presentation1 lap

Upload: rusman-hadi-rachman

Post on 10-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

BAGIAN ILMU ANESTESILAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2015UNIVERSITAS PATTIMURA

Anestesi Umum Pada Bayi Dengan Ileus Obstruktif ec Hernia Inguninalis Lateralis Dextra Incarserata

Disusun oleh:Rusman Hadi Rachman (2009-83-008)

Konsulen:dr. Fahmi Maruapey, Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKDI BAGIAN ILMU ANESTESIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PATTIMURAAMBON

1Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.

Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga dada, dan perut, dsb.

PendahuluanHernia Inguinalis kongenital /didapatanak anak atau bayikurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutupIdentitas PasienNama : An. MAUmur : 8 bulanJenis kelamin: Laki-lakiNo. RM: 08-28-67Alamat : Kebun CengkehGol. Darah: OBerat badan : 8,4 kgTinggi badan: 55 cmTanggal MRS: 29 Juli 2015Tanggal Masuk ICU: 30 Juli 2015Tanggal Keluar ICU: 31 Juli 2015Agama : IslamSuku/Bangsa: IndonesiaBangsal/Kamar : Ruang Bedah WanitaEVALUASI PRA ANASTESIAnamnesis (Alloanamnesis - 30 Juli 2015)Perut membesarKeluhan UtamaRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien diaantar orang tuanya datang ke UGD RSUD dr M. Haulussy Ambon pada tanggal 29 Juli 2015 dengan keluhan perut membesar. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Sejak saat itu pasien tidak bisa buang air besar (BAB) dan setiap makan selalu muntah berisi cairan bercampur makanan. Keluhan juga disertai rewel.Riwayat Penyakit Dahulu Tidak adaRiwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang samaRiwayat Operasi & Anestesi Tidak adaRiwayat Alergi Tidak adaRiwayat Obat-Obatan Tidak adaKebiasaan Sosial Tidak ada

2) Pemeriksaan FisikStatus Gizi: Kesan Cukup.Keadaan Psikis: Kesan Baik.B1 : A: bebas; B: spontan; RR: 28x/m reguler; Inspeksi: pergerakan dada simetris ki=ka; Auskultasi: suara napas vesikuler ki=ka; SpO2: 99%

B2 : Akral hangat, kering, merah; TD: 110/68 mmHg; N: 136x/m reguler, kuat angkat; Suhu: 36,8C; S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

B3 : Sadar, pupil isokor, refleks cahaya +/+.

B4 : BAK spontan

B5 : Inspeksi: sikatriks (-), Palpasi: NT (+), Auskultasi: BU

B6 : Fraktur (-), oedem (-).

Pemeriksaan PenunjangLaboratorium (29 Juli 2015):Hb: 12,5 g/dLHct: 37,7%WBC: 14,4 ribu/mm3Trombosit: 587 ribu/mm3

Range normal11,5 17 g/dL37 54 %4 10 ribu/mm3100 500 ribu/mm3

Foto thoraxKesan: partial small bowel obstruction

DiagnosisIleus Obstruktif ec Hernia Inguinalis Lateralis Dextra IncaserataPS ASA II

PlanningPro HerniotomiPuasa 6 jam sebelum operasi.Pasang NGT terbukaDrip Ondancetron ampul Injeksi Cefotaxim 3 x 250 mg/IVPRE-OPERATIF (30 Juli 2015)Diagnosa Pra Bedah: Ileus Obstruktif ec HIL Dextra IncaserataIndikasi Bedah: Ileus obstruktif ec HIL Dextra IncaserataJenis Pembedahan: Herniostomi.Jenis Anestesi : Anastesi UmumPosisi: Supine.Lama Anestesi: 10.55 WIT-Selesai.Lama Operasi: 11.25 WIT-12.10 WIT.Premedikasi : -Tindakan Anestesi Umum dengan teknik \inhalasi:Pasien diposisikan supine.Diberikan anestesi dengan fentanyl 15 mg/iv + sevoflurane 1,5% + propofol 15 mg.Dipastikan pasien sudah dalam keadaan tertidur

INTRA-OPERATIF (30 Juli 2015)

Post-operatifPemeriksaan Fisik:B1: Airway bebas, napas spontan, RR: 28 x/m, Rh (-), Wh (-).B2: Akral hangat, kering, merah, nadi: 168 x/m, TD: 98/59, S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-). B3: Sadar, pupil isokor, refleks cahaya +/+.B4: BAK kateterB5: NGT +, volume (-), BUB6: edema (-).Terapi: Awasi TTV, Head Up 30.Infus RL 8 tpm mikro dripsParacetamol 3x100 mg/iv (drip)Terapi lain sesuai Dokter Spesialis Bedah Rawat di ICU selama 1 hariFollow-Up di ICU, pasien masuk ICU pukul 16.00 WIT.Tanggal, 30-7-2015.S : Pasien rewel.O:

P: Paracetamol 3 x 100 mgCefotaxim 3 x 80 mgNovalgin 2 x 1/3 amp

Tanggal, 31-7-2015.S : Pasien masih rewelO :

P: Paracetamol 3 x 100 mgCefotaxim 3 x 80 mgNovalgin 2 x 1/3 amp

PembahasanPersiapan Pra Bedah/AnestesiEvaluasi penderitaKunjungan pra anestesi mengadakan penelitian terhadap penderita agar dapat lebih memahami keadaan penderita baik mengenai penyakit bedah maupun penyakit sistemik lainnya

Anamneses/hetero-anamnesePemeriksaaan fisikPemeriksaan laboratoriumKonsultasi dengan bagian lainnya

Persiapan fisikAnak terutama bayi harus sehat, tidak dalam keadaan menderita penyakit saluran napas atas walaupun ringan (flu, demam, rhinitis, batuk dan lain-lain), karena anak terutama bayi bernafas hanya lewat hidung.Keadaan hemoglobin lebih dari 10 gr%, gizi cukup dan suhu penderita tidak melebihi 37,5C.Semua penderita yang akan mengalami pembedahan elektif harus dipuasakanUsiaSusu/makanan padatAir bening (+ gula)< 6 bulan4 jam2 jam6-36 bulan6 jam2 jam> 36 bulam6 jam2 jamPersiapan PsikologiBayi dibawah usia 6 bulan tidak sulit dipisahkan dari orang tuanya dan mudah dapat menerima orang baru.

Bayi 6-12 bulan sudah mulai memperlihatkan adanya perhatian terhadap lingkungan. Perasaan takut atau cemas sudah mulai timbul dan perpisahan dengan kedua orang tuanya akan menimbulkan masalah tersendiri.

Anak balita/pra sekolah sangat peka terhadap keadaan rasa sakit berpisah dari orang tua dan keluarga, atau lingkungan dan cemas sekali apabila ada perubahan/kehilangan pada anggota tubuhnya. Tidaklah mengherankan apabila anak balita ini sering rewel, tidak kooperatif dan sulit diatur.

Anak usia sekolah (6-12 tahun) rasa takut, cemas dan khawatir menghadapi anestesia dan pembedahan masih tampak menonjol tetapi pada umumnya dapat kooperatif.

Teknik AnestesiPremedikasiTujuan utama pemberian premedikasi pada pediatrik yaitu untuk menghilangkan atau mengurangi trauma psikis akibat stress anestesi dan pembedahanInduksi InhalasiBayi usia dibawah 6 bulan menempelkan sungkup muka yang sesuai di muka bayi alirkan gas N2O/O2 dan gas volatil.

Bayi usia 6 bulan 5 tahun: dilakukan induksi metode Steal induction sungkup muka dipegang di depan muka anak dan kemudian dialirkan N2O/O2 dosis rendah (low flow) dialirkan pula gas anestesi volatil (missal halotan) dengan dosis 0,5 vol % yang dinaikkan secara bertahap setiap 0,5% sampai maksimal 4,0%.

Anak usia > 5 tahun induksi metode single breath induction. Sirkuit anestesia yang telah dipersiapkan diisi gas N2O/O2 (perbandingan 3:1) dan gas volatil (missal halotan dosis tinggi yaitu 4 vol %) ujung sirkuit ditutup agar tidak keluar Anak disuruh menarik nafas dalam kemudian disusul ekspirasi maksimal. Pada akhir ekspirasi, atau inspirasi lagi sungkup muka langsung dilekatkan di muka anak setelah tutup sirkuit dibuka terlebih dahulu. Biasanya anak akan tertidur 30-60 detik kemudian.

IntramuscularBagi anak yang tidak kooperatif sebaiknya dipilih cara induksi lewat intramuskular dengan ketamine dosis 4-10 mg/kgBB. Anak akan mulai tertidur 2-5 menit setelah suntikan. Sebaiknya bersama ketamine diberikan pula (bersama-sama) sulfas atropin 0,02 mg/KgBB atau glycopurrolate 0,01 mg/KgBB (atau diazepam 0,2 mg/KgBB) untuk mengurangi delirium pasca anestesi.

IntravenaAnak besar dan atau kooperatif dimana pemasangan kateter vena (venocath/abocath atau wing-neeedle) tidak sulit maka dapat dipilih metode induksi intravena dengan pentothal 2,5% dosis 4-6 mg/KgBB.

Kasus ini Digunakan anestesi umum dengan inhalasi endotrakeal oleh karena pasien belum kooperatif karena baru berusia 8 bulan.

Intra operatif Pemberian fentanyl 15 mg + sevoflurane 1,5 % memberikan agonis alfa adrenergik vasokontriktor PD meningkatkan tekanan darah 70/60 95/73

Persiapan kamar bedahSuhu sebaiknya sekitar 28-32C. Meja operasi diberi alas/selimut penghangat agar bayi tidak mengalami hipotermi. Servocontroled radiant warmer dengan monitoring ketat akan dapat memelihara suhu bayi selalu hangat dimana suhu kulit tidak melebihi 39C. Faktor lain yang harus diperhatikan untuk menghindari hipotermi antara lain gas yang diberikan selain lembab juga hangat. Demikian juga cairan atau darah sebelum diberikan sebaiknya dihangatkan dulu.

Intubasi EndotrakealPemasangan pipa endotrakeal (ET) bisa lewat oral (paling banyak) atau lewat nasal (harus atas indikasi kuat karena bisa merusak mukosa hidung dan menimbulkan perdarahan).

Intubasi ET dengan induksi inhalasi terlebih dahulu, sampai anestesi dalam, atau setelah pasien tertidur kemudian diberi pelemas otot non-depolarizer (suksinil kholin dosis 1-1,5 mg/KgBB) i.v. atau i.m.Rumatan/Pemeliharaan AnestesiaPada umumnya obat anestesia yang diberikan: N2O/O2 ditambah dengan halotan, desfluran, ethrane atau isoflurane sebagai suplemen ditambah pethidin atau fentanyl sebagai analgetika dan obat pelumpuh otot golongan non-depolarizer (pengkuronium, norcuron atau tracurium).Pernapasan pada umumnya dilakukan dengan napas kendali terutama pada operasi besar atau khusus dan lama.Pemantauan/monitoring organ-organ vitalPasca BedahEkstubasi ET tidak ada gangguan respirasi pada stadium III, penderita nafas spontan atau lewat stadium II pasca bedah (bayi/anak sudah aktif/meronta-ronta, buka mata, dll) untuk menghindari spasme laring. Bila timbul spasme laring ventilasi secara hati-hati, berikan lindoksin (1-1,5 mg/KgBB) intravena atau suksinil kholin 0,25 mg/KgBB i.v disusul ventilasi kendali. Mencegah timbulnya spasme laring dimiringkan (posisi lateral) agar sekret tidak berkumpul di depan pita suara.Awasi fungsi vital terutama pernafasan dan kesadaran.Upayakan suhu bayi/anak hangat, jagan sampai timbul hipotermia dan berikan oksigen lewat sungkup muka atau kateter kecil per nasal/pipa endotrakhea. Pantau terus saturasi O2 dengan menggunakan pulse oksimetri.Thank YouB1 : A: bebas; B: spontan; RR: 28x/m reguler; Inspeksi: pergerakan dada simetris ki=ka; Auskultasi: suara napas vesikuler ki=ka; Rh (-), Wh (-).

B2 : Akral hangat, kering, merah; TD: - mmHg; N: 128 x/m reguler, kuat angkat; Suhu: 36,7C; S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

B3 : Sadar, GCS: E4V5M6, pupil isokor, refleks cahaya +/+.

B4 : BAK kateter (+) 250 cc, urin warna kuning (+), darah (-).

B5 : Inspeksi: sikatriks (-), Palpasi: soepel, Auskultasi: BU

B6 : Fraktur (-), Edema (+/+).

B1 : A: bebas; B: spontan; RR: 20x/m reguler; Inspeksi: pergerakan dada simetris ki=ka; Auskultasi: suara napas vesikuler ki=ka; Rh (-), Wh (-).

B2 : Akral hangat, kering, merah; TD: -; N: 130 x/m reguler, kuat angkat; Suhu: 36,7C; S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

B3 : Sadar, GCS: E4V5M6, pupil isokor, refleks cahaya +/+.

B4 : BAK kateter (+) 250 cc, urin warna kuning (+), darah (-).

B5 : Inspeksi: sikatriks (-), Palpasi: soepel, Auskultasi: BU

B6 : Fraktur (-), Edema (-/-).