preshasl stdi brian

21
STUDI KUALITATIF PERSPEKTIF PERAN SERTA MASYARAKAT SIPIL UNTUK KEBERHASILAN PROGRAM KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA TAHUN 2013 GERAKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK FEBRUARI, 2014

Upload: gerakan-kesehatan-ibu-dan-anak

Post on 02-Feb-2016

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Preshasl Stdi Brian

STUDI KUALITATIFPERSPEKTIF PERAN SERTA MASYARAKAT SIPIL UNTUK KEBERHASILAN PROGRAM KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA TAHUN 2013

GERAKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

FEBRUARI, 2014

Page 2: Preshasl Stdi Brian

STUDY’S BACKGROUND

Page 3: Preshasl Stdi Brian

LATAR BELAKANG

Pada bulan Februari 2013, kelompok pemerintah dan masyarakat sipil telah menyelesaikan kerangka kerja akuntabilitas negara yang mengacu pada 10 rekomendasi komisi informasi dan akuntabilitas.

Kelompok kerja advokasi dan penjangkauan telah menyepakati untuk memprioritaskan penguatan peran masyarakat sipil dan media sebagai kegiatan penting di tahun 2013, untuk meningkatkan hubungan pemerintah, masyarakat sipil dan media dalam upaya peningkatan akuntabilitas kesehatan ibu dan anak.

Page 4: Preshasl Stdi Brian

TUJUANTUJUAN UMUM: diketahuinya persepsi organisasi non pemerintah dan unsur masyarakat tentang kinerja program GiKIA serta peran serta yang harus dirumuskan.

TUJUAN KHUSUS:

1. Diketahuinya infomasi mendalam permasalahan capaian program GiKIA.

2. Diketahuinya kebijakan kritis apa yang direkomendasikan kepada pemerintah sebagai upaya percepatan capaian target indikator GiKIA 2010-2014.

3. Diketahuinya kebijakan apa yang harus ditetapkan sebagai indikator keberhasilan dan cara pengukuran Renstra GiKIA 2015-1019.

4. Dirumuskannya peran masyarakat sipil untuk mendukung program GiKIA serta pengukuran indikatornya.

Page 5: Preshasl Stdi Brian

DESAIN STUDI

kuanti-KUALITATIF

DISKUSI KELOMPOK TERARAH PANDUAN DISKUSI

PENELITI, CATATAN DAN VOICE RECORDER

35 kelompok diskusi 12 provinsi SUMUT, SUMSEL, LAMPUNG, BANTEN, DKI, JABAR,JATENG, JATIM, NTT, PAPUA, PAPUA BARAT, SULSEL

368 peserta diskusi terbagi atas 3 kelompok (kes ibu, kes anak dan kes remaja)

9 NGO’s focal points

Uji coba dilakukan di Kab TTS

Page 6: Preshasl Stdi Brian

HASIL

74

26

71

29

5149

0

1020

3040

5060

7080

DKT Kes Ibu DKT Kes Anak DKT Kes Remaja

Perempuan

Laki-Laki

Usia termuda 12 tahun, paling tua 77 tahunDominasi gender perempuan, kecuali untuk diskusi kelaompok kes remaja sama seimbang antara jumlah peserta perempuan dan laki-laki89% peserta dengan latar belakang pendidikan tamat SMA

Page 7: Preshasl Stdi Brian

INDIKATOR

Indikator program kesehatan ibu: K1; K4; PN; layanan 7T untuk ANC; 1-1-2 untuk K4 dan Linfaskes

Indikator program kesehatan anak: KN1, yankes bayi, yankes balita, ENC/MTBM, tumbang-vit A-imunisasi untuk yankes bayi, tumbang-vit A-MTBS untuk yankes balita.

Indikator program kes remaja: UPP; UKP ;Pengetahuan ttg metode kontrasepsi, UPP, UKP, metode cegah penularan HIV; Tidak merokok, minum alkohol, sex pranikah; Puskesmas PKPK

Page 8: Preshasl Stdi Brian

INDIKATOR86.83%-99.15% peserta setuju dengan indikator program kesehatan ibu yang ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku pada saat ini. Indikator 7 T untuk ANC dan PN yang paling banyak disetujui sebagai indikator, sedangkan linfaskes yang paling rendah

75%-91.6% peserta setuju dengan indikator program kesehatan anak yang ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku pada saat ini. Indikator KN1 yang paling banyak disetujui sebagai indikator, sedangkan yankes balita yang paling rendah (artinya, harus dicari indikator yang lebih spesifik)

60%-71% peserta setuju dengan indikator kesehatan remaja yang ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku pada saat ini. Indikator UKP dan perilaku berisiko yang paling banyak disetujui sebagai indikator, sedangkan pengetahuan ttg kespro dan puskesmas PKPR yang paling rendah

Page 9: Preshasl Stdi Brian

PENCAPAIAN TARGET INDIKATOR81% peserta beranggapan bahwa target kabupaten untuk program kesehatan ibu sudah tercapai.

jumlah kematian ibu yang tidak di-exposedKepatuhan petugas terhadap standar/prosedurKesehatan remaja putri (pencegahan anemia)

48.07% peserta beranggapan bahwa target kabupaten untuk program kesehatan anak sudah tercapai.

52.81% peserta beranggapan tidak setuju bahwa target kabupaten untuk kesehatan remaja sudah tercapai.

Layanan kes remaja yang tidak accessibleLingkungan remaja yang tidak supportifPengetahuan orang tua ttg kesehatan remaja/kesibukan orang

tua sehingga tidak mengikuti pergaulan remaja di luar rumah

Page 10: Preshasl Stdi Brian

INDIKATOR PENDAMPING

Mengukur utilisasi layanan kesehatan di daerah dengan geografis sulit (DTPK) atau terbatas faskes issue inequity

Mengukur utilisasi layanan kesehatan pada kelompok sasaran berkebutuhan khusus (diffable) issue diskriminasi

Mengukur partisipasi laki-laki indikator aktif sudah ada misalnya untuk metode kontrasepsi, tetapi yang juga diperlukan adalah partisipasi dukungan misalnya suami siaga (contoh)

Mengukur keberadaan dan fungsi UKBM dalam mendukung program kesehatan ibu, anak dan remaja.

Mengukur tingkat partisipasi masyarakat sipil tingkat desa, kabupaten, provinsi, pusat; individu, kelompok, masyarakat

Page 11: Preshasl Stdi Brian

PARA PEMANGKU KEPENTINGAN65%-74% peserta diskusi setuju bahwa kebijakan kesehatan ibu, anak dan remaja yang ada saat ini menguntungkan OMS.

Keuntungan tertinggi yang dirasakan oleh OMS terutama pada aspek upaya kesehatan, sementara yang terndah adalah aspek sistem informasi kesehatan (mengacu pada the six building block health system)

Peserta beranggapan bahwa LSM dan institusi pemerintah di luar sektor kesehatan sebagai SUPPORTIVE STAKEHOLDERS kementerian kesehatan untuk program kesehatan ibu,anak dan remaja yang sudah berperanan tetapi perlu dirangkul lebih erat sehingga lebih terarah dan sinergis.

Peserta beranggapan bahwa peranan PROFIT COMPANY perlu dirumuskan lebih strategis supaya dapat menjadi SUPPORTIVE STAKEHOLDERS karena memang mempunyai postensi besar untuk itu.

Supportive stakehlder perlu ‘dikelola’ dengan baik sehingga tidak kemudian menjadi stakeholders yang tidak mendukung (baik disengaja maupun tidak)

Page 12: Preshasl Stdi Brian

PRODUK HUKUM

11 dari 12 kabupaten di 12 provinsi telah memiliki produk hukum kebijakan daerah untuk kesehatan ibu dan anak (KIBBLA). Umumnya kebijakan tersebut berupa Peraturan Daerah (ada juga dalam bentuk SK bupati). Bahkan ada provinsi yang sudah memiliki Peraturan Gubernur yang mengatur layanan kesehatan ibu dan anak. Perlu dikaji lebih mendalam isi peraturan ini (apakah komponen ibu, bayi, anak balita dan remaja diatur dengan jelas; apakah kekususan kondisi daerah juga dijadikan pertimbangan).

Hanya ada 1 kabupaten yang telah memiliki produk hukum berkaitan dengan kesehatan reporduksi remaja sebagai kurikulum muatan lokal

Page 13: Preshasl Stdi Brian

JAMINAN KESEHATAN

Jaminan kesehatan (jampersal, jamkesda) diakui berhasil mendongkrak utilisasi layanan kesehatan di fasilitas bagi populasi yang memang menghadapi kendala finansial untuk mengakses layanan kesehatan.

Peningkatan untilisasi kurang diantisipasi oleh pemerintah dengan penambahan sumber daya kesehatan (tenaga, fasilitas, logistik)

Tranparansi dalam kinerja dan penggunaan dana perlu dipantau sehingga efektivitas bisa dipertanggungjawabkan (tepat sasaran, tepat laksana, tepat anggaran)

Page 14: Preshasl Stdi Brian

PERANCANAAN PEMBANGUNANSistem perencanaan pembangunan oleh pemerintah sudah tertata baik (regulasi dan mekasnisme) tetapi pelaksanaan di daerah masih perlu ditingkatkan:

Musrenbangdes belum mengankat kesehatan ibu, anak dan remaja sebagai masalah untuk dibahas dan dipecahkan

Keterlibatan OMS umumnya pada proses di desa dan kurang terlibat pada proses perencanaan di kabupaten apalagi provinsi dan pusat.

Rencana Pembangunan Desa tidak dikawal dengan baik sehingga realisasi sering kali tidak sesuai dengan rencana, sementara pembahasan di tingkat kabupaten lebih berorientasi pada SKPD masing-masing

Pemahaman legislatif tentang masalah kesehatan ibu, bayi dan remaja dinilai kurang.

Komitmen untuk 15% anggaran untuk kesehatan dan 5% anggaran untuk layanan publik masih perlu diperjuangkan realisasinya

Dominasi perencanaan pembangunan untuk infrastruktur masih kuat (dan ini dimaknai sebagai ada relevansinya dengan pengentasan kemiskinan dan MGDs)

Page 15: Preshasl Stdi Brian

UKBMStrategi Desa Siaga untuk kesehatan ibu dan anak dinilai baik, tetapi dipertanyakan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bentuk penggerakan dari atas (pemerintah).

Posyandu terbukti ‘survive’ sebagai UKBM di banyak tempat di Indonesia. Posyandu bukan milik sektor kesehatan, tetapi perhatian serius terhadap posyandu datang terutama dari kesehatan. Kader posyandu umumnya kader PKK, dan TP-PKK secara politis berada pada posisi yang strategis

Permendagri no 19 tentang layanan sosial dasar integratif di posyandu memberi ruang untuk memperluas layanan posyandu dan peranan kader.

Posyandu berpotensi sebagai alat penjangkauan kelompok sasaran.

Page 16: Preshasl Stdi Brian

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Ada keraguan terhadap validitas data/informasi ketika peserta mendiskusikan pencapaian target cakupan program dengan kenyataan masih tingginya rasio kematian ibu dan balita.

Sebagian besar OMS merasa kesulitan untuk mengakses data yang akurat dan mutakhir dari sumber resmi, dan sebaliknya juga pada beberapa kasus merasa informasi dan data yang dimiliki OMS tidak terinformasikan dengan baik kepada pemerintah.

Pengambilan keputusan berdasarkan data agar menjadi agenda penting dan OMS perlu mendiskusikan peranan strategisnya agar sinergitas tetap terjalin, tetapi kualitas hasilnya juga tetap terjaga

Page 17: Preshasl Stdi Brian

PERANAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL

• OMS sebagai fasilitator peningkatan kapasitas masyarakat desa, membentuk agen perubahan sosial di masyarakat, penggerak masyarakat dan peningkatan kapasitas masyarakat sipil di des untuk advokasi kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan ibu, anak dan remaja.

• Penguatan proses perencanaan desa untuk penajaman pada kesehatan ibu, bayi dan remaja; dengan memperhatikan analisis data yang akurat dan mutakhir.

• Memantau pelaksanaan program kesehatan ibu, anak dan remaja dengan perhatian lebih pada aspek pemerataan layanan, layanan untuk kelompok sasaran yang berkebutuhan khusus dan partisipasi masyarakat sipil di tingkat desa, kabupaten, provinsi dan pusat.

• Mengevaluasi dampak program kesehatan ibu, anak dan remaja dengan perhatian pada kematian ibu dan kematian balita.

Page 18: Preshasl Stdi Brian

SARAN

Perlunya dibentuk sebuah koalisi/aliansi OMS GKIA yang tugasnya sebagai mitra pemerintah dalam mengawal program GKIA. Koalisi/aliansi OMS melibatkan LSM lokal, tokoh adat, forum pemuda/anak di tingkat kabupaten dengan agenda pertemuan rutin minimal sebulan sekali. Focal point aliansi di tingkat kabupaten adalah OMS yang telah eksis di bidang kesehatan ibu, anak dan remaja.

Koalisi/aliansi OMS GKIA hendaknya mempunyai rencana strategis lima tahunan dengan jaminan pendanaan/anggaran yang jelas.

Page 19: Preshasl Stdi Brian

SARAN

 

Rencana Strategis koalisi/aliansi OMS GKIA tidak mengambil alih peran pemerintah tetapi bersinergi dengan program pemerintah, dengan memperhatikan pada isu inequity services dan keberpihakan pada kelompok sasaran berkebutuhan khusus serta membagun partisipasi masyarakat dan kapasitas tenaga profesional koalisi/ aliansi OMS GKIA.

Peningkatan kapasitas tenaga profesional koalisi OMS GKIA sehingga mempunyai pemahaman yang tepat mengenai strategi program dan pelaksanaannya, serta keterampilan untuk melakukan jejaring, berkoordinasi dan advokasi.

Page 20: Preshasl Stdi Brian

SARAN

Reancana strategis, advokasi dan peningkatan kapasitas dikembnagkan dengan berbasis data, sehingga koalisi/aliansi OMS GKIA harus mempuyai data base yang kuat serta metodologi pengumpulan data yang tepat.

Pemerintah diharapkan secara serius mendukung CSO dan mendorong agar jaringan ini eksis dan pada gilirannya sangat membantu pemerintah untuk mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan

Page 21: Preshasl Stdi Brian