present as i
TRANSCRIPT
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
Budaya dan Kesehatan Ibu ( Kehamilan, Kelahiran dan Masa nifas)
Pada Komunitas Suku Dayak.
Anggota Kelompok :
1. Bernadino O Manembu2. Devi Siagian3. Eko Anugrah K4. Rizka Hayyu N5. Sari Dewi Intan K6. Selvia Harum Sari
Dayak atau Daya adalah penduduk asli yang mendiami
Pulau Kalimantan lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya
sungai dimasa sekarang yaitu setelah berkembangnya agama
Islam di Borneo, sebelumnya Budaya masyarakat Dayak adalah
Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang
Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama
rumpun dan nama kekeluargaannya.
Suku Dayak Ngaju mayoritas tinggal di Kalimantan Tengah.
Suku ini konon berasal dari hulu-hulu sungai yang kemudian
menyebar menuju ke arah hilir sungai-sungai yang ada di
Kalimantan Tengah. Suku dayak ngaju merupakan suku induk
dari empat suku besar lainnya, yaitu suku Ngaju dengan 53 anak
suku, suku Maayan dengan 8 anak suku, suku Lawangan dengan
21 anak suku, dan suku Dusun dengan 24 anak suku.
PRAKTIK BUDAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAYAK
1. Masa Kehamilan
Selama masa kehamilan, seorang Ibu melaksanakan pantang dan
demikian juga seorang Bapak. Pantangan ini dilaksanakan oleh kedua
orang tua sang calon bayi dengan maksud agar anak yang lahir kelak
dalam keadaan sehat dan sempurna sebagai manusia. Pantang di sini
berarti selama masa kehamilan, seorang ibu atau bapak tidak boleh
melakukan pekerjaan tertentu yang bisa mengandung makna
menggangu kelancaran proses melahirkan atau pun kesehatan sang bayi.
Pantangan itu adalah sebagai berikut:
1. Jangan duduk di depan pintu pada sore hari
2. Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil
3. Tidak boleh membelah atau memotong binatang
4. Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk),
memaku perahu, memaku rumah, membelah kayu
api yang sudah terbakar ujungnya, memukul
kepala ikan.
Biasanya seorang wanita Dayak di pedalaman Kalimantan
yang sedang hamil memiliki Ehet tatamba, Sedang jika sudah tiba
waktunya bagi si ibu untuk melahirkan, biasanya mereka akan
melahirkan dengan bantuan dukun beranak. Apabila ibu itu
mengalami kesulitan pada saat hendak melahirkan bayinya, pihak
keluarga segera membuat Kahang badak Setelah bayi lahir
biasannya bayi diberi Sampun Tuyung, Biasanya diikat dan
digantungkan pada ayunan bayi.
2. Kelahiran
Menurut tradisi di kalangan masyarakat Dayak, pada saat
melahirkan biasanya diadakan upacara memukul gendang Pada
proses menjelang kelahiran bayi, sang calon Ibu dibaringkan
pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu
yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak pada
dimasing-masing sisi. Kemudian saat melahirkan, disiapkan
pula Botol Mau
Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu
menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan
lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut
bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan
jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan
penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan
menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan. Untuk
membantu proses kelahiran seorang bayi, biasanya ditangani
oleh dukun baranak. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa
menggunakan Stagen.
3. Masa Nifas
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang
penduduk dayak, ibu yang baru melahirkan
(masa nifas) tidak diperbolehkan memakan ikan
yang licin (lele, patin, dan baung), nangka, pucuk
singkong, lombok, dan daging sapi .
KESIMPULAN
Budaya yang menguntungkan yang berkembang dikalangan suku
Dayak adalah tidak diperbolehkannya ibu yang baru melahirkan
(masa nifas) memakan lombok sedangkan Budaya yang
merugikan yang berkembang di kalangan suku Dayak adalah
memotong tali pusat atau ari-ari dengan menggunakan sembilu.
Kemudian kita harus mengadakan adanya suatu promosi
kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan. Selain melakukan
penyuluhan kepada masyarakat setempat, tenaga kesehatan
juga harus melakukan pendekatan kepada ketua adat.
SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mengkaji
lebih dalam budaya-budaya yang berkembang
dalam masyarakat, karena hal ini akan
mempermudah kita dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang holistik.
Berteman itu PENTING kawan... Namun, 'mencari' dan 'menjadi' TEMAN TERBAIK itu JAUH LEBIH PENTING...
TERIMAKASIH