presentasi morfogenesa sungai jeneberang

9
ogenesa Deformasi Geomorfologi Alur Su rah Aliran Sungai (DAS) Sungai Jeneber Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

Upload: aga-makassar

Post on 30-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Morfogenesa Deformasi Geomorfologi Alur SungaiDaerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Jeneberang

Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

Page 2: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Daerah aliran sungai (DAS) dalam perspektif keruangan merupakan bagian dari muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila hujan jatuh. (Sandy, 1996). Dalam DAS, terdapat karakteristik yang diperoleh dari air hujan yangjatuh terhadap penggunaan tanah. Hai ini dicirikan pada Daerah Aliran Sungai Jeneberang di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karakteristik yang paling mencolok tentu saja terhadap lahan pertanian dimana air dibutuhkan dalam aktivitas ini.

Page 3: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

I. PENDAHULUAN

Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (Van Zuidam,1983). Verstappen, (1983), mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk lahan (landforms) yang membentuk permukaan bumi, baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air dan penekanan dilakukan pada asal mula bentukan serta perkembangan di masa depan.

Page 4: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Daerah Aliran Sungai Jeneberang terletak pada 119o 23’ 50’’ BT – 119o56’10’’ dan 05o10’00’’– 05o26’00’’ LS dengan jumlah panjang sungai 1199,42 kilometer. Panjang sungai utama yang merupakan Sungai Jeneberang dari hulu hingga muara di Selat Makassar 78,75 km.

Lokasi longsor dinding kaldera Gunung Bawakaraeng terletak di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang dan material longsorannya menimbuni bagian hulu sungai tersebut. Sementara DAS Jeneberang merupakan daerah yang mengalirkan air yang jatuh di atas daerah tersebut ke aliran Sungai Jeneberang.

Sungai Jeneberang sendiri memiliki hulu sungai di sekitar puncak Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang pada ketinggian sekitar 1850 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sungai ini mengalir dari tengah pulau Sulawesi bagian selatan ke arah pantai barat Sulawesi Selatan, melalui Waduk Bilibili dan bermuara di bagian selatan Kota Makassar

Hal ini menyebabkan DAS Jeneberang seluas 820,28 km2 ini membentang dari timur ke barat diapit oleh DAS Tallo dan DAS Tangka di bagian utaranya, serta DAS Jenelata di bagian selatannya. Bentuk pola aliran sungai yang dendritik dengan dua cabang sungai besar yaitu Salo Malino di bagian utara dan Salo Kausisi di bagian selatan, menyebabkan bentuk DAS Jeneberang memanjang dari timur ke barat dengan bagian hulu yang lebih luas dan mengerucut ke arah waduk Bilibili setelah percabangan Salo Malino dan Salo Kausisi.

Page 5: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Bentuk bentangalam yang menonjol di sekitar hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Jeneberang adalah kerucut Gunungapi Lompobattang, yang menjulang mencapai ketinggian 2876 mdpl yang tersusun oleh batuan gunungapi berumur Plistosen (Sukamto & Supriatna, 1982). Bagian hilir DAS Jeneberang yang merupakan pesisir pantai barat Sulawesi Selatan merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut. Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar yang membentuk dataran banjir di daerah ini.

Satuan bentangalam yang terdapat pada DAS Jeneberang terdiri dari satuan bentangalam pegunungan, perbukitan, dataran banjir sungai dan dataran rendah pantai. Bentangalam pegunungan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl menempati sebagian besar bagian hulu sungai yaitu di bagian timur DAS. Satuan bentangalam pegunungan tersebut tersusun oleh Formasi batuan Gunungapi Baturape-Cindako dan Formasi batuan Gunungapi Lompobattang dengan kelerengan curam terutama di sekitar hulu Sungai Jeneberang yang mencapai kelerengan rata-rata 100 % yaitu pada tebing kawah sekitar puncak Gunung Bawakaraeng.

Page 6: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Satuan bentangalam perbukitan terdapat di bagian tengah DAS memanjang dari timur ke barat di sepanjang kiri dan kanan aliran sungai dengan ketinggian antara 50-1000 mdpl. Batuan penyusun satuan bentangalam ini terdiri dari Formasi Camba, retas Basal, batuan Gunungapi Baturape-Cindako dan batuan Gunungapi Lompobattang, dengan kelerengan agak curam hingga curam.

Dataran rendah pantai menempati hampir seluruh bagian hilir DAS yaitu di bagian pesisir pantai barat bagian selatan Pulau Sulawesi yang terdiri dari daerah berawa, daerah pasang surut, daerah endapan dan delta sungai yang berada pada ketinggian di bawah 50 mdpl dengan kelerengan landai (< 2 %) dan ditutupi oleh endapan aluvium dan pantai.

Page 7: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Karakteristik DAS Jeneberang.

Geologi

Pulau Sulawesi terdiri dari sebuah masif dengan banyak patahan-patahan. Batuan yang terdapat dimana umumnya batu gamping dengan permukaan kasar dan sulit diusahakan untuk pertanian. Sebagai contoh, pegunungan kapur Maros, Bone, dan juga Tana Toraja memperlihatkan bentuk-bentuk yang khas dengan ujungnya runcing- runcing. Pada lokasi dimana Daerah Aliran Sungai Jeneberang berada, secara fisik merupakan wilayah pegunungan Malino (Gunung Lampobatang), wilayah lipatan tersier selatan Combi dan wilayah dataran rendah aluvial selatan Makassar (Ujung Pandang) yang berakhir di Selat Makassar. Bagian hulu dari DAS Jeneberang didominasi batuan vulkanik yang berasal dari zaman halozen berada pada puncak Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, di bagian tengah batuan sedimen berselingan dengan batuan vulkanik (Formasi Camba), sedangkan di bagian barat atau di bagian hilir terdapat deposit dari alluvial.

Page 8: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

Geomorfologi DAS Jeneberang merupakan wilayah pegunungan Malino (Gunung Lompobattang), wilayah lipatan tersier selatan Combi dan wilayah dataran rendah aluvial selatan Makassar yang berakhir di Selat Makassar.

Jenis Tanah Dalam wilayah DAS Jeneberang terdapat 4 macam jenis tanah yaitu : 1. Andosol cokelat adalah umumnya berwarna hitam, kerapatan lindak kurang dari 0,85%

gr/cm3, banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik, dan biasanya terdapat pada wilayah miring agak berbukit sampai agak curam (bagian hulu).

2. Litosol Cokelat Kekuningan yaitu merupakan bagian dari tanah entisol yaitu masih menunjukkan asal bahan induk, jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horison. tekstur tanah beraneka ragam umumnya geluh hingga geluh berpasir, persebarannya pada wilayah berbukit atau berombak hingga agak miring atau bergelombang (bagian tengah).

3. Komplek mediteran kemerahan dan Latosol yaitu tanah dengan zarah-zarah lempung diendapkan pada horison B (berlempung) dan jenuh dengan basa (bagian tengah).

4. Aluvial yaitu jenis tanah yang terangkut oleh sungai dan setiap horison pada umumnya bertalihan dengan sejarah pegendapan, persebaran tanah ini umumnya di daerah bantaran sungai, danau ataupun delta sungai dengan kemiringan datar (bagian hilir).

Page 9: Presentasi Morfogenesa Sungai Jeneberang

KESIMPULAN Deformasi geomorfologi DAS Jeneberang di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh gerakan tanah Gunung Bawakaraeng. Selain itu tektonik bagian selatan juga berpengaruh terhadap pembentukan tatanan geomorfologi DAS Jeneberang.