prescase bell's palsy neuro rsal

39
Presentasi Case Bell’s Palsy Andika Widyatama 030.09.014 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSAL dr. Mintohardjo Jakarta, 22 Juli 2014

Upload: henza-ayu-primalita

Post on 22-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppt bell's palsy

TRANSCRIPT

  • Presentasi CaseBells PalsyAndika Widyatama030.09.014Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafRSAL dr. MintohardjoJakarta, 22 Juli 2014

  • Identitas Pasien

  • AnamnesisDiambil dari Autoanamnesis pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 15.00 WIB

    Keluhan Utama: Sakit kepala bagian kanan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

  • Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RSAL dengan keluhan sakit kepala bagian kanan sejak 1 hari SMRS. Sakit kepala dirasakan nyut-nyutan. Sakit kepala juga menjalar ke leher sisi kanan dan ke bagian belakang telinga kanan. Selain itu, pasien merasakan kesan dirinya terasa melayang. Pasien juga merasa wajah sisi kanannya sulit untuk digerakan dan terasa tebal. Diakui pula mulut bagian kanan terasa sedikit baal. Kemudian, beberapa jam kemudian pasien merasakan agak sulit berbicara. Diakui pasien kurang nafsu makan karena terasa pahit di lidah. Pasien juga mengaku sempat merasa mual 2 hari SMRS. Badan pasien dirasakan lemah. Pendengaran yang sensitif dan telinga berdenging disangkal oleh pasien. Keluhan lain seperti demam (-), muntah (-), kejang (-), gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-), bicara pelo (-), kelemahan tubuh sesisi (-), dan mengompol (-), dan penurunan kesadaran (-).

  • Riwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat hipertensi (), kencing manis (-), penyakit jantung (-) , asma (-), trauma kepala (-), penyakit telinga menahun (-), alergi (-).Riwayat Penyakit KeluargaAyah dan ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan stroke. Riwayat kencing manis (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-).Riwayat KebiasaanPasien tidak merokok dan tidak minum-minuman beralkohol serta konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal. Pasien mengaku mempunyai kebiasaaan tidur dengan mengarahkan kipas secara statis secara langsung ke tubuhnya.

  • Pemeriksaan Fisik

  • Status Neurologis

  • Pemeriksaan penunjangLaboratorium (14/7/2014)

  • B. CT Scan (13/7/2014) Kesan: Normal CT Scan.

    C. EKG (Tanggal 13/7/2014)Kesan: Dalam batas normal.

  • RingkasanPasien wanita, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sakit kepala bagian kanan sejak 1 hari SMRS. Sakit kepala dirasakan nyut-nyutan. Sakit kepala juga menjalar ke leher sisi kanan dan ke bagian belakang telinga kanan. Selain itu, pasien merasakan kesan dirinya terasa melayang. Pasien juga merasa wajah sisi kanannya sulit untuk digerakan dan terasa tebal. Diakui pula mulut bagian kanan terasa sedikit baal. Kemudian, beberapa jam kemudian pasien merasakan agak sulit berbicara. Diakui pasien kurang nafsu makan karena terasa pahit di lidah. Pasien juga mengaku sempat merasa mual 2 hari SMRS. Badan pasien dirasakan lemah. Pendengaran yang sensitif dan telinga berdenging disangkal oleh pasien. Keluhan lain seperti demam (-), muntah (-), kejang (-), gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-), bicara pelo (-), kelemahan tubuh sesisi (-), dan mengompol (-), dan penurunan kesadaran (-). Pada pemeriksaan fisik, tampak sakit sedang kesadaran kompos mentis (E4V5M6), tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 18x./menit, suhu 36,20C, status generalis dalam batas normal. Status neurologis didapatkan pada nervus VII (fasialis) mengerutkan dahi kanan (-), menutup mata kanan sulit, memperlihatkan gigi sebelah kanan (-), bersiul sisi kanan (-). Sedangkan pada nervus V (trigeminus) cabang motorik normal tapi cabang sensorik sisi kanan V1, V2 dan V3 berkurang. Tekanan intracranial meninggi tidak ada. Tanda rangsang meningeal tidak ada. Kekuatan motorik 5-5-5-5 baik pada ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah. Sensorik halus baik pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Refleks fisiologis normal reflex. Refleks patologis tidak ada. Otonom normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan dalam batas normal. CT-Scan kepala didapatkan kesan dalam batas normal.

  • DiagnosisDiagnosa klinis: cephalgia + Bells palsyDiagnosa etiologis: -Diagnosis topis: nervus VII (fasialis) Diagnosa patologis: -

  • PenatalaksanaanNon-medikamentosa:Rawat inapObservasi tanda vitalFisioterapiMedikamentosa:IVFD Ringer laktat 20 tpmInjeksi Neulin 2 x 500 mgAcyclovir 4 x 400 mgMethylprednisolone 3 x 16 mgAsam mefenamat 3 x 500 mgMecobalamin 2 x 500 mgDiagnostik:CT Scan kepala

  • PrognosisAd vitam : Dubia ad bonamAd functionam: Dubia ad bonamAd sanationam : Dubia ad malam

  • Follow Up

  • Tinjauan Pustaka

  • DefinisiParese nervus fasialis perifer (Bells palsy) merupakan kelemahan jenis lower motor neuron yang terjadi bila nukleus atau serabut distal nervus fasialis terganggu, yang menyebabkan kelemahan otot wajah sehingga wajah pasien tidak simetris.

  • EpidemiologiDi Indonesia, insiden Bells palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan .7

  • EtiologiKongenitalInfeksiTumorTraumaGangguan pembuluh darahIdiopatikPenyakit-penyakit tertentu

  • PatofisiologiTeori iskemik vaskularTeori infeksi virusTeori kombinasi

  • Manifestasi klinisGejala dan tanda klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi :Lesi di luar foramen stilomastoideusLesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)Lesi di meatus akustikus internusLesi di tempat keluarnya saraf fasialis dari pons

  • Klasifikasi kelumpuhan N.VII

  • DiagnosisPemeriksaan fungsi saraf motorikTonusGustometriSalivasiTes SchimerRefleks stapediusUji audiologiksinkinesisHemispasme

  • Pemeriksaan penunjangElektromiografiElektroneurografiUji stimulasi maksimal

  • PenatalaksanaanMedikamentosa:Steroid (prednisolone)Anti viral (acyclovir)Asam nikotinikNon-medikamentosa:Fisioterapi (infra merah, ultrasound, stimulasi elektrik, massage)Tindakan operatif

  • KomplikasiSekitar 5% pasien setelah menderita parese nervus fasialis mengalami sekuele berat yang tidak dapat diterima, seperti :1.Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimal yang menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis,2.Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (hilang pengecapan), dan disestesia (gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sama dengan stimuli normal), dan3.Reinervasi yang salah dari saraf fasialis.Reinervasi yang salah dari saraf fasialis dapat menyebabkana) sinkinesis yaitu gerakan involunter yang mengikuti gerakan volunter, contohnya timbul gerakan elevasi involunter dari sudut mata, kontraksi platysma, atau pengerutan dahi saat memejamkan mata,b) crocodile tear phenomenon, yang timbul beberapa bulan setelah paresis akibat regenerasi yang salah dari serabut otonom, contohnya air mata pasien keluar pada saat mengkonsumsi makanan.

  • Diagnosis banding1. Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt syndrom)Ramsay Hunt Syndrome (RHS) adalah infeksi saraf wajah yang disertai dengan ruam yang menyakitkan dan kelemahan otot wajah.Tanda dan gejala RHS meliputi:Ruam merah yang menyakitkan dengan lepuh berisi cairan di gendang telinga, saluran telinga eksternal, bagian luar telinga, atap dari mulut (langit-langit) atau lidahKelemahan (kelumpuhan) pada sisi yang sama seperti telinga yang terkinfeksi Kesulitan menutup satu mata Sakit telinga Pendengaran berkurang Dering di telinga (tinnitus) Sebuah sensasi berputar atau bergerak (vertigo) Perubahan dalam persepsi rasa

  • 2. Miller Fisher SyndromMiller Fisher syndrom adalah varian dari Guillain Barre syndrom yang jarang dijumpai.Miiler Fisher syndrom atau Acute Disseminated Encephalomyeloradiculopaty ditandai dengan trias gejala neurologis berupa opthalmoplegi, ataksia, dan arefleksia yang kuat. Pada Miller Fisher syndrom didapatakan double vision akibat kerusakan nervus cranial yang menyebabkan kelemahan otot otot mata . Selain itu kelemahan nervus facialis menyebabkan kelemahan otot wajah tipe perifer. Kelumpuhan nervus facialis tipe perifer pada Miller Fisher syndrom menyerang otot wajah bilateral. Gejala lain bisa didapatkan rasa kebas, pusing dan mual.

  • PrognosisPenderita Bells Palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bells palsy adalah :Usia di atas 60 tahun Paralisis komplitMenurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuhNyeri pada bagian belakang telingaBerkurangnya air mata.Pada umumnya prognosis Bells palsy baik yaitu sekitar 80-90% penderita sembuh dalam waktu 6 minggu sampai tiga bulan tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total danberesiko tinggi meninggalkan gejala sisa. Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15% antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile, tears dan kadang spasme hemifasial.

  • THANK YOU