presented by -...
TRANSCRIPT
Istilah intervensi berasal dari bahasa Inggris “intervention” yang berarti suatupenanganan, layanan, atau tindakan “campur tangan”. Intervensi ini dimaksudkan untukmembantu anak berkebutuhan khusus dalam rangka mencapai perkembangan optimal.
Baker & Brightman (dalam Sunardi, 2007:27) menjelaskan
bahwa intervensi dini adalah tindakan yang diberikan untuk
mempengaruhi perkembangan dan belajar anak sejak lahir
sampai dengan usia 5 tahun yang mengalami kelainan atau
keterlambatan perkembangan atau anak-anak dengan faktor
resiko baik factor biologis maupun lingkungan.
Intervensi dini meliputi system, layanan, dan pendukung
yang sengaja dirancang untuk meningkatkan perkembangan
anak, memperkecil potensi terjadinya kelambatan
perkembangan dan kebutuhan untuk memperoleh layanan
pendidikan khusus, dan meningkatkan kapasitas para
keluarga dan pengasuh.
CASE STUDY :
Yulia memiliki seorang anak perempuan bernama Nur, usianya 5 tahun. Saat ini Nur duduk di
Play Group (PG) sebuah Taman Kanak-kanak di Sidoarjo.
Saat ini kondisi Nur adalah tidak bisa bicara, bingung kalau diminta untuk mengenali huruf
abjad dan angka, sulit untuk membedakan warna, hewan, dan selalu salah saat diminta menunjuk
foto Ayah dan Ibu nya. Nur juga sangat kesulitan mengucapkan huruf vocal A I U E O. Yulia
menyebut kondisi Nur saat ini dengan “Speech Delay” atau “Terlambat Bicara”.
Yulia merasa yakin bahwa Nur hanya butuh stimulasi dan suasana belajar yang tepat untuk
membuatnya dapat berbicara layaknya anak normal seusianya. Dan setelah Nur mampu berbicara,
maka dengan sendirinya semua masalah yang ada pada Nur akan hilang.
SAAT ANAK SECARA FISIK MEMPERLIHATKAN HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :
1. Kepala dan badan tidak proporsional ukurannya.
2. Mata anak tidak bereaksi terhadap sinar.
3. Telinga anak tidak sensitive terhadap suara keras didekatnya.
4. Sampai usia 8 bulan tidak mampu tengkurap.
5. Sampai usia 18 bulan masih “drooling” atau “ngiler” dalam bahasa keseharian kita
6. Sampai usia 24 bulan tidak mampu berjalan dan memegang benda apapun.
7. Perilaku Anak Aktif Berlebihan dan gerakannya kesana kemari tidak bermakna.
SAAT ANAK SECARA PERILAKU MEMPERLIHATKAN HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :
1. Usia 12 bulan Anak tidak menunjukan ekspresi sama sekali saat di ajak bercanda (cuddling)
2. Usia 18 bulan Anak tidak menoleh saat dipanggil, menolak kontak mata dengan lawan bicaranya dan tidak
mengeluarkan sepatah kata sama sekali meskipun hanya “babbling”
3. Usia 24 bulan Anak hanya menunjuk sesuatu atau menarik-narik orang disekitarnya untuk memenuhi
keinginannya.
4. Usia 36 bulan Anak tidak mampu menggabungkan 2-3 kata menjadi sebuah kalimat.
5. Usia 36 bulan Anak melampiaskan emosi secara berlebihan seperti menyakiti diri sendiri dan orang lain.
6. Usia 60 bulan Anak tidak mampu mengerti Huruf dan Angka sama sekali, dan selalu mengalami kesulitan
dalam proses belajar mengajar setiap harinya.
1. MENYADARI & MENGAKUI
2. MELAKUKAN SCREENING / ASESSMENT SENDIRI
3. BERKONSULTASI DENGAN PARA AHLI DI BIDANGNYA
4. MELAKUKAN INTERVENSI DINI
Intervensi Dini tidak akan berjalan dengan baik apabila OrangTua tidak mau MENGAKUI bahwa Anaknya MEMANG MEMILIKIkendala-kendala Tumbuh kembang.
Pada saat ini biasanya Orang Tua berada dalam fase “DENIAL”atau MENYANGKAL kenyataan bahwa Anaknya memilikiGangguan Tumbuh Kembang. Dan selalu berkata Anaknya tidakmemiliki Masalah dalam pertumbuhannya.
Screening atau Asessment Sendiri berarti orang tua melakukan pengecekan sendirikepada anaknya dengan bantuan beberapa Checklist yang sudah umum untukdigunakan antara lain :
DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST II (DDST II) DIAGNOSTIC and STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDERS V (DSM V) MODIFIES CHECKLIST for AUTISM in TODDLER (M-CHAT)
3 Jenis Checklist diatas dapat didownload dari Google, kemudian digunakan ataudiisi sendiri oleh orang tua sebelum melanjutkan ke tahap Intervensi Dini Berikutnya.
3. BERKONSULTASI DENGAN PARA AHLI DI BIDANGNYA
Apabila Orang Tua sudah melakukan Screening / Asessment sendiri, dan mendapati hasilChecklist anaknya kurang baik atau mengindikasikan ke sebuah Kondisi atau Gejala darisebuah Gangguan (Dissorder) maka Orang Tua HARUS segera Berkonsultasi dengan paraAhli di bidangnya yaitu :DOKTER TUMBUH KEMBANG, PSIKOLOG dan PSIKIATER ANAK. Dari mereka itu nantinyaAnak akan mendapat Diagnosa Lanjutan yang kurang lebih mengarah kepada berikut ini :
UNTUK MEMASTIKAN, APAKAH KONDISI ANAK NORMAL ATAU MENGALAMI KENDALA ?
UNTUK MENDAPATKAN DIAGNOSA YANG TEPAT AKAN KENDALA ANAK.
UNTUK MENENTUKAN JENIS TERAPI ATAU PEMBELAJARAN ADAPTIF YANG TEPAT
SESUAI DIAGNOSA & KEBUTUHAN ANAK.
UNTUK MEMPERSIAPKAN ANAK MENEMPUH JALUR SEKOLAH BAIK UMUM MAUPUN
INKLUSI (SESUAI KEMAMPUAN ANAK).
Berikut adalah beberapa jenis Terapi sebagai bentuk Konkrit dari Intervensi Dini yangumum diberikan kepada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia :
1. Terapi BERMAIN2. Terapi ABA (Applied Behaviour Analysis)3. Terapi PERKEMBANGAN & RDI (Relationship
Developmental Intervention)4. CBT (Cognitive Behaviour Therapy)5. SENSORY INTEGRATION6. FISIOTERAPI7. Terapi WICARA8. Terapi BIOMEDIS9. Terapi OKUPASI10.Terapi VISUAL – PECS (Picture Exchange
Communication System)
4. MELAKUKAN INTERVENSI DINI
KEBERHASILAN INTERVENSI DINIKeberhasilan Intervensi Dini memerlukan sikap KERJASAMA yang aktif dari Orang Tua dan Klinik
Terapi. Orang Tua harus memiliki beberapa sikap sebagai berikut Demi Suksesnya Intervensi Dini
pada anak :
1. Membuang Pikiran Bahwa Tempat Terapi akan membereskan semua masalah anak.
2. Aktif mencari informasi mengenai kondisi dan diagnosa anak.
3. Sering berkomunikasi dengan para Terapis mengenai Materi Terapi anak.
4. Mengulang Materi Terapi anak di rumah, selaras dengan Sekolah & Klinik Terapi.
5. Mampu membuat IEP (Individual Education Program) untuk anak secara sederhana dan nyata
sesuai kondisi anak.
6. BERGABUNG DENGAN PARENTS SUPPORT GROUP untuk menambah pengetahuan, juga
Menambah Kekuatan + Semangat dalam melakukan Intervensi Dini