praktikum i.3 (percobaan iod)
TRANSCRIPT
SCXB
LAPORAN PRAKTIKUM I.3
BIOKIMIA
( AKCC 223 )
PERCOBAAN IOD
Dosen Pengasuh :
Drs. H. Hardiansyah, M. Si
Dra. Hj. Noorhidayati, M. Si
Asisten dosen:
Normalianti
Rina Rahpiana
Oleh :
Inayah Hunafa Tazkirati
A1C210035
Kelompok VB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL 2011
PRAKTIKUM I.3
Topik : PERCOBAAN IOD
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan pati dengan uji iod
Hari/Tanggal : Jumat / 1 April 2011
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
I. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu spiritus
4. Baki
5. Kertas label
6. Pipet tetes
7. Penjepit
8. Gelas kimia
Bahan : 1. Larutan Uji : Larutan amilum 1%, Larutan sukrosa 1%,
Larutan laktosa 1%, Larutan Dekstrosa 1%, Larutan Glukosa
1%, Larutan agar-agar 1%.
2. Iodium
3. NaOH
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan .
2. Memasukkan larutan uji pada tiap-tiap tabung reaksi masing-masing
sebanyak 15 tetes, dengan setiap larutan uji ada 2 tabung reaksi.
3. Menambahkan masing-masing 5 tetes iodium pada tabung reaksi pertama,
dan 5 tetes NaOH pada tabung reaksi kedua..
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada saat pencampuran bahan
uji tersebut
5. Memanaskan masing-masing tabung reaksi ± 2 menit, dan mengamati
perubahan warnanya.
III. TEORI DASAR
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α – glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya,
serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi
tidak terlarut diisebut amilopektin. Amilosa memiliki struktur lurus dengan ikatan
α – (1,4) – D – glukosa. Sedangkan Amilopektin mempunyai cabang dengan
ikatan α – (1,4) – D – glukosa 4-5 % dari berat total.
Enzim-enzim yang terdapat pada tanaman yang dapat menghidrolisis pati
adalah β – amilase, α – amilase, dan fosforilase. Enzim-enzim β – amilase dapat
mencegah pati menjadi fraksi-fraksi yang kecil-kecil, misalnya pemecahan
amilase menjadi fraksi kecil yang disebut moltosa, yang merupakan suatu
disakarida dari glikosa. Bila β – amilase direaksikan terhadap pati biasa, hanya
diperoleh 60 %-70 % dari hasil moltosa toeritis. Bagian pti yang tidak terurai
menjadi residu disebut β – amilase limit dextrin. Hal ini disebabkan karena
ternyata β – amilase tidak mampu menghidrolisis amilopektin diluar batas cabang-
abang tertentu.
Dibanding β – amilase, kemampuan menghidrilisis α – amialse lebih
hebat. Enzim ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul yang
terdiri dari 6-7 unit glukosa.
Enzim fosforilase mampu memecah ikatan 1,4 – glukosidik pati dengan
bantuan asam atau ion fosfat, sedangkan amilase memerlukan molekul air.
Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak disebut
hidrolisis. Fosforilasi dapat memecah amilase secara tuntas, tapi bila substratnya
amilopektin, disamping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut “dekstrin tahan
fosforilase”, yang molekulnya mengandung cabang-cabang ikatan α – 1,6.
Fosforilase Pati + PO4
3- α – D – Glukosa – 1 – Fosfat
Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri dari unsur-unsur C, H
dan O. Karbihidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m. Harga n dan m boleh sama
boleh juga berbeda, tetapi jumlah ataom H harus dua kali jumlah ataom O.
Sifat-sifat kimia karbohidrat antara lain :
a. Banyaknya isomer ruang suatu karbohidrat adalah 2n dengan n menyatakan
jumlah atom C simetri.
b. Karbohidrat dapat mereduksi hidroksida-hidroksida logam dan karbohidat itu
sendiri aka teroksidasi.
c. Oksidasi pada karbohidrat menghasilkan asam.
d. Karbohidrat umumnya dapat diragikan menjadi etanol dan CO2 ( gas )
Sifat-sifat fisik karbohidrat ada yang berupa zat padat pada suhu kamar,
ada yang berupa hablur, tidak berwarna ( misal : sukrosa dan glukosa ), zat padat
amorf atau pati dan basa serat / selulosa. Sebagain besar karbohidrat mempunyai
sifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya. Sebagai patokan, dapat dilihat
gugus OH ke kiri diberi awalan 1 ( Levo ) berarti memutar bidang polarisasi
bidang ke kiri.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Flowchart
B. Tabel Hasil Pengamatan
No. Larutan
Uji
Ditambah IOD Ditambah NaOH
Sebelum
dipanaskan
Sesudah
dipanaskan
Sebelum
dipanaskan
Sesudah
dipanaskan
1. Amilum 1%Kuning keruh ada endapan
hitam
Keruh Bening sedikit berbuih
Jernih
2. Sukrosa 1% Kuning Keruh Bening Jernih
3. Glukosa 1%Kuning muda
jernihBening Bening Kuning tua
4.Dekstrosa
1%
Kuning jernih
agak tuaBening Bening Jingga tua
5. Laktosa 1%Kuning agak
tuaBening Bening
Jingga tua (lebih tua dari
dekstrosa)
6. Agar-agar
1%
Abu-abu
hitam jernihBening Bening Bening
Urutan larutan dari yang warnanya paling tua sampai yang paling muda :
1. Laktosa
2. Dekstrosa
3. Glukosa
4. Amilum
5. Sukrosa
6. Agar-agar
V. ANALISIS DATA
Dalam percobaan ini Iodium berfungsi sebagai pereaksi dan akan
menimbulkan warna ungu atau biru jika dalam suatu bahan yang direaksikan
mengandung pati. Sedangkan pada NaOH sebagai pereaksi, NaOH sebagai
basa kuat yang akan menjadikan larutan menjadi basa lemah karena
bercampur dengan asam.
1. Pengamatan pada Larutan Amilum 1 %
Pada larutan amilum 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
kuning keruh dan terdapat endapan berwarna hitam. Setelah dipanaskan,
endapan pada larutan tersebut menghilang dan warnanya keruh. Sedangkan
pada larutan amilum 1 % yang ditambahkan 5 tetes NaOH, warnanya jernih
dan terdapat sedikit buih. Kemudian setelah dipanaskan, buih itu menghilang
dan larutan tetap jernih.
Pada larutan ini seharusnya berwarna biru atau ungu. Hal ini dapat
terjadi karena adanya kesalahan dalam cara kerjanya. Kemungkinan terjadi
kesalahan saat meneteskan Iodium ke dalam larutan amilum atau kurang
tepatnya konsentrasi larutan Iodium ataupun larutan amilum.
2. Pengamatan pada Larutan Sukrosa 1 %
Pada larutan sukrosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
kuning. Setelah dipanaskan, warnanya berubah menjadi keruh. Sedangkan
pada larutan sukrosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes NaOH, warnanya jernih.
Setelah dipanaskan, tidak ada perubahan pada larutan yaitu tetap jernih.
3. Pengamatan pada Larutan Glukosa 1 %Pada larutan glukosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
kuning muda jernih. Setelah dipanaskan, larutan menjadi jernih. Sedangkan
pada larutan glukosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes NaOH, warnanya jernih.
Kemudian setelah dipanaskan, warna larutan berubah menjadi kuning tua.
4. Pengamatan pada Larutan Dekstrosa 1 %
Pada larutan dekstrosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
kuning jernih agak tua. Setelah dipanaskan, larutan menjadi jernih.
Sedangkan pada larutan dekstrosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes NaOH,
warnanya jernih. Kemudian setelah dipanaskan, larutan berubah warna
menjadi jingga tua.
5. Pengamatan pada Larutan Laktosa 1 %
Pada larutan laktosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
kuning agak tua. Setelah dipanaskan, larutan menjadi jernih. Sedangkan pada
larutan laktosa 1 % yang ditambahkan 5 tetes NaOH, warnanya jernih.
Kemudian setelah dipanaskan, warna larutan berubah menjadi jingga tua, lebih
tua dari dekstrosa yang juga ditetesi NaOH.
6. Pengamatan pada Larutan Agar-agar 1 %
Pada larutan agar-agar 1 % yang ditambahkan 5 tetes Iodium, warnanya
abu-abu kebiru-biruan jernih. Pada keadaan ini dapat diketahui bahwa agar-
agar mempunyai kandungan pati. Setelah dipanaskan, larutan berubah jernih.
Sepertinya pada saat pemanasan terjadi pemecahan molekul pati sehingga
kandungan pati tersebut menghilang. Sedangkan pada larutan amilum 1 %
yang ditambahkan 5 tetes NaOH, warnanya jernih. Setelah dipanaskan, tidak
terjadi perubahan pada larutan.
Pada larutan uji yang ditetesi larutan iodium setelah dipanaskan
warnanya lebih muda dari pada sebelum dipanaskan. Hal ini karena pada saat
pemanasan terjadi pemecahan molekul menjadi molekol yang lebih sederhana.
Sedangkan pada larutan uji yang ditetesi larutan NaOH, warna sebelum
dipanaskan lebih muda daripada warna setelah dipanaskan, karena pada saat
pemanasan gugus –OH yang ada pada NaOH berikatan dengan kandungan
pati yang ada pada larutan uji.
VI. KESIMPULAN
1. Pati atau amilum termasuk dalam golongan polisakarida yang biasanya
berwarna putih dan tidak mempunyai rasa manis.
2. Suatu bahan makanan dapat diuji kandungan patinya dengan
menggunakan iodium.
3. Bahan makanan yang mengandung pati atau amilum setelah ditetesi
iodium warnanya akan menjadi ungu atau biru
4. Saat larutan uji yang ditetesi iodium dipanaskan, terjadi pemecahan
molekul menjadi lebih sederhana.
5. Saat larutan uji yang ditetesi NaOH dipanaskan, gugus –OH pada NaOH
tersebut akan berikatan dengan kandungan pati tersebut.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Noorhidayati dan Hardiansyah. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Jurusan PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin
Poejiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta
Leghniger, Albert. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta.
Martoharsono, Ir. Soeharsono.1978. BIOKIMIA Jilid 1. Yogyakarta: UGM