present as iss

22
IRREGULAR WARFARE: INSURGENSI DAN TERORIS Disusun untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Studi Strategi Dosen pengampu Bpk. Yusli Effendi Disusun oleh: 1. Friska Dwi Laraswati 0811240047 2. Iswandhari Widyas 0811243028 3. M. Ibram N 0811240052 4. Yoggy Satriya 0811243062 PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Upload: friskadlaras

Post on 04-Jul-2015

265 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Present as Iss

IRREGULAR WARFARE:

INSURGENSI DAN TERORIS

Disusun untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Studi Strategi

Dosen pengampu Bpk. Yusli Effendi

Disusun oleh:

1. Friska Dwi Laraswati 08112400472. Iswandhari Widyas 08112430283. M. Ibram N 08112400524. Yoggy Satriya 0811243062

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: Present as Iss

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum tahun 1990an, tepatnya sebelum Uni Soviet runtuh dan digantikan oleh

Rusia, masyarakat dunia telah disibukkan oleh berbagai macam peperangan terbuka

secara langsung oleh Negara-negara di dunia. Terjadinya peperangan terbuka

membuat banyak penstudi serta Negara-negara yang memikirkan jalan atau cara-

cara untuk menyelesaikan konflik atau masalah melalui mekanisme-mekanisme

penyelesaian konflik secara fisik maupun non-fisik. Penyelesaian konflik secara

fisik biasa dilakukan dengan diturunkannya pasukan perdamaian didaerah konflik

dan penyelesaian konflik melalui jalan non fisik biasa dilakukan dengan

menggunakan jalur diplomasi, negosiasi ataupun perjanjian perdamaian.

Penyelesaian menjadi mudah ketika pihak-pihak yang bertikai secara nyata terlihat

dan jelas sehingga mekanisme penyelesaian masalah dapat segera dilakukan

walaupun pada kenyataannya selalui menghadapi kesulitan. Peperangan pada masa

ini adalah peperangan tradisional konvensional yang menggunakan perangkat

militer antar Negara.

Pada era globalisasi, dimana tiap Negara mulai menjadi demokratis maka tiap

Negara akan selalu berpikir rasional dalam meraih tujuan dengan melakukan

kerjasama dengan Negara lain. Hal ini kemudian menghindarkan Negara-negara

demokratis di dunia untuk menjauhkan diri dari perang yang secara rasional akan

merugikan Negara mereka sendiri secara material maupun non-material. Pada masa

demokratisasi Negara-negara berkembang yang terus terjadi pada masa ini, banyak

Negara-negara yang secara struktur dan institusional belum mapan. Menurut

Clausewitz, ada tiga dasar politik yang dapat mengakibatkan perang ataupun konflik

yakni masyarakat, Negara dan pasukan atau militer. Ketika sutau Negara masih

belum memiliki kemapanan pemerintahan atau saat pemerintah tidak dapat

memerintah rakyat secara efektif sehingga tidak dapat merepresentasikan keinginan

masyarakat maka pemerintahan atau Negara tersebut juga tidak dapat menopang

pasukan atau militer mereka. Saat hal ini terjadi, maka satu-satunya elemen yang

masih bertahan adalah masyarakat yang kemudian akan membentuk kompetisi

Page 3: Present as Iss

budaya atau kompetisi komunitas etnis. Hal inilah yang menginisiasi terjadinya

irregular warfare. Pada makalah ini penulis mencoba menjelaskan mengenai

irregular warfare, serta bentuk-bentuk dari irregular warfare itu sendiri seperti

insurgensi dan teroris.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Irregular warfare?

1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan Insurgensi?

1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan Terroris?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Irregular warfare.

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Insurgensi.

1.3.3 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Teroris.

Page 4: Present as Iss

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Irregular warfare

Ada dua bentuk peperangan yakni regular warfare dan irregular warfare.

Regular warfare adalah peperangan yang terjadi antara pasukan militer antar Negara.

Peperangan yang terjadi antar kapabilitas perangkat militer Negara yang dapat

berlangsung di darat, laut ataupun udara. Sedangkan irregular warfare adalah

peperangan antara pasukan militer yang dimiliki oleh Negara-negara melawan entitas

politik dibawah Negara. Ada beberapa varian definisi atau pengertian dari irregular

warfare, namun salah satunya yakni:

“Irregular warfare is a form of warfare that has as its objective the

credibility and/or legitimacy of the relevant political authority with the

goal of undermining or supporting that authority. Irregular warfare

favors indirect approaches, though it may employ the full range of

military and other capabilities to seek asymmetric approaches, in order

to erode an adversary’s power influence, and will.”

Definisi ini bermakna irregular warfare adalah sebuah bentuk peperangan

yang memiliki legitimasi dan kredibilitas untuk mendukung atau mengkonter

otoritas politik saat itu. Irregular warfare menggunakan pendekatan yang tidak

langsung walaupun menggunakan kekuatan militer atau kapabilitas lain dengan

tujuan untuk mengikis atau mengurangi pengaruh atau kemampuan lawan.

Irregular warfare merupakan peperangan yang dilakukan oleh entitas politik

dibawah Negara demi meraih suatu tujuan politik tertentu.

Sebelum menganalisa lebih jauh mengenai irregular warfare, baiknya kita

membedakan antara irregular warfare dengan traditional warfare. Perbedaan

antara irregular warfare dan traditional warfare terletak pada fokus utamanya,

traditional warfare fokus pada Negara dan pasukan militernya sedangkan

irregular warfare fokus pada Negara dan masyarakatnya. Traditional warfare

bertujuan untuk mencari perubahan dalam kebijakan dan praktek suatu

Page 5: Present as Iss

pemerintahan dengan menekan kunci pemimpin pemerintahan atau mengalahkan

pemerintahan. Sedangkan irregular warfare bertujuan untuk merendahkan atau

menekan suatu kelompok, pemerintahan, atau ideology dengan mempengaruhi

populasi atau masyarakat yang merupakan pusat perhatian/gravity. Fokus dari

irregular warfare bukan pada sisi militer ataupun kehancuran kapabilitas musuh

atau lawan (state atau non-state).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan Irregular

warfare yakni dengan melihat actor, metode dan tujuan strateginya. Deskripsi dapat

dilihat melalui table berikut ini:

Page 6: Present as Iss

Irregular warfare merupakan peperangan yang dilakukan oleh pihak bukan

Negara seperti suatu bangsa dalam Negara, suatu entitas dalam Negara ataupun actor

transnational yang melewati batasan Negara. Metode yang dilakukan melalui

pendekatan tidak langsung dan dilakukan dengan cara-cara tradisional. Tujuan strategis

dari irregular warfare adalah untuk meraih kredibilitas, legitimasi dan dukungan dari

masyarakat sebagai center of the gravity. Salah satu bentuk dari irregular warfare

adalah teroris dan insurgensi. Kedua bentuk irregular warfare ini dapat dianalisa

melalui waktu, ruang, dukungan, legitimasi atau pengakuan. Waktu merupakan elemen

paling penting yang dibutuhkan oleh teroris dan insurgensi untuk memperlihatkan

komitmen, konsistensi dalam rangka meraih legitimasi, dan dukungan dari berbagai

pihak. Dengan waktu yang cukup, insurgensi atau teroris dapat mengatur diri dalam

membentuk institusi atau organisasi yang terstruktur, mengumpulkan dukungan dan

dana, serta mengatur strategi sehingga memiliki mampu melawan pemerintah atau

entitas politik tertentu.

Selain waktu, elemen lain yang juga penting adalah ruang. Ruang akan

menentukan waktu dan tempat bagi insurgensi ataupun teroris untuk melakukan

penyerangan. Ruang atau tempat juga akan memberikan dasar bagi insurgensi ataupun

teroris untuk menentukan, mengatur diri mereka sendiri dalam melakukan penyerangan

atau menyusun strategi dalam melakukan oenyerangan. Ruang yang dikuasasi juga akan

memperlihatkan otoritas yang kemudian menjadi titik perlawanan dari pemerintah atau

untuk mempermudah pemerintah dalam menandai markas insurgensi ataupun teroris.

Dukungan atau support juga menjadi elemen yang tidak kalah penting karena

keberhasilan aksi teoris atau insurgensi akan dipengaruhi oleh dukungan yang dimiliki

atau diperoleh dari pihak lain. Teroris dan insurgensi membutuhkan perlengkapan

perang, kebutuhan dasar seperti makanan, air dan juga obat-obatan untuk bertahan

dalam situasi konflik yang pada dasarnya tidak dapat diperoleh tanpa adanya bantuan

atau dukungan dari pihak lain. Namun, dukungan bagi insurgensi ataupun teroris hanya

akan didapat jika insurgensi atau teoris tersebut mendapatkan pengakuan atau legitimasi

dari pihak lain dalam perjuangan yang dilakukan. Elemen terakhir ini juga menjadi

factor yang penting untuk mempertahankan atau menopang pergerakan perjuangan yang

dilakukan. Teroris dan insurgensi perlu memberikan alasan yang tepat dalam aksi atau

perjuangan yang dilakukan. Mereka sering melegitimasi penggunaan kekerasan yang

Page 7: Present as Iss

mereka lakukan dengan alasan superioritas moral terhadap pemerintahan serta

menyebarkan pesan-pesan yang sifatnya persuasive. Hal ini jelas dilakukan mereka

untuk memperoleh dukungan dan legitimasi atas tindakan yang mereka lakukan.

Ada tiga hal paling mendasar yang perlu dicermati dalam rangka melawan aksi

atau perjuangan teroris dan insurgensi oleh pemerintah yakni lokasi, isolasi dan

pembasmian. Hal yang paling penting dalam kampanye melawan teoris ataupun

insurgensi adalah menegaskan bahwa ancaman dari mereka benar-benar ada. Dengan

disadarinya lokasi yang pasti atas keberadaan teoris ataupun insurgensi, pasukan suatu

Negara akan mempercepat perlawanan secra fisik maupun non fisik. Pembasmian

teroris dan insurgensi pada lokasi yang tepat harus segera dilakukan sebelum mereka

melakukan tindakan yang merugikan terlebih dahulu karena terlalu lama membiarkan

teroris ataupun insurgensi akan menyebabkan mereka dapat mengembangkan

kapabilitas mereka sehingga akan sulit untuk melakukan perlawanan terhadap mereka.

Selanjutnya isolasi, mengisolasi insurgensi dan teroris dari dukungan dasar yang

mereka miliki mungkin menjadi elemen paling penting dalam rangka upaya menghabisi

mereka. Saat suatu entitas politik dapat mengisolasi teroris ataupun insurgensi dari

pendukung dasar mereka, maka lambat laun mereka akan kehabisan dana taupun

keperluan lainnya untuk bertahan dan konsisten dalam melakukan perlawanan. hal ini

jelas merupakan cara yang tepat dalam menghentikan perjuangan dari mereka.

Yang terakhir adalah eradikasi atau pembasmian, setelah insurgensi dan

pemberentok tidak dapat bertahan akibat isolasi yang dilakukan hal terakhir yang perlu

dilakukan adalah melakukan pengrusakan secara fisik terhadap mereka. Hal ini

dilakukan agar mereka tidak lagi dapat melakukan pemberontakan ataupun tindakan

terror. Namun hal ini menjadi pernyataan dari kalangan demokratis, karena pengrusakan

berupa kekerasan ataupun pembunuhan merupakan sebuah pelanggaran terhadap HAM.

Pemikiran ini kemudian menghasilkan metode lain yang lebih pasif dalam

menghentikan gerakan teoris maupun insurgensi. Metode ini menggunakan metode

teknik peperangan psikologis, jaminan amnesty, pemberian dana tunai ataupun tanah

yang mereka perjuangkan untuk menyadarkan bahwa perjuangan mereka sia-sia.

Page 8: Present as Iss

Awalnya irregular warfare didefinisikan sebagai dengan penggunakan kekerasan oleh

sekoelompok orang dengan tujuan politik, namun saat ini banyak ahli yang berpendapat

bahwa konflik irregular warfare tidak hanya dilakukan dengan tujuan politik. Beberapa

para ahli mengatakan bahwa munsculnya irregular warfare pada masa yang akan

datang dipengaruhi percampuran antara budaya, fanatisme keagamaan, dan teknologi.

Budaya menjadi salah satu inisiator penting terbentuknya irregular warfare.

Pada masa yang akan datang irregular warfare muncul disebabkan oleh dasar etnis atau

identitas yang merasa superior dan ingin menjadi dominan atau melepaskan diri dari

suatu bangsa yang multi etnis atau kultur. Fanatisme keagamaan terkadang membentuk

keyakinan dari suatu kelompok orang atau masyarakat untuk membentuk kelompok

insurgensi ataupun teroris. Beberapa keyakinan melakukan hal ini demi membunuh

semua orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama sehingga mereka bertekad

mengorbankan diri mereka sendiri (dengan bunuh diri atau apapun itu) dengan tujuan

tersebut. Keyakinan yang salah kemudian melegalkan hal ini dan memberikan jaminan

kehidupan lebih baik setelah mati atau berkorban. Kadang keyakinan ini membutakan

kenyataan dan pemikiran logis dari seseorang sehingga tetap mampu melaksanakan

kegiatan terror ataupun kriminal.

Selain budaya dan fanatisme keagamaan ada salah satu elemen yang mungkin

dapat menjadi inisiator irregular warfare pada masa yang akan datang. Elemen

tersebuat adalah teknologi. Ada dua bentuk teknologi yang penting yakni teknologi

persenjataan salah satunya adalah senjata pemusnah massal atau WMD dan teknologi

informasi. Banyak teroris modern yang tidak memiliki tujuan politik kadang hanya

tertarik untuk membunuh orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama sebanyak

mungkin sehingga senjata pemusnah massal merupakan teknologi yang tepat untuk

meaih tujuan mereka. Teknologi informasi terutama adalah penggunaan internet yang

telah melewati batas Negara membuat eberapa ahli menyatakan bahwa pada masa

mendatang irregular warfare akan berlangsung di duni maya. Kerentanan internet yang

dibuktikan dengan keberadaan hackers dapat membuat theorist yang ada saat ini

menjadi cyberteroris atau infosurgensi yang melakukan terror atau kriminalitas di

world wide web atau internet. Mereka ditakutkan dapat mengontrol system nasional

yang vital yang dikontrol menggunakan computer melalui dunia maya. Hal ini

Page 9: Present as Iss

menjadikan ketakutan atau ancaman tidak lagi berdasar pada kekerasan atau ancaman

secara fisik atau nyata karena pada kenyataannya pengaturan dan kemampuan

mengontrol informasi merupakan sebuah bentuk kekuatan yang baru.

2.2 Insurgensi

Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas politik yang

ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama dengan belligerensi.

Sebenarnya tidak ada semacam doktrin yang melekat pada insurgens atau pemberontak

yang menggunakan taktik perang guerilla untuk menggunakan teror. Walau terkadang

mereka berhasil menerapkan taktik ini untuk mengkampanyekan tujuan-tujuannya.

Penggunaan cara- cara teror oleh pemberontak atau insurgens sebenarnya dilakukan

dengan hati-hati dengan mempertimbangkan efektivitas dan masa depan tujuan dari

pemberontakan itu sendiri, yang paling penting adalah boleh menghancurkan

pemerintah dengan tujuan mendapatkan dukungan yang besar. Tujuan akhir dari sebuah

pemberontakan adalah menantang kontrol dari pemerintah atas semua atau sebagian dari

daerah, atau memaksa kekuatan politik untuk dapat berbagi kekuasaan politik.

Pemberontakan dan gerakan guerilla dapat mematuhi norma-norma internasional

mengenai hukum perang dalam mencapai tujuan mereka, tetapi teroris dalam

melakukan aksi nya melakukan kejahatan tanpa memperdulikan hukum sipil ataupun

militer.

Space

Insurgent biasanya menggunakan medan yang sulit dalam taktiknya. Hal ini

memberikan keuntungan tersendiri pada para insurgent yang biasanya lebih mengenal

medan – medan yang sulit tersebut. Insurgent juga berusaha untuk menguasai suatu

teritori tertentu dalam gerakan mereka.

Support

Pemberontak/Insurgensi memerlukan dukungan aktif atau pun dukungan pasif

dari masyarakat setempat. Dukungan dari luar serta pengakuan atau persetujuan dari

negara lain atau badan politik sangat penting bagi insurgen, tetapi juga tidak merupakan

suatu keharusan.

Page 10: Present as Iss

2.3 Terroris

Definisi terorisme yang dipakai di dalam sumber adalah “penggunaan kekerasan

secara berkelanjutan melawan target symbol atau masyarakat sipil oleh kelompok –

kelompok kecil untuk tujuan – tujuan politik, misalnya untuk memberikan ketakutan

public, ataupun mencari perhatian dari khalayak luas.

Tindakan terror dilakukan dengan harapan bahwa musuh mereka akan over

reaktif dan membuka sifat alami mereka yang sebenarnya. Namun, disini ada

perdebatan apakah terorisme dianggap sebagai taktik di dalam strategi pemberontakan,

atau malah kelompok atau justru kelompok – kelompok tersebut dapat menjalankan

strategi terorisme (O’Neill 1990:24).

Pembajakan, bom remote, ataupun pembunuhan sebenarnya merupakan tindakan

criminal, namun hal ini bisa berubah jika kekerasan tersebut ditelisik lebih jauh, dapat

disadari bahwa hal itu ditujukan untuk kepentingan politik.

Perbedaannya dengan insurgensi adalah terorisme tidak memiliki suatu basis

tempat atau bisa disebut markas, sementara insurgensi mempunyai hal itu. Jadi,

penanganan daripada insurgensi lebih bisa diterapkan di lapangan daripada terorisme.

Penyelesaian terhadap insurgensi lebih bisa menuju langsung ke sasarannya, sementara

hal tersebut tidak bisa dilakukan terhadap terorisme.

Subverting the system

Terorisme dan insurgensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama di bidang

politik, yaitu ingin menggulingkan sistem yang ada. Namun, keberhasilan yang dicapai

oleh gerakan daripada terorisme dan insurgensi memiliki 4 kategori, yaitu dalam hal

waktu, space, legitimasi, dan dukungan yang didapat atas musuh mereka. Tujuan

daripada pemimpin irregular warfare ini adalah menggunakan kekuatan mereka untuk

melawan kelemahan musuh.

Time

Waktu adalah elemen paling penting yang dibutuhkan guna menyimpulkan

kesuksesan dari sebuah gerakan teroris dan insurgensi. Dengan waktu yang

digunakan secara efektif, maka sebuah kelompok insurgensi dapat menghasilkan

control yang sangat besar terhadap negara.

Page 11: Present as Iss

Banyak gerakan irregular warfare yang menghasilkan deadlock setelah

berkecimpung dalam konflik yang cukup lama dan pihak lawan pun akhirnya

bisa mengakhiri konflik. Contohnya dalam hal ini adalah gerakan

pemberontakan Macan Tamil di Sri Lanka, dimana gerakan ini akhirnya bisa

diredam setelah perjuangan mereka selama 35 tahun.

Jarang ditemui gerakan gerilya mampu berjuang secara cepat. Salah satu contoh

sukses dari gerakan semacam ini terlihat pada Revolusi Kuba (1957-1959).

Dengan dipimpin oleh Fidel Castro, perang ini hanya berlangsung selama 3

tahun, dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor lain collapse-nya tekanan daripada

negara.

Space

Space menjadikan aktor di dalam irregular warfare untuk menentukan kapan dan

dimana akan melakukan pertempuran. Jika musuh mereka menampakkan diri

dengan jumlah yang sangat besar, irregulars dapat menggunakan space untuk

menyerah dan bertempur kembali ketika musuh mereka sedang dalam perasaan

gembira.

Support

Sangat sedikit sekali gerakan insurgensi ataupun teroris yang mendapatkan

kesuksesan tanpa adanya bentuk dukungan. Dukungan dalam hal ini bisa dari

internal mereka sendiri, misalnya mengenai suplai makanan dan air. Suplai

makanan dan juga air memang sangat dibutuhkan guna menunjang aksi mereka.

Dukungan internal ini bisa didapatkan dari penduduk setempat.

Dukungan yang didapat dari gerakan irregular ini tidak hanya dari dalam, tetapi

juga bisa dari luar. Namun, hal ini sangat bergantung kepada letak geografis dari

negara dan hubungan politik yang dimiliki kelompok insurgen ataupun teroris

dengan pihak lain di luar negara tersebut. Dukungan dalam hal ini bisa

berbentuk material ataupun dukungan moral.

Legitimasi

Kelompok teroris dan insurgen membutuhkan dukungan baik internal maupun

eksternal guna melanjutkan perjuangan mereka. Pemimpin kelompok teroris dan

insurgen harus memberikan alasan terhadap aksi mereka atau mereka akan

kehilangan simpati terhadap aksi yang mereka lakukan. Mereka sering mencari

Page 12: Present as Iss

alasan untuk melegitmasi aksi kekerasan yang mereka lakukan. Dengan begitu,

mereka akan mendapatkan dukungan baik dari dalam maupun dari luar negara

tersebut.

Counter – Insurgency and Counter Terrorism

Counter Insurgency adalah istilah militer untuk konflik bersenjata yang

dilakukan pemerintah yang berkuasa dalam menghadapi insurgent di wilayahnya.

Secara umum, insurgent mencari cara untuk menghancurkan atau menghapuskan

otoritas politik pada suatu kelompok yang mereka kuasai. Counter insurgent juga

mencari cara untuk melindungi otoritas mereka dan menghilangkan tindakan – tindakan

yang akan mengganggu otoritas mereka..

Perlawanan terhadap kelompok insurgen dan teroris sebenarnya merupakan hal

pelik yang dihadapi oleh suatu negara. Namun, ada beberapa literature yang

menjelaskan tentang strategi terhadap melawan gerakan insurgensi dan terorisme ini.

Di dalam referensi yang ada, penanganan terhadap terorisme tidak disebutkan. Namun,

ada kesamaan di dalam penanganan terorisme dengan insurgensi. Kesamaan dalam hal

ini adalah mengenai komponen – komponen yang perlu dicermati dari gerakan irregular

warfare ini. Strategi ini antara lain mencakup masalah lokasi, isolasi dan eradikasi.

Strategi nasional yang digunakan Amerika Serkat untuk melawan teroris

Mencegah serangan dari jaringan terorisme

memajukan demokrasi yang lebih efektif sebagai penangkal jangka

panjang untuk ideologi terorisme

menolak senjata pemusnah massal untuk negara nakal/bajingan dan

sekutu teroris yang berusaha untuk menggunakannya

menyangkal aksi teroris dengan dukungan dan perlindungan dari negara

nakal

menangkal kontrol teroris dari setiap negara yang akan mereka gunakan

sebagai basis dan meluncurkan pad melawan teror

Page 13: Present as Iss

meletakkan pondasi dan membangun institusi dan struktur yang perlu

kita bawa maju untuk perang melawan teror.

ini adalah salah satu kebijakan untuk memerangi aksi terorisme global.

strategi yang pernah dilalui dua edisi yaitu di tahun 2003 dan di tahun

2006,

Page 14: Present as Iss

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Irregular warfare adalah sebuah bentuk peperangan yang memiliki legitimasi

dan kredibilitas untuk mendukung atau mengkonter otoritas politik saat itu.

Irregular warfare menggunakan pendekatan yang tidak langsung walaupun

menggunakan kekuatan militer atau kapabilitas lain dengan tujuan untuk mengikis

atau mengurangi pengaruh atau kemampuan lawan. Irregular warfare merupakan

peperangan yang dilakukan oleh entitas politik dibawah Negara demi meraih

suatu tujuan politik tertentu. Salah satu bentuk Irregulare Warfare adalah

Insurgensi dan Teroris.

3.2 Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas politik

yang ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama dengan

belligerensi. Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas

politik yang ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama

dengan belligerensi.

3.3 Terorisme yang dipakai di dalam sumber adalah “penggunaan kekerasan secara

berkelanjutan melawan target symbol atau masyarakat sipil oleh kelompok – kelompok

kecil untuk tujuan – tujuan politik, misalnya untuk memberikan ketakutan public,

ataupun mencari perhatian dari khalayak luas. Tindakan terror dilakukan dengan

harapan bahwa musuh mereka akan over reaktif dan membuka sifat alami mereka yang

sebenarnya