presentation 1

19
PATOFISIOLOG I INFEKSI JAMUR Disusun Oleh: Dewi Ayu. R Pembimbing: dr. Yanto Widiantoro, SpKK

Upload: ayu119dw

Post on 10-Apr-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qefwrgqfeeq

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation 1

PATOFISIOLOGI INFEKSI

JAMUR

Disusun Oleh:Dewi Ayu. R

Pembimbing: dr. Yanto Widiantoro,

SpKK 

Page 2: Presentation 1

PendahuluanDari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.

Page 3: Presentation 1

Pengertian Dermatofitosis adalah penyakit yang

disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan.

Dermatofit adalah sekelompok jamur yang memiliki kemampuan membentuk molekul yang berikatan dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk membentuk kolonisasi.

Page 4: Presentation 1

Infeksi jamur pada manusia dapat terjadi secara superfisial, subkutan, atau sistemik. Penyakit jamur pada penderita imunokompromais dapat digolongkan menjadi infeksi jamur superfisialis dan infeksi jamur invasif.

Page 5: Presentation 1

Etiologi

Page 6: Presentation 1

Epidemiologi Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor

epidemiologi yang penting, di mana prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih banyak dari wanita.

Adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya. Jamur penyebab tinea kapitis ditemukan pada sisir, topi, sarung bantal, mainan anak-anak atau bahkan kursi di gedung teater.

Page 7: Presentation 1

Patogenesis Jenis Jamur berdasarkan penularannya

Page 8: Presentation 1

Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada keratinosit, penetrasi melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon pejamu.

Page 9: Presentation 1

PERLEKATAN DERMATOFIT PADA KERATINOSIT

Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6 jam, dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur ini di stratum korneum

Page 10: Presentation 1

Epidermomikosis dan trikhomikosis.

Page 11: Presentation 1

PENETRASI DERMATOFIT MELEWATI DAN DIANTARA SEL

Page 12: Presentation 1

MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK Struktur, keratinisasi, dan proliferasi

epidermis, bertindak sebagai barrier terhadap masuknya dermatofit

Stratum korneum secara kontinyu diperbarui dengan keratinisasi sel epidermis sehingga dapat menyingkirkan dermatofit yang menginfeksinya. Proliferasi epidermis menjadi benteng pertahanan terhadap dermatofitosis, termasuk proses keradangan sebagai bentuk proliferasi akibat reaksi imun yang dimediasi sel T.

Page 13: Presentation 1

Adanya akumulasi netrofil di epidermis

secara makroskopi berupa pustul, secara mikroskopis berupa mikroabses epidermis yang terdiri dari kumpulan netrofil di epidermis, dapat menghambat pertumbuhan dermatofit melalui mekanisme oksidatif.

Page 14: Presentation 1

Adanya substansi anti jamur

unsaturated transferrin dan 2-makroglobulin keratinase inhibitor dapat melawan invasi dermatofit

Page 15: Presentation 1

MEKANISME PERTAHANAN SPESIFIKDapat membangkitkan baik imunitas humoral maupun cell-mediated immunity (CMI). Pembentukan CMI yang berkorelasi dengan Delayed Type Hypersensitivity (DTH) biasanya berhubungan dengan penyembuhan klinis dan pembentukan stratum korneum pada bagian yang terinfeksi. Kekurangan CMI dapat mencegah suatu respon efektif sehingga berpeluang menjadi infeksi dermatofit kronis atau berulang. Respons imun spesifik ini melibatkan antigen dermatofit dan CMI.

Page 16: Presentation 1

Diagnosis

Penegakan diagnosis dapat diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan pemeriksaan dengan lampu wood pada spesies tertentu.

Pada pemeriksaan dengan KOH 10–20%, tampak dermatofit yang memiliki septa dan percabangan hifa. Pemeriksaan kultur dilakukan untuk menentukan spesies jamur penyebab dermatofitosis.

Page 17: Presentation 1

Pembagian Infeksi Jamur

Infeksi jamur kulit superfisial =

Dermatomikosis

Infeksi jamur kulit profunda

Page 18: Presentation 1
Page 19: Presentation 1