preferensi politik anggota kelembagaan di desa … · anggota kelembagaan di desa sumberejo,...

121
PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA SUMBEREJO, LUMAJANG, JAWA TIMUR PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: truongkhanh

Post on 19-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN

DI DESA SUMBEREJO, LUMAJANG, JAWA TIMUR

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 3: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Politik

Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Putri Nadiyatul Firdausi

NIM I34100017

Page 4: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 5: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

ABSTRAK

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI. Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur. Dibimbing oleh SOFYAN SJAF.

Keberadaan kelembagaan khususnya dalam masyarakat pedesaan,

memberikan pengaruh (baik pengaruh struktural maupun konstruktif) yang penting terkait dengan preferensi politiknya saat pemilihan Kepala Desa. Besarnya pengaruh kelembagaan, baik secara struktural maupun kosntruktif dihubungkan dengan tipe perilaku pemilih anggota (sosiologis, psikologis, dan ekonomi) pada akhirnya akan memunculkan preferensi politik anggota dalam pemilihan Kepala Desa. Penelitian ini menganalisis bentuk-bentuk pengaruh pada kelembagaan formal pemerintah desa dan kelembagaan informal pengajian muslimat terhadap preferensi politik anggota. Analisis didasarkan pada data kuantitatif (analisis regresi) yang didukung dengan data kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kelembagaan di pedesaan berpengaruh terhadap preferensi politik anggota. Kelembagaan formal terbukti memberi pengaruh struktural terhadap preferensi politik pada tipe perilaku sosiologi, sementara pada kelembagaan informal pengajian muslimat tidak ditemukan satu pun bentuk pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik. Penemuan ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi utamanya bagi pemerintah untuk mengevaluasi aparatur yang memanfaatkan pengaruhnya secara struktural untuk kepentingan-kepentingan politik tertentu. Kata Kunci: kelembagaan, preferensi politik, pemilihan Kepala Desa.

ABSTRACT

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI. Political Preferences of Institution‟s Member in Desa Sumberejo, Lumajang. Supervised by SOFYAN SJAF.

Institutions (particularly in rural communities) has big influences (both

structural and constructive) to the political preferences of the current county chief elections. The amount of institutional influence, both structural and constructive associated with the behavioral type of the voters (sociological, psychological, and economic) will eventually bring political preferences of citizens in the selection of the chief. The objectives of this research is to analyze the influences of the formal and informal institutions performances of members. The analysis is based on regression as quantitative and descriptive qualitative. The result of this research is showed that both institutions has influences to preferences of members. Thus in the formal influences is proven by structural influences such as sociological type. But there is not necesserily influences by informal on political preferences of the citizens. This invention could be one of reference for government to evaluate instituitions which exploit thier influences to consolidate their politics need. Keywords: institutions, political preferences, County Chief Election.

Page 6: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 7: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN

DI DESA SUMBEREJO, LUMAJANG, JAWA TIMUR

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 9: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

Judul Skripsi : Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo,

Lumajang, Jawa Timur

Nama : Putri Nadiyatul Firdausi

NIM : I34100017

Disetujui oleh

Dr Sofyan Sjaf, SPt MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 11: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata‟ala atas

karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Preferensi Politik Anggota

Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur” ini dapat diselesaikan

dengan baik. Peneliti menyadari penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih tak terhingga kepada:

1. Dr. Sofyan Sjaf, dosen pembimbing skripsi yang telah dengan penuh

kesabaran mengarahkan dan memberi pencerahan kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

2. Abi As‟at Malik dan Umma Tutuk Fajriatul Mustofiah, Mba Elda, Mas

Taqim, Mas Kamal, Farah, Abdil, Indy, Naya, Alm Mbah Dollah, Mbah Ibuk,

Mbah Yai, Mbah Nyai, dan segenap keluarga besar penulis yang merupakan

sinar penyemangat hidup bagi penulis.

3. Ibu Anna Fatchiya, dosen pembimbing akademik yang selalu memberi

motivasi kepada penulis untuk menjalani dan menyelesaikan kuliah dengan

baik.

4. Keluarga besar Desa Sumberejo yang telah dengan murah hati dan terbuka

menerima penulis menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari selama

penelitian berlangsung.

5. Muhammad Faqih Wiratama yang senantiasa mencurahkan perhatian,

dukungan, dan doa sehingga penulis tidak pernah kehilangan semangat untuk

menyelesaikan skripsi.

6. Keluarga Dwi Regina tercinta, Lorensa, Novalina, Yane, Wulan, Iir, Iin,

Ichan, Yolan, Maya, Putri, Juju, Helen, Maria, Ka Jane, Claudia, Sabet, Elsy,

Yose, Iga, Haning, Teh Maya, Bapak Edi, Teh Yanti, Teh Yuyun, yang

senantiasa mencerahkan hari-hari penulis.

7. Teman-teman seperjuangan, Saefihim, Achmad Fauzi, Anggi, Gebyar, Indah,

Izmi, Citra, Ulfi, Luhur, Ka Fani, dan lain-lain yang senantiasa saling

menguatkan dalam menjalani hari-hari kuliah.

8. Teman-teman bimbingan, Sofi, Habibi, Ka Resa, Ningsih, Annisa, Mimi, dan

Tri, yang selalu kompak untuk bersama-sama menyelesaikan tanggungjawab.

9. Rekan asisten Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan, Sylsilia, Bram, Ka Turasih,

Ka Zessy, Ka Rajib, Ka Lukman, dan Ka Anom, yang sering mengingatkan

penulis untuk selalu maksimal dalam menyelesaikan skripsi.

10. Pak Abo dan teteh yang menjadi langganan penulis untuk mencetak tugas-

tugas akhir dan skripsi, yang senantiasa menyambut penulis dengan semangat

dan senyum ramahnya.

11. Semua pihak yang telah banyak mencurahkan dukungan dan bantuan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juni 2014

Putri Nadiyatul Firdausi

Page 12: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 13: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Kerangka Pemikiran 13

Definisi Konseptual 15

Definisi Operasional 16

PENDEKATAN LAPANGAN 25

Metode Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Teknik Sampling 25

Pengumpulan Data 26

Pengolahan dan Analisis Data 27

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 29

Kondisi Sosial dan Geografis 29

Karakteristik Responden 32

Ikhtisar 36

PROFIL KANDIDAT DAN DINAMIKA KONDISI SOSIAL POLITIK

PEMILIHAN KEPALA DESA SUMBEREJO 36

Gambaran Umum Pemerintahan Desa Sebelum Pemilihan Kepala Desa 2013 37

Pemilihan Kepala Desa 39

Latar Belakang Sosial Ekonomi Dua Kandidat Kepala Desa 40

Strategi Kandidat 42

Peta Kekuatan Kandidat 44

Ikhtisar 45

Page 14: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN TERHADAP PREFERENSI

POLITIK ANGGOTA 47

Pengaruh kelembagaan pedesaan dalam penentuan tindakan anggota 47

Preferensi politik anggota 53

Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota 58

Ikhtisar 61

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL

TERHADAP PREFERENSI POLITIK ANGGOTA 63

Analisis Pengaruh Kelembagaan Formal terhadap Preferensi Politik Anggota 63

Analisis Pengaruh Kelembagaan Informal terhadap Preferensi Politik Anggota

76

Analisis Perbandingan Pengaruh Kelembagaan Formal dan Informal terhadap

Preferensi Politik Anggota 85

Ikhtisar 89

SIMPULAN DAN SARAN 91

Simpulan 91

Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 94

RIWAYAT HIDUP 103

Page 15: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Uji statistik reliabilitas 26

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo

berdasarkan agama yang dianut

29

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo

berdasarkan lulusan pendidikan

30

Tabel 4 Jumlah institusi pendidikan di Desa Sumberejo 30

Tabel 5 Sumber pemasukan desa 31

Tabel 6 Preferensi politik warga Desa Sumberejo pada Pemilihan

Legislatif 2009

31

Tabel 7 Daftar nama pegawai pemerintah Desa Sumberejo 33

Tabel 8 Pengurus pengajian muslimat Desa Sumberejo 35

Tabel 9 Daftar nama Kepala Desa Sumberejo 37

Tabel 10 Profil kandidat Kepala Desa 39

Tabel 11 Rekapitulasi suara Pemilihan Kepala Desa Sumberejo

2013

40

Tabel 12 Perbandingan karakter kedua kandidat Kepala Desa 45

Tabel 13 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan pedesaan

48

Tabel 14 Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan

pedesaan

49

Tabel 15 Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan lamanya

menjadi anggota pada kelembagaan pedesaan

50

Tabel 16 Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan pedesaan

51

Tabel 17 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam

penentuan tindakan pada kelembagaan pedesaan

52

Tabel 18 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada

kelembagaan pedesaan

53

Tabel 19 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada

kelembagaan pedesaan

54

Tabel 20 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada

kelembagaan pedesaan

54

Tabel 21 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi

pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan

55

Tabel 22 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi

pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan

56

Tabel 23 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi

pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan

56

Tabel 24 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan pedesaan

57

Tabel 25 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

57

Page 16: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

pada kelembagaan pedesaan

Tabel 26 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan pedesaan

58

Tabel 27 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada

kelembagaan pedesaan

59

Tabel 28 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam

penentuan tindakan individu pada kelembagaan formal

64

Tabel 29 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dilihat

dari lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal

65

Tabel 30 Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan

formal

66

Tabel 31 Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan formal

67

Tabel 32 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan formal

67

Tabel 33 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada

kelembagaan formal

68

Tabel 34 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada

kelembagaan formal

69

Tabel 35 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada

kelembagaan formal

69

Tabel 36 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi

berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan

formal

70

Tabel 37 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi

berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan

formal

71

Tabel 38 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi

berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan

formal

71

Tabel 39 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan formal

72

Tabel 40 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan formal

72

Tabel 41 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan formal

73

Tabel 42 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada

kelembagaan formal

74

Tabel 43 Frekuensi dan persentase preferensi politik berdasarkan

lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal

75

Tabel 44 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam

penentuan tindakan individu pada kelembagaan informal

77

Tabel 45 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan 78

Page 17: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan informal

Tabel 46 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan

berdasarkan lamanya menjadi anggota

79

Tabel 47 Frekuensi dan peresntase pengaruh struktural dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan informal

79

Tabel 48 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam

penentuan tindakan anggota pada kelembagaan informal

79

Tabel 49 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada

kelembagaan informal

81

Tabel 50 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada

kelembagaan informal

81

Tabel 51 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada

kelembagaan informal

82

Tabel 52 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada

kelembagaan informal

84

Tabel 53 Perbandingan pengaruh pada kelembagaan formal dan

informal

85

Tabel 54 Perbandingan pengaruh struktural pada kelembagaan

formal dan informal

86

Tabel 55 Perbandingan pengaruh konstruktif pada kelembagaan

formal dan informal

87

Tabel 56 Perbandingan preferensi politik pada kelembagaan

formal dan informal

87

Tabel 57 Perbandingan pengaruh kelembagaan terhadap preferensi

politik pada kelembagaan formal dan informal

88

Page 18: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Kerangka pemikiran 14

Gambar 2 Bagan mekanisme pengambilan sampel 26

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

pada kelembagaan formal

33

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada

kelembagaan formal

34

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

pada kelembagaan informal

35

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada

kelembagaan informal

35

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Jadwal penelitian skripsi 95

Lampiran 2 Peta Desa Sumberejo 96

Lampiran 3 Daftar Panitia Pemilihan Kepala Desa Sumberejo tahun

2013

97

Lampiran 4 Kerangka sampling kelembagaan formal 99

Lampiran 5 Daftar responden kelembagaan informal 101

Lampiran 6 Dokumentasi 103

Page 19: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

1

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan

kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang

melatarbelakangi penelitian dan memunculkan permasalahan penelitian secara

umum (General Research Question). Permasalahan penelitian tersebut kemudian

diuraikan secara lebih detil menjadi permasalahan yang spesifik (Spesific

Research Question) pada bab masalah penelitian. Poin selanjutnya yaitu tujuan

penelitian menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan berdasarkan

permasalahan yang telah diuraikan. Poin terakhir dari bab ini yaitu penjabaran

tentang kegunaan penelitian baik bagi akademisi, pemerintah, dan masyarakat.

Latar Belakang

Demokrasi secara harfiah berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos

(pemerintahan) yang secara sederhana diartikan sebagai pemerintahan dari, oleh,

dan untuk rakyat (Valentina 2009). Sistem pemerintahan ini menempatkan rakyat

pada posisi tertinggi sebagai pemegang kedaulatan. Sebagai bentuk pemerintahan

yang dianggap paling ideal, demokrasi dengan berbagai variannya banyak

diterapkan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Disesuaikan dengan

karakter dan budaya bangsa, Indonesia melakukan kombinasi prinsip demokrasi

dengan asas negara Indonesia (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945)

sehingga dicetuslah bentuk pemerintahan Demokrasi Pancasila. Demokrasi

Pancasila memberikan porsi yang besar terhadap sistem pengambilan keputusan

dengan jalan musyawarah, sebagaimana yang disebutkan dalam Pancasila sila ke-

4, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan”.

Demokrasi Pancasila dengan musyawarah sebagai psinsip utamanya ini

didasarkan pada kehidupan demokrasi di pedesaan. Moh. Hatta dalam Gayatri

(2007) mengatakan bahwa struktur demokrasi yang hidup dalam diri bangsa

Indonesia harus berdasarkan pada demokrasi asli yang berlaku di desa. Perkataan

Moh. Hatta yang dikutip Gayatri (2007) tersebut secara tidak langsung

menjelaskan bahwa desa merupakan inti dari tatanan politik di Indonesia. Adapun

demokrasi di pedesaan Indonesia merupakan demokrasi asli yang lebih dahulu

terbentuk sebelum negara Indonesia merdeka bahkan pada masa kerajaan sebelum

era kolonial, dengan mekanisme pertemuan antar warga desa dalam bentuk-

bentuk pertemuan publik seperti musyawarah/rapat sebagai ciri utamanya (Gayatri

2007). Peristiwa Indonesia merdeka dengan penetapan sistem pemerintahan yang

penuh dinamika kemudian membawa kehidupan demokrasi pedesaan pada kondisi

yang berubah-ubah dan tidak menentu. Seperti diketahui bahwa demokrasi

Pancasila dicetuskan pada akhir kepemimpinan Presiden Sukarno dan dilanjutkan

pada masa kepemimpinan Presiden Suharto, dan hingga pasca reformasi,

Indonesia masih mengklaim bahwa sistem pemerintahan yang dianut adalah

Demokrasi Pancasila. Desa yang sudah mempraktikkan kehidupan demokrasi

dengan karakternya sendiri sempat mengalami penyeragaman pada masa Orde

Page 20: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

2

Baru, dimana desa menjadi lebih seperti perpanjangan tangan pemerintah pusat

dan kehilangan karakternya.

Hal ini terus terjadi hingga kemudian reformasi bergulir dan demokrasi

berperspektif otonomi didengungkan. Otonomi desa mulai mendapatkan kembali

karakternya, terlebih dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 tentang desa untuk mewujudkan otonomi desa yang memberi

kesempatan kepada masyarakat desa mengurus rumah tangganya sendiri termasuk

dalam bidang politik dan pemerintahan (Uang 2012). Selain Peraturan Pemerintah

tersebut, UU No. 22 Tahun 1999 tentang kerangka desentraslisasi politik juga

ditetapkan pemerintah. Undang-undang ini memberi batasan kekuasaan pusat dan

memberikan otoritas yang lebih luas kepada pemerintah daerah. UU No. 22/1999

menjadi prinsip utama untuk menghidupkan kembali parlemen desa dengan

keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta adanya

pemberdayaan peran dan fungsi parlemen daerah untuk tujuan meningkatkan

demokratisasi lokal melalui perluasan ruang partisipasi politik rakyat (Gayatri

2007).

Salah satu kegiatan dalam rangka perluasan partisipasi politik rakyat di desa

adalah agenda pemilihan Kepala Desa. Desa pada dasarnya telah melakukan

pemilihan Kepala Desa sejak sebelum Indonesia merdeka. Pemerintah Hindia

Belanda pada masa politik kolonial, melalui penerbitan Indlandsche Gemeente

Ordonanntie (IGO) Stbl. 1906 No. 83 memberikan ruang bagi desa untuk

menjalankan pemerintahan sendiri dalam bentuk pengakuan hak-hak budaya desa,

sistem pemilihan kepala desa, desentralisasi pemerintahan pada tingkat desa,

parlemen desa, dan sebagainya. Penduduk „pribumi‟ diperintah secara langsung

oleh penguasa pribumi, dan secara tidak langsung oleh penguasa Belanda. Adapun

dalam prosesnya, pemilihan Kepala Desa dengan kelembagaan dan jaringan

tradisional yang masih lekat di dalamnya selalu memberi warna dan pengaruh.

Masih tingginya aktivitas dan keterikatan masyarakat dalam kelembagaan di

pedesaan menyebabkan studi tentang pengaruh kelembagaan terhadap

kecenderungan memilih (preferensi politik) anggotanya dalam pemilihan Kepala

Desa menjadi penting untuk dilakukan.

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang menarik terkait hal-hal yang

mempengaruhi proses pemilihan Kepala Desa. Hidayat (2000) mengungkapkan

bahwa terpilihnya seorang Kepala Desa di daerah penelitiannya (Desa Tanjung

Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang) adalah tergantung dari jejaring

yang dimiliki oleh calon tersebut. Saat calon dapat merangkul kelompok-

kelompok tertentu di desa maka saat itu pula peluang untuk menggiring suara juga

besar. Artinya, preferensi politik masyarakat pedesaan masih sangat tergantung

pada kelompok-kelompok yang ada di desa. Kelompok-kelompok (kelembagaan)

yang ada di desa, senantiasa memberi pengaruh (baik pengaruh struktural maupun

konstruktif) terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat termasuk dalam hal

preferensi politik. Penelitian lain dilakukan Fadhilah (2005) menunjukkan bahwa

peran ketokohan kyai dalam lembaga pengajian desa memberi pengaruh besar

terhadap preferensi politik masyarakat desa. Seringkali kyai di suatu desa

berafiliasi dengan orang-orang lain yang berkepentingan (calon Kepala Desa,

misalnya) sehingga suara jamaah dapat dengan mudah digiring oleh calon. Hal ini

disebabkan oleh kepatuhan dan konformitas yang masih tinggi di daerah

pedesaan.

Page 21: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

3

Besarnya pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik seperti yang

telah banyak diteliti tersebut, berhubungan erat dengan tipe perilaku pemilih.

Anggota dalam kelembagaan melakukan konformitas dalam berbagai hal,

termasuk keputusan politik, dengan ditentukan oleh tipe perilaku pemilihnya.

Kristiadi dalam Valentina (2009) mengungkapkan bahwa terdapat tiga tipe

perilaku pemilih yaitu tipe perilaku pemilih dengan pendekatan sosiologis,

psikologis, dan ekonomi1. Keberadaan kelembagaan yang masih besar perannya di

pedesaan dengan tipe perilaku pemilih seperti yang telah dijelaskan tersebut pada

akhirnya akan menentukan preferensi politik anggota dalam pemilihan Kepala

Desa.

Pengaruh kelembagaan yang begitu besar dalam proses pemilihan Kepala

Desa banyak ditemui di desa-desa di Jawa Timur. Kelembagaan utamanya

kelembagaan agama masih besar peran dan pengaruhnya terhadap pilihan

masyarakat sehingga seringkali kelembagaan kemudian dijadikan alat untuk

memobilisasi suara masyarakat. Masih besarnya pengaruh kelembagaan dalam

kehidupan masyarakat utamanya dalam pemilihan pemimpin di daerah Jawa

Timur ini kemudian menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di

desa di daerah Jawa Timur. Lebih spesifik peneliti menetapkan Desa Sumberejo,

Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang sebagai tempat penelitian. Diketahui

desa ini merupakan desa dengan sejumlah kelembagaan (baik formal maupun

informal) yang beragam. Kelembagaan-kelembagaan di desa ini sedikit banyak

memberi warna dalam pemilihan Kepala Desa. Terlebih diketahui bahwa kandidat

yang memenangkan pertarungan politik ini adalah tokoh dari lembaga informal di

desa setempat. Demikian pula dengan kandidat lawan yang kalah tipis dengan

persentase 43,15 persen-56,11 persen (berdasarkan Data Rekapitulasi Kepala

Desa di Lumajang 2013) diketahui merupakan orang dekat dari tokoh yang

memiliki pengaruh yang cukup besar di desa setempat. Alasan ini yang kemudian

melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Sumberejo,

Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang.

Perumusan Masalah

Pemilihan Kepala Desa merupakan agenda politik masyarakat pedesaan

yang dilakukan rutin setiap periode tertentu. Terpilihnya Kepala Desa dalam

Pemilihan Kepala Desa khususnya di daerah Jawa Timur seringkali dipengaruhi

oleh kelembagaan-kelembagaan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu

permasalahan umum yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana pengaruh

kelembagaan terhadap preferensi politik anggota dalam Pemilihan Kepala Desa?

Seperti diketahui, kelembagaan di pedesaan membawa pengaruh yang

cukup besar dalam hal penentuan preferensi politik anggotanya. Adapun

preferensi politik dapat dilihat dengan menganalisis tipe perilaku pemilih.

Pengaruh kelembagaan (struktural dan konstruktif) dengan demikian secara

1Tipe perilaku pemilh dengan pendekatan sosiologis yaitu tipe dimana lingkungan memberi pengaruh besar

terhadap kecenderungan seseorang memilih pemimpin. Tipe kedua, yaitu tipe dengan pendekatan psikologis,

menekankan beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku memilih seperti ketertarikan seseorang terhadap

partai politik, orientasi seseorang terhadap calon pemimpin, dan orientasi seseorang terhadap isu-isu politik.

Adapun pendekatan ekonomi menekankan faktor situasional berdasarkan pemikiran untung rugi dan

penghindaran resiko dalam menentukan perilaku pemilih.

Page 22: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

4

langsung maupun tidak berhubungan dengan perilaku pemilih anggota (sosiologi,

psikologi, ekonomi). Oleh sebab itu, perlu untuk dianalisis sejauh mana pengaruh

kelembagaan terhadap tipe perilaku pemilih?

Seperti dijelaskan pada latar belakang, Desa Sumberejo merupakan desa

dengan sejumlah kelembagaan (baik formal maupun informal) yang beragam.

Kelembagaan-kelembagaan yang ada tersebut akan senantiasa memberi pengaruh

(baik secara langsung maupun tidak) dalam menentukan preferensi politik

anggotanya. Adapun derajat pengaruh dari masing-masing kelembagaan dapat

dimungkinkan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu perlu diketahui

kelembagaan manakah yang lebih besar pengaruhnya dalam penentuan

preferensi politik anggota? Secara lebih spesifik, apakah kelembagaan formal

memiliki pengaruh lebih besar daripada kelembagaan informal? Atau

sebaliknya?

Kelembagaan-kelembagaan yang ada di pedesaan mempengaruhi pilihan-

pilihan politik mayarakat dengan bentuk yang beragam. Beberapa kelembagaan

dapat memberi pengaruh struktural, dan beberapa kelembagaan lain mungkin

memberi pengaruh konstruktif. Kedua bentuk pengaruh tersebut akan menentukan

bagaimana budaya penentuan preferensi politik masyarakat pedesaan. Oleh karena

itu penting untuk mengetahui pengaruh apakah yang lebih dominan pada

kelembagaan dalam penentuan preferensi politik anggota? Apakah pengaruh

struktural atau konstruktif?

Melihat pengaruh kelembagaan yang terdiri dari dua jenis yaitu pengaruh

struktural dan konstruktif, juga dengan melihat tipe perilaku pemilih yaitu

psikologi, sosiologi, dan ekonomi, memungkinkan pula untuk dianalisis hubungan

pengaruh antara kedua konsep tersebut sehingga ditemui kecenderungan-

kecenderungan tertentu. Maka muncul pertanyaan apakah pengaruh kelembagaan

tertentu akan cenderung mengarah kepada tipe perilaku pemilih tertentu pula?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian

umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh kelembagaan

terhadap preferensi politik anggota dalam pemilihan Kepala Desa. Adapun tujuan-

tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kelembagaan terhadap tipe perilaku pemilih sehingga

memunculkan preferensi politik tertentu.

2. Menganalisis kelembagaan yang memiliki pengaruh lebih besar dalam

penentuan preferensi politik anggota.

3. Menganalisis bentuk pengaruh kelembagaan dalam penentuan preferensi

politik anggota.

4. Menganalisis kecenderungan pengaruh kelembagaan tertentu terhadap tipe

perilaku tertentu sehingga memunculkan preferensi politik tertentu.

Page 23: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

5

Kegunaan Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai

pihak, yaitu:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan mengenai pengaruh kelembagaan-kelembagaan yang ada di

pedesaan dalam penentuan preferensi politik anggotanya. Penting untuk

dipahami bahwa masyarakat desa merupakan masyarakat yang memiliki

ikatan sosial yang kuat sehingga tidak jarang kelembagaan (formal maupun

informal) senantiasa memberi warna dalam berbagai kehidupan masyarakat,

termasuk dalam penentuan preferensi politik. Hal ini menunjukkan bahwa

penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dan didalami. Diharapkan

penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan acuan untuk penelitian

lebih dalam tentang pengaruh kelembagaan.

2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan tentang ragam kondisi politik di pedesaan sehingga

dapat menetapkan kebijakan tentang Pemilihan Kepala Desa dengan lebih

sesuai degan kondisi politik yang sebenarnya di pedesaan.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota dalam

Pemilihan Kepala Desa.

Page 24: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

6

Page 25: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

7

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini memuat tinjauan pustaka penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis,

dan definisi operasional dari variabel yang disebutkan pada kerangka pemikiran.

Tinjauan pustaka berisi beberapa teori dan konsep terkait penelitian yang

dilakukan. Teori dan konsep yang diuraikan pada tinjauan pustaka selanjutnya

diturunkan menjadi variabel pengaruh dan terpengaruh yang digambarkan

hubungannya pada kerangka pemikiran. Adapun hubungan dugaan antar variabel

pada kerangka pemikiran diuraikan pada hipotesis penelitian. Variabel-variabel

beserta hubungannya tersebut dijelaskan pengertian dan pengukurannya pada

definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Kelembagaan dan Organisasi

Kelembagaan merupakan sebuah istilah yang dalam penggunaannya

memiliki setidaknya dua perspektif. Secara harfiah, kelembagaan dapat diartikan

dari terjemahan langsung istilah institution. Kelembagaan dalam perspektif ini

merujuk kepada suatu badan seperti organisasi, asosiasi, dan sebagainya. Ogburn

dan Nimkof dalam Nasdian (2003) misalnya, berpendapat bahwa kelembagaan

dan asosiasi pada prinsipnya sama, hanya kelembagaan lebih penting dan umum,

sedangkan asosiasi kurang penting dan bertujuan spesifik. Kelembagaan maupun

asosiasi dipandang sebagai organisasi sosial, yakni sebagai kelompok. Adapun

Bertrand dalam Nasdian (2003) mendefinisikan berbeda dengan perspektif

pertama. Kelembagaan diartikan sebagai himpunan norma-norma segala tingkatan

yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Ia

merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi, dan sistem sosial

lainnya. Perspektif ini memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan

peranan sosial secara abstrak.

Penelitian ini menempatkan kelembagaan pada perspektif pertama, yaitu

kelembagaan yang secara harfiah merujuk pada istilah institutution, yaitu sebagai

kelompok dan merujuk pada suatu badan, dalam hal ini dikhususkan yaitu

organisasi. Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang

sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan tertentu (Parsons dalam Etzioni 1985).

Umumnya, organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan, dan tanggung jawab

2. Adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi dan

mengarahkan organisasi

3. Penggantian tenaga

Organisasi dibentuk dan dikembangkan dengan tujuan yang mencakup

beberapa fungsi, di antaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara

menggambarkan keadaan masa yang akan datang yang senantiasa berusaha

Page 26: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

8

dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Tujuan tersebut secara otomatis

menciptakan sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan organisasi, menjadi

sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan organisasi, menjadi pAtan

yang dapat digunakan baik oleh anggota organisasi maupun kalangan luar untuk

menilai keberhasilan organisasi, serta menjadi tolok ukur bagi ilmuwan di bidang

organisasi guna mengetahui seberapa jauh suatu organisasi berjalan dengan baik.

Organisasi dalam studinya mengalami banyak perkembangan. Setidaknya

terdapat beberapa pendekatan dalam memahami organisasi dan perkembangannya

(Etzioni 1985):

1. Aliran Manajemen Ilmiah. Pendekatan ini memandang bahwa motivasi

anggota tumbuh karena perangsang ekonomis. Organisasi ditandai dengan

pembagian kerja yang tegas dengan tenaga-tenaga yang memiliki

keterampilan khusus dan juga oleh hierarki wewenang yang khas. Pandangan

ini merupakan cikal bakal dari timbulnya organisasi formal.

2. Aliran Hubungan Manusia. Pendekatan ini menekankan kepada elemen

emosional, tidak terencana, dan non-rasional di dalam perilaku organisasi.

Rasa persahabatan dan pengelompokan sosial anggota bagi kemajuan

organisasi merupakan hal penting dalam pendekatan ini. Diuraikan pula

tentang manfaat kepemimpinan organisasi dan komunikasi emosional maupun

partisipasi. Dari perspektif ini kemudian dikembangkan konsep organisasi

informal. Ciri informal tersebut kadang dipandang sebagai apa yang tersirat di

balik struktur organisasi formal.

3. Pendekatan strukturalis, merupakan titik temu teori organisasi yang

menggabungkan konsep organisasi formal dan informal serta sekaligus

memberikan gambaran tentang organisasi yang lebih lengkap dan terpadu.

Jika Etzioni (1985) mengungkapkan ada tiga jenis organisasi dalam

perkembangannya (formal, informal, dan gabungan keduanya), peneliti

menetapkan untuk mengambil dua jenis kelembagaan dari pengelompokan

tersebut, yaitu kelembagaan formal dan informal. Hal ini mengingat masih

terdiferensiasi dengan jelasnya kelembagaan formal dan informal di pedesaan

sehingga dapat diperbandingkan secara lebih kuat dan seimbang pengaruh dari

kedua kelembagaan tersebut.

Pengaruh Kelompok terhadap Tindakan Politik Aktor

Studi tentang pengaruh kelompok terhadap tindakan politis anggotanya

berkaitan erat dengan konsep politik identitas. Politik identitas didefiniskan

sebagai tindakan politis yang mengedepankan kepentingan kelompok karena

memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan etnik, gender,

keagamaan, dan sejenisnya (Sjaf 2013). Tindakan politis tersebut tercermin dari

aktivitas aktor dalam arena ekonomi, politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Beberapa pemahaman terkait politik identitas didefinisikan dan dijabarkan

berdasarkan berbagai penelitian. Berikut beberapa pemahaman terkait politik

identitas (Hardiman dalam Sjaf 2013):

1. Individualisme

Paham ini menekankan pada kebebasan individu dalam bertindak dan memilih

identitasnya. Dikatakan bahwa individu konkret tidak terkait dengan konteks

Page 27: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

9

kultural konkretnya. Adapun subyek atau kedirian individu itu sendiri terjadi

melalui kemampuan individu untuk memilih tujuan-tujuan menurut preferensi-

preferensi individualnya.

2. Komunitarianisme

Individu dalam pemahaman ini dikaitkan pada komunitas asalnya. Dikatakan

bahwa individu konkret berasal dari latar belakang etnis, geder, atau religius

tertentu. Subyek atau kedirian terjadi keanggotaannya dalam sebuah komunitas

yang terbentuk melalui tradisi-tradisi dan nilai-nilai kultural.

3. Kritisisme

Mengkritisi dua pemahaman di atas, menurut pemahaman ini, individu

dilahirkan dari proses komunikasi. Identitas kolektif dan individual berada

dalam sebuah proses formatif yang dinamis. Adapun identitasnya dibentuk

melalui komunikasi sehingga terbentuk kesepahaman atau kesepakatan

identitas bersama.

Pemahaman mengenai politik identitas di atas menunjukkan bahwa dalam

melakukan tindakan-tindakannya, individu tidak dapat terlepas dari kelompok,

namun di sisi lain, individu juga dapat memutuskan tindakan-tindakannya,

termasuk dalam tindakan politik sesuai dengan tujuan individual dan

kepentingannya. Gambaran tentang politik identitas terutama terkait dengan

aktornya (individu atau kelompok) digambarkan lebih detil oleh Sjaf (2013)

dalam tipologi pelaku politik identitas berikut:

a. Tipologi pelaku politik pendekatan Konstruktifis

1. Tipologi aktor-struktur-komunikatif

Tipologi ini menekankan peranan penting aktor dalam politik

identitas. Dikatakan bahwa aktor merupakan individu yang memunyai

identitas terbentuk dari komunikasi yang dibangun dengan struktur yang

menyertainya (Habermas dalam Hardiman dalam Sjaf 2013). Lebih lanjut

dijelaskan dalam tipologi ini bahwa identitas individu selain dibentuk

dengan struktur yang menyertai, juga dibentuk dari komunikasi dengan

struktur di luarnya yang kemudian memunculkan kesepakatan atau

kesepahaman tentang identitas bersama. Konstruksi identitas bersama

merupakan resultan yang diperoleh individu-kelompok dalam tindakan

komunikatif.

2. Tipologi aktor-individu

Tipologi ini menyatakan bahwa politik identitas sarat dengan

tindakan individu yang terkait dengan perannya. Individu senantiasa

mengkonstruksi identitasnya sesuai dengan konteks peran yang dimainkan

karena memiliki peran yang beragam dalam beragam arena kehidupan.

Berdasarkan dua tipologi pelaku politik tersebut, dapat diambil variabel-

variabel untuk menganalisis pengaruh kelembagaan dengan pendekatan

konstruktif secara umum yaitu, jalinan komunikasi dengan lingkungan

sekitar, luas jaringan sosial, pembentukan kesepakatan bersama, jumlah

variasi peran individu dalam berbagai situasi, dan kemampuan

mengkonstruksi peran.

b. Tipologi pelaku politik pendekatan Strukturisme, terdiri dari:

1. Tipologi aktor-kelompok

Page 28: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

10

Politik identitas dalam tipologi ini ditentukan kelompok dari

individu-individu masyarakat. Identitas individu tidak dapat dilepaskan

dari konteks kelompoknya, baik etnik, ras, agama, maupun gender.

2. Tiplogi struktur-individu

Tipologi struktur-individu melihat aktor tidak memunyai kekuatan

untuk menentukan ciri dan karakteristiknya. Hal ini disebabkan besarnya

hegemoni struktur di dalamnya.

3. Tipologi struktur-kelompok

Tipologi struktur-kelompok menunjukkan kekuatan konstruksi

sejarah yang menempatkan kelompok-kelompok identitas dalam

“dikotomi binary” yang berada pada masing-masing kutub yang berlainan.

Kehadiran kelompok-kelompok identitas dinilai sebagai suatu realitas

alamiah yang senantiasa dipertentangkan antara satu dengan lainnya.

Ketiga tipologi di atas dapat dijadikan dasar untuk menentukan variabel

pengaruh kelembagaan dengan pendekatan struktural. Variabel-variabel tersebut

yaitu, keanggotaan dalam kelompok, keterikatan dengan kelompok, posisi sosial

individu, kemampuan menentukan tindakan, dan pengaruh struktur sosial di

atasnya.

Perilaku Pemilih dan Preferensi Politik

Perilaku pemilih secara sederhana didefinisikan sebagai suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan

pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka

melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Perilaku pemilih dapat

dikaji dengan menggunakan tiga pendekatan (Jack dalam Rochimah 2009):

1. Pendekatan sosiologi

Pendekatan sosiologi memfokuskan pada hubungan antara geografi dan

demografi dengan perilaku memilih. Keadaan dan kategori sosial seseorang,

keanggotaannya dalam sebuah kelompok, banyak mempengaruhi tindakan-

tindakan politiknya. Menurut ahli-ahli sosiologi, dalam sebuah masyarakat

yang terdiri dari tingkat keagamaan yang kuat, kelas, pembagian wilayah, ras,

kelompok etnis, mengasumsikan bahwa keanggotaannya akan berpengaruh

kuat dalam pemilihan. Konteks sosial individu akan mempengaruhi bagaimana

pilihan individu. Kampanye bukan merupakan hal yang terlalu banyak

memberi pengaruh menurut pendekatan ini. Komunikasi antar pribadi antara

anggota akan menjadi jauh lebih efektif daripada kampanye. Beberapa tipe

pendekatan sosiologis, yaitu:

a. Kelompok kategorial, yaitu kelompok yang memiliki satu atau beberapa

karakter khas namun tidak terdapat kesadaran bersama. Contoh kelompok

tipe ini yaitu usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya.

b. Kelompok sekunder, yaitu kelompok yang memiliki ciri yang sama dan

menyadari tujuan dan identifikasi kelompoknya, misalnya, agama atau

etnis.

c. Kelompok primer, yaitu kelompok yang sering dan secara teratur

melakukan interaksi, misalnya keluarga atau peer groups.

Page 29: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

11

2. Pendekatan ekonomi

Pendekatan ini menyatakan bahwa ternyata pemilih dapat mengubah

pilihannya sewaktu-waktu, terutama berkaitan dengan perkembangan tigkat

pendidikan dan semakin banyaknya pilihan yang lebih memberikan dan

menjanjikan masa depan. Diasumsikan pada pendekatan ini bahwa pemilih

merupakan orang-orang yang rasional. Mereka akan berhitung saat

menetapkan pilihan. Mereka cenderung lebih individual dan independen

dibandingkan kelompok pada pendekatan sosiologis dan psikologi sosial.

Adapun faktor yang dianggap mempengaruhi pilihan seseorang dalam

pendekatan ini yaitu adalnya peristiwa tertentu, strategi komunikasi, dan

adanya kebutuhan konkret tertentu yang dapat dipenuhi oleh kandidat.

3. Pendekatan psikologi sosial

Pendekatan ini mempertimbangkan unsur loyalitas pemilih terhadap

kandidat. Pemilih cenderung memiliki identifikasi terhadap kelompok, partai

politik, atau kandidat tertentu. Mereka cenderung menetap dan jarang

berpindah dari satu kandidat atau partai satu ke partai lain. Kelompok pemilih

dengan karakteristik ini lebih sulit menerima stimuli kampanye dibandingkan

kelompok pada pendekatan sosiologis. Hal ini disebabkan karena sikap

loyalnya terhadap kelompok atau kandidat yang akan dipilih. Mereka adalah

pemilih yang memiliki sikap terhadap apa yang dipilihnya. Sikap pemilih ini

merupakan hasil dari proses yang panjang.

Setidaknya terdapat tiga tahap mebentukan sikap pada pemilih dengan tipe

psikologis, yaitu:

a. Tahap pertama, yaitu pemberian informasi dan sosialisasi tentang isu

politik tertentu oleh keluarga dan lingkungan sejak anak-anak

b. Tahap kedua, yaitu internalisasi hasil sosialisasi tentang isu politik

yang didapat dari keluarga yang kemudian membentuk sikap politik

saat berada pada situasi di luar keluarga

c. Tahap ketiga, yaitu bagaimana sikap politik dibentuk oleh kelompok-

kelompok acuan.

Bagaimana masyarakat memilih dengan tipe perilaku yang melatarbelakangi

pada akhirnya akan memunculkan preferensi politik. Preferensi politik seringkali

dikaitkan dengan perubahan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan

politiknya dalam pemilihan umum. Preferensi politik didefinisikan sebagai

penentuan pilihan dengan berbagai macam pertimbangan sesuai dengan nilai yang

dibangunnya dalam menentukan standar penilaian terhadap seorang calon maupun

partai politik. Perilaku pemilih dengan tipenya masing-masing ini yang kemudian

akan menentukan preferensi politik seseorang.

Pemilihan Kepala Desa

Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 yaitu desa dan desa

adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Page 30: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

12

Indonesia. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tersebut

mendefinisikan pemerintahan desa sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan

Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan

yang dapat diduduki oleh warga biasa. Aturan tentang Pemilihan Kepala Desa

dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014. Mekanisme pemilihan

Kepala Desa baru dimulai sejak BPD memberitahukan kepada Kepala Desa

mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis enam bulan

sebelum berakhir masa jabatan. Selanjutnya BPD memproses pemilihan Kepala

Desa, paling lama empat bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.

Adapun pemilih dalam pemilihan Kepala Desa adalah penduduk desa Warga

Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan kepala

desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai

hak memilih. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat.

Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap

pemilihan. Berikut tahapan pencalonan Kepala Desa:

1. BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa,

pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.

2. Panitia pemilihan melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan

persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, dan

melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

3. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon

Kepala Desa sesuai persyaratan.

4. Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan

sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.

5. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat

ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

6. Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat.

7. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang

mendapatkan dukungan suara terbanyak.

8. Panitia Pemilihan Kepala Desa melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa

kepada BPD.

9. Calon Kepala Desa terpilih ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan

Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.

10. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota

melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

11. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang

Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas)

hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

12. Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama (lima belas)

hari terhitung tanggal penerbitan keputusan.

Selain mekanisme secara umum seperti yang dijelaskan di atas, Undang-

Undang Nomor 6 tahun 2014 juga mengatur tentang pemilihan Kepala Desa

Page 31: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

13

dalam kesatuan masyarakat adat. Dijelaskan bahwa pemilihan Kepala Desa dan

masa jabatan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku

ketentuan hukum adat setempat. Ketentuan lebih detil tentang pemilihan di daerah

masyarakat adat diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dengan

peringatan untuk wajib memperhatikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat

kesatuan masyarakat hukum adat setempat.

Kerangka Pemikiran

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang identik (lekat) dengan

kelembagaan (baik formal maupun informal) dalam berbagai aktivitas

kehidupannya, termasuk dalam penetapan preferensi politik saat pemilihan Kepala

Desa berlangsung. Kelembagaan-kelembagaan yang ada di pedesaan secara

langsung maupun tidak akan senantiasa memberi warna dalam hal pengaruhnya

terhadap preferensi politik anggota. Sjaf (2013) menyatakan ada dua bentuk

pengaruh komunitas dalam berbagai bidang kehidupan (sosial, ekonomi, politik)

masyarakat, yaitu pengaruh secara struktural dan pengaruh konstruktif. Pengaruh

struktural menggambarkan bagaimana struktur, status, dan posisi sosial seseorang

akan mempengaruhi tindakan sosialnya. Sebaliknya, pengaruh konstruktif

menyatakan bahwa tindakan sosial individu merupakan hasil konstruksi dari

komunikasi yang menghasilkan kesepahaman antar individu dalam kelompok.

Konsep yang disampaikan Sjaf (2013) ini sangat relevan untuk menganalisis

pengaruh kelembagaan yang diteliti dengan melihat kondisi lapang penelitian

yaitu pedesaan Jawa. Diketahui bahwa pedesaan Jawa masih kental dengan tradisi

“sendiko dawuh”, yaitu kepatuhan kepada orang yang memiliki status lebih

tinggi. Konsep pengaruh struktural dan konstruktif dapat menjadi pisau analisis

yang tajam sesuai dengan kondisi lapang penelitian.

Analisis terhadap pengaruh kelembagaan (struktural dan konstruktif)

tentunya belum dapat menjawab penelitian tentang preferensi politik sehingga

peneliti menggunakan konsep perilaku pemilih untuk mengetahui sikap politik

anggota dalam Pemilihan Kepala Desa. Perilaku pemilih yaitu suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan

pilihan rakyat dalam pilihan umum serta latar belakang mengapa mereka

melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Terdapat 3 tipe perilaku

pemilih masyarakat desa berdasarkan pendekatannya yang nantinya

mempengaruhi preferensi politik yaitu pendekatan sosiologis, psikologis, dan

ekonomi. Masyarakat dengan tipe perilaku sosiologis akan menentukan pilihannya

dengan pertimbangan arahan dari kelompoknya, sedangkan masyarakat dengan

tipe pendekatan psikologis akan memutuskan pilihannya berdasarkan loyalitasnya,

dan terakhir, masyarakat dengan tipe ekonomi, akan mendasarkan pilihannya

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional dan logis.

Penelitian yang dilakukan memperlihatkan bagaimana pengaruh

kelembagaan (struktural dan konstruktif) terhadap tipe perilaku pemilih

(sosiologis, psikologis, ekonomi) sehingga pada akhirnya memunculkan

preferensi politik, yaitu penentuan pilihan dengan berbagai macam pertimbangan

sesuai dengan nilai yang dibangunnya dalam menentukan standar penilaian

Page 32: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

14

terhadap seorang calon maupun partai politik. Adapun kelembagaan yang akan

diteliti disesuaikan dengan kelembagaan yang umum ada di pedesaan. Peneliti

menetapkan dua tipe kelembagaan yang akan dijadikan subyek penelitian yaitu

kelembagaan formal yaitu pemerintah desa serta kelembagaan informal yaitu

majelis taklim. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti

pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Keterangan:

: Unit Analisis

: Mempengaruhi

: Merepresentasikan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Perilaku pemilih

Psikologis

- Loyalitas terhadap

kandidat

- Pembentukan sikap

politik

- Keterdedahan

terhadap pendidikan politik

Ekonomi

- Kebutuhan konkret

pemilih

- Tujuan pemilih

- Orientasi pemilih

Sosiologis

- Kohesi sosial

- Pengelompokan sosial

- Informasi politik

Pengaruh Kelembagaan

Konstruktif:

Jalinan komunikasi dengan

lingkungan sekitar

Luas jaringan sosial

Pembentukan kesepakatan bersama

Jumlah variasi peran individu dalam

berbagai situasi

Kemampuan mengkonstruksi peran

Struktural

Keanggotaan

Keterikatan dengan kelembagaan

Posisi sosial individu

Kemampuan menentukan tindakan

Pengaruh struktur sosial di atasnya

Preferensi Politik Anggota

Anggota Kelembagaan

Formal:

Pemerintah Desa

Informal:

Majelis Taklim

Page 33: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

15

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Kelembagaan mempengaruhi tipe perilaku pemilih sehingga memunculkan

preferensi politik tertentu.

2. Kelembagaan informal memiliki pengaruh lebih besar dalam penentuan

preferensi politik anggota dibandingkan kelembagaan formal.

3. Kelembagaan formal memberi pengaruh struktural dan sebaliknya

kelembagaan informal memberi pengaruh konstruktif dalam hal penentuan

preferensi politik.

4. Pengaruh kelembagaan tertentu akan mengarahkan pada tipe perilaku pemilih

tertentu pula.

Definisi Konseptual

Kelembagaan

Kelembagaan merupakan terjemahan dari istilah institution yaitu suatu

kelompok yang merujuk pada suatu badan. Peneliti dalam hal ini menempatkan

kelembagaan sebagai suatu badan dimana di dalamnya terdapat anggota dan

aktivitas dengan tujuan-tujuan yang sama. Kelembagaan menurut jenisnya dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Kelembagaan formal, yaitu kelembagaan resmi yang memiliki hierarki

wewenang yang khas dan pembagian kerja tegas dengan tenaga-tenaga yang

memiliki keterampilan khusus. Adapun kelembagaan formal yang dijadikan

responden dan informan adalah Pemerintah Desa, yaitu Kepala Desa dan

Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (PP No.

72/2005).

2. Kelembagaan informal, yaitu kelembagaan tidak resmi yang didirikan dengan

asas kekeluargaan, persahabatan, dan pengelompokan sosial. Adapun

kelembagaan informal yang anggotanya dijadikan responden dan informan

adalah adalah majelis taklim. Secara literal Anitasari (2010) mendefiniskan

majelis taklim sebagai tempat pembelajaran yang merupakan wadah di mana

suatu kelompok masyarakat (laki-laki ataupun perempuan) bertemu untuk

belajar dan mendalami ajaran agama. Majelis ta‟lim juga didefinisikan sebagai

lembaga atau organisasi sebagai wadah pengajian atau tempat pengajian

(KBBI 2014).

Preferensi Politik

Preferensi politik didefinisikan sebagai penentuan pilihan dengan berbagai

macam pertimbangan sesuai dengan nilai yang dibangunnya dalam menentukan

standar penilaian terhadap seorang calon maupun partai politik. Perilaku pemilih

dengan tipenya masing-masing (tipe psikologi, sosiologi, akonomi) adalah

penentu preferensi politik seseorang. Dalam penelitian ini, preferensi politik yang

dimaksud adalah penentuan pilihan anggota terhadap kandidat Kepala Desa.

Preferensi politik diukur dan dianalisis berdasarkan tipe perilaku pemilih.

Page 34: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

16

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dioperasionalkan sebagai

berikut:

Pengaruh kelembagaan

Pengaruh didefiniskan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan

seseorang (KBBI 2014). Pengaruh kelembagaan dalam penelitian ini diartikan

sebagai daya (energi) kelembagaan yang turut membentuk dan menentukan

preferensi politik anggotanya. Merujuk pada disertasi Sjaf (2013) tentang tipologi

pelaku politik identitas, peneliti menetapkan dua bentuk pengaruh kelembagaan

terhadap preferensi politik, yaitu pengaruh struktural dan konstruktif.

1. Pengaruh struktural yaitu bentuk pengaruh kelembagaan dalam menentukan

preferensi politik dengan melihat posisi sosial, hierarki kelembagaan, dan hal-

hal lain yang berkenaan dengan struktur. Berikut adalah variabel-variabel

yang akan digunakan dalam pengaruh struktural:

a. Keanggotaan yaitu status individu dalam kelembagaan yang dilihat dari

tingkat keaktifannya. Tingkat keaktifan anggota akan mempengaruhi

tingkat pengaruh kelembagaan terhadap tindakan dari anggota itu sendiri.

Semakin aktif anggota dalam suatu kelembagaan maka semakin terikat

anggota tersebut terhadap kelembagaan sehingga semakin tinggi pula

tingkat pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggotanya.

Pengukuran:

Anggota sangat aktif (skor 4)

Anggota aktif (skor 3)

Kurang aktif (skor 2)

Anggota pasif (skor 1)

Indikator untuk mengukur keanggotaan adalah:

Frekuensi kehadiran dalam kegiatan-kegiatan kelembagaan;

Frekuensi keterlibatan anggota sebagai panitia dalam kegiatan-kegiatan

kelelembagaan;

Frekuensi keterlibatan dalam pemecahan masalah dalam kelembagaan.

b. Keterikatan dengan kelembagaan yaitu ketergantungan individu terhadap

kelembagaan. Keterikatan dengan kelembagaan yang mendalam akan

memperbesar peran kelembagaan dalam penentuan tindakan anggotanya,

termasuk dalam hal penentuan preferensi politik. Semakin tinggi tingkat

keterikatan anggota terhadap kelembagaan, semakin besar pengaruh

kelembagaan terhadap preferensi politik anggotanya. Pengukuran:

Sangat terikat (skor 4)

Terikat (skor 3)

Kurang terikat (skor 2)

Tidak terikat (skor 1)

Indikator untuk mengukur keterikatan dengan kelembagaan adalah:

Keaktifan dalam setiap kegiatan dalam kelompok;

Peran dalam aktivitas di kelompok;

Page 35: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

17

Internalisasi nilai-nilai kelompok dalam diri individu.

c. Posisi sosial individu yaitu status individu dalam hierarki kelembagaan.

Individu dengan posisi sosial yang rendah dalam hierarki kelembagaan

akan mengalami tekanan struktur yang besar sehingga pengaruh

(intervensi) kelembagaan terhadap penentuan preferensi politik menjadi

besar. Sebaliknya individu yang berada pada posisi yang tinggi dalam

kelembagaan tidak mengalami tekanan struktur sehingga ia memperoleh

kebebasan menentukan preferensi politiknya. Pengukuran:

Anggota (skor 4)

Staf (skor 3)

Pengurus harian (skor 2)

Pengurus inti (skor 1)

d. Kemampuan menentukan tindakan yaitu tingkat keleluasaan individu

dalam menentukan sendiri tindakannya. Semakin mampu individu

menentukan tindakan sendiri, semakin kecil kemungkinan kelembagaan

mengintervensi anggotanya dalam penentuan preferensi politik.

Pengukuran:

Tidak mampu (skor 4)

Kurang mampu (skor 3)

Mampu (skor 2)

Sangat mampu (skor 1)

Indikator untuk mengukur kemampuan menentukan tindakan adalah:

Peran dalam kegiatan pengambilan keputusan kelembagaan;

Melakukan tindakan berdasarkan kemauan sendiri tanpa pengaruh

kelembagaan;

Pilihan individu terhadap kandidat Kepala Desa bukan didasarkan pada

arahan dari kelembagaan.

e. Pengaruh struktur sosial di atasnya yaitu daya (energi) dari struktur

kelembagaan di atasnya dalam menentukan tindakan individu. Struktur

sosial yang lebih atas umumnya akan menekan struktur yang ada di

bawahnya. Pengukuran:

Sangat berpengaruh (skor 4)

Berpengaruh (skor 3)

Kurang berpengaruh (skor 2)

Tidak berpengaruh (skor 1)

Indikator untuk mengukur pengaruh struktur sosial di atasnya adalah:

Intervensi kelembagaan yang lebih atas dalam penentuan keputusan

kelembagaan;

Ketergantungan terhadap kebijakan struktur di atasnya;

Intervensi kelembagaan yang lebih atas dalam penentuan preferensi

politik anggota.

Page 36: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

18

Jika diklasifikasikan secara umum berdasarkan 20 pertanyaan tentang

tingkat pengaruh kelembagaan secara struktural dalam kuesioner, maka

hasilnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Tinggi : skor 60 < x ≤ 80

Sedang : skor 40 ≤ x ≤ 60

Rendah : skor 20 ≤ x < 40

2. Pengaruh konstruktif yaitu bentuk pengaruh kelembagaan dalam menentukan

preferensi politik yang dicirikan dengan penjalinan komunikasi untuk

mencapai kesepakatan bersama. Berikut adalah variabel-variabel yang akan

digunakan dalam pengaruh konstruktif:

a. Jalinan komunikasi dengan lingkungan sekitar yaitu hubungan antar

individu dengan lingkungan dalam kelembagaan. Jalinan komunikasi yang

baik dengan lingkungan sekitar dalam kelembagaan akan memperbesar

kemungkinan terjadinya saling berbagi dan bersepakat bersama.

Pengkuran:

Sangat baik (skor 4)

Baik (skor 3)

Kurang baik (skor 2)

Tidak baik (skor 1)

Indikator untuk mengukur jalinan komunikasi dengan lingkungan sekitar

adalah:

Frekuensi berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dalam

kelembagaan;

Frekuensi melakukan kegiatan bersama dengan anggota-anggota lain

dalam kelembagaan;

Frekuensi memperbincangkan suatu topik atau bahasan tertentu.

b. Luas jaringan sosial yaitu banyaknya hubungan-hubungan sosial yang

dijangkau oleh individu anggota kelembagaan. Luas jaringan sosial

individu dalam kelembagaan akan menentukan banyaknya referensi yang

digunakan individu dalam menentukan preferensi politiknya. Semakin luas

jaringan sosial, semakin sering bertukar pikiran sehingga semakin besar

kemungkinan munculnya preferensi politik anggota secara konstruktif.

Pengukuran:

Sangat luas (skor 4)

Luas (skor 3)

Kurang luas (skor 2)

Tidak luas (skor 1)

Indikator untuk mengukur luas jaringan sosial adalah:

Jumlah jaringan sosial yang dijangkau individu anggota kelembagaan;

Frekuensi komunikasi dengan jaringan-jaringan sosial yang dibentuk;

Frekuensi diskusi dengan jaringan-jaringan sosial yang dibentuk.

c. Frekuensi pembentukan kesepakatan bersama yaitu tingkat kekerapan

(intensitas) individu dalam berdisuksi untuk kemudian menyepakati

keputusan bersama. Semakin tinggi frekuensi pembentukan kesepakatan

Page 37: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

19

bersama, semakin tinggi tingkat pengaruh konstruktif kelembagaan

terhadap preferensi politik anggota. Pengkuran:

Sangat sering (skor 4)

Sering (skor 3)

Jarang (skor 2)

Tidak pernah (skor 1)

d. Jumlah variasi peran individu dalam berbagai situasi yaitu banyaknya

ragam peran yang dijalankan oleh indvidu dalam kondisi dan situasi yang

berbeda-beda. Banyaknya variasi peran yang dijalankan individu

memperlihatkan bahwa kelembagaan dibangun dan dikelola secara

konstruktif dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada

anggota. Pengukuran:

Sangat banyak (skor 4)

Banyak (skor 3)

Kurang banyak (skor 2)

Tidak banyak (skor 1)

Indikator untuk mengukur jumlah variasi peran individu dalam berbagai

situasi adalah:

Jumlah peran yang pernah dilakukan individu dalam berbagai situasi

(kegiatan);

Individu dapat menjalankan peran yang berbeda-beda dalam berbagai

situasi.

e. Kemampuan mengkonstruksi peran yaitu tingkat keleluasaan individu

dalam membentuk perannya dalam suatu situasi tertentu. Tingkat

kemampuan individu untuk mengkonstruksi sendiri preferensi politiknya

tanpa tekanan dari kelembagaan menunjukkan bahwa lembaga

membangun dan mengelola kelembagaannya secara konstruktif.

Pengukuran:

Sangat mampu (skor 4)

Mampu (skor 3)

Kurang mampu (skor 2)

Tidak mampu (skor 1)

Indikator untuk mengukur kemampuan mengkonstruksi peran adalah:

Individu dapat memilih perannya sendiri dalam suatu situasi;

Individu memiliki jumlah variasi peran yang banyak dalam berbagai

situasi dan kegiatan dalam kelembagaan;

Individu dapat memilihkan peran untuk orang lain dalam suatu kondisi

sesuai dengan kemampuan orang lain tersebut.

Jika diklasifikasikan secara umum berdasarkan 14 pertanyaan

tentang tingkat pengaruh kelembagaan secara konstruktif dalam kuesioner,

maka hasilnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Tinggi : skor 42 < x ≤ 56

Sedang : skor 28 ≤ x ≤ 42

Rendah : skor 14 ≤ x < 28

Page 38: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

20

Adapun pengaruh kelembagaan secara keseluruhan (34 pertanyaan)

jika diklasifikasikan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tinggi : skor 4 < x ≤ 6

Sedang : skor 3 ≤ x ≤ 4

Rendah : skor 2 ≤ x < 3

Tipe Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih yaitu kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum

serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, &

Robin 1985). Merujuk dari jurnal Rochimah (2009) yang mengutip teori Plano

(1985) peneliti menetapkan tiga tipe perilaku pemilih, yaitu tipe psikologi,

sosiologi, dan ekonomi.

1. Tipe psikologi yaitu tipe perilaku pemilih dimana penentuan preferensi

politik pemilih didasarkan pada loyalitas, sikap politik, dan keterdedahan

terhadap pendidikan politik. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam

pengaruh tipe psikologi adalah:

a. Loyalitas terhadap kandidat yaitu tingkat kepatuhan dan kesetiaan

individu terhadap kandidat tertentu. Loyalitas yang tinggi menunjukkan

bahwa pemilih memiliki sikap dan prinsip tertentu yang dipegang

sehingga dalam menentukan pilihan, pemilih cenderung mempertahankan

pilihan yang mneurutnya sesuai dengan prinsipnya. Pemilih dengan tipe

ini umumnya tidak mudah berpindah pilihan. Pengukuran:

Sangat loyal (skor 4)

Loyal (skor 3)

Kurang loyal (skor 2)

Tidak loyal (skor 1)

Indikator untuk mengukur loyalitas terhadap kandidat adalah:

Pemilih memilih kandidat yang merupakan pilihannya pada pemilihan

sebelumnya, atau memilih kandidat yang memiliki hubungan dengan

pilihan kandidat yang diikuti;

Pemilih memiliki ketertarikan yang bersifat prinsipil terhadap

kandidat;

Pemilih mengenal baik karakter kandidat yang dipilih;

Pemilih tidak menghiraukan dan tidak terpengaruh dengan kampanye

kandidat lain yang tidak dikenalnya dengan baik.

b. Pembentukan sikap politik yaitu proses seseorang mendapatkan

pengetahuan mengenai isu-isu politik sehingga terinternalisasi dalam

dirinya dan membentuk perilaku serta preferensi politik tertentu.

Pembentukan sikap politik dilakukan melalui proses mental yang sangat

terkait dengan psikologi (pribadi) seseorang. Pengukuran:

Sangat terbentuk (skor 4)

Terbentuk (skor 3)

Kurang terbentuk (skor 2)

Tidak terbentuk (skor 1)

Indikator untuk mengukur pembentukan sikap politik adalah:

Page 39: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

21

Sosialisasi dan pembentukan sikap terhadap isu politik didapatkan

individu saat masih anak-anak (tahap pertama pembentukan sikap);

Sikap politik dibentuk pada saat dewasa ketika menghadapi situasi

diluar keluarga (tahap kedua pembentukan sikap);

Sikap politik dibentuk dengan mengacu pada kelompok-kelompok

tertentu seperti pekerjaan, gereja, partai politik, dan asosiasi lain

(tahap ketiga pembentukan sikap).

c. Keterdedahan terhadap pendidikan politik yaitu tingkat pengetahuan

individu terhadap isu-isu dan aturan main politik. Terdedahnya individu

terhadap pendidikan politik mengakibatkan individu akan memiliki sikap

terhadap isu dan berita politik, termasuk sikap dalam menentukan

preferensi politik. Semakin terdedah seseorang terhadap pendidikan

politik, semakin terinternalisasi pendidikan politik tersebut dalam diri

sehingga semakin tercipta sikap politiknya. Pengukuran:

Sangat terdedah (skor 4)

Terdedah (skor 3)

Kurang terdedah (skor 2)

Tidak terdedah (skor 1)

Indikator untuk mengukur keterdedahan terhadap pendidikan politik

adalah:

Individu memahami aturan main dalam dunia politik secara umum;

Individu menyadari pentingnya partisipasi dalam perhelatan politik

seperti Pemilihan Kepala Desa;

Individu dapat menganalisis dan menyimpulkan kondisi politik yang

terjadi di desanya.

Jika diklasifikasikan secara umum berdasarkan 15 pertanyaan

tentang tipe perilaku psikologi dalam kuesioner, maka hasilnya dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Tinggi : skor 45 < x ≤ 60

Sedang : skor 30 ≤ x ≤ 45

Rendah : skor 15 ≤ x < 30

2. Tipe sosiologi, yaitu tipe perilaku dimana individu akan menentukan

pilihannya dengan pertimbangan dan arahan dari kelompoknya. Variabel-

variabel yang akan digunakan dalam pengaruh tipe sosiologi adalah:

a. Kohesi sosial yaitu satu keadaan dimana sekelompok orang (dalam suatu

wilayah geografis) menunjukkan kemampuan untuk berkolaborasi dan

menghasilkan iklim untuk perubahan. Pengukuran:

Sangat tinggi (skor 4)

Tinggi (skor 3)

Kurang tinggi (skor 2)

Rendah (skor 1)

Indikator untuk mengukur kohesi sosial:

komitmen individu untuk norma dan nilai umum;

solidaritas;

Page 40: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

22

individu yng mengidentifikasi dirinya dengan grup tertentu.

b. Pengelompokan sosial, dimana individu tergabung dalam kelompok

tertentu berdasarkan kesamaan ciri dan tujuan seperti agama, gender, atau

ideologi. Tipe perilaku pemilih sosiologi disebut dominan dalam

pengukuran variabel ini jika pengelompokan sosial tinggi. Pengukuran:

Sangat tinggi (skor 4)

Tinggi (skor 3)

Kurang tinggi (skor 2)

Rendah (skor 1)

Indikator untuk mengukur pengelompokan sosial adalah:

Individu merasakan adanya pengelompokan sosial di desanya;

Individu tergabung dalam kelompok-kelompok sosial tertentu;

Individu mengidentikkan preferensi politiknya dengan preferensi

politik pada kelompok-kelompok sosialnya.

c. Informasi politik, yaitu tingkat pengetahuan individu terhadap isu-isu

politik di lingkungannya. Banyaknya informasi politik yang diterima

individu mencerminkan banyaknya komunikasi dan jalinan sosial yang

terbentuk. Hal ini merupakan ciri dari tipe perilaku sosiologi.

Pengukuran:

Sangat banyak (skor 4)

Banyak (skor 3)

Kurang banyak (skor 2)

Tidak banyak (skor 1)

Indikator untuk mengukur besarnya informasi politik yang diterima

individu dalam kelembagaan adalah:

Individu memahami permainan politik di desanya;

Individu mengetahui informasi terkini seputar isu politik di desa

maupun isu politik secara umum;

Individu dapat menganalisis dan menyimpulkan kondisi politik yang

terjadi di desanya.

Jika diklasifikasikan secara umum berdasarkan 9 pertanyaan tentang

tipe perilaku sosiologi dalam kuesioner, maka hasilnya dapat dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu:

Tinggi : skor 27 < x ≤ 36

Sedang : skor 18 ≤ x ≤ 27

Rendah : skor 9 ≤ x < 18

3. Tipe Ekonomi yaitu tipe perilaku pemilih dimana pertimbangan-

pertimbangan rasional dan logis menjadi hal utama dalam penentuan

preferensi politik. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam pengaruh

ekonomi adalah:

a. Kebutuhan konkret pemilih yaitu sesuatu yang harus dipenuhi oleh

pemilih untuk kehidupan yang lebih baik yang diharapkan akan

Page 41: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

23

didapatkan dari kandidat. Kebutuhan konkret yang dimaksud dalam hal

ini adalah kebutuhan ekonomi pemilih. Pengukuran:

Hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (skor 4)

Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sebagai alasan utama dan untuk

memenuhi kebutuhan lain (skor 3)

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan (ekonomi dan non ekonomi)

yang dirasa dapat diperoleh dari kandidat tertentu (skor 2)

Bukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (skor 1)

Indikator untuk mengukur kebutuhan konkret pemilih adalah:

Individu memilih kandidat tertentu karena keuntungan ekonomi yang

diperoleh;

Individu tidak memberi perhatian lebih terhadap visi misa dan

kepribadian kandidat;

Individu tidak mengenal kandidat secara mendalam.

b. Tujuan pemilih, yaitu maksud tertentu yang menjadi alasan pemilih

memilih kandidat tertentu dalam Pemilihan Kepala Desa. Dalam tipe

perilaku pemilih, tipe perilaku ekonomi umumnya menjadikan tujuan-

tujuan ekonomi sebagai dasar seseorang menjatuhkan preferensi

politiknya pada kandidat tertentu. Pengukuran:

Hanya untuk kepentingan ekonomi (skor 4)

Untuk kepentingan ekonomi sebagai kepentingan utama dan

kepentingan tambahan lain (skor 3)

Untuk berbagai macam kepentingan (skor 2)

Bukan untuk kepentingan ekonomi (skor 1)

Indikator untuk mengukur tujuan pemilih adalah:

Individu merasa memiliki hubungan mutualisme secara ekonomi

dengan kandidat;

Individu memilih agar mendapatkan keuntungan secara ekonomi dari

kandidat;

Individu tidak memperhatikan visi dan misi kandidat secara

mendalam (detil).

c. Orientasi pemilih yaitu pandangan yang mendasari pemilih dalam

memilih kandidat Pemilihan Kepala Desa. Orientasi ekonomi sebagai

dasar untuk memilih kandidat merupakan ciri utama dari tipe perilaku

pemilih ekonomi. Pengukuran:

Hanya berorientasi ekonomi

Berorientasi ekonomi

Banyak orientasi

Bukan berorientasi ekonomi

Indikator untuk mengukur orientasi pemilih adalah:

Individu memilih karena kandidat peduli terhadap masalah

kemiskinan;

Individu memilih karena kandidat sering membantu masyarakat yang

kekurangan;

Page 42: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

24

Individu memilih karena kandidat sering menyumbangkan hartanya

untuk beberapa kegiatan;

Individu memilih karena kandidat tidak memanfaatkan kedudukannya

untuk memperkaya diri.

Jika diklasifikasikan secara umum berdasarkan 11 pertanyaan

tentang tipe perilaku ekonomi dalam kuesioner, maka hasilnya dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Tinggi : skor 33 < x ≤ 44

Sedang : skor 22 ≤ x ≤ 33

Rendah : skor 11 ≤ x < 22

Adapun tipe perilaku pemilih secara keseluruhan (35 pertanyaan)

jika diklasifikasikan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tinggi : skor 4 < x ≤ 6

Sedang : skor 3 ≤ x ≤ 4

Rendah : skor 2 ≤ x < 3

Page 43: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

25

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan

pendekatan penelitian survei dan didukung oleh metode kualitatif. Penelitian

survei yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk

mewakili seluruh populasi. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian survei

adalah informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Unit analisis

yang digunakan pada penelitian adalah anggota kelembagaan formal dan informal

pedesaan. Penelitian survei yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk

maksud penjelasan (explanatory). Pada penelitian explanatory, dijelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa

(Singarimbun dan Effendi 1989). Adapun penelitian kualitatif dilakukan dengan

teknik penelitian wawancara tidak terstruktur, wawancara mendalam, observasi,

dan analisa data sekunder yang terkait dengan topik penelitian. Penelitian

kualitatif yang dilakukan berguna untuk melengkapi data terkait pengaruh

kelembagaan (struktural dan konstruktif) dan tipe perilaku pemilih anggota

sehingga menghasilkan preferensi politik tertentu.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberejo, Kecamatan Sukodono,

Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Proses penelitian dimulai dari pembuatan

proposal penelitian pada bulan Januari 2014. Penelitian di lapangan dilakukan

selama 5 minggu, yaitu pada bulan April 2014. Adapun kegiatan penelitian yang

dilakukan dapat dilihat pada tabel jadwal kegiatan (Lampiran 1).

Teknik Sampling

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelembagaan pedesaan yang ada

di Desa Sumberejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Adapun unit penelitiannya yaitu anggota dalam struktur kelembagaan.

Kelembagaan pedesaan yang ada dikelompokkan menjadi dua macam yaitu

kelembagaan formal dan informal. Peneliti menetapkan secara purposive masing-

masing 1 kelembagaan formal (pemerintah desa) dan 1 kelembagaan informal

(majelis taklim). Adapun dalam menentapkan responden dalam kelembagaan,

peneliti menggunakan metode random sampling (acak) pada kelembagaan formal

dan metode sensus pada kelembagaan informal.

Berikut mekanisme pengambilan sampel:

Page 44: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

26

Gambar 2 Bagan mekanisme pengambilan sampel

Gambar 2 di atas menjelaskan mekanisme pengambilan sampel dalam

penelitian. Desa Sumberejo merupakan desa desa dengan jumlah kelembagaan

yang sangat banyak dan beragam. Peneliti mengambil dua kelembagaan secara

purposive dari formla yaitu pemerintah desa dan dari informal yaitu pengajian

muslimat. Masing-masing kemudian diambil sejumlah 30 responden (sensus pada

kelembagaan informal dan acak dari sejumlah 64 anggota pada kelembagaan

formal).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui observasi, kuesioner,

dan wawancara kepada responden dan informan di lokasi penelitian. Kuesioner

sebelumnya telah diuji coba untuk mengetahui realibitas dan validitas dari

kuesioner tersebut. Maka diporeloh alpha sebagai berikut:

Tabel 1 Uji statistik reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

0.814 69

Populasi

(Kelembagaa

n pedesaan)

Majelis Taklim

(kelembagaan

Informal)

Pemerintah

Desa

(kelembagaan

formal)

30

responden

30

responden

Purposive

Sensus

mpling

Acakmpling

Page 45: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

27

Aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika nilai alpa > 0.90 maka

realibilitas sempurna, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90 maka reliabilitas tinggi,

jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.5 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha

<0.5 maka reliabilitas rendah. Tabel hasil uji reliabililitas pada kuesioner

penelitian ini menunjukkan angka 0.814 artinya kuesioner memiliki reliabilitas

tinggi.

Adapun data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literatur yang

berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak-pihak

yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti panitia Pemilihan Kepala Desa,

Pemerintah Desa, dan pengurus kelembagaan pedesaan yang dijadikan unit

analisa. Data sekunder yang diambil dari lembaga-lembaga tersebut adalah data

yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil Desa Sumberejo, nama dan

jumlah anggota kelembagaan pedesaan yang dijadikan unit analisis, daftar pemilih

Pemilihan Kepala Desa di Desa Sumberejo tahun 2013, hasil Pemilihan Kepala

Desa di Desa Sumberejo tahun 2013, dan data-data terkait lainnya.

Pengolahan dan Analisis Data

Data pada penelitian ini diolah dengan menggunakan software SPSS 20.0

dan Microsoft Excel 2010. Adapun analisis data yang digunakan pada SPSS yaitu

uji regresi. Uji regresi merupakan uji statsistik yang digunakan untuk mengukur

besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi

variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Uji regresi dalam

penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh kelembagaan (formal dan

informal) terhadap preferensi politik anggota dalam Pemilihan Kepala Desa.

Page 46: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

28

Page 47: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

29

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat profil lengkap Desa Sumberejo sebagai lokasi penelitian

dengan dibagi ke dalam 2 sub bab yaitu kondisi sosial dan geografis serta

karakteristik responden yang terdiri dari anggota kelembagaan pemerintah desa

dan majelis taklim.

Kondisi Sosial dan Geografis

Desa Sumberejo merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Sukodono Kabupaten Lumajang dengan luas 346 090 Ha. Berikut adalah batas

Desa Sumberejo:

Utara : Desa Selok Gondang

Timur : Desa Uranggantung

Selatan : Sungai Asem

Barat : Kelurahan Tompokersan

Penduduk Desa Sumberejo berjumlah 6 755 orang yang tersebar di 10 Rukun

Warga (RW) yang terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Sekarputih, Dusun Blimbing,

Dusun Klingsi, Dusun Bubur, dan Dusun Rejosari. Adapun dari total 6 755 orang

penduduk, 3 353 orang berjenis kelamin laki-laki dan 3 402 lainnya berjenis

kelamin perempuan.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo berdasarkan agama

yang dianut

No Kategori Jumlah Persentase

(%)

1 Islam 6 444 99.02

2 Kristen 21 0.32

3 Katholik 42 0.64

4 Hindu 1 0.01

5 Budha 0 0

Total 6 508 100.00 Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Penduduk Desa Sumberejo adalah penduduk dengan mayoritas pemeluk

agama Islam. Persentase jumlah penduduk Desa Sumberejo penganut agama

Islam sangat tinggi yaitu mencapai 99.02 persen. Penduduk lainnya yaitu sebesar

21 persen beragama Kristen, 4 persen beragama Katholik, dan 0.01 persen

beragama Hindu. Tidak ada satu pun penduduk beragama Budha di Desa

Sumberejo. Tingginya angka pemeluk agama Islam di Desa Sumberejo dapat

disebabkan oleh banyaknya penduduk „Madura‟ di desa ini. Seperti diketahui,

Kabupaten Lumajang, termasuk Desa Sumberejo, merupakan daerah-daerah yang

banyak dihuni oleh keturunan Madura. Suku Madura diketahui sangat kental

dengan ajaran agama Islam. Hal ini pula yang kemudian menyebabkan banyaknya

institusi pendidikan berbasis Islam di Desa Sumberejo (dijelaskan berikutnya).

Page 48: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

30

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo berdasarkan lulusan

pendidikan

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 TK 85 1.92

2 SD/MI 911 20.67

3 SMP/MTs 1 592 36.12

4 SMA/MA 1 747 39.63

5 Akademi/D1-D3 11 0.25

6 Sarjana (S1-S3) 62 1.41

Total 4 408 100.00 Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Seperti terlihat pada tabel 3, penduduk Desa Sumberejo adalah penduduk

dengan lulusan pendidikan mayoritas SMA/MA, dan SMP/Mts dengan persentase

sebesar 39.63 persen pada lulusan SMA/MA dan 36.12 persen pada lulusan

SMP/MTs. Data monografi yang ada memperlihatkan bahwa penduduk Desa

Sumberejo sebagian besar sudah memiliki tingkat pendidikan yang baik. Terlebih

angka sarjana sudah mencapai lebih dari 50 orang. Hal ini merupakan dampak

positif dari banyaknya institusi pendidikan yang dibangun di Desa Sumberejo

mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Namun demikian, penduduk Desa

Sumberejo masih memiliki perjalanan yang panjang dalam hal memperbaiki

kualitas pendidikan penduduknya dengan melihat masih tingginya angka lulusan

SD/MI (20.67 persen).

Desa Sumberejo secara geografis terletak tidak jauh dari pusat kota. Tercatat

dalam data monografi desa, orbitasi dengan ibukota kabupaten sejauh kurang

lebih 5 km. Dekatnya orbitasi dengan ibukota kabupaten membuat Desa

Sumberejo menjadi salah satu desa yang sebagian daerahnya memiliki

karakteristik mirip dengan kehidupan di perkotaan. Banyak dijumpai bangunan-

bangunan sekretariat dari berbagai institusi baik institusi pendidikan (dari TK

hingga Perguruan Tinggi), pemerintahan, dan lainnya. Berikut data jumlah

institusi pendidikan di Desa Sumberejo:

Tabel 4 Jumlah institusi pendidikan di Desa Sumberejo

No Jenis Negeri Swasta

1 PAUD 1 -

2 TK 4 -

3 SD/MI 2 2

4 SMP/MTs - 2

5 SMA/MA - 1

6 Perguruan Tinggi - 1

7 Pondok pesantren - 1

8 Madrasah - 4

Total 7 11

Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Selain memiliki banyak institusi pendidikan, desa ini juga tercatat memiliki

2 kompleks perumahan, yaitu perumahan Bumi Rejo (191 Kepala Keluarga) dan

Page 49: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

31

Perumahan Taman (47 Kepala Keluarga). Perumahan ini banyak ditempati oleh

pendatang yang bekerja baik sebagai tenaga pendidik di desa setempat, pegawai

pemerintah kabupaten, dan tenaga kerja lainnya di Kabupaten Lumajang.

Adapun dalam hal pengelolaan dan sumber pendapatan desa, Desa

Sumberejo tiap tahunnya memiliki dana kurang lebih Rp 220 286 000,00 yang

digunakan untuk kepentingan desa. Dana tersebut bersumber dari Pendapatan Asli

Desa (PAD) dan bantuan pemerintah kabupaten. Berikut adalah tabel sumber

pendapatan Desa Sumberejo:

Tabel 5 Sumber pemasukan desa

No Pemasukan Desa Jumlah

1 Sumber pendapatan asli desa:

- Hasil kekayaan desa Rp 57 000 000,00

- Hasil swadaya dan partisipasi Rp 21 453 000,00

- Hasil gotong royong Rp 8 998 000,00

- Lain-lain Rp 2 135 000,00

2 Penerimaan bantuan pemerintah kabupaten Rp 130 700 000,00

Total Rp 220 286 000,00 Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Tabel 5 menunjukkan sumber-sumber pendapatan Desa Sumberejo. Dana

yang ada tersebut dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat di

Desa Sumberejo, di antaranya untuk pembangunan infrastruktur desa, biaya

operasional pelayanan, dan lain-lain.

Penduduk Desa Sumberejo tergolong memiliki afiliasi politik yang unik.

Seperti yang digambarkan dan diidentikkan pada desa-desa pedesaan Jawa yang

kuat dengan afiliasi Nahdhatul Ulama (NU), penduduk Desa Sumberejo mayoritas

berpreferensi politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam pemilihan umum

tahun 2009. Berikut uraian detil preferensi politiknya:

Tabel 6 Preferensi politik warga Desa Sumberejo pada Pemilihan Legislatif 2009

No Partai Politik Jumlah

Pemilih

Persentase

(%)

1 Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 65 1.97

2 Partai Buruh Nasional (PBN) 64 1.94

3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 76 2.30

4 Partai Amanat Nasional (PAN) 55 1.67

5 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1958 59.31

6 Partai Golongan Karya (GOLKAR) 55 1.67

7 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 114 3.45

8 Partai Demokrat (PD) 176 5.33

9 Partai Indonesia Sejahtera (PIS) 51 1.54

10 Partai Kebangkitan Nasiona Ulama (PKNU) 687 20.82

Total 3301 100.00 Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Desa Sumberejo bila merunut letak geografisnya, terbagi menjadi dua

daerah (blok) terpisah karena adanya Jalur Lintas Timur (JLT) Lumajang. Pusat

Page 50: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

32

pemerintahan dan keramaian (termasuk perumahan dan institusi pendidikan)

berada pada daerah sebelah barat JLT. Penduduk di daerah ini kebanyakan

berbicara dengan Bahasa Jawa dan sebagian kecil lainnya berbahasa Madura.

Sebaliknya, daerah sebelah timur JLT kebanyakan merupakan penduduk dengan

Bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Penduduk di daerah ini terkenal kental

dengan nilai-nilai agama. Penduduk usia muda di daerah ini kebanyakan

disekolahkan di madrasah atau pondok pesantren. Hal ini terbilang cukup berbeda

dengan masyarakat di daerah sebelah barat JLT. Penduduk di sebelah barat JLT

lebih terlihat sebagai daerah dengan gaya hidup yang lebih modern. Segregasi ini

banyak disinggung mengingat cukup bedanya karakteristik penduduk dan cara

hidupnya hingga muncul istilah “orang timur dam (JLT)” dan orang barat dam

(JLT)”.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua golongan yaitu

responden dari kelembagaan formal (pemerintah desa) dan kelembagaan informal

(majelis taklim). Berikut penjelasan tentang profil masing-masing kelembagaan

beserta karakteristik anggotanya:

Pemerintah Desa

Pemerintah Desa Sumberejo tahun 2014 merupakan personil baru yang

dilantik pada Januari 2014 setelah dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa pada 18

Desember 2013. Anggota dari kelembagaan ini yaitu Kepala Desa dan

perangkatnya serta ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dengan

jumlah total 64 orang. Sekretariat pemerintah Desa Sumberejo terletak di Jalan

Musi No.75 Desa Sumberejo (Dusun Sekarputih). Seperti pegawai negeri sipil

pada umumnya, sekretariat Desa Sumberejo membuka pelayanan untuk

masyarakat pada pukul 07.00-15.00 WIB setiap hari Senin hingga Jumat. Menurut

informasi yang didapatkan dari keterangan perangkat desa, anggota pemerintah

desa terdiri dari kurang lebih 75 persen personil baru dan 25 persen personil lama.

Seperti yang diungkapkan salah satu responden:

“...Disini baru semua orangnya. Ada sekitar 75 persen itu baru.

Sisanya masih lama. Terutama RT-RW yang baru. Kalau perangkat

masih yang lama...” (Suh, anggota kelembagaan formal)

Hal ini wajar mengingat Kepala Desa sebelumnya menjabat selama 2 periode (14

tahun) sehingga pada pemerintahan baru banyak dilakukan pergantian. Adapun

dalam penelitian ini, responden yang diambil memiliki komposisi 50 persen

anggota lama dan 50 persen anggota baru. Berikut struktur kepengurusan inti

pemerintah Desa Sumberejo:

Page 51: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

33

Tabel 7 Daftar nama pegawai pemerintah Desa Sumberejo

No Nama Jabatan

1 At Kepala Desa

2 Mochtar Kaur Keuangan

3 Suhartatik Kaur Umum

4 Sholihin Kaur Kesra

5 Ponidi Kepala Dusun Sekarputih

6 Guntoro Kepala Dusun Blimbing

7 Hari Siswanto Kepala Dusun Rejosari

8 Umar Hasim Kepala Dusun Bubur

9 Moh. Jalal Kepala Dusun Klingsi

10 Bambang Pinayungan Ketua Paguyuban RT-RW

11 Dihan Pro Fita Pendamping Desa Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Anggota pemerintah desa di Desa Sumberejo memiliki riwayat pendidikan

yang kebanyakan adalah lulusan SD. Dari 30 responden yang dipilih, terdapat 3.3

persen (1 orang) tidak tamat SD, 50 persen (15 orang) tamat SD/MI, 36 persen (11

orang) tamat SMP/MTs, 6.7 persen (2 orang) lulus SMA/MA, dan 3.3 persen (1

orang) lulus perguruan tinggi. Adapun 1 orang yang mengenyam pendidikan

hingga perguruan tinggi (D3) adalah ketua paguyuban RW yang merupakan

penduduk pendatang berprofesi sebagai guru SD di Desa Sumberejo. Tingginya

angka lulusan SD/MI pada anggota pemerintah desa terutama pada anggota RT-

RW disebabkan karena di pedesaan umumnya tidak menimbang pendidikan

sebagai salah satu syarat untuk menjadi anggota dari pemerintah desa. Anggota

pemerintah desa dipilih lebih karena pengabdian, ketokohan, atau keaktifan

individu dalam kehidupan di pedesaan. Berikut diagram persentase pendidikan

responden dari pemerintah desa:

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pada

kelembagaan formal

Anggota kelembagaan pemerintah desa umumnya memiliki aktivitas lain di

samping profesinya sebagai pelayan masyarakat. Berikut adalah diagram

frekuensi jenis pekerjaan yang ditekuni anggota kelembagaan pemerintah desa:

0

10

20

30

40

50

60

Pemerintah Desa

Per

sen

tase

res

po

nd

en Tidak Tamat SD/MI

Tamat SD/MI

Tamat SMP/MTs

Tamat SMA/MA

Perguruan Tinggi

Page 52: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

34

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada kelembagaan

formal

Anggota kelembagaan formal pemerintah desa paling banyak berprofesi

sebagai petani (26.7 persen). Adapun sebanyak 23.3 persen anggota berprofesi

sebagai buruh bangunan dan pada angka yang sama juga berprofesi sebagai

pedagang. Adapun sebanyak 6.7 persen tidak memiliki pekerjaan selain sebagai

pegawai di pemerintah desa. Sisanya sebanyak 20 persen berprofesi lain-lain

seperti tukang becak, pekerja serabutan, dan lain-lain. Sebanyak 6.7 persen

responden yang tidak memiliki profesi lain selain di kepegawaian pemerintah desa

adalah responden yang memiliki kesibukan dan tuntutan untuk datang setiap hari

ke kantor desa. Responden tersebut meliputi perangkat desa yang terdiri dari

Kepala Urusan dan Kepala Dusun. Mereka dituntut untuk ada di kantor desa

setiap hari pada jam kerja.

Majelis Taklim

Majelis Taklim “Pengajian Muslimat” merupakan majelis taklim khusus

perempuan yang sudah sangat lama berdiri di Desa Sumberejo. Tidak diketahui

pasti kapan pengajian ini berdiri namun salah satu responden berusia 70 tahun

menuturkan pengajian ini sudah ada sejak beliau berusia remaja. Dalam

perjalanannya, pengajian ini megalami pasang surut jumlah anggota. Masih

menurut keterangan salah satu responden penelitian, pengajian muslimat tahun ini

merupakan pengajian dengan jumlah anggota paling sedikit bila dibandingkan

dengan jumlah sebelumnya. Tercatat terdapat 36 peserta pengajian muslimat,

namun setelah ditelusuri, dari 36 nama yang tercatat di buku arisan pengajian,

dijumpai sebanyak 6 nama yang ternyata merujuk pada orang-orang yang sudah

terdaftar namanya di arisan. Artinya, terdapat 6 orang yang mendaftarkan 2

hingga 3 nama dalam arisannya, sehingga total jumlah anggota pengajian

muslimat ini adalah 30 orang.

Pengajian ini memiliki kegiatan rutin mengaji tahlil dan diba‟ setiap hari

Minggu pukul 13.00-15.00 WIB dengan tempat yang berpindah-pindah di rumah

anggota yang mendapatkan arisan pengajian. Dua periode sebelumnya, pengajian

ini selalu diisi dengan ceramah oleh seorang ustadz, namun karena satu dan lain

0

5

10

15

20

25

30

Pekerjaan

Petani

Buruh bangunan

Pedagang

Pegawai

Lainnya

Page 53: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

35

hal, pengajian ini tidak lagi diselingi dengan ceramah agama oleh ustadz desa.

Kegiatan pengajian hanya sekedar membaca tahlil dan diba‟. Selain pengajian

rutin, pengajian muslimat juga mengadakan kegiatan tahunan yaitu ziarah ke

makam wali. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling ditunggu oleh jamaah

pegajian muslimat.

Tabel 8 Pengurus pengajian muslimat Desa Sumberejo

No Nama Jabatan

1 Nur Hasanah Ketua

2 Sahla Pengurus

3 Suhartatik Pengurus Sumber: Pengurus pengajian muslimat (diolah)

Secara struktur, pengajian muslimat Desa Sumberejo tidak memiliki hierarki

yang jelas. Hal ini wajar karena kegiatan anggotanya hanya terbatas pada kegiatan

pengajian rutin setiap minggu. Namun demikian, terdapat beberapa nama yang

dianggap oleh anggota lainnya sebagai pengurus pengajian,. Seperti disajikan

pada tabel 8 di atas terdapat setidaknya 3 pengurus inti yang dianggap

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengajian msulimat.

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pada

kelembagaan informal

Gambar 5 memperlihatkan tingkat pendidikan responden dari kelembagaan

informal majelis taklim. Anggota pengajian muslimat kebanyakan merupakan

masyarakat dengan pendidikan terakhir SD/MI. Diketahui persentase pendidikan

terakhir dari anggota pengajian ini yaitu 10 persen (3 orang) tidak tamat SD/MI,

56.7 persen (17 orang) tamat SD/MI, 30 persen (9 orang) lulus SMP/MTs, 3.3

persen (1 orang) tamat SMA/MA, dan tidak ada satu pun anggota pengajian yang

mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi. Jika dibandingkan dengan

kelembagaan formal, tingkat pendidikan pada kelembagaan infromal relatif lebih

rendah. Hal ini dimungkinkan terjadi karena sebagian besar anggota kelembagaan

informal tidak dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi dalam hidupnya. Fakta

ini dapat terlihat dari mayoritas pekerjaan responden yang meliputi petani,

pedagang, dan buruh kerupuk.

0

10

20

30

40

50

60

Pendidikan

Tidak Tamat SD/MI

Tamat SD/MI

Tamat SMP/MTs

Tamat SMA/MA

Perguruan Tinggi

Page 54: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

36

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada kelembagaan

informal

Grafik 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengajian

muslimat berprofesi sebagai pegawai industri rumahan produksi kerupuk. Profesi

sebagai pegawai kerupuk di Desa Sumberejo memang merupakan profesi yang

populer di kalangan perempuan sejak beberapa tahun silam. Profesi ini memberi

warna tersendiri bagi perempuan-perempuan Desa Sumberejo. Sebelum ada

industri rumahan produksi kerupuk, perempuan-perempuan di Desa Sumberejo

kebanyakan menganggur dan mengerjakan pekerjaan dapur. Sejak industri

rumahan produksi kerupuk muncul, perempuan-perempuan di Desa Sumberejo

kemudian disibukkan dengan pekerjaan ini. Hal ini pula yang menurut keterangan

beberapa responden menjadi pemicu mulai berkurangnya jamaah pengajian

muslimat.

Ikhtisar

Desa Sumberejo merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Sukodono Kabupaten Lumajang dengan luas 346 090 Ha. Penduduk Desa

Sumberejo berjumlah 6 755 orang yang tersebar di 10 RW di 5 Dusunnya yaitu

Dusun Sekarputih, Dusun Blimbing, Dusun Klingsi, Dusun Bubur, dan Dusun

Rejosari. Desa Sumberejo secara geografis terletak tidak jauh dari pusat kota. Hal

ini membuat Desa Sumberejo menjadi salah satu desa yang sebagian daerahnya

memiliki karakteristik yang mendekati kehidupan di perkotaan. Banyak dijumpai

bangunan-bangunan sekretariat dari berbagai institusi baik itu institusi pendidikan

(dari TK hingga Perguruan Tinggi), pemerintahan, dan lainnya.

Adapun dua kelembagaan yang menjadi unit analisis yaitu pemerintah desa

dan pengajian muslimat memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Pemerintah desa merupakan orang-orang yang setiap harinya bekerja

mendedikasikan diri untuk pelayanan masyarakat dan pemerintahan. Pemerintah

desa memiliki hierarki dan pembagian kerja yang jelas sesuai tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) yang telah ditetapkan. Sebaliknya pengajian muslimat merupakan

organisasi yang relatif lebih luwes. Tidak ada pembagian wewenang dan kerja

yang jelas dalam pengajian muslimat. Secara umum, anggota kedua kelembagaan

yang diteliti (pemerintah desa dan pengajian muslimat) memiliki riwayat

pendidikan yang sama yaitu lulus SD.

0

10

20

30

40

50

Pekerjaan

Petani

Pedagang

Pegawai

Lainnya

Page 55: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

37

PROFIL KANDIDAT DAN DINAMIKA KONDISI SOSIAL POLITIK

PEMILIHAN KEPALA DESA SUMBEREJO

Bab ini menguraikan tentang profil kandidat dan gambaran dinamika

kondisi sosial-politik di Desa Sumberejo pada pamilihan Kepala Desa 2013.

Uraian dibagi menjadi beberapa sub bab yaitu gambaran umum pemerintahan

desa sebelum Pemilihan Kepala Desa 2013, Pemilihan Kepala Desa, latar

belakang sosial-ekonomi kandidat Kepala Desa, dan analisis peta kekuatan

kandidat Kepala Desa.

Gambaran Umum Pemerintahan Desa Sebelum Pemilihan Kepala Desa 2013

Desa Sumberejo merupakan desa yang sudah sejak lama ada dan menjadi

bagian dari Kabupaten Lumajang. Tidak diketahui dengan pasti pada tahun berapa

desa ini dikukuhkan (didirikan) namun menurut keterangan perangkat desa, desa

ini sudah memiliki Kepala Desa sejak sebelum tahun 1958. Berikut adalah nama-

nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Sumberejo sebelum Kepala

Desa terakhir yang dilantik Januari 2014 lalu:

Tabel 9 Daftar nama Kepala Desa Sumberejo

No Nama Masa Jabatan

1 Warniti Tidak diketahui-1958

2 Nur Ali Dharmo 1958-1966;

1966-1974

3 Suprapto 1974-1982

4 Akhya 1982-1990;

1990-1998

5 Syamsul Hadi 1998-2006;

2006-2013 Sumber: Data monografi Desa Sumberejo 2014 (diolah)

Kepala Desa pertama Desa Sumberejo bernama Warniti. Warniti merupakan

orang dengan latar belakang keluarga yang berprofesi sebagai petani. Jika

diistilahkan menurut masyarakat Desa Sumberejo tentang segregasi golongan

“wong alim” dan “wong umum”, Warniti merupakan golongan “wong umum”.

“Wong alim” merupakan sebutan bagi masyarakat Desa Sumberejo untuk

masyarakat yang dianggap memiliki ketaatan yang baik terhadap agama.

Masyarakat yang termasuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang nyantri dan

menjadi ustadz di sekolah. Adapun “wong umum” merupakan sebutan bagi

masyarakat yang kehidupannya tidak memiliki pengalaman nyantri atau tidak

memiliki hubungan keluarga dengan alim ulama. Tidak diketahui pasti berapa

lama masa pemerintahan dan bagaimana keadaan serta kemajuan desa pada

pemerintahan Warniti. Beberapa narasumber menyampaikan bahwa Warniti

memerintah desa Sumberejo cukup lama sebelum kemudian diserahkan tampuk

kekuasaannya kepada putra kandungnya, Nur Ali Dharmo.

Page 56: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

38

Pemberian kekuasaan secara turun temurun seperti ini banyak ditemui dan

merupakan hal yang wajar di daerah pedesaan Jawa, termasuk di Desa Sumberejo.

Nur Ali Dharmo memerintah Desa Sumberejo selama 2 periode yaitu tahun 1958-

1966 (periode pertama) dan tahun 1966-1974 (periode kedua). Seperti Kepala

Desa pertama, Nur Ali Dharmo juga dipilih dengan jalan pemilihan secara

langsung dengan sistem one man one vote seperti pemilihan Kepala Desa pada

umumnya. Tidak diketahui secara pasti tingkat kepuasan masyarakat terhadap

pemerintahan Warniti maupun Nur Ali Dharmo, namun masyarakat memandang

baik pada kedua kepala desa tersebut. Keluarga Warniti dianggap dapat

memimpin Desa Sumberejo dengan baik.

Sedikit berbeda dengan dua kepala desa sebelumnya, kepala desa ketiga

yaitu Suprapto, menduduki jabatan sebagai Kepala Desa tanpa pemilihan

langsung dari masyarakat. Suprapto dengan latar belakang karir di kepolisian

ditunjuk oleh Bupati pada masanya untuk menduduki jabatan Kepala Desa di

Desa Sumberejo pada tahun 1974-1982. Pemerintahan oleh Suprapto berjalan

selama satu periode (8 tahun). Tidak ada hal khusus yang peneliti temukan dalam

penggalian informasi tentang Kepala Desa Suprapto, mengingat masyarakat juga

tidak terlampau mengenal Kepala Desa tunjukan pemerintah kabupaten tersebut.

Setelah kekuasaan sempat berpindah dari keluarga besar Warniti pada masa

pemerintahan desa ke tiga, tampuk kekuasaan kembali kepada keluarga besar

Warniti. Setelah Suprapto habis masa jabatannya, Akhya, putra dari Kepala Desa

Nur Ali Dharmo (Kepala Desa ke dua) naik menjadi Kepala Desa di Desa

Sumberejo. Berbekal nama baik yang dibawa kakek dan ayahnya, Akhya

dipercaya untuk menduduki kursi pemerintah desa selama dua periode yaitu tahun

1982-1990 (periode 1) dan tahun 1990-1998 (periode 2). Sama dengan kepala

desa-kepala desa sebelumnya, Kepala Desa Akhya merupakan orang dari

kalangan “wong umum”.

Kepala Desa terakhir sebelum muncul kepala desa baru yang dilantik

Januari 2014 lalu adalah Syamsul Hadi. Kepala Desa yang menduduki jabatan

selama dua periode ini merupakan kepala desa yang namanya cukup sering

disinggung dan diperbincangkan oleh masyarakat. Syamsul Hadi merupakan

pengusaha yang terkenal sangat kaya hingga mendapat julukan “bapaknya duit”

(raja uang). Pengusaha tanah, tebu, dan bisnis cuci mobil tersebut juga memiliki

kiprah politik yang cukup fenomenal. Berbekal kesuksesan sebagai pengusaha dan

nama besar ayahnya yang memiliki jaringan free man yang luas dan besar (hingga

level provinsi), Syamsul Hadi menjadi orang yang sadar akan kekuatan politiknya.

Syamsu Hadi kemudian memberanikan diri untuk mencalonkan diri di beberapa

posisi penting di pemerintahan. Ia memulai karirnya sebagai Kepala Desa

Sumberejo pada tahun 1998 setelah periode Kepala Desa Akhya berakhir. Setelah

dua periode menjabat sebagai kepala desa di Desa Sumberejo, Syamsul Hadi maju

bersama pasangannya di kancah pemilihan Bupati Lumajang. Kalah tipis dari

incumbent, Syamsul kemudian memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai

calon DPRD kabupaten dari Partai Kebangkitan Bangsa, partai yang juga

mengusungnya pada pemilihan Bupati Lumajang 2013. Pada dua pencalonan

tersebut, Syamsul Hadi mengalami kegagalan.

Adapun dalam memerintah Desa Sumberejo, Syamsul Hadi memiliki cara

yang sedikit ditakuti masyarakat. Kepala Desa Syamsul Hadi menerapkan cara

pemerintahan yang terkesan otoriter. Kepala Desa ini banyak memberlakukan

Page 57: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

39

sistem denda terhadap beberapa perkara yang dianggap melanggar peraturan.

Hampir semua responden yang diwawancarai sangat menyayangkan tindakan

Kepala Desa Syamsul Hadi yang sering memberlakukan denda terhadap

masyarakat yang dianggap mengganggu dan melanggar ketertiban desa.

“...Seniyen sekedhik-sekedhik didendo mbayar. Tiyang tukaran

didendo, tiyang mbeleh sapi selametan, didendo, tiyang masang salon

didendo. Nopo-nopo didendo, mbak...” (Dulu, sedikit-sedikit denda

bayar. Orang bertengkar kena denda, orang menyembelih sapi untuk

selamatan didenda, orang pasang sound system pun didenda. Apa-apa

didenda, mbak)

(Sah, anggota kelembagaan informal)

Selain pemberian sanksi „tegas‟ berupa denda tersebut, kekuatan jaringan free

man yang dimiliki Syamsul Hadi memberi kekuatan lain untuk membuat keadaan

Desa Sumberejo lebih „kondusif‟. Berbekal aliansi free man yang dioptimalkan

sebagai kekuatan utama, Syamsul Hadi berhasil mempertahankan kekuasaannya

selama dua periode di Desa Sumberejo.

Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa di Desa Sumberejo dilaksanakan pada tanggal 18

Desember 2013 di Balai Desa Sumberejo dengan diketuai oleh Bambang Santoso,

tokoh masyarakat setempat dengan mengusung dua kandidat berikut:

Tabel 10 Profil kandidat Kepala Desa

Kategori Kandidat Kepala Desa

Ak At Usia 51 tahun 40 tahun Pekerjaan Wiraswasta Pedagang Riwayat pendidikan

- SD Sumberejo 1 - SMP Negeri 1 Lumajang - Sekolah Menengah

Ekonomi Lumajang

- SD Sumberejo 1 - SMP Sukorejo (Pesantren) - SMA Sukorejo (Pesantren) - Institut Agama Islam Ibrahimi

Situbondo Riwayat karir

- Karyawan Commanditaire Vennootschap (CV) 45 (<1982)

- Petugas ketik Balai Desa Sumberejo (1982)

- Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sumberejo (1983-2013)

- Guru MI(1998-2003) - Kepala Sekolah MTs Sumberejo

(2003) - Ketua Badan Permusyawaratan

Desa (1999-2007) - Ketua PAC PKNU Sukodono

(2007) - Bendahara Umum DPC PKNU

(2009) - Tim Ahli Dewan PKNU (2012) - Ketua PKNU (2013-sekarang) - Ketua Ranting NU Sumberejo

(2010-sekarang) Sumber: Wawancara mendalam (diolah)

Page 58: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

40

Pemilihan kepala desa yang dilaksanakan di Desa Sumberejo dimenangkan

oleh kandidat 2, yaitu saudara At dengan perolehan suara sebagai berikut:

Tabel 11 Rekapitulasi suara Pemilihan Kepala Desa Sumberejo 2013

Suara Pemilih Jumlah suara Persentase (%)

Perolehan Ak 1 818 36.51

Perolehan At 2 364 47.47

Jumlah suara tidak sah 26 0.52

Jumlah pemilih yang tidak

menggunakan hak pilih

772 15.50

Jumlah total hak pilih 4 980 100.00

Sumber: Laporan pertanggungjawaban Pemilihan Kepala Desa Sumberejo 2013 (diolah)

Sesuai tabel yang disajikan di atas, dapat diketahui tingkat partisipasi politik

warga Desa Sumberejo pada Pemilihan Kepala Desa tahun 2013. Total jumah hak

pilih adalah sejumlah 4 980 suara, sementara pengguna hak milik adalah sejumlah

4 208 suara. Artinya, ada sebanyak 772 (15.50 persen) orang yang tidak

menggunakan suaranya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan Kepala

Desa dapat diketahui yaitu sebesar 84.5 persen. Tingkat partisipasi masyarakat

dalam Pemilihan Kepala Desa Sumberejo tahun 2013 dapat disimpulkan tergolong

pada taraf partisipasi tinggi. Seperti pada umumnya di pedesaan yang masih

memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, ajang pemilihan Kepala Desa masih

menjadi perhelatan politik yang diminati oleh masyarakat desa. Pemilihan Kepala

Desa menjadi ajang penentuan masa depan desa dan masyarakat itu sendiri. Hal

ini yang kemudian menjadi salah satu faktor tingginya tingkat partisipasi

masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa.

Latar Belakang Sosial Ekonomi Dua Kandidat Kepala Desa

Seperti yang telah diuraikan pada bab Pemilihan Kepala Desa, pemilihan

kepala desa di Sumberejo diikuti oleh dua kandidat, yaitu kandidat nomor urut

1(Ak) dan kandidat nomor urut 2 (At). Berikut pemaparan detil tentang latar

belakang sosial ekonomi kedua kandidat:

Kandidat Nomor Urut 1 (Ak)

Kandidat Ak merupakan warga asli Desa Sumberejo berusia 51 tahun yang

sebelumnya aktif bekerja sebagai kepala urusan pemerintahan Desa Sumberejo.

Ak merupakan anak pertama dari Nur Ali Dharmo, Kepala Desa Sumberejo ke

dua setelah ayahnya, Warniti. Ak juga merupakan saudara dari Akhya, Kepala

Desa ke empat di Desa Sumberejo. Ak sebagai seorang yang berasal dari keluarga

petani, memiliki aktivitas yang cukup beragam. Tentu saja, bertani dan beternak

merupakan hal yang tidak dilewatkannya. Jika merunut dari karir kerjanya, Ak

memiliki aktivitas yang tergolong tidak banyak di luar aktivitas bertani dan

beternaknya. Berbekal ijazah terakhir SMK, tahun 1982 Ak mencoba peruntungan

kerja di sebuah CV di Lumajang yang ternyata hanya bertahan untuk ditekuninya

selama 2 bulan. Ak kemudian mencoba peruntungan di CV serupa di Lumajang.

Page 59: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

41

Ak juga pernah bekerja selama beberapa waktu di koperasi yang berlokasi di

Kecamatan Labruk Kabupaten Lumajang. Setelah beberapa kali berpindah tempat

bekerja, Ak kemudian direkrut untuk menjadi petugas ketik di kantor desa pada

masa pemerintahan saudaranya, Akhya. Tahun berikutnya yaitu tahun 1983, Ak

mengikuti ujian perangkat desa untuk menaikkan karirnya di pemerintahan desa.

Ujian perangkat desa tersebut kemudian mengantarnya pada posisi Kepala Urusan

Pemerintahan pada tahun yang sama, yaitu tahun 1983.

Profesi Ak sebagai Kepala Urusan Pemerintahan bertahan dari tahun 1983

higga akhir tahun 2013 (30 tahun). Ak kemudian mendaftarkan diri sebagai

Kepala Desa pada Desember 2013 untuk melanjutkan estafet kekuasaan

keluarganya yang sempat terputus. Sebagai salah seorang keturunan dari keluarga

mantan Kepala Desa yang sempat memegang kekuasaan cukup lama, Ak memiliki

riwayat nama baik yang cukup terjaga. Sebagian masyarakat masih mempercayai

dan menghormati keluarga Warniti dan keturunannya (termasuk Ak) untuk

memimpin Desa Sumberejo. Sebagai orang yang berasal dari kalangan “wong

umum”, Ak dan keluarga terhitung memiliki nama yang baik dengan berkaca pada

pemerintahan yang dijalankan saudara, ayah, dan kakeknya. Hal ini yang

kemudian menjadi alasan dan kekuatan utama Ak untuk percaya diri maju sebagai

calon Kepala Desa. Ak sendiri mendapatkan nomor urut kandidat ke 1 dalam

pemilihan Kepala Desa.

Kandidat Nomor Urut 2 (At)

Kandidat bernomor urut dua (Ak) adalah seorang dengan latar belakang

agama yang terbilang cukup kental. At sendiri merupakan lulusan sarjana agama

di universitas tempatnya menimba ilmu agama (nyantri). Merunut dari riwayat

orang tuanya, At merupakan keluarga yang aktif di organisasi keagamaan

Nahdhatul Ulama (NU). Nyai Romlah, ibu dari At merupakan aktivis muslimat

yang sangat aktif di masanya. Begitu pula dengan ayahnya, aktif mengikuti dan

memimpin pengajian di desanya. Pengajian rukun kematian di Desa Sumberejo

merupakan salah satu pengajian warisan dari bapak At. At sendiri mulai nyantri

pada usia 13 tahun dan menimba pendidikan formal di SMP hingga perguruan

tinggi di institusi yang sama di pondok pesantrennya.

At lulus dari jurusan Muamalat/Syariah Institut Agama Islam Ibrahimy

Situbondo pada tahun 1997. At kemudian pulang dan mulai mengajar di sekolah

Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa Sumberejo di tahun yang sama. Sejak itu At

mulai meniti karir di institusi pendidikan Islam. Setelah selama lima tahun

mengajar di MI, At diangkat menjadi Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah

pada tahun 2003 hingga sekarang. Tidak hanya di institusi formal, At juga

mengembangkan karirnya di organisasi keislaman yang dianut dirinya dan

keluarganya (NU). At mulai mengikuti kegiatan-kegiatan ke-NU-an baik di Desa

Sumberejo maupun di tingkat kecamatan. Sebagai kaum Nahdliyin yang waktu itu

mendirikan PKNU, At turut masuk dan berperan di dalamnya. Menjadi ketua PAC

kecamatan, Bendahara Umum DPC, Tim Ahli Dewan, hingga menjadi ketua

PKNU merupakan beberapa aktivitas yang pernah dijalaninya sebagai aktivis NU.

Selain aktif di organisasi ke-Islam-an, At juga mencoba peruntungan

karirnya di dunia pemerintahan. Saat usianya masih 26 tahun (dua tahun setelah

pulang dari pondok pesantren) yaitu pada tahun 1999, At mencalonkan diri

Page 60: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

42

sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sesuai prediksi, At

memenangkan pertarungan pemilihan BPD dan menjadi ketua BPD hingga tahun

2007. Mencalonkan diri sebagai Kepala Desa juga pernah dilakukannya di usianya

yang masih 34 tahun saat itu (tahun 2007) melawan incumbent, SH. Pencalonan

pertamanya mengalami kegagalan karena kekuatan incumbent yang terlampau

sulit untuk dibendung. At kemudian mencoba lagi peruntungannya di ajang

Pemilihan Kepala Desa tahun 2013. Sebagai warga Desa yang terbilang masih

relatif muda, At dianggap sangat berani mengawali karir di dunia politik. Latar

belakang agama, jenjang pendidikan, karakter ustadz yang baik, dan tentu saja

track record At sebagai aktivis menjadi kekuatan utamanya mencalonkan diri

sebagai Kepala Desa.

Strategi Kandidat

Perhelatan politik di Desa Sumberejo untuk mencari pemimpin desa

berlangsung sangat menarik. Hal ini disebabkan kedua kandidat merupakan

orang-orang baru yang sedang mencoba menguji kekuatan kekuasaannya setelah

tampuk kekuasaan Kepala Desa SH berakhir. Masyarakat pun sangat menanti

perhelatan dengan calon-calon baru tersebut untuk membawa Desa Sumberejo

pada suasana yang sama sekali baru. Taktik dan strategi kemudian disusun para

kandidat dan tim sukses masing-masing calon demi meraih suara terbanyak.

Berikut diuraikan strategi masing-masing calon:

Strategi Kandidat Nomor Urut 1 (Ak)

Sebagai seorang kandidat Kepala Desa, Ak memiliki kekuatan yang dapat

diperhitungkan. Secara garis keturunan, peluang Ak untuk melanjutkan estafet

kekuasaan di Desa Sumberejo cukup besar. Terlebih Warniti sebagai kakek dari

Ak sekaligus Kepala Desa pertama Desa Sumberejo memiliki citra yang cukup

baik di masyarakat. Latar belakang keluarga yang sangat mendukung ini menjadi

kekuatan utama yang diandalkan Ak untuk mencalonkan diri sebagai Kepala

Desa. Sebagian masyarakat juga masih banyak yang memandang baik dan

mempercayakan kepemimpinan Desa Sumberejo pada keturunan Warniti. Jika

berkaca pada sejarah, dua keturunan Warniti, yaitu Nur Ali (ayah Ak) dan Akhya

(saudara Ak) dapat memegang estafet kekuasaan dengan tidak terlampau sulit. Hal

ini menambah kepercayaan diri Ak untuk maju sebagai Kepala Desa meneruskan

warisan kepemimpinan saudara, orang tua, dan kakeknya.

Selain bekal latar belakang keluarga, pengalaman Ak yang sudah mengabdi

di Desa Sumberejo sebagai perangkat selama kurang lebih 30 tahun menjadi

keunggulan lain. Ak dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai seorang yang

sangat memahami Desa Sumberejo dengan pengalaman kerjanya yang sangat

lama tersebut. Pengalaman yang lama tersebut dianggap merepresentasikan

tingkat pemahaman terhadap apa yang harus dilakukan seorang pemimpin demi

Desa Sumberejo yang lebih baik. Dua kekuatan tersebut menjadi andalan utama

Ak untuk mencalonkan diri di ajang pemilihan Kepala Desa.

Dukungan dari banyak pihak juga mengalir kepada Ak termasuk dari

mantan kepala desa SH. SH mendeklarasikan kepada masyarakat bahwa ia dan

keluarga mendukung Ak sebagai penggantinya memimpin Desa Sumberejo.

Page 61: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

43

Dukungan (moril dan materiil) dari mantan Kepala Desa SH ini kemudian

dianggap sebagai kekuatan tambahan yang akan mempermudah langkah Ak untuk

mendapatkan kursi Kepala Desa. Hal ini cukup beralasan mengingat mantan

Kepala Desa SH memiliki kekuatan yang terbukti selama 2 periode

pemerintahannya, berhasil membuat masyarakat Desa Sumberejo tidak berani

melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh mantan Kepala Desa SH.

Pemilihan Kepala Desa dewasa ini diketahui dapat dipastikan selalu

memainkan uang di dalamnya. Pun demikian yang terjadi di Desa Sumberejo pada

pemilihan kepala desa 2013. Ak mengaku mengeluarkan biaya dalam jumlah yang

tidak sedikit untuk uang „ketok pintu‟ ini. Setidaknya Ak „menembak‟ 3 500

pemilih dengan uang sejumlah Rp 50 000,- per kepala. Tidak kurang dari senilai

Rp 350 000 000,- dikeluarkan Ak untuk hajatan ini. Diakui Ak bahwa uang dalam

pemilihan Kepala Desa sudah tidak dapat dihindari pada era seperti saat ini

sehingga mau tidak mau Ak harus melakukannya demi aliran dukungan dan suara

yang diharapkan.

Strategi Kandidat Nomor Urut 2 (At)

Sedikit berbeda dengan Ak yang memiliki keunggulan dari segi keturunan

dan dukungan kuat dari mantan kepala desa, At menggunakan gelar sarjana yang

dimilikinya sebagai kekuatannya. Selain itu, track record sebagai aktivis di

organisasi islam membuatnya lebih percaya diri. Terlebih At juga pernah

mendapatkan banyak dukungan dan suara sehingga sempat menduduki kursi

sebagai Ketua BPD. Track record At sebagai aktivis memiliki catatan yang

dianggap baik oleh masyarakat. Hal ini juga didukung dengan karakteristik At

yang terlihat bersahaja dan agamis (karena lulusan pesantren).

Selain track record yang baik dan dinilai elektabel sebagai calon Kepala

Desa, At juga menawarkan visi misi yang cukup fenomenal dan cerdas.

Sebagaimana diketahui, mantan kepala desa lalu dikenal „tegas‟ mengenakan

denda bagi masyarakat yang melakukan perbuatan-perbuatan yang dianggap

melanggar ketertiban desa. At dengan lantang menyebut dirinya akan menjadi

kepala desa yang “ora nargetan” (tidak suka mengenakan sanksi denda). Visi

misi At tersebut membuat masyarakat merasa membutuhkan At demi Desa

Sumberejo yang lebih baik.

Hal yang lebih berani dijanjikan At yaitu akan membebaskan masyarakat

dari tagihan pajak bangunan (rumah dan lahan tidak produktif). Visi ini

diyakinkannya di depan masyarakat dengan menandatangani surat perjanjian

untuk pemenuhan pembayaran pajak bangunan seluruh masyarakat Desa

Sumberejo oleh At secara pribadi. Adapun jumlah nominal biaya pajak bangunan

seluruh Desa Sumberejo digadang-gadang mencapai kurang lebih Rp 49.000.000,-

per tahun. Jika diakumulasikan, maka dapat dipekirakan At harus menyediakan

uang sejumlah kurang lebih Rp 294.000.000,- selama periode pemerintahannya

untuk membayarkan pajak bangunan seluruh masyarakat Desa Sumberejo. Surat

perjanjian bermaterai tersebut ditandatangani At di depan masyarakat dan

beberapa aparat keamanan. Surat tersebut kemudian diperbanyak dan disebarkan

kepada seluruh masyarakat Desa Sumberejo. Tindakan berani At dengan

menandatangani surat perjanjian tersebut menarik banyak dukungan dan

kepercayaan.

Page 62: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

44

Senada dengan Ak, At juga membagikan uang „ketok pintu‟ kepada

sejumlah masyarakat Desa Sumberejo namun dengan nominal lebih sedikit, yaitu

Rp 25 000,- per kepala. Diakui At bahwa uang „ketok pintu‟ menjadi syarat

pertama untuk diterimanya calon di masyarakat sehingga mau tidak mau ia harus

juga melakukannya. Lebih kecilnya nominal uang yang diberikan At kepada

masyarakat didasarkan pada alasan bahwa At kuat secara track record dan

popularitas kesahajaannya sehingga uang „ketok pintu‟ tidak menjadi fokus utama

namun tetap menjadi pintu pertama.

Peta Kekuatan Kandidat

Peta kekuatan kedua kandidat dapat diplotkan secara jelas berdasarkan

segregasi wilayah yang dipisahkan oleh Jalur Lintas Timur (JLT) sebagaimana

dibahas pada bab sebelumnya. Segregasi wilayah ini juga merupakan bentuk

segregasi suku dimana daerah barat JLT adalah masyarakat dengan masyoritas

berbahasa Jawa, sebaliknya di daerah timur JLT banyak dihuni oleh masyarakat

keturunan Madura. Perlu diketahui, kandidat nomor urut 1 (Ak) merupakan warga

yang bertempat tinggal di sebelah barat JLT (bersuku dan berbahasa Jawa).

Adapun At bertempat tinggal di sebelah timur JLT (bersuku dan berbahasa

Madura). Sejarah mencatat bahwa jabatan Kepala Desa di Desa Sumberejo selalu

dipegang oleh orang-orang barat JLT yang tentunya beretnik Jawa. At adalah

orang timur JLT kedua yang memberanikan diri maju sebagai kandidat kepala

desa. Jauh sebelum At, satu kandidat dari timur JLT pernah mencalonkan diri

namun gagal. Tampuk kekuasaan selama ini selalu terpusat di daerah barat JLT.

Menurut penuturan beberapa responden, orang barat JLT dinilai lebih superior dan

berkapasitas sebagai pemimpin daripada orang timur JLT.

Munculnya At sebagai calon dari timur JLT memberi warna tersendiri

dalam pencalonan kepala desa di Desa Sumberejo tahun 2013 lalu. Ini pula yang

hendak dibuktikan At, bahwa masyarakat etnik Madura (timur JLT) dapat dan

berhak untuk menduduki kursi Kepala Desa Sumberejo. At mengakui bahwa

masyarakat timur JLT mengalami keminderan dan kepasrahan bahkan menyetujui

istilah “orang timur JLT tidak akan pernah memimpin Sumberejo”. At menjadi

harapan baru bagi masyarakat timur JLT untuk menjadi masyarakat yang lebih

dilihat dan dipertimbangkan keberadaannya.

Sebaliknya Ak, tentu saja kekuatannya berpusat pada daerah tempat

tinggalnya, yaitu daerah barat JLT. Loyalis keluarga besar Warniti merupakan

kekuatan utama Ak. Catatan sejarah yang menunjukkan bahwa kepercayaan

masyarakat terhadap penempatan kursi Kepala Desa selalu pada orang-orang barat

JLT membawa kepercayaan diri tersendiri bagi Ak. Untuk memantapkan kekuatan

di daerah tempat tinggalnya (barat JLT), Ak juga tidak melewatkan kesempatan

untuk bersilaturahmi ke perumahan-perumahan pendatang yang kesemuanya

terletak di sebelah barat JLT. Kekuatan yang dimiliki Ak (sebagai orang barat JLT

dan keturunan Kepala Desa) menjadi kekuatan yang mutlak dirasakan dapat

mengantarkan Ak melanjutkan estafet kekuasaan dari keluarganya. Terlebih Ak

mendapat dukungan dari Kepala Desa lama yang terkenal „disegani‟ oleh

masyarakat Desa Sumberejo. Dukungan Kepala Desa lama diharapkan Ak dapat

memperbesar peluang Ak sebagai Kepala Desa baru.

Page 63: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

45

Ikhtisar

Desa Sumberejo merupakan desa yang sudah sejak lama ada dan menjadi

bagian dari Kabupaten Lumajang. Tidak diketahui dengan pasti pada tahun berapa

desa ini dikukuhkan namun menurut keterangan perangkat desa, desa ini sudah

memiliki Kepala Desa sejak sebelum tahun 1958. Dalam perjalanannya, Desa

Sumberejo dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang memiliki beragam karakter.

Sebagaimana di pedesaan Jawa pada umumnya, di Desa Sumberejo, politik trah

memiliki tempat yang luas. Diketahui setidaknya sejumlah 3 orang Kepala Desa

yang pernah menjabat di Desa Sumberejo memiliki hubungan darah yang dekat

(kakek, ayah, anak). Adapun pada tahun terakhir sebelum pemilihan Kepala Desa

pada tahun 2013, Desa Sumberejo dipimpin oleh Kepala Desa yang telah

menjabat selama 2 periode. Kepala Desa terakhir sebelum pemilihan ini terkenal

memiliki kekuasaan yang kuat baik di Desa Sumberejo maupun pada level yang

lebih tinggi yaitu di Kabupaten Lumajang.

Tabel 12 Perbandingan karakter kedua kandidat Kepala Desa Kategori Kandidat nomor urut 1 Kandidat nomor urut 2 Background - Riwayat karir sebagai

perangkat desa selama kurang lebih 30 tahun

- Memiliki hubungan baik dengan kepala desa sebelumnya

- Wong umum - Keturunan Kepala Desa

Sumberejo terdahulu - Suku Jawa

- Riwayat karir sebagai aktivis di organisasi keagamaan Nahdhatul Ulama

- Ketua BPD 1999-2007 - Riwayat karir sebagai guru

dan kepala sekolah - Wong santri - Keturunan tokoh agama

Desa - Suku Madura

Strategi - Membawa nama baik saudara, ayah, dan kakek sebagai mantan kepala desa (menarik loyalis keluarga)

- Membawa nama kepala desa lama (sebelumnya) untuk mewarisi kekuatan kepala desa lama

- „Menembak‟ masyarakat dengan nominal uang Rp 50 000,- per kepala

- Mengandalkan ijazah terakhir sebagai sarjana

- Menempatkan diri sebagai pribadi yang berlawanan dengan kepala desa sebelumnya

- Menandatangani surat perjanjian pembebasan pajak sebagai bukti bahwa kandidat memiliki pribadi yang berlawanan dengan kepala desa sebelumnya

- „Memberi shodaqoh‟ kepada masyarakat dengan nominal Rp 25 000,- per kepala

Peta kekuatan kandidat

Daerah barat JLT Daerah timur JLT

Pemilihan Kepala Desa Sumberejo tahun 2013 merupakan pemilihan Kepala

Desa yang dalam perjalanannya sangat dinamis. Pertarungan antara kandidat

berkekuatan pada sisi trah (keturunan) berlawanan dengan kandidat dengan latar

Page 64: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

46

belakang suku yang berbeda didukung dengan riwayat karir yang cemerlang.

Pertarungan ini dianggap sebagai pertarungan identitas dimana kedua kandidat

mewakili masing-masing daerah yang tersegregasi antara timur JLT dan barat

JLT. Orang-orang di daerah barat JLT yaitu orang-orang dengan Bahasa dan

kehidupan Jawa dalam kesehariannya, semantara orang-orang timur JLT adalah

orang-orang turunan suku Madura. Kedua kandidat kemudian bertarung untuk

memastikan kekuatannya masing-masing.

Kedua kandidat Kepala Desa yang mengikuti perhelatan Pemilihan Kepala

Desa tentunya memiliki kekuatan dan strategi masing-masing berdasarkan

kekuatan yang dimiliki. Kandidat pertama yaitu Ak memanfaatkan kekuatan latar

belakang keluarga besarnya yang secara turun temurun memegang estafet

kekuasaan Kepala Desa di Desa Sumberejo. Adapun At memanfaatkan track

recordnya sebagai aktivis yang bersahaja dan visi misi yang fenomenal serta

berani untuk mendulang dukungan dan suara.

Page 65: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

47

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN TERHADAP PREFERENSI

POLITIK ANGGOTA

Bab ini menguraikan tentang analisis pengaruh kelembagaan terhadap

preferensi politik anggota secara keseluruhan. Analisis yang dijabarkan

didasarkan pada teori politik identitas yang dikemukakan oleh Hardiman dalam

Sjaf (2013) dimana tindakan politis individu dilakukan dengan dua alasan utama,

yaitu karena kemauan diri (paham individualisme) atau pengaruh dari latar

belakang kelompoknya (paham komunitarianisme). Peneliti menduga bahwa

kelembagaan-kelembagaan yang ada sedikit banyak akan memengaruhi preferensi

politik anggota di pedesaan (paham komunitarianisme). Dugaan ini dirumuskan

dengan melihat karakter masyarakat pedesaan Jawa yang identik dengan

guyubnya. Penelitian yang dilakukan Hidayat (2000) di Desa Tanjung Anom,

Jawa Barat menunjukkan bahwa jabatan Kepala Desa dapat diperoleh dan

dipertahankan dengan membentuk dan mengembangkan jaringan sosial dengan

kelompok-kelompok strategis. Kelompok-kelompok strategis tersebut meliputi

kelompok kekerabatan, kelompok ketetanggaan, kelompok ekonomi, dan

kelompok elit desa. Penelitian yang dilakukan mencatat bahwa sejumlah 83.33

persen anggota memilih kandidat nomor urut 2 (pemenang) dan sisanya 16.67

persen memilih kandidat nomor urut 1.

Penjelasan analisis didasarkan pada data kuantitatif yang didapatkan dengan

menggunakan tabulasi silang, tabel frekuensi, dan analisis regresi linear (alpha 10

persen) untuk membuktikan dugaan peneliti, didukung dengan penjelasan

kualititatif deskriptif. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara pengaruh

kelembagaan (X) dengan preferensi politik (Y) menggunakan analisis regresi

linear, terdapat beberapa nilai yang perlu diperhatikan.2

Pengaruh Kelembagaan Pedesaan dalam Penentuan Tindakan Anggota

Politik identitas didefiniskan sebagai tindakan politis yang mengedepankan

kepentingan kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik,

baik berbasiskan etnik, gender, keagamaan, dan sejenisnya (Sjaf 2013). Tindakan

politis tersebut tercermin dari aktivitas aktor dalam arena ekonomi, politik, sosial,

ekonomi, dan lain-lain. Hardiman dalam Sjaf (2013) memberi garis penegas pada

2 Nilai penentu hasil analisis regresi:

1. Nilai signifikan

Nilai signifikan disesuaikan dengan alpha yang digunakan. Penelitian ini menetapkan alpha sebesar 10

persen (0.10) . Variabel X dinyatakan berpengaruh terhadap Y apabila nilai signifikansi (sig) kurang dari

0.1.

2. Nilai T hitung dibandingkan dengan T tabel

Variabel X dinyatakan berpengaruh terhadap Y apabila nilai T hitung lebih besar dari T tabel. Adapun T

tabel pada masing-masing bentuk regresi berbeda-beda tergantung jumlah variabel yang diuji. Penelitian

ini menetapkan dua T tabel yang digunakan. T tabel pertama yaitu untuk mengukur pengaruh

kelembagaan terhadap tipe secara keseluruhan sebesar 6.313752. T tabel kedua yaitu untuk mengukur

masing-masing pengaruh (struktural dan konstruktif) terhadap masing-masing tipe perilaku pemilih

(psikologi, sosiologi, ekonomi) sebesar 2.131847.

3. Nilai R square

Nilai R square digunakan untuk mengetahui derajat representasi variabel yang digunakan dalam

penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat.

Page 66: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

48

latar belakang individu menentukan tindakan politisnya. Paham pertama yaitu

paham individualisme menekankan pada kebebasan individu dalam bertindak.

Sebaliknya paham kedua yaitu paham komunitarianisme menekankan pada

adanya pengaruh kelompok-kelompok dalam penentuan tindakan individu.

Terakhir, paham kritisisme mengkritisi dua paham sebelumnya. Paham ini

menekankan peran komunikasi sebagai pembentuk kesepakatan dan tindakan

bersama.

Penelitian ini menempatkan kelembagaan (kelompok) sebagai pemberi

pengaruh terhadap tindakan-tindakan individu anggotanya. Adapun bentuk

pengaruh kelembagaan dalam menentukan tindakan anggotanya mengacu teori

Sjaf (2013) yaitu bentuk pengaruh struktural dan konstruktif. Pengaruh struktural

yaitu pengaruh-pengaruh yang bersifat hierarkis dan kepatuhan sesuai posisi

dalam kelompok. Sebaliknya pengaruh konstruktif menekankan pada pengaruh-

pengaruh yang dibangun dan disepakati bersama. Sehubungan dengan hal

tersebut, kelembagaan di pedesaan akan membawa pengaruh-pengaruh dalam

penentuan preferensi politik anggota. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa

penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tindakan seseorang (termasuk

preferensi politiknya) boleh jadi dipengaruhi dan dibentuk baik secara sadar

maupun tidak, oleh kelembagaan tempat seseorang tersebut bernaung.

Penelitian yang dilakukan Fatamorgana (2012) tentang mobilisasi suara

yang dilakukan calon Gubernur Jawa Timur 2013 (Khofifah Indar Parawansa)

terhadap anggota pengajian muslimat dan fatayat mendukung dugaan ini. Bahwa

kelembagaan-kelembagaan tertentu dapat membawa pengaruh yang besar bagi

penentuan tindakan anggotanya, termasuk dalam hal penentuan preferensi politik.

Penelitian lain yang dilakukan Hidayat (2000) menunjukkan bahwa didapatkan

dan dipertahankannya jabatan sebagai Kepala Desa yaitu dengan merangkul dan

memberi pengaruh-pengaruh kepada kelembagaan-kelembagaan desa yang

dimungkinkan dipengaruhi. Dibuktikan dalam penelitian Hidayat (2000) bahwa

membangun jejaring dengan kelompok-kelompok di pedesaan menjadi modal

utama untuk dipilih sebagai pemimpin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan secara keseluruhan

(formal dan informal) berpengaruh pada taraf sedang dengan persentase 55 persen

(tabel 13) dalam penetapan keputusan dan tindakan-tindakan yang dilakukan

anggotanya. Sejumlah 23.3 persen responden merasakan adanya pengaruh yang

tinggi pada kelembagaan yang dinaungi dalam penentuan tindakannya. Adapun

21.7 persen responden lainnya hanya sedikit merasakan adanya pengaruh

kelembagaan dalam kaitannya penentuan tindakan individu

Tabel 13 Tingkat pengaruh kelembagaan dalam penentuan tindakan anggota pada

kelembagaan pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 14 23.30

Sedang 33 55.00

Rendah 13 21.70

Total 60 100.00

Pengaruh pada taraf tinggi menunjukkan bahwa kelembagaan menjadi acuan

utama bagi individu anggota dalam menentukan tindakan-tindakannya. Adapun

Page 67: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

49

pengaruh pada taraf sedang menunjukkan bahwa responden mempertimbangkan

faktor kelembagaan pada penentuan tindakan tertentu, namun tetap

mempertimbangkan hal-hal lain pada tindakan tertentu lain. Kelembagaan tidak

mutlak menjadi satu-satunya acuan tindakan responden. Paham komunitarianisme

Hardiman dalam Sjaf (2013) dengan demikian bukan menjadi hal mutlak sebagai

alasan atau sumber penentuan tindakan anggota kelembagaan. Terakhir, pengaruh

pada taraf rendah menunjukkan bahwa dalam menentukan tindakan tertentu,

anggota tidak banyak menjadikan kelembagaan dengan aturan-aturannya sebagai

acuan utama.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara umum kelembagaan-

kelembagaan di Desa Sumberejo berpengaruh terhadap penentuan tindakan

anggotanya. Pengaruh ini dapat muncul disebabkan oleh berbagai macam faktor

seperti yang dijelaskan pada kerangka pemikiran. Faktor posisi sosial, keterikatan

dengan kelembagaan, kemampuan menentukan tindakan, jaringan sosial, dan lain-

lain menjadi beberapa di antara banyak faktor yang menyebabkan kelembagaan

dapat memberikan pengaruhnya kepada anggota. Faktor posisi sosial, misalnya,

sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap penentuan tindakan anggotanya.

Dua hal yang menarik terkait faktor-faktor berkemungkinan menjadi penentu

tingkat pengaruh kelembagaan dalam penentuan tindakan anggotanya, yaitu posisi

sosial dan lama menjadi anggota. Dua faktor ini secara kuantitatif tidak

menunjukkan hasil yang signifikan. Dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14 Tingkat pengaruh berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

pada kelembagaan pedesaan

Posisi

sosial

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Pengurus

inti 0 0 3 5 4 6.67 7 11.67

Pengurus

harian 3 5 4 6.67 1 1.67 8 13.34

Staf 3 5 4 6.67 0 0 7 11.67

Anggota 7 11.67 22 36.66 9 14.99 38 63.33

Total 13 21.67 33 55.00 14 23.33 60 100.00

Posisi sosial didefinisikan sebagai status individu dalam hierarki

kelembagaan. Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh kelembagaan muncul

dengan nilai tinggi pada anggota yang posisi sosialnya paling tinggi (4 dari 7

responden dalam pengurus inti). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lebih

banyak dirasakan oleh anggota-anggota yang memiliki posisi tinggi dalam

kelembagaan.

Fakta ini berkaitan dengan keterikatan anggota tersebut dalam kelembagaan.

Pengaruh menjadi tinggi nilainya pada pengurus inti karena intensitas komunikasi

yang tinggi dalam kelembagaan sehingga keterikatan dengan kelembagaan tinggi.

Sebaliknya, sebanyak 22 dari 38 anggota (posisi sosial paling rendah) merasakan

pengaruh pada taraf sedang dalam penentuan tindakan. Dalam hal ini, pengaruh

Page 68: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

50

yang ada di tingkat anggota (posisi paling rendah) disebabkan oleh tekanan

struktur yang ada. Hal ini banyak terjadi pada anggota yang berposisi sebagai

ketua RT-RW. Perintah dari atasan langsung dieksekusi dan menjadi satu-satunya

sumber pengambilan tindakan oleh ketua RT-RW.

“...Saya melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan pak inggi

(Kepala Desa). Kan saya bawahan. Sana yang memutuskan. Saya yang

menjalankan sesuai yang diperintahkan...” (Sam, anggota kelembagaan

formal pemerintah desa)

Sebaliknya individu dengan posisi tinggi lebih mandiri dalam bertindak.

“...Tentunya sesuai aturan, namun dalam perjalanannya tentu ada yang

harus kita tentukan sendiri dengan kebijakan kita dengan pengalaman

kita. Sebaiknya bagaimana. Asal paham sekali sebatas mana yang boleh

dan tidak...” (Pon, Kepala Dusun Sekarputih kelembagaan formal

pemerintah desa)

Faktor kedua yang dapat dimungkinkan menjadi faktor yang memunculkan

pengaruh kelembagaan dalam penentuan preferensi anggotanya yaitu lama

menjadi anggota. Seberapa lama anggota bernaung dalam kelembagaan berkaitan

dengan keterikatan anggota tersebut dalam kelembagaan. Anggota yang telah

lama bernaung dalam kelembagaan akan memiliki ikatan komunikasi yang lebih

kuat dibandingkan dengan anggota baru. Nilai-nilai budaya kelembagaan juga

lebih banyak terintenalisasi pada anggota lama dibandingkan anggota baru. Hal ini

kemudian menentukan tinggi-rendahnya pengaruh kelembagaan itu sendiri

terhadap penentuan tindakan anggotanya. Anggota yang telah lama bernaung

dalam kelembagaan akan lebih dipengaruhi tindakannya oleh kelembagaannya.

Sebaliknya pada anggota baru, pengaruh-pengaruh kelembagaan belum begitu

kuat. Dalam hal ini, data kuantitatif menunjukkan adanya perbedaan nilai

pengaruh pada anggota lama dan anggota baru. Tabel berikut menunjukkan

rincian detil nilai pengaruh pada taraf masing-masing:

Tabel 15 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan berdasarkan lamanya

menjadi anggota pada kelembagaan pedesaan

Lama

menjadi

anggota

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % N % N %

Anggota

lama

10 16.66 21 34.99 10 16.66 41 68.33

Anggota

baru

3 5 12 20 4 6.67 19 31.67

Total 13 21.66 33 54.99 14 23.33 60 100.00

Tabel 15 menunjukkan tidak ada signifikansi nilai pada kedua golongan

(anggota lama dan baru). Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh rendahnya nilai

pada variabel lain (selain keterikatan) pengukur tingkat pengaruh sehingga

Page 69: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

51

kesimpulan akhir tingkat pengaruhnya tidak searah dengan lama keanggotaan.

Namun demikian, secara umum lama menjadi anggota terbukti menjadi salah satu

faktor tinggi-rendahnya pengaruh kelembagaan dalam penentuan tindakan

anggotanya. Tinggi-rendahnya pengaruh tersebut terlihat dari seberapa terikatnya

perasaan individu tersebut terhadap kelembagaan yang dinaungi. Anggota yang

sudah lama merasa memiliki keterikatan yang mendalam dengan kelembagaan.

“...Sudah seperti keluarga sendiri disini itu mbak. Saya sudah lama

sih soalnya disini...”(Gun, anggota lama kelembagaan pemerintah

desa)

Sebaliknya, anggota baru dalam kelembagaan belum memiliki keterikatan yang

mendalam dengan kelembagaan sehingga kemudian kelembagaan belum dapat

„membentuk‟ tindakan-tindakan anggotanya.

“...Ya kalau ada kegiatan saya ke balai. Kalau ndak ya ndak ke balai.

Saya kurang paham mbak informasi-informasi baru di sana. Saya

jarang ke balai. Ndak ada pemberitahuan juga...”(Afa, anggota baru

pemerintah desa)

Pengaruh kelembagaan dalam menentukan tindakan anggotanya dalam

penelitian ini terbagi dalam dua bentuk (merujuk Sjaf 2013), yaitu pengaruh

struktural dan pengaruh konstruktif. Bentuk pengaruh struktural yaitu pengaruh-

pengaruh yang mempertimbangkan posisi, kemampuan menentukan tindakan, dan

keterikatan dalam kelembagaan. Sebaliknya pengaruh konstruktif yaitu pengaruh-

pengaruh yang mempertimbangkan jalinan komunikasi, jaringan sosial,

kemampuan melakukan peran yang variatif, dan lain-lain. Hasil penelitian yang

dilakukan ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 16 Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam penentuan tindakan

anggota pada kelembagaan pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 9 15

Sedang 34 56.70 Rendah 17 28.30

Total 60 100.00

Bentuk pengaruh struktural dalam kasus ini ditunjukkan oleh tegasnya

hierarki dan pembagian tugas berdasarkan hierarki tersebut. Responden-responden

yang merasakan pengaruh struktural lebih besar umumnya menuturkan

pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan kehendak atasan (individu yang posisi

sosialnya lebih tinggi). Posisi sosial, keanggotaan (keaktifan), keterikatan dengan

kelembagaan, kemampuan menentukan tindakan, merupakan ukuran-ukuran yang

digunakan untuk melihat tingkat pengaruh struktural.

Page 70: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

52

“...Saya tugasnya kan ya melayani masyarakat RT 8 sesuai dengan

perintah dari pak Inggi. Kata pak inggi begini ya berarti saya harus

begini. Diarahkan, begitu...”(Sat, anggota kelembagaan formal

pemerintah desa)

Pernyataan di atas merupakan bukti bahwa posisi sosial juga menjadi faktor yang

menentukan tindakan anggota sehingga kemudian pengaruh-pengaruh struktural

bermain di dalamnya.

Tabel 17 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam penentuan

tindakan anggota pada kelembagaan pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 16 26.67

Sedang 37 61.67

Rendah 7 11.67

Total 60 100.00

Sebaliknya, pada pengaruh konstruktif yang dalam hal ini sedikit lebih

tinggi nilainya dibandingkan pengaruh struktural menunjukkan bahwa

kelembagaan-kelembagaan yang ada di Desa Sumberejo mulai berdinamika dan

bergerak menuju ke arah kelembagaan demokratis yang lebih baik. Pengaruh-

pengaruh konstruktif kebanyakan dirasakan oleh orang-orang yang memiliki

jaringan lebih luas, komunikasi lebih baik, dan memiliki kemampuan

mengkonstruksi peran baik dalam masyarakat. Dalam hal ini, responden yang

memiliki nilai pengaruh konstruktif tinggi sebagian besar berasal dari

kelembagaan informal. Hal ini disebabkan karena pada kelembagaan informal,

hierarki dan pembagian kerja lebih luwes sehingga kesepakatan-kesepakatan dan

pembuatan keputusan dapat dilakukan dandisepakati oleh siapa saja dalam

kelembagaan itu. Sementara pada kelembagaan formal, pengaruh konstruktif

dirasakan oleh anggota-anggota yang posisi sosialnya tinggi (seperti yang

dijelaskan sebelumnya) dengan melihat kemampuannya memutuskan secara

mandiri tindakan-tindakannya.

“...Tentunya sesuai aturan, namun dalam perjalanannya tentu ada

yang harus kita tentukan sendiri dengan kebijakan kita dengan

pengalaman kita. Sebaiknya bagaimana. Asal paham sekali sebatas

mana yang boleh dan tidak...” (Pon, Kepala Dusun Sekarputih

kelembagaan formal pemerintah desa)

Pada kedua bentuk pengaruh (struktural dan konstruktif) di taraf sedang,

nilai yang ditunjukkan tidak jauh berbeda, yaitu 56.7 persen pada bentuk pengaruh

struktural dan 61.7 persen pada bentuk pengaruh konstruktif. Dalam hal ini bentuk

pengaruh konstruktif memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan bentuk

pengaruh struktural. Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf sedang, bentuk

pengaruh konstruktif lebih dirasakan. Begitu pula pada taraf tinggi, bentuk

pengaruh konstruktif menunjukkan nilai yang lebih tinggi (26.7 persen)

dibandingkan pengaruh struktural (15 persen). Terakhir, pada taraf rendah, bentuk

pengaruh struktural memiliki nilai yang lebih tinggi (28.3 persen) dibandingkan

Page 71: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

53

bentuk pengaruh konstruktif. Ketiga perbandingan data pada ketiga taraf bentuk

pengaruh yang ditunjukkan di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa

Sumberejo secara umum lebih merasakan bahwa bentuk pengaruh dari

kelembagaan-kelembagaan yang ada adalah berupa pengaruh konstruktif.

Preferensi Politik Anggota

Perilaku pemilih secara sederhana didefinisikan sebagai suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan

pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka

melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Dalam penelitian ini,

preferensi politik direpresentasikan oleh tipe perilaku pemilih yang meliputi tipe

psikologi, sosiologi, ekonomi. Tipe perilaku psikologi mempertimbangkan unsur

loyalitas pemilih terhadap kandidat, pembentukan sikap politik, dan keterdedahan

terhadap pendidikan politik. Adapun tipe perilaku sosiologi menekankan pada

aspek-aspek sosial seperi kohesi sosial, pengelompokan sosial, dan informasi

sosial. Terakhir, tipe perilaku ekonomi, menekankan pada aspek-aspek kebutuhan

konkret pemilih, tujuan pemilih, dan orientasi pemilih. Barikut adalah penjelasan

hasil penelitian tentang preferensi politik anggota di kelembagaan-kelembagaan

Desa Sumberejo.

Tabel 18 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada kelembagaan

pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 14 23.33

Sedang 41 68.33 Rendah 5 8.33

Total 60 100.00

Preferensi politik yang dalam hal ini direpresentasikan tipe perilaku

psikologi menempati nilai pada taraf sedang dengan angka 68.3 persen. Artinya,

secara umum anggota kelembagaan menentukan preferensi politiknya dengan

pertimbangan-pertimbangan psikologis sebagai salah satu pertimbangan untuk

menetapkan preferensi politiknya. Adapun pertimbangan-pertimbangan psikologis

yaitu pertimbangan yang menitikberatkan pada sikap loyalitas, terbentuknya sikap

politik, dan keterdedahan terhadap pendidikan politik. Kasus di Desa Sumberejo

sendiri menunjukkan penitikberatan yang tinggi pada aspek loyalitas. Kebanyakan

anggota memberi dukungan dan suara sebagai bentuk loyalitasnya kepada

kandidat.

Tabel 19 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada kelembagaan

pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 28 46.70 Sedang 26 43.30

Rendah 6 10.00

Total 60 100.00

Page 72: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

54

Sedikit berbeda dengan hasil yang ditunjukkan pada tabel tipe perilaku

psikologi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tipe perilaku sosiologi, 46.7

persen anggota kelembagaan secara umum menempati nilai pada taraf tinggi

dalam tipe perilaku sosiologi. Hal ini berarti bahwa dalam menetapkan preferensi

politik, anggota kelembagaan banyak mendapatkan pengaruh dari lingkugan atas

nama kohesi sosial, pengelompokan sosial, dan informasi politik yang menyebar.

Pada kasus di Desa Sumberejo, kohesi sosial dan pengelompokan sosial banyak

ditemui menjadi alasan-alasan yang dominan dalam menentukan preferensi politik

pada Pemilihan Kepala Desa 2013 lalu.

Tabel 20 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada kelembagaan

pedesaan

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 2 3.30

Sedang 48 80 Rendah 10 16.70

Total 60 100.00

Dilihat dari preferensi politik yang direpresentasikan pada tipe perilaku

ekonomi, didapatkan hasil bahwa 80 persen responden menyatakan pengaruh pada

taraf sedang. hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menetapkan

preferensi politiknya dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Namun

demikian, pertimbangan ekonomi ini tidak memiliki tempat yang utama dalam

masyarakat. Hal ini terlihat dari sangat rendahnya persentase tipe perilaku

ekonomi pada taraf tinggi (3.30 persen). Angka persentase yang sangat rendah

tersebut memberi bukti bahwa pertimbangan ekonomi merupakan hal yang

penting namun tidak menjadi pertimbangan utama.

Bila dirangkum secara umum, maka didapati hasil penelitian menunjukkan

bahwa tipe perilaku pemilih berada pada taraf sedang di tipe psikologi (68.3

persen) dan ekonomi (80 persen), serta berada pada taraf yang tinggi di tipe

sosiologi. Hasil yang ada menunjukkan bahwa tipe perilaku pemilih soseorang

tidak dapat mutlak mengacu pada satu tipe saja. Sebagai contoh, seorang dengan

tipe psikologi (skor tipe psikologi tinggi), ternyata juga memiliki ciri-ciri memilih

bertipe sosiologi (skor sosiologi sedang). Hal ini menunjukkan bahwa dalam

menentukan pilihan kandidat kepala desa, para anggota kelembagaan memiliki

pertimbangan-pertimbangan yang kompleks. Satu orang boleh jadi memilih

karena loyalitasnya namun sekaligus karena alasan-alasan ekonomi tertentu.

Preferensi politik berdasarkan tipe perilaku tersebut di atas dapat muncul

karena beberapa faktor. Seperti pada pembahasan tentang pengaruh kelembagaan

dalam penentuan preferensi politik, peneliti dalam hal ini menelisik latar belakang

pemilih (anggota kelembagaan) memutuskan preferensi politiknya pada satu

kandidat. Dalam hal ini peneliti menganalisis dua faktor yaitu posisi sosial dan

lamanya menjadi anggota. Dengan dua hal tersebut dapat dengan jelas ditarik

benang merah tentang alasan-alasan seseorang memilih. Posisi sosial

menunjukkan dengan siapa individu dalam kelembagaan bergaul untuk kemudian

saling memberi pengaruh. Hal ini berkaitan erat juga dengan lamanya individu

menjadi anggota dalam kelembagaan. Hal ini menjadi catatan penting khususnya

pada kelembagaan formal mengingat sebanyak 75 persen anggota kelembagaan

Page 73: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

55

formal yang ada sekarang merupakan personil baru. Berikut adalah data hasil

penelitian yang menghubungkan antara lamanya menjadi anggota dengan tipe

perilaku pemilihnya:

Tabel 21 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi pada anggota

lama dan baru kelembagaan pedesaan

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku psikologi Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N %

Anggota

lama

4 6.67 29 48.33 8 13.33 41 68.33

Anggota

baru

1 1.67 12 20 6 10 19 31.67

Total 5 8.3 41 68.33 14 23.33 60 100.00

Seperti dipaparkan pada tabel preferensi politik yang direpresentasikan tipe

psikologi, diketahui bahwa secara keseluruhan nilai tipe perilaku psikologi berada

pada taraf sedang. Namun demikian jika dianalisis lebih dalam berdasarkan

lamanya menjadi anggota, dapat dilihat perbedaan tingkat penempatan

pertimbangan-pertimbangan psikologis dalam penentuan preferensi politik. Hasil

pada tabel menunjukkan bahwa pada anggota lama, sebanyak 29 dari 41 anggota

lama (70.73 persen) menempati nilai pada taraf sedang. Selanjutnya sebanyak 8

dari 41 anggota (19.51 persen) menempati niai pada taraf tinggi. Hal ini sedikit

berbeda dengan angka pada anggota baru dimana pada anggota baru sebanyak 6

dari 19 anggota (31.58 persen) menempati nilai pada taraf tinggi. Artinya, dalam

penetapan preferensi politik yang dalam hal ini direpresentasikan tipe perilaku

psikologi, anggota baru lebih memiliki nilai tinggi. Pemilih anggota baru

merupakan orang-orang yang lebih mandiri dalam memilih karena belum terikat

dengan kelembagaan yang dinaungi. Mereka kemudian memilih dengan alasan-

alasan pribadi yang psikologis, misalnya memilih karena saudara, karena

mengenal baik, karena loyal, dan pertimbangan-pertimbangan psikologis lainnya.

“...Pak At ini guru anak-anak saya. Bapak ibunya Pak At itu guru

saya. Saya pilih Pak At sebagai bentuk tho‟at guru, mbak. yang sudah

banyak berjasa kepada saya dan keluarga...”(Ria, anggota pengajian

muslimat)

Tabel 22 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi pada anggota

lama dan baru kelembagaan pedesaan

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku sosiologi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Anggota

lama

4 6.67 16 26.66 21 34.99 41 68.33

Anggota

baru

2 3.33 10 16.67 7 11.67 19 31.67

Total 6 10 26 43.33 28 46.66 60 100.00

Page 74: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

56

Tabel 22 menunjukkan bahwa anggota lama condong untuk menetapkan

preferensi politiknya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosiologis. Hal ini

terlihat dari tingginya persentase pada anggota lama yaitu 21 dari 41 orang

anggota lama (51.22 persen) berada pada taraf tinggi. Hal ini dapat dimungkinkan

terjadi. Anggota lama seperti dijelaskan sebelumnya, memiliki keterikatan yang

mendalam kepada kelembagaan sehingga kemudian terjadi obrolan-obrolan yang

secara sadar maupun tidak mengarahkan pada kesepakatan pilihan yang sama.

“...Ya milih temen sendiri mbak. Sesama pegawai di desa. Teman-

teman dan pak Kepala Desa juga milih dia kompak. Tapi ada

beberapa juga orang lama yang ndak milih pak Ak...” (Suh, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa)

Tabel 23 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi pada anggota

lama dan baru kelembagaan pedesaan

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku ekonomi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Anggota

lama

7 11.67 32 53.33 2 3.33 41 68.33

Anggota

baru

3 5 16 26.67 0 0 19 31.67

Total 10 16.67 48 80 2 3.33 60 100.00

Adapun pada tipe perilaku ekonomi, baik anggota lama maupun anggota

baru memiliki angka persentase yang tinggi pada taraf sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa ternyata pertimbangan ekonomi juga merupakan hal yang

penting bagi pemilih, meskipun tidak menjadi pertimbangan utama. Dalam kasus

di Desa Sumberejo ini, pertimbangan-pertimbangan ekonomi muncul karena

adanya visi-misi salah satu kandidat yang memberi perhatian khusus kepada

permasalahan ekonomi sehingga masyarakat kemudian tertarik dan

menjadikannya salah satu alasan memilih kandidat tertentu.

“...Orangnya memang sae (bagus), mbak. Agamis, jujur. Nah denger-

denger visi misinya mau gratiskan pajak dan nikah murah. Saya ndak

(tidak) terima surat perjanjian pembayaran pajak itu tapi katanya

sudah disebar ke banyak orang. Jadi yakin. Kalau calon sana katanya

disetir. Takut saya. Lagipula saya ndak (tidak) kenal sama sekali

dengan calon yang sana...” (Nur, anggota pengajian muslimat)

Selanjutnya faktor kedua yang dimungkinkan menjadi penentu tipe perilaku

pemilih adalah posisi sosial anggota dalam hierarki kelembagaan. Hasil penelitian

menunjukkan data sebagai berikut:

Page 75: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

57

Tabel 24 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan pedesaan

Posisi

sosil

Tipe perilaku psikologi Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N %

Pengurus

inti

2 3.33 1 1.67 4 6.67 7 11.67

Pengurus

harian

1 1.67 5 8.33 2 3.33 8 13.33

Staf 0 0 5 8.33 2 3.33 7 11.67

Anggota 2 3.33 30 49.99 6 9.99 38 63.33

Total 5 8.33 41 68.33 14 23.33 60 100.00

Hasil yang ditunjukkan tabel 24 memperlihatkan bahwa pada tipe perilaku

psikologi, baik pada anggota, staf, maupun pengurus harian, menempati nilai pada

taraf sedang. Adapun pada pengurus inti, tipe perilaku psikologi sebanyak 4 dari

total 7 pengurus inti (57.14 persen) berada pada taraf tinggi. Hal ini menunjukkan

secara umum pertimbangan psikologis menjadi hal yang dititikberatkan (baik pada

taraf sedang maupun tinggi) dalam penentuan preferensi politik.

Tabel 25 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan pedesaan

Posisi

sosial

Tipe perilaku sosiologi Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N %

Pengurus

inti

1 1.67 2 3.33 4 6.67 7 11.67

Pengurus

harian

2 3.33 3 4.99 3 4.99 8 13.33

Staf 0 0 3 5 4 6.67 7 11.67

Anggota 3 4.99 18 29.99 17 28.33 38 63.33

Total 6 10 26 43.3 28 46.7 60 100.00

Tidak terlampau berbeda dengan hasil yang diperoleh pada tabel tipe

perilaku psikologi, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada tipe perilaku

sosiologi. Tidak ditemukan perbedaan yang berarti dalam hal penentuan

preferensi politik dilihat dari tipe perilaku sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa

pertimbangan sosiologis dapat menjadi pertimbangan utama bagis satu anggota

atau pertimbangan lain bagi anggota yang lain pula.

Page 76: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

58

Tabel 26 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi berdasarkan posisi sosial

dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan pedesaan

Posisi

sosial

Tipe perilaku ekonomi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Pengurus

inti

2 3.33 5 8.33 0 0 7 11.67

Pengurus

harian

2 3.33 6 9.99 0 0 8 13.33

Staf 1 1.67 5 8.33 1 1.67 7 11.67

Anggota 5 8.33 32 53.33 1 1.67 38 63.33

Total 10 16.76 48 80.00 2 3.3 60 100.00

Adapun dalam penetapan preferensi politik dilihat dari tipe perilaku

ekonomi, seperti yang telah banyak dibahas, konsisten pada taraf sedang. Artinya

bahwa memang pertimbangan ekonomi menjadi perhatian namun tidak menjadi

pertimbangan utama kelembagaan dalam menetapkan preferensi politiknya.

Ketiga tabel di atas (tabel 24, 25, dan 26) menjelaskan secara detil tipe

perilaku pemilih dibedakan berdasarkan posisi sosial. Adapun jumlah total

anggota berdasarkan golongan posisi yaitu anggota 38 orang, staf 7 orang,

pengurus harian 8 orang, dan pengurus inti sebanyak 7 orang. Sedikit berbeda

dengan hasil yang didapatkan pada sub bab sebelumnya (pengaruh kelembagaan

dalam menentukan tindakan anggota), dalam hal penentuan preferensi politik,

posisi sosial tidak dapat ditarik garis yang jelas (dominan) dengan kecondongan

preferensinya. Pada golongan anggota, misalnya, tidak ada tipe perilaku yang

angkanya mendominasi secara signifikan. Anggota memilih dengan pertimbangan

yang beragam. Adapun pada golongan staf, tipe perilaku sosiologi menempati

nilai pada taraf tinggi. Hal ini menunjukkan mulai adanya pengaruh-pengaruh

sosiologis kelembagaan pada hierarki yang lebih tinggi.

Selanjutnya pada golongan pengurus harian, tipe perilaku sosiologi masih

menjadi dominan dengan angka yang sama pada taraf sedang. Terakhir, pada

golongan pengurus inti, didapatkan nilai pada taraf tinggi baik di tipe perilaku

sosiologi maupun di tipe perilaku psikologi dengan angka yang sama, yaitu 57.14

persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada posisi paling tinggi, pertimbangan-

pertimbangan psikologis dan sosiologis dapat menjadi dua pertimbangan kuat

sekaligus. Adapun pada tipe perilaku ekonomi, pada semua golongan ditemukan

pada taraf sedang dengan angka-angka yang tinggi. Seperti yang telah dijelaskan

pada sub bab sebelumnya bahwa pertimbangan-pertimbangan ekonomi selalu

mewarnai penentuan preferensi politik namun tetap bukan menjadi pertimbangan

utama.

Pengaruh Kelembagaan terhadap Preferensi Politik Anggota

Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota diduga peneliti

dengan berdasarkan teori paham komunitarianisme yang dikemukakan oleh

Hardiman dalam Sjaf (2013) dimana kelompok memberikan pengaruh-pengaruh

dalam penentuan tindakan anggotanya. Dalam hal ini, tindakan anggota yang akan

dikaji adalah preferensi politik. Hendak dibuktikan apakah pengaruh-perngauh

Page 77: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

59

kelompok yang dalam hal ini mengacu pada paham komunitarianisme, berlaku

juga untuk penentuan preferensi politik. Adapun analisis pengaruh dilakukan

dengan menggunakan aplikasis statistik regresi linear dengan alpha 10 persen.

Tabel 27 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada kelembagaan

pedesaan

PengaruhX

(Pengaruh

kelembagaan)-Y

(Preferensi politik)

Nilai R

sq

Nilai

sig T hitung Kesimpulan

Pengaruh-tipe 0.000 0.990 0.013 Tidak berpengaruh

Struktural-psikologi 0.000 0.942 0.073 Tidak berpengaruh

Struktural-sosiologi 0.002 0.750 -0.320 Tidak berpengaruh

Struktural-ekonomi 0.034 0.155 -1.440 Tidak berpengaruh

Konstruktif-

psikologi

0.014 0.360 -0.922 Tidak berpengaruh

Konstruktif-

sosiologi

0.024 0.233 1.204 Tidak berpengaruh

Konstruktif-ekonomi 0.114 0.008 2.735 Berpengaruh

Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa satu-satunya hubungan pengaruh yang

ditemukan yaitu pengaruh secara konstruktif terhadap tipe perilaku pemilih

ekonomi dengan nilai signifikan 0.008. Adapun model pengaruh tersebut

menjelaskan 11.4 persen pengaruh konstruktif terhadap variabel tipe perilaku

pemilih ekonomi, sisanya (88.6 persen) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti. Seperti yang dijelaskan pada tabel 20, dari sejumlah 60 responden dari dua

kelembagaan yang diteliti tarafnya pada tipe perilaku ekonomi, 80 persen

responden tercatat berada pada taraf sedang. Artinya, pemilih mempertimbangkan

alasan-alasan ekonomi dalam menetapkan preferensi politiknya.

Tingginya angka tipe perilaku pemilih ekonomi pada taraf sedang

menunjukkan berhasilnya konstruksi isu yang diciptakan oleh kandidat kepala

desa nomor urut dua (pemenang). Sejarah mencatat bahwa pemerintahan

sebelumnya dinilai merupakan pemerintahan yang penuh dengan penarikan-

penarikan tarif biaya pelayanan yang jauh dari harga seharusnya, dan juga

penarikan denda dengan alasan-alasan yang kurang dapat diterima. Hampir

seluruh responden mengatakan hal senada ketika diwawancarai tentang kesan

pemerintahan kepala desa sebelumnya. Kandidat nomor urut 2 kemudian muncul

dengan tagline andalannya „ora nargetan‟ (tidak berkenan mengenakan denda)

dan salah satu visi fenomenalnya yaitu menggratiskan pajak bangunan seluruh

masyarakat Desa Sumberejo. Visi khusus tersebut dikukuhkan oleh kandidat

nomor urut 2 dengan menandatangani surat perjanjian bermaterai disaksikan

warga dan aparat kepolisian. Surat perjanjian ini kemudian diperbanyak dan

disebarkan kepada seluruh masyarakat Desa Sumberejo. Sikap berani kandidat

nomor urut 2 tersebut dianggap masyarakat sebagai antitesis dari pemerintahan

sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa visi dan keberanian yang ditunjukkan

kandidat nomor urut 2 berhasil mengkonstruksi pandangan dan pertimbangan

masyarakata dalam memilih sehingga alasan-alasan ekonomi kemudian

Page 78: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

60

dimasukkan sebagai pertimbangan dalam memilih kandidat kepala desa dan

kandidat nomor urut 2 kemudian keluar sebagai pemenang.

Adapun dalam hubungan antara variabel X dan Y lainnya, tidak ditemukan

adanya pengaruh. Secara umum, kelembagaan tidak mempengaruhi preferensi

politik anggota. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada hubungan

pengaruh ini yaitu sebesar 0,990 (>alpha 0,1) dengan nilai T hitung 0,013

(<6,313752). Artinya, dugaan peneliti yaitu kelembagaan secara umum

mempengaruhi preferensi politik anggota, tidak dapat diterima. Hal ini disebabkan

oleh beberapa hal, pertama, anggota kelembagaan yang diteliti yaitu kelembagaan

formal (pemerintah desa) dan kelembagaan informal (majelis taklim), pada kedua

kelembagaan tersebut tidak banyak ditemukan adanya indikasi-indikasi

munculnya instruksi atau arahan bahkan kesepakatan untuk menetapkan

preferensi politik dalam pemilihan kepala desa.

Terlebih dalam kelembagaan pemerintah desa, sebagian besar (75 persen)

anggotanya merupakan anggota baru yang masuk setelah kandidat nomor urut 2

menjabat Kepala Desa (menurut penuturan perangkat desa). Adapun sebagian

kecil lainnya (anggota lama) mengaku mendapatkan arahan dari Kepala Desa

sebelumnya untuk memilih kandidat nomor urut 1. Seperti diketahui, Kepala Desa

lama merupakan pendukung kandidat nomor urut 1 sehingga kemudian ia

menggunakan kekuatannya untuk memengaruhi anggota lama yang menjadi

bawahannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelembagaan memberi

pengaruh terhadap preferensi politik pada kasus-kasus tertentu, seperti yang

terjadi pada anggota lama.

Terakhir yaitu pada kelembagaan majelis taklim, diketahui aktivitas-

aktivitas yang dilakukan tidak padat dan intens. Kegiatan hanya berupa pengajian

yang dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu. Kegiatan lainnya adalah berupa

kegiatan ziarah yang dilakukan rutin setiap tahun (penjelasan tentang pengaruh

kelembagaan secara khusus akan dipaparkan pada bab selanjutnya). Hal ini

menjadikan pengaruh-pengaruh kelembagaan menjadi tidak dominan. Sekalipun

kelembagaan yang berasngkutan memiliki hubungan erat dengan background

salah satu kanddiat. Anggota kelembagaan kemudian menetapkan preferensi

politik dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi di luar cakupan kelembagaan

yang dinaungi.

Page 79: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

61

Ikhtisar

Kelembagaan di pedesaan secara umum memiliki hubungan pengaruh pada

bentuk pengaruh konstruktif terhadap preferensi politik yang dalam hal ini

direpresentasikan tipe perilaku ekonomi. Hal ini berkaitan dengan isu politik yang

didengungkan kandidat nomor urut 2 yang berhasil mengkonstruksi pandangan

pemilih sehingga terbentuk pandangan bahwa kandidat nomor urut 2 memberi

warna baru dengan pemerintahan bersih tanpa penarikan-penarikan liar yang

menjerat. Dalam kasus tertentu, kelembagaan dapat menunjukkan tingkat

pengaruhnya terhadap penentuan tindakan anggotanya, termasuk dalam hal

penentuan preferensi politik dilihat dari posisi sosial dan lamanya menjadi

anggota. Anggota dengan posisi sosial tinggi lebih mandiri dalam menentukan

tindakannya sendiri, sebaliknya anggota dengan posisi sosial yang rendah kurang

dapat menentukan tindakannya secara mandiri. Pun demikian dengan lamanya

menjadi anggota. Anggota lama cenderung memiliki keterikatan yang mendalam

dengan kelembagaan sehingga pengaruhnya kemudian menjadi besar, dan

sebaliknya pada anggota baru.

Namun demikian, posisi sosial dan lama menjadi anggota ternyata tidak

berkontribusi secara signifikan dalam menentukan tipe perilaku. Adapun secara

khusus, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kelembagaan secara

konstruktif mempengaruhi preferensi politik anggota pada tipe perilaku ekonomi.

Hal ini menunjukkan berhasilnya kandidat nomor urut 2 membangun pandangan

politik sebagai kepala desa yang dibutuhkan masyarakat untuk keluar dari

permasalahan denda dan beban ekonomi yang dirasakan masyarakat pada

pemerintahan sebelumnya.

Page 80: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

62

Page 81: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

63

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN FORMAL DAN

INFORMAL TERHADAP PREFERENSI POLITIK ANGGOTA

Bab ini menguraikan tentang analisis pegaruh kelembagaan formal,

informal, serta perbandingan pengaruh di antara keduanya. Uraian pada bab ini

ditujukan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yaitu (1) Kelembagaan

mana yang lebih besar pengaruhnya dalam penentuan preferensi politik? (2)

Bentuk pengaruh apakah yang lebih dominan pada masing-masing kelembagaan?

(3) Apakah pengaruh kelembagaan tertentu akan cenderung mengarah kepada tipe

perilaku pemilih tertentu pula? Beberapa pertanyaan penelitian tersebut kemudian

memunculkan beberapa rumusan dugaan yaitu (1) Kelembagaan informal

memiliki pengaruh lebih besar dalam penentuan preferensi politik anggota (2)

Kelembagaan formal memberikan pengaruh struktural dan sebaliknya

kelembagaan informal memberi pengaruh konstruktif dalam penentuan preferensi

politik anggota (3) Pengaruh kelembagaan tertentu akan cenderung mengarah

kepada tipe perilaku tertentu pula.

Rumusan dugaan di atas dijawab dan dijelaskan dalam bab ini dengan

didasarkan pada data kuantitatif yang didapatkan dengan menggunakan analisis

regresi linear (alpha 10 persen), didukung dengan penjelasan kualititatif deskriptif.

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara pengaruh kelembagaan (X) dengan

preferensi politik (Y) menggunakan analisis regresi linear, terdapat beberapa nilai

yang perlu diperhatikan.3

Analisis Pengaruh Kelembagaan Formal terhadap Preferensi Politik Anggota

Kelembagaan formal pemerintah desa dalam kaitannya dengan pemilihan

kepala desa sudah barang tentu memiliki kaitan yang sangat erat. Kelembagaan ini

dapat dipastikan ikut mewarnai dinamika politik pemilihan kepala desa. Penelitian

yang dilakukan Hidayat (2000) di Desa Tanjung Anom, Jawa Barat menunjukkan

bahwa jabatan Kepala Desa dapat diperoleh dan dipertahankan dengan

membentuk dan mengembangkan jaringan sosial dengan kelompok-kelompok

strategis, salah satu di antaranya adalah kelompok elit desa. Sejalan dengan fakta

pada penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menduga bahwa kelembagaan

formal sedikit banyak akan memengaruhi preferensi politik anggota di pedesaan

(paham komunitarianisme) untuk memilih kandidat Kepala Desa. Adapun bentuk

pengaruh kelembagaan pemerintah desa diduga peneliti berupa pengaruh

struktural. Dugaan ini didasarkan pada ciri kelembagaan formal menurut Etzioni

(1985) berupa pembedaan kerja dan hierarki posisi. Jelasnya perbedaan posisi

secara vertikal diduga peneliti memberi pengaruh dalam penentuan tindakan

anggota termasuk dalam hal penentuan preferensi politik. Penelitian yang

dilakukan mencatat bahwa sejumlah 76,67 persen anggota memilih kandidat

nomor urut 2 (pemenang) dan sisanya 23,3 persen memilih kandidat nomor urut 1.

3 Ibid hal 47

Page 82: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

64

Pengaruh Kelembagaan Formal dalam Penentuan Tindakan Anggota

Tindakan politis anggota kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

kelembagaan itu sendiri. Setiap anggota dapat dipastikan dipengaruhi tindakannya

(sedikit atuau banyak) oleh kelembagaan yang menaunginya. Studi tentang

tindakan-tindakan individu dalam kerangka kelompok (kelembagaan) telah

banyak dilakukan, salah satunya oleh Sjaf (2013). Dalam bukunya, Sjaf

mengistilahkan tindakan-tindakan individu berbasis kelompok ini sebagai politik

identitas. Politik identitas didefinisikan sebagai tindakan politis yang

mengedepankan kepentingan kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau

karakteristik, baik berbasiskan etnik, gender, keagamaan, dan sejenisnya. Masih

dalam buku yang sama, Sjaf (2013) mengutip teori Hardiman yang memberi garis

penegas pada latar belakang individu menentukan tindakan politisnya. Paham

pertama yaitu paham individualisme menekankan pada kebebasan individu dalam

bertindak. Sebaliknya paham kedua yaitu paham komunitarianisme menekankan

pada adanya pengaruh kelompok-kelompok dalam penentuan tindakan individu.

Terakhir, paham kritisisme mengkritisi dua paham sebelumnya. Paham ini

menekankan peran komunikasi sebagai pembentuk kesepakatan dan tindakan

bersama.

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh kelembagaan dalam penentuan

tindakan-tindakan individu anggotanya. Peran kelompok sebagai pemberi

pengaruh mengarahkan pada hipotesis bahwa kelembagaan formal pemerintah

desa mempengaruhi preferensi politik anggota. Adapun bentuk pengaruh

kelembagaan dalam menentukan tindakan anggotanya mengacu teori Sjaf (2013)

yaitu bentuk pengaruh struktural dan konstruktif. Pengaruh struktural yaitu

pengaruh-pengaruh yang bersifat hierarkis dan kepatuhan sesuai posisi dalam

kelompok. Sebaliknya pengaruh konstruktif menekankan pada pengaruh-pengaruh

yang dibangun dan disepakati bersama. Pada kelompok kelembagaan formal

pemerintah desa, diduga pengaruh yang lebih dominan adalah pengaruh struktural,

dimana posisi dalam hierarki berkemungkinan besar menentukan tindakan

anggota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan formal pemerintah desa

berpengaruh pada taraf sedang dengan persentase 60 persen (tabel 28) dalam

penetapan keputusan dan tindakan-tindakan yang dilakukan anggotanya. Sejumlah

23.3 persen responden merasakan adanya pengaruh yang tinggi pada kelembagaan

formal pemerintah desa dalam penentuan tindakannya. Adapun 16.7 persen

responden lainnya kurang merasakan adanya pengaruh kelembagaan dalam

kaitannya penentuan tindakan individu.

Tabel 28 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam penentuan

tindakan anggota pada kelembagaan formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 7 23.30

Sedang 18 60

Rendah 5 16.70

Total 30 100.00

Page 83: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

65

Pengaruh pada taraf sedang menunjukkan bahwa secara umum tidak ada

pengaruh yang dominan dalam penentuan tindakan anggota. Anggota merasakan

adanya pengaruh-pengaruh dari kelembagaan yang dinaungi namun belum

mencapai pada pengaruh pada taraf tinggi (berpengaruh seenuhnya dalam

berbagai macam hal penentuan tindakan). Hal ini dimungkinkan terjadi mengingat

mayoritas anggota kelembagaan pemerintah desa adalah orang-orang baru. Orang-

orang baru ini masih berada pada tahap penyesuaian dengan aturan dan budaya

dalam kelembagaan pemerintah desa. Adapun orang-orang lama dalam lembaga

ini sudah barang tentu lebih memahami aturan main dan budaya dalam

kelembagaan sehingga pengaruh kelembagaan boleh jadi lebih besar.

Untuk memastikan segregasi tingkat pengaruh berdasarkan lamanya

menjadi anggota, berikut disajikan tabel tingkat pengaruh berdasarkan lamanya

menjadi anggota:

Tabel 29 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan berdasarkan lamanya

menjadi anggota pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Anggota

lama

3 10 8 26.67 4 13.33 15 50.00

Anggota

baru

2 6.67 10 33.33 3 10 15 50.00

Total 5 16.7 18 60 7 23.3 30 100.00

Tabel 29 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada

tingkat pengaruh kelembagaan berdasarkan lamanya menjadi anggota. Seperti

yang telah disebutkan pada pengantar bab, jumlah responden yang merupakan

anggota baru berjumlah sama dengan jumlah responden yang merupakan anggota

lama, yaitu sebanyak 15 orang sehingga totalnya berjumlah 30 orang. Pada

pengaruh taraf tinggi, anggota lama menduduki nilai 1 poin lebih tinggi

dibandingkan anggota baru. Artinya, pada anggota kelembagaan lama, sejumlah 4

orang responden merasakan pengaruh kelembagaan yang tinggi. Adapun sebanyak

3 orang anggota baru merasakan juga pengaruh yang tinggi pada kelembagaan

formal. Begitu pula yang terjadi pada taraf sedang. Tidak ada perbedaan angka

(nilai) yang signifikan. Perbandingannya adalah 8 (anggota lama) dan 10 (anggota

baru). Terakhir, yaitu pada taraf rendah, juga tidak ditemukan perbedaan yang

berarti. Berarti dalam hal ini, lamanya menjadi anggota belum tentu menjadi

faktor yang menentukan tingkat pengaruh kelembagaan terhadap penentuan

tindakan anggotanya.

Setelah memastikan angka-angka berdasarkan lamanya menjadi anggota,

secara lebih detil dianalisis tingkat pengaruh berdasarkan posisi sosial dalam

hierarki kelembagaan pemerintah formal.

Page 84: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

66

Tabel 30 Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan posisi sosial dalam

hierarki kelembagaan pada kelembagaan formal

Posisi

sosial

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Pengurus

inti

0 0 2 6.67 1 3.33 3 10

Pengurus

harian

2 6.67 3 10 1 3.33 6 20

Staf 1 3.33 0 0 0 0 1 3.33

Anggota 2 6.67 13 43.98 5 16.67 20 66.67

Total 5 16.77 18 60 7 23.33 30 100.00

Tabel 30 menunjukkan bahwa pada posisi sosial paling bawah (anggota),

pengaruhnya cenderung lebih besar dibandingkan dengan 2 posisi di atasnya

(pengurus harian dan pengurus inti). Begitu pula pada posisi paling tinggi, tingkat

pengaruh juga cenderung lebih besar. Hal ini sesuai dengan asumsi yang dibangun

pada definisi operasional bahwa individu dengan posisi sosial yang rendah dalam

hierarki kelembagaan akan mengalami tekanan struktur yang besar sehingga

pengaruh (intervensi) kelembagaan menjadi besar. Sebaliknya individu yang

berada pada posisi yang tinggi dalam kelembagaan tidak mengalami tekanan

struktur. Pengaruh yang besar pada anggota dengan posisi sosial di atas lebih

disebabkan karena keterikatan anggota tersebut dalam kelembagaan.

“...Tentunya sesuai aturan, namun dalam perjalanannya tentu ada

yang harus kita tentukan sendiri dengan kebijakan kita dengan

pengalaman kita. Sebaiknya bagaimana. Asal paham sekali sebatas

mana yang boleh dan tidak...” (Pon, Kepala Dusun Sekarputih

kelembagaan formal pemerintah desa)

Sebaliknya individu dengan posisi paling rendah akan sepenuhnya bertindak

sesuai dengan perintah individu yang memiliki posisi sosial yang tinggi.

“...Saya melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan pak inggi

(Kepala Desa). Kan saya bawahan. Sana yang memutuskan. Saya

yang menjalankan sesuai yang diperintahkan...” (Sam, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa)

Pengaruh kelembagaan dalam menentukan tindakan anggotanya dalam

penelitian ini terbagi dalam dua bentuk (merujuk Sjaf 2013), yaitu pengaruh

struktural dan pengaruh konstruktif. Bentuk pengaruh struktural yaitu pengaruh

yang mempertimbangkan posisi, kemampuan menentukan tindakan, dan

keterikatan dalam kelembagaan. Sebaliknya pengaruh konstruktif yaitu pengaruh

yang mempertimbangkan jalinan komunikasi, jaringan sosial, kemampuan

melakukan peran yang variatif, dan lain-lain. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa bentuk pengaruh yang paling tinggi angkanya pada taraf

sedang.

Page 85: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

67

Tabel 31 Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam penentuan tindakan

anggota pada kelembagaan formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 9 30.00

Sedang 21 70.00 Rendah 0 0

Total 30 100.00

Tabel 31 menunjukkan bahwa mayoritas anggota kelembagaan formal (70

persen) merasakan pengaruh struktural pada taraf sedang. Adapun sebanyak 30

persen anggotanya merasakan pengaruh struktural pada taraf tinggi. Dalam hal ini,

tidak ditemukan satu pun responden yang menyatakan bahwa kelembagaan formal

tidak membawa pengaruh struktural sedikit pun. Hal ini menunjukkan tingginya

pengaruh struktudal pada kelembagaan formal pemerintah desa.

Tabel 32 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam penentuan

tindakan anggota pada kelembagaan formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 0 0

Sedang 23 76.70 Rendah 7 23.30

Total 30 100.00

Berkebalikan dengan hasil yang didapat pada pengaruh struktural, dalam

pengaruh konstruktif, tidak ditemui satu pun responden yang merasakan pengaruh

konstruktif pada taraf tinggi. Sebanyak 76.7 persen responden menyatakan

merasakan pengaruh konstruktif pada taraf sedang, dan sisanya sebanyak 23.3

persen menyatakan merasakan pengaruh konstruktif pada taraf rendah.

Hasil yang ditunjukkan pada kedua tabel di atas memperlihatkan bentuk

pengaruh kelembagaan formal pemerintah desa tidak mutlak dominan satu sama

lain. Hal ini terlihat dari persentase terbesar pada kedua bentuk pengaruh tersebut

berada pada taraf sedang, yaitu 70 persen pada pengaruh struktural, dan 76.7

persen pada pengaruh konstruktif. Namun demikian, bila dilihat lebih detil, pada

taraf tinggi, pengaruh struktural memiliki persentase yang lebih tinggi (30 persen)

daripada pengaruh konstruktif (0 persen). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

dalam kelembagaan formal pemerintah desa, bentuk pengaruh struktural lebih

nampak dan dirasakan dibandingkan pengaruh konstruktif.

Preferensi Politik Anggota

Perilaku pemilih secara sederhana didefinisikan sebagai suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan

pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka

melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Preferensi politik dalam hal

ini direpresentasikan oleh tipe perilaku pemilih yang meliputi tipe psikologi,

sosiologi, ekonomi. Tipe perilaku psikologi mempertimbangkan unsur loyalitas

pemilih terhadap kandidat, pembentukan sikap politik, dan keterdedahan terhadap

Page 86: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

68

pendidikan politik. Adapun tipe perilaku sosiologi menekankan pada aspek-aspek

sosial seperti kohesi sosial, pengelompokan sosial, dan informasi sosial. Terakhir,

tipe perilaku ekonomi, menekankan pada aspek-aspek kebutuhan konkret pemilih,

tujuan pemilih, dan orientasi pemilih. Berikut adalah tabel jumlah dan persentase

preferensi politik dilihat dari tipe perilaku pemilihnya.

Tabel 33 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada kelembagaan

formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 10 33.30

Sedang 17 56.70 Rendah 3 10.00

Total 30 100.00

Seperti tertera pada tabel 33, tipe perilaku psikologi mayoritas berada pada

taraf sedang (56.7 persen). Begitu juga pada taraf tinggi, angka persentase yang

cukup tinggi didapat yaitu 33.3 persen. Artinya, dalam menetapkan preferensi

politik, pertimbangan-pertimbangan psikologis banyak berperan dan tidak jarang

menjadi pertimbangan utama. Adapun pertimbangan-pertimbangan psikologis

yang banyak dijumpai pada responden yang diwawancarai adalah loyalitas karena

trah politik yang dimiliki kandidat. Kepemilikan warisan sejarah pemimpin

menjadi kekuatan utama. Seperti diketahui, saudara, ayah, dan kakeknya

merupakan mantan Kepala Desa di Desa Sumberejo. Citra yang baik yang

berhasil dibangun keluarga ini membawa kandidat nomor urut 1 kemudian berani

dan masih mendapat dukungan dari loyalis-loyalis keluarganya.

“...Disini, orang-orang muda itu pendukungnya Pak At, kalau pak

Akh itu yang tua-tua yang dukung, mbak. Soalnya melihat dulu

pemerintahan orang tua dan kakeknya bagus...” (Suh, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa)

“...Pilih yang dekat, yang kenal. Akh ini orangnya baik. Bapak dan

kakeknya riwayatnya baik...” (Man, anggota kelembagaan formal

pemerintah desa)

Sedangkan pada kandidat nomor urut 2 (pemenang), ketokohan dan karakter

kandidat yang dinilai baik menjadi kekuatan utama. Seperti diketahui, kandidat

nomor urut 2 (pemenang) merupakan guru agama sekaligus tokoh agama muda di

desanya sehingga para orang tua yang puteranya mengaji padanya lebih

mempercayakan tampuk kepemimpinan kepada kandidat nomor urut 2.

“...Orangnya baik, karakternya baik, ke masyarakat baik, agamanya

baik, NU-nya baik...” (Sul, anggota kelembagaan formal pemerintah

desa)

Kandidat nomor urut 2 pada periode sebelumnya sempat mencalonkan diri

sebagai Kepala Desa namun tidak berhasil memenangkan jumlah suara. Pada

pemilihan kepala desa kali ini, loyalis-loyalis kandidat nomor urut 2 semakin solid

Page 87: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

69

dan banyak sehingga berhasil memenangkan perhelatan politik pemilihan kepala

desa di tahun 2014.

Tabel 34 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada kelembagaan

formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 10 33.33

Sedang 16 53.33 Rendah 4 13.33

Total 30 100.00

Nilai yang sama dengan tipe perilaku psikologi pada taraf tinggi, diperoleh

tipe perilaku sosiologi. Isu yang sempat santer berkembang dan berhasil

memobilisasi suara ke kandidat nomor urut 2 adalah adanya isu bahwa kandidat

nomor urut 1 merupakan perpanjangan tangan dari kepala desa periode

sebelumnya. Terlebih kepala desa sebelumnya secara terang-terangan menyatakan

dukungannya kepada kandidat nomor urut 1. Awalnya, dukungan ini dianggap

sebagai tanda akan diterimanya kemenangan mutlak bagi kandidat nomor urut 1

dengan membawa embel-embel kepala desa lama yang terkenal ditakuti oleh

warga Desa Sumberejo. Fakta yang terjadi adalah sebaliknya, isu ini membawa

kandidat nomor urut 1 kehilangan banyak dukungan. Dukungan justru terpusat

kepada kandidat nomor urut 2 karena isu yang beredar tersebut.

“...Dukungan dari mantannya malah ngerusak suara. Dipikirnya

tadinya akan bikin suaranya jadi banyak eeh ternyata malah jadi

ngurangi...” (Sun, anggota kelembagaan formal pemerintah desa)

Ditambah lagi dengan visi kandidat nomor urut 2 yang berani memberikan

janji untuk menjadi kepala desa yang berkebalikan karakter dengan kepala desa

sebelumnya dengan tagline andalannya „ora nargetan‟. Alasan-alasan sosiologis

akibat isu yang berkembang ini menjadikan suara kemudian berat di kandidat

nomor urut 2.

“...Dulu raskin itu seret turunnya. Sekarang ndak lagi. Pajak juga

dijanjikan gratis. Biaya nikah juga. Duh kalau dulu nikah bayarnya

mahal. Anak saya ini yang nikah saya kena delapan ratus ribu...”(Ket,

anggota kelembagaan formal pemerintah desa)

Tabel 35 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada kelembagaan

formal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 0 0

Sedang 22 73.30 Rendah 8 26.70

Total 30 100.00

Adapun pada tipe perilaku ekonomi, tidak ada satu responden pun yang

memiliki nilai pada taraf tinggi. Seperti pada hasil analisis pengaruh kelembagaan

Page 88: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

70

terhadap preferensi politik anggota secara keseluruhan pada bab sebelumnya,

pertimbangan-pertimbangan ekonomi bukan menjadi alasan utama dalam

menentukan preferensi politik, namun pertimbangan ekoomi juga bukan hal yang

dikesampingkan pemilih. Pertimbangan ekonomi menjadi pertimbangan lain di

samping pertimbangan-pertimbangan bersifat psikologis dan sosiologis pada

pemilih.

Hasil yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa tipe perilaku

pemilih soseorang tidak dapat mutlak mengacu pada satu tipe saja. Sebagai

contoh, seorang dengan tipe psikologi (skor tipe psikologi tinggi), ternyata juga

memiliki ciri-ciri memilih bertipe sosiologi (skor sosiologi sedang). Hal ini

menunjukkan bahwa dalam menentukan pilihan kandidat kepala desa, para

anggota kelembagaan memiliki pertimbangan-pertimbangan yang kompleks. Satu

orang boleh jadi memilih karena loyalitasnya namun sekaligus karena alasan-

alasan ekonomi tertentu.

Seperti diketahui, kelembagaan formal merupakan kelembagaan dengan

struktur (hierarki) sebagai ciri utamanya. Maka untuk melihat pengaruh

kelembagaan terhadap penentuan tindakan anggota, ciri tersebut dapat digunakan

sebagai dasar. Faktor lain yang juga dapat dilihat yaitu lamanya menjadi anggota.

Faktor ini dimungkinkan ada terkait dengan internalisasi nilai-nilai kelembagaan

dalam diri individu anggota. Anggota lama tentunya lebih dahulu mengenal

kelembagaan yang menanungi daripada anggota baru sehingga aturan dan nilai

yang ada di dalam kelembagaan sangat dimungkinkan lebih diresapi oleh anggota

lama. Posisi sosial dan lamanya menjadi anggota adalah dua hal yang sangat

dimungkinkan menjadi faktor yang melatarbelakangi tingkat pengaruh

kelembagaan. Berikut adalah tabel tingkat pengaruh dilihat dari lamanya menjadi

anggota.

Tabel 36 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi berdasarkan

lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku psikologi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Anggota

lama

2 6.67 9 30 4 13.33 15 50.00

Anggota

baru

1 3.33 8 26.67 6 20 15 50.00

Total 3 10 17 56.67 10 33.3 30 100.00

Tabel 36 menunjukkan bahwa pada tipe perilaku psikologi, responden

kelembagaan formal mayoritas menempatkan pertimbangan-pertimbangan

psikologis untuk menetapkan preferensi politik pada taraf sedang (56.7 persen).

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tipe ini baik di anggota lama maupun

anggota baru. Pada taraf sedang terlihat bahwa angka pada anggota lama lebih

tinggi (30 persen) dibanding angka pada anggota baru (26.67 persen). Namun

pada taraf tinggi, anggota baru justru lebih tinggi nilainya (20 persen) dibanding

anggota lama (13.33 persen). Artinya, pada tipe psikologi, anggota lama dan

anggota baru memiliki peluang yang sama untuk menjadikan pertimbangan-

Page 89: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

71

pertimbangan psikologis menjadi pertimbangan utama ataupun pertimbangan lain

dalam penentuan preferensi politik.

Tabel 37 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi berdasarkan

lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku sosiologi Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N %

Anggota

lama

2 6.67 8 26.67 5 16.67 15 50.00

Anggota

baru

2 6.67 8 26.67 5 16.67 15 50.00

Total 4 13.3 16 53.34 10 33.34 30 100.00

Angka yang menarik ditunjukkan pada tabel 37. Terlihat bahwa tidak ada

sama sekali perbedaan persentase pada anggota lama dan anggota baru. Angka

yang sama persis mengisi pada taraf rendah (6.67 persen), sedang (53.3 persen),

maupun tinggi (33.3 persen). Hal ini menunjukkan bahwa tipe perilaku sosiologi

dapat dimungkinkan menjadi pertimbangan utama dan pertimbangan lain pada

anggota lama maupun anggota baru. Anggota lama seperti dijelaskan sebelumnya,

memiliki keterikatan yang mendalam kepada kelembagaan sehingga kemudian

terjadi obrolan-obrolan yang secara sadar maupun tidak mengarahkan pada

kesepakatan pilihan yang sama.

“...Ya milih temen sendiri mbak. Sesama pegawai di desa. Teman-

teman dan pak Kepala Desa juga milih dia kompak. Tapi ada

beberapa juga orang lama yang ndak milih pak Ak...” (Suh, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa)

Adapun pada anggota baru, pertimbangan-pertimbangan sosiologis berasal dari

lingkungan sekitar.

“...Saya ikut orang kebanyakan, mbak. Kok arahnya sepertinya ke

nomor 1, saya ikut. Bagus memang kelihatannya peluangnya...” (Ana,

anggota kelembagaan formal pemerintah desa)

Tabel 38 Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi berdasarkan

lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku ekonomi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Anggota

lama

5 16.67 10 33.33 0 0 15 50.00

Anggota

baru

3 10 12 40 0 0 15 50.00

Total 8 26.7 22 73.33 0 0 30 100.00

Page 90: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

72

Menarik kemudian melihat angka pada tipe perilaku pemilih ekonomi.

Kedua kelembagaan secara sama tidak menempatkan pertimbangan ekonomi

sebagai pertimbangan yang utama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai 0 persen pada

tipe perilaku ekonomi taraf tinggi. Artinya, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa pertimbangan ekonomi tidak menjadi pertimbangan utama.

Pertimbangan-pertimbangan ekonomi menjadi pertimbangan lain anggota setelah

pertimbangan psikologis dan sosiologis.

Faktor kedua yang dimungkinkan menjadi penentu tipe perilaku pemilih

adalah posisi sosial anggota dalam hierarki kelembagaan. Hasil penelitian

menunjukkan data sebagai berikut:

Tabel 39 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku psikologi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Pengurus

inti

1 3.33 0 0 2 6.67 3 10

Pengurus

harian

1 3.33 3 10 2 6.67 6 20

Staf 0 0 0 0 1 3.33 1 3.33

Anggota 1 3.33 14 46.67 5 16.67 20 66.67

Total 3 10 17 56.7 10 33.34 30 100.00

Hasil yang ditunjukkan tabel 39 memperlihatkan beragamnya nilai taraf tipe

perilaku psikologi pada masing-masing posisi sosial. Pada anggota dengan posisi

paling tinggi (pengurus inti), didapat hasil bahwa 2 dari sejumlah 3 pengurus inti,

menempatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis pada taraf tinggi. Artinya,

anggota kelembagaan dengan posisi yang tinggi lebih condong ke tipe psikologi.

Adapun pada posisi pengurus harian, angka tertinggi ditunjukkan pada taraf

sedang. Begitu pula pada posisi anggota, menempati posisi sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam penetapan preferensi politik, pertimbangan psikologi

tersebar secara merata dan tidak dapat dicondongkan pada satu posisi anggota

dalam kelembagaan.

Tabel 40 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku sosiologi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Pengurus

inti

0 0 1 3.33 2 6.67 3 10

Pengurus

harian

2 6.67 2 6.67 2 6.67 6 20

Staf 0 0 1 3.33 0 0 1 3.33

Anggota 2 6.67 12 40 6 20 20 66.67

Total 4 13.3 16 53.3 10 33.3 30 100.00

Page 91: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

73

Tidak ditemukan perbedaan yang cukup signifikan pada tipe perilaku

pemilih dilihat dari posisi sosialnya. Namun demikian, bila ditelisik lebih dalam,

dapat dilihat bahwa terdapat angka persentase yang cukup tinggi pada kelompok

posisi sosial paling tinggi (pengurus inti) dan kelompok posisi sosial paling

rendah (anggota). Sebanyak 2 dari 3 pengurus inti (66.67 persen) menempati taraf

tinggi pada tipe perilaku sosiologi. Adapun pada anggota, sebanyak 12 dari 20

anggota (60 persen) menempati taraf sedang, dan sebanyak 6 dari 20 anggota (30

persen) menempati taraf tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok

posisi sosial tinggi, pertimbangan-pertimbangan memilih dengan alasan sosiologis

adalah tinggi (karena arahan dari Kepala Desa lama dan atas nama kohesi sosial).

Adapun pada kelompok posisi sosial rendah, tingginya angka tipe perilaku

sosiologi dapat disebabkan dari pengaruh lingkungan yang senantiasa mewarnai

dinamika pada Pemilihan Kepala Desa Sumberejo. Isu-isu yang silih berganti

datang mampu mengkonstruksi bangunan pikiran dan pertimbangan pemilih

dalam menetapkan preferensi politiknya.

Tabel 41 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi berdasarkan posisi sosial

dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan formal

Lama

menjadi

anggota

Tipe perilaku ekonomi Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Pengurus

inti

1 3.33 2 6.67 0 0 3 10

Pengurus

harian

2 6.67 4 13.33 0 0 6 20

Staf 1 3.3 0 0 0 0 1 3.33

Anggota 4 13.34 16 53.34 0 0 20 66.67

Total 8 26.64 22 73.3 0 0 30 100.00

Menarik untuk melihat hasil penelitian terkait tipe perilaku ekonomi. Bahwa

benar jika motif-motif ekonomi bukan merupakan pertimbangan utama dalam

penentuan preferensi politik. Terlihat pada tabel bahwa pada kesemua kelompok

posisi sosial, tidak satu pun kelompok yang memiliki nilai pada taraf tinggi pada

tipe perilaku ekonomi. Artinya bahwa memang pertimbangan-pertimbangan

ekonomi tidak menjadi hal utama dalam penentuan preferensi politik.

Ketiga tabel yang telah dijelaskan di atas menjelaskan secara detil tipe

perilaku pemilih dibedakan berdasarkan posisi sosial. Adapun jumlah total

anggota berdasarkan golongan posisi yaitu anggota sebanyak 20 orang, staf 1

orang, pengurus harian 6 orang, dan pengurus inti sebanyak 3 orang. Sedikit

berbeda dengan hasil yang didapatkan pada sub bab sebelumnya (pengaruh

kelembagaan dalam menentukan tindakan anggota), dalam hal penentuan

preferensi politik, posisi sosial tidak dapat ditarik garis yang jelas (dominan)

dengan kecondongan preferensinya. Pada golongan anggota, misalnya, tidak ada

tipe perilaku yang angkanya mendominasi secara signifikan. Anggota memilih

dengan pertimbangan yang beragam. Dan kesemua pertimbangan menempati pada

taraf sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada golongan anggota, ketiga

pertimbangan (psikologi, sosiologi, ekonomi) ditempatkan secara seimbang.

Page 92: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

74

Adapun pada golongan staf, tipe perilaku psikologi menempati nilai pada taraf

tinggi, tipe perilaku sosiologi menempati taraf rendah, dan tipe perilaku ekonomi

menempati taraf rendah.

Selanjutnya pada golongan pengurus harian, tipe perilaku psikologi dan

ekonomi menempati pada taraf sedang. Adapun pada tipe perilaku sosiologi,

angka yang sama (33.33 persen) didapatkan baik pada taraf tinggi, sedang,

maupun rendah. Terakhir, pada golongan pengurus inti, didapatkan nilai pada

taraf tinggi baik di tipe perilaku sosiologi maupun di tipe perilaku psikologi

dengan angka yang sama, yaitu 66.67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada

posisi paling tinggi, pertimbangan-pertimbangan psikologis dan sosiologis dapat

menjadi dua pertimbangan kuat sekaligus. Adapun pada tipe perilaku ekonomi,

pada semua golongan ditemukan pada taraf sedang dengan angka-angka yang

tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa

pertimbangan-pertimbangan ekonomi selalu mewarnai penentuan preferensi

politik namun tetap bukan menjadi pertimbangan utama.

Pengaruh Kelembagaan Formal terhadap Preferensi Politik Anggota

Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota diduga peneliti

dengan berdasarkan teori paham komunitarianisme yang dikemukakan oleh

Hardiman dalam Sjaf (2013). Adapun analisis pengaruh dilakukan dengan

menggunakan aplikasis statistik regresi linear dengan alpha 10 persen.

Tabel 42 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada kelembagaan

formal

Pengaruh X (Pengaruh

kelembagaan)-Y

(Preferensi politik)

Nilai R

sq

Nilai

sig T hitung Kesimpulan

Pengaruh-tipe 0.047 0.250 1.174 Tidak berpengaruh

Struktural-psikologi 0.062 0.186 -1.356 Tidak berpengaruh

Struktural-sosiologi 0.127 0.053 2.018 Berpengaruh

Struktural-ekonomi 0.053 0.221 1.252 Tidak berpengaruh

Konstruktif-psikologi 0.02 0.805 -0.249 Tidak berpengaruh

Konstruktif-sosiologi 0.02 0.800 0.256 Tidak berpengaruh

Konstruktif-ekonomi 0.041 0.284 1.091 Tidak berpengaruh

Tabel di atas menunjukkan bahwa satu-satunya hubungan pengaruh yang

ditemukan yaitu pengaruh secara struktural terhadap tipe perilaku pemilih

sosiologi dengan nilai signifikan 0.053. Adapun model pengaruh tersebut

menjelaskan 12.7 persen pengaruh struktural terhadap variabel tipe perilaku

pemilih sosiologi, sisanya (87.3 persen) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti. Seperti pada bahasan sebelumnya yang menunjukkan lebih tingginya nilai

pengaruh struktural dibandingkan pengaruh konstruktif pada kelembagaan formal

pemerintah desa menunjukkan bahwa hal-hal terkait dengan struktur seperti posisi

dalam kelembagaan, kemampuan mengkonstruksi peran, keanggotaan, keterikatan

dengan kelembagaan, banyak mempengaruhi anggota kelembagaan formal

pemerintah desa dalam menentukan tindakan-tindakannya, termasuk pula dalam

hal penentuan preferensi politik, khususnya pada tipe perilaku pemilih sosiologi.

Page 93: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

75

Pengaruh struktural terhadap tipe perilaku pemilih sosiologi terjadi pada

sejumlah anggota lama dalam pemerintah desa. Anggota-anggota lama berupa

perangkat desa (pejabat tinggi di pemerintah desa) mendapat arahan dari Kepala

Desa lama untuk memilih kandidat tertentu. Kemudian terjadi kesepakatan (secara

sadar atau tidak) pada beberapa anggota lama untuk memilih kandidat sesuai yang

diarahkan Kepala Desa lama. Informan mengatakan mantan kepala desa tidak

melakukan mobilisasi suara. Mantan kepala desa mengarahkan kepada teman-

teman untuk memilih yang dikenal dan diketahui kinerjanya.

“...Milih iku sekarepe samean, tapi wayahe yo milih kancane dewe

lak, yo?...” (Memilih itu terserah pada diri sendiri, tapi seharusnya ya

pilih teman sendiri kan, ya?) (Perkataan Kepala Desa lama dikutip

Suh, anggota kelembagaan formal pemerintah desa)

“...Ya. Pak Sam pilih Pak Ak. Kita semua orang lama milihnya sama

dengan Pak Sam. Teman sudah lama di perangkat...” (Pon, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa)

“...Teman sendiri. Sudah sama-sama lama mengabdi. Sudah sangat

ngerti kerjanya. Dari keturunannya juga sudah terbukti...” (Dja,

anggota kelembagaan formal pemerintah desa)

“...Ya milih temen sendiri mbak. Sesama pegawai di desa. Teman-

teman dan pak Kepala Desa juga milih dia kompak. Tapi ada

beberapa juga orang lama yang ndak milih Pak Ak...” (Suh, anggota

kelembagaan formal pemerintan desa)

Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan formal pemerintah desa memiliki

kohesi sosial yang terbilang cukup tinggi. Anggota kelembagaan menetapkan

pilihan politiknya sesuai dengan pilihan-pilihan yang diarahkan oleh pemimpin

dalam kelembagaan.

Namun demikian, tidak semua anggota lama menetapkan preferensi

politiknya kepada kandidat tertentu sesuai arahan Kepala Desa. Kasus ini hanya

berlaku pada anggota lama yang memiliki hubungan yang intens (komunikasi

baik) dengan Kepala Desa lama setiap hari. Mereka adalah anggota kelembagaan

lama yang memiliki jabatan tinggi di pemerintah desa.

Tabel 43 Frekuensi dan persentase preferensi politik berdasarkan lamanya

menjadi anggota pada kelembagaan formal

Lama menjadi

anggota

Preferensi politik Total

Memilih kandidat 1 Memilih kandidat 2

N % n % N %

Anggota lama 6 20 9 30 15 50.00

Anggota baru 1 3.33 14 46.67 15 50.00

Total 7 23.33 15 76.67 30 100.00

Page 94: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

76

Tabel 43 menunjukkan bahwa 6 dari 15 orang anggota lama (40 persen)

memilih kandidat nomor 1 sesuai arahan dari Kepala Desa lama. Adapun dari 6

orang yang memilih kandidat nomor urut 1, 3 orang di antaranya adalah anggota

berposisi tinggi di kelembagaan formal. Sisanya sejumlah 3 orang merupakan

anggota RT-RW. Anggota RT-RW yang memilih kandidat nomor urut 1 rata-rata

memilih karena terikat hubungan persaudaraan. Sebaliknya pada anggota baru,

93.33 persen anggotanya memilih kandidat nomor urut 2. Sisanya sebanyak 6.67

persen (1 orang) memilih kandidat nomor urut 1 karena memiliki hubungan

saudara dengan kandidat bersangkutan. Dari hasil data tersebut dapat dikatakan

bahwa posisi sosial dan lamanya menjadi anggota berkontribusi terhadap

pemberian pengaruh kelembagaan terhadap penetapan preferensi politik

anggotanya.

Adapun dalam hubungan antara variabel X dan Y lainnya, tidak ditemukan

adanya pengaruh. Secara umum, kelembagaan formal pemerintah desa tidak

mempengaruhi preferensi politik anggota. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

signifikansi pada hubungan pengaruh ini yaitu sebesar 0.250 (>alpha 0.1) dengan

nilai T hitung 1.174 (<6.313752). Artinya, dugaan peneliti yaitu kelembagaan

formal mempengaruhi preferensi politik anggota, tidak dapat diterima. Namun

demikian, secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa kelembagaan formal

memberi pengaruh secara struktural sehingga memunculkan preferensi politik

dengan tipe perilaku pemilih sosiologi.

Analisis Pengaruh Kelembagaan Informal terhadap Preferensi Politik

Anggota

Selain kelembagaan formal, kelembagaan informal juga dimungkinkan

memiliki pengaruh-pengaruh dalam kaitannya penetapan preferensi politik

anggota. Sub bab ini akan memaparkan pengaruh-pengaruh yang ada di

kelembagaan informal pengajian muslimat Desa Sumberejo dalam kaitannya

dengan penentuan preferensi politik anggota. Analisis yang dijabarkan didasarkan

pada teori politik identitas yang dikemukakan oleh Hardiman dalam Sjaf (2013)

dimana tindakan politis individu dilakukan dengan dua alasan utama, yaitu karena

kemauan diri (paham individualisme) atau pengaruh dari latar belakang

kelompoknya (paham komunitarianisme). Peneliti menduga bahwa kelembagaan

informal sedikit banyak akan memengaruhi preferensi politik anggota di pedesaan

(paham komunitarianisme). Terlebih kendidat merupakan tokoh dari organisasi

Islam yang sama dengan majelis taklim yang bersangkutan. Penelitian yang

dilakukan Fatamorgana (2012) di Jawa Timur menunjukkan bahwa organisasi

Islam Nahdhatul Ulama (NU) memiliki massa yang besar dan dalam memilih

pemimpin (dalam hal ini adalah pemilihan gubernur), massa organisasi islam NU

akan condong kepada sesama anggota NU. Hal ini senada dengan yang terjadi di

Desa Sumberejo. Salah satu kandidat merupakan anggota aktif di keorganisasian

NU dan menjadi ketua ranting Desa Sumberejo sejak tahun 2012. Adapun bentuk

pengaruh kelembagaan informal pengajian muslimat diduga peneliti berupa

pengaruh konstruktif. Penelitian yang dilakukan mencatat bahwa sejumlah 90

Page 95: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

77

persen anggota memilih kandidat nomor urut 2 (pemenang) dan sisanya 10 persen

memilih kandidat nomor urut 1.

Pengaruh Kelembagaan Informal dalam Penentuan Tindakan Anggota

Politik identitas yaitu tindakan politis yang mengedepankan kepentingan

kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan

etnik, gender, keagamaan, dan sejenisnya (Sjaf 2013). Tindakan politis tersebut

tercermin dari aktivitas aktor dalam arena ekonomi, politik, sosial, ekonomi, dan

lain-lain. Hardiman dalam Sjaf (2013) menjelaskan ada 3 paham tantang

bagaimana individu menentukan tindakan politisnya. Paham pertama yaitu paham

individualisme menekankan pada kebebasan individu dalam bertindak. Sebaliknya

paham kedua yaitu paham komunitarianisme menekankan pada adanya pengaruh

kelompok-kelompok dalam penentuan tindakan individu. Terakhir, paham

kritisisme mengkritisi dua paham sebelumnya. Paham ini menekankan peran

komunikasi sebagai pembentuk kesepakatan dan tindakan bersama.

Penelitian ini menempatkan kelembagaan (kelompok) sebagai pemberi

pengaruh terhadap tindakan-tindakan individu anggotanya. Peran kelompok

sebagai pemberi pengaruh mengarahkan pada hipotesis bahwa kelembagaan

informal majelis taklim pengajian muslimat mempengaruhi preferensi politik

anggota. Adapun bentuk pengaruh kelembagaan dalam menentukan tindakan

anggotanya mengacu teori Sjaf (2013) yaitu bentuk pengaruh struktural dan

konstruktif. Pengaruh struktural yaitu pengaruh-pengaruh yang bersifat hierarkis

dan kepatuhan sesuai posisi dalam kelompok. Sebaliknya pengaruh konstruktif

menekankan pada pengaruh-pengaruh yang dibangun dan disepakati bersama.

Pada kelompok kelembagaan informal pengajian muslimat, diduga pengaruh yang

lebih dominan adalah pengaruh konstruktif, dimana jalinan komunikasi, jaringan

sosial, dan kemampuan mengkonstruksi peran berkemungkinan besar menentukan

tindakan anggota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan informal pengajian

muslimat berpengaruh pada taraf sedang dengan persentase 50 persen (tabel 44)

dalam penetapan keputusan dan tindakan-tindakan yang dilakukan anggotanya.

Sejumlah 23.3 persen responden merasakan adanya pengaruh yang tinggi pada

kelembagaan informal pengajian muslimat dalam penentuan tindakannya. Adapun

26.7 persen responden lainnya kurang merasakan adanya pengaruh kelembagaan

dalam kaitannya penentuan tindakan individu.

Tabel 44 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam penentuan

tindakan individu pada kelembagaan informal

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 7 23.30

Sedang 15 50

Rendah 8 26.70

Total 30 100.00

Pengaruh pada taraf tinggi menunjukkan bahwa kelembagaan menjadi acuan

utama bagi individu anggota dalam menentukan tindakan-tindakannya. Adapun

Page 96: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

78

pengaruh pada taraf sedang menunjukkan bahwa kelembagaan berpengaruh pada

tindakan tertentu dan tidak berpengaruh pada tindakan tertentu lainnya. Penentuan

tindakan dilakukan didasarkan pada arahan kelembagaan pada satu waktu, dan

didasarkan pada keputusan pribadi pada waktu lain. Dalam hal ini, anggota tidak

mutlak tunduk dengan kelembagaan yang menaungi. Paham komunitarianisme

Hardiman dalam Sjaf (2013) dalam hal ini bukan menjadi hal mutlak sebagai

alasan atau sumber penentuan tindakan anggota kelembagaan. Terakhir, pengaruh

pada taraf rendah menunjukkan bahwa dalam menentukan tindakan tertentu,

anggota tidak banyak menjadikan kelembagaan dengan aturan-aturannya sebagai

acuan utama.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara umum kelembagaan

informal pengajian muslimat Desa Sumberejo berpengaruh terhadap penentuan

tindakan anggotanya. Seperti yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

pengaruh pada kelembagaan dapat juga muncul disebabkan oleh berbagai macam

faktor seperti posisi sosial, keterikatan dengan kelembagaan, kemampuan

menentukan tindakan, jaringan sosial, dan lain-lain. Dua hal terkait faktor-faktor

berkemungkinan menjadi penentu tingkat pengaruh kelembagaan dalam

penentuan tindakan anggotanya, yaitu posisi sosial dan lama menjadi anggota.

Berbeda dengan kelembagaan formal, dalam kelembagaan informal

pengajian muslimat faktor posisi sosial tidak dimungkinkan memberi banyak

pengaruh terhadap penentuan tindakan anggotanya. Hal ini disebabkan karena

tidak jelas dan tidak terstrukturnya hierarki dalam kelembagaan. Tentu, dalam

menentukan tindakannya, anggota kelembagaan informal lebih luwes dan bebas

tidak seperti pada kelembagaan formal. Terlebih dalam aktivitasnya, kelembagaan

informal tidak membutuhkan pemutusan tindakan yang bersifat penting dan

mendesak mengingat perkumpulan tersebut memang bukan perkumpulan profesi.

Tabel 45 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan berdasarkan posisi

sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan informal

Posisi

sosial

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N %

Pengurus

inti

0 0 1 3.33 3 10 4 13.33

Pengurus

harian

1 3.33 1 3.33 0 0 2 6.67

Staf 2 6.67 4 13.33 0 0 6 20

Anggota 5 16.67 9 30 4 13.33 18 60

Total 8 26.7 15 50.00 7 23.33 30 100.00

Tabel 45 menunjukkan hasil yang sama sekali tidak menunjukkan

kecenderungan pengaruh posisi sosial terhadap tingkat pengaruh kelembagaan

terhadap penentuan tindakan anggota. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, hal

ini disebabkan oleh tidak jelasnya struktur anggota dan pembagian tugas serta

tingkat kepentingan aktivitas pemutusan tindakan yang tidak mendesak.

Pun demikian dengan faktor lamanya menjadi anggota. Hal ini tidak berlaku

pada kelembagaan informal pengajian muslimat. Tidak ditemukan angka yang

signifikan yang menunjukkan kecenderungan hubungan antara lamanya menjadi

Page 97: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

79

anggota dengan tingkat pengaruh kelembagaan terhadap penentuan tindakan

anggota. Hal ini disebabkan karena aktivitas dalam kelembagaan informal

pengajian muslimat tidak banyak dan intens.

Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 46 Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan berdasarkan lamanya

menjadi anggota

Lama

menjadi

anggota

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N %

Anggota

lama 7 23.33 13 43.33 6 20 26 86.67

Anggota

baru 1 3.33 2 6.66 1 3.33 4 13.33

Total 8 26.67 15 50 7 23.33 30 100.00

“...Muslimatan ndak (tidak) ngomong masalah itu, mbak. wong kami

Cuma pengajian saja 2 jam. Itu pun orangnya sudah tua-tua banyakan.

Ya Cuma itu aja. Tahlil sama diba‟. Ziarah kadang setahun sekali...”

(Ind, anggota pengajian muslimat)

Adapun bentuk pengaruh kelembagaan informal majelis taklim pengajian

muslimat menurut hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 47 Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam penentuan tindakan

anggota pada kelembagaan informal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 0 0

Sedang 13 43.30

Rendah 17 56.70

Total 30 100.00

Tabel 47 menunjukkan hasil yang menarik terkait bentuk pengaruh

kelembagaan informal pengajian muslimat dalam penentuan tindakan anggotanya.

Tidak satu pun responden menempati nilai pengaruh struktural pada taraf tinggi (0

persen). Sebaliknya, sebanyak 56.7 persen merasakan pengaruh struktural yang

rendah pada kelembagaan informal pengajian muslimat. Sisanya yaitu sebanyak

43,3 persen menyatakan pengaruh struktural pada taraf sedang.

Tabel 48 Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam penentuan

tindakan anggota pada kelembagaan informal

Kategori Jumlah responden Persentase ( %)

Tinggi 16 53.30 Sedang 14 46.70

Rendah 0 0

Total 30 100.00

Page 98: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

80

Berkebalikan dengan hasil yang diperoleh pada tabel frekuensi di

pengaruh struktural, pada pengaruh konstruktif tidak satu pun responden

menempati nilai pada taraf rendah. Sebaliknya sebanyak 53.3 persen anggota

merasakan pengaruh konstruktif yang tinggi. Sisanya yaitu sebanyak 46.7 persen

merasakan pengaruh konstruktif pada taraf sedang.

Hasil yang ditunjukkan pada kedua tabel di atas memperlihatkan bentuk

pengaruh kelembagaan informal majelis taklim pengajian muslimat yang lebih

dominan adalah pengaruh konstruktif. Hal ini terlihat dari perbandingan angka

pada pegaruh struktural dan konstruktif. Nilai 53.3 persen muncul pada pengaruh

konstruktif taraf tinggi, sebaliknya nilai 0 persen didapat pada pengaruh struktural

pada taraf yang sama yaitu taraf tinggi. Begitu pula dengan nilai pada taraf rendah

dimana nilai pada pengaruh konstruktif yaitu 0 persen dan 56.7 persen pada

pengaruh struktural. Artinya, tidak ada satu pun responden yang menganggap atau

merasakan pengaruh-pengaruh struktural pada taraf tinggi, dan tidak ada satu pun

responden juga yang tidak merasakan adanya pengaruh-pengaruh konstruktif

dalam penentuan tindakan dalam kelembagaan informal majelis taklim pengajian

muslimat. Jelas bahwa pengaruh konstruktif dalam penentuan tindakan pada

kelembagaan informal majelis taklim pengajian muslimat lebih dominan daripada

pengaruh struktural.

Pengaruh-pengaruh konstruktif sangat mungkin mendominasi di

kelembagaan informal pengajian muslimat karena nilai keluwesan kelembagaan.

Komunikasi yang terjalin dengan keluwesan ini yaitu komunikasi yang lebih

horizontal. Berbeda dengan kelembagaan formal yang dicirikan oleh komunikasi

vertikalnya. Dalam hal ini pula, kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai

kesepakatan bersama lebih besar. Setiap orang dapat dengan leluasa

mengemukakan pendapatnya terkait hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan.

Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kelembagaan informal tidak

memiliki aktivitas yang terbilang intens dan padat. Kegiatannya sebatas pada

acara tahlil dan diba‟ setiap hari Minggu selama 2 jam. Selebihnya adalah

kegiatan dengan hubungan ketetanggaan dan kekerabatan. Tidak lagi membawa

nama kelembagaan.

Kelembagaan pengajian muslimat di Desa Sumberejo lebih dimaknai

sebagai kegiatan pengajian tanpa ada kegiatan organisasi Islam lain. Seluruh

responden bahkan mengaku tidak pernah mengikuti acara muslimat di tingkatan

yang lebih tinggi (kecamatan atau kabupaten). Perlu diketahui bahwa

kelembagaan pengajian di Desa Sumberejo berjumlah lebih dari 5 pengajian

(tidak diketahui pastinya) dengan anggota yang relatif sama. Oleh sebab itu,

menjadi sulit untuk memahami dan mengerti pengajian mana yang membawa

pengaruh tertentu dalam penentuan preferensi politik anggota. Sangat

dimungkinkan bila satu jamaah tidak merasa dimobilisasi dan membuat

kesepakatan di dalam satu kelompok pengajian, namun dimobilisasi di kelompok

pengajian lain.

Preferensi Politik Anggota

Perilaku pemilih secara sederhana didefinisikan sebagai suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan

pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka

Page 99: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

81

melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Dalam penelitian ini,

preferensi politik direpresentasikan oleh tipe perilaku pemilih yang meliputi tipe

psikologi, sosiologi, ekonomi. Tipe perilaku psikologi mempertimbangkan unsur

loyalitas pemilih terhadap kandidat, pembentukan sikap politik, dan keterdedahan

terhadap pendidikan politik. Adapun tipe perilaku sosiologi menekankan pada

aspek-aspek sosial seperti kohesi sosial, pengelompokan sosial, dan informasi

sosial. Terakhir, tipe perilaku ekonomi, menekankan pada aspek-aspek kebutuhan

konkret pemilih, tujuan pemilih, dan orientasi pemilih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe perilaku pemilih kelembagaan

informal pengajian muslimat berada pada taraf sedang pada tipe psikologi (80

persen) dan ekonomi (86,7 persen). Adapun pada taraf tinggi, tipe perilaku

psikologi memiliki nilai persentase sebesar 13,3 persen, sedangkan tipe sosiologi

dan ekonomi memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 6,7 persen.

Tabel 49 Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada kelembagaan

informal

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 4 13.30

Sedang 24 80 Rendah 2 6.70

Total 30 100.00

Tabel 49 memperlihatkan bahwa tipe perilaku psikologi dominan pada

anggota kelembagaan informal pengajian muslimat ada pada taraf sedang (80

persen). Adapun ada taraf tinggi, dijumpai angka sebesar 13.3 persen. Artinya

secara umum anggota kelembagaan informal pengajian muslimat menetapkan

preferensi politiknya dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan

psikologis. Dalam hal ini alasan-alasan psikologis yang paling banyak muncul

adalah karena loyalitas sebagai bentuk taat guru (pada kandidat nomor urut

2/pemenang) dan loyalitas terhadap keluarga besar kandidat (pada kandidat nomor

urut 1).

Tabel 50 Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada kelembagaan

informal

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 2 6.70

Sedang 10 33.30

Rendah 18 60

Total 30 100.00

Tabel 50 menunjukkan hasil yang tidak pada umumnya. Sebanyak 60 persen

responden menempatkan pertimbangan-pertimbangan sosiologi pada taraf rendah.

Adapun pada taraf sedang, angka yang muncul adalah sebanyak 33.33 persen.

Sisanya pada taraf tinggi angka yang muncul yaitu 6.7 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa pada kelembagaan informal pengajian, tidak banyak menjadi

pertimbangan utama dalam penentuan preferensi politik.

Page 100: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

82

Tabel 51 Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada kelembagaan

informal

Kategori Jumlah responden Persentase (%)

Tinggi 2 6.67

Sedang 26 86.67 Rendah 2 6.67

Total 30 100.00

Terakhir, pada tabel tipe perilaku ekonomi, didapat hasil dimana 86.7

persen responden menyatakan menempatkan pertimbangan-pertimbangan

ekonomi pada taraf sedang. Adapun sebanyak 6.7 persen responden menempatkan

pertimbangan-pertimbangan ekonomi pada taraf tinggi, dan sisanya sebanyak 6.7

persen responden menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan ekonomi bukan

hal yang penting.

Tingginya nilai persentase pada tipe perilaku psikologi dan tingginya nilai

persentase pada tipe perilaku sosiologi taraf rendah menunjukkan bahwa

kelembagaan informal pengajian mulsimat tidak memberikan pengaruh-perngaruh

secara signifikan dalam penentuan preferensi politiknya. Padahal seperti

diketahui, salah satu kandidat kepala desa merupakan ketua NU Ranting Desa

Sumberejo, dan fakta membuktikan bahwa 90 persen suara anggota pengajian

muslimat berada di pihak kandidat ini.

Beberapa faktor menyebabkan munculnya angka yang tinggi pada tipe

pesikologi dan justru rendah pada tipe sosiologi. Pertama, pengajian muslimat

yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini memiliki kegiatan yang cukup

longgar dan tidak intensif. Kegiatannya meliputi pengajian rutin setiap minggu

dan sesekali (rutinnya setahun sekali) menyelenggarakan ziarah ke makam-

makam wali. Tidak ada kegiatan bersama yang lain di luar pengajian yang

diakomodir pengurus pengajian.

“...Ndak ada mbak. Muslimatan juga pengajian saja. Ndak ada yang

acara lain-lain ketemu NU. Ya pengajian begini saja...”(Roc, anggota

pengajian muslimat)

Hal ini mengakibatkan tidak terwadahinya suara-suara yang seharusnya dapat

menyumbangkan suara bulat kepada kandidat yang merupakan ketua NU ranting

Desa Sumberejo. Anggota kemudian memilih dengan pertimbangan-pertimbangan

psikologis dimana pendidikan, ketokohan, track record dan asal kandidat (daerah

timur JLT) menjadi alasan-alasan utama memilih.

“...Orangnya baik, mbak. agamis. Yakin saya milihnya. Biar berubah

Sumberejo ini...”(Ami, anggota pengajian muslimat)

Kedua, pengajian muslimat merupakan pengajian dengan jumlah anggota

paling sedikit di antara banyaknya pengajian-pengajian yang menjamur di Desa

Sumberejo. Meskipun pengajian muslimat merupakan pengajian tertua di Desa

Sumberejo, namun perlahan pengajian ini kehilangan anggotanya yang mulai

disibukkan dengan pekerjaan sebagai buruh kerupuk pada hari Minggu siang.

Anggota-anggota pengajian muslimat yang sibuk bekerja sebagai buruh kerupuk

Page 101: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

83

kemudian berpindah institusi pengajian. Anggota pengajian muslimat yang tersisa

kemudian adalah para ibu yang sebagian berusia lanjut (kaum tua). Hal ini pula

yang mengakibatkan tidak teroraginisasinya suara dengan baik, meskipun tanpa

melakukan organisasi, suara tetap banyak di kandidat nomor urut 2 (ketua NU

Ranting Desa Sumberejo).

“...Anggotanya sekarang dikit, mbak. Dulu banyak sekali. Setelah

orang-orang kerja kerupuk itu jadi makin berkurang berkurang terus.

Sekarang tinggal yang tua-tua yang ikut muslimatan Minggu, sama

yang muda beberapa. Yang lain banyak absen ngoli (bekerja) di

kerupuk...” (Nur, anggota pengajian muslimat)

Ketiga, meskipun kandidat nomor urut 2 merupakan ketua NU Ranting Desa

Sumberejo, kandidat tercatat belum pernah menjadi penceramah di pengajian

tersebut sehingga tidak ada keterikatan yang mendalam antara kandidat dan

anggota pegajian.

“...Dulu ada mbak yang ceramah, tapi berhenti orangnya dan

sekarang ndak pernah ada lagi yang ceramah. Ya pengajian biasa

tahlil dan diba‟ saja...” (Nur, anggota pengajian muslimat)

Beberapa faktor di atas menjadi penyebab tidak terwadahinya suara

sehingga suara yang seharusnya bulat dengan alasan-alasan sosiologis tidak

terjadi. Alasan-alasan psikologis seperti loyalitas karena ketokohan dan karakter

kandidat menjadi lebih dominan. Beberapa responden menyatakan alasan memilih

kandidat nomor 2 sebagai bentuk tho‟at ustadz (taat guru). Adapun alasan-alasan

ekonomi seperti yang sudah di bahas pada bab-bab sebelumnya, menjadi alasan-

alasan lain pemilih untuk menetapkan preferensi politiknya. Kekuatan visi misi

dan keberanian menandatangani surat perjanjian pembayaran pajak menjadi daya

tarik tersendiri bagi pemilih sehingga hal ini kemudian menjadi salah satu

pertimbangan.

“...Dulu bertengkar sama tetangga didenda, bayar apa telat didenda,

selametan didenda, raskin juga nyadet (macet). Sekarang pajak malah

gratis. Kata orang-orang Pak At sampai tanda tangan surat materai.

Saya ndak tahu suratnya tapi yakin lah memang orangnya

baik...”(Mar, anggota pengajian muslimat)

Hasil yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa tipe perilaku

pemilih soseorang tidak dapat mutlak mengacu pada satu tipe saja. Sebagai

contoh, seorang dengan tipe psikologi (skor tipe psikologi tinggi), ternyata juga

memiliki ciri-ciri memilih bertipe sosiologi (skor sosiologi sedang). Hal ini

menunjukkan bahwa dalam menentukan pilihan kandidat kepala desa, para

anggota kelembagaan memiliki pertimbangan-pertimbangan yang kompleks. Satu

orang boleh jadi memilih karena loyalitasnya namun sekaligus karena alasan-

alasan ekonomi tertentu.

Page 102: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

84

Pengaruh Kelembagaan Informal terhadap Preferensi Politik

Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota diduga peneliti

dengan berdasarkan teori paham komunitarianisme yang dikemukakan oleh

Hardiman dalam Sjaf (2013) dimana kelompok memberikan pengaruh-pengaruh

dalam penentuan tindakan anggotanya. Dalam hal ini, tindakan anggota yang akan

dikaji adalah preferensi politik. Hendak dibuktikan apakah pengaruh-perngauh

kelompok yang dalam hal ini mengacu pada paham komunitarianisme, berlaku

juga untuk penentuan preferensi politik. Adapun analisis pengaruh dilakukan

dengan menggunakan aplikasis statistik regresi linear dengan alpha 10 persen.

Berikut adalah tabel hasil analisis regresi untuk mengetahui pengaruh

kelembagaan informal pengajian muslimat terhadap preferensi politik anggota.

Tabel 52 Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada kelembagaan

informal

Pengaruh X (Pengaruh

kelembagaan)-Y

(Preferensi politik)

Nilai R

sq Nilai sig T hitung Kesimpulan

Pengaruh-tipe 0.052 0.225 -1.240 Tidak berpengaruh

Struktural-psikologi 0.000 0.915 0.107 Tidak berpengaruh

Struktural-sosiologi 0.000 0.970 0.038 Tidak berpengaruh

Struktural-ekonomi 0.034 0.330 -0.992 Tidak berpengaruh

Konstruktif-psikologi 0.000 0.958 -0.053 Tidak berpengaruh

Konstruktif-sosiologi 0.003 0.762 -0.306 Tidak berpengaruh

Konstruktif-ekonomi 0.003 0.333 0.985 Tidak berpengaruh

Tabel 52 menunjukkan bahwa kelembagaan informal tidak berpengaruh

terhadap preferensi politik anggotanya, baik secara keseluruhan, maupun

pengaruh tertentu pada tipe perilaku pemilih tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai signifikansi yaitu sebesar 0.225 (>alpha 0.1) dengan nilai T hitung 1.240

(<6.313752). Hasil ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa kelembagaan

informal akan membawa pengaruh terhadap preferensi politik dengan bentuk

pengaruh konstruktif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama, anggota

kelembagaan yang diteliti tidak banyak ditemukan adanya indikasi-indikasi

munculnya instruksi atau arahan bahkan kesepakatan untuk menetapkan

preferensi politik dalam pemilihan kepala desa. Selain itu, seperti yang telah

dibahas sebelumnya, yaitu tingkat intensitas pertemuan dan kegiatan yang rendah

serta variasi kegiatan yang juga rendah mengakibatkan tidak adanya komunikasi

yang intensif berkaitan dengan kelembagan yang dibawa (organisasi Islam NU).

Kegiatan hanya berupa pengajian yang dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu.

Kegiatan lainnya adalah berupa kegiatan ziarah yang dilakukan rutin setiap tahun.

“...Ndak ada kalau di pengajian. Pengajian dari dulu ya diba‟ sama

tahlil setiap minggu. Kalau milih calon kan seleranya kita, mbak. Jadi

lebih ke urusan sendiri-sendiri...”(Yuy, anggota pengajian muslimat)

Page 103: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

85

Analisis Perbandingan Pengaruh Kelembagaan Formal dan Informal

terhadap Preferensi Politik Anggota

Sub bab ini menguraikan tentang analisis perbandingan pengaruh

kelembagaan formal (pemerintah desa) dan informal (pengajian muslimat)

terhadap preferensi politik anggota. Peneliti menduga bahwa kelembagaan

informal memiliki pengaruh lebih besar dalam penentuan preferensi politik

anggota dibandingkan kelembagaan formal. Terlebih salah satu kandidat

merupakan tokoh dari organisasi islam yang sama dengan majelis taklim yang

bersangkutan. Penelitian yang dilakukan Fatamorgana (2012) di Jawa Timur

menunjukkan bahwa organisasi islam Nahdhatul Ulama (NU) memiliki massa

yang besar dan dalam memilih pemimpin (dalam hal ini adalah pemilihan

gubernur), massa organisasi islam NU akan condong kepada sesama anggota NU.

Hal ini senada dengan yang terjadi di Desa Sumberejo. Salah satu kandidat

merupakan anggota aktif di keorganisasian NU dan menjadi ketua ranting Desa

Sumberejo sejak tahun 2012.

Perbandingan Pengaruh Kelembagaan Formal dan Informal

Baik kelembagaan formal maupun informal, memiliki pengaruh-pengaruh

dalam menentukan tindakan anggotanya. Adapun tingkatan pengaruhnya akan

berbeda-beda satu kelembagaan dengan lainnya.

Tabel 53 Perbandingan pengaruh pada kelembagaan formal dan informal

Kelembagaan

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Formal 5 8.33 18 30 7 11.67 30 50.00

Informal 8 13.33 15 25 7 11.67 30 50.00

Total 13 21.66 33 55 14 23.34 60 100.00

Tabel 53 menunjukkan bahwa kedua kelembagaan (formal dan informal)

memiliki nilai tertinggi pada taraf sedang. Kedua kelembagaan memiliki nilai

persentase yang tidak jauh berbeda pada taraf sedang. Angka yang lebih tinggi

yaitu sebesar 30 persen dimiliki oleh kelembagaan formal dan 25 persen dimiliki

kelembagaan formal. Artinya, dalam taraf sedang, kelembagaan formal lebih

memiliki pengaruh dibandingkan kelembagaan formal dalam hal penentuan

tindakan anggotanya. Adapun dalam taraf tinggi, kedua kelembagaan memiliki

nilai persentase yang sama yaitu sebesar 11,.67 persen. Hal ini berarti kedua

kelembagaan dirasa oleh 11.67 persen respondennya memiliki pengaruh yang

tinggi dalam hal penentuan tindakan anggotanya. Terakhir, pada taraf rendah,

angka persentase pada kelembagaan formal lebih rendah (8.33 persen)

dibandingkan kelembagaan informal (13.33 persen).

Hal ini membuktikan bahwa kelembagaan formal memiliki pengaruh yang

lebih tinggi dibandingkan kelembagaan informal dalam penentuan tindakan

anggotanya. Fakta hasil kuantifikasi penelitian tersebut bertolakbelakang dengan

dugaan peneliti bahwa kelembagaan informal memiliki pengaruh yang lebih besar

dibandingkan kelembagaan formal. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

Page 104: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

86

sebelumnya, kelembagaan informal dirasa oleh sebagian responden kurang

memiliki pengaruh dalam penentuan tindakan-tindakan anggotanya. Hal ini

disebabkan karena kurang intensifnya pertemuan dan kegiatan lain di luar

aktivitas pengajian. Pengaruh-pengaruh kemudian menjadi kurang kuat dan

mengakar di kelembagaan informal.

Perbandingan Bentuk Pengaruh

Bentuk pengaruh kelembagaan dalam menentukan tindakan anggotanya

mengacu teori Sjaf (2013) yaitu bentuk pengaruh struktural dan konstruktif.

Pengaruh struktural yaitu pengaruh-pengaruh yang bersifat hierarkis dan

kepatuhan sesuai posisi dalam kelompok. Sebaliknya pengaruh konstruktif

menekankan pada pengaruh-pengaruh yang dibangun dan disepakati bersama.

Berikut adalah tabel perbandingan bentuk pengaruh baik pengaruh struktural

maupun konstruktif pada kedua kelembagaan.

Tabel 54 Perbandingan pengaruh struktural pada kelembagaan formal dan

informal

Kelembagaan

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % N % N %

Formal 0 0 21 35 9 15 30 50.00

Informal 17 28.33 13 21.67 0 0 30 50.00

Total 17 28.33 34 56.67 9 15 60 100.00

Tabel 54 memperlihatkan bahwa pada bentuk pengaruh struktural,

kelembagaan formal memiliki persentase paling tinggi pada taraf sedang (35

persen), sedangkan kelembagaan informal memiliki persentase paling tinggi pada

taraf rendah (28.33 persen). Hal ini sesuai dengan dugaan peneliti bahwa

kelembagaan formal akan memiliki persentase yang tinggi pada bentuk pengaruh

struktural dan sebaliknya kelembagaan informal. Jelasnya hierarki dan pembagian

tugas pada kelembagaan formal menjadi faktor utama penentu tindakan anggota

sehingga pengaruh-pengaruh struktural kemudian dominan muncul. Sebaliknya

pada kelembagaan informal dengan ciri keluwesan hierarki, tidak ditemukan

pengaruh-pengaruh struktural pada taraf tinggi.

Hal senada terjadi pada pengaruh konstruktif dimana kelembagaan informal

memiliki persentase yang paling tinggi pada pengaruh konstruktif taraf tinggi

(26.67 persen). Adapun kelembagaan formal memiliki nilai persentase paling

tinggi pada pengaruh konstruktif taraf sedang (38.33 persen). Artinya,

kelembagaan informal lebih memiliki bentuk pengaruh konstruktif dibandingkan

kelembagaan formal. Hal ini dipertegas dengan angka persentase 0 persen pada

bentuk pengaruh konstruktif taraf tinggi kelembagaan formal dan angka

persentase 0 persen pada pengaruh konstruktif taraf rendah kelembagaan informal.

Page 105: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

87

Tabel 55 Perbandingan pengaruh konstruktif pada kelembagaan formal dan

informal

Kelembagaan

Pengaruh Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Formal 7 11.67 23 38.33 0 0 30 50.00

Informal 0 0 14 23.33 16 26.67 30 50.00

Total 7 11.67 37 61.66 16 26.67 60 100.00

Kedua tabel yaitu tabel 54 dan tabel 55 menunjukkan hasil yang sama

dengan dugaan peneliti bahwa kelembagaan formal akan membawa pengaruh-

pengaruh struktural sebaliknya kelembagaan informal membawa pengaruh-

pengaruh konstruktif. Namun dalam hal ini, pengaruh-pengaruh kelembagaan

yang dibawa belum tentu berlaku dalam hal penentuan preferensi politik. Terbukti

pada penjelasan-penjelasan sub bab sebelumnya bahwa tidak ditemukan adanya

pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada kelembagaan informal.

Adapun dalam kelembagaan formal, ditemukan adanya pengaruh struktural

terhadap preferensi politik yang direpresentasikan oleh tipe perilaku sosiologi.

Perbandingan Preferensi Politik Kelembagaan Formal dan Informal

Preferensi politik didefinisikan sebagai penentuan pilihan dengan berbagai

macam pertimbangan sesuai dengan nilai yang dibangunnya dalam menentukan

standar penilaian terhadap seorang calon maupun partai politik (Plano, Ringgs, &

Robin 1985). Dalam penelitian ini, preferensi politik direpresentasikan oleh tipe

perilaku pemilih yang meliputi tipe psikologi, sosiologi, ekonomi. Tipe perilaku

psikologi mempertimbangkan unsur loyalitas pemilih terhadap kandidat,

pembentukan sikap politik, dan keterdedahan terhadap pendidikan politik. Adapun

tipe perilaku sosiologi menekankan pada aspek-aspek sosial seperti kohesi sosial,

pengelompokan sosial, dan informasi sosial. Terakhir, tipe perilaku ekonomi,

menekankan pada aspek-aspek kebutuhan konkret pemilih, tujuan pemilih, dan

orientasi pemilih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe perilaku pemilih pada

kelembagaan formal, baik tipe psikologi, sosiologi, maupun ekonomi,

kesemuanya paling tinggi nilainya pada taraf sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

pada kelembagaan formal, ketiga pertimbangan (psikologi, sosiologi, ekonomi)

ditempatkan secara seimbang. Setiap orang memiliki alasan-alasan yang beragam

dalam memilih. Perlu diingat seperti telah dijelaskan pada sub bab tentang

kelembagaan formal, lamanya menjadi anggota dan posisi sosial dalam hierarki

kelembagaan turut berkontribusi dalam menentukan tipe perilaku pemilih.

Tabel 56 Perbandingan preferensi politik pada kelembagaan formal dan informal

Kelembagaan Preferensi politik

Psikologi Sosiologi Ekonomi

Formal Sedang Sedang Sedang

Informal Sedang Rendah Sedang

Page 106: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

88

Adapun pada kelembagaan informal, tipe perilaku pemilih berada pada taraf

sedang pada tipe psikologi dan ekonomi, serta rendah pada tipe perilaku sosiologi.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam penentuan preferensi politik, anggota

kelembagaan informal lebih mandiri dan menggunakan pertimbangan-

pertimbangan yang bersifat pribadi dalam menetapkan preferensi politik. Seperti

yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, salah satu kandidat merupakan

tokoh dari organisasi Islam pada kelembagaan informal dan 90 persen suara pada

kelembagaan informal tersebut berpihak pada kandidat bersangkutan. Namun

ternyata tingginya angka dukungan pada kelembagaan tersebut bukan disebabkan

posisi kandidat sebagai salah satu tokoh dalam kelembagaan tersebut, namun lebih

kepada alasan-alasan psikologis seperti ketokohan, karakter, dan keseharian.

Perbandingan Pengaruh Kelembagaan Formal dan Informal terhadap

Preferensi Politik

Pengaruh kelembagaan baik formal maupun informal terhadap preferensi

politik masing-masing secara detil telah dijelaskan pada dua sub bab sebelumnya.

Sesuai dengan pertanyaan penelitian kelembagaan mana yang lebih besar

pengaruhnya terhadap preferensi politik, sub bab ini akan membandingkan

pengaruh kedua kelembagaan terhadap preferensi politik anggota. Dugaan peneliti

yaitu pengaruh kelembagaan informal lebih besar dibandingkan pengaruh

kelembagaan formal. Tabel berikut membandingkan secara detil pengaruh

kelembagaan formal dan informal terhadap preferensi politik.

Tabel 57 Perbandingan pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada

kelembagaan formal dan informal

Pengaruh X (Pengaruh

kelembagaan)-Y (Preferensi

politik)

Formal Informal

Pengaruh-tipe Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Struktural-psikologi Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Struktural-sosiologi Berpengaruh Tidak berpengaruh

Struktural-ekonomi Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Konstruktif-psikologi Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Konstruktif-sosiologi Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Konstruktif-ekonomi Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh

Tabel 57 menunjukkan hasil yang berkebalikan dengan dugaan peneliti.

Pengaruh yang muncul justru dari kelembagaan formal, yaitu pengaruh struktural

terhadap tipe perilaku sosiologi. Pengaruh struktural terhadap tipe perilaku

pemilih sosiologi terjadi pada sejumlah anggota lama dalam pemerintah desa.

Anggota-anggota lama berupa perangkat desa (pejabat tinggi di pemerintah desa)

mendapat arahan dari Kepala Desa lama untuk memilih kandidat tertentu.

Kemudian terjadi kesepakatan (secara sadar atau tidak) pada beberapa anggota

lama untuk memilih kandidat sesuai yang diarahkan Kepala Desa lama.

Sebaliknya pada kelembagaan informal tidak ditemukan satu pun hubungan

pengaruh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama, pada anggota

kelembagaan informal tidak banyak ditemukan adanya indikasi-indikasi

Page 107: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

89

munculnya instruksi atau arahan bahkan kesepakatan untuk menetapkan

preferensi politik dalam pemilihan kepala desa. Selain itu, tingkat intensitas

pertemuan dan kegiatan yang rendah serta variasi kegiatan yang juga rendah

mengakibatkan tidak adanya komunikasi yang intensif berkaitan dengan

kelembagan yang dibawa (organisasi Islam NU). Kegiatan hanya berupa

pengajian yang dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu. Kegiatan lainnya adalah

berupa kegiatan ziarah yang dilakukan rutin setiap tahun.

Ikhtisar

Kelembagaan-kelembagaan (formal dan infromal) di Desa Sumberejo

memiliki corak pengaruh yang beragam dalam kaitannya dengan penentuan

preferensi politik. Beragamnya corak pengaruh ini dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor.

Kelembagaan formal pemerintah Desa Sumberejo merupakan kelembagaan

dengan pengaruh struktural yang lebih dominan dalam penentuan tindakan

anggotanya dibandingkan pengaruh konstruktifnya. Hubungan vertikal dalam

kelembagaan ini nampak jelas dan lebih dominan mewarnai penentuan tindakan

anggota kelembagaan. Hal ini terasa utamanya pada anggota kelembagaan yang

memiliki posisi sosial rendah dalam hierarki kelembagaan pemerintah desa (ketua

RT-RW). Kondisi yang berbeda terjadi pada anggota-anggota kelembagaan

formal pemerintah desa yang memiliki posisi sosial yang tinggi. Kelompok ini

cenderung lebih bebas dan mandiri dalam memutuskan dan menentukan tindakan-

tindakannya. Senada dengan pengaruh kelembagaan dalam penentuan tindakan,

pengaruh kelembagaan terhadap penentuan preferensi politik juga tidak lepas dari

pengaruh posisi sosial dan faktor lain yaitu lamanya menjadi anggota. Didapatkan

hasil bahwa 40 persen anggota lama memilih kandidat Kepala Desa sesuai arahan

dari Kepala Desa lama. Hal ini menunjukkan bahwa pada anggota lama

kelembagaan formal pemerintah desa, terjadi kesepakatan (disadari atau tidak)

dalam menentukan preferensi politik.

Hasil penelitian mendukung fakta kualitatif yang ditemukan. Data

menunjukkan bahwa dalam kelembagaan formal, pengaruh struktural berpengaruh

terhadap preferensi politik yang dalam hal ini direpresentasikan oleh tipe perilaku

sosiologi. Hal ini lah yang terjadi pada anggota kelembagaan lama. Kohesi sosial

yang kuat pada anggota lama (khususnya anggota lama yang memiliki komunikasi

yang intens dengan Kepala Desa lama) kemudian mengarahkan mereka pada

pilihan yang sama. Terlebih, kandidat yang dipilih sebelumnya bekerja selama

berpuluh-puluh tahun di pemerintah desa. Sementara itu pada tipe perilaku

pemilih lain, kelembagaan formal pemerintah desa cenderung memiliki nilai yang

seimbang (sama rata). Artinya, dalam penentuan preferensi politik, anggota

kelembagaan formal pemerintah desa mempertimbangkan aspek-aspek psikologis,

sosiologis, dan ekonomi secara seimbang.

Berbeda dengan kelembagaan formal, pada kelembagaan informal, bentuk

pengaruh kelembagaan yang dominan adalah pengaruh konstruktif. Artinya,

dalam menentukan tindakan, anggota kelembagaan informal dapat melakukannya

dengan lebih mandiri dan bebas tidak terikat pada posisi sosial dalam hierarki.

Sementara itu dalam hal penentuan preferensi politik, tidak ditemukan hubungan

Page 108: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

90

pengaruh kelembagaan dengan tipe perilaku pemilih sebagai representasi

preferensi politik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena beberapa hal, pertama,

pada anggota kelembagaan informal tidak banyak ditemukan adanya indikasi-

indikasi munculnya instruksi atau arahan bahkan kesepakatan untuk menetapkan

preferensi politik dalam pemilihan kepala desa. Selain itu, tingkat intensitas

pertemuan dan kegiatan yang rendah serta variasi kegiatan yang juga rendah

mengakibatkan tidak adanya komunikasi yang intensif berkaitan dengan

kelembagan yang dibawa (organisasi Islam NU). Kegiatan hanya berupa

pengajian yang dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu. Kegiatan lainnya adalah

berupa kegiatan ziarah yang dilakukan rutin setiap tahun.

Sementara itu pada preferensi politik kelembagaan informal, tipe perilaku

ekonomi dan psikologi menempati nilai pada taraf sedang, sedangkan tipe

perilaku sosiologi menempati taraf rendah. Artinya, dalam menentukan pilihan-

pilihan politik pada pemilihan Kepala Desa, anggota kelembagaan informal lebih

mengutamakan pertimbangan-pertimbangan pribadi (psikologis). Rendahnya tipe

pemilih sosiologi ini yang kemudian membawa rendahnya tingkat pengaruh

kelembagaan informal terhadap preferensi politik. Artinya bahwa memang dalam

penentuan preferensi politik, kelembagaan informal tidak digunakan sebagai

wadah untuk memobilisasi suara. Pemilihan Kepala Desa lebih dimaknai sebagai

perang figur dan karakter ketimbang perang antar golongan.

Page 109: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

91

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kelembagaan pedesaan baik formal maupun informal memiliki warna dan

budayanya sendiri dalam hal memberikan pengaruh kepada anggotanya, termasuk

dalam hal penentuan preferensi politik. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa secara umum kelembagaan mempengaruhi preferensi politik

anggota. Secara lebih khusus, pengaruh kelembagaan di pedesaan di Desa

Sumberejo yang ditemukan dalam penelitian yaitu pengaruh konstruktif terhadap

preferensi politik yang dalam hal ini direpresentasikan dalam tipe perilaku pemilih

ekonomi. Hal ini menunjukkan berhasilnya konstruksi isu yang diciptakan oleh

kandidat kepala desa nomor urut dua (pemenang) yang berusaha menjawab

kebutuhan masyarakat atas pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap

kebutuhan ekonomi masyarakat. Perlu diketahui bahwa Kepala Desa lama

merupakan pemimpin yang dikenal tegas dan intensif mengenakan denda pada

hal-hal yang dianggap sebagai pelanggaran. Visi-misi kandidat nomor urut dua

yang banyak menitikberatkan pada ihwal perekonomian dianggap masyarakat

sebagai antitesis dari pemerintahan sebelumnya.

Kelembagaan-kelembagaan yang ada di Desa Sumberejo memberi pengaruh

yang berbeda-beda dalam penentuan tindakan, termasuk dalam hal penentuan

preferensi politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan formal

memberi pengaruh yang lebih besar dalam penentuan preferensi politik

anggotanya. Adapun kelembagaan informal terbukti tidak memiliki pengaruh

terhadap preferensi politik anggotanya. Anggota dari kelembagaan informal

menentukan preferensi politiknya dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi

tanpa ada pengaruh-pengaruh berarti dari kelembagaan informal yang

bersangkutan.

Adapun secara lebih spesifik ditemukan bahwa kelembagaan formal terbukti

membawa bentuk pengaruh struktural dalam penentuan tindakan anggota,

termasuk dalam hal penentuan preferensi politik anggota (tipe perilaku sosiologi).

Pengaruh-pengaruh struktural terhadap tipe perilaku sosiologi ini banyak terjadi

pada anggota kelembagaan yang sudah lama bernaung, dimana nilai-nilai dan

aturan serta kohesi sosial sudah terbangun dengan baik. Adapun pada

kelembagaan informal, pengaruh konstruktif lebih mendominasi dalam penentuan

tindakan. Namun demikian, dalam penentuan preferensi politik, tidak ditemukan

satu pun hubungan pengaruh. Hal ini disebabkan oleh kurang intensifnya aktivitas

pengajian dan keorganisasiannya. Maka pada dua kelembagaan yang dijadikan

unit analisis, kelembagaan formal lebih memberikan pengaruh dalam hal

penentuan preferensi politik dibandingkan kelembagaan informal.

Adapun bentuk-bentuk pengaruh kelembagaan (formal dan informal) pada

penelitian dapat ditarik untuk diarahkan pada preferensi-preferensi politik (dalam

hal ini direpresentasikan oleh tiga tipe perilaku pemilih yaitu tipe psikologi,

sosiologi, ekonomi) tertentu. Ketika bentuk pengaruh kelembagaan struktural

tinggi, preferensi politik cenderung ke arah tipe perilaku sosiologi. Orang-orang

memilih dengan pertimbangan pentingnya kohesi sosial dan aspek-aspek

Page 110: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

92

sosiologis lain. Dalam hal ini posisi sosial dan lamanya menjadi anggota (sebagai

ukuran keterikatan dengan kelembagaan) memiliki peran penting. Sebaliknya

ketika bentuk pengaruh kelembagaan yang dominan adalah pengaruh konstruktif,

maka pertimbangan-pertimbangan memilih menjadi lebih seimbang. Individu

dalam kelembagaan lebih bebas memasukkan pertimbangan-pertimbangan pribadi

(baik psikologi maupun ekonomi) dalam menentukan preferensi politiknya.

Saran

Tindakan masyarakat, termasuk dalam hal menentukan preferensi

politiknya, selalu tidak lepas dari kelembagaan-kelembagaan atau kelompok-

kelompok yang ada di lingkungannya. Banyak penelitian membuktikan bahwa

pada pemilihan pemimpin pada tataran rendah selevel Pemilihan Kepala Desa,

kelembagaan memberi pengaruh untuk kepentingan mobilisasi suara. Hal ini sah-

sah saja sepanjang masyarakat yang dalam hal ini anggota kelembagaan

dikembalikan haknya untuk secara bebas menentukan preferensi politik.

Penelitian ini khususnya pada kelembagaan formal pemerintah desa menunjukkan

masih kuatnya pengaruh struktural yang kemudian membawa suara anggota untuk

mendukung kandidat tertentu. Seyogyanya hal seperti ini tidak terjadi. Terlebih

kelembagaan formal pemerintah desa harus netral dalam hal-hal politis seperti ini.

Penting bagi pemerintah untuk mempertegas kebijakan terkait dengan perhelatan

politis seperti ini. Penting juga bagi kalangan pemerintah untuk melakukan

pengubahan gaya komunikasi vertikal dalam kelembagaan formal pemerintah

desa. Hal ini merupakan pemicu tingginya pengaruh struktural pada kelembagaan

formal sehingga anggota-anggota yang berada pada posisi rendah dalam hierarki

kelembagaan kurang mampu memutuskan perkara secara mandiri.

Sedikit berbeda dengan kondisi dalam kelembagaan formal, kelembagaan

informal dalam penelitian ini terbukti tidak memberi pengaruh terhadap preferensi

politik anggota. Di satu sisi hal ini bagus, artinya, kelembagaan memberikan

ruang yang bebas kepada anggotanya untuk memilih. Namun di sisi lain, hal ini

menunjukkan tidak solidnya kelembagaan yang bersangkutan. Terlalu

monotonnya kegiatan dan tidak terorganisirnya anggota untuk melakukan

aktivitas bersama menjadi pemicu tidak terbangunya kekompakan dalam

kelembagaan. Untuk itu perlu dilakukan pengorganisasian kegiatan dan

peningkatan variasi kegiatan pada kelembagaan-kelembagaan informal pedesaan.

Hal ini sangat mendesak dilakukan untuk meningkatkan kohesivitas kelompok

selain juga untuk memperluas jaringan.

Hal menarik lain dari penelitian ini adalah bahwa pertimbangan-

pertimbangan ekonomi seperti yang telah banyak dibahas, tidak sama sekali

menjadi pertimbangan utama pemilih dalam menetapkan preferensi politiknya.

Menarik untuk digali lebih dalam tentang persepsi money politics di tataran

masyarakat dan di tataran calon-calon pemimpin. Penelitian ini sangat penting

dilakukan untuk pada akhirnya diharapkan dapat mengubah paradigma

masyarakat tentang money politics pada pemilihan pemimpin di level manapun.

Page 111: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

93

DAFTAR PUSTAKA

[KBBI] (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 2014. Kamus besar Bahasa Indonesia.

[Internet]. [Diunduh 5 Februari 2014]. Tersedia pada http://kbbi.web.id/.

[PP] Peraturan Pemerintah. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005

tentang Desa. [Internet]. [Diunduh 9 Desember 2013]. Tersedia pada

https://www.journal.unsil.ac.id

[PP] Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan tentang desa. [Internet]. [Diunduh 2

Januari 014]. Tersedia pada http://www.presidenri.go.id

Anitasari D et al. 2010. Perempuan dan majelis taklim:membicarakan isu privat

melalui ruang publik agama. [Internet]. [Diunduh 14 Oktober 2013]. Tersedia

pada http://www.scn-crest.org

Etzioni A. 1985. Modern Organization (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh

Jusuf GR). Jakarta (ID): UI Press.

Fadhilah A. 2005. Budaya politik kyai di pedesaan (Studi kasus kyai pesantren di

Kabupaten Pekalongan). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 100 hal.

Fatamorgana I. 2012. Nahdlatul Ulama dan pilkada gubernur Jawa Timur. Politik

Indonesia [Internet]. [Diunduh 25 September 2013]. 1(1): 35-44. Tersedia pada

http://journal.unair.ac.id

Gayatri IH. 2007. Demokrasi lokal (di Desa): quo vadis? [Internet]. [Diunduh 8

Desember 2013]. Tersedia pada http://www.interseksi.org

Hidayat W. 2000. Pembentukan jaringan sosial pada proses pemilihan Kepala

Desa (studi kasus pemilihan kepala desa di Desa Tanjung Anom, Kecamatan

Mauk, Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat). [skripsi]. [Internet].

[Diunduh 4 November 2013]. [Institut Pertanian Bogor]. Tersedia pada

http://repository.ipb.ac.id

Nasdian F. 2003. Sosiologi Umum. Bogor (ID): IPB.

Plano JC, Ringgs RE, Robin HS. 1985. Kamus Analisa Politik. Jakarta (ID):

Rajawali Press.

Rochimah THN. 2009. Pentingnya memahami perilaku politik dalam political

marketing. Komunikator [Internet]. [Diunduh 5 November 2013]. 1(1):1-21.

Tersedia pada http://www.umy.ac.id

Singarimbun & Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES.

334 hal.

Sjaf S. 2013. Politik Etnik. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Uang S. 2012. Implementasi peraturan daerah nomor 04 tahun 2008 tentang tata

cara pencalonan pemilihan, pelantikan dan pemberhentian, kepala desa,

perangkat desa dan kepala dusun di Kabupaten Halmahera Barat ( suatu studi

di Desa Tobaol ). Governance [Internet]. [Diunduh 4 November 2013]. 5:1-12.

Tersedia pada http://ejournal.unsrat.ac.id

Valentina TR. 2009. Peluang demokrasi dan peta perilaku pemilih terhadap partai

politik untuk pemilu 2009 di Yogyakarta. Demokrasi [Internet]. [Diunduh 27

November 2013]. VIII(2): 167-186. Tersedia pada ejournal.unp.ac.id.

Page 112: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
Page 113: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

95

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian skripsi

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

1

1

2

2

3

3

4

4

1

1

2

2

3

3

4

4

1

1

2

2

3

3

4

4

1

1

2

2

3

3

4

4

1

1

2

2

3

3

4

4

Penyusunan

proposal

skripsi

Uji

Kuesioner

Kolokium

Perbaikan

proposal

skripsi

Pengambilan

data

lapangan

Pengolahan

dan analisis

data

Penyusunan

draft skripsi

Sidang

skripsi

Perbaikan

skripsi

Page 114: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

96

Lampiran 2 Peta Desa Sumberejo

Page 115: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

97

Lampiran 3 Daftar Panitia Pemilihan Kepala Desa Sumberejo tahun 2013

Keputusan BPD tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Sumberejo, Sukodono,

Lumajang

Nomor : 04/2013

Tanggal : 03 Oktober 2013

NO JABATAN DALAM PANITIA NAMA UNSUR

1 Ketua Bambang Santoso Tokoh Masyarakat

2 Wakil Ketua Sutodadi Tokoh masyarakat

3 Sekretaris Abdul Rohman Guru MI

4 Bendahara Mochtar Perangkat desa

5 Seksi-seksi

Seksi keamanan

1. Koordinator Paino Linmas

2. Anggota Suliyanto Linmas

3. Anggota Sawaun Linmas

4. Anggota Agus Linmas

5. Anggota Satupin Linmas

Seksi perlengkapan

1. Koordinator Ponidi Perangkat desa

2. Anggota Seneri Perangkat desa

3. Anggota Eko Sulistiyono Kepemudaan

Seksi dekorasi dan dokumentasi

1. Koordinator Sholihin (Ky.

Mahin)

Perangkat desa

2. Anggota Ky. Barokah Tokoh masyarakat

3. Anggota Sugianto Tokoh masyarakat

Seksi kesehatan

1. Koordinator Nur Syaidah Bidan Desa

2. Anggota Indah Wati Pendamping bidan

3. Anggota Arma Sofiani Pendamping bidan

Seksi konsumsi

1. Koordinator Suhartatik Perangkat desa

2. Anggota Siti Maimunah PKK

3. Anggota Nur Kitiyah PKK

4. Anggota Diyan Suhesti PKK

5. Anggota Nima Amalia PKK

6. Anggota Hermin Kumasar PKK

Seksi Pantarlih

1. Koordinator Budi Wicaksono Tokoh Pemuda

2. Anggota Hermawan Tokoh Pemuda

3. Anggota Eko Tokoh Pemuda

4. Anggota Abdul Rohim Tokoh Pemuda

5. Anggota Guntoro Perangkat Desa

6. Anggota Masrupi Tokoh Pemuda

7. Anggota Rahmat Tokoh Pemuda

Page 116: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

98

8. Anggota Hari Siswanto Perangkat Desa

9. Anggota Nanang Ariyanto Tokoh Pemuda

10. Anggota Kuswanto Tokoh Pemuda

11. Anggota Umar Hasim Perangkat Desa

12. Anggota Suhaeri Tokoh Pemuda

13. Anggota Rokhim Tokoh Pemuda

14. Anggota M. Jalal Perangkat Desa

15. Anggota Sunaryo Tokoh Pemuda

16. Anggota Achmad Yani Tokoh Pemuda

Page 117: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

99

Lampiran 4 Kerangka sampling kelembagaan formal

No Nama Jabatan Alamat

1 At Kepala Desa Dusun Bubur

2 - Kepala Urusan Pemerintahan -

3 Suh Kepala Urusan Umum Dusun Bubur

4 - Kepala Urusan Pembangunan -

5 Sho Kepala Urusan Kesejahteraan

Rakyat

Dusun Sekarputih

6 Moch Kepala Urusan Keuangan Dusun Blimbing

7 Pon Kepala Dusun Sekarputih Dusun Sekarputih

8 Anang Khusaini Ketua RW I Dusun Sekar Putih

9 Hari Purnomo Ketua RT 01 Dusun Sekar Putih

10 Imam Khudhori Ketua RT 02 Dusun Sekar Putih

11 Sholikin Ketua RT 04 Dusun Sekar Putih

12 Satori Ketua RT 05 Dusun Sekar Putih

13 Sun Ketua RW II Dusun Sekar Putih

14 Selamet Ketua RT 06 Dusun Sekar Putih

15 Afandi Ketua RT 07 Dusun Sekar Putih

16 Satuki Ketua RT 08 Dusun Sekar Putih

17 Abdul Rokim Ketua RT 09 Dusun Sekar Putih

18 Bambang P Ketua RW I Perum Bumi Rejo Permai

19 Basuki Rahmat Ketua RT 02 Perum Bumi Rejo Permai

20 Tukidi Ketua RT 03 Perum Bumi Rejo Permai

21 Cho Ketua RT 04 Perum Bumi Rejo Permai

22 Suwardi Ketua RT 05 Perum Bumi Rejo Permai

23 Gun Kepala Dusun Blimbing Dusun Blimbing

24 Man Ketua RW III Dusun Blimbing

25 Juari Ketua RT 10 Dusun Blimbing

26 Zainuri Ketua RT 11 Dusun Blimbing

27 Nur Hamdani Ketua RT 12 Dusun Blimbing

28 Ima Ketua RW IV Dusun Blimbing

29 Budi W Ketua RT 13 Dusun Blimbing

30 Tu'in Ketua RT 14 Dusun Blimbing

31 Mistar Ketua RT 15 Dusun Blimbing

32 Sum Ketua RT 16 Dusun Blimbing

33 Har Kapala Dusun Rejosari Dusun Rejosari

34 Sunaryo Ketua RW V Dusun Rejosari

35 Sul Ketua RT 17 Dusun Rejosari

36 Sutihan Ketua RT 18 Dusun Rejosari

37 Sarip Ketua RT 19 Dusun Rejosari

38 Syamsul Ketua RT 20 Dusun Rejosari

39 Tol Ketua RW IV Dusun Rejosari

40 Rasmojo Ketua RT 21 Dusun Rejosari

41 Edi Ketua RT 22 Dusun Rejosari

42 Irw Ketua RT 23 Dusun Rejosari

Page 118: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

100

43 Uma Kepala Dusun Bubur Dusun Bubur

44 Samat Ketua RW VII Dusun Bubur

45 Sugiyo Ketua RT 24 Dusun Bubur

46 Sam Ketua RT 25 Dusun Bubur

47 Riy Ketua RT 26 Dusun Bubur

48 Mar Ketua RT 27 Dusun Bubur

49 Toi Ketua RW VIII Dusun Bubur

50 Kad Ketua RT 28 Dusun Bubur

51 Rus Ketua RT 29 Dusun Bubur

52 Ket Ketua RT 30 Dusun Bubur

53 Riy Ketua RT 31 Dusun Bubur

54 Supandi Ketua RT 32 Dusun Bubur

55 Dja Kepala Dusun Klingsi Dusun Klingsi

56 Seneman Ketua RW IX Dusun Klingsi

57 Paidi Ketua RT 33 Dusun Klingsi

58 Selamet Ketua RT 34 Dusun Klingsi

59 Sunan Ketua RT 35 Dusun Klingsi

60 Sabulla Ketua RW X Dusun Klingsi

61 Sya Ketua RT 36 Dusun Klingsi

62 Bebun Ketua RT 37 Dusun Klingsi

63 Zai Ketua RT 38 Dusun Klingsi

64 Asmad Ketua RT 39 Dusun Klingsi

Page 119: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

101

Lampiran 5 Daftar responden kelembagaan informal

No Nama Alamat

RT RW

1 Nur 24 7

2 Rof 24 7

3 Ami 24 7

4 Jam 24 7

5 Her 25 7

6 Inu 25 7

7 Hai 25 7

8 Sus 26 7

9 Sal 26 7

10 Khus 26 7

11 Mun 26 7

12 Nur 27 7

13 Ind 27 7

14 Han 27 7

15 Sut 28 7

16 Sup 28 8

17 Yuy 28 8

18 Far 29 8

19 Mas 29 8

20 Iis 29 8

21 Sai 29 8

22 Sa‟i 30 8

23 Di‟a 30 8

24 Roh 30 8

25 Ser 31 8

26 Tia 31 8

27 Iim 31 8

28 Toh 32 8

29 Suc 32 8

30 Dar 32 8

Page 120: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

102

Lampiran 6 Dokumentasi

Perangkat Desa Sumberejo bersama peneliti

Anggota pengajian muslimat

Kantor Desa Sumberejo

Wilayah barat dan timur JLT

JLT (Jalur Lintas Timur)

Page 121: PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN DI DESA … · Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar ... penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

103

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur pada 14 Oktober 1991. Penulis

merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak As‟ad Malik dan Ibu Tutuk Fajriatul

Musthofiah. Penulis menempuh pendidikan formal sejak di TK Muslimat Al-

Fatah Lumajang pada tahun 1996. Pada tahun 1998 penulis menempuh

pendidikan formal di SD Negeri 2 Karangsari sampai tahun 2004. Kemudian

penulis melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 1 Lumajang selama 3 tahun. Setelah

lulus SMP pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2

Lumajang sampai tahun 2010. Pada bulan Mei-Juni 2010 penulis diterima sebagai

mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

(USMI).

Aktivitas penulis selama di IPB tidak hanya di perkuliahan, tetapi juga di

organisasi. Penulis adalah anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)

Ikatan Keluarga Mahasiswa Lumajang (Ikalulu) dari tahun 2010 hingga 2013.

Penulis juga merupakan editor majalah Komunitas Fakultas Ekologi Manusia dari

tahun 2011 sampai tahun 2013. Dari tahun 2012 hingga 2013, penulis menjabat

sebagai Sekretaris Departemen Komunikasi, Informasi, dan Relasi Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) dan penulis juga

merupakan Founder Forum Mahasiswa Bersuara.

Tidak hanya di organisasi, penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan. Pada

tahun 2013 penulis pernah menjabat sebagai sekretaris pada kegiatan Pelatihan

Proposal, Lobi, dan Negosiasi BEM FEMA, Pelatihan Jurnalistik BEM FEMA,

dan BEM Launching. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan

kampus pada divisi acara Extra Ordinary Youth majalah Komunitas FEMA, dan

divisi Medis pada Masa Perkenalan Departemen SKPM IPB di tahun 2012.

Sebagai mahasiswa yang harus selalu diasah kemampuan softskillnya,

penulis berpengalaman mengikuti beberapa kegiatan seperti magang dan

pelatihan. Pada tahun 2013, penulis mengikuti Pelatihan Majalah Komunitas

FEMA IPB dan saat ini penulis sedang terlibat dalam penggarapan buku sebagai

output dari pelatihan. Penulis juga pernah mengikuti beberapa pelatihan serupa

dengan pelatihan majalah, di antaranya pelatihan jurnalistik IPB Youth Journalist,

seminar Journalistic Fair, kunjungan jurnalistik ke Metro TV, dan kegiatan

magang selama dua bulan di Dinas Pertanian Lumajang, Jawa Timur, pada tahun

2012.