present as iss
TRANSCRIPT
IRREGULAR WARFARE:
INSURGENSI DAN TERORIS
Disusun untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Studi Strategi
Dosen pengampu Bpk. Yusli Effendi
Disusun oleh:
1. Friska Dwi Laraswati 08112400472. Iswandhari Widyas 08112430283. M. Ibram N 08112400524. Yoggy Satriya 0811243062
PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum tahun 1990an, tepatnya sebelum Uni Soviet runtuh dan digantikan oleh
Rusia, masyarakat dunia telah disibukkan oleh berbagai macam peperangan terbuka
secara langsung oleh Negara-negara di dunia. Terjadinya peperangan terbuka
membuat banyak penstudi serta Negara-negara yang memikirkan jalan atau cara-
cara untuk menyelesaikan konflik atau masalah melalui mekanisme-mekanisme
penyelesaian konflik secara fisik maupun non-fisik. Penyelesaian konflik secara
fisik biasa dilakukan dengan diturunkannya pasukan perdamaian didaerah konflik
dan penyelesaian konflik melalui jalan non fisik biasa dilakukan dengan
menggunakan jalur diplomasi, negosiasi ataupun perjanjian perdamaian.
Penyelesaian menjadi mudah ketika pihak-pihak yang bertikai secara nyata terlihat
dan jelas sehingga mekanisme penyelesaian masalah dapat segera dilakukan
walaupun pada kenyataannya selalui menghadapi kesulitan. Peperangan pada masa
ini adalah peperangan tradisional konvensional yang menggunakan perangkat
militer antar Negara.
Pada era globalisasi, dimana tiap Negara mulai menjadi demokratis maka tiap
Negara akan selalu berpikir rasional dalam meraih tujuan dengan melakukan
kerjasama dengan Negara lain. Hal ini kemudian menghindarkan Negara-negara
demokratis di dunia untuk menjauhkan diri dari perang yang secara rasional akan
merugikan Negara mereka sendiri secara material maupun non-material. Pada masa
demokratisasi Negara-negara berkembang yang terus terjadi pada masa ini, banyak
Negara-negara yang secara struktur dan institusional belum mapan. Menurut
Clausewitz, ada tiga dasar politik yang dapat mengakibatkan perang ataupun konflik
yakni masyarakat, Negara dan pasukan atau militer. Ketika sutau Negara masih
belum memiliki kemapanan pemerintahan atau saat pemerintah tidak dapat
memerintah rakyat secara efektif sehingga tidak dapat merepresentasikan keinginan
masyarakat maka pemerintahan atau Negara tersebut juga tidak dapat menopang
pasukan atau militer mereka. Saat hal ini terjadi, maka satu-satunya elemen yang
masih bertahan adalah masyarakat yang kemudian akan membentuk kompetisi
budaya atau kompetisi komunitas etnis. Hal inilah yang menginisiasi terjadinya
irregular warfare. Pada makalah ini penulis mencoba menjelaskan mengenai
irregular warfare, serta bentuk-bentuk dari irregular warfare itu sendiri seperti
insurgensi dan teroris.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Irregular warfare?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan Insurgensi?
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan Terroris?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Irregular warfare.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Insurgensi.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai Teroris.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Irregular warfare
Ada dua bentuk peperangan yakni regular warfare dan irregular warfare.
Regular warfare adalah peperangan yang terjadi antara pasukan militer antar Negara.
Peperangan yang terjadi antar kapabilitas perangkat militer Negara yang dapat
berlangsung di darat, laut ataupun udara. Sedangkan irregular warfare adalah
peperangan antara pasukan militer yang dimiliki oleh Negara-negara melawan entitas
politik dibawah Negara. Ada beberapa varian definisi atau pengertian dari irregular
warfare, namun salah satunya yakni:
“Irregular warfare is a form of warfare that has as its objective the
credibility and/or legitimacy of the relevant political authority with the
goal of undermining or supporting that authority. Irregular warfare
favors indirect approaches, though it may employ the full range of
military and other capabilities to seek asymmetric approaches, in order
to erode an adversary’s power influence, and will.”
Definisi ini bermakna irregular warfare adalah sebuah bentuk peperangan
yang memiliki legitimasi dan kredibilitas untuk mendukung atau mengkonter
otoritas politik saat itu. Irregular warfare menggunakan pendekatan yang tidak
langsung walaupun menggunakan kekuatan militer atau kapabilitas lain dengan
tujuan untuk mengikis atau mengurangi pengaruh atau kemampuan lawan.
Irregular warfare merupakan peperangan yang dilakukan oleh entitas politik
dibawah Negara demi meraih suatu tujuan politik tertentu.
Sebelum menganalisa lebih jauh mengenai irregular warfare, baiknya kita
membedakan antara irregular warfare dengan traditional warfare. Perbedaan
antara irregular warfare dan traditional warfare terletak pada fokus utamanya,
traditional warfare fokus pada Negara dan pasukan militernya sedangkan
irregular warfare fokus pada Negara dan masyarakatnya. Traditional warfare
bertujuan untuk mencari perubahan dalam kebijakan dan praktek suatu
pemerintahan dengan menekan kunci pemimpin pemerintahan atau mengalahkan
pemerintahan. Sedangkan irregular warfare bertujuan untuk merendahkan atau
menekan suatu kelompok, pemerintahan, atau ideology dengan mempengaruhi
populasi atau masyarakat yang merupakan pusat perhatian/gravity. Fokus dari
irregular warfare bukan pada sisi militer ataupun kehancuran kapabilitas musuh
atau lawan (state atau non-state).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan Irregular
warfare yakni dengan melihat actor, metode dan tujuan strateginya. Deskripsi dapat
dilihat melalui table berikut ini:
Irregular warfare merupakan peperangan yang dilakukan oleh pihak bukan
Negara seperti suatu bangsa dalam Negara, suatu entitas dalam Negara ataupun actor
transnational yang melewati batasan Negara. Metode yang dilakukan melalui
pendekatan tidak langsung dan dilakukan dengan cara-cara tradisional. Tujuan strategis
dari irregular warfare adalah untuk meraih kredibilitas, legitimasi dan dukungan dari
masyarakat sebagai center of the gravity. Salah satu bentuk dari irregular warfare
adalah teroris dan insurgensi. Kedua bentuk irregular warfare ini dapat dianalisa
melalui waktu, ruang, dukungan, legitimasi atau pengakuan. Waktu merupakan elemen
paling penting yang dibutuhkan oleh teroris dan insurgensi untuk memperlihatkan
komitmen, konsistensi dalam rangka meraih legitimasi, dan dukungan dari berbagai
pihak. Dengan waktu yang cukup, insurgensi atau teroris dapat mengatur diri dalam
membentuk institusi atau organisasi yang terstruktur, mengumpulkan dukungan dan
dana, serta mengatur strategi sehingga memiliki mampu melawan pemerintah atau
entitas politik tertentu.
Selain waktu, elemen lain yang juga penting adalah ruang. Ruang akan
menentukan waktu dan tempat bagi insurgensi ataupun teroris untuk melakukan
penyerangan. Ruang atau tempat juga akan memberikan dasar bagi insurgensi ataupun
teroris untuk menentukan, mengatur diri mereka sendiri dalam melakukan penyerangan
atau menyusun strategi dalam melakukan oenyerangan. Ruang yang dikuasasi juga akan
memperlihatkan otoritas yang kemudian menjadi titik perlawanan dari pemerintah atau
untuk mempermudah pemerintah dalam menandai markas insurgensi ataupun teroris.
Dukungan atau support juga menjadi elemen yang tidak kalah penting karena
keberhasilan aksi teoris atau insurgensi akan dipengaruhi oleh dukungan yang dimiliki
atau diperoleh dari pihak lain. Teroris dan insurgensi membutuhkan perlengkapan
perang, kebutuhan dasar seperti makanan, air dan juga obat-obatan untuk bertahan
dalam situasi konflik yang pada dasarnya tidak dapat diperoleh tanpa adanya bantuan
atau dukungan dari pihak lain. Namun, dukungan bagi insurgensi ataupun teroris hanya
akan didapat jika insurgensi atau teoris tersebut mendapatkan pengakuan atau legitimasi
dari pihak lain dalam perjuangan yang dilakukan. Elemen terakhir ini juga menjadi
factor yang penting untuk mempertahankan atau menopang pergerakan perjuangan yang
dilakukan. Teroris dan insurgensi perlu memberikan alasan yang tepat dalam aksi atau
perjuangan yang dilakukan. Mereka sering melegitimasi penggunaan kekerasan yang
mereka lakukan dengan alasan superioritas moral terhadap pemerintahan serta
menyebarkan pesan-pesan yang sifatnya persuasive. Hal ini jelas dilakukan mereka
untuk memperoleh dukungan dan legitimasi atas tindakan yang mereka lakukan.
Ada tiga hal paling mendasar yang perlu dicermati dalam rangka melawan aksi
atau perjuangan teroris dan insurgensi oleh pemerintah yakni lokasi, isolasi dan
pembasmian. Hal yang paling penting dalam kampanye melawan teoris ataupun
insurgensi adalah menegaskan bahwa ancaman dari mereka benar-benar ada. Dengan
disadarinya lokasi yang pasti atas keberadaan teoris ataupun insurgensi, pasukan suatu
Negara akan mempercepat perlawanan secra fisik maupun non fisik. Pembasmian
teroris dan insurgensi pada lokasi yang tepat harus segera dilakukan sebelum mereka
melakukan tindakan yang merugikan terlebih dahulu karena terlalu lama membiarkan
teroris ataupun insurgensi akan menyebabkan mereka dapat mengembangkan
kapabilitas mereka sehingga akan sulit untuk melakukan perlawanan terhadap mereka.
Selanjutnya isolasi, mengisolasi insurgensi dan teroris dari dukungan dasar yang
mereka miliki mungkin menjadi elemen paling penting dalam rangka upaya menghabisi
mereka. Saat suatu entitas politik dapat mengisolasi teroris ataupun insurgensi dari
pendukung dasar mereka, maka lambat laun mereka akan kehabisan dana taupun
keperluan lainnya untuk bertahan dan konsisten dalam melakukan perlawanan. hal ini
jelas merupakan cara yang tepat dalam menghentikan perjuangan dari mereka.
Yang terakhir adalah eradikasi atau pembasmian, setelah insurgensi dan
pemberentok tidak dapat bertahan akibat isolasi yang dilakukan hal terakhir yang perlu
dilakukan adalah melakukan pengrusakan secara fisik terhadap mereka. Hal ini
dilakukan agar mereka tidak lagi dapat melakukan pemberontakan ataupun tindakan
terror. Namun hal ini menjadi pernyataan dari kalangan demokratis, karena pengrusakan
berupa kekerasan ataupun pembunuhan merupakan sebuah pelanggaran terhadap HAM.
Pemikiran ini kemudian menghasilkan metode lain yang lebih pasif dalam
menghentikan gerakan teoris maupun insurgensi. Metode ini menggunakan metode
teknik peperangan psikologis, jaminan amnesty, pemberian dana tunai ataupun tanah
yang mereka perjuangkan untuk menyadarkan bahwa perjuangan mereka sia-sia.
Awalnya irregular warfare didefinisikan sebagai dengan penggunakan kekerasan oleh
sekoelompok orang dengan tujuan politik, namun saat ini banyak ahli yang berpendapat
bahwa konflik irregular warfare tidak hanya dilakukan dengan tujuan politik. Beberapa
para ahli mengatakan bahwa munsculnya irregular warfare pada masa yang akan
datang dipengaruhi percampuran antara budaya, fanatisme keagamaan, dan teknologi.
Budaya menjadi salah satu inisiator penting terbentuknya irregular warfare.
Pada masa yang akan datang irregular warfare muncul disebabkan oleh dasar etnis atau
identitas yang merasa superior dan ingin menjadi dominan atau melepaskan diri dari
suatu bangsa yang multi etnis atau kultur. Fanatisme keagamaan terkadang membentuk
keyakinan dari suatu kelompok orang atau masyarakat untuk membentuk kelompok
insurgensi ataupun teroris. Beberapa keyakinan melakukan hal ini demi membunuh
semua orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama sehingga mereka bertekad
mengorbankan diri mereka sendiri (dengan bunuh diri atau apapun itu) dengan tujuan
tersebut. Keyakinan yang salah kemudian melegalkan hal ini dan memberikan jaminan
kehidupan lebih baik setelah mati atau berkorban. Kadang keyakinan ini membutakan
kenyataan dan pemikiran logis dari seseorang sehingga tetap mampu melaksanakan
kegiatan terror ataupun kriminal.
Selain budaya dan fanatisme keagamaan ada salah satu elemen yang mungkin
dapat menjadi inisiator irregular warfare pada masa yang akan datang. Elemen
tersebuat adalah teknologi. Ada dua bentuk teknologi yang penting yakni teknologi
persenjataan salah satunya adalah senjata pemusnah massal atau WMD dan teknologi
informasi. Banyak teroris modern yang tidak memiliki tujuan politik kadang hanya
tertarik untuk membunuh orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama sebanyak
mungkin sehingga senjata pemusnah massal merupakan teknologi yang tepat untuk
meaih tujuan mereka. Teknologi informasi terutama adalah penggunaan internet yang
telah melewati batas Negara membuat eberapa ahli menyatakan bahwa pada masa
mendatang irregular warfare akan berlangsung di duni maya. Kerentanan internet yang
dibuktikan dengan keberadaan hackers dapat membuat theorist yang ada saat ini
menjadi cyberteroris atau infosurgensi yang melakukan terror atau kriminalitas di
world wide web atau internet. Mereka ditakutkan dapat mengontrol system nasional
yang vital yang dikontrol menggunakan computer melalui dunia maya. Hal ini
menjadikan ketakutan atau ancaman tidak lagi berdasar pada kekerasan atau ancaman
secara fisik atau nyata karena pada kenyataannya pengaturan dan kemampuan
mengontrol informasi merupakan sebuah bentuk kekuatan yang baru.
2.2 Insurgensi
Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas politik yang
ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama dengan belligerensi.
Sebenarnya tidak ada semacam doktrin yang melekat pada insurgens atau pemberontak
yang menggunakan taktik perang guerilla untuk menggunakan teror. Walau terkadang
mereka berhasil menerapkan taktik ini untuk mengkampanyekan tujuan-tujuannya.
Penggunaan cara- cara teror oleh pemberontak atau insurgens sebenarnya dilakukan
dengan hati-hati dengan mempertimbangkan efektivitas dan masa depan tujuan dari
pemberontakan itu sendiri, yang paling penting adalah boleh menghancurkan
pemerintah dengan tujuan mendapatkan dukungan yang besar. Tujuan akhir dari sebuah
pemberontakan adalah menantang kontrol dari pemerintah atas semua atau sebagian dari
daerah, atau memaksa kekuatan politik untuk dapat berbagi kekuasaan politik.
Pemberontakan dan gerakan guerilla dapat mematuhi norma-norma internasional
mengenai hukum perang dalam mencapai tujuan mereka, tetapi teroris dalam
melakukan aksi nya melakukan kejahatan tanpa memperdulikan hukum sipil ataupun
militer.
Space
Insurgent biasanya menggunakan medan yang sulit dalam taktiknya. Hal ini
memberikan keuntungan tersendiri pada para insurgent yang biasanya lebih mengenal
medan – medan yang sulit tersebut. Insurgent juga berusaha untuk menguasai suatu
teritori tertentu dalam gerakan mereka.
Support
Pemberontak/Insurgensi memerlukan dukungan aktif atau pun dukungan pasif
dari masyarakat setempat. Dukungan dari luar serta pengakuan atau persetujuan dari
negara lain atau badan politik sangat penting bagi insurgen, tetapi juga tidak merupakan
suatu keharusan.
2.3 Terroris
Definisi terorisme yang dipakai di dalam sumber adalah “penggunaan kekerasan
secara berkelanjutan melawan target symbol atau masyarakat sipil oleh kelompok –
kelompok kecil untuk tujuan – tujuan politik, misalnya untuk memberikan ketakutan
public, ataupun mencari perhatian dari khalayak luas.
Tindakan terror dilakukan dengan harapan bahwa musuh mereka akan over
reaktif dan membuka sifat alami mereka yang sebenarnya. Namun, disini ada
perdebatan apakah terorisme dianggap sebagai taktik di dalam strategi pemberontakan,
atau malah kelompok atau justru kelompok – kelompok tersebut dapat menjalankan
strategi terorisme (O’Neill 1990:24).
Pembajakan, bom remote, ataupun pembunuhan sebenarnya merupakan tindakan
criminal, namun hal ini bisa berubah jika kekerasan tersebut ditelisik lebih jauh, dapat
disadari bahwa hal itu ditujukan untuk kepentingan politik.
Perbedaannya dengan insurgensi adalah terorisme tidak memiliki suatu basis
tempat atau bisa disebut markas, sementara insurgensi mempunyai hal itu. Jadi,
penanganan daripada insurgensi lebih bisa diterapkan di lapangan daripada terorisme.
Penyelesaian terhadap insurgensi lebih bisa menuju langsung ke sasarannya, sementara
hal tersebut tidak bisa dilakukan terhadap terorisme.
Subverting the system
Terorisme dan insurgensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama di bidang
politik, yaitu ingin menggulingkan sistem yang ada. Namun, keberhasilan yang dicapai
oleh gerakan daripada terorisme dan insurgensi memiliki 4 kategori, yaitu dalam hal
waktu, space, legitimasi, dan dukungan yang didapat atas musuh mereka. Tujuan
daripada pemimpin irregular warfare ini adalah menggunakan kekuatan mereka untuk
melawan kelemahan musuh.
Time
Waktu adalah elemen paling penting yang dibutuhkan guna menyimpulkan
kesuksesan dari sebuah gerakan teroris dan insurgensi. Dengan waktu yang
digunakan secara efektif, maka sebuah kelompok insurgensi dapat menghasilkan
control yang sangat besar terhadap negara.
Banyak gerakan irregular warfare yang menghasilkan deadlock setelah
berkecimpung dalam konflik yang cukup lama dan pihak lawan pun akhirnya
bisa mengakhiri konflik. Contohnya dalam hal ini adalah gerakan
pemberontakan Macan Tamil di Sri Lanka, dimana gerakan ini akhirnya bisa
diredam setelah perjuangan mereka selama 35 tahun.
Jarang ditemui gerakan gerilya mampu berjuang secara cepat. Salah satu contoh
sukses dari gerakan semacam ini terlihat pada Revolusi Kuba (1957-1959).
Dengan dipimpin oleh Fidel Castro, perang ini hanya berlangsung selama 3
tahun, dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor lain collapse-nya tekanan daripada
negara.
Space
Space menjadikan aktor di dalam irregular warfare untuk menentukan kapan dan
dimana akan melakukan pertempuran. Jika musuh mereka menampakkan diri
dengan jumlah yang sangat besar, irregulars dapat menggunakan space untuk
menyerah dan bertempur kembali ketika musuh mereka sedang dalam perasaan
gembira.
Support
Sangat sedikit sekali gerakan insurgensi ataupun teroris yang mendapatkan
kesuksesan tanpa adanya bentuk dukungan. Dukungan dalam hal ini bisa dari
internal mereka sendiri, misalnya mengenai suplai makanan dan air. Suplai
makanan dan juga air memang sangat dibutuhkan guna menunjang aksi mereka.
Dukungan internal ini bisa didapatkan dari penduduk setempat.
Dukungan yang didapat dari gerakan irregular ini tidak hanya dari dalam, tetapi
juga bisa dari luar. Namun, hal ini sangat bergantung kepada letak geografis dari
negara dan hubungan politik yang dimiliki kelompok insurgen ataupun teroris
dengan pihak lain di luar negara tersebut. Dukungan dalam hal ini bisa
berbentuk material ataupun dukungan moral.
Legitimasi
Kelompok teroris dan insurgen membutuhkan dukungan baik internal maupun
eksternal guna melanjutkan perjuangan mereka. Pemimpin kelompok teroris dan
insurgen harus memberikan alasan terhadap aksi mereka atau mereka akan
kehilangan simpati terhadap aksi yang mereka lakukan. Mereka sering mencari
alasan untuk melegitmasi aksi kekerasan yang mereka lakukan. Dengan begitu,
mereka akan mendapatkan dukungan baik dari dalam maupun dari luar negara
tersebut.
Counter – Insurgency and Counter Terrorism
Counter Insurgency adalah istilah militer untuk konflik bersenjata yang
dilakukan pemerintah yang berkuasa dalam menghadapi insurgent di wilayahnya.
Secara umum, insurgent mencari cara untuk menghancurkan atau menghapuskan
otoritas politik pada suatu kelompok yang mereka kuasai. Counter insurgent juga
mencari cara untuk melindungi otoritas mereka dan menghilangkan tindakan – tindakan
yang akan mengganggu otoritas mereka..
Perlawanan terhadap kelompok insurgen dan teroris sebenarnya merupakan hal
pelik yang dihadapi oleh suatu negara. Namun, ada beberapa literature yang
menjelaskan tentang strategi terhadap melawan gerakan insurgensi dan terorisme ini.
Di dalam referensi yang ada, penanganan terhadap terorisme tidak disebutkan. Namun,
ada kesamaan di dalam penanganan terorisme dengan insurgensi. Kesamaan dalam hal
ini adalah mengenai komponen – komponen yang perlu dicermati dari gerakan irregular
warfare ini. Strategi ini antara lain mencakup masalah lokasi, isolasi dan eradikasi.
Strategi nasional yang digunakan Amerika Serkat untuk melawan teroris
Mencegah serangan dari jaringan terorisme
memajukan demokrasi yang lebih efektif sebagai penangkal jangka
panjang untuk ideologi terorisme
menolak senjata pemusnah massal untuk negara nakal/bajingan dan
sekutu teroris yang berusaha untuk menggunakannya
menyangkal aksi teroris dengan dukungan dan perlindungan dari negara
nakal
menangkal kontrol teroris dari setiap negara yang akan mereka gunakan
sebagai basis dan meluncurkan pad melawan teror
meletakkan pondasi dan membangun institusi dan struktur yang perlu
kita bawa maju untuk perang melawan teror.
ini adalah salah satu kebijakan untuk memerangi aksi terorisme global.
strategi yang pernah dilalui dua edisi yaitu di tahun 2003 dan di tahun
2006,
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Irregular warfare adalah sebuah bentuk peperangan yang memiliki legitimasi
dan kredibilitas untuk mendukung atau mengkonter otoritas politik saat itu.
Irregular warfare menggunakan pendekatan yang tidak langsung walaupun
menggunakan kekuatan militer atau kapabilitas lain dengan tujuan untuk mengikis
atau mengurangi pengaruh atau kemampuan lawan. Irregular warfare merupakan
peperangan yang dilakukan oleh entitas politik dibawah Negara demi meraih
suatu tujuan politik tertentu. Salah satu bentuk Irregulare Warfare adalah
Insurgensi dan Teroris.
3.2 Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas politik
yang ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama dengan
belligerensi. Insurgensi adalah pemberontakan bersenjata yang melawan otoritas
politik yang ada tapi yang masuk ke dalam kelompok insurgent tidak sama
dengan belligerensi.
3.3 Terorisme yang dipakai di dalam sumber adalah “penggunaan kekerasan secara
berkelanjutan melawan target symbol atau masyarakat sipil oleh kelompok – kelompok
kecil untuk tujuan – tujuan politik, misalnya untuk memberikan ketakutan public,
ataupun mencari perhatian dari khalayak luas. Tindakan terror dilakukan dengan
harapan bahwa musuh mereka akan over reaktif dan membuka sifat alami mereka yang
sebenarnya