dengan persamaan

    sebagai berikut.

    (3.175)

    Jika kurang dari maka desain aman.

    L1 = Jarak titik tengah lubang dan base

    L3 = Lebar tailing lug

    R = Radius atas tailing lug

    d = Diameter lubang

    t = Ketebalan tailing lug

    a = Jarak radius luar dengan radius lubang

    f(y) = Faktor tegangan

    E = Efisiensi las

    a = Tegangan yang diijinkan

  • 75

    Tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.176)

    Jika kurang dari maka desain aman

    Bending stress ( 3 ) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.177)

    Jika kurang dari maka desain aman.

    3.10.7. Kekuatan lasan tailing lug

    Penyambungan antara tailing lug dan base menggunakan las fillet. Saat

    pengangkatan posisi horisontal, las akan mengalami tegangan sehingga perlu

    dilakukan perhitungan.

    Bending stress dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.178)

    Jika kurang dari maka desain aman.

    Tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.179)

    Jika kurang dari maka desain aman.

    Tegangan kombinasi (S) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    (3.180)

    Tegangan yang diijinkan = E . Sa (3.181)

    Jika tegangan kombinasi kurang dari E . Sa maka kekuatan tailing lug aman.

  • 76

    3.11. Pembebanan Eksentrik pada Nozzle dengan Analisis Tegangan Lokal

    (WRC 107)

    Bejana tekan terhubung dengan sistem perpipaan sehingga beban eksentrik

    pada nozzle akibat sistem perpipaan harus dipertimbangkan.

    3.11.1. Sistem perpipaan

    Sistem perpipaan dalam operasi menerima beban yang kompleks, yaitu

    meliputi beban sustain, beban ekspansi, beban operasi dan beban occasional.

    Masing-masing beban yang terjadi pada sistem tersebut diakibatkan oleh

    pembebanan akibat dari kondisi operasi sistem perpipaan sendiri maupun dari

    lingkungan sekitar. Untuk memperoleh hasil rancangan sistem perpipaan yang

    aman tiap komponen beban baik akibat kondisi dari beban internal maupun akibat

    beban eksternal harus diperhatikan pada saat melakukan perancangan.

    Penggolongan pembebanan pada sistem perpipaan berdasarkan pada jenis beban-

    beban yang terjadi secara umum dapat diklasifikasikan secara sederhana meliputi

    beban - beban sustain, beban ekspansi, beban operasi, dan beban occasional.

    a. Beban sustain

    Beban sustain adalah beban yang dialami oleh instalasi pada pipa yang

    terjadi secara terus menerus. Beban ini merupakan kombinasi beban yang

    diakibatkan oleh tekanan internal dan beban berat (berat fluida dan berat pipa).

    Tegangan pada beban sustain = tegangan longitudinal akibat internal pressure +

    tegangan akibat gaya berat sistem perpipaan.

    b. Beban ekspansi

    Tegangan yang terjadi pada beban ekspansi merupakan tegangan normal

    maupun tegangan geser yang diakibatkan oleh adanya ekspansi material pipa

    akibat perbedaan temperatur pipa dengan temperatur lingkungan sekitar.

    c. Beban operasi

    Beban operasi adalah beban yang diterima oleh pipa selama operasi

    berlangsung, beban yang diterima pipa merupakan kombinasi dari beban sustain

    dan beban termal. Beban operasi = beban sustain + beban ekspansi

  • 77

    d. Beban occasional

    Beban occasional adalah beban yang terjadi kadangkadang pada sistem

    perpipaan selama operasi normal. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan

    timbulnya beban occasional, yaitu akibat gaya angin, gaya dinamik gempa, dan

    gaya-gaya lain dalam beban occasional. Tegangan pada beban occasional =

    tegangan akibat beban sustain + tegangan akibat gaya occasional.

    3.11.2. Pembebanan eksentrik pada nozzle

    Separator terhubung dengan perpipaan pada nozzle inlet dan outlet.

    Tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan akan berpengaruh terhadap kekuatan

    nozzle. Perpipaan yang menempel pada bejana tekan bagian luar dapat

    mengakibatkan pertambahan tegangan pada nozzle. Sehingga perlu dilakukan

    simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle untuk mengetahui kekuatan nozzle.

    Pada saat beroperasi sistem perpipaan akan memberikan gaya dan momen

    pada nozzle di kondisi sustained, expansion dan occasional. Pada perancangan

    bejana tekan, perlu dianalisa pengaruh beban perpipaan pada nozzle agar tidak

    melebihi tegangan yang diijinkan oleh bejana tekan dan nozzle. Jika tegangan

    yang terjadi akibat beban eksternal perpipaan telah mencapai limit-nya maka

    harus dievaluasi fleksibilitas nozzle dengan cara menambah ketebalan dan

    diameter reinforcement pad ataupun ketebalan nozzle. Dalam perancangan ini

    akan dianalisa pembebanan eksentrik pada nozzle inlet. Analisa dilakukan dengan

    metode analisis tegangan lokal pada nozzle sesuai dengan WRC 107.

    3.11.3. Analisis Tegangan Lokal pada Nozzle (WRC 107)

    Perumusan secara umum analisis tegangan lokal adalah mencari hubungan

    antar tegangan. Pembebebanan diasumsikan berlangsung pada titik pusat nozzle

    dan titik pusat shell. Arah pembebanan dan momen dapat dilihat pada gambar.

    Hubungan antara tegangan membran internal, tegangan lengkung internal dan

    konsentrasi tegangan dapat dirumuskan sebagai berikut.

  • 78

    (3.182)

    Dimana:

    i = Tegangan arah i pada permukaan shell (kPa)

    Kn = Konsentrasi tegangan tekan atau tarik

    Kb = Konsentrasi tegangan lengkung

    Mi = Momen bending pada arah i (kg/mm.mm)

    Ni = Gaya membran per satuan unit pada arah I (kg/mm)

    T = Tebal shell (mm)

    Parameter shell () Parameter shell dapat dicari dengan persamaan berikut.

    (3.183)

    Parameter nozzle (), untuk nozzle yang berbentuk lingkaran, parameter

    dapat dicari dengan persamaan berikut.

    (3.184)

    Dimana:

    Rm = Diameter rata-rata shell (mm)

    T = Tebal nominal shell (mm)

    ro = Radius luar shell (mm)

    Berikut adalah gambar 3.30 dan tabel 3.14 tentang perjanjian tanda dari

    beban dan momen pada nozzle. Dari beban dan momen dapat ditentukan tegangan

    lokal yang terjadi dengan langkah-langkah perhitungan sesuai pada WRC 107 dan

    menggunakan grafik WRC 107.

    Gambar 3.30. Perjanjian tanda WRC 107

  • 79

    Tabel 3.14. Perjanjian tanda untuk tegangan akibat beban dan momen pada

    spherical shell (WRC 107)

    Berikut langkah untuk menentukan tegangan akibat beban dan momen

    berdasarkan WRC 107. Grafik mengacu pada grafik pada WRC 107 dan terdapat

    pada Lampiran.

  • 80

    3.11.4. Tegangan akibat beban radial, P

    a. Tegangan sirkumferensial

    Langkah untuk menentukan tegangan sirkumferensial berdasarkan WRC 107.

    1. Berdasarkan nilai dan , dilakukan pembacaan Grafik 3C dan 4C (WRC

    107) pada Lampiran 7 dan 8, kemudian ditentukan parameter tidak

    berdimensi gaya membran (

    ).

    2. Berdasarkan nilai dan , dilakukan pembacaan pada Grafik 1C dan 2C-1

    (WRC 107) pada Lampiran 9 dan 10, kemudian ditentukan parameter tak

    berdimensi gaya membran (

    ).

    3. Digunakan nilai dari P, Rm dan T untuk menghitung tegangan membran

    sirkumferensial (

    ) dengan persamaan berikut.

    (

    ) (

    ) (3.185)

    4. Dengan menggunakan nilai dari P dan T, tegangan lengkung

    sirkumferensial dihitung dengan persamaan berikut.

    (

    ) (

    ) (

    ) (3.186)

    5. Tegangan kombinasi antara tegangan membran dan tegangan lengkung

    dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.187)

    Dimana:

    N = Gaya membran pada dinding shell pada arah sirkumferensial (kg/mm)

    P = Gaya radial (N)

    Rm = Radius rata-rata shell (mm)

    M = Momen lengkung dinding shell arah sirkumferensial (mm. kg/mm)

    = Tegangan sirkumferensial akibat pembebanan eksternal (kPa)

    b. Tegangan longitudinal ( )

    Langkah sama dengan tegangan sirkumferensial, kecuali (

    ) didapat

    dari grafik 3C atau 4C pada Lampiran 7 dan 8. (

    ) didapat dari grafik 1C-1 atau

  • 81

    2C pada Lampiran 9 dan 10. Persamaan untuk menghitung tegangan longitudinal

    adalah sebagai berikut.

    (

    ) (

    ) (3.188)

    (

    ) (

    ) (3.189)

    (3.190)

    Dimana:

    Nx = Gaya membran pada dinding shell pada arah longitudinal (kg/mm)

    Mx = Momen lengkung pada dinding shell arah longitudinal (mm.kg/mm)

    x = Tegangan longitudinal akibat pembebanan eksternal (kPa)

    T = Tebal shell (mm)

    3.11.5. Tegangan karena momen sirkumferensial, Mc

    a. Tegangan sirkumferensial (

    Langkah untuk menentukan tegangan sirkumferensial berdasarkan WRC 107.

    adalah sebagai berikut.

    1. Berdasarkan nilai dan , dilakukan pembacaan Grafik 3A pada Lampiran

    11 kemudian ditentukan parameter tidak berdimensi gaya membran

    (

    )

    2. Berdasarkan nilai dan , dilakukan pembacaan Grafik 1A pada Lampiran

    12 kemudian ditentukan parameter tak berdimensi momen lengkung

    (

    )

    3. Digunakan nilai dari Mc, Rm, dan T, untuk menghitung tegangan

    membran sirkumferensial dengan persamaan berikut.

    (

    )(

    ) (3.191)

    4. Digunakan nilai dari Mc, Rm, dan T, untuk menghitung tegangan

    lengkung sirkumferensial (

    ) dihitung persamaan berikut.

    (

    ) (

    ) (3.192)

  • 82

    5. Tegangan gabungan antara tegangan membran dan tegangan lengkung

    dapat dihitung dengan persamaan berikut.

    (3.193)

    b. Tegangan longitudinal

    Langkah sama pada tegangan sirkumferensial karena momen

    sirkumferensial, kecuali (

    ) didapat dari Grafik 4A pada Lampiran 13.

    (

    ) menggunakan Grafik 2A pada Lampiran 14. Persamaan untuk

    menghitung tegangan longitudinal adalah sebagai berikut.

    (

    )(

    ) (3.194)

    (

    ) (

    ) (3.195)

    (3.196)

    3.11.6. Tegangan karena longitudinal momen, ML

    a. Tegangan sirkumferensial ( )

    Ikuti langkah pada tegangan sirkumferensial kecuali (

    yang

    didapat dari Gambar 3B pada Lampiran dan (

    ) dari Grafik 1B atau 1B-1

    pada Lampiran 16 yang dinyatakan dengan persamaan berikut.

    (

    ) (

    ) (3.197)

    (

    ) (

    ) (3.198)

    b. Tegangan longitudinal ( )

    Dengan mengikuti langkah pada tegangan sirkumferensial kecuali

    (

    ) yang didapat dari Grafik 4B pada Lampiran 15 dan (

    ) dari

  • 83

    Grafik 2B atau 2B-1 pada Lampiran 17 yang dinyatakan dengan persamaan

    berikut.

    (

    ) (

    ) (3.199)

    (

    ) (

    ) (3.200)

    3.11.7. Tegangan karena momen torsional (

    Pada kasus nozzle yang berada pada shell silindris, momen torsional

    diasumsikan menyebabkan tegangan geser. Tegangan geser () pada shell di titik

    attachement adalah :

    (3.201)

    Jika hanya tegangan geser yang dipertimbangkan, dapat disimpulkan bahwa

    intensitas tegangan adalah 2 kali tegangan geser yang terhitung.

    Dim