praktikum komputer dan administrasi perpajakan

46
ADMINISTRASI PERPAJAKAN “BUKTI PEMBAYARAN” DISUSUN OLEH: DENI NURHIDAYANTI 1201134517 ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU 2013 1

Upload: deninurhidayanti

Post on 12-Jun-2015

711 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

makalah praktikum komputer dan adm.perpajakan: Deni Nurhidayanti (1201134517) Fisip Universitas Riau

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

ADMINISTRASI PERPAJAKAN

“BUKTI PEMBAYARAN”

DISUSUN OLEH:

DENI NURHIDAYANTI

1201134517

ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2013

1

Page 2: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

KATA PENGANTAR 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Bukti Pembayaran”. 

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Pekanbaru 21 oktober 2013

penulis

i

Page 3: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................................

1

1.2. Rumusan

masalah............................................................................................... .....2

1.3. Tujuan makalah....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pajak........................................................................................................... 4

2.2 Cara Pembayaran dan pajak.................................................................................... 7

2.3 . Syarat-syarat dalam Pembayaran dan pelaporan Pajak....................................10

2.4 Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pembayaran dan Pelaporan Pajak..................... 12

2.5 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Pajak..................................................17

2.6 Sanksi yang diberikan jika Wajib Pajak belum Melakukan Pembayaran dan Pelaporan

Pajak....................................................................................................... 21

2.7 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak........................................................22

BAB III PENUTUP

ii

Page 4: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 26

Daftar Pustaka......................................................................................................................... 27

iii

Page 5: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

            Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang  sehingga dapat

dipaksakan  dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak juga disebut sumber

penerimaan negara untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan di Indonesia. Peran pajak

terhadap penerimaan negara dari tahun ke tahun semakin dominan, terutama sejak penerimaan

minyak dan gas bumi tidak mampu lagi membiayai belanja pemerintah. Semakin besarnya

peranan pajak dalam pembangunan menjadi perhatian semua pihak, karena tingginya pajak

menunjukkan kemampuan kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan dari seluruh

komponen bangsa. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma- hukum untuk menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.Pajak merupakan

sumber utama pemasukan negara yang dalam penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Direktorat

Jendral Pajak. Pajak memberikan manfaat secara tidak langsung bagi masyarakat,karena

kontraprestasi yang akan dikembalikan pada masyarakat adalah dalam bentuk pembangunan

infrasruktur dan fasilitas umum,sehingga pajak tersebut seharusnya dapat dinikmati secara

merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain untuk membangun infrastruktur dan fasilitas

umum, pajak juga dipergunakan untuk membayar gaji pegawai negeri,pensiunan pegawai

negeri,bahkan subsidi yang selama ini dirasakan oleh masyarakat berasal dari pajak yang

dibayarkan. Berbagai macam subsidi yang dikeluarkan pemerintah diantaranya  subsidi BBM,

listrik, Bantuan Langsung Tunai (BLT),Raskin,dan Jamkesmas.Namun pada prakteknya subsidi

ini tidak tepat sasaran. Hal ini tantangan bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai institusi yang

menghimpun penerimaan negara dari pajak. DJP memiliki visi menjadi institusi pemerintah yang

1

Page 6: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien,dan dapat

dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi dan menghimpun pajak

negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian

pembiayaan Anggaran Pendapatan.

1.2. Rumusan Masalah

      Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1)   Apa pengertian dan unsur-unsur Pajak ?

2)   Bagaimana cara pembayaran dan pelaporan Pajak ?

3)   Apa syarat-syarat pembayaran dan pelaporan Pajak ?

4)   Apa saja fungsi,tujuan dan kegunaan pembayaran dan pelaporan pajak ?

5)   Berapa lama jangka waktu pembayaran dan pelaporan Pajak ?

6)   Apa sanksi yang diberikan jika wajib pajak belum melakukan pembayaran dan pelaporan

Pajak ?

7)   Bagaimana jika terjadi kelebihan Pembayaran Pajak ?

 

1.3. Tujuan Makalah

      Tujuan dari penulisan makalah ini ialah :

2

Page 7: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

1)   Untuk mengetahui pengertian pajak dan unsur yang didalamnya.

2)   Untuk mengetahui cara pembayaran dan pelaporan pajak.

3)   Untuk mengetahui syarat dalam pembayaran dan pelaporan pajak.

4)   Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan pajak.

5)   Untuk melihat sejauh mana batas waktu pembayaran.

6)   Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan dalam pembayaran dan    pelaporan pajak.

7)   Untuk memahami kelebihan pembayaran pajak.

8)   Untuk mengetahui tujuan pembayaran dan pelaporan pajak 

 

3

Page 8: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pajak

            Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat

dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa

berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif

untuk mencapai kesejahteraan umum atau pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan

pengabdian peran aktif warga negara dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional kewajiban

perpajakan setiap warga negara diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-peraturan

pemerintah.

            Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan

terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah

“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dari pengertian

itu dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam pajak ialah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksananya;

2.  Sifatnya dapat dipaksakan, hal ini berarti bahwa pelanggaran atas iuran perpajakan dapat

dikenakan sanksi;

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi secara langsung

oleh pemerintah;

4

Page 9: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

4.  Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah. Pajak diperuntukkan

bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih surplus,

dipergunakan untuk membiayai public investment.

2.2 Cara Pembayaran dan pelaporan Pajak

            Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas sisiem

pembayaran online, dilaksanakan melalui Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau

menggunakan fasilitas alat transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.

1. Cara pembayaran Melalui Teller Bank:

1)      Wajib Pajak (WP) mendatangi teller Bank dengan membawa:

1. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar atau data yang

lengkap dan benar tentang :

Nomor Pokok Wajib Pajak.

Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) sesuai dengan jenis pajak yang akan dibayar,

sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP.

Kode Jenis Setoran (KJS) sesuai dengan jenis setoran pajak yang akan dibayar,

sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada kolom pertama tabel

MAP yang bersangkutan).

Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau STP yang akan

dibayar ( hanya diisi apabila pembayaran dilakukan untuk melunasi SKPKB, SKPKBT,

atau STP).

5

Page 10: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang akan dibayar, misalnya

masa Agustus tahun 2002 diisi dengan 08-2002. Apabila membayar PPh Pasal 29

tahunan, setelah kode jenis setoran diisi dengan 200 maka bulan dalam masa pajak akan

terisi 00 sehingga WP hanya tinggal mengisi empat digit tahun pajak.

1. Alat Pembayaran senilai Pajak yang akan dibayarkan.

2)      WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar atau Data yang lengkap

dan benar serta alat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a dan b diatas

kepada Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi Online.

3)      WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat WP.

4)      WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan petugas teller dan

cap Bank serta diberi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi

Bank (NTB), dan atau SSP yang dicetak oleh Bank yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari

Teller.

5)      WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.

6)      WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Cara Pembayaran Pajak Menggunakan Fasilitas Alat Transaksi Bank (misalnya ATM dan

Internet Banking) :

1)      WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang lengkap dan benar

tentang:

6

Page 11: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

1. Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Kode Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis pajak yang akan dibayar,

sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada keterangan diatas setiap

tabel).

3. Kode Jenis Setoran sesuai dengan jenis setoran pajak yang dibayar, sebagaimana diatur

dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada kolom pertama tabel MAP yang

bersangkutan)

4. Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau STP yang akan

dibayar (hanya diisi apabila pembayaran digunakan untuk melunasi SKPKB, SKPKBT,

atau STP).

5. Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang akan dibayar, misalnya

masa Agustus tahun 2002 diisi dengan 08-2002. Apabila membayar PPh Pasal 29

tahunan, setelah kode jenis setoran diisi dengan 200 maka bulan dalam masa pajak akan

terisi 00 sehingga WP hanya tinggal mengisi empat digit tahun pajak.

2)      WP membuka menu Pembayaran Pajak.

3)      WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud dalam angka 1

diatas secara tepat, lengkap dan benar.

4)      WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP yang muncul pada

tampilan. Apabila Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP pada tampilan tidak

sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada

menu sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang diperlukan.

7

Page 12: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

5)      WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan berikutnya secara tepat.

6)      WP mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi Bank.

7)      WP memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.

8)      WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Pembayaran Pajak Menggunakan Fasilitas Cash Management Service (CMS).

            Pembayaran melalui CMS dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara Bank dan nasabah

(Wajib Pajak) sepanjang sistem yang menangani jenis pelayanan ini terhubung secara online

dengan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

 

2.3   Syarat-syarat dalam Pembayaran dan pelaporan Pajak

            Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,

masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak

akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka

pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

Pemungutan pajak harus adil

            Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan

dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam

pelaksanaannya. Contohnya:

8

Page 13: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak.

3. Sanksi  atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya

pelanggaran.

Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

            Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat

untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

1)        Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus

dijamin kelancarannya.

2)        Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.

3)        Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.

Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

            Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu

kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak

jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat

pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

Pemungutan pajak harus efesien

9

Page 14: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

                Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan.

Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh

karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan

demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi

penghitungan maupun dari segi waktu.

§ Sistem pemungutan pajak harus sederhana

            Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.

Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang

harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk

meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak

rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh:

1)      Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.

2)      Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.

3)      Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan

menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)

 

2.4    Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pembayaran dan Pelaporan Pajak

FUNGSI

10

Page 15: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

            Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di

dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk

membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas

maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara

membutuhkan biaya.Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak

digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan

lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun

ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin

meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi

mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam

fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah

menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Fungsi stabilitas

11

Page 16: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang

berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasidapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan

antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan

pajak yang efektif dan efisien.

Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan

umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan

kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

MANFAAT

            Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,

perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara

sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai

sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti

jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan

menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan

dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara

mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari

pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas

bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang

12

Page 17: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Secara singkat pajak dimanfaatkan

untuk mendanai:

Pembangunan fasilitas dan infrastruktur

Alokasi Dana Umum

Pemilihan Umum ( PEMILU)

Penegakan hukum

Subsidi pangan dan BBM

Pelayanan Kesehatan

Pendidikan

Pertahanan dan Keamanan

Kelestarian lingkungan hidup

Kelestarian budaya

Transportasi missal

 

3.5 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Pajak

            Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010, batas waktu

penyetoran dan pelaporan pajak diatur sebagai berikut:

Penyetoran Pajak

13

Page 18: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

1)   PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor paling

lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain

oleh Menteri Keuangan.

2)   PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh

Menteri Keuangan.

3)   PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10

(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4)   PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas)

bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

5)   PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10

(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

6)   PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

7)   PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah

Masa Pajak berakhir.

8)   PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat

pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN

atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan

pabean impor.

14

Page 19: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

9)   PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan

pemungutan pajak.

10)    PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan

pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja

Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh

bendahara.

11)    PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen

atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan

bakar minyak, gas, dan pelumas, harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

setelah Masa Pajak berakhir.

12)     PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai

Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir.

13)     PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang pribadi atau

badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

(13a) PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa

Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang

memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

15

Page 20: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

14)     PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

sebagai Pemungut PPN, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah

Masa Pajak berakhir

(14a) PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat Penandatangan

Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN, harus disetor pada hari yang sama dengan

pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara.

15)    PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN selain

Bendahara Pemerintah yang ditunjuk, harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

16)    PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat

Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.

17)    Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan

beberapa masa pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama sesuai

dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak

Pelaporan Pajak

1)        Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri

maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, sebagaimana dimaksud dalam

16

Page 21: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12)

wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa

Pajak berakhir.

(1a) Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dan ayat (13a), serta Pasal 2A, dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha

Kena Pajak dikukuhkan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

(1b) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak

Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dengan

menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya

meliputi tempat bangunan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak

berakhir.

(1c) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak

Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13a) dengan

menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya

meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir

bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

2)        Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) wajib melaporkan hasil

pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.

3)        Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib melaporkan hasil

pemungutannya paling lama 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.

17

Page 22: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

(3a) Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat

Pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4)         Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (16) dan

ayat (17) yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya

Masa Pajak terakhir.

 

2.6.   Sanksi yang diberikan jika Wajib Pajak belum Melakukan Pembayaran dan

Pelaporan Pajak

            Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah

lndonesia memilih menerapkan self assessment system dalam rangka  pelaksanaan pemungutan

pajak. Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor,

dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap Wajib

Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis administrasinya.

Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah

menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku.

            Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika

kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi.

Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.

18

Page 23: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

            Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya, penting

bagi Wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum

dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai

hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai sanksi perpajakan, di bawah ini akan

diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan perihal pengenaannya. Ada 2 macam Sanksi

perpajakan, yaitu:

1. 1.    Sanksi Administrasi

Terdiri dari:

1. Sanksi Administrasi Berupa Denda

            Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.

Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari     jumlah

tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

            Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.

Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau

disengaja. Untuk mengetahui lebih laniut, dalam tabel 1 dimuat hal-hal yang dapat menyebabkan

sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.

1. Sanksi Administrasi Berupa Bunga

            Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang

pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu

19

Page 24: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima

dibayarkan.

            Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga utang

paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk (bunga

berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga

majemuk.

            Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang dibayar.

Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar sanksi bunga

yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut

dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.

            Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam

ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari

bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui lebih

Jelas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga dan penghitungan besarnya bunga

dalam pajak.

1. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

            Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang

paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak

yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung

dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.

20

Page 25: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

            Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak

tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak

terutang. Untuk lebih jelasnya, hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi berupa kenaikan dan

besarnya kenaikan dapat dilihat dalam  tabel 3.

 

1. 2.    Sanksi Pidana

            Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan

pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan

sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

            Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana

dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU

KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU

KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau

tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

            Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.

Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu

tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan

dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian

pada pendapatan negara.

21

Page 26: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

            Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang

perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka

waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian

tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10

(sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan

yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10 (sepuluh) tahun.

            Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada intinya diatur

dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun, dalam UU Perpajakan lainnya,

dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi administrasi

berupa denda, walaupun tidak selalu ada.

2.7.   Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

            Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak

atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah

dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib Pajak tidak

punya hutang pajak lain.

1. A.  Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

2. Dalam hal jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada

jumlah pajak yang terutang:

a)      Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal Pajak

melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau berdomisili.

22

Page 27: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

b)      Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam

hal:

§ Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang

terutang.

§ Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak

yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan

Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi

dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

§ Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar

daripada jumlah pajak yang terutang.

c)      SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak

surat permohonan diterima secara lengkap.

Kesimpulan

Dalam hal pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang:

Pajak yang yang seharusnya tidak terutang adalah pajak yang telah dibayar oleh WP yang

bukan merupakan objek pajak yang terutang atau kesalahan pemotongan atau

pemungutan yang mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar daripada

pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut berdasarkan ketentuan perundang-

undangan perpajakan atau bukan merupakan objek pajak.

23

Page 28: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

1. Wajib Pajak (WP orang pribadi dan badan termasuk orang pribadi yang belum memiliki

NPWP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak

melalui KPP tempat WP terdaftar atau berdomisili, apabila terjadi kesalahan

pembayaran pajak atas pajak yang seharusnya tidak terutang. Surat permohonan harus

melampirkan:

Asli bukti pembayaran pajak

Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang

Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

1. WP yang dipotong atau dipungut (PPh, PPN dan PPnBM) dapat mengajukan permohonan

restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP yang dipotong atau

yang dipungut terdaftar atau melalui KPP tempat Pengusaha Kena Pajak yang dipungut

dikukuhkan dengan catatan PPh dan PPN serta PPnBM yang dipotong atau dipungut

belum dikreditkan atau dibiayakan. Surat permohonan harus melampirkan:

Asli bukti pemotongan/pemungutan pajak.

Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang, dan.

Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

1. WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan dapat mengajukan permohonan

restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP yang melakukan

pemotongan atau pemungutan terdaftar atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

pemungutan dikukuhkan, apabila terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan pajak

yang dilakukannya dan pihak yang dipotong atau dipungut adalah :

24

Page 29: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

– orang pribadi yang belum memiliki NPWP;

– subjek pajak luar negeri; atau

– terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh pemotong atau pemungutan kecuali WP

yang melakukan pemotongan atau pemungutan tidak dapat ditemukan yang disebabkan

antara lain karena pembubaran usaha.

Surat permohonan harus melampirkan :

– Asli bukti pembayaran pajak;

– Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;

– Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang;

dan d. Surat kuasa dari pihak yang dipotong atau dipungut kepada WP yang melakukan

pemotongan atau pemungutan atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pemungutan.

2. Direktur Jenderal Pajak melakukan penelitian terhadap permohonan pengembalian

pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang dalam jangka waktu paling lama 3

(tiga) bulan sejak permohonan WP diterima secara lengkap dan menerbitkan SKPLB bila

hasil penelitian tersebut terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Apabila hasil penelitian tidak terdapat pajak yang seharusnya tidak terutang, maka

Direktur Jenderal Pajak harus memberitahu secara tertulis kepada WP.

B. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Kepada Wajib Pajak yang Memenuhi

Persyaratan Tertentu

            Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah :

1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

25

Page 30: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

2.  Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah

peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh kurang dari

Rp1.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus juta rupiah) dan jumlah lebih bayarnya

kurang dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling banyak 0,5% (setengah persen)

dari jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh tersebut;

3.  Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan

PPh paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan jumlah lebih bayarnya

kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); atau

4.  Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan untuk suatu Masa Pajak paling banyak Rp

400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan jumlah lebih bayarnya paling banyak Rp

28.000.000,00 (dua puluh delapan juta rupiah).

            Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang

memenuhi persyaratan tertentu, Kepala KPP melakukan penelitian atas :

1. Kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya;

2. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak;

3. Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP; dan

4. Kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT tersebut atau dalam SPT perubahan alamat.

Dan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling

lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan

dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak

Pertambahan Nilai. Dalam hal hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar, lampiran

26

Page 31: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

SPT tidak lengkap, pembayaran pajak tidak benar, atau alamat tidak sesuai dengan yang

tercantum dalam SPT atau dengan pemberitahuan perubahan alamat sehingga Surat

Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak tidak diterbitkan, maka Kepala

KPP harus memberitahu secara tertulis kepada WP

 

 

 

 

27

Page 32: Praktikum komputer dan administrasi perpajakan

DAFTAR PUSTAKA

Moh.Zain dan Kustandi Arinti, 1990, Pembaharuan perpajakan nasional, citra Aditya Bakti.

Bandung.

Santoso Broto Diharjo, 1991, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Revisi, Erosco. Bandung.

www.setiawatiita.blogspot.com/2012/05/manfaat-pajak-bagi-perekonomian.html

www.pajak.net/blog/2012/02/03/batas-waktu-pembayaran-dan-pelaporan-pajak/

www.pajak.go.id/dmdocument/manfaat%20pajak.pdf

http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.htm

http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pengembalian-kelebihan-pembayaran-pajak

 

 

 

 

 

28