presentasi geologi lingkungan

35
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 2013 ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN NGADIRGO, KELURAHAN WONOLOPO DAN KELURAHAN WONOPLUMBON DI KECAMATAN MIJEN BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan (TKP 250) Renny Desiana 21040112130051 Dwitantri Rezkiandini 21040112130071 Aulia Adhiyajna F. 21040112130089 Ferdianta Wahyu N. Pratama 21040112130097 Oktaviana Rahayu J. A. 21040112130099 Yosephine Purba 21040112140041 Fajar Hadhiyanto Wibowo 21040112140125 Kelompok IA

Upload: dwitantri-rezkiandini

Post on 11-Nov-2014

2.114 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi geologi lingkungan

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro Semarang

2013

ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN NGADIRGO, KELURAHAN WONOLOPO DAN KELURAHAN WONOPLUMBON DI KECAMATAN MIJEN BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan (TKP 250)

Renny Desiana 21040112130051

Dwitantri Rezkiandini 21040112130071

Aulia Adhiyajna F. 21040112130089

Ferdianta Wahyu N. Pratama 21040112130097

Oktaviana Rahayu J. A. 21040112130099

Yosephine Purba 21040112140041

Fajar Hadhiyanto Wibowo 21040112140125

Kelompok IA

Page 2: Presentasi geologi lingkungan

KER

AN

GK

A P

IKIR

2

Page 3: Presentasi geologi lingkungan

3

KER

AN

GK

A P

IKIR

Page 4: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS KONDISI NON FISIK

Page 5: Presentasi geologi lingkungan

5

PENDUDUK

Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Ngadirgo 2.496 2.296 4.792

Wonolopo 3.048 3.026 6.074

Wonoplumbon 1.945 1.904 3.849

Jumlah 7.489 7.226 14.715

Kelurahan Lahir Mati Imigrasi Emigrasi

Ngadirgo 93 39 141 68

Wonolopo 93 36 228 333

Wonoplumbon 70 21 86 46

Jumlah 256 96 1.255 447

Dengan jumlah kelahiran yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

kematian, maka dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun yang akan

datang, di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan Wonoplumbon akan terjadi ledakan

penduduk. Sebagai konsekuensinya, akan lebih banyak terjadi perubahan fungsi

lahan untuk lahan permukiman guna memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal.

Page 6: Presentasi geologi lingkungan

6

PENDIDIKAN

Pendidikan Ngadirgo Wonolopo Wonoplumbon

Tidak Sekolah 29 438 169

Tidak Tamat SD 586 373 222

Belum Tamat SD 363 466 245

Tamat SD 797 649 994

Tamat SMTP 1.000 1.292 998

Tamat SMTA 1.270 1.699 851

Tamat Akademi/DIII 68 613 64

Tamat Perguruan Tinggi 82 182 33

Jumlah 4.195 5.712 3.516

Dari angka-angka pada tabel di bawah bahwa tingkat kesadaran

penduduk akan pentingnya pendidikan masih cukup rendah. Hal ini

sangat berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat yang

sangat sulit untuk berkembang.

Page 7: Presentasi geologi lingkungan

7

PEREKONOMIAN

Jenis Pekerjaan Kelurahan

Ngadirgo

Kelurahan

Wonolopo

Kelurahan

Wonoplumbon

Jumlah

Buruh Industri 950 237 420 1.607

Buruh Bangunan 596 221 11 828

Pedagang 279 225 31 535

Angkutan 16 26 5 47

PNS/ABRI 56 115 19 190

Pensiunan 14 128 10 152

Jasa/Lainnya 5 1 0 6

Jumlah 1.916 953 496 3.365

Penduduk yang bekerja di sektor non formal (buruh, pedagang >50%) lebih besar

dibanding sektor formal (PNS/ABRI) tingkat perekonomian masih rendah (berkaitan

dengan tingkat pendidikan).

Page 8: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS KONDISI FISIK 9 ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

Page 9: Presentasi geologi lingkungan

MORFOLOGI

Bukit di Kelurahan Ngadirgo

Salah satu bentang alam di Kelurahan Wonoplumbon

PERBUKITAN LANDAI

STRUKTURAL TERDENUDASI

• Memiliki ketinggian 30 – 500 mdpl dan

secara umum memiliki kelerengan 2 – 15%

PERBUKITAN LANDAI

• Terdapat indikasi sesar dan kekar yang

terstruktur yang terjadi karena adanya

struktur geologi STRUKTURAL

• Terjadi banyak proses denudasional, seperti

proses pelapukan, erosi dan longsoran

TERDENUDASI

Kelebihan

Cocok untuk pertanian dan perkebunan.

Kelemahan

Bentangalam denudasional Tidak memiliki

susunan pengikat batuan dan tanah yang

kompak, sehingga akan mudah mengalami

pelapukan, erosi dan longsoran.

Page 10: Presentasi geologi lingkungan

10

TO

PO

GR

AFI K

ELE

REN

GA

N

Page 11: Presentasi geologi lingkungan

TOPOGRAFI KELERENGAN Kelerengan Lokasi Kondisi

Eksisting Analisis

0-8% Kelurahan Ngadirgo bagian timur

Kawasan perkebunan karet dan pemukiman

Sebagian perkebunan telah dikonversi menjadi kawasan real estate BSB

8-15% Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, Wonoplumbon

Kawasan pemukiman, perkebunan, dan pertanian

• Di pinggir S. Plumbon untuk irigasi sawah.

• Pemukiman dan perkebunan jauh dari sungai.

15-25% Bagian barat Ngadirgo, bagian barat Wonolopo, bagian barat Wonoplumbon

Kawasan perkebunan, hutan, pertanian, pemukiman

Adanya pemukiman di kelerengan ini kurang tepat karena rentan terjadi longsor.

25-40% Bagian selatan Wonoplumbon

Kawasan perkebunan dan hutan

Dapat dijadikan kawasan lindung dan kawasan penyangga. Namun, hanya dijadikan sebagai kawasan penyangga.

>40% Barat daya Wonoplumbon

Perkebunan, hutan, pertanian

Dapat dijadikan kawasan lindung dan kawasan penyangga. • Terjadi penebangan hutan

untuk perkebunan. • Pertanian memanfaatkan S.

Blorong.

Page 12: Presentasi geologi lingkungan

12

LITO

LOG

I JE

NIS

BA

TU

AN

Page 13: Presentasi geologi lingkungan

13

LITO

LOG

I JE

NIS

TA

NA

H

Page 14: Presentasi geologi lingkungan

LITOLOGI BATUAN SEDIMEN DAN

TANAH LATOSOL

Tanah latosol coklat tua di

Wonoplumbon

Tanah lempung di

Wonoplumbon

Batu lanau di sempadan

Sungai Blorong Kelurahan

Wonoplumbon

• Batuan lempung dan lanau kurang

cocok untuk didirikan bangunan karena

tidak memiliki daya ikat antar batuan

yang tidak kompak.

• Tanah latosol (dari pasir & breksi)

cukup baik dalam menahan air dan

tahan terhadap erosi cukup baik

untuk dibangun bangunan dengan

bobot tidak besar di atasnya.

sangat mudah mengalami penguapan

air mudah mengalami kekeringan

daya ikat antar elemen matriks

penyusun tanah kurang solid

longsor.

merupakan tanah yang bersifat

gembur cocok untuk tanaman

tahunan, perkebunan, persawahan.

Page 15: Presentasi geologi lingkungan

15

STR

UK

TU

R G

EO

LOG

I

Page 16: Presentasi geologi lingkungan

STRUKTUR GEOLOGI

SESAR NORMAL

• Jalur sesar ini melintang bagian barat daya

menuju ke arah utara Kelurahan Wonoplumbon

dan berbelok ke bagian barat Kelurahan

Ngadirgo dan sebelah selatan Kelurahan

Wonoplumbon.

• Tidak ditemukan bentukan asli sesar, namun

ditemukan zona sesar tebing sungai dan

kelokan sungai yang tajam.

• Titik lokasi pembangunan harus dibuat jauh dari

sempadan Sungai Blorong guna meminimalisir

terjadinya bahaya longsor akibat terjangan

arus Sungai Blorong yang cukup deras.

Struktur geologi kekar di

Kelurahan Wonoplumbon

Struktur geologi kekar pada

batuan lanau

Indikasi zona lintasan sesar di

tebing sungai Kelurahan

Wonoplumbon

Page 17: Presentasi geologi lingkungan

STRATIGRAFI

Stratigrafi di sekitar Sungai Blorong yang sudah mengalami erosi tebing sungai

• FORMASI KALIGETAS (batu breksi,

batu pasir tufan dan batuan lempung) di

sempadan Sungai Blorong dan bagian timur

Wonoplumbon

• ENDAPAN ALLUVIUM (batuan

sedimen dasar dan batuan breksi). Di beberapa

tempat, beberapa batuan telah mengalami

pelapukan.

• FORMASI KEREK (batu lempung, batu

breksi dan batu konglomerat) di Kelurahan

Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon,

stratigrafi penyusun batuannya tidak dapat

teridentifikasi dengan jelas

Page 18: Presentasi geologi lingkungan

18

HID

RO

LOG

I

Page 19: Presentasi geologi lingkungan

HIDROLOGI

Bentang alam Sungai Blorong

Pemanfaatan Sungai Blorong sebagai irigasi sawah

Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan

Wonoplumbon dialiri oleh dua sungai yaitu

Sungai Blorong dan Sungai Plumbon.

• Sungai Blorong jauh lebih deras dan

memiliki lebar sungai yang cukup

panjang sekitar 3-5 meter.

• Sungai Plumbon sudah mengalami

proses penutupan tebing dengan

bahan konstruksi dan memiliki aliran

air yang relatif tenang dengan lebar

sungai berkisar 1 sampai 2 meter

saja.

Page 20: Presentasi geologi lingkungan

KLIMATOLOGI

Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya

tanaman karena tanaman akan mendapat

pasokan air cukup banyak dari air hujan,

juga jenis tanah latosol.

Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan

Wonoplumbon memiliki curah hujan 27,7-34,8

mm/tahun Tinggi

Page 21: Presentasi geologi lingkungan

21

HID

RO

GEO

LOG

I

Page 22: Presentasi geologi lingkungan

HIDROGEOLOGI

Pemanfaatan akuifer dangkal

AKUIFER PRODUKTIF SEDANG &

AKUIFER PRODUKTIF KECIL

Produktivitas akuifer sedang debit air

lebih dari 10 liter/detik cadangan air

tanah terbilang banyak baik untuk

sumber air kawasan pemukiman, pertanian

lahan basah, perkebunan (penggalian sumur dapat dilakukkan sampai

kedalaman 10-15 meter)

Produktivitas akuifer kecil setempat air

tanah dangkal terbatas tidak cocok

untuk lahan pertanian (dengan

memanfaatkan air tanah) melainkan

dimanfaatkan sebagai pertanian dengan

memanfaatkan irigasi sungai dan juga

memanfaatkan curah hujan yang tinggi.

Page 23: Presentasi geologi lingkungan

23

BA

HA

YA

GEO

LOG

I G

ER

AK

AN

TA

NA

H

Page 24: Presentasi geologi lingkungan

BAHAYA GEOLOGI

Bahaya geologi erosi tanah Bahaya geologi longsoran pada tebing

Bahaya geologi terkait proses denudasional yang mengakibatkan terjadinya pelapukan

pada batuan. Akibat pelapukan ini adalah tanah dan batuan tidak memiliki daya ikat

tanah/batuan yang solid atau memiliki tingkat kompaksi antar matriks yang rendah. Hal ini

akan memicu terjadinya bahaya geologi erosi dan longsoran, terutama pada lereng curam.

Page 25: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS TATA GUNA LAHAN

25

Page 26: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS SKORING

26

Kategori

Kelerengan Skor Curah Hujan Skor

Jenis

Tanah Skor

Skor

Total Fungsi Kawasan Lokasi

0-2% 20

27,7-34,8

mm3/hari 40 Latosol 30

90 Budidaya

Kelurahan Ngadirgo 2-15% 40 110 Budidaya

15-25% 60 130 Penyangga

2-15% 40 27,7-34,8

mm3/hari 40 Latosol

30 110 Budidaya

Kelurahan

Wonolopo 15-25% 60 130 Penyangga

2-15% 40

27,7-34,8

mm3/hari 40 Latosol 30

110 Budidaya

Kelurahan

Woonoplumbon

15-25% 60 130 Penyangga

25-40% 80 150 Penyangga

>40% 100 170 Penyangga

Page 27: Presentasi geologi lingkungan

27

Internal

Eksternal

STRENGTH 1. Jenis tanah latosol yang memiliki tingkat

kesuburan yang cukup bagus

2. Terdapat DAS Blorong yang cukup deras

alirannya

3. Akuifer produktif sedang

4. Curah hujan tinggi

5. Kawasan budidaya yang lumayan

mendominasi

WEAKNESS 1. Gerakan tanah yang kurang stabil di beberapa

tempat

2. Daya ikat tanah yang kurang solid

3. Tingkat kelerengan landai sampai agak curam

4. Rawan terjadi longsor dan erosi tebing sungai

OPPORTUNITIES 1. Peraturan tentang tata guna lahan

yang jelas

2. Peningkatan teknologi di masa yang

akan datang

3. Peningkatan penanaman modal

atau investasi

1. Dapat dilakukan suatu kegiatan atau program

agrobisnis, agrowisata atau kegiatan berbasis

pertanian seperti perkebunan, pertanian. Hal

ini dilakukan agar dapat meningkatkan tingkat

perekonomian warga dan juga tingkat

perekonomian Kecamatan Mijen secara umum.

2. Dapat dijadikan pemukiman pada kawasan

budidaya dengan tetap berlandaskan

peraturan pemerintah dan keadaan kondisi

lingkungan.

1. Mengadakan suatu kerja sama antara

pemerintah dengan pihak swasta yang

mengerti dan memahami kondisi fisik suatu

wilayah agar pembangunan yang dilakukan

lebih terstruktur dan tetap memperhatikan

kondisi fisik lingkungan.

2. Pembangunan yang dilakukan harus dilakukan

dengan perhitungan yang detail mengenai

pengaruh bahaya-bahaya yang dapat

ditimbulkan, seperti dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna.

THREAT 1. Adanya penggunaan lahan yang

menyalahi aturan tata ruang

wilayah

2. Alih fungsi kawasan di sekitar

daerah aliran sungai

3. Jumlah penduduk akan semakin

bertambah

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk,

kebutuhan akan tempat tinggal juga akan

meningkat, penentuan lokasi yang diperuntukka

kawasan permukiman sangat diperlukan, agar

sesuai dengan aspek tata guna lahan yang telah

ditentukan oleh RTRW dan juga sesuai dengan

kondisi fisik daerah yang akan dijadikan

pemukiman tersebut. Guna meminimalisir adanya

bahaya yang datang di kemudian hari.

1. Tidak melakukan pengrusakan vegetasi di

daerah sekitar aliran sungai agar tidak terjadi

longsor di tebing sungai. Dan juga agar daerah

resapan air dapat terjaga keberadaannya.

2. Pembangunan yang dilakukan harus

memperhatikan aspek lingkungan agar dapat

meminimalisir bahaya geologi yang dapat

terjadi

ANALISIS SWOT

Page 28: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

28

Kelurahan Kondisi Eksisting

Fungsi Kawasan

Potensi dan Kendala Menurut RTRW Kota Semarang

Analisis

Kelurahan Ngadirgo

Permukiman, Perkebunan, Hutan produksi Tetap

Budidaya

dan

Penyangga

Tingkat kelerengan datar sampai

landai

Tanah latosol coklat kemerahan

Akuifer produktif sedang

Kawasan budidaya yang sangat luas

Gerakan tanah menengah

Erosi dan longsor di beberapa titik

lokasi

Budidaya dan penyangga

Kondisi Eksisting di Kelurahan Kelurahan Ngadirgo sedikit berbeda dengan fungsi kawasan dan RTRW Kota Semarang. Beberapa lokasi yang tadinya merupakan kawasan perkebunan dan hutan produksi tetap telah berubah menjadi kawasan permukiman.

Kelurahan Wonolopo

Permukiman, Perkebunan, Hutan produksi tetap, pertanian, lahan kosong

Budidaya dan Penyangga

Tingkat kelerengan landai yang cukup

luas

Tanah latosol coklat kemerahan

Akuifer produktif sedang

Kawasan budidaya yang sangat luas

Gerakan tanah sangat rendah dan

rendah

Erosi dan longsor di beberapa titik

lokasi

Penggunaan lahan yang menyalahi

aturan di beberapa lokasi

Budidaya dan penyangga

RTRW Kota Semarang menunjukkan bahwa pada daerah ini digunakkan sebagai kawasan budidaya dan penyangga. Namun jika dilihat pada kondisi eksisting, di daerah ini sebagian besar digunakan untuk pemukiman, tegalan dan perkebunan. Selain itu sebagian kecil digunakan untuk hutan produksi tetap. Tetapi ada beberapa lokasi di sebelah selatan Kelurahan Wonolopo yang sudah mengalami perubahan tata guna lahan. Seperti kawasan perkebunan yang menjadi kawasan permukiman.

Kelurahan Wonoplumbon

Dominasi Kawasan Hutan, Perkebunan dan sedikit kawasan permukiman

Dominasi Penyangga, kawasan budidaya

Banyak kawasan penyangga

Debit air sungai yang bisa dijadikan

sebagai sumber irigasi

Erosi dan longsor di pinggir sungai

Beberapa tanah yang terdiri dari

tanah lempung

Kelerengan dari agak curam sampai

sangat curam

Kurangnya fasilitas infrastruktur jalan

Budidaya dan Penyangga

RTRW Kota Semarang menunjukan bahwa pada daerah ini digunakan sebagai budidaya dan penyangga. Namun sebagian besar lahan ada beberapa kawasan penyangga di sekitar sempadan sungai yang tadinya merupakan lahan hutan, telah berubah menjadi kawasan perkebunan warga. Bahkan ada beberapa hutan yang telah ditebang untuk diambil kayunya dan dibiarkan menjadi kawasan hutan gundul.

Page 29: Presentasi geologi lingkungan

ANALISIS FUNGSI KAWASAN

29

PETA ANALISIS FUNGSI KAWASAN

Page 30: Presentasi geologi lingkungan

ARAHAN TATA GUNA LAHAN BARU

30

Page 31: Presentasi geologi lingkungan

REKOMENDASI, ARAHAN, DAN KESIMPULAN

Page 32: Presentasi geologi lingkungan

32

REKOMENDASI

Pemerintah harus bertindak tegas terhadap peralihan suatu lahan yang berdampak negatif

kepada alam dan makhluk hidup.

Masyarakat sekitar harus dapat menjaga kelestarian lingkungan.

Masyarakat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon hendaknya tidak

membangun pemukiman pada daerah yang memiliki tingkat gerakan tanah yang tidak

stabil.

Masyarakat yang melakukan pengeboran air tanah hendaknya melakukan dengan sangat

bijaksana.

Pemerintah dapat memberdayakan masyarakat Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan

Wonoplumbon untuk mengoptimalkan pemanfaatan tanah latosol serta aliran sungai yang

memiliki debit air tinggi dalam sektor pertanian dan perkebunan.

Page 33: Presentasi geologi lingkungan

33

ARAHAN KEBIJAKAN

Pemerintah harus segera membuat peraturan mengenai hukuman

atau sanksi yang diberikan kepada individu ataupun sekelompok

orang yang melakukan alih fungsi lahan yang tidak sesuai

dengan kondisi fisik wilayah dan tidak sesuai dengan peraturan

tata ruang wilayah yang telah dibentuk.

Pemerintah tidak boleh memberikan izin terhadap oknum-oknum

yang berkeinginan melakukan pembukaan lahan atau melakukan

alih funsgsi kawasan, baik dari kawasan penyangga menjadi

kawasan budidaya atau bahkan dari kawasan lindung menjadi

kawasan budidaya.

Page 34: Presentasi geologi lingkungan

34

KESIMPULAN

Potensi geologi yang dimiliki oleh Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon

adalah kondisi tanah latosol yang merupakan tanah yang memiliki unsur hara yang rendah

sampai menengah, terdapat pada dua daerah aliran sungai yang memiliki debit air yang

cukup tinggi dan kondisi air tanah dengan produktifitas sedang. Sedangkan kendala yang

terdapat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon adalah adanya gerakan

tanah mulai dari gerakan tanah rendah hingga menengah yang sewaktu-waktu dapat

mengakibatkan terjadinya longsor.

Terkait dengan keadaan aspek geologi serta potensi kendala yang dimiliki Kelurahan

Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon dengan aspek perencanaan wilayah dan kota,

maka akan didapatkan suatu output kesesuaian lahan yang mana pada Kelurahan

Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon memiliki kesesuaian lahan sebagai kawasan

budidaya dan juga kawasan penyangga. Pada keadaan eksisting, kawasan budidaya

pada Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon banyak dimanfaatkan oleh

warga sebagai kawasan permukiman, pertanian, perkebunan dan tegalan. Sedangkan

untuk kawasan penyangga yang banyak ditemui pada daerah aliran Sungai Blorong

dimanfaatkan sebagai kawasan hutan non produksi dan hutan produksi tetap.

Page 35: Presentasi geologi lingkungan

TERIMA KASIH