preambule

3
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah paradigma pembangunan global. SDGs mempunyai delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015. Salah satu tujuan utamanya adalah pembangunan di bidang kesehatan. Tujuan utama SDGs sejalan dengan kebijakan nasional yang telah digariskan dalam Garis- garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan telah disusun sebagai Rencana Pembangunan Kesehatan (RPK) menuju Indonesia Sehat, yaitu pembangunan di bidang kesehatan dan hendaknya dilakukan secara terarah, menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, dimana keberhasilan program pembagunan kesehatan ini menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Dengan tercapai tujuan RPK di Indonesia, masalah kesehatan beralih dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguan pompa jantung dan berakhir pada kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Hal itu terjadi karena adanya atheroma atau atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai darah ke otot jantung

Upload: fajar-kharisma

Post on 01-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: Preambule

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah paradigma

pembangunan global. SDGs mempunyai delapan tujuan yang diupayakan untuk

dicapai pada tahun 2015. Salah satu tujuan utamanya adalah pembangunan di

bidang kesehatan. Tujuan utama SDGs sejalan dengan kebijakan nasional yang

telah digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan telah

disusun sebagai Rencana Pembangunan Kesehatan (RPK) menuju Indonesia

Sehat, yaitu pembangunan di bidang kesehatan dan hendaknya dilakukan secara

terarah, menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, dimana keberhasilan program

pembagunan kesehatan ini menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup

masyarakat Indonesia. Dengan tercapai tujuan RPK di Indonesia, masalah

kesehatan beralih dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, salah satunya

adalah penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguan pada pembuluh darah

koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses

transportasi bahan-bahan energi tubuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadi

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguan pompa jantung dan berakhir pada

kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Hal itu terjadi karena

adanya atheroma atau atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga

suplai darah ke otot jantung menjadi berkurang (Maulana, 2008). Penyebab PJK

secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal berbagai

faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor

risiko PJK. Menurut American Heart Association’s faktor risiko dibagi menjadi

faktor risiko utama, faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor) dan

faktor risiko alami. Sedangkan dalam kaitannya dengan upaya pencegahan

kejadian penyakit jantung koroner, faktor-faktor risiko tersebut terbagi atas dua

golongan besar yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang

tidak dapat dimodifikasi. Umur, jenis kelamin, dan keturunan (termasuk ras)

merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Sedangkan faktor risiko

yang dapat dimodifikasi yaitu tingginya kolesterol dalam darah, merokok,

hipertensi, kurangnya aktifitas fisik, berat badan lebih dan obesitas, serta diabetes

Page 2: Preambule

( Soeharto, 2004). Gambaran klinis PJK dapat berupa angina pectoris, infark

miokard, payah jantung, atupun mati mendadak. Namun, angina pectoris menjadi

gejala utama PJK yang ditandai dengan keluhan nyeri dada (chest pain) atau rasa

tidak enak di dada (chest discomfort) yang spesifik. Ciri khas dari rasa tidak

nyaman ini diawali oleh peningkatan aktifitas fisik dan segera hilang jika sudah

beristirahat. Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu

rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total sehingga

menimbulkan gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek, dan seringkali penderita

akan kehilangan kesadaran sesaat.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar ([RISKESDAS], 2013)

didapatkan data prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013

sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan

diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.

Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner

terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%),

sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu

sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah

penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur

sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit

ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%). Kematian

yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner

dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada

tahun 2030 (Kemenkes, 2014).