preparasi 10

26
PERSIAPAN PENELITIAN MIKROFOSIL 1. Sampling pengambilan sampel batuan di lapangan untuk dianalisis kandungan mikrofosilnya Fosil mikro yang terdapat dalam batuan mempunyai bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang berbeda, namun hampir seluruh mikrofosil mempunyai satu sifat fisik yang sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan kadang sangat mudah hancur (getas). Pekerjaan seorang ahli mikropaleontologi diawali dengan pengamatan singkapan di lapangan, mengukur dengan sangat teliti berbagai perubahan litologi sepanjang lintasan, bila diperlukan dapat dilengkapi dengan foto. Kemudian ditentukan bagaimana dan di bagian mana sampel batuan tersebut akan disampling.

Upload: reza-nur-alfansyah

Post on 30-Nov-2015

256 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Preparasi

TRANSCRIPT

  • PERSIAPAN PENELITIAN MIKROFOSIL Samplingpengambilan sampel batuan di lapangan untuk dianalisis kandungan mikrofosilnyaFosil mikro yang terdapat dalam batuan mempunyai bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang berbeda, namun hampir seluruh mikrofosil mempunyai satu sifat fisik yang sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan kadang sangat mudah hancur (getas).Pekerjaan seorang ahli mikropaleontologi diawali dengan pengamatan singkapan di lapangan, mengukur dengan sangat teliti berbagai perubahan litologi sepanjang lintasan, bila diperlukan dapat dilengkapi dengan foto. Kemudian ditentukan bagaimana dan di bagian mana sampel batuan tersebut akan disampling.

  • Usahakan pengambilan sample dilakukan pada batuan yang segar (tidak lapuk) dan yang mungkin mengandung fosil. Mikrofosil dapat terkandung pada sebagian besar batuan sedimen, tetapi banyak sedikitnya, jenis dan variasinya serta kondisi pengawetannya tergantung pada proses pengendapan, umur dan asal batuan.Bignot membuat hubungan antara jenis batuan dan jumlah mikrofosil yang dikandungnya (tabel 1) tanpa memperhatikan umur dan asal pengendapan.

  • xxx=melimpah, xx=jarang, x=kadang-kadangMikrofosilBatuan

    DiatomeCalplonellaChitinozoairRadiolariaCocolithOstracoda ConodontaForaminiferaDinokistaSpora & PolenEvaporitxxDolomitxxxxxxxxxxBatupasir & pasirxxxxxxxxxxxxBatubaraxxxxSedimen silikaxxxxxxxxxxxxxxxBatugampingxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxNapal & LempungxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxBatuan metamorfxxxx

  • Masalah yang timbul pada saat pengambilan sampel batuan dari penampang suatu urutan sedimen adalah menentukan lokasi mikrofosil. Masalah ini timbul karena kebanyakan zone dapat diwakili oleh ketebalan lapisan yang tebalnya hanya beberapa inci dan kadangkala menerus sampai mencapai ketebalan yang besar seperti pada lapisan serpih atau batupasir masif yang monoton. Untuk suatu horizon yang tipis dapat saja sampel tidak terambil dengan sangat mudah pada spot sampling dengan interval tertentu.

  • Beberapa Prosedur samplingSpot samplingDengan interval tertentu merupakan metode terbaik untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan serpih tebal, batugamping dan batulanau. Pada metode ini dapat ditambahkan channel sample (contoh paritan) sepanjang 30 cm pada setiap interval 1,5 m

  • Spot sampling juga dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau sisipan pada batupasir atau batugamping, juga pada serpih dengan lensa tipis batugamping. Pengambilan sampel pada lapisan mikrofosil sangat dianjurkan sebagai prosedur standar. Pada sistem turbidit, pengambilan sampel dilakukan pada interval D-E yang energi pengendapannya sudah sangat kecil sehingga mikrofosil yang terdapat pada interval tersebut menunjukkan waktu yang sama pada saat pengendapan sistem tersebut.

  • Channel samplingDapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu litologi yang seragam, atau pada perselingan batuan yang cepat, channel sample dilakukan pada setiap perubahan unit litologi

  • . Pengambilan sampel permukaan (surface sample)1 14 Lokasi pengambilan sampelSpot sampel: pengambilan sampel secara acakInterval x m = jarak antar sampelChannel sampel: sampel paritan

    . Penampang stratigrafi dan lokasi sampel

    . Contoh penampang yang mempunyai sekuen Bouma yang lengkap; sampel mikropaleontologi dapat diambil pada interval (e), yang energi pengendapannya semakin rendah atau yang terbaik pada lapisan lempung diatas interval e (yang bukan turbidit)

  • Kualitas sampleBersihRepresentatif dan komplitPasti

  • Jenis sampleSurface sampleSubsurface sampleInti bor (core sample)Sampel hancuran (ditch cutting)Sampel sisi bor (side-wall core)

  • PreparasiSuatu proses untuk mengubah sampel batuan yang telah dipilih pada saat sampling menjadi bahan yang siap untuk dianalisis secara mikropaleontologi. Bertujuan memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari berbagai material lempung (matriks) yang menyelimutinya.

  • Beberapa contoh preparasi untuk foraminifera dan ostracoda serta nannoplankton Metode ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klatik halus sedang seperti lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.

    Ambil 100-300 gram sedimen keringApabila sedimen tersebut keras atau agak keras, harus dipecah perlahan-lahan dengan menumbuknya dengan mempergunakan alu besi atau porselenSetelah agak halus, sedimen diamasukkan ke dalam mangkok dan dilarutkan dengan H2O2 (10-15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam batuan tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinyaBiarkan selama 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.Setelah tidak terjadi rekasi seluruh residu dicuci dengan air yang deras di atas tiga saringan yang dari atas ke bawah berukuran 30 80 100 meshResidu yang tertinggal pada saringan 80 dan 100 mesh diambil dan kemudian dikeringkan di dalam oven ( 60OC).Setelah kering residu dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai dengan nomer sampelSampel siap dideterminasi

  • Peralatan standar yang dibutuhkan pada preparasi dan observasi foraminifera kecil dan ostracoda (diambil dari Pringgoprawiro, 2000)saringan dengan 30-80-100 meshwadah pengamatan mikrofosiljarum pengutilslide karton (model Jerman, 40 x 25 mm)slide karton (model internasional 75 x 25 mm)

  • Foraminifera BesarBiasanya foraminifera, besar terdapat pada batugamping atau batugamping pasiran yang mempunyai kekerasan tinggi. Jadi, menganalisisnya dengan menpergunakan sayatan tipis. Caranya sebagai berikut:Sampel batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin penyayat atau gurinda. Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera besar yang ada di dalamnya.Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, sampel ditipiskan pada kedua sisinya.Kepada salah satu sisi contoh tersebut dipoleskam bahan abrasif (karborundum) dan air.Setelah itu, sisi tersebut ditempelkan pada gelas objek (ukuran intemasional 43 x 30 mm) dengan mempergunakan balsam kanada.Sisi lainnya ditipiskan kembali hingga sampel menjadi transparan dan biasanya mempunyai ketebalan sekitar 30-50 m.Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, balsam kanada diteteskan secukupnya dan kemudian ditutup, dengan cover glass, Beri label. Sampel siap dideteminasi.(Catatan: sayatan yang terlalu tebal akan memberikan gambaran yang kurang detil atau buram).

  • NannoplanktonA. Quick smear-slide atau metode poles (gambar 3)Metode ini merupakan metode yang paling praktis, sederhana dan cepat.Ambil satu keping sampel batuan segar seberat 10 gram, bersihkan dengan sikat halus dari kotoran yang menempel.Cukil bagian dalam sampel dengan alat pencukil dan kemudian letakkan di atas gelas objek yang telah disediakan.Tambahkan beberapa tetes aquades di alas gelas objek untuk melarutkan batuannya dan kemudian ratakan.Buang kerikil batuan kasar yang tidak terlarutkan, kemudian panaskan gelas objek di atas hot-plate hingga larutan di atasnya kering.Setelah kering, bersihkan atau tipiskan dengan mempergunakan sisi cover-glass supaya lebih homogen dan tipis.Teteskan balsam kanada secukupnya, kemudian tutup dengan cover-glass sambil ditekan sehingga tidak terdapat lagi gelembung udara di dalamnya.Biarkan mendingin, kemudiam beri label.Sampel siap dideterminasi

  • B. Smear-slide atau metoda suspensi Caranya sebagai berikut:Ambil satu keping sampel batuan terpilih seberat 10 - 25 gram, bersihkan dengan sikat halus. Usahakan keping ini berasal dari bagian dalam batuan dan terbebas dari kontaminasi dengan batuan luar yang kadang kotor.Masukkan fragmen batuan yang telah bersih ke dalam tabung gelas, kemudian larutkan dengan aquades. Tambahkan sedikit natrium bikarbonat (Na2CO3) untuk menghalangi pelarutan dari cangkang nanofosil secara berlebihan.Masukkan tabung gelas tersebut ke dalam vibrator ultrasonik selama 1 jam, tergantung pada kerasnya fragmen batuan, Biasanya 5-10 menit sudah cukup untuk batuan lunak.Dekantsi larutan yang mengandung fragmen batuan yang telah halus itu melalui saringan berukuran 200 mesh, kemudian tampung suspensi dan butiran halus dari Iarutan tersebut dalam bejana gelas.Biarkan suspensi tersebut mengendap.Dengan mempergunakan pipet kecil, teteskan 1-2 tetes suspensi larutan di atas gelas objek, kemudian panaskan di atas hot-plate.Setelah kering, teteskan balsam kanada secukupnya, panaskan sebentar hingga lem tersebut matang. Kemudian tutup dengan cover-glass,Keluarkan gelembung udara yang terperangkap dengan cara menekan cover glass perlahan. Dinginkan dan beri label.Sampel siap dideterminasi

  • PolenUntuk melepaskan polen arau spora dari mineral yang melingkupinya, dapat dilakukan beberapa tahap preparasi yang membutuhkan ketelitian dan ditunjang oleh fasilitas laboratorium yang cukup lengkap seperti cerobong asap, ruang asam, tabung reaksi, alat sentrifugal, dan sebagainya (gambar 7). Caranya sebagai berikut:Haluskan sampel batuan hingga membentuk fragmen 5 mm.Hilangkan kandungan karbonatnya dengan asam klorida (HCl) 50%Tambahkan asam florida (HF) 70% selama beberapa jam ( 10 jam) Untuk menghancurkan silika ataupun mineral silikaan.Larutkan sisa reaksi yang terbentuk dengan HCl 50% selama 10-30 menit.Tambahkan KOH 10% selama 30 menit untuk mengoksidasi partikel karbonan.Tambahkan asam nitrit (HNO3) untuk melarutkan pyrit dan membuat butiran polen lebih jelas terlihat

  • Pada setiap prosedur yang telah dilakukan, sampel batuan dicuci dua kali dengan air dan diputar dengan alat sentrifugal. Residu akhir yang didapat kemudian disaring dengan saringan nilon berukuran 55-20 m. Saringan ini hanya dipakai satu kali untuk satu sampel. Endapan yang didapat pada saringan tersebut diawetkan dalam cairan gliserin dan pengamatan dilakukan setelah endapan akhir diletakkan di atas gelas objek yang kemudian ditutup dengan cover-glass

  • 3. ObservasiObservasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan mempergunakan mikroskopMikroskop yang dipergunakan tergantung pada jenis preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang dapat dipergunakan (gambar 8 dan gambar 9), yaitu mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi, dan mikroskop scanning elektron (SEM)

  • KegiatanJenis AlatUkuran Mikrofosil minimum yang dapat dilihatPerbesaran efisien yang dapat dilakukan (X)PREPARASILAPANGANMata Telanjang+ 75 m1TANPA PREPARASIKaca pembesar (lup)+ 7,5 m10 - 25LABORATORIUMSTUDI RUTINMikroskop Binokuler+0,25 m+ 40 120Dengan cahaya pantulan: Mikrofosil yang dipreparasi dengan cara di cuci (residu) dan pelarutan kimiaDengan cahaya transmisi, preparasi sayatan tipisMikroskop Optik> 0,25 m+ 30015 - 3250Nannofosil dan polen yang dipreparasi pada gelas objekSayatan tipisSTUDI DETILMikroskop scanning elektron (SEM)250 50 A3000 750015 - 50000Mikrofosil yang dicuci (residu) dan pelarutan kimiaSayatan tipisFragmen batuan

  • 4. DeterminasiDeterminasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontolog di laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting selanjutnya, yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama genus dan spesies mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua sifat fisik dan kenampakan optik mikrofosil tersebut