present as i

5
PRESENTASI Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial pada ruangan ICU (intensive care unit) RSUD M.Yunus Kota Bengkulu. Tujuan Umum Tujuan Khusus Mengidentifikasi adanya hubungan 1. Distribusi frekuensi bakteri Assalamualaikum Wrwb.. perkenalkan nama saya Inda Erlisa disini saya akan mempresentasikan proposal saya yang berjudul hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri klebsiella pada ruang icu rsud m.yunus kota Bengkulu. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada pembimbing saya bunda putri dan bapak zamharira beserta penguji saya bpk sahidan dan bunda sunita dan telah meluangkan waktunya untuk dapat hadir diacara seminar proposal saya. Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang memiliki peran yang sangat optimal dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit. Akan tetapi rumah sakit juga merupakan sumber dari berbagai macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Banyak penyakit itu dapat berasal dari penderita maupun pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan, benda-benda peralatan medis maupun non medis serta petugas yang berhubungan langsung dengan penderita. Hal ini berhubungan dengan hygienitas. Berbagai macam penyakit dapat timbul karena beberapa penyebab, diantaranya adalah mikroba patogen seperti bakteri, virus, dan jamur (Darmadi, 2008). Dari beberapa kasus infeksi, bakteri merupakan penyebab yang paling berbahaya (Darmadi, 2008). Bakteri terdiri dari beberapa genus salah satunya Klebsiella sp. bakteri jenis ini dapat menyebabkan berbagai infeksi nosokomial terbanyak di ICU seperti pneumonia (46,9%), bakterimia (12%), dan infeksi saluran kemih (17,6%) pada pasien dengan sistem kekebalan imun yang melemah seperti pasien yang menjalani rawat inap (Adisasmito, 2004). Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan

Upload: inda-erlisa

Post on 15-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

INFEKSI NOSOKOMIAL

TRANSCRIPT

Page 1: Present as i

PRESENTASI

Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial pada ruangan ICU (intensive care unit) RSUD M.Yunus Kota Bengkulu.

Tujuan Umum Tujuan KhususMengidentifikasi adanya hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria penyebab infeksi nosokomial pada ruangan ICU (intensive care unit) RSUD M. Yunus Kota Bengkulu.

1. Distribusi frekuensi bakteri Gamma proteobacteria pada selang infus, alas tempat tidur, dan skort (Baju perawat)

2. Untuk mengetahui hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria

Assalamualaikum Wrwb.. perkenalkan nama saya Inda Erlisa disini saya akan mempresentasikan proposal saya yang berjudul hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri klebsiella pada ruang icu rsud m.yunus kota Bengkulu.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada pembimbing saya bunda putri dan bapak zamharira beserta penguji saya bpk sahidan dan bunda sunita dan telah meluangkan waktunya untuk dapat hadir diacara seminar proposal saya.

Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang memiliki peran yang sangat optimal dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit. Akan tetapi rumah sakit juga merupakan sumber dari berbagai macam penyakit, baik menular maupun tidak menular.

Banyak penyakit itu dapat berasal dari penderita maupun pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan, benda-benda peralatan medis maupun non medis serta petugas yang berhubungan langsung dengan penderita. Hal ini berhubungan dengan hygienitas.

Berbagai macam penyakit dapat timbul karena beberapa penyebab, diantaranya adalah mikroba patogen seperti bakteri, virus, dan jamur (Darmadi, 2008).

Dari beberapa kasus infeksi, bakteri merupakan penyebab yang paling berbahaya (Darmadi, 2008). Bakteri terdiri dari beberapa genus salah satunya Klebsiella sp. bakteri jenis ini dapat menyebabkan berbagai infeksi nosokomial terbanyak di ICU seperti pneumonia (46,9%), bakterimia (12%), dan infeksi saluran kemih (17,6%) pada pasien dengan sistem kekebalan imun yang melemah seperti pasien yang menjalani rawat inap (Adisasmito, 2004).

Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit.

Rumah sakit yang mempunyai ruangan ICU (Intensive Care Unit), angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding yang tidak mempunyai ruangan ICU.

Penelitian dari berbagai universitas di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai risiko kejadian infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi

Page 2: Present as i

Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk akademikHasil penelitian ini memberikan masukan bagi mahasiswa Analis Kesehatan dalam memperkaya bukti

ilmiah di bidang bakteriologi, sehingga dapat bermanfaat dan dijadikan sumber informasi tentang penyebaran bakteri Klebsiella sp yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial.

2. Manfaat untuk instansi kesehatanPenelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi bagi instansi kesehatan dalam menyusun

program untuk penanganan dan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.3. Manfaat bagi peneliti lain

Diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau referensi untuk melakukan pengembangan penelitian seperti pola bakteri, angka kuman dan uji kepekaan terhadap antibiotik pada penderita yang terinfeksi nosokomial misalnya infeksi saluran kemih di ruang ICU (intensive care unit) RSUD M. YUNUS di Kota Bengkulu.

BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA)

CARA PENULARAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Mikroba patogen bergerak menuju ke penderita dengan mekanisme penyebaran (mode of transmission) terdiri dari

penularan langsung dan tidak langsung (Darmadi, 2008).

Bakteri merupakan suatu organisme yang jumlahnya paling banyak tersebar di lingkungan. Bakteri umumnya bersel tunggal (uniseluler), tidak berklorofil, serta berukuran sangat kecil. Ukuran sel bakteri 0,5-1,0 µm (Godam, 2001).Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit.

Bakteri Klebsiella sp. berbentuk basil atau batang, tidak berspora, tidak bergerak, memiliki kapsul, berukuran 0,5-1,5 x 1-2 µ,

Penularan langsung, melalui droplet nuclei (bersin atau batuk) yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfusi darah.

Penularan tidak langsung

1) Vehichle borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis, atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, infus, tindakan pembedahan, dan tindakan medis lain berisiko untuk terjadinya infeksi nosokomial.

2) Vector borne yaitu penyebaran mikroba patogen dengan perantara seperti serangga. Luka terbuka, kerusakan jaringan dan luka bakar adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.

3) Food borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui makanan, dan minuman yang disajikan penderita.

4) Water borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui air.5) Air borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui udara, peluang

terjadinya infeksi melalui cara ini cukup tinggi karena ruangan tertutup secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya.

Page 3: Present as i

BAB 3

A. Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.2 Variabel Penelitian Kriteria pengambilan sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Pasien yang dirawat selama 3-4 hari, pasien ICU prioritas 1.2) Selang infus yang dipakai pasien selama 3-4 hari.3) Alas tempat tidur yang dipakai pasien dan Skort yang belum ditukar atau dicuci.

1. Pengertian ICU (Intensive Care Unit)ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan

khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat dan jika ditangani secara lambat dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena itu memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring sehingga dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Setiawan, 2010).

2. Kriteria pasien masuk ICUMenurut Setiawan (2010) pasien yang masuk dalam ruang ICU didasarkan atas skala prioritas 1, 2 atau

3. Prioritas pasien masuk ICU sebagai berikut:a. Pasien Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus dan obat-obatan. Contoh pasien kelompok ini antara lain setelah tindakan bedah kardiotoraksik.

b. Pasien Prioritas 2Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan ICU. Jenis pasien ini sangat berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera. Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut atau yang telah mengalami pembedahan major (operasi besar).

c. Pasien Prioritas 3Pasien jenis ini sangat kritis, dan kondisi tubuh tidak stabil dari kesehatan sebelumnya, sehingga mengurangi kemungkinan kesembuhan atau mendapat manfaat terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastase disertai infeksi, sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif yaitu survei untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri Klebsiella sp. pada selang infus, alas tempat tidur, dan baju perawat (skort) di ruang ICU.Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Klebsiella sp. pada ruang ICU (Intensive Care Unit) RSUD M. Yunus Kota Bengkulu (Notoatmodjo, 2010).

Hygienitas Ruang ICU Pola penyebaran bakteri Klebsiella sp.

Page 4: Present as i

IDENTIFIKASI Klebsiella sp. pada media MC (Mac Concey) ciri-cirinya meliputi:

a) Bentuk koloni : Bulatb) Ukuran koloni : Besar-besarc) Warna koloni : Merah muda-merah batad) Karakteristik optik koloni : Tembus cahayae) Permukaan koloni : Halus, mucoidf) Pinggiran koloni : Ratag) Peninggian permukaan : Cembung

a. Pemeriksaan secara mikroskopis Hasil positif jika terdapat bakteri Klebsiella sp. berbentuk batang, gram negatif berwarna merah dan

menyebar. b. Uji biokimia

Untuk memastikaan bahwa bakteri yang diamati benar Klebsiella sp. maka dilakukan uji biokimia yang ditanam pada media TSIA, media SIM, dan media SC. Hal ini dilakukan setelah mengetahui bahwa bentuk bakteri yang didapatkan berbentuk basil berwarna merah. Lalu bakteri tadi ditanam ke dalam 3 media yakni media TSIA ditanam dengan cara digores dan ditusuk, media SIM ditanam dengan cara ditusuk, sedangkan media SC ditanam dengan cara digores setelah itu diinkubasi selama 1x24 jam. Keesokan harinya amati perubahan warna pada ke 3 media tersebut. Jika positif Klebsiella sp. maka media TSIA akan berubah warna dari merah menjadi kuning/kuning, media SIM tidak menunjukkan perubahan (tidak berkabut), dan media SC akan berubah warna dari hijau menjadi biru.

B. Analisis Data1. Analisis Univariat

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Pada umumnya dalam analisis univariat ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian hasil penelitian tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan lalu dibuat pembahasan serta ditarik sebuah kesimpulan. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu hygienitas ruang ICU dengan variabel dependen pola penyebaran bakteri Klebsiella sp. Menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data dianalisis secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS 16.0.

2. Analisis MultivariatAnalisis multivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel. Teknik analisis yang digunakan

adalah regresi logistik. Seluruh proses pengolahan dan analisis data menggunakan alat bantu komputerisasi dengan menggunakan program SPSS 16.0.