praktikum- percobaan 3 dn 7 blok 6

8
I.Lokalisasi Taktil (percobaan III) 1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya. 2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. 3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk. 4. Ulangi percobaan ni sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk. Hasil Lokalisasi Taktil Ujung Jari Percobaan 1 : 0,3 cm Percobaan 2 : 0,6 cm Percobaan 3 : 0,3 cm Percobaan 4 : 0,6 cm Percobaan 5 : 0,3 cm Rata-rata dari 5x percobaan : 0,42 Telapak tangan Percobaan 1 : 1,0 cm Percobaan 2 : 0,4 cm Percobaan 3 : 1,2 cm Percobaan 4 : 1,0 cm Percobaan 5 : 0,7 cm Rata-rata dari 5x percobaan : 0,86 cm

Upload: aginnginna

Post on 29-Sep-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

praktikum fisiologi blok 6 tes sensori

TRANSCRIPT

I. Lokalisasi Taktil (percobaan III)1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ni sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.Hasil Lokalisasi TaktilUjung JariPercobaan 1 : 0,3 cmPercobaan 2 : 0,6 cmPercobaan 3 : 0,3 cmPercobaan 4 : 0,6 cmPercobaan 5 : 0,3 cmRata-rata dari 5x percobaan : 0,42

Telapak tanganPercobaan 1 : 1,0 cmPercobaan 2 : 0,4 cmPercobaan 3 : 1,2 cmPercobaan 4 : 1,0 cmPercobaan 5 : 0,7 cmRata-rata dari 5x percobaan : 0,86 cm

Lengan bawahPercobaan 1 : 0,7 cmPercobaan 2 : 1,1 cmPercobaan 3 : 1,2 cmPercobaan 4 : 1,7 cmPercobaan 5 : 1,7 cmRata-rata dari 5x percobaan : 1,28 cmLengan atasPercobaan 1 : 1,2 cmPercobaan 2 : 2,1 cmPercobaan 3 : 1,8 cmPercobaan 4 : 1,0 cmPercobaan 5 : 1,2 cmRata-rata dari 5x percobaan : 1,46 cm

TengkukPercobaan 1 : 1,5 cmPercobaan 2 : 1 cmPercobaan 3 : 2 cmPercobaan 4 : 1,9 cmPercobaan 5 : 1 cmRata-rata dari 5x percobaan : 1,48 cmPembahasanReseptor TaktilReseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak di seluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting dari reseptor ini yaitu untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis. Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Inderataktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu sistem taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).Dalam kaitannya dengan percobaan III, daerah ujung jari memiliki nilai rata-rata yang paling kecil di antara yang lainnya, hal ini disebabkan karena daerah ujung jari manusia memiliki medan reseptif yang kecil (medan reseptif: regio tertentu permukaan kulit dimana setiap neuron somatosensorik dapat berespon terhadap informasi rangsangan). Medan reseptif ini memiliki ukuran yang berbanding terbalik dengan densitas reseptor. Semakin rapat reseptor jenis tertentu tersusun maka akan semakin kecil luas kulit yang dipantau oleh masing-masing reseptor. Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah, maka akan semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi. Hal inilah yang terjadi pada daerah ujung jari manusia. Daerah ujung jari manusia kaya akan saraf karena memiliki medan reseptif yang kecil sehingga informasi rangsangan akan didapat dengan lebih spesifik, oleh karena itulah OP akan lebih mudah melokalisasikan taktil pada daerah ujung jari ketimbang di daerah yang memiliki medan reseptif lebih luas seperti pada lengan bawah maupun lengan atas. Selain kerapatan reseptor, hal lain yang mempermudah lokalisasi rangsangan ialah inhibisi lateral. Dengan inhibisi lateral, jalur reseptor yang paling terangsang (mis: oleh karena rangsangan ujung pensil) akan menghambat transmisi impuls di jalur-jalur reseptor yang ikut terangsang namun dengan derajat rangsangan yang lebih ringan sehingga lokalisasi ujung pensil akan lebih jelas dan tidak samar. Penghambatan transmisi impuls lebih lanjut terhadap masukan yang lebih lemah akan meningkatkan kontras antara informasi yang diinginkan dan tidak diinginkan sehingga lokasi ujung pensil dapat diketahui dengan pasti. Kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil dikenal sebagai toponogsia. Selain memiliki kemampuan untuk menentukan tempat rangsang taktil, manusia juga memiliki daya untuk membedakan 2 titik yang disebut two point discrimination. Two point discrimination ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk masih dapat membedakan tekanan dari 2 titik pada kulit sebagai 2 titik yang terpisah. Jarak minimum antara 2 rangsang raba yang masih dirasakan terpisah disebut sebagai ambang 2 titik. Secara teori, untuk ujung jari, ambang 2 titiknya sekitar 2,3mm dan untuk tengkuk sekitar 54 mm. Apabila jumlah reseptor raba semakin banyak, katakanlah tersusun dengan padat maka ambang 2 titik akan semakin kecil. Ambang 2 titik untuk daerah tengkuk pada hasil percobaan menunjukkan nilai yang paling besar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rangsangan 2 titik pada daerah tengkuk sulit dibedakan, sedangkan pada ujung jari menunjukkan nilai yang paling kecil sehingga dapat dikatakan bahwa rangsangan 2 titik pada ujung jari lebih mudah dibedakan oleh karena keberadaan reseptor raba yang lebih banyak dan dengan medan reseptif ujung jari yang kecil. KesimpulanManusia memiliki kemampuan untuk melokalisasi taktil atau merasakan dan memastikan secara tepat dimana rangsangan diberikan di bagian tubuhnya. Ujung jari memiliki ketepatan paling tinggi untuk melokalisasi taktil karena ujung jari kaya akan saraf sehingga fokus terhadap rangsang yang diberikan lebih tinggi dan akurat. Hal ini sesuai dengan homunkulus sensorik bahwa tangan memiliki porsi saraf yang paling banyak, dengan melihat fungsi tangan yang sangat penting.

II. Tafsiran Sikap (percobaan VII)1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.5. Perhatikan apakah ada kesalahan. Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?Pembahasan :Selama percobaan, OP tidak menemukan kesulitan dalam menyebutkan lokasi-lokasi mana saja yang baru saja disentuh oleh tangannya, selain itu OP juga tidak menemukan kesulitan berarti dalam menyentuh telinga, hidung, dan dahinya setelah mengangkat lurus lengannya. OP tidak memiliki gangguan neurologis dan masih memiliki sistem saraf yang bekerja normal.

Gerak merupakan suatu hal yang lumrah terjadi dalam hidup seorang manusia. Sepanjang hari, kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Mulai dari manusia bangun tidur, hingga akhirnya menutup hari dengan tidur kembali, sudah banyak sekali gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerak itu sendiri merupakan suatu bukti nyata bahwa di dalam tubuh manusia terjadi penghantaran impul saraf. Gerakan pada manusia, terutama didasari oleh beredarnya impuls listrik di dalam tubuh manusia. Sehingga bila membahas mengenai gerak, maka kita pun akan membahas pula bagaimana mekanisme sistem saraf yang ada di dalam tubuh kita. Sistem saraf pada manusia tersusun menjadi 2 kelompok besar, yaitu susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri atas otak dan medulla spinalis, dan susunan saraf tepi (SST) yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). Susunan saraf tepi terbagi lagi menjadi 2 divisi, yaitu divisi aferen yang membawa informasi ke SSP (terutama informasi yang berkaitan dengan alat indera manusia/rangsangan sensorik) dan divisi eferen yang membawa informasi ke organ efektor. Divisi eferen dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem saraf somatik yang mempersarafi otot rangka manusia sehingga dapat menghasilkan pergerakan dan sistem saraf otonom yang mempersarafi otot polos dan otot jantung serta kelenjar pada manusia. Pada sistem saraf otonom inilah, kita akan menemukan sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang bekerja antagonis atau berlawanan. Kesemua bagian-bagian itulah yang bekerja bersama-sama dengan fungsinya masing-masing untuk menunjang aktivitas yang dilakukan oleh manusia, baik aktivitas gerak yang disadari maupun aktivitas yang tidak dapat dilakukan berdasarkan kemauan sendiri. Apabila terdapat kelainan pada salah satu bagian, maka akan memperngaruhi kinerja bagian yang lain. Apalagi, jika kelainan terdapat pada bagian yang utama/penting maka koordinasi gerakan pada manusia akan menjadi kacau. Selama melakukan percobaan, OP mampu menyebutkan lokasi-lokasi mana saja yang disentuh oleh tangannya (kepala, dada, dan lutut) dan OP juga dapat dengan mudah menyentuh telinga, hidung dan dahinya setelah mengangkat lurus lengannya. Apabila OP melakukan kesalahan dalam percobaan ini, maka OP dapat dicurigai mengalami kelainan neurologis yang disebut dysdiadochokinesis.Kesimpulan : Kerja saraf yang normal akan menghasilkan penghantaran impuls dari SSP ke organ motorik dengan lancar, sehingga koordinasi gerak dan juga pengenalan sikap dapat dilakukan dengan mudah tanpa kesulitan berarti.