presiden republik indonesia - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/uu...

110
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; c. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh- sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan; e. bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; f. bahwa . . .

Upload: dangque

Post on 10-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 2009

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehatmerupakan hak asasi setiap warga negara Indonesiasebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

b. bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimanadiamanatkan oleh Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakanberdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutandan berwawasan lingkungan;

c. bahwa semangat otonomi daerah dalampenyelenggaraan pemerintahan Negara KesatuanRepublik Indonesia telah membawa perubahanhubungan dan kewenangan antara Pemerintah danpemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup;

d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakinmenurun telah mengancam kelangsunganperikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnyasehingga perlu dilakukan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangkukepentingan;

e. bahwa pemanasan global yang semakin meningkatmengakibatkan perubahan iklim sehinggamemperparah penurunan kualitas lingkungan hidupkarena itu perlu dilakukan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup;

f. bahwa . . .

Page 2: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

f. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukumdan memberikan perlindungan terhadap haksetiap orang untuk mendapatkan lingkunganhidup yang baik dan sehat sebagai bagian dariperlindungan terhadap keseluruhan ekosistem,perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, hurufd, huruf e, dan huruf f, perlu membentukUndang-Undang tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), serta Pasal 33ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN DANPENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengansemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsunganperikehidupan, dan kesejahteraan manusia sertamakhluk hidup lain.

2. perlindungan . . .

Page 3: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

2. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupadalah upaya sistematis dan terpadu yangdilakukan untuk melestarikan fungsi lingkunganhidup dan mencegah terjadinya pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup yangmeliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

3. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadardan terencana yang memadukan aspek lingkunganhidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategipembangunan untuk menjamin keutuhanlingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kinidan generasi masa depan.

4. Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup yang selanjutnya disingkat RPPLH adalahperencanaan tertulis yang memuat potensi, masalahlingkungan hidup, serta upaya perlindungan danpengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.

5. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidupyang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dansaling mempengaruhi dalam membentukkeseimbangan, stabilitas, dan produktivitaslingkungan hidup.

6. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalahrangkaian upaya untuk memelihara kelangsungandaya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

7. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuanlingkungan hidup untuk mendukung perikehidupanmanusia, makhluk hidup lain, dan keseimbanganantarkeduanya.

8. Daya tampung lingkungan hidup adalahkemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,energi, dan/atau komponen lain yang masuk ataudimasukkan ke dalamnya.

9. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidupyang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayatiyang secara keseluruhan membentuk kesatuanekosistem.

10. Kajian . . .

Page 4: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

10. Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnyadisingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yangsistematis, menyeluruh, dan partisipatif untukmemastikan bahwa prinsip pembangunanberkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasidalam pembangunan suatu wilayah dan/ataukebijakan, rencana, dan/atau program.

11. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yangselanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenaidampak penting suatu usaha dan/atau kegiatanyang direncanakan pada lingkungan hidup yangdiperlukan bagi proses pengambilan keputusantentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

12. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upayapemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnyadisebut UKL-UPL, adalah pengelolaan danpemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatanyang tidak berdampak penting terhadap lingkunganhidup yang diperlukan bagi proses pengambilankeputusan tentang penyelenggaraan usahadan/atau kegiatan.

13. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batasatau kadar makhluk hidup, zat, energi, ataukomponen yang ada atau harus ada dan/atau unsurpencemar yang ditenggang keberadaannya dalamsuatu sumber daya tertentu sebagai unsurlingkungan hidup.

14. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk ataudimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,dan/atau komponen lain ke dalam lingkunganhidup oleh kegiatan manusia sehingga melampauibaku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

15. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalahukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atauhayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang olehlingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikanfungsinya.

16. Perusakan . . .

Page 5: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

16. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orangyang menimbulkan perubahan langsung atau tidaklangsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atauhayati lingkungan hidup sehingga melampauikriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

17. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahanlangsung dan/atau tidak langsung terhadap sifatfisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yangmelampaui kriteria baku kerusakan lingkunganhidup.

18. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaansumber daya alam untuk menjaminpemanfaatannya secara bijaksana sertakesinambungan ketersediaannya dengan tetapmemelihara dan meningkatkan kualitas nilai sertakeanekaragamannya.

19. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yangdiakibatkan langsung atau tidak langsung olehaktivitas manusia sehingga menyebabkanperubahan komposisi atmosfir secara global danselain itu juga berupa perubahan variabilitas iklimalamiah yang teramati pada kurun waktu yangdapat dibandingkan.

20. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

21. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnyadisingkat B3 adalah zat, energi, dan/ataukomponen lain yang karena sifat, konsentrasi,dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupuntidak langsung, dapat mencemarkan dan/ataumerusak lingkungan hidup, dan/ataumembahayakan lingkungan hidup, kesehatan, sertakelangsungan hidup manusia dan makhluk hiduplain.

22. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yangselanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa suatuusaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

23. Pengelolaan . . .

Page 6: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

23. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yangmeliputi pengurangan, penyimpanan,pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,pengolahan, dan/atau penimbunan.

24. Dumping (pembuangan) adalah kegiatanmembuang, menempatkan, dan/atau memasukkanlimbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi,waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratantertentu ke media lingkungan hidup tertentu.

25. Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihanantara dua pihak atau lebih yang timbul darikegiatan yang berpotensi dan/atau telah berdampakpada lingkungan hidup.

26. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruhperubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkanoleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

27. Organisasi lingkungan hidup adalah kelompokorang yang terorganisasi dan terbentuk ataskehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannyaberkaitan dengan lingkungan hidup.

28. Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yangdilakukan untuk menilai ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadappersyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkanoleh pemerintah.

29. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memilikikesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli,serta pola interaksi manusia dengan alam yangmenggambarkan integritas sistem alam danlingkungan hidup.

30. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlakudalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lainmelindungi dan mengelola lingkungan hidup secaralestari.

31. Masyarakat hukum adat adalah kelompokmasyarakat yang secara turun temurun bermukimdi wilayah geografis tertentu karena adanya ikatanpada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuatdengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilaiyang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,dan hukum.

32. Setiap . . .

Page 7: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

32. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badanusaha, baik yang berbadan hukum maupun yangtidak berbadan hukum.

33. Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalahseperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorongPemerintah, pemerintah daerah, atau setiap orangke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

34. Ancaman serius adalah ancaman yang berdampakluas terhadap lingkungan hidup dan menimbulkankeresahan masyarakat.

35. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepadasetiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalamrangka perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izinusaha dan/atau kegiatan.

36. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yangditerbitkan oleh instansi teknis untuk melakukanusaha dan/atau kegiatan.

37. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebutPemerintah, adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan NegaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

38. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atauwalikota, dan perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintah daerah.

39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

BAB II . . .

Page 8: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

BAB II

ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdilaksanakan berdasarkan asas:

a. tanggung jawab negara;

b. kelestarian dan keberlanjutan;

c. keserasian dan keseimbangan;

d. keterpaduan;

e. manfaat;

f. kehati-hatian;

g. keadilan;

h. ekoregion;

i. keanekaragaman hayati;

j. pencemar membayar;

k. partisipatif;

l. kearifan lokal;

m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan

n. otonomi daerah.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupbertujuan:a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup;

b. menjamin . . .

Page 9: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupanmanusia;

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidupdan kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbanganlingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kinidan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak ataslingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasimanusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alamsecara bijaksana;

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j. mengantisipasi isu lingkungan global.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup

Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupmeliputi:a. perencanaan;

b. pemanfaatan;

c. pengendalian;

d. pemeliharaan;

e. pengawasan; dan

f. penegakan hukum.

BAB III

PERENCANAAN

Pasal 5

Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup dilaksanakan melalui tahapan:

a.inventarisasi . . .

Page 10: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

a. inventarisasi lingkungan hidup;

b. penetapan wilayah ekoregion; dan

c. penyusunan RPPLH.

Bagian Kesatu

Inventarisasi Lingkungan Hidup

Pasal 6

(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri atasinventarisasi lingkungan hidup:a. tingkat nasional;

b. tingkat pulau/kepulauan; dan

c. tingkat wilayah ekoregion.

(2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untukmemperoleh data dan informasi mengenai sumberdaya alam yang meliputi:a. potensi dan ketersediaan;

b. jenis yang dimanfaatkan;

c. bentuk penguasaan;

d. pengetahuan pengelolaan;

e. bentuk kerusakan; dan

f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibatpengelolaan.

Bagian Kedua

Penetapan Wilayah Ekoregion

Pasal 7

(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf bmenjadi dasar dalam penetapan wilayah ekoregiondan dilaksanakan oleh Menteri setelah berkoordinasidengan instansi terkait.

(2) Penetapan . . .

Page 11: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

(2) Penetapan wilayah ekoregion sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan denganmempertimbangkan kesamaan:a. karakteristik bentang alam;

b. daerah aliran sungai;

c. iklim;

d. flora dan fauna;

e. sosial budaya;

f. ekonomi;

g. kelembagaan masyarakat; dan

h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.

Pasal 8

Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayahekoregion sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)huruf c dilakukan untuk menentukan daya dukung dandaya tampung serta cadangan sumber daya alam.

Bagian Ketiga

Penyusunan Rencana Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 9

(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf c terdiri atas:a. RPPLH nasional;

b. RPPLH provinsi; dan

c. RPPLH kabupaten/kota.

(2) RPPLH nasional sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a disusun berdasarkaninventarisasi nasional.

(3) RPPLH provinsi sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b disusun berdasarkan:a. RPPLH nasional;

b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan

c. inventarisasi tingkat ekoregion.

(4) RPPLH . . .

Page 12: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

(4) RPPLH kabupaten/kota sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c disusun berdasarkan:a. RPPLH provinsi;

b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan

c. inventarisasi tingkat ekoregion.

Pasal 10

(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9disusun oleh Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memperhatikan:a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;

b. sebaran penduduk;

c. sebaran potensi sumber daya alam;

d. kearifan lokal;

e. aspirasi masyarakat; dan

f. perubahan iklim.

(3) RPPLH diatur dengan:a. peraturan pemerintah untuk RPPLH nasional;

b. peraturan daerah provinsi untuk RPPLHprovinsi; dan

c. peraturan daerah kabupaten/kota untukRPPLH kabupaten/kota.

(4) RPPLH memuat rencana tentang:a. pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber

daya alam;

b. pemeliharaan dan perlindungan kualitasdan/atau fungsi lingkungan hidup;

c. pengendalian, pemantauan, sertapendayagunaan dan pelestarian sumber dayaalam; dan

d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahaniklim.

(5) RPPLH . . .

Page 13: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

(5) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuatdalam rencana pembangunan jangka panjangdan rencana pembangunan jangka menengah.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai inventarisasilingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalamPasal 6, penetapan ekoregion sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, serta RPPLHsebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PEMANFAATAN

Pasal 12

(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukanberdasarkan RPPLH.

(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud padaayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan berdasarkan dayadukung dan daya tampung lingkungan hidupdengan memperhatikan:

a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkunganhidup;

b. keberlanjutan produktivitas lingkunganhidup; dan

c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraanmasyarakat.

(3) Daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)ditetapkan oleh:

a. Menteri untuk daya dukung dan dayatampung lingkungan hidup nasional danpulau/kepulauan;

b. gubernur . . .

Page 14: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

b. gubernur untuk daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintaskabupaten/kota; atau

c. bupati/walikota untuk daya dukung dan dayatampung lingkungan hidup kabupaten/kota danekoregion di wilayah kabupaten/kota.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenetapan daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diatur dalam peraturanpemerintah.

BAB V

PENGENDALIAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 13

(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup dilaksanakan dalam rangkapelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:

a. pencegahan;

b. penanggulangan; dan

c. pemulihan.

(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah,pemerintah daerah, dan penanggung jawab usahadan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan,peran, dan tanggung jawab masing-masing.

Bagian Kedua . . .

Page 15: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Bagian Kedua

Pencegahan

Pasal 14

Instrumen pencegahan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup terdiri atas:a. KLHS;

b. tata ruang;

c. baku mutu lingkungan hidup;

d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;

e. amdal;

f. UKL-UPL;

g. perizinan;

h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;

i. peraturan perundang-undangan berbasislingkungan hidup;

j. anggaran berbasis lingkungan hidup;

k. analisis risiko lingkungan hidup;

l. audit lingkungan hidup; dan

m.instrumen lain sesuai dengan kebutuhandan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

Paragraf 1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Pasal 15

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajibmembuat KLHS untuk memastikan bahwaprinsip pembangunan berkelanjutan telahmenjadi dasar dan terintegrasi dalampembangunan suatu wilayah dan/ataukebijakan, rencana, dan/atau program.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajibmelaksanakan KLHS sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ke dalam penyusunan atauevaluasi:

a. rencana . . .

Page 16: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) besertarencana rincinya, rencana pembangunanjangka panjang (RPJP), dan rencanapembangunan jangka menengah (RPJM)nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan

b. kebijakan, rencana, dan/atau program yangberpotensi menimbulkan dampak dan/ataurisiko lingkungan hidup.

(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,

dan/atau program terhadap kondisilingkungan hidup di suatu wilayah;

b. perumusan alternatif penyempurnaankebijakan, rencana, dan/atau program; dan

c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilankeputusan kebijakan, rencana, dan/atauprogram yang mengintegrasikan prinsippembangunan berkelanjutan.

Pasal 16

KLHS memuat kajian antara lain:a. kapasitas daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup untuk pembangunan;

b. perkiraan mengenai dampak dan risikolingkungan hidup;

c. kinerja layanan/jasa ekosistem;

d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasiterhadap perubahan iklim; dan

f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragamanhayati.

Pasal 17

(1) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal15 ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan,rencana, dan/atau program pembangunan dalamsuatu wilayah.

(2) Apabila . . .

Page 17: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud padaayat (1) menyatakan bahwa daya dukung dandaya tampung sudah terlampaui,a. kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuaidengan rekomendasi KLHS; dan

b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telahmelampaui daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

Pasal 18

(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15ayat (1) dilaksanakan dengan melibatkanmasyarakat dan pemangku kepentingan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenyelenggaraan KLHS diatur dalam PeraturanPemerintah.

Paragraf 2

Tata Ruang

Pasal 19

(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkunganhidup dan keselamatan masyarakat, setiapperencanaan tata ruang wilayah wajibdidasarkan pada KLHS.

(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganmemperhatikan daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup.

Paragraf 3

Baku Mutu Lingkungan Hidup

Pasal 20

(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkunganhidup diukur melalui baku mutu lingkunganhidup.

(2) Baku mutu . . .

Page 18: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:a. baku mutu air;

b. baku mutu air limbah;

c. baku mutu air laut;

d. baku mutu udara ambien;

e. baku mutu emisi;

f. baku mutu gangguan; dan

g. baku mutu lain sesuai dengan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuanglimbah ke media lingkungan hidup denganpersyaratan:

a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup;dan

b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutulingkungan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, danhuruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutulingkungan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf fdiatur dalam peraturan menteri.

Paragraf 4

Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 21

(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakanlingkungan hidup, ditetapkan kriteria bakukerusakan lingkungan hidup.

(2) Kriteria . . .

Page 19: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidupmeliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dankriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.

(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:a. kriteria baku kerusakan tanah untuk

produksi biomassa;

b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;

c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidupyang berkaitan dengan kebakaran hutandan/atau lahan;

d. kriteria baku kerusakan mangrove;

e. kriteria baku kerusakan padang lamun;

f. kriteria baku kerusakan gambut;

g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau

h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnyasesuai dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi.

(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklimdidasarkan pada paramater antara lain:a. kenaikan temperatur;

b. kenaikan muka air laut;

c. badai; dan/atau

d. kekeringan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria bakukerusakan lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diaturdengan atau berdasarkan PeraturanPemerintah.

Paragraf 5 . . .

Page 20: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Paragraf 5

Amdal

Pasal 22

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yangberdampak penting terhadap lingkunganhidup wajib memiliki amdal.

(2) Dampak penting ditentukan berdasarkankriteria:

a. besarnya jumlah penduduk yang akanterkena dampak rencana usaha dan/ataukegiatan;

b. luas wilayah penyebaran dampak;

c. intensitas dan lamanya dampakberlangsung;

d. banyaknya komponen lingkungan hiduplain yang akan terkena dampak;

e. sifat kumulatif dampak;

f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak;dan/atau

g. kriteria lain sesuai dengan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 23

(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yangberdampak penting yang wajib dilengkapidengan amdal terdiri atas:

a. pengubahan bentuk lahan dan bentangalam;

b. eksploitasi sumber daya alam, baik yangterbarukan maupun yang tidakterbarukan;

c. proses . . .

Page 21: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

c. proses dan kegiatan yang secarapotensial dapat menimbulkanpencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup serta pemborosan dankemerosotan sumber daya alam dalampemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapatmempengaruhi lingkungan alam,lingkungan buatan, serta lingkungansosial dan budaya;

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akanmempengaruhi pelestarian kawasankonservasi sumber daya alam dan/atauperlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan,hewan, dan jasad renik;

g. pembuatan dan penggunaan bahanhayati dan nonhayati;

h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggidan/atau mempengaruhi pertahanannegara; dan/atau

i. penerapan teknologi yang diperkirakanmempunyai potensi besar untukmempengaruhi lingkungan hidup.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenisusaha dan/atau kegiatan yang wajibdilengkapi dengan amdal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.

Pasal 24

Dokumen amdal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22 merupakan dasar penetapankeputusan kelayakan lingkungan hidup.

Pasal 25 . . .

Page 22: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Pasal 25

Dokumen amdal memuat:a. pengkajian mengenai dampak rencana

usaha dan/atau kegiatan;

b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencanausaha dan/atau kegiatan;

c. saran masukan serta tanggapan masyarakatterhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;

d. prakiraan terhadap besaran dampak sertasifat penting dampak yang terjadi jikarencana usaha dan/atau kegiatan tersebutdilaksanakan;

e. evaluasi secara holistik terhadap dampakyang terjadi untuk menentukan kelayakanatau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

f. rencana pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup.

Pasal 26

(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22 disusun oleh pemrakarsadengan melibatkan masyarakat.

(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukanberdasarkan prinsip pemberian informasiyang transparan dan lengkap sertadiberitahukan sebelum kegiatandilaksanakan.

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:

a. yang terkena dampak;

b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c. yang terpengaruh atas segala bentukkeputusan dalam proses amdal.

(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat mengajukan keberatanterhadap dokumen amdal.

Pasal 27 . . .

Page 23: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Pasal 27

Dalam menyusun dokumen amdal,pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuankepada pihak lain.

Pasal 28

(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajibmemiliki sertifikat kompetensi penyusunamdal.

(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikatkompetensi penyusun amdal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penguasaan metodologi penyusunanamdal;

b. kemampuan melakukan pelingkupan,prakiraan, dan evaluasi dampak sertapengambilan keputusan; dan

c. kemampuan menyusun rencanapengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup.

(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdalsebagaimana dimaksud pada ayat (1)diterbitkan oleh lembaga sertifikasikompetensi penyusun amdal yangditetapkan oleh Menteri sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasidan kriteria kompetensi penyusun amdaldiatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 29

(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi PenilaiAmdal yang dibentuk oleh Menteri,gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.

(2) Komisi . . .

Page 24: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

(2) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensidari Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(3) Persyaratan dan tatacara lisensisebagaimana dimaksud pada ayat (2)diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 30

(1) Keanggotaan Komisi Penilai Amdalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 29terdiri atas wakil dari unsur:a. instansi lingkungan hidup;

b. instansi teknis terkait;

c. pakar di bidang pengetahuan yangterkait dengan jenis usaha dan/ataukegiatan yang sedang dikaji;

d. pakar di bidang pengetahuan yangterkait dengan dampak yang timbul darisuatu usaha dan/atau kegiatan yangsedang dikaji;

e. wakil dari masyarakat yang berpotensiterkena dampak; dan

f. organisasi lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, KomisiPenilai Amdal dibantu oleh tim teknis yangterdiri atas pakar independen yangmelakukan kajian teknis dan sekretariatyang dibentuk untuk itu.

(3) Pakar independen dan sekretariatsebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditetapkan oleh Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

Pasal 31

Berdasarkan hasil penilaian Komisi PenilaiAmdal, Menteri, gubernur, ataubupati/walikota menetapkan keputusankelayakan atau ketidaklayakan lingkunganhidup sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 32 . . .

Page 25: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Pasal 32

(1) Pemerintah dan pemerintah daerahmembantu penyusunan amdal bagi usahadan/atau kegiatan golongan ekonomi lemahyang berdampak penting terhadap lingkunganhidup.

(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi,biaya, dan/atau penyusunan amdal.

(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatangolongan ekonomi lemah diatur denganperaturan perundang-undangan.

Pasal 33

Ketentuan lebih lanjut mengenai amdalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sampaidengan Pasal 32 diatur dalam PeraturanPemerintah.

Paragraf 6

UKL-UPL

Pasal 34

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidaktermasuk dalam kriteria wajib amdalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 23ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.

(2) Gubernur atau bupati/walikotamenetapkan jenis usaha dan/ataukegiatan yang wajib dilengkapi denganUKL-UPL.

Pasal 35

(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajibdilengkapi UKL-UPL sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajibmembuat surat pernyataan kesanggupanpengelolaan dan pemantauan lingkunganhidup.

(2) Penetapan . . .

Page 26: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan berdasarkan kriteria:

a. tidak termasuk dalam kategoriberdampak penting sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan

b. kegiatan usaha mikro dan kecil.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPLdan surat pernyataan kesanggupanpengelolaan dan pemantauan lingkunganhidup diatur dengan peraturan Menteri.

Paragraf 7

Perizinan

Pasal 36

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajibmemiliki amdal atau UKL-UPL wajibmemiliki izin lingkungan.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diterbitkan berdasarkankeputusan kelayakan lingkungan hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 31atau rekomendasi UKL-UPL.

(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib mencantumkanpersyaratan yang dimuat dalam keputusankelayakan lingkungan hidup ataurekomendasi UKL-UPL.

(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.

Pasal 37

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya wajib menolakpermohonan izin lingkungan apabilapermohonan izin tidak dilengkapi denganamdal atau UKL-UPL.

(2) Izin . . .

Page 27: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (4) dapat dibatalkanapabila:a. persyaratan yang diajukan dalam

permohonan izin mengandung cacathukum, kekeliruan, penyalahgunaan,serta ketidakbenaran dan/ataupemalsuan data, dokumen, dan/atauinformasi;

b. penerbitannya tanpa memenuhi syaratsebagaimana tercantum dalamkeputusan komisi tentang kelayakanlingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL; atau

c. kewajiban yang ditetapkan dalamdokumen amdal atau UKL-UPL tidakdilaksanakan oleh penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan.

Pasal 38

Selain ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37 ayat (2), izin lingkungan dapatdibatalkan melalui keputusan pengadilan tatausaha negara.

Pasal 39

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya wajibmengumumkan setiap permohonan dankeputusan izin lingkungan.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan cara yangmudah diketahui oleh masyarakat.

Pasal 40

(1) Izin lingkungan merupakan persyaratanuntuk memperoleh izin usaha dan/ataukegiatan.

(2) Dalam . . .

Page 28: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izinusaha dan/atau kegiatan dibatalkan.

(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatanmengalami perubahan, penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan wajibmemperbarui izin lingkungan.

Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai izinsebagaimana dimaksud dalam Pasal 36sampai dengan Pasal 40 diatur dalamPeraturan Pemerintah.

Paragraf 8

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup

Pasal 42

(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkunganhidup, Pemerintah dan pemerintah daerahwajib mengembangkan dan menerapkaninstrumen ekonomi lingkungan hidup.

(2) Instrumen ekonomi lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

a. perencanaan pembangunan dan kegiatanekonomi;

b. pendanaan lingkungan hidup; dan

c. insentif dan/atau disinsentif.

Pasal 43

(1) Instrumen perencanaan pembangunan dankegiatan ekonomi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:

a. neraca sumber daya alam dan lingkunganhidup;

b. penyusunan . . .

Page 29: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

b. penyusunan produk domestik bruto danproduk domestik regional bruto yangmencakup penyusutan sumber daya alamdan kerusakan lingkungan hidup;

c. mekanisme kompensasi/imbal jasalingkungan hidup antardaerah; dan

d. internalisasi biaya lingkungan hidup.

(2) Instrumen pendanaan lingkungan hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat(2) huruf b meliputi:

a. dana jaminan pemulihan lingkunganhidup;

b. dana penanggulangan pencemarandan/atau kerusakan dan pemulihanlingkungan hidup; dan

c. dana amanah/bantuan untuk konservasi.

(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf cantara lain diterapkan dalam bentuk:

a. pengadaan barang dan jasa yang ramahlingkungan hidup;

b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidilingkungan hidup;

c. pengembangan sistem lembaga keuangandan pasar modal yang ramah lingkunganhidup;

d. pengembangan sistem perdagangan izinpembuangan limbah dan/atau emisi;

e. pengembangan sistem pembayaran jasalingkungan hidup;

f. pengembangan asuransi lingkungan hidup;

g. pengembangan sistem label ramahlingkungan hidup; dan

h. sistem penghargaan kinerja di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup.

(4) Ketentuan . . .

Page 30: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumenekonomi lingkungan hidup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ayat (1)sampai dengan ayat (3) diatur dalam PeraturanPemerintah.

Paragraf 9

Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup

Pasal 44

Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajibmemperhatikan perlindungan fungsi lingkunganhidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yangdiatur dalam Undang-Undang ini.

Paragraf 10Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

Pasal 45(1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia serta pemerintah daerahdan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajibmengalokasikan anggaran yang memadaiuntuk membiayai:a. kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup; dan

b. program pembangunan yang berwawasanlingkungan hidup.

(2) Pemerintah wajib mengalokasikan anggarandana alokasi khusus lingkungan hidup yangmemadai untuk diberikan kepada daerah yangmemiliki kinerja perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup yang baik.

Pasal 46 . . .

Page 31: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

Pasal 46Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 45, dalam rangka pemulihan kondisilingkungan hidup yang kualitasnya telahmengalami pencemaran dan/atau kerusakan padasaat undang-undang ini ditetapkan, Pemerintahdan pemerintah daerah wajib mengalokasikananggaran untuk pemulihan lingkungan hidup.

Paragraf 11Analisis Risiko Lingkungan Hidup

Pasal 47(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang

berpotensi menimbulkan dampak pentingterhadap lingkungan hidup, ancamanterhadap ekosistem dan kehidupan, dan/ataukesehatan dan keselamatan manusia wajibmelakukan analisis risiko lingkungan hidup.

(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengkajian risiko;

b. pengelolaan risiko; dan/atau

c. komunikasi risiko.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risikolingkungan hidup diatur dalam PeraturanPemerintah.

Paragraf 12Audit Lingkungan Hidup

Pasal 48Pemerintah mendorong penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan untuk melakukanaudit lingkungan hidup dalam rangkameningkatkan kinerja lingkungan hidup.

Pasal 49 . . .

Page 32: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

Pasal 49

(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidupkepada:

a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yangberisiko tinggi terhadap lingkungan hidup;dan/atau

b. penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang menunjukkan ketidaktaatanterhadap peraturan perundang-undangan.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatanwajib melaksanakan audit lingkungan hidup.

(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadapkegiatan tertentu yang berisiko tinggidilakukan secara berkala.

Pasal 50

(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan tidak melaksanakan kewajibansebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat(1), Menteri dapat melaksanakan ataumenugasi pihak ketiga yang independen untukmelaksanakan audit lingkungan hidup atasbeban biaya penanggung jawab usahadan/atau kegiatan yang bersangkutan.

(2) Menteri mengumumkan hasil audit lingkunganhidup.

Pasal 51

(1) Audit lingkungan hidup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 48 dan Pasal 49dilaksanakan oleh auditor lingkungan hidup.

(2) Auditor lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib memilikisertifikat kompetensi auditor lingkunganhidup.

(3) Kriteria . . .

Page 33: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

(3) Kriteria untuk memperoleh sertifikatkompetensi auditor lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (2)meliputi kemampuan:

a. memahami prinsip, metodologi, dan tatalaksana audit lingkungan hidup;

b. melakukan audit lingkungan hidup yangmeliputi tahapan perencanaan,pelaksanaan, pengambilan kesimpulan,dan pelaporan; dan

c. merumuskan rekomendasi langkahperbaikan sebagai tindak lanjut auditlingkungan hidup.

(4) Sertifikat kompetensi auditor lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diterbitkan oleh lembaga sertifikasikompetensi auditor lingkungan hidupsesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 52Ketentuan lebih lanjut mengenai audit lingkunganhidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48sampai dengan Pasal 51 diatur dengan PeraturanMenteri.

Bagian Ketiga

Penanggulangan

Pasal 53

(1) Setiap orang yang melakukan pencemarandan/atau perusakan lingkungan hidup wajibmelakukan penanggulangan pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(2) Penanggulangan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatanpencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup kepada masyarakat;

b. pengisolasian . . .

Page 34: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

b. pengisolasian pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup;

c. penghentian sumber pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup; dan/atau

d. cara lain yang sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenanggulangan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dalamPeraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Pemulihan

Pasal 54

(1) Setiap orang yang melakukan pencemarandan/atau perusakan lingkungan hidupwajib melakukan pemulihan fungsilingkungan hidup.

(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan tahapan:

a. penghentian sumber pencemaran danpembersihan unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan/atau

e. cara lain yang sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapemulihan fungsi lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 55 . . .

Page 35: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 35 -

Pasal 55

(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) wajibmenyediakan dana penjaminan untukpemulihan fungsi lingkungan hidup.

(2) Dana penjaminan disimpan di bankpemerintah yang ditunjuk oleh Menteri,gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya dapatmenetapkan pihak ketiga untuk melakukanpemulihan fungsi lingkungan hidup denganmenggunakan dana penjaminan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai danapenjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sampai dengan ayat (3) diatur dalamPeraturan Pemerintah.

Pasal 56

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalianpencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13sampai dengan Pasal 55 diatur dalam PeraturanPemerintah.

BAB VI

PEMELIHARAAN

Pasal 57

(1) Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukanmelalui upaya:

a. konservasi sumber daya alam;

b. pencadangan sumber daya alam;dan/atau

c. pelestarian fungsi atmosfer.

(2) Konservasi . . .

Page 36: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 36 -

(2) Konservasi sumber daya alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a meliputikegiatan:

a. perlindungan sumber daya alam;

b. pengawetan sumber daya alam; dan

c. pemanfaatan secara lestari sumber dayaalam.

(3) Pencadangan sumber daya alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b merupakansumber daya alam yang tidak dapat dikeloladalam jangka waktu tertentu.

(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahaniklim;

b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan

c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasidan pencadangan sumber daya alam sertapelestarian fungsi atmosfer sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Pemerintah.

BAB VII

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

SERTA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Bagian Kesatu

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Pasal 58

(1) Setiap orang yang memasukkan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,menyimpan, memanfaatkan, membuang,mengolah, dan/atau menimbun B3 wajibmelakukan pengelolaan B3.

(2) Ketentuan . . .

Page 37: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 37 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaanB3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pasal 59

(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yangdihasilkannya.

(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalamPasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,pengelolaannya mengikuti ketentuanpengelolaan limbah B3.

(3) Dalam hal setiap orang tidak mampumelakukan sendiri pengelolaan limbah B3,pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izindari Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya.

(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajibmencantumkan persyaratan lingkungan hidupyang harus dipenuhi dan kewajiban yangharus dipatuhi pengelola limbah B3 dalamizin.

(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaanlimbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga . . .

Page 38: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 38 -

Bagian Ketiga

Dumping

Pasal 60

Setiap orang dilarang melakukan dumpinglimbah dan/atau bahan ke media lingkunganhidup tanpa izin.

Pasal 61

(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60hanya dapat dilakukan dengan izin dari Menteri,gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat(1) hanya dapat dilakukan di lokasi yangtelah ditentukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata caradan persyaratan dumping limbah ataubahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

SISTEM INFORMASI

Pasal 62

(1) Pemerintah dan pemerintah daerahmengembangkan sistem informasi lingkunganhidup untuk mendukung pelaksanaan danpengembangan kebijakan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

(2) Sistem informasi lingkungan hidup dilakukansecara terpadu dan terkoordinasi dan wajibdipublikasikan kepada masyarakat.

(3) Sistem . . .

Page 39: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 39 -

(3) Sistem informasi lingkungan hidup palingsedikit memuat informasi mengenai statuslingkungan hidup, peta rawan lingkunganhidup, dan informasi lingkungan hidup lain.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sisteminformasi lingkungan hidup diatur denganPeraturan Menteri.

BAB IX

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 63

(1) Dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, Pemerintah bertugas danberwenang:

a. menetapkan kebijakan nasional;

b. menetapkan norma, standar, prosedur,dan kriteria;

c. menetapkan dan melaksanakankebijakan mengenai RPPLH nasional;

d. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai KLHS;

e. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai amdal dan UKL-UPL;

f. menyelenggarakan inventarisasi sumberdaya alam nasional dan emisi gas rumahkaca;

g. mengembangkan standar kerja sama;

h. mengoordinasikan dan melaksanakanpengendalian pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup;

i. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai sumber daya alam hayati dannonhayati, keanekaragaman hayati,sumber daya genetik, dan keamananhayati produk rekayasa genetik;

j. menetapkan . . .

Page 40: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 40 -

j. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai pengendalian dampakperubahan iklim dan perlindungan lapisanozon;

k. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai B3, limbah, serta limbah B3;

l. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai perlindungan lingkungan laut;

m. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup lintas batasnegara;

n. melakukan pembinaan dan pengawasanterhadap pelaksanaan kebijakannasional, peraturan daerah, danperaturan kepala daerah;

o. melakukan pembinaan dan pengawasanketaatan penanggung jawab usahadan/atau kegiatan terhadap ketentuanperizinan lingkungan dan peraturanperundang-undangan;

p. mengembangkan dan menerapkaninstrumen lingkungan hidup;

q. mengoordinasikan dan memfasilitasikerja sama dan penyelesaianperselisihan antardaerah sertapenyelesaian sengketa;

r. mengembangkan dan melaksanakankebijakan pengelolaan pengaduanmasyarakat;

s. menetapkan standar pelayanan minimal;

t. menetapkan kebijakan mengenai tatacara pengakuan keberadaan masyarakathukum adat, kearifan lokal, dan hakmasyarakat hukum adat yang terkaitdengan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup;

u. mengelola informasi lingkungan hidupnasional;

u. mengelola . . .

Page 41: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 41 -

v. mengoordinasikan, mengembangkan,dan menyosialisasikan pemanfaatanteknologi ramah lingkungan hidup;

w. memberikan pendidikan, pelatihan,pembinaan, dan penghargaan;

x. mengembangkan sarana dan standarlaboratorium lingkungan hidup;

y. menerbitkan izin lingkungan;

z. menetapkan wilayah ekoregion; dan

aa.melakukan penegakan hukumlingkungan hidup.

(2) Dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, pemerintah provinsibertugas dan berwenang:

a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;

b. menetapkan dan melaksanakan KLHStingkat provinsi;

c. menetapkan dan melaksanakankebijakan mengenai RPPLH provinsi;

d. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai amdal dan UKL-UPL;

e. menyelenggarakan inventarisasi sumberdaya alam dan emisi gas rumah kaca padatingkat provinsi;

f. mengembangkan dan melaksanakankerja sama dan kemitraan;

g. mengoordinasikan dan melaksanakanpengendalian pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup lintaskabupaten/kota;

h. melakukan pembinaan dan pengawasanterhadap pelaksanaan kebijakan,peraturan daerah, dan peraturan kepaladaerah kabupaten/kota;

i. melakukan . . .

Page 42: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 42 -

i. melakukan pembinaan dan pengawasanketaatan penanggung jawab usahadan/atau kegiatan terhadap ketentuanperizinan lingkungan dan peraturanperundang-undangan di bidangperlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup;

j. mengembangkan dan menerapkaninstrumen lingkungan hidup;

k. mengoordinasikan dan memfasilitasikerja sama dan penyelesaianperselisihan antarkabupaten/antarkotaserta penyelesaian sengketa;

l. melakukan pembinaan, bantuan teknis,dan pengawasan kepada kabupaten/kotadi bidang program dan kegiatan;

m. melaksanakan standar pelayananminimal;

n. menetapkan kebijakan mengenai tatacara pengakuan keberadaanmasyarakat hukum adat, kearifanlokal, dan hak masyarakat hukum adatyang terkait dengan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup padatingkat provinsi;

o. mengelola informasi lingkungan hiduptingkat provinsi;

p. mengembangkan danmenyosialisasikan pemanfaatanteknologi ramah lingkungan hidup;

q. memberikan pendidikan, pelatihan,pembinaan, dan penghargaan;

r. menerbitkan izin lingkungan padatingkat provinsi; dan

s. melakukan penegakan hukumlingkungan hidup pada tingkatprovinsi.

(3) Dalam . . .

Page 43: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 43 -

(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas danberwenang:

a. menetapkan kebijakan tingkatkabupaten/kota;

b. menetapkan dan melaksanakan KLHStingkat kabupaten/kota;

c. menetapkan dan melaksanakankebijakan mengenai RPPLHkabupaten/kota;

d. menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai amdal dan UKL-UPL;

e. menyelenggarakan inventarisasi sumberdaya alam dan emisi gas rumah kaca padatingkat kabupaten/kota;

f. mengembangkan dan melaksanakankerja sama dan kemitraan;

g. mengembangkan dan menerapkaninstrumen lingkungan hidup;

h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

i. melakukan pembinaan dan pengawasanketaatan penanggung jawab usahadan/atau kegiatan terhadap ketentuanperizinan lingkungan dan peraturanperundang-undangan;

j. melaksanakan standar pelayananminimal;

k. melaksanakan kebijakan mengenai tatacara pengakuan keberadaan masyarakathukum adat, kearifan lokal, dan hakmasyarakat hukum adat yang terkaitdengan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup pada tingkatkabupaten/kota;

l. mengelola informasi lingkungan hiduptingkat kabupaten/kota;

m. mengembangkan dan melaksanakankebijakan sistem informasi lingkunganhidup tingkat kabupaten/kota;

n. memberikan . . .

Page 44: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 44 -

n. memberikan pendidikan, pelatihan,pembinaan, dan penghargaan;

o. menerbitkan izin lingkungan padatingkat kabupaten/kota; dan

p. melakukan penegakan hukumlingkungan hidup pada tingkatkabupaten/kota.

Pasal 64

Tugas dan wewenang Pemerintah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dilaksanakandan/atau dikoordinasikan oleh Menteri.

BAB X

HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 65

(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidupyang baik dan sehat sebagai bagian dari hakasasi manusia.

(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikanlingkungan hidup, akses informasi, aksespartisipasi, dan akses keadilan dalammemenuhi hak atas lingkungan hidup yangbaik dan sehat.

(3) Setiap orang berhak mengajukan usuldan/atau keberatan terhadap rencana usahadan/atau kegiatan yang diperkirakan dapatmenimbulkan dampak terhadap lingkunganhidup.

(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalamperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

(5) Setiap . . .

Page 45: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 45 -

(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduanakibat dugaan pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat(5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 66

Setiap orang yang memperjuangkan hak ataslingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapatdituntut secara pidana maupun digugat secaraperdata.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 67

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarianfungsi lingkungan hidup serta mengendalikanpencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup.

Pasal 68

Setiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan berkewajiban:

a. memberikan informasi yang terkait denganperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup secara benar, akurat, terbuka, dantepat waktu;

b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkunganhidup; dan

c. menaati ketentuan tentang baku mutulingkungan hidup dan/atau kriteria bakukerusakan lingkungan hidup.

Bagian Ketiga . . .

Page 46: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 46 -

Bagian Ketiga

Larangan

Pasal 69

(1) Setiap orang dilarang:

a. melakukan perbuatan yang mengakibatkanpencemaran dan/atau perusakanlingkungan hidup;

b. memasukkan B3 yang dilarang menurutperaturan perundang-undangan ke dalamwilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia;

c. memasukkan limbah yang berasal dariluar wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia ke media lingkungan hidupNegara Kesatuan Republik Indonesia;

d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia;

e. membuang limbah ke media lingkunganhidup;

f. membuang B3 dan limbah B3 ke medialingkungan hidup;

g. melepaskan produk rekayasa genetik kemedia lingkungan hidup yangbertentangan dengan peraturanperundang-undangan atau izinlingkungan;

h. melakukan pembukaan lahan dengan caramembakar;

i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikatkompetensi penyusun amdal; dan/atau

j. memberikan informasi palsu,menyesatkan, menghilangkan informasi,merusak informasi, atau memberikanketerangan yang tidak benar.

(2) Ketentuan . . .

Page 47: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 47 -

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf h memperhatikan dengan sungguh-sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing.

BAB XI

PERAN MASYARAKAT

Pasal 70

(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatanyang sama dan seluas-luasnya untukberperan aktif dalam perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

(2) Peran masyarakat dapat berupa:

a. pengawasan sosial;

b. pemberian saran, pendapat, usul,keberatan, pengaduan; dan/atau

c. penyampaian informasi dan/atau laporan.

(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:

a. meningkatkan kepedulian dalamperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup;

b. meningkatkan kemandirian, keberdayaanmasyarakat, dan kemitraan;

c. menumbuhkembangkan kemampuan dankepeloporan masyarakat;

d. menumbuhkembangkanketanggapsegeraan masyarakat untukmelakukan pengawasan sosial; dan

e. mengembangkan dan menjaga budaya dankearifan lokal dalam rangka pelestarianfungsi lingkungan hidup.

BAB XII . . .

Page 48: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 48 -

BAB XII

PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu

Pengawasan

Pasal 71

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya wajibmelakukan pengawasan terhadap ketaatanpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatanatas ketentuan yang ditetapkan dalamperaturan perundang-undangan di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup.

(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotadapat mendelegasikan kewenangannyadalam melakukan pengawasan kepadapejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri,gubernur, atau bupati/walikota menetapkanpejabat pengawas lingkungan hidup yangmerupakan pejabat fungsional.

Pasal 72

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya wajib melakukanpengawasan ketaatan penanggung jawab usahadan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan.

Pasal 73

Menteri dapat melakukan pengawasan terhadapketaatan penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan olehpemerintah daerah jika Pemerintah menganggapterjadi pelanggaran yang serius di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

PASAL 74 . . .

Page 49: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 49 -

Pasal 74

(1) Pejabat pengawas lingkungan hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat(3) berwenang:

a. melakukan pemantauan;

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/ataumembuat catatan yang diperlukan;

d. memasuki tempat tertentu;

e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual;

g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alattransportasi; dan/atau

j. menghentikan pelanggaran tertentu.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabatpengawas lingkungan hidup dapat melakukankoordinasi dengan pejabat penyidik pegawainegeri sipil.

(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatandilarang menghalangi pelaksanaan tugaspejabat pengawas lingkungan hidup.

Pasal 75

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengangkatan pejabat pengawas lingkungan hidupdan tata cara pelaksanaan pengawasansebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3),Pasal 73, dan Pasal 74 diatur dalam PeraturanPemerintah.

Bagian Kedua . . .

Page 50: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 50 -

Bagian Kedua

Sanksi Administratif

Pasal 76

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotamenerapkan sanksi administratif kepadapenanggung jawab usaha dan/atau kegiatanjika dalam pengawasan ditemukanpelanggaran terhadap izin lingkungan.

(2) Sanksi administratif terdiri atas:

a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. pembekuan izin lingkungan; atau

d. pencabutan izin lingkungan.

Pasal 77

Menteri dapat menerapkan sanksi administratifterhadap penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintahdaerah secara sengaja tidak menerapkan sanksiadministratif terhadap pelanggaran yang serius dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup.

Pasal 78

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 76 tidak membebaskan penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawabpemulihan dan pidana.

Pasal 79

Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuanatau pencabutan izin lingkungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf ddilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

Pasal 80 . . .

Page 51: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 51 -

Pasal 80

(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa:

a. penghentian sementara kegiatanproduksi;

b. pemindahan sarana produksi;

c. penutupan saluran pembuangan airlimbah atau emisi;

d. pembongkaran;

e. penyitaan terhadap barang atau alatyang berpotensi menimbulkanpelanggaran;

f. penghentian sementara seluruh kegiatan;atau

g. tindakan lain yang bertujuan untukmenghentikan pelanggaran dantindakan memulihkan fungsilingkungan hidup.

(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapatdijatuhkan tanpa didahului teguran apabilapelanggaran yang dilakukan menimbulkan:

a. ancaman yang sangat serius bagimanusia dan lingkungan hidup;

b. dampak yang lebih besar dan lebih luasjika tidak segera dihentikan pencemarandan/atau perusakannya; dan/atau

c. kerugian yang lebih besar bagilingkungan hidup jika tidak segeradihentikan pencemaran dan/atauperusakannya.

Pasal 81

Setiap penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang tidak melaksanakan paksaanpemerintah dapat dikenai denda atas setiapketerlambatan pelaksanaan sanksi paksaanpemerintah.

Pasal 82 . . .

Page 52: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 52 -

Pasal 82

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotaberwenang untuk memaksa penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untukmelakukan pemulihan lingkungan hidupakibat pencemaran dan/atau perusakanlingkungan hidup yang dilakukannya.

(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikotaberwenang atau dapat menunjuk pihak ketigauntuk melakukan pemulihan lingkunganhidup akibat pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup yangdilakukannya atas beban biaya penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 83

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksiadministratif diatur dalam PeraturanPemerintah.

BAB XIII

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 84

(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapatditempuh melalui pengadilan atau di luarpengadilan.

(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkunganhidup dilakukan secara suka rela oleh parapihak yang bersengketa.

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapatditempuh apabila upaya penyelesaiansengketa di luar pengadilan yang dipilihdinyatakan tidak berhasil oleh salah satu ataupara pihak yang bersengketa.

Bagian Kedua . . .

Page 53: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 53 -

Bagian Kedua

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan

Pasal 85

(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk mencapaikesepakatan mengenai:

a. bentuk dan besarnya ganti rugi;

b. tindakan pemulihan akibat pencemarandan/atau perusakan;

c. tindakan tertentu untuk menjamin tidakakan terulangnya pencemaran dan/atauperusakan; dan/atau

d. tindakan untuk mencegah timbulnyadampak negatif terhadap lingkunganhidup.

(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidakberlaku terhadap tindak pidana lingkunganhidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkunganhidup di luar pengadilan dapat digunakanjasa mediator dan/atau arbiter untukmembantu menyelesaikan sengketalingkungan hidup.

Pasal 86

(1) Masyarakat dapat membentuk lembagapenyedia jasa penyelesaian sengketalingkungan hidup yang bersifat bebas dantidak berpihak.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapatmemfasilitasi pembentukan lembaga penyediajasa penyelesaian sengketa lingkungan hidupyang bersifat bebas dan tidak berpihak.

(3) Ketentuan . . .

Page 54: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 54 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembagapenyedia jasa penyelesaian sengketalingkungan hidup diatur dengan PeraturanPemerintah.

Bagian Ketiga

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan

Paragraf 1

Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Pasal 87

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang melakukan perbuatanmelanggar hukum berupa pencemarandan/atau perusakan lingkungan hidup yangmenimbulkan kerugian pada orang lainatau lingkungan hidup wajib membayarganti rugi dan/atau melakukan tindakantertentu.

(2) Setiap orang yang melakukanpemindahtanganan, pengubahan sifat danbentuk usaha, dan/atau kegiatan darisuatu badan usaha yang melanggar hukumtidak melepaskan tanggung jawab hukumdan/atau kewajiban badan usaha tersebut.

(3) Pengadilan dapat menetapkan pembayaranuang paksa terhadap setiap hariketerlambatan atas pelaksanaan putusanpengadilan.

(4) Besarnya uang paksa diputuskanberdasarkan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2 . . .

Page 55: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 55 -

Paragraf 2

Tanggung Jawab Mutlak

Pasal 88

Setiap orang yang tindakannya, usahanya,dan/atau kegiatannya menggunakan B3,menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,dan/atau yang menimbulkan ancaman seriusterhadap lingkungan hidup bertanggung jawabmutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlupembuktian unsur kesalahan.

Paragraf 3

Tenggat Kedaluwarsa untuk Pengajuan Gugatan

Pasal 89

(1) Tenggat kedaluwarsa untuk mengajukangugatan ke pengadilan mengikuti tenggangwaktu sebagaimana diatur dalam ketentuanKitab Undang-Undang Hukum Perdata dandihitung sejak diketahui adanya pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(2) Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsatidak berlaku terhadap pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yangdiakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatanyang menggunakan dan/atau mengelola B3serta menghasilkan dan/atau mengelolalimbah B3.

Paragraf 4

Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Pasal 90

(1) Instansi pemerintah dan pemerintah daerahyang bertanggung jawab di bidanglingkungan hidup berwenang mengajukangugatan ganti rugi dan tindakan tertentuterhadap usaha dan/atau kegiatan yangmenyebabkan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yangmengakibatkan kerugian lingkungan hidup.

(2) Ketentuan . . .

Page 56: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 56 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugianlingkungan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 5

Hak Gugat Masyarakat

Pasal 91

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatanperwakilan kelompok untuk kepentingandirinya sendiri dan/atau untuk kepentinganmasyarakat apabila mengalami kerugianakibat pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup.

(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapatkesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum,serta jenis tuntutan di antara wakil kelompokdan anggota kelompoknya.

(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakatdilaksanakan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

Paragraf 6

Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup

Pasal 92

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawabperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup, organisasi lingkungan hidup berhakmengajukan gugatan untuk kepentinganpelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Hak mengajukan gugatan terbatas padatuntutan untuk melakukan tindakan tertentutanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biayaatau pengeluaran riil.

(3) Organisasi lingkungan hidup dapatmengajukan gugatan apabila memenuhipersyaratan:

a. berbentuk . . .

Page 57: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 57 -

a. berbentuk badan hukum;

b. menegaskan di dalam anggaran dasarnyabahwa organisasi tersebut didirikan untukkepentingan pelestarian fungsi lingkunganhidup; dan

c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuaidengan anggaran dasarnya paling singkat2 (dua) tahun.

Paragraf 7

Gugatan Administratif

Pasal 93

(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatanterhadap keputusan tata usaha negaraapabila:

a. badan atau pejabat tata usaha negaramenerbitkan izin lingkungan kepada usahadan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapitidak dilengkapi dengan dokumen amdal;

b. badan atau pejabat tata usaha negaramenerbitkan izin lingkungan kepadakegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidakdilengkapi dengan dokumen UKL-UPL;dan/atau

c. badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan izin usaha dan/ataukegiatan yang tidak dilengkapi denganizin lingkungan.

(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadapkeputusan tata usaha negara mengacupada Hukum Acara Peradilan Tata UsahaNegara.

BAB XIV . . .

Page 58: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 58 -

BAB XIV

PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN

Bagian Kesatu

Penyidikan

Pasal 94

(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara RepublikIndonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentudi lingkungan instansi pemerintah yanglingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup diberi wewenang sebagaipenyidik sebagaimana dimaksud dalamHukum Acara Pidana untuk melakukanpenyidikan tindak pidana lingkungan hidup.

(2) Penyidik pejabat pegawai negeri sipilberwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaranlaporan atau keterangan berkenaandengan tindak pidana di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup;

b. melakukan pemeriksaan terhadap setiaporang yang diduga melakukan tindakpidana di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup;

c. meminta keterangan dan bahan bukti darisetiap orang berkenaan dengan peristiwatindak pidana di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup;

d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan,catatan, dan dokumen lain berkenaandengan tindak pidana di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup;

e. melakukan . . .

Page 59: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 59 -

e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentuyang diduga terdapat bahan bukti,pembukuan, catatan, dan dokumen lain;

f. melakukan penyitaan terhadap bahan danbarang hasil pelanggaran yang dapatdijadikan bukti dalam perkara tindakpidana di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup;

g. meminta bantuan ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindakpidana di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup;

h. menghentikan penyidikan;

i. memasuki tempat tertentu, memotret,dan/atau membuat rekaman audio visual;

j. melakukan penggeledahan terhadapbadan, pakaian, ruangan, dan/atautempat lain yang diduga merupakantempat dilakukannya tindak pidana;dan/atau

k. menangkap dan menahan pelaku tindakpidana.

(3) Dalam melakukan penangkapan danpenahanan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf k, penyidik pejabat pegawai negerisipil berkoordinasi dengan penyidik pejabatpolisi Negara Republik Indonesia.

(4) Dalam hal penyidik pejabat pegawai negerisipil melakukan penyidikan, penyidik pejabatpegawai negeri sipil memberitahukan kepadapenyidik pejabat polisi Negara RepublikIndonesia dan penyidik pejabat polisi NegaraRepublik Indonesia memberikan bantuan gunakelancaran penyidikan.

(5) Penyidik pejabat pegawai negeri sipilmemberitahukan dimulainya penyidikankepada penuntut umum dengan tembusankepada penyidik pejabat polisi Negara RepublikIndonesia.

(6) Hasil . . .

Page 60: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 60 -

(6) Hasil penyidikan yang telah dilakukan olehpenyidik pegawai negeri sipil disampaikankepada penuntut umum.

Pasal 95

(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadappelaku tindak pidana lingkungan hidup, dapatdilakukan penegakan hukum terpadu antarapenyidik pegawai negeri sipil, kepolisian, dankejaksaan di bawah koordinasi Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaanpenegakan hukum terpadu diatur denganperaturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pembuktian

Pasal 96

Alat bukti yang sah dalam tuntutan tindakpidana lingkungan hidup terdiri atas:

a. keterangan saksi;

b. keterangan ahli;

c. surat;

d. petunjuk;

e. keterangan terdakwa; dan/atau

f. alat bukti lain, termasuk alat bukti yangdiatur dalam peraturan perundang-undangan.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 97

Tindak pidana dalam undang-undang inimerupakan kejahatan.

Pasal 98 . . .

Page 61: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 61 -

Pasal 98

(1) Setiap orang yang dengan sengajamelakukan perbuatan yang mengakibatkandilampauinya baku mutu udara ambien,baku mutu air, baku mutu air laut, ataukriteria baku kerusakan lingkungan hidup,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling sedikitRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) danpaling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah).

(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukadan/atau bahaya kesehatan manusia,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12(dua belas) tahun dan denda paling sedikitRp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (duabelas miliar rupiah).

(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukaberat atau mati, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun dan dendapaling sedikit Rp5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah) dan paling banyakRp15.000.000.000,00 (lima belas miliarrupiah).

Pasal 99

(1) Setiap orang yang karena kelalaiannyamengakibatkan dilampauinya baku mutuudara ambien, baku mutu air, baku mutuair laut, atau kriteria baku kerusakanlingkungan hidup, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun danpaling lama 3 (tiga) tahun dan denda palingsedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah) dan paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(2) Apabila . . .

Page 62: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 62 -

(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukadan/atau bahaya kesehatan manusia,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6(enam) tahun dan denda paling sedikitRp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) danpaling banyak Rp6.000.000.000,00 (enammiliar rupiah).

(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukaberat atau mati, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun danpaling lama 9 (sembilan) tahun dan dendapaling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tigamiliar rupiah) dan paling banyakRp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).

Pasal 100

(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu airlimbah, baku mutu emisi, atau baku mutugangguan dipidana, dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliarrupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) hanya dapat dikenakan apabilasanksi administratif yang telah dijatuhkantidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukanlebih dari satu kali.

Pasal 101

Setiap orang yang melepaskan dan/ataumengedarkan produk rekayasa genetik ke medialingkungan hidup yang bertentangan denganperaturan perundang-undangan atau izinlingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal69 ayat (1) huruf g, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) danpaling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliarrupiah).

Pasal 102 . . .

Page 63: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 63 -

Pasal 102

Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbahB3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)tahun dan denda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 103

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dantidak melakukan pengelolaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 104

Setiap orang yang melakukan dumping limbahdan/atau bahan ke media lingkungan hiduptanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal60, dipidana dengan pidana penjara paling lama3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 105

Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)huruf c dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12(dua belas) tahun dan denda paling sedikitRp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) danpaling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belasmiliar rupiah).

Pasal 106 . . .

Page 64: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 64 -

Pasal 106

Setiap orang yang memasukkan limbah B3 kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)huruf d, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling sedikitRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) danpaling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belasmiliar rupiah).

Pasal 107

Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarangmenurut peraturan perundang–undangan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)huruf b, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling sedikitRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) danpaling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belasmiliar rupiah).

Pasal 108

Setiap orang yang melakukan pembakaranlahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikitRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) danpaling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah).

Pasal 109 . . .

Page 65: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 65 -

Pasal 109

Setiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan tanpa memiliki izin lingkungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) dan paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 110

Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memilikisertifikat kompetensi penyusun amdalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)huruf i, dipidana dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 111

(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yangmenerbitkan izin lingkungan tanpadilengkapi dengan amdal atau UKL-UPLsebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat(1) dipidana dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliarrupiah).

(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/ataukegiatan yang menerbitkan izin usahadan/atau kegiatan tanpa dilengkapi denganizin lingkungan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 40 ayat (1) dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahundan denda paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 112 . . .

Page 66: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 66 -

Pasal 112

Setiap pejabat berwenang yang dengan sengajatidak melakukan pengawasan terhadap ketaatanpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatanterhadap peraturan perundang-undangan danizin lingkungan sebagaimana dimaksud dalamPasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkanterjadinya pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan yang mengakibatkan hilangnyanyawa manusia, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun atau dendapaling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah).

Pasal 113

Setiap orang yang memberikan informasi palsu,menyesatkan, menghilangkan informasi,merusak informasi, atau memberikanketerangan yang tidak benar yang diperlukandalam kaitannya dengan pengawasan danpenegakan hukum yang berkaitan denganperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)huruf j dipidana dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 114

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatanyang tidak melaksanakan paksaan pemerintahdipidana dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 115

Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi, atau menggagalkanpelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkunganhidup dan/atau pejabat penyidik pegawai negerisipil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 116 . . .

Page 67: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 67 -

Pasal 116

(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidupdilakukan oleh, untuk, atau atas nama badanusaha, tuntutan pidana dan sanksi pidanadijatuhkan kepada:

a. badan usaha; dan/atau

b. orang yang memberi perintah untukmelakukan tindak pidana tersebut atauorang yang bertindak sebagai pemimpinkegiatan dalam tindak pidana tersebut.

(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh orang, yang berdasarkanhubungan kerja atau berdasarkan hubunganlain yang bertindak dalam lingkup kerja badanusaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadappemberi perintah atau pemimpin dalam tindakpidana tersebut tanpa memperhatikan tindakpidana tersebut dilakukan secara sendiri ataubersama-sama.

Pasal 117

Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberiperintah atau pemimpin tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1)huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan berupapidana penjara dan denda diperberat dengansepertiga.

Pasal 118

Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidanadijatuhkan kepada badan usaha yang diwakilioleh pengurus yang berwenang mewakili didalam dan di luar pengadilan sesuai denganperaturan perundang-undangan selaku pelakufungsional.

Pasal 119 . . .

Page 68: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 68 -

Pasal 119

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang ini, terhadap badan usaha dapatdikenakan pidana tambahan atau tindakan tatatertib berupa:

a. perampasan keuntungan yang diperoleh daritindak pidana;

b. penutupan seluruh atau sebagian tempatusaha dan/atau kegiatan;

c. perbaikan akibat tindak pidana;

d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikantanpa hak; dan/atau

e. penempatan perusahaan di bawahpengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 120

(1) Dalam melaksanakan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 119huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,jaksa berkoordinasi dengan instansi yangbertanggung jawab di bidang perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup untukmelaksanakan eksekusi.

(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 119 huruf e,Pemerintah berwenang untuk mengelolabadan usaha yang dijatuhi sanksipenempatan di bawah pengampuan untukmelaksanakan putusan pengadilan yangtelah berkekuatan hukum tetap.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 121

(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiapusaha dan/atau kegiatan yang telah memilikiizin usaha dan/atau kegiatan tetapi belummemiliki dokumen amdal wajib menyelesaikanaudit lingkungan hidup.

(2) Pada . . .

Page 69: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 69 -

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiapusaha dan/atau kegiatan yang telah memilikiizin usaha dan/atau kegiatan tetapi belummemiliki UKL-UPL wajib membuat dokumenpengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 122

(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiappenyusun amdal wajib memiliki sertifikatkompetensi penyusun amdal.

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiapauditor lingkungan hidup wajib memilikisertifikat kompetensi auditor lingkunganhidup.

Pasal 123

Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidupyang telah dikeluarkan oleh Menteri, gubernur,atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izinlingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejakUndang-Undang ini ditetapkan.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 124

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,semua peraturan perundang-undangan yangmerupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3699) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjangtidak bertentangan atau belum diganti denganperaturan yang baru berdasarkan Undang-Undangini.

Pasal 125 . . .

Page 70: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 70 -

Pasal 125

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor68, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3699) dicabut dan dinyatakantidak berlaku.

Pasal 126

Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan dalamUndang-Undang ini ditetapkan paling lama 1(satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan.

Pasal 127

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar . . .

Page 71: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 71 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 3 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 3 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 140

Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,

SETIO SAPTO NUGROHO

Page 72: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 2009

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

I. UMUM

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehatmerupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warganegara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, danseluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukanperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidupIndonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagirakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada posisi silangantara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dancuaca serta musim yang menghasilkan kondisi alam yang tingginilainya. Di samping itu Indonesia mempunyai garis pantaiterpanjang kedua di dunia dengan jumlah penduduk yang besar.Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati dansumber daya alam yang melimpah. Kekayaan itu perlu dilindungidan dikelola dalam suatu sistem perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup yang terpadu dan terintegrasi antaralingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan wawasanNusantara.

Indonesia juga berada pada posisi yang sangat rentan terhadapdampak perubahan iklim. Dampak tersebut meliputi turunnyaproduksi pangan, terganggunya ketersediaan air, tersebarnyahama dan penyakit tanaman serta penyakit manusia, naiknyapermukaan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan punahnyakeanekaragaman hayati.

Ketersedian . . .

Page 73: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupunkualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunanmembutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat.Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinyapencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapatmengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitaslingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi bebansosial.

Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dandikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara,asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaanlingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatanekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsipkehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, sertapengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifanlingkungan.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntutdikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatukebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuendari pusat sampai ke daerah.

3. Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, danseimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagaikonsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau programpembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukanpelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuanpembangunan berkelanjutan.

Undang-Undang ini mewajibkan Pemerintah dan pemerintahdaerah untuk membuat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS)untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutantelah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatuwilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Denganperkataan lain, hasil KLHS harus dijadikan dasar bagi kebijakan,rencana dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan dayatampung sudah terlampaui, kebijakan, rencana, dan/atauprogram pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai denganrekomendasi KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan yangtelah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup tidak diperbolehkan lagi.

4. Ilmu . . .

Page 74: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

4. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitashidup dan mengubah gaya hidup manusia. Pemakaian produkberbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahanberbahaya dan beracun. Hal itu menuntut dikembangkannyasistem pembuangan yang aman dengan risiko yang kecil bagilingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusiaserta makhluk hidup lain.

Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagimasyarakat, industrialisasi juga menimbulkan dampak, antaralain, dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yangapabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapatmengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsunganhidup manusia serta makhluk hidup lain.

Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracunbeserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik.Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus bebas daribuangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari luar wilayahIndonesia.

Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagaikonsekuensi dari pembangunan, terus dikembangkan upayapengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampaklingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat preemtifpengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melaluipeningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunanamdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal danditerapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen amdal, sertadengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidangamdal.

Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalammemperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki sebelumdiperoleh izin usaha.

5. Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkunganhidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secaramaksimal instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam halpencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi,perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yangefektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dankerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.

Sehubungan . . .

Page 75: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satusistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupyang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastianhukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaansumber daya alam serta kegiatan pembangunan lain.

Undang-Undang ini juga mendayagunakan berbagai ketentuanhukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupunhukum pidana. Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaiansengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dan di dalampengadilan. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalampengadilan meliputi gugatan perwakilan kelompok, hak gugatorganisasi lingkungan, ataupun hak gugat pemerintah. Melaluicara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera jugaakan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingantentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masadepan.

6. Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang inimemperkenalkan ancaman hukuman minimum di sampingmaksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaranbaku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, danpengaturan tindak pidana korporasi. Penegakan hukum pidanalingkungan tetap memperhatikan asas ultimum remedium yangmewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upayaterakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasidianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium inihanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitupemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi,dan gangguan.

7. Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang ini adalah adanya penguatan yang terdapat dalamUndang-Undang ini tentang prinsip-prinsip perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelolapemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusandan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan danpenegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspektransparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.

8. Selain . . .

Page 76: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

8. Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur:

a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;

b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;

c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;

d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajianlingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutulingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkunganhidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup danupaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumenekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undanganberbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkunganhidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lainyang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi;

e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;

f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;

g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasiperkembangan lingkungan global;

h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi,akses partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup;

i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secaralebih jelas;

j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif; dan

k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidupdan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.

9. Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepadaMenteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahandi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sertamelakukan koordinasi dengan instansi lain. Melalui Undang-Undang ini juga, Pemerintah memberi kewenangan yang sangatluas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yangtidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Oleh . . .

Page 77: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Oleh karena itu, lembaga yang mempunyai beban kerjaberdasarkan Undang-Undang ini tidak cukup hanya suatuorganisasi yang menetapkan dan melakukan koordinasipelaksanaan kebijakan, tetapi dibutuhkan suatu organisasidengan portofolio menetapkan, melaksanakan, dan mengawasikebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selainitu, lembaga ini diharapkan juga mempunyai ruang lingkupwewenang untuk mengawasi sumber daya alam untukkepentingan konservasi. Untuk menjamin terlaksananya tugaspokok dan fungsi lembaga tersebut dibutuhkan dukunganpendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara yangmemadai untuk Pemerintah dan anggaran pendapatan danbelanja daerah yang memadai untuk pemerintah daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab negara” adalah:

a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akanmemberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraandan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupungenerasi masa depan.

b. negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yangbaik dan sehat.

c. negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup.

Huruf bYang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalahbahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadapgenerasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasidengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem danmemperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Huruf c . . .

Page 78: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Huruf cYang dimaksud dengan “asas keserasian dan keseimbangan” adalahbahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagaiaspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindunganserta pelestarian ekosistem.

Huruf dYang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukanberbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.

Huruf eYang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa segala usahadan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikandengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untukpeningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selarasdengan lingkungannya.

Huruf fYang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwaketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatankarena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologibukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkahmeminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Huruf gYang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secaraproporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintasgenerasi, maupun lintas gender.

Huruf hYang dimaksud dengan “asas ekoregion” adalah bahwa perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristiksumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakatsetempat, dan kearifan lokal.

Huruf i . . .

Page 79: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Huruf iYang dimaksud dengan “asas keanekaragaman hayati” adalah bahwaperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikanupaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dankeberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber dayaalam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsurnonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Huruf jYang dimaksud dengan “asas pencemar membayar” adalah bahwasetiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannyamenimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajibmenanggung biaya pemulihan lingkungan.

Huruf kYang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggotamasyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilankeputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Huruf lYang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah bahwadalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupharus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalamtata kehidupan masyarakat.

Huruf mYang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan yangbaik” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

Huruf nYang dimaksud dengan “asas otonomi daerah” adalahbahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur danmengurus sendiri urusan pemerintahan di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup denganmemperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalambingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 3 . . .

Page 80: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9Cukup jelas.

Pasal 10Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dKearifan lokal dalam ayat ini termasuk hak ulayatyang diakui oleh DPRD.

Huruf e . . .

Page 81: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 11Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Ayat (1)

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidupyang dimaksud dalam ketentuan ini, antara lain pengendalian:

a. pencemaran air, udara, dan laut; dan

b. kerusakan ekosistem dan kerusakan akibat perubahaniklim.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15 . . .

Page 82: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Pasal 15Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “wilayah” adalah ruang yangmerupakan kesatuan geografis beserta segenap unsurterkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkanaspek administrasi dan/atau aspek fungsional.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bDampak dan/atau risiko lingkungan hidup yangdimaksud meliputi:a. perubahan iklim;b. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati;c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah

bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/ataukebakaran hutan dan lahan;

d. penurunan mutu dan kelimpahan sumber dayaalam;

e. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/ataulahan;

f. peningkatan jumlah penduduk miskin atauterancamnya keberlanjutan penghidupansekelompok masyarakat; dan/atau

g. peningkatan risiko terhadap kesehatan dankeselamatan manusia.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Pelibatan masyarakat dilakukan melalui dialog, diskusi, dankonsultasi publik.

Ayat (2) . . .

Page 83: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Yang dimaksud dengan “baku mutu air” adalahukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,atau komponen yang ada atau harus ada,dan/atau unsur pencemar yang ditenggangkeberadaannya di dalam air.

Huruf bYang dimaksud dengan “baku mutu air limbah”adalah ukuran batas atau kadar polutan yangditenggang untuk dimasukkan ke media air .

Huruf cYang dimaksud dengan “baku mutu air laut” adalah ukuranbatas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponenyang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yangditenggang keberadaannya di dalam air laut.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “baku mutu udara ambien”adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,dan/atau komponen yang seharusnya ada,dan/atau unsur pencemar yang ditenggangkeberadaannya dalam udara ambien.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “baku mutu emisi” adalahukuran batas atau kadar polutan yang ditengganguntuk dimasukkan ke media udara.

Huruf f . . .

Page 84: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Huruf f

Yang dimaksud dengan “baku mutu gangguan”adalah ukuran batas unsur pencemar yangditenggang keberadaannya yang meliputi unsurgetaran, kebisingan, dan kebauan.

Huruf gCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Huruf a

Yang dimaksud dengan “produksi biomassa” adalahbentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya tanahuntuk menghasilkan biomassa.

Yang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakantanah untuk produksi biomassa” adalah ukuranbatas perubahan sifat dasar tanah yang dapatditenggang berkaitan dengan kegiatan produksibiomassa.

Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksibiomassa mencakup lahan pertanian atau lahanbudi daya dan hutan.

Huruf b . . .

Page 85: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Huruf bYang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakanterumbu karang” adalah ukuran batas perubahanfisik dan/atau hayati terumbu karang yang dapatditenggang.

Huruf cYang dimaksud dengan “kerusakan lingkunganhidup yang berkaitan dengan kebakaran hutandan/atau lahan” adalah pengaruh perubahan padalingkungan hidup yang berupa kerusakan dan/ataupencemaran lingkungan hidup yang berkaitandengan kebakaran hutan dan/atau lahan yangdiakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 22Cukup jelas.

Pasal 23Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf b . . .

Page 86: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fJasad renik dalam huruf ini termasuk produkrekayasa genetik.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 24Cukup jelas.

Pasal 25Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e . . .

Page 87: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

Huruf eCukup jelas.

Huruf fRencana pengelolaan dan pemantauan lingkunganhidup dimaksudkan untuk menghindari, meminimalkan,memitigasi, dan/atau mengompensasikan dampak suatuusaha dan/atau kegiatan.

Pasal 26Ayat (1)

Pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam prosespengumuman dan konsultasi publik dalam rangkamenjaring saran dan tanggapan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 27Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain lembagapenyusun amdal atau konsultan.

Pasal 28Cukup jelas.

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31 . . .

Page 88: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Rekomendasi UKL-UPL dinilai oleh tim teknis instansilingkungan hidup.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39 . . .

Page 89: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Pasal 39Ayat (1)

Pengumuman dalam Pasal ini merupakan pelaksanaan atasketerbukaan informasi. Pengumuman tersebutmemungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yangbelum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan,dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilankeputusan izin.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 40Ayat (1)

Yang dimaksud dengan izin usaha dan/atau kegiatan dalamayat ini termasuk izin yang disebut dengan nama lain sepertiizin operasi dan izin konstruksi.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Perubahan yang dimaksud dalam ayat ini, antara lain,karena kepemilikan beralih, perubahan teknologi,penambahan atau pengurangan kapasitas produksi,dan/atau lokasi usaha dan/atau kegiatan yang berpindahtempat.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Yang dimaksud dengan “instrumen ekonomi dalamperencanaan pembangunan” adalah upaya internalisasiaspek lingkungan hidup ke dalam perencanaan danpenyelenggaraan pembangunan dan kegiatan ekonomi.

Huruf b . . .

Page 90: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Huruf bYang dimaksud dengan “pendanaan lingkungan”adalah suatu sistem dan mekanisme penghimpunandan pengelolaan dana yang digunakan bagipembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dariberbagai sumber, misalnya pungutan, hibah, danlainnya.

Huruf cInsentif merupakan upaya memberikan dorongan ataudaya tarik secara moneter dan/atau nonmoneterkepada setiap orang ataupun Pemerintah danpemerintah daerah agar melakukan kegiatan yangberdampak positif pada cadangan sumber daya alamdan kualitas fungsi lingkungan hidup.

Disinsentif merupakan pengenaan beban atauancaman secara moneter dan/atau nonmoneterkepada setiap orang ataupun Pemerintah danpemerintah daerah agar mengurangi kegiatan yangberdampak negatif pada cadangan sumber daya alamdan kualitas fungsi lingkungan hidup.

Pasal 43Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan “neraca sumber daya alam”adalah gambaran mengenai cadangan sumber dayaalam dan perubahannya, baik dalam satuan fisikmaupun dalam nilai moneter.

Huruf bYang dimaksud dengan “produk domestik bruto”adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksioleh suatu negara pada periode tertentu.

Yang dimaksud dengan “produk domestik regionalbruto” adalah nilai semua barang dan jasa yangdiproduksi oleh suatu daerah pada periode tertentu.

Huruf c . . .

Page 91: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Huruf cYang dimaksud dengan “mekanisme kompensasi/imbaljasa lingkungan hidup antardaerah” adalah cara-carakompensasi/imbal yang dilakukan oleh orang,masyarakat, dan/atau pemerintah daerah sebagaipemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasalingkungan hidup.

Huruf dYang dimaksud dengan “internalisasi biaya lingkunganhidup” adalah memasukkan biaya pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup dalamperhitungan biaya produksi atau biaya suatu usahadan/atau kegiatan.

Ayat (2)Huruf a

Yang dimaksud dengan “dana jaminan pemulihanlingkungan hidup” adalah dana yang disiapkan olehsuatu usaha dan/atau kegiatan untuk pemulihankualitas lingkungan hidup yang rusak karenakegiatannya.

Huruf bYang dimaksud dengan “dana penanggulangan” adalahdana yang digunakan untuk menanggulangipencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidupyang timbul akibat suatu usaha dan/atau kegiatan.

Huruf cYang dimaksud dengan “dana amanah/bantuan”adalah dana yang berasal dari sumber hibah dandonasi untuk kepentingan konservasi lingkunganhidup.

Ayat (3)Huruf a

Yang dimaksud dengan “pengadaan barang dan jasaramah lingkungan hidup” adalah pengadaaan yangmemprioritaskan barang dan jasa yang berlabel ramahlingkungan hidup.

Huruf b . . .

Page 92: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Huruf bYang dimaksud dengan “pajak lingkungan hidup”adalah pungutan oleh Pemerintah dan pemerintahdaerah terhadap setiap orang yang memanfaatkansumber daya alam, seperti pajak pengambilan airbawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajaksarang burung walet.

Yang dimaksud dengan “retribusi lingkungan hidup”adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintahdaerah terhadap setiap orang yang memanfaatkansarana yang disiapkan pemerintah daerah sepertiretribusi pengolahan air limbah.

Yang dimaksud dengan “subsidi lingkungan hidup”adalah kemudahan atau pengurangan beban yangdiberikan kepada setiap orang yang kegiatannyaberdampak memperbaiki fungsi lingkungan hidup.

Huruf cYang dimaksud dengan “sistem lembaga keuanganramah lingkungan hidup” adalah sistem lembagakeuangan yang menerapkan persyaratan perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup dalam kebijakanpembiayaan dan praktik sistem lembaga keuanganbank dan lembaga keuangan nonbank.

Yang dimaksud dengan “pasar modal ramahlingkungan hidup” adalah pasar modal yangmenerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup bagi perusahaan yang masuk pasarmodal atau perusahaan terbuka, seperti penerapanpersyaratan audit lingkungan hidup bagi perusahaanyang akan menjual saham di pasar modal.

Huruf dYang dimaksud dengan “perdagangan izin pembuanganlimbah dan/atau emisi” adalah jual beli kuota limbahdan/atau emisi yang diizinkan untuk dibuang kemedia lingkungan hidup antarpenanggung jawab usahadan/atau kegiatan.

Huruf e . . .

Page 93: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Huruf eYang dimaksud dengan “pembayaran jasa lingkunganhidup” adalah pembayaran/imbal yang diberikan olehpemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasalingkungan hidup.

Huruf fYang dimaksud dengan “asuransi lingkungan hidup”adalah asuransi yang memberikan perlindungan padasaat terjadi pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup.

Huruf gYang dimaksud dengan “sistem label ramah lingkunganhidup” adalah pemberian tanda atau label kepadaproduk-produk yang ramah lingkungan hidup.

Huruf hCukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Kriteria kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup meliputi, antara lain, kinerja mempertahankankawasan koservasi dan penurunan tingkat pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Pasal 46Cukup jelas.

Pasal 47 . . .Pasal 47

Page 94: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “analisis risiko lingkungan” adalahprosedur yang antara lain digunakan untuk mengkajipelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik danpembersihan (clean up) limbah B3.

Ayat (2)Huruf a

Dalam ketentuan ini “pengkajian risiko” meliputiseluruh proses mulai dari identifikasi bahaya,penaksiran besarnya konsekuensi atau akibat, danpenaksiran kemungkinan munculnya dampak yangtidak diinginkan, baik terhadap keamanan dankesehatan manusia maupun lingkungan hidup.

Huruf bDalam ketentuan ini “pengelolaan risiko” meliputievaluasi risiko atau seleksi risiko yang memerlukanpengelolaan, identifikasi pilihan pengelolaan risiko,pemilihan tindakan untuk pengelolaan, danpengimplementasian tindakan yang dipilih.

Huruf cYang dimaksud dengan “komunikasi risiko” adalahproses interaktif dari pertukaran informasi danpendapat di antara individu, kelompok, dan institusiyang berkenaan dengan risiko.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan “usaha dan/atau kegiatantertentu yang berisiko tinggi” adalah usaha dan/ataukegiatan yang jika terjadi kecelakaan dan/ataukeadaan darurat menimbulkan dampak yang besar danluas terhadap kesehatan manusia dan lingkunganhidup seperti petrokimia, kilang minyak dan gas bumi,serta pembangkit listrik tenaga nuklir.

Dokumen . . .

Page 95: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Dokumen audit lingkungan hidup memuat:

a. informasi yang meliputi tujuan dan prosespelaksanaan audit;

b. temuan audit;

c. kesimpulan audit; dan

d. data dan informasi pendukung.

Huruf bCukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 50Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b . . .

Page 96: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Huruf bYang dimaksud dengan ”remediasi” adalah upayapemulihan pencemaran lingkungan hidup untukmemperbaiki mutu lingkungan hidup.

Huruf cYang dimaksud dengan ”rehabilitasi” adalah upayapemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, danmanfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahankerusakan lahan, memberikan perlindungan, danmemperbaiki ekosistem.

Huruf dYang dimaksud dengan ”restorasi” adalah upayapemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup ataubagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimanasemula.

Huruf eCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 55Cukup jelas.

Pasal 56Cukup jelas.

Pasal 57Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pemeliharaan lingkungan hidup”adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga pelestarianfungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya penurunanatau kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan olehperbuatan manusia.

Huruf aKonservasi sumber daya alam meliputi, antara lain,konservasi sumber daya air, ekosistem hutan,ekosistem pesisir dan laut, energi, ekosistem lahangambut, dan ekosistem karst.

Huruf b . . .

Page 97: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Huruf bPencadangan sumber daya alam meliputi sumber dayaalam yang dapat dikelola dalam jangka panjang danwaktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Untuk melaksanakan pencadangan sumber daya alam,Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintahkabupaten/kota dan perseorangan dapat membangun:a. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan

hutan;b. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari

luasan pulau/kepulauan; dan/atauc. menanam dan memelihara pohon di luar kawasan

hutan, khususnya tanaman langka.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan ”pengawetan sumber dayaalam” adalah upaya untuk menjaga keutuhan dankeaslian sumber daya alam beserta ekosistemnya.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Huruf a

Yang dimaksud dengan ”mitigasi perubahan iklim”adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalamupaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kacasebagai bentuk upaya penanggulangan dampakperubahan iklim.

Yang . . .

Page 98: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

Yang dimaksud dengan ”adaptasi perubahan iklim”adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkankemampuan dalam menyesuaikan diri terhadapperubahan iklim, termasuk keragaman iklim dankejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakanakibat perubahan iklim berkurang, peluang yangditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan,dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklimdapat diatasi.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 58Ayat (1)

Kewajiban untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan upaya untukmengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidupyang berupa terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup, mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untukmenimbulkan dampak negatif.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 59Ayat (1)

Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yangmencakup pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,pengangkutan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan,termasuk penimbunan limbah B3.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan pihak lain adalah badan usaha yangmelakukan pengelolaan limbah B3 dan telah mendapatkanizin.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5) . . .

Page 99: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Cukup jelas.

Pasal 60Cukup jelas.

Pasal 61Cukup jelas.

Pasal 62Ayat (1)

Sistem informasi lingkungan hidup memuat, antara lain,keragaman karakter ekologis, sebaran penduduk, sebaranpotensi sumber daya alam, dan kearifan lokal.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 63Cukup jelas.

Pasal 64Cukup jelas.

Pasal 65Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) . . .

Page 100: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Ayat (2)Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logisdari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yangberlandaskan pada asas keterbukaan. Hak atas informasi lingkunganhidup akan meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalampengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka peluang bagimasyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidupyang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain yangberkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yangmenurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahuimasyarakat, seperti dokumen analisis mengenai dampak lingkunganhidup, laporan, dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup, baikpemantauan penaatan maupun pemantauan perubahan kualitaslingkungan hidup dan rencana tata ruang.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 66Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban dan/ataupelapor yang menempuh cara hukum akibat pencemarandan/atau perusakan lingkungan hidup.

Perlindungan ini dimaksudkan untuk mencegah tindakanpembalasan dari terlapor melalui pemidanaan dan/atau gugatanperdata dengan tetap memperhatikan kemandirian peradilan.

Pasal 67 . . .

Page 101: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

Pasal 67Cukup jelas.

Pasal 68Cukup jelas.

Pasal 69Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bB3 yang dilarang dalam ketentuan ini, antara lain,DDT, PCBs, dan dieldrin.

Huruf cLarangan dalam ketentuan ini dikecualikan bagi yangdiatur dalam peraturan perundang-undangan.

Huruf dYang dilarang dalam huruf ini termasuk impor.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Ayat (2) . . .

Page 102: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

Ayat (2)Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini adalahmelakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal2 hektare per kepala keluarga untuk ditanami tanamanjenis varietas lokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagaipencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya.

Pasal 70Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bPemberian saran dan pendapat dalam ketentuan initermasuk dalam penyusunan KLHS dan amdal.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 71Cukup jelas.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal 73Yang dimaksud dengan “pelanggaran yang serius” adalah tindakanmelanggar hukum yang mengakibatkan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkankeresahan masyarakat.

Pasal 74Cukup jelas.

Pasal 75 . . .

Page 103: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

Pasal 75Cukup jelas.

Pasal 76Cukup jelas.

Pasal 77Cukup jelas.

Pasal 78Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal 80Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Yang dimaksud dengan “ancaman yang sangat serius”adalah suatu keadaan yang berpotensi sangatmembahayakan keselamatan dan kesehatan banyakorang sehingga penanganannya tidak dapat ditunda.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Pasal 81Cukup jelas.

Pasal 82Cukup jelas.

Pasal 83 . . .

Page 104: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

Pasal 83Cukup Jelas.

Pasal 84Ayat (1)

Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk melindungi hak keperdataanpara pihak yang bersengketa.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinyaputusan yang berbeda mengenai satu sengketa lingkungan hidup untukmenjamin kepastian hukum.

Pasal 85Cukup jelas.

Pasal 86Cukup jelas.

Pasal 87Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang ada dalamhukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selaindiharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusaklingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim untuk melakukantindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk:

a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehinggalimbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan;

b. memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau

c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemarandan/atau perusakan lingkungan hidup.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3) . . .

Page 105: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

Ayat (3)Pembebanan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatanpelaksanaan perintah pengadilan untuk melaksanakan tindakan tertentuadalah demi pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 88

Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strictliability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan olehpihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi.Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatantentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. Besarnyanilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atauperusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkansampai batas tertentu.

Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalahjika menurut penetapan peraturan perundang-undanganditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatanyang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup.

Pasal 89Cukup jelas.

Pasal 90

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “kerugian lingkungan hidup” adalahkerugian yang timbul akibat pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yang bukan merupakan hakmilik privat.Tindakan tertentu merupakan tindakan pencegahan danpenanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan sertapemulihan fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidakakan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadaplingkungan hidup.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 91 . . .

Page 106: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 35 -

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92Cukup jelas.

Pasal 93Cukup jelas.

Pasal 94Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan koordinasi adalah tindakanberkonsultasi guna mendapatkan bantuan personil, sarana,dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyidikan.

Ayat (4)Pemberitahuan dalam Pasal ini bukan merupakanpemberitahuan dimulainya penyidikan, melainkan untukmempertegas wujud koordinasi antara pejabat penyidikpegawai negeri sipil dan penyidik pejabat polisi NegaraRepublik Indonesia.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 95Cukup jelas.

Pasal 96Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b . . .

Page 107: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 36 -

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fYang dimaksud dengan alat bukti lain, meliputi,informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, ataudisimpan secara elektronik, magnetik, optik, dan/atauyang serupa dengan itu; dan/atau alat bukti data,rekaman, atau informasi yang dapat dibaca, dilihat, dandidengar yang dapat dikeluarkan dengan dan/atau tanpabantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas,benda fisik apa pun selain kertas, atau yang terekamsecara elektronik, tidak terbatas pada tulisan, suara ataugambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,tanda, angka, simbol, atau perporasi yang memilikimakna atau yang dapat dipahami atau dibaca.

Pasal 97Cukup jelas.

Pasal 98Cukup jelas.

Pasal 99Cukup jelas.

Pasal 100Cukup jelas.

Pasal 101Yang dimaksud dengan “melepaskan produk rekayasa genetik”adalah pernyataan diakuinya suatu hasil pemuliaan produkrekayasa genetik menjadi varietas unggul dan dapat disebarluaskansetelah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Yang . . .

Page 108: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 37 -

Yang dimaksud dengan “mengedarkan produk rekayasa genetik”adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangkapenyaluran komoditas produk rekayasa genetik kepadamasyarakat, baik untuk diperdagangkan maupun tidak.

Pasal 102Cukup jelas.

Pasal 103Cukup jelas.

Pasal 104Cukup jelas.

Pasal 105Cukup jelas.

Pasal 106Cukup jelas.

Pasal 107Cukup jelas.

Pasal 108Cukup jelas.

Pasal 109Cukup jelas.

Pasal 110Cukup jelas.

Pasal 111Cukup jelas.

Pasal 112Cukup jelas.

Pasal 113 . . .

Page 109: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 38 -

Pasal 113Informasi palsu yang dimaksud dalam Pasal ini dapat berbentukdokumen atau keterangan lisan yang tidak sesuai dengan fakta-fakta yang senyatanya atau informasi yang tidak benar.

Pasal 114Cukup jelas.

Pasal 115Cukup jelas.

Pasal 116Cukup jelas.

Pasal 117Cukup jelas.

Pasal 118Yang dimaksud dengan pelaku fungsional dalam Pasal ini adalahbadan usaha dan badan hukum.

Tuntutan pidana dikenakan terhadap pemimpin badan usahadan badan hukum karena tindak pidana badan usaha dan badanhukum adalah tindak pidana fungsional sehingga pidanadikenakan dan sanksi dijatuhkan kepada mereka yangmemiliki kewenangan terhadap pelaku fisik dan menerimatindakan pelaku fisik tersebut.

Yang dimaksud dengan menerima tindakan dalam Pasal initermasuk menyetujui, membiarkan, atau tidak cukupmelakukan pengawasan terhadap tindakan pelaku fisik,dan/atau memiliki kebijakan yang memungkinkan terjadinyatindak pidana tersebut.

Pasal 119Cukup jelas.

Pasal 120Cukup jelas.

Pasal 121 . . .

Page 110: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - jdih.muaraenimkab.go.idjdih.muaraenimkab.go.id/aplikasi/jdih_pdf/UU No.32 TH 2009.pdfpresiden republik indonesia undang-undang republik indonesia nomor

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 39 -

Pasal 121Cukup jelas.

Pasal 122Cukup jelas.

Pasal 123Izin dalam ketentuan ini, misalnya, izin pengelolaan limbah B3, izinpembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air limbah kesumber air.

Pasal 124Cukup jelas.

Pasal 125Cukup jelas.

Pasal 126Cukup jelas.

Pasal 127Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5059