presiden republik indonesia - pbtaxand.com · dilakukan melalui suatu tempat usaha tetap, tempat...

22
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di Amman, Yordania, pada tanggal 12 Nopember 1996 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentang Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tangggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat : Pasal 4 (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentang Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Amman, Yordania, pada tanggal 12 Nopember 1996, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2

Upload: hahuong

Post on 02-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 151 TAHUN 1998

TENTANGPENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAHKERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARAN PAJAK

BERGANDA DANPENCEGAHAN PENGELAKANPAJAK ATAS PENGHASILAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa di Amman, Yordania, pada tanggal 12 Nopember 1996 PemerintahRepublik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara PemerintahRepublik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentangPenghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atasPenghasilan, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasiPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan YordaniaHashimiah;

b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat PresidenRepublik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor2826/HK/1960 tangggal 22 Agustus 1960 tentang PembuatanPerjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untukmengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden;

Mengingat : Pasal 4 (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUANANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAHKERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARANPAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAKATAS PENGHASILAN.

Pasal 1Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia danPemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentang Penghindaran PajakBerganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, yang telahditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Amman, Yordania, padatanggal 12 Nopember 1996, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasiPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiahyang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggrissebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini.

Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar …

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 September 1998PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIEDiundangkan di Jakartapaa tanggal 18 September 1998MENTERI NEGARA SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 144

PERSETUJUANANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

DANPEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH

TENTANGPENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah,

BERHASRAT mengadakan suatu Persetujuan mengenai penghindaran pajak bergandadan pencegahan pengelakan pajak yang berhubungan dengan pajak atas penghasilan,

TELAH MENYETUJUI SEBAGAI BERIKUT :

Pasal 1

ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

Persetujuan ini berlaku terhadap orang dan badan yang menjadi penduduk salah satu ataukedua Negara pihak pada Persetujuan.

Pasal 2

PAJAK-PAJAK YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN INI

1 Persetujuan ini berlaku terhadap pajak-pajak atas penghasilan yang dikenakan olehsetiap Negara pihak pada Persetujuan, bagian ketatenegaraan atau pemerintahdaerahnya tanpa memperhatikan cara pemungutan pajak-pajak tersebut.

2. Dianggap sebagai pajak-pajak atas penghasilan adalah semua pajak yangdikenakan atas seluruh penghasilan atau bagian-bagian penghasilan, termasukpajak-pajak atas keuntungan yang diperoleh dari pemindahan harta gerak atauharta tidak gerak.

3. Persetujuan ini diterapkan terhadap pajak-pajak yang berlaku sekarang ini,yakni

(a) di Indonesia:

pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan Undang-undang PajakPenghasilan 1984 (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telahdiubah), (selanjutnya disebut pajak Indonesia).

(b) di Yordania

- pajak atas penghasilan;

- pajak distribusi;

- pajak jasa sosial;

(selanjutnya disebut sebagai pajak Yordania).

4. Persetujuan ini berlaku pula terhadap setiap pajak yang serupa atau padahakekatnya sama yang dikenakan setelah tanggal penandatanganan Persetujuan inisebagai tambahan terhadap, atau sebagai pengganti dari pajak-pajak yang sekarangberlaku. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak padaPersetujuan harus saling memberitahukan satu sama lain mengenai setiap

perubahan-perubahan penting yang terjadi dalam perundang-undangan perpajakanmereka.

- 2 -

Pasal 3

PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM

1. Kecuali jika dari hubungan kalimat harus diartikan lain, maka yang dimaksuddalam persetujuan ini dengan

(a) (i) Istilah Indonesia berarti wilayah Republik Indonesia sebagaimanaditentukan dalam perundang-undangannya;

(ii) istilah Yordania berarti wilayah Kerajaan Yordania, wilayah perairanYordania, dasar laut dan lapisan tanah di bawah wilayah perairan,dan termasuk setiap wilayah yang berbentang dibawah batas wilayahperairan Yordania, dan dasar laut dan lapisan tanah dibawah wilayahtersebut, yang sudah atau selanjutnya dimaksudkan, dibawahUndang-undang Yordania, dan menurut hukum Internasional sebagaiwilayah dimana Yordania mempunyai hak kedaulatan untukmaksud-maksud eksplarasi dan eksploitasi sumber daya alam, baikyang hidup atau mati;

(b) istilah orang/badan meliputi orang pribadi, perseroan dan setiap kumpulandari orang-orang dan/atau badan-badan;

(c) istilah perseroan berarti setiap badan hukum atau setiap entitas yang untuktujuan pemungutan pajak diperlakukan sebagai suatu badan hukum;

(d) istilah perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan perusahaandari Negara pihak lainnya pada Persetujuan masing-masing berarti suatuperusahaan yang dijalankan oleh penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dan suatu perusahaan yang dijalankan oleh penduduk dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan;

(e) istilah lalu lintas internasional berarti setiap pengangkutan oleh kapal lautatau pesawat udara yang digunakan oleh suatu perusahaan dari suatuNegara pihak pada Persetujuan, kecuali jika kapal laut dan pesawat udaraitu semata-mata dioperasikan antara tempat-tempat di Negara pihak lainnyapada Persetujuan.

(f) Istilah pejabat yang berwenang berarti :

- di Indonesia - Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah;

- di Yordania - Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah.

(g) Istilah warga negara berarti :

(i) setiap orang pribadi yang memiliki kewarganegaraan dari suatuNegara pihak pada Persetujuan;

(ii) setiap badan hukum, usaha bersama dan persekutuan yang statusnyamereka peroleh berdasarkan hukum yang berlaku pada salah satuNegara pihak pada Persetujuan.

(h) istilah tempat tetap berarti satu tempat yang permanen dimanakegiatan-kegiatan profesional dilakukan.

2. Sehubungan dengan penerapan Persetujuan oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan setiap istilah yang tidak dirumuskan dalam Persetujuan ini mempunyaiarti menurut perundang-undangan Negara itu sepanjang mengenai pajak-pajakyang diatur dalam Persetujuan ini.

- 3 -

Pasal 4

PENDUDUK

1 Untuk kepentingan Persetujuan ini, isitilah penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan berarti setiap orang dan badan, yang menurut perundang-undanganNegara tersebut dapat dikenakan pajak di Negara itu berdasarkan domisilinya,tempat kediamannya, tempat kedudukan manajemennya, tempat pendaftarannya,ataupun atas dasar lainnya yang sifatnya serupa. Tetapi istilah ini tidak termasukorang dan badan yang terutang pajak di Negara tersebut hanya karena memperolehpenghasilan dari sumber-sumber di Negara itu.

2 Jika seseorang menurut ketentuan-ketentuan ayat 1 menjadi penduduk di keduaNegara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sebagaiberikut :

(a) ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia mempunyai tempattinggal tetap yang tersedia baginya; apabila ia mempunyai tempat tinggaltetap yang tersedia di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai pendudukNegara di mana terdapat hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yanglebih erat (pusat kepentingan-kepentingan pokok);

(b) jika Negara di mana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya tidak dapatditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersediabaginya di salah satu Negara, maka ia hanya akan dianggap sebagaipenduduk Negara di mana ia menurut biasanya berdiam;

(c) jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak padaPersetujuan, atau sama sekali tidak mempunyainya di salah satu Negaratersebut maka ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak padaPersetujuan dimana ia menjadi warga negara;

(d) Jika status penduduk tidak dapat ditentukan sesuai dengan ayat a - c makapihak yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akanmenyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.

3 Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1, suatu badan selain orangmerupakan penduduk kedua Negara pihak pada persetujuan, maka pihak yangberwenang Negara-negara tersebut akan menyelesaikan masalahnya berdasarkanpersetujuan bersama.

Pasal 5

BENTUK USAHA TETAP

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah bentuk usaha tetap berarti suatu tempatusaha tetap di mana seluruh atau sebagian usaha suatu perusahaan dijalankan.

2. Istilah bentuk usaha tetap terutama meliputi :

(a) suatu tempat kedudukan manajemen;

(b) suatu cabang;

(c) suatu kantor;

(d) suatu pabrik;

- 4 -

(e) suatu bengkel;

(f) suatu gudang atau tempat penyimpanan barang sebagai tempat penjualan;

(g) suatu pertanian atau perkebunan;

(h) suatu tambang, suatu sumur minyak atau gas, tempat penggalian atautempat eksploitasi sumber daya alam, rig untuk pengeboran atau kapal yangdigunakan untuk eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam.

3 Istilah bentuk usaha tetap juga meliputi :

(a) Suatu bangunan, suatu konstruksi, proyek perakitan atau proyek instalasiatau kegiatan pengawasan yang ada hubungan dengan proyek tersebut daneksplorasi sumber daya alam, tetapi hanya apabila bangunan, proyek ataukegiatan dan eksplorasi sumber daya alam tersebut berlangsung untuk masalebih dari 6 bulan;

(b) Pemberian jasa, termasuk jasa konsultasi yang dilakukan oleh suatuperusahaan melalui Karyawannya atau orang lain yang dipekerjakan olehperusahaan itu untuk tujuan tersebut, tetapi hanya apabila kegiatan-kegiatantersebut berlangsung (untuk poryek yang sama atau ada kaitannya) di suatuNegara dalam masa atau masa-masa yang berjumlah lebih dari 1 bulandalam jangka waktu dua belas bulan.

4. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini istilah bentukusaha tetap tidak dianggap meliputi :

(a) penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untukmenyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan;

(b) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan.

(c) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain;

(d) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untukpembelian barang-barang atau barang dagangan atau untuk mengumpulakaninformasi bagi kepentingan perusahaan;

(e) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuktujuan periklanan atau untuk memberikan ketentuan-ketentuan bagikeperluan perusahaan;

(f) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksudmenjalankan setiap kegiatan lainnya yang bersifat persiapan atau penunjangbagi perusahaan;

(g) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untukmelakukan gabungan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan pada sub ayat (a)sampai dengan sub ayat (f), sepanjang hasil penggabungan semuakegiatan-kegiatan tersebut bersifat persiapan atau penunjang.

5. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 jika orang dan badan, kecualiagen yang bertindak bebas sebagaimana berlaku ayat 7 bertindak di suatu Negarapihak pada persetujuan atas nama perusahaan yang berkedudukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki suatubentuk usaha tetap di Negara yang disebutkan pertama atas kegiatan-kegiatan yangdilakukan oleh orang atau badan untuk tersebut jika ia :

- 5 -

(a) mempunyai dan biasa melakukan wewenang untuk berunding dan menutupkontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut kecuali kegiatan itu hanyaterbatas pada kegiatan sebagaimana diatur dalam ayat 4, yang meskipundilakukan melalui suatu tempat usaha tetap, tempat tersebut bukanmerupakan bentuk usaha tetap sesuai dengan ketentuan ayat tersebut; atau

(b) tidak mempunyai wewenang seperti itu, tetapi biasa melakukan pengurusanpersediaan barang-barang atau barang dagangan di Negara yang disebutpertama di mana secara teratur ia menyerahkan barang-barang atau barangdagangan atas nama perusahaan tersebut; atau

(c) membuat atau mengolah di negara tersebut untuk keperluan barang-barangperusahaan atau barang dagangan milik perusahaan.

6. Suatu perusahaan asuransi dari Negara pihak pada Persetujuan, kecuali yangberkenaan dengan re-asuransi akan dianggap mempunyai bentuk usaha tetap diNegara pihak lainnya pada Persetujuan jika perusahaan tersebut memungut premidi wilayah Negara lainnya dan menanggung resiko yang terjadi di sana melaluiseorang pegawai atau melalui suatu perwakilan yang bukan merupakan agen yangbertindak bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

7. Suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dianggapmempunyai bentuk usaha tetap di Negara pihak lainnya pada Persetujuan hanyasemata-mata karena perusahaan itu menjalankan usaha di Negara lainnya padaPersetujuan melalui makelar, agen komisioner umum, atau agen lainnya yangbertindak bebas, sepanjang orang atau badan tersebut bertindak dalam rangkakegiatan usahanya yang lazim. Namun demikian, bilamana kegiatan agendimaksud seluruhnya atau hampir seluruhnya dilakukan untuk perusahaan itu atausekutu perusahaannya, maka ia tidak akan dianggap sebagai agen yang bertindakbebas dalam pengertian ayat ini.

8. Jika suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuanmenguasai atau dikuasai oleh perseroan yang berkedudukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan ataupun menjalankan usaha di Negara pihak lainnya itu(baik melalui suatu bentuk usaha tetap ataupun dengan suatu cara lain), maka halitu tidak dengan sendirinya akan berakibat bahwa salah satu dari perseroan itumerupakan bentuk usaha tetap dari yang lainnya.

Pasal 6

PENGHASILAN DARI HARTA TAK GERAK

1. Penghasilan yang diperoleh seorang penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dari harta tak gerak (termasuk penghasilan yang diperoleh daripertanian atau kehutanan) yang berada di Negara pihak lainnya pada Persetujuandapat dikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Istilah harta tak gerak akan mempunyai arti sesuai dengan perundang-undanganNegara pihak pada Persetujuan di mana harta yang bersangkutan berada. Istilahtersebut meliputi juga benda-benda yang menyertai harta tak gerak, ternak danperalatan yang dipergunakan dalam usaha pertanian dan kehutanan, hak-hakterhadap mana berlaku ketentuan-ketentuan dalam hukum umum mengenaipemilikan atas

- 6 -

lahan, hak memungut hasil atas harta tak gerak, serta hak ataspembayaran-pembayaran tetap atau tak tetap sebagai balas jasa untuk pekerjaan,atau hak untuk mengerjakan kandungan mineral, sumber-sumber dansumber-sumber kekayaan alam lainnya; kapal laut, perahu dan pesawat udara tidakdianggap sebagai harta tak gerak.

3. Ketentuan-ketentuan ayat 1 berlaku juga terhadap penghasilan yang diperoleh daripenggunaan secara langsung, dari penyewaan, atau dari penggunaan harta takgerak dalam bentuk apapun.

4. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 3 berlaku juga terhadap penghasilan yangdiperoleh dari harta tak gerak suatu perusahaan dan terhadap penghasilan dariharta tak gerak yang digunakan untuk menjalankan pekerjaan bebas.

Pasal 7

LABA USAHA

1. Laba suatu perusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakanpajak di Negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di Negara pihaklainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap. Apabila perusahaantersebut menjalankan usahanya sebagai dimaksud di atas, maka laba perusahaan itudapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yangdianggap berasal dari (a) bentuk usaha tetap; (b) penjualan yang dfilakukan diNegara lainnya atas barang-barang atau barang dagangan yang sama atau serupajenisnya seperti dengan yang dijual melalui bentuk usaha tetap itu; atau (c)kegiatan-kegiatan usaha lainnya yang dijalankan di Negara lain itu yang sama atauserupa jenisnya dengan yang dilakukan melalui bentuk usaha tetap itu.

2. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 3, jika suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di Negara pihak lainnya padaPersetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana, maka yang akandiperhitungkan sebagai laba bentuk usaha tetap itu oleh masing-masing negaraialah laba yang diperoleh seandainya bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatuperusahaan yang terpisah dan bertindak bebas yang melakukan kegiatan-kegiatanyang sama atau serupa, dalam keadaan yang sama atau serupa, dan mengadakanhubungan yang sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang memiliki bentuk usaha

tetap itu.

3. Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkanbiaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itutermasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum baik yangdikeluarkan di Negara di mana bentuk usaha tetap itu berada ataupun di tempatlain. Namun demikian tidak diperkenankan untuk dikurangkan ialahpembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap kepada kantorpusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya (selain dari penggantianbiaya yang benar-benar dikeluarkan) berupa royalti, biaya ataupembayaran-pembayaran serupa lainnya karena penggunaan paten atau hak-haklain atau berupa komisi, untuk jasa-jasa tertentu yang dilakukan atau untukmanajemen atau, kecuali dalam usaha perbankan, berupa bunga atas pinjamanyang diberikan kepada bentuk usaha tetap. Sebaliknya tidak akan diperhitungkansebagai laba bentuk usaha tetap adalah jumlah-jumlah yang dibebankan olehbentuk usaha tetap terhadap Kantor pusat atau

kantor-kantor lain milik Kantor Pusatnya (selain penggantian biaya yangbenar-benar

- 7 -

dikeluarkan) berupa royalti, komisi atau pembayaran serupa lainnya karenapenggunaan paten atau hak-hak lain, atau berupa komisi untuk jasa-jasa tertentuyang dilaksanakan atau untuk managemen, atau kecuali dalam hal usaha perusahanperbankan berupa bunga atas pinjaman uang kepada kantor pusat ataukantor-kantor lain milik kantor pusatnya.

4. Demi penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal daribentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahunkecuali jika terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk melakukan penyimpangan.

5. Jika dalam jumlah laba termasuk bagian-bagian penghasilan yang diatur secaratersendiri pada Pasal-Pasal lain dalam Persetujuan ini, maka ketentuan Pasal-Pasaltersebut tidak akan terpengaruh oleh ketentuan-ketentuan Pasal ini.

6. Laba yang semata-mata berasal dari pembegian barang atau barang dagangan yangdilakukan oleh suatu bentuk usaha tetap untuk perusahaan, tidak dihitung sebagailaba dari bentuk usaha tetap.

Pasal 8

PENGANGKUTAN LAUT DAN UDARA

1. Laba yang diperoleh oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan daripengoperasian kapal-kapal laut atau pewasat udara di jalur lalu lintas internasionalhanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

2. Ketentuan-ketentuan ayat 1 berlaku pula terhadap laba dari penyertaan dalam suatugabungan perusahaan, suatu usaha bersama atau dari suatu perwakilan untukoperasi internasional.

Pasal 9

PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG MEMPUNYAIHUBUNGAN ISTIMEWA

1. Apabila

(a) suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan baik secaralangsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen, pengawasanatau modal suatu perusahaan di Negara pihak lainnya, atau

(b) orang dan badan yang sama baik secara langsung ataupun tidak langsungturut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan dan suatu perusahaan dari Negara pihaklainnya pada Persetujuan.

dan dalam kedua hal itu antara kedua perusahaan dimaksud dalam hubungandagangnya atau hubungan keuangannya diadakan atau diterapkan syarat-syaratyang menyimpang dari yang lazimnya berlaku antara perusahaan-perusahaan yangsama sekali bebas satu sama lain, maka setiap keuntungan yang sama sekali bebassatu sama lain, maka setiap laba yang seharusnya diterima oleh salah satuperusahaan jika syarat-syarat itu tidak ada, namun tidak diterimanya karena adanyasyarat-syarat tersebut, dapat ditambahkan pada laba perusahaan itu dan dikenakanpajak.

- 8 -

2. Apabila suatu Negara pihak pada Persetujuan melakukan pembetulan atas labasuatu perusahaan di Negara itu - dan dikenakan pajak - dan bagian laba yangdibetulkan itu adalah juga merupakan laba perusahaan yang telah dikenakan pajakdi Negara pihak lainnya pada Persetujuan dan laba tersebut adalah laba yangmemang seharusnya diperoleh perusahaan di Negara yang disebut pertamaseandainya berdasarkan syarat-syarat yang dibuat antara kedua perusahaan yangsepenuhnya bebas, Negara pihak lainnya pada Persetujuan akan melakukanpenyesuaian-penyesuaian atas jumlah laba yang dikenakan pajak dari perusahaandi Negara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut. Dalam melakukanpenyesuaian-penyesuaian itu, diharuskan untuk memperhatikanketentuan-ketentuan lain dalam persetujuan ini dan apabila dianggap perlupejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara saling berkonsultasi.

3. Negara pihak pada Persetujuan tidak akan melakukan pembetulan laba perusahaansebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila batas waktu diberikan olehundang-undang masing-masing Negara telah dilampaui.

4. Ketentuan sebagaimana pada ayat 2 akan berlaku dalam hal tindak pidana fiskal.

Pasal 10

DIVIDEN

1. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negarapihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuandapat dikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Namun demikian, apabila pemilik daham yang menikmati dividen merupakanpenduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan maka pajak yang dikenakan olehNegara yang disebut pertama tidak boleh melebihi 10 persen dari jumlah kotor

dividen yang dibagikan. Ayat ini tidak akan mempengaruhi pengenaan pajak ataslaba perusahaan dari mana dividen berasal.

3. Istilah dividen sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan darisaham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat-surat piutang,yang berhak atas pembagian laba, maupun penghasilan lainnya dari hak-hakperseroan yang oleh undang-undang perpajakan Negara di mana perseroan yangmembagikan dividen itu berkedudukan, dalam pengenaan pajaknya diperlakukansama dengan penghasilan dari saham-saham.

4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak akan berlaku apabila pemilik saham yangmenikmati dividen,yang berkedudukan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan,melakukan kegiatan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, dimanaperseroan yang membayarkan dividen itu berkedudukan, melalui suatu bentukusaha tetap yang berada di sana, atau menjalankan pekerjaan bebas dengan suatutempat usaha tetap yang berada di sana dan pemilikan saham-saham yangmenghasilkan dividen itu mempunyai hubungan yang efektif dengan bentuk usahatetap atau tempat usaha tetap itu. Dalam hal demikian, tergantung pada masalahnyaberlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.

- 9 -

Pasal 11

BUNGA

1. Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkankepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut apabila penduduk tersebut adalahpemberi pinjaman yang menikmati bunga itu.

2. Tarif pajak yang dikenakan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan atas bungayang berasal dari sumber di Negara pihak pada Persetujuan yang dimiliki olehpenduduk yang menikmati bunga di Negara pihak lain paa Persetujuan tidak akanmelebihi 10 persen dari jumlah bruto bunga.

3. Menyimpang dari ketentuan ayat (2), bunga yang timbul di Negara pihak padaPersetujuan dan berasal dari pemerintah Negara pihak lainnya pada Persetujuantermasuk, pemerintah daerah ketatanegaraannya, Bank Sentral, atau setiap institusikeuangan yang dikuasai oleh pemerintah, yang modalnya secara keseluruhandimiliki oleh Pemerintah Negara pihak lainnya pada Persetujuan, seperti yang telahdisetujui dari waktu ke waktu diantara pejabat yang berwenang Negara pihak padaPersetujuan akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara yang disebutpertama.

4. Istilah bunga yang digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan dari semua jenistagihan hutang, baik yang dijamin dengan hipotik maupun yang tidak dan baikyang mempunyai hak atas pembagian laba maupun yang tidak dan khususnyapenghasilan dari surat-surat perbendaharaan Negara dan surat-surat obligasi atausurat-surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang terikat pada surat-suratberharga, obligasi atau surat-surat hutang tersebut, demikian pula semuapenghasilan yang dianggap sebagai penghasilan yang diperoleh dari uang yangdipinjamkan.

5. Ketentuan-ketentuan ayat 1 sampai ayat 2 tidak akan berlaku apabila pemberipinjaman yang menikmati bunga tadi berkedudukan di suatu Negara pihak padaPersetujuan di mana tempat bunga itu berasal melalui suatu bentuk usaha tetapyang berada di sana, atau menjalankan pekerjaan bebas di Negara lainnya melaluisuatu tempat usaha tetap yang berada di sana, dan tagihan hutang yangmenghasilkan bunga itu mempunyai hubungan yang efektif dengan a) bentukusaha tetap atau tempat usaha tetap itu atau dengan b) kegiatan-kegiatan usahaseperti dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf c. Dalam hal demikian, tergantungpada masalahnya, berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.

6. Bunga dianggap berasal di suatu Negara pihak pada Persetujuan apabila yangmembayarkan bungan adalah Negara itu sendiri, bagian ketatanegaraannya,pemerintah daerahnya, atau penduduk Negara tersebut. Namun demikian, apabilaorang atau badan yang membayar bunga itu, tanpa memandang apakah iapenduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan atau tidak, mempunyai bentukusaha tetap atau tempat usaha di suatu Negara pihak pada Persetujuan di manabunga yang dibayarkan menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetaptersebut, maka bunga itu akan dianggap berasal dari Negara pihak padaPersetujuan di mana bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap itu berada.

7. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar bunga denganpemilik yang menikmati bunga atau antara keduanya dengan orang atau badan laindengan memperhatikan besarnya tagihan hutang Apabila dikarenakan adanyahubungan istimewa antara pembayar dan penerima bunaga atau antarakedua-duanya dan orang dan badan lainnya, dengan memperhatikan tagihan ataspiutang yang menjadi dasar pembayaran bunga itu, jumlah bunga yang dibayarkanyang melebihi jumlah yang

- 10 -

seharusnya disepakati oleh pembayar dan penerima seandainya tidak ada hubunganistimewa semacam itu, maka ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini hanya berlakuterhadap jumlah bunga yang disebut terakhir. Dalam hal demikian, jumlahhkelebihan pembayarannya itu akan tetap dikenakan pajak berdasarkanperundang-undangan di masing-masing negara dengan memperhatikanketentuan-ketentuan lainnya dalam Persetujuan ini.

Pasal 12

ROYALTI

1. Royalti yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkankepada penduduk dari suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapatdikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Tarif pajak yang dikenakan oleh satu Negara pihak pada Persetujuan atas royaltiyang diperoleh dari sumber di Negara pihak pada Persetujuan tersebut danpenerimaanya adalah pemilik hak yang menikmati royalti itu adalah penduduk dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan melebihi 10 persen dari jumlahbruto royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

3. Istilah royalti yang digunakan dalam Pasal ini berarti pembayaran-pembayaranbaik secara periodik atau tidak, dan dengan nama atau bentuk atau nama apapunyang mencakup imbalan untuk :

(a) penggunaan, atau hak untuk menggunakan, setiap hak cipta kesusasteraan,

kesenian atau karya ilmiah, patent, pola atau model, rumus atau carapengolahan yang dirahasiakan, merk dagang ataupun harta atau hak sejenislainnya; atau

(b) penggunaan, atau hak untuk menggunakan alat-alat perlengkapan industri,perdagangan atau ilmu pengetahuan; atau

(c) pemberian ilmu atau informasi dibidang ilmu pengetahuan, teknik, industriatau perdagangan, atau

(d) pemberian berbagai bantuan yang merupakan pelengkap dan tambahan darisetiap harta tak berwujud tersebut atau hak seperti yang disebut sub ayat (a),setiap perlengkapan seperti dalam sub ayat (b) atau setiap pengetahuan atauinformasi seperti disebutkan pada sub ayat (c), atau.

(e) penggunaan, atau hak untuk menggunakan :

(i) film-film bioskop; atau

(ii) film-film atau video yang digunakan dalam hubungannya dengantelevisi; atau

(iii) pita yang digunakan dalam hubungannya dengan siaran radio; atau

(f) menahan seluruh atau sebagian pembayaran oleh karena adanyapenggunaan atau penyediaan penawaran atau sesuatu kekayaan atau hakyang ditunjuk dalam ayat ini.

4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku, apabila pihak yang memilikihak menikmati, yang merupakan penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan,menjalankan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan dimana royaltiberasal, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada disana, atau melakukansuatu pekerjaan

- 11 -

bebas di Negara lainnya itu melalui suatu tempat usaha tetap, dan hak atau hartayang menghasilkan royalti itu mempunyai hubungan yang efektif dengan a) bentukhak usaha tetap atau usaha tetap itu atau dengan b) kegiatan-kegiatan usahaseperti dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf c. Dalam hal demikian ketentuanPasal 7 atau Pasal 14 akan berlaku.

5. Royalti dapat dianggap berasal dari Negara pihak pada Persetujuan apabilapembayaran adalah Negara itu sendiri, pemerintah daerah, atau penduduk dariNegara tersebut. Namun demikian apabila orang atau badan yang membayarkanroyalti itu, tanpa memandang apakah ia penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan atau bukan, memiliki bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap disuatu Negara pihak pada Persetujuan di mana kewajiban membayar royalti timbul,dan royalti tersebut menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetaptersebut, maka royalti itu dianggap berasal dari Negara di mana bentuk usaha tetapatau tempat usaha tetap itu berada.

6. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan pemilikhak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan orang/badan lain, berkenaandengan penggunaan hak atau keterangan yang mengakibatkan pembayaran itu,jumlah royalti yang dibayarkan itu melebihi jumlah yang seharusnya disepakatioleh pembayar dan pemilik hak seandainya tidak ada hubungan istimewa, makaketentuan-ketentuan Pasal ini hanya akan berlaku terhadap jumlah yang disebut

terakhir. Dalam hal demikian, jumlah kelebihan pembayaran tersebut akan tetapdikenakan pajak sesuai dengan perundang-undangan masing-masing Negara pihakpada Persetujuan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalamPersetujuan ini.

Pasal 13

KEUNTUNGAN DARI PEMINDAHTANGANAN HARTA

1 Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan daripemindahtanganan harta tak gerak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 danterletak di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya tersebut.

2 Keuntungan dari pemindahtangan harta gerak yang merupakan bagian kekayaansuatu bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh perusahaan dari suatu Negara pihakpada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan atau dari harta gerakyang merupakan bagian dari suatu tempat usaha tetap yang tersedia bagi penduduksuatu Negara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuanuntuk maksud melakukan pekerjaan bebas, termasuk keuntungan daripemindahtanganan bentuk usaha tetap itu (tersendiri atau beserta keseluruhanperusahaan) atau tempat usaha tetap, dapat dikenakan pajak di Negara pihaklainnya tersebut.

3 Keuntungan yang diperoleh Perusahaan suatu Negara pihak pada Persetujuan daripemindahtanganan kapal-kapal laut atau pesawat udara yang beroperasi di jalurlalu lintas internasional atau harta gerak yang menjadi bagian dari operasi kapallaut atau pesawat udara hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

4 Penghasilan dari pemindahtanganan harta lainnya, kecuali yang disebut padaayat-ayat terdahulu, hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuantempat timbulnya penghasilan tersebut.

- 11 -

Pasal 14

PEKERJAAN BEBAS

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuansehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akandikenakan pajak di Negara itu kecuali apabila ia mempunyai suatu tempat usahatetap yang tersedia secara teratur baginya di Negara pihak lainnya itu selama satumasa atau masa-masa yang melebihi 90 hari dalam masa dua belas bulan. Apabilaia mempunyai tempat usaha tetap tersebut atau berada di Negara pihak lainnya ituselama masa atau masa-masa tersebut di atas, maka penghasilan tersebut dapatdikenakan pajak di Negara pihak lainnya itu tetapi hanya sepanjang penghasilan itudianggap berasal dari tempat usaha tetap tersebut atau diperoleh di Negara lain ituselama masa atau masa-masa tersebut di atas.

2. Istilah jasa-jasa profesional terutama meliputi kegiatan-kegiatan di bidang ilmupengetahuan, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran yang dilakukansecara independen, demikian juga pekerjaan-pekerjaan bebas yang dilakukan olehpara dokter, ahli teknik, ahli hukum, dokter gigi, arsitek dan para akuntan.

Pasal 15

PEKERJAAN DALAM HUBUNGAN KERJA

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19, dan 20 gaji, upahdan imbalan lainnya yang serupa yang diperoleh penduduk suatu Negara pihakpada Persetujuan karena pekerjaan dalam hubungan kerja, hanya akan dikenakanpajak di Negara itu, kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di Negara pihak lainnyapada Persetujuan. Dalam hal demikian, maka imbalan yang diterima dari pekerjaandimaksud dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya itu.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diterima ataudiperoleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yangdilakukan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, hanya akan dikenakan pajakdi Negara yang disebut pertama apabila :(a) penerima imbalan berada di Negara lainnya itu dalam suatu masa ataumasa-masa yang jumlahnya melebihi 183 hari dalam jangka waktu dua belasbulan; dan(b) imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukanpenduduk Negara pihak lainnya tersebut; dan(c) imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yangdimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lainnya tersebut.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketntuan sebelumnya dalam Pasal ini, imbalan yangdiperoleh karena pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udarayang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh suatu perusahaan darisatu Negara pihak pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara tersebut.

- 12 -

Pasal 16

IMBALAN PARA DIREKTUR

Imbalan para direktur dan pembayaran-pembayaran serupa lainnya yang diperolehpenduduk Negara pihak pada Persetujuan dalam kedudukannya sebagai anggota dewandirektur suatu perseroan atau setiap organ lain yang serupa dari perusahaan yangberkedudukan di suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya tersebut.

Pasal 17

PARA ARTIS DAN ATLIT

1. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan dari Pasal 14 dan 15, penghasilan yangdiperoleh panduduk dari Negara pihak pada Persetujuan sebagai penghibur sepertiartis teater, film, radio atau televisi atau pemain musik atau sebagai olahragawan,

dari kegiatan-kegiatan pribadinya yang dilakukan di Negara pihak lainnya padaPersetujuan dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

2. Apabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan pribadi yang dilakukanoleh penghibur atau olahragawan tersebut diterima bukan oleh penghibur atauolahragawan itu sendiri tetapi oleh orang atau badan lain, menyimpang dariketentuan-ketentuan Pasal 7, 14 dan 15, maka penghasilan tersebut dapatdikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan dimana kegiatan-kegiatanpenghibur atau olahragawan itu dilakukan.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, penghasilan yang diperolehdari kegiatan-kegiatan yang disebut dalam ayat 1 yang dilakukan dibawahpengaturan atau persetujuan kebudayaan antara kedua Negara pihak padaPersetujuan tempat dilakukannya kegiatan itu apabila kunjungan ke Negaratersebut sepenuhnya atau sebagian dibiayai oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan atau kedua-duanya, pemerintah daerah atau lembaga-lembagakemasyarakatan.

Pasal 18

PENSIUN DAN PEMBAYARAN BERKALA

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 2 dari Pasal 19, pensiun danimbalan sejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk dari suatu Negara pihakpada Persetujuan yang bersumber dari Negara pihak lainnya pada Persetujuansehubungan dengan pekerjaan atau jasa-jasa dalam hubungan kerja di Negarapihak lainnya pada Persetujuan di masa lampau dan pembayaran berkala yangdibayarkan kepada penduduk dari sumber di atas hanya akan dikenakan pajak diNegara pihak lainnya itu.

2. Istilah pembayaran berkala berarti suatu jumlah tertentu yang dibayarkan secaraberkala pada waktu tertentu selama hidup atau selama jangka waktu tertentu ataumasa waktu yang dapat ditentukan karena adanya kewajiban untuk melakukanpembayaran-pembayaran sebagai imbalan yang memadai dalam bentuk uang atauyang dapat dinilai dengan uang.

- 13 -

Pasal 19

PEJABAT PEMERINTAH

1. (a) Imbalan, selain dari pensiun, yang dibayarkan oleh Negara pihak padaPersetujuan atau bagian ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnyakepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepadaNegara tersebut atau bagian ketatanegaraan atau pemerintah daerahnya,hanya dikenakan pajak di Negara itu

(b) Namun demikian, imbalan tersebut hanya dikenakan pajak di Negara pihaklainnya pada Persetujuan apabila jasa-jasa tersebut diberikan di Negarapihak lainnya itu dan orang tersebut adalah penduduk Negara itu yang :(i) merupakan warganegara dari Negara itu; atau(ii) tidak menjadi penduduk Negara itu semata-mata hanya untuk

maksud memberikan jasa-jasa tersebut

2. (a) Pensiun yang dibayarkan oleh, atau dari dana yang dibentuk oleh suatuNegara pihak pada Persetujuan atau bagian ketatanegaraan atau pemerintahdaerahnya kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yangdiberikannya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.

(b) Namun demikian, pensiun tersebut hanya akan dikenakan pajak di Negarapihak lainnya pada Persetujuan bilamana orang tersebut adalah pendudukdan warga negara dari Negara pihak lainnya itu.

3. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal-Pasal 15, 16 dan 18 akan berlaku terhadapimbalan dan pensiun dari jasa-jasa yang diberikan sehubungan dengan usaha yangdijalankan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan, bagian ketatanegaraannyaatau pemerintah daerahnya.

Pasal 20

GURU DAN PENELITI

Seseorang yang sebelum kunjungan ke suatu Negara pihak pada Persetujuan adalahpenduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan yang atas undangan dari PemerintahNegara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama atau Universitas, akademi, sekolah,musium atau lembaga kebudayaan lainnya dari Negara pihak pada Persetujuan yangdisebut pertama atau melakukan pertukaran kebudayaan resmi, yang berada di Negarapihak pada Persetujuan itu untuk masa tidak lebih dari dua tahun berturut-turut untuktujuan mengajar, memberikan kuliah atau melakukan penelitian di lembaga dimaksudakan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara pihak pada Persetujuan itu ataspembangunan untuk kegiatan tersebut, asalkan pembayaran yang diperolehnya berasaldari Luar Negara pihak pada Persetujuan itu.

Pasal 21

SISWA DAN PEMAGANG

1. Pembayaran-pembayaran yang diterima oleh siswa atau pemagang yangmerupakan penduduk atau segera sebelum mengunjungi suatu Negara pihak padaPersetujuan merupakan penduduk suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuandan berada di Negara yang disebutkan pertama semata-mata untuk mengikutipendidikan atau

- 14 -

latihan, yang diterima semata-mata untuk keperluan hidup, pendidikan atau latihantidak dikenakan pajak di Negara yang disebutkan pertama, sepanjangpembayaran-pembayaran tersebut berasal dari sumber di luar Negara tersebut.

2. Sehubungan dengan hibah-hibah, bea-bea siswa dan imbalan dari pekerjaan yangtidak dicakup dalam ayat 1, seorang siswa atau pemagang yang disebutkan dalamayat 1, sebagai tambahan, berhak selama masa pendidikan atau pelatihan semacamitu diberikan pengecualian-pengecualian yang sama keringanan atau penguranganyang menyangkut pajak-pajak yang dikenakan terhadap penduduk-penduduk dariNegara pihak pada Persetujuan yang ia kunjungi.

Pasal 22

PENGHASILAN LAINNYA

Jenis-jenis penghasilan dari penduduk Negara pihak pada Persetujuan, dimanapunsumbernya, yang tidak diatur dalam pasal-pasal pada Persetujuan, selain penghasilandalam bentuk lotere, hadiah akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

Pasal 23

PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

Bila seorang penduduk Negara pihak pada Persetujuan memperoleh penghasilan dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan yang menurut ketentuan-ketentuan Persetujuanini, jumlah pajak atas penghasilan tersebut yang dibayarkan di Negara pihak lainnya padapersetujuan dapat dikreditkan terhadap pajak di Negara pihak paa Persetujuan yangdikenakan terhadap penduduk itu. Namun demikian, jumlahh kredit itu tidak bolehmelebihi bagian pajak di Negara pihak pada Persetujuan atas penghasilan tersebut yangdihitung sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perpajakannya.

Pasal 24

NON-DISKRIMINASI

1. Warganegara dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dikenakan pajakatau kewajiban apapun sehubungan dengan pengenaan pajak di Negara pihaklainnya pada Persetujuan yang berlainan atau lebih memberatkan daripadapengenaan pajak dan kewajiban-kewajiban pihak yang dikenakan atau dapatdikenakan terhadap warganegara dari Negara pihak lainnya dalam keadaan yangsama.

2. Pengenaan pajak atas bentuk usaha tetap dimiliki oleh suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidakakan dilakukan dengan cara yang kurang menguntungkan dibandingkan denganpengenaan pajak atas perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan-kegiatanyang sama di Negara pihak lainnya itu. Ketentuan ini tidak dapat ditafsirkansebagai mewajibkan suatu Negara pihak pada Persetujuan untuk memberikankepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan suatu potongan pribadi,keringanan-keringanan dan pengurangan-negurangan untuk kepentinganpengenaan pajak berdasarkan status sipil atau tanggung jawab keluarga sepertiyang diberikan kepada penduduknya sendiri.

- 15 -

3. Perusahaan di suatu Negara pihak pada Persetujuan, yang modalnya sebagian atauseluruhnya dimiliki atau dikuasai baik langsung atau tidak langsung oleh pendudukdari Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan dikenakan pajak ataukewajiban apapun yang berkaitan dengan pengenaan pajak di Negara yang disebutpertama yang barlainan atau lebih memberatkan daripada pengenaan pajak dankewajiban-kewajiban dimaksud yang dikenakan atau dapat dikenakan terhadapperusahaan-perusahaan lainnya yang serua di Negara yang disebut pertama.

4. Kecuali dimana ketentuan Pasal 9 ayat 1, Pasal 11 ayat 7 atau Pasal 12 ayat 6berlaku, bunga, royalti dan pembayaran-pembayaran lain yang dibayarkan oleh

perusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihaklainnya pada Persetujuan dalam menentukan laba yang dapat dikenakan pajak atasperusahaan semacam itu akan dapat dikurangkan dibawahh kondisi yang samaapabila hal itu dibayarkan kepada penduduk dari Negara yang disebut pertama.

5. Ketentuan-ketentuan dari Pasal ini istilah pajak-pajak yang dicakup dalamPersetujuan ini.

Pasal 25

TATACARA PERSETUJUAN BERSAMA

1. Apabila seseorang atau suatu badan menganggap bahwa tindakan-tindakan salahsatu atau kedua Negara pihak pada Persetujuan mengakibatkan atau akanmengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Persetujuan ini, makaterlepas dari cara-cara penyelesaian yang diatur oleh perundang-undangan nasionaldari masing-masing Negara, maka ia dapat mengajukan masalahnya kepadapejabat yang berwenang di Negara pihak pada Persetujuan di mana iaberkedudukan, atau apabia masalah yang timbul menyangkut ayat 1 Pasal 24kepada pejabat yang berwenang di Negara pihak pada Persetujuan dimana iamenjadi penduduk. Masalah tersebut harus diajukan dalam waktu dua tahun sejakpemberitahuan pertama dari tindakan yang mengakibatkan pengenaan pajak yangtidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini.

2. Apabila keberatan yang diajukan itu cukup beralasan untuk diselesaikan danapabila atas masalah itu tidak dapat ditemukan suatu penyelesaian yangmemuaskan, pejabat yang berwenang harus berusaha menyelesaikan masalah itumelalui persetujuan bersama dengan pejabat yang berwenang dari Negara pihaklainnya pada Persetujuan, dengan tujuan untuk menghindarkan pengenaan pajakyang tidak sesuai dengan Persetujuan ini.

3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan melaluisuatu persetujuan bersama harus berusaha untuk menyelesaiakn setiap kesulitanatau keragu-raguan yang timbul dalam penafsiran atau penerapan Persetujuan ini.Mereka dapat juga berkonsultasi bersama untuk mencegah pengenaan pajakberganda dalam hal tidak dalam Persetujuan.

4. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan dapatberhubungan langsung satu sama lainnya untuk mencapai persetujuan sebagaimanadimaksud pada ayat-ayat sebelumnya. Pejabat-pejabat yang berwenang, melaluikonsultasi akan mengembangkan prosedur-prosedur, kondisi-kondisi, cara-caradan teknis yang bersifat bilateral guna pencapaian prosedur persetujuan yangdimaksud dalam Pasal ini.

- 16 -

Pasal 26

PERTUKARAN INFORMASI

1. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akanmelakukan tukar-menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakanketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini atau untuk melaksanakanundang-undang nasional Negara masing-masing mengenai pajak-pajak yang

dicakup dalam Persetujuan, sepanjang pengenaan pajak menurut undang-undangNegara yang bersangkutan tidak bertentangan dengan Persetujuan ini, khususnyauntuk mencegah terjadinya penggelapan atau penyelundupan pajak. Pertukaraninformasi tidak dibatasi oleh ketentuan Pasal 1. Setiap informasi yang diterimaoleh suatu Negara pihak pada Persetujuan harus dijaga kerahasiaannya dengan carayang sama seperti apabila informasi itu dianggap rahasia itu hanya dapatdiungkapkan kepada orang atau badan atau pejabat-pejabat (termasuk pengadilandan badan-badan administratif) yang berkepentingan dalam penetapan ataupenagihan pajak, pelaksanaan undang-undang atau penuntutan, atau dalammemutuskan keberatan berkenaan dengan pajak-pajak yang dicakup dalamPersetujuan ini. Orang atau badan atau para pejabat tersebut hanya bolehmemberikan informasi itu untuk maksud tersebut di atas, namun demikian dapatjuga mengungkapkan informasi itu dalam pengadilan umum atau dalam pembuatankeputusan-keputusan pengadilan.

2. Bagaimana juga Ketentuan-ketentuan ayat (1) sama sekali tidak dapat ditafsirkansedemikian rupa sehingga membebankan kepada Negara pihak pada Persetujuankewajiban untuk :

(a) melaksanakan tindakan-tindakan administratif yang bertentangan denganperundang-undangan dan praktek administrasi yang berlaku di Negara ituatau di Negara pihak lainnya pada Persetujuan.

(b) memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh berdasarkanperundang-undangan atau dalam praktek administrasi yang lazim di Negaratersebut atau di Negara pihak lainnya pada Persetujuan;

(c) memberikan informasi yang mengungkapkan rahasia apapun dibidangperdagangan, usaha, industri, perniagaan atau keahlian, atau tata caraperdagangan, atau informasi lainnya yang pengungkapannya bertentangandengan kebijaksanaan Negara.

Pasal 27

PEJABAT DIPLOMATIK DAN KONSULER

Persetujuan ini tidak akan mempengaruhi hak-hak istimewa di bidang fiskal darianggota-anggota misi diplomatik dan konsuler berdasarkan peraturan-peraturan umumhukum internasional atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu persetujuankhusus.

Pasal 28

BANTUAN PEMUNGUTAN

1. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan akan berupaya untuk memungutpajak atas nama Negara pihak lain pada Persetujuan, terhadap pajak-pajak yangdikenakan

- 17 -

oleh Negara lain tersebut, hingga memastikan bahwa setiap pembebasan ataupengurangan tarif pajak yang diberikan atas dasar Persetujuan ini oleh Negara

pihak lain pada Persetujuan tidak akan dapat dinikmati oleh orang-orang yangtidak berhak atas kemudahan-kemudahan tersebut. Pihak yang berwenang dariNegara pihak pada Persetujuan dapat berkonsultasi bersama demi tercapainyatujuan Pasal ini.

2. Bagaimana juga ketentuan Pasal ini tidak boleh ditafsirkan sedemikian sehinggameletakkan kewajiban kepada Negara pihak pada Persetujuan untuk melaksanakantindakan-tindakan administrasi yang berlawanan dengan ketentuan-ketentuan dankeadaan-keadaan kedua Negara pihak pada Persetujuan atau yang akan berlawanandengan kedaulatan keamanan atau kebijakan umum Negara pihak pada Persetujuanyang disebut pertama.

Pasal 29

BERLAKUNYA PERSETUJUAN

1. Persetujuan ini akan berlaku pada hari berikutnya setelah tanggal saatmasing-masing Pemerintah saling memberikan secara tertulis bahwa formalitassebagaimana disyaratkan dalam konstitusi masing-masing Negara telah dipenuhi.

2. Ketentuan-ketentuan dari Persetujuan ini akan berlaku.

(a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, untuk penghasilanyang diperoleh pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnyasesudah berlakunya Persetujuan ini.

(b) mengenai pajak lainnya atas penghasilan untuk tahun-tahun pajak yangmulai pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun berikutnya sesudah tahunberlakunya Persetujuan ini.

Pasal 30

BERAKHIRNYA PERSETUJUAN

Persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri berlakunyaPersetujuan ini, melalui saluran-saluran dipomatik, dengan menyampaikan pemberitahuantertulis tentang berakhirnya Persetujuan pada atau sebelum tanggal tigapuluh bulan Junisetiap tahun takwim berikutnya setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunyaPersetujuan.

Dalam hal demikian, Persetujuan ini akan tidak berlaku lagi :(a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, untuk penghasilan yang

diperoleh pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelahtahun pemberitahuan berakhirnya Persetujuan diberikan.

(b) mengenai pajak-pajak lainnya atas penghasilan, untuk tahun-tahun pajak yangdimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelah tahunpemberitahuan berakhirnya Persetujuan diberikan.

- 18 -

Dengan kesaksian para penandatangan di bawah ini, yang telah memperoleh kuasa yang

sah telah menandatangani Persetujuan ini.

DIBUAT dalam rangkap dua di Amman pada tanggal 12 nopember 1996 dalam bahasaIndonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran,naskah Persetujuan dalam bahasa Inggris yang akan dipergunakan.

Untuk Pemerintah Untuk PemerintahRepublik Indonesia Kerajaan Yordania Hashimiah

ttd ttd