presentasi refarat om

18
Nama : Lisa Nim : J111 12 261 Pembimbing : Prof. Dr. drg. Sumintarti, MS DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 Pertimbangan Penanganan Kesehatan Mulut pada Pasien Diabetes Mellitus

Upload: adrian-yohanes

Post on 13-Apr-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

power point OM

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Refarat OM

N a m a : L i s aN i m : J 111 1 2 2 6 1P e m b i m b i n g : P r o f . D r. d r g . S u m i n t a r t i , M S

D I B AWA K A N D A L A M R A N G K A T U G A S K E PA N I T E R A A N K L I N I KB A G I A N I L M U P E N YA K I T M U L U T

FA K U LTA S K E D O K T E R A N G I G IU N I V E R S I TA S H A S A N U D D I N

M A K A S S A R2 0 1 6

Pertimbangan Penanganan Kesehatan Mulut pada Pasien

Diabetes Mellitus

Page 2: Presentasi Refarat OM

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus adalah penyakit yang insiden terjadinya meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun negara berkembang dan sekarang telah mencapai proporsi epidemik di seluruh dunia.

Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 penderita diabetes mellitus terbanyak di dunia. Meningkatnya penyakit ini di Indonesia, antara lain disebabkan oleh faktor genetik dan gaya hidup

Sejumlah penyakit dan kelainan rongga mulut dihubungkan dengan diabetes mellitus. Faktor resiko yang mungkin terjadi karena kontrol glikemik yang buruk dan perkembangan komplikasi klinis lainnya akibat diabetes.

Page 3: Presentasi Refarat OM

Kesehatan Mulut

• Rongga mulut tidak hanya meliputi gigi dan gingiva serta jaringan pendukungnya, ligamen, dan tulang, melainkan juga terdiri dari palatum durum dan molle, jaringan mukosa mulut yang melapisi mulut dan tenggorokan, lidah, bibir, kelenjar saliva, otot pengunyahan, rahang atas dan rahang bawah yang terhubung ke tengkorak dengan temporomandibular joints.

• Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan mulut adalah keadaan bebas dari kondisi nyeri oral-facial, kanker mulut dan faring (tenggorokan), lesi jaringan mukosa mulut, cacat lahir seperti bibir sumbing dan celah langit-langit, sejumlah penyakit lain dan gangguan yang mempengaruhi jaringan rongga mulut, gigi, dan kraniofasial.

Page 4: Presentasi Refarat OM

Kesehatan Mulut

• Rongga mulut merupakan cermin kesehatan dan tanda-tanda penyakit sistemik sering bermanifestasi dalam rongga mulut sebelum penyakit itu diketahui.

• Perubahan signifikan terjadi pada mikroflora mulut, kelenjar saliva, dan jaringan periodonsium pada rongga mulut karena terganggunya sistem imun yang terjadi selama hiperglikemia pada penderita diabetes. Lesi dapat berkembang pada mukosa mulut, lidah, gingiva, periodonsium, dan struktur lainnya dalam rongga mulut

Page 5: Presentasi Refarat OM

Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.

Istilah DM menggambarkan gangguan metabolisme dari beberapa etiologi yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

Page 6: Presentasi Refarat OM

Karakteristik DM

•Polidipsia

•Poliuria

•Polifagia

•Kehilangan berat badan

•Napas berbau aseton•Terjadi infeksi berulang

Page 7: Presentasi Refarat OM

Klasifikasi Diabetes Mellitus

1. DM Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)DM tipe ini ditandai dengan kerusakan autoimun idiopatik sel-beta pankreas, biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut. Karena pankreas tidak lagi menghasilkan insulin, penderita DM tipe ini sangat bergantung pada insulin eksogen untuk bertahan hidup.

2. DM Tipe 2 atau Non-dependent Insulin Diabetes Mellitus (NIDDM)DM tipe ini ditandai dengan resistensi insulin dan sekresi insulin yang kurang baik oleh sel-beta pankreas. Etiologinya multifaktorial, meliputi kecenderungan genetik, usia lanjut, obesitas, dan kurang olahraga. DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena gejalanya asimtomatik sehingga sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.

Page 8: Presentasi Refarat OM

Klasifikasi Diabetes Mellitus

3. Diabetes Mellitus GestasionalDM tipe ini terjadi selama masa kehamilan. Intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.

4. Diabetes Mellitus Tipe LainDM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada cacat genetik fungsi sel-beta, cacat genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, penyakit autoimun, dan obat-obatan atau bahan kimia yang dapat menyebabkan diabetes.

Page 9: Presentasi Refarat OM

Kriteria Diagnosis Diabetes

Pengukuran Nilai diagnostik untuk diabetes

Karakteristik

Hemoglobin glikosilasi (HbA1c)

≥ 6.5% Tes harus dilakukan di laboratorium dengan metode standar. Hal ini menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode 2-3 bulan

Glukosa plasma puasa

≥ 126 mg/dl (7.0 mmol/l)

Puasa didefinisikan tidak ada asupan kalori selama 8 jam

Glukosa plasma postprandial (2 jam setelah makan)

≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/l)

Tes harus dilakukan sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh WHO, menggunakan glukosa yang setara 75 g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air

Random plasma glucose

≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/l)

Page 10: Presentasi Refarat OM

Komplikasi Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut

1. Penyakit PeriodontalDiabetes diyakini mendukung terjadinya periodontitis melalui respon inflamasi berlebihan mikroflora periodontal. Faktor yang terlibat dalam peningkatan kerentanan pasien diabetes terhadap penyakit periodontal adalah perubahan dalam respon host, peningkatan jumlah mikroflora anaerob di subgingiva, perubahan vaskularisasi, metabolisme kolagen, cairan sulkus gingiva dan keturunan.

Page 11: Presentasi Refarat OM

Komplikasi Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut

2. GingivitisGingivitis adalah infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi jaringan di gingiva dan tulang yang mendukung gigi. Pada orang yang menderita diabetes, gingivitis cenderung lebih parah karena kemampuan untuk melawan infeksi rendah dan penyembuhan berlangsung lambat.

Page 12: Presentasi Refarat OM

Komplikasi Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut

3. Disfungsi Kelenjar SalivaDiabetes yang tidak terkontrol dapat menurunkan aliran saliva dan menyebabkan mulut kering. Kurangnya saliva dalam mulut memungkinkan bakteri terakumulasi. Komplikasi yang paling umum dari mulut kering atau xerostomia, meliputi kesulitan mengunyah, berbicara, menelan, dan kemampuan mengecap.

4. Infeksi JamurKandidiasis ditemukan berhubungan dengan kontrol glikemik yang buruk dan penggunaan gigi tiruan. Ini bisa disebabkan oleh xerostomia, peningkatan kadar glukosa saliva atau diregulasi kekebalan tubuh.

Page 13: Presentasi Refarat OM

Komplikasi Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut

5. Oral Burning dan Gangguan PengecapanRasa terbakar mungkin karena neuropati perifer, xerostomia, atau kandidiasis. Kontrol glikemik baik dapat mengurangi sensasi terbakar. Menurut laporan, lebih dari sepertiga dari semua orang dewasa yang menderita diabetes memiliki hipogeusia, contohnya persepsi rasa berkurang.

6. Penyakit Mukosa MulutBeberapa jenis lesi mukosa mulut, seperti lichen planus dan recurrent aphthous stomatitis, telah dilaporkan terjadi pada orang dengan DM. Pteron-Amerikanou dkk, melaporkan bahwa prevalensi oral lichen planus lebih tinggi pada pasien dengan dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita diabetes.

Page 14: Presentasi Refarat OM

Komplikasi Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut

7. Karies GigiBeberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien diabetes memiliki karies gigi lebih aktif dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita diabetes. Penurunan aliran saliva faktor risiko karies gigi karena dapat menyebabkan pH dalam rongga mulut menurun sehingga mikroorganisme dalam rongga mulut mudah berkembang.

Page 15: Presentasi Refarat OM

Pertimbangan Penanganan Gigi dan Mulut

1. Riwayat MedisSebelum perawatan gigi, dokter gigi harus mendapatkan riwayat medis yang baik yang menunjukkan jenis diabetes yang diderita dan frekuensi hipoglikemi atau komplikasinya.

2. Jadwal PertemuanUntuk pasien yang menerima terapi insulin, pertemuan sebaiknya dijadwalkan di pagi hari sehingga tidak bertepatan dengan puncak aktivitas kerja insulinnya, karena ini merupakan periode risiko maksimal terjadinya hipoglikemia.

Page 16: Presentasi Refarat OM

Pertimbangan Penanganan Gigi dan Mulut

3. DietHal ini penting bagi dokter untuk memastikan bahwa pasien sudah makan dengan normal dan mengkonsumsi obatnya seperti biasa. Jika pasien tidak makan pagi dan tetap mengkonsumsi insulin dengan dosis normal, maka risiko hipoglikemia akan meningkat.

4. Memantau Glukosa DarahTergantung pada riwayat medis pasien, obat-obatan dan prosedur yang akan dilakukan, dokter gigi mungkin perlu mengukur kadar glukosa darah sebelum memulai prosedur. Dokter gigi harus merujuk pasien dengan kadar glukosa darah yang meningkat secara signifikan untuk konsultasi medis sebelum melakukan prosedur dental.

Page 17: Presentasi Refarat OM

Rekomendasi Perawatan Klinik bagi Penderita Diabetes

1. Mengedukasi penderita diabetes tentang implikasi diabetes dan dampak dari diabetes yang tidak terkontrol pada tubuh dan terkhusus pada kesehatan mulut.

2. Melaporkan tanda-tanda penyakit gusi3. Menjaga oral hygiene yang baik:

a. Menyikat gigi minimal dua kali sehari dengan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride

b. Menggunakan dental floss c. Membersihkan lidah setiap harid. Menghindari obat kumur yang mengandung alkohole. Membersihkan gigi tiruan setiap hari

4. Mengedukasi penderita diabetes untuk sering dan banyak meminum air atau mengunyah permen karet tanpa gula ketika mulut terasa kering.

Page 18: Presentasi Refarat OM

Kesimpulan

Dokter gigi perlu untuk mengetahui penanganan medis pasien DM dan untuk mengenali tanda-tanda dan gejala penyakit DM dengan mengambil peran aktif dalam diagnosis dan pengobatan kondisi mulut terkait DM.

Penderita DM yang terkontrol dapat dirawat di klinik gigi dengan pertemuan yang dijadwalkan di pagi hari dan pasien diinstruksikan untuk tidak berpuasa agar mengurangi risiko terjadinya hipoglikemia.