praktik yang baik dalam perkuliahan dan integrasi lptk … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen...

182
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa DARI RAKYAT AMERIKA PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK-SEKOLAH Praktik yang Baik dalam Pengalaman Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Menyiapkan Calon Guru Berkualitas

Upload: doanphuc

Post on 04-Jul-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

DARI RAKYAT AMERIKA

PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK-SEKOLAH

Praktik yang Baik dalam

Pengalaman Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Menyiapkan Calon Guru Berkualitas

Page 2: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Guru merupakan salah satu faktor kunci dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memulai program Revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan revitalisasi itu diharapkan proses pembelajaran di LPTK berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan calon guru yang bermutu dan berdedikasi tinggi.

Atas nama Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, saya mengucapkan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang sejak tahun 2013 bekerja sama dengan 17 LPTK mitra dan 32 LPTK konsorsium melaksanakan program peningkatan kapasitas para dosen LPTK dalam melaksanakan pembelajaran dan sekaligus memperkuat jalinan kerjasama antara LPTK dengan sekolah mitra tempat mahasiswa calon guru melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Program ini perlu disinergikan dengan revitalisasi LPTK, sehingga hasilnya dapat optimal.

Saya juga menyambut baik penerbitan buku praktik yang baik dalam perkuliahan, yang ditulis oleh para dosen LPTK. Buku ini dapat menjadi wahana berbagi pengalaman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik.

Interaksi antara LPTK dengan sekolah mitra dan antara dosen LPTK dengan para guru harus dikembangkan dengan optimal. Sebagai produsen calon guru, LPTK harus memahami kebutuhan penggunanya yaitu sekolah. Sebaliknya, sekolah sebagai pengguna juga harus aktif memberikan masukan apa yang dibutuhkan kepada produsen. Dosen LPTK tentu kaya teori tetapi biasanya kurang punya pengalaman praktik. Sebaliknya, guru pasti kaya dengan pengalaman praktik tetapi biasanya kurang dalam teori. Melalui interaksi tersebut, kedua pihak dapat bekerja sama yang saling menguntungkan dan bersinergi untuk menghasilkan pendidikan yang terbaik bagi anak bangsa.

Selamat kepada para dosen yang telah menuliskan pengalaman inovasinya dalam buku ini, selamat kepada USAID PRIORITAS dan LPTK yang telah sukses memfasilitasi pelaksanaan inovasi perkuliahan dan penulisan hasilnya.

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Prof. Intan Ahmad, Ph.D

Sambutan Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Page 3: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Guru merupakan salah satu faktor kunci dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memulai program Revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan revitalisasi itu diharapkan proses pembelajaran di LPTK berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan calon guru yang bermutu dan berdedikasi tinggi.

Atas nama Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, saya mengucapkan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang sejak tahun 2013 bekerja sama dengan 17 LPTK mitra dan 32 LPTK konsorsium melaksanakan program peningkatan kapasitas para dosen LPTK dalam melaksanakan pembelajaran dan sekaligus memperkuat jalinan kerjasama antara LPTK dengan sekolah mitra tempat mahasiswa calon guru melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Program ini perlu disinergikan dengan revitalisasi LPTK, sehingga hasilnya dapat optimal.

Saya juga menyambut baik penerbitan buku praktik yang baik dalam perkuliahan, yang ditulis oleh para dosen LPTK. Buku ini dapat menjadi wahana berbagi pengalaman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik.

Interaksi antara LPTK dengan sekolah mitra dan antara dosen LPTK dengan para guru harus dikembangkan dengan optimal. Sebagai produsen calon guru, LPTK harus memahami kebutuhan penggunanya yaitu sekolah. Sebaliknya, sekolah sebagai pengguna juga harus aktif memberikan masukan apa yang dibutuhkan kepada produsen. Dosen LPTK tentu kaya teori tetapi biasanya kurang punya pengalaman praktik. Sebaliknya, guru pasti kaya dengan pengalaman praktik tetapi biasanya kurang dalam teori. Melalui interaksi tersebut, kedua pihak dapat bekerja sama yang saling menguntungkan dan bersinergi untuk menghasilkan pendidikan yang terbaik bagi anak bangsa.

Selamat kepada para dosen yang telah menuliskan pengalaman inovasinya dalam buku ini, selamat kepada USAID PRIORITAS dan LPTK yang telah sukses memfasilitasi pelaksanaan inovasi perkuliahan dan penulisan hasilnya.

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Prof. Intan Ahmad, Ph.D

Sambutan Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Page 4: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tengah melaksanakan reformasi proses penyiapan calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (LPTK PTKIN). Lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah.

Sementara ini ada anggapan di masyarakat, jika kualitas guru menurun, maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik. Untuk itu program USAID PRIORITAS bekerja sama dengan LPTK PTKIN berupaya menghilangkan kesenjangan antara teori yang sering mendominasi pembelajaran di kampus dengan praktik di madrasah sehingga proses perkuliahan di kampus menjadi selaras dengan kebutuhan di madrasah.

Pengalaman para dosen LPTK PTKIN yang bermitra dengan USAID PRIORITAS dalam menerapkan perkuliahan dan pendampingan kepada madrasah telah memberi contoh yang baik dalam mempersiapkan calon guru madrasah yang profesional. Mahasiswa mendapat perkuliahan dengan pendekatan 'belajar aktif' yang relevan dengan pendidikan abad 21. Mereka terbiasa berpraktik memecahkan masalah, bekerja sama, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif dalam perkuliahan. Hal itu menjadi modal baik bagi mahasiswa untuk menjadi guru profesional.

Saya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih untuk penerbitan ‘Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah’. Buku ini dapat memperkaya referensi untuk para dosen LPTK PTKIN dalam menciptakan perkuliahan berkualitas bagi bagi calon-calon guru profesional di madrasah.

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin

Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Page 5: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tengah melaksanakan reformasi proses penyiapan calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (LPTK PTKIN). Lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah.

Sementara ini ada anggapan di masyarakat, jika kualitas guru menurun, maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik. Untuk itu program USAID PRIORITAS bekerja sama dengan LPTK PTKIN berupaya menghilangkan kesenjangan antara teori yang sering mendominasi pembelajaran di kampus dengan praktik di madrasah sehingga proses perkuliahan di kampus menjadi selaras dengan kebutuhan di madrasah.

Pengalaman para dosen LPTK PTKIN yang bermitra dengan USAID PRIORITAS dalam menerapkan perkuliahan dan pendampingan kepada madrasah telah memberi contoh yang baik dalam mempersiapkan calon guru madrasah yang profesional. Mahasiswa mendapat perkuliahan dengan pendekatan 'belajar aktif' yang relevan dengan pendidikan abad 21. Mereka terbiasa berpraktik memecahkan masalah, bekerja sama, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif dalam perkuliahan. Hal itu menjadi modal baik bagi mahasiswa untuk menjadi guru profesional.

Saya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih untuk penerbitan ‘Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah’. Buku ini dapat memperkaya referensi untuk para dosen LPTK PTKIN dalam menciptakan perkuliahan berkualitas bagi bagi calon-calon guru profesional di madrasah.

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin

Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Page 6: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai USAID (2012-2017), bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS bekerja sama dengan 17 LPTK dan 32 LPTK konsorsium di delapan provinsi mitra untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan.

Kegiatan utama yang dilaksanakan di antaranya: Memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah Melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bersama guru Membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan.

Selain itu, USAID PRIORITAS juga menyelenggarakan program kursus singkat selama dua bulan bagi para dosen LPTK ke Michigan State University (MSU) untuk belajar tentang penyiapan calon guru. Kemudian untuk mempersiapkan para mahasiswa calon guru mampu menumbuhkan minat dan kemampuan membaca siswa, USAID PRIORITAS juga melatih dan memberi hibah lebih dari 600 buku bacaan berjenjang untuk setiap LPTK dan sekolah mitra LPTK. Buku itu digunakan sebagai media dalam perkuliahan membaca terbimbing dan membaca bersama untuk siswa SD kelas awal.

Berbagai kemajuan yang dapat dilihat dalam perkuliahan di antaranya dosen telah menjadi model dan contoh yang baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang bervariasi yang menantang mereka untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Sekolah lab mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki pengalaman mengajar dengan pendekatan belajar aktif, menerapkan manajemen berbasis sekolah, dan mengembangkan budaya baca.

Untuk mencapai hal itu semua, USAID PRIORITAS bersama para dosen LPTK mengembangkan bahan-bahan referensi pelatihan. Berikut adalah daftar bahan-bahan referensi pelatihan tersebut: Buku Sumber untuk LPTK: (1) Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK; (2) Pembelajaran Literasi SD/MI

di LPTK; (3) Pembelajaran Matematika SD/MI di LPTK; (4) Pembelajaran IPA SD/MI di LPTK; (5) Pembelajaran Matematika SMP/MTs di LPTK; (6) Pembelajaran IPA SMP/MTs di LPTK; (7) Pembelajaran Literasi SMP/MTs di LPTK

Gambaran Program USAID PRIORITAS

Bahan Rujukan untuk LPTK: Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs - Modul I (PAKEM/Pembelajaran Kontekstual), Modul II (Pendekatan Saintifik dan Kurikulum 2013), dan Modul III (Keterampilan Informasi), serta Modul Manajemen Berbasis Sekolah I, II, dan III di SD/MI dan SMP/MTs

Modul Workshop Pendidikan Profesi Guru (PPG) Modul Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dan Materi Pengayaan: Materi pengayaan ini dibuat untuk Sekolah Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs.

Bahan-bahan tersebut telah dimanfaatkan para dosen LPTK baik dalam perkuliahan maupun diseminasi pelatihan kepada para dosen dan guru lainnya. Bahan-bahan ini terbuka untuk didiseminasikan sehingga memberi lebih banyak manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.

Pengalaman para dosen dan guru dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional.

viv Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)

Page 7: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai USAID (2012-2017), bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS bekerja sama dengan 17 LPTK dan 32 LPTK konsorsium di delapan provinsi mitra untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan.

Kegiatan utama yang dilaksanakan di antaranya: Memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah Melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bersama guru Membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan.

Selain itu, USAID PRIORITAS juga menyelenggarakan program kursus singkat selama dua bulan bagi para dosen LPTK ke Michigan State University (MSU) untuk belajar tentang penyiapan calon guru. Kemudian untuk mempersiapkan para mahasiswa calon guru mampu menumbuhkan minat dan kemampuan membaca siswa, USAID PRIORITAS juga melatih dan memberi hibah lebih dari 600 buku bacaan berjenjang untuk setiap LPTK dan sekolah mitra LPTK. Buku itu digunakan sebagai media dalam perkuliahan membaca terbimbing dan membaca bersama untuk siswa SD kelas awal.

Berbagai kemajuan yang dapat dilihat dalam perkuliahan di antaranya dosen telah menjadi model dan contoh yang baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang bervariasi yang menantang mereka untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Sekolah lab mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki pengalaman mengajar dengan pendekatan belajar aktif, menerapkan manajemen berbasis sekolah, dan mengembangkan budaya baca.

Untuk mencapai hal itu semua, USAID PRIORITAS bersama para dosen LPTK mengembangkan bahan-bahan referensi pelatihan. Berikut adalah daftar bahan-bahan referensi pelatihan tersebut: Buku Sumber untuk LPTK: (1) Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK; (2) Pembelajaran Literasi SD/MI

di LPTK; (3) Pembelajaran Matematika SD/MI di LPTK; (4) Pembelajaran IPA SD/MI di LPTK; (5) Pembelajaran Matematika SMP/MTs di LPTK; (6) Pembelajaran IPA SMP/MTs di LPTK; (7) Pembelajaran Literasi SMP/MTs di LPTK

Gambaran Program USAID PRIORITAS

Bahan Rujukan untuk LPTK: Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs - Modul I (PAKEM/Pembelajaran Kontekstual), Modul II (Pendekatan Saintifik dan Kurikulum 2013), dan Modul III (Keterampilan Informasi), serta Modul Manajemen Berbasis Sekolah I, II, dan III di SD/MI dan SMP/MTs

Modul Workshop Pendidikan Profesi Guru (PPG) Modul Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dan Materi Pengayaan: Materi pengayaan ini dibuat untuk Sekolah Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs.

Bahan-bahan tersebut telah dimanfaatkan para dosen LPTK baik dalam perkuliahan maupun diseminasi pelatihan kepada para dosen dan guru lainnya. Bahan-bahan ini terbuka untuk didiseminasikan sehingga memberi lebih banyak manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.

Pengalaman para dosen dan guru dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional.

viv Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)

Page 8: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

vii

DAFTAR ISI

PERKULIAHANILMU PENGETAHUAN ALAM

2 Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri

4 Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh

7 Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup

10 Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif

12 Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD

14 Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

16 Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan

18 Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan

20 Pameran Produk Mikrobiologi: Mikroorganisme Jadi Produk Makanan

22 Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli

24 Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2

vi

26 Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi

29 Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan

MATEMATIKA

32 Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika

34 Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi

37 Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya

40 Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...

42 Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang

44 Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan

46 Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI

48 Modeling Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP

LITERASI

50 Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)

52 Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca

55 Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca

56 Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa

59 Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa

60 Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif

62 Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal

66 Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik

68 Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna

71 Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook

74 Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf

BAHASA INGGRIS

76 Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa

78 Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas

untuk Belajar Bahasa Inggris

80 Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II

82 Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya

84 Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris

86 Pembuatah Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II

88 Belajar Klausa melalui Media Big Book

90 My Trip My Translation

PERKULIAHAN LAINNYA

92 Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran

94 Peta Konsep Skripsi: Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif

96 Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD

98 Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS

101 Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas

Page 9: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

vii

DAFTAR ISI

PERKULIAHANILMU PENGETAHUAN ALAM

2 Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri

4 Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh

7 Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup

10 Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif

12 Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD

14 Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

16 Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan

18 Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan

20 Pameran Produk Mikrobiologi: Mikroorganisme Jadi Produk Makanan

22 Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli

24 Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2

vi

26 Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi

29 Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan

MATEMATIKA

32 Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika

34 Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi

37 Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya

40 Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...

42 Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang

44 Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan

46 Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI

48 Modeling Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP

LITERASI

50 Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)

52 Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca

55 Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca

56 Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa

59 Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa

60 Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif

62 Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal

66 Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik

68 Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna

71 Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook

74 Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf

BAHASA INGGRIS

76 Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa

78 Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas

untuk Belajar Bahasa Inggris

80 Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II

82 Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya

84 Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris

86 Pembuatah Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II

88 Belajar Klausa melalui Media Big Book

90 My Trip My Translation

PERKULIAHAN LAINNYA

92 Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran

94 Peta Konsep Skripsi: Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif

96 Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD

98 Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS

101 Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas

Page 10: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

ixPraktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)viii

102 Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif

104 Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum

106 PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa

INTEGRASI LPTK - SEKOLAHPENDAMPINGAN LPTK KEPADA SEKOLAH MITRA

110 Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

112 Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil

114 Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika

116 Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

118 UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat

120 Buat Program Literasi Sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat

122 Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah

125 Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis

128 Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...

130 Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola

132 Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar

134 Menyulap Kelas Menjadi Pasar Buah

136 Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya

138 Bila Kuburan Bagai Pasar Malam

PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) MAHASISWA DI SEKOLAH MITRA LPTK

140 Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan

142 Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak

144 Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang

146 Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan

148 Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas

150 Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan

151 Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika

152 Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan

INISIATIF PRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK

156 Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru

158 Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah

160 Buat Pojok USAID PRIORITAS

161 Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah

162 Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu

164 Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal

166 Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah

Page 11: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

ixPraktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)viii

102 Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif

104 Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum

106 PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa

INTEGRASI LPTK - SEKOLAHPENDAMPINGAN LPTK KEPADA SEKOLAH MITRA

110 Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

112 Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil

114 Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika

116 Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

118 UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat

120 Buat Program Literasi Sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat

122 Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah

125 Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis

128 Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...

130 Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola

132 Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar

134 Menyulap Kelas Menjadi Pasar Buah

136 Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya

138 Bila Kuburan Bagai Pasar Malam

PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) MAHASISWA DI SEKOLAH MITRA LPTK

140 Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan

142 Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak

144 Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang

146 Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan

148 Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas

150 Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan

151 Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika

152 Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan

INISIATIF PRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK

156 Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru

158 Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah

160 Buat Pojok USAID PRIORITAS

161 Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah

162 Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu

164 Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal

166 Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah

Page 12: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

PERKULIAHANPRAKTIK YANG BAIK DALAM

Pelatihan USAID PRIORITAS yang menekankan kegiatan praktik, menginspirasi para dosen LPTK menerapkan

perkuliahan aktif yang berfokus pada mahasiswa. Perkuliahan aktif ini menjadi contoh dan model yang baik

bagi mahasiswa calon guru.

Petikan

Untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS, LPTK perlu melakukan diseminasi program USAID PRIORITAS di LPTK sendiri, mengintegrasikan ke dalam program studi dan kurikulum LPTK, dan perlu ada dukungan pemerintah untuk revitalisasi LPTK dan penguatan LPTK sebagai Service Provider agar metode, materi, jaringan, dan sumber daya yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS dapat ditindaklanjuti oleh LPTK.

Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom (Program USAID PRIORITAS akan Diperluas - Harian Andalas, 13 Januari 2016)

Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK

sehingga nanti benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Rochmat Wahab(USAID Latih Dosen Tingkatkan Kualitas Praktik Lapangan - ANTARA, 20 Juli 2016)

“”

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan insan-insan yang cerdas dan akhlak yang karim, oleh karenanya bersama USAID PRIORITAS, LPTK UIN Ar Raniry

berkomitmen mengawal tujuan pendidikan bersama dengan sekolah mitranya.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim (Rektor UIN Ar Raniry Bermain Koordinat Kartesius dengan Siswa -

www.aceh.tribunnews.com, 17 April 2015)

“”

Kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang lebih enjoy (menyenangkan), sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. Program USAID PRIORITAS juga disesuaikan dengan konteks lokal. Misal, pembelajaran literasi itu tidak menggunakan buku bacaan dari Amerika, namun kami sesuaikan dengan kekhasan lokal, seperti Sejarah Surabaya.

Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Abd A’la (Direktur USAID: Uinsa Cetak Guru Berkualitas Dunia - ANTARA, 7 Oktober 2016)

Page 13: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

PERKULIAHANPRAKTIK YANG BAIK DALAM

Pelatihan USAID PRIORITAS yang menekankan kegiatan praktik, menginspirasi para dosen LPTK menerapkan

perkuliahan aktif yang berfokus pada mahasiswa. Perkuliahan aktif ini menjadi contoh dan model yang baik

bagi mahasiswa calon guru.

Petikan

Untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS, LPTK perlu melakukan diseminasi program USAID PRIORITAS di LPTK sendiri, mengintegrasikan ke dalam program studi dan kurikulum LPTK, dan perlu ada dukungan pemerintah untuk revitalisasi LPTK dan penguatan LPTK sebagai Service Provider agar metode, materi, jaringan, dan sumber daya yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS dapat ditindaklanjuti oleh LPTK.

Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom (Program USAID PRIORITAS akan Diperluas - Harian Andalas, 13 Januari 2016)

Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK

sehingga nanti benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Rochmat Wahab(USAID Latih Dosen Tingkatkan Kualitas Praktik Lapangan - ANTARA, 20 Juli 2016)

“”

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan insan-insan yang cerdas dan akhlak yang karim, oleh karenanya bersama USAID PRIORITAS, LPTK UIN Ar Raniry

berkomitmen mengawal tujuan pendidikan bersama dengan sekolah mitranya.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim (Rektor UIN Ar Raniry Bermain Koordinat Kartesius dengan Siswa -

www.aceh.tribunnews.com, 17 April 2015)

“”

Kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang lebih enjoy (menyenangkan), sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. Program USAID PRIORITAS juga disesuaikan dengan konteks lokal. Misal, pembelajaran literasi itu tidak menggunakan buku bacaan dari Amerika, namun kami sesuaikan dengan kekhasan lokal, seperti Sejarah Surabaya.

Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Abd A’la (Direktur USAID: Uinsa Cetak Guru Berkualitas Dunia - ANTARA, 7 Oktober 2016)

Page 14: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)2

Universitas Negeri Surabaya - Pada pelajaran IPA di sekolah dasar (SD), siswa diharapkan mampu menje-laskan perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil. Tidak hanya dari tampilan fisik tumbuhannya saja, namun siswa juga diharapkan dapat menjelas-kan struktur sel monokotil dan dikotil.

Namun, karena keterbatasan alat dan kit IPA yang dimiliki oleh sekolah, pada umumnya siswa biasanya hanya membaca dan melihat saja bentuk dan struktur sel monokotil dan dikotil yang ada di buku. Akibatnya siswa kurang memahami tentang monokotil dan

dikotil secara detail. Mereka juga me-ngalami kesulitan untuk menggambar-kan struktur sel monokotil dan dikotil.

Berkaitan dengan hal di atas, seorang calon guru di SD diharapkan mampu berbuat sesuatu untuk membantu siswa-siswa SD memahami struktur sel monokotil dan dikotil lebih mudah. Untuk itu pada perkuliahan IPA di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNESA, yang diampu oleh Ibu Farida Istianah MPd, ia memandirikan mahasiswa Semester II dalam membuat preparat dan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel

tumbuhan monokotil dan dikotil.

“Dengan mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan bisa mandiri dengan membuat preparat sendiri berbahan tumbuhan monokotil dan dikotil. Sehingga nantinya saat mereka menjadi guru dan harus mengajar tentang materi perbedaan monokotil dan dikotil, mereka bisa membuat preparat sendiri dan bisa menjadi bahan pengamatan yang menarik untuk siswanya,” ungkapnya.

Kegiatan ini menurut Ibu Farida, terinspirasi dari Modul II Pelatihan

Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri

Mahasiswa sedang mengamati preparat hasil buatannya dengan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil.

Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Alam

Perkuliahan IPA 3

Ilmu Pengetahuan Alam

USAID PRIORITAS tentang Literasi Lintas Kurikulum IPA, dimana salah satu tujuan literasi lintas kurikulum IPA adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran IPA yang mem-butuhkan kemampuan literasi sains mahasiswa/siswa (mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mencatat dan menganalisis data, merumuskan kesim-pulan berdasarkan data, mengomuni-kasikan hasil percobaan).

Kegiatan awal, mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. Mahasiswa kemudian diminta mengidentifikasi masalah yang selama ini timbul di mana banyak sekolah yang sudah memiliki mikroskop namun tidak memiliki kit IPA atau preparat yang menunjukkan tentang struktur sel monokotil dan dikotil.

Selanjutnya Ibu Farida meminta setiap kelompok merumuskan hipotesis perbedaan struktur sel monokotil dan dikotil berdasarkan bahan bacaan yang sudah disiapkan, dilanjutkan dengan melakukan persiapan percobaan. Setiap kelompok membawa tumbuhan monokotil dan dikotil seperti rumput teki, daun jagung, bawang merah, daun tanaman padi, tanaman vernonia, dan akar tanaman jagung. Tumbuhan tersebut kemudian diiris dengan irisan paling tipis dan paling kecil dengan irisan melintang, diletakkan di kaca preparat, dan ditetesi dengan air. Lalu hasil irisan tadi diamati di mikroskop apakah sudah sesuai dengan struktur sel monokotil atau dikotil.

Menurut Ibu Farida, di sinilah tingkat kesulitan yang dialami oleh mahasiswa. Tebal tipisnya tumbuhan yang diiris dan bentuk irisannya menentukan hasilnya. “Apabila irisan tumbuhan terlalu tebal tidak akan terlihat struk-tur selnya. Apalagi apabila tumbuhan yang diletakkan di preparat tadi bercampur dengan gelembung udara dari air yang diteteskan,” terangnya. Beberapa kelompok harus mengulangi kegiatan karena belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Ike, salah seorang mahasiswa harus mengulang dua kali saat mengiris daun. “Paling susah mengiris daun melintang karena bagian daun tipis sekali sehingga saat diiris sering sobek,” ungkapnya.

Usai melakukan pengamatan dan berhasil menemukan perbedaan struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil, setiap kelompok mendokumentasikan dalam bentuk foto di kamera HP mereka masing-masing dan mulai menggambar di kertas. Selanjutnya, setiap kelompok melakukan presentasi hasil temuannya. Karena tumbuhan monokotil dan dikotil yang diamati oleh

mahasiswa beraneka ragam, maka penampakannya bisa bermacam-macam dan berwarna-warni. Inilah yang membuat hasil penelitian ini menjadi menarik. Yang penting menurut Ibu Farida, struktur selnya menggambarkan struktur sel monokotil atau dikotil.

Di akhir kegiatan, mahasiswa meru-muskan kesimpulan perbedaan struk-tur sel tumbuhan monokotil dan dikotil secara langsung melalui temuan mereka. Preparat buatan mahasiswa ini, tidak kalah dengan preparat kering buatan pabrik, meskipun preparat ini tidak bisa bertahan lama karena tumbuhan yang berada di preparat bisa membusuk. Melalui perkuliahan ini, mahasiswa akan bisa mengatasi kesulitan sekolah yang belum memiliki preparat kering saat mereka nanti jadi guru.

Mahasiswa memfoto hasil pengamatan melalui mikroskop dengan HP pintar dan juga menggambarnya.

Page 15: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)2

Universitas Negeri Surabaya - Pada pelajaran IPA di sekolah dasar (SD), siswa diharapkan mampu menje-laskan perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil. Tidak hanya dari tampilan fisik tumbuhannya saja, namun siswa juga diharapkan dapat menjelas-kan struktur sel monokotil dan dikotil.

Namun, karena keterbatasan alat dan kit IPA yang dimiliki oleh sekolah, pada umumnya siswa biasanya hanya membaca dan melihat saja bentuk dan struktur sel monokotil dan dikotil yang ada di buku. Akibatnya siswa kurang memahami tentang monokotil dan

dikotil secara detail. Mereka juga me-ngalami kesulitan untuk menggambar-kan struktur sel monokotil dan dikotil.

Berkaitan dengan hal di atas, seorang calon guru di SD diharapkan mampu berbuat sesuatu untuk membantu siswa-siswa SD memahami struktur sel monokotil dan dikotil lebih mudah. Untuk itu pada perkuliahan IPA di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNESA, yang diampu oleh Ibu Farida Istianah MPd, ia memandirikan mahasiswa Semester II dalam membuat preparat dan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel

tumbuhan monokotil dan dikotil.

“Dengan mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan bisa mandiri dengan membuat preparat sendiri berbahan tumbuhan monokotil dan dikotil. Sehingga nantinya saat mereka menjadi guru dan harus mengajar tentang materi perbedaan monokotil dan dikotil, mereka bisa membuat preparat sendiri dan bisa menjadi bahan pengamatan yang menarik untuk siswanya,” ungkapnya.

Kegiatan ini menurut Ibu Farida, terinspirasi dari Modul II Pelatihan

Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri

Mahasiswa sedang mengamati preparat hasil buatannya dengan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil.

Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Alam

Perkuliahan IPA 3

Ilmu Pengetahuan Alam

USAID PRIORITAS tentang Literasi Lintas Kurikulum IPA, dimana salah satu tujuan literasi lintas kurikulum IPA adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran IPA yang mem-butuhkan kemampuan literasi sains mahasiswa/siswa (mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mencatat dan menganalisis data, merumuskan kesim-pulan berdasarkan data, mengomuni-kasikan hasil percobaan).

Kegiatan awal, mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. Mahasiswa kemudian diminta mengidentifikasi masalah yang selama ini timbul di mana banyak sekolah yang sudah memiliki mikroskop namun tidak memiliki kit IPA atau preparat yang menunjukkan tentang struktur sel monokotil dan dikotil.

Selanjutnya Ibu Farida meminta setiap kelompok merumuskan hipotesis perbedaan struktur sel monokotil dan dikotil berdasarkan bahan bacaan yang sudah disiapkan, dilanjutkan dengan melakukan persiapan percobaan. Setiap kelompok membawa tumbuhan monokotil dan dikotil seperti rumput teki, daun jagung, bawang merah, daun tanaman padi, tanaman vernonia, dan akar tanaman jagung. Tumbuhan tersebut kemudian diiris dengan irisan paling tipis dan paling kecil dengan irisan melintang, diletakkan di kaca preparat, dan ditetesi dengan air. Lalu hasil irisan tadi diamati di mikroskop apakah sudah sesuai dengan struktur sel monokotil atau dikotil.

Menurut Ibu Farida, di sinilah tingkat kesulitan yang dialami oleh mahasiswa. Tebal tipisnya tumbuhan yang diiris dan bentuk irisannya menentukan hasilnya. “Apabila irisan tumbuhan terlalu tebal tidak akan terlihat struk-tur selnya. Apalagi apabila tumbuhan yang diletakkan di preparat tadi bercampur dengan gelembung udara dari air yang diteteskan,” terangnya. Beberapa kelompok harus mengulangi kegiatan karena belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Ike, salah seorang mahasiswa harus mengulang dua kali saat mengiris daun. “Paling susah mengiris daun melintang karena bagian daun tipis sekali sehingga saat diiris sering sobek,” ungkapnya.

Usai melakukan pengamatan dan berhasil menemukan perbedaan struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil, setiap kelompok mendokumentasikan dalam bentuk foto di kamera HP mereka masing-masing dan mulai menggambar di kertas. Selanjutnya, setiap kelompok melakukan presentasi hasil temuannya. Karena tumbuhan monokotil dan dikotil yang diamati oleh

mahasiswa beraneka ragam, maka penampakannya bisa bermacam-macam dan berwarna-warni. Inilah yang membuat hasil penelitian ini menjadi menarik. Yang penting menurut Ibu Farida, struktur selnya menggambarkan struktur sel monokotil atau dikotil.

Di akhir kegiatan, mahasiswa meru-muskan kesimpulan perbedaan struk-tur sel tumbuhan monokotil dan dikotil secara langsung melalui temuan mereka. Preparat buatan mahasiswa ini, tidak kalah dengan preparat kering buatan pabrik, meskipun preparat ini tidak bisa bertahan lama karena tumbuhan yang berada di preparat bisa membusuk. Melalui perkuliahan ini, mahasiswa akan bisa mengatasi kesulitan sekolah yang belum memiliki preparat kering saat mereka nanti jadi guru.

Mahasiswa memfoto hasil pengamatan melalui mikroskop dengan HP pintar dan juga menggambarnya.

Page 16: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Walisongo Semarang - Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat siswa menjadi mudah ingat dan memahami bentuk dan jenis-jenis daun dalam pembelajaran. Salah satunya dilakukan oleh Bapak Listyono MPd, Dosen IPA (Biologi) UIN Walisongo. Dalam sebuah perkuliahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) materi IPA untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pak Lis menggunakan analogi-analogi bagian tubuh manusia dan hewan untuk memahami bentuk tulang daun.

Kegiatan diawali dengan mengingatkan mahasiswa tentang tugas untuk

membawa berbagai jenis daun yang ada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Usai memastikan bahwa semua mahasiswa telah melakukan pesannya, Pak Lis lalu memulai kegiatan pemodelan dalam perkuliahan pagi itu.

“Baik, saya akan memulai perkuliahan dengan pemodelan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah kelas V. Saya jadi guru, kalian semua jadi muridnya. Kalian setuju?” kata Pak Lis yang baru saja mendapatkan materi pelatihan modul III USAID PRIORITAS tentang pendekatan pemodelan dalam perkuliahan. Mahasiswa mengiyakan

perkataan dosennya itu.

Setelah mendapatkan persetujuan dari mahasiswa, Pak Lis kemudian memberikan arahan, “Dalam dua menit bentuk kelompok beranggota-kan lima orang!,” sontak mahasiswa berpindah tempat untuk membentuk kelompok. Terbentuklah sebanyak enam kelompok.

Selanjutnya, dosen memandu siswa bersama-sama menyanyikan lagu 'naik naik ke puncak gunung' yang telah diubah syairnya.

Jalan-jalan di taman bunga 2xIndah indah sekali

Kiri kanan kulihat daun macam-macam warnanya…

Kiri kanan kulihat daun macam-macam bentuknya…

Setelah menyanyikan lagu, kemudian siswa diberikan pertanyaan tentang bagaimana bentuk daun. Semua jawa-ban ditampung sebagai pengetahuan awal. “Baik sekarang kalian identifikasi, diskusikan, dan kelompokkan jenis daun yang memiliki persamaan bentuk/wujud, warna maupun ciri yang lain,” pinta Pak Lis.

Tidak menunggu lama, setelah dua menit berlalu, Pak Lis memberikan pertanyaan tentang nama-nama dan bentuk daun. Suasana jadi ramai dan menyenangkan karena semua siswa ingin menjawab pertanyaan dengan menunjukkan daun untuk menjawab.

Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh

Pada kegiatan kerja kelompok, dosen lebih banyak mendampingi mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)4

“Daun nangka ini mirip bentuknya dengan daun jambu, kemudian bambu mirip dengan tebu,” kata Rahma. Guru mengiyakan semua jawaban siswa karena mereka mengelompokkan sesuai dengan bentuknya. Setelah semua jawaban terwa-dahi, dosen kemudian memberikan arahan langkah berikutnya dalam pembelajaran.

“Berikutnya, siapkan kertas dan pensil, lalu kalian blat masing-masing daun yang mirip tersebut. Setiap siswa harus mengerjakan satu daun,” instruksi Pak Lis. Kegiatan nge-blat (mengarsir kertas dengan pensil yang dibawahnya telah diletakkan/ditempelkan daun) dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu 5 menit. Mereka membagi diri dan masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Ada yang nge-blat daun nangka, sirih, bambu, singkong, dan ada pula yang daun tebu.

Lima menit berlalu, Pak Lis meminta dan menanyakan “Coba sekarang kalian cermati hasil arsiran kalian. Yang pertama dicermati daun nangka. Ada-kah bagian yang nampak dan menonjol pada gambar daun nangka?” tanya Pak Lis. Semua siswa mengangkat tangan dan menjawab, “Ada Pak!”.

“Selanjutnya coba kalian raba tangan kalian yang dekat pergelangan tangan. Rasakan apakah ada yang menonjol? Kalau ada, namanya apa bagian yang menonjol tersebut?” tanya dosen. “Ada Pak, namanya tulang,” kata Aulia Maharani mewakili teman-temannya.

Setelah menjawab, kemudian dosen

meminta siswa untuk mengamati bagian yang menonjol pada daun, sampai muncul jawaban bahwa yang menonjol bernama tulang daun. Setelah itu, dosen meminta untuk mengamati letak dari tulang daun tersebut. Beberapa jawaban telah disampaikan, namun Pak Lis menguat-kan jawaban yang mengatakan bahwa tulang daun terletak bersusun di kanan dan kiri.

Langkah selanjutnya adalah dosen membantu siswa untuk menemukan jembatan pemahaman antara nama tulang daun dan bentuk pada bagian tubuh manusia serta hewan. Pertama, dosen memandu siswa dengan gambar ikan yang memiliki sirip. Siswa dipandu untuk menemukan kesamaan antara sirip ikan dengan bentuk tulang daun nangka. Setelah mengamati daun nangka siswa menemukan bahwa ada semacam bentuk tulang daun yang menyirip seperti ikan.

“Baik karena bentuk daunnya mirip dengan sirip ikan, maka tulang daun tersebut bentuknya menyirip,” kata Pak Lis memberikan simpulan dan apresiasi kepada siswa yang menjawab.

Selanjutnya secara bertahap dosen memberikan pertanyaan yang merangsang mahasiswa berpikir. Pak Lis sengaja membuat pertanyaan yang langsung harus diberikan jawaban dengan cara berdiskusi singkat dengan teman kelompok. Berikut daftar pertanyaan dan jawaban yang didapatkan.

Setiap daun diarsir di kertas putih untuk dilihat bentuk tulangnya.

Perkuliahan IPA 5

Ilmu Pengetahuan Alam

1. Daun ketela

Bagaimana tulang daun ketela, apakah sama dengan tulang daun nangka, ilalang, dan sirih? Coba letakkan lima jarimu di atas gambar daun ketela.

Apakah mirip jari kita. Karena mirip dengan jari maka jawaban bentuk tulang daun adalah? (jawaban harapan : “menjari”)

2. Daun ilalang

Bagaimana tulang daun ilalang? Apakah sama dengan tulang daun

nangka

Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus

apa di kanan kiri? Garisnya berpotongan atau sejajar?

(jawaban harapan tulang daunnya sejajar)

Page 17: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Walisongo Semarang - Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat siswa menjadi mudah ingat dan memahami bentuk dan jenis-jenis daun dalam pembelajaran. Salah satunya dilakukan oleh Bapak Listyono MPd, Dosen IPA (Biologi) UIN Walisongo. Dalam sebuah perkuliahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) materi IPA untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pak Lis menggunakan analogi-analogi bagian tubuh manusia dan hewan untuk memahami bentuk tulang daun.

Kegiatan diawali dengan mengingatkan mahasiswa tentang tugas untuk

membawa berbagai jenis daun yang ada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Usai memastikan bahwa semua mahasiswa telah melakukan pesannya, Pak Lis lalu memulai kegiatan pemodelan dalam perkuliahan pagi itu.

“Baik, saya akan memulai perkuliahan dengan pemodelan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah kelas V. Saya jadi guru, kalian semua jadi muridnya. Kalian setuju?” kata Pak Lis yang baru saja mendapatkan materi pelatihan modul III USAID PRIORITAS tentang pendekatan pemodelan dalam perkuliahan. Mahasiswa mengiyakan

perkataan dosennya itu.

Setelah mendapatkan persetujuan dari mahasiswa, Pak Lis kemudian memberikan arahan, “Dalam dua menit bentuk kelompok beranggota-kan lima orang!,” sontak mahasiswa berpindah tempat untuk membentuk kelompok. Terbentuklah sebanyak enam kelompok.

Selanjutnya, dosen memandu siswa bersama-sama menyanyikan lagu 'naik naik ke puncak gunung' yang telah diubah syairnya.

Jalan-jalan di taman bunga 2xIndah indah sekali

Kiri kanan kulihat daun macam-macam warnanya…

Kiri kanan kulihat daun macam-macam bentuknya…

Setelah menyanyikan lagu, kemudian siswa diberikan pertanyaan tentang bagaimana bentuk daun. Semua jawa-ban ditampung sebagai pengetahuan awal. “Baik sekarang kalian identifikasi, diskusikan, dan kelompokkan jenis daun yang memiliki persamaan bentuk/wujud, warna maupun ciri yang lain,” pinta Pak Lis.

Tidak menunggu lama, setelah dua menit berlalu, Pak Lis memberikan pertanyaan tentang nama-nama dan bentuk daun. Suasana jadi ramai dan menyenangkan karena semua siswa ingin menjawab pertanyaan dengan menunjukkan daun untuk menjawab.

Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh

Pada kegiatan kerja kelompok, dosen lebih banyak mendampingi mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)4

“Daun nangka ini mirip bentuknya dengan daun jambu, kemudian bambu mirip dengan tebu,” kata Rahma. Guru mengiyakan semua jawaban siswa karena mereka mengelompokkan sesuai dengan bentuknya. Setelah semua jawaban terwa-dahi, dosen kemudian memberikan arahan langkah berikutnya dalam pembelajaran.

“Berikutnya, siapkan kertas dan pensil, lalu kalian blat masing-masing daun yang mirip tersebut. Setiap siswa harus mengerjakan satu daun,” instruksi Pak Lis. Kegiatan nge-blat (mengarsir kertas dengan pensil yang dibawahnya telah diletakkan/ditempelkan daun) dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu 5 menit. Mereka membagi diri dan masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Ada yang nge-blat daun nangka, sirih, bambu, singkong, dan ada pula yang daun tebu.

Lima menit berlalu, Pak Lis meminta dan menanyakan “Coba sekarang kalian cermati hasil arsiran kalian. Yang pertama dicermati daun nangka. Ada-kah bagian yang nampak dan menonjol pada gambar daun nangka?” tanya Pak Lis. Semua siswa mengangkat tangan dan menjawab, “Ada Pak!”.

“Selanjutnya coba kalian raba tangan kalian yang dekat pergelangan tangan. Rasakan apakah ada yang menonjol? Kalau ada, namanya apa bagian yang menonjol tersebut?” tanya dosen. “Ada Pak, namanya tulang,” kata Aulia Maharani mewakili teman-temannya.

Setelah menjawab, kemudian dosen

meminta siswa untuk mengamati bagian yang menonjol pada daun, sampai muncul jawaban bahwa yang menonjol bernama tulang daun. Setelah itu, dosen meminta untuk mengamati letak dari tulang daun tersebut. Beberapa jawaban telah disampaikan, namun Pak Lis menguat-kan jawaban yang mengatakan bahwa tulang daun terletak bersusun di kanan dan kiri.

Langkah selanjutnya adalah dosen membantu siswa untuk menemukan jembatan pemahaman antara nama tulang daun dan bentuk pada bagian tubuh manusia serta hewan. Pertama, dosen memandu siswa dengan gambar ikan yang memiliki sirip. Siswa dipandu untuk menemukan kesamaan antara sirip ikan dengan bentuk tulang daun nangka. Setelah mengamati daun nangka siswa menemukan bahwa ada semacam bentuk tulang daun yang menyirip seperti ikan.

“Baik karena bentuk daunnya mirip dengan sirip ikan, maka tulang daun tersebut bentuknya menyirip,” kata Pak Lis memberikan simpulan dan apresiasi kepada siswa yang menjawab.

Selanjutnya secara bertahap dosen memberikan pertanyaan yang merangsang mahasiswa berpikir. Pak Lis sengaja membuat pertanyaan yang langsung harus diberikan jawaban dengan cara berdiskusi singkat dengan teman kelompok. Berikut daftar pertanyaan dan jawaban yang didapatkan.

Setiap daun diarsir di kertas putih untuk dilihat bentuk tulangnya.

Perkuliahan IPA 5

Ilmu Pengetahuan Alam

1. Daun ketela

Bagaimana tulang daun ketela, apakah sama dengan tulang daun nangka, ilalang, dan sirih? Coba letakkan lima jarimu di atas gambar daun ketela.

Apakah mirip jari kita. Karena mirip dengan jari maka jawaban bentuk tulang daun adalah? (jawaban harapan : “menjari”)

2. Daun ilalang

Bagaimana tulang daun ilalang? Apakah sama dengan tulang daun

nangka

Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus

apa di kanan kiri? Garisnya berpotongan atau sejajar?

(jawaban harapan tulang daunnya sejajar)

Page 18: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

3. Daun sirih

Bagaimana tulang daun sirih apakah sama dengan tulang daun nangka dan ilalang?

Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus

ataukah melengkung?(jawaban harapan: tulang daunnya melengkung)

Penjelasan dan simpulan yang telah didapat dari identifikasi bentuk tulang daun kemudian digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lain yang ada di lingkungan sekitar. Secara mandiri, mahasiswa tampak aktif mencari jenis-jenis tumbuhan dengan melihat keluar lapangan dan menuliskan jawabannya pada kertas.

Pak Lis kemudian memberikan aba-aba bahwa waktu kerja individu selesai dan selanjutnya adalah tugas kelompok. Tugas mereka adalah berdiskusi dalam kelompok dan memasukkan nama-nama daun yang memiliki ciri-ciri sejenis dengan bentuk tulang daun ke dalam lembar kerja dan kertas plano bekas yang telah mereka bawa. Identifikasi tersebut dikelompokkan dalam bentuk daun menjari, menyirip, sejajar, maupun melengkung. Siswa juga memotong-motong hasil arsiran tulang daun untuk ditempelkan pada kertas plano yang telah dibuat.

Selang 10 menit berlalu, akhirnya dosen meminta siswa untuk melaku-kan presentasi. Secara bergantian

empat dari enam kelompok tersebut presentasi. Masing-masing kelompok secara bergantian menanggapi dan memberikan masukan pada kelompok yang telah presentasi. Akhirnya presentasi kelompok ditutup dengan permintaan dari dosen untuk memasukkan nama-nama daun dari kelompok lain dalam daftar yang telah mereka buat.

Kegiatan modeling tersebut ditutup dengan simpulan tentang kelompok-kelompok daun dan macam-macam daun. Setelah itu mahasiswa diminta menuliskan refleksi dengan dua pertanyaan, (1) sudah belajar apa kalian hari ini? dan (2) dengan bentuk tulang daun yang berbeda, tuliskan manfaatnya untuk kehidupan kita sehari-hari.

Selesai modeling, mahasiswa diberi tugas untuk mencermati langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut. Baik itu pembuka, kegiatan inti, penu-tup, maupun refleksi. Usai berdiskusi, mereka kemudian merancang sebuah skenario pembelajaran dengan meng-gunakan contoh pemodelan yang telah dilakukan untuk kemudian disimulasikan dalam pertemuan selanjutnya.

Mahasiswa menyimulasikan pembelajaran bentuk tulang daun.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)6 Perkuliahan IPA 7

Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh Prof Dr Patta Bundu Dosen Universitas Negeri Makassar

Materi klasifikasi makhluk hidup adalah bagian dari topik keaneragaman makhluk hidup pada mata kuliah Konsep Dasar IPA. Kita semua sudah faham bahwa klasifikasi makhluk hidup bertujuan menyederhanakan cara pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam didasarkan pada persamaan serta perbedaan ciri-ciri yang dimiliki.

Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri dikelompokkan dalam satu kelompok yang ditata menurut tingkatan tertentu berdasarkan banyak sedikitnya persamaan yang dimiliki. Mungkin sudah tidak ada masalah bagi dosen dalam mengajarkan materi ini, tetapi dari pengalaman dari tahun ke tahun, apalagi setelah terlibat sebagai fasilitator USAID PRIORITAS, ada

Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup

beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan bahan berbagi untuk teman dosen dalam mengajarkan materi klasifikasi makhluk hidup. Skenario pembelajaran yang saya lakukan sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembela-jaran dengan cara dikotom atau klasifikasi biner. Diharapkan mahasiswa dapa mengklasifikasi makhluk hidup secara dikotom

Kelompok: ............ Kelompok: ............

Prof Patta Bundu dan mahasiswanya menunjukkan laporan hasil klasifikasi dikotonom mahkluk hidup.

dan membuat Kunci Diterminasi.

2. Sebelum melakukan kegiatan, saya antar mahasiswa untuk memasuki pembelajaran dengan kegiatan sederhana yakni mengelompokkan berbagai bentuk bidang datar menjadi dua kelompok, sebagai berikut:

Ternyata hampir semua mahasiswa mengalami kegagalan untuk

Page 19: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

3. Daun sirih

Bagaimana tulang daun sirih apakah sama dengan tulang daun nangka dan ilalang?

Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus

ataukah melengkung?(jawaban harapan: tulang daunnya melengkung)

Penjelasan dan simpulan yang telah didapat dari identifikasi bentuk tulang daun kemudian digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lain yang ada di lingkungan sekitar. Secara mandiri, mahasiswa tampak aktif mencari jenis-jenis tumbuhan dengan melihat keluar lapangan dan menuliskan jawabannya pada kertas.

Pak Lis kemudian memberikan aba-aba bahwa waktu kerja individu selesai dan selanjutnya adalah tugas kelompok. Tugas mereka adalah berdiskusi dalam kelompok dan memasukkan nama-nama daun yang memiliki ciri-ciri sejenis dengan bentuk tulang daun ke dalam lembar kerja dan kertas plano bekas yang telah mereka bawa. Identifikasi tersebut dikelompokkan dalam bentuk daun menjari, menyirip, sejajar, maupun melengkung. Siswa juga memotong-motong hasil arsiran tulang daun untuk ditempelkan pada kertas plano yang telah dibuat.

Selang 10 menit berlalu, akhirnya dosen meminta siswa untuk melaku-kan presentasi. Secara bergantian

empat dari enam kelompok tersebut presentasi. Masing-masing kelompok secara bergantian menanggapi dan memberikan masukan pada kelompok yang telah presentasi. Akhirnya presentasi kelompok ditutup dengan permintaan dari dosen untuk memasukkan nama-nama daun dari kelompok lain dalam daftar yang telah mereka buat.

Kegiatan modeling tersebut ditutup dengan simpulan tentang kelompok-kelompok daun dan macam-macam daun. Setelah itu mahasiswa diminta menuliskan refleksi dengan dua pertanyaan, (1) sudah belajar apa kalian hari ini? dan (2) dengan bentuk tulang daun yang berbeda, tuliskan manfaatnya untuk kehidupan kita sehari-hari.

Selesai modeling, mahasiswa diberi tugas untuk mencermati langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut. Baik itu pembuka, kegiatan inti, penu-tup, maupun refleksi. Usai berdiskusi, mereka kemudian merancang sebuah skenario pembelajaran dengan meng-gunakan contoh pemodelan yang telah dilakukan untuk kemudian disimulasikan dalam pertemuan selanjutnya.

Mahasiswa menyimulasikan pembelajaran bentuk tulang daun.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)6 Perkuliahan IPA 7

Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh Prof Dr Patta Bundu Dosen Universitas Negeri Makassar

Materi klasifikasi makhluk hidup adalah bagian dari topik keaneragaman makhluk hidup pada mata kuliah Konsep Dasar IPA. Kita semua sudah faham bahwa klasifikasi makhluk hidup bertujuan menyederhanakan cara pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam didasarkan pada persamaan serta perbedaan ciri-ciri yang dimiliki.

Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri dikelompokkan dalam satu kelompok yang ditata menurut tingkatan tertentu berdasarkan banyak sedikitnya persamaan yang dimiliki. Mungkin sudah tidak ada masalah bagi dosen dalam mengajarkan materi ini, tetapi dari pengalaman dari tahun ke tahun, apalagi setelah terlibat sebagai fasilitator USAID PRIORITAS, ada

Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup

beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan bahan berbagi untuk teman dosen dalam mengajarkan materi klasifikasi makhluk hidup. Skenario pembelajaran yang saya lakukan sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembela-jaran dengan cara dikotom atau klasifikasi biner. Diharapkan mahasiswa dapa mengklasifikasi makhluk hidup secara dikotom

Kelompok: ............ Kelompok: ............

Prof Patta Bundu dan mahasiswanya menunjukkan laporan hasil klasifikasi dikotonom mahkluk hidup.

dan membuat Kunci Diterminasi.

2. Sebelum melakukan kegiatan, saya antar mahasiswa untuk memasuki pembelajaran dengan kegiatan sederhana yakni mengelompokkan berbagai bentuk bidang datar menjadi dua kelompok, sebagai berikut:

Ternyata hampir semua mahasiswa mengalami kegagalan untuk

Page 20: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)8

mengelompokkan bentuk-bentuk gambar bangun ruang tersebut, karena jika hanya dibagi dua kelompok seperti biasa pasti ada bentuk yang tidak terakomodasi. Yang paling mendekati mereka membagi antara kelompok persegi dengan lingkaran (tapi bagaimana dengan yang “bulat panjang”). Padahal, kuncinya adalah dengan menggunakan kata TIDAK atau BUKAN, karena dengan cara ini pasti kelompok terbagi dua. Hasilnya pun bisa beraneka ragam tetapi semuanya bisa diterima sebagai kebenaran. Misalnya, dikelompokkan menjadi “segi empat” dan “bukan segi empat”, hasilnya pasti terbagi dua kelompok.

Mahasiswa juga mendapatkan “konsep baru” dalam pembagian yang mungkin tidak disadari selama ini bahwa dibagi dua tidak selamanya sama banyak. Pada contoh tadi, enam dibagi dua kelompok, bisa saja: 3 dengan 3, 4 dengan 2, dan 5 dengan 1.

3. Setelah semua kelompok memahami betul maksud klasifikasi dikotom, maka setiap kelompok saya tugaskan mengambil sendiri 10 jenis tumbuhan (sebaiknya utuh akar, batang, daun, bunga jika ada) di halaman sekolah. Salah satu contoh tumbuhan yang diambil oleh satu kelompok dapat dilihat pada gambar 1.

4. Masuk kembali ke dalam kelas lalu mulai membuat klasifikasi tumbu-han yang diambil secara dikotom dengan memperhatikan ciri-ciri

yang dimiliki setiap tumbuhan, menggunakan LK yang tersedia. Pola klasifikasi sangat bervariasi bahkan jenis tumbuhan yang sama bisa mempunyai posisi yang berbeda pada setiap kelompok. Contoh klasifikasi dikotom yang dihasilkan dari salah satu kelom-pok (lanjutan dari data di atas) dapat dilihat pada gambar 2.

Selanjutnya, berdasarkan pola klasifikasi yang dibuat dapat diformulasi Kunci Determinasi setiap tumbuhan yang sudah diklasifikasi. Seperti pada contoh tadi:

1. Jambu Air: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras;

tidak bergetah; daun tidak bertangkai

2. Keladi hias: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun tidak berduri

3. Lidah Buaya: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun berduri

4. Katuk: berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang keras; tidak bergetah; daun bertangkai

5. Bayam merah: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun tidak bergerigi

6. Semangka: Tidak berakar tunggang; daun menjari

Gambar 1. Beberapa Tumbuhan yang Diambil Salah Satu Kelompok

Perkuliahan IPA 9

7. Asam: Berakar tunggang; daun majemuk; batang tidak berduri

8. Miana: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun bergerigi.

9. Gendong Anak: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras; batang bergetah.

10. Putri Malu: Berakar tunggang; daun majemuk; batang berduri

Ada beberapa keunggulan aktivitas ini antara lain: Pertama, siswa sangat leluasa untuk menentukan pola

klasifikasinya, bergantung pada kecermatan mengamati perbedaan dan persamaan yang dimiliki oleh tumbuhan yang diklasifikasi. Kedua, siswa dapat menghargai hasil kerja temannya karena meskipun berbeda ada kemungkinan keduanya benar. Ketiga, siswa akan terbiasa melaporkan apa yang diamati bukan apa yang dipikirkan meskipun sebenarnya yang diketahui itu benar.

Contoh: meskipun siswa tahu “tomat berbuah” tapi karena yang diamati tidak ada buahnya, maka pola

klasifikasinya tidak boleh “berbuah” versus “tidak berbuah”.

Kelemahannya adalah kunci determinasi ada yang terlalu panjang (banyak ciri yang diungkap) dan ada yang terlalu pendek (sangat sedikit ciri tumbuhan yang diungkapkan). Berlatihlah dengan praktik-praktik yang baik di sekolah sehingga mengajar (guru) bukan sekadar pekerjaan anda, tetapi sebagai profesi anda.

Gambar 2. Klasifikasi Dikotom yang Dibuat oleh Salah Satu Kelompok

Kode Tumbuhan1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Daun Tidak Majemuk1,4,5,8,9

Daun Majemuk7,10

Batang Berduri 10

Tidak Berduri 7

Akar Tunggang1,4,5,7,8,9,10

Tidak Akar Tunggang2,3,6

Tulang Daun Menjari6

Tidak Menjari2,3

Batang Keras1,4,9

Batang Tidak Keras5,8

Batang Tidak Bergetah1,4

Batang Bergetah9

Daun Bertangkai4

Tidak Bertangkai1

Tepi Daun Bergerigi8

Tidak Bergerigi5

Tepi Daun Berduri3

Tidak Berduri2

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 21: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)8

mengelompokkan bentuk-bentuk gambar bangun ruang tersebut, karena jika hanya dibagi dua kelompok seperti biasa pasti ada bentuk yang tidak terakomodasi. Yang paling mendekati mereka membagi antara kelompok persegi dengan lingkaran (tapi bagaimana dengan yang “bulat panjang”). Padahal, kuncinya adalah dengan menggunakan kata TIDAK atau BUKAN, karena dengan cara ini pasti kelompok terbagi dua. Hasilnya pun bisa beraneka ragam tetapi semuanya bisa diterima sebagai kebenaran. Misalnya, dikelompokkan menjadi “segi empat” dan “bukan segi empat”, hasilnya pasti terbagi dua kelompok.

Mahasiswa juga mendapatkan “konsep baru” dalam pembagian yang mungkin tidak disadari selama ini bahwa dibagi dua tidak selamanya sama banyak. Pada contoh tadi, enam dibagi dua kelompok, bisa saja: 3 dengan 3, 4 dengan 2, dan 5 dengan 1.

3. Setelah semua kelompok memahami betul maksud klasifikasi dikotom, maka setiap kelompok saya tugaskan mengambil sendiri 10 jenis tumbuhan (sebaiknya utuh akar, batang, daun, bunga jika ada) di halaman sekolah. Salah satu contoh tumbuhan yang diambil oleh satu kelompok dapat dilihat pada gambar 1.

4. Masuk kembali ke dalam kelas lalu mulai membuat klasifikasi tumbu-han yang diambil secara dikotom dengan memperhatikan ciri-ciri

yang dimiliki setiap tumbuhan, menggunakan LK yang tersedia. Pola klasifikasi sangat bervariasi bahkan jenis tumbuhan yang sama bisa mempunyai posisi yang berbeda pada setiap kelompok. Contoh klasifikasi dikotom yang dihasilkan dari salah satu kelom-pok (lanjutan dari data di atas) dapat dilihat pada gambar 2.

Selanjutnya, berdasarkan pola klasifikasi yang dibuat dapat diformulasi Kunci Determinasi setiap tumbuhan yang sudah diklasifikasi. Seperti pada contoh tadi:

1. Jambu Air: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras;

tidak bergetah; daun tidak bertangkai

2. Keladi hias: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun tidak berduri

3. Lidah Buaya: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun berduri

4. Katuk: berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang keras; tidak bergetah; daun bertangkai

5. Bayam merah: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun tidak bergerigi

6. Semangka: Tidak berakar tunggang; daun menjari

Gambar 1. Beberapa Tumbuhan yang Diambil Salah Satu Kelompok

Perkuliahan IPA 9

7. Asam: Berakar tunggang; daun majemuk; batang tidak berduri

8. Miana: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun bergerigi.

9. Gendong Anak: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras; batang bergetah.

10. Putri Malu: Berakar tunggang; daun majemuk; batang berduri

Ada beberapa keunggulan aktivitas ini antara lain: Pertama, siswa sangat leluasa untuk menentukan pola

klasifikasinya, bergantung pada kecermatan mengamati perbedaan dan persamaan yang dimiliki oleh tumbuhan yang diklasifikasi. Kedua, siswa dapat menghargai hasil kerja temannya karena meskipun berbeda ada kemungkinan keduanya benar. Ketiga, siswa akan terbiasa melaporkan apa yang diamati bukan apa yang dipikirkan meskipun sebenarnya yang diketahui itu benar.

Contoh: meskipun siswa tahu “tomat berbuah” tapi karena yang diamati tidak ada buahnya, maka pola

klasifikasinya tidak boleh “berbuah” versus “tidak berbuah”.

Kelemahannya adalah kunci determinasi ada yang terlalu panjang (banyak ciri yang diungkap) dan ada yang terlalu pendek (sangat sedikit ciri tumbuhan yang diungkapkan). Berlatihlah dengan praktik-praktik yang baik di sekolah sehingga mengajar (guru) bukan sekadar pekerjaan anda, tetapi sebagai profesi anda.

Gambar 2. Klasifikasi Dikotom yang Dibuat oleh Salah Satu Kelompok

Kode Tumbuhan1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Daun Tidak Majemuk1,4,5,8,9

Daun Majemuk7,10

Batang Berduri 10

Tidak Berduri 7

Akar Tunggang1,4,5,7,8,9,10

Tidak Akar Tunggang2,3,6

Tulang Daun Menjari6

Tidak Menjari2,3

Batang Keras1,4,9

Batang Tidak Keras5,8

Batang Tidak Bergetah1,4

Batang Bergetah9

Daun Bertangkai4

Tidak Bertangkai1

Tepi Daun Bergerigi8

Tidak Bergerigi5

Tepi Daun Berduri3

Tidak Berduri2

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 22: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)10

Oleh Pipit Marianingsih MSi Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Morfologi tumbuhan adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester II di Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP-UNTIRTA. Pada mata kuliah tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan struktur organ-organ tumbuhan, seperti daun, batang, dan akar, sebagai dasar pengklasifikasian

tumbuhan. Selasa, 1 Maret 2016, dilakukan perkuliahan untuk mengi-dentifikasi dan mendeskripsikan ciri-ciri daun tumbuhan berbiji terbuka, atau lebih dikenal dengan sebutan Gymnospermae, khususnya tanaman pinus dan cemara.

Pembelajaran di mata kuliah morfologi tumbuhan dilakukan dengan cara diskusi dan praktik di dalam kelas. Praktikum di dalam kelas menjadi pilihan yang efisien pada saat praktik

di habitat asli tanaman tidak dapat dilakukan, serta adanya kendala keter-batasan ruang laboratorium. Dengan praktikum di dalam kelas, pembela-jaran lebih efisien dari segi waktu dan tetap memberikan pengalaman langsung pada mahasiswa dengan cara membawa sampel tumbuhan yang diperlukan ke dalam kelas.

Hari itu, mahasiswa telah siap dengan membawa beberapa sampel daun yang mereka angggap dari tanaman pinus

Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif

Mahasiswa sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.

Perkuliahan IPA 11

dan cemara. Hal menarik terjadi di dalam kelas, karena hampir seluruh mahasiswa tidak tepat membawa daun pinus, padahal mereka yakin bahwa yang mereka bawa adalah daun pinus. Mereka mengatakan sebelumnya pernah belajar mengenal pinus dan cemara, hanya saja pembelajaran yang dilakukan hanya dengan membaca dan melihat gambar-gambar yang ada di buku, dan belum berpengalaman langsung melihat daun pinus dan cemara.

Dengan cara demikian, mahasiswa mengenal pinus dan cemara berdasar asumsi yang didapatkan dari gambar, belum sampai membuktikan dengan melihat sampel tanaman secara langsung, sehingga pemahaman mereka pun belum utuh.

Saat perkuliahan berlangsung, mahasis-wa mengamati bentuk dan ciri-ciri yang ada di sampel daun, menyajikan data dalam bentuk tabel deskripsi ciri, serta menggambar daun yang diamati. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk saling meyakinkan atau menambah informasi deskripsi ciri yang sudah dibuat oleh masing-masing mahasiswa dalam kelompok.

Kemudian, mereka diarahkan untuk menarik kesimpulan jenis sampel daun yang dibawa (pinus atau cemara) melalui perbandingan ciri yang sudah dibuat dengan ciri-ciri tanaman pinus atau cemara yang ada di literatur. Berdasarkan pengalaman perkuliahan

hari itu, mahasiswa merasa lebih yakin dalam mengenali dan membedakan daun bentuk jarum yang merupakan ciri khas daun pinus, serta daun berbentuk sisik yang merupakan ciri khas daun cemara. Mereka menyatakan dengan melihat objek yang dipelajari secara langsung lebih mudah untuk mengingat dan memahami materi yang dipelajarinya.

Perkuliahan dengan pengalaman langsung seperti di atas dapat memudahkan mahasiswa memahami materi atau topik yang dipelajarinya. Berdasarkan curah pendapat mahasiswa, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas dalam mempelajari keanekaragaman dan morfologi tanaman adalah selain tidak dihadirkannya objek juga contoh tanaman yang dipaparkan hanya berpatokan pada contoh-contoh di buku yang seringkali tidak mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka.

Jadi, untuk masa yang akan datang, akan lebih banyak dihadirkan objek-objek tanaman yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa atau kampus dalam perkuliahan morfologi tumbuhan.

Setiap mahasiswa mengamati daun cemara dan pinus.

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 23: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)10

Oleh Pipit Marianingsih MSi Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Morfologi tumbuhan adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester II di Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP-UNTIRTA. Pada mata kuliah tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan struktur organ-organ tumbuhan, seperti daun, batang, dan akar, sebagai dasar pengklasifikasian

tumbuhan. Selasa, 1 Maret 2016, dilakukan perkuliahan untuk mengi-dentifikasi dan mendeskripsikan ciri-ciri daun tumbuhan berbiji terbuka, atau lebih dikenal dengan sebutan Gymnospermae, khususnya tanaman pinus dan cemara.

Pembelajaran di mata kuliah morfologi tumbuhan dilakukan dengan cara diskusi dan praktik di dalam kelas. Praktikum di dalam kelas menjadi pilihan yang efisien pada saat praktik

di habitat asli tanaman tidak dapat dilakukan, serta adanya kendala keter-batasan ruang laboratorium. Dengan praktikum di dalam kelas, pembela-jaran lebih efisien dari segi waktu dan tetap memberikan pengalaman langsung pada mahasiswa dengan cara membawa sampel tumbuhan yang diperlukan ke dalam kelas.

Hari itu, mahasiswa telah siap dengan membawa beberapa sampel daun yang mereka angggap dari tanaman pinus

Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif

Mahasiswa sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.

Perkuliahan IPA 11

dan cemara. Hal menarik terjadi di dalam kelas, karena hampir seluruh mahasiswa tidak tepat membawa daun pinus, padahal mereka yakin bahwa yang mereka bawa adalah daun pinus. Mereka mengatakan sebelumnya pernah belajar mengenal pinus dan cemara, hanya saja pembelajaran yang dilakukan hanya dengan membaca dan melihat gambar-gambar yang ada di buku, dan belum berpengalaman langsung melihat daun pinus dan cemara.

Dengan cara demikian, mahasiswa mengenal pinus dan cemara berdasar asumsi yang didapatkan dari gambar, belum sampai membuktikan dengan melihat sampel tanaman secara langsung, sehingga pemahaman mereka pun belum utuh.

Saat perkuliahan berlangsung, mahasis-wa mengamati bentuk dan ciri-ciri yang ada di sampel daun, menyajikan data dalam bentuk tabel deskripsi ciri, serta menggambar daun yang diamati. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk saling meyakinkan atau menambah informasi deskripsi ciri yang sudah dibuat oleh masing-masing mahasiswa dalam kelompok.

Kemudian, mereka diarahkan untuk menarik kesimpulan jenis sampel daun yang dibawa (pinus atau cemara) melalui perbandingan ciri yang sudah dibuat dengan ciri-ciri tanaman pinus atau cemara yang ada di literatur. Berdasarkan pengalaman perkuliahan

hari itu, mahasiswa merasa lebih yakin dalam mengenali dan membedakan daun bentuk jarum yang merupakan ciri khas daun pinus, serta daun berbentuk sisik yang merupakan ciri khas daun cemara. Mereka menyatakan dengan melihat objek yang dipelajari secara langsung lebih mudah untuk mengingat dan memahami materi yang dipelajarinya.

Perkuliahan dengan pengalaman langsung seperti di atas dapat memudahkan mahasiswa memahami materi atau topik yang dipelajarinya. Berdasarkan curah pendapat mahasiswa, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas dalam mempelajari keanekaragaman dan morfologi tanaman adalah selain tidak dihadirkannya objek juga contoh tanaman yang dipaparkan hanya berpatokan pada contoh-contoh di buku yang seringkali tidak mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka.

Jadi, untuk masa yang akan datang, akan lebih banyak dihadirkan objek-objek tanaman yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa atau kampus dalam perkuliahan morfologi tumbuhan.

Setiap mahasiswa mengamati daun cemara dan pinus.

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 24: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD

adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL). PBL adalah pembelajaran dengan

proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.

Proyek yang dilakukan mahasiswa

Oleh Woro Sri Hastuti MPd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya

Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)12

dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.

Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.

Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan mengenai permasalahan aktual brainstorming yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.

Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.

Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan,

membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.

Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan.

Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain. Produk tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang ditemukan mahasiswa di lapangan.

Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.

Pamerkan Hasil Karya

Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada

Perkuliahan IPA 13

Ilmu Pengetahuan Alam

masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.

Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.

Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.

Media respirasi tumbuhan buatan mahasiswa banyak menarik perhatian guru-guru SD.

Page 25: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD

adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL). PBL adalah pembelajaran dengan

proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.

Proyek yang dilakukan mahasiswa

Oleh Woro Sri Hastuti MPd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya

Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)12

dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.

Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.

Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan mengenai permasalahan aktual brainstorming yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.

Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.

Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan,

membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.

Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan.

Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain. Produk tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang ditemukan mahasiswa di lapangan.

Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.

Pamerkan Hasil Karya

Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada

Perkuliahan IPA 13

Ilmu Pengetahuan Alam

masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.

Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.

Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.

Media respirasi tumbuhan buatan mahasiswa banyak menarik perhatian guru-guru SD.

Page 26: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

atau disingkat lCARE.

Kegiatan introduction dimulai dengan dosen menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar langkah kegiatan. Pada kegiatan connection mahasiwa mengkaji kompetensi dasar (KD) SMP kelas VIII, mata pelajaran IPA tentang KD 3.10 memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari, serta KD 4.10 tentang melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran,

Universitas Negeri Yogyakarta - “Sekarang kita akan melakukan pemodelan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Kalian sebagai siswa, dan saya sebagai gurunya,” kata Bapak Sabar Nurohman MSi, dosen FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengawali perkuliahan pada mahasiswa semester V.

Kegiatan perkuliahan menggunakan alur introduction (pendahuluan), connection (menghubungkan), application (menerapkan), reflection (merefleksi), dan extention (penguatan)

Pembelajaran SMP dalam Perkuliahan IPA

Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

gelombang, dan bunyi.

Mahasiswa diminta menganalisis cara menyajikan materi KD tersebut di dalam kelas. “Dalam materi getaran kemampuan yang diharapkan adalah memahami dan mencoba, dan untuk materi sistem sonar siswa diharapkan menerapkan,” kata Tyas menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain menyampaikan kemampuan yang dapat dilakukan adalah mengamati, melakukan, dan menganalisis.

Kegiatan selanjutnya application, Pak Sabar melakukan pemodelan sebagai guru SMP dan mahasiswanya menjadi siswa. Dia akan mengajar konsep gelombang sebagai getaran yang merambat, gelombang transversal, dan gelombang longitudinal.

Pemodelan dilakukan dengan mende-montrasikan gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky. “Khasfi tolong bantu saya memegang slinky ini. Saya akan mencoba meme-ragakannya. Semua siswa maju ke depan untuk memerhatikan percobaan ini,” pinta dosen yang memeragakan guru ini.

Pak Sabar menjelaskan dengan mengayun-ayunkan slinky sehingga membentuk gelombang. “Kenapa ayunan tersebut disebut sebagai sebuah getaran atau gelombang,” tanyanya.

“Menurut saya itu sudah termasuk gelombang. Karena, gerak bolak-baliknya sudah merambat dari satu

Dosen sedang mendampingi kelompok mahasiswa menguji gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)14

ujung ke ujung satunya,” jawab Astrid.

Berikutnya adalah guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan pada sebuah percobaan di kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan satu paket slinky dan lembar kerja.

Berikut lembar kerja yang digunakan:

Membedakan Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

Secara berkelompok lakukanlah kegiatan sebagai berikut:

1. Getarkan slinky ke kanan-kiri secara berulang di atas lantai keramik.

2. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

3. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

4. Getarkan slinky maju-mundur secara berulang di atas lantai keramik.

5. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

6. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

Setelah siswa dalam masing-masing kelompok mengisi pertanyaan satu sampai enam, Pak Sabar membagikan bahan bacaan tambahan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Setelah itu maha-siswa menjawab soal lanjutan pada nomor 7 sampai dengan 10.

7. Bandingkan arah getar dan arah rambat getaran.

8. Apakah pola gerakan slinky pada kedua kegiatan termasuk dalam kategori gelombang? Mengapa? (Pelajari informasi pada bahan bacaan)

9. Berdasarkan informasi (dalam bahan bacaan), pola gelombang mana yang merupakan gelombang transversal? Mengapa?

10. Berdasarkan informasi dalam bahan bacaan, pola gelombang mana yang merupakan gelombang longitudinal? Mengapa?

Setelah selesai melakukan percobaan. Sabar meminta siswa untuk menyam-paikan hasil diskusinya. “Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya. Itu kami lakukan pada percobaan yang pertama,” jawab Khasfi mewakili kelompoknya. “Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getarannya,” tambah Evi dari kelompok lain.

Mereka selanjutnya mendiskusikan kemampuan apa saja yang sudah dan belum tercapai dari pemodelan tersebut. Ternyata, kemampuan yang belum tersaji dalam pemodelan adalah kemampuan untuk menerapkan getaran. Contohnya, terkait dengan bunyi adalah sebuah gelombang. Namun bagaimana menjelaskan bahwa sebuah bunyi itu adalah sebuah gelombang.

Untuk menjawab hal itu, Pak Sabar membagikan sejumlah kaleng bekas dan kertas. Mahasiswa diminta memotong-motong kertas menjadi kecil-kecil kemudian menaruhnya di atas kaleng. Selanjutnya kaleng dipukul-pukul dan diamati apa yang terjadi. Mahasiswa diminta menganalisis hubungan getaran dan bunyi.

“Seumpama permukaan ini adalah membran, ketika kita pukul ke bawah bentuknya menjadi cekung, karena ada udara di atas membran tersebut menjadi renggang, otamatis kertas menjadi naik. Nah sebaliknya. Ketika kita melepasnya, maka konsentrasi dari udara tersebut akan merapat. Karena rapatan renggangan tersebut merambat melalui medium udara sampai ke telinga kita sehingga kita bisa mendengar,” kata Jannah, mahasiswa.

Selanjutnya kegiatan reflection dilaku-kan dengan mengingat kembali komponen 'kemampuan' dan 'konten materi' apa saja yang terdapat pada KD 3.10 dan 4.10 kelas VIII SMP. Terakhir, kegiatan extention, mahasiswa ditugaskan menganalisis sistem sonar, mengidentifikasi hewan yang meman-faatkan sistem sonar dan cara kerjanya. Mereka juga ditugaskan untuk menje-laskan cara mengukur kedalaman laut menggunakan sistem sonar dan bagaimana cara kerja alat ultrasonografi (USG).

Perkuliahan IPA 15

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 27: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

atau disingkat lCARE.

Kegiatan introduction dimulai dengan dosen menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar langkah kegiatan. Pada kegiatan connection mahasiwa mengkaji kompetensi dasar (KD) SMP kelas VIII, mata pelajaran IPA tentang KD 3.10 memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari, serta KD 4.10 tentang melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran,

Universitas Negeri Yogyakarta - “Sekarang kita akan melakukan pemodelan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Kalian sebagai siswa, dan saya sebagai gurunya,” kata Bapak Sabar Nurohman MSi, dosen FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengawali perkuliahan pada mahasiswa semester V.

Kegiatan perkuliahan menggunakan alur introduction (pendahuluan), connection (menghubungkan), application (menerapkan), reflection (merefleksi), dan extention (penguatan)

Pembelajaran SMP dalam Perkuliahan IPA

Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

gelombang, dan bunyi.

Mahasiswa diminta menganalisis cara menyajikan materi KD tersebut di dalam kelas. “Dalam materi getaran kemampuan yang diharapkan adalah memahami dan mencoba, dan untuk materi sistem sonar siswa diharapkan menerapkan,” kata Tyas menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain menyampaikan kemampuan yang dapat dilakukan adalah mengamati, melakukan, dan menganalisis.

Kegiatan selanjutnya application, Pak Sabar melakukan pemodelan sebagai guru SMP dan mahasiswanya menjadi siswa. Dia akan mengajar konsep gelombang sebagai getaran yang merambat, gelombang transversal, dan gelombang longitudinal.

Pemodelan dilakukan dengan mende-montrasikan gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky. “Khasfi tolong bantu saya memegang slinky ini. Saya akan mencoba meme-ragakannya. Semua siswa maju ke depan untuk memerhatikan percobaan ini,” pinta dosen yang memeragakan guru ini.

Pak Sabar menjelaskan dengan mengayun-ayunkan slinky sehingga membentuk gelombang. “Kenapa ayunan tersebut disebut sebagai sebuah getaran atau gelombang,” tanyanya.

“Menurut saya itu sudah termasuk gelombang. Karena, gerak bolak-baliknya sudah merambat dari satu

Dosen sedang mendampingi kelompok mahasiswa menguji gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)14

ujung ke ujung satunya,” jawab Astrid.

Berikutnya adalah guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan pada sebuah percobaan di kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan satu paket slinky dan lembar kerja.

Berikut lembar kerja yang digunakan:

Membedakan Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

Secara berkelompok lakukanlah kegiatan sebagai berikut:

1. Getarkan slinky ke kanan-kiri secara berulang di atas lantai keramik.

2. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

3. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

4. Getarkan slinky maju-mundur secara berulang di atas lantai keramik.

5. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

6. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

Setelah siswa dalam masing-masing kelompok mengisi pertanyaan satu sampai enam, Pak Sabar membagikan bahan bacaan tambahan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Setelah itu maha-siswa menjawab soal lanjutan pada nomor 7 sampai dengan 10.

7. Bandingkan arah getar dan arah rambat getaran.

8. Apakah pola gerakan slinky pada kedua kegiatan termasuk dalam kategori gelombang? Mengapa? (Pelajari informasi pada bahan bacaan)

9. Berdasarkan informasi (dalam bahan bacaan), pola gelombang mana yang merupakan gelombang transversal? Mengapa?

10. Berdasarkan informasi dalam bahan bacaan, pola gelombang mana yang merupakan gelombang longitudinal? Mengapa?

Setelah selesai melakukan percobaan. Sabar meminta siswa untuk menyam-paikan hasil diskusinya. “Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya. Itu kami lakukan pada percobaan yang pertama,” jawab Khasfi mewakili kelompoknya. “Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getarannya,” tambah Evi dari kelompok lain.

Mereka selanjutnya mendiskusikan kemampuan apa saja yang sudah dan belum tercapai dari pemodelan tersebut. Ternyata, kemampuan yang belum tersaji dalam pemodelan adalah kemampuan untuk menerapkan getaran. Contohnya, terkait dengan bunyi adalah sebuah gelombang. Namun bagaimana menjelaskan bahwa sebuah bunyi itu adalah sebuah gelombang.

Untuk menjawab hal itu, Pak Sabar membagikan sejumlah kaleng bekas dan kertas. Mahasiswa diminta memotong-motong kertas menjadi kecil-kecil kemudian menaruhnya di atas kaleng. Selanjutnya kaleng dipukul-pukul dan diamati apa yang terjadi. Mahasiswa diminta menganalisis hubungan getaran dan bunyi.

“Seumpama permukaan ini adalah membran, ketika kita pukul ke bawah bentuknya menjadi cekung, karena ada udara di atas membran tersebut menjadi renggang, otamatis kertas menjadi naik. Nah sebaliknya. Ketika kita melepasnya, maka konsentrasi dari udara tersebut akan merapat. Karena rapatan renggangan tersebut merambat melalui medium udara sampai ke telinga kita sehingga kita bisa mendengar,” kata Jannah, mahasiswa.

Selanjutnya kegiatan reflection dilaku-kan dengan mengingat kembali komponen 'kemampuan' dan 'konten materi' apa saja yang terdapat pada KD 3.10 dan 4.10 kelas VIII SMP. Terakhir, kegiatan extention, mahasiswa ditugaskan menganalisis sistem sonar, mengidentifikasi hewan yang meman-faatkan sistem sonar dan cara kerjanya. Mereka juga ditugaskan untuk menje-laskan cara mengukur kedalaman laut menggunakan sistem sonar dan bagaimana cara kerja alat ultrasonografi (USG).

Perkuliahan IPA 15

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 28: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)16

Semester VI. UHN merupakan anggota LPTK konsorsium yang menerima manfaat dari program USAID PRIORITAS, dan Pak Aprido salah satu dosen yang kerap mengikuti pelatihan dari USAID PRIORITAS.

Universitas HKBP Nommensen, Medan - Berbadan tambun maupun kurus belum tentu tidak sehat. Cek kepastiannya dengan Indeks Masa Tubuh. Di FKIP Universitas HKBP Nommensen (UHN), mengukur indeks masa tubuh cukup pakai meteran dan timbangan badan.

Pematang Siantar menjelang sore ketika Bapak Aprido Simamora MPd, mengampu topik ‘Nikmatnya Sehat’ untuk mahasiswa Pendidikan Fisika

Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan

Mahasiwa menggunakan meteran untuk mengukur tinggi badan.

Lembar Kerja mahasiswa yang dibuat oleh dosen.

Perkuliahan IPA 17

Kepada mahasiswa, ia mengatakan ada dua tujuan perkuliahan hari itu. Pertama, mahasiswa mampu mengana-lisis kriteria sehat berdasarkan indeks masa tubuh (Body Mass Index/BMI). Kedua, mahasiswa mampu menerap-kan hidup ke dalam kehidupan sehari-hari.

Membuka inti perkuliahan, Pak Aprido menunjukkan sejumlah gambar tumbuh manusia. Seorang pria berotot muncul di layar presentasi. “Apakah dia sehat?” tanya Pak Aprido. Mahasis-wanya yang mayoritas perempuan tertawa geli melihat foto itu. Mereka serentak menjawab,”Sehat!”

Kemudian Pak Aprido menunjukkan foto seorang laki-laki yang badannya kurus. Sekali lagi Pak Aprido bertanya,”Apakah pria kurus ini sehat?” Mahasiswa menjawab sambil menahan senyum, ”Dari fisik tidak!”

Orang yang sehat posturnya pas. Begitu pendapat mahasiswa mengomentari foto-foto yang ditunjukkan Pak Aprido.

“Lantas bagaimana kita tahu bagaimana postur yang pas?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, Pak Aprido meminta mahasiwanya membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Kepada setiap kelompok, Pak Aprido memberikan Lembar Kerja. Mahasiswa diminta melakukan uji coba untuk mengisi Lembar Kerja. Mahasiswa secara bergantian mengukur tinggi

badan semua anggota kelompoknya. Meteran yang biasanya digunakan tukang jahit digunakan sebagai alat ukur. Sedangkan untuk mengukur berat tubuh, mahasiswa menggunakan timbangan badan. Dari hasil ujicoba mahasiwa kemudian membuat tabel yang berisi data. Data yang disajikan adalah nama, berat tubuh, tinggi badan, indeks masa tubuh (body mass indeks/ BMI), dan katagori indeks masa tubuh.

Rumus untuk menghitung indeks masa tubuh adalah berat badan dibagi tinggi badan. Sedangan katagori indeks masa tubuh adalah: BMI < 18,5 = berat badan kurang

(underweight). 18,5 <BMI<24, 9 = berat badan

normal 25 <BMI<29,9 = kelebihan berat

badan (overweight) BMI< 30 = Obsesitas

Setelah semua data tersaji, mahasiswa melakukan diskusi kelompok. Mereka harus menyusun laporan yang ditulis dalam kertas plano. Setelah itu mereka diminta mempresentasikan hasil uji cobanya. Mereka menempelkan tabel ujicoba lengkap dengan kesimpulannya.

Mereka menulis nama teman sekelompok yang termasuk underweight, ideal, overweight dan bahkan obsesitas. Salah seorang anggota dari setiap kelompok ditunjuk sebagai juru bicara. Ia diminta menjawab setiap pertanyaan dari kelompok lain.

Pak Aprido meminta mahasiswa melakukan kunjung karya. Mereka berkeliling untuk melihat hasil kerja kelompok yang lain. Mahasiswa diminta memberikan komentar atas kerja kawan-kawannya.

Setelah semua mahasiswa selesai mengunjungi hasil karya, Pak Aprido menutup perkuliahan. Pak Aprido mengatakan sehat adalah situasi sejahtera dari aspek tubuh, jiwa dan sosial. Kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari unsur fisik, mental dan sosial. “Berat badan adalah salah satu indikator kesehatan seseorang. Berat badan ideal dapat menunjukkan tingkat kesehatan seseorang. Walaupun orang dengan berat badan normal belum tentu sehat. tu hanya salah satu Iindikator,” tukasnya.

Santa Sihombing, mahasiswa angkatan 2014 mengatakan perkuliahan active learning sangat menyenangkan dan membantu. Sejak ia tercacat menjadi mahasiswa, dosen tidak pernah mengajar dengan model active learning. Dosen hanya berceramah, menyuruh mahasiswa mencari sendiri atau mencatat dari buku.

”Tapi dalam perkuliahan hari ini, kita bisa share dengan dosen. Langsung praktik. Tidak hanya mendengar dosen bercerita, tapi kita tidak mengerti apa yang dijelaskan. Tapi dengan metode tadi kita bisa menangkap apa yang dikatakan dosen dengan mudah dan langsung kita lakukan,” terangnya.

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 29: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)16

Semester VI. UHN merupakan anggota LPTK konsorsium yang menerima manfaat dari program USAID PRIORITAS, dan Pak Aprido salah satu dosen yang kerap mengikuti pelatihan dari USAID PRIORITAS.

Universitas HKBP Nommensen, Medan - Berbadan tambun maupun kurus belum tentu tidak sehat. Cek kepastiannya dengan Indeks Masa Tubuh. Di FKIP Universitas HKBP Nommensen (UHN), mengukur indeks masa tubuh cukup pakai meteran dan timbangan badan.

Pematang Siantar menjelang sore ketika Bapak Aprido Simamora MPd, mengampu topik ‘Nikmatnya Sehat’ untuk mahasiswa Pendidikan Fisika

Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan

Mahasiwa menggunakan meteran untuk mengukur tinggi badan.

Lembar Kerja mahasiswa yang dibuat oleh dosen.

Perkuliahan IPA 17

Kepada mahasiswa, ia mengatakan ada dua tujuan perkuliahan hari itu. Pertama, mahasiswa mampu mengana-lisis kriteria sehat berdasarkan indeks masa tubuh (Body Mass Index/BMI). Kedua, mahasiswa mampu menerap-kan hidup ke dalam kehidupan sehari-hari.

Membuka inti perkuliahan, Pak Aprido menunjukkan sejumlah gambar tumbuh manusia. Seorang pria berotot muncul di layar presentasi. “Apakah dia sehat?” tanya Pak Aprido. Mahasis-wanya yang mayoritas perempuan tertawa geli melihat foto itu. Mereka serentak menjawab,”Sehat!”

Kemudian Pak Aprido menunjukkan foto seorang laki-laki yang badannya kurus. Sekali lagi Pak Aprido bertanya,”Apakah pria kurus ini sehat?” Mahasiswa menjawab sambil menahan senyum, ”Dari fisik tidak!”

Orang yang sehat posturnya pas. Begitu pendapat mahasiswa mengomentari foto-foto yang ditunjukkan Pak Aprido.

“Lantas bagaimana kita tahu bagaimana postur yang pas?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, Pak Aprido meminta mahasiwanya membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Kepada setiap kelompok, Pak Aprido memberikan Lembar Kerja. Mahasiswa diminta melakukan uji coba untuk mengisi Lembar Kerja. Mahasiswa secara bergantian mengukur tinggi

badan semua anggota kelompoknya. Meteran yang biasanya digunakan tukang jahit digunakan sebagai alat ukur. Sedangkan untuk mengukur berat tubuh, mahasiswa menggunakan timbangan badan. Dari hasil ujicoba mahasiwa kemudian membuat tabel yang berisi data. Data yang disajikan adalah nama, berat tubuh, tinggi badan, indeks masa tubuh (body mass indeks/ BMI), dan katagori indeks masa tubuh.

Rumus untuk menghitung indeks masa tubuh adalah berat badan dibagi tinggi badan. Sedangan katagori indeks masa tubuh adalah: BMI < 18,5 = berat badan kurang

(underweight). 18,5 <BMI<24, 9 = berat badan

normal 25 <BMI<29,9 = kelebihan berat

badan (overweight) BMI< 30 = Obsesitas

Setelah semua data tersaji, mahasiswa melakukan diskusi kelompok. Mereka harus menyusun laporan yang ditulis dalam kertas plano. Setelah itu mereka diminta mempresentasikan hasil uji cobanya. Mereka menempelkan tabel ujicoba lengkap dengan kesimpulannya.

Mereka menulis nama teman sekelompok yang termasuk underweight, ideal, overweight dan bahkan obsesitas. Salah seorang anggota dari setiap kelompok ditunjuk sebagai juru bicara. Ia diminta menjawab setiap pertanyaan dari kelompok lain.

Pak Aprido meminta mahasiswa melakukan kunjung karya. Mereka berkeliling untuk melihat hasil kerja kelompok yang lain. Mahasiswa diminta memberikan komentar atas kerja kawan-kawannya.

Setelah semua mahasiswa selesai mengunjungi hasil karya, Pak Aprido menutup perkuliahan. Pak Aprido mengatakan sehat adalah situasi sejahtera dari aspek tubuh, jiwa dan sosial. Kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari unsur fisik, mental dan sosial. “Berat badan adalah salah satu indikator kesehatan seseorang. Berat badan ideal dapat menunjukkan tingkat kesehatan seseorang. Walaupun orang dengan berat badan normal belum tentu sehat. tu hanya salah satu Iindikator,” tukasnya.

Santa Sihombing, mahasiswa angkatan 2014 mengatakan perkuliahan active learning sangat menyenangkan dan membantu. Sejak ia tercacat menjadi mahasiswa, dosen tidak pernah mengajar dengan model active learning. Dosen hanya berceramah, menyuruh mahasiswa mencari sendiri atau mencatat dari buku.

”Tapi dalam perkuliahan hari ini, kita bisa share dengan dosen. Langsung praktik. Tidak hanya mendengar dosen bercerita, tapi kita tidak mengerti apa yang dijelaskan. Tapi dengan metode tadi kita bisa menangkap apa yang dikatakan dosen dengan mudah dan langsung kita lakukan,” terangnya.

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 30: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Malang - Two Stay Two Stray (dua tinggal dua pergi) adalah kegiatan perkuliahan yang terinspirasi dari model pelatihan yang sering digunakan dalam pelatihan USAID PRIORITAS. Dalam setiap

pelatihan, setelah selesai diskusi kelompok, mereka harus memajang hasil karyanya dan setiap kelompok mengunjungi kelompok lainnya untuk belanja ilmu dari hasil kerja kelompok yang dipajang. Model inilah yang diambil oleh Ibu Sri Estu Winahyu MPd, dosen PGSD Universitas Negeri Malang (UM) dalam melaksanakan perkuliahan IPA tentang aneka tumbuhan untuk mahasiswa PGSD semester II.

“Materi IPA tentang aneka tumbuhan

biasanya saya sampaikan dalam waktu 8 x 50 menit atau dua kali pertemuan. Dengan waktu yang terbatas tersebut mahasiswa harus menguasai materi tentang aneka tumbuhan dimana materinya cukup banyak. Akhirnya saya membuat strategi dua bertamu dua singgah agar mahasiswa dapat memahami materi lebih cepat dan singkat,” ungkapnya.

Awalnya Ibu Estu membagi dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 10 kelompok, di mana setiap kelompok beranggotakan 4 mahasiswa. Masing-masing kelompok diberikan tugas menyediakan informasi

dan display stan pameran mini tentang bagian atau jenis

tumbuhan. Kesepuluh

Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan

Mahasiswa berperan sebagai penjaga stan dan pengunjung pameran.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)18

kelompok tersebut yaitu: kelompok akar, kelompok batang, kelompok daun, kelompok bunga, kelompok buah, kelompok biji, kelompok umbi, kelompok jamur, kelompok lumut, serta kelompok monokotil dan dikotil.

Selanjutnya setiap kelompok wajib berbagi tugas antar anggotanya. Dua mahasiswa bertugas menjaga stan di awal kegiatan dan menjelaskan pame-ran yang mereka display, sementara dua lainnya berputar belanja ilmu ke stan pameran kelompok yang lain. Setiap kelompok kemudian berdiskusi bahan apa saja yang akan mereka display dan informasi yang harus dibe-rikan kepada tamu yang berkunjung terkait bahan yang mereka display.

Pada pertemuan selanjutnya, mahasiswa setiap kelompok telah menyiapkan alat dan bahan untuk pameran mini serta informasi yang akan disampaikan. Mahasiswa kemudian diberi waktu untuk menata pajangan yang akan dipamerkan. Selanjutnya, waktu berkunjung pun tiba. Dua orang mahasiswa yang bertugas menyampaikan informasi telah berdiri di stan pameran mini masing-masing. Sementara dua mahasiswa lainnya membawa catatan dan pulpen bersiap berkeliling ke setiap stan lainnya.

“Setiap tamu yang berkunjung ke stan diberi waktu selama 10 menit. Mereka menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang di display dan mencatatnya. Begitu

seterusnya sampai seluruh stan selesai dikunjungi. Setiap selesai berkunjung ke satu stan, mahasiswa bisa memberikan penilaian tertulis atas paparan yang disampaikan oleh temannya. Selanjutnya setelah selesai mengunjungi seluruh stan, mereka menuju stannya sendiri dan bergantian dengan dua temannya yang menjaga stan. Demikian mereka berputar dan bergantian,” ungkap Ibu Estu.

Setelah semua informasi didapatkan oleh mahasiswa, mereka kemudian membuat rangkuman secara keseluruhan informasi apa saja yang telah mereka dapatkan selama menjadi tamu. Setiap mahasiswa mendapat tagihan dari dosen berupa laporan kunjungan dan mampu memahami konsep-konsep tentang tumbuhan.

Menurut Ibu Estu, model pembelajaran seperti ini lebih efektif dari sisi waktu dan suasana pembelajaran lebih menyenangkan karena berpusat pada mahasiswa. Penilaian mahasiswa dilihat dari empat aspek yakni: aspek produk yang di display, aspek informasi yang telah didapatkan, aspek proses pameran dan aspek sikap.

Setelah menerapkan metode ini, ternyata menurut Ibu Estu mahasiswa lebih cepat menangkap dan memahami materi tentang tumbuhan. Sehingga biasanya untuk materi

ini membutuhkan waktu pertemuan selama dua kali pertemuan, hanya dalam waktu satu kali pertemuan saja seluruh mahasiswa sudah memahami dan menyelesaikan materi tentang tumbuhan.

Kegiatan two stay two stray ini juga digunakan oleh Ibu Estu dalam perkuliahan yang lain, yakni tentang makanan dan kesehatan serta aneka hewan. Misalnya dalam materi tentang makanan dan kesehatan, dia meminta mahasiswa membuat menu makan pagi, makan siang, dan makan malam dengan menyusun gambar-gambar dan memajangnya.

Kreativitas mahasiswa membuat stan pameran.

Perkuliahan IPA 19

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 31: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Malang - Two Stay Two Stray (dua tinggal dua pergi) adalah kegiatan perkuliahan yang terinspirasi dari model pelatihan yang sering digunakan dalam pelatihan USAID PRIORITAS. Dalam setiap

pelatihan, setelah selesai diskusi kelompok, mereka harus memajang hasil karyanya dan setiap kelompok mengunjungi kelompok lainnya untuk belanja ilmu dari hasil kerja kelompok yang dipajang. Model inilah yang diambil oleh Ibu Sri Estu Winahyu MPd, dosen PGSD Universitas Negeri Malang (UM) dalam melaksanakan perkuliahan IPA tentang aneka tumbuhan untuk mahasiswa PGSD semester II.

“Materi IPA tentang aneka tumbuhan

biasanya saya sampaikan dalam waktu 8 x 50 menit atau dua kali pertemuan. Dengan waktu yang terbatas tersebut mahasiswa harus menguasai materi tentang aneka tumbuhan dimana materinya cukup banyak. Akhirnya saya membuat strategi dua bertamu dua singgah agar mahasiswa dapat memahami materi lebih cepat dan singkat,” ungkapnya.

Awalnya Ibu Estu membagi dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 10 kelompok, di mana setiap kelompok beranggotakan 4 mahasiswa. Masing-masing kelompok diberikan tugas menyediakan informasi

dan display stan pameran mini tentang bagian atau jenis

tumbuhan. Kesepuluh

Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan

Mahasiswa berperan sebagai penjaga stan dan pengunjung pameran.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)18

kelompok tersebut yaitu: kelompok akar, kelompok batang, kelompok daun, kelompok bunga, kelompok buah, kelompok biji, kelompok umbi, kelompok jamur, kelompok lumut, serta kelompok monokotil dan dikotil.

Selanjutnya setiap kelompok wajib berbagi tugas antar anggotanya. Dua mahasiswa bertugas menjaga stan di awal kegiatan dan menjelaskan pame-ran yang mereka display, sementara dua lainnya berputar belanja ilmu ke stan pameran kelompok yang lain. Setiap kelompok kemudian berdiskusi bahan apa saja yang akan mereka display dan informasi yang harus dibe-rikan kepada tamu yang berkunjung terkait bahan yang mereka display.

Pada pertemuan selanjutnya, mahasiswa setiap kelompok telah menyiapkan alat dan bahan untuk pameran mini serta informasi yang akan disampaikan. Mahasiswa kemudian diberi waktu untuk menata pajangan yang akan dipamerkan. Selanjutnya, waktu berkunjung pun tiba. Dua orang mahasiswa yang bertugas menyampaikan informasi telah berdiri di stan pameran mini masing-masing. Sementara dua mahasiswa lainnya membawa catatan dan pulpen bersiap berkeliling ke setiap stan lainnya.

“Setiap tamu yang berkunjung ke stan diberi waktu selama 10 menit. Mereka menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang di display dan mencatatnya. Begitu

seterusnya sampai seluruh stan selesai dikunjungi. Setiap selesai berkunjung ke satu stan, mahasiswa bisa memberikan penilaian tertulis atas paparan yang disampaikan oleh temannya. Selanjutnya setelah selesai mengunjungi seluruh stan, mereka menuju stannya sendiri dan bergantian dengan dua temannya yang menjaga stan. Demikian mereka berputar dan bergantian,” ungkap Ibu Estu.

Setelah semua informasi didapatkan oleh mahasiswa, mereka kemudian membuat rangkuman secara keseluruhan informasi apa saja yang telah mereka dapatkan selama menjadi tamu. Setiap mahasiswa mendapat tagihan dari dosen berupa laporan kunjungan dan mampu memahami konsep-konsep tentang tumbuhan.

Menurut Ibu Estu, model pembelajaran seperti ini lebih efektif dari sisi waktu dan suasana pembelajaran lebih menyenangkan karena berpusat pada mahasiswa. Penilaian mahasiswa dilihat dari empat aspek yakni: aspek produk yang di display, aspek informasi yang telah didapatkan, aspek proses pameran dan aspek sikap.

Setelah menerapkan metode ini, ternyata menurut Ibu Estu mahasiswa lebih cepat menangkap dan memahami materi tentang tumbuhan. Sehingga biasanya untuk materi

ini membutuhkan waktu pertemuan selama dua kali pertemuan, hanya dalam waktu satu kali pertemuan saja seluruh mahasiswa sudah memahami dan menyelesaikan materi tentang tumbuhan.

Kegiatan two stay two stray ini juga digunakan oleh Ibu Estu dalam perkuliahan yang lain, yakni tentang makanan dan kesehatan serta aneka hewan. Misalnya dalam materi tentang makanan dan kesehatan, dia meminta mahasiswa membuat menu makan pagi, makan siang, dan makan malam dengan menyusun gambar-gambar dan memajangnya.

Kreativitas mahasiswa membuat stan pameran.

Perkuliahan IPA 19

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 32: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten – Ibu Dr Rida Oktorida Khastini adalah dosen UNTIRTA dari program studi Pendidikan Biologi. Beliau berbagi pengalaman praktik baik dalam mata kuliah Mikrobiologi Dasar. Pengalaman ini dilaksanakan untuk mahasiswa Semester IV pada pertemuan 14 dan 15 dengan alokasi waktu 4 x 50 menit. Tujuan perkuliahan pada pertemuan 14 dan 15 adalah mahasiswa dapat menggunakan mikroorganisme dalam pembuatan berbagai makanan.

Melalui perkuliahan ini, saya berharap mahasiswa dapat menerapkan keilmuan mikrobiologi dalam

Pameran Produk Mikrobiologi:

Mikroorganisme Jadi Produk Makanan

kehidupan. Kompetensi dasarnya adalah mahasiswa dapat membuat proyek terkait keilmuan mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek.

Mata kuliah mikrobiologi merupakan mata kuliah wajib di jurusan pendidikan biologi yang mempelajari tentang konsep umum mikrobiologi dan kaitan mikrobiologi dalam berbagai bidang kehidupan. Pembelajaran mikrobiologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi mahasiswa untuk mempelajari mikroorganisme dan potensinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, proses pembelajaran ini menekankan pemberian pengalaman langsung untuk memperoleh pemahaman yang lebih bermakna dan mahasiswa juga dapat mengembangkan kompetensi mahsiswa secara ilmiah. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana membuat pembelajaran ini berlangsung lebih menyenangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saya pun memilih pembelajaran berbasis proyek yang dikerjakan kelompok.

Sebagai awalan pada pertemuan ke-14, saya meminta mahasiswa dapat memanfaatkan mikroorganisme dalam

Mahasiswa memamerkan produk-produk hasil karyanya pada pameran yang diselenggarakan di kampus. Mereka membuat berbagai produk mikroorganisme menjadi makanan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)20

kehidupan dengan membuat kreasi makanan berbahan baku mikroorganisme dan atau melibatkan proses fermentasi mikroorganisme dalam proses pembuatan makanan tersebut. Dalam bidang pangan banyak mikroorganisme yang mempunyai peranan, baik peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negatif (menimbulkan kerugian).

Untuk melaksanakan tugas ini, pertama, saya membagi mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah lima orang. Kedua, setiap kelompok bebas memilih jenis makanan lokal yang biasa dikenal dan dikonsumsi masyarakat kita.

Meski mikroorganisme bisa juga ditemukan dalam minuman seperti bir, keju dan sosis namun saya menyaran-kan kelompok mahasiswa dapat mem-produksi makanan lokal. Saya meminta mahasiswa berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan proyek pembuatan makanan dari mikroorganisme.

Lalu hasil diskusi dipresentasikan di kelas tentang proyek makanan yang akan dipamerkan. Mikroorgansime yang digunakan oleh mahasiswa misalnya bakteri yang merupakan spesies acetobacter xylinum hasil metabolism asam asetat untuk pembuatan nata de coco, bakteri spesies Leuconostoc Delbrueckli hasil metabolism asam laktak untuk pembuatan minuman sirup atau sari

buah, jamur untuk pembuatan oncom yang dimanfaatkan pada makanan seperti combro dan lontong dan bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus untuk pembuatan makanan asinan sayuran.

Pada pertemuan ke-14 ini juga dimanfaatkan untuk presentasi jenis mikroorganisme, produk makanan yang dipamerkan dan langkah pembuatannya. Saya membebaskan mahasiswa untuk mengkreasikan makanan dan minuman tersebut.

Pada pertemuan ke-15, mahasiswa sudah memajang produk makanan per kelompok di gedung FKIP UNTIRTA. Saya memanfaatkan spanduk bertuliskan “Pesta Mikrobiologi” untuk menarik mahasiswa di sekitarnya. Mahasiswa pun tampak bersemangat mendengarkan proyek berbasis kelompok ini apalagi produk makanan ini akan dipamerkan dalam “Pesta Mikrobiologi” bertempat di FKIP UNTIRTA.

Untuk memacu kompetisi mahasiswa, saya pun sudah meminta rekan dosen untuk menjadi juri. Juri terdiri atas dosen jurusan pendidikan biologi dan dosen FKIP yang lain diluar jurusan pendidikan biologi. Tugas para juri adalah memberikan penilaian atas kreasi produk makanan, keunggulan kreasi, inovasi makanan, citarasa dan terakhir penyajian makanan.

Mahasiswa tidak hanya memajang

produk makanan hasil mikroorganisme saja, namun mereka juga harus menjelaskan produk makanan yang terdiri atas jenis mikroorganisme yang digunakan, lama pembuatan produknya dan cara kerja pengolahan makanan tersebut. Sebagai contoh kelompok mahasiswa yang menjelaskan asinan sayuran.

Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan fermentasi asam. Bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus. Mikroorganisme tersebut mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang difermentasi atau sering dikenal dengan nama 'acar'.

Dampak pembelajaran yang saya lakukan ini ternyata mampu mening-katkan pemahaman mahasiswa dalam kreativitas peran mikroorganisme terutama mikroorganisme bakteri asam laktat yang dimanfaatkan untuk pengolahan makanan dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini juga dijadikan ajang untuk melatih mahasiswa menjadi presenter saat menyajikan produk unggulan kelompok. Hal yang perlu ditingkatkan adalah banyaknya ragam variasi produk sebagai hasil implementasi teori mikrobiologi.

Perkuliahan IPA 21

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 33: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten – Ibu Dr Rida Oktorida Khastini adalah dosen UNTIRTA dari program studi Pendidikan Biologi. Beliau berbagi pengalaman praktik baik dalam mata kuliah Mikrobiologi Dasar. Pengalaman ini dilaksanakan untuk mahasiswa Semester IV pada pertemuan 14 dan 15 dengan alokasi waktu 4 x 50 menit. Tujuan perkuliahan pada pertemuan 14 dan 15 adalah mahasiswa dapat menggunakan mikroorganisme dalam pembuatan berbagai makanan.

Melalui perkuliahan ini, saya berharap mahasiswa dapat menerapkan keilmuan mikrobiologi dalam

Pameran Produk Mikrobiologi:

Mikroorganisme Jadi Produk Makanan

kehidupan. Kompetensi dasarnya adalah mahasiswa dapat membuat proyek terkait keilmuan mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek.

Mata kuliah mikrobiologi merupakan mata kuliah wajib di jurusan pendidikan biologi yang mempelajari tentang konsep umum mikrobiologi dan kaitan mikrobiologi dalam berbagai bidang kehidupan. Pembelajaran mikrobiologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi mahasiswa untuk mempelajari mikroorganisme dan potensinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, proses pembelajaran ini menekankan pemberian pengalaman langsung untuk memperoleh pemahaman yang lebih bermakna dan mahasiswa juga dapat mengembangkan kompetensi mahsiswa secara ilmiah. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana membuat pembelajaran ini berlangsung lebih menyenangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saya pun memilih pembelajaran berbasis proyek yang dikerjakan kelompok.

Sebagai awalan pada pertemuan ke-14, saya meminta mahasiswa dapat memanfaatkan mikroorganisme dalam

Mahasiswa memamerkan produk-produk hasil karyanya pada pameran yang diselenggarakan di kampus. Mereka membuat berbagai produk mikroorganisme menjadi makanan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)20

kehidupan dengan membuat kreasi makanan berbahan baku mikroorganisme dan atau melibatkan proses fermentasi mikroorganisme dalam proses pembuatan makanan tersebut. Dalam bidang pangan banyak mikroorganisme yang mempunyai peranan, baik peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negatif (menimbulkan kerugian).

Untuk melaksanakan tugas ini, pertama, saya membagi mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah lima orang. Kedua, setiap kelompok bebas memilih jenis makanan lokal yang biasa dikenal dan dikonsumsi masyarakat kita.

Meski mikroorganisme bisa juga ditemukan dalam minuman seperti bir, keju dan sosis namun saya menyaran-kan kelompok mahasiswa dapat mem-produksi makanan lokal. Saya meminta mahasiswa berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan proyek pembuatan makanan dari mikroorganisme.

Lalu hasil diskusi dipresentasikan di kelas tentang proyek makanan yang akan dipamerkan. Mikroorgansime yang digunakan oleh mahasiswa misalnya bakteri yang merupakan spesies acetobacter xylinum hasil metabolism asam asetat untuk pembuatan nata de coco, bakteri spesies Leuconostoc Delbrueckli hasil metabolism asam laktak untuk pembuatan minuman sirup atau sari

buah, jamur untuk pembuatan oncom yang dimanfaatkan pada makanan seperti combro dan lontong dan bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus untuk pembuatan makanan asinan sayuran.

Pada pertemuan ke-14 ini juga dimanfaatkan untuk presentasi jenis mikroorganisme, produk makanan yang dipamerkan dan langkah pembuatannya. Saya membebaskan mahasiswa untuk mengkreasikan makanan dan minuman tersebut.

Pada pertemuan ke-15, mahasiswa sudah memajang produk makanan per kelompok di gedung FKIP UNTIRTA. Saya memanfaatkan spanduk bertuliskan “Pesta Mikrobiologi” untuk menarik mahasiswa di sekitarnya. Mahasiswa pun tampak bersemangat mendengarkan proyek berbasis kelompok ini apalagi produk makanan ini akan dipamerkan dalam “Pesta Mikrobiologi” bertempat di FKIP UNTIRTA.

Untuk memacu kompetisi mahasiswa, saya pun sudah meminta rekan dosen untuk menjadi juri. Juri terdiri atas dosen jurusan pendidikan biologi dan dosen FKIP yang lain diluar jurusan pendidikan biologi. Tugas para juri adalah memberikan penilaian atas kreasi produk makanan, keunggulan kreasi, inovasi makanan, citarasa dan terakhir penyajian makanan.

Mahasiswa tidak hanya memajang

produk makanan hasil mikroorganisme saja, namun mereka juga harus menjelaskan produk makanan yang terdiri atas jenis mikroorganisme yang digunakan, lama pembuatan produknya dan cara kerja pengolahan makanan tersebut. Sebagai contoh kelompok mahasiswa yang menjelaskan asinan sayuran.

Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan fermentasi asam. Bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus. Mikroorganisme tersebut mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang difermentasi atau sering dikenal dengan nama 'acar'.

Dampak pembelajaran yang saya lakukan ini ternyata mampu mening-katkan pemahaman mahasiswa dalam kreativitas peran mikroorganisme terutama mikroorganisme bakteri asam laktat yang dimanfaatkan untuk pengolahan makanan dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini juga dijadikan ajang untuk melatih mahasiswa menjadi presenter saat menyajikan produk unggulan kelompok. Hal yang perlu ditingkatkan adalah banyaknya ragam variasi produk sebagai hasil implementasi teori mikrobiologi.

Perkuliahan IPA 21

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 34: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Prof Dr Ani Rusilowati Dosen Universitas Negeri Semarang

Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika sering dijadwalkan pada siang atau sore hari dan biasanya disampai-kan secara ceramah. Tak ayal, mahasis-wa sering mengantuk dan merasa bosan dengan model perkuliahan yang digunakan oleh dosen.

Untuk mengatasi hal itu setiap kali mengajarkan materi tentang model, metode, taktik atau teknik dalam perkuliahan, saya selalu langsung mem-praktikkannya sehingga mahasiswa dalam satu perkuliahan mendapatkan keilmuan ganda. Baik metode/ model maupun konten yang mereka dalami.

Salah satu contohnya saat saya menerapkan Jigsaw. Jigsaw ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi yang dibahas dan mam-pu mengajarkan materi tersebut kepa-da anggota lain dalam kelompoknya.

Yang saya lakukan diawali dengan pembentukan kelompok asal, kelompok ahli sesuai dengan bagian materi yang akan dibahas, diskusi di kelompok ahli, penyampaian hasil diskusi di kelompok asal, diakhiri dengan presentasi, dan diskusi secara klasikal.

Siang itu, kegiatan perkuliahan diikuti

oleh 35 mahasiswa, yang dibagi dalam tujuh kelompok asal yang diberi nama Alfa, Beta, Gamma, Teta, Delta, Omega dan Giga. Setiap kelompok terdiri atas 5 orang, masing-masing akan dikirim ke kelompok ahli yang berbeda.

Ada lima sub materi yang akan dibahas. Dengan demikian ada lima kelompok ahli, yaitu ahli dari Amerika, British, Cina, Denmark dan Eropa. Pembagian kelompok dan penjelasan awal tentang perkuliahan memerlukan waktu lima menit. Pembahasan materi di kelompok ahli selama 20 menit. Setelah selesai, para delegasi kembali ke kelompok asal, menyampaikan informasi yang diperoleh dari diskusi di kelompok ahli. Waktu diskusi di

Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli

Pada diskusi kelompok ahli, mahasiswa mematangkan pengetahuannya tentang materi yang menjadi tugas kelompoknya, sebelum dibagikan ke kelompok asal.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)22

kelompok asal 50 menit.

Diskusi berlangsung aktif, semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menyampaikan materi. Untuk mengklarifikasi, apakah pemahaman setiap mahasiswa terhadap materi yang dipelajari sesuai, dikuatkan dengan presentasi dari salah satu kelompok asal.

Secara random terpilih kelompok Omega yang tampil. Waktu yang diberikan sebanyak 15 menit. Simpulan dirangkum secara bersama antara dosen dengan mahasiswa, diakhiri dengan penulisan jurnal reflektif oleh mahasiswa. Total waktu 100 menit, dan sangat cukup untuk memaparkan satu pokok bahasan manajemen berbasis sekolah.

Materi pendukung kegiatan pembela-jaran aktif saya peroleh dari buku, modul pelatihan USAID PRIORITAS dan internet. Hasilnya? Hmmm.....tidak ada mahasiswa yang pasif atau mengantuk. Semua mahasiswa mendapat peran. Hasil dari penulisan jurnal reflektif dapat disimpulkan tentang penerapan model Jigsaw pada perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Fisika sebagai berikut.

1. Perasaan mahasiswa ketika meng-ikuti perkuliahan dengan pendekatan Jigsaw, 32 dari 35 mahasiswa merasa senang, satu orang merasa bingung, satu orang kurang senang, dan satu orang senang pada saat diskusi di kelompok ahli dan kelompok asal

tetapi bosan pada saat presentasi secara klasikal.

2. Sejumlah 32 mahasiswa merasa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik, satu orang merasa ragu-ragu, dan dua orang kurang dapat menguasai konsep.

3. Hal positif yang menguatkan penerapan Jigsaw:

a. Konsep dapat tertanam dengan baik, karena ada pengulangan materi di setiap jenjang diskusi (ahli, asal, klasikal)

b. Setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan materi, yang diperoleh dari kelompok ahli, kepada temannya sehingga mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh

c. Rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari terpicu

d. Cocok diterapkan untuk perkuliahan yang terjadwal di siang hari, karena dapat mengusir rasa kantuk

4. Hal yang perlu diperbaiki dalam penerapan Jigsaw

a. Sebaiknya setiap mahasiswa menerima handout atau materi

b. Perlu disampaikan alur kegiatan dengan jelas

c. Presentasi klasikal jangan hanya oleh satu kelompok, paling tidak dua, sehingga bisa saling melengkapi

d. Mahasiswa perlu diberi tugas untuk

menyiapkan materi yang akan dibahas, agar pembahasan menjadi lebih kaya dan tidak hanya bersumber dari materi yang diberikan oleh dosen

e. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dibahas, perlu diberikan post test.

Secara umum mahasiswa merasa senang dengan penerapan pendekatan Jigsaw pada perkuliahan. Dua orang yang merasa bingung dan kurang senang, mereka merasa tidak bisa fokus pada diskusi yang dilakukan di kelompok ahli.

Hal ini bisa saja dikarenakan gaya belajar mereka yang berbeda dengan mahasiswa lain. Manfaat lain dari penerapan Jigsaw adalah memberikan contoh riil penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, sehingga kelak mereka dapat menerapkannya di sekolah.

“Senang karena tidak langsung dalam satu kelompok, sehingga asyik (ada kelompok asal dan ada ahli). Karena ada pengulangan dengan pertanyaan dan penekanan yang berbeda setiap berada di kelompok lain saya jadi lebih mudah memahami konsep yang saya pelajari. Selain itu, saya dipaksa untuk berdiskusi aktif karena harus menyampaikan kepada kelompok asal saya,” kata Syifa menceritakan pengalamannya seusai kegiatan perkuliahan.

Perkuliahan IPA 23

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 35: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Prof Dr Ani Rusilowati Dosen Universitas Negeri Semarang

Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika sering dijadwalkan pada siang atau sore hari dan biasanya disampai-kan secara ceramah. Tak ayal, mahasis-wa sering mengantuk dan merasa bosan dengan model perkuliahan yang digunakan oleh dosen.

Untuk mengatasi hal itu setiap kali mengajarkan materi tentang model, metode, taktik atau teknik dalam perkuliahan, saya selalu langsung mem-praktikkannya sehingga mahasiswa dalam satu perkuliahan mendapatkan keilmuan ganda. Baik metode/ model maupun konten yang mereka dalami.

Salah satu contohnya saat saya menerapkan Jigsaw. Jigsaw ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi yang dibahas dan mam-pu mengajarkan materi tersebut kepa-da anggota lain dalam kelompoknya.

Yang saya lakukan diawali dengan pembentukan kelompok asal, kelompok ahli sesuai dengan bagian materi yang akan dibahas, diskusi di kelompok ahli, penyampaian hasil diskusi di kelompok asal, diakhiri dengan presentasi, dan diskusi secara klasikal.

Siang itu, kegiatan perkuliahan diikuti

oleh 35 mahasiswa, yang dibagi dalam tujuh kelompok asal yang diberi nama Alfa, Beta, Gamma, Teta, Delta, Omega dan Giga. Setiap kelompok terdiri atas 5 orang, masing-masing akan dikirim ke kelompok ahli yang berbeda.

Ada lima sub materi yang akan dibahas. Dengan demikian ada lima kelompok ahli, yaitu ahli dari Amerika, British, Cina, Denmark dan Eropa. Pembagian kelompok dan penjelasan awal tentang perkuliahan memerlukan waktu lima menit. Pembahasan materi di kelompok ahli selama 20 menit. Setelah selesai, para delegasi kembali ke kelompok asal, menyampaikan informasi yang diperoleh dari diskusi di kelompok ahli. Waktu diskusi di

Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli

Pada diskusi kelompok ahli, mahasiswa mematangkan pengetahuannya tentang materi yang menjadi tugas kelompoknya, sebelum dibagikan ke kelompok asal.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)22

kelompok asal 50 menit.

Diskusi berlangsung aktif, semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menyampaikan materi. Untuk mengklarifikasi, apakah pemahaman setiap mahasiswa terhadap materi yang dipelajari sesuai, dikuatkan dengan presentasi dari salah satu kelompok asal.

Secara random terpilih kelompok Omega yang tampil. Waktu yang diberikan sebanyak 15 menit. Simpulan dirangkum secara bersama antara dosen dengan mahasiswa, diakhiri dengan penulisan jurnal reflektif oleh mahasiswa. Total waktu 100 menit, dan sangat cukup untuk memaparkan satu pokok bahasan manajemen berbasis sekolah.

Materi pendukung kegiatan pembela-jaran aktif saya peroleh dari buku, modul pelatihan USAID PRIORITAS dan internet. Hasilnya? Hmmm.....tidak ada mahasiswa yang pasif atau mengantuk. Semua mahasiswa mendapat peran. Hasil dari penulisan jurnal reflektif dapat disimpulkan tentang penerapan model Jigsaw pada perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Fisika sebagai berikut.

1. Perasaan mahasiswa ketika meng-ikuti perkuliahan dengan pendekatan Jigsaw, 32 dari 35 mahasiswa merasa senang, satu orang merasa bingung, satu orang kurang senang, dan satu orang senang pada saat diskusi di kelompok ahli dan kelompok asal

tetapi bosan pada saat presentasi secara klasikal.

2. Sejumlah 32 mahasiswa merasa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik, satu orang merasa ragu-ragu, dan dua orang kurang dapat menguasai konsep.

3. Hal positif yang menguatkan penerapan Jigsaw:

a. Konsep dapat tertanam dengan baik, karena ada pengulangan materi di setiap jenjang diskusi (ahli, asal, klasikal)

b. Setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan materi, yang diperoleh dari kelompok ahli, kepada temannya sehingga mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh

c. Rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari terpicu

d. Cocok diterapkan untuk perkuliahan yang terjadwal di siang hari, karena dapat mengusir rasa kantuk

4. Hal yang perlu diperbaiki dalam penerapan Jigsaw

a. Sebaiknya setiap mahasiswa menerima handout atau materi

b. Perlu disampaikan alur kegiatan dengan jelas

c. Presentasi klasikal jangan hanya oleh satu kelompok, paling tidak dua, sehingga bisa saling melengkapi

d. Mahasiswa perlu diberi tugas untuk

menyiapkan materi yang akan dibahas, agar pembahasan menjadi lebih kaya dan tidak hanya bersumber dari materi yang diberikan oleh dosen

e. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dibahas, perlu diberikan post test.

Secara umum mahasiswa merasa senang dengan penerapan pendekatan Jigsaw pada perkuliahan. Dua orang yang merasa bingung dan kurang senang, mereka merasa tidak bisa fokus pada diskusi yang dilakukan di kelompok ahli.

Hal ini bisa saja dikarenakan gaya belajar mereka yang berbeda dengan mahasiswa lain. Manfaat lain dari penerapan Jigsaw adalah memberikan contoh riil penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, sehingga kelak mereka dapat menerapkannya di sekolah.

“Senang karena tidak langsung dalam satu kelompok, sehingga asyik (ada kelompok asal dan ada ahli). Karena ada pengulangan dengan pertanyaan dan penekanan yang berbeda setiap berada di kelompok lain saya jadi lebih mudah memahami konsep yang saya pelajari. Selain itu, saya dipaksa untuk berdiskusi aktif karena harus menyampaikan kepada kelompok asal saya,” kata Syifa menceritakan pengalamannya seusai kegiatan perkuliahan.

Perkuliahan IPA 23

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 36: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr Andi Asmawati Azis Dosen Universitas Negeri Makassar

Salah satu problem yang sering dihadapi oleh mahasiswa pada mata kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program Magister Pendidikan Biologi UNM menurut mahasiswa angkatan 2014 adalah memahami kurikulum, termasuk perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006.

Sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut, saya sampaikan kepada mahasiswa perubahan apa pun pada kurikulum semua dosen/guru/calon guru dan tenaga kependidikan harus dapat memahami, menganalisis, dan memedomani kurikulum.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai narasumber Kurikulum 2013 dan fasilitator USAID yang sering ditugaskan memfasilitasi kurikulum

2013 pada dosen dan guru, cara yang paling cepat, mudah, dan sederhana untuk memahami dan menganalisis kurikulum adalah menggunting, mengatur, dan menempel kurikulum yang akan dianalisis pada satu lembar kertas plano dengan pola tabel di samping.

Setelah naskah kurikulum berada dalam satu lembar kertas plano, para mahasiswa S-2 tersebut secara

Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2

Mahasiswa mengerjakan kegiatan membaca, menggunting, menempel, Menandai, dan menuliskan temuan-temuan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)24

berkelompok membaca baris pertama dari kiri ke kanan mulai dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX untuk menemukan dan memberi tanda dengan stabilo/spidol.

Hal-hal yang berbeda sebagai penanda dan penciri dari setiap tingkatan kelas selanjutnya dituliskan pada kolom temuan paling kiri, dilanjutkan dengan baris berikutnya sampai selesai. Dengan cara yang sama mahasiswa membaca kolom pertama dari atas ke bawah serta menemukan dan memberi tanda dengan stabilo/spidol. Hal-hal yang berbeda sebagai penanda dan penciri dari setiap baris (kompetensi inti) ditulis pada kolom paling bawah.

Secara umum, mahasiswa menjadi memahami kurikulum dengan lebih detail. Pertama, mereka menjadi paham perbedaan Kurikulum 20I3 di setiap tingkatan kelas, misalnya tingkatan kelas VII, VIII, dan IX sebatas pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Kedua, mereka menemukan bahwa pada kompetensi dasar kelas VII dan VIII, siswa

diharapkan memiliki kemampuan kognitif mendefinisikan dan mendiskripsi, sedangkan pada kelas IX sudah diharapkan muncul kemampuan kognitif siswa yang lebih tinggi, yaitu mengevaluasi. Ketiga, berdasarkan hubungan antara KD pada KI 3 dan KI 4 atau baris 1 dan baris 2, mereka menemukan bahwa ternyata terdapat kompetensi di KI 3 (kognitif) memiliki 2 kompetensi dasar di KI 4 (skill) dan sebaliknya.

Selain itu, ada pula KD di KI 3 tidak mempunyai pasangan KD pada KI 4 yang berarti ada kemampuan kognitif pada materi tertentu yang tidak memilki skill. Dengan cara ini, mahasiswa lebih mudah dalam memahami kurikulum dibandingkan dengan membaca linier lembar demi lembar secara konvensional yang seringkali menjemukan.

Setelah mahasiswa mendiskusikan kurikulum di kelompoknya secara bergantian, perwakilan kelompok melakukan presentasi agar mereka saling memberi masukan dan tambahan informasi.

Pada akhir kegiatan perkuliahan, semua mahasiswa yakin telah memahami cara menganalisis kurikulum dengan cepat dan mudah, termasuk menganalisis KTSP 2006 untuk SMP/SMA. Mereka juga menyatakan kesediaan mengajar-kan cara menganalisis kurikulum tersebut kepada mahasiswa calon guru yang lainnya.

Kelas VII/Kelas X Kelas VIII/XI Kelas IX/XII Temuan

KI-3/SK KD KI-3/SK KD KI-3/SK KD Temuan

KI-4/SK KD KI-3/SK KD KI-3/SK KD Temuan

Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan

Tabel Analisis Kurikulum

Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Perkuliahan IPA 25

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 37: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr Andi Asmawati Azis Dosen Universitas Negeri Makassar

Salah satu problem yang sering dihadapi oleh mahasiswa pada mata kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program Magister Pendidikan Biologi UNM menurut mahasiswa angkatan 2014 adalah memahami kurikulum, termasuk perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006.

Sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut, saya sampaikan kepada mahasiswa perubahan apa pun pada kurikulum semua dosen/guru/calon guru dan tenaga kependidikan harus dapat memahami, menganalisis, dan memedomani kurikulum.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai narasumber Kurikulum 2013 dan fasilitator USAID yang sering ditugaskan memfasilitasi kurikulum

2013 pada dosen dan guru, cara yang paling cepat, mudah, dan sederhana untuk memahami dan menganalisis kurikulum adalah menggunting, mengatur, dan menempel kurikulum yang akan dianalisis pada satu lembar kertas plano dengan pola tabel di samping.

Setelah naskah kurikulum berada dalam satu lembar kertas plano, para mahasiswa S-2 tersebut secara

Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2

Mahasiswa mengerjakan kegiatan membaca, menggunting, menempel, Menandai, dan menuliskan temuan-temuan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)24

berkelompok membaca baris pertama dari kiri ke kanan mulai dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX untuk menemukan dan memberi tanda dengan stabilo/spidol.

Hal-hal yang berbeda sebagai penanda dan penciri dari setiap tingkatan kelas selanjutnya dituliskan pada kolom temuan paling kiri, dilanjutkan dengan baris berikutnya sampai selesai. Dengan cara yang sama mahasiswa membaca kolom pertama dari atas ke bawah serta menemukan dan memberi tanda dengan stabilo/spidol. Hal-hal yang berbeda sebagai penanda dan penciri dari setiap baris (kompetensi inti) ditulis pada kolom paling bawah.

Secara umum, mahasiswa menjadi memahami kurikulum dengan lebih detail. Pertama, mereka menjadi paham perbedaan Kurikulum 20I3 di setiap tingkatan kelas, misalnya tingkatan kelas VII, VIII, dan IX sebatas pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Kedua, mereka menemukan bahwa pada kompetensi dasar kelas VII dan VIII, siswa

diharapkan memiliki kemampuan kognitif mendefinisikan dan mendiskripsi, sedangkan pada kelas IX sudah diharapkan muncul kemampuan kognitif siswa yang lebih tinggi, yaitu mengevaluasi. Ketiga, berdasarkan hubungan antara KD pada KI 3 dan KI 4 atau baris 1 dan baris 2, mereka menemukan bahwa ternyata terdapat kompetensi di KI 3 (kognitif) memiliki 2 kompetensi dasar di KI 4 (skill) dan sebaliknya.

Selain itu, ada pula KD di KI 3 tidak mempunyai pasangan KD pada KI 4 yang berarti ada kemampuan kognitif pada materi tertentu yang tidak memilki skill. Dengan cara ini, mahasiswa lebih mudah dalam memahami kurikulum dibandingkan dengan membaca linier lembar demi lembar secara konvensional yang seringkali menjemukan.

Setelah mahasiswa mendiskusikan kurikulum di kelompoknya secara bergantian, perwakilan kelompok melakukan presentasi agar mereka saling memberi masukan dan tambahan informasi.

Pada akhir kegiatan perkuliahan, semua mahasiswa yakin telah memahami cara menganalisis kurikulum dengan cepat dan mudah, termasuk menganalisis KTSP 2006 untuk SMP/SMA. Mereka juga menyatakan kesediaan mengajar-kan cara menganalisis kurikulum tersebut kepada mahasiswa calon guru yang lainnya.

Kelas VII/Kelas X Kelas VIII/XI Kelas IX/XII Temuan

KI-3/SK KD KI-3/SK KD KI-3/SK KD Temuan

KI-4/SK KD KI-3/SK KD KI-3/SK KD Temuan

Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan Temuan

Tabel Analisis Kurikulum

Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Perkuliahan IPA 25

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 38: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)26

Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi

Universitas Negeri Surabaya - Dalam perkuliahan IPA tentang fungsi mata dan sifat cahaya, Bapak Dr Erman, dosen Pendidikan Sains FMIPA UNESA menggelar simulasi siswa belajar aktif dengan menggunakan pendekatan saintifik. Mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Sains UNESA, dibuat dalam dua kelompok besar.

Di dalam kelompok ada yang berperan sebagai guru, siswa SMP, dan pengamat. Kelompok pertama, akan melakukan simulasi tentang fungsi dan cara kerja mata, sedangkan kelompok kedua, akan melakukan simulasi tentang sifat-sifat cahaya.

Menurut Pak Erman, kegiatan ini terinspirasi dari Buku Sumber

Dalam kelompok kecil, mahasiswa menyimulasikan tentang sifat-sifat cahaya.

Perkuliahan untuk dosen, Pembelajaran IPA SMP di LPTK yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. “Pada unit 4 tentang melihat keindahan dunia, dijelaskan secara detail bagaimana menjelaskan tentang cara kerja mata dan cahaya dengan sangat rinci, sehingga apabila kegiatan ini dipraktik-kan pada mahasiswa, mereka akan mendapatkan gambaran bagaimana mengajarkan IPA tentang mata dan cahaya di sekolah nantinya,” katanya.

Perkuliahan ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan waktu masing-masing 50 menit. Pertemuan 1: merancang simulasi dan membuat kelompok besar, serta membagi tugas masing-masing kelompok. Pertemuan 2: simulasi oleh kelompok besar satu dan refleksi. Pertemuan 3: simulasi oleh kelompok besar dua dan refleksi.

Simulasi oleh kelompok pertama dibuka dengan penampilan ibu guru yang menjelaskan tentang tema mengajar tentang keindahan dunia. Sementara ada 16 mahasiswa lainnya yang bertugas menjadi siswa mem-bentuk kelompok-kelompok kecil

Perkuliahan IPA 27

Gambar kardus bekas yang sudah dilubangi, media ini digunakan mahasiswa untuk simulasi mengajar menemukan cara kerja mata dan sifat cahaya.

berjumlah empat orang per kelompok. Sisanya, menjadi pengamat bergabung dengan kelompok kedua.

Guru membawa kardus bekas berbentuk kotak yang sudah dilubangi (lihat gambar ) di sisi atas dan salah satu sisi samping depan kardus. Lubang atas bisa ditutup atau dibuka berfungsi untuk memberikan cahaya ke dalam kotak sedangkan lubang samping berfungsi untuk melihat isi di dalam kotak.

Sebelum menggunakan kotak kardus bekas tersebut, guru mengambil aneka jenis bunga warna warni yang indah, lalu menunjukkan kepada siswa dan bertanya,”Apakah indah bunganya?” Kontan semua siswa serempak menjawab, ”Indaaaahh!”

Guru kemudian meletakkan bunga indah tersebut ke dalam kotak kardus. Salah satu siswa diminta maju ke depan. “Coba sekarang apabila lubang di atas ini disinari dengan senter kemudian mata kalian mengintip di lubang yang di lubang sisi depan, apakah bunganya masih kelihatan indah?” tanya ibuu guru.

“Kelihatan dengan jelas Bu. Warna bunganya kuning, ungu, merah muda, dan merah,” ungkap siswa tersebut.

Guru kemudian mematikan senter-nya dan siswa diminta mengintip lagi melalui lubang depan. “Gelap Bu, tidak kelihatan sama sekali,” teriak siswa. Demikian selanjutnya diikuti oleh siswa dari kelompok lainnya secara

bergantian.

Dari kegiatan tersebut setiap kelompok diminta melanjutkan pengamatannya, bagaimana kondisi dalam kardus ketika mata kita mengintip ke dalam kardus dalam kondisi mata dibuka dan mata ditutup dengan kain? Bagaimana kondisi dalam kardus ketika lubang atas disinari dengan senter dan tidak disinari dengan senter sementara mata mengintip dalam kardus dalam kondisi mata terbuka dan tertutup kain?

Hasil dari pengamatan tersebut, masing-masing kelompok melakukan presentasi dari hasil temuannya. Bahwa ketika mata ditutup dengan kain, manusia tidak akan bisa melihat kondisi di dalam kardus. Namun saat mata dibuka tetapi kardus tidak disinari dengan senter, kondisi dalam kardus tetap gelap tidak terlihat.

Barulah ketika lubang atas kardus tersebut disinari dengan senter, kita bisa melihat kondisi di dalam kardus terdapat bunga kertas berwarna ungu, merah muda, kuning, dan merah. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia membutuhkan cahaya agar mata dapat bekerja/melihat. Kesimpulan tersebut menegaskan syarat untuk melihat.

Selanjutnya kelompok kedua bergantian melakukan simulasi. Tetap dengan permodelan sebagai guru, siswa, dan pengamat. Kali ini masing-masing kelompok diminta memper-

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 39: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)26

Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi

Universitas Negeri Surabaya - Dalam perkuliahan IPA tentang fungsi mata dan sifat cahaya, Bapak Dr Erman, dosen Pendidikan Sains FMIPA UNESA menggelar simulasi siswa belajar aktif dengan menggunakan pendekatan saintifik. Mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Sains UNESA, dibuat dalam dua kelompok besar.

Di dalam kelompok ada yang berperan sebagai guru, siswa SMP, dan pengamat. Kelompok pertama, akan melakukan simulasi tentang fungsi dan cara kerja mata, sedangkan kelompok kedua, akan melakukan simulasi tentang sifat-sifat cahaya.

Menurut Pak Erman, kegiatan ini terinspirasi dari Buku Sumber

Dalam kelompok kecil, mahasiswa menyimulasikan tentang sifat-sifat cahaya.

Perkuliahan untuk dosen, Pembelajaran IPA SMP di LPTK yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. “Pada unit 4 tentang melihat keindahan dunia, dijelaskan secara detail bagaimana menjelaskan tentang cara kerja mata dan cahaya dengan sangat rinci, sehingga apabila kegiatan ini dipraktik-kan pada mahasiswa, mereka akan mendapatkan gambaran bagaimana mengajarkan IPA tentang mata dan cahaya di sekolah nantinya,” katanya.

Perkuliahan ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan waktu masing-masing 50 menit. Pertemuan 1: merancang simulasi dan membuat kelompok besar, serta membagi tugas masing-masing kelompok. Pertemuan 2: simulasi oleh kelompok besar satu dan refleksi. Pertemuan 3: simulasi oleh kelompok besar dua dan refleksi.

Simulasi oleh kelompok pertama dibuka dengan penampilan ibu guru yang menjelaskan tentang tema mengajar tentang keindahan dunia. Sementara ada 16 mahasiswa lainnya yang bertugas menjadi siswa mem-bentuk kelompok-kelompok kecil

Perkuliahan IPA 27

Gambar kardus bekas yang sudah dilubangi, media ini digunakan mahasiswa untuk simulasi mengajar menemukan cara kerja mata dan sifat cahaya.

berjumlah empat orang per kelompok. Sisanya, menjadi pengamat bergabung dengan kelompok kedua.

Guru membawa kardus bekas berbentuk kotak yang sudah dilubangi (lihat gambar ) di sisi atas dan salah satu sisi samping depan kardus. Lubang atas bisa ditutup atau dibuka berfungsi untuk memberikan cahaya ke dalam kotak sedangkan lubang samping berfungsi untuk melihat isi di dalam kotak.

Sebelum menggunakan kotak kardus bekas tersebut, guru mengambil aneka jenis bunga warna warni yang indah, lalu menunjukkan kepada siswa dan bertanya,”Apakah indah bunganya?” Kontan semua siswa serempak menjawab, ”Indaaaahh!”

Guru kemudian meletakkan bunga indah tersebut ke dalam kotak kardus. Salah satu siswa diminta maju ke depan. “Coba sekarang apabila lubang di atas ini disinari dengan senter kemudian mata kalian mengintip di lubang yang di lubang sisi depan, apakah bunganya masih kelihatan indah?” tanya ibuu guru.

“Kelihatan dengan jelas Bu. Warna bunganya kuning, ungu, merah muda, dan merah,” ungkap siswa tersebut.

Guru kemudian mematikan senter-nya dan siswa diminta mengintip lagi melalui lubang depan. “Gelap Bu, tidak kelihatan sama sekali,” teriak siswa. Demikian selanjutnya diikuti oleh siswa dari kelompok lainnya secara

bergantian.

Dari kegiatan tersebut setiap kelompok diminta melanjutkan pengamatannya, bagaimana kondisi dalam kardus ketika mata kita mengintip ke dalam kardus dalam kondisi mata dibuka dan mata ditutup dengan kain? Bagaimana kondisi dalam kardus ketika lubang atas disinari dengan senter dan tidak disinari dengan senter sementara mata mengintip dalam kardus dalam kondisi mata terbuka dan tertutup kain?

Hasil dari pengamatan tersebut, masing-masing kelompok melakukan presentasi dari hasil temuannya. Bahwa ketika mata ditutup dengan kain, manusia tidak akan bisa melihat kondisi di dalam kardus. Namun saat mata dibuka tetapi kardus tidak disinari dengan senter, kondisi dalam kardus tetap gelap tidak terlihat.

Barulah ketika lubang atas kardus tersebut disinari dengan senter, kita bisa melihat kondisi di dalam kardus terdapat bunga kertas berwarna ungu, merah muda, kuning, dan merah. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia membutuhkan cahaya agar mata dapat bekerja/melihat. Kesimpulan tersebut menegaskan syarat untuk melihat.

Selanjutnya kelompok kedua bergantian melakukan simulasi. Tetap dengan permodelan sebagai guru, siswa, dan pengamat. Kali ini masing-masing kelompok diminta memper-

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 40: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)28

siapkan lensa dan lilin yang menyala. Setiap kelompok diminta mengamati, saat lensa didekatkan dengan lilin apakah bayangan lilin tersebut terlihat? Bagaimana saat lensa dijauhkan dari lilin apakah bayangan lilin juga terlihat?

Dari kegiatan tersebut setiap kelompok kemudian menuliskan di kertas dan mempresentasikannya. Hasil dari pengamatan siswa, bahwa ketika lensa didekatkan dengan lilin, maka bayangan lilin terlihat pada jarak 11-13 cm. Bayangan lilin tidak terlihat lagi di atas jarak 25 cm. Kesimpulan dari kegiatan ini bahwa untuk melihat suatu benda, dibutuhkan jarak yang tepat antara mata dengan benda. Benda yang letaknya semakin jauh maka semakin tak terlihat.

Kegiatan pengamatan kemudian dilanjutkan oleh siswa yang meng-alami rabun jauh tanpa menggunakan kaca mata, kemudian mengukur jarak bayangan lilin. Tentu saja jarak tersebut tergantung pada kondisi mata, apakah normal, rabun jauh ataukah rabun dekat. Oleh karena semua siswa belum ada yang rabun dekat, maka pengamatan tidak dilanjutkan. Melalui percobaan ini, siswa dapat membedakan mata normal dan mata yang tidak normal. Hasil pengamatan tersebut selanjutnya dianalisis kemudian membuat laporan dan presentasi.

Kegiatan diakhiri dengan refleksi dosen dan mahasiswa. Erman menggali

apa saja yang sudah didapatkan oleh mahasiswa dari kegiatan hari itu. Para mahasiswa menyatakan kegembiraannya karena dapat merasakan menjadi guru dan siswa. Mereka juga dapat menyimpulkan sendiri cara kerja mata dan cahaya.

Fadiatus Sa'adah salah seorang mahasiswa mengungkapkan, pembelajaran aktif seperti ini memberikan dampak positif pada dirinya. “Melalui simulasi, saya merasakan langsung menjadi guru. Dalam mengajar seorang guru harus membuat persiapan dan pemahaman yang cukup sehingga saat mengajar dia bisa percaya diri dan mampu menjadi fasilitator bagi siswanya,” ungkapnya.

Setelah selesai melakukan percobaan, mahasiswa membuat laporannya. Perkuliahan modeling pembelajaran IPA di SMP ini dapat memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa calon guru.

Oleh Ngadimin MSi Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, Aceh

Lembar kerja (LK) merupakan hal yang terpenting dalam pembelajaran karena dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memudahkan siswa memahami materi yang sedang dipelajarinya. Pada mata kuliah Laboratorium Fisika II semester VII, saya mengajak mahasiswa belajar mengembangkan LK.

Permasalahan yang terjadi saat ini,

Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan

sebagian besar LK yang ada lebih bersifat sebagai pelengkap dalam pembelajaran tentang suatu konsep daripada sebagai pemicu penemuan konsep itu sendiri atau pemecahan masalah oleh mahasiswa. Sebagian besar LK yang ada pada saat ini juga kurang menuntut mahasiswa untuk berpikir dan berbuat kreatif. Karena itu, saya mengajak mahasiswa membuat LK yang mendorong pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa, melalui aktivitas seperti mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Pada perkuliahan pertemuan pertama sampai ketujuh, materi yang saya ajarkan lebih mengenai manajemen laboratorium sekolah, seperti pengelolaan lab, mekanisme bekerja di lab, sampai pada prosedur kerja di lab. Pada pertemuan kedelapan sampai kelima belas, mahasiswa belajar merancang percobaan di lab, yang di dalamnya juga membuat LK.

Saya mengawalinya dengan melakukan simulasi percobaan IPA dengan LK yang sudah dibuat kakak kelas mereka. Dari simulasi ini mahasiswa belajar melakukan percobaan dengan panduan LK dan membuat laporan percobaan dengan kata-kata mereka sendiri.

Kemudian saya membagi mahasiswa dalam kelompok kecil dengan anggota sekitar 5-6 orang. Mereka ditugaskan untuk merancang percobaan dan sekaligus membuat LK. Mahasiswa bebas memilih kompetensi dasar yang akan dijadikan materi percobaan. Alat dan bahan yang ada di lab bisa digunakan atau mereka bisa mencarinya sendiri.

Salah satu kelompok, merancang percobaan tentang listrik sederhana

Mahasiswa sedang melakukan percobaan di laboratorium sambil merancang lembar kerja.

Perkuliahan IPA 29

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 41: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)28

siapkan lensa dan lilin yang menyala. Setiap kelompok diminta mengamati, saat lensa didekatkan dengan lilin apakah bayangan lilin tersebut terlihat? Bagaimana saat lensa dijauhkan dari lilin apakah bayangan lilin juga terlihat?

Dari kegiatan tersebut setiap kelompok kemudian menuliskan di kertas dan mempresentasikannya. Hasil dari pengamatan siswa, bahwa ketika lensa didekatkan dengan lilin, maka bayangan lilin terlihat pada jarak 11-13 cm. Bayangan lilin tidak terlihat lagi di atas jarak 25 cm. Kesimpulan dari kegiatan ini bahwa untuk melihat suatu benda, dibutuhkan jarak yang tepat antara mata dengan benda. Benda yang letaknya semakin jauh maka semakin tak terlihat.

Kegiatan pengamatan kemudian dilanjutkan oleh siswa yang meng-alami rabun jauh tanpa menggunakan kaca mata, kemudian mengukur jarak bayangan lilin. Tentu saja jarak tersebut tergantung pada kondisi mata, apakah normal, rabun jauh ataukah rabun dekat. Oleh karena semua siswa belum ada yang rabun dekat, maka pengamatan tidak dilanjutkan. Melalui percobaan ini, siswa dapat membedakan mata normal dan mata yang tidak normal. Hasil pengamatan tersebut selanjutnya dianalisis kemudian membuat laporan dan presentasi.

Kegiatan diakhiri dengan refleksi dosen dan mahasiswa. Erman menggali

apa saja yang sudah didapatkan oleh mahasiswa dari kegiatan hari itu. Para mahasiswa menyatakan kegembiraannya karena dapat merasakan menjadi guru dan siswa. Mereka juga dapat menyimpulkan sendiri cara kerja mata dan cahaya.

Fadiatus Sa'adah salah seorang mahasiswa mengungkapkan, pembelajaran aktif seperti ini memberikan dampak positif pada dirinya. “Melalui simulasi, saya merasakan langsung menjadi guru. Dalam mengajar seorang guru harus membuat persiapan dan pemahaman yang cukup sehingga saat mengajar dia bisa percaya diri dan mampu menjadi fasilitator bagi siswanya,” ungkapnya.

Setelah selesai melakukan percobaan, mahasiswa membuat laporannya. Perkuliahan modeling pembelajaran IPA di SMP ini dapat memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa calon guru.

Oleh Ngadimin MSi Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, Aceh

Lembar kerja (LK) merupakan hal yang terpenting dalam pembelajaran karena dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memudahkan siswa memahami materi yang sedang dipelajarinya. Pada mata kuliah Laboratorium Fisika II semester VII, saya mengajak mahasiswa belajar mengembangkan LK.

Permasalahan yang terjadi saat ini,

Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan

sebagian besar LK yang ada lebih bersifat sebagai pelengkap dalam pembelajaran tentang suatu konsep daripada sebagai pemicu penemuan konsep itu sendiri atau pemecahan masalah oleh mahasiswa. Sebagian besar LK yang ada pada saat ini juga kurang menuntut mahasiswa untuk berpikir dan berbuat kreatif. Karena itu, saya mengajak mahasiswa membuat LK yang mendorong pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa, melalui aktivitas seperti mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Pada perkuliahan pertemuan pertama sampai ketujuh, materi yang saya ajarkan lebih mengenai manajemen laboratorium sekolah, seperti pengelolaan lab, mekanisme bekerja di lab, sampai pada prosedur kerja di lab. Pada pertemuan kedelapan sampai kelima belas, mahasiswa belajar merancang percobaan di lab, yang di dalamnya juga membuat LK.

Saya mengawalinya dengan melakukan simulasi percobaan IPA dengan LK yang sudah dibuat kakak kelas mereka. Dari simulasi ini mahasiswa belajar melakukan percobaan dengan panduan LK dan membuat laporan percobaan dengan kata-kata mereka sendiri.

Kemudian saya membagi mahasiswa dalam kelompok kecil dengan anggota sekitar 5-6 orang. Mereka ditugaskan untuk merancang percobaan dan sekaligus membuat LK. Mahasiswa bebas memilih kompetensi dasar yang akan dijadikan materi percobaan. Alat dan bahan yang ada di lab bisa digunakan atau mereka bisa mencarinya sendiri.

Salah satu kelompok, merancang percobaan tentang listrik sederhana

Mahasiswa sedang melakukan percobaan di laboratorium sambil merancang lembar kerja.

Perkuliahan IPA 29

Ilmu Pengetahuan Alam

Page 42: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

untuk siswa SMP Kelas VII. Mereka mempraktikkan pembuatan listrik paralel dan seri. Setelah melakukan percobaan, mereka merancang LK yang memandu siswa dapat menemu-kan konsep rangkaian listrik paralel dan seri, serta mengaitkannya dalam implementasi kehidupan sehari-sehari.

Selanjutnya, LK yang sudah dibuat, disimulasikan. Semua kelompok tampil bersimulasi. Kelompok yang tidak bersimulasi berperan sebagai siswa, dan dosen bertindak sebagai observer. Dari simulasi ini, mahasiswa mendapat masukan untuk perbaikan LK yang sudah dibuatnya.

Setelah LK diperbaiki, anggota kelompok disebar ke beberapa kelompok. Mereka akan bersimulasi kembali dengan menggunakan LK yang dibuat dari kelompok lainnya. Dari perkuliahan ini, mahasiswa dapat memahami cara mengembangkan LK dan mampu menggunakan LK dalam pembelajaran dengan baik.

Irfan, salah seorang mahasiswa mengungkapkan rasa bangganya telah merancang sebuah LK pembelajaran IPA tentang rambat cahaya. “Kami membuat LK yang mengajak siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan mela-kukan eksperimen sifat-sifat cahaya. Mereka juga akan membuktikan sifat cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan. Siswa pasti akan lebih tertarik belajar IPA,” katanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)30 Perkuliahan IPA 31

Ilmu Pengetahuan Alam

Setelah melakukan percobaan, mahasiswa membuat rancangan LK yang dapat memandu siswa menemukan konsep melalui kegiatan percobaan. Cara ini membuat mahasiswa menjadi lebih mudah dalam mengembangkan LK.

Page 43: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

untuk siswa SMP Kelas VII. Mereka mempraktikkan pembuatan listrik paralel dan seri. Setelah melakukan percobaan, mereka merancang LK yang memandu siswa dapat menemu-kan konsep rangkaian listrik paralel dan seri, serta mengaitkannya dalam implementasi kehidupan sehari-sehari.

Selanjutnya, LK yang sudah dibuat, disimulasikan. Semua kelompok tampil bersimulasi. Kelompok yang tidak bersimulasi berperan sebagai siswa, dan dosen bertindak sebagai observer. Dari simulasi ini, mahasiswa mendapat masukan untuk perbaikan LK yang sudah dibuatnya.

Setelah LK diperbaiki, anggota kelompok disebar ke beberapa kelompok. Mereka akan bersimulasi kembali dengan menggunakan LK yang dibuat dari kelompok lainnya. Dari perkuliahan ini, mahasiswa dapat memahami cara mengembangkan LK dan mampu menggunakan LK dalam pembelajaran dengan baik.

Irfan, salah seorang mahasiswa mengungkapkan rasa bangganya telah merancang sebuah LK pembelajaran IPA tentang rambat cahaya. “Kami membuat LK yang mengajak siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan mela-kukan eksperimen sifat-sifat cahaya. Mereka juga akan membuktikan sifat cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan. Siswa pasti akan lebih tertarik belajar IPA,” katanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)30 Perkuliahan IPA 31

Ilmu Pengetahuan Alam

Setelah melakukan percobaan, mahasiswa membuat rancangan LK yang dapat memandu siswa menemukan konsep melalui kegiatan percobaan. Cara ini membuat mahasiswa menjadi lebih mudah dalam mengembangkan LK.

Page 44: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)32 33

Oleh Asep Syarif Hidayat MSi Dosen Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Adakalanya mahasiswa seperti menemui jalan buntu dalam proses belajar matematika. Saat berpikir bersama dalam kelompok pun tak jarang mahasiswa mengalami kebuntuan. Saya mencoba membantu mahasiswa memecahkan kebuntuan dengan intervensi tanya-jawab dan pelibatan mahasiswa dalam permainan. Misalnya, yang saya lakukan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika semester I.

Luas Daerah Segi Empat

Mahasiswa dikelompokkan menjadi sembilan kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai dengan

Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika

lima orang mahasiswa. Pembelajaran dibagi menjadi dua kegiatan utama. Kegiatan pertama menghitung luas daerah persegipanjang dan kegiatan kedua menghitung luas daerah trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.

Mengawali kegiatan pertama (40 menit), saya menjelaskan proses kegiatan satu. Mahasiswa berdiskusi kelompok mengenai cara menentukan luas daerah persegipanjang yang sisi-sisinya berukuran a dan b satuan panjang (waktu 25 menit).

Setelah 10 menit berlalu, tidak ada gagasan yang muncul dari mahasiswa. Saya dekati mahasiswa dengan bertanya jawab mengingatkan kembali tentang aksioma luas: (1) Luas daerah persegi yang sisinya a adalah a.a,

(2) Luas daerah yang kongruen adalah sama, (3) Luas daerah keseluruhan sama dengan jumlah luas daerah bagian-bagiannya. Diskusi kelompok tampak menjadi lebih hidup, mereka mencoba menghitung luas daerah persegipanjang yang sisi-sisinya a dan b dengan memanfaatkan aksioma luas daerah tersebut.

Setelah diskusi kelompok, mahasiswa melakukan karya kunjung (10 menit). Salah satu wakil setiap kelompok menjelaskan hasil diskusinya ke kelompok lain. Di sini terjadi “jual-beli' gagasan yang menarik. Contohnya, daerah persegipanjang yang sisi-sisinya a dan b, diperluas menjadi daerah persegi yang sisinya (a + b).

Salah satu kelompok lantas menjelaskan hasil diskusinya di

Mahasiswa tampak aktif saat menghitung luas daerah persegi panjang kegiatan di kelompok kecil.

hadapan seluruh kelompok. Pada sesi pleno inipun mahasiswa tampak aktif bertukar pikiran. Mengakhiri kegiatan pertama, mahasiswa bersama dosen kemudian menyimpulkan hasil diskusi.

Pada kegiatan kedua (50 menit), saya menjelaskan skema kegiatan, yaitu Setiap kelompok kecil bertugas menentukan luas daerah trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. Setiap orang dalam kelompok mempunyai keahlian masing-masing. Dalam kelompok yang anggotanya lebih dari empat orang, berarti ada dua orang yang mempunyai keahlian yang sama.

Sembilan kelompok kecil dibagi menjadi empat kelompok ahli, yaitu kelompok ahli trapesium, kelompok ahli jajargenjang, kelompok ahli belahketupat, dan kelompok ahli layang-layang.

Sesuai dengan kelompok keahlian, setiap kelompok berdiskusi tentang topik masing-masing. Diskusi kelom-pok dilakukan dengan menggunakan hasil kegiatan satu, yaitu luas daerah persegipanjang.

Saya dan dua orang observer berkeliling melihat perkembangan diskusi setiap kelompok ahli. Setelah selesai diskusi dalam tiap kelompok ahli, setiap orang kembali ke kelompok kecil asal. Di sini ia menjelaskan hasil diskusi dalam kelompok ahli ke anggota kelompoknya.

Setelah selesai menjelaskan,

mahasiswa dan saya bersama-sama meyimpulkan hasil kegiatan dua.

Pada akhir kegiatan dua, sebagai latihan saya melempar masalah untuk didiskusikan. Masalah bahan diskusi, “Jika diketahui segitiga tumpul, buatlah jajargenjang yang luas daerahnya dua kali luas segitiga yang diketahui! Ada berapa jajargenjang yang dapat dibuat?”

Pemusatan Data Tunggal

Berikut salah satu aktivitas pada pembelajaran mengenai materi ukuran pemusatan data tunggal. Dosen meminta seluruh mahasiswa menuliskan nomer sepatu masing-

masing pada secarik kertas. Secara acak tujuh mahasiswa tampil di depan kelas dengan membawa kertas yang bertuliskan nomor sepatunya. Dosen meminta pada mahasiswa untuk me-nentukan rata-rata, median, dan mo-dus dari data nomor sepatu tersebut.

Saya meminta salah seorang mahasis-wa untuk bergabung ke depan kelas, sehingga banyaknya data menjadi ge-nap, kemudian dosen meminta kembali untuk menghitung rata-rata, median, dan modus data yang baru (ini dimak-sudkan untuk menghitung median dari data genap dan untuk menunjukkan bahwa modus tidak tunggal).

Salah satu kelompok ahli sedang mendiskusikan luas daerah persegi panjang.

Perkuliahan Matematika 33

Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 45: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)32 33

Oleh Asep Syarif Hidayat MSi Dosen Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Adakalanya mahasiswa seperti menemui jalan buntu dalam proses belajar matematika. Saat berpikir bersama dalam kelompok pun tak jarang mahasiswa mengalami kebuntuan. Saya mencoba membantu mahasiswa memecahkan kebuntuan dengan intervensi tanya-jawab dan pelibatan mahasiswa dalam permainan. Misalnya, yang saya lakukan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika semester I.

Luas Daerah Segi Empat

Mahasiswa dikelompokkan menjadi sembilan kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai dengan

Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika

lima orang mahasiswa. Pembelajaran dibagi menjadi dua kegiatan utama. Kegiatan pertama menghitung luas daerah persegipanjang dan kegiatan kedua menghitung luas daerah trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.

Mengawali kegiatan pertama (40 menit), saya menjelaskan proses kegiatan satu. Mahasiswa berdiskusi kelompok mengenai cara menentukan luas daerah persegipanjang yang sisi-sisinya berukuran a dan b satuan panjang (waktu 25 menit).

Setelah 10 menit berlalu, tidak ada gagasan yang muncul dari mahasiswa. Saya dekati mahasiswa dengan bertanya jawab mengingatkan kembali tentang aksioma luas: (1) Luas daerah persegi yang sisinya a adalah a.a,

(2) Luas daerah yang kongruen adalah sama, (3) Luas daerah keseluruhan sama dengan jumlah luas daerah bagian-bagiannya. Diskusi kelompok tampak menjadi lebih hidup, mereka mencoba menghitung luas daerah persegipanjang yang sisi-sisinya a dan b dengan memanfaatkan aksioma luas daerah tersebut.

Setelah diskusi kelompok, mahasiswa melakukan karya kunjung (10 menit). Salah satu wakil setiap kelompok menjelaskan hasil diskusinya ke kelompok lain. Di sini terjadi “jual-beli' gagasan yang menarik. Contohnya, daerah persegipanjang yang sisi-sisinya a dan b, diperluas menjadi daerah persegi yang sisinya (a + b).

Salah satu kelompok lantas menjelaskan hasil diskusinya di

Mahasiswa tampak aktif saat menghitung luas daerah persegi panjang kegiatan di kelompok kecil.

hadapan seluruh kelompok. Pada sesi pleno inipun mahasiswa tampak aktif bertukar pikiran. Mengakhiri kegiatan pertama, mahasiswa bersama dosen kemudian menyimpulkan hasil diskusi.

Pada kegiatan kedua (50 menit), saya menjelaskan skema kegiatan, yaitu Setiap kelompok kecil bertugas menentukan luas daerah trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. Setiap orang dalam kelompok mempunyai keahlian masing-masing. Dalam kelompok yang anggotanya lebih dari empat orang, berarti ada dua orang yang mempunyai keahlian yang sama.

Sembilan kelompok kecil dibagi menjadi empat kelompok ahli, yaitu kelompok ahli trapesium, kelompok ahli jajargenjang, kelompok ahli belahketupat, dan kelompok ahli layang-layang.

Sesuai dengan kelompok keahlian, setiap kelompok berdiskusi tentang topik masing-masing. Diskusi kelom-pok dilakukan dengan menggunakan hasil kegiatan satu, yaitu luas daerah persegipanjang.

Saya dan dua orang observer berkeliling melihat perkembangan diskusi setiap kelompok ahli. Setelah selesai diskusi dalam tiap kelompok ahli, setiap orang kembali ke kelompok kecil asal. Di sini ia menjelaskan hasil diskusi dalam kelompok ahli ke anggota kelompoknya.

Setelah selesai menjelaskan,

mahasiswa dan saya bersama-sama meyimpulkan hasil kegiatan dua.

Pada akhir kegiatan dua, sebagai latihan saya melempar masalah untuk didiskusikan. Masalah bahan diskusi, “Jika diketahui segitiga tumpul, buatlah jajargenjang yang luas daerahnya dua kali luas segitiga yang diketahui! Ada berapa jajargenjang yang dapat dibuat?”

Pemusatan Data Tunggal

Berikut salah satu aktivitas pada pembelajaran mengenai materi ukuran pemusatan data tunggal. Dosen meminta seluruh mahasiswa menuliskan nomer sepatu masing-

masing pada secarik kertas. Secara acak tujuh mahasiswa tampil di depan kelas dengan membawa kertas yang bertuliskan nomor sepatunya. Dosen meminta pada mahasiswa untuk me-nentukan rata-rata, median, dan mo-dus dari data nomor sepatu tersebut.

Saya meminta salah seorang mahasis-wa untuk bergabung ke depan kelas, sehingga banyaknya data menjadi ge-nap, kemudian dosen meminta kembali untuk menghitung rata-rata, median, dan modus data yang baru (ini dimak-sudkan untuk menghitung median dari data genap dan untuk menunjukkan bahwa modus tidak tunggal).

Salah satu kelompok ahli sedang mendiskusikan luas daerah persegi panjang.

Perkuliahan Matematika 33

Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 46: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)34

Oleh Hepsi Nindiasari Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Kemampuan menyusun lembar kerja eksploratif (LKE) dengan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi amat penting dikuasai calon guru matematika. Dengan kemampuan tersebut mahasiswa dapat menciptakan

Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi

pengalaman belajar bagi siswanya sehingga dapat bermakna dalam memahami materi. Mereka dapat membuat lembar kerja (LK) yang tidak 'memberitahukan' konsep kepada siswa tetapi menginspirasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan penemuan. Oleh karena itu, pada setiap mata kuliah pembelajaran seperti Strategi Pembelajaran

Matematika (SPM) dan Pembinaan Kompetensi Mengajar (PKM) perlu dimasukkan materi pengembangan LKE dengan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Pengetahuan tentang penyusunan LKE ini membuat sadar kepada mahasiswa calon guru matematika bahwa LK tidak hanya sekedar kumpulan soal yang diulang kembali untuk dijawab siswanya, sadar bahwa seorang guru perlu membuat LK nya sendiri tanpa harus tergantung dari LK buatan orang lain atau penerbit.

Materi ini dibawakan dengan pendeka-tan active learning, mahasiswa memba-ngun pengetahuannya, menemukan bersama-sama dengan kelompoknya apa yang dimaksud dengan pertanyaan tingkat tinggi dan bagaimana mengembangkan LKE matematika.

Di awal, mahasiswa diberikan contoh alat peraga, dalam hal ini alat peraga konsep luas lingkaran, kemudian mereka diminta menemukan konsep luas lingkaran, dilanjutkan mengem-bangkan LKE dan pengajuan perta-nyaan tingkat tinggi.

Proses pembuatan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi diawali dengan melatih mereka melalui suatu aktivitas pembelajaran aktif memahami apa itu pertanyaan tingkat tinggi dan komponen LK yang baik. Mahasiswa kemudian mengidentifikasikan komponen LK dengan contoh LK yang ada. Kemudian saya membawa media

Mahasiswa diminta mencari penjumlahan bilangan yang hasilnya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh vertikal maupun diagonal, dengan melibatkan dua atau tiga bilangan.

35 35

untuk menemukan rumus lingkaran. Saya meminta mahasiswa terlebih dulu menemukan rumus lingkaran dengan berbagai pendekatan. Setelah mahasiswa menemukannya, saya meminta kelompok mahasiswa untuk membuat LKE beserta pertanyaan tingkat tinggi apabila ingin menemukan rumus lingkaran tersebut.

Saya menyarankan mahasiswa untuk menyusun LKE dengan informasi yang cukup (tidak terlalu banyak/sedikit) dan memuat pengajuan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntun siswa melakukan penyelidikan atau eksplorasi.

Setelah mahasiswa berhasil membuat LKE tersebut per kelompok, mahasiswa kemudian membuat LKE per individu. Sebagai contoh saya meminta mahasiswa menentukan barisan dan deret dari beberapa korek api yang disusun dalam bentuk persegi panjang sebagai berikut:

Lalu berikut adalah contoh pertanyaan tingkat tinggi yang sudah dibuat mahasiswa:

a. Apakah susunan korek api di atas merupakah sebuah pola barisan? Jika ya, pola barisan apa yang terbentuk? Berikan alasanmu!

b. Dapatkah kamu menggambarkan tiga susunan barisan berikutnya dan menghitung jumlah korek api pada susunan barisan tersebut?

c. Bagaimana pola barisan serta pola deret yang terbentuk?

d. Apa yang dapat kalian simpulkan terkait dengan pola barisan dan deret?

Berdasarkan pengalaman ini, diharapkan mahasiswa merasakan sendiri bagaimana bila siswanya menemukan konsep tersebut, lalu mahasiswa membuat LKE dan pengajauan pertanyaan tingkat tingginya. Mahasiswa berdiskusi dalam mengembangkan LKE tersebut dan saling mengkaji hasil mereka.

Dosen membimbing mahasiswa menggunakan media dalam menemukan rumus luas lingkaran dengan pendekatan luas segiempat dan segitiga. Dari media yang diberikan ini mahasiswa memiliki pengalaman bagaimana menemukan sendiri rumus luas lingkaran, yang kemudian pengalaman tersebut dituangkan untuk menyusun LK untuk dicoba kepada siswanya kelak.

LK dan pengajuan pertanyaan tingkat

tinggi ini dibuat oleh mahasiswa yang berpengalaman mengkonstruk pengetahuannya melalui kegiatan diskusi kelompok. Setelah mahasiswa menemukan konsep di kelompoknya, hasil dipresentasikan di depan kelas. Di bawah ini adalah kegiatan hasil diskusi dalam kelompok.

Setelah kegiatan ini, kemudian maha-siswa secara individu ditugasi membuat LKE beserta media yang mendukung-nya. Hasil pengembangan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi yang dibuat mahasiswa menunjukkan hasil dengan katagori baik.

Pada pembuatan LKE, untuk unsur informasi 70,59% mahasiswa sudah mampu memuat informasi yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, serta mendukung penyelesaian masalah; 14,71% memuat informasi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak tetapi tidak mendukung penyelesaian masalah; 8,82% memuat informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan hanya 2,94% mahasiswa yang tidak memuat informasi dalam LKE.

Adapun untuk unsur pertanyaan yang diajukan dalam LKE, 76,47% mahasiswa sudah mampu mengajukan pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong siswa melakukan penyelidikan dan mendorong siswa untuk berdiskusi; 8,82% mahasiswa sudah mengajukan pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong siswa melakukan penyelidikan tetapi tidak menuntut

Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 47: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)34

Oleh Hepsi Nindiasari Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Kemampuan menyusun lembar kerja eksploratif (LKE) dengan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi amat penting dikuasai calon guru matematika. Dengan kemampuan tersebut mahasiswa dapat menciptakan

Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi

pengalaman belajar bagi siswanya sehingga dapat bermakna dalam memahami materi. Mereka dapat membuat lembar kerja (LK) yang tidak 'memberitahukan' konsep kepada siswa tetapi menginspirasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan penemuan. Oleh karena itu, pada setiap mata kuliah pembelajaran seperti Strategi Pembelajaran

Matematika (SPM) dan Pembinaan Kompetensi Mengajar (PKM) perlu dimasukkan materi pengembangan LKE dengan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Pengetahuan tentang penyusunan LKE ini membuat sadar kepada mahasiswa calon guru matematika bahwa LK tidak hanya sekedar kumpulan soal yang diulang kembali untuk dijawab siswanya, sadar bahwa seorang guru perlu membuat LK nya sendiri tanpa harus tergantung dari LK buatan orang lain atau penerbit.

Materi ini dibawakan dengan pendeka-tan active learning, mahasiswa memba-ngun pengetahuannya, menemukan bersama-sama dengan kelompoknya apa yang dimaksud dengan pertanyaan tingkat tinggi dan bagaimana mengembangkan LKE matematika.

Di awal, mahasiswa diberikan contoh alat peraga, dalam hal ini alat peraga konsep luas lingkaran, kemudian mereka diminta menemukan konsep luas lingkaran, dilanjutkan mengem-bangkan LKE dan pengajuan perta-nyaan tingkat tinggi.

Proses pembuatan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi diawali dengan melatih mereka melalui suatu aktivitas pembelajaran aktif memahami apa itu pertanyaan tingkat tinggi dan komponen LK yang baik. Mahasiswa kemudian mengidentifikasikan komponen LK dengan contoh LK yang ada. Kemudian saya membawa media

Mahasiswa diminta mencari penjumlahan bilangan yang hasilnya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh vertikal maupun diagonal, dengan melibatkan dua atau tiga bilangan.

35 35

untuk menemukan rumus lingkaran. Saya meminta mahasiswa terlebih dulu menemukan rumus lingkaran dengan berbagai pendekatan. Setelah mahasiswa menemukannya, saya meminta kelompok mahasiswa untuk membuat LKE beserta pertanyaan tingkat tinggi apabila ingin menemukan rumus lingkaran tersebut.

Saya menyarankan mahasiswa untuk menyusun LKE dengan informasi yang cukup (tidak terlalu banyak/sedikit) dan memuat pengajuan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntun siswa melakukan penyelidikan atau eksplorasi.

Setelah mahasiswa berhasil membuat LKE tersebut per kelompok, mahasiswa kemudian membuat LKE per individu. Sebagai contoh saya meminta mahasiswa menentukan barisan dan deret dari beberapa korek api yang disusun dalam bentuk persegi panjang sebagai berikut:

Lalu berikut adalah contoh pertanyaan tingkat tinggi yang sudah dibuat mahasiswa:

a. Apakah susunan korek api di atas merupakah sebuah pola barisan? Jika ya, pola barisan apa yang terbentuk? Berikan alasanmu!

b. Dapatkah kamu menggambarkan tiga susunan barisan berikutnya dan menghitung jumlah korek api pada susunan barisan tersebut?

c. Bagaimana pola barisan serta pola deret yang terbentuk?

d. Apa yang dapat kalian simpulkan terkait dengan pola barisan dan deret?

Berdasarkan pengalaman ini, diharapkan mahasiswa merasakan sendiri bagaimana bila siswanya menemukan konsep tersebut, lalu mahasiswa membuat LKE dan pengajauan pertanyaan tingkat tingginya. Mahasiswa berdiskusi dalam mengembangkan LKE tersebut dan saling mengkaji hasil mereka.

Dosen membimbing mahasiswa menggunakan media dalam menemukan rumus luas lingkaran dengan pendekatan luas segiempat dan segitiga. Dari media yang diberikan ini mahasiswa memiliki pengalaman bagaimana menemukan sendiri rumus luas lingkaran, yang kemudian pengalaman tersebut dituangkan untuk menyusun LK untuk dicoba kepada siswanya kelak.

LK dan pengajuan pertanyaan tingkat

tinggi ini dibuat oleh mahasiswa yang berpengalaman mengkonstruk pengetahuannya melalui kegiatan diskusi kelompok. Setelah mahasiswa menemukan konsep di kelompoknya, hasil dipresentasikan di depan kelas. Di bawah ini adalah kegiatan hasil diskusi dalam kelompok.

Setelah kegiatan ini, kemudian maha-siswa secara individu ditugasi membuat LKE beserta media yang mendukung-nya. Hasil pengembangan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi yang dibuat mahasiswa menunjukkan hasil dengan katagori baik.

Pada pembuatan LKE, untuk unsur informasi 70,59% mahasiswa sudah mampu memuat informasi yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, serta mendukung penyelesaian masalah; 14,71% memuat informasi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak tetapi tidak mendukung penyelesaian masalah; 8,82% memuat informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan hanya 2,94% mahasiswa yang tidak memuat informasi dalam LKE.

Adapun untuk unsur pertanyaan yang diajukan dalam LKE, 76,47% mahasiswa sudah mampu mengajukan pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong siswa melakukan penyelidikan dan mendorong siswa untuk berdiskusi; 8,82% mahasiswa sudah mengajukan pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong siswa melakukan penyelidikan tetapi tidak menuntut

Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 48: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)36

siswa melakukan diskusi, terdapat 11,76% mahasiswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak mendorong siswa melakukan penyelidikan, serta tidak ada satupun mahasiswa yang tidak mengajukan pertanyaan dalam LKE.

Pada LKE tersebut terdapat 64,7% mahasiswa yang sudah megajukan

pertanyaan refleksi, terkait dengan pertanyaan untuk menyimpulkan, penilaian, siswa diminta untuk menceritakan kembali bagaimana proses menemukan rumus misalnya atau penyelesaian masalah. Pengetahuan mahasiswa akan LKE sejalan dengan keterampilan membuat LKE, ini ditunjukkan dengan pembuatan LKE dikategorikan baik

Barisan dan DeretBeberapa koreksi api dikelompokkan dan disusun dalam bentuk persegi sebagai berikut:

a. Apakah susunan korek api di atas merupakah sebuah pola barisan? Jika ya, pola barisan apa yang terbentuk? Berikan alasanmu!

b. Dapatkah kamu menggambarkan tiga susunan barisan berikutnya dan menghitung jumlah korek api pada susunan barisan tersebut?

c. Bagaimana pola barisan serta pola deret yang terbentuk?

d. Apa yang dapat kalian simpulkan terkait dengan pola barisan dan deret?

begitu pula pengetahuannya, (70,59% dan 76,47% untuk unsur informasi dan pengajuan pertanyaan, dan 80% untuk pengetahuan).

Media tersebut dibuat untuk mendukung LKE . Kegiatan ini merupakan dampak dari pemberian materi dengan active learning dalam mengembangkan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi.

37 37Perkuliahan Matematika

UIN Sunan Ampel Surabaya - Masjid Ulul Albab yang berada di UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya bukan sekadar untuk beribadah bagi penghuni kampus. Bagi Ibu Febriana Kristanti SSi MSi, dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA, tinggi menara masjid dapat dijadikan media pembelajaran dalam mata kuliah Trigonometri untuk mahasiswa Semester II.

Ibu Febriana mengajak mahasiswa melakukan pemodelan pembelajaran

matematika di SMP dengan mengukur tinggi masjid tanpa harus memanjat. Mahasiswa diajak ke masjid untuk melihat ketinggian menara. “Menara masjid cukup tinggi sehingga tidak bisa diukur secara manual. Maka, diper-lukan alat untuk mengetahui keting-giannya tanpa harus memanjatnya,” ujar Ibu Febriana.

Sebelumnya, pada kegiatan apersepsi di kelas, dosen menerangkan kepada mahasiswa tentang sudut elevasi dan

jenis-jenis perbandingan trigonometri. “Sudut elevasi adalah sudut yang dibentuk dari garis horisontal dengan arah pandangan mata ketika men-dongak ke atas,” jelas Ibu Febriana.

Alat klinometer pun diperkenalkan kepada mahasiswa untuk mengukur tinggi benda. Selain menara masjid, alat tersebut dapat pula digunakan untuk mengukur ketinggian gedung, tinggi tiang bendera, dan benda lain yang sulit diukur tingginya secara manual.

Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya

LKE yang dibuat mahasiswa dari hasil perkuliahan.

Mahasiswa sedang mengukur tinggi masjid dengan klinometer.

Matematika

Page 49: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)36

siswa melakukan diskusi, terdapat 11,76% mahasiswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak mendorong siswa melakukan penyelidikan, serta tidak ada satupun mahasiswa yang tidak mengajukan pertanyaan dalam LKE.

Pada LKE tersebut terdapat 64,7% mahasiswa yang sudah megajukan

pertanyaan refleksi, terkait dengan pertanyaan untuk menyimpulkan, penilaian, siswa diminta untuk menceritakan kembali bagaimana proses menemukan rumus misalnya atau penyelesaian masalah. Pengetahuan mahasiswa akan LKE sejalan dengan keterampilan membuat LKE, ini ditunjukkan dengan pembuatan LKE dikategorikan baik

Barisan dan DeretBeberapa koreksi api dikelompokkan dan disusun dalam bentuk persegi sebagai berikut:

a. Apakah susunan korek api di atas merupakah sebuah pola barisan? Jika ya, pola barisan apa yang terbentuk? Berikan alasanmu!

b. Dapatkah kamu menggambarkan tiga susunan barisan berikutnya dan menghitung jumlah korek api pada susunan barisan tersebut?

c. Bagaimana pola barisan serta pola deret yang terbentuk?

d. Apa yang dapat kalian simpulkan terkait dengan pola barisan dan deret?

begitu pula pengetahuannya, (70,59% dan 76,47% untuk unsur informasi dan pengajuan pertanyaan, dan 80% untuk pengetahuan).

Media tersebut dibuat untuk mendukung LKE . Kegiatan ini merupakan dampak dari pemberian materi dengan active learning dalam mengembangkan LKE dan pengajuan pertanyaan tingkat tinggi.

37 37Perkuliahan Matematika

UIN Sunan Ampel Surabaya - Masjid Ulul Albab yang berada di UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya bukan sekadar untuk beribadah bagi penghuni kampus. Bagi Ibu Febriana Kristanti SSi MSi, dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA, tinggi menara masjid dapat dijadikan media pembelajaran dalam mata kuliah Trigonometri untuk mahasiswa Semester II.

Ibu Febriana mengajak mahasiswa melakukan pemodelan pembelajaran

matematika di SMP dengan mengukur tinggi masjid tanpa harus memanjat. Mahasiswa diajak ke masjid untuk melihat ketinggian menara. “Menara masjid cukup tinggi sehingga tidak bisa diukur secara manual. Maka, diper-lukan alat untuk mengetahui keting-giannya tanpa harus memanjatnya,” ujar Ibu Febriana.

Sebelumnya, pada kegiatan apersepsi di kelas, dosen menerangkan kepada mahasiswa tentang sudut elevasi dan

jenis-jenis perbandingan trigonometri. “Sudut elevasi adalah sudut yang dibentuk dari garis horisontal dengan arah pandangan mata ketika men-dongak ke atas,” jelas Ibu Febriana.

Alat klinometer pun diperkenalkan kepada mahasiswa untuk mengukur tinggi benda. Selain menara masjid, alat tersebut dapat pula digunakan untuk mengukur ketinggian gedung, tinggi tiang bendera, dan benda lain yang sulit diukur tingginya secara manual.

Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya

LKE yang dibuat mahasiswa dari hasil perkuliahan.

Mahasiswa sedang mengukur tinggi masjid dengan klinometer.

Matematika

Page 50: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Selanjutnya, Febriana membagi mahasiswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan 9-10 orang secara heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Setiap kelompok menerima klinometer dan meteran. Mereka akan mencari solusi dari permasalahan yang ada yaitu bagaimana mengukur tinggi menara tanpa harus memanjatnya sesuai dengan tugas yang tertera pada Lembar Kerja Mahasiswa.

Mereka dapat menggali informasi melalui open access secara online untuk memperoleh informasi tentang alat ukur klinometer. Kemudian mahasiswa menentukan posisi di mana sebaiknya meletakkan alat ukur klinometer dan kemudian mengukur jaraknya dari menara. Posisi setiap kelompok berbeda. Melalui alat ukur klinometer, diketahui ukuran sudut inklinasi terhadap menara.

Mahasiswa dalam kelompok meran-cang cara menentukan tinggi bangunan dengan bantuan klinometer. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah pertama, meletakkan klino-meter dengan posisi menghadap menara yang akan diukur tingginya. Diusahakan agar tali atau benang yang diberi bandul mengarah lurus ke bawah. Kegiatan ini menggunakan tiang penyangga, maka tinggi mata pengamat berarti sejajar dengan tinggi tiang penyangga tempat meletakkan klino-meter. Misalnya, tinggi tiang penyangga adalah p dan jarak menara dengan

posisi tiang penyangga adalah x.

Kedua, klinometer diarahkan ke puncak menara yang akan diukur tingginya dan mahasiswa melihat puncak menara melalui lubang pembidik. Pada pengamatan ini, titik (obyek) yang dibidik dan lubang pembidik harus terlihat dalam satu garis lurus.

Ketiga, letak tali bandul terhadap busur derajat pada klinometer perlu diperiksa dengan cermat. Dari pengamatan ini, mahasiswa akan memperoleh sudut elevasi untuk mengukur tinggi benda yang dimaksud. Misal tali bandul menunjuk sudut β dan sudut elevasinya, maka α = 90 - β.

Keempat, untuk memperoleh hasil pengukuran yang lebih teliti, mahasiswa dianjurkan dosen melakukan pengamatan beberapa kali dan mengambil ukuran rata-rata untuk perhitungan selanjutnya.

Setelah diketahui ukurannya, mahasiswa menggambar sketsa hasil pengamatan secara berkelompok di kertas plano. Dari sini, mereka dapat mencari hubungan perbandingan trigonometri sesuai hasil pengamatan dan gambar sketsa.

“Mahasiswa mengkaitkan konsep-konsep trigonometri yang dapat diaplikasikan dalam mencari tinggi menara,” terang Ibu Febriana.

Tinggi obyek ditentukan dengan menggunakan perhitungan memakai

rumus trigonometri. Dari pengukuran di lapangan diperoleh nilai α, p, dan x. Dengan menggunakan tabel nilai fungsi trigonometri atau kalkulator maka dapat dicari nilai tangen α. Sedangkan dari gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa tg α= y/x , sehingga y = x tg α. Jadi, tinggi menara adalah y + p.

Posisi I:Jarak pengukur (klinometer) dengan menara: x= 9 metertinggi mata pengukur (tinggi penyangga): p= 1,5 metersudut pada tali bandul: β = 25,9° sehingga sudut elevasinya: α = 64,1°

Maka diperoleh:tg α = y/x y = x.tg α = 9.tg (64,1°) = 9.2,06 = 18,54Jadi, tinggi menara = y + p = 18,54 + 1,5 = 20,04 meter

Kegiatan ini berkenaan dengan tujuan utama pembelajaran yaitu mahasiswa dapat melakukan manipulasi aljabar

α

x

y

p

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)38 39

dalam perhitungan teknis terutama yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigo-nometri. Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa memahami hakikat trigonometri sehingga dapat mengapli-kasinya ke dalam mata kuliah kalkulus lanjut dan kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, mahasiswa mendiskusikan bersama teman sekelompok hasil perhitungan tinggi benda dan meme-riksa hasilnya dengan bimbingan dosen. Febriana kemudian memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Tanggapan disampaikan kelompok lainnya. Ahmad Muhammad Alawi, mahasiswa semester dua, menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. “Setelah kami melakukan percobaan sebanyak tiga kali, yaitu dengan memilih tiga posisi yang berbeda dari menara, berjarak 8 meter, 9 meter, dan 12 meter. Ternyata dari hasil diskusi kami disimpulkan bahwa tinggi menara Masjid Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya sekitar 20 meter,” papar Alawi.

Mahasiswa bersama dosen memban-dingkan hasil pengukuran yang lebih akurat disertai dengan kesimpulan tentang cara memperolehnya. Dosen membantu mahasiswa untuk melaku-kan refleksi terhadap perhitungan tinggi masjid yang sudah dilakukan.

Hasil karya mahasiswa menghitung tinggi masjid kampus.

39Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 51: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Selanjutnya, Febriana membagi mahasiswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan 9-10 orang secara heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Setiap kelompok menerima klinometer dan meteran. Mereka akan mencari solusi dari permasalahan yang ada yaitu bagaimana mengukur tinggi menara tanpa harus memanjatnya sesuai dengan tugas yang tertera pada Lembar Kerja Mahasiswa.

Mereka dapat menggali informasi melalui open access secara online untuk memperoleh informasi tentang alat ukur klinometer. Kemudian mahasiswa menentukan posisi di mana sebaiknya meletakkan alat ukur klinometer dan kemudian mengukur jaraknya dari menara. Posisi setiap kelompok berbeda. Melalui alat ukur klinometer, diketahui ukuran sudut inklinasi terhadap menara.

Mahasiswa dalam kelompok meran-cang cara menentukan tinggi bangunan dengan bantuan klinometer. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah pertama, meletakkan klino-meter dengan posisi menghadap menara yang akan diukur tingginya. Diusahakan agar tali atau benang yang diberi bandul mengarah lurus ke bawah. Kegiatan ini menggunakan tiang penyangga, maka tinggi mata pengamat berarti sejajar dengan tinggi tiang penyangga tempat meletakkan klino-meter. Misalnya, tinggi tiang penyangga adalah p dan jarak menara dengan

posisi tiang penyangga adalah x.

Kedua, klinometer diarahkan ke puncak menara yang akan diukur tingginya dan mahasiswa melihat puncak menara melalui lubang pembidik. Pada pengamatan ini, titik (obyek) yang dibidik dan lubang pembidik harus terlihat dalam satu garis lurus.

Ketiga, letak tali bandul terhadap busur derajat pada klinometer perlu diperiksa dengan cermat. Dari pengamatan ini, mahasiswa akan memperoleh sudut elevasi untuk mengukur tinggi benda yang dimaksud. Misal tali bandul menunjuk sudut β dan sudut elevasinya, maka α = 90 - β.

Keempat, untuk memperoleh hasil pengukuran yang lebih teliti, mahasiswa dianjurkan dosen melakukan pengamatan beberapa kali dan mengambil ukuran rata-rata untuk perhitungan selanjutnya.

Setelah diketahui ukurannya, mahasiswa menggambar sketsa hasil pengamatan secara berkelompok di kertas plano. Dari sini, mereka dapat mencari hubungan perbandingan trigonometri sesuai hasil pengamatan dan gambar sketsa.

“Mahasiswa mengkaitkan konsep-konsep trigonometri yang dapat diaplikasikan dalam mencari tinggi menara,” terang Ibu Febriana.

Tinggi obyek ditentukan dengan menggunakan perhitungan memakai

rumus trigonometri. Dari pengukuran di lapangan diperoleh nilai α, p, dan x. Dengan menggunakan tabel nilai fungsi trigonometri atau kalkulator maka dapat dicari nilai tangen α. Sedangkan dari gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa tg α= y/x , sehingga y = x tg α. Jadi, tinggi menara adalah y + p.

Posisi I:Jarak pengukur (klinometer) dengan menara: x= 9 metertinggi mata pengukur (tinggi penyangga): p= 1,5 metersudut pada tali bandul: β = 25,9° sehingga sudut elevasinya: α = 64,1°

Maka diperoleh:tg α = y/x y = x.tg α = 9.tg (64,1°) = 9.2,06 = 18,54Jadi, tinggi menara = y + p = 18,54 + 1,5 = 20,04 meter

Kegiatan ini berkenaan dengan tujuan utama pembelajaran yaitu mahasiswa dapat melakukan manipulasi aljabar

α

x

y

p

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)38 39

dalam perhitungan teknis terutama yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigo-nometri. Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa memahami hakikat trigonometri sehingga dapat mengapli-kasinya ke dalam mata kuliah kalkulus lanjut dan kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, mahasiswa mendiskusikan bersama teman sekelompok hasil perhitungan tinggi benda dan meme-riksa hasilnya dengan bimbingan dosen. Febriana kemudian memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Tanggapan disampaikan kelompok lainnya. Ahmad Muhammad Alawi, mahasiswa semester dua, menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. “Setelah kami melakukan percobaan sebanyak tiga kali, yaitu dengan memilih tiga posisi yang berbeda dari menara, berjarak 8 meter, 9 meter, dan 12 meter. Ternyata dari hasil diskusi kami disimpulkan bahwa tinggi menara Masjid Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya sekitar 20 meter,” papar Alawi.

Mahasiswa bersama dosen memban-dingkan hasil pengukuran yang lebih akurat disertai dengan kesimpulan tentang cara memperolehnya. Dosen membantu mahasiswa untuk melaku-kan refleksi terhadap perhitungan tinggi masjid yang sudah dilakukan.

Hasil karya mahasiswa menghitung tinggi masjid kampus.

39Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 52: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Hery Sutarto MPd Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Media Pendidikan Matematika (MPM) 1 adalah mata kuliah yang bertujuan mengembangkan media pembelajaran pada umumnya yang digunakan di sekolah. Sebagai contoh, pada umumnya sekolah hanya menggunakan alat peraga berupa media bangun datar (menemukan luas daerah berbagai bangun datar) dan bangun ruang (menemukan volum berbagai bangun ruang beraraturan) akan dikembangkan menjadi model yang lebih dinamis.

Pada suatu perkuliahan, saya mempraktikkan pengembangan media matematika sederhana dan kebermanfaatannya dalam kehidupan.

Atau yang sekarang bisa dikenal sebagai Experiential Learning. Berikut yang saya lakukan

Dosen mengambil selembar kertas berukuran A4. Kemudian dipotong menjadi dua buah, yang masing-masing berukuran sama. Satu bagian ujung-ujungnya direkatkan sehingga membentuk balok tanpa tutup, sedangkan satu bagian lainnya dibentuk tabung tanpa tutup. Tampak pada gambar 2.

Kemudian dosen memberikan per-tanyaan dugaan (konjecture) yang dilontarkan pada mahasiswa. Pertanyaan tersebut adalah, “Mana yang lebih kuat menahan beban? Jika di atasnya kita berikan beban pada keduanya. Berikan alasannya.” Alhasil, beragam dugaan dan argumen yang

muncul. Banyak argumen tersebut semakin membuat penasaran mahasiswa.

Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...

Dosen menggunakan alat dan bahan sederhana, yakni selembar kertas dalam perkuliahan Media Pendidikan Matematika.

Balok tanpa tutup dan tabung tanpa tutup yang dibuat dari kertas yang berukuran sama

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)40 41

Setelah dilakukan percobaan, dosen melontarkan satu pertanyaan lagi, “Kenapa bisa demikian, jelaskan secara matematis?” Kemudian diskusi kembali menghangat dari argumen-argumen yang dikemukakan oleh mahasiswa. Beberapa jawaban dari mahasiswa banyak yang mendekati kebenaran.

“Bahwa, beban yang datang kepada balok tanpa tutup hanya tersebar kepada empat titik/tempat saja, yaitu pada pojok-pojoknya, sedangkan pada tabung tanpa tutup, beban yang datang disebarkan secara merata pada setiap titik pada lingkaran atas. Inilah yang mengakibatkan tabung mampu menahan beban tersebut daripada balok tersebut.”

Hal inilah yang dimanfaatkan dalam dunia arsitektur/bangunan. Salah

satunya bahwa bentuk beton yang lebih kuat adalah yang berbentuk tabung, bukan balok. Kenapa pipa paralon berbentuk tabung, bukan balok, paku bumi y g kenapa anberlubang tengah selalu berbe tuk ntabung dan masih , banyak lagi penjelasan tentang kebermanfaatan matematika sederhana ini. Setelah pemodelan selesai, mahasiswa diminta untuk membuat media yang berkaitan dengan matematika dan pemanfataannya di

Mahasiswa mendemonstrasikan pemberian beban pada balok tanpa tutup dan tabung tanpa tutup.

Penjelasan penyebab kekuatan yang berbeda dari balok dan tabung.

Produk media pembelajaran matematika yang dihasilkan

oleh mahasiswa sangat beragam dan imajinatif.

Dari pojok kiri atas searah jarum jam: jembatan Agnesi,

mobius strip, mobil beroda persegi, kereta logika.

kehidupan nyata. Dengan kata lain, saya terinspirasi oleh USAID PRIORITAS. Harapannya maha siswa terinspirasi -oleh yang saya lakukan an pemodelan , damazing, hasilnya sangat memuaskan. Produk yang dibuat oleh mahasiswa sangat beragam.

41Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 53: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Hery Sutarto MPd Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Media Pendidikan Matematika (MPM) 1 adalah mata kuliah yang bertujuan mengembangkan media pembelajaran pada umumnya yang digunakan di sekolah. Sebagai contoh, pada umumnya sekolah hanya menggunakan alat peraga berupa media bangun datar (menemukan luas daerah berbagai bangun datar) dan bangun ruang (menemukan volum berbagai bangun ruang beraraturan) akan dikembangkan menjadi model yang lebih dinamis.

Pada suatu perkuliahan, saya mempraktikkan pengembangan media matematika sederhana dan kebermanfaatannya dalam kehidupan.

Atau yang sekarang bisa dikenal sebagai Experiential Learning. Berikut yang saya lakukan

Dosen mengambil selembar kertas berukuran A4. Kemudian dipotong menjadi dua buah, yang masing-masing berukuran sama. Satu bagian ujung-ujungnya direkatkan sehingga membentuk balok tanpa tutup, sedangkan satu bagian lainnya dibentuk tabung tanpa tutup. Tampak pada gambar 2.

Kemudian dosen memberikan per-tanyaan dugaan (konjecture) yang dilontarkan pada mahasiswa. Pertanyaan tersebut adalah, “Mana yang lebih kuat menahan beban? Jika di atasnya kita berikan beban pada keduanya. Berikan alasannya.” Alhasil, beragam dugaan dan argumen yang

muncul. Banyak argumen tersebut semakin membuat penasaran mahasiswa.

Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...

Dosen menggunakan alat dan bahan sederhana, yakni selembar kertas dalam perkuliahan Media Pendidikan Matematika.

Balok tanpa tutup dan tabung tanpa tutup yang dibuat dari kertas yang berukuran sama

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)40 41

Setelah dilakukan percobaan, dosen melontarkan satu pertanyaan lagi, “Kenapa bisa demikian, jelaskan secara matematis?” Kemudian diskusi kembali menghangat dari argumen-argumen yang dikemukakan oleh mahasiswa. Beberapa jawaban dari mahasiswa banyak yang mendekati kebenaran.

“Bahwa, beban yang datang kepada balok tanpa tutup hanya tersebar kepada empat titik/tempat saja, yaitu pada pojok-pojoknya, sedangkan pada tabung tanpa tutup, beban yang datang disebarkan secara merata pada setiap titik pada lingkaran atas. Inilah yang mengakibatkan tabung mampu menahan beban tersebut daripada balok tersebut.”

Hal inilah yang dimanfaatkan dalam dunia arsitektur/bangunan. Salah

satunya bahwa bentuk beton yang lebih kuat adalah yang berbentuk tabung, bukan balok. Kenapa pipa paralon berbentuk tabung, bukan balok, paku bumi y g kenapa anberlubang tengah selalu berbe tuk ntabung dan masih , banyak lagi penjelasan tentang kebermanfaatan matematika sederhana ini. Setelah pemodelan selesai, mahasiswa diminta untuk membuat media yang berkaitan dengan matematika dan pemanfataannya di

Mahasiswa mendemonstrasikan pemberian beban pada balok tanpa tutup dan tabung tanpa tutup.

Penjelasan penyebab kekuatan yang berbeda dari balok dan tabung.

Produk media pembelajaran matematika yang dihasilkan

oleh mahasiswa sangat beragam dan imajinatif.

Dari pojok kiri atas searah jarum jam: jembatan Agnesi,

mobius strip, mobil beroda persegi, kereta logika.

kehidupan nyata. Dengan kata lain, saya terinspirasi oleh USAID PRIORITAS. Harapannya maha siswa terinspirasi -oleh yang saya lakukan an pemodelan , damazing, hasilnya sangat memuaskan. Produk yang dibuat oleh mahasiswa sangat beragam.

41Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 54: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)42

UIN Sumatra Utara - Operasi bilangan bulat terdengar rumit. Tapi dengan chips hitam-putih, operasi bilangan jadi gampang diajarkan. “Abrakabdra,” seru Ibu Rora Rizky Wandini MPd.

Seketika mahasiswa Jurusan Matema-tika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) berlakon seperti siswa SD. Ibu Rora sang dosen matematika, hari itu mengampu topik operasi bilangan bulat. Ia meminta mahasiswanya ber-peran laiknya siswa SD agar mereka bisa memaknai pembelajaran. Kalau ia menyebut Abrakabdra lagi, maka mahasiswanya kembali menjadi mahasiswa LPTK.

Ibu Rora membagikan LK I. Isinya angka-angka. Mahasiswa diminta men-cari penjumlahan bilangan yang hasil-nya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh verti-kal maupun diagonal. Boleh melibatkan dua atau tiga bilangan. “Waktunya hanya dua menit!” perintah Ibu Rora.

Mahasiswa yang duduk dalam kelompok segera bekerja. Ujung pulpen mereka melingkari bilangan yang jika dijumlah sama dengan tiga belas.

Sambil berkeliling kelas, Ibu Rora mulai bertanya. “Berapa hasilnya?”

Mahasiswa diminta mencari penjumlahan bilangan yang hasilnya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh vertikal maupun diagonal, dengan melibatkan dua atau tiga bilangan

Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang

43

43Perkuliahan Matematika

“Pertama mendapat 1+13+ (-1),” seru mahasiswa.

“Kedua 5+6+2,” lanjut mahasiswa.

“Adakah yang menemukan (-1) + (-2) + 16?” tanya Ibu Rora

“Ada bu!” jawab mahasiswa.

Selesai mengerjakan LK 1, Ibu Rora bertanya kepada mahasiswanya. “Kira-kira dari yang kalian kerjakan tadi, kita akan mempelajari apa?”

“Bilangan bulat!” seru mahasiswa.

“Ada yang tahu bilangan bulat itu apa?”

“Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari negatif, positif dan nol!” jawab mahasiswa.

Sebelum menjelaskan defenisi bilangan bulat, Ibu Rora mengajak mahasiswanya bernyanyi. Lagunya diambil dari lagu “Anak Kambing Saya”. Hanya liriknya diganti dengan kata-kata yang berhubungan bilangan bulat (lihat gambar nyanyian bilangan bulat).

Mahasiswa diajak bernyanyi dua kali. Di penghujung lagu, Ibu Rora mengatakan bilangan bulat itu adalah bilangan positif, negatif, dan nol. “Jadi bilangan bulat itu adalah perluasan bilangan cacah,” terang Ibu Rora.

Bagaimana operasinya?

Guna memudahkan mengoperasian bilangan bulat, Ibu Rora menggunakan alat bantu berupa kertas yang

digunting bulat berwarna hitam dan putih. Potongan kertas itu disebut chips. Chips putih bernilai positif satu (+ 1) dan Chips hitam bernilai negatif satu (- 1). “Jika chips putih dan hitam digabungkan maka bernilai nol,” tambah Ibu Rora.

Ibu Rora meminta mahasiswa mengambil tiga unit chips berwarna putih. Sedangkan chips berwarna hitam sebanyak dua unit. “Sekarang kalian buat bilangan (-1) dari kelima chips ini dengan memasukkan angka nol. Ingat chips putih “positif satu”dan hitam “negatif satu”, jika digabungkan menjadi nol. Ada yang dapat?”

“Ada bu!”

Ibu Rora meminta mahasiwanya menempelkan kerjanya di papan tulis. Satu persatu pekerjaan mahasiwa diperiksa. Jika ditemukan kesalahan, Ibu Rora langsung memperbaikinya.

Setelah mahasiswa mengerti menggunakan chips, Ibu Rora memberikan LK II. Mahasiswa diminta bekerja secara kelompok untuk menjawab soal-soal itu. Hasil kerja kelompok ditulis dalam lembar kertas plano.

Selama bekerja dalam kelompok, mahasiswa boleh bekerja dimana saja. Boleh di kursi, bahkan boleh di lantai kelas. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk berekspresi.

Setelah kerja kelompok selesai, maka setiap kelompok harus

mempresentasikan pekerjaannya. Dua orang ditunjuk sebagai juru bicara. Kelompok lain diperbolehkan bertanya jika ditemukan kesalahan.

Nur Aliah Daulay, salah seorang mahasiswa mengatakan pengunaan chips putih-hitam memudahkan dirinya mempelajari operasi bilangan bulat. Aliyah yakin metode ini akan efektif digunakan ketika mengajar di Madrasah Ibtidaiyah.”Kami dulu tidak pernah belajar seperti ini,”katanya.

Ibu Rora mengatakan penggunaan active learming membantu mahasiswa menjadi calon guru yang bisa mengelola kelasnya. Penggunaan lembar kerja yang baik bisa melayani gaya belajar mahasiwa baik itu audiotory, visual, maupun kinestetik. ”Dengan active learning mahasiswa lebih bisa memahami konsep yang kita berikan tanpa harus menghafal. Bisa lebih ingat, bisa melakukan dan tahan lama,”tambahnya.

Operasi bilangan bulat termasuk topik yang sulit bagi siswa SD. Kerumitannya terletak pada pengoperasian bilangan positif (+) dan negatif (-). Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4,… sehingga negatif dari bilangan cacah yaitu -1,-2,-3,-4,… dalam hal ini -0 = 0 maka tidak dimasukkan lagi secara terpisah.

“Abrakabdra.” Maka mahasiwa berhenti berperan seperti siswa SD.

MATEMATIKAMatematika

Page 55: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)42

UIN Sumatra Utara - Operasi bilangan bulat terdengar rumit. Tapi dengan chips hitam-putih, operasi bilangan jadi gampang diajarkan. “Abrakabdra,” seru Ibu Rora Rizky Wandini MPd.

Seketika mahasiswa Jurusan Matema-tika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) berlakon seperti siswa SD. Ibu Rora sang dosen matematika, hari itu mengampu topik operasi bilangan bulat. Ia meminta mahasiswanya ber-peran laiknya siswa SD agar mereka bisa memaknai pembelajaran. Kalau ia menyebut Abrakabdra lagi, maka mahasiswanya kembali menjadi mahasiswa LPTK.

Ibu Rora membagikan LK I. Isinya angka-angka. Mahasiswa diminta men-cari penjumlahan bilangan yang hasil-nya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh verti-kal maupun diagonal. Boleh melibatkan dua atau tiga bilangan. “Waktunya hanya dua menit!” perintah Ibu Rora.

Mahasiswa yang duduk dalam kelompok segera bekerja. Ujung pulpen mereka melingkari bilangan yang jika dijumlah sama dengan tiga belas.

Sambil berkeliling kelas, Ibu Rora mulai bertanya. “Berapa hasilnya?”

Mahasiswa diminta mencari penjumlahan bilangan yang hasilnya positif 13. Syarat penjumlahannya boleh horizontal, boleh vertikal maupun diagonal, dengan melibatkan dua atau tiga bilangan

Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang

43

43Perkuliahan Matematika

“Pertama mendapat 1+13+ (-1),” seru mahasiswa.

“Kedua 5+6+2,” lanjut mahasiswa.

“Adakah yang menemukan (-1) + (-2) + 16?” tanya Ibu Rora

“Ada bu!” jawab mahasiswa.

Selesai mengerjakan LK 1, Ibu Rora bertanya kepada mahasiswanya. “Kira-kira dari yang kalian kerjakan tadi, kita akan mempelajari apa?”

“Bilangan bulat!” seru mahasiswa.

“Ada yang tahu bilangan bulat itu apa?”

“Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari negatif, positif dan nol!” jawab mahasiswa.

Sebelum menjelaskan defenisi bilangan bulat, Ibu Rora mengajak mahasiswanya bernyanyi. Lagunya diambil dari lagu “Anak Kambing Saya”. Hanya liriknya diganti dengan kata-kata yang berhubungan bilangan bulat (lihat gambar nyanyian bilangan bulat).

Mahasiswa diajak bernyanyi dua kali. Di penghujung lagu, Ibu Rora mengatakan bilangan bulat itu adalah bilangan positif, negatif, dan nol. “Jadi bilangan bulat itu adalah perluasan bilangan cacah,” terang Ibu Rora.

Bagaimana operasinya?

Guna memudahkan mengoperasian bilangan bulat, Ibu Rora menggunakan alat bantu berupa kertas yang

digunting bulat berwarna hitam dan putih. Potongan kertas itu disebut chips. Chips putih bernilai positif satu (+ 1) dan Chips hitam bernilai negatif satu (- 1). “Jika chips putih dan hitam digabungkan maka bernilai nol,” tambah Ibu Rora.

Ibu Rora meminta mahasiswa mengambil tiga unit chips berwarna putih. Sedangkan chips berwarna hitam sebanyak dua unit. “Sekarang kalian buat bilangan (-1) dari kelima chips ini dengan memasukkan angka nol. Ingat chips putih “positif satu”dan hitam “negatif satu”, jika digabungkan menjadi nol. Ada yang dapat?”

“Ada bu!”

Ibu Rora meminta mahasiwanya menempelkan kerjanya di papan tulis. Satu persatu pekerjaan mahasiwa diperiksa. Jika ditemukan kesalahan, Ibu Rora langsung memperbaikinya.

Setelah mahasiswa mengerti menggunakan chips, Ibu Rora memberikan LK II. Mahasiswa diminta bekerja secara kelompok untuk menjawab soal-soal itu. Hasil kerja kelompok ditulis dalam lembar kertas plano.

Selama bekerja dalam kelompok, mahasiswa boleh bekerja dimana saja. Boleh di kursi, bahkan boleh di lantai kelas. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk berekspresi.

Setelah kerja kelompok selesai, maka setiap kelompok harus

mempresentasikan pekerjaannya. Dua orang ditunjuk sebagai juru bicara. Kelompok lain diperbolehkan bertanya jika ditemukan kesalahan.

Nur Aliah Daulay, salah seorang mahasiswa mengatakan pengunaan chips putih-hitam memudahkan dirinya mempelajari operasi bilangan bulat. Aliyah yakin metode ini akan efektif digunakan ketika mengajar di Madrasah Ibtidaiyah.”Kami dulu tidak pernah belajar seperti ini,”katanya.

Ibu Rora mengatakan penggunaan active learming membantu mahasiswa menjadi calon guru yang bisa mengelola kelasnya. Penggunaan lembar kerja yang baik bisa melayani gaya belajar mahasiwa baik itu audiotory, visual, maupun kinestetik. ”Dengan active learning mahasiswa lebih bisa memahami konsep yang kita berikan tanpa harus menghafal. Bisa lebih ingat, bisa melakukan dan tahan lama,”tambahnya.

Operasi bilangan bulat termasuk topik yang sulit bagi siswa SD. Kerumitannya terletak pada pengoperasian bilangan positif (+) dan negatif (-). Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4,… sehingga negatif dari bilangan cacah yaitu -1,-2,-3,-4,… dalam hal ini -0 = 0 maka tidak dimasukkan lagi secara terpisah.

“Abrakabdra.” Maka mahasiwa berhenti berperan seperti siswa SD.

MATEMATIKAMatematika

Page 56: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Literasi Matematika dalam modul USAID PRIORITAS telah menginspirasi Bapak Nursalam MSi, dosen UIN Alauddin untuk menerapkannya di perkuliahan. Dia adalah dosen matematika yang mengajar mata kuliah statistika dan beberapa mata kuliah lain.

Selama ini, menurutnya, pembelajaran model statistika tidak mengajak mahasiswa untuk “belajar” tapi diajar,

para mahasiswa langsung diberikan data dan diajari untuk mengolah data tersebut. Dengan cara demikian, menurut Pak Nursalam, mahasiswa tidak belajar menjalani proses-proses menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan. “Dengan proses yang saya lakukan ini, mahasiswa diarahkan untuk secara kontruktif menemukan, mengolah dan menyajikan sendiri apa yang telah dipelajarinya,” ujarnya.

Mahasiswa semester III dikelompok-kan menjadi tujuh kelompok dari 40 mahasiswa. Masing-masing kelompok mendapatkan LK. Salah satu tugas kelompok adalah mengukur tinggi ba-dan mahasiswa lain minimal 30 maha-siswa selama 10–15 menit. Kelompok lain ada yang menghitung jumlah mahasiswa per jurusan berdasar latar belakang sekolah, sebagian berdasarkan jalur masuk kuliah.

Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan

Mahasiswa praktik mengukur tinggi badan temannya untuk mencari data.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)44

Dengan cara demikian, mahasiswa langsung belajar untuk memperoleh data sendiri, bukan data sekunder dari dokumen. Mereka kemudian diminta menyajikan data tersebut dengan model yang mudah dipahami oleh pembaca.

Untuk itu mereka diminta membaca literatur sekitar 10 menit tentang model-model penyajian data. Mereka kemudian berdiskusi menentukan cara penyajian data yang menurut mereka terbaik, benar (sesuai dengan

jenis data: diskrit atau kontinyu) dan mudah dimengerti oleh pembaca.

Selesai membuat penyajian yang menurut mereka cocok, mereka melakukan karya kunjung atau mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Mereka saling mengoreksi dan saling memberikan masukan. Satu kelompok kemudian diminta maju ke depan mempresen-tasikan hasilnya secara menyeluruh.

Setelah semua selesai, salah satu mahasiswa menyimpulkan bahwa

Mahasiswa berdiskusi menentukan cara penyajian data yang menurut mereka terbaik.

45Perkuliahan Matematika

Matematika

untuk data frekuensi atau jumlah, maka yang lebih cocok untuk penyajiannya adalah histogram, persentase lebih baik dengan menggunakan diagram lingkaran dan kecenderungan lebih cocok dengan diagram garis.

Diskusi diakhiri dengan refleksi apa yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran yang dilakukan, dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan dilakukan hal yang sama saat mahasiswa tersebut menjadi guru di sekolah.

Pembelajaran aktif ini membuat para mahasiswa menjadi lebih aktif dan memiliki pengalaman mendata secara langsung: suatu pengalaman yang penting ketika nanti terjun ke kehidupan nyata.

Page 57: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Literasi Matematika dalam modul USAID PRIORITAS telah menginspirasi Bapak Nursalam MSi, dosen UIN Alauddin untuk menerapkannya di perkuliahan. Dia adalah dosen matematika yang mengajar mata kuliah statistika dan beberapa mata kuliah lain.

Selama ini, menurutnya, pembelajaran model statistika tidak mengajak mahasiswa untuk “belajar” tapi diajar,

para mahasiswa langsung diberikan data dan diajari untuk mengolah data tersebut. Dengan cara demikian, menurut Pak Nursalam, mahasiswa tidak belajar menjalani proses-proses menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan. “Dengan proses yang saya lakukan ini, mahasiswa diarahkan untuk secara kontruktif menemukan, mengolah dan menyajikan sendiri apa yang telah dipelajarinya,” ujarnya.

Mahasiswa semester III dikelompok-kan menjadi tujuh kelompok dari 40 mahasiswa. Masing-masing kelompok mendapatkan LK. Salah satu tugas kelompok adalah mengukur tinggi ba-dan mahasiswa lain minimal 30 maha-siswa selama 10–15 menit. Kelompok lain ada yang menghitung jumlah mahasiswa per jurusan berdasar latar belakang sekolah, sebagian berdasarkan jalur masuk kuliah.

Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan

Mahasiswa praktik mengukur tinggi badan temannya untuk mencari data.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)44

Dengan cara demikian, mahasiswa langsung belajar untuk memperoleh data sendiri, bukan data sekunder dari dokumen. Mereka kemudian diminta menyajikan data tersebut dengan model yang mudah dipahami oleh pembaca.

Untuk itu mereka diminta membaca literatur sekitar 10 menit tentang model-model penyajian data. Mereka kemudian berdiskusi menentukan cara penyajian data yang menurut mereka terbaik, benar (sesuai dengan

jenis data: diskrit atau kontinyu) dan mudah dimengerti oleh pembaca.

Selesai membuat penyajian yang menurut mereka cocok, mereka melakukan karya kunjung atau mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Mereka saling mengoreksi dan saling memberikan masukan. Satu kelompok kemudian diminta maju ke depan mempresen-tasikan hasilnya secara menyeluruh.

Setelah semua selesai, salah satu mahasiswa menyimpulkan bahwa

Mahasiswa berdiskusi menentukan cara penyajian data yang menurut mereka terbaik.

45Perkuliahan Matematika

Matematika

untuk data frekuensi atau jumlah, maka yang lebih cocok untuk penyajiannya adalah histogram, persentase lebih baik dengan menggunakan diagram lingkaran dan kecenderungan lebih cocok dengan diagram garis.

Diskusi diakhiri dengan refleksi apa yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran yang dilakukan, dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan dilakukan hal yang sama saat mahasiswa tersebut menjadi guru di sekolah.

Pembelajaran aktif ini membuat para mahasiswa menjadi lebih aktif dan memiliki pengalaman mendata secara langsung: suatu pengalaman yang penting ketika nanti terjun ke kehidupan nyata.

Page 58: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Kristi Liani Purwanti MPd Dosen UIN Walisongo Semarang

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa menguasai kompetensi tentang matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan apabila cara pengajaran dan pembelajarannya menarik, kreatif dan menyenangkan/fun.

Untuk memperjelas dan membuat pembelajaran matematika menarik, diperlukan alat peraga agar memper-mudah siswa memahami konsep matematika dengan benar. Beberapa cara saya lakukan untuk menginspirasi mahasiswa agar kreatif dalam

menerapkan pembelajaran aktif di perkuliahan. Berikut beberapa yang pernah saya terapkan:

1. Menemukan konsep operasi pada bilangan bulat

Media ini cocok digunakan untuk pembelajaran dan simulasi satu kelas. Tujuannya adalah agar siswa banyak yang terlibat dan langsung berinterakasi dalam melakukan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bilangan bulat yang saya lakukan, digunakan untuk menemukan konsep operasi penjumlahan dan pengurangan.

Cara dan alat yang digunakan yaitu tali rafia sepanjang kira-kira 7 meter (lebar kelas). Kertas yang ditulisi bilangan positif, bilangan negatif, atau nol. Tali rafia berfungsi

sebagai garis bilangan. Kertas yang sudah ditulisi bilangan distaples pada tali rafia dengan jarak yang sama.

Kesepakatan awal, bilangan bulat negatif mengadap ke kiri, bilangan bulat positif menghadap ke kanan. Operasi penjumlahan gerakkan maju dan operasi pengurangan gerakan mundur. Sebelum aktivitas dimulai, posisi angka nol harus ditentukan dengan menghadap ke depan. Guru mengajak siswa terlibat secara langsung.

Contoh :

“3 - (-4) = …”

Artinya posisi awal mahasiswa di titik nol. Bilangan pertama positif 3 maka mahsiswa melangkah arah kanan tiga satuan menuju angka 3.

Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI

Mahasiswa mengukur luas permukaan bola dengan melilitkan benang string pada sebuah jeruk.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)46

Mahasiswa memasukkan kulit jeruk yang dipotong kecil-kecil pada jiplakan

lingkaran jeruk di selembar kertas untuk menemukan luas permukaan bola.

Operasi bilangan “-” gerakkan langkah mahasiswa selanjutnya mundur. Bilangan kedua negatif 4 maka arah mahasiswa kekiri empat satuan dari tempat berhentian terakhir dengan gerakan mundur sebab operasi hitungnya “-“. Akhir dari langkah mahasiswa maka hasil dari perhitungan yaitu 7.

2. Menemukan luas permukaan bola. Ada 2 cara yang pernah saya lakukan, yaitu:

a. Dengan melilitkan benang pada permukaan jeruk

Langkah yang harus dilakukan: sediakan jeruk (sebab benda yang menyerupai bola adalah jeruk), benang string, gunting, penggaris, jarum pentul, dan pisau. Jeruk dibelah menjadi dua sama besar. Bagian jeruk yang pertama, permukaan jeruk akan dililit dengan dengan benang string sampai permukaan jeruk tertutup dengan benang. Agar tidak mudah lepas, dibantu dengan jarum pentul.

Bagian jeruk kedua yang dililit adalah lingkaran dari jeruk. Lingkaran dililit dengan benang string sampai tidak terlihat. Diupayakan rapat. Dan semua permukaan dipenuhi dengan benang. Lilitan dari kedua bagian itu selanjutnya dilepas dan dibandingkan antara benang 1 dan benang 2. Benang 1 lilitan dalam lingkaran ½ jeruk, benang 2 lilitan luar ½ jeruk. Maka terjadilah

benang 2 sama dengan 2 kali benang 1, untuk ½ jeruk. Jeruk utuh sehingga ada 4 benang 1.

Benang 1 = luas lingkaran

Benang 2 = luas permukan ½ bola

Benang 2 = 2 x benang 1

Luas permukaan ½ bola = 2 x luas lingkaran

Luas permukaan bola = 2 x 2 x luas lingkaran

= 4 luas lingkaran2 = 4

b. Dengan cara mengupas jeruk.

Sediakan jeruk, pisau, benang string. Jeruk dibagi 2 sama besar. Dengan bantuan benang string, jeruk diukur diameternya terlebih dahulu baru dibelah menjadi dua.

Setelah jeruk terbagi dua, buatlah lingkaran dari jiplakan belahan jeruk. Jumlahnya minimal 6 lingkaran. Kupas jeruk, kemudian kulitnya dipotong kecil-kecil. Kupasan jeruk ditempel pada jiplakan lingkaran. Terlihatlah bahwa lingkaran tersebut terpenuhi oleh jeruk. Ternyata lingkaran yang terbentuk ada 4 buah.

Maka luas permukaan bola

2= 4 x luas lingkaran = 4

47Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 59: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Kristi Liani Purwanti MPd Dosen UIN Walisongo Semarang

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa menguasai kompetensi tentang matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan apabila cara pengajaran dan pembelajarannya menarik, kreatif dan menyenangkan/fun.

Untuk memperjelas dan membuat pembelajaran matematika menarik, diperlukan alat peraga agar memper-mudah siswa memahami konsep matematika dengan benar. Beberapa cara saya lakukan untuk menginspirasi mahasiswa agar kreatif dalam

menerapkan pembelajaran aktif di perkuliahan. Berikut beberapa yang pernah saya terapkan:

1. Menemukan konsep operasi pada bilangan bulat

Media ini cocok digunakan untuk pembelajaran dan simulasi satu kelas. Tujuannya adalah agar siswa banyak yang terlibat dan langsung berinterakasi dalam melakukan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bilangan bulat yang saya lakukan, digunakan untuk menemukan konsep operasi penjumlahan dan pengurangan.

Cara dan alat yang digunakan yaitu tali rafia sepanjang kira-kira 7 meter (lebar kelas). Kertas yang ditulisi bilangan positif, bilangan negatif, atau nol. Tali rafia berfungsi

sebagai garis bilangan. Kertas yang sudah ditulisi bilangan distaples pada tali rafia dengan jarak yang sama.

Kesepakatan awal, bilangan bulat negatif mengadap ke kiri, bilangan bulat positif menghadap ke kanan. Operasi penjumlahan gerakkan maju dan operasi pengurangan gerakan mundur. Sebelum aktivitas dimulai, posisi angka nol harus ditentukan dengan menghadap ke depan. Guru mengajak siswa terlibat secara langsung.

Contoh :

“3 - (-4) = …”

Artinya posisi awal mahasiswa di titik nol. Bilangan pertama positif 3 maka mahsiswa melangkah arah kanan tiga satuan menuju angka 3.

Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI

Mahasiswa mengukur luas permukaan bola dengan melilitkan benang string pada sebuah jeruk.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)46

Mahasiswa memasukkan kulit jeruk yang dipotong kecil-kecil pada jiplakan

lingkaran jeruk di selembar kertas untuk menemukan luas permukaan bola.

Operasi bilangan “-” gerakkan langkah mahasiswa selanjutnya mundur. Bilangan kedua negatif 4 maka arah mahasiswa kekiri empat satuan dari tempat berhentian terakhir dengan gerakan mundur sebab operasi hitungnya “-“. Akhir dari langkah mahasiswa maka hasil dari perhitungan yaitu 7.

2. Menemukan luas permukaan bola. Ada 2 cara yang pernah saya lakukan, yaitu:

a. Dengan melilitkan benang pada permukaan jeruk

Langkah yang harus dilakukan: sediakan jeruk (sebab benda yang menyerupai bola adalah jeruk), benang string, gunting, penggaris, jarum pentul, dan pisau. Jeruk dibelah menjadi dua sama besar. Bagian jeruk yang pertama, permukaan jeruk akan dililit dengan dengan benang string sampai permukaan jeruk tertutup dengan benang. Agar tidak mudah lepas, dibantu dengan jarum pentul.

Bagian jeruk kedua yang dililit adalah lingkaran dari jeruk. Lingkaran dililit dengan benang string sampai tidak terlihat. Diupayakan rapat. Dan semua permukaan dipenuhi dengan benang. Lilitan dari kedua bagian itu selanjutnya dilepas dan dibandingkan antara benang 1 dan benang 2. Benang 1 lilitan dalam lingkaran ½ jeruk, benang 2 lilitan luar ½ jeruk. Maka terjadilah

benang 2 sama dengan 2 kali benang 1, untuk ½ jeruk. Jeruk utuh sehingga ada 4 benang 1.

Benang 1 = luas lingkaran

Benang 2 = luas permukan ½ bola

Benang 2 = 2 x benang 1

Luas permukaan ½ bola = 2 x luas lingkaran

Luas permukaan bola = 2 x 2 x luas lingkaran

= 4 luas lingkaran2 = 4

b. Dengan cara mengupas jeruk.

Sediakan jeruk, pisau, benang string. Jeruk dibagi 2 sama besar. Dengan bantuan benang string, jeruk diukur diameternya terlebih dahulu baru dibelah menjadi dua.

Setelah jeruk terbagi dua, buatlah lingkaran dari jiplakan belahan jeruk. Jumlahnya minimal 6 lingkaran. Kupas jeruk, kemudian kulitnya dipotong kecil-kecil. Kupasan jeruk ditempel pada jiplakan lingkaran. Terlihatlah bahwa lingkaran tersebut terpenuhi oleh jeruk. Ternyata lingkaran yang terbentuk ada 4 buah.

Maka luas permukaan bola

2= 4 x luas lingkaran = 4

47Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 60: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Ade Rohayati MPd Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Terkait model pembelajaran yang inovatif, para guru sering kebingungan bagaimana mempraktikkan model tertentu dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika di FPMIPA UPI dibekali dengan pengetahuan tentang model-model pembelajaran dan bagaimana mempraktikannya. Materi tersebut terdapat dalam mata kuliah 'Belajar dan Pembelajaran Matematika'.

Agar para mahasiswa dapat memahami dan dapat mempraktikkan model-model pembelajaran, maka ketika dalam proses perkuliahan, mereka diharuskan untuk mengkaji tentang

teori dan mempraktikannya secara langsung melalui peer teaching dalam perkuliahan.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah model pembela-jaran discovery. Berikut adalah bentuk perkuliahan yang mengikuti sintaks discovery learning di Prodi Pendidikan matematika FPMIPA UPI. Perkuliahan ini juga menjadi pemodelan bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran aktif.

a. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan)

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini guru memberikan stimulation dengan menayangkan gambar benda-benda seperti di bawah ini, kemudian mengajukan pertanyaan mengenai jenis sudut yang ada pada gambar tersebut (sebagai materi prasyarat). Ternyata siswa menjawab ada sudut lancip, sudut siku-siku, sudut tumpul, dan sudut lurus yang berupa garis. Setelah itu guru menanyakan ukuran dari masing-masing jenis sudut dan siswa menjawabnya.

Pada fase ini juga guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: (1) Siswa dapat menemukan jenis-jenis sudut yang terjadi jika dua garis dipotong oleh garis lain; (2) Siswa dapat menemukan sifat-sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain; (3) Siswa dapat menggunakan sifat-

Pemodelan Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)48

Guru mengajukan pertanyaan mengarah pada persiapan pemecahan masalah dengan menggunakan media gambar.

sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain untuk menyelesaikan soal. Selanjutnya menyuruh siswa berpasangan untuk mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari, yaitu mengenai dua garis yang dipotong oleh garis yang lain.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru menayangkan permasalahan dalam bentuk gambar. Setelah mengamatii gambar tersebut, para siswa membuat pertanyaan “jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, jenis sudut apa saja yang akan ter-jadi dan bagaimana ukuran sudutnya? Setelah itu para siswa diberi kesempa-tan untuk berpikir dan mendiskusikan jawaban sementara atas pertanyaan yang dibuatnya (membuat hipotesis).

Adapun hipotesis yang dibuatnya adalah: “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing jumlah

obesar (ukuran) sudutnya 180 .

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Siswa belajar secara aktif dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan baru, yaitu tentang jenis-jenis sudut yang terjadi jika dua garis dipotong oleh garis yang lain. Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai

informasi yang relevan. Untuk keper-luan itu, siswa diberi kesempatan untuk melakukan praktik secara berpasangan, menggu-nakan alat peraga membentuk dua buah garis yang sejajar dipotong dengan garis yang lain atau membuat dua buah garis yang berpotongan dipotong oleh garis yang lain, sehingga akan terbentuk bermacam-macam sudut.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Setelah melakukan praktik (percobaan) dengan menggunakan media (alat peraga), menggambarkan hasilnya pada papan tulis. Setelah itu guru menggabungkan kelompok siswa yang hasil percobaannya sesuai dengan gambar pertama (dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain) dengan kelompok siswa yang hasil percobaannya sesuai dengan gambar kedua (dua garis berpotongan dipotong oleh garis yang lain). Dalam kelompok tersebut siswa berdiskusi untuk menemukan mengenai jenis-jenis sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar atau berpotongan dipotong oleh garis yang lain beserta ukurannya.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat, yaitu bahwa “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk

sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing jumlah

o”besar (ukuran) sudutnya 180 .

Para siswa menemukan bahwa jika dua buah garis yang sejajar dipotong dengan garis yang lain atau jika dua buah garis yang berpotongan dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak seperti terlihat pada gambar. Selain itu siswa juga dapat membukti-kan bahwa “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing

o”jumlah besar (ukuran) sudutnya 180 .

Untuk membuktikan, siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya, yaitu mengenai “dua sudut yang saling berpelurus” dan “jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis yang lain maka terbentuk sudut-sudut sehadap yang berukuran sama”.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Pada tahap ini ditarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi kelas. Kesimpulan yang dibuat siswa adalah:

1. Jika dua garis dipotong oleh garis lain, maka terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak.

2. Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut dalam sepihak

ojumlah besar sudutnya 180 .

3. Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut luar sepihak

ojumlah ukuran sudutnya 180 .

49Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 61: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Ade Rohayati MPd Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Terkait model pembelajaran yang inovatif, para guru sering kebingungan bagaimana mempraktikkan model tertentu dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika di FPMIPA UPI dibekali dengan pengetahuan tentang model-model pembelajaran dan bagaimana mempraktikannya. Materi tersebut terdapat dalam mata kuliah 'Belajar dan Pembelajaran Matematika'.

Agar para mahasiswa dapat memahami dan dapat mempraktikkan model-model pembelajaran, maka ketika dalam proses perkuliahan, mereka diharuskan untuk mengkaji tentang

teori dan mempraktikannya secara langsung melalui peer teaching dalam perkuliahan.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah model pembela-jaran discovery. Berikut adalah bentuk perkuliahan yang mengikuti sintaks discovery learning di Prodi Pendidikan matematika FPMIPA UPI. Perkuliahan ini juga menjadi pemodelan bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran aktif.

a. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan)

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini guru memberikan stimulation dengan menayangkan gambar benda-benda seperti di bawah ini, kemudian mengajukan pertanyaan mengenai jenis sudut yang ada pada gambar tersebut (sebagai materi prasyarat). Ternyata siswa menjawab ada sudut lancip, sudut siku-siku, sudut tumpul, dan sudut lurus yang berupa garis. Setelah itu guru menanyakan ukuran dari masing-masing jenis sudut dan siswa menjawabnya.

Pada fase ini juga guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: (1) Siswa dapat menemukan jenis-jenis sudut yang terjadi jika dua garis dipotong oleh garis lain; (2) Siswa dapat menemukan sifat-sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain; (3) Siswa dapat menggunakan sifat-

Pemodelan Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)48

Guru mengajukan pertanyaan mengarah pada persiapan pemecahan masalah dengan menggunakan media gambar.

sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain untuk menyelesaikan soal. Selanjutnya menyuruh siswa berpasangan untuk mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari, yaitu mengenai dua garis yang dipotong oleh garis yang lain.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru menayangkan permasalahan dalam bentuk gambar. Setelah mengamatii gambar tersebut, para siswa membuat pertanyaan “jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, jenis sudut apa saja yang akan ter-jadi dan bagaimana ukuran sudutnya? Setelah itu para siswa diberi kesempa-tan untuk berpikir dan mendiskusikan jawaban sementara atas pertanyaan yang dibuatnya (membuat hipotesis).

Adapun hipotesis yang dibuatnya adalah: “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing jumlah

obesar (ukuran) sudutnya 180 .

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Siswa belajar secara aktif dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan baru, yaitu tentang jenis-jenis sudut yang terjadi jika dua garis dipotong oleh garis yang lain. Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai

informasi yang relevan. Untuk keper-luan itu, siswa diberi kesempatan untuk melakukan praktik secara berpasangan, menggu-nakan alat peraga membentuk dua buah garis yang sejajar dipotong dengan garis yang lain atau membuat dua buah garis yang berpotongan dipotong oleh garis yang lain, sehingga akan terbentuk bermacam-macam sudut.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Setelah melakukan praktik (percobaan) dengan menggunakan media (alat peraga), menggambarkan hasilnya pada papan tulis. Setelah itu guru menggabungkan kelompok siswa yang hasil percobaannya sesuai dengan gambar pertama (dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain) dengan kelompok siswa yang hasil percobaannya sesuai dengan gambar kedua (dua garis berpotongan dipotong oleh garis yang lain). Dalam kelompok tersebut siswa berdiskusi untuk menemukan mengenai jenis-jenis sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar atau berpotongan dipotong oleh garis yang lain beserta ukurannya.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat, yaitu bahwa “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk

sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing jumlah

o”besar (ukuran) sudutnya 180 .

Para siswa menemukan bahwa jika dua buah garis yang sejajar dipotong dengan garis yang lain atau jika dua buah garis yang berpotongan dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak seperti terlihat pada gambar. Selain itu siswa juga dapat membukti-kan bahwa “Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis yang lain akan terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak yang masing-masing

o”jumlah besar (ukuran) sudutnya 180 .

Untuk membuktikan, siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya, yaitu mengenai “dua sudut yang saling berpelurus” dan “jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis yang lain maka terbentuk sudut-sudut sehadap yang berukuran sama”.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Pada tahap ini ditarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi kelas. Kesimpulan yang dibuat siswa adalah:

1. Jika dua garis dipotong oleh garis lain, maka terbentuk sudut dalam sepihak dan sudut luar sepihak.

2. Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut dalam sepihak

ojumlah besar sudutnya 180 .

3. Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut luar sepihak

ojumlah ukuran sudutnya 180 .

49Perkuliahan Matematika

Matematika

Page 62: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)50

Oleh Nurchasanah MPd Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang

Jurnal baca harian memiliki manfaat yang besar bagi pengembangan literasi mahasiswa. Apabila dikolaborasikan dengan jam khusus membaca, selain menumbuhkan minat baca, jurnal baca harian dapat mengasah pemahaman mahasiswa akan isi buku.

Jurnal baca dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran literasi sehingga dosen dapat mengetahui kompetensi baca, kebiasaan baca, kecenderungan baca, dan jumlah bacaan yang dibaca dalam kurun

waktu tertentu. Dengan demikian, dosen akan dapat memberikan umpan balik dan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan terhadap mahasiswa agar mereka secara berangsur-angsur terbiasa berliterasi dan pada akhirnya produktif-kreatif dalam berliterasi.

Lembar jurnal baca harian ini setiap minggu wajib dilaporkan kepada dosen dan dosen akan menilai pemahaman bacaan mahasiswa terkait materi yang dibaca.

Pada perkuliahan bahasa Indonesia semester II, saya mewajibkan mahasiswa membaca senyap minimal 15 menit setiap hari. Yang

dibaca boleh apa saja, koran, majalah, novel, buku fiksi, dan buku nonfiksi. Selanjutnya setelah membaca senyap, setiap mahasiswa wajib mengisi di lembar jurnal baca harian.

Kegiatan membaca senyap dan mengisi jurnal baca harian ini sejak lama telah diterapkan untuk mata kuliah Membaca Teks Non Ilmiah. Namun kala itu, tidak ada minimal waktu membaca dan jurnal yang diisi hanya ringkasan isi materi yang dibaca saja. Namun setelah menda-patkan pelatihan dari USAID PRIO-RITAS terutama materi tentang budaya baca, saya mendapat banyak gagasan. Misalnya mulai menerap-

Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian

Setelah membaca senyap selama 15 menit, mahasiswa mengisi jurnal

baca masing-masing.

Perkuliahan Literasi

51 Perkuliahan dan Kemitraan LPTK - Sekolah 51

kan waktu minimal 15 menit untuk waktu membaca dan isian jurnal pun ada penambahan, mulai ringkasan, refleksi mahasiswa, ringkasan dosen, dan rencana tindak lanjut.

Selanjutnya seminggu sekali, maha-siswa yang ditunjuk harus menceri-takan kembali isi materi yang dibaca di depan teman-temannya. Ini menjadi penilaian tersendiri untuk saya. Saat mahasiswa diminta presentasi, ada mahasiswa yang gemar sekali membaca buku, namun saat harus menceritakan kembali isi materi bacaan mereka bingung. Ada pula yang tidak senang membaca, tapi mereka piawai sekali bercerita di depan teman-temannya.

Ada lima poin penilaian yang dite-rapkan dalam perkuliahan ini, yakni:

1. Kompetensi meringkas isi bahan bacaan

2. Kompetensi memahami isi dan bahasa bahan bacaan

3. Jumlah atau banyaknya materi bahan bacaan

4. Variasi bahan bacaan

5. Presentasi dan kemampuan menceritakan kembali hasil dari membaca salah satu bahan bacaan.

Setiap selesai membaca satu artikel atau buku, mahasiswa wajib mendo-kumentasikan materi yang dibaca

sebagai bukti dan pelaporan kepada dosen setiap minggu. Apabila artikel koran, majalah, bisa dicopy atau difoto. Sedangkan buku, bisa dicopy atau difoto sampulnya. Setiap minggu tema bacaan pun sudah ditentukan oleh dosen.

Tema buku ditentukan oleh dosen dari isu atau berita yang sedang tren dalam minggu itu. Atau bisa juga tema-tema buku atau judul-judul karangan dari para pengarang yang terkenal. Dengan memberikan tema-tema tersebut, mahasiswa menjadi tertarik untuk mencari sumber ba-caan dimanapun. Bisa di toko buku, perpustakaan, pinjam teman, sampai mereka mencari di pasar buku bekas.

Awal kegiatan ini diterapkan banyak mahasiswa yang pesimistis. Mereka beralasan sibuk, banyak tugas dari dosen lainnya, dan sebagainya. Tetapi saya terus memberikan motivasi kepada mahasiswa sampai kegiatan tersebut mampu diselesaikan dalam satu semester. Hasilnya sungguh menggembirakan. Minat baca

mahasiswa meningkat dan setiap ming-gu rata-rata mahasiswa mampu menye-lesaikan 1-2 buku atau 3-5 artikel tergantung tema yang ditentukan.

Michelle Brily Azzaro, mahasiswa semester II Jurusan IPA yang mengikuti kelas ini mengungkapkan bahwa kegiatan membaca dan mengisi di buku jurnal memberi dampak positif pada dirinya. “Zaman SMP, saya senang sekali membaca buku fiksi, namun seiring waktu banyak tugas sekolah dan kuliah saya tidak sempat membaca buku fiksi lagi. Tugas dari Bu Nurkhasanah seperti membangkitkan kembali motivasi saya untuk membaca buku. Sekarang dalam seminggu saya mampu menyelesaikan 1-2 buku fiksi. Penulis idola saya adalah Andrea Hirata,” ungkapnya.

Kegiatan ini pernah dituangkan dalam Jurnal Prosiding Seminar Paramasastra IV dengan tema “Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya dalam Paradigma Kekinian” pada 23 Juli 2016 lalu dan mendapat antusiasme dan apresiasi dari para penggiat literasi.

Jurnal baca harian mahasiswa.

Literasi

50

Page 63: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)50

Oleh Nurchasanah MPd Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang

Jurnal baca harian memiliki manfaat yang besar bagi pengembangan literasi mahasiswa. Apabila dikolaborasikan dengan jam khusus membaca, selain menumbuhkan minat baca, jurnal baca harian dapat mengasah pemahaman mahasiswa akan isi buku.

Jurnal baca dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran literasi sehingga dosen dapat mengetahui kompetensi baca, kebiasaan baca, kecenderungan baca, dan jumlah bacaan yang dibaca dalam kurun

waktu tertentu. Dengan demikian, dosen akan dapat memberikan umpan balik dan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan terhadap mahasiswa agar mereka secara berangsur-angsur terbiasa berliterasi dan pada akhirnya produktif-kreatif dalam berliterasi.

Lembar jurnal baca harian ini setiap minggu wajib dilaporkan kepada dosen dan dosen akan menilai pemahaman bacaan mahasiswa terkait materi yang dibaca.

Pada perkuliahan bahasa Indonesia semester II, saya mewajibkan mahasiswa membaca senyap minimal 15 menit setiap hari. Yang

dibaca boleh apa saja, koran, majalah, novel, buku fiksi, dan buku nonfiksi. Selanjutnya setelah membaca senyap, setiap mahasiswa wajib mengisi di lembar jurnal baca harian.

Kegiatan membaca senyap dan mengisi jurnal baca harian ini sejak lama telah diterapkan untuk mata kuliah Membaca Teks Non Ilmiah. Namun kala itu, tidak ada minimal waktu membaca dan jurnal yang diisi hanya ringkasan isi materi yang dibaca saja. Namun setelah menda-patkan pelatihan dari USAID PRIO-RITAS terutama materi tentang budaya baca, saya mendapat banyak gagasan. Misalnya mulai menerap-

Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian

Setelah membaca senyap selama 15 menit, mahasiswa mengisi jurnal

baca masing-masing.

Perkuliahan Literasi

51 Perkuliahan dan Kemitraan LPTK - Sekolah 51

kan waktu minimal 15 menit untuk waktu membaca dan isian jurnal pun ada penambahan, mulai ringkasan, refleksi mahasiswa, ringkasan dosen, dan rencana tindak lanjut.

Selanjutnya seminggu sekali, maha-siswa yang ditunjuk harus menceri-takan kembali isi materi yang dibaca di depan teman-temannya. Ini menjadi penilaian tersendiri untuk saya. Saat mahasiswa diminta presentasi, ada mahasiswa yang gemar sekali membaca buku, namun saat harus menceritakan kembali isi materi bacaan mereka bingung. Ada pula yang tidak senang membaca, tapi mereka piawai sekali bercerita di depan teman-temannya.

Ada lima poin penilaian yang dite-rapkan dalam perkuliahan ini, yakni:

1. Kompetensi meringkas isi bahan bacaan

2. Kompetensi memahami isi dan bahasa bahan bacaan

3. Jumlah atau banyaknya materi bahan bacaan

4. Variasi bahan bacaan

5. Presentasi dan kemampuan menceritakan kembali hasil dari membaca salah satu bahan bacaan.

Setiap selesai membaca satu artikel atau buku, mahasiswa wajib mendo-kumentasikan materi yang dibaca

sebagai bukti dan pelaporan kepada dosen setiap minggu. Apabila artikel koran, majalah, bisa dicopy atau difoto. Sedangkan buku, bisa dicopy atau difoto sampulnya. Setiap minggu tema bacaan pun sudah ditentukan oleh dosen.

Tema buku ditentukan oleh dosen dari isu atau berita yang sedang tren dalam minggu itu. Atau bisa juga tema-tema buku atau judul-judul karangan dari para pengarang yang terkenal. Dengan memberikan tema-tema tersebut, mahasiswa menjadi tertarik untuk mencari sumber ba-caan dimanapun. Bisa di toko buku, perpustakaan, pinjam teman, sampai mereka mencari di pasar buku bekas.

Awal kegiatan ini diterapkan banyak mahasiswa yang pesimistis. Mereka beralasan sibuk, banyak tugas dari dosen lainnya, dan sebagainya. Tetapi saya terus memberikan motivasi kepada mahasiswa sampai kegiatan tersebut mampu diselesaikan dalam satu semester. Hasilnya sungguh menggembirakan. Minat baca

mahasiswa meningkat dan setiap ming-gu rata-rata mahasiswa mampu menye-lesaikan 1-2 buku atau 3-5 artikel tergantung tema yang ditentukan.

Michelle Brily Azzaro, mahasiswa semester II Jurusan IPA yang mengikuti kelas ini mengungkapkan bahwa kegiatan membaca dan mengisi di buku jurnal memberi dampak positif pada dirinya. “Zaman SMP, saya senang sekali membaca buku fiksi, namun seiring waktu banyak tugas sekolah dan kuliah saya tidak sempat membaca buku fiksi lagi. Tugas dari Bu Nurkhasanah seperti membangkitkan kembali motivasi saya untuk membaca buku. Sekarang dalam seminggu saya mampu menyelesaikan 1-2 buku fiksi. Penulis idola saya adalah Andrea Hirata,” ungkapnya.

Kegiatan ini pernah dituangkan dalam Jurnal Prosiding Seminar Paramasastra IV dengan tema “Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya dalam Paradigma Kekinian” pada 23 Juli 2016 lalu dan mendapat antusiasme dan apresiasi dari para penggiat literasi.

Jurnal baca harian mahasiswa.

Literasi

50

Page 64: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)52 53 Perkuliahan - Literasi 53

Literasi

Oleh Ana Nurhasana MPd Dosen PGSD Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru SD di kota Serang diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa di kelas awal yang belum mampu menge-nal huruf dan memahami tulisan yang dibaca. Sedangkan tuntutan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di

kelas awal siswa dalam perolehan pengetahuan perlu mencari tahu bukan diberitahu oleh guru yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran di kelas awal.

Oleh karena itu, mahasiswa PGSD semester V tahun ajaran 2015-2016 dalam mata kuliah strategi pembelajaran SD, dibekali dengan praktik langsung membuat media

dalam melatih keterampilan membaca dan menulis. Salah satunya melalui kalender cerita yang cukup mudah da-lam penggunaan alat dan bahan serta cara membuat kalender ceritanya.

Perkuliahan strategi pembelajaran SD mempunyai tujuan membekali mahasiswa pengetahuan, keterampilan merancang strategi yang tepat dalam pembelajaran serta mengimplemen-

Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca

Mahasiswa menunjukkan kalender cerita yang sudah dibuatnya.

tasikannya di kelas awal maupun di kelas tinggi. Dalam hal ini yang saya lakukan adalah memberi pengalaman mahasiswa PGSD semester V dalam membuat kalender cerita. Berikut adalah kegiatan membuat kalender cerita.

Pertama, saya menyampaikan tujuan dari kegiatan membuat kalender cerita, dengan meminta mahasiswa berperan sebagai siswa kelas awal. Setelah itu membuat kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. Pembentukan kelompok ini didasarkan pada karak-teristik mahasiswa yang bervariasi, baik dalam kemampuan akademik maupun pemerataan komposisi jumlah antara laki-laki dan perempuan. Tujuan yang diharapkan dalam pembentukan kelompok ini untuk memudahkan pengelolaan kelas serta proses bimbingan dalam kelompok.

Saya melakukan pembentukan kelom-pok dengan permainan yang melibat-kan mahasiswa aktif dengan cara meminta mengurutkan nomor sepatu dari yang terkecil sampai ke yang terbesar dengan jumlah enam orang. Pembentukan kelompok dengan cara ini agar bisa dijadikan model oleh mahasiswa dalam membentuk kelompok pada siswa SD.

Kedua, saya menunjukkan kalender cerita, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kalender, misalnya “Hari ini hari apa? Tanggal berapa hari ini? Bulan apa? Tahun berapa? Hal ini dilakukan untuk

memberikan informasi yang ada pada kalender. Baik dikenalkan dengan konsep hari dalam seminggu mulai dari Senin sampai Minggu, konsep angka 1 sampai dengan 31, konsep bulan dalam satu tahun mulai dari Januari sampai Desember.

Setelah itu saya menuliskan di papan tulis nama hari Kamis, tanggal sepuluh bulan September duaribu lima belas. Konsep waktu yang telah diinforma-sikan tadi kemudian dieksplorasi de-ngan meminta siswa menyebutkan angka berapa yang disenangi dan menyampaikan alasannya. Kegiatan ini secara tidak langsung menunjukkan huruf dalam setiap informasi yang ada pada kalender.

Ketiga, mahasiswa kemudian menulis-kan tanggal lahir masing-masing dan membuat “peta pikiran” dari tanggal kelahiran tersebut. Misalnya tanggal kelahirannya angka 24, 20 + 4 (penjumlahan), 12 x 2 (perkalian) dan 30 – 6 (pengurangan). Pengembangan peta pikiran melalui angka yang ada pada kalender tentu memudahkan siswa menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Di kelas awal, lingkungan kelas yang banyak memuat tulisan, gambar atau pun buku bacaan dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan bahasanya.

Keempat, penulis menyampaikan informasi bahwa pembelajaran literasi dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan namun cukup menantang. Pada kegiatan berikutnya, peserta akan diajak untuk membuat kalender cerita. Penulis menunjukan contoh kalender cerita melalui tayangan.

Kelima, penulis mempraktikkan penggunaan 'Kalender Cerita' halaman demi halaman dengan membagikan beberapa kertas HVS putih kepada setiap mahasiswa. Kertas pertama digunakan untuk halaman muka (cover). Mahasiswa diminta untuk menuliskan judul serta namanya seperti contoh di tayangan sebelumnya (Kalender Cerita).

Untuk halaman ke dua, mahasiswa diberikan teks cerita tentang Si Jalu dan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan. Untuk halaman berikutnya (halaman 3-6), mahasiswa mengerjakan setiap instruksi yang ada di setiap halaman. Penulis membagikan halaman demi halaman. Misalnya, halaman 3 dibagikan setelah halaman 2 selesai dikerjakan (secara serentak). Saat membagikan setiap halaman, dijelaskan apa yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa.

Setelah halaman ke enam selesai, peserta diminta untuk membolongi setiap halaman (bagian atas kertas, seperti contoh di tayangan) dan menyatukannya dengan pita. Setelah itu mahasiswa diminta menambahkan

Page 65: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)52 53 Perkuliahan - Literasi 53

Literasi

Oleh Ana Nurhasana MPd Dosen PGSD Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru SD di kota Serang diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa di kelas awal yang belum mampu menge-nal huruf dan memahami tulisan yang dibaca. Sedangkan tuntutan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di

kelas awal siswa dalam perolehan pengetahuan perlu mencari tahu bukan diberitahu oleh guru yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran di kelas awal.

Oleh karena itu, mahasiswa PGSD semester V tahun ajaran 2015-2016 dalam mata kuliah strategi pembelajaran SD, dibekali dengan praktik langsung membuat media

dalam melatih keterampilan membaca dan menulis. Salah satunya melalui kalender cerita yang cukup mudah da-lam penggunaan alat dan bahan serta cara membuat kalender ceritanya.

Perkuliahan strategi pembelajaran SD mempunyai tujuan membekali mahasiswa pengetahuan, keterampilan merancang strategi yang tepat dalam pembelajaran serta mengimplemen-

Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca

Mahasiswa menunjukkan kalender cerita yang sudah dibuatnya.

tasikannya di kelas awal maupun di kelas tinggi. Dalam hal ini yang saya lakukan adalah memberi pengalaman mahasiswa PGSD semester V dalam membuat kalender cerita. Berikut adalah kegiatan membuat kalender cerita.

Pertama, saya menyampaikan tujuan dari kegiatan membuat kalender cerita, dengan meminta mahasiswa berperan sebagai siswa kelas awal. Setelah itu membuat kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. Pembentukan kelompok ini didasarkan pada karak-teristik mahasiswa yang bervariasi, baik dalam kemampuan akademik maupun pemerataan komposisi jumlah antara laki-laki dan perempuan. Tujuan yang diharapkan dalam pembentukan kelompok ini untuk memudahkan pengelolaan kelas serta proses bimbingan dalam kelompok.

Saya melakukan pembentukan kelom-pok dengan permainan yang melibat-kan mahasiswa aktif dengan cara meminta mengurutkan nomor sepatu dari yang terkecil sampai ke yang terbesar dengan jumlah enam orang. Pembentukan kelompok dengan cara ini agar bisa dijadikan model oleh mahasiswa dalam membentuk kelompok pada siswa SD.

Kedua, saya menunjukkan kalender cerita, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kalender, misalnya “Hari ini hari apa? Tanggal berapa hari ini? Bulan apa? Tahun berapa? Hal ini dilakukan untuk

memberikan informasi yang ada pada kalender. Baik dikenalkan dengan konsep hari dalam seminggu mulai dari Senin sampai Minggu, konsep angka 1 sampai dengan 31, konsep bulan dalam satu tahun mulai dari Januari sampai Desember.

Setelah itu saya menuliskan di papan tulis nama hari Kamis, tanggal sepuluh bulan September duaribu lima belas. Konsep waktu yang telah diinforma-sikan tadi kemudian dieksplorasi de-ngan meminta siswa menyebutkan angka berapa yang disenangi dan menyampaikan alasannya. Kegiatan ini secara tidak langsung menunjukkan huruf dalam setiap informasi yang ada pada kalender.

Ketiga, mahasiswa kemudian menulis-kan tanggal lahir masing-masing dan membuat “peta pikiran” dari tanggal kelahiran tersebut. Misalnya tanggal kelahirannya angka 24, 20 + 4 (penjumlahan), 12 x 2 (perkalian) dan 30 – 6 (pengurangan). Pengembangan peta pikiran melalui angka yang ada pada kalender tentu memudahkan siswa menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Di kelas awal, lingkungan kelas yang banyak memuat tulisan, gambar atau pun buku bacaan dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan bahasanya.

Keempat, penulis menyampaikan informasi bahwa pembelajaran literasi dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan namun cukup menantang. Pada kegiatan berikutnya, peserta akan diajak untuk membuat kalender cerita. Penulis menunjukan contoh kalender cerita melalui tayangan.

Kelima, penulis mempraktikkan penggunaan 'Kalender Cerita' halaman demi halaman dengan membagikan beberapa kertas HVS putih kepada setiap mahasiswa. Kertas pertama digunakan untuk halaman muka (cover). Mahasiswa diminta untuk menuliskan judul serta namanya seperti contoh di tayangan sebelumnya (Kalender Cerita).

Untuk halaman ke dua, mahasiswa diberikan teks cerita tentang Si Jalu dan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan. Untuk halaman berikutnya (halaman 3-6), mahasiswa mengerjakan setiap instruksi yang ada di setiap halaman. Penulis membagikan halaman demi halaman. Misalnya, halaman 3 dibagikan setelah halaman 2 selesai dikerjakan (secara serentak). Saat membagikan setiap halaman, dijelaskan apa yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa.

Setelah halaman ke enam selesai, peserta diminta untuk membolongi setiap halaman (bagian atas kertas, seperti contoh di tayangan) dan menyatukannya dengan pita. Setelah itu mahasiswa diminta menambahkan

Page 66: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)54 55 55Perkuliahan - Literasi

Kalender cerita buatan mahasiswa yang berjudul Aku dan Si Jalu.

Oleh Dr Nensiliati Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar

Miris, itulah yang saya rasakan ketika menggali informasi awal mengenai minat baca novel mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Kritik Sastra di semester ganjil 2015-2016. Rasionalnya, untuk dapat efektif melakukan kritik terhadap karya sastra, setidaknya mereka terbiasa membaca karya sastra. Kenyataannya, dari 10 mahasiswa belum tentu ada satu orang yang tamat membaca satu novel dalam sebulan.

Fenomena ini mendorong saya meluncurkan program perkuliahan yang saya dan mahasiswa beri nama “Program Bertukar Novel”. Tersepa-kati dengan mahasiswa untuk menjadi-kan program ini sebagai salah satu kegiatan perkuliahan yang menjadi item penilaian. Setiap mahasiswa mengumpulkan satu novel. Setiap kelas rata-rata terkumpul 37 novel. Novel-novel yang dikumpulkan itu tidak satu pun berjudul sama.

Novel ini didata dan diberi nomor oleh sekretaris kelas. Setiap minggu novel ini diputar antarmahasiswa di dalam kelas tersebut. Setiap mahasiswa dengan sendirinya harus menyelesaikan membaca satu novel tersebut dalam satu minggu.

Mahasiswa mencatat kegiatan dan kecepatan membaca dalam jurnal membaca novel yang dimiliki masing-masing. Mahasiswa juga harus membuat sinopsis dari novel yang mereka baca yang dituangkan dalam buku kumpulan sinopsis novel. Untuk mengontrol aktivitas membaca mahasiswa tersebut, saya memaraf dan membubuhkan tanggal untuk setiap sinopsis yang telah dibuat mahasiswa. Sepuluh menit di awal perkuliahan, mahasiswa menceritakan novel yang mereka baca dalam minggu tersebut. Novel-novel ini kemudian ditindaklanjuti mahasiswa sebagai bahan analisis atau kritikan dengan menggunakan pendekatan kritik sastra yang menjadi bahan perkuliahan pada minggu tersebut. Alhasil, sampai pada pertemuan akhir perkuliahan, setiap

Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca

Novel-novel yang saling ditukar antar mahasiswa.

mahasiswa rata-rata menyelesaikan membaca 12 novel.

“Awalnya, aktivitas membaca novel ini terasa sangat berat. Selain perlu waktu yang cukup lama, kami juga harus bisa mengatur waktu karena banyak tugas kuliah. Belum lagi novelnya rata-rata tebal. Namun setelah melewati membaca tiga novel, saya jadi keranjingan membaca novel. Tidak enak rasanya jika dalam sehari saya tidak menyentuh novel, bahkan rasa penasaran selalu muncul untuk menyelesaikan bacaan dan mengetahui jalan cerita novel itu,” kata Crisnayanti salah seorang mahasiswa.

Literasi

Mahasiswa sedang membaca novel untuk dijadikan bahan kritik dan analisis.

variasi gambar dan warna yang menarik pada kalender ceritanya masing-masing untuk memberikan aksen menarik.

Keenam, mengajak mahasiswa untuk mendiskusikan pertanyaan berikut di dalam kelompoknya: Apa manfaat kalender cerita? Apa yang harus diperhatikan oleh guru saat akan membuat kalender cerita? Bagaimana memanfaatkan kalender cerita dalam rangka mengembangkan keterampilan literasi siswa? Setelah itu kalender cerita dikumpulkan untuk diberikan penilaian.

Mahasiswa dalam proses pembuatan kalender cerita tampak antusias mengerjakan halaman per halaman, antara lain pembuatan halaman cover memiliki tampilan yang berbeda-beda dengan kreativitas masing-masing. Halaman ke pertama berisi teks bacaan tentang “Aku dan Si Jalu” yang harus dibaca dalam hati, kemudian menuliskan pengalaman sesuai cerita yang ada pada teks tersebut.

Halaman kedua membuat peta pikiran tentang cerita “Aku dan Si Jalu” baik tentang siapa, dimana, kapan,

bagaimana dan mengapa dalam cerita tersebut. Halaman ketiga membuat gambar dan tulisan sesuai dengan cerita “ Aku dan Si jalu”. Halaman keempat membuat puisi dengan memilih salah satu tokoh pada cerita “Aku dan Si Jalu”. Setelah itu di halaman kelima menuliskan “apa yang akan dilakukan apabila kamu menjadi salah satu tokoh yang ada?” dan di halaman keenam “siapa tokoh yang paling kamu suka? Sebutkan alasannya.”

Melalui pembuatan kalender cerita ini,

pembelajaran literasi pada mahasiswa menjadi bagian penting yang tidak bisa diabaikan dalam meningkatkan minat membaca dan dan menulis di kelas awal. Sehingga siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir yang tinggi sejak dini, bukan sekadar pemahaman literal. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan tersebut, suasana kelas tempat belajar harus dapat memotivasi untuk kegiatan membaca dan menulis.

Page 67: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)54 55 55Perkuliahan - Literasi

Kalender cerita buatan mahasiswa yang berjudul Aku dan Si Jalu.

Oleh Dr Nensiliati Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar

Miris, itulah yang saya rasakan ketika menggali informasi awal mengenai minat baca novel mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Kritik Sastra di semester ganjil 2015-2016. Rasionalnya, untuk dapat efektif melakukan kritik terhadap karya sastra, setidaknya mereka terbiasa membaca karya sastra. Kenyataannya, dari 10 mahasiswa belum tentu ada satu orang yang tamat membaca satu novel dalam sebulan.

Fenomena ini mendorong saya meluncurkan program perkuliahan yang saya dan mahasiswa beri nama “Program Bertukar Novel”. Tersepa-kati dengan mahasiswa untuk menjadi-kan program ini sebagai salah satu kegiatan perkuliahan yang menjadi item penilaian. Setiap mahasiswa mengumpulkan satu novel. Setiap kelas rata-rata terkumpul 37 novel. Novel-novel yang dikumpulkan itu tidak satu pun berjudul sama.

Novel ini didata dan diberi nomor oleh sekretaris kelas. Setiap minggu novel ini diputar antarmahasiswa di dalam kelas tersebut. Setiap mahasiswa dengan sendirinya harus menyelesaikan membaca satu novel tersebut dalam satu minggu.

Mahasiswa mencatat kegiatan dan kecepatan membaca dalam jurnal membaca novel yang dimiliki masing-masing. Mahasiswa juga harus membuat sinopsis dari novel yang mereka baca yang dituangkan dalam buku kumpulan sinopsis novel. Untuk mengontrol aktivitas membaca mahasiswa tersebut, saya memaraf dan membubuhkan tanggal untuk setiap sinopsis yang telah dibuat mahasiswa. Sepuluh menit di awal perkuliahan, mahasiswa menceritakan novel yang mereka baca dalam minggu tersebut. Novel-novel ini kemudian ditindaklanjuti mahasiswa sebagai bahan analisis atau kritikan dengan menggunakan pendekatan kritik sastra yang menjadi bahan perkuliahan pada minggu tersebut. Alhasil, sampai pada pertemuan akhir perkuliahan, setiap

Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca

Novel-novel yang saling ditukar antar mahasiswa.

mahasiswa rata-rata menyelesaikan membaca 12 novel.

“Awalnya, aktivitas membaca novel ini terasa sangat berat. Selain perlu waktu yang cukup lama, kami juga harus bisa mengatur waktu karena banyak tugas kuliah. Belum lagi novelnya rata-rata tebal. Namun setelah melewati membaca tiga novel, saya jadi keranjingan membaca novel. Tidak enak rasanya jika dalam sehari saya tidak menyentuh novel, bahkan rasa penasaran selalu muncul untuk menyelesaikan bacaan dan mengetahui jalan cerita novel itu,” kata Crisnayanti salah seorang mahasiswa.

Literasi

Mahasiswa sedang membaca novel untuk dijadikan bahan kritik dan analisis.

variasi gambar dan warna yang menarik pada kalender ceritanya masing-masing untuk memberikan aksen menarik.

Keenam, mengajak mahasiswa untuk mendiskusikan pertanyaan berikut di dalam kelompoknya: Apa manfaat kalender cerita? Apa yang harus diperhatikan oleh guru saat akan membuat kalender cerita? Bagaimana memanfaatkan kalender cerita dalam rangka mengembangkan keterampilan literasi siswa? Setelah itu kalender cerita dikumpulkan untuk diberikan penilaian.

Mahasiswa dalam proses pembuatan kalender cerita tampak antusias mengerjakan halaman per halaman, antara lain pembuatan halaman cover memiliki tampilan yang berbeda-beda dengan kreativitas masing-masing. Halaman ke pertama berisi teks bacaan tentang “Aku dan Si Jalu” yang harus dibaca dalam hati, kemudian menuliskan pengalaman sesuai cerita yang ada pada teks tersebut.

Halaman kedua membuat peta pikiran tentang cerita “Aku dan Si Jalu” baik tentang siapa, dimana, kapan,

bagaimana dan mengapa dalam cerita tersebut. Halaman ketiga membuat gambar dan tulisan sesuai dengan cerita “ Aku dan Si jalu”. Halaman keempat membuat puisi dengan memilih salah satu tokoh pada cerita “Aku dan Si Jalu”. Setelah itu di halaman kelima menuliskan “apa yang akan dilakukan apabila kamu menjadi salah satu tokoh yang ada?” dan di halaman keenam “siapa tokoh yang paling kamu suka? Sebutkan alasannya.”

Melalui pembuatan kalender cerita ini,

pembelajaran literasi pada mahasiswa menjadi bagian penting yang tidak bisa diabaikan dalam meningkatkan minat membaca dan dan menulis di kelas awal. Sehingga siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir yang tinggi sejak dini, bukan sekadar pemahaman literal. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan tersebut, suasana kelas tempat belajar harus dapat memotivasi untuk kegiatan membaca dan menulis.

Page 68: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)56 57 57Perkuliahan - Literasi

Gambar kotak-kotak Elkonin untuk membantu menghitung kata-kata isolasi dalam kalimat, suku-suku kata dalam kata, atau fonem-fonem individu dalam kata.

Literasi

Universitas Negeri Semarang - Dalam perkuliahan sebelumnya, Bapak Umar Samadhy MPd, dosen PGSD UNNES menggunakan modul literasi yang dikembangkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Florida State University (FSU) yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS, yaitu tentang materi kesadaran fonologi.

Kesadaran fonologi adalah kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa lisan. Ini termasuk mampu untuk membedakan kata-kata individu yang membentuk suatu kalimat yang

diucapkan, serta mampu mendengar dan membedakan suku kata individu dalam suatu kata yang diucapkan secara lisan. Kesadaran fonologi penting untuk belajar bagaimana menulis (encode). Agar dapat menulis satu kata dengan benar, anak-anak harus mampu mendengar semua konstituen bunyi dalam sebuah kata, dan mereka dapat mengaitkan huruf yang tepat untuk setiap bunyi yang telah mereka identifikasi. Begitu rangkum Pak Umar dalam perkuliahan.

Dalam perkuliahan itu, Pak Umar

menunjukkan sebuah media yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam mengajarkan kesadaran Fonologi. Media tersebut yaitu kotak-kotak Elkonin. Kotak ini merupakan sebuah alat yang berguna untuk meno-long anak-anak mengisolasi bunyi-bunyi. Baik kata-kata isolasi dalam kalimat, suku-suku kata dalam kata, atau fonem-fonem individu dalam kata.

Setelah memberikan contoh dan teknik penggunaannya, Pak Umar memberikan tugas untuk membuat pengembangan kotak-kotak Elkonin.

Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa

Mahasiswa sedang bersimulasi menggunakan media kotak Elkonin.

Kotak-kotak Elkonin terdiri dari beberapa kotak dan media penanda. Kotak ini dimainkan dimulai dengan anak menyimak sebuah kalimat dan meletakkan sebuah counter (penghi-tung) ke dalam sebuah kotak untuk tiap kata yang ia dengar. Atau, anak menyimak sebuah kata dan meletak-kan sebuah counter ke dalam sebuah kotak untuk tiap suku kata yang ia dengar. Atau, anak menyimak sebuah kata dan meletakkan sebuah counter ke dalam sebuah kotak untuk tiap bunyi yang ia dengar (kesadaran fonemik).

Di tangan mahasiswa PGSD UNNES, kota-kotak yang awalnya sebagai media dengar dan menghitung (counter) bunyi dikembangkan menjadi banyak bentuk. Bentuk tersebut, dilengkapi dengan gambar (sebagai media kata) dan berbagai variasi lain yang menyenangkan untuk anak.

“Sekarang keluarkan media elkonin yang telah kalian buat, kemudian simulasikan penggunaannya,” kata Pak Umar memandu. Mahasiswa lalu membentuk empat kelompok dan

menyimulasikan media Elkonin yang telah dibuat.

Media Elkonin yang pertama berupa buku Elkonin. Buku tersebut berisi banyak gambar yang dilengkapi kotak-kotak Elkonin di sampingnya. Dalam kelompok Genjer tersebut, rekannya mencontohkan untuk mengeja kata Cicak sesuai yang ada pada gambar.

Guru : Ini gambar apa anak-anak.

Siswa : Cicak bu

Guru : Cicak terdiri dari berapa suku kata?

Siswa : /ci/ /cak/ (sambil melihat kertas merah bulat yang dimasukkan dalam kotak-kotak)

Guru : Jadi ada berapa suku kata? (sambil menunjuk jumlah kertas merah yang ditaruh di kotak untuk menunjukkan pemenggalan kata.

Siswa : Satu…, dua…, (menghitung jumlah kertas yang ditunjuk oleh guru).

Guru : Kalau di eja, cicak terdiri dari huruf apa saja?

Siswa : /c/ /i/ /c/ /a/ /k/

Guru : Kalau dibunyikan seperti apa anak-anak?

Siswa : /ce/ /i/ /ce/ /a/ /ke/

Begitulah contoh dari percakapan dalam simulasi yang digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui nama benda berdasarkan suku kata, fonem (bunyi) dan jumlah dari suku kata dan huruf.

Setiap kelompok diberikan kesempa-tan untuk melakukan kunjungan ke kelompok lain dan mencoba untuk mengamati proses simulasi dari kelompok asal. Kegiatan tersebut berlangsung 10 menit. Setelah itu, Pak Umar memberikan informasi bahwa waktu telah selesai. Mahasiswa selanjutnya diberikan waktu lima menit kembali untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan kunjungan. Mahasiwa dalam kelompok menuliskan pada selembar kertas tentang karakteristik media yang baik, dari segi bahan, keterbacaan, dan penggunaannya.

Setelah lima menit berlalu, setiap kelompok mempresentasikan temuannya. Beberapa temuan yang muncul yaitu;

1. Kelompok 1. Huruf dalam media terlalu ringan sehingga mudah tertiup angin atau jatuh. Keseimbangan antara kotak dan huruf perlu disesuaikan. Terlalu banyak pesan dalam satu halaman. Alangkah lebih baik bila disiapkan dua kotak saja sehingga perhalaman

Page 69: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)56 57 57Perkuliahan - Literasi

Gambar kotak-kotak Elkonin untuk membantu menghitung kata-kata isolasi dalam kalimat, suku-suku kata dalam kata, atau fonem-fonem individu dalam kata.

Literasi

Universitas Negeri Semarang - Dalam perkuliahan sebelumnya, Bapak Umar Samadhy MPd, dosen PGSD UNNES menggunakan modul literasi yang dikembangkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Florida State University (FSU) yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS, yaitu tentang materi kesadaran fonologi.

Kesadaran fonologi adalah kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa lisan. Ini termasuk mampu untuk membedakan kata-kata individu yang membentuk suatu kalimat yang

diucapkan, serta mampu mendengar dan membedakan suku kata individu dalam suatu kata yang diucapkan secara lisan. Kesadaran fonologi penting untuk belajar bagaimana menulis (encode). Agar dapat menulis satu kata dengan benar, anak-anak harus mampu mendengar semua konstituen bunyi dalam sebuah kata, dan mereka dapat mengaitkan huruf yang tepat untuk setiap bunyi yang telah mereka identifikasi. Begitu rangkum Pak Umar dalam perkuliahan.

Dalam perkuliahan itu, Pak Umar

menunjukkan sebuah media yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam mengajarkan kesadaran Fonologi. Media tersebut yaitu kotak-kotak Elkonin. Kotak ini merupakan sebuah alat yang berguna untuk meno-long anak-anak mengisolasi bunyi-bunyi. Baik kata-kata isolasi dalam kalimat, suku-suku kata dalam kata, atau fonem-fonem individu dalam kata.

Setelah memberikan contoh dan teknik penggunaannya, Pak Umar memberikan tugas untuk membuat pengembangan kotak-kotak Elkonin.

Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa

Mahasiswa sedang bersimulasi menggunakan media kotak Elkonin.

Kotak-kotak Elkonin terdiri dari beberapa kotak dan media penanda. Kotak ini dimainkan dimulai dengan anak menyimak sebuah kalimat dan meletakkan sebuah counter (penghi-tung) ke dalam sebuah kotak untuk tiap kata yang ia dengar. Atau, anak menyimak sebuah kata dan meletak-kan sebuah counter ke dalam sebuah kotak untuk tiap suku kata yang ia dengar. Atau, anak menyimak sebuah kata dan meletakkan sebuah counter ke dalam sebuah kotak untuk tiap bunyi yang ia dengar (kesadaran fonemik).

Di tangan mahasiswa PGSD UNNES, kota-kotak yang awalnya sebagai media dengar dan menghitung (counter) bunyi dikembangkan menjadi banyak bentuk. Bentuk tersebut, dilengkapi dengan gambar (sebagai media kata) dan berbagai variasi lain yang menyenangkan untuk anak.

“Sekarang keluarkan media elkonin yang telah kalian buat, kemudian simulasikan penggunaannya,” kata Pak Umar memandu. Mahasiswa lalu membentuk empat kelompok dan

menyimulasikan media Elkonin yang telah dibuat.

Media Elkonin yang pertama berupa buku Elkonin. Buku tersebut berisi banyak gambar yang dilengkapi kotak-kotak Elkonin di sampingnya. Dalam kelompok Genjer tersebut, rekannya mencontohkan untuk mengeja kata Cicak sesuai yang ada pada gambar.

Guru : Ini gambar apa anak-anak.

Siswa : Cicak bu

Guru : Cicak terdiri dari berapa suku kata?

Siswa : /ci/ /cak/ (sambil melihat kertas merah bulat yang dimasukkan dalam kotak-kotak)

Guru : Jadi ada berapa suku kata? (sambil menunjuk jumlah kertas merah yang ditaruh di kotak untuk menunjukkan pemenggalan kata.

Siswa : Satu…, dua…, (menghitung jumlah kertas yang ditunjuk oleh guru).

Guru : Kalau di eja, cicak terdiri dari huruf apa saja?

Siswa : /c/ /i/ /c/ /a/ /k/

Guru : Kalau dibunyikan seperti apa anak-anak?

Siswa : /ce/ /i/ /ce/ /a/ /ke/

Begitulah contoh dari percakapan dalam simulasi yang digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui nama benda berdasarkan suku kata, fonem (bunyi) dan jumlah dari suku kata dan huruf.

Setiap kelompok diberikan kesempa-tan untuk melakukan kunjungan ke kelompok lain dan mencoba untuk mengamati proses simulasi dari kelompok asal. Kegiatan tersebut berlangsung 10 menit. Setelah itu, Pak Umar memberikan informasi bahwa waktu telah selesai. Mahasiswa selanjutnya diberikan waktu lima menit kembali untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan kunjungan. Mahasiwa dalam kelompok menuliskan pada selembar kertas tentang karakteristik media yang baik, dari segi bahan, keterbacaan, dan penggunaannya.

Setelah lima menit berlalu, setiap kelompok mempresentasikan temuannya. Beberapa temuan yang muncul yaitu;

1. Kelompok 1. Huruf dalam media terlalu ringan sehingga mudah tertiup angin atau jatuh. Keseimbangan antara kotak dan huruf perlu disesuaikan. Terlalu banyak pesan dalam satu halaman. Alangkah lebih baik bila disiapkan dua kotak saja sehingga perhalaman

Page 70: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)58 59 59Perkuliahan - Literasi

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmila MPd, dosen UNM PGSD IPS terinspirasi dengan program membaca. Melihat minat membaca mahasiswa yang masih amat kurang, maka Widya tergerak membiasakan mahasiswanya untuk membaca. Ibu Widya menerapkan program 15 menit membaca sebelum perkuliahan dimulai. Program ini dilakukan untuk mahasiswa PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi).

Mahasiswa program PPGT ini banyak yang berasal dari Papua, Kalimantan, Nusa Tenggara dan daerah-daerah

Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa

timur lainnya. “Sehingga program yang saya lakukan dapat menginspirasi mereka dan diadopsi dketika mereka menjadi guru,” katanya.

Untuk program tersebut, dia membawa 50 jilid buku koleksi pribadinya ke tempat kuliah. Para mahasiswa diminta membaca senyap sampai 15 menit. Setelah selesai membaca mereka menceritakan kembali isi bacaannya dengan diwakili beberapa orang. Buku-buku tersebut berupa buku cerita, motivasi dan bacaan umum lainnya yang menarik.

Kebiasaan ini rutin dilakukan walaupun tidak selamanya buku yang dibaca adalah buku yang dibawa oleh dosen. “Kadang mereka juga saya suruh membaca jurnal ilmiah, foto-kopian berbagai artikel penting dan lain-lain. Pokoknya saya biasakan membaca,” ujar Ibu Widya.

Beberapa mahasiswa banyak yang tertarik dengan buku-buku yang dibaca dari koleksi Ibu Widya. Mereka juga menunjuk koordinator untuk mengoordinir peminjaman. “Beberapa mahasiswa juga bertanya di mana membelinya, dan berniat membeli sendiri,” katanya lagi.

Mahasiswa membaca buku-buku yang dibawa dosennya sebelum perkuliahan dimulai.

Literasi

Media kotak Elkonin karya mahasiswa.

Mahasiswa sedang simulasi mengajar

dengan menggunakan media kotak Elkonin

buatannya.

ada kotak sesuai bunyi huruf yang di eja oleh siswa.

2. Kelompok 2. Bentuknya terlalu minimalis. Gambar anak-anak sebaiknya dihilangkan supaya lebih fokus. Perkenalannya tidak perlu menyebutkan huruf satu persatu. Kotak Elkonin ditujukan untuk mengenali huruf dan bunyi. Berdasarkan nama, maka berbentuk persegi empat, berbentuk wadah kokok, dan jangan melambai.

3. Kelompok 3. Bendera huruf terlalu besar dan banyak sehingga mengganggu fokus anak. Anak-anak menjadi tidak fokus pada huruf tapi pada bendera. Kemudian ada nama Elkonin, sebaiknya dihilangkan. Karena justru akan mengganggu anak. Ada kata fonem, suku kata, itu juga akan mengganggu anak. Tulisan Elkonin hanya untuk konsumsi guru saja. Alangkah baiknya bila bendera yang digunakan beberapa saja.

4. Kelompok 4. Lebih baik gambarnya besar dan sedikit. Daripada begitu banyak pesan tapi membingungkan. Misalnya pada satu halaman ada

gambar sapi dan ada gambar jerapah, kalau menjelaskan gambar sapi, jerapah ditutupi. Hal itu membuat anak tidak fokus.

“Menyenangkan dan menarik. Kita jadi lebih tahu teknik-teknik atau alat peraga untuk mengajarkan kata dan suku kata yang tepat kepada siswa. Mengapa menyenangkan, karena kita mendesain karya bersama-sama, membuat rencana penggunaan, menyimulasikan, dan menanggapi sehingga tidak ngantuk,” kata Anilia

dalam refleksi seusai perkuliahan.

Pak Umar memberi penguatan bahwa media Elkonin yang dibuat, harus melihat dari sudut pandang siswa bukan guru. Media Elkonin yang sudah diperbaiki dikumpulkan dalam laboratorium jurusan sehingga ketika mahasiswa nanti praktik di sekolah, misalnya harus membantu anak-anak kelas 1 yang mengalami kesulitan membaca maka dapat meminjam kotak Elkonin dan tidak perlu menggunakan papan tulis.

Page 71: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)58 59 59Perkuliahan - Literasi

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmila MPd, dosen UNM PGSD IPS terinspirasi dengan program membaca. Melihat minat membaca mahasiswa yang masih amat kurang, maka Widya tergerak membiasakan mahasiswanya untuk membaca. Ibu Widya menerapkan program 15 menit membaca sebelum perkuliahan dimulai. Program ini dilakukan untuk mahasiswa PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi).

Mahasiswa program PPGT ini banyak yang berasal dari Papua, Kalimantan, Nusa Tenggara dan daerah-daerah

Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa

timur lainnya. “Sehingga program yang saya lakukan dapat menginspirasi mereka dan diadopsi dketika mereka menjadi guru,” katanya.

Untuk program tersebut, dia membawa 50 jilid buku koleksi pribadinya ke tempat kuliah. Para mahasiswa diminta membaca senyap sampai 15 menit. Setelah selesai membaca mereka menceritakan kembali isi bacaannya dengan diwakili beberapa orang. Buku-buku tersebut berupa buku cerita, motivasi dan bacaan umum lainnya yang menarik.

Kebiasaan ini rutin dilakukan walaupun tidak selamanya buku yang dibaca adalah buku yang dibawa oleh dosen. “Kadang mereka juga saya suruh membaca jurnal ilmiah, foto-kopian berbagai artikel penting dan lain-lain. Pokoknya saya biasakan membaca,” ujar Ibu Widya.

Beberapa mahasiswa banyak yang tertarik dengan buku-buku yang dibaca dari koleksi Ibu Widya. Mereka juga menunjuk koordinator untuk mengoordinir peminjaman. “Beberapa mahasiswa juga bertanya di mana membelinya, dan berniat membeli sendiri,” katanya lagi.

Mahasiswa membaca buku-buku yang dibawa dosennya sebelum perkuliahan dimulai.

Literasi

Media kotak Elkonin karya mahasiswa.

Mahasiswa sedang simulasi mengajar

dengan menggunakan media kotak Elkonin

buatannya.

ada kotak sesuai bunyi huruf yang di eja oleh siswa.

2. Kelompok 2. Bentuknya terlalu minimalis. Gambar anak-anak sebaiknya dihilangkan supaya lebih fokus. Perkenalannya tidak perlu menyebutkan huruf satu persatu. Kotak Elkonin ditujukan untuk mengenali huruf dan bunyi. Berdasarkan nama, maka berbentuk persegi empat, berbentuk wadah kokok, dan jangan melambai.

3. Kelompok 3. Bendera huruf terlalu besar dan banyak sehingga mengganggu fokus anak. Anak-anak menjadi tidak fokus pada huruf tapi pada bendera. Kemudian ada nama Elkonin, sebaiknya dihilangkan. Karena justru akan mengganggu anak. Ada kata fonem, suku kata, itu juga akan mengganggu anak. Tulisan Elkonin hanya untuk konsumsi guru saja. Alangkah baiknya bila bendera yang digunakan beberapa saja.

4. Kelompok 4. Lebih baik gambarnya besar dan sedikit. Daripada begitu banyak pesan tapi membingungkan. Misalnya pada satu halaman ada

gambar sapi dan ada gambar jerapah, kalau menjelaskan gambar sapi, jerapah ditutupi. Hal itu membuat anak tidak fokus.

“Menyenangkan dan menarik. Kita jadi lebih tahu teknik-teknik atau alat peraga untuk mengajarkan kata dan suku kata yang tepat kepada siswa. Mengapa menyenangkan, karena kita mendesain karya bersama-sama, membuat rencana penggunaan, menyimulasikan, dan menanggapi sehingga tidak ngantuk,” kata Anilia

dalam refleksi seusai perkuliahan.

Pak Umar memberi penguatan bahwa media Elkonin yang dibuat, harus melihat dari sudut pandang siswa bukan guru. Media Elkonin yang sudah diperbaiki dikumpulkan dalam laboratorium jurusan sehingga ketika mahasiswa nanti praktik di sekolah, misalnya harus membantu anak-anak kelas 1 yang mengalami kesulitan membaca maka dapat meminjam kotak Elkonin dan tidak perlu menggunakan papan tulis.

Page 72: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)60 61 61Perkuliahan - Literasi

Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif

Oleh Ade H Mawadah MHum Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Memotivasi mahasiswa agar antusias mengikuti materi perkuliahan perlu cara-cara khusus. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Saya, menerapkan PAKEM untuk mata kuliah Menulis Kreatif. Tujuannya agar mahasiswa mampu menghasilkan karya kreatif seperti puisi, prosa, dan naskah

drama. Kegiatan dilakukan selama empat kali tatap muka, 2 x 50 menit atau dua SKS. Dalam mata kuliah ini diharapkan dosen mampu merangsang mahasiswa agar lebih kreatif menghasilkan karya, misalnya saya meminta mahasiswa mengambil satu benda di luar, lalu membuat tulisan tentang benda tersebut.

PAKEM sudah sering dibahas dalam berbagai seminar pendidikan. Saya menerapkan hasil pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS dalam mengajar, salah satunya pada mata kuliah

Menulis Kreatif di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTIRTA. Saya ajak mahasiswa secara aktif mencari ide menulis puisi dari alam sekitar kemudian secara kreatif mereka mengolah kata menjadi puisi.

Setelah 15 menit membuka perkuliahan, membagi kelompok, dan memberi instruksi, saya mempersila-kan mahasiswa untuk keluar kelas. Di lingkungan sekitar kampus, para mahasiswa diberi kesempatan selama 30 menit untuk mencari sumber

inspirasi untuk menulis puisi. Aktivitas para mahasiswa di luar gedung, pekerjaan petugas kebersihan, hiruk-pikuk di lapangan parkir, suasana di perpustakaan, kondisi di kantin kampus, bahkan batu dan daun di halaman kampus pun menjadi sumber inspirasi mereka dalam menulis puisi.

Setelah mereka selesai menulis puisi, para mahasiswa kembali ke kelas dan berbagi puisi dalam kelompoknya. Setiap orang membacakan puisi di kelompoknya secara bergantian, kemudian kelompok memilih puisi terbaik.

Puisi terbaik dari setiap kelompok dibacakan di depan kelas. Salah satu puisi yang menarik perhatian seluruh mahasiswa di kelas saat itu adalah puisi berjudul “Gugur Abadi” karya Dita Megandari. Puisi tersebut terinspirasi dari dedaunan yang jatuh di halaman kampus. Diksi pada puisi tersebut sangat baik. Penulis memperhatikan rima dan makna kata. Bahkan, gaya bahasa personifikasi sangat kental dalam puisi ini.

Selain “Gugur Abadi”, ada juga puisi berjudul “Botol Kosong” karya Asih Novita yang terinspirasi dari sebuah botol kosong yang tergeletak di kantin kampus. Asih menyampaikan idenya tentang botol kosong, lalu mengimaji-nasikan kisahnya seperti botol kosong itu. Gaya bahasa yang digunakannya membuat botol kosong ini hidup memberikan ruh pada puisinya.

Sebelum perkuliahan berakhir, saya meminta mahasiswa untuk menyunting karyanya agar layak dimuat dalam buku antologi puisi kelas menulis kreatif. Puisi yang sudah disunting, dikumpulkan pada pertemuan mendatang.

Di akhir perkuliahan, saya sangat takjub melihat hasil refleksi mahasiswa. Semua menyatakan perkuliahan di hari itu sangat mengasyikkan dan mereka larut di dalamnya. Sejak saat itu, saya selalu berpikir kreatif untuk membuat rencana perkuliahan mendatang agar lebih menyenangkan.

Sebagai penutup perkuliahan Menulis Kreatif, puisi-puisi tersebut dibukukan ke dalam antologi puisi dan diterbitkan oleh Penerbit Terakata Yogyakarta dengan ISBN 9786021217368. Puisi “Gugur Abadi” terpilih sebagai judul buku antologi tersebut karena dinilai mampu mewakili ide inspirasi alam sekitar dalam proses penulisan puisi saat itu.

Literasi

Para mahasiswa sedang melihat hasil karya puisi mereka yang dipajang di mading kelas. Kumpulan puisi tersebut lalu dibukukan.

Gugur Abadi

Karya Dita Megandari

Hijau punggung dedaunan Selalu menerima pelukan embun Sebelum dipisahkan sinar mentari Dan rela berpisah Sampai esok pagi datang kembali

Hijau dedaunan tiadalah abadi Seiring waktu menua Berwarna serupa tanah Jatuh dan gugur Terhempas lengan angin yang berhembus

Hijau dedaunan Satu persatu layu Adakah seseorang di sana? Menimba air dari telaga Hingga masih rimbun daun Untuk berteduh Untuk singgah Walau hanya sementara waktu

2016

Salah satu puisi hasil karya mahasiswa.

Page 73: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)60 61 61Perkuliahan - Literasi

Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif

Oleh Ade H Mawadah MHum Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Memotivasi mahasiswa agar antusias mengikuti materi perkuliahan perlu cara-cara khusus. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Saya, menerapkan PAKEM untuk mata kuliah Menulis Kreatif. Tujuannya agar mahasiswa mampu menghasilkan karya kreatif seperti puisi, prosa, dan naskah

drama. Kegiatan dilakukan selama empat kali tatap muka, 2 x 50 menit atau dua SKS. Dalam mata kuliah ini diharapkan dosen mampu merangsang mahasiswa agar lebih kreatif menghasilkan karya, misalnya saya meminta mahasiswa mengambil satu benda di luar, lalu membuat tulisan tentang benda tersebut.

PAKEM sudah sering dibahas dalam berbagai seminar pendidikan. Saya menerapkan hasil pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS dalam mengajar, salah satunya pada mata kuliah

Menulis Kreatif di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTIRTA. Saya ajak mahasiswa secara aktif mencari ide menulis puisi dari alam sekitar kemudian secara kreatif mereka mengolah kata menjadi puisi.

Setelah 15 menit membuka perkuliahan, membagi kelompok, dan memberi instruksi, saya mempersila-kan mahasiswa untuk keluar kelas. Di lingkungan sekitar kampus, para mahasiswa diberi kesempatan selama 30 menit untuk mencari sumber

inspirasi untuk menulis puisi. Aktivitas para mahasiswa di luar gedung, pekerjaan petugas kebersihan, hiruk-pikuk di lapangan parkir, suasana di perpustakaan, kondisi di kantin kampus, bahkan batu dan daun di halaman kampus pun menjadi sumber inspirasi mereka dalam menulis puisi.

Setelah mereka selesai menulis puisi, para mahasiswa kembali ke kelas dan berbagi puisi dalam kelompoknya. Setiap orang membacakan puisi di kelompoknya secara bergantian, kemudian kelompok memilih puisi terbaik.

Puisi terbaik dari setiap kelompok dibacakan di depan kelas. Salah satu puisi yang menarik perhatian seluruh mahasiswa di kelas saat itu adalah puisi berjudul “Gugur Abadi” karya Dita Megandari. Puisi tersebut terinspirasi dari dedaunan yang jatuh di halaman kampus. Diksi pada puisi tersebut sangat baik. Penulis memperhatikan rima dan makna kata. Bahkan, gaya bahasa personifikasi sangat kental dalam puisi ini.

Selain “Gugur Abadi”, ada juga puisi berjudul “Botol Kosong” karya Asih Novita yang terinspirasi dari sebuah botol kosong yang tergeletak di kantin kampus. Asih menyampaikan idenya tentang botol kosong, lalu mengimaji-nasikan kisahnya seperti botol kosong itu. Gaya bahasa yang digunakannya membuat botol kosong ini hidup memberikan ruh pada puisinya.

Sebelum perkuliahan berakhir, saya meminta mahasiswa untuk menyunting karyanya agar layak dimuat dalam buku antologi puisi kelas menulis kreatif. Puisi yang sudah disunting, dikumpulkan pada pertemuan mendatang.

Di akhir perkuliahan, saya sangat takjub melihat hasil refleksi mahasiswa. Semua menyatakan perkuliahan di hari itu sangat mengasyikkan dan mereka larut di dalamnya. Sejak saat itu, saya selalu berpikir kreatif untuk membuat rencana perkuliahan mendatang agar lebih menyenangkan.

Sebagai penutup perkuliahan Menulis Kreatif, puisi-puisi tersebut dibukukan ke dalam antologi puisi dan diterbitkan oleh Penerbit Terakata Yogyakarta dengan ISBN 9786021217368. Puisi “Gugur Abadi” terpilih sebagai judul buku antologi tersebut karena dinilai mampu mewakili ide inspirasi alam sekitar dalam proses penulisan puisi saat itu.

Literasi

Para mahasiswa sedang melihat hasil karya puisi mereka yang dipajang di mading kelas. Kumpulan puisi tersebut lalu dibukukan.

Gugur Abadi

Karya Dita Megandari

Hijau punggung dedaunan Selalu menerima pelukan embun Sebelum dipisahkan sinar mentari Dan rela berpisah Sampai esok pagi datang kembali

Hijau dedaunan tiadalah abadi Seiring waktu menua Berwarna serupa tanah Jatuh dan gugur Terhempas lengan angin yang berhembus

Hijau dedaunan Satu persatu layu Adakah seseorang di sana? Menimba air dari telaga Hingga masih rimbun daun Untuk berteduh Untuk singgah Walau hanya sementara waktu

2016

Salah satu puisi hasil karya mahasiswa.

Page 74: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)62 63 63Perkuliahan - Literasi

Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal

Ibu Hernik memodelkan mengajar membaca bersama dengan buku besar buatan mahasiswanya.

Pembuatan big book (buku besar) untuk pembelajaran kelas awal di

sekolah dasar (SD) yang diperkenalkan USAID

PRIORITAS menginspirasi banyak dosen untuk mengadopsi

di dalam perkuliahan. Mereka mengajak para siswa membuat

Berikut adalah beberapa pengalaman dua dosen LPTK

mitra mengajak mahasiswanya mengembangkan big book dalam

perkuliahan.

UIN Sunan Ampel Surabaya – Dosen PGMI FTK UINSA, Ibu Hernik Farisia MPd, dalam perkuliahan metode pembelajaran bahasa Indonesia pada pertemuan 6 dan 7, dia memfasilitasi mahasiswa semester V membuat big

book. “Mahasiswa akan belajar membuat media big book dan menggunakannya di kelas untuk mengajar membaca bersama di kelas awal. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3x50 menit,” kata Ibu Hernik.

Mengawali perkuliahan, dia meminta mahasiswa menulis apa yang mereka pahami tentang big book? “Big book adalah buku yang berukuran besar, berisikan gambar yang jelas disertai dengan cerita pada setiap gambar. Warna pada gambar sangat jelas dan tulisan huruf pada setiap cerita juga jelas, serta dan berukuran besar agar para siswa MI dapat membacanya dengan jelas,” tukas Heni, salah seorang mahasiswa.

“Big book adalah media pembelajaran

berupa buku besar yang di dalamnya terdapat gambar dan tulisan yang saling berkaitan. Gambar dan tulisan harus menarik agar siswa lebih tertarik dengan media pembelajaran big book ,” timpal mahasiswa lainnya.

Ibu Hernik menunjukkan sebuah big book berjudul, Apa Itu malam Hari? Dia mengajak mahasiswa mengiden-tifikasi ciri-ciri sebuah big book ban-tuan dari program USAID PRIORITAS tersebut. Dia memperlihatkan cover dan isinya. ”Setelah melihat big book ini, apa yang bisa anda identifikasi dari ciri-ciri big book?” katanya.

Mahasiswa menemukan tiga ciri-ciri big book, yaitu (1) gambar/ilustrasi harus sesuai judul, (2) ceritanya singkat, (3) memiliki satu ide atau satu topik cerita. Ibu Hernik memberi

penguatan dengan menunjukkan ciri-ciri big book melalui power point. “Betul, ciri-ciri big book ceritanya singkat sekitar 10-15 halaman, memiliki satu ide/topik cerita, pola kalimatnya jelas, gambar memiliki makna, jenis dan ukuran tulisan tampak jelas, dan jalan ceritanya terkait dengan kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami,” jelasnya.

Selanjutnya Ibu Hernik membagi mahasiswa dalam enam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Kelompok satu sampai tiga ditugaskan membuat big book untuk kelas I, sedangkan kelompok empat, sampai enam membuat big book untuk kelas II. Perbedaannya, untuk siswa kelas I, pada setiap halaman big book ada gambar dan satu kalimat sederhana, sedangkan untuk siswa kelas II, berisi dua kalimat.

Tampak mahasiswa berdiskusi di kelompok menentukan topik cerita. Setelah menemukan beberapa topik cerita mereka memilih satu topik yang menarik, relevan, dan sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi tugasnya. ”Kita sepakat memiilih topik Tas Sekolahku ya,” kata Yani kepada teman sekelompoknya. Setelah topik terpilih, mereka membuat rancangan kalimat pada setiap halaman big book.

Mahasiswa berpikir kreatif mencari ide cerita, dan mendiskusikannya untuk mencari yang terbaik. Setelah selesai, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan idenya tersebut

kepada kelompok yang lain. Dari presentasi tersebut mahasiswa mendapatkan masukan dan ide tambahan dalam membuat atau menulis cerita pada big book.

“Judulnya Tas Sekolahku. Ini tas sekolahku. Tasku warnanya biru. Tasku sangat bagus. Tasku kupakai untuk sekolah. Tasku bermotif kotak-kotak putih. Tasku ku gendong di punggungku. Aku suka tas sekolahku,” kata Enggar, mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Setelah memperbaiki saran dan ide dari teman-teman kelompok lain, setiap kelompok mulai memikirkan ilustrasi yang relevan dengan kalimat pada setiap halaman big book. Mereka memikirkan bersama ilustrasinya dan berbagi membuat sketsa ilustrasinya di kertas HVS berukuran A4. Ada yang menggambar dengan tangan dan ada juga yang mencari gambar di internet.

Berdasar sketsa yang sudah dibuat kelompok, Ibu Hernik memberikan masukan yang perlu menjadi perhatian. “Ini adalah salah satu hasil karya salah satu kelompok. Judulnya adalah persahabatan antara Aisyah dan Maryam. Di halaman pertama tertulis kalimat, “Pada hari minggu Aisyah mengajak Maryam untuk bersepeda bersama. Ilustrasinya sudah menunjukkan mereka bersepeda. Ini contoh yang bagus dan bisa ditiru. Silakan Anda selesaikan di rumah. Pertemuan minggu depan, kita akan simulasikan big book yang sudah kalian buat,” kata Ibu Hernik memberi tugas kepada mahasiswa.

Pada pertemuan kedua, setiap kelompok telah membawa big book yang sudah terjilid rapi. Dari ilustrasi gambar tampak ada yang

Literasi

Perwakilan kelompok menunjukkan hasil

analisis dan pengamatan modeling mengajar membaca bersama.

Page 75: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)62 63 63Perkuliahan - Literasi

Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal

Ibu Hernik memodelkan mengajar membaca bersama dengan buku besar buatan mahasiswanya.

Pembuatan big book (buku besar) untuk pembelajaran kelas awal di

sekolah dasar (SD) yang diperkenalkan USAID

PRIORITAS menginspirasi banyak dosen untuk mengadopsi

di dalam perkuliahan. Mereka mengajak para siswa membuat

Berikut adalah beberapa pengalaman dua dosen LPTK

mitra mengajak mahasiswanya mengembangkan big book dalam

perkuliahan.

UIN Sunan Ampel Surabaya – Dosen PGMI FTK UINSA, Ibu Hernik Farisia MPd, dalam perkuliahan metode pembelajaran bahasa Indonesia pada pertemuan 6 dan 7, dia memfasilitasi mahasiswa semester V membuat big

book. “Mahasiswa akan belajar membuat media big book dan menggunakannya di kelas untuk mengajar membaca bersama di kelas awal. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3x50 menit,” kata Ibu Hernik.

Mengawali perkuliahan, dia meminta mahasiswa menulis apa yang mereka pahami tentang big book? “Big book adalah buku yang berukuran besar, berisikan gambar yang jelas disertai dengan cerita pada setiap gambar. Warna pada gambar sangat jelas dan tulisan huruf pada setiap cerita juga jelas, serta dan berukuran besar agar para siswa MI dapat membacanya dengan jelas,” tukas Heni, salah seorang mahasiswa.

“Big book adalah media pembelajaran

berupa buku besar yang di dalamnya terdapat gambar dan tulisan yang saling berkaitan. Gambar dan tulisan harus menarik agar siswa lebih tertarik dengan media pembelajaran big book ,” timpal mahasiswa lainnya.

Ibu Hernik menunjukkan sebuah big book berjudul, Apa Itu malam Hari? Dia mengajak mahasiswa mengiden-tifikasi ciri-ciri sebuah big book ban-tuan dari program USAID PRIORITAS tersebut. Dia memperlihatkan cover dan isinya. ”Setelah melihat big book ini, apa yang bisa anda identifikasi dari ciri-ciri big book?” katanya.

Mahasiswa menemukan tiga ciri-ciri big book, yaitu (1) gambar/ilustrasi harus sesuai judul, (2) ceritanya singkat, (3) memiliki satu ide atau satu topik cerita. Ibu Hernik memberi

penguatan dengan menunjukkan ciri-ciri big book melalui power point. “Betul, ciri-ciri big book ceritanya singkat sekitar 10-15 halaman, memiliki satu ide/topik cerita, pola kalimatnya jelas, gambar memiliki makna, jenis dan ukuran tulisan tampak jelas, dan jalan ceritanya terkait dengan kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami,” jelasnya.

Selanjutnya Ibu Hernik membagi mahasiswa dalam enam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Kelompok satu sampai tiga ditugaskan membuat big book untuk kelas I, sedangkan kelompok empat, sampai enam membuat big book untuk kelas II. Perbedaannya, untuk siswa kelas I, pada setiap halaman big book ada gambar dan satu kalimat sederhana, sedangkan untuk siswa kelas II, berisi dua kalimat.

Tampak mahasiswa berdiskusi di kelompok menentukan topik cerita. Setelah menemukan beberapa topik cerita mereka memilih satu topik yang menarik, relevan, dan sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi tugasnya. ”Kita sepakat memiilih topik Tas Sekolahku ya,” kata Yani kepada teman sekelompoknya. Setelah topik terpilih, mereka membuat rancangan kalimat pada setiap halaman big book.

Mahasiswa berpikir kreatif mencari ide cerita, dan mendiskusikannya untuk mencari yang terbaik. Setelah selesai, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan idenya tersebut

kepada kelompok yang lain. Dari presentasi tersebut mahasiswa mendapatkan masukan dan ide tambahan dalam membuat atau menulis cerita pada big book.

“Judulnya Tas Sekolahku. Ini tas sekolahku. Tasku warnanya biru. Tasku sangat bagus. Tasku kupakai untuk sekolah. Tasku bermotif kotak-kotak putih. Tasku ku gendong di punggungku. Aku suka tas sekolahku,” kata Enggar, mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Setelah memperbaiki saran dan ide dari teman-teman kelompok lain, setiap kelompok mulai memikirkan ilustrasi yang relevan dengan kalimat pada setiap halaman big book. Mereka memikirkan bersama ilustrasinya dan berbagi membuat sketsa ilustrasinya di kertas HVS berukuran A4. Ada yang menggambar dengan tangan dan ada juga yang mencari gambar di internet.

Berdasar sketsa yang sudah dibuat kelompok, Ibu Hernik memberikan masukan yang perlu menjadi perhatian. “Ini adalah salah satu hasil karya salah satu kelompok. Judulnya adalah persahabatan antara Aisyah dan Maryam. Di halaman pertama tertulis kalimat, “Pada hari minggu Aisyah mengajak Maryam untuk bersepeda bersama. Ilustrasinya sudah menunjukkan mereka bersepeda. Ini contoh yang bagus dan bisa ditiru. Silakan Anda selesaikan di rumah. Pertemuan minggu depan, kita akan simulasikan big book yang sudah kalian buat,” kata Ibu Hernik memberi tugas kepada mahasiswa.

Pada pertemuan kedua, setiap kelompok telah membawa big book yang sudah terjilid rapi. Dari ilustrasi gambar tampak ada yang

Literasi

Perwakilan kelompok menunjukkan hasil

analisis dan pengamatan modeling mengajar membaca bersama.

Page 76: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

menggambarnya dengan tangan dan ada gambar yang diambil dari foto. Ibu Hernik mengajak mahasiswa mempraktikkan strategi membaca bersama dengan menggunakan big book dengan cara pemodelan.

Ibu Hernik membagi dua kelompok mahasiswa, sebagian mahasiswa berperan sebagai siswa kelas awal dan sebagian menjadi pengamat yang sudah dibekali lembar pengamatan pembelajaran. Ada 10 mahasiswa yang berperan menjadi siswa, dan 15 mahasiswa menjadi pengamat. Ketika Ibu Hernik melakukan pemodelan membaca bersama, mahasiswa diminta fokus mengamati pada tiga hal, (1) apa yang dilakukan guru, (2) apa yang dilakukan siswa? (3) bagaimana guru memanfaatkan big book tersebut? Setelah menjelaskan lembar pengamatan, dia mulai memodelkan membaca bersama dengan big book buatan mahasiswa.

“Anak-anak, di sini ada gambar apa ya?” tanyanya.

“Pohon, bunga, kebun, orang,” jawab beberapa mahasiswa yang berperan sebagai siswa secara bergantian.

“Siapa yang bisa menebak judul buku ini?” tanya Ibu Hernik sambil menunjuk judul buku yang ditutup kertas.

“Taman bermain, Kebun sekolah…” jawab dua siswa.

Guru membuka kertas yang menutupi judul buku. “Kebun Sekolahku…,” kata

beberapa siswa membaca judul pada big book.

Pada halaman pertama, guru mengajak siswa melihat gambar dan mencerita-kan tentang gambar tersebut. Setelah itu, dia membacakan kalimat pada halaman tersebut dan siswa meniru bacaan guru. Begitu seterusnya. Setelah selesai membaca bersama, guru meminta siswa menceritakan kembali kepada teman pasangan kelompoknya mengenai isi buku yang sudah dibaca bersama. Kegiatan membaca bersama selesai.

Di kelompok mahasiswa berdiskusi membuat kesimpulan hasil pengamatan modeling pembelajaran, kemudian menuliskannya di kertas plano, dan mempresentasikan ke kelompok lain. “Dari modeling tadi, menurut kami guru sudah memperhatikan materi dengan baik. Setiap gambar diceritakan dengan detail sehingga siswa menjadi mudah mengerti. Siswa juga tampak antusias mengikuti kegiatan membaca bersama. Big book yang dipakai juga bisa membuat siswa menjadi mengerti jelas, besar, dan paham,” kata mahasiswa dalam presentasinya.

Berdasarkan modeling yang telah dilakukan oleh Ibu Hernik, setiap kelompok diminta menyusun skenario pembelajaran membaca bersama dengan big book buatannya. “Dalam skenario tersebut, perlu dijabarkan kegiatan yang dilakukan ketika pra membaca, membaca, dan pasca

membaca. Misalnya, pada tahapan pra membaca, kegiatan yg perlu ada yaitu guru mengawali dengan pengenalan big book, mengajak siswa untuk memprediksi isi cerita, dll. Pada kegiatan membaca, siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan ide/pikirannya tentang gambar big book, guru membaca, dan siswa menirukan. Pada kegiatan pasca membaca, siswa diberi kesempatan menceritakan kembali isi bacaan atau saling bercerita,” jelas Ibu Hernik.

Kegiatan menyusun skenario pembelajaran dilakukan secara mandiri. Setelah selesai, mahasiswa saling melihat skenario pembelajaran yang sudah dibuat temannya di kelompok dan memilih satu skenario untuk dipraktikkan. Salah satu mahasiswa menjadi guru melakukan modeling di kelompoknya dan yang lainnya memerankan sebagai siswa. Semua kelompok mendapat waktu 5 menit melakukan praktik mengajar membaca bersama dengan big book. Kelompok yang tidak simulasi memberikan masukan kepada kelompok yang praktik mengajar.

“Saya melihat tadi ada beberapa siswa yang tampak ramai. Guru bisa melakukan tepuk diam untuk mengondisikan siswa agar kembali konsentrasi membaca bersama dengan guru,” kata Siti memberikan masukan kepada temannya yang melakukan praktik mengajar membaca bersama.

“Ada tiga hal yang tidak boleh kita lupakan terkait dalam kegiatan membaca bersama adalah pengenalan buku, membaca nyaring, dan pengenalan konsep isi cerita” kata Ibu Hernik memberi penguatan materi di akhir perkuliahan.

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmilasari MPd, dosen PGSD UNM mengajak mahasiswa semester IV mengembangkan big book pada perkuliahan pengembangan pembelajaran IPS SD. Temanya tentang profesi. Perkuliahan ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Sebelumnya, Ibu Widya memberi tugas mahasiswa membaca berbagai referensi mengenai big book di internet dan bahan bacaan yang sudah diperbanyak. Dengan membaca referensi-referensi tersebut mahasiswa menjadi tahu pentingnya dan manfaat big book.

Setelah masuk perkuliahan, bahan-bahan tersebut didiskusikan bersama-sama dan dipresentasikan singkat mengenai latar belakang, manfaat, ciri-ciri, dan sebagainya. Setelah itu mereka saling menanggapi.

Setelah itu, Ibu Widya memodelkan cara mengajar dengan menggunakan big book kepada para mahasiswa. Para mahasiswa memperhatikan dengan baik dan bertanya jika masih ada yang belum dimengerti. Selesai permodelan, 30 mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok. Secara berkelompok, mahasiswa berdiskusi profesi yang

dijadikan bahan big book. Ada yang membuat profesi guru, pilot, pemain bola, dokter, dan lain-lain. Big book menggambarkan kejelasan profesi dan tugas-tugas dari profesi yang diemban. Misalnya; untuk profesi dokter; tugasnya diuraikan satu persatu pada setiap halaman big book tersebut.

Mahasiswa berdiskusi membuat kalimat dan menentukan gambar yang tepat untuk setiap halaman big book sesuai profesi yang dipilih. Setelah selesai, mereka mempresentasikan di kelompok lainnya untuk mendapat masukan. Mereka membagi tugas; siapa yang akan menggambar dan menuliskan kalimat-kalimat di big book. Kegiatan penyelesaian big book dilaksanakan dalam satu pertemuan.

Pada pertemuan berikutnya, mahasiswa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan big book yang mereka buat. Setelah selesai, dua kelompok

mempresentasikan cara mengajar dengan menggunakan big book tersebut. Ibu Widya sebagai dosen mengamati dan memberikan masukan, misalnya tentang bagaimana cara memegang, cara mengeksplor gambar, cara memberikan pertanyaan yang mendorong siswa berani menyampaikan gagasannya, dan lain lain.

Rudi, salah satu mahasiswa mengatakan sangat terpesona dengan pembelajaran yang telah dilakukan. “Benar-benar sesuatu yang menarik dan pasti menggerakkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.

Mahasiswa UNM menunjukan big book

tentang profesi yang telah dibuatnya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)64 65 Perkuliahan - Literasi 65

Literasi

Page 77: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

menggambarnya dengan tangan dan ada gambar yang diambil dari foto. Ibu Hernik mengajak mahasiswa mempraktikkan strategi membaca bersama dengan menggunakan big book dengan cara pemodelan.

Ibu Hernik membagi dua kelompok mahasiswa, sebagian mahasiswa berperan sebagai siswa kelas awal dan sebagian menjadi pengamat yang sudah dibekali lembar pengamatan pembelajaran. Ada 10 mahasiswa yang berperan menjadi siswa, dan 15 mahasiswa menjadi pengamat. Ketika Ibu Hernik melakukan pemodelan membaca bersama, mahasiswa diminta fokus mengamati pada tiga hal, (1) apa yang dilakukan guru, (2) apa yang dilakukan siswa? (3) bagaimana guru memanfaatkan big book tersebut? Setelah menjelaskan lembar pengamatan, dia mulai memodelkan membaca bersama dengan big book buatan mahasiswa.

“Anak-anak, di sini ada gambar apa ya?” tanyanya.

“Pohon, bunga, kebun, orang,” jawab beberapa mahasiswa yang berperan sebagai siswa secara bergantian.

“Siapa yang bisa menebak judul buku ini?” tanya Ibu Hernik sambil menunjuk judul buku yang ditutup kertas.

“Taman bermain, Kebun sekolah…” jawab dua siswa.

Guru membuka kertas yang menutupi judul buku. “Kebun Sekolahku…,” kata

beberapa siswa membaca judul pada big book.

Pada halaman pertama, guru mengajak siswa melihat gambar dan mencerita-kan tentang gambar tersebut. Setelah itu, dia membacakan kalimat pada halaman tersebut dan siswa meniru bacaan guru. Begitu seterusnya. Setelah selesai membaca bersama, guru meminta siswa menceritakan kembali kepada teman pasangan kelompoknya mengenai isi buku yang sudah dibaca bersama. Kegiatan membaca bersama selesai.

Di kelompok mahasiswa berdiskusi membuat kesimpulan hasil pengamatan modeling pembelajaran, kemudian menuliskannya di kertas plano, dan mempresentasikan ke kelompok lain. “Dari modeling tadi, menurut kami guru sudah memperhatikan materi dengan baik. Setiap gambar diceritakan dengan detail sehingga siswa menjadi mudah mengerti. Siswa juga tampak antusias mengikuti kegiatan membaca bersama. Big book yang dipakai juga bisa membuat siswa menjadi mengerti jelas, besar, dan paham,” kata mahasiswa dalam presentasinya.

Berdasarkan modeling yang telah dilakukan oleh Ibu Hernik, setiap kelompok diminta menyusun skenario pembelajaran membaca bersama dengan big book buatannya. “Dalam skenario tersebut, perlu dijabarkan kegiatan yang dilakukan ketika pra membaca, membaca, dan pasca

membaca. Misalnya, pada tahapan pra membaca, kegiatan yg perlu ada yaitu guru mengawali dengan pengenalan big book, mengajak siswa untuk memprediksi isi cerita, dll. Pada kegiatan membaca, siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan ide/pikirannya tentang gambar big book, guru membaca, dan siswa menirukan. Pada kegiatan pasca membaca, siswa diberi kesempatan menceritakan kembali isi bacaan atau saling bercerita,” jelas Ibu Hernik.

Kegiatan menyusun skenario pembelajaran dilakukan secara mandiri. Setelah selesai, mahasiswa saling melihat skenario pembelajaran yang sudah dibuat temannya di kelompok dan memilih satu skenario untuk dipraktikkan. Salah satu mahasiswa menjadi guru melakukan modeling di kelompoknya dan yang lainnya memerankan sebagai siswa. Semua kelompok mendapat waktu 5 menit melakukan praktik mengajar membaca bersama dengan big book. Kelompok yang tidak simulasi memberikan masukan kepada kelompok yang praktik mengajar.

“Saya melihat tadi ada beberapa siswa yang tampak ramai. Guru bisa melakukan tepuk diam untuk mengondisikan siswa agar kembali konsentrasi membaca bersama dengan guru,” kata Siti memberikan masukan kepada temannya yang melakukan praktik mengajar membaca bersama.

“Ada tiga hal yang tidak boleh kita lupakan terkait dalam kegiatan membaca bersama adalah pengenalan buku, membaca nyaring, dan pengenalan konsep isi cerita” kata Ibu Hernik memberi penguatan materi di akhir perkuliahan.

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmilasari MPd, dosen PGSD UNM mengajak mahasiswa semester IV mengembangkan big book pada perkuliahan pengembangan pembelajaran IPS SD. Temanya tentang profesi. Perkuliahan ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Sebelumnya, Ibu Widya memberi tugas mahasiswa membaca berbagai referensi mengenai big book di internet dan bahan bacaan yang sudah diperbanyak. Dengan membaca referensi-referensi tersebut mahasiswa menjadi tahu pentingnya dan manfaat big book.

Setelah masuk perkuliahan, bahan-bahan tersebut didiskusikan bersama-sama dan dipresentasikan singkat mengenai latar belakang, manfaat, ciri-ciri, dan sebagainya. Setelah itu mereka saling menanggapi.

Setelah itu, Ibu Widya memodelkan cara mengajar dengan menggunakan big book kepada para mahasiswa. Para mahasiswa memperhatikan dengan baik dan bertanya jika masih ada yang belum dimengerti. Selesai permodelan, 30 mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok. Secara berkelompok, mahasiswa berdiskusi profesi yang

dijadikan bahan big book. Ada yang membuat profesi guru, pilot, pemain bola, dokter, dan lain-lain. Big book menggambarkan kejelasan profesi dan tugas-tugas dari profesi yang diemban. Misalnya; untuk profesi dokter; tugasnya diuraikan satu persatu pada setiap halaman big book tersebut.

Mahasiswa berdiskusi membuat kalimat dan menentukan gambar yang tepat untuk setiap halaman big book sesuai profesi yang dipilih. Setelah selesai, mereka mempresentasikan di kelompok lainnya untuk mendapat masukan. Mereka membagi tugas; siapa yang akan menggambar dan menuliskan kalimat-kalimat di big book. Kegiatan penyelesaian big book dilaksanakan dalam satu pertemuan.

Pada pertemuan berikutnya, mahasiswa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan big book yang mereka buat. Setelah selesai, dua kelompok

mempresentasikan cara mengajar dengan menggunakan big book tersebut. Ibu Widya sebagai dosen mengamati dan memberikan masukan, misalnya tentang bagaimana cara memegang, cara mengeksplor gambar, cara memberikan pertanyaan yang mendorong siswa berani menyampaikan gagasannya, dan lain lain.

Rudi, salah satu mahasiswa mengatakan sangat terpesona dengan pembelajaran yang telah dilakukan. “Benar-benar sesuatu yang menarik dan pasti menggerakkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.

Mahasiswa UNM menunjukan big book

tentang profesi yang telah dibuatnya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)64 65 Perkuliahan - Literasi 65

Literasi

Page 78: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

67 Perkuliahan - Literasi 67

Beberapa majalah hasil karya mahasiswa.

Literasi

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)66

Universitas Negeri Surabaya - Pada perkuliahan Jurnalistik di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNESA yang diampu oleh Bapak Andik Yuliyanto MPd, perkuliahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Tidak hanya belajar teori, mahasiswa diajak terjun langsung ke lapangan menjadi reporter.

Kegiatan di luar kelas ini menurut Pak Andik sangat penting karena peristiwa di lapangan adalah suasana nyata yang alami dan tidak dibuat-buat dimana peristiwa penting, kejadian unik, informasi yang sukar didapatkan, narasumber yang tidak mau

diwawancarai, dan beragam masalah lainnya menjadi tantangan tersendiri untuk mahasiswa. “Saya mewajibkan seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan jurnalistik untuk terjun langsung ke lapangan, mengumpulkan, menggali, dan menulis informasi yang didapatkan serta menuangkannya dalam karya jurnalistik yakni membuat majalah secara berkelompok,” katanya.

Bak kantor redaksi sebuah majalah, mahasiswa berperan sebagai jurnalis. Selama 16 kali pertemuan, seminggu sekali dalam 2 x 50 menit, Pak Andik mendampingi mahasiswanya belajar tentang jurnalistik, perancangan

Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik

kegiatan, pembagian tugas, terjun ke lapangan, proses penulisan dan editing, proses pencetakan, dan presentasi hasil karya.

Ada tiga bentuk berita yang harus ditulis oleh setiap mahasiswa dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, yakni straight news (berita langsung saat kejadian); investigasi (berita yang membutuhkan penga-matan, penelitian, dan pengumpulan data terlebih dahulu sebelum menjadi tulisan); dan feature (berita mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan,

(Kiri) Hasil tulisan mahasiswa meliput di wihara. (Kanan) Mahasiswa sedang melakukan wawancara dengan UMKM.

serta mengunggah simpati atau empati pembaca). Pak Andik membagi kelas dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok akan berbagi peran, siapa yang akan menjadi reporter khusus straight news, investigasi terhadap suatu peristiwa atau fenomena, dan menulis berita feature.

Kegiatan ini menurut Pak Andik, terinspirasi dari pelatihan Modul 1 tentang pembelajaran aktif di perguruan tinggi yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS untuk LPTK, dimana salah satu materinya adalah memanfaatkan lingkungan menjadi sumber belajar yang menarik.

Selanjutnya, seluruh mahasiswa dimin-ta turun ke lapangan untuk melakukan peliputan langsung. Mahasiswa dapat mengunjungi beberapa tempat yang menarik untuk ditulis seperti pusat kuliner, museum, pasar, pabrik, tempat ibadah, tempat wisata, dan pusat keramaian lainnya.

Pak Andik juga memberikan tantangan kepada setiap kelompok untuk mengunjungi tempat-tempat yang menantang untuk diliput. Misalnya: menulis aktivitas ibadah di tempat-tempat ibadah seperti di gereja, masjid, wihara, dan kelenteng.

Di beberapa tempat peliputan, Pak Andik mendampingi mahasiswanya. Misalnya ketika mahasiswa harus berkunjung ke gereja dan wihara, dia mendampingi secara langsung. “Banyak mahasiswa yang pesimistis bisa

mendapatkan berita di tempat-tempat tersebut. Ternyata sambutan dari para pengurus tempat-tempat ibadah tersebut sangat welcome. Dengan senang hati para mahasiswa diajak berkeliling ke dalam tempat ibadah tersebut, mereka mendapatkan banyak sekali masukan tentang keberagaman dan toleransi beragama,” terangnya.

Setelah mendapatkan bahan berita, setiap kelompok kemudian memasuki tahap penulisan dan editing naskah. Tulisan mahasiswa harus sesuai dengan tiga bentuk berita yang sudah ditentukan sebelumnya. Dosen berhak melakukan editing naskah tulisan yang akan dipublikasikan. Naskah yang tidak sesuai akan di drop atau harus digantikan dengan naskah lainnya.

Selanjutnya setiap kelompok akan menyusun naskah yang sudah melewati editing dengan memasuki proses layout dan cetak. “Tugas akhir setiap kelompok berupa hasil jadi sebuah majalah terbitan setiap kelompok,” terangnya.

Kegiatan perkuliahan jurnalistik dengan menulis berita hingga menghasilkan karya majalah wajib diselesaikan mahasiswa dalam satu semester. Penilaian mahasiswa didasarkan pada proses pemilihan angle berita, proses pengamatan di lapangan, wawancara, hasil tulisan, dan hasil cetak majalahnya.

Heni Swastika, mahasiswa yang didapuk menjadi pemimpin redaksi

oleh teman-temannya menyatakan bahwa perkuliahan jurnalistik memberi manfaat yang luar biasa. “Kami harus merevisi tulisan yang akan diterbitkan berulang-kali. Untuk satu naskah bisa tiga sampai lima kali direvisi oleh Pak Andik. Namun saat sudah jadi majalah merupakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi kelompok kami,” ungkap Heni yang menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Gagas Warta.

Menurut Pak Andik, hasil cetak majalah yang dibuat mahasiswa bisa digunakan sebagai portofolio setelah lulus kuliah untuk melamar kerja sebagai reporter 'betulan' di media. “Beberapa mahasiswa saya yang baru lulus sudah diterima bekerja di media-media besar di Jakarta dan Surabaya,” ungkapnya bangga.

Page 79: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

67 Perkuliahan - Literasi 67

Beberapa majalah hasil karya mahasiswa.

Literasi

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)66

Universitas Negeri Surabaya - Pada perkuliahan Jurnalistik di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNESA yang diampu oleh Bapak Andik Yuliyanto MPd, perkuliahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Tidak hanya belajar teori, mahasiswa diajak terjun langsung ke lapangan menjadi reporter.

Kegiatan di luar kelas ini menurut Pak Andik sangat penting karena peristiwa di lapangan adalah suasana nyata yang alami dan tidak dibuat-buat dimana peristiwa penting, kejadian unik, informasi yang sukar didapatkan, narasumber yang tidak mau

diwawancarai, dan beragam masalah lainnya menjadi tantangan tersendiri untuk mahasiswa. “Saya mewajibkan seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan jurnalistik untuk terjun langsung ke lapangan, mengumpulkan, menggali, dan menulis informasi yang didapatkan serta menuangkannya dalam karya jurnalistik yakni membuat majalah secara berkelompok,” katanya.

Bak kantor redaksi sebuah majalah, mahasiswa berperan sebagai jurnalis. Selama 16 kali pertemuan, seminggu sekali dalam 2 x 50 menit, Pak Andik mendampingi mahasiswanya belajar tentang jurnalistik, perancangan

Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik

kegiatan, pembagian tugas, terjun ke lapangan, proses penulisan dan editing, proses pencetakan, dan presentasi hasil karya.

Ada tiga bentuk berita yang harus ditulis oleh setiap mahasiswa dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, yakni straight news (berita langsung saat kejadian); investigasi (berita yang membutuhkan penga-matan, penelitian, dan pengumpulan data terlebih dahulu sebelum menjadi tulisan); dan feature (berita mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan,

(Kiri) Hasil tulisan mahasiswa meliput di wihara. (Kanan) Mahasiswa sedang melakukan wawancara dengan UMKM.

serta mengunggah simpati atau empati pembaca). Pak Andik membagi kelas dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok akan berbagi peran, siapa yang akan menjadi reporter khusus straight news, investigasi terhadap suatu peristiwa atau fenomena, dan menulis berita feature.

Kegiatan ini menurut Pak Andik, terinspirasi dari pelatihan Modul 1 tentang pembelajaran aktif di perguruan tinggi yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS untuk LPTK, dimana salah satu materinya adalah memanfaatkan lingkungan menjadi sumber belajar yang menarik.

Selanjutnya, seluruh mahasiswa dimin-ta turun ke lapangan untuk melakukan peliputan langsung. Mahasiswa dapat mengunjungi beberapa tempat yang menarik untuk ditulis seperti pusat kuliner, museum, pasar, pabrik, tempat ibadah, tempat wisata, dan pusat keramaian lainnya.

Pak Andik juga memberikan tantangan kepada setiap kelompok untuk mengunjungi tempat-tempat yang menantang untuk diliput. Misalnya: menulis aktivitas ibadah di tempat-tempat ibadah seperti di gereja, masjid, wihara, dan kelenteng.

Di beberapa tempat peliputan, Pak Andik mendampingi mahasiswanya. Misalnya ketika mahasiswa harus berkunjung ke gereja dan wihara, dia mendampingi secara langsung. “Banyak mahasiswa yang pesimistis bisa

mendapatkan berita di tempat-tempat tersebut. Ternyata sambutan dari para pengurus tempat-tempat ibadah tersebut sangat welcome. Dengan senang hati para mahasiswa diajak berkeliling ke dalam tempat ibadah tersebut, mereka mendapatkan banyak sekali masukan tentang keberagaman dan toleransi beragama,” terangnya.

Setelah mendapatkan bahan berita, setiap kelompok kemudian memasuki tahap penulisan dan editing naskah. Tulisan mahasiswa harus sesuai dengan tiga bentuk berita yang sudah ditentukan sebelumnya. Dosen berhak melakukan editing naskah tulisan yang akan dipublikasikan. Naskah yang tidak sesuai akan di drop atau harus digantikan dengan naskah lainnya.

Selanjutnya setiap kelompok akan menyusun naskah yang sudah melewati editing dengan memasuki proses layout dan cetak. “Tugas akhir setiap kelompok berupa hasil jadi sebuah majalah terbitan setiap kelompok,” terangnya.

Kegiatan perkuliahan jurnalistik dengan menulis berita hingga menghasilkan karya majalah wajib diselesaikan mahasiswa dalam satu semester. Penilaian mahasiswa didasarkan pada proses pemilihan angle berita, proses pengamatan di lapangan, wawancara, hasil tulisan, dan hasil cetak majalahnya.

Heni Swastika, mahasiswa yang didapuk menjadi pemimpin redaksi

oleh teman-temannya menyatakan bahwa perkuliahan jurnalistik memberi manfaat yang luar biasa. “Kami harus merevisi tulisan yang akan diterbitkan berulang-kali. Untuk satu naskah bisa tiga sampai lima kali direvisi oleh Pak Andik. Namun saat sudah jadi majalah merupakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi kelompok kami,” ungkap Heni yang menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Gagas Warta.

Menurut Pak Andik, hasil cetak majalah yang dibuat mahasiswa bisa digunakan sebagai portofolio setelah lulus kuliah untuk melamar kerja sebagai reporter 'betulan' di media. “Beberapa mahasiswa saya yang baru lulus sudah diterima bekerja di media-media besar di Jakarta dan Surabaya,” ungkapnya bangga.

Page 80: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

69 69Perkuliahan - Literasi

Mahasiswa melakukan DEAR (Drop Everything and Read).

Literasi

Universitas Negeri Medan - Membaca merupakan kegiatan penting. Setelah membaca, informasi sebaiknya disimpankan dalam Reading Log. Tujuan-nya agar informasi bacaan dapat dipa-hami kembali dengan mudah dan cepat.

Sinar matahari pagi sudah menyelimuti kawasan hijau Universitas Negeri Medan (Unimed) ketika kelas Ibu Dra Rosmaini MPd, baru dipenuhi mahasiswa. Ibu Rosmaini begitu Ia akrab disapa adalah dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unimed. Pagi itu Ibu Rosmaini mengampu topik menciptakan budaya membaca. Ada 45

mahasiswa Ibu Rosmaini berkumpul ke dalam sembilan kelompok. Mereka duduk melingkar. Masing-masing kelompok punya nama berbeda. Ada kelompok SKEMA, SKIMMING, YES dan lain-lain.

Di depan kelas, Ibu Rosmaini mengatakan topik budaya membaca penting dipahami calon guru. “Ketika Anda nanti menjadi guru, Anda bisa menciptakan banyak kegiatan untuk membiasakan siswa membaca. Salah satu caranya kita pelajari hari ini,” terangnya.

Secara umum, Ia memberitahu tiga tujuan perkuliahan hari itu. Pertama,

mahasiswa mampu menjelaskan sekaligus melaksanakan program membaca DEAR (Drop Everything and Read). Kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa senang membaca.

Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan cara pemanfaatan perpustakaan. Ibu Rosmaini mengatakan kalau siswa su-dah menyukai membaca, maka mereka akan kekurangan bahan bacaan. Guna menyiasatinya, maka siswa akan mencarinya ke perpustakaan dan toko buku. Ketiga, mahasiswa mampu membuat reading log. Reading log adalah kumpulan informasi penting dari bacaan bacaan. Informasi ini akan memudahkan pembaca untuk

Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna

Caption

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)68

Setelah praktik menulis reading log, mahasiswa membuat membuat desain reading lognya sendiri.

memahami isi bacaan dengan cepat.

Ibu Rosmaini membagi proses perku-liahan kedalam lima bagian. Bagian pertama adalah membaca. Mahasiswa mempraktikkan DEAR. DEAR merupakan kegiatan membaca tanpa suara. Mahasiswa diminta membaca bahan bacaan. Di saat yang sama mereka diminta menangkap informasi penting bahan bacaan itu. Informasi penting meliput judul bacaan, penulis dan ringkasan isinya. Bahan bacaan disediakan oleh Ibu Rosmaini.

“Sekarang kita akan praktikkan kegia-tan DEAR. Sebelum saya bunyikan tanda membaca, semua tidak ada yang membaca,” tegasnya.

“Siap bu!” Sahut mahasiswa.

“Membaca dimulai. Waktunya 10 menit,” seru Ibu Rosmaini.

Suana kelas menjadi hening. Mahasiswa fokus membaca. Waktu membacapun usai. Semua bahan bacaan diletakkan di atas kursi. Ibu Rosmaini memastikan semua mahasiswa benar-benar telah selesai membaca.

”Jika saya minta menceritakan ulang, bisa?” tanyanya.

“Bisa, Bu!” Jawab mahasiswa.

“Baik saya membagikan reading log, sambil pelan-pelan saya tarik bahan bacaan tadi. Saya mau melihat bagaimana kemampuan Anda mengingat, memahami apa yang dibaca. Membaca bukan hanya soal cepat saja,

tapi juga paham isinya,” tegas Ibu Rosmaini.

Setelah bagian pertama selesai, maka bagaian kedua dimulai yaitu kegiatan menulis dimulai.

Kertas kosong dibagikan ke masing-masing siswa. Sembari bahan bacaan ditarik. Mahasiswa diminta menuliskan nama, kelas, judul bacaan dan ringkasan. Mahasiswa bekerja secara individu. Mereka menulis ringkasan dengan kata-kata masing-masing. Ibu Rosmaini berkeliling melihat mahasiswanya bekerja. Sesekali Ia memberi arahan.

Setelah sepuluh menit berlalu, Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya berhenti menulis. Ia bersiap memasuki bagian ketiga yaitu bercerita.

Setiap mahasiswa diminta mencari satu orang pasangannya. Mereka diminta bergantian menceritakan isi reading log yang dibuat. Kegiatan ini bertujuan memastikan mahasiswa menangkap isi bacaan yang mereka tulis. ”Untuk memantapkannya lagi apa yang Anda baca dan tulis, maka Anda harus bisa menceritakan kembali kepada temanmu,” perintahnya.

Mahasiswapun mulai mencari pasangan.

Page 81: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

69 69Perkuliahan - Literasi

Mahasiswa melakukan DEAR (Drop Everything and Read).

Literasi

Universitas Negeri Medan - Membaca merupakan kegiatan penting. Setelah membaca, informasi sebaiknya disimpankan dalam Reading Log. Tujuan-nya agar informasi bacaan dapat dipa-hami kembali dengan mudah dan cepat.

Sinar matahari pagi sudah menyelimuti kawasan hijau Universitas Negeri Medan (Unimed) ketika kelas Ibu Dra Rosmaini MPd, baru dipenuhi mahasiswa. Ibu Rosmaini begitu Ia akrab disapa adalah dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unimed. Pagi itu Ibu Rosmaini mengampu topik menciptakan budaya membaca. Ada 45

mahasiswa Ibu Rosmaini berkumpul ke dalam sembilan kelompok. Mereka duduk melingkar. Masing-masing kelompok punya nama berbeda. Ada kelompok SKEMA, SKIMMING, YES dan lain-lain.

Di depan kelas, Ibu Rosmaini mengatakan topik budaya membaca penting dipahami calon guru. “Ketika Anda nanti menjadi guru, Anda bisa menciptakan banyak kegiatan untuk membiasakan siswa membaca. Salah satu caranya kita pelajari hari ini,” terangnya.

Secara umum, Ia memberitahu tiga tujuan perkuliahan hari itu. Pertama,

mahasiswa mampu menjelaskan sekaligus melaksanakan program membaca DEAR (Drop Everything and Read). Kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa senang membaca.

Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan cara pemanfaatan perpustakaan. Ibu Rosmaini mengatakan kalau siswa su-dah menyukai membaca, maka mereka akan kekurangan bahan bacaan. Guna menyiasatinya, maka siswa akan mencarinya ke perpustakaan dan toko buku. Ketiga, mahasiswa mampu membuat reading log. Reading log adalah kumpulan informasi penting dari bacaan bacaan. Informasi ini akan memudahkan pembaca untuk

Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna

Caption

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)68

Setelah praktik menulis reading log, mahasiswa membuat membuat desain reading lognya sendiri.

memahami isi bacaan dengan cepat.

Ibu Rosmaini membagi proses perku-liahan kedalam lima bagian. Bagian pertama adalah membaca. Mahasiswa mempraktikkan DEAR. DEAR merupakan kegiatan membaca tanpa suara. Mahasiswa diminta membaca bahan bacaan. Di saat yang sama mereka diminta menangkap informasi penting bahan bacaan itu. Informasi penting meliput judul bacaan, penulis dan ringkasan isinya. Bahan bacaan disediakan oleh Ibu Rosmaini.

“Sekarang kita akan praktikkan kegia-tan DEAR. Sebelum saya bunyikan tanda membaca, semua tidak ada yang membaca,” tegasnya.

“Siap bu!” Sahut mahasiswa.

“Membaca dimulai. Waktunya 10 menit,” seru Ibu Rosmaini.

Suana kelas menjadi hening. Mahasiswa fokus membaca. Waktu membacapun usai. Semua bahan bacaan diletakkan di atas kursi. Ibu Rosmaini memastikan semua mahasiswa benar-benar telah selesai membaca.

”Jika saya minta menceritakan ulang, bisa?” tanyanya.

“Bisa, Bu!” Jawab mahasiswa.

“Baik saya membagikan reading log, sambil pelan-pelan saya tarik bahan bacaan tadi. Saya mau melihat bagaimana kemampuan Anda mengingat, memahami apa yang dibaca. Membaca bukan hanya soal cepat saja,

tapi juga paham isinya,” tegas Ibu Rosmaini.

Setelah bagian pertama selesai, maka bagaian kedua dimulai yaitu kegiatan menulis dimulai.

Kertas kosong dibagikan ke masing-masing siswa. Sembari bahan bacaan ditarik. Mahasiswa diminta menuliskan nama, kelas, judul bacaan dan ringkasan. Mahasiswa bekerja secara individu. Mereka menulis ringkasan dengan kata-kata masing-masing. Ibu Rosmaini berkeliling melihat mahasiswanya bekerja. Sesekali Ia memberi arahan.

Setelah sepuluh menit berlalu, Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya berhenti menulis. Ia bersiap memasuki bagian ketiga yaitu bercerita.

Setiap mahasiswa diminta mencari satu orang pasangannya. Mereka diminta bergantian menceritakan isi reading log yang dibuat. Kegiatan ini bertujuan memastikan mahasiswa menangkap isi bacaan yang mereka tulis. ”Untuk memantapkannya lagi apa yang Anda baca dan tulis, maka Anda harus bisa menceritakan kembali kepada temanmu,” perintahnya.

Mahasiswapun mulai mencari pasangan.

Page 82: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

71 71

UIN Walisongo Semarang - Ibu Zulaikhah MPd, dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), UIN Walisongo Semarang, menerapkan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal untuk LPTK. Bahan ajar tersebut dikembangkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Florida State University (FSU) Amerika yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS. Bahan ajar ini juga telah dilatihkan kepada dosen-dosen dari 20 LPTK di Indonesia.

Ibu Zul, panggilan akrab dosen yang dikenal dekat dengan mahasiwa itu, menerapkan satu unit tentang strategi meningkatkan kemampuan menulis

siswa di kelas awal. “Sekarang keluarkan buku yang dibawa, reading log, dan kertas lingkaran berisi rangkuman tulisan yang telah kalian baca. Pertama-tama kita akan membuat reading worm. Silakan kertas lingkarannya ditempel di depan,” katanya

Mahasiswa kemudian maju dengan rapi dan menempelkan kertas membentuk reading worm (berbentuk seperti ular) yang berisi rangkuman dari bahan bacaan sebelumnya, untuk dibaca seusai perkuliahan. Tak lupa Ibu Zulaikhah menempelkan kepala tulisan berbentuk unik dan menarik.

Selanjutnya dia memberikan waktu 10 menit kepada semua mahasiswa untuk melakukan DEAR (drop everything and read) yaitu membaca buku bacaan selama 10 menit. Terlihat mahasiswa membaca dengan asyik buku bacaan yang telah mereka bawa. Ada yang membawa buku dari perpustakaan jurusan, fakultas maupun universitas, ada pula dari koleksi pribadi.

“Waktu habis dan sekarang tulis hasil bacaan kalian dalam reading log. Waktu kalian lima menit,” kata Ibu Zul mengingatkan mahasiswa. Dalam perkuliahan, Ibu Zul selalu melakukan aktivitas serupa yaitu membaca dan menulis reading log.

Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook

Ibu Zulaikhah sedang melakukan DEAR bersama mahasiswanya.

Perkuliahan - Literasi

Literasi

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)70

Semua mahasiswa membuat reading worm atau inti sari dari sebuah bacaan yang ditempel di dinding menyerupai ular.

Mereka membalik kursi dan duduk berhadap-hadapan. Satu persatu mahasiswa bergantian menceritakan isi reading lognya. Keheningan seketika hilang, berganti suara mahasiswa bercerita.

Lepas saling bercerita, Ibu Rosmaini meminta seorang siswa untuk menceritakan bacaannya kepada seluruh mahasiswa. Robby Hidayat mahasiswa angkatan 2014 maju ke depan kelas. “Judul bacaan saya adalah Pamanku Lurah Idola,” terang Robby.

Robby menceritakan sang Paman merupakan lurah yang sederhana. Sang Paman menyisakan pendapatannya untuk membangun balai belajar. Paman dan istrinya bergantian mengajar setiap sore di sana. Paman juga selalu berdiskusi dengan masyarakat untuk mengambil keputusan. “Beliau adalah lurah yang mendidik dan maju bersama warganya,” tutupnya.

Tepuk tanganpun membahana. Kegiatan ketiga selesai. Selanjutnya masuk kegiatan keempat yaitu kembali menulis.

Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya untuk menulis reading worm. Reading worm merupakan inti sari tulisan dari sebuah bacaan. Kali ini reading worm ditulis di kertas berbentuk lingkaran. Selesai ditulis, reading worm ditempel di depan kelas menyerupai ular. Tujuannya agar semua cerita bisa dibaca mahasiswa selepas jam kuliah.

Tempelan reading worm yang menyerupai ular menutup kegiatan keempat. Selanjutnya masuk kegiatan kelima yaitu mendesain reading log. Mahasiswa bekerja dalam kelompok untuk mendesain reading log. Desain setiap kelompok berbeda-beda. Mereka bisa menambahkan informasi lain yang dianggap perlu ketika membaca sebuah tulisan.

Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan reading log yang dibuat. Kelompok lain diizinkan untuk bertanya. Setelah presentasi kelompok selesai, semua reading log ditempelkan ke dinding kelas. Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya untuk mengamati setiap reading log dan memberikan komentar. Komentar diharapkan bisa menyempurnakan pembuatan reading log.

Ibu Rosmaini menutup perkuliahan dengan memberikan kesempatan mahasiswa bertanya. Pembuatan reading log akan membantu mahasiswa mengingat setiap bahan bacaan dengan lebih mudah dan cepat. Metode ini bisa dipergunakan untuk semua mata pelajaran.

Page 83: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

71 71

UIN Walisongo Semarang - Ibu Zulaikhah MPd, dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), UIN Walisongo Semarang, menerapkan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal untuk LPTK. Bahan ajar tersebut dikembangkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Florida State University (FSU) Amerika yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS. Bahan ajar ini juga telah dilatihkan kepada dosen-dosen dari 20 LPTK di Indonesia.

Ibu Zul, panggilan akrab dosen yang dikenal dekat dengan mahasiwa itu, menerapkan satu unit tentang strategi meningkatkan kemampuan menulis

siswa di kelas awal. “Sekarang keluarkan buku yang dibawa, reading log, dan kertas lingkaran berisi rangkuman tulisan yang telah kalian baca. Pertama-tama kita akan membuat reading worm. Silakan kertas lingkarannya ditempel di depan,” katanya

Mahasiswa kemudian maju dengan rapi dan menempelkan kertas membentuk reading worm (berbentuk seperti ular) yang berisi rangkuman dari bahan bacaan sebelumnya, untuk dibaca seusai perkuliahan. Tak lupa Ibu Zulaikhah menempelkan kepala tulisan berbentuk unik dan menarik.

Selanjutnya dia memberikan waktu 10 menit kepada semua mahasiswa untuk melakukan DEAR (drop everything and read) yaitu membaca buku bacaan selama 10 menit. Terlihat mahasiswa membaca dengan asyik buku bacaan yang telah mereka bawa. Ada yang membawa buku dari perpustakaan jurusan, fakultas maupun universitas, ada pula dari koleksi pribadi.

“Waktu habis dan sekarang tulis hasil bacaan kalian dalam reading log. Waktu kalian lima menit,” kata Ibu Zul mengingatkan mahasiswa. Dalam perkuliahan, Ibu Zul selalu melakukan aktivitas serupa yaitu membaca dan menulis reading log.

Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook

Ibu Zulaikhah sedang melakukan DEAR bersama mahasiswanya.

Perkuliahan - Literasi

Literasi

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)70

Semua mahasiswa membuat reading worm atau inti sari dari sebuah bacaan yang ditempel di dinding menyerupai ular.

Mereka membalik kursi dan duduk berhadap-hadapan. Satu persatu mahasiswa bergantian menceritakan isi reading lognya. Keheningan seketika hilang, berganti suara mahasiswa bercerita.

Lepas saling bercerita, Ibu Rosmaini meminta seorang siswa untuk menceritakan bacaannya kepada seluruh mahasiswa. Robby Hidayat mahasiswa angkatan 2014 maju ke depan kelas. “Judul bacaan saya adalah Pamanku Lurah Idola,” terang Robby.

Robby menceritakan sang Paman merupakan lurah yang sederhana. Sang Paman menyisakan pendapatannya untuk membangun balai belajar. Paman dan istrinya bergantian mengajar setiap sore di sana. Paman juga selalu berdiskusi dengan masyarakat untuk mengambil keputusan. “Beliau adalah lurah yang mendidik dan maju bersama warganya,” tutupnya.

Tepuk tanganpun membahana. Kegiatan ketiga selesai. Selanjutnya masuk kegiatan keempat yaitu kembali menulis.

Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya untuk menulis reading worm. Reading worm merupakan inti sari tulisan dari sebuah bacaan. Kali ini reading worm ditulis di kertas berbentuk lingkaran. Selesai ditulis, reading worm ditempel di depan kelas menyerupai ular. Tujuannya agar semua cerita bisa dibaca mahasiswa selepas jam kuliah.

Tempelan reading worm yang menyerupai ular menutup kegiatan keempat. Selanjutnya masuk kegiatan kelima yaitu mendesain reading log. Mahasiswa bekerja dalam kelompok untuk mendesain reading log. Desain setiap kelompok berbeda-beda. Mereka bisa menambahkan informasi lain yang dianggap perlu ketika membaca sebuah tulisan.

Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan reading log yang dibuat. Kelompok lain diizinkan untuk bertanya. Setelah presentasi kelompok selesai, semua reading log ditempelkan ke dinding kelas. Ibu Rosmaini meminta mahasiswanya untuk mengamati setiap reading log dan memberikan komentar. Komentar diharapkan bisa menyempurnakan pembuatan reading log.

Ibu Rosmaini menutup perkuliahan dengan memberikan kesempatan mahasiswa bertanya. Pembuatan reading log akan membantu mahasiswa mengingat setiap bahan bacaan dengan lebih mudah dan cepat. Metode ini bisa dipergunakan untuk semua mata pelajaran.

Page 84: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

73 73

Mahasiswa mempresentasikan minibook buatannya.

Perkuliahan - Literasi

Literasi

“Baik sekarang kalian saling berpasangan dan berhadap-hadapan. Lakukan sharing atau berbagi bahan bacaan yang telah kalian baca. Waktunya dua menit untuk menceritakan kepada temannya. Setelah itu bergantian,” tukasnya.

Secara bergantian mahasiswa menceritakan isi buku yang telah dibacanya. Lely mencerikan kepada temannya bahwa buku yang dibacanya tentang kisah seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Sementara, temannya menceritakan tentang kedermawanan Abdurrahman bin Auf. Suasana kelas ramai dengan suara mahasiswa bercerita.

Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan ditutup dengan penjelasan Ibu Zul bahwa mahasiswa sebenarnya telah membaca dua buku. Karena isi dari buku yang mereka baca telah saling diceritakan kepada temannya. Bila ingin membaca lebih banyak buku maka mereka harus membaca rangkuman tulisan di reading worm yang telah mereka susun. Hal itu akan baik sekali bila dilakukan secara rutin sampai nanti menjadi guru.

“Sekarang kita akan belajar tentang strategi pembelajaran menulis untuk kelas awal. Kita baru saja menggunakan media tulis yaitu reading log dan reading worm. Nah sekarang ibu akan memulai perkuliahan menulis di kelas awal dengan menuliskan pengalaman kalian sendiri dalam sebuah kertas. Syaratnya adalah

menulis dengan tangan kiri atau dengan tangan yang tidak biasa kalian gunakan untuk menulis,” ucap Bu Zul.

Mahasiswa lalu menuliskan pengala-man mereka dengan tangan kiri. Banyak mahasiswa menulis dengan tertawa, menertawakan tulisannya sendiri. Ada yang berupaya sekuat tenaga namun tulisannya tetap tidak banyak. Dalam waktu dua menit yang diberikan, mahasiswa paling banyak menulis satu paragraf dengan ukuran huruf yang besar.

Setelah menulis dengan tangan kiri, dosen meminta mahasiwa untuk maju membacakan hasil tulisannya dan menceritakan kesannya menulis dengan tangan yang tidak biasa dipakai menulis. “Capek, kaku rasanya. Sampai berkeringat dingin. Yang ada diotak mau ditulis tidak sampai menjadi tulisan, karena tangan susah untuk digerakkan. Penuh kesabaran karena menyusun huruf, kata dan perkalimat sulit. Idenya jadi tidak bisa keluar,” begitu kata Devis mewakili mahasiswa karena menulis paling banyak.

“Itulah yang dirasakan oleh anak-anak

ketika pertama kali belajar menulis. Sebagai calon guru, apa yang harus kalian lakukan untuk mengajarkan anak-anak belajar menulis?” tanya Ibu Zul. Pertanyaan tersebut menjadi pemantik dalam diskusi selanjutnya.

Disela-sela diskusi Ibu Zul memberi contoh-contoh studi kasus yang telah dilakukan dalam penelitian tentang menulis di kelas awal, seperti yang diulas dalam bahan ajar. Sampai akhirnya semua mahasiswa paham apa, mengapa, dan bagaimana serta komponen-komponen menulis tersebut, baik transkripsi maupun ideasi. Ibu Zul memastikan bahwa semua mahasiswa telah paham tentang konsep menulis dengan melakukan tanya jawab.

Lebih lanjut mahasiswa dibentuk dalam enam kelompok beranggotakan enam orang. Mereka lalu diberikan lembar kerja untuk mendiskusikan urutan kegiatan pembelajaran yang paling membutuhkan dukungan guru paling banyak serta bentuk kegiatan-kegiatannya. “Urutan yang pertama adalah pemodelan, siswa diberikan

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)72

Mahasiwa membuat minibook berdasar dari bahan bacaan atau pengalaman

hidupnya.

model menulis yang benar dan yang baik dan contoh menulis oleh guru. Kedua menulis bersama, yaitu siswa sudah mulai belajar mandiri dalam menulis. Ketiga menulis interaktif. Keempat, menulis terbimbing, dimana guru hanya memberikan kerangka-kerangka tulisannya. Terakhir adalah menulis mandiri,” kata Zola dari kelompok enam. Pendapat dari Zola ini disanggah oleh kelompok lain, sehingga diskusi antar kelompok menjadi interaktif dengan difasilitasi oleh dosen.

Simpulan dari diskusi tersebut, mahasiswa harus memahami untuk tidak salah memberikan metode dan pendekatan dalam menulis kepada anak, seperti kata Upik menjelaskan kepada mahasiswa lainnya. Kegiatan diskusi ditutup dengan penguatan dari dosen dengan menggunakan model pengembangan belajar menulis.

“Baik sekarang kita akan mengenalkan media supaya anak mudah dan senang menulis. Media yang dapat digunakan diantaranya, jurnal harian, jurnal respon, kamus pribadi, word wall, kartu alphabet, dan minibook. Kita sudah mengenal beberapa. Sekarang kita akan mencoba membuat minibook,” kata Ibu Zul menjelaskan.

Ibu Zul membagikan satu lembar kertas kepada mahasiswa, lalu menayangkan video tentang cara melipat dan membuat selembar kertas menjadi minibook. Mahasiswa mengikuti cara melipat dan

menggunting kertas. Mahasiswa terlihat senang dan heran karena dari selembar kertas bisa menjadi buku kecil 8 halaman.

Reaksi mereka bermacam-macam setelah mereka selesai membuat minibook tersebut. “Sekarang kalian buat tulisan sesuai pengalaman kalian, bisa dari pengalaman pribadi, hasil bacaan yang telah kalian baca dan pengalaman lainnya,” kata Ibu Zul memberi petunjuk.

Mahasiswa diberi waktu 15 menit untuk membuat minibook. Mereka menulis dengan kalimat sederhana, menggambar sesuai kemampuan, dan mewarnai selembar kertas yang telah berubah menjadi buku kecil tersebut.

Selang 15 menit berlalu, Ibu Zul meminta setiap mahasiswa untuk memajang minibook hasil karya mereka di papan pajang. Selanjutnya dia meminta mahasiswa untuk memilih dua minibook yang paling menarik. Pilihan jatuh pada buku yang berjudul “Burung yang Soleh”dan “Kalderaku”.

Burung yang Soleh karya Upik

Prihatiningsih tersebut menceritakan seorang burung yang memberikan contoh keteladanan untuk segera menunaikan kewajiban sholatBbila Adzan telah memanggil. Sedangkan Kalderaku karya Jariatus Solehah menceritakan tentang sebuah gunung dan kawahnya.

Perkuliahan hari itu ditutup dengan refleksi perkuliahan tentang materi maupun pola pendekatan dalam menulis dengan menggunakan berbagai media. Setelah ditutup oleh Ibu Zul mahasiswa kemudian menuju ke papan pajang untuk membaca minibook dan reading worm.

Page 85: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

73 73

Mahasiswa mempresentasikan minibook buatannya.

Perkuliahan - Literasi

Literasi

“Baik sekarang kalian saling berpasangan dan berhadap-hadapan. Lakukan sharing atau berbagi bahan bacaan yang telah kalian baca. Waktunya dua menit untuk menceritakan kepada temannya. Setelah itu bergantian,” tukasnya.

Secara bergantian mahasiswa menceritakan isi buku yang telah dibacanya. Lely mencerikan kepada temannya bahwa buku yang dibacanya tentang kisah seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Sementara, temannya menceritakan tentang kedermawanan Abdurrahman bin Auf. Suasana kelas ramai dengan suara mahasiswa bercerita.

Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan ditutup dengan penjelasan Ibu Zul bahwa mahasiswa sebenarnya telah membaca dua buku. Karena isi dari buku yang mereka baca telah saling diceritakan kepada temannya. Bila ingin membaca lebih banyak buku maka mereka harus membaca rangkuman tulisan di reading worm yang telah mereka susun. Hal itu akan baik sekali bila dilakukan secara rutin sampai nanti menjadi guru.

“Sekarang kita akan belajar tentang strategi pembelajaran menulis untuk kelas awal. Kita baru saja menggunakan media tulis yaitu reading log dan reading worm. Nah sekarang ibu akan memulai perkuliahan menulis di kelas awal dengan menuliskan pengalaman kalian sendiri dalam sebuah kertas. Syaratnya adalah

menulis dengan tangan kiri atau dengan tangan yang tidak biasa kalian gunakan untuk menulis,” ucap Bu Zul.

Mahasiswa lalu menuliskan pengala-man mereka dengan tangan kiri. Banyak mahasiswa menulis dengan tertawa, menertawakan tulisannya sendiri. Ada yang berupaya sekuat tenaga namun tulisannya tetap tidak banyak. Dalam waktu dua menit yang diberikan, mahasiswa paling banyak menulis satu paragraf dengan ukuran huruf yang besar.

Setelah menulis dengan tangan kiri, dosen meminta mahasiwa untuk maju membacakan hasil tulisannya dan menceritakan kesannya menulis dengan tangan yang tidak biasa dipakai menulis. “Capek, kaku rasanya. Sampai berkeringat dingin. Yang ada diotak mau ditulis tidak sampai menjadi tulisan, karena tangan susah untuk digerakkan. Penuh kesabaran karena menyusun huruf, kata dan perkalimat sulit. Idenya jadi tidak bisa keluar,” begitu kata Devis mewakili mahasiswa karena menulis paling banyak.

“Itulah yang dirasakan oleh anak-anak

ketika pertama kali belajar menulis. Sebagai calon guru, apa yang harus kalian lakukan untuk mengajarkan anak-anak belajar menulis?” tanya Ibu Zul. Pertanyaan tersebut menjadi pemantik dalam diskusi selanjutnya.

Disela-sela diskusi Ibu Zul memberi contoh-contoh studi kasus yang telah dilakukan dalam penelitian tentang menulis di kelas awal, seperti yang diulas dalam bahan ajar. Sampai akhirnya semua mahasiswa paham apa, mengapa, dan bagaimana serta komponen-komponen menulis tersebut, baik transkripsi maupun ideasi. Ibu Zul memastikan bahwa semua mahasiswa telah paham tentang konsep menulis dengan melakukan tanya jawab.

Lebih lanjut mahasiswa dibentuk dalam enam kelompok beranggotakan enam orang. Mereka lalu diberikan lembar kerja untuk mendiskusikan urutan kegiatan pembelajaran yang paling membutuhkan dukungan guru paling banyak serta bentuk kegiatan-kegiatannya. “Urutan yang pertama adalah pemodelan, siswa diberikan

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)72

Mahasiwa membuat minibook berdasar dari bahan bacaan atau pengalaman

hidupnya.

model menulis yang benar dan yang baik dan contoh menulis oleh guru. Kedua menulis bersama, yaitu siswa sudah mulai belajar mandiri dalam menulis. Ketiga menulis interaktif. Keempat, menulis terbimbing, dimana guru hanya memberikan kerangka-kerangka tulisannya. Terakhir adalah menulis mandiri,” kata Zola dari kelompok enam. Pendapat dari Zola ini disanggah oleh kelompok lain, sehingga diskusi antar kelompok menjadi interaktif dengan difasilitasi oleh dosen.

Simpulan dari diskusi tersebut, mahasiswa harus memahami untuk tidak salah memberikan metode dan pendekatan dalam menulis kepada anak, seperti kata Upik menjelaskan kepada mahasiswa lainnya. Kegiatan diskusi ditutup dengan penguatan dari dosen dengan menggunakan model pengembangan belajar menulis.

“Baik sekarang kita akan mengenalkan media supaya anak mudah dan senang menulis. Media yang dapat digunakan diantaranya, jurnal harian, jurnal respon, kamus pribadi, word wall, kartu alphabet, dan minibook. Kita sudah mengenal beberapa. Sekarang kita akan mencoba membuat minibook,” kata Ibu Zul menjelaskan.

Ibu Zul membagikan satu lembar kertas kepada mahasiswa, lalu menayangkan video tentang cara melipat dan membuat selembar kertas menjadi minibook. Mahasiswa mengikuti cara melipat dan

menggunting kertas. Mahasiswa terlihat senang dan heran karena dari selembar kertas bisa menjadi buku kecil 8 halaman.

Reaksi mereka bermacam-macam setelah mereka selesai membuat minibook tersebut. “Sekarang kalian buat tulisan sesuai pengalaman kalian, bisa dari pengalaman pribadi, hasil bacaan yang telah kalian baca dan pengalaman lainnya,” kata Ibu Zul memberi petunjuk.

Mahasiswa diberi waktu 15 menit untuk membuat minibook. Mereka menulis dengan kalimat sederhana, menggambar sesuai kemampuan, dan mewarnai selembar kertas yang telah berubah menjadi buku kecil tersebut.

Selang 15 menit berlalu, Ibu Zul meminta setiap mahasiswa untuk memajang minibook hasil karya mereka di papan pajang. Selanjutnya dia meminta mahasiswa untuk memilih dua minibook yang paling menarik. Pilihan jatuh pada buku yang berjudul “Burung yang Soleh”dan “Kalderaku”.

Burung yang Soleh karya Upik

Prihatiningsih tersebut menceritakan seorang burung yang memberikan contoh keteladanan untuk segera menunaikan kewajiban sholatBbila Adzan telah memanggil. Sedangkan Kalderaku karya Jariatus Solehah menceritakan tentang sebuah gunung dan kawahnya.

Perkuliahan hari itu ditutup dengan refleksi perkuliahan tentang materi maupun pola pendekatan dalam menulis dengan menggunakan berbagai media. Setelah ditutup oleh Ibu Zul mahasiswa kemudian menuju ke papan pajang untuk membaca minibook dan reading worm.

Page 86: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Literasi

Pak Alamsyah sedang memberi penguatan dari hasil karya mahasiswa tentang menulis ragam paragraf.

Oleh Teuku Alamsyah MPd Dosen Bahasa Indonesia Universitas Syiah Kuala Aceh

Kemampuan menulis merupakan suatu hal yang sangat penting baik di kampus, sekolah maupun di masyarakat. Menulis bukan hanya menyalin, tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Seseorang akan meningkat kemampuan menulisnya dengan seringnya dia menulis. Namun demikian, sejumlah besar mahasiswa di LPTK memiliki kemampuan menulis yang relatif rendah. Salah satu

penyebabnya adalah karena minat menulis mahasiswa rendah. Untuk menumbuhkan minat menulis mahasiswa, saya mencoba menggali potensi menulis mahasiswa dengan menerapkan pembelajaran aktif.

Setelah membuka perkuliahan, dosen dan mahasiswa berubah peran menjadi guru dan siswa. Hal ini untuk membiasakan mahasiswa melihat model perkuliahan yang menerapkan pembelajaran aktif. Setelah berubah peran dan siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

Standar Kompetensi: Menulis ragam

paragraf

Kompetensi Dasar: Menulis paragraf berdasar hasil observasi (Paragraf Deskripsi)

Tujuan Pembelajaran:

1. Mengaplikasi hasil pengamatan (observasi) dalam bentuk gambar

2. Menggabungkan gambar hasil observasi menjadi paragraf deskripsi

3. Menyunting paragraf

Siswa diminta duduk secara berkelompok, 5 – 6 orang untuk setiap kelompok. Kemudian siswa

Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf

Mahasiswa sedang menempelkan gambar di kertas plano. Gambar-gambar tersebut telah dideskripsikan pada saat mahasiswa praktik menulis tentang ragam paragraf.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)74 75 Perkuliahan - Literasi 75

diberi waktu selama 10 menit untuk mengamati objek di luar kelas (observasi). Setiap siswa (individu) harus mengamati minimal satu objek. Sekembalinya ke dalam kelas, guru membagikan kertas warna dan pensil warna serta meminta siswa untuk menggambarkan hasil pengamatan (observasi) mereka selama 15 menit.

Dengan berkeliling kelas dari satu kelompok ke kelompok lainnya, guru memperhatikan karya siswa. Setelah menggambar, masing-masing siswa dalam kelompok dibagikan kembali kertas warna. Lantas guru meminta siswa untuk menulis hasil gambarnya menjadi tulisan menggunakan paragraf deskriptif selama 20 menit.

Hasil kerja individu siswa didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Selanjutnya setiap kelompok memperoleh kertas plano dan menempelkan hasil tulisan anggota kelompoknya di bawah gambar pada kertas plano. Setelah selesai, kertas plano dipajangkan.

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengomentari hasil tulisan dari satu kelompok lainnya. Komentar yang diberikan berdasar kesesuaian gambar hasil observasi dengan tulisan, termasuk penggunaan EYD, dengan cara menulis pada kertas post it dan menempelkannya pada pajangan yang dikunjungi.

Setelah itu, setiap kelompok merevisi tulisannya berdasarkan komentar atau masukan yang diperoleh dari kelom-pok lain. Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil final mereka. Kelompok lain memberi tanggapan dan guru memberi penguatan untuk setiap kelompok.

Setelah proses pembelajaran selesai, Saya mengajak mahasiswa meninggalkan posisi guru dan siswa.

Kemudian saya memberi penguatan tentang ragam paragraf dan menutup perkuliahan.

Mahasiswa mengapresiasi perkuliahan ini secara positif. “Kami semakin mengenal model-model pembelajaran aktif. Model ini dapat langsung kami rasakan manfaatnya sehingga saat menjadi guru nanti kami bisa menerapkannya kepada siswa,” kata Husni, mahasiswa asal Pulau Semeulue, Aceh.

Page 87: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Literasi

Pak Alamsyah sedang memberi penguatan dari hasil karya mahasiswa tentang menulis ragam paragraf.

Oleh Teuku Alamsyah MPd Dosen Bahasa Indonesia Universitas Syiah Kuala Aceh

Kemampuan menulis merupakan suatu hal yang sangat penting baik di kampus, sekolah maupun di masyarakat. Menulis bukan hanya menyalin, tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Seseorang akan meningkat kemampuan menulisnya dengan seringnya dia menulis. Namun demikian, sejumlah besar mahasiswa di LPTK memiliki kemampuan menulis yang relatif rendah. Salah satu

penyebabnya adalah karena minat menulis mahasiswa rendah. Untuk menumbuhkan minat menulis mahasiswa, saya mencoba menggali potensi menulis mahasiswa dengan menerapkan pembelajaran aktif.

Setelah membuka perkuliahan, dosen dan mahasiswa berubah peran menjadi guru dan siswa. Hal ini untuk membiasakan mahasiswa melihat model perkuliahan yang menerapkan pembelajaran aktif. Setelah berubah peran dan siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

Standar Kompetensi: Menulis ragam

paragraf

Kompetensi Dasar: Menulis paragraf berdasar hasil observasi (Paragraf Deskripsi)

Tujuan Pembelajaran:

1. Mengaplikasi hasil pengamatan (observasi) dalam bentuk gambar

2. Menggabungkan gambar hasil observasi menjadi paragraf deskripsi

3. Menyunting paragraf

Siswa diminta duduk secara berkelompok, 5 – 6 orang untuk setiap kelompok. Kemudian siswa

Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf

Mahasiswa sedang menempelkan gambar di kertas plano. Gambar-gambar tersebut telah dideskripsikan pada saat mahasiswa praktik menulis tentang ragam paragraf.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)74 75 Perkuliahan - Literasi 75

diberi waktu selama 10 menit untuk mengamati objek di luar kelas (observasi). Setiap siswa (individu) harus mengamati minimal satu objek. Sekembalinya ke dalam kelas, guru membagikan kertas warna dan pensil warna serta meminta siswa untuk menggambarkan hasil pengamatan (observasi) mereka selama 15 menit.

Dengan berkeliling kelas dari satu kelompok ke kelompok lainnya, guru memperhatikan karya siswa. Setelah menggambar, masing-masing siswa dalam kelompok dibagikan kembali kertas warna. Lantas guru meminta siswa untuk menulis hasil gambarnya menjadi tulisan menggunakan paragraf deskriptif selama 20 menit.

Hasil kerja individu siswa didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Selanjutnya setiap kelompok memperoleh kertas plano dan menempelkan hasil tulisan anggota kelompoknya di bawah gambar pada kertas plano. Setelah selesai, kertas plano dipajangkan.

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengomentari hasil tulisan dari satu kelompok lainnya. Komentar yang diberikan berdasar kesesuaian gambar hasil observasi dengan tulisan, termasuk penggunaan EYD, dengan cara menulis pada kertas post it dan menempelkannya pada pajangan yang dikunjungi.

Setelah itu, setiap kelompok merevisi tulisannya berdasarkan komentar atau masukan yang diperoleh dari kelom-pok lain. Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil final mereka. Kelompok lain memberi tanggapan dan guru memberi penguatan untuk setiap kelompok.

Setelah proses pembelajaran selesai, Saya mengajak mahasiswa meninggalkan posisi guru dan siswa.

Kemudian saya memberi penguatan tentang ragam paragraf dan menutup perkuliahan.

Mahasiswa mengapresiasi perkuliahan ini secara positif. “Kami semakin mengenal model-model pembelajaran aktif. Model ini dapat langsung kami rasakan manfaatnya sehingga saat menjadi guru nanti kami bisa menerapkannya kepada siswa,” kata Husni, mahasiswa asal Pulau Semeulue, Aceh.

Page 88: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)76

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - Ibu Siti Aisah MHum, dosen Bahasa Inggris FKIP UNTIRTA Banten, mencoba memanfaatkan penulisan jurnal refleksi untuk memancing inisiatif dan meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa.

“Banyak mahasiswa saya di semester dua yang belum terbiasa belajar aktif. Mereka lebih suka menunggu perintah dosen dan biasanya mahasiswa yang aktif hanya itu-itu saja. Dengan begini, saya harap mahasiswa dapat lebih mengungkapkan gagasannya,” Ibu Aisah menceritakan alasannya meminta mahasiswa membuat jurnal refleksi.

Di akhir perkuliahan, dia meminta mahasiswa menulis dalam bahasa Inggris empat hal, yaitu materi perkuliahan yang baru saja dipelajari, hal yang belum dipahami, kesan

mereka terhadap materi perkuliahan, dan tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Mahasiswa diberikan waktu lima menit menulis di buku jurnal refleksi. Panduan pertanyaan untuk menulis jurnal refleksi dapat dilihat pada gambar di bawah.

Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa

Name : Date :

Subject :

1. What is your resume of subject? ........................................................................................2. What is subject you like? Why? ...........................................................................................3. What is subject you dislike? Why? ......................................................................................4. What do you expect from this subject? ............................................................................

Jurnal refleksi yang ditulis mahasiswa.

Perkuliahan Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Perkuliahan - Bahasa Inggris 77

Ibu Aisyah secara acak memilih salah satu jurnal untuk dibacakan di depan kelas oleh mahasiswa. Mahasiswa yang telah dibagi dalam kelompok kecil diminta menyimak, mendiskusikan, dan menanggapi isi jurnal tersebut.

Berikut hasil refleksi mahasiswa yang bernama Bunga, dipilih:

Setelah salah satu jurnal dibacakan, saya meminta beberapa mahasiswa memberikan tanggapan. Tanggapan dimaksudkan melatih kemampuan menyimak dan menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris. Berikut adalah salah satu tanggapan mahasiswa, Syamsi:

I think my colleague friend is correct regarding English skill by practice. Even though we have to listen carefully, but I think in this beginning more practice is easier. I like the way to study English practice by my teacher.

Syamsi, salah seorang mahasiswa mengatakan bahwa dirinya dan teman-temannya jadi lebih memahami kesalahan yang sering dibuat saat menulis dan memberi tanggapan dalam bahasa Inggris.Tindak lanjut dari hasil refleksi ini bisa membantu mahasiswa dalam melatih kecakapan menulis, berbicara dan mendengarkan dalam bahasa Inggris. Sebagai mahasiswa pemula, jurnal refleksi sangat membantu untuk keterampilan menyimak yang selama ini menjadi kesulitan. Selain itu, jurnal refleksi menjadi umpan balik bagi saya sebagai dosen untuk memetakan kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi perkuliahan.

Setelah saya bercerita kepada dosen bahasa Inggris lain tentang jurnal refleksi, mereka pun menerapkan hal serupa. Menurut saya ini semacam tindaklanjut dari keberhasilan saya menerapkan jurnal refleksi. Saya pun

tidak bosan membaca jurnal refleksi setiap mahasiswa. Dengan begitu, saya mendapatkan umpan balik langsung mengenai cara saya mengajar.

Pembiasaan untuk menulis hasil per-kuliahan dalam jurnal refleksi ternyata dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyimak. Mereka menjadi lebih termotivasi untuk aktif dalam proses perkuliahan. Jurnal refleksi juga dapat membantu mahasiswa dan dosen mengevaluasi yang telah dipelajari di kelas.

“Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyimak, tetapi juga dalam menulis dan membaca,” ujar Ibu Aisah puas.

Mahasiswa sedang menulis jurnal refleksi.

Dear Diary,

thOn October 19 2016, Bu Siti Aisah just taught the subject 'Speaking skills I' in class. I was happy due to my problems in speaking of English. I wish I could be English Teacher. That is a reason to study hard today. The resume of subject today is regarding how to improve our English skills conversation. I like this subject because I have partner to speak in English. Even though I am still not confidence, but probably 'Speaking Skills' subject really helps me. I don't like the subjects in related with listening. Why? I have always problem to listen carefully hahaha… Maybe I must focus totally in listening. It is really hard. I want to practice my listening and speaking skills in supporting my future professional teacher.

Page 89: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)76

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - Ibu Siti Aisah MHum, dosen Bahasa Inggris FKIP UNTIRTA Banten, mencoba memanfaatkan penulisan jurnal refleksi untuk memancing inisiatif dan meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa.

“Banyak mahasiswa saya di semester dua yang belum terbiasa belajar aktif. Mereka lebih suka menunggu perintah dosen dan biasanya mahasiswa yang aktif hanya itu-itu saja. Dengan begini, saya harap mahasiswa dapat lebih mengungkapkan gagasannya,” Ibu Aisah menceritakan alasannya meminta mahasiswa membuat jurnal refleksi.

Di akhir perkuliahan, dia meminta mahasiswa menulis dalam bahasa Inggris empat hal, yaitu materi perkuliahan yang baru saja dipelajari, hal yang belum dipahami, kesan

mereka terhadap materi perkuliahan, dan tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Mahasiswa diberikan waktu lima menit menulis di buku jurnal refleksi. Panduan pertanyaan untuk menulis jurnal refleksi dapat dilihat pada gambar di bawah.

Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa

Name : Date :

Subject :

1. What is your resume of subject? ........................................................................................2. What is subject you like? Why? ...........................................................................................3. What is subject you dislike? Why? ......................................................................................4. What do you expect from this subject? ............................................................................

Jurnal refleksi yang ditulis mahasiswa.

Perkuliahan Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Perkuliahan - Bahasa Inggris 77

Ibu Aisyah secara acak memilih salah satu jurnal untuk dibacakan di depan kelas oleh mahasiswa. Mahasiswa yang telah dibagi dalam kelompok kecil diminta menyimak, mendiskusikan, dan menanggapi isi jurnal tersebut.

Berikut hasil refleksi mahasiswa yang bernama Bunga, dipilih:

Setelah salah satu jurnal dibacakan, saya meminta beberapa mahasiswa memberikan tanggapan. Tanggapan dimaksudkan melatih kemampuan menyimak dan menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris. Berikut adalah salah satu tanggapan mahasiswa, Syamsi:

I think my colleague friend is correct regarding English skill by practice. Even though we have to listen carefully, but I think in this beginning more practice is easier. I like the way to study English practice by my teacher.

Syamsi, salah seorang mahasiswa mengatakan bahwa dirinya dan teman-temannya jadi lebih memahami kesalahan yang sering dibuat saat menulis dan memberi tanggapan dalam bahasa Inggris.Tindak lanjut dari hasil refleksi ini bisa membantu mahasiswa dalam melatih kecakapan menulis, berbicara dan mendengarkan dalam bahasa Inggris. Sebagai mahasiswa pemula, jurnal refleksi sangat membantu untuk keterampilan menyimak yang selama ini menjadi kesulitan. Selain itu, jurnal refleksi menjadi umpan balik bagi saya sebagai dosen untuk memetakan kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi perkuliahan.

Setelah saya bercerita kepada dosen bahasa Inggris lain tentang jurnal refleksi, mereka pun menerapkan hal serupa. Menurut saya ini semacam tindaklanjut dari keberhasilan saya menerapkan jurnal refleksi. Saya pun

tidak bosan membaca jurnal refleksi setiap mahasiswa. Dengan begitu, saya mendapatkan umpan balik langsung mengenai cara saya mengajar.

Pembiasaan untuk menulis hasil per-kuliahan dalam jurnal refleksi ternyata dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyimak. Mereka menjadi lebih termotivasi untuk aktif dalam proses perkuliahan. Jurnal refleksi juga dapat membantu mahasiswa dan dosen mengevaluasi yang telah dipelajari di kelas.

“Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyimak, tetapi juga dalam menulis dan membaca,” ujar Ibu Aisah puas.

Mahasiswa sedang menulis jurnal refleksi.

Dear Diary,

thOn October 19 2016, Bu Siti Aisah just taught the subject 'Speaking skills I' in class. I was happy due to my problems in speaking of English. I wish I could be English Teacher. That is a reason to study hard today. The resume of subject today is regarding how to improve our English skills conversation. I like this subject because I have partner to speak in English. Even though I am still not confidence, but probably 'Speaking Skills' subject really helps me. I don't like the subjects in related with listening. Why? I have always problem to listen carefully hahaha… Maybe I must focus totally in listening. It is really hard. I want to practice my listening and speaking skills in supporting my future professional teacher.

Page 90: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Ar Raniry, Banda Aceh - Mata kuliah Reading Comprehension di semester II terkadang membosankan bagi mahasiswa jika dilakukan secara searah dan monoton. Apalagi dengan kurangnya motivasi mahasiswa membaca, terutama membaca teks koran dan majalah dalam berbahasa Inggris. Untuk mengatasi hal itu, Ibu Nur Akmaliyah MA dosen bahasa Inggris UIN Ar Raniry, menerapkan Extensive Reading (ER) yaitu membaca sejumlah besar bacaan untuk mendapat informasi dan kesenangan.

ER sebelumnya dikenal dengan sejumlah nama berbeda, seperti Book Flocci, Uninterrupted Sustained Silent Reading, pleasure Reading, Drop Everything and Read, Silent Uninterrupted

Reading for Fun, dan beberapa nama lain. Akan tetapi yang membedakan ER yang kami ampu adalah keterlibatan aktif semua peserta dalam perkuliahan dan memecahkan permasalahan secara bersama serta mahasiswa wajib membuat Reading Log (RL) untuk melatih kosentrasi dan kemahiran mereka menulis dalam bahasa Inggris.

Langkah-langkahnya sebagai berikut, mahasiswa diberi kesempatan selama satu minggu sebelum pekuliahan materi ER untuk membaca satu artikel pada suatu surat kabar bekas atau majalah bekas berbahasa Inggris dengan topik dan judul yang mereka sukai dan menuliskan referensi dari bacaan tersebut. Mahasiswa dapat memperoleh bahan dari perpustakaan

atau membeli surat kabar berbahasa Inggris secara bebas. Saat perkuliahan, 20 menit pertama (di dalam kelas) secara berpasangan dan berkelompok setiap mahasiswa secara bergiliran menceritakan apa yang telah mereka baca dalam bahasa Inggris.

Mahasiswa yang sudah saling berpasangan dalam kelompoknya, akan berdiskusi berdasarkan artikel yang mereka kuasai. Kegiatan ini untuk melatih pemahaman artikel dan persiapan pertanyaan saat mahasiswa memaparkan di depan kelas. Sesi berikutnya, selama lima menit salah seorang dari kelompok (secara acak) menceritakan kembali artikel yang dibacanya di depan kelas, dilanjutkan diskusi dan tanya jawab tentang topik

Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas untuk Belajar Bahasa Inggris

Dosen memberikan masukkan pada hasil tulisan mahasiswa sebelum dirangkum pada Reading Log.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)78

yang diceritakan. Dosen bertindak sebagai fasilitator dan memilih kelompok serta siswa yang tampil.

Mahasiswa juga diwajibkan untuk menulis rangkuman artikel dan kesimpulan diskusi dalam RL. Kegiatan akhir, seluruh mahasiswa mengumpul-kan RL mereka berdasarkan pemaparan dan diskusi artikel selama perkuliahan. Setiap mahasiswa diwajibkan mengumpulkan tiga topik RL yang telah dipaparkan oleh teman mereka.

”Dampak dari kegiatan perkuliahan menggunakan metode ER dan RL ini membuat perkuliahan bahasa Inggris menjadi lebih menyenangkan di antaranya dengan pembahasan artikel yang lebih bervariasi, keanggotaan kelompok yang beragam, diskusi secara santai dan terbuka, sehingga memudahkan mahasiswa untuk memperbaiki kesalahannya baik dalam percakapan dan penulisan,” kata Ibu Nur Akmalia.

Mahasiswapun dengan sendirinya diajak untuk lebih banyak membaca berita atau informasi dari surat kabar atau majalah dalam bahasa Inggris. “Dengan metode ini, mau tidak mau dan suka tidak suka kami harus membaca dan kosentrasi saat mendengar untuk mengisi log bacaan. Sangat menyenangkan, terutama saat diskusi dan metode ini akan kami praktikkan saat PPL nanti,” kata Risya salah seorang mahasiswa.

Suasana perkuliahan, mahasiswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil.

Diskusi berpasangan dalam kelompok, menceritakan apa yang telah mereka baca dalam bahasa Inggris.

79Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 91: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Ar Raniry, Banda Aceh - Mata kuliah Reading Comprehension di semester II terkadang membosankan bagi mahasiswa jika dilakukan secara searah dan monoton. Apalagi dengan kurangnya motivasi mahasiswa membaca, terutama membaca teks koran dan majalah dalam berbahasa Inggris. Untuk mengatasi hal itu, Ibu Nur Akmaliyah MA dosen bahasa Inggris UIN Ar Raniry, menerapkan Extensive Reading (ER) yaitu membaca sejumlah besar bacaan untuk mendapat informasi dan kesenangan.

ER sebelumnya dikenal dengan sejumlah nama berbeda, seperti Book Flocci, Uninterrupted Sustained Silent Reading, pleasure Reading, Drop Everything and Read, Silent Uninterrupted

Reading for Fun, dan beberapa nama lain. Akan tetapi yang membedakan ER yang kami ampu adalah keterlibatan aktif semua peserta dalam perkuliahan dan memecahkan permasalahan secara bersama serta mahasiswa wajib membuat Reading Log (RL) untuk melatih kosentrasi dan kemahiran mereka menulis dalam bahasa Inggris.

Langkah-langkahnya sebagai berikut, mahasiswa diberi kesempatan selama satu minggu sebelum pekuliahan materi ER untuk membaca satu artikel pada suatu surat kabar bekas atau majalah bekas berbahasa Inggris dengan topik dan judul yang mereka sukai dan menuliskan referensi dari bacaan tersebut. Mahasiswa dapat memperoleh bahan dari perpustakaan

atau membeli surat kabar berbahasa Inggris secara bebas. Saat perkuliahan, 20 menit pertama (di dalam kelas) secara berpasangan dan berkelompok setiap mahasiswa secara bergiliran menceritakan apa yang telah mereka baca dalam bahasa Inggris.

Mahasiswa yang sudah saling berpasangan dalam kelompoknya, akan berdiskusi berdasarkan artikel yang mereka kuasai. Kegiatan ini untuk melatih pemahaman artikel dan persiapan pertanyaan saat mahasiswa memaparkan di depan kelas. Sesi berikutnya, selama lima menit salah seorang dari kelompok (secara acak) menceritakan kembali artikel yang dibacanya di depan kelas, dilanjutkan diskusi dan tanya jawab tentang topik

Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas untuk Belajar Bahasa Inggris

Dosen memberikan masukkan pada hasil tulisan mahasiswa sebelum dirangkum pada Reading Log.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)78

yang diceritakan. Dosen bertindak sebagai fasilitator dan memilih kelompok serta siswa yang tampil.

Mahasiswa juga diwajibkan untuk menulis rangkuman artikel dan kesimpulan diskusi dalam RL. Kegiatan akhir, seluruh mahasiswa mengumpul-kan RL mereka berdasarkan pemaparan dan diskusi artikel selama perkuliahan. Setiap mahasiswa diwajibkan mengumpulkan tiga topik RL yang telah dipaparkan oleh teman mereka.

”Dampak dari kegiatan perkuliahan menggunakan metode ER dan RL ini membuat perkuliahan bahasa Inggris menjadi lebih menyenangkan di antaranya dengan pembahasan artikel yang lebih bervariasi, keanggotaan kelompok yang beragam, diskusi secara santai dan terbuka, sehingga memudahkan mahasiswa untuk memperbaiki kesalahannya baik dalam percakapan dan penulisan,” kata Ibu Nur Akmalia.

Mahasiswapun dengan sendirinya diajak untuk lebih banyak membaca berita atau informasi dari surat kabar atau majalah dalam bahasa Inggris. “Dengan metode ini, mau tidak mau dan suka tidak suka kami harus membaca dan kosentrasi saat mendengar untuk mengisi log bacaan. Sangat menyenangkan, terutama saat diskusi dan metode ini akan kami praktikkan saat PPL nanti,” kata Risya salah seorang mahasiswa.

Suasana perkuliahan, mahasiswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil.

Diskusi berpasangan dalam kelompok, menceritakan apa yang telah mereka baca dalam bahasa Inggris.

79Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 92: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Ila Amalia SPd MPd Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

Saya mengajar di Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN SMH Banten. Sebagai unsur terkecil pada ujaran, 'kata' penting diucapkan dan dilafalkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya pesan tersampaikan dengan baik dalam bahasa Inggris.

Menurut saya, dalam sistem bunyi bahasa Inggris terdapat banyak cara pengucapan pada masing-masing

individu yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti daerah asal, pengaruh-pengaruh awal, dan lingku-ngan sosial. Oleh karena itu, perlu ada pelafalan meski tidak baku yang memudahkan untuk diterima oleh pengguna bahasa Inggris. Dalam mata kuliah Pronunciation, saya masih menemukan mahasiswa yang kesulitan dalam mengucapkan atau menuturkan ujaran bahasa Inggris secara tepat dan benar.

Salah seorang mahasiswa yang saya wawancarai berkata, “Saya masih belum percaya diri mengucapkan kata

dalam bahasa Inggris karena pengaruh bahasa sehari-hari yang digunakan. Saya terbiasa berbicara bahasa Sunda dalam keseharian sehingga jika saya berbicara kata berbahasa Inggris, banyak teman-teman tertawa mendengarkannya dan juga tidak paham.”

Dari pendapat mahasiswa tersebut, saya ingin membuat metode pembela-jaran yang menarik dan mudah dikuasai oleh mahasiswa di mata kuliah pronounciation. Sebagai dosen pengampu, saya pun memilih collaborative learning sebagai strategi perkuliahan pronounciation II pada bulan Maret 2016, tepatnya semester genap tahun ajaran 2015/2016. Saya memilih metode ini setelah terinspi-rasi mengikuti pelatihan modul 1 USAID PRIORITAS.

Dalam modul 1 dikatakan pembela-jaran dengan pendekatan aktif dan interaktif akan memungkinkan siswa mampu menemukan sumber belajar sendiri. Serupa dengan pendekatan ini, saya memilih metode collaborative learning atau belajar secara kolaboratif agar siswa satu sama lain dalam kelompok kecil dapat belajar bersama-sama tentang pronunciation.

Belajar secara kolaboratif dalam sebuah kelompok memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri dan atau berbagi pengalaman dengan sesama teman mahasiswa sehingga dapat tercipta situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. Dengan

Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II

Mahasiswa berdiskusi di dalam kelompok untuk menganalisis penekanan kata pada teks bacaan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)80

terciptanya situasi yang menyenangkan ini diharapkan suasana yang menegangkan dan kaku yang selama ini mahasiswa rasakan dapat diminimalisir dan mahasiswa dapat memahami konsep penekanan kata (word stress) secara lebih mudah. Mahasiswa juga dapat saling mengkoreksi pelafalannya masing-masing apabila ada kesalahan.

Adapun langkah-langkah pembelaja-rannya sebagai berikut:

1. Dosen memapaparkan serangkaian teori berikut contoh-contoh pelafalan yang berkaitan dengan penekanan kata.

2. Teori dan latihan terbimbing di-laksanakan 3-4 kali tatap muka.

3. Setelah dirasa cukup mahasiswa mendapatkan pemahaman awal, kemudian dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok.

4. Masing-masing kelompok diminta untuk mencari sebuah teks bacaan bahasa Inggris dengan topik dan judul bebas. Sumber bacaan dianjurkan diambil dari authentic material.

5. Di dalam kelompok, mahasiswa menganalisis teks bacaan tersebut untuk diidentifikasi setiap penekanan katanya. Hanya kata-kata yang termasuk ke dalam Verb, Noun, Adjective, dan Adverb saja yang dianalisis penekanan katanya.

6. Setiap kata-kata yang sudah dianalisis diberi tanda ( ' ) sebagai penanda penekanan kata.

7. Hasil kerja kelompok di pajang di dinding kelas dan mahasiswa melakukan kunjung kerja.

8. Mahasiswa mengamati hasil karya kelompok lain untuk diberi komentar pada saat diskusi kelas.

9. Pada tahap ahir masing-masing mahasiswa di setiap kelompok secara bergiliran melafalkan teks bacaan dengan penekanan kata yang sudah dikoreksi secara tepat. Mahasiswa yang lain memperhati-kan dan merespon.

10. Sumber belajar adalah authentic material yang berasal dari artikel internet, majalah, koran, serta buku-buku cerita. Mahasiswa juga diwajibkan membawa kamus bahasa Inggris Oxford sebagai penunjang.

Setelah kegiatan berakhir, respon mahasiswa terhadap proses perkuliahan pada umumnya sangat positif. Asep, mahasiswa yang semula mengeluhkan pelafalan bahasa Inggris kini mengaku lebih baik dalam ujaran karena pesan yang disampaikan Asep bisa diterima di teman lainnya. “Ketika saya melakukan latihan pelafalan dalam bahasa Inggris, teman-teman saya sudah bisa memahami apa yang saya ucapkan dengan baik,” kesan Asep.

Asep berpendapat metode pembe-lajaran collaborative memudahkan kita untuk melafalkan karena bisa belajar satu sama lain. Mahasiswa juga menjadi lebih paham dan mengerti bagaimana sebuah kata dalam bahasa Inggris seharusnya dilafalkan. Kepercayaan diri mahasiswa untuk berbicara di depan kelas menjadi semakin meningkat.

Metode collaborative juga membantu saya sebagai dosen untuk memonitoring mahasiswa secara berkelompok. Mahasiswa pun aktif satu sama lain untuk memberikan gagasan karena mereka bisa saling mengoreksi.

Mahasiswa melakukan kunjung kerja untuk menilai dan saling belajar dari hasil karya kelompok lainnya.

81Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 93: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Ila Amalia SPd MPd Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

Saya mengajar di Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN SMH Banten. Sebagai unsur terkecil pada ujaran, 'kata' penting diucapkan dan dilafalkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya pesan tersampaikan dengan baik dalam bahasa Inggris.

Menurut saya, dalam sistem bunyi bahasa Inggris terdapat banyak cara pengucapan pada masing-masing

individu yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti daerah asal, pengaruh-pengaruh awal, dan lingku-ngan sosial. Oleh karena itu, perlu ada pelafalan meski tidak baku yang memudahkan untuk diterima oleh pengguna bahasa Inggris. Dalam mata kuliah Pronunciation, saya masih menemukan mahasiswa yang kesulitan dalam mengucapkan atau menuturkan ujaran bahasa Inggris secara tepat dan benar.

Salah seorang mahasiswa yang saya wawancarai berkata, “Saya masih belum percaya diri mengucapkan kata

dalam bahasa Inggris karena pengaruh bahasa sehari-hari yang digunakan. Saya terbiasa berbicara bahasa Sunda dalam keseharian sehingga jika saya berbicara kata berbahasa Inggris, banyak teman-teman tertawa mendengarkannya dan juga tidak paham.”

Dari pendapat mahasiswa tersebut, saya ingin membuat metode pembela-jaran yang menarik dan mudah dikuasai oleh mahasiswa di mata kuliah pronounciation. Sebagai dosen pengampu, saya pun memilih collaborative learning sebagai strategi perkuliahan pronounciation II pada bulan Maret 2016, tepatnya semester genap tahun ajaran 2015/2016. Saya memilih metode ini setelah terinspi-rasi mengikuti pelatihan modul 1 USAID PRIORITAS.

Dalam modul 1 dikatakan pembela-jaran dengan pendekatan aktif dan interaktif akan memungkinkan siswa mampu menemukan sumber belajar sendiri. Serupa dengan pendekatan ini, saya memilih metode collaborative learning atau belajar secara kolaboratif agar siswa satu sama lain dalam kelompok kecil dapat belajar bersama-sama tentang pronunciation.

Belajar secara kolaboratif dalam sebuah kelompok memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri dan atau berbagi pengalaman dengan sesama teman mahasiswa sehingga dapat tercipta situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. Dengan

Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II

Mahasiswa berdiskusi di dalam kelompok untuk menganalisis penekanan kata pada teks bacaan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)80

terciptanya situasi yang menyenangkan ini diharapkan suasana yang menegangkan dan kaku yang selama ini mahasiswa rasakan dapat diminimalisir dan mahasiswa dapat memahami konsep penekanan kata (word stress) secara lebih mudah. Mahasiswa juga dapat saling mengkoreksi pelafalannya masing-masing apabila ada kesalahan.

Adapun langkah-langkah pembelaja-rannya sebagai berikut:

1. Dosen memapaparkan serangkaian teori berikut contoh-contoh pelafalan yang berkaitan dengan penekanan kata.

2. Teori dan latihan terbimbing di-laksanakan 3-4 kali tatap muka.

3. Setelah dirasa cukup mahasiswa mendapatkan pemahaman awal, kemudian dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok.

4. Masing-masing kelompok diminta untuk mencari sebuah teks bacaan bahasa Inggris dengan topik dan judul bebas. Sumber bacaan dianjurkan diambil dari authentic material.

5. Di dalam kelompok, mahasiswa menganalisis teks bacaan tersebut untuk diidentifikasi setiap penekanan katanya. Hanya kata-kata yang termasuk ke dalam Verb, Noun, Adjective, dan Adverb saja yang dianalisis penekanan katanya.

6. Setiap kata-kata yang sudah dianalisis diberi tanda ( ' ) sebagai penanda penekanan kata.

7. Hasil kerja kelompok di pajang di dinding kelas dan mahasiswa melakukan kunjung kerja.

8. Mahasiswa mengamati hasil karya kelompok lain untuk diberi komentar pada saat diskusi kelas.

9. Pada tahap ahir masing-masing mahasiswa di setiap kelompok secara bergiliran melafalkan teks bacaan dengan penekanan kata yang sudah dikoreksi secara tepat. Mahasiswa yang lain memperhati-kan dan merespon.

10. Sumber belajar adalah authentic material yang berasal dari artikel internet, majalah, koran, serta buku-buku cerita. Mahasiswa juga diwajibkan membawa kamus bahasa Inggris Oxford sebagai penunjang.

Setelah kegiatan berakhir, respon mahasiswa terhadap proses perkuliahan pada umumnya sangat positif. Asep, mahasiswa yang semula mengeluhkan pelafalan bahasa Inggris kini mengaku lebih baik dalam ujaran karena pesan yang disampaikan Asep bisa diterima di teman lainnya. “Ketika saya melakukan latihan pelafalan dalam bahasa Inggris, teman-teman saya sudah bisa memahami apa yang saya ucapkan dengan baik,” kesan Asep.

Asep berpendapat metode pembe-lajaran collaborative memudahkan kita untuk melafalkan karena bisa belajar satu sama lain. Mahasiswa juga menjadi lebih paham dan mengerti bagaimana sebuah kata dalam bahasa Inggris seharusnya dilafalkan. Kepercayaan diri mahasiswa untuk berbicara di depan kelas menjadi semakin meningkat.

Metode collaborative juga membantu saya sebagai dosen untuk memonitoring mahasiswa secara berkelompok. Mahasiswa pun aktif satu sama lain untuk memberikan gagasan karena mereka bisa saling mengoreksi.

Mahasiswa melakukan kunjung kerja untuk menilai dan saling belajar dari hasil karya kelompok lainnya.

81Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 94: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - Ibu Rizka Safriyani MPd, dosen bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA, mengajar mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, menerapkan teori figurative language dalam perkuliahan English Prose. Dalam bahasa Indonesia figurative language disebut juga dengan majas. Pada pertemuan perkuliahan sebelumnya, Rizka bersama para mahasiswanya telah membahas teori figurative language yang dikenalkan di kelas bahasa.

“Saya mengajak mahasiswa menganalisis figurative language atau majas yang diberikan di tingkat SMP dan SMA, yaitu metafora, personifikasi, simile dan hiperbola. Dari sini mahasiswa sudah bisa mengetahui empat macam figurative language ini harus dikuasai para calon guru untuk diajarkan di kelas. Kita eksplorasi bagaimana konsep ini dikuasai para calon guru dan dibuat desain pembelajaran yang pas untuk figurative language,” papar Ibu Rizka.

Dosen pengampu mata kuliah Prosa dan Pengantar Ilmu Sastra ini menggunakan salah satu karya sastra dari sastrawan Denmark, Hans Christian Andersen yang berjudul Little Claus and Big Claus, sebagai bahan extensive reading untuk mahasiswa. Pada modul III bahan rujukan untuk dosen LPTK, USAID PRIORITAS memperkenalkan extensive reading yaitu kegiatan memperkaya bacaan yang menyenangkan dalam bahasa Inggris. Para mahasiswa diminta

Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya

Mahasiswa sedang bekerja sama menemukan figurative languge dalam teks yang dibacanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)82

untuk membaca prosa sepanjang sembilan halaman tersebut di rumah.

“Teori figurative language saya reviu kembali bersama mahasiswa. Kemudian mahasiswa diberi prosa panjang tersebut dan membuat analisa figurative language apa saja yang ditemukan dalam karya sastra itu berdasarkan teori yang ada,” papar Rizka.

Mahasiswa ditugaskan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 mahasiswa. Mereka berdiskusi hasil analisis bacaannya tentang prosa tersebut. Setiap mahasiswa menuliskan hasil analisisnya dalam bentuk karya yang sesuai keinginan mereka. Ayu, salah seorang mahasiswa menemukan majas simile. Dia menemukan kalimat, I killed her with a blow that I might get a bushel of money for her dan menuliskannya dalam kertas berwarna. “It means like one punch quickly,” tulisnya menerjemahkan majas simile tersebut.

Setelah semua mahasiswa selesai menganalisis, Rizka memberi kesempatan setiap kelompok bertemu dengan kelompok lainnya untuk saling mempresentasikan hasil karyanya. Kegiatan itu dilakukan dalam dua kali putaran sehingga setiap kelompok berpresentasi dan mendapat masukan dari kelompok lain sebanyak dua kali. Setelah selesai, mahasiswa diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil karyanya.

Rizka menjelaskan bahwa dengan memberikan karya sastra sebagai materi pembelajaran, para mahasiswa dapat mempelajari cara penyampaian pesan moral dan cerita rakyat untuk siswa. Mahasiswa harus membaca materi berbentuk prosa terlebih dulu dan menjelaskan penggunaan figurative language pada siswa saat nanti mereka mengajar.

“Dalam penilaian hasil karya mahasiswa, saya juga melibatkan guru-guru di sekolah mitra UINSA untuk mereviu hasil karya mahasiswa. Mahasiswa saya minta datang ke sekolah untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, dan mereka berdiskusi dengan guru tentang hasil karya perkuliahan bahasa Inggris yang mereka buat,” jelas Rizka.

Rizka menilai, mendekatkan mahasiswa sejak awal dengan pembelajaran di sekolah akan membuat mahasiswa lebih memahami implementasi pembelajaran bahasa Inggris yang baik. Perkuliahan dengan menggunakan karya sastra juga memberi

manfaat besar bagi calon guru, khususnya guru jurusan bahasa. Dari sisi materi, dia melihat sebagian besar guru jurusan bahasa kurang menggunakan karya sastra sebagai media pembelajaran, cenderung gunakan metode tradisional dan teks yang tidak terlalu sastra.

“Ada penugasan khusus yang harus dikuasai guru-guru kelas bahasa mengenai kompetensi kesastraan. Kalau sewaktu-waktu mereka mengajar di sekolah dan harus mengajar Jurusan Bahasa, mereka sudah mendalami isu-isu kesastraan yang harus diangkat dalam pembelajaran di kelas,” katanya.

Figurative language yang ditemukan dalam teks, ditulis dalam kertas post it.

83Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 95: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - Ibu Rizka Safriyani MPd, dosen bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA, mengajar mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, menerapkan teori figurative language dalam perkuliahan English Prose. Dalam bahasa Indonesia figurative language disebut juga dengan majas. Pada pertemuan perkuliahan sebelumnya, Rizka bersama para mahasiswanya telah membahas teori figurative language yang dikenalkan di kelas bahasa.

“Saya mengajak mahasiswa menganalisis figurative language atau majas yang diberikan di tingkat SMP dan SMA, yaitu metafora, personifikasi, simile dan hiperbola. Dari sini mahasiswa sudah bisa mengetahui empat macam figurative language ini harus dikuasai para calon guru untuk diajarkan di kelas. Kita eksplorasi bagaimana konsep ini dikuasai para calon guru dan dibuat desain pembelajaran yang pas untuk figurative language,” papar Ibu Rizka.

Dosen pengampu mata kuliah Prosa dan Pengantar Ilmu Sastra ini menggunakan salah satu karya sastra dari sastrawan Denmark, Hans Christian Andersen yang berjudul Little Claus and Big Claus, sebagai bahan extensive reading untuk mahasiswa. Pada modul III bahan rujukan untuk dosen LPTK, USAID PRIORITAS memperkenalkan extensive reading yaitu kegiatan memperkaya bacaan yang menyenangkan dalam bahasa Inggris. Para mahasiswa diminta

Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya

Mahasiswa sedang bekerja sama menemukan figurative languge dalam teks yang dibacanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)82

untuk membaca prosa sepanjang sembilan halaman tersebut di rumah.

“Teori figurative language saya reviu kembali bersama mahasiswa. Kemudian mahasiswa diberi prosa panjang tersebut dan membuat analisa figurative language apa saja yang ditemukan dalam karya sastra itu berdasarkan teori yang ada,” papar Rizka.

Mahasiswa ditugaskan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 mahasiswa. Mereka berdiskusi hasil analisis bacaannya tentang prosa tersebut. Setiap mahasiswa menuliskan hasil analisisnya dalam bentuk karya yang sesuai keinginan mereka. Ayu, salah seorang mahasiswa menemukan majas simile. Dia menemukan kalimat, I killed her with a blow that I might get a bushel of money for her dan menuliskannya dalam kertas berwarna. “It means like one punch quickly,” tulisnya menerjemahkan majas simile tersebut.

Setelah semua mahasiswa selesai menganalisis, Rizka memberi kesempatan setiap kelompok bertemu dengan kelompok lainnya untuk saling mempresentasikan hasil karyanya. Kegiatan itu dilakukan dalam dua kali putaran sehingga setiap kelompok berpresentasi dan mendapat masukan dari kelompok lain sebanyak dua kali. Setelah selesai, mahasiswa diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil karyanya.

Rizka menjelaskan bahwa dengan memberikan karya sastra sebagai materi pembelajaran, para mahasiswa dapat mempelajari cara penyampaian pesan moral dan cerita rakyat untuk siswa. Mahasiswa harus membaca materi berbentuk prosa terlebih dulu dan menjelaskan penggunaan figurative language pada siswa saat nanti mereka mengajar.

“Dalam penilaian hasil karya mahasiswa, saya juga melibatkan guru-guru di sekolah mitra UINSA untuk mereviu hasil karya mahasiswa. Mahasiswa saya minta datang ke sekolah untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, dan mereka berdiskusi dengan guru tentang hasil karya perkuliahan bahasa Inggris yang mereka buat,” jelas Rizka.

Rizka menilai, mendekatkan mahasiswa sejak awal dengan pembelajaran di sekolah akan membuat mahasiswa lebih memahami implementasi pembelajaran bahasa Inggris yang baik. Perkuliahan dengan menggunakan karya sastra juga memberi

manfaat besar bagi calon guru, khususnya guru jurusan bahasa. Dari sisi materi, dia melihat sebagian besar guru jurusan bahasa kurang menggunakan karya sastra sebagai media pembelajaran, cenderung gunakan metode tradisional dan teks yang tidak terlalu sastra.

“Ada penugasan khusus yang harus dikuasai guru-guru kelas bahasa mengenai kompetensi kesastraan. Kalau sewaktu-waktu mereka mengajar di sekolah dan harus mengajar Jurusan Bahasa, mereka sudah mendalami isu-isu kesastraan yang harus diangkat dalam pembelajaran di kelas,” katanya.

Figurative language yang ditemukan dalam teks, ditulis dalam kertas post it.

83Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 96: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)84

Oleh Nur Akmaliyah MA Dosen FTK UIN Ar Raniry Banda Aceh

Role play adalah permainan kalimat dalam sebuah cerita dengan tujuan atau cerita yang jelas. Permainan ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan perkuliahan melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan.

Dengan metode ini, mahasiswa yang selama ini pasif dalam perkuliahan bahasa Inggris cenderung lebih aktif dan dapat berkomunikasi secara mudah dengan cara memeragakan, mengekspresikan serta bekerja sama untuk mendiskusikan suatu kasus yang di sediakan, serta bersama-sama

Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris

menyelesaikan masalah yang ada. Dengan penerapan ini pula, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa memahami metode dan teknik pengajaran (teaching metho-dology) bahasa Inggris di Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar Raniry. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Pertama, setiap dua orang mahasiswa (sepasang) mendapatkan satu metode dan atau teknik pengajaran bahasa Inggris yang digunakan untuk mengajarkan berbagai topik dan keterampilan tertentu di kelas.

Kedua, setiap pasangan mahasiswa tersebut akan mempersiapkan skenario pembelajaran di tingkat

sekolah atau perguruan tinggi (lesson plan dengan durasi simulasi 30 menit) sesuai dengan metode atau teknik tertentu yang sudah di tentukan.

Ketiga, diawal tatap muka, sebelum mahasiswa melakukan proses simulasi, mereka akan menjelaskan secara singkat tentang metode yang akan disimulasikan.

Keempat, pada saat proses role play berlangsung, pasangan yang terpilih akan berperan sebagai guru dan mahasiswa lainnya akan berperan sebagai siswa sesuai dengan tingkatan kelas dalam skenario pembelajaran. Kelima, mahasiswa yang berperan sebagai guru akan menyimu-lasikan proses belajar mengajar dimulai dari

Mahasiswa berpasangan berperan sebagai siswa dan mahasiswa berperan sebagai guru dalam dialog tentang topik pilihan mereka.

85Perkuliahan - Bahasa Inggris

membuka sampai dengan menutup pelajaran (refleksi).

Proses kegiatannya, role play penggunaan audio lingual method dalam pengajaran speaking untuk Semester V. Mahasiswa yang berperan sebagai guru membuka pelajaran dan meminta salah seorang mahasiswa yang berperan sebagai siswa untuk memimpin pembacaan do'a.

Sebagai warming up activity guru menanyakan hobi beberapa orang siswa yang diperankan oleh seluruh mahasiswa. Setelah itu guru membagikan sebuah percakapan pendek yang di dalamnya berisi informasi tentang hobi.

Guru melakukan pemodelan (membaca) percakapan tersebut agar siswa mengetahui cara pengucapan yang tepat. Guru membaca kalimat per-kalimat dan siswa mengulang ucapan guru. Secara berpasangan guru meminta siswa untuk mempraktikkan percakapan tersebut dan memilih beberapa pasangan siswa untuk mempraktikkan di depan kelas.

Aktivitas berikutnya, setiap siswa secara individu diminta untuk membuat beberapa kalimat tentang hobi mereka masing-masing, misalnya, ”Andira loves jogging in the morning. She needs a shoes for jogging” atau lainnya, “There are many kinds of hobby but my hobby is stamps collecting, I started collecting stamp in my childhood and gradually I developed my hobby. Now I

exchange stamps with my friends. I have also joined a number of philatelic societies”.

Kemudian mahasiswa mempresentasikannya di dalam kelompok. Kegiatan kelas diakhiri dengan proses refleksi.

Dampak dari perkuliahan ini, berdasarkan hasil refleksi dari mahasiswa dan observasi dosen saat mengajar didapati dengan role play mahasiswa tidak hanya memahami metode/ teknik pengajaran tertentu secara teoritis namun juga langkah-langkah penerapan metode tersebut di kelas.

Proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena mahasiswa dapat berperan langsung sebagai siswa dan guru. Mahasiswa dapat meningkatkan daya pikir kritis saat mereka melakukan permainan peran, contohnya mahasiswa yang berperan sebagai siswa dapat menganalisa ketepatan langkah penggunaan metode pengajaran, pengelolaan kelas, instructional language, dan aspek-aspek pembelajaran lainnya saat proses simulasi berlangsung. Umpan balik ini kemudian didiskusikan bersama dengan dosen setelah simulasi.

Guru (mahasiswa) sedang membantu penyelesaian masalah dalam kelompok.

Bahasa Inggris

Page 97: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)84

Oleh Nur Akmaliyah MA Dosen FTK UIN Ar Raniry Banda Aceh

Role play adalah permainan kalimat dalam sebuah cerita dengan tujuan atau cerita yang jelas. Permainan ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan perkuliahan melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan.

Dengan metode ini, mahasiswa yang selama ini pasif dalam perkuliahan bahasa Inggris cenderung lebih aktif dan dapat berkomunikasi secara mudah dengan cara memeragakan, mengekspresikan serta bekerja sama untuk mendiskusikan suatu kasus yang di sediakan, serta bersama-sama

Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris

menyelesaikan masalah yang ada. Dengan penerapan ini pula, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa memahami metode dan teknik pengajaran (teaching metho-dology) bahasa Inggris di Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar Raniry. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Pertama, setiap dua orang mahasiswa (sepasang) mendapatkan satu metode dan atau teknik pengajaran bahasa Inggris yang digunakan untuk mengajarkan berbagai topik dan keterampilan tertentu di kelas.

Kedua, setiap pasangan mahasiswa tersebut akan mempersiapkan skenario pembelajaran di tingkat

sekolah atau perguruan tinggi (lesson plan dengan durasi simulasi 30 menit) sesuai dengan metode atau teknik tertentu yang sudah di tentukan.

Ketiga, diawal tatap muka, sebelum mahasiswa melakukan proses simulasi, mereka akan menjelaskan secara singkat tentang metode yang akan disimulasikan.

Keempat, pada saat proses role play berlangsung, pasangan yang terpilih akan berperan sebagai guru dan mahasiswa lainnya akan berperan sebagai siswa sesuai dengan tingkatan kelas dalam skenario pembelajaran. Kelima, mahasiswa yang berperan sebagai guru akan menyimu-lasikan proses belajar mengajar dimulai dari

Mahasiswa berpasangan berperan sebagai siswa dan mahasiswa berperan sebagai guru dalam dialog tentang topik pilihan mereka.

85Perkuliahan - Bahasa Inggris

membuka sampai dengan menutup pelajaran (refleksi).

Proses kegiatannya, role play penggunaan audio lingual method dalam pengajaran speaking untuk Semester V. Mahasiswa yang berperan sebagai guru membuka pelajaran dan meminta salah seorang mahasiswa yang berperan sebagai siswa untuk memimpin pembacaan do'a.

Sebagai warming up activity guru menanyakan hobi beberapa orang siswa yang diperankan oleh seluruh mahasiswa. Setelah itu guru membagikan sebuah percakapan pendek yang di dalamnya berisi informasi tentang hobi.

Guru melakukan pemodelan (membaca) percakapan tersebut agar siswa mengetahui cara pengucapan yang tepat. Guru membaca kalimat per-kalimat dan siswa mengulang ucapan guru. Secara berpasangan guru meminta siswa untuk mempraktikkan percakapan tersebut dan memilih beberapa pasangan siswa untuk mempraktikkan di depan kelas.

Aktivitas berikutnya, setiap siswa secara individu diminta untuk membuat beberapa kalimat tentang hobi mereka masing-masing, misalnya, ”Andira loves jogging in the morning. She needs a shoes for jogging” atau lainnya, “There are many kinds of hobby but my hobby is stamps collecting, I started collecting stamp in my childhood and gradually I developed my hobby. Now I

exchange stamps with my friends. I have also joined a number of philatelic societies”.

Kemudian mahasiswa mempresentasikannya di dalam kelompok. Kegiatan kelas diakhiri dengan proses refleksi.

Dampak dari perkuliahan ini, berdasarkan hasil refleksi dari mahasiswa dan observasi dosen saat mengajar didapati dengan role play mahasiswa tidak hanya memahami metode/ teknik pengajaran tertentu secara teoritis namun juga langkah-langkah penerapan metode tersebut di kelas.

Proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena mahasiswa dapat berperan langsung sebagai siswa dan guru. Mahasiswa dapat meningkatkan daya pikir kritis saat mereka melakukan permainan peran, contohnya mahasiswa yang berperan sebagai siswa dapat menganalisa ketepatan langkah penggunaan metode pengajaran, pengelolaan kelas, instructional language, dan aspek-aspek pembelajaran lainnya saat proses simulasi berlangsung. Umpan balik ini kemudian didiskusikan bersama dengan dosen setelah simulasi.

Guru (mahasiswa) sedang membantu penyelesaian masalah dalam kelompok.

Bahasa Inggris

Page 98: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Membuat Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II

Mahasiswa menunjukkan beberapa media pembelajaran bahasa Inggris yang sudah dibuatnya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)86

Cue card hasil karya mahasiswa

87Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten - Seorang guru pamong yang sedang melakukan program pengenalan dan latihan kependidikan (PPLK) di sekolah mengeluhkan metode mahasiswa melakukan praktik mengajar bahasa Inggris hanya mengandalkan buku teks. Padahal sebagai “Prospective English Teacher” mereka bisa membuat metode yang menarik untuk siswa.

Menjawab permasalahan ini kemudian

Ibu Yayu Heryatun MPd, dosen pengampu mata kuliah Methodology of TEFL (Teaching English as Foreign Language) II dan Micro Teaching di IAIN SMH Banten, memasukkan materi teaching aid atau media pembelajaran bahasa Inggris. Media pembelajaran yang bisa dibuat misalnya flash card, flip chart, cue card, power point, poster dan picture.

Tujuan perkuliahan ini membekali mahasiswa semester VI menjadi guru

yang kreatif dengan memanfaatkan barang yang ada fsn murah (low-cost material). Dengan demikian, pembela-jaran menjadi efektif, informatif dan atraktif. Saya membagi mahasiswa dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk membuat satu media pembelajaran. Masing-masing kelompok mendapat tugas berbeda sesuai dengan tugas yang didapat.

Ada kelompok yang membuat flip chart untuk keterampilan membaca siswa (reading) yang akan digunakan untuk mengajar jenis text procedure. Kelompok lain membuat cue cards untuk meningkatkan keterampilan berbicara (speaking) yang digunakan untuk mengajar jenis text persuasive.

Salah seorang mahasiswa membuat

cue card atau kartu penunjuk bergambar. Ada gambar-gambar binatang yang dipilih untuk menarik siswa. Gambar hewan tersebut digunting sesuai ukuran kertas A5 dan ditempel di kertas bufalo.

Di kertas HVS polos dituliskan instruksi penugasan, misalnya dialog kamu dan teman. Kamu diminta sebagai penjual yang bertugas membujuk temanmu untuk membeli barang yang kamu tawarkan. Buat dialognya dalam bahasa Inggris.

Petunjuk ini kemudian ditempel di kertas bufalo dibalik gambar binatang. Saat praktik dialog di kelas, mahasiswa diminta memilih kartu binatang secara bebas dari berbagai cue card yang dibuat.

Mahasiswa lainnya membuat cue card tentang kendaraan. Dia menceritakan cara pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran.

1. Tentukan tema pembelajaran sesuaikan dengan media, misalnya tentang deskriptif. Lebih khusus lagi deskripsi tentang kendaraan.

2. Buat gambar semenarik mungkin dan warnai untuk lebih menegas-kan kendaraan.

3. Di kelas, guru menunjukkan gambar tersebut kepada siswa dan biarkan siswa meresponnya.

4. Setelah siswa mampu menebak gambarnya, siswa diminta untuk menuliskan paragraf deskriptif sesuai gambar yang mereka lihat.

5. Setelah selesai, siswa maju ke depan dan membacakan hasil paragraf deskripsinya.

Siti Humairoh, mahasiswa semester VI kelas E mengatakan pada awalnya sedikit repot namun ia mengaku puas setelah teaching aid selesai dibuat. Ia

juga terkesan saat menggunakan teaching aid dalam praktik mengajar dalam program PPLK di SMP Al Azhar Kaujon Kota Serang. “Teaching aid benar-benar membantu siswa untuk memahami materi,” katanya.

Menurut saya, mahasiswa menjadi lebih kreatif dan tanggap untuk memanfaatkan authentic material yang ada di sekeliling mereka sebagai media pembelajaran. Saya juga mendengar pengakuan dari Wanda Maulina Awaliyah, siswa kelas VIIIA SMP AL-Azhar. “Media pembelajaran yang saya buat saat mengajar, membuat materi yang diajarkan lebih mudah dimengerti dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,” kata Siti.

Page 99: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Membuat Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II

Mahasiswa menunjukkan beberapa media pembelajaran bahasa Inggris yang sudah dibuatnya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)86

Cue card hasil karya mahasiswa

87Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten - Seorang guru pamong yang sedang melakukan program pengenalan dan latihan kependidikan (PPLK) di sekolah mengeluhkan metode mahasiswa melakukan praktik mengajar bahasa Inggris hanya mengandalkan buku teks. Padahal sebagai “Prospective English Teacher” mereka bisa membuat metode yang menarik untuk siswa.

Menjawab permasalahan ini kemudian

Ibu Yayu Heryatun MPd, dosen pengampu mata kuliah Methodology of TEFL (Teaching English as Foreign Language) II dan Micro Teaching di IAIN SMH Banten, memasukkan materi teaching aid atau media pembelajaran bahasa Inggris. Media pembelajaran yang bisa dibuat misalnya flash card, flip chart, cue card, power point, poster dan picture.

Tujuan perkuliahan ini membekali mahasiswa semester VI menjadi guru

yang kreatif dengan memanfaatkan barang yang ada fsn murah (low-cost material). Dengan demikian, pembela-jaran menjadi efektif, informatif dan atraktif. Saya membagi mahasiswa dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk membuat satu media pembelajaran. Masing-masing kelompok mendapat tugas berbeda sesuai dengan tugas yang didapat.

Ada kelompok yang membuat flip chart untuk keterampilan membaca siswa (reading) yang akan digunakan untuk mengajar jenis text procedure. Kelompok lain membuat cue cards untuk meningkatkan keterampilan berbicara (speaking) yang digunakan untuk mengajar jenis text persuasive.

Salah seorang mahasiswa membuat

cue card atau kartu penunjuk bergambar. Ada gambar-gambar binatang yang dipilih untuk menarik siswa. Gambar hewan tersebut digunting sesuai ukuran kertas A5 dan ditempel di kertas bufalo.

Di kertas HVS polos dituliskan instruksi penugasan, misalnya dialog kamu dan teman. Kamu diminta sebagai penjual yang bertugas membujuk temanmu untuk membeli barang yang kamu tawarkan. Buat dialognya dalam bahasa Inggris.

Petunjuk ini kemudian ditempel di kertas bufalo dibalik gambar binatang. Saat praktik dialog di kelas, mahasiswa diminta memilih kartu binatang secara bebas dari berbagai cue card yang dibuat.

Mahasiswa lainnya membuat cue card tentang kendaraan. Dia menceritakan cara pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran.

1. Tentukan tema pembelajaran sesuaikan dengan media, misalnya tentang deskriptif. Lebih khusus lagi deskripsi tentang kendaraan.

2. Buat gambar semenarik mungkin dan warnai untuk lebih menegas-kan kendaraan.

3. Di kelas, guru menunjukkan gambar tersebut kepada siswa dan biarkan siswa meresponnya.

4. Setelah siswa mampu menebak gambarnya, siswa diminta untuk menuliskan paragraf deskriptif sesuai gambar yang mereka lihat.

5. Setelah selesai, siswa maju ke depan dan membacakan hasil paragraf deskripsinya.

Siti Humairoh, mahasiswa semester VI kelas E mengatakan pada awalnya sedikit repot namun ia mengaku puas setelah teaching aid selesai dibuat. Ia

juga terkesan saat menggunakan teaching aid dalam praktik mengajar dalam program PPLK di SMP Al Azhar Kaujon Kota Serang. “Teaching aid benar-benar membantu siswa untuk memahami materi,” katanya.

Menurut saya, mahasiswa menjadi lebih kreatif dan tanggap untuk memanfaatkan authentic material yang ada di sekeliling mereka sebagai media pembelajaran. Saya juga mendengar pengakuan dari Wanda Maulina Awaliyah, siswa kelas VIIIA SMP AL-Azhar. “Media pembelajaran yang saya buat saat mengajar, membuat materi yang diajarkan lebih mudah dimengerti dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,” kata Siti.

Page 100: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - Ibu Rakhmawati MPd, dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA, mempunyai cara agar materi perkuliahan tata bahasa Inggris (grammar) menjadi menyenangkan dipelajari para mahasiswa. Terutama dalam penyusunan klausa anak kalimat (adverb clauses), klausa kata sifat (adjective clauses), dan klausa kata benda (noun clauses) yang termasuk kompleks.

Proses pembelajaran yang aktif dan menuntut kerja sama antar mahasiswa telah berlangsung di kelasnya, terutama saat beliau ditunjuk menjadi fasilitator USAID PRIORITAS untuk LPTK. Beberapa inovasi media pemelajaran juga sudah mulai beragam, antara lain poster dan slide power point.

“Kali ini saya membuat inovasi lainnya yaitu dengan big book yaitu buku besar yang memudahkan pembaca untuk

membaca dan memahami isi buku, karena tulisan dan gambar dicetak dengan ukuran besar. Dengan media ini terbukti mahasiswa lebih kreatif mengonsep poin-poin penting yang dipelajari dalam grammar penyusunan berbagai jenis klausa,” katanya.

Tujuan utamanya adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi fungsi ungkapan kalimat dengan berbagai bentuk klausa yang ada dalam bahasa Inggris.

Sejak awal paparan tentang materi hingga pembuatan big book dibutuhkan tiga kali pertemuan, masing-masing berdurasi 50 menit. Mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok besar terdiri dari delapan hingga 10 mahasiswa. Setiap kelompok diundi untuk mendapatkan tiga topik yang berbeda-beda yaitu adverb clauses, adjective clauses, dan noun clauses.

Setelah topik diperoleh, mereka berdiskusi untuk mempelajari konsep klausa dan frasenya sesuai yang ada dalam textbook. Kemudian, dibuatlah contoh dalam bentuk kalimat. Nah, hasil diskusi itulah yang kemudian dituangkan dalam bentuk draft big book. Big book sendiri diperkenalkan USAID PRIORITAS pada modul III sebagai bahan rujukan dosen LPTK untuk literasi kelas awal.

Setiap kelompok dibebaskan berkreasi. Mahasiswa dapat memakai gambar-gambar di majalah atau media lainnya

Belajar Klausa melalui Media Big Book

Mahasiswa sedang mempresentasikan big book buatannya untuk belajar klausa.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)88

yang digunting kemudian ditempel pada kertas manila berwarna seperti kolase. Ada pula yang menggambar dan mewarnainya sendiri. Setiap big book yang dihasilkan terbagi dalam bagian sampul serta isi yang terdiri dari definisi, pola/pattern, dan contoh kalimat.

Seperti kelompok Daun Laragita yang mengerjakan noun clauses dan phrases. Selain memaparkan apa itu noun clauses, kelompoknya juga membuat cerita singkat dengan memakai kalimat berupa noun phrases.

“Kami menceritakan dua orang sahabat Joe dan Emma yang bermain bersama,” ucap Daun. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut 'One day, Joe and Emma played with a yellow elephant in the wood.' A yellow elephant merupakan noun phrase.

Berikutnya, dosen memberi kesempa-tan kepada setiap kelompok presen-tasi hasil kerjanya di depan kelompok lain. Usai presentasi, kelompok lain boleh mengajukan pertanyaan dan berdiskusi selama 10 menit. Karya yang sudah selesai, ditempel di kelas dan masukan dari teman bisa disampaikan melalui kertas post it.

Kegiatan ini menurut Ibu Rakhma sangat efektif. Selain mahasiswa menjadi lebih kreatif, mereka lebih cepat memahami perbedaan klausa adverb clauses, adjective clauses, dan noun clauses.

Pembuatan big book dilakukan secara berkelompok.

89Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 101: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - Ibu Rakhmawati MPd, dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA, mempunyai cara agar materi perkuliahan tata bahasa Inggris (grammar) menjadi menyenangkan dipelajari para mahasiswa. Terutama dalam penyusunan klausa anak kalimat (adverb clauses), klausa kata sifat (adjective clauses), dan klausa kata benda (noun clauses) yang termasuk kompleks.

Proses pembelajaran yang aktif dan menuntut kerja sama antar mahasiswa telah berlangsung di kelasnya, terutama saat beliau ditunjuk menjadi fasilitator USAID PRIORITAS untuk LPTK. Beberapa inovasi media pemelajaran juga sudah mulai beragam, antara lain poster dan slide power point.

“Kali ini saya membuat inovasi lainnya yaitu dengan big book yaitu buku besar yang memudahkan pembaca untuk

membaca dan memahami isi buku, karena tulisan dan gambar dicetak dengan ukuran besar. Dengan media ini terbukti mahasiswa lebih kreatif mengonsep poin-poin penting yang dipelajari dalam grammar penyusunan berbagai jenis klausa,” katanya.

Tujuan utamanya adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi fungsi ungkapan kalimat dengan berbagai bentuk klausa yang ada dalam bahasa Inggris.

Sejak awal paparan tentang materi hingga pembuatan big book dibutuhkan tiga kali pertemuan, masing-masing berdurasi 50 menit. Mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok besar terdiri dari delapan hingga 10 mahasiswa. Setiap kelompok diundi untuk mendapatkan tiga topik yang berbeda-beda yaitu adverb clauses, adjective clauses, dan noun clauses.

Setelah topik diperoleh, mereka berdiskusi untuk mempelajari konsep klausa dan frasenya sesuai yang ada dalam textbook. Kemudian, dibuatlah contoh dalam bentuk kalimat. Nah, hasil diskusi itulah yang kemudian dituangkan dalam bentuk draft big book. Big book sendiri diperkenalkan USAID PRIORITAS pada modul III sebagai bahan rujukan dosen LPTK untuk literasi kelas awal.

Setiap kelompok dibebaskan berkreasi. Mahasiswa dapat memakai gambar-gambar di majalah atau media lainnya

Belajar Klausa melalui Media Big Book

Mahasiswa sedang mempresentasikan big book buatannya untuk belajar klausa.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)88

yang digunting kemudian ditempel pada kertas manila berwarna seperti kolase. Ada pula yang menggambar dan mewarnainya sendiri. Setiap big book yang dihasilkan terbagi dalam bagian sampul serta isi yang terdiri dari definisi, pola/pattern, dan contoh kalimat.

Seperti kelompok Daun Laragita yang mengerjakan noun clauses dan phrases. Selain memaparkan apa itu noun clauses, kelompoknya juga membuat cerita singkat dengan memakai kalimat berupa noun phrases.

“Kami menceritakan dua orang sahabat Joe dan Emma yang bermain bersama,” ucap Daun. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut 'One day, Joe and Emma played with a yellow elephant in the wood.' A yellow elephant merupakan noun phrase.

Berikutnya, dosen memberi kesempa-tan kepada setiap kelompok presen-tasi hasil kerjanya di depan kelompok lain. Usai presentasi, kelompok lain boleh mengajukan pertanyaan dan berdiskusi selama 10 menit. Karya yang sudah selesai, ditempel di kelas dan masukan dari teman bisa disampaikan melalui kertas post it.

Kegiatan ini menurut Ibu Rakhma sangat efektif. Selain mahasiswa menjadi lebih kreatif, mereka lebih cepat memahami perbedaan klausa adverb clauses, adjective clauses, dan noun clauses.

Pembuatan big book dilakukan secara berkelompok.

89Perkuliahan - Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

Page 102: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)90

Oleh Farida Repelita Waty MPd Dosen Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatra Utara

Mata kuliah Translation yang penulis ajarkan pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FITK UIN-SU bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan berbagai macam jenis teks. Selama proses perkuliahan, penulis mendapati motivasi belajar mahasiswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teori-teori terjemahan yang diajarkan di dalam kelas terkesan monoton.

Setelah mengikuti pelatihan modul I USAID PRIORITAS tentang Pembelajaran Kontekstual, penulis terinspirasi menerapkan satu metode pembelajaran untuk meningkatkan

My Trip My Translationmotivasi belajar mahasiswa. Saya menerapkan My Trip My Translation sebagai suatu metode untuk pembelajaran mata kuliah Translation di luar kelas. Melalui metode ini mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia penerjemahan.

Ada 16 pertemuan dalam mata kuliah Translation ini. Teori-teori terjemahan yang diajarkan antara lain; Penerjemahan audio visual, Penilaian kualitas terjemahan, Teknik dan masalah penerjemahan, Profesi penerjemah, Penelitian terjemahan, dan Komunitas penerjemah. Setelah melakukan seminar dan diskusi di dalam kelas tentang teori-teori tersebut, mahasiswa mendapatkan tugas praktik di luar kelas.

Untuk penerjemahan audio visual,

mahasiswa diarahkan untuk menerjemahkan subtitle film kartun Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya mampu mempelajari teori dan praktik penerjemahan audio visual, namun juga dapat berkonstribusi pada dunia perfilman di Indonesia agar film-film kartun Indonesia juga dapat diperkenalkan ke dunia Internasional. Subtitle film-film yang telah diterjemahkan kemudian direviu oleh setiap kelompok dan diperbaiki kembali sebelum di-unggah ke media sosial seperti Facebook atau YouTube.

Untuk penilaian kualitas terjemahan, penelitian terjemahan, dan teknik dan masalah penerjemahan, mahasiswa dibagi sesuai dengan etnis masing-masing (Jawa, Batak, Melayu, dll.). Setiap kelompok memiliki tugas untuk

(Kiri) Mahasiswa saat praktik pembuatan subtitle video bahasa Inggris di Kantor PosSumatera Utara. (Kanan) Mahasiswa presentasi hasil penelitian terjemahan teks budaya.

91Perkuliahan - Bahasa Inggris

mencari satu teks budaya dari etnis mereka untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hasil terjemahan tersebut kemudian dianalisis teknik, masalah, dan kualitas terjemahannya pada tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan menggunakan instrumen penilai kualitas terjemahan yang diadaptasi dari Nababan (2012).

Terdapat tiga skor untuk masing-masing tingkat (keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan). Skor diberikan pada setiap kalimat di dalam terjemahan teks budaya. Skor diberikan oleh responden yang sudah memenuhi kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung oleh mahasiswa untuk selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas. Melalui penelitian terjemahan ini, mahasiswa belajar untuk menganalisis teknik, masalah, dan kualitas terjemahan suatu teks sekaligus ikut serta dalam menjaga dan memperkenalkan kearifan lokal masing-masing budaya melalui produk terjemahan budaya. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan penerjemahan mahasiswa, namun juga untuk membangkitkan rasa percaya diri, bangga, dan cinta tanah air dalam setiap diri mahasiswa.

Selanjutnya, pada materi profesi penerjemah, setiap kelompok diarahkan untuk membuat sebuah biro terjemahan. Mahasiswa belajar merancang brosur terjemahan, mempublikasikan biro terjemahan

mereka, menerima klien, mengatur tugas-tugas penerjemahan teks, dan menggunakan uang tersebut untuk keperluan kelompok, aksi sukarelawan, dll. Setelah mempelajari teori tentang profesi penerjemah di dalam kelas, mahasiswa diberikan kebebasan mengunjungi tempat-tempat strategis untuk mempublikasikan biro terjemahan mereka, misalya melalui Pekan Raya Sumatera Utara, Kuala Namu International Airport, objek-objek wisata, dll. Melalui cara ini mahasiwa tidak hanya belajar teori-teori penerjemahan dari pengalaman langsung, namun juga belajar berwirausaha.

Penulis mendapati bahwa mahasiswa membutuhkan tantangan untuk belajar. Tanpa tantangan dan kesulitan, mahasiswa tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tantangan dan kesulitan penerjemahan yang dialami mahasiswa secara langsung membuat mereka termotivasi untuk

terus maju dan menghadapi tantangan-tantangan itu satu per satu. Ketika mahasiswa berada pada zona tidak aman, mereka akan belajar untuk menyesuaikan diri pada zona tersebut. Melalui metode My Trip My Translation, mahasiswa mendapatkan pengetahuan dari perjalanan mereka dalam dunia penerjemahan. Hal ini membuat suasana kelas yang sebelumnya monoton menjadi lebih menyenangkan dan menantang.

Daftar Pustaka

Nababan, M., Nuraeni, A., & Sumardiono. (2012). Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(1), 39-57.

Bahasa Inggris

Brosur biro terjemahan yang dimuat

mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris.

Page 103: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)90

Oleh Farida Repelita Waty MPd Dosen Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatra Utara

Mata kuliah Translation yang penulis ajarkan pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FITK UIN-SU bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan berbagai macam jenis teks. Selama proses perkuliahan, penulis mendapati motivasi belajar mahasiswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teori-teori terjemahan yang diajarkan di dalam kelas terkesan monoton.

Setelah mengikuti pelatihan modul I USAID PRIORITAS tentang Pembelajaran Kontekstual, penulis terinspirasi menerapkan satu metode pembelajaran untuk meningkatkan

My Trip My Translationmotivasi belajar mahasiswa. Saya menerapkan My Trip My Translation sebagai suatu metode untuk pembelajaran mata kuliah Translation di luar kelas. Melalui metode ini mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia penerjemahan.

Ada 16 pertemuan dalam mata kuliah Translation ini. Teori-teori terjemahan yang diajarkan antara lain; Penerjemahan audio visual, Penilaian kualitas terjemahan, Teknik dan masalah penerjemahan, Profesi penerjemah, Penelitian terjemahan, dan Komunitas penerjemah. Setelah melakukan seminar dan diskusi di dalam kelas tentang teori-teori tersebut, mahasiswa mendapatkan tugas praktik di luar kelas.

Untuk penerjemahan audio visual,

mahasiswa diarahkan untuk menerjemahkan subtitle film kartun Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya mampu mempelajari teori dan praktik penerjemahan audio visual, namun juga dapat berkonstribusi pada dunia perfilman di Indonesia agar film-film kartun Indonesia juga dapat diperkenalkan ke dunia Internasional. Subtitle film-film yang telah diterjemahkan kemudian direviu oleh setiap kelompok dan diperbaiki kembali sebelum di-unggah ke media sosial seperti Facebook atau YouTube.

Untuk penilaian kualitas terjemahan, penelitian terjemahan, dan teknik dan masalah penerjemahan, mahasiswa dibagi sesuai dengan etnis masing-masing (Jawa, Batak, Melayu, dll.). Setiap kelompok memiliki tugas untuk

(Kiri) Mahasiswa saat praktik pembuatan subtitle video bahasa Inggris di Kantor PosSumatera Utara. (Kanan) Mahasiswa presentasi hasil penelitian terjemahan teks budaya.

91Perkuliahan - Bahasa Inggris

mencari satu teks budaya dari etnis mereka untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hasil terjemahan tersebut kemudian dianalisis teknik, masalah, dan kualitas terjemahannya pada tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan menggunakan instrumen penilai kualitas terjemahan yang diadaptasi dari Nababan (2012).

Terdapat tiga skor untuk masing-masing tingkat (keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan). Skor diberikan pada setiap kalimat di dalam terjemahan teks budaya. Skor diberikan oleh responden yang sudah memenuhi kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung oleh mahasiswa untuk selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas. Melalui penelitian terjemahan ini, mahasiswa belajar untuk menganalisis teknik, masalah, dan kualitas terjemahan suatu teks sekaligus ikut serta dalam menjaga dan memperkenalkan kearifan lokal masing-masing budaya melalui produk terjemahan budaya. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan penerjemahan mahasiswa, namun juga untuk membangkitkan rasa percaya diri, bangga, dan cinta tanah air dalam setiap diri mahasiswa.

Selanjutnya, pada materi profesi penerjemah, setiap kelompok diarahkan untuk membuat sebuah biro terjemahan. Mahasiswa belajar merancang brosur terjemahan, mempublikasikan biro terjemahan

mereka, menerima klien, mengatur tugas-tugas penerjemahan teks, dan menggunakan uang tersebut untuk keperluan kelompok, aksi sukarelawan, dll. Setelah mempelajari teori tentang profesi penerjemah di dalam kelas, mahasiswa diberikan kebebasan mengunjungi tempat-tempat strategis untuk mempublikasikan biro terjemahan mereka, misalya melalui Pekan Raya Sumatera Utara, Kuala Namu International Airport, objek-objek wisata, dll. Melalui cara ini mahasiwa tidak hanya belajar teori-teori penerjemahan dari pengalaman langsung, namun juga belajar berwirausaha.

Penulis mendapati bahwa mahasiswa membutuhkan tantangan untuk belajar. Tanpa tantangan dan kesulitan, mahasiswa tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tantangan dan kesulitan penerjemahan yang dialami mahasiswa secara langsung membuat mereka termotivasi untuk

terus maju dan menghadapi tantangan-tantangan itu satu per satu. Ketika mahasiswa berada pada zona tidak aman, mereka akan belajar untuk menyesuaikan diri pada zona tersebut. Melalui metode My Trip My Translation, mahasiswa mendapatkan pengetahuan dari perjalanan mereka dalam dunia penerjemahan. Hal ini membuat suasana kelas yang sebelumnya monoton menjadi lebih menyenangkan dan menantang.

Daftar Pustaka

Nababan, M., Nuraeni, A., & Sumardiono. (2012). Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(1), 39-57.

Bahasa Inggris

Brosur biro terjemahan yang dimuat

mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris.

Page 104: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Setelah mengikuti pelatihan modul I USAID PRIORITAS di Medan, Bapak Yudi Dirgantara MPd, dosen Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati, langsung mempraktikkan pembelajaran kontekstual pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Pak Yudi menugaskan mahasiswa untuk mendiskusikan tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran di masing-

masing kelompok.

Pada diskusi kelompok mereka mengurutkan ciri-ciri yang pokok dan menuliskannya dalam kertas plano. Mahasiswa melakukan penyusunan itu menurut pemikiran kelompok.

Setelah mereka meyakini hasil karyanya merupakan hasil pemikiran bersama yang terbaik dan layak untuk “dijual” kepada kelompok lainnya, juru bicara melakukan presentasi selama lima menit. Presentasi ini dimanfaatkan

oleh mahasiswa untuk menyampaikan hasil diskusi, serta menerima kritik dan masukan. Presentasi dilakukan empat kali putaran di depan kelompok yang berbeda.

Setelah selesai presentasi, presenter kembali ke kelompok semula dan menyempurkan hasil karyanya. Setiap kelompok lalu memajangkan karyanya di dinding kelas (ruang perkuliahan).

Hal yang membuat para mahasiswa sangat antusias adalah adanya

Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran

Mahasiswa tampak sedang asyik berdiskusi. Dinding kelas dipenuhi pajangan hasil karya perkuliahan mahasiswa.

Perkuliahan Lainnya

kesempatan mereka untuk berbagai pendapat, menyimpulkan, dan mempresentasikan butir-butir pokok ciri-ciri belajar bermakna.

Penyajian hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain selama beberapa kali presentasi memberikan kesempatan mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi kognitif, psikomotor, maupun afektif/sikap.

Secara kognitif, penyajian yang baik dilakukan sesuai dengan informasi yang bersumber dari rujukan yang tepat. Secara psikomotor, mahasiswa yang menyajikan dituntut untuk

mampu berbicara dan memberikan argumen untuk meyakinkan teman yang berada di kelompok lain.

Terakhir, pada aspek sikap, mahasiswa ketika menyajikan dan merespons masukan, kritikan, dan saran dari mahasiswa lain dituntut untuk bersikap sopan, penuh perhitungan, hangat, dan penuh rasa rendah hati dan hangat.

Mahasiswa menyampaikan bahwa mereka senang dengan cara perkulia-han Pak Yudi. Selama perkuliahan mereka mengaku mengalami suasana baru yang lebih segar, menantang,

mendorong kreativitas, dan menyenangkan. “Pengetahuan tentang ciri-ciri pembelajaran bermakna dapat saya peroleh tidak hanya dari dosen tetapi juga dari teman sendiri,” tutur salah seorang mahasiswa.

Mahasiswa juga mengakui ada kesem-patan untuk berpikir dan menuangkan pemikiran secara individual maupun secara kelompok. Pak Yudi memberi kesempatan mahasiswa untuk mene-laah, menilai, dan memberikan masukan terhadap pemikiran dan kesimpulan serta hasil diskusi kelompok lain. Selain itu, hasil karya mereka pun mendapat kritik dan masukan dari kelompok lain.

Perkuliahan Lainnya

Dosen lebih banyak mendampingi kelompok kecil saat mahasiswa aktif berdiskusi.

Perkuliahan Lainnya 93Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)92

Page 105: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Setelah mengikuti pelatihan modul I USAID PRIORITAS di Medan, Bapak Yudi Dirgantara MPd, dosen Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati, langsung mempraktikkan pembelajaran kontekstual pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Pak Yudi menugaskan mahasiswa untuk mendiskusikan tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran di masing-

masing kelompok.

Pada diskusi kelompok mereka mengurutkan ciri-ciri yang pokok dan menuliskannya dalam kertas plano. Mahasiswa melakukan penyusunan itu menurut pemikiran kelompok.

Setelah mereka meyakini hasil karyanya merupakan hasil pemikiran bersama yang terbaik dan layak untuk “dijual” kepada kelompok lainnya, juru bicara melakukan presentasi selama lima menit. Presentasi ini dimanfaatkan

oleh mahasiswa untuk menyampaikan hasil diskusi, serta menerima kritik dan masukan. Presentasi dilakukan empat kali putaran di depan kelompok yang berbeda.

Setelah selesai presentasi, presenter kembali ke kelompok semula dan menyempurkan hasil karyanya. Setiap kelompok lalu memajangkan karyanya di dinding kelas (ruang perkuliahan).

Hal yang membuat para mahasiswa sangat antusias adalah adanya

Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran

Mahasiswa tampak sedang asyik berdiskusi. Dinding kelas dipenuhi pajangan hasil karya perkuliahan mahasiswa.

Perkuliahan Lainnya

kesempatan mereka untuk berbagai pendapat, menyimpulkan, dan mempresentasikan butir-butir pokok ciri-ciri belajar bermakna.

Penyajian hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain selama beberapa kali presentasi memberikan kesempatan mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi kognitif, psikomotor, maupun afektif/sikap.

Secara kognitif, penyajian yang baik dilakukan sesuai dengan informasi yang bersumber dari rujukan yang tepat. Secara psikomotor, mahasiswa yang menyajikan dituntut untuk

mampu berbicara dan memberikan argumen untuk meyakinkan teman yang berada di kelompok lain.

Terakhir, pada aspek sikap, mahasiswa ketika menyajikan dan merespons masukan, kritikan, dan saran dari mahasiswa lain dituntut untuk bersikap sopan, penuh perhitungan, hangat, dan penuh rasa rendah hati dan hangat.

Mahasiswa menyampaikan bahwa mereka senang dengan cara perkulia-han Pak Yudi. Selama perkuliahan mereka mengaku mengalami suasana baru yang lebih segar, menantang,

mendorong kreativitas, dan menyenangkan. “Pengetahuan tentang ciri-ciri pembelajaran bermakna dapat saya peroleh tidak hanya dari dosen tetapi juga dari teman sendiri,” tutur salah seorang mahasiswa.

Mahasiswa juga mengakui ada kesem-patan untuk berpikir dan menuangkan pemikiran secara individual maupun secara kelompok. Pak Yudi memberi kesempatan mahasiswa untuk mene-laah, menilai, dan memberikan masukan terhadap pemikiran dan kesimpulan serta hasil diskusi kelompok lain. Selain itu, hasil karya mereka pun mendapat kritik dan masukan dari kelompok lain.

Perkuliahan Lainnya

Dosen lebih banyak mendampingi kelompok kecil saat mahasiswa aktif berdiskusi.

Perkuliahan Lainnya 93Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)92

Page 106: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)94 Perkuliahan Lainnya 95

Oleh Dr Meti Istimurti Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Saya melaksanakan perkuliahan untuk mata kuliah Penelitian Kualitatif program studi Bahasa Indonesia semester V dengan menerapkan peta konsep skripsi sejak semester ganjil (September-Desember) tahun akademik 2015/2016. Bahan dan alat yang digunakan dalam perkuliahan ini antara lain: skripsi, kertas karton, kertas origami, kertas post-it, spidol, dan isolasi.

Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang

Peta Konsep Skripsi:

Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif

dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Bentuk peta konsep yang paling sederhana adalah suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam penelitian kualitatif, peta konsep dapat diamai lebih mudah berlangsung apabila konsep baru yang lebih khusus dikaitkan dengan konsep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik.

Pembuatan peta konsep dari contoh skripsi yang sudah ada bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap alur penelitian kualitatif sehingga memudahkan mereka ketika membuat desain penelitian kualitatif. Selain itu, para mahasiswa yang pasif diharapkan

dapat lebih proaktif dalam memahami alur penelitian kualitatif dan menuangkan gagasannya ke dalam desain penelitian.

Mengapa ini perlu dilakukan? Kegiatan ini dipandang penting karena para mahasiswa semester V program studi Bahasa Indonesia belum memahami alur penelitian kualitatif serta kurang memiliki motivasi yang kuat dalam mata kuliah Penelitian Kualitatif. Selain itu, saya masih mendapati mahasiswa yang kurang aktif dalam kegiatan di kelas dan hanya menunggu penjelasan dari dosen. Mahasiswa yang aktif di kelas hanya beberapa orang.

Langkah perkuliahan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pada awal per-temuan, saya menginformasikan pada mahasiswa tentang enam hal, yaitu:

a. apa tujuan perkuliahan?

b. materi apa yang akan mereka pelajari?

c. kegiatan membaca skripsi?

d. apa kesan dan pemahaman mereka tehadap skripsi yang dibaca?

e. kegiatan membuat peta konsep?

f. kegiatan menyusun desain penelitian kualitatif?

Mengingat waktunya terbatas, saya meminta mahasiswa sudah membuat

Mahasiswa melaksanakan kunjung karya, sebagian perwakilan mahasiswa diam di tempat untuk menjelaskan kepada kelompok lain.

peta konsep seperti yang sudah diajarkan dalam pertemuan pertama. Para mahasiswa menyiapkan peta konsep secara per kelompok di rumah dengan tema penelitian yang sudah ditentukan bersama.

Pada pertemuan kedua, saya memberi waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengecek tugas mereka sebelum dipajang di dinding kelas. Setelah semua tugas kelompok terpajang di dinding, mahasiswa melaksanakan kunjung karya agar mereka dapat melihat dan menyimak penjelasan peta konsep yang dibuat kelompok lain.

Sebagian mahasiswa tetap di tempat untuk memberikan penjelasan peta konsep yang mereka buat, sementara anggota kelompok yang lain berkunjung. Mahasiswa yang berkunjung ke kelompok lain diminta memberikan respon terhadap peta konsep yang dibuat oleh kelompok yang mereka kunjungi.

Pada saat membaca peta konsep, mahasiswa dilatih agar jeli dan kritis terhadap isi peta konsep tersebut. Misalnya, apakah peta konsep tersebut membahas materi yang sudah mereka pelajari dan merefleksikan pemahaman tentang materi perkuliahan yang sudah dipahami dari materi pembelajaran sebelumnya.

Proses ini menantang mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman mereka tentang alur penelitian

kualitatif. Pada akhir perkuliahan, respon mahasiswa menyatakan bahwa mereka menjadi lebih memahami materi perkuliahan dan lebih mudah menyusun desain penelitian kualitatif.

Usai kunjung karya, saya meminta perwakilan setiap kelompok dapat menyampaikan tanggapan dan komentar ke hadapan seluruh mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa yang semula tidak ikut kunjung karya kelompok lain, dapat mengetahui keseluruhan peta konsep yang dibuat kelompok lain.

Ternyata pembuatan peta konsep mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap alur penelitian kualitatif dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menyusun desain penelitian kualitatif. Penyusunan peta konsep memperkaya proses pengambilan data yang biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif. Jika penelitian kuantitatif lebih menekankan pada hasil, sementara penelitian kualitatif lebih pada prosesnya. Peta konsep yang dibuat secara berkelompok merujuk pada pengalaman peneliti sebagai kunci keberhasilan penelitian kualitatif. Peta konsep memperkaya sumber data yang bisa dijadikan acuan mahasiswa untuk menekuni penelitian kualitatif selanjutnya.

Respon para mahasiswa terhadap kegiatan membuat peta konsep dalam mata kuliah ini sangat positif. Mahasiswa menjadi lebih proaktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Mahasiswa dapat saling mengoreksi kekurangan mereka dan saling memotivasi dalam memahami alur penelitian kualitatif.

Suasana kelas menjadi lebih akrab dan menyenangkan. Selain itu, mereka pun dapat saling berbagi mengenai materi perkuliahan yang dipelajari. Mahasiswa yang tadinya pasif menjadi lebih berani mengungkapkan ide/gagasan mereka di kelas. "Saya berencana akan membuat skripsi dengan penelitian kualitatif. Peta konsep sangat membantu saya untuk merancang ide tersebut," kata Andi, salah seorang mahasiswa.

Siswa sedang menjelaskan peta konsep yang dibuatnya.

Perkuliahan Lainnya

Page 107: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)94 Perkuliahan Lainnya 95

Oleh Dr Meti Istimurti Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Saya melaksanakan perkuliahan untuk mata kuliah Penelitian Kualitatif program studi Bahasa Indonesia semester V dengan menerapkan peta konsep skripsi sejak semester ganjil (September-Desember) tahun akademik 2015/2016. Bahan dan alat yang digunakan dalam perkuliahan ini antara lain: skripsi, kertas karton, kertas origami, kertas post-it, spidol, dan isolasi.

Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang

Peta Konsep Skripsi:

Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif

dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Bentuk peta konsep yang paling sederhana adalah suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam penelitian kualitatif, peta konsep dapat diamai lebih mudah berlangsung apabila konsep baru yang lebih khusus dikaitkan dengan konsep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik.

Pembuatan peta konsep dari contoh skripsi yang sudah ada bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap alur penelitian kualitatif sehingga memudahkan mereka ketika membuat desain penelitian kualitatif. Selain itu, para mahasiswa yang pasif diharapkan

dapat lebih proaktif dalam memahami alur penelitian kualitatif dan menuangkan gagasannya ke dalam desain penelitian.

Mengapa ini perlu dilakukan? Kegiatan ini dipandang penting karena para mahasiswa semester V program studi Bahasa Indonesia belum memahami alur penelitian kualitatif serta kurang memiliki motivasi yang kuat dalam mata kuliah Penelitian Kualitatif. Selain itu, saya masih mendapati mahasiswa yang kurang aktif dalam kegiatan di kelas dan hanya menunggu penjelasan dari dosen. Mahasiswa yang aktif di kelas hanya beberapa orang.

Langkah perkuliahan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pada awal per-temuan, saya menginformasikan pada mahasiswa tentang enam hal, yaitu:

a. apa tujuan perkuliahan?

b. materi apa yang akan mereka pelajari?

c. kegiatan membaca skripsi?

d. apa kesan dan pemahaman mereka tehadap skripsi yang dibaca?

e. kegiatan membuat peta konsep?

f. kegiatan menyusun desain penelitian kualitatif?

Mengingat waktunya terbatas, saya meminta mahasiswa sudah membuat

Mahasiswa melaksanakan kunjung karya, sebagian perwakilan mahasiswa diam di tempat untuk menjelaskan kepada kelompok lain.

peta konsep seperti yang sudah diajarkan dalam pertemuan pertama. Para mahasiswa menyiapkan peta konsep secara per kelompok di rumah dengan tema penelitian yang sudah ditentukan bersama.

Pada pertemuan kedua, saya memberi waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengecek tugas mereka sebelum dipajang di dinding kelas. Setelah semua tugas kelompok terpajang di dinding, mahasiswa melaksanakan kunjung karya agar mereka dapat melihat dan menyimak penjelasan peta konsep yang dibuat kelompok lain.

Sebagian mahasiswa tetap di tempat untuk memberikan penjelasan peta konsep yang mereka buat, sementara anggota kelompok yang lain berkunjung. Mahasiswa yang berkunjung ke kelompok lain diminta memberikan respon terhadap peta konsep yang dibuat oleh kelompok yang mereka kunjungi.

Pada saat membaca peta konsep, mahasiswa dilatih agar jeli dan kritis terhadap isi peta konsep tersebut. Misalnya, apakah peta konsep tersebut membahas materi yang sudah mereka pelajari dan merefleksikan pemahaman tentang materi perkuliahan yang sudah dipahami dari materi pembelajaran sebelumnya.

Proses ini menantang mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman mereka tentang alur penelitian

kualitatif. Pada akhir perkuliahan, respon mahasiswa menyatakan bahwa mereka menjadi lebih memahami materi perkuliahan dan lebih mudah menyusun desain penelitian kualitatif.

Usai kunjung karya, saya meminta perwakilan setiap kelompok dapat menyampaikan tanggapan dan komentar ke hadapan seluruh mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa yang semula tidak ikut kunjung karya kelompok lain, dapat mengetahui keseluruhan peta konsep yang dibuat kelompok lain.

Ternyata pembuatan peta konsep mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap alur penelitian kualitatif dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menyusun desain penelitian kualitatif. Penyusunan peta konsep memperkaya proses pengambilan data yang biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif. Jika penelitian kuantitatif lebih menekankan pada hasil, sementara penelitian kualitatif lebih pada prosesnya. Peta konsep yang dibuat secara berkelompok merujuk pada pengalaman peneliti sebagai kunci keberhasilan penelitian kualitatif. Peta konsep memperkaya sumber data yang bisa dijadikan acuan mahasiswa untuk menekuni penelitian kualitatif selanjutnya.

Respon para mahasiswa terhadap kegiatan membuat peta konsep dalam mata kuliah ini sangat positif. Mahasiswa menjadi lebih proaktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Mahasiswa dapat saling mengoreksi kekurangan mereka dan saling memotivasi dalam memahami alur penelitian kualitatif.

Suasana kelas menjadi lebih akrab dan menyenangkan. Selain itu, mereka pun dapat saling berbagi mengenai materi perkuliahan yang dipelajari. Mahasiswa yang tadinya pasif menjadi lebih berani mengungkapkan ide/gagasan mereka di kelas. "Saya berencana akan membuat skripsi dengan penelitian kualitatif. Peta konsep sangat membantu saya untuk merancang ide tersebut," kata Andi, salah seorang mahasiswa.

Siswa sedang menjelaskan peta konsep yang dibuatnya.

Perkuliahan Lainnya

Page 108: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)96 97Perkuliahan Lainnya

Oleh Unik Ambarwati MPd Dosen PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta

“Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan. Apabila lawan telah merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengarahkan kemarahan pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan dengan kemalasan, maka inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan terancam.”

Kata-kata Nicocolo Machiavelli

tersebut saya kutip untuk memberikan jawaban atas keraguan mahasiswa PGSD FIP UNY semester VI pada perkuliahan inovasi dan pengembangan media pembelajaran SD. Keraguan tentang apakah kompetensi sebagai inovator pendidikan dapat mereka capai hanya dalam waktu satu semester.

Agar mahasiswa terbiasa memiliki solusi dalam memecahkan masalah pembelajaran di SD, saya menugaskan mahasiswa merancang inovasi media pembelajaran. Hasil rancangan tersebut kemudian dikompetisikan antar kelas dan diberi tajuk “Liga Inovator” Liga Inovator dilakukan

pada pertemuan ke-9 sampai ke-16 karena mahasiswa telah tuntas mengelaborasi secara aktif tentang konsep dasar inovasi pembelajaran, model-model pembelajaran, dan cara mengembangkan media pembelajaran. Mekanisme perkuliahan Liga Inovator sebagai berikut:

1. Mahasiswa dibagi menjadi 20 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang,

2. Mahasiswa merancang draf karya inovasi bersama kelompok yang telah ditentukan

3. Presentasi draf atau prototipe karya inovatif masing-masing kelompok secara klasikal agar

Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD

Uji coba mendapat masukan dari dosen dan temannya untuk penyempurnaan draf tersebut.

4. Mahasiswa mengembangkan karya inovatif di kelompoknya masing-masing dari prototipe yang sudah disempurnakan.

5. Karya mahasiswa diujicoba secara terbatas di SD, komunitas pendidikan atau masyarakat yang peduli pendidikan.

6. Saat ujicoba mahasiswa telah menyiapkan intrumen yang berisi tentang penilaian kualitas produk aspek substansi materi, strategi, dan kualitas teknis.

7. Mahasiswa membuat laporan dari hasil uji coba yang telah dilakukan.

8. Karya inovatif mahasiswa dikumpulkan beserta laporan yang telah dibuat.

9. Karya inovatif mahasiswa dinilai oleh tiga dosen yang memiliki bidang keahlian dalam Media Pembelajaran, Kurikulum Pembelajaran, dan Strategi Pembelajaran.

10. Acara puncak Liga Inovator dilaksanakan setelah dewan juri selesai menilai dengan memberi penghargaan kepada pemenang juara 1, 2, 3, dan favorit.

Hasilnya tercipta 20 media pembelaja-ran hasil karya mahasiswa. Dewan juri memutuskan bahwa yang meraih juara 1 yaitu Karambol Operasi Hitung (Karophi), juara 2 yaitu Lampu KPK dan Dekak Multifungsi (JEIHU), juara 3

yaitu Pintu Organ Tubuh Manusia (Pinobuma). Kriteria penilaian yang digunakan di antaranya kreativitas, orisinalitas, pengayaan untuk pembela-jaran tematik, kesesuaian dengan tujuan, dan keluasan difusi inovasi.

Karophi merupakan media matematika materi hitung campuran. Media ini merupakan seperangkat permainan karambol yang dilengkapi dengan balok-balok angka dan tanda operasi hitung. Ukuran papan yang digunakan adalah 50cm x 50cm. Media ini bekerja dengan sinkronisasi nomor koin karambol yang dimasukan dengan formula matematika operasi hitung campuran. Pemenang dari permainan ini adalah kelompok yang memiliki hasil akhir paling banyak.

Sedangkan Pinobuma digunakan untuk pembelajaran kelas V SD dengan materi organ pencernaan dan organ pernapasan manusia. Dari segi kognitif siswa diharapkan dapat menguasai materi pencernaan dan pernafasan manusia. Untuk afektifnya, siswa dilatih untuk jujur, toleransi, dan tanggungjawab. Secara fisik, media ini terbuat dari kayu triplek dengan tebal 1 cm dan berbentuk segi delapan beraturan. Terdapat tiga tumpukan segi delapan beraturan dan dua balok. Segi delapan paling atas terdapat 24 pintu berbentuk trapesium yang dapat dibuka dan ditutup. Segi delapan yang tengah dapat diputar dan berisi kode-kode soal.

Selanjutnya terdapat kotak tersendiri

yang digunakan untuk tempat menyimpan kartu pertanyaan, kartu penghargaan, dadu, pino dan kartu kesempatan. Pinobuma dapat digunakan secara individual maupun kelompok, minimal terdiri dari 2-4 orang atau 2-4 kelompok dengan setiap kelompok terdiri atas 2 anak. Permaianan ini dinyatakan selesai ketika salah satu pemain sudah menempati angka 24 pada papan Pinobuma.

Karya-karya tersebut mendapat respon positif dari para pengguna yang menjadi subyek uji coba mahasiswa. Bahkan ada sekolah yang mau membeli produk mereka dengan harga 1 juta rupiah. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas mahasiswa dalam mengembangkan model dan media pembelajaran SD diakui baik. Maka dengan percaya diri saya mengatakan kepada mahasiswa diakhir perkuliahan “Selamat datang Sang Pembaharu. Pendidikan akan lebih baik dengan hadirnya kalian.”

Ima Rochayati, anggita tim mahasiswa yang membuat Karophi mengatakan dirinya senang mendapat tugas liga inovasi. Timya mengalami proses pembelajaran yang banyak, mulai dari penemuan ide dengan mencari permasalahan yang ada di sekolah dasar, membuat media sampai mempresentasikannya. “Uji coba yang kami lakukan pada siswa dan guru SD, . ternyata media yang kami buat aplikatif dan memiliki kemanfaatan,” ujar Ima.

Perkuliahan Lainnya

Kelompok yang membuat meia Karophi sedang mempresentasikan media buatannya. Usai perkuliahan, mahasiswa memamerkan media-media pembelaharan inovatif buatannya.

Page 109: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)96 97Perkuliahan Lainnya

Oleh Unik Ambarwati MPd Dosen PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta

“Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan. Apabila lawan telah merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengarahkan kemarahan pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan dengan kemalasan, maka inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan terancam.”

Kata-kata Nicocolo Machiavelli

tersebut saya kutip untuk memberikan jawaban atas keraguan mahasiswa PGSD FIP UNY semester VI pada perkuliahan inovasi dan pengembangan media pembelajaran SD. Keraguan tentang apakah kompetensi sebagai inovator pendidikan dapat mereka capai hanya dalam waktu satu semester.

Agar mahasiswa terbiasa memiliki solusi dalam memecahkan masalah pembelajaran di SD, saya menugaskan mahasiswa merancang inovasi media pembelajaran. Hasil rancangan tersebut kemudian dikompetisikan antar kelas dan diberi tajuk “Liga Inovator” Liga Inovator dilakukan

pada pertemuan ke-9 sampai ke-16 karena mahasiswa telah tuntas mengelaborasi secara aktif tentang konsep dasar inovasi pembelajaran, model-model pembelajaran, dan cara mengembangkan media pembelajaran. Mekanisme perkuliahan Liga Inovator sebagai berikut:

1. Mahasiswa dibagi menjadi 20 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang,

2. Mahasiswa merancang draf karya inovasi bersama kelompok yang telah ditentukan

3. Presentasi draf atau prototipe karya inovatif masing-masing kelompok secara klasikal agar

Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD

Uji coba mendapat masukan dari dosen dan temannya untuk penyempurnaan draf tersebut.

4. Mahasiswa mengembangkan karya inovatif di kelompoknya masing-masing dari prototipe yang sudah disempurnakan.

5. Karya mahasiswa diujicoba secara terbatas di SD, komunitas pendidikan atau masyarakat yang peduli pendidikan.

6. Saat ujicoba mahasiswa telah menyiapkan intrumen yang berisi tentang penilaian kualitas produk aspek substansi materi, strategi, dan kualitas teknis.

7. Mahasiswa membuat laporan dari hasil uji coba yang telah dilakukan.

8. Karya inovatif mahasiswa dikumpulkan beserta laporan yang telah dibuat.

9. Karya inovatif mahasiswa dinilai oleh tiga dosen yang memiliki bidang keahlian dalam Media Pembelajaran, Kurikulum Pembelajaran, dan Strategi Pembelajaran.

10. Acara puncak Liga Inovator dilaksanakan setelah dewan juri selesai menilai dengan memberi penghargaan kepada pemenang juara 1, 2, 3, dan favorit.

Hasilnya tercipta 20 media pembelaja-ran hasil karya mahasiswa. Dewan juri memutuskan bahwa yang meraih juara 1 yaitu Karambol Operasi Hitung (Karophi), juara 2 yaitu Lampu KPK dan Dekak Multifungsi (JEIHU), juara 3

yaitu Pintu Organ Tubuh Manusia (Pinobuma). Kriteria penilaian yang digunakan di antaranya kreativitas, orisinalitas, pengayaan untuk pembela-jaran tematik, kesesuaian dengan tujuan, dan keluasan difusi inovasi.

Karophi merupakan media matematika materi hitung campuran. Media ini merupakan seperangkat permainan karambol yang dilengkapi dengan balok-balok angka dan tanda operasi hitung. Ukuran papan yang digunakan adalah 50cm x 50cm. Media ini bekerja dengan sinkronisasi nomor koin karambol yang dimasukan dengan formula matematika operasi hitung campuran. Pemenang dari permainan ini adalah kelompok yang memiliki hasil akhir paling banyak.

Sedangkan Pinobuma digunakan untuk pembelajaran kelas V SD dengan materi organ pencernaan dan organ pernapasan manusia. Dari segi kognitif siswa diharapkan dapat menguasai materi pencernaan dan pernafasan manusia. Untuk afektifnya, siswa dilatih untuk jujur, toleransi, dan tanggungjawab. Secara fisik, media ini terbuat dari kayu triplek dengan tebal 1 cm dan berbentuk segi delapan beraturan. Terdapat tiga tumpukan segi delapan beraturan dan dua balok. Segi delapan paling atas terdapat 24 pintu berbentuk trapesium yang dapat dibuka dan ditutup. Segi delapan yang tengah dapat diputar dan berisi kode-kode soal.

Selanjutnya terdapat kotak tersendiri

yang digunakan untuk tempat menyimpan kartu pertanyaan, kartu penghargaan, dadu, pino dan kartu kesempatan. Pinobuma dapat digunakan secara individual maupun kelompok, minimal terdiri dari 2-4 orang atau 2-4 kelompok dengan setiap kelompok terdiri atas 2 anak. Permaianan ini dinyatakan selesai ketika salah satu pemain sudah menempati angka 24 pada papan Pinobuma.

Karya-karya tersebut mendapat respon positif dari para pengguna yang menjadi subyek uji coba mahasiswa. Bahkan ada sekolah yang mau membeli produk mereka dengan harga 1 juta rupiah. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas mahasiswa dalam mengembangkan model dan media pembelajaran SD diakui baik. Maka dengan percaya diri saya mengatakan kepada mahasiswa diakhir perkuliahan “Selamat datang Sang Pembaharu. Pendidikan akan lebih baik dengan hadirnya kalian.”

Ima Rochayati, anggita tim mahasiswa yang membuat Karophi mengatakan dirinya senang mendapat tugas liga inovasi. Timya mengalami proses pembelajaran yang banyak, mulai dari penemuan ide dengan mencari permasalahan yang ada di sekolah dasar, membuat media sampai mempresentasikannya. “Uji coba yang kami lakukan pada siswa dan guru SD, . ternyata media yang kami buat aplikatif dan memiliki kemanfaatan,” ujar Ima.

Perkuliahan Lainnya

Kelompok yang membuat meia Karophi sedang mempresentasikan media buatannya. Usai perkuliahan, mahasiswa memamerkan media-media pembelaharan inovatif buatannya.

Page 110: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)98 99Perkuliahan Lainnya

Oleh Dr Syamsidar Tanjung, Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Keterampilan informasi diperlukan bagi mahasiswa untuk mampu mengelola informasi. Setelah ikut pelatihan modul III USAID PRIORITAS, saya menerap-kan keterampilan informasi pada mata kuliah IPS untuk mahasiswa Semester II. Salah satu keterampilan sosial adalah keterampilan memeroleh informasi, yaitu 1) keterampilan mengobservasi, merumuskan masalah/pertanyaan, mencari informasi, menyeleksi infor-masi, dan menggunakan alat-alat tek-nologi serta 2) keterampilan mengor-ganisasi dan menggunakan informasi.

Pada proses perkuliahan, saya memberi mahasiswa tugas untuk meliput, mewawancarai, dan mencari informasi

mengenai program sosial di masyarakat. Salah satu yang menarik saya adalah kelompok mahasiswa yang mengambil tema “Rumah Jompo”.

Pada paparan presentasinya, beberapa temuan yang menarik yaitu para manula memiliki berbagai latar bela-kang memasuki rumah jompo antara lain a) karena tidak memiliki keluarga, b) tidak ingin merepotkan anak-anaknya; c) ingin mencari teman sebaya karena di rumah kesepian, dan yang paling menarik di antara para manula tersebut saling jatuh hati dan ada yang berjodoh, bahkan berpacaran. Kegiatan di rumah jompo tersebut juga tidak bukan hanya makan dan tidur, tetapi mereka disiapkan oleh pengelola yayasan untuk bertani, menganyam tikar, dan sebagainya.

Manfaat mahasiswa diberi tugas ke lapangan seperti ini sangat besar sekali. Pertama, memberi pengalaman untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan pendekatan yang sudah dipelajari sehingga mereka menerima informasinya dengan baik. Kedua, memberi pengalaman bahwa di masya-rakat, pandangan terhadap perlindu-ngan kepada orang tua berbagai macam bentuknya. Ketiga, memberi pengalaman tentang bagaimana memproses dan menginformasikan kembali data-data yang telah diterima menjadi sebuah deskripsi yang mena-rik untuk dibaca. Keempat mendapat pengalaman nyata di masyarakat ten-tang pandangan terhadap orang tua yang sudah tidak produktif lagi diperla-kukan dengan berbagai bentuk asuhan.

Pengalaman dari penugasan ini sangat melekat bagi mahasiswa terutama untuk penanaman karakter dan nilai-nilai moral, mahasiswa mendapat informasi dan pengalaman yang baru tentang rumah jompo yang selama ini mereka hanya mendengar saja.

Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS

Perkuliahan ini membuat mahasiswa menemukan pengalaman langsung di masyarakat, terampil berkomunikasi, terampil menggali informasi serta terampil menulis yang mereka dapat melalui wawancara. Dampaknya mahasiswa mempunyai pengalaman sendiri dengan apa yang ditemukannya, terampil menulis laporan dan memproses informasi menjadi sebuah

laporan, terampil menghadapi dan berkomunikasi dengan masyarakat, mereka sangat menyenangi apa yang telah dialaminya. Di bawah adalah bagan sistem pemrosesan informasi yang saya buat. Bagan itu digunakan untuk proses mengolah informasi yang diperoleh mahasiswa selama pengamatan dan kunjungan di rumah jompo, sebagai acuan untuk membuat laporannya.

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmila MPd, dosen PGSD IPS, juga menerapkan keterampilan informasi modul III USAID PRIORITAS dalam perkuliahan semester IV dengan mengambil topik bencana alam banjir. Di awal perkuliahan dia mengajak mahasiswa berdiskusi sejenak mengenai keterampilan informasi, menggali sejauh mana pengetahuan

Mahasiswa mempresentasikan temuannya ke rumah jompo yang divideokan untuk mendapat testimoni dari para manula yang tinggal di sana.

Perkuliahan Lainnya

Sistem Pemrosesan Informasi (Contoh tentang masalah rumah jompo)

Page 111: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)98 99Perkuliahan Lainnya

Oleh Dr Syamsidar Tanjung, Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Keterampilan informasi diperlukan bagi mahasiswa untuk mampu mengelola informasi. Setelah ikut pelatihan modul III USAID PRIORITAS, saya menerap-kan keterampilan informasi pada mata kuliah IPS untuk mahasiswa Semester II. Salah satu keterampilan sosial adalah keterampilan memeroleh informasi, yaitu 1) keterampilan mengobservasi, merumuskan masalah/pertanyaan, mencari informasi, menyeleksi infor-masi, dan menggunakan alat-alat tek-nologi serta 2) keterampilan mengor-ganisasi dan menggunakan informasi.

Pada proses perkuliahan, saya memberi mahasiswa tugas untuk meliput, mewawancarai, dan mencari informasi

mengenai program sosial di masyarakat. Salah satu yang menarik saya adalah kelompok mahasiswa yang mengambil tema “Rumah Jompo”.

Pada paparan presentasinya, beberapa temuan yang menarik yaitu para manula memiliki berbagai latar bela-kang memasuki rumah jompo antara lain a) karena tidak memiliki keluarga, b) tidak ingin merepotkan anak-anaknya; c) ingin mencari teman sebaya karena di rumah kesepian, dan yang paling menarik di antara para manula tersebut saling jatuh hati dan ada yang berjodoh, bahkan berpacaran. Kegiatan di rumah jompo tersebut juga tidak bukan hanya makan dan tidur, tetapi mereka disiapkan oleh pengelola yayasan untuk bertani, menganyam tikar, dan sebagainya.

Manfaat mahasiswa diberi tugas ke lapangan seperti ini sangat besar sekali. Pertama, memberi pengalaman untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan pendekatan yang sudah dipelajari sehingga mereka menerima informasinya dengan baik. Kedua, memberi pengalaman bahwa di masya-rakat, pandangan terhadap perlindu-ngan kepada orang tua berbagai macam bentuknya. Ketiga, memberi pengalaman tentang bagaimana memproses dan menginformasikan kembali data-data yang telah diterima menjadi sebuah deskripsi yang mena-rik untuk dibaca. Keempat mendapat pengalaman nyata di masyarakat ten-tang pandangan terhadap orang tua yang sudah tidak produktif lagi diperla-kukan dengan berbagai bentuk asuhan.

Pengalaman dari penugasan ini sangat melekat bagi mahasiswa terutama untuk penanaman karakter dan nilai-nilai moral, mahasiswa mendapat informasi dan pengalaman yang baru tentang rumah jompo yang selama ini mereka hanya mendengar saja.

Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS

Perkuliahan ini membuat mahasiswa menemukan pengalaman langsung di masyarakat, terampil berkomunikasi, terampil menggali informasi serta terampil menulis yang mereka dapat melalui wawancara. Dampaknya mahasiswa mempunyai pengalaman sendiri dengan apa yang ditemukannya, terampil menulis laporan dan memproses informasi menjadi sebuah

laporan, terampil menghadapi dan berkomunikasi dengan masyarakat, mereka sangat menyenangi apa yang telah dialaminya. Di bawah adalah bagan sistem pemrosesan informasi yang saya buat. Bagan itu digunakan untuk proses mengolah informasi yang diperoleh mahasiswa selama pengamatan dan kunjungan di rumah jompo, sebagai acuan untuk membuat laporannya.

Universitas Negeri Makassar - Ibu Widya Karmila MPd, dosen PGSD IPS, juga menerapkan keterampilan informasi modul III USAID PRIORITAS dalam perkuliahan semester IV dengan mengambil topik bencana alam banjir. Di awal perkuliahan dia mengajak mahasiswa berdiskusi sejenak mengenai keterampilan informasi, menggali sejauh mana pengetahuan

Mahasiswa mempresentasikan temuannya ke rumah jompo yang divideokan untuk mendapat testimoni dari para manula yang tinggal di sana.

Perkuliahan Lainnya

Sistem Pemrosesan Informasi (Contoh tentang masalah rumah jompo)

Page 112: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)100

mereka tentang topik tersebut. Setelah itu, mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok terdiri enam orang. Setiap kelompok diberikan tiga pertanyaan besar: mengapa terjadi banjir, apa akibat banjir, dan bagaimana mengatasi banjir. Kelompok membagi anggotanya untuk mencari jawabannya dengan mencari informasi di internet dan membaca buku di perpustakaan. Mereka juga mewancarai mahasiswa atau dosen yang pernah mengalami banjir.

Setelah terkumpul semua informasi, masing-masing kelompok membuat peta pikiran bencana banjir. peta pikiran berisi daftar penyebab banjir, akibat-akibat banjir, dan bagaimana mengatasi banjir. Peta pikiran tersebut dibuat di atas kertas karton dan kelompok bebas membuat modelnya.

Salah satu kelompok menulis kata penyebab banjir, dampak, dan cara mengatasi banjir ditulis besar dalam lingkaran, sedangkan daftar item turunannya ditulis kecil-kecil.

Setelah selesai membuat peta pikiran secara berkelompok, mahasiwa diminta membuat laporan individu berbentuk esay. Esay ini merupakan opini bagaimana cara mengatasi banjir yang paling efektif berdasarkan peta pikiran yang telah dibuat di kelompok.

Setelah selesai, peta pikiran dan esay yang dianggap terbaik di kelompok dipresentasikan di depan kelas. Selama presentasi, mahasiswa memperhatikan dan menanggapi.

Pada refleksi perkuliahan, Ibu Widya menanyakan, apa tantangan saat menerapkan kegiatan tersebut pada

siswa SMP? Kebanyakan mahasiswa menjawab, satu kali pertemuan tidak akan cukup untuk pelaksanaan pembelajaran ini dibutuhkan dua kali pertemuan untuk menyelesaikan semua tugas.

Keterampilan informasi yang baru dipelajari dan diterapkan dalam perkuliahan, menurut Rudi salah seorang mahasiswa, sangat penting. Dia bisa belajar mengolah data dan menjadi lebih baik dalam menulis esai berdasarkan kekuatan data. “Usulan solusi yang saya buat juga jadi lebih rasional,” katanya.

Mengadopsi Keterampilan Informasi Pada Perkuliahan IPS

101Perkuliahan Lainnya

Oleh Dzikra Hayati MPd Dosen FTK UIN Ar Raniry, Banda Aceh

Untuk memperoleh nilai akhir dari mata kuliah pembelajaran terpadu, mahasiswa ditugaskan merancang media dan penggunaannya dalam pembelajaran terpadu dengan menggunakan bahan bekas seperti kardus, stik es krim, kulit telur, pelepah rumbia, dan karton.

Setiap kelompok (empat mahasiswa perkelompok) diberi kesempatan untuk mengkreasi media pembelajaran serta standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajarannya. Ujian praktik ini bukan tanpa alasan, awalnya mahasiswa tidak tertantang sama sekali untuk membuat suatu kreasi atau inovasi baru pembelajaran dalam perkuliahan mereka. Mahasiswa cenderung mengikuti buku bacaan

Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas

yang bersifat monoton dan tanpa pengembangan. Sementara itu perkembangan pembelajaran di sekolah terus meningkat sesuai dengan kekinian yang dialami oleh siswa di sekolah. Dengan mewajibkan praktik perancangan pembelajaran media pembelajaran baru, maka mahasiswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam merancang media pembelajaran.

Setelah kelompok terbentuk, mahasiswa mulai menentukan dan mengumpulkan bahan bekas untuk merancang media. Selanjutnya mereka membuat tema media dan penggunaannya dalam pembelajaran.

Misalnya untuk media rumah-rumahan berbahan stik es krim digunakan membuat literasi atau puisi tentang rumah dan kehidupan sehari-hari di rumah (bahasa Indonesia), memahami lingkungan atau alam sekitar rumah,

pengaruhnya bagi manusia serta hubungannya dengan cara manusia melestarikan lingkungan (IPA), memahami kehidupan sosial di rumah dan bertetangga (IPS), memahami Geometri dan pengukuran (Matematika).

Selanjutnya mahasiswa merancang kompetensi dasar, indikator, materi, metode, kegiatan hingga evaluasi pembelajaran. Saat ujian mata kuliah, masing-masing kelompok mempresentasikan RPP terpadu mereka, sembari menjelaskan media pembelajaran hasil karya kelompok.

Model ujian seperti ini ternyata dapat mendorong daya kreatif mahasiswa dalam membuat inovasi-inovasi pembelajaran yang baru bagi siswa. Hal ini berguna saat mereka mulai melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sehingga ada sesuatu yang baru dapat mereka berikan kepada sekolah.

Aktivitas Pembelajaran Pembuatan Bingkai Foto menggunakan Stik Es Krim.

Perkuliahan Lainnya

Ibu Widya Karmila (keempat dari kiri) memperlihatkan hasil karya mahasiswa setelah menerapkan keterampilan informasi.

Page 113: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)100

mereka tentang topik tersebut. Setelah itu, mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok terdiri enam orang. Setiap kelompok diberikan tiga pertanyaan besar: mengapa terjadi banjir, apa akibat banjir, dan bagaimana mengatasi banjir. Kelompok membagi anggotanya untuk mencari jawabannya dengan mencari informasi di internet dan membaca buku di perpustakaan. Mereka juga mewancarai mahasiswa atau dosen yang pernah mengalami banjir.

Setelah terkumpul semua informasi, masing-masing kelompok membuat peta pikiran bencana banjir. peta pikiran berisi daftar penyebab banjir, akibat-akibat banjir, dan bagaimana mengatasi banjir. Peta pikiran tersebut dibuat di atas kertas karton dan kelompok bebas membuat modelnya.

Salah satu kelompok menulis kata penyebab banjir, dampak, dan cara mengatasi banjir ditulis besar dalam lingkaran, sedangkan daftar item turunannya ditulis kecil-kecil.

Setelah selesai membuat peta pikiran secara berkelompok, mahasiwa diminta membuat laporan individu berbentuk esay. Esay ini merupakan opini bagaimana cara mengatasi banjir yang paling efektif berdasarkan peta pikiran yang telah dibuat di kelompok.

Setelah selesai, peta pikiran dan esay yang dianggap terbaik di kelompok dipresentasikan di depan kelas. Selama presentasi, mahasiswa memperhatikan dan menanggapi.

Pada refleksi perkuliahan, Ibu Widya menanyakan, apa tantangan saat menerapkan kegiatan tersebut pada

siswa SMP? Kebanyakan mahasiswa menjawab, satu kali pertemuan tidak akan cukup untuk pelaksanaan pembelajaran ini dibutuhkan dua kali pertemuan untuk menyelesaikan semua tugas.

Keterampilan informasi yang baru dipelajari dan diterapkan dalam perkuliahan, menurut Rudi salah seorang mahasiswa, sangat penting. Dia bisa belajar mengolah data dan menjadi lebih baik dalam menulis esai berdasarkan kekuatan data. “Usulan solusi yang saya buat juga jadi lebih rasional,” katanya.

Mengadopsi Keterampilan Informasi Pada Perkuliahan IPS

101Perkuliahan Lainnya

Oleh Dzikra Hayati MPd Dosen FTK UIN Ar Raniry, Banda Aceh

Untuk memperoleh nilai akhir dari mata kuliah pembelajaran terpadu, mahasiswa ditugaskan merancang media dan penggunaannya dalam pembelajaran terpadu dengan menggunakan bahan bekas seperti kardus, stik es krim, kulit telur, pelepah rumbia, dan karton.

Setiap kelompok (empat mahasiswa perkelompok) diberi kesempatan untuk mengkreasi media pembelajaran serta standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajarannya. Ujian praktik ini bukan tanpa alasan, awalnya mahasiswa tidak tertantang sama sekali untuk membuat suatu kreasi atau inovasi baru pembelajaran dalam perkuliahan mereka. Mahasiswa cenderung mengikuti buku bacaan

Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas

yang bersifat monoton dan tanpa pengembangan. Sementara itu perkembangan pembelajaran di sekolah terus meningkat sesuai dengan kekinian yang dialami oleh siswa di sekolah. Dengan mewajibkan praktik perancangan pembelajaran media pembelajaran baru, maka mahasiswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam merancang media pembelajaran.

Setelah kelompok terbentuk, mahasiswa mulai menentukan dan mengumpulkan bahan bekas untuk merancang media. Selanjutnya mereka membuat tema media dan penggunaannya dalam pembelajaran.

Misalnya untuk media rumah-rumahan berbahan stik es krim digunakan membuat literasi atau puisi tentang rumah dan kehidupan sehari-hari di rumah (bahasa Indonesia), memahami lingkungan atau alam sekitar rumah,

pengaruhnya bagi manusia serta hubungannya dengan cara manusia melestarikan lingkungan (IPA), memahami kehidupan sosial di rumah dan bertetangga (IPS), memahami Geometri dan pengukuran (Matematika).

Selanjutnya mahasiswa merancang kompetensi dasar, indikator, materi, metode, kegiatan hingga evaluasi pembelajaran. Saat ujian mata kuliah, masing-masing kelompok mempresentasikan RPP terpadu mereka, sembari menjelaskan media pembelajaran hasil karya kelompok.

Model ujian seperti ini ternyata dapat mendorong daya kreatif mahasiswa dalam membuat inovasi-inovasi pembelajaran yang baru bagi siswa. Hal ini berguna saat mereka mulai melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sehingga ada sesuatu yang baru dapat mereka berikan kepada sekolah.

Aktivitas Pembelajaran Pembuatan Bingkai Foto menggunakan Stik Es Krim.

Perkuliahan Lainnya

Ibu Widya Karmila (keempat dari kiri) memperlihatkan hasil karya mahasiswa setelah menerapkan keterampilan informasi.

Page 114: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Tidak hanya pada mata kuliah seperti IPS, IPA, matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, kerja sama USAID PRIORITAS dengan LPTK seperti UIN Alauddin Makassar, dalam menerapkan pembelajaran aktif juga diadopsi dalam mata kuliah bidang keagamaan.

“Selama ini perkuliahan agama sangat kuat metode ceramahnya. Program USAID PRIORITAS berdampak besar

dalam mengubah pola tersebut. Dengan pembelajaran aktif mahasiswa lebih mudah memahami materi agama, dan memudahkan kami dalam mengajar,” kata Bapak Dr M Shabir U, dosen fiqih UIN Alauddin Makassar.

Salah satu adopsi tersebut adalah pada praktik penyelenggaraan jenazah. Sebelumnya, perkuliahan ini hanya bersifat menghafal dan mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan

untuk menangani muslim yang meninggal. Bahkan para mahasiswa banyak yang belum mengetahui bagaimana sholat jenazah sekalipun. “Pembelajaran aktif telah mendorong dosen-dosen di Jurusan Fiqih untuk menjadikan perkuliahan lebih bersifat praktik dan kontekstual sehingga mahasiswa terampil dalam implementasinya, seperti melakukan penyelenggaraan pengurusan jenazah dan tidak sekedar teori,” ujarnya.

Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif

Mahasiswa sedang bersiap-siap melakukan praktik memandikan jenazah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)102

Untuk melakukannya, para mahasiswa yang berjumlah 38 orang dibagi menjadi 5 kelompok. Namun kelompok tersebut juga dibagi berdasarkan kegiatan, misal untuk memandikan jenazah dibagi lagi dua, yaitu kelompok memandikan mayat perempuan dan mayat laki-laki. Demikian juga kelompok mengkafani: kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok lain, tergabung dalam kelompok menyolatkan jenazah.

Tugas pertama kelompok, yang dikerjakan sebagai pekerjaan rumah adalah mencari bahan referensi, membuat laporan pendek mengenai dalil, tahap-tahap, atau tertib pengurusan jenazah, adab-adabnya, dan lain-lain. Mereka juga mempersiapkan semua bahan yang diperlukan untuk melakukan praktik. Pada pertemuan di kelas, mahasiswa diminta melapor-kan referensi secara singkat dan mendiskusikan temuan mereka.

Kelompok kemudian ke luar ruangan dan melakukan semua kegiatan praktik penyelenggaraan pengurusan jenazah sambil membawa bahan yang sudah disediakan: boneka, kain kafan, sabun, gunting, ember atau timba. Setiap kelompok bergilir melakukan praktik, mulai kelompok memandikan jenazah, mengkafani dan kemudian menyolatkan.

Kelompok yang sudah atau belum selesai memperhatikan kelompok yang sedang melakukan praktik dan

mencatat hal-hal yang menurut mereka bisa dijadikan bahan masukan dan pertanyaan.

Selama proses tersebut, dosen mengamati keaktifan mahasiswa, pembagian tugas, dan kerjasama kelompok.

Setelah selesai berpraktik. Kelompok observasi mempresentasikan hasil observasinya terhadap kelompok lain, misal mengenai cara membasuh, cara mengkafani yang lebih efektif,

penutupan aurat, dan lain-lain. Dosen menutup dengan memberi penguatan.

Menurut Nur Asmiati, dengan praktik langsung, ia mengetahui bagaimana penyelenggaran pengurusan jenazah dengan baik.

“Kalau saya pulang kampung di Bima, saya bisa aktif terlibat dalam penyelenggaran pengurusan jenazah. Selama ini hanya melihat-lihat,” katanya.

Mahasiswa praktik menyolati jenazah.

103Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Page 115: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Tidak hanya pada mata kuliah seperti IPS, IPA, matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, kerja sama USAID PRIORITAS dengan LPTK seperti UIN Alauddin Makassar, dalam menerapkan pembelajaran aktif juga diadopsi dalam mata kuliah bidang keagamaan.

“Selama ini perkuliahan agama sangat kuat metode ceramahnya. Program USAID PRIORITAS berdampak besar

dalam mengubah pola tersebut. Dengan pembelajaran aktif mahasiswa lebih mudah memahami materi agama, dan memudahkan kami dalam mengajar,” kata Bapak Dr M Shabir U, dosen fiqih UIN Alauddin Makassar.

Salah satu adopsi tersebut adalah pada praktik penyelenggaraan jenazah. Sebelumnya, perkuliahan ini hanya bersifat menghafal dan mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan

untuk menangani muslim yang meninggal. Bahkan para mahasiswa banyak yang belum mengetahui bagaimana sholat jenazah sekalipun. “Pembelajaran aktif telah mendorong dosen-dosen di Jurusan Fiqih untuk menjadikan perkuliahan lebih bersifat praktik dan kontekstual sehingga mahasiswa terampil dalam implementasinya, seperti melakukan penyelenggaraan pengurusan jenazah dan tidak sekedar teori,” ujarnya.

Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif

Mahasiswa sedang bersiap-siap melakukan praktik memandikan jenazah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)102

Untuk melakukannya, para mahasiswa yang berjumlah 38 orang dibagi menjadi 5 kelompok. Namun kelompok tersebut juga dibagi berdasarkan kegiatan, misal untuk memandikan jenazah dibagi lagi dua, yaitu kelompok memandikan mayat perempuan dan mayat laki-laki. Demikian juga kelompok mengkafani: kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok lain, tergabung dalam kelompok menyolatkan jenazah.

Tugas pertama kelompok, yang dikerjakan sebagai pekerjaan rumah adalah mencari bahan referensi, membuat laporan pendek mengenai dalil, tahap-tahap, atau tertib pengurusan jenazah, adab-adabnya, dan lain-lain. Mereka juga mempersiapkan semua bahan yang diperlukan untuk melakukan praktik. Pada pertemuan di kelas, mahasiswa diminta melapor-kan referensi secara singkat dan mendiskusikan temuan mereka.

Kelompok kemudian ke luar ruangan dan melakukan semua kegiatan praktik penyelenggaraan pengurusan jenazah sambil membawa bahan yang sudah disediakan: boneka, kain kafan, sabun, gunting, ember atau timba. Setiap kelompok bergilir melakukan praktik, mulai kelompok memandikan jenazah, mengkafani dan kemudian menyolatkan.

Kelompok yang sudah atau belum selesai memperhatikan kelompok yang sedang melakukan praktik dan

mencatat hal-hal yang menurut mereka bisa dijadikan bahan masukan dan pertanyaan.

Selama proses tersebut, dosen mengamati keaktifan mahasiswa, pembagian tugas, dan kerjasama kelompok.

Setelah selesai berpraktik. Kelompok observasi mempresentasikan hasil observasinya terhadap kelompok lain, misal mengenai cara membasuh, cara mengkafani yang lebih efektif,

penutupan aurat, dan lain-lain. Dosen menutup dengan memberi penguatan.

Menurut Nur Asmiati, dengan praktik langsung, ia mengetahui bagaimana penyelenggaran pengurusan jenazah dengan baik.

“Kalau saya pulang kampung di Bima, saya bisa aktif terlibat dalam penyelenggaran pengurusan jenazah. Selama ini hanya melihat-lihat,” katanya.

Mahasiswa praktik menyolati jenazah.

103Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Page 116: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten - Kemampuan untuk mengetahui, menganalisa dan mengembangkan kurikulum sangat penting dilakukan mahasiswa. Hanya saja masih jamak dijumpai mereka yang sudah terlanjur jadi guru mereka belum bisa mengembangkan materi ajar dengan baik.

Untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan kurikulum di LPTK, Bapak Dr Naf'an Tarihoran, dosen pengembangan kurikulum bahasa Inggris, Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SMH menerapkan peta konsep dalam perkuliahan. Teknik ini diharapkan memotivasi mahasiswa dalam mengetahui dan mengembang-

kan kurikulum. Selain itu, mengingat luas materi mata kuliah tersebut, dengan menerapkan peta konsep, mahasiswa labih mudah mememahami, menghubungkan dan mendesain model baru dalam materi pembalajaran bahasa Inggris yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Secara singkat, peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep yaitu keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran, yang dihubungkan dengan suatu kata penghubung sehingga membentuk suatu proposisi. Karena itu, peta

konsep akan mendorong peserta didik menghubungkan konsep-konsep selama belajar, sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna. Peta konsep ini aslinya dikembangkan oleh Ahli Psikologi Tony Buzan sekitar tahun 70-an.

Dalam perkuliahan di kelas, langkah pembelajaran dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal, dijelaskan tentang silabus mata kuliah dalam bentuk peta konsep yang dilanjutkan dengan manfaat penggunaan peta konsep. Tahap kedua, dosen memberikan satu topik dengan penjelasan cara membuat peta konsep dan diikuti dengan praktik membuat peta kosep berdasarkan topik-topik mata kuliah.

Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum

Dengan membuat peta konsep dalam mata kuliah pengembangan kurikulum, mahasiswa menjadi lebih mudah memahami dan mengingat materi perkuliahan.

Tahap ketiga, mahasiswa membuat peta konsep berupa ringkasan dari setiap pertemuan, misalnya mahasiswa membuat mahasiswa membuat sejarah perkembangan kurikulum din Indonesia, ada juga yang membuat peta konsep tentang kriteria materi ajar dan lain-lain.

Langkah-langkah pembuatan peta konsep yang dibuat mahasiswa sebagai berikut:

1. Tema utama diletakkan di tengah-tengah. Karena yang sedang mempelajari Pengembangan Kurikulum, maka tema utamanya adalah Kurikulum.

2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama. Dari tema utama Kurikulum, tema-tema turunannya terdiri dari: Sejarah Kurikulum, Prinsip Kuriklum, Cara Pengembangan Kurikulum, dll.

3. Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol. Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Dalam mendesain peta konsep, sebaiknya menggunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan di antara tema-tema turunan tersebut. Pola-pola

hubungan ini akan membantu memahami topik yang sedang kita baca. Peta pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera, akan jauh lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang miskin warna.

4. Buat peta pikiran dikertas polos dan hilangkan proses edit. Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi peta pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila terlalu dini melakukan modifikasi, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang dipelajari.

5. Gunakan huruf besar. Menggunakan Huruf besar akan mendorong mahasiswa untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di peta pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.

6. Sisakan ruangan untuk penambahan tema. Peta konsep yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu.

Setelah menggambar peta konsep versi pertama, biasanya mahasiswa akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas peta kosep untuk penambahan tema. Untuk bahan-bahan yang digunakan, mahasiswa sudah menyiapkan masing-masing dalam setiap kelompok. Biasanya untuk mendisain peta konsep tidak cukup waktu untuk satu kali pertemuan, maka pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan di luar pembelajaran.

Tahap terakhir, mahasiswa melakukan unjuk karya dengan mempresentasikan hasil desain peta konsep masing-masing dengan memajang produk mereka, dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. “Mahasiswa dapat mengembangkan pikiran dan meningkatkan daya ingat karena informasi yang tersusun dari tema utama dengan menyertakan gambar, simbol, warna dan teks yang beragam, bisa memaksimalkan potensi dan kapasitas otak secara efektif dan efisien,” kata Pak Naf'an lagi.

Menurut Siti Mila, mahasiswi yang ikut perkuliahan ini belajar rasanya sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Fahny, mahasiswi lainnya mengatakan, “Belajar menggunakan peta konsep membuat kita mudah mengingat materinya dan gampang menghubungkan satu topik dengan topik lainnya,” katanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)104 105Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Page 117: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten - Kemampuan untuk mengetahui, menganalisa dan mengembangkan kurikulum sangat penting dilakukan mahasiswa. Hanya saja masih jamak dijumpai mereka yang sudah terlanjur jadi guru mereka belum bisa mengembangkan materi ajar dengan baik.

Untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan kurikulum di LPTK, Bapak Dr Naf'an Tarihoran, dosen pengembangan kurikulum bahasa Inggris, Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SMH menerapkan peta konsep dalam perkuliahan. Teknik ini diharapkan memotivasi mahasiswa dalam mengetahui dan mengembang-

kan kurikulum. Selain itu, mengingat luas materi mata kuliah tersebut, dengan menerapkan peta konsep, mahasiswa labih mudah mememahami, menghubungkan dan mendesain model baru dalam materi pembalajaran bahasa Inggris yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Secara singkat, peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep yaitu keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran, yang dihubungkan dengan suatu kata penghubung sehingga membentuk suatu proposisi. Karena itu, peta

konsep akan mendorong peserta didik menghubungkan konsep-konsep selama belajar, sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna. Peta konsep ini aslinya dikembangkan oleh Ahli Psikologi Tony Buzan sekitar tahun 70-an.

Dalam perkuliahan di kelas, langkah pembelajaran dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal, dijelaskan tentang silabus mata kuliah dalam bentuk peta konsep yang dilanjutkan dengan manfaat penggunaan peta konsep. Tahap kedua, dosen memberikan satu topik dengan penjelasan cara membuat peta konsep dan diikuti dengan praktik membuat peta kosep berdasarkan topik-topik mata kuliah.

Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum

Dengan membuat peta konsep dalam mata kuliah pengembangan kurikulum, mahasiswa menjadi lebih mudah memahami dan mengingat materi perkuliahan.

Tahap ketiga, mahasiswa membuat peta konsep berupa ringkasan dari setiap pertemuan, misalnya mahasiswa membuat mahasiswa membuat sejarah perkembangan kurikulum din Indonesia, ada juga yang membuat peta konsep tentang kriteria materi ajar dan lain-lain.

Langkah-langkah pembuatan peta konsep yang dibuat mahasiswa sebagai berikut:

1. Tema utama diletakkan di tengah-tengah. Karena yang sedang mempelajari Pengembangan Kurikulum, maka tema utamanya adalah Kurikulum.

2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama. Dari tema utama Kurikulum, tema-tema turunannya terdiri dari: Sejarah Kurikulum, Prinsip Kuriklum, Cara Pengembangan Kurikulum, dll.

3. Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol. Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Dalam mendesain peta konsep, sebaiknya menggunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan di antara tema-tema turunan tersebut. Pola-pola

hubungan ini akan membantu memahami topik yang sedang kita baca. Peta pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera, akan jauh lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang miskin warna.

4. Buat peta pikiran dikertas polos dan hilangkan proses edit. Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi peta pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila terlalu dini melakukan modifikasi, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang dipelajari.

5. Gunakan huruf besar. Menggunakan Huruf besar akan mendorong mahasiswa untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di peta pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.

6. Sisakan ruangan untuk penambahan tema. Peta konsep yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu.

Setelah menggambar peta konsep versi pertama, biasanya mahasiswa akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas peta kosep untuk penambahan tema. Untuk bahan-bahan yang digunakan, mahasiswa sudah menyiapkan masing-masing dalam setiap kelompok. Biasanya untuk mendisain peta konsep tidak cukup waktu untuk satu kali pertemuan, maka pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan di luar pembelajaran.

Tahap terakhir, mahasiswa melakukan unjuk karya dengan mempresentasikan hasil desain peta konsep masing-masing dengan memajang produk mereka, dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. “Mahasiswa dapat mengembangkan pikiran dan meningkatkan daya ingat karena informasi yang tersusun dari tema utama dengan menyertakan gambar, simbol, warna dan teks yang beragam, bisa memaksimalkan potensi dan kapasitas otak secara efektif dan efisien,” kata Pak Naf'an lagi.

Menurut Siti Mila, mahasiswi yang ikut perkuliahan ini belajar rasanya sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Fahny, mahasiswi lainnya mengatakan, “Belajar menggunakan peta konsep membuat kita mudah mengingat materinya dan gampang menghubungkan satu topik dengan topik lainnya,” katanya.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)104 105Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Page 118: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr Dede Rohaniawati Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Dilihat dari enam aspek Taksonomi Bloom (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi), tingkat berpikir mahasiswa semester IV, Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sudah cukup memadai. Saat berdiskusi, mahasiswa tampak dapat mengingat dan memahami teori, menganalisis permasalahan dengan mengorganisasi masalah, mengajukan beberapa pertanyaan, dan menemukan solusi. Tetapi dalam menerapkan,

mengevaluasi, dan mengkreasi objek permasalahan, masih belum memuaskan. Kemampuan berpikir hanya tampak pada sebagian kecil mahasiswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar hanya diam dan kurang responsif. Untuk mengatasi masalah ini, saya menerapkan PAKEM pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru.

Usai apersepi ihwal teori kepribadian Psikoanalisis, saya membagi mahasiswa dalam tiga kelompok dan memberikan tugas mendiskusikan dan menuliskan sejarah kehidupan tokoh-tokoh Psikoanalisis, pokok pemikirannya, implikasi teori terhadap kepribadian

seseorang. Setiap kelompok memiliki perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi tersebut. Saya dan mahasiswa mengakhiri sesi dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Untuk evaluasi, saya membagikan soal terkait materi tersebut dengan model soal esai berdasarkan taksonomi Bloom. Berikut adalah penugasan yang diberikan kepada mahasiswa:

1. Sebutkan pokok-pokok pemikiran Sigmund Freud! (Mengingat)

2. Sebutkan tokoh-tokoh yang mengembangkan teori psikoanalisa! (Mengingat)

3. Jelaskan struktur kepribadian menurut Carl Gustav Jung! (Memahami)

4. Pilihlah salah satu dari temanmu (sebutkan namanya), apakah ia termasuk introvert/ekstrovert? Jelaskan alasanmu! (Menerapkan)

5. Jelaskan apa perbedaan teori Sigmund Freud dan Erik Erikson terkait! (Menganalisis)

6. Manfaat apa yang Anda dapat setelah mempelajari tahap-tahap perkembangan Sigmund Freud (tahap oral, anal, phallik,latensi, genital)! (Mengevaluasi)

7. Tulislah salah satu fenomena di sekitarmu yang termasuk pada penyimpangan kepribadian!

PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)106

a. Analisis penyebab penyimpangan tersebut dari pandanga teori Sigmund Freud/ Carl Gustav Jung/ Erik Erikson!

b. Jelaskan solusi apa yang tepat untuk menyembuhkannya! (Mengkreasi)

Saya meminta teman sejawat dosen Bimbingan Konseling (BK) untuk melakukan pengamatan perkuliahan.

Menurut catatan amatannya, dosen kurang aktif memperhatikan sebagian kelompok dan kurang aktif memberikan arahan terhadap kesulitan kelompok. Dari 11 aspek yang diamati, hanya muncul 9 aspek. Pendek kata, aktivitas saya dalam pembelajaran dengan pendekatan PAKEM tergolong sangat tinggi (82%). Sementara itu, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran terbilang sangat baik (90%), karena dari 10 aspek yang diamati hanya satu aspek yang tidak terlaksana, yakni mahasiswa tidak menggunakan alat/media ketika mempresentasikan hasil diskusi.

Sebagai tindak lanjut, saya harus lebih mengeksplor pemahaman mahasiswa dengan berbagai cara yang menarik, menanya langsung mahasiswa yang tidak ikut berpartisipasi, dan berkunjung ke setiap kelompok yang sedang melakukan diskusi.

Setelah merevisi rencana perkuliahan, saya melakukan kembali proses perkuliahan berbasis PAKEM. Usai

apersepsi mengenai teori kepribadian Behavioristik, saya memberi penjela-san mengenai teori kepribadian Behavioristik. Lalu mahasiswa membagi diri ke dalam tiga kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan dan menuliskan sejarah perkembangan Behavioristik, pokok pemikiran Behavioristik, dan implikasi teori terhadap kepribadian seseorang. Perwakilan kelompok mempresentasi-kan hasil diskusinya sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya. Kegiatan ini berlangsung selama 45 menit. Proses perkuliahan diakhiri dengan penyimpulan materi dan tes esai berdasar taksonomi Bloom.

Rekan pengamat menyebut ada 10 dari 11 kriteria kinerja dosen, sehingga aktivitas dosen mencapai 91%. Adapun aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan penerapan PAKEM tergolong sangat tinggi, yakni mencapai 100%, karena 10 dari 10 aspek muncul semuanya. Refleksi siklus dua kemudian pembelajaran dapat dikolaborasikan dengan pendekatan pembelajaran model lain agar lebih bervariasi lagi. Saya perlu mengeskplor pemahaman mahasiswa lebih dalam lagi.

Pada pertemuan ketiga, apersepi dilakukan dengan melontarkan beberapa pertanyaan mengenai teori kepribadian Kognitif. Saya kemudian memberikan pengantar mengenai teori kepribadian Kognitif. Mahasiswa

kembali membagi diri ke dalam tiga kelompok dan setiap kelompok mendiskusikan sejarah kehidupan tokoh-tokoh teori kognitif, pokok pemikiran kognitif, implikasi teori terhadap kepribadian seseorang. Presentasi hasil diskusi dilakukan oleh perwakilan kelompok dan kelompok merespon. Saya dan mahasiswa menyimpulkan materi dan mahasiswa menjawab soal esai untuk evaluasi perkuliahan.

Selepas pertemuan ketiga, rekan pengamat mendapatkan 11 dari 11 aspek aktivitas dosen dan 10 dari 10 aspek aktivitas mahasiswa. Ini berarti, kinerja saya dan mahasiswa mencapai 100% dan tergolong sangat baik.

Keterampilan berpikir mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepriba-dian Guru dengan menggunakan pen-dekatan PAKEM ternyata mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Persentase keterampilan berpikir mahasiswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM pada pertemuan satu berada pada kategori baik dengan perolehan nilai rata-rata 75 dengan ketuntasan klasikal 80%.

Pada pertemuan dua, nilai rata-rata mahasiswa sebesar 73 berada pada kategori baik, dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Peningkatan yang signifikan terjadi pada pertemuan tiga. Diperoleh nilai rata-rata mahasiswa sebesar 89 yang berarti berada pada kategori amat baik dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 100%.

107Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Dengan membuat peta konsep dalam mata kuliah pengembangan kurikulum, mahasiswa menjadi lebih mudah memahami dan mengingat materi perkuliahan.

Page 119: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr Dede Rohaniawati Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Dilihat dari enam aspek Taksonomi Bloom (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi), tingkat berpikir mahasiswa semester IV, Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sudah cukup memadai. Saat berdiskusi, mahasiswa tampak dapat mengingat dan memahami teori, menganalisis permasalahan dengan mengorganisasi masalah, mengajukan beberapa pertanyaan, dan menemukan solusi. Tetapi dalam menerapkan,

mengevaluasi, dan mengkreasi objek permasalahan, masih belum memuaskan. Kemampuan berpikir hanya tampak pada sebagian kecil mahasiswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar hanya diam dan kurang responsif. Untuk mengatasi masalah ini, saya menerapkan PAKEM pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru.

Usai apersepi ihwal teori kepribadian Psikoanalisis, saya membagi mahasiswa dalam tiga kelompok dan memberikan tugas mendiskusikan dan menuliskan sejarah kehidupan tokoh-tokoh Psikoanalisis, pokok pemikirannya, implikasi teori terhadap kepribadian

seseorang. Setiap kelompok memiliki perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi tersebut. Saya dan mahasiswa mengakhiri sesi dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Untuk evaluasi, saya membagikan soal terkait materi tersebut dengan model soal esai berdasarkan taksonomi Bloom. Berikut adalah penugasan yang diberikan kepada mahasiswa:

1. Sebutkan pokok-pokok pemikiran Sigmund Freud! (Mengingat)

2. Sebutkan tokoh-tokoh yang mengembangkan teori psikoanalisa! (Mengingat)

3. Jelaskan struktur kepribadian menurut Carl Gustav Jung! (Memahami)

4. Pilihlah salah satu dari temanmu (sebutkan namanya), apakah ia termasuk introvert/ekstrovert? Jelaskan alasanmu! (Menerapkan)

5. Jelaskan apa perbedaan teori Sigmund Freud dan Erik Erikson terkait! (Menganalisis)

6. Manfaat apa yang Anda dapat setelah mempelajari tahap-tahap perkembangan Sigmund Freud (tahap oral, anal, phallik,latensi, genital)! (Mengevaluasi)

7. Tulislah salah satu fenomena di sekitarmu yang termasuk pada penyimpangan kepribadian!

PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)106

a. Analisis penyebab penyimpangan tersebut dari pandanga teori Sigmund Freud/ Carl Gustav Jung/ Erik Erikson!

b. Jelaskan solusi apa yang tepat untuk menyembuhkannya! (Mengkreasi)

Saya meminta teman sejawat dosen Bimbingan Konseling (BK) untuk melakukan pengamatan perkuliahan.

Menurut catatan amatannya, dosen kurang aktif memperhatikan sebagian kelompok dan kurang aktif memberikan arahan terhadap kesulitan kelompok. Dari 11 aspek yang diamati, hanya muncul 9 aspek. Pendek kata, aktivitas saya dalam pembelajaran dengan pendekatan PAKEM tergolong sangat tinggi (82%). Sementara itu, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran terbilang sangat baik (90%), karena dari 10 aspek yang diamati hanya satu aspek yang tidak terlaksana, yakni mahasiswa tidak menggunakan alat/media ketika mempresentasikan hasil diskusi.

Sebagai tindak lanjut, saya harus lebih mengeksplor pemahaman mahasiswa dengan berbagai cara yang menarik, menanya langsung mahasiswa yang tidak ikut berpartisipasi, dan berkunjung ke setiap kelompok yang sedang melakukan diskusi.

Setelah merevisi rencana perkuliahan, saya melakukan kembali proses perkuliahan berbasis PAKEM. Usai

apersepsi mengenai teori kepribadian Behavioristik, saya memberi penjela-san mengenai teori kepribadian Behavioristik. Lalu mahasiswa membagi diri ke dalam tiga kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan dan menuliskan sejarah perkembangan Behavioristik, pokok pemikiran Behavioristik, dan implikasi teori terhadap kepribadian seseorang. Perwakilan kelompok mempresentasi-kan hasil diskusinya sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya. Kegiatan ini berlangsung selama 45 menit. Proses perkuliahan diakhiri dengan penyimpulan materi dan tes esai berdasar taksonomi Bloom.

Rekan pengamat menyebut ada 10 dari 11 kriteria kinerja dosen, sehingga aktivitas dosen mencapai 91%. Adapun aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan penerapan PAKEM tergolong sangat tinggi, yakni mencapai 100%, karena 10 dari 10 aspek muncul semuanya. Refleksi siklus dua kemudian pembelajaran dapat dikolaborasikan dengan pendekatan pembelajaran model lain agar lebih bervariasi lagi. Saya perlu mengeskplor pemahaman mahasiswa lebih dalam lagi.

Pada pertemuan ketiga, apersepi dilakukan dengan melontarkan beberapa pertanyaan mengenai teori kepribadian Kognitif. Saya kemudian memberikan pengantar mengenai teori kepribadian Kognitif. Mahasiswa

kembali membagi diri ke dalam tiga kelompok dan setiap kelompok mendiskusikan sejarah kehidupan tokoh-tokoh teori kognitif, pokok pemikiran kognitif, implikasi teori terhadap kepribadian seseorang. Presentasi hasil diskusi dilakukan oleh perwakilan kelompok dan kelompok merespon. Saya dan mahasiswa menyimpulkan materi dan mahasiswa menjawab soal esai untuk evaluasi perkuliahan.

Selepas pertemuan ketiga, rekan pengamat mendapatkan 11 dari 11 aspek aktivitas dosen dan 10 dari 10 aspek aktivitas mahasiswa. Ini berarti, kinerja saya dan mahasiswa mencapai 100% dan tergolong sangat baik.

Keterampilan berpikir mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepriba-dian Guru dengan menggunakan pen-dekatan PAKEM ternyata mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Persentase keterampilan berpikir mahasiswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM pada pertemuan satu berada pada kategori baik dengan perolehan nilai rata-rata 75 dengan ketuntasan klasikal 80%.

Pada pertemuan dua, nilai rata-rata mahasiswa sebesar 73 berada pada kategori baik, dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Peningkatan yang signifikan terjadi pada pertemuan tiga. Diperoleh nilai rata-rata mahasiswa sebesar 89 yang berarti berada pada kategori amat baik dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 100%.

107Perkuliahan Lainnya

Perkuliahan Lainnya

Dengan membuat peta konsep dalam mata kuliah pengembangan kurikulum, mahasiswa menjadi lebih mudah memahami dan mengingat materi perkuliahan.

Page 120: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

INTEGRASI LPTK-SEKOLAH

PRAKTIK YANG BAIK DALAM

USAID PRIORITAS memfasilitasi integrasi LPTK dan sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

sehingga sekolah menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa calon guru. Beberapa program yang dilaksanakan yaitu

penelitian tindakan kelas kolaborasi antara guru dan dosen, pelatihan dan pendampingan sekolah mitra LPTK oleh dosen,

serta peningkatan kualitas program praktik pengalaman lapangan.

Petikan

Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program USAID PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi.

Prof Dr Warsono, Rektor Universitas Negeri Surabaya(USAID PRIORITAS Latih 95 Dosen Kampus Pencetak Guru - ANTARA, 28 April 2016)

“”

UIN SU siap mendukung program pengembangkan madrasah. Itu karena UIN SU memiliki sumberdaya manusia terampil dan metodologi mumpuni yang bisa

dimanfaatkan madrasah.Saya meyakini Kolaborasi UIN SU, madrasah dan USAID PRIORITAS bisa meningkatkan mutu madrasah.

Rektor Universitas Negeri Islam Sumatera Utara, Prof Dr Saidurrahman(Kemenag RI Gandeng USAID PRIORITAS - Harian Berita Sore, 13 Oktober 2016)”

USAID PRIORITAS membelajarkan literasi di MI sejak awal, kenapa? Karena membaca itu penting, menulis juga penting. Apalagi mampu merefleksikan apa yang sudah dibaca dan dilakukannya dalam pembelajaran atau sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Banyak orang yang kesulitan menulis karena kemampuan membaca mereka

kurang maksimal. Baik dalam tanda baca, pelafalan, merangkum atau memahami bacaan. Target akhirnya adalah siswa mampu mengembangkan apa yang dibaca dan dilakukan dalam pembelajaran. Itulah yang disebut sebagai kemampuan literasi.

Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Dr Muhibbin(USAID PRIORITAS Hibahkan Buku Dukung Gerakan Literasi - www.walisongo.ac.id,

21 Maret 2016)

” USAID telah menginspirasi para dosen menyiapkan calon pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu mempraktikkan pembelajaran aktif dan manajemen kreatif. Pada gilirannya, para mahasiswa diharapkan mampu melakukan inovasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif untuk mewujudkan kultur yang kondusif bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang produktif.

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof Furqon PhD(Dampak Program USAID PRIORITAS di LPTK - www.siapbelajar.com, 19 Januari 2017)

Page 121: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

INTEGRASI LPTK-SEKOLAH

PRAKTIK YANG BAIK DALAM

USAID PRIORITAS memfasilitasi integrasi LPTK dan sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

sehingga sekolah menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa calon guru. Beberapa program yang dilaksanakan yaitu

penelitian tindakan kelas kolaborasi antara guru dan dosen, pelatihan dan pendampingan sekolah mitra LPTK oleh dosen,

serta peningkatan kualitas program praktik pengalaman lapangan.

Petikan

Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program USAID PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi.

Prof Dr Warsono, Rektor Universitas Negeri Surabaya(USAID PRIORITAS Latih 95 Dosen Kampus Pencetak Guru - ANTARA, 28 April 2016)

“”

UIN SU siap mendukung program pengembangkan madrasah. Itu karena UIN SU memiliki sumberdaya manusia terampil dan metodologi mumpuni yang bisa

dimanfaatkan madrasah.Saya meyakini Kolaborasi UIN SU, madrasah dan USAID PRIORITAS bisa meningkatkan mutu madrasah.

Rektor Universitas Negeri Islam Sumatera Utara, Prof Dr Saidurrahman(Kemenag RI Gandeng USAID PRIORITAS - Harian Berita Sore, 13 Oktober 2016)”

USAID PRIORITAS membelajarkan literasi di MI sejak awal, kenapa? Karena membaca itu penting, menulis juga penting. Apalagi mampu merefleksikan apa yang sudah dibaca dan dilakukannya dalam pembelajaran atau sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Banyak orang yang kesulitan menulis karena kemampuan membaca mereka

kurang maksimal. Baik dalam tanda baca, pelafalan, merangkum atau memahami bacaan. Target akhirnya adalah siswa mampu mengembangkan apa yang dibaca dan dilakukan dalam pembelajaran. Itulah yang disebut sebagai kemampuan literasi.

Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Dr Muhibbin(USAID PRIORITAS Hibahkan Buku Dukung Gerakan Literasi - www.walisongo.ac.id,

21 Maret 2016)

” USAID telah menginspirasi para dosen menyiapkan calon pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu mempraktikkan pembelajaran aktif dan manajemen kreatif. Pada gilirannya, para mahasiswa diharapkan mampu melakukan inovasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif untuk mewujudkan kultur yang kondusif bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang produktif.

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof Furqon PhD(Dampak Program USAID PRIORITAS di LPTK - www.siapbelajar.com, 19 Januari 2017)

Page 122: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)110

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Ibu Juariah MPd dan Bapak Iyon Maryono MPd dosen UPI Bandung, bersama Ibu Ida Weti SPd dan Ibu Dra Aan Nurjanah, guru matematika MTsN 2 Bandung, Jawa Barat, berkolaborasi dalam menggunakan problem-based learning untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika pada siswa di kelas VII.

Para dosen dan guru tersebut memutuskan untuk berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) setelah menemukan rendahnya daya serap matematika siswa, dan lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis.

Setelah melakukan analisa dan refleksi, para dosen dan guru menilai hal tersebut disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang membangun kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga siswa terbiasa belajar dengan cara menghafal konsep dan kurang mampu menerapkan

Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning yang diterapkan dalam PTK.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

111Integrasi LPTK - Sekolah

konsep tersebut jika menemukan situasi lain.

”Kami memilih menggunakan problem-based learning, yaitu sistem pembelajaran berpusat pada siswa di mana siswa belajar satu konsep melalui pengalaman menyelesaikan masalah terbuka. Dengan demikian siswa belajar strategi berpikir dan pengetahuan,” kata Ibu Juariah.

PTK dilakukan dalam dua siklus, dengan satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dalam satu pertemuan, guru mengarahkan orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa/mengelola kelas, membimbing penyelidikan siswa dan menyajikan hasil karya.

Sebagai contoh, guru memberikan soal sebagai berikut: Pak Budi mempunyai tanah berbentuk persegi panjang dengan panjangnya = 70 m dan kelilingnya = 270 m, berapakah luas kebun pak Budi?

Guru membimbing/mengarahkan siswa untuk menggunakan variabel untuk hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan. Kemudian siswa diarahkan untuk membuat kaitan antara informasi yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan menentukan prosedur penyelesaian masalah tersebut.Guru juga mengajukan serangkaian pertanyaan yang menggiring siswa pada jawaban yang diharapkan, seperti, “Bagaimana rumus luas? Yang sudah diketahui apa? Bagaimana

mendapatkan ukuran lebar? Bagaimana rumus keliling?”

Melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan tersebut, siswa mencari jawaban sendiri sehingga didapatkan jawaban sebagai berikut:

Keliling = 2 x ( panjang + lebar )

K = 2 x ( p + l )

270 = 2 x ( 70 + l )

270 = 140 + 2l

2l = 130

l = 130 / 2 ↔ l = 65 ↔ lebar = 65 m

Luas tanah (L) = p x l

2L = 70 m x 65 m = 4.550 m

2Jadi luas tanah pak Budi = 4.550 m

Dari hasil penerapan Siklus 1 ditemukan bahwa interaksi siswa dalam diskusi kelompok belum maksimal, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah dan siswa kesulitan dalam melakukan operasi hitung aljabar.

Perbaikan di Siklus II antara lain menekankan kembali proses pemecahan masalah kepada siswa, guru lebih memotivasi siswa agar aktif dalam menjalankan diskusi kelompok, jumlah anggota kelompok diubah menjadi empat orang, proses

pengerjaan LKS dilakukan secara individu terlebih dahulu, baru didiskusikan secara kelompok dan kelompok yang menyajikan hasil diskusi ditunjuk berdasarkan undian.

Hasil dari pelaksanaan Siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa antusias mengikuti pelajaran, siswa lebih aktif menyelesaikan masalah dengan bantuan terbatas yang diberikan guru. Selain itu, dari kegiatan presentasi sudah terlihat adanya antusias siswa untuk mengemukakan pendapatnya, jumlah siswa yang berkomentar meningkat dibandingkan Siklus 1.

“Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan, semua instrumen yang digunakan benar-benar menentukan keberlangsungan PTK, Lembar Kerja yang dikembangkan benar-benar membantu mempermudah guru dalam pembelajaran, membuat siswa lebih aktif, dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,” jelas Ibu Juariah.

Ibu Juariah menambahkan bahwa Lembar Observasi yang dikembang-kan untuk PTK harus dapat merekam tahapan-tahapan model PBL. Selain itu, tingkat kesukaran tes pemecahan masalah diusahakan harus relatif sama, sehingga guru dan dosen dapat menafsirkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

Page 123: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)110

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Ibu Juariah MPd dan Bapak Iyon Maryono MPd dosen UPI Bandung, bersama Ibu Ida Weti SPd dan Ibu Dra Aan Nurjanah, guru matematika MTsN 2 Bandung, Jawa Barat, berkolaborasi dalam menggunakan problem-based learning untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika pada siswa di kelas VII.

Para dosen dan guru tersebut memutuskan untuk berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) setelah menemukan rendahnya daya serap matematika siswa, dan lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis.

Setelah melakukan analisa dan refleksi, para dosen dan guru menilai hal tersebut disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang membangun kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga siswa terbiasa belajar dengan cara menghafal konsep dan kurang mampu menerapkan

Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning yang diterapkan dalam PTK.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

111Integrasi LPTK - Sekolah

konsep tersebut jika menemukan situasi lain.

”Kami memilih menggunakan problem-based learning, yaitu sistem pembelajaran berpusat pada siswa di mana siswa belajar satu konsep melalui pengalaman menyelesaikan masalah terbuka. Dengan demikian siswa belajar strategi berpikir dan pengetahuan,” kata Ibu Juariah.

PTK dilakukan dalam dua siklus, dengan satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dalam satu pertemuan, guru mengarahkan orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa/mengelola kelas, membimbing penyelidikan siswa dan menyajikan hasil karya.

Sebagai contoh, guru memberikan soal sebagai berikut: Pak Budi mempunyai tanah berbentuk persegi panjang dengan panjangnya = 70 m dan kelilingnya = 270 m, berapakah luas kebun pak Budi?

Guru membimbing/mengarahkan siswa untuk menggunakan variabel untuk hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan. Kemudian siswa diarahkan untuk membuat kaitan antara informasi yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan menentukan prosedur penyelesaian masalah tersebut.Guru juga mengajukan serangkaian pertanyaan yang menggiring siswa pada jawaban yang diharapkan, seperti, “Bagaimana rumus luas? Yang sudah diketahui apa? Bagaimana

mendapatkan ukuran lebar? Bagaimana rumus keliling?”

Melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan tersebut, siswa mencari jawaban sendiri sehingga didapatkan jawaban sebagai berikut:

Keliling = 2 x ( panjang + lebar )

K = 2 x ( p + l )

270 = 2 x ( 70 + l )

270 = 140 + 2l

2l = 130

l = 130 / 2 ↔ l = 65 ↔ lebar = 65 m

Luas tanah (L) = p x l

2L = 70 m x 65 m = 4.550 m

2Jadi luas tanah pak Budi = 4.550 m

Dari hasil penerapan Siklus 1 ditemukan bahwa interaksi siswa dalam diskusi kelompok belum maksimal, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah dan siswa kesulitan dalam melakukan operasi hitung aljabar.

Perbaikan di Siklus II antara lain menekankan kembali proses pemecahan masalah kepada siswa, guru lebih memotivasi siswa agar aktif dalam menjalankan diskusi kelompok, jumlah anggota kelompok diubah menjadi empat orang, proses

pengerjaan LKS dilakukan secara individu terlebih dahulu, baru didiskusikan secara kelompok dan kelompok yang menyajikan hasil diskusi ditunjuk berdasarkan undian.

Hasil dari pelaksanaan Siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa antusias mengikuti pelajaran, siswa lebih aktif menyelesaikan masalah dengan bantuan terbatas yang diberikan guru. Selain itu, dari kegiatan presentasi sudah terlihat adanya antusias siswa untuk mengemukakan pendapatnya, jumlah siswa yang berkomentar meningkat dibandingkan Siklus 1.

“Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan, semua instrumen yang digunakan benar-benar menentukan keberlangsungan PTK, Lembar Kerja yang dikembangkan benar-benar membantu mempermudah guru dalam pembelajaran, membuat siswa lebih aktif, dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,” jelas Ibu Juariah.

Ibu Juariah menambahkan bahwa Lembar Observasi yang dikembang-kan untuk PTK harus dapat merekam tahapan-tahapan model PBL. Selain itu, tingkat kesukaran tes pemecahan masalah diusahakan harus relatif sama, sehingga guru dan dosen dapat menafsirkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

Page 124: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Musri'an SPd Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Jawa Tengah

Universitas Negeri Semarang – Saya, Musri'an SPd dan Ibu Eni Widayanti SPd guru SDN Kalibanteng Kidul 01 berkolaborasi dengan Ibu Petra Kristi Mulyani MEd dan Ibu Hartati MPd dosen Universitas Negeri Semarang melakukan PTK dengan judul Peningkatan Keterampilan

Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil

Menulis Karangan Narasi melalui Pemodelan Bacaan. Penelitian ini menggunakan pemodelan bacaan sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas VC SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah.

Kondisi siswa sebelum pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan 40 siswa, hanya terdapat dua siswa yang telah

mencapai level terampil. Siswa lain sejumlah 11 anak berada pada level permulaan dan 27 anak berada pada level berkembang.

Sebelumnya cara guru mengajar menulis karangan narasi, dilakukan dengan pembelajaran secara umum yaitu dengan menyampaikan kepada siswa tahap-tahap mengarang, seperti menentukan tema, membuat kerangka karangan, dan mengembangkan

Hasil karangan narasi siswa kelas V dari siklus 1 dan siklus II. Perubahan kemampuan menulis karangan narasi siswa menjadi lebih baik setelah guru menerapkan writing aloud.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)112

kerangka karangan menjadi karangan.

Penelitian dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan utama pemodelan bacaan yang terdiri dari pemberian model karangan, penjelasan dan identifikasi unsur-unsur karangan, writing aloud oleh guru, pembuatan karangan, dan self-review karangan narasi.

Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa menganalisis model karangan narasi yang telah disiapkan oleh guru meliputi judul, jumlah paragraf, jumlah kalimat dalam satu paragraf, mengurutkan kalimat dalam satu paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, tanda baca, dan kelompok kata. Pembahasan setiap paragraf sampai dengan menemukan kerangka karangan yang tercakup dalam unsur mekanik dan penggunaan kata, isi, organisasi, dan gaya pada model karangan.

Pertemuan kedua, siswa memperhati-kan guru mengarang di depan kelas melalui kegiatan writing aloud. Kegiatan ini memberikan gambaran kepada siswa untuk menuangkan ide, gagasan yang terdapat dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan. Dalam kegiatan ini guru melakukan thinking aloud interaktif brainstorming tema, judul, kerangka karangan dan menulis karangan. Dengan demikian siswa memperoleh pengetahuan langsung kegiatan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

113Integrasi LPTK - Sekolah

mengarang bukan sekedar teori tentang tahapan menulis karangan.

Pada pertemuan ketiga, siswa menulis karangan narasi secara mandiri dan melakukan kegiatan self-review, yaitu mengoreksi kembali hasil karangan mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.

Saya memiliki pengalaman baru dengan mengajarkan siswa mengarang melalui writing aloud, selama ini saya hanya mengajarkan teori tahapan mengarang tanpa langsung mengajar-kan bagaimana menuangkannya dalam kegiatan pembelajaran.

Pada siklus pertama diperoleh data 37,5% siswa dapat menulis karangan narasi minimal pada level terampil. Ini mengejutkan saya, hasil pada siklus I, ternyata siswa di kelas saya dapat menulis karangan narasi dengan terampil, ini membuat saya semakin bersemangat untuk mengajarkan mengarang melalui pemodelan bacaan.

Penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menekankan penguasaan unsur gaya dan ejaan yang merupakan unsur yang masih lemah dikuasai oleh siswa. Tindakan pada siklus kedua menghasilkan 77,5% siswa dapat menulis karangan narasi minimal pada level terampil.

“Saya sangat bangga, bisa melihat hasil tulisan siswa yang luar biasa, baru kali ini saya menikmati membaca hasil karangan dari anak-anak,ternyata bisa, hebat!” imbuhnya.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemodelan bacaan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas VC SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah.

Menurut saya dalam pembelajaran mengarang, gurunya harus mampu dulu menulis karangan, baru bisa mengajar siswanya menulis karangan. Bagian tersulit dari menulis adalah menuangkan ide-ide yang terdapat dalam pikiran menjadi bentuk tulisan. Melalui writing aloud siswa melihat secara nyata bagaimana cara menuangkan ide-ide tersebut ke dalam bentuk tulisan dan mereka bisa melakukan itu.

Kolaborasi antara guru dan dosen dalam PTK ini sangat bermanfaat dan membawa kemajuan bagi siswa.

“Awalnya kami kesulitan mengikuti cara Pak A'an dalam menulis, namun setelah kami mencobanya ternyata semakin mudah menulis dengan cara seperti ini,” aku Vrisella Agustin, salah seorang siswa usai melakukan pembelajaran pada Siklus II.

“Iya...senang. Ternyata mengarang itu mudah, karena melihat langsung guru mengarang,” kata Bagus menambahkan.

Page 125: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Musri'an SPd Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Jawa Tengah

Universitas Negeri Semarang – Saya, Musri'an SPd dan Ibu Eni Widayanti SPd guru SDN Kalibanteng Kidul 01 berkolaborasi dengan Ibu Petra Kristi Mulyani MEd dan Ibu Hartati MPd dosen Universitas Negeri Semarang melakukan PTK dengan judul Peningkatan Keterampilan

Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil

Menulis Karangan Narasi melalui Pemodelan Bacaan. Penelitian ini menggunakan pemodelan bacaan sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas VC SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah.

Kondisi siswa sebelum pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan 40 siswa, hanya terdapat dua siswa yang telah

mencapai level terampil. Siswa lain sejumlah 11 anak berada pada level permulaan dan 27 anak berada pada level berkembang.

Sebelumnya cara guru mengajar menulis karangan narasi, dilakukan dengan pembelajaran secara umum yaitu dengan menyampaikan kepada siswa tahap-tahap mengarang, seperti menentukan tema, membuat kerangka karangan, dan mengembangkan

Hasil karangan narasi siswa kelas V dari siklus 1 dan siklus II. Perubahan kemampuan menulis karangan narasi siswa menjadi lebih baik setelah guru menerapkan writing aloud.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)112

kerangka karangan menjadi karangan.

Penelitian dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan utama pemodelan bacaan yang terdiri dari pemberian model karangan, penjelasan dan identifikasi unsur-unsur karangan, writing aloud oleh guru, pembuatan karangan, dan self-review karangan narasi.

Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa menganalisis model karangan narasi yang telah disiapkan oleh guru meliputi judul, jumlah paragraf, jumlah kalimat dalam satu paragraf, mengurutkan kalimat dalam satu paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, tanda baca, dan kelompok kata. Pembahasan setiap paragraf sampai dengan menemukan kerangka karangan yang tercakup dalam unsur mekanik dan penggunaan kata, isi, organisasi, dan gaya pada model karangan.

Pertemuan kedua, siswa memperhati-kan guru mengarang di depan kelas melalui kegiatan writing aloud. Kegiatan ini memberikan gambaran kepada siswa untuk menuangkan ide, gagasan yang terdapat dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan. Dalam kegiatan ini guru melakukan thinking aloud interaktif brainstorming tema, judul, kerangka karangan dan menulis karangan. Dengan demikian siswa memperoleh pengetahuan langsung kegiatan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

113Integrasi LPTK - Sekolah

mengarang bukan sekedar teori tentang tahapan menulis karangan.

Pada pertemuan ketiga, siswa menulis karangan narasi secara mandiri dan melakukan kegiatan self-review, yaitu mengoreksi kembali hasil karangan mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.

Saya memiliki pengalaman baru dengan mengajarkan siswa mengarang melalui writing aloud, selama ini saya hanya mengajarkan teori tahapan mengarang tanpa langsung mengajar-kan bagaimana menuangkannya dalam kegiatan pembelajaran.

Pada siklus pertama diperoleh data 37,5% siswa dapat menulis karangan narasi minimal pada level terampil. Ini mengejutkan saya, hasil pada siklus I, ternyata siswa di kelas saya dapat menulis karangan narasi dengan terampil, ini membuat saya semakin bersemangat untuk mengajarkan mengarang melalui pemodelan bacaan.

Penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menekankan penguasaan unsur gaya dan ejaan yang merupakan unsur yang masih lemah dikuasai oleh siswa. Tindakan pada siklus kedua menghasilkan 77,5% siswa dapat menulis karangan narasi minimal pada level terampil.

“Saya sangat bangga, bisa melihat hasil tulisan siswa yang luar biasa, baru kali ini saya menikmati membaca hasil karangan dari anak-anak,ternyata bisa, hebat!” imbuhnya.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemodelan bacaan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas VC SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah.

Menurut saya dalam pembelajaran mengarang, gurunya harus mampu dulu menulis karangan, baru bisa mengajar siswanya menulis karangan. Bagian tersulit dari menulis adalah menuangkan ide-ide yang terdapat dalam pikiran menjadi bentuk tulisan. Melalui writing aloud siswa melihat secara nyata bagaimana cara menuangkan ide-ide tersebut ke dalam bentuk tulisan dan mereka bisa melakukan itu.

Kolaborasi antara guru dan dosen dalam PTK ini sangat bermanfaat dan membawa kemajuan bagi siswa.

“Awalnya kami kesulitan mengikuti cara Pak A'an dalam menulis, namun setelah kami mencobanya ternyata semakin mudah menulis dengan cara seperti ini,” aku Vrisella Agustin, salah seorang siswa usai melakukan pembelajaran pada Siklus II.

“Iya...senang. Ternyata mengarang itu mudah, karena melihat langsung guru mengarang,” kata Bagus menambahkan.

Page 126: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)114

Universitas Negeri Malang - Penerapan strategi pembelajaran Read,Think, and take a Note (RTN) dapat meningkatkan pemahaman 51 % siswa kelas V A SDN Percobaan 2 Malang dalam membaca teks matema-tika. Demikian hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan Bapak Moch. Hasanudin Jaelani dan Bapak Ahmat Kusairi, guru SDN Percobaan 2 Malang, di bawah bimbingan Bapak Edy Budiono dan Bapak Erry Hidayanto, dosen UM.

Para guru dan dosen tersebut berkola-borasi melaksanakan PTK setelah menemukan bahwa hanya 3 dari 29 siswa kelas VA yang dapat menyelesai-kan soal cerita matematika dan tidak ada siswa yang dapat menceritakan

kembali isi teks dengan bahasa mereka sendiri. “Teks soal cerita matematika mengandung banyak konsep matematika, baik dalam kata, kalimat, maupun paragraf. Pada teks matematika, setiap kalimat punya makna sendiri, sehingga pemahaman yang baik atas teks matematika merupakan hal yang penting,” kata Pak Edy Budiono.

Strategi RTN merupakan strategi pembelajaran yang digunakan untuk melayani pebelajar dalam memahami teks matematika dengan langkah-langkah membaca, berpikir, dan membuat catatan. RTN melatih siswa untuk teliti, sebab siswa harus membaca, dan menulis catatan terkait apa yang dibaca. Dengan pengulangan

tindakan RTN, siswa akan mengoreksi catatannya masing-masing, sehingga menjadi semakin teliti. Pada akhirnya siswa akan memahami teks matematika berdasarkan catatan yang dibuatnya.

Implementasi strategi RTN ini dimulai dengan guru memberi contoh bagaimana cara membaca teks matematika. Guru memberi contoh menghubungkan pengetahuan dengan informasi yang ada dalam teks. Guru memberi contoh bagaimana menemukan kata kunci pada setiap teks, dan mencatatnya sesuai perintah di lembar kerja (LK)

PTK dilakukan dalam dua siklus, dengan satu siklus terdiri dari tiga pertemuan kelas. Pada akhir Siklus 1,

Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika

Guru sedang memantau siswa ketika membaca teks (read) dan memberikan arahan sebagai bentuk scaffold pada siswa tentang apa yang harus dipikirkan (think).

guru dan dosen menemukan bahwa belum ada satupun siswa yang mendapatkan nilai 70 dari skala 0-100. Guru dan dosen menyimpulkan bahwa kegagalan Siklus 1 disebabkan oleh, antara lain, belum adanya perintah/ tugas yang dapat memunculkan indikator pencapaian, siswa belum terbiasa membaca teks matematika, siswa masih kesulitan memahami petunjuk pada LK dan lembar tes yang dibuat belum bisa mengukur indikator pencapaian.

Untuk perbaikan Siklus 1, guru dan dosen memberikan perintah yang dapat memunculkan indikator-indikator pencapaian, membuat rencana pembelajaran yang dapat memunculkan indikator-indikator pencapaian, membuat lembar tes yang bisa mengukur indikator-indikator pencapaian, dan memberikan petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa.

Sebagai contoh, pada salah satu kegiatan inti di kelas dengan topik keliling lingkaran, guru membagikan LK yang berisi teks matematika. Selanjutnya, guru melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu siswa diminta:

1. membaca teks,

2. menemukan kata atau istilah matematika;

3. menuliskan arti dari kata atau istilah tersebut;

4. menyajikan konsep yang telah ditemukan dalam bentuk lain;

5. memberi contoh dan bukan contoh terkait konsep tersebut;

6. menulis isi bacaan dengan kalimatnya sendiri yang memuat pemahamannya tentang teks.

Guru berkeliling dan memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan. Guru mengarahkan dengan mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk menemukan konsep dengan bahasa mereka sendiri, seperti,“Jari-jari itu bentuknya apa? Jari-jari itu garis dari mana ke mana? Coba lihat jawabanmu, apakah ini kata atau kalimat? Mana pusat lingkaran, betuknya berupa apa? Di mana letak pusat lingkaran? Coba tunjuk lebih panjang mana: diameter atau jari-jari? Jadi jari-jari panjangnya berapa kali diameter?”

Setelah menyelesaikan Siklus 2, para guru dan dosen mencatat ada 50%

siswa yang mendapatkan nilai 70 dari skala 0-100. Hal ini merupakan peningkatan besar mengingat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 70 sebelum program ini dilaksanakan.

“Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, strategi RTN yang dilaksanakan dengan langkah-langkah di atas dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca teks matematika. Namun RTN ini tentunya juga dapat diterapkan pada konsep dan kelas yang berbeda, sejauh terkait dengan membaca teks matematika ” kata Pak Edy lagi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

115Integrasi LPTK - Sekolah

Hasil karya siswa pada Siklus II. Siswa menjadi lebih memahami dalam

membaca teks matematika.

Page 127: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)114

Universitas Negeri Malang - Penerapan strategi pembelajaran Read,Think, and take a Note (RTN) dapat meningkatkan pemahaman 51 % siswa kelas V A SDN Percobaan 2 Malang dalam membaca teks matema-tika. Demikian hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan Bapak Moch. Hasanudin Jaelani dan Bapak Ahmat Kusairi, guru SDN Percobaan 2 Malang, di bawah bimbingan Bapak Edy Budiono dan Bapak Erry Hidayanto, dosen UM.

Para guru dan dosen tersebut berkola-borasi melaksanakan PTK setelah menemukan bahwa hanya 3 dari 29 siswa kelas VA yang dapat menyelesai-kan soal cerita matematika dan tidak ada siswa yang dapat menceritakan

kembali isi teks dengan bahasa mereka sendiri. “Teks soal cerita matematika mengandung banyak konsep matematika, baik dalam kata, kalimat, maupun paragraf. Pada teks matematika, setiap kalimat punya makna sendiri, sehingga pemahaman yang baik atas teks matematika merupakan hal yang penting,” kata Pak Edy Budiono.

Strategi RTN merupakan strategi pembelajaran yang digunakan untuk melayani pebelajar dalam memahami teks matematika dengan langkah-langkah membaca, berpikir, dan membuat catatan. RTN melatih siswa untuk teliti, sebab siswa harus membaca, dan menulis catatan terkait apa yang dibaca. Dengan pengulangan

tindakan RTN, siswa akan mengoreksi catatannya masing-masing, sehingga menjadi semakin teliti. Pada akhirnya siswa akan memahami teks matematika berdasarkan catatan yang dibuatnya.

Implementasi strategi RTN ini dimulai dengan guru memberi contoh bagaimana cara membaca teks matematika. Guru memberi contoh menghubungkan pengetahuan dengan informasi yang ada dalam teks. Guru memberi contoh bagaimana menemukan kata kunci pada setiap teks, dan mencatatnya sesuai perintah di lembar kerja (LK)

PTK dilakukan dalam dua siklus, dengan satu siklus terdiri dari tiga pertemuan kelas. Pada akhir Siklus 1,

Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika

Guru sedang memantau siswa ketika membaca teks (read) dan memberikan arahan sebagai bentuk scaffold pada siswa tentang apa yang harus dipikirkan (think).

guru dan dosen menemukan bahwa belum ada satupun siswa yang mendapatkan nilai 70 dari skala 0-100. Guru dan dosen menyimpulkan bahwa kegagalan Siklus 1 disebabkan oleh, antara lain, belum adanya perintah/ tugas yang dapat memunculkan indikator pencapaian, siswa belum terbiasa membaca teks matematika, siswa masih kesulitan memahami petunjuk pada LK dan lembar tes yang dibuat belum bisa mengukur indikator pencapaian.

Untuk perbaikan Siklus 1, guru dan dosen memberikan perintah yang dapat memunculkan indikator-indikator pencapaian, membuat rencana pembelajaran yang dapat memunculkan indikator-indikator pencapaian, membuat lembar tes yang bisa mengukur indikator-indikator pencapaian, dan memberikan petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa.

Sebagai contoh, pada salah satu kegiatan inti di kelas dengan topik keliling lingkaran, guru membagikan LK yang berisi teks matematika. Selanjutnya, guru melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu siswa diminta:

1. membaca teks,

2. menemukan kata atau istilah matematika;

3. menuliskan arti dari kata atau istilah tersebut;

4. menyajikan konsep yang telah ditemukan dalam bentuk lain;

5. memberi contoh dan bukan contoh terkait konsep tersebut;

6. menulis isi bacaan dengan kalimatnya sendiri yang memuat pemahamannya tentang teks.

Guru berkeliling dan memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan. Guru mengarahkan dengan mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk menemukan konsep dengan bahasa mereka sendiri, seperti,“Jari-jari itu bentuknya apa? Jari-jari itu garis dari mana ke mana? Coba lihat jawabanmu, apakah ini kata atau kalimat? Mana pusat lingkaran, betuknya berupa apa? Di mana letak pusat lingkaran? Coba tunjuk lebih panjang mana: diameter atau jari-jari? Jadi jari-jari panjangnya berapa kali diameter?”

Setelah menyelesaikan Siklus 2, para guru dan dosen mencatat ada 50%

siswa yang mendapatkan nilai 70 dari skala 0-100. Hal ini merupakan peningkatan besar mengingat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 70 sebelum program ini dilaksanakan.

“Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, strategi RTN yang dilaksanakan dengan langkah-langkah di atas dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca teks matematika. Namun RTN ini tentunya juga dapat diterapkan pada konsep dan kelas yang berbeda, sejauh terkait dengan membaca teks matematika ” kata Pak Edy lagi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

115Integrasi LPTK - Sekolah

Hasil karya siswa pada Siklus II. Siswa menjadi lebih memahami dalam

membaca teks matematika.

Page 128: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - Ibu Sri Sutiyarsih SPd dan Ibu Winarsih Puji Priyatno SSi, guru SMPN 6 Serang, bersama Ibu Dr Hepsi Nindiasari dan Ibu Pipit Marianingsih MSi, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis ilmiah siswa melalui penerapan 'penilaian kinerja dengan pendampingan'

Para dosen dan guru melakukan PTK, setelah melihat hasil evaluasi siswa. Berdasarkan nilai siswa kelas VII-I SMPN 6 diketahui kurang dari 50% siswa yang mendapat nilai 70 untuk kemampuan membaca atau menyajikan data dalam bentuk deksripsi, tabel, atau

grafik. Hasil itu menunjukkan siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam hal kemampuan komunikasi tertulis. “Selama ini banyak siswa di kelas yang kesulitan untuk menuliskan laporan hasil percobaan seperti menyajikan grafik, tabel, mendeskrip-sikan hasil, dan menyusun kesimpulan,” kata Ibu Winarsih.

PTK yang dilakukan terdiri dari dua siklus, dengan satu siklus terdiri atas lima pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa diberi LK 1 berisi artikel keadaan suhu di berbagai tempat, dan diminta untuk mengubah penyajian data deskriptif dalam artikel menjadi tabel dan grafik. Pembuatan tabel dan grafik yang dilakukan siswa

pada LK 1 ini dibantu dengan adanya template untuk melatih siswa secara bertahap.

Setelah siswa menyelesaikan peker-jaannya, diskusi dilakukan bersama di depan kelas, dengan cara perwakilan kelompok menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis, dan guru mengarahkan jika terdapat kesalahan. Di akhir pembelajaran siswa mengum-pulkan LK. Selanjutnya, guru melaku-kan umpan balik tertulis pada LK siswa dengan menuliskan kesalahan-kesalahan pada LK berdasarkan rubrik penilaian.

Pertemuan kedua diawali dengan langkah pendampingan terhadap LK 1. Siswa dikelompokkan berdasarkan kesalahan sejenis, dan berdiskusi terkait kesalahannya dengan teman sekelompoknya. Guru berkeliling mendatangi tiap kelompok untuk mengarahkan siswa tentang umpan balik tertulis yang diberikan guru. Setelah langkah pendampingan selesai siswa diminta untuk hasil kerja di rumah karena keterbatasan waktu.

Selanjutnya, guru memberikan LK 2, yang berisi soal-soal konversi suhu (Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin) yang harus diselesaikan siswa berdasarkan rumus yang telah dijelas-kan guru sebelumnya. Dalam LK 2 siswa diminta memindahkan data hasil perhitungan ke dalam bentuk tabel dan grafik. LK 2 memiliki kesamaan dengan LK 1, yaitu indikator komunikasi tertulis yang dilatih adalah

Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)116

Siswa sedang menguji konversi suhu di kelompok dengan didampingi gurunya.

tabel dan grafik serta masih diberikan template. Seperti halnya pada LK 1, di akhir pembelajaran siswa mengumpul-kan LK dan guru memberikan umpan balik tertulis pada LK siswa.

Pertemuan ketiga diawali dengan langkah pendampingan terhadap LK 2. Siswa dikelompokkan berdasarkan kesalahan sejenis. Pada langkah pendampingan di pertemuan ketiga ini, dilakukan langkah tutor sebaya, yaitu dalam kelompok juga terdapat siswa yang sudah benar dalam mengerjakan LK, sehingga ketika guru mendatangi kelompok lain, kelompok yang tidak didatangi guru dapat berdisikusi dengan bantuan teman (tutor) sebayanya.

Setelah tahap pendampingan selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan percobaan pengukuran suhu menggu-nakan dua termometer berbeda (Celcius dan Fahrenheit). Kemudian siswa diberikan LK 3, yaitu membuat laporan tertulis mengenai percobaan yang dilakukan, termasuk pengolahan data ke dalam bentuk tabel, grafik serta membuat kesimpulan. Pada LK 3 ini dilatihkan 3 kemampuan komuni-kasi tertulis, yaitu membuat tabel, menggambar grafik, dan membuat kesimpulan. LK 3 dikerjakan di rumah dan dikumpulkan dua hari kemudian.

Pada pertemuan keempat dilakukan pendampingan untuk LK 3, yaitu pembagian kelompok kesalahan sejenis berdasarkan hasil umpan balik tertulis. Setelah itu, guru membagikan

LK 4 yang berisi berbagai data dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian siswa diminta mendeskripsikan data tersebut. Dengan demikian, pada LK 4 dikembangkan kemampuan yaitu membuat deskripsi dari tabel/grafik melalui pembelajaran secara diskusi.

Pertemuan kelima diisi dengan pendampingan terhadap LK 4, yang didahului dengan pemberian umpan balik tertulis dari guru pada hasil kerja siswa. Pada pertemuan kelima ini dilakukan juga evaluasi kepada siswa.

Secara garis besar, langkah pendampingan yang dilakukan terdiri atas pemberian umpan balik tertulis dari guru pada hasil kerja siswa, mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis, siswa membaca hasil umpan balik, guru mendatangi kelom-pok, tanya-jawab guru dengan siswa, dalam kelompok juga dilakukan tutorial dari teman sebaya, dan perbaikan LK oleh siswa.

“Langkah tindakan yang kami anggap paling penting dalam memengaruhi hasil tindakan adalah langkah pendam-pingan yaitu mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis,” papar Ibu Sutiyarsih.

Hasil dari Siklus 1 menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan yang baik dalam membuat tabel, namun masih kurang dalam hal kemampuan membuat grafik, deskripsi, dan menyimpulkan.Untuk memperbaikinya, pada Siklus 2 para

guru dan dosen melakukan perbaikan pada langkah-langkah pendampingan dengan membuat tahapan yang lebih spesifik, konsisten, intensitas yang sama saat mendatangi setiap kelompok, serta mengurangi penjelasan secara klasikal.

Pada akhir Siklus II, para guru dan dosen menemukan bahwa 97.14 % siswa mendapat nilai minimal 70 untuk kemampuan komunikasi tertulis, 100 % siswa mendapat nilai pada kategori “baik” (nilai � 75) untuk indikator membuat deskipsi, tabel dan grafik, dan 91.43 % siswa mendapat nilai pada kategori “baik” (nilai � 75) dalam menyimpulkan data.

Pendampingan yang spesifik, konsisten dan intensif ternyata membuat 90 % siswa berhasil mendapatkan nilai di atas 70. Guru melakukan tindakan pendampingan yang berbeda sesuai kebutuhan siswa. Guru mengelompok-kan siswa berdasarkan kesalahan sejenis yang ditemukan dalam hasil kerja kemudian mendampingi tiap kelompok. Kedua guru IPA tersebut juga berhasil mengidentifikasikan pentingnya tutor sebaya.

“Setelah saya mendampingi siswa per kelompok, siswa yang mendapatkan nilai terbaik di kelas diminta untuk mendampingi siswa lain yang masih salah dalam menuliskan laporan ilmiahnya,” kata Ibu Sutiyarsih lagi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

117Integrasi LPTK - Sekolah

Page 129: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - Ibu Sri Sutiyarsih SPd dan Ibu Winarsih Puji Priyatno SSi, guru SMPN 6 Serang, bersama Ibu Dr Hepsi Nindiasari dan Ibu Pipit Marianingsih MSi, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis ilmiah siswa melalui penerapan 'penilaian kinerja dengan pendampingan'

Para dosen dan guru melakukan PTK, setelah melihat hasil evaluasi siswa. Berdasarkan nilai siswa kelas VII-I SMPN 6 diketahui kurang dari 50% siswa yang mendapat nilai 70 untuk kemampuan membaca atau menyajikan data dalam bentuk deksripsi, tabel, atau

grafik. Hasil itu menunjukkan siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam hal kemampuan komunikasi tertulis. “Selama ini banyak siswa di kelas yang kesulitan untuk menuliskan laporan hasil percobaan seperti menyajikan grafik, tabel, mendeskrip-sikan hasil, dan menyusun kesimpulan,” kata Ibu Winarsih.

PTK yang dilakukan terdiri dari dua siklus, dengan satu siklus terdiri atas lima pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa diberi LK 1 berisi artikel keadaan suhu di berbagai tempat, dan diminta untuk mengubah penyajian data deskriptif dalam artikel menjadi tabel dan grafik. Pembuatan tabel dan grafik yang dilakukan siswa

pada LK 1 ini dibantu dengan adanya template untuk melatih siswa secara bertahap.

Setelah siswa menyelesaikan peker-jaannya, diskusi dilakukan bersama di depan kelas, dengan cara perwakilan kelompok menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis, dan guru mengarahkan jika terdapat kesalahan. Di akhir pembelajaran siswa mengum-pulkan LK. Selanjutnya, guru melaku-kan umpan balik tertulis pada LK siswa dengan menuliskan kesalahan-kesalahan pada LK berdasarkan rubrik penilaian.

Pertemuan kedua diawali dengan langkah pendampingan terhadap LK 1. Siswa dikelompokkan berdasarkan kesalahan sejenis, dan berdiskusi terkait kesalahannya dengan teman sekelompoknya. Guru berkeliling mendatangi tiap kelompok untuk mengarahkan siswa tentang umpan balik tertulis yang diberikan guru. Setelah langkah pendampingan selesai siswa diminta untuk hasil kerja di rumah karena keterbatasan waktu.

Selanjutnya, guru memberikan LK 2, yang berisi soal-soal konversi suhu (Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin) yang harus diselesaikan siswa berdasarkan rumus yang telah dijelas-kan guru sebelumnya. Dalam LK 2 siswa diminta memindahkan data hasil perhitungan ke dalam bentuk tabel dan grafik. LK 2 memiliki kesamaan dengan LK 1, yaitu indikator komunikasi tertulis yang dilatih adalah

Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)116

Siswa sedang menguji konversi suhu di kelompok dengan didampingi gurunya.

tabel dan grafik serta masih diberikan template. Seperti halnya pada LK 1, di akhir pembelajaran siswa mengumpul-kan LK dan guru memberikan umpan balik tertulis pada LK siswa.

Pertemuan ketiga diawali dengan langkah pendampingan terhadap LK 2. Siswa dikelompokkan berdasarkan kesalahan sejenis. Pada langkah pendampingan di pertemuan ketiga ini, dilakukan langkah tutor sebaya, yaitu dalam kelompok juga terdapat siswa yang sudah benar dalam mengerjakan LK, sehingga ketika guru mendatangi kelompok lain, kelompok yang tidak didatangi guru dapat berdisikusi dengan bantuan teman (tutor) sebayanya.

Setelah tahap pendampingan selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan percobaan pengukuran suhu menggu-nakan dua termometer berbeda (Celcius dan Fahrenheit). Kemudian siswa diberikan LK 3, yaitu membuat laporan tertulis mengenai percobaan yang dilakukan, termasuk pengolahan data ke dalam bentuk tabel, grafik serta membuat kesimpulan. Pada LK 3 ini dilatihkan 3 kemampuan komuni-kasi tertulis, yaitu membuat tabel, menggambar grafik, dan membuat kesimpulan. LK 3 dikerjakan di rumah dan dikumpulkan dua hari kemudian.

Pada pertemuan keempat dilakukan pendampingan untuk LK 3, yaitu pembagian kelompok kesalahan sejenis berdasarkan hasil umpan balik tertulis. Setelah itu, guru membagikan

LK 4 yang berisi berbagai data dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian siswa diminta mendeskripsikan data tersebut. Dengan demikian, pada LK 4 dikembangkan kemampuan yaitu membuat deskripsi dari tabel/grafik melalui pembelajaran secara diskusi.

Pertemuan kelima diisi dengan pendampingan terhadap LK 4, yang didahului dengan pemberian umpan balik tertulis dari guru pada hasil kerja siswa. Pada pertemuan kelima ini dilakukan juga evaluasi kepada siswa.

Secara garis besar, langkah pendampingan yang dilakukan terdiri atas pemberian umpan balik tertulis dari guru pada hasil kerja siswa, mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis, siswa membaca hasil umpan balik, guru mendatangi kelom-pok, tanya-jawab guru dengan siswa, dalam kelompok juga dilakukan tutorial dari teman sebaya, dan perbaikan LK oleh siswa.

“Langkah tindakan yang kami anggap paling penting dalam memengaruhi hasil tindakan adalah langkah pendam-pingan yaitu mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis,” papar Ibu Sutiyarsih.

Hasil dari Siklus 1 menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan yang baik dalam membuat tabel, namun masih kurang dalam hal kemampuan membuat grafik, deskripsi, dan menyimpulkan.Untuk memperbaikinya, pada Siklus 2 para

guru dan dosen melakukan perbaikan pada langkah-langkah pendampingan dengan membuat tahapan yang lebih spesifik, konsisten, intensitas yang sama saat mendatangi setiap kelompok, serta mengurangi penjelasan secara klasikal.

Pada akhir Siklus II, para guru dan dosen menemukan bahwa 97.14 % siswa mendapat nilai minimal 70 untuk kemampuan komunikasi tertulis, 100 % siswa mendapat nilai pada kategori “baik” (nilai � 75) untuk indikator membuat deskipsi, tabel dan grafik, dan 91.43 % siswa mendapat nilai pada kategori “baik” (nilai � 75) dalam menyimpulkan data.

Pendampingan yang spesifik, konsisten dan intensif ternyata membuat 90 % siswa berhasil mendapatkan nilai di atas 70. Guru melakukan tindakan pendampingan yang berbeda sesuai kebutuhan siswa. Guru mengelompok-kan siswa berdasarkan kesalahan sejenis yang ditemukan dalam hasil kerja kemudian mendampingi tiap kelompok. Kedua guru IPA tersebut juga berhasil mengidentifikasikan pentingnya tutor sebaya.

“Setelah saya mendampingi siswa per kelompok, siswa yang mendapatkan nilai terbaik di kelas diminta untuk mendampingi siswa lain yang masih salah dalam menuliskan laporan ilmiahnya,” kata Ibu Sutiyarsih lagi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi Guru dan Dosen

117Integrasi LPTK - Sekolah

Page 130: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Ibu Tatat Hartati PhD, dosen PGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengembangkan penelitian optimalisasi MBS untuk membangun kelas literat dan kemampuan literasi siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 3.4 Sukarasa Bandung.

Papan Tulis

Pusat Diskusi(Pusat Pembelajaran)

Meja

PapanPajangan

Papan Tulis

PapanPajangan

SudutBaca

AreaBaca

SudutMenulis

LemariPortofolio

SudutBidang Studi- IPA- IPS- Matematika- Bahasa Indonesia- Agama- Bahasa Inggris- SBDP- Bahasa SundaPapan-Pajangan

Tempat CuciTangan

Lemari Buku

PajanganKarya Seni

Lemari

Desain kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat Hartati di SD 3.4 Sukarasa.

Pendampingan LPTK KepadaSekolah Mitra

Bentuk kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat Hartati yang diterapkan di SD 3.4 Sukarasa. Kelas didesain untuk mendukung peningkatan kemampuan literasi siswa. Di dinding kelas, tampak dipajang hasil karya siswa kelas IV yang menunjukkan kemampuan literasi siswa yang sudah baik.

”Pelatihan yang saya dikuti di USAID PRIORITAS memberi inspirasi untuk membuat penelitian ini,” kata Ibu Tatat saat berkunjung ke kantor USAID PRIORITAS pada Oktober 2015.

Ibu Tatat bersama Bapak Dwi Heryanto MPd, rekan sejawatnya di UPI, memilih model penelitian dan

pengembangan dengan modifikasi 4D, yaitu define, atau tahap pengumpulan informasi dengan studi literatur dan studi lapangan, design atau tahap merancang draf awal, develop atau tahap mengembangkan kelas literat, dan disseminate atau tahap menyebarluaskan desain kelas literat.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)118 119Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK KepadaSekolah Mitra

Penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti tersebut telah menghasilkan desain kelas literat dan media pembelajaran multiliterasi, termasuk desain optimalisasi MBS dan guru untuk keberhasilan kelas literat ini. ”Kelas literat adalah lingkungan kelas yang mendukung peningkatan

kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan berkreasi. Kami telah menemukan desain kelas yang dapat mengoptimalkan kemampuan literasi siswa,” kata.

Desain kelas literat, menurut Ibu Tatat, harus menyediakan beragam kebutuhan siswa untuk belajar. Dia memetakan kelas literat seperti

pada gambar di samping. Tempat duduk siswa ditata berbentuk huruf U sebagai pusat pembelajaran. Di kelas tersebut juga disediakan sudut baca, area baca, sudut menulis, dan sudut bidang studi yang dipelajari siswa SD. Sementara untuk papan pajangan hasil karya siswa, ditempatkan di 3 sudut ruangan. “Tujuannya agar hasil karya siswa tersebut mudah dibaca dan menjadi sumber belajar juga bagi siswa,” kata Ibu Tatat.

Setelah diterapkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas literat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar kelas rendah, khususnya di kelas II SDN 3.4 Sukarasa Bandung. “MBS, seperti dukungan orang tua siswa juga sangat berperan dalam pengadaan kelas literat dan keberhasilan pembelajaran,” katanya lagi.

Setelah kelasnya menerapkan desain kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat, menurut Ibu Lilis Heryati SPd, guru SDN 3.4 Sukarasa, kemampuan literasi sudah lebih baik.

”Selain minat membaca siswa menjadi lebih meningkat, para siswa kalau ditugaskan menulis, mereka mampu menulis lebih panjang dan lebih terstruktur,” kata Ibu Lilis.

Page 131: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Ibu Tatat Hartati PhD, dosen PGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengembangkan penelitian optimalisasi MBS untuk membangun kelas literat dan kemampuan literasi siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 3.4 Sukarasa Bandung.

Papan Tulis

Pusat Diskusi(Pusat Pembelajaran)

Meja

PapanPajangan

Papan Tulis

PapanPajangan

SudutBaca

AreaBaca

SudutMenulis

LemariPortofolio

SudutBidang Studi- IPA- IPS- Matematika- Bahasa Indonesia- Agama- Bahasa Inggris- SBDP- Bahasa SundaPapan-Pajangan

Tempat CuciTangan

Lemari Buku

PajanganKarya Seni

Lemari

Desain kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat Hartati di SD 3.4 Sukarasa.

Pendampingan LPTK KepadaSekolah Mitra

Bentuk kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat Hartati yang diterapkan di SD 3.4 Sukarasa. Kelas didesain untuk mendukung peningkatan kemampuan literasi siswa. Di dinding kelas, tampak dipajang hasil karya siswa kelas IV yang menunjukkan kemampuan literasi siswa yang sudah baik.

”Pelatihan yang saya dikuti di USAID PRIORITAS memberi inspirasi untuk membuat penelitian ini,” kata Ibu Tatat saat berkunjung ke kantor USAID PRIORITAS pada Oktober 2015.

Ibu Tatat bersama Bapak Dwi Heryanto MPd, rekan sejawatnya di UPI, memilih model penelitian dan

pengembangan dengan modifikasi 4D, yaitu define, atau tahap pengumpulan informasi dengan studi literatur dan studi lapangan, design atau tahap merancang draf awal, develop atau tahap mengembangkan kelas literat, dan disseminate atau tahap menyebarluaskan desain kelas literat.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)118 119Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK KepadaSekolah Mitra

Penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti tersebut telah menghasilkan desain kelas literat dan media pembelajaran multiliterasi, termasuk desain optimalisasi MBS dan guru untuk keberhasilan kelas literat ini. ”Kelas literat adalah lingkungan kelas yang mendukung peningkatan

kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan berkreasi. Kami telah menemukan desain kelas yang dapat mengoptimalkan kemampuan literasi siswa,” kata.

Desain kelas literat, menurut Ibu Tatat, harus menyediakan beragam kebutuhan siswa untuk belajar. Dia memetakan kelas literat seperti

pada gambar di samping. Tempat duduk siswa ditata berbentuk huruf U sebagai pusat pembelajaran. Di kelas tersebut juga disediakan sudut baca, area baca, sudut menulis, dan sudut bidang studi yang dipelajari siswa SD. Sementara untuk papan pajangan hasil karya siswa, ditempatkan di 3 sudut ruangan. “Tujuannya agar hasil karya siswa tersebut mudah dibaca dan menjadi sumber belajar juga bagi siswa,” kata Ibu Tatat.

Setelah diterapkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas literat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar kelas rendah, khususnya di kelas II SDN 3.4 Sukarasa Bandung. “MBS, seperti dukungan orang tua siswa juga sangat berperan dalam pengadaan kelas literat dan keberhasilan pembelajaran,” katanya lagi.

Setelah kelasnya menerapkan desain kelas literat yang dikembangkan Ibu Tatat, menurut Ibu Lilis Heryati SPd, guru SDN 3.4 Sukarasa, kemampuan literasi sudah lebih baik.

”Selain minat membaca siswa menjadi lebih meningkat, para siswa kalau ditugaskan menulis, mereka mampu menulis lebih panjang dan lebih terstruktur,” kata Ibu Lilis.

Page 132: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Syunu Trihantoyo Dosen Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Surabaya

Kegiatan pemberdayaan perpustakaan sekolah dalam mengembangkan budaya literasi di SDN Lidah Kulon 03 Surabaya merupakan bingkai dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNESA.

Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016 tersebut untuk membantu sekolah mitra dalam mengelola perpustakaan

Buat Program Literasi sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat

sekolah yang mampu meningkatkan minat membaca siswa. Sebelumnya sekolah ini mengalami beragam kendala dalam pemanfaatan dan pengelolaan perpustakaan. Masalah utama adalah kurangnya ketersediaan bahan bacaan, koleksi buku yang ada merupakan koleksi buku lama sehingga kurang menarik minat siswa. Kunjungan siswa ke perpustakaan juga masih sangat sedikit. Kegiatan pembelajaran belum disinergikan dengan kegiatan kunjungan atau pencarian informasi di perpustakaan. Untuk itu sekolah berupaya untuk fokus dalam perbaikan kualitas perpustakaan selaras dengan misi Surabaya sebagai kota literasi dimana saat ini mulai berfokus pada perbaikan kualitas perpustakaan di sekolah.

Hasil pertemuan dan diskusi dengan Kepala SDN Lidah Kulon 03 Surabaya, Bapak Agus Widodo SPd mengung-kapkan, “Saat ini sekolah kami sedang fokus dalam pembenahan fasilitas perpustakaan sekolah, diharapkan berawal dari perbaikan sarana dan prasarana perpustakaan ini akan dapat mendukung proses pembelajaran, khususnya kegiatan literasi siswa yang mampu menunjang proses belajar mengajar di kelas.”

Untuk itu kedatangan tim pengabdian masyarakat UNESA disambut baik di mana tujuan kegiatan selaras dengan semangat kepala sekolah dalam membangun dan memberdayakan perpustakaan sekolah.

Program dalam kegiatan perpustakaan sekolah memang seharusnya dapat difungsikan sebagai support system dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Di mana perpustakaan sebagai tempat berbagai sumber ilmu serta bahan bacaan dapat dioptimalkan fungsinya guna meningkatkan budaya literasi siswa. Dengan bekal materi yang diperoleh saat mengikuti ToT dari Program USAID PRIORITAS, tim pengabdian masyarakat mendisemininasikan materi pelatihan dari USAID PRIORITAS terutama yang berkaitan dengan materi literasi. Kegiatan ini diikuti oleh kepala sekolah, guru, serta petugas perpustakaan sekolah baik dari sekolah sendiri maupun tenaga bantu pustakawan dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Kegiatan ini diawali dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh tim guna melihat pengelolaan perpustakaan dan kegiatan literasi yang ada di sekolah. Kegiatan ini

Perpustakaan sekolah kini rutin dimanfaatkan sebagai tempat untuk menjadi sumber belajar.

dilakukan untuk melihat kondisi perpustakaan dan pemanfaatannya. Dengan maksud untuk memahami latar pelaksanaan kegiatan sekaligus identifikasi permasalahan manajemen perpustakaan yang terjadi selama ini di objek pelaksanaan kegiatan dan korelasinya dalam pembelajaran. Dari kegiatan studi awal ini sasaran kegiatan pelatihan memiliki nilai tepat guna dan berdaya guna untuk kebermanfaatan SDN Lidah Kulon 03 Surabaya.

Tindak lanjut dari hasil studi pendahu-luan, tim melaksanakan penyampaian materi tentang 'Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah' dalam bentuk workshop dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi. Di mana materi tersebut dikemas menjadi beberapa tema yang meliputi: (1) manajemen perpustakaan sekolah sebagai support system, dan (2) menumbuhkan budaya literasi dalam menunjang proses pembelajaran.

Selanjutnya tim memberikan pelatihan terkait tata cara pengolahan koleksi bahan pustaka serta pengembangan sirkulasi bahan pustaka yang dilanjut-kan dengan simulasi pengolahan bahan pustaka. Di mana dalam kegiatan ini digunakan metode coaching. Hal ini dilakukan untuk melatih keterampilan pustakawan/ pengelola perpustakaan sekolah agar mampu mengolah bahan pustaka sekolah sehingga lebih mudah untuk di akses oleh siswa.

Terakhir, tim melakukan pendam-pingan kepada peserta pelatihan dalam

membuat rencana pengembangan program perpustakaan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan analisis lingkungan internal dan eksternal sekolah sampai diketahui prioritas program sekolah dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Dalam rencana pengembangan program ini juga disusun waktu pelaksanaan pada masing-masing kegiatan.

Untuk penambahan koleksi buku selain membeli buku dengan dana sekolah (BOS), sekolah juga bekerja sama dengan pihak luar dalam hal ini Sekolah Ciputra dan Perpustakaan Kota Surabaya untuk membantu pengadaan buku-buku baru.

Perubahan yang terjadi setelah didampingi, sekolah mampu membangkitkan minat baca siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Ada kenaikan lebih dari 1.200 pengunjung perpustakaan setelah kegiatan pendampingan ini.

Keberhasilan sekolah ini dapat dilihat bahwa sekolah telah menerapkan: (1) sudut baca di

setiap kelas; (2) pembiasaan membaca setiap hari Jum'at setelah kegiatan Senam Kesehatan Jasmani (SKJ) yang dikemas dalam kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS); (3) menerapkan Kurikulum Wajib Baca (KWB); (4) pembinaan sahabat pustaka (bimbingan membuat cerpen dan puisi); (5) mading karya siswa.

Adapun beberapa produk yang dihasilkan oleh siswa di antaranya cerita pendek, puisi, serta lembar resume, dan catatan baca TMS (tantangan membaca Surabaya). Hasil capaian ini sangat menggembirakan sekolah dimana saat ini SDN Lidah Kulon 03 Lakarsantri Surabaya mampu mengembangkan literasi dan sangat mendukung pembelajaran.

Hasil karya tulis siswa menjadi lebih panjang dan lebih

terstruktur setelah siswa banyak membaca.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)120 121Integrasi LPTK - Sekolah

Page 133: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Syunu Trihantoyo Dosen Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Surabaya

Kegiatan pemberdayaan perpustakaan sekolah dalam mengembangkan budaya literasi di SDN Lidah Kulon 03 Surabaya merupakan bingkai dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNESA.

Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016 tersebut untuk membantu sekolah mitra dalam mengelola perpustakaan

Buat Program Literasi sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat

sekolah yang mampu meningkatkan minat membaca siswa. Sebelumnya sekolah ini mengalami beragam kendala dalam pemanfaatan dan pengelolaan perpustakaan. Masalah utama adalah kurangnya ketersediaan bahan bacaan, koleksi buku yang ada merupakan koleksi buku lama sehingga kurang menarik minat siswa. Kunjungan siswa ke perpustakaan juga masih sangat sedikit. Kegiatan pembelajaran belum disinergikan dengan kegiatan kunjungan atau pencarian informasi di perpustakaan. Untuk itu sekolah berupaya untuk fokus dalam perbaikan kualitas perpustakaan selaras dengan misi Surabaya sebagai kota literasi dimana saat ini mulai berfokus pada perbaikan kualitas perpustakaan di sekolah.

Hasil pertemuan dan diskusi dengan Kepala SDN Lidah Kulon 03 Surabaya, Bapak Agus Widodo SPd mengung-kapkan, “Saat ini sekolah kami sedang fokus dalam pembenahan fasilitas perpustakaan sekolah, diharapkan berawal dari perbaikan sarana dan prasarana perpustakaan ini akan dapat mendukung proses pembelajaran, khususnya kegiatan literasi siswa yang mampu menunjang proses belajar mengajar di kelas.”

Untuk itu kedatangan tim pengabdian masyarakat UNESA disambut baik di mana tujuan kegiatan selaras dengan semangat kepala sekolah dalam membangun dan memberdayakan perpustakaan sekolah.

Program dalam kegiatan perpustakaan sekolah memang seharusnya dapat difungsikan sebagai support system dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Di mana perpustakaan sebagai tempat berbagai sumber ilmu serta bahan bacaan dapat dioptimalkan fungsinya guna meningkatkan budaya literasi siswa. Dengan bekal materi yang diperoleh saat mengikuti ToT dari Program USAID PRIORITAS, tim pengabdian masyarakat mendisemininasikan materi pelatihan dari USAID PRIORITAS terutama yang berkaitan dengan materi literasi. Kegiatan ini diikuti oleh kepala sekolah, guru, serta petugas perpustakaan sekolah baik dari sekolah sendiri maupun tenaga bantu pustakawan dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Kegiatan ini diawali dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh tim guna melihat pengelolaan perpustakaan dan kegiatan literasi yang ada di sekolah. Kegiatan ini

Perpustakaan sekolah kini rutin dimanfaatkan sebagai tempat untuk menjadi sumber belajar.

dilakukan untuk melihat kondisi perpustakaan dan pemanfaatannya. Dengan maksud untuk memahami latar pelaksanaan kegiatan sekaligus identifikasi permasalahan manajemen perpustakaan yang terjadi selama ini di objek pelaksanaan kegiatan dan korelasinya dalam pembelajaran. Dari kegiatan studi awal ini sasaran kegiatan pelatihan memiliki nilai tepat guna dan berdaya guna untuk kebermanfaatan SDN Lidah Kulon 03 Surabaya.

Tindak lanjut dari hasil studi pendahu-luan, tim melaksanakan penyampaian materi tentang 'Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah' dalam bentuk workshop dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi. Di mana materi tersebut dikemas menjadi beberapa tema yang meliputi: (1) manajemen perpustakaan sekolah sebagai support system, dan (2) menumbuhkan budaya literasi dalam menunjang proses pembelajaran.

Selanjutnya tim memberikan pelatihan terkait tata cara pengolahan koleksi bahan pustaka serta pengembangan sirkulasi bahan pustaka yang dilanjut-kan dengan simulasi pengolahan bahan pustaka. Di mana dalam kegiatan ini digunakan metode coaching. Hal ini dilakukan untuk melatih keterampilan pustakawan/ pengelola perpustakaan sekolah agar mampu mengolah bahan pustaka sekolah sehingga lebih mudah untuk di akses oleh siswa.

Terakhir, tim melakukan pendam-pingan kepada peserta pelatihan dalam

membuat rencana pengembangan program perpustakaan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan analisis lingkungan internal dan eksternal sekolah sampai diketahui prioritas program sekolah dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Dalam rencana pengembangan program ini juga disusun waktu pelaksanaan pada masing-masing kegiatan.

Untuk penambahan koleksi buku selain membeli buku dengan dana sekolah (BOS), sekolah juga bekerja sama dengan pihak luar dalam hal ini Sekolah Ciputra dan Perpustakaan Kota Surabaya untuk membantu pengadaan buku-buku baru.

Perubahan yang terjadi setelah didampingi, sekolah mampu membangkitkan minat baca siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Ada kenaikan lebih dari 1.200 pengunjung perpustakaan setelah kegiatan pendampingan ini.

Keberhasilan sekolah ini dapat dilihat bahwa sekolah telah menerapkan: (1) sudut baca di

setiap kelas; (2) pembiasaan membaca setiap hari Jum'at setelah kegiatan Senam Kesehatan Jasmani (SKJ) yang dikemas dalam kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS); (3) menerapkan Kurikulum Wajib Baca (KWB); (4) pembinaan sahabat pustaka (bimbingan membuat cerpen dan puisi); (5) mading karya siswa.

Adapun beberapa produk yang dihasilkan oleh siswa di antaranya cerita pendek, puisi, serta lembar resume, dan catatan baca TMS (tantangan membaca Surabaya). Hasil capaian ini sangat menggembirakan sekolah dimana saat ini SDN Lidah Kulon 03 Lakarsantri Surabaya mampu mengembangkan literasi dan sangat mendukung pembelajaran.

Hasil karya tulis siswa menjadi lebih panjang dan lebih

terstruktur setelah siswa banyak membaca.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)120 121Integrasi LPTK - Sekolah

Page 134: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Walisongo Semarang - Program Manajemen Pendidikan Islam (MPI) di UIN Walisongo Semarang memiliki mata kuliah yang terkait dengan pengembangan budaya baca. Yaitu, mata kuliah manajemen perpus-takaan dan sumber belajar, katalogisasi dan klasifikasi perpustakaan, otoma-tisasi perpustakaan dan praktik pengelolaan perpustakaan.

Adalah Bapak Dr Fahrurrozi, dosen mata kuliah tersebut tertarik untuk mengimplementasikannya dalam pengalaman nyata. Dosen yang juga salah satu fasilitator USAID PRIORITAS itu, seusai melakukan pelatihan dan pendampingan program budaya baca program PRIORITAS di madrasah binaan mitra merasa tertantang untuk mengembangkan manajemen budaya baca. Pak Fahrur kemudian mengajak tim yaitu Bapak Mursid MAg dan Bapak Dr Musthofa

Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah

untuk memfokuskan program dampingannya kepada tiga madrasah mitra yaitu MIT Nurul Islam, MI Darul Ulum, dan MI Miftahul Akhlaqiyah.

Langkah awal yang dilakukan oleh Pak Fahrur yaitu memetakan kembali potensi-potensi dan mengumpulkan informasi tentang budaya baca di tiga madrasah. Hasil yang didapatkan yaitu:

1. Koleksi bahan bacaan jumlahnya

minim. Selain itu, bahan bacaan perpustakaan juga cenderung tidak update, sehingga siswa enggan untuk datang ke perpustakaan.

2. Penataan buku-buku perpustakaan terklasifikasi berdasarkan tema. Hal itu mempersulit siswa mencari buku yang diinginkan. Di madrasah sudah diterapkan sudut baca kelas namun pengelolaan kurang baik sehingga banyak koleksi yang hilang.

Mahasiwa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam sedang memilah-milah buku di perpustakaan madrasah untuk menata kembali buku-buku di perpustakaan.

3. Sebagian besar guru belum memiliki kemampuan pembelajaran berbasis literasi. Kemampuan ini penting sebagai strategi guru membiasakan anak membaca menulis dalam sesi proses pembelajaran di dalam kelas.

4. Banyak orang tua (keluarga) yang kurang peduli dengan pendidikan anaknya. Minimnya kepedulian tersebut dibuktikan dengan minimnya kemauan atau pemahaman orang tua tentang pentingnya pendampingan membaca dan belajar di rumah.

Hasil observasi tersebut kemudian dilanjutkan dengan melakukan focus group discussion (FGD) yang melibatkan kepala madrasah dan guru. Dalam kegiatan FGD, tim menyampai-kan kendala dan menerima masukan banyak dari peserta. Disepakati beberapa hal untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan. Di antaranya, penambahan koleksi buku perpustakaan, pelatihan pembelajaran literasi bagi guru, pertemuan dengan forum wali (parenting), dan studi banding.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Pak Fahrur adalah memfasilitasi penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara masing-masing madrasah dengan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Selanjutnya MoU tersebut mengatur bagaimana implementasi pendampingan dengan melibatkan madrasah, dosen, guru, dan

mahasiswa dalam pengembangan budaya baca.

“MoU ini selanjutnya oleh MPI ditindaklanjuti dengan menugaskan mahasiswa dalam praktik mata kuliah pengelolaan perpustakaan untuk turun membantu. Kegiatan mereka di antaranya melakukan katalogisasi dan klasifikasi buku perpustakaan, menata perpustakaan madrasah, mengotomasikan perpustakaan madrasah, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan baca siswa untuk menunjang budaya baca siswa di madrasah,” jelas Pak Fahrur.

Hasil pendampingan tersebut terlihat perbaikan secara berangsur-angsur. Yaitu, terencanakannya penambahan jumlah buku perpustakaan madrasah, terencanakannya judul dan tema buku-buku yang sesuai dengan usia siswa MI, terencanakannya tenaga khusus yang mengelola perpustakaan madrasah, terintegrasinya kegiatan pembelajaran dalam kelas dengan kegiatan perpustakaan madrasah melalui rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru.

Melihat jumlah buku yang relatif kurang, selanjutnya tim gabungan sekolah dan MPI kemudian menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Kerjasama ini dilakukan dengan menggunakan program layanan terpadu.

Program ini berupa “penitipan” buku pada setiap madrasah sejumlah 150

judul buku. Setiap bulannya buku-buku ini dapat diperbaharui. Tanggung jawab madrasah adalah menjaga dan merawat keutuhan buku hingga buku-buku tersebut selesai dimanfaatkan dan dikembalikan ke perpustakaan daerah. Untuk memudahkan dalam administrasi, setiap bulan, satu madrasah menukarkan 150 buku tersebut ke madrasah lain. Setelah setiap madrasah merasakan manfaat buku, lalu ditukarkan kepada perpustakaan. Buku-buku tersebut juga merupakan buku pilihan dari guru sendiri dan pengelola perpustakaan madrasah.

Untuk mendorong suksesnya program. Pak Fahrur dan tim juga mengajukan pembiayaan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Akhirnya Diktis memberikan bantuan dana untuk pengembangan program sebesar 50 juta. Dana ini digunakan untuk biaya perjalanan peserta pertemuan, parenting dan berbagai kegiatan penguatan lainnya.

Selain dari sisi fisik dan internal, tim pendamping juga menguatkan dalam bentuk non fisik dan eksternal madrasah. Kegiatan penguatan tersebut berupa kegiatan parenting. Kegiatan parenting diselenggarakan secara terpisah di tiga madrasah. Tim pendamping yang terdiri dari Bapak Mursid mendampingi di MI Darul Ulum, Bapak Fahrurrozi di MI Miftahul Akhlaqiyah, dan Bapak Musthofa di MIT Nurul Islam. Adapun tema

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)122 123Integrasi LPTK - Sekolah

Page 135: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Walisongo Semarang - Program Manajemen Pendidikan Islam (MPI) di UIN Walisongo Semarang memiliki mata kuliah yang terkait dengan pengembangan budaya baca. Yaitu, mata kuliah manajemen perpus-takaan dan sumber belajar, katalogisasi dan klasifikasi perpustakaan, otoma-tisasi perpustakaan dan praktik pengelolaan perpustakaan.

Adalah Bapak Dr Fahrurrozi, dosen mata kuliah tersebut tertarik untuk mengimplementasikannya dalam pengalaman nyata. Dosen yang juga salah satu fasilitator USAID PRIORITAS itu, seusai melakukan pelatihan dan pendampingan program budaya baca program PRIORITAS di madrasah binaan mitra merasa tertantang untuk mengembangkan manajemen budaya baca. Pak Fahrur kemudian mengajak tim yaitu Bapak Mursid MAg dan Bapak Dr Musthofa

Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah

untuk memfokuskan program dampingannya kepada tiga madrasah mitra yaitu MIT Nurul Islam, MI Darul Ulum, dan MI Miftahul Akhlaqiyah.

Langkah awal yang dilakukan oleh Pak Fahrur yaitu memetakan kembali potensi-potensi dan mengumpulkan informasi tentang budaya baca di tiga madrasah. Hasil yang didapatkan yaitu:

1. Koleksi bahan bacaan jumlahnya

minim. Selain itu, bahan bacaan perpustakaan juga cenderung tidak update, sehingga siswa enggan untuk datang ke perpustakaan.

2. Penataan buku-buku perpustakaan terklasifikasi berdasarkan tema. Hal itu mempersulit siswa mencari buku yang diinginkan. Di madrasah sudah diterapkan sudut baca kelas namun pengelolaan kurang baik sehingga banyak koleksi yang hilang.

Mahasiwa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam sedang memilah-milah buku di perpustakaan madrasah untuk menata kembali buku-buku di perpustakaan.

3. Sebagian besar guru belum memiliki kemampuan pembelajaran berbasis literasi. Kemampuan ini penting sebagai strategi guru membiasakan anak membaca menulis dalam sesi proses pembelajaran di dalam kelas.

4. Banyak orang tua (keluarga) yang kurang peduli dengan pendidikan anaknya. Minimnya kepedulian tersebut dibuktikan dengan minimnya kemauan atau pemahaman orang tua tentang pentingnya pendampingan membaca dan belajar di rumah.

Hasil observasi tersebut kemudian dilanjutkan dengan melakukan focus group discussion (FGD) yang melibatkan kepala madrasah dan guru. Dalam kegiatan FGD, tim menyampai-kan kendala dan menerima masukan banyak dari peserta. Disepakati beberapa hal untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan. Di antaranya, penambahan koleksi buku perpustakaan, pelatihan pembelajaran literasi bagi guru, pertemuan dengan forum wali (parenting), dan studi banding.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Pak Fahrur adalah memfasilitasi penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara masing-masing madrasah dengan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Selanjutnya MoU tersebut mengatur bagaimana implementasi pendampingan dengan melibatkan madrasah, dosen, guru, dan

mahasiswa dalam pengembangan budaya baca.

“MoU ini selanjutnya oleh MPI ditindaklanjuti dengan menugaskan mahasiswa dalam praktik mata kuliah pengelolaan perpustakaan untuk turun membantu. Kegiatan mereka di antaranya melakukan katalogisasi dan klasifikasi buku perpustakaan, menata perpustakaan madrasah, mengotomasikan perpustakaan madrasah, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan baca siswa untuk menunjang budaya baca siswa di madrasah,” jelas Pak Fahrur.

Hasil pendampingan tersebut terlihat perbaikan secara berangsur-angsur. Yaitu, terencanakannya penambahan jumlah buku perpustakaan madrasah, terencanakannya judul dan tema buku-buku yang sesuai dengan usia siswa MI, terencanakannya tenaga khusus yang mengelola perpustakaan madrasah, terintegrasinya kegiatan pembelajaran dalam kelas dengan kegiatan perpustakaan madrasah melalui rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru.

Melihat jumlah buku yang relatif kurang, selanjutnya tim gabungan sekolah dan MPI kemudian menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Kerjasama ini dilakukan dengan menggunakan program layanan terpadu.

Program ini berupa “penitipan” buku pada setiap madrasah sejumlah 150

judul buku. Setiap bulannya buku-buku ini dapat diperbaharui. Tanggung jawab madrasah adalah menjaga dan merawat keutuhan buku hingga buku-buku tersebut selesai dimanfaatkan dan dikembalikan ke perpustakaan daerah. Untuk memudahkan dalam administrasi, setiap bulan, satu madrasah menukarkan 150 buku tersebut ke madrasah lain. Setelah setiap madrasah merasakan manfaat buku, lalu ditukarkan kepada perpustakaan. Buku-buku tersebut juga merupakan buku pilihan dari guru sendiri dan pengelola perpustakaan madrasah.

Untuk mendorong suksesnya program. Pak Fahrur dan tim juga mengajukan pembiayaan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Akhirnya Diktis memberikan bantuan dana untuk pengembangan program sebesar 50 juta. Dana ini digunakan untuk biaya perjalanan peserta pertemuan, parenting dan berbagai kegiatan penguatan lainnya.

Selain dari sisi fisik dan internal, tim pendamping juga menguatkan dalam bentuk non fisik dan eksternal madrasah. Kegiatan penguatan tersebut berupa kegiatan parenting. Kegiatan parenting diselenggarakan secara terpisah di tiga madrasah. Tim pendamping yang terdiri dari Bapak Mursid mendampingi di MI Darul Ulum, Bapak Fahrurrozi di MI Miftahul Akhlaqiyah, dan Bapak Musthofa di MIT Nurul Islam. Adapun tema

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)122 123Integrasi LPTK - Sekolah

Page 136: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

kegiatan adalah melejitkan prestasi belajar anak.

“Baru sekali ini saya mengikuti kegiatan pertemuan parenting. Ini sangat penting sekali. Saya jadi tahu bagaimana mendampingi anak saya untuk membaca setiap hari di rumah dan memfasilitasi buku-buku yang baik untuk dia,” kata Bapak Samin Anwar wali murid peserta parenting.

Usai melakukan parenting, tim pendamping dan madrasah

menyelenggarakan kegiatan pelatihan pembelajaran literasi bagi guru. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari di Aula Fakultas Tarbiyah UIN Walisongo. Untuk penyelenggaraan kegiatan ini, pendamping menjalin kerjasama dengan USAID PRIORITAS. Adapun bentuk kerjasama yang dibangun sesuai dengan ketentuan yang berlaku di USAID, yaitu narasumber/fasilitator dan bahan pelatihan berupa modul akan ditanggung oleh pihak USAID PRIORITAS. Sedangkan akomodasi, konsumsi dan lain-lainnya ditanggung oleh penyelenggara.

Tindak lanjut dari pelatihan untuk 50 orang peserta dari tiga sekolah tersebut berupa, membuat jadwal dan menyosialisasikan rencana penguatan dan persiapan penerapan pembelajaran literasi bagi guru dan menerapkan lesson study untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran literasi guru.

Langkah terakhir hasil FGD yang dilaksanakan yaitu melakukan studi banding ke MIN Model Tempel yang ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Studi banding ini menunjukkan gambaran nyata tentang bagaimana pengelolaan budaya baca termasuk pengelolaan perpustakaan.

Setelah mendapatkan banyak informasi dari MIN Model Tempel, tim pendamping dan tiga kepala madrasah melanjutkan perjalanan menuju

Penerbit Mizan yang ada di Yogyakarta. Di Mizan, tiga kepala madrasah bebas memilih buku-buku yang sesuai anggaran dan jenis buku yang diminati oleh siswanya masing-masing. Rata-rata setiap madrasah difasilitasi oleh tim pendamping untuk membeli 150 jenis buku atau sejumlah Rp 2,5 juta.

Hasil dari pendampingan ini berdampak signifikan. Berdasarkan daftar hadir perpustakaan, menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih banyak kunjungannya. Perpustakaan juga menjadi banyak pilihan buku, ramai kunjungan, kondusif, menarik, dan lebih nyaman. Selain itu, pemandangan siswa membaca buku di sudut-sudut baca dan di lingkungan madrasah terlihat nyata. Hasil karya siswa dalam literasi dalam pembelajaran dan hasil membaca juga sudah mulai banyak. Terlihat sekali bahwa budaya cinta membaca sudah terbentuk.

“Pendampingan yang dilakukan oleh Pak Fahrur dan tim memberikan kesempatan bagi kami untuk berbenah secara utuh terkait program pembudayaan membaca. Kami bersyukur setelah didampingi akhirnya kami bisa menjadi juara II lomba perpustakaan madrasah di Semarang. Juara satu adalah MI Akhlaqiyah yang juga binaan dari Pak Fahrur dan tim,” ungkap kepala MI Darul Ulum Nurul, Ibu Qomariah.

Bersama para guru mengidentifikasi dan membuat katalog perpustakaan.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Oleh Supartinah MHum Dosen FIP PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk dapat mempunyai kemampuan literasi yang baik, dibutuhkan pengua-saan terhadap ilmu yang didasarkan pada keterpaduan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Lebih jauh, seseorang dapat dikatakan literat jika telah memahami sesuatu karena membaca dan melaku-kan sesuatu berdasarkan pada pema-haman bacaannya.

Pembekalan kemampuan literasi dapat lebih efektif melalui jalur program pendidikan formal sedini mungkin. Oleh karena itu, pendidikan di SD memiliki peran yang dominan dalam mengembangkan pembelajaran literasi.

Hasil observasi awal yang saya lakukan,

pembelajaran literasi beberapa SD di lingkungan Kecamatan Umbulharjo belum diselenggarakan secara maksimal, baik pembelajaran literasi yang terintegrasi dalam pembelajaran rutin maupun sebagai program sekolah. Fasilitas pembelajaran literasi yang ada di lingkungan sekolah dapat dikatakan masih minim, sehingga lingkungan yang literat sama sekali belum tampak. Hal ini berdampak pada kemampuan literasi peserta didik menjadi kurang memuaskan.

Karena itu diperlukan kegiatan pelati-han bagi guru-guru SD di kecamatan Umbulharjo tentang pembelajaran literasi melalui bengkel membaca dan menulis yang telah dikembangkan oleh program USAID PRIORITAS.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di forum kelompok kerja

guru (KKG) pada hari Jum'at dan Sabtu, 10–11 Juli 2015 bertempat di ruang kelas SDN Pakel Yogyakarta. Timnya adalah saya sendiri, Ibu Sekar Purbarini Kawuryan MPd, dan Ibu Unik Ambarwati MPd. Kegiatan ini mengundang, pengawas, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa.

Pada hari pertama, materi sesi satu tentang pembelajaran literasi yang efektif di sekolah dasar. Pada sesi ini, banyak sekali curhatan dari para guru tentang pengalamannya dalam membelajarkan literasi kepada siswa yang tidak optimal. Saat membaca sebuah wacana misalnya, kemudian guru menanyakan tentang isi bacaan, siswa belum dapat menjawabnya. Ada juga guru yang sudah meminta siswa untuk mengunjungi perpustakaan untuk membaca, siswa sama sekali

Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis

Dosen tampak sedang melatihkan cara memanfaatkan buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa kepada para guru melalui KKG. Pelatihan ini diberikan kepada para guru sekolah-sekolah nonmitra yang belum mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)124 125Integrasi LPTK - Sekolah

Page 137: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

kegiatan adalah melejitkan prestasi belajar anak.

“Baru sekali ini saya mengikuti kegiatan pertemuan parenting. Ini sangat penting sekali. Saya jadi tahu bagaimana mendampingi anak saya untuk membaca setiap hari di rumah dan memfasilitasi buku-buku yang baik untuk dia,” kata Bapak Samin Anwar wali murid peserta parenting.

Usai melakukan parenting, tim pendamping dan madrasah

menyelenggarakan kegiatan pelatihan pembelajaran literasi bagi guru. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari di Aula Fakultas Tarbiyah UIN Walisongo. Untuk penyelenggaraan kegiatan ini, pendamping menjalin kerjasama dengan USAID PRIORITAS. Adapun bentuk kerjasama yang dibangun sesuai dengan ketentuan yang berlaku di USAID, yaitu narasumber/fasilitator dan bahan pelatihan berupa modul akan ditanggung oleh pihak USAID PRIORITAS. Sedangkan akomodasi, konsumsi dan lain-lainnya ditanggung oleh penyelenggara.

Tindak lanjut dari pelatihan untuk 50 orang peserta dari tiga sekolah tersebut berupa, membuat jadwal dan menyosialisasikan rencana penguatan dan persiapan penerapan pembelajaran literasi bagi guru dan menerapkan lesson study untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran literasi guru.

Langkah terakhir hasil FGD yang dilaksanakan yaitu melakukan studi banding ke MIN Model Tempel yang ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Studi banding ini menunjukkan gambaran nyata tentang bagaimana pengelolaan budaya baca termasuk pengelolaan perpustakaan.

Setelah mendapatkan banyak informasi dari MIN Model Tempel, tim pendamping dan tiga kepala madrasah melanjutkan perjalanan menuju

Penerbit Mizan yang ada di Yogyakarta. Di Mizan, tiga kepala madrasah bebas memilih buku-buku yang sesuai anggaran dan jenis buku yang diminati oleh siswanya masing-masing. Rata-rata setiap madrasah difasilitasi oleh tim pendamping untuk membeli 150 jenis buku atau sejumlah Rp 2,5 juta.

Hasil dari pendampingan ini berdampak signifikan. Berdasarkan daftar hadir perpustakaan, menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih banyak kunjungannya. Perpustakaan juga menjadi banyak pilihan buku, ramai kunjungan, kondusif, menarik, dan lebih nyaman. Selain itu, pemandangan siswa membaca buku di sudut-sudut baca dan di lingkungan madrasah terlihat nyata. Hasil karya siswa dalam literasi dalam pembelajaran dan hasil membaca juga sudah mulai banyak. Terlihat sekali bahwa budaya cinta membaca sudah terbentuk.

“Pendampingan yang dilakukan oleh Pak Fahrur dan tim memberikan kesempatan bagi kami untuk berbenah secara utuh terkait program pembudayaan membaca. Kami bersyukur setelah didampingi akhirnya kami bisa menjadi juara II lomba perpustakaan madrasah di Semarang. Juara satu adalah MI Akhlaqiyah yang juga binaan dari Pak Fahrur dan tim,” ungkap kepala MI Darul Ulum Nurul, Ibu Qomariah.

Bersama para guru mengidentifikasi dan membuat katalog perpustakaan.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Oleh Supartinah MHum Dosen FIP PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk dapat mempunyai kemampuan literasi yang baik, dibutuhkan pengua-saan terhadap ilmu yang didasarkan pada keterpaduan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Lebih jauh, seseorang dapat dikatakan literat jika telah memahami sesuatu karena membaca dan melaku-kan sesuatu berdasarkan pada pema-haman bacaannya.

Pembekalan kemampuan literasi dapat lebih efektif melalui jalur program pendidikan formal sedini mungkin. Oleh karena itu, pendidikan di SD memiliki peran yang dominan dalam mengembangkan pembelajaran literasi.

Hasil observasi awal yang saya lakukan,

pembelajaran literasi beberapa SD di lingkungan Kecamatan Umbulharjo belum diselenggarakan secara maksimal, baik pembelajaran literasi yang terintegrasi dalam pembelajaran rutin maupun sebagai program sekolah. Fasilitas pembelajaran literasi yang ada di lingkungan sekolah dapat dikatakan masih minim, sehingga lingkungan yang literat sama sekali belum tampak. Hal ini berdampak pada kemampuan literasi peserta didik menjadi kurang memuaskan.

Karena itu diperlukan kegiatan pelati-han bagi guru-guru SD di kecamatan Umbulharjo tentang pembelajaran literasi melalui bengkel membaca dan menulis yang telah dikembangkan oleh program USAID PRIORITAS.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di forum kelompok kerja

guru (KKG) pada hari Jum'at dan Sabtu, 10–11 Juli 2015 bertempat di ruang kelas SDN Pakel Yogyakarta. Timnya adalah saya sendiri, Ibu Sekar Purbarini Kawuryan MPd, dan Ibu Unik Ambarwati MPd. Kegiatan ini mengundang, pengawas, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa.

Pada hari pertama, materi sesi satu tentang pembelajaran literasi yang efektif di sekolah dasar. Pada sesi ini, banyak sekali curhatan dari para guru tentang pengalamannya dalam membelajarkan literasi kepada siswa yang tidak optimal. Saat membaca sebuah wacana misalnya, kemudian guru menanyakan tentang isi bacaan, siswa belum dapat menjawabnya. Ada juga guru yang sudah meminta siswa untuk mengunjungi perpustakaan untuk membaca, siswa sama sekali

Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis

Dosen tampak sedang melatihkan cara memanfaatkan buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa kepada para guru melalui KKG. Pelatihan ini diberikan kepada para guru sekolah-sekolah nonmitra yang belum mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)124 125Integrasi LPTK - Sekolah

Page 138: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)126 127Integrasi LPTK - Sekolah

tidak tertarik untuk membaca. Perpustakaan menjadi ruangan sepi dari pengunjung. Ada juga seorang guru kelas awal yang kesulitan menghadapi seorang siswa yang sama sekali belum mengenal huruf dengan latar belakang orang tua yang sangat tidak mendukung baik dalam bidang akademik maupun ekonomi.

Permasalahan ini menjadi bahan diskusi awal yang sangat menarik. Simpulan yang dapat ditarik adalah kurangnya strategi yang tepat dan belum adanya program literasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain itu, ke-giatan membaca belum membudaya di sekolah karena belum diperhati-kannya

strategi yang lebih menye-nangkan untuk menarik perhatian dan minat baca siswa. Juga belum diciptakannya lingkungan yang literat baik di dalam maupun di luar kelas.

Sesi kedua tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggara-kan pembelajaran literasi terkait dengan waktu penyelenggaraan, strategi yang dipilih, materi atau bahan yang disiapkan, latihan-latihan, dan evaluasinya. Pada sesi ini, pengabdi menyampaikan dengan cara simulasi. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Peserta duduk berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas

empat atau enam orang (harus genap) jika tidak terpenuhi maka mahasiswa bergabung.

2. Peserta diberi teks bacaan dengan judul yang berbeda.

3. Peserta membaca bahan bacaan dalam hati.

4. Para pengabdi dan mahasiswa membagi kertas HVS kosong. Peserta diminta untuk membuat peta pikiran terkait dengan unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam cerita.

5. Tim fasilitator meminta salah satu peserta untuk menunjukkan hasil peta pikirannya dan menceritakan

kembali bacaan di depan kelas.

6. Tim fasilitator mengupas dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan cerita.

7. Tim fasilitator meminta kembali teks bacaan dan hasil karya peta pikiran dari peserta.

8. Tim memilih tiga peta pikiran yang terbaik dan memajangkannya di papan pajangan.

9. Peserta diminta untuk berpasangan. Masing-masing menceritakan kembali teks bacaan yang dibacanya secara bergantian.

10. Tim membagi kertas berbentuk lingkaran kepada masing-masing peserta di kelompok 1, 2, dan 3, sedangkan kelompok 4 dan 5 mendapatkan kertas HVS warna.

11. Semua peserta menuliskan kembali cerita yang didengarnya pada kertas yang telah diterimanya.

12. Kelompok 4 dan 5 dipandu untuk membuat zig zag book.

13. Tim pengabdi membagi dua ikon wajah kepada masing-masing peserta.

14. Setelah selesai menulis, peserta memberikan tulisannya kepada pasangannya masing-masing untuk direview dengan menempelkan salah satu ikon wajah.

15. Selain itu, juga memberikan dua bunga untuk hasil tulisan yang rapi dan alur cerita utamanya lengkap.

16. Memajang hasil karya.

Kegiatan pada sesi ini juga diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta. Meskipun beberapa peserta ada yang kelelahan, para fasilitator menyelingi dengan bernyanyi bersama dan ice breaking agar suasana kembali bersemangat.

Acara dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran literasi di kelas awal dan kelas lanjut. Peserta diminta untuk mengidentifikasi dan merancang pembelajaran literasi di kelas awal dan kelas lanjut, baik dengan bengkel menulis maupun bengkel membaca. Bengkel yang dimaksud berupa program untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa. Hasil penugasan dikumpulkan pada hari kedua kegiatan pelatihan untuk didiskusikan bersama.

Pada hari kedua, materi diawali dengan pemaparan presentasi dan diskusi tentang hasil rancangan program literasi di kelas awal dengan bengkel menulis dan bengkel membaca. Dilanjutkan dengan pemaparan presentasi kelompok tentang hasil rancangan program literasi di kelas lanjut dengan bengkel menulis dan bengkel membaca.

Acara dilanjutkan dengan evaluasi kegiatan dan ditutup dengan refleksi kegiatan. Pada sesi terakhir ini, kami memberikan motivasi kepada para

peserta agar konsisten menyelengga-rakan pembelajaran literasi melalui bengkel menulis dan bengkel membaca agar terwujud reader and writter community di sekolah.

Pada kesempatan yang lain, saya juga melatihkan pembelajaran membaca berimbang dengan buku bacaan berjenjang yang dikembangkan USAID PRIORITAS dan Yayasan Literasi Indonesia (YLAI) untuk guru-guru SD di kecamatan Gamping. Kali ini timnya adalah saya, Ibu Murtiningsih MPd, dan Ibu Woro Sri Hastuti MPd. Kegiatan diselenggarakan di dalam salah satu ruang kelas SDN Mejing II Gamping. Kegiatan dua hari ini (19-20/2015) mengundang, pengawas, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa, kurang lebih 35 orang hadir dalam kegiatan tersebut.

Peserta dilatih tentang cara mengguna-kan buku bacaan berjenjang, strategi mengajar membaca bersama dengan buku besar, dan membaca terbimbing untuk kelompok siswa dengan kemampuan membaca yang sama.

Dampak dari kegiatan ini, menurut Bapak Ivan, Kepala SDN Meijing 2 Gamping Sleman, minat membaca siswa sudah mulai tumbuh. Siswa juga menjadi bisa memahami isi buku yang dibacanya. ”Setelah kami menerapkan bengkel membaca dan menulis, kami berhasil menjadi juara dalam lomba gugus. Sekolah kami juga mendapat akreditasi A,” katanya.

Para guru menunjukkan mini book dan reading worm yang dibuat saat pelatihan.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 139: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)126 127Integrasi LPTK - Sekolah

tidak tertarik untuk membaca. Perpustakaan menjadi ruangan sepi dari pengunjung. Ada juga seorang guru kelas awal yang kesulitan menghadapi seorang siswa yang sama sekali belum mengenal huruf dengan latar belakang orang tua yang sangat tidak mendukung baik dalam bidang akademik maupun ekonomi.

Permasalahan ini menjadi bahan diskusi awal yang sangat menarik. Simpulan yang dapat ditarik adalah kurangnya strategi yang tepat dan belum adanya program literasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain itu, ke-giatan membaca belum membudaya di sekolah karena belum diperhati-kannya

strategi yang lebih menye-nangkan untuk menarik perhatian dan minat baca siswa. Juga belum diciptakannya lingkungan yang literat baik di dalam maupun di luar kelas.

Sesi kedua tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggara-kan pembelajaran literasi terkait dengan waktu penyelenggaraan, strategi yang dipilih, materi atau bahan yang disiapkan, latihan-latihan, dan evaluasinya. Pada sesi ini, pengabdi menyampaikan dengan cara simulasi. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Peserta duduk berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas

empat atau enam orang (harus genap) jika tidak terpenuhi maka mahasiswa bergabung.

2. Peserta diberi teks bacaan dengan judul yang berbeda.

3. Peserta membaca bahan bacaan dalam hati.

4. Para pengabdi dan mahasiswa membagi kertas HVS kosong. Peserta diminta untuk membuat peta pikiran terkait dengan unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam cerita.

5. Tim fasilitator meminta salah satu peserta untuk menunjukkan hasil peta pikirannya dan menceritakan

kembali bacaan di depan kelas.

6. Tim fasilitator mengupas dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan cerita.

7. Tim fasilitator meminta kembali teks bacaan dan hasil karya peta pikiran dari peserta.

8. Tim memilih tiga peta pikiran yang terbaik dan memajangkannya di papan pajangan.

9. Peserta diminta untuk berpasangan. Masing-masing menceritakan kembali teks bacaan yang dibacanya secara bergantian.

10. Tim membagi kertas berbentuk lingkaran kepada masing-masing peserta di kelompok 1, 2, dan 3, sedangkan kelompok 4 dan 5 mendapatkan kertas HVS warna.

11. Semua peserta menuliskan kembali cerita yang didengarnya pada kertas yang telah diterimanya.

12. Kelompok 4 dan 5 dipandu untuk membuat zig zag book.

13. Tim pengabdi membagi dua ikon wajah kepada masing-masing peserta.

14. Setelah selesai menulis, peserta memberikan tulisannya kepada pasangannya masing-masing untuk direview dengan menempelkan salah satu ikon wajah.

15. Selain itu, juga memberikan dua bunga untuk hasil tulisan yang rapi dan alur cerita utamanya lengkap.

16. Memajang hasil karya.

Kegiatan pada sesi ini juga diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta. Meskipun beberapa peserta ada yang kelelahan, para fasilitator menyelingi dengan bernyanyi bersama dan ice breaking agar suasana kembali bersemangat.

Acara dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran literasi di kelas awal dan kelas lanjut. Peserta diminta untuk mengidentifikasi dan merancang pembelajaran literasi di kelas awal dan kelas lanjut, baik dengan bengkel menulis maupun bengkel membaca. Bengkel yang dimaksud berupa program untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa. Hasil penugasan dikumpulkan pada hari kedua kegiatan pelatihan untuk didiskusikan bersama.

Pada hari kedua, materi diawali dengan pemaparan presentasi dan diskusi tentang hasil rancangan program literasi di kelas awal dengan bengkel menulis dan bengkel membaca. Dilanjutkan dengan pemaparan presentasi kelompok tentang hasil rancangan program literasi di kelas lanjut dengan bengkel menulis dan bengkel membaca.

Acara dilanjutkan dengan evaluasi kegiatan dan ditutup dengan refleksi kegiatan. Pada sesi terakhir ini, kami memberikan motivasi kepada para

peserta agar konsisten menyelengga-rakan pembelajaran literasi melalui bengkel menulis dan bengkel membaca agar terwujud reader and writter community di sekolah.

Pada kesempatan yang lain, saya juga melatihkan pembelajaran membaca berimbang dengan buku bacaan berjenjang yang dikembangkan USAID PRIORITAS dan Yayasan Literasi Indonesia (YLAI) untuk guru-guru SD di kecamatan Gamping. Kali ini timnya adalah saya, Ibu Murtiningsih MPd, dan Ibu Woro Sri Hastuti MPd. Kegiatan diselenggarakan di dalam salah satu ruang kelas SDN Mejing II Gamping. Kegiatan dua hari ini (19-20/2015) mengundang, pengawas, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa, kurang lebih 35 orang hadir dalam kegiatan tersebut.

Peserta dilatih tentang cara mengguna-kan buku bacaan berjenjang, strategi mengajar membaca bersama dengan buku besar, dan membaca terbimbing untuk kelompok siswa dengan kemampuan membaca yang sama.

Dampak dari kegiatan ini, menurut Bapak Ivan, Kepala SDN Meijing 2 Gamping Sleman, minat membaca siswa sudah mulai tumbuh. Siswa juga menjadi bisa memahami isi buku yang dibacanya. ”Setelah kami menerapkan bengkel membaca dan menulis, kami berhasil menjadi juara dalam lomba gugus. Sekolah kami juga mendapat akreditasi A,” katanya.

Para guru menunjukkan mini book dan reading worm yang dibuat saat pelatihan.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 140: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Hery Sutarto MPd Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Belum lama ini, SD Hidayatullah Semarang ketika melakukan kunjungan ke laboratorium Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang (Unnes), kami suguhkan suatu permainan matematika di luar kelas. Permainan ini terinspirasi dari salah satu problem/ soal dalam TOT Nasional Matematika SD di Jakarta oleh USAID PRIORITAS

tentang materi pengukuran. Salah satu problem yang menarik dalam TOT tersebut dapat dilihat pada gambar di kotak biru di halaman berikutnya.

Problem tersebut saya modifikasi menjadi permainan matematika di luar kelas (mathematics outdor learning). Permainan tersebut saya beri nama Lomba Menyiram Tanaman Matematika. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Guru atau pemandu menjelaskan

aturan main kepada masing-masing kelompok. Bahwa telah disediakan dua buah bejana yang diketahui memiliki kapasitas 3 liter dan 5 liter (bukan ukuran kapasitas yang sebenarnya). Setiap kelompok akan berlomba menyiram tanaman yang ditunjuk dengan banyaknya air 1 liter, 2 liter, 3 liter, 4 liter, 5 liter, 6 liter, 7 liter dan seterusnya yang diambil dari ember besar.

2. Setelah mendapatkan sebanyak air

Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...

Siswa secara kelompok berpikir bagimana cara mendapatkan ukuran yang sesuai instruksi guru.

yang ditentukan secara tepat hanya menggunakan dua gelas tersebut, maka tim menuangkan ke dalam ember dan kemudian berlari ke tanaman yang telah ditentukan dan menyiramkannya. Kemudian balik lagi dalam kelompoknya untuk mendapatkan sebanyak air yang berbeda. Di informasikan bahwa jika ada kelompok yang menyiram air dengan banyaknya tidak tepat, maka akan mengakibatkan tanaman tersebut mati.

3. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh pendamping yang berperan sebagai juri, mengawasi apakah air yang didapat sudah tepat atau belum. Jika belum, maka tidak diperbolehkan membawa air tersebut untuk menyiram.

4. Tim pemenang adalah tim dengan menyiram terbanyak, secara benar tentunya.

Dalam pelaksanaannya, tim akan mendiskusikan terlebih dahulu dalam kelompoknya sebelum mengambil air. Misal, bagaimana untuk bisa mendapatkan 1 liter air secara tepat?

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh tim adalah mengambil air satu gelas penuh pada ukuran 3 liter, dan menuangkan kedalam gelas berkapasitas 5 liter. Kemudian mengambil lagi segelas air penuh pada ukuran 3 liter, dan menuangkan kedalam gelas yang berukuran 5 liter tadi sampai penuh. Maka masih terdapat sisa air dalam gelas yang berukuran 3 liter untuk pengambilan yang kedua. Sisa tersebut tepat 1 liter.

Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

1 = 2 x 3 - 5

Demikian seterusnya, siswa harus berpikir secara kelompok dalam timnya, bagaimana cara mendapatkan 2 liter, 3 liter, 4 liter, 5 liter, 6 liter, 7 liter dan seterusnya.

Dengan kegiatan ini, matematika terasa sangat menyenangkan, walaupun soal/problem aslinya merupakan kategori soal higher order thinking. Tampak kerja sama antar siswa dalam kelompok, keceriaan pada wajah-wajah mereka, kompetisi yang baik untuk menjadi pemenang/problem solver, dan matematika yang ramah lingkungan.

Jika disediakan dua buah wadah yang memiliki kapasitas 5 liter dan 3 liter, bagaimana Anda menentukan atau memperoleh 4 liter dengan tepat menggunakan dua wadah tersebut?

Siswa secara bergantian dalam kelompoknya menyiramkan kepada tanaman yang dituju sesuai dengan ukuran yang sudah didapatkan berdasarkan kerja dalam kelompoknya.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)128 129Integrasi LPTK - Sekolah

Page 141: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Hery Sutarto MPd Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Belum lama ini, SD Hidayatullah Semarang ketika melakukan kunjungan ke laboratorium Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang (Unnes), kami suguhkan suatu permainan matematika di luar kelas. Permainan ini terinspirasi dari salah satu problem/ soal dalam TOT Nasional Matematika SD di Jakarta oleh USAID PRIORITAS

tentang materi pengukuran. Salah satu problem yang menarik dalam TOT tersebut dapat dilihat pada gambar di kotak biru di halaman berikutnya.

Problem tersebut saya modifikasi menjadi permainan matematika di luar kelas (mathematics outdor learning). Permainan tersebut saya beri nama Lomba Menyiram Tanaman Matematika. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Guru atau pemandu menjelaskan

aturan main kepada masing-masing kelompok. Bahwa telah disediakan dua buah bejana yang diketahui memiliki kapasitas 3 liter dan 5 liter (bukan ukuran kapasitas yang sebenarnya). Setiap kelompok akan berlomba menyiram tanaman yang ditunjuk dengan banyaknya air 1 liter, 2 liter, 3 liter, 4 liter, 5 liter, 6 liter, 7 liter dan seterusnya yang diambil dari ember besar.

2. Setelah mendapatkan sebanyak air

Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...

Siswa secara kelompok berpikir bagimana cara mendapatkan ukuran yang sesuai instruksi guru.

yang ditentukan secara tepat hanya menggunakan dua gelas tersebut, maka tim menuangkan ke dalam ember dan kemudian berlari ke tanaman yang telah ditentukan dan menyiramkannya. Kemudian balik lagi dalam kelompoknya untuk mendapatkan sebanyak air yang berbeda. Di informasikan bahwa jika ada kelompok yang menyiram air dengan banyaknya tidak tepat, maka akan mengakibatkan tanaman tersebut mati.

3. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh pendamping yang berperan sebagai juri, mengawasi apakah air yang didapat sudah tepat atau belum. Jika belum, maka tidak diperbolehkan membawa air tersebut untuk menyiram.

4. Tim pemenang adalah tim dengan menyiram terbanyak, secara benar tentunya.

Dalam pelaksanaannya, tim akan mendiskusikan terlebih dahulu dalam kelompoknya sebelum mengambil air. Misal, bagaimana untuk bisa mendapatkan 1 liter air secara tepat?

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh tim adalah mengambil air satu gelas penuh pada ukuran 3 liter, dan menuangkan kedalam gelas berkapasitas 5 liter. Kemudian mengambil lagi segelas air penuh pada ukuran 3 liter, dan menuangkan kedalam gelas yang berukuran 5 liter tadi sampai penuh. Maka masih terdapat sisa air dalam gelas yang berukuran 3 liter untuk pengambilan yang kedua. Sisa tersebut tepat 1 liter.

Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

1 = 2 x 3 - 5

Demikian seterusnya, siswa harus berpikir secara kelompok dalam timnya, bagaimana cara mendapatkan 2 liter, 3 liter, 4 liter, 5 liter, 6 liter, 7 liter dan seterusnya.

Dengan kegiatan ini, matematika terasa sangat menyenangkan, walaupun soal/problem aslinya merupakan kategori soal higher order thinking. Tampak kerja sama antar siswa dalam kelompok, keceriaan pada wajah-wajah mereka, kompetisi yang baik untuk menjadi pemenang/problem solver, dan matematika yang ramah lingkungan.

Jika disediakan dua buah wadah yang memiliki kapasitas 5 liter dan 3 liter, bagaimana Anda menentukan atau memperoleh 4 liter dengan tepat menggunakan dua wadah tersebut?

Siswa secara bergantian dalam kelompoknya menyiramkan kepada tanaman yang dituju sesuai dengan ukuran yang sudah didapatkan berdasarkan kerja dalam kelompoknya.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)128 129Integrasi LPTK - Sekolah

Page 142: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Iyon Maryono MP Mat Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pembelajaran mengenai luas permu-kaan bola pada tingkat SMP/MTs, salah satu kesulitannya adalah pada aspek pemahaman siswa terhadap rumus luas permukaan bola. Siswa sulit untuk mengingat rumus luas permukaan bola atau mudah tertukar dengan rumus-rumus yang lain. Misalnya tertukar dengan rumus luas lingkaran atau volume bola. Hal ini mungkin disebabkan siswa tidak paham dari mana asal mula rumus tersebut.

Dalam pembelajaran matematika, penyampaian materi baru sejatinya memperkuat pemahaman terhadap materi sebelumnya (materi prasyarat). Pembelajaran tentang materi luas permukaan bola sejatinya memper-kuat pemahaman terhadap materi luas daerah lingkatan. Karenanya pembela-jaran dengan materi luas permukaan

bola perlu dihubungkan dengan materi luas lingkaran dengan argumen yang logis. Hal ini sejalan dengan standar program pembelajaran geometri seko-lah untuk kelas 6-8 yang dicanangkan NCTM, yakni: “menganalisis karakteristik dan sifat-sifat bentuk geomatri dua dan tiga dimensi serta mengembangkan argumen matematis mengenai hubungan-hubungan geometris” (NCTM, 2000:232).

Dari sudut pandang psikologi kognitif. Santrock, (2011: 372) mengemukakan bahwa pada usia remaja aktivitas kognitif terpenting di antaranya adalah penalaran dan pengambilan keputusan. Dalam bernalar dan mengambil kepu-tusan remaja lebih dominan dengan cara memonitor dan mengelola pengalaman aktual dibandingkan dengan proses analitis. Pernyataan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada usia remaja sebaiknya melalui pengalaman belajar aktual yang dialami dirinya sendiri.

Misalnya, dalam materi luas permu-kaan bola sebaiknya guru menyajikan pembelajaran dengan cara menemu-kan asal mula rumus permukaan bola melalui penemuan dengan meng-gunakan benda konkret dari pada guru menyajikan langsung asal mula luas permukaan bola secara analitis.

Persentase daya ingat seseorang dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dialaminya. Edgar Dale menggam-barkan persentase hal yang diingat seseorang dalam kerucut pembela-jaran Dale (Dale's cone of learning). Menurut Dale, hasil pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman nyata atau simulasi pengalaman nyata cenderung akan diingat sebanyak 90%.

Meskipun demikian, proses pembe-lajaran tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi bisa dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan pertimbangan tertentu. Pengalaman nyata (langsung) atau simulasi pengalaman nyata akan memberikan informasi dan gagasan yang terkan-dung dalam pengalaman tersebut, karena pembelajaran melibatkan

Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola

Siswa tampak bangga menunjukkan hasil karya menemukan luas permukaan bola.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)130

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

berbagai indera, misalnya indera pengli-hatan, pendengaran, perasaan, penciu-man, dan peraba (Dale, 1946:38). Simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami bila diberikan dalam bentuk pengalaman nyata.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, dalam program pendampingan kami merancang suatu pembelajaran melalui simulasi penemuan luas per-mukaan bola dengan bantuan alat-alat yang sederhana yaitu: benang kasur, bola, karton, gunting dan lem. Gamba-ran singkat langkah pembelajaran yang

berhasil dirancang, dapat dilihat pada bagan di bawah. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan yang dilakukan ber-hasil mengaktifkan seluruh siswa dan tujuan pembelajaran berhasil dicapai, yakni siswa dapat menjelaskan asal mula rumus luas permukaan bola. Siswa dapat membedakan luas permu-kaan bola dan luas daerah lingkaran secara logis, bahkan memperkuat kembali pemahaman terhadap konsep luas daerah lingkaran.

Daftar Pustaka

Dale, E. (1946). Audio-Visual Methods in Teaching. New York: Dryden Press.

Jacobs, G.; Hurley, M.; and Unite, C. (2008). How Learning Theory Creates a Foundation for SI Leader Training. Journal of Peer Learning, Volume 1, p.6-12. (Available at:http: //ro.uow.edu.au/ajpl/vol1/iss1/3)

NCTM (The National Council of Tea-chers of Mathematics). (2000). Prin-ciples and Standards for School Ma-thematics. USA: The National Coun-cil of Teachers of Mathematics, Inc.

Sanrock, J.W. (2011). Life Span Deve-lopment. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

INTRODUCTION 5’ (klasikal)

APLICATION 20’ (kelompok)

1. Secara berkelompok, siswa membuat linggkaran dengan jari-jari sama dengan jari-jari bola;

2. Meliliti seluruh permukaan bola dengan benang Kasur;3. Membuka lilitan benang kemudian melilitkan ke

lingkaran hasil langkah 1.4. Jika lingkaran sudah penuh, lilitkan sisa benang ke

lingkaran baru dengan ukuran sama. Demikian seterusnya, hingga benar habis;

5. Siswa menarik kesimpulan tentang luas permukaan bola dikaitkan dengan jumlah lingkaran yang bisa tertutup benang.

6. Salah seorang wakil kelompok menjelaskan kesimpulannya dan kelompok lain memberikan komentar;

CONNECTION 5’ (klasikal)

REFLECTION 5’ (klasikal)

Menyampaikan latar belakang, tujuan, dan gambaran langkah-langkah pembelajaran.

Mengingatkan kembali konsep luas daerah lingkaran.

1. Guru meminta siswa untuk menuliskan apa saja pelajaran yang dipetik dari percobaan/penemuan rumus luas permukaan bola tadi;

2. Guru memberikan penguatan bahwa luas permukaan bola sama dengan empat luas daerah lingkaran dengan jari-jari sama dengan bola yang bersangkutan.

Siswa diminta melakukan percobaan serupa terhadap jeruk yang lebih kecil dan lebih besar, untuk menguji apakah rumus yang ditemukan sama.

EXTENSION

131Integrasi LPTK - Sekolah

Page 143: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Iyon Maryono MP Mat Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pembelajaran mengenai luas permu-kaan bola pada tingkat SMP/MTs, salah satu kesulitannya adalah pada aspek pemahaman siswa terhadap rumus luas permukaan bola. Siswa sulit untuk mengingat rumus luas permukaan bola atau mudah tertukar dengan rumus-rumus yang lain. Misalnya tertukar dengan rumus luas lingkaran atau volume bola. Hal ini mungkin disebabkan siswa tidak paham dari mana asal mula rumus tersebut.

Dalam pembelajaran matematika, penyampaian materi baru sejatinya memperkuat pemahaman terhadap materi sebelumnya (materi prasyarat). Pembelajaran tentang materi luas permukaan bola sejatinya memper-kuat pemahaman terhadap materi luas daerah lingkatan. Karenanya pembela-jaran dengan materi luas permukaan

bola perlu dihubungkan dengan materi luas lingkaran dengan argumen yang logis. Hal ini sejalan dengan standar program pembelajaran geometri seko-lah untuk kelas 6-8 yang dicanangkan NCTM, yakni: “menganalisis karakteristik dan sifat-sifat bentuk geomatri dua dan tiga dimensi serta mengembangkan argumen matematis mengenai hubungan-hubungan geometris” (NCTM, 2000:232).

Dari sudut pandang psikologi kognitif. Santrock, (2011: 372) mengemukakan bahwa pada usia remaja aktivitas kognitif terpenting di antaranya adalah penalaran dan pengambilan keputusan. Dalam bernalar dan mengambil kepu-tusan remaja lebih dominan dengan cara memonitor dan mengelola pengalaman aktual dibandingkan dengan proses analitis. Pernyataan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada usia remaja sebaiknya melalui pengalaman belajar aktual yang dialami dirinya sendiri.

Misalnya, dalam materi luas permu-kaan bola sebaiknya guru menyajikan pembelajaran dengan cara menemu-kan asal mula rumus permukaan bola melalui penemuan dengan meng-gunakan benda konkret dari pada guru menyajikan langsung asal mula luas permukaan bola secara analitis.

Persentase daya ingat seseorang dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dialaminya. Edgar Dale menggam-barkan persentase hal yang diingat seseorang dalam kerucut pembela-jaran Dale (Dale's cone of learning). Menurut Dale, hasil pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman nyata atau simulasi pengalaman nyata cenderung akan diingat sebanyak 90%.

Meskipun demikian, proses pembe-lajaran tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi bisa dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan pertimbangan tertentu. Pengalaman nyata (langsung) atau simulasi pengalaman nyata akan memberikan informasi dan gagasan yang terkan-dung dalam pengalaman tersebut, karena pembelajaran melibatkan

Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola

Siswa tampak bangga menunjukkan hasil karya menemukan luas permukaan bola.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)130

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

berbagai indera, misalnya indera pengli-hatan, pendengaran, perasaan, penciu-man, dan peraba (Dale, 1946:38). Simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami bila diberikan dalam bentuk pengalaman nyata.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, dalam program pendampingan kami merancang suatu pembelajaran melalui simulasi penemuan luas per-mukaan bola dengan bantuan alat-alat yang sederhana yaitu: benang kasur, bola, karton, gunting dan lem. Gamba-ran singkat langkah pembelajaran yang

berhasil dirancang, dapat dilihat pada bagan di bawah. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan yang dilakukan ber-hasil mengaktifkan seluruh siswa dan tujuan pembelajaran berhasil dicapai, yakni siswa dapat menjelaskan asal mula rumus luas permukaan bola. Siswa dapat membedakan luas permu-kaan bola dan luas daerah lingkaran secara logis, bahkan memperkuat kembali pemahaman terhadap konsep luas daerah lingkaran.

Daftar Pustaka

Dale, E. (1946). Audio-Visual Methods in Teaching. New York: Dryden Press.

Jacobs, G.; Hurley, M.; and Unite, C. (2008). How Learning Theory Creates a Foundation for SI Leader Training. Journal of Peer Learning, Volume 1, p.6-12. (Available at:http: //ro.uow.edu.au/ajpl/vol1/iss1/3)

NCTM (The National Council of Tea-chers of Mathematics). (2000). Prin-ciples and Standards for School Ma-thematics. USA: The National Coun-cil of Teachers of Mathematics, Inc.

Sanrock, J.W. (2011). Life Span Deve-lopment. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

INTRODUCTION 5’ (klasikal)

APLICATION 20’ (kelompok)

1. Secara berkelompok, siswa membuat linggkaran dengan jari-jari sama dengan jari-jari bola;

2. Meliliti seluruh permukaan bola dengan benang Kasur;3. Membuka lilitan benang kemudian melilitkan ke

lingkaran hasil langkah 1.4. Jika lingkaran sudah penuh, lilitkan sisa benang ke

lingkaran baru dengan ukuran sama. Demikian seterusnya, hingga benar habis;

5. Siswa menarik kesimpulan tentang luas permukaan bola dikaitkan dengan jumlah lingkaran yang bisa tertutup benang.

6. Salah seorang wakil kelompok menjelaskan kesimpulannya dan kelompok lain memberikan komentar;

CONNECTION 5’ (klasikal)

REFLECTION 5’ (klasikal)

Menyampaikan latar belakang, tujuan, dan gambaran langkah-langkah pembelajaran.

Mengingatkan kembali konsep luas daerah lingkaran.

1. Guru meminta siswa untuk menuliskan apa saja pelajaran yang dipetik dari percobaan/penemuan rumus luas permukaan bola tadi;

2. Guru memberikan penguatan bahwa luas permukaan bola sama dengan empat luas daerah lingkaran dengan jari-jari sama dengan bola yang bersangkutan.

Siswa diminta melakukan percobaan serupa terhadap jeruk yang lebih kecil dan lebih besar, untuk menguji apakah rumus yang ditemukan sama.

EXTENSION

131Integrasi LPTK - Sekolah

Page 144: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Rahayu Condro MPd Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam pendampingan kegiatan kelompok kerja guru (KKG) Sekolah Dasar (SD) Gugus II Ambarketawang kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, saya menerapkan pendekatan kontekstual. Tujuannya agar dalam KKG guru mampu secara kreatif menghasilkan media dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Mengajarkan penjumlahan pecahan di bawah ini kepada siswa sekolah dasar mungkin merupakan hal biasa.

Bagaimana jika siswa tersebut bertanya, mengapa harus seperti itu caranya? Mengapa tidak jumlahkan saja pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut, itu akan lebih mudah kan? Tentu saja salah cara seperti itu, kata guru-guru kita.

Nah untuk mempersiapkan guru-guru kita agar bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, maka daun pisang bisa menjadi salah satu medianya. Murah dan mudah didapat dihampir seluruh pelosok negeri. Siswa SD memang berada pada tahap operasional konkret yang berarti mereka hanya memahami konsep baru melalui benda konkret sebagai medianya. Terlebih pada pelajaran matematika, yang banyak orang bilang, ini ilmu abstrak. Padahal matematika itu merupakan notasi kehidupan nyata.

Secara sederhana media berarti perantara. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran.

Penjumlahan dua pecahan dengan media daun pisang bisa digunakan pada pecahan murni ataupun pecahan campuran. Pada tahap awal, guru sebaiknya mengambil contoh untuk pecahan murni dahulu. Adapun langkah-langkah dalam menjumlahkan dua bilangan pecahan, misalnya

, sebagai berikut:

1. Siapkan dua lembar daun pisang berbentuk persegi dengan ukuran 20cm x 20cm (ukuran sesuai yang diinginkan sehingga siswa lebih mudah menggunakannya)

Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar

12 +

14

Ibu Rahayu sedang memodelkan penggunaan daun pisang untuk belajar konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)132 133Integrasi LPTK - Sekolah

2. Suwirlah/ bagilah salah satu daun menjadi tiga bagian yang sama besar, lalu arsirlah salah satu permukaan daun dengan spidol 1 bagiannya untuk menunjukkan 1/3bagian yang kita miliki

3. Ambillah daun yang kedua, suwirlah/ bagilah menjadi 4 bagian yang sama besar, lalu arsirlah satu bagiannya pada permukaan daun untuk menunjukkan bagian 1/4yang akan ditambahkan. Jangan lupa mengarsir pada warna daun pisang yang berbeda dari daun pertama, apabila yang pertama arsirannya pada daun warna hijau tua, maka yang kedua arsirlah pada daun warna hijau muda.

4. Anyamlah daun pertama dengan daun kedua, sehingga membentuk anyaman “tikar-tikaran” seperti gambar di bawah ini:

5. Terbentuklah 12 kotak kecil dari anyaman tadi. Perhatikan arsiran pada daun, berdasarkan arsiran yang sekarang sudah terkotak-kotak, hitunglah berapa bagian yang ada arsirannya. Benar sekali! Ada 7 kotak.

6. Bagian yang diarsir 7 dari 12 kotak keseluruhan

7. Berarti hasil penjumlahan

1/3 + 1/4 = 7/12

Penjumlahan dua bilangan pecahan dengan menggunakan daun pisang dapat memberi pemahaman konsep penjumlahan yaitu penggabungan dua benda. Media ini bisa menggantikan kue pada soal cerita “Budi memiliki kue bagian, lalu ia diberikan lagi 1/3oleh ibunya bagian, berapa 1/4bagiankah kue Budi sekarang?”.

Dengan demikian siswa menjadi jelas

mengapa Hasil ini 1/3 + 1/4 = 7/12siswa peroleh sebelum mereka mengetahui bagaimana menyelesaikan penjumlahan pecahan. Lalu siswa diajak untuk berpikir, bagaimana cara menjumlahkan agar 1/3 + 1/4 =

hasilnya . Hasil penjumlahan itu7/12

ternyata akan diperoleh apabila kita menyamakan penyebutnya dan menjumlahkan pembilangnya saja, 1/3 + 1/4 = 4 + 3/12 = 7/12 Bandingkan

apabila kita mengerjakannya dengan cara menjumlahkan kedua pembilang dan penyebut yang tentu

hal ini salah karena tidak sesuai dengan kenyataan seperti yang sudah kira praktikkan dengan daun pisang tadi.

Ternyata cara menjumlahkan dua pecahan dengan menyamakan penyebut dan menjumlahkan kedua pembilang adalah untuk menyesuaikan hasilnya pada kehidupan nyata, karena pada dasarnya matematika menotasikan dunia nyata.

Penggunaan daun pisang sebagai media pembelajaran bukan hanya dapat mengkonkretkan dan menjelaskan konsep penjumlahan pecahan, melainkan dapat juga digunakan untuk operasi pecahan yang lain, seperti pengurangan, perkalian dan pembagian.

13

14 1

314+ =

712

13 1

4

13

14

+ =7

12

13

14

+ = =7

124+312

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 145: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Rahayu Condro MPd Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam pendampingan kegiatan kelompok kerja guru (KKG) Sekolah Dasar (SD) Gugus II Ambarketawang kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, saya menerapkan pendekatan kontekstual. Tujuannya agar dalam KKG guru mampu secara kreatif menghasilkan media dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Mengajarkan penjumlahan pecahan di bawah ini kepada siswa sekolah dasar mungkin merupakan hal biasa.

Bagaimana jika siswa tersebut bertanya, mengapa harus seperti itu caranya? Mengapa tidak jumlahkan saja pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut, itu akan lebih mudah kan? Tentu saja salah cara seperti itu, kata guru-guru kita.

Nah untuk mempersiapkan guru-guru kita agar bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, maka daun pisang bisa menjadi salah satu medianya. Murah dan mudah didapat dihampir seluruh pelosok negeri. Siswa SD memang berada pada tahap operasional konkret yang berarti mereka hanya memahami konsep baru melalui benda konkret sebagai medianya. Terlebih pada pelajaran matematika, yang banyak orang bilang, ini ilmu abstrak. Padahal matematika itu merupakan notasi kehidupan nyata.

Secara sederhana media berarti perantara. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran.

Penjumlahan dua pecahan dengan media daun pisang bisa digunakan pada pecahan murni ataupun pecahan campuran. Pada tahap awal, guru sebaiknya mengambil contoh untuk pecahan murni dahulu. Adapun langkah-langkah dalam menjumlahkan dua bilangan pecahan, misalnya

, sebagai berikut:

1. Siapkan dua lembar daun pisang berbentuk persegi dengan ukuran 20cm x 20cm (ukuran sesuai yang diinginkan sehingga siswa lebih mudah menggunakannya)

Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar

12 +

14

Ibu Rahayu sedang memodelkan penggunaan daun pisang untuk belajar konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)132 133Integrasi LPTK - Sekolah

2. Suwirlah/ bagilah salah satu daun menjadi tiga bagian yang sama besar, lalu arsirlah salah satu permukaan daun dengan spidol 1 bagiannya untuk menunjukkan 1/3bagian yang kita miliki

3. Ambillah daun yang kedua, suwirlah/ bagilah menjadi 4 bagian yang sama besar, lalu arsirlah satu bagiannya pada permukaan daun untuk menunjukkan bagian 1/4yang akan ditambahkan. Jangan lupa mengarsir pada warna daun pisang yang berbeda dari daun pertama, apabila yang pertama arsirannya pada daun warna hijau tua, maka yang kedua arsirlah pada daun warna hijau muda.

4. Anyamlah daun pertama dengan daun kedua, sehingga membentuk anyaman “tikar-tikaran” seperti gambar di bawah ini:

5. Terbentuklah 12 kotak kecil dari anyaman tadi. Perhatikan arsiran pada daun, berdasarkan arsiran yang sekarang sudah terkotak-kotak, hitunglah berapa bagian yang ada arsirannya. Benar sekali! Ada 7 kotak.

6. Bagian yang diarsir 7 dari 12 kotak keseluruhan

7. Berarti hasil penjumlahan

1/3 + 1/4 = 7/12

Penjumlahan dua bilangan pecahan dengan menggunakan daun pisang dapat memberi pemahaman konsep penjumlahan yaitu penggabungan dua benda. Media ini bisa menggantikan kue pada soal cerita “Budi memiliki kue bagian, lalu ia diberikan lagi 1/3oleh ibunya bagian, berapa 1/4bagiankah kue Budi sekarang?”.

Dengan demikian siswa menjadi jelas

mengapa Hasil ini 1/3 + 1/4 = 7/12siswa peroleh sebelum mereka mengetahui bagaimana menyelesaikan penjumlahan pecahan. Lalu siswa diajak untuk berpikir, bagaimana cara menjumlahkan agar 1/3 + 1/4 =

hasilnya . Hasil penjumlahan itu7/12

ternyata akan diperoleh apabila kita menyamakan penyebutnya dan menjumlahkan pembilangnya saja, 1/3 + 1/4 = 4 + 3/12 = 7/12 Bandingkan

apabila kita mengerjakannya dengan cara menjumlahkan kedua pembilang dan penyebut yang tentu

hal ini salah karena tidak sesuai dengan kenyataan seperti yang sudah kira praktikkan dengan daun pisang tadi.

Ternyata cara menjumlahkan dua pecahan dengan menyamakan penyebut dan menjumlahkan kedua pembilang adalah untuk menyesuaikan hasilnya pada kehidupan nyata, karena pada dasarnya matematika menotasikan dunia nyata.

Penggunaan daun pisang sebagai media pembelajaran bukan hanya dapat mengkonkretkan dan menjelaskan konsep penjumlahan pecahan, melainkan dapat juga digunakan untuk operasi pecahan yang lain, seperti pengurangan, perkalian dan pembagian.

13

14 1

314+ =

712

13 1

4

13

14

+ =7

12

13

14

+ = =7

124+312

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 146: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Salah satu kegiatan yang penting dalam rangka integrasi antara perguruan tinggi pencetak guru dengan sekolah mitranya adalah pendampingan dosen kepada guru-guru di sekolah mitra tersebut. Pendampingan ini dilakukan dengan pendekatan ‘lesson study’ (Plan, Do, See) untuk memastikan bahwa materi-materi pembelajaran aktif yang dilatihkan USAID PRIORITAS bersama para fasilitator dari perguruan tinggi tersebut diimplementasikan di kelas dengan baik.

Salah satu pendamping MTs model Makassar adalah Bapak Nursalam MPd, dosen Matematika FTK UIN Alauddin Makassar. Dia mendampingi Ibu Rahmawati MPd, guru kelas VIII yang

mengajar materi aplikasi persamaan linier dua variabel dalam kehidupan. Pendampingan tersebut berfokus untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan membuat siswa aktif dan mencapai dalam pembelajaran. Siswa juga diharapkan bisa menemukan konsep-konsep sendiri terhadap persamaan linier dua variabel.

Dalam pendampingan tersebut, Pak Nursalam bersama para guru di MGMP matematika menyusun RPP, LK, dan media pembelajaran. Setelah selesai melakukan hal tersebut, salah seorang guru diminta melakukan simulasi. Setelah simulasi selesai, bersama-sama mereka melakukan refleksi, khususnya mepada langkah-

langkah pembelajaran. Langkah ini disebut dengan Plan, dan dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

Setelah dirasa siap, pada jadwal yang ditentukan guru yang didampingi melakukan real teaching (Do). Beberapa guru matematika lainnya, ikut menjadi pengamat, mengamati sekaligus belajar bagaimana mengajarkan topik semacam itu dengan metode pembelajaran aktif.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut; pertama guru memberikan pertanyaan pada siswa: misalnya, seorang ke sebuah toko buku, dia membeli lima buku dan tiga pulpen, ternyata harganya 15 ribu. Nah, kira kira bagaimana caranya mengetahui harga satu buku dan satu pulpen?

Menyulap Kelas Menjadi Pasar BuahPembelajaran Kontekstual Aplikasi Persamaan Linier Dua Variabel dalam Kehidupan

Siswa sedang melakukan jual beli untuk belajar persamaan linier dua variabel dalam kehidupan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)134

Guru menyimpulkan bahwa hal seperti ini sering ditemui dan ternyata itu bisa diselesaikan dengan menggu-nakan konsep matematika sistem per-samaan linier dua variabel. Guru lalu menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, para siswa dibagi menjadi enam kelompok yang beranggotalakan lima orang siswa. Mereka diberikan LK pembelajaran aktif yang isinya berfokus pada pertama membuat kalimat matematikanya; kedua, menuliskan model matematika dalam bentuk persamaan linier; ketiga mencari masing-masing harga buah dari model matematika yang sudah dibuat, ada yang menggunakan substitusi, ada yang menggunakan eliminasi; dan keempat, menuliskan solusi terhadap masalah yang ditemukan.

Setelah membagikan LK, dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan dengan LK tersebut, setiap kelompok mendapatkan 10 buah biji salak dan 10 buah jeruk manis. Dua siswa tiap kelompok dijadikan sebagai penjual, yang lainnya menjadi pembeli. Tugas penjual hanya menjual buah tersebut. Sedangkan tugas pembeli yang membuat model matematika untuk menghitung harga dari setiap buah.

Model matematika atau kalimat matematikanya dibuat oleh kelompok adalah sebagai berikut: harga satu buah jeruk disimbolkan dengan x , dan harga satu buah salak disimbolkan dengan y. Pembeli pertama kemudian membuat kalimat matematika. Hal

yang sama juga dilakukan oleh pembeli kedua. Dua kalimat matematika dari dua pembeli tersebut digabungkan, sehingga terjadi diskusi antar kedua pembeli tadi untuk menuliskan model matematikanya. Misalnya si anak pertama membeli 3 jeruk dengan 4 salak dengan harga 10 ribu rupiah. Anak kedua membeli lagi 2 jeruk dan 3 salak dengan harga, misalnya, 7 ribu rupiah.

Atau kalimat matematikanya adalah : 3x + 4y = 10.000 2x + 3y = 7.000

Cara penyelesaiannya didiskusikan secara kelompok. Dalam hal ini, untuk menentukan harga dari masing masing satu buah jeruk dan buah salak, dengan asumsi bahwa harga buah jeruk atau salak sama walaupun besarannya beda. Diskusi kebanyakan memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara eliminasi; menghilangkan salah satu variabel, sampai mendapatkan hasil.

Atau sebagai berikut:

3x + 4y

= 10.000 x 26x + 8Y

= 20.0002x + 3y

= 7.000 x 3 6x + 9y

= 21.000-y = - 1000

y = 10003x + 4y (1000) = 10.000

3x + 4000 = 10.000

3x = 6.000

x = 2.000

Oleh karena itu harga

1 jeruk : Rp. 2000

1 salak : Rp. 1000

Setelah menyelesaikan masalah tersebut, guru meminta siswa untuk menjelaskan proses kerja mulai dari awal (pembelian) sampai cara memperoleh harga masing-masing buah lewat presentasi per kelompok. Siswa yang lain memberikan tanggapan, terkhusus cara penyelesaian masalah yang dilakukan.

Dengan cara ini, ternyata guru mampu membantu siswa untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel. Siswa terlibat aktif ikut memecahkan masalah dan mampu memahami dengan baik.

Setelah kegiatan selesai, diadakan pertemuan untuk melakukan refleksi (See). Salah satu masukan pak Nursalam dalam refleksi tersebut adalah guru harus lebih mengoptimal-kan kerja kelompok, karena berdasar pengamatannya, pembagian tugas belum jelas selama kerja kelompok, beberapa masih tidak terlibat aktif sehingga guru perlu lebih turun mendampingi ke kelompok.

Menurut Pak Nursalam, pelatihan dan pendampingan pada sekolah mitra LPTK perlu menjadi kegiatan tetap yang dialokasikan dananya secara khusus oleh LPTK. Guru-guru yang sudah terlatih akan menjadi guru pamong yang berkualitas saat mendampingi mahasiswa yang sedang berpraktik mengajar di sekolahnya.

135Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 147: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Alaudin Makassar - Salah satu kegiatan yang penting dalam rangka integrasi antara perguruan tinggi pencetak guru dengan sekolah mitranya adalah pendampingan dosen kepada guru-guru di sekolah mitra tersebut. Pendampingan ini dilakukan dengan pendekatan ‘lesson study’ (Plan, Do, See) untuk memastikan bahwa materi-materi pembelajaran aktif yang dilatihkan USAID PRIORITAS bersama para fasilitator dari perguruan tinggi tersebut diimplementasikan di kelas dengan baik.

Salah satu pendamping MTs model Makassar adalah Bapak Nursalam MPd, dosen Matematika FTK UIN Alauddin Makassar. Dia mendampingi Ibu Rahmawati MPd, guru kelas VIII yang

mengajar materi aplikasi persamaan linier dua variabel dalam kehidupan. Pendampingan tersebut berfokus untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan membuat siswa aktif dan mencapai dalam pembelajaran. Siswa juga diharapkan bisa menemukan konsep-konsep sendiri terhadap persamaan linier dua variabel.

Dalam pendampingan tersebut, Pak Nursalam bersama para guru di MGMP matematika menyusun RPP, LK, dan media pembelajaran. Setelah selesai melakukan hal tersebut, salah seorang guru diminta melakukan simulasi. Setelah simulasi selesai, bersama-sama mereka melakukan refleksi, khususnya mepada langkah-

langkah pembelajaran. Langkah ini disebut dengan Plan, dan dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

Setelah dirasa siap, pada jadwal yang ditentukan guru yang didampingi melakukan real teaching (Do). Beberapa guru matematika lainnya, ikut menjadi pengamat, mengamati sekaligus belajar bagaimana mengajarkan topik semacam itu dengan metode pembelajaran aktif.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut; pertama guru memberikan pertanyaan pada siswa: misalnya, seorang ke sebuah toko buku, dia membeli lima buku dan tiga pulpen, ternyata harganya 15 ribu. Nah, kira kira bagaimana caranya mengetahui harga satu buku dan satu pulpen?

Menyulap Kelas Menjadi Pasar BuahPembelajaran Kontekstual Aplikasi Persamaan Linier Dua Variabel dalam Kehidupan

Siswa sedang melakukan jual beli untuk belajar persamaan linier dua variabel dalam kehidupan.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)134

Guru menyimpulkan bahwa hal seperti ini sering ditemui dan ternyata itu bisa diselesaikan dengan menggu-nakan konsep matematika sistem per-samaan linier dua variabel. Guru lalu menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, para siswa dibagi menjadi enam kelompok yang beranggotalakan lima orang siswa. Mereka diberikan LK pembelajaran aktif yang isinya berfokus pada pertama membuat kalimat matematikanya; kedua, menuliskan model matematika dalam bentuk persamaan linier; ketiga mencari masing-masing harga buah dari model matematika yang sudah dibuat, ada yang menggunakan substitusi, ada yang menggunakan eliminasi; dan keempat, menuliskan solusi terhadap masalah yang ditemukan.

Setelah membagikan LK, dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan dengan LK tersebut, setiap kelompok mendapatkan 10 buah biji salak dan 10 buah jeruk manis. Dua siswa tiap kelompok dijadikan sebagai penjual, yang lainnya menjadi pembeli. Tugas penjual hanya menjual buah tersebut. Sedangkan tugas pembeli yang membuat model matematika untuk menghitung harga dari setiap buah.

Model matematika atau kalimat matematikanya dibuat oleh kelompok adalah sebagai berikut: harga satu buah jeruk disimbolkan dengan x , dan harga satu buah salak disimbolkan dengan y. Pembeli pertama kemudian membuat kalimat matematika. Hal

yang sama juga dilakukan oleh pembeli kedua. Dua kalimat matematika dari dua pembeli tersebut digabungkan, sehingga terjadi diskusi antar kedua pembeli tadi untuk menuliskan model matematikanya. Misalnya si anak pertama membeli 3 jeruk dengan 4 salak dengan harga 10 ribu rupiah. Anak kedua membeli lagi 2 jeruk dan 3 salak dengan harga, misalnya, 7 ribu rupiah.

Atau kalimat matematikanya adalah : 3x + 4y = 10.000 2x + 3y = 7.000

Cara penyelesaiannya didiskusikan secara kelompok. Dalam hal ini, untuk menentukan harga dari masing masing satu buah jeruk dan buah salak, dengan asumsi bahwa harga buah jeruk atau salak sama walaupun besarannya beda. Diskusi kebanyakan memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara eliminasi; menghilangkan salah satu variabel, sampai mendapatkan hasil.

Atau sebagai berikut:

3x + 4y

= 10.000 x 26x + 8Y

= 20.0002x + 3y

= 7.000 x 3 6x + 9y

= 21.000-y = - 1000

y = 10003x + 4y (1000) = 10.000

3x + 4000 = 10.000

3x = 6.000

x = 2.000

Oleh karena itu harga

1 jeruk : Rp. 2000

1 salak : Rp. 1000

Setelah menyelesaikan masalah tersebut, guru meminta siswa untuk menjelaskan proses kerja mulai dari awal (pembelian) sampai cara memperoleh harga masing-masing buah lewat presentasi per kelompok. Siswa yang lain memberikan tanggapan, terkhusus cara penyelesaian masalah yang dilakukan.

Dengan cara ini, ternyata guru mampu membantu siswa untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel. Siswa terlibat aktif ikut memecahkan masalah dan mampu memahami dengan baik.

Setelah kegiatan selesai, diadakan pertemuan untuk melakukan refleksi (See). Salah satu masukan pak Nursalam dalam refleksi tersebut adalah guru harus lebih mengoptimal-kan kerja kelompok, karena berdasar pengamatannya, pembagian tugas belum jelas selama kerja kelompok, beberapa masih tidak terlibat aktif sehingga guru perlu lebih turun mendampingi ke kelompok.

Menurut Pak Nursalam, pelatihan dan pendampingan pada sekolah mitra LPTK perlu menjadi kegiatan tetap yang dialokasikan dananya secara khusus oleh LPTK. Guru-guru yang sudah terlatih akan menjadi guru pamong yang berkualitas saat mendampingi mahasiswa yang sedang berpraktik mengajar di sekolahnya.

135Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 148: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Medan - Banyak orang berpikir bahwa nasi merupakan karbohidrat satu-satunya. Tapi SMP Al Azhar membuktikan banyak bahan makanan lain yang punya karbohidrat. Dengan uji benedict, kita bisa mengenali bahan makanan itu.

Laboratorium IPA SMP Al Azhar Medan penuh bahan makanan pagi itu. Ada yang membawa sayuran, buah-buahan, roti dan makanan ringan. Mereka akan menguji bahan makanan yang mempunyai

Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya

kandungan karbohidrat. Mereka melakukan pengujian benedict.

Uji benedict ditemukan oleh Stanley Rossiter Benedict dari Amerika Serikat. Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen

benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, oranye, atau merah bata dan muncul endapan hijau, kuning, orange atau merah bata. Warna merah bata menunjukkan angka karbohidrat yang paling tinggi.

Siswa dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama menguji buah. Kelompok dua menguji bahan makanan (roti,

Siswa sedang membakar tabung cairan benedict untuk mengetahui perubahan warna pada makanan sehingga diketahui kadar karbohidratnya.

quaker dan madu). Kelompok ketiga menguji nasi dan lemang. Dan kelompok keempat menguji sayuran.

Alat yang digunakan adalah pipet tetes, gelas baker, tabung reaksi, jepitan, pembakaran bunsen dan cairan Reagen benedict.

Proserdur uji cobanya adalah:

Semua bahan makan dihaluskan, sampai menghasilkan extract.

Extra bahan makan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Setelah extract makanan ada ditabung reaksi, maka diteteskan cairan benedict.

Persentasi extract dan cairan benedict adalah 1:1.

Perubahan warna setelah kedua cairan ditetes dicatat.

Setelah itu dibakar pakai pembakaran bansen.

Perubahan warna dicatat.

Pakai skala warna untuk mengukur perubahan warna.

Sebelum melakukan proses penetesan dan pembakaran, setiap kelompok diminta menulis hipotesis. Mana bahan makananan yang dinilai memiliki karbohidrat yang tinggi. Hipotesis ini memicu rasa ingin tahu siswa. Setelah ujicoba, siswa menuliskan laporan. Laporan ditempel dalam kertas karton. Setiap kelompok mengirimkan dua orang sebagai juru bicara.

Kelompok pertama melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu biskuit, quaker dan madu. Hasilnya biskuit dan quaker memiliki karbohidrat yang tinggi. Sedangkan madu memiliki karbohidrat rendah.

Kelompok kedua melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu susu kedelai, susu bubuk dan susu yogrut. Hasilnya susu kedelai karbohidrat sedang. Sedangkan susu bubuk dan susu yoghurt memiliki karbohirat tinggi.

Kelompok ketiga melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu kangkung, ubi jalar dan bayam. Hasilnya ubi jalar memiliki karbohidrat yang tinggi. Sedangkan kangkung dan bayam memiliki karbohirat rendah.

Kelompok keempat, melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu pisang, semangka dan anggur. Hasilnya anggur memiliki karbohidrat tinggi. Pisang memiliki karbohidrat sedang, dan semangka rendah.

Pembelajaran kali ini membuktikan, tidak semua bahan makanan memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Penggunaan bahan yang tidak alami, seperti ekstrak dalam makanan olahan juga mempengaruhi kadar karbohidrat.

Pembelajaran ini didesain bersama dosen UNIMED Ibu Meida Nugraha Lia MSi dan guru IPA SMP AL- Azhar Bapak Muhammad Syahnan N MPd. SMP Al-Azhar merupakan sekolah Lab Unimed yang didukung oleh USAID PRIORITAS.

Hasil pembakaran makanan untuk melihat kadar karbohidratnya. Hasil laporan percobaan dipresentasikan

oleh semua kelompok.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)136 137Integrasi LPTK - Sekolah

Page 149: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Medan - Banyak orang berpikir bahwa nasi merupakan karbohidrat satu-satunya. Tapi SMP Al Azhar membuktikan banyak bahan makanan lain yang punya karbohidrat. Dengan uji benedict, kita bisa mengenali bahan makanan itu.

Laboratorium IPA SMP Al Azhar Medan penuh bahan makanan pagi itu. Ada yang membawa sayuran, buah-buahan, roti dan makanan ringan. Mereka akan menguji bahan makanan yang mempunyai

Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya

kandungan karbohidrat. Mereka melakukan pengujian benedict.

Uji benedict ditemukan oleh Stanley Rossiter Benedict dari Amerika Serikat. Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen

benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, oranye, atau merah bata dan muncul endapan hijau, kuning, orange atau merah bata. Warna merah bata menunjukkan angka karbohidrat yang paling tinggi.

Siswa dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama menguji buah. Kelompok dua menguji bahan makanan (roti,

Siswa sedang membakar tabung cairan benedict untuk mengetahui perubahan warna pada makanan sehingga diketahui kadar karbohidratnya.

quaker dan madu). Kelompok ketiga menguji nasi dan lemang. Dan kelompok keempat menguji sayuran.

Alat yang digunakan adalah pipet tetes, gelas baker, tabung reaksi, jepitan, pembakaran bunsen dan cairan Reagen benedict.

Proserdur uji cobanya adalah:

Semua bahan makan dihaluskan, sampai menghasilkan extract.

Extra bahan makan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Setelah extract makanan ada ditabung reaksi, maka diteteskan cairan benedict.

Persentasi extract dan cairan benedict adalah 1:1.

Perubahan warna setelah kedua cairan ditetes dicatat.

Setelah itu dibakar pakai pembakaran bansen.

Perubahan warna dicatat.

Pakai skala warna untuk mengukur perubahan warna.

Sebelum melakukan proses penetesan dan pembakaran, setiap kelompok diminta menulis hipotesis. Mana bahan makananan yang dinilai memiliki karbohidrat yang tinggi. Hipotesis ini memicu rasa ingin tahu siswa. Setelah ujicoba, siswa menuliskan laporan. Laporan ditempel dalam kertas karton. Setiap kelompok mengirimkan dua orang sebagai juru bicara.

Kelompok pertama melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu biskuit, quaker dan madu. Hasilnya biskuit dan quaker memiliki karbohidrat yang tinggi. Sedangkan madu memiliki karbohidrat rendah.

Kelompok kedua melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu susu kedelai, susu bubuk dan susu yogrut. Hasilnya susu kedelai karbohidrat sedang. Sedangkan susu bubuk dan susu yoghurt memiliki karbohirat tinggi.

Kelompok ketiga melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu kangkung, ubi jalar dan bayam. Hasilnya ubi jalar memiliki karbohidrat yang tinggi. Sedangkan kangkung dan bayam memiliki karbohirat rendah.

Kelompok keempat, melaporkan tiga bahan yang diuji yaitu pisang, semangka dan anggur. Hasilnya anggur memiliki karbohidrat tinggi. Pisang memiliki karbohidrat sedang, dan semangka rendah.

Pembelajaran kali ini membuktikan, tidak semua bahan makanan memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Penggunaan bahan yang tidak alami, seperti ekstrak dalam makanan olahan juga mempengaruhi kadar karbohidrat.

Pembelajaran ini didesain bersama dosen UNIMED Ibu Meida Nugraha Lia MSi dan guru IPA SMP AL- Azhar Bapak Muhammad Syahnan N MPd. SMP Al-Azhar merupakan sekolah Lab Unimed yang didukung oleh USAID PRIORITAS.

Hasil pembakaran makanan untuk melihat kadar karbohidratnya. Hasil laporan percobaan dipresentasikan

oleh semua kelompok.

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)136 137Integrasi LPTK - Sekolah

Page 150: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr E Kosasih Dosen Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Menulis karya ilmiah selalu identik dengan kegiatan yang memerlukan suasana yang serius; suasana kelas yang hening sehingga para siswa bisa lebih konsentrasi dalam menuangkan pemikiran mereka ke dalam tulisan ilmiah. Akan tetapi, di SMP Lab UPI Bandung, suasana belajar seperti demikian sama sekali tidak terlihat. Metode pembelajaran yang digunakan ketika itu adalah copy the master dengan berbasis kerja sama kelompok (cooperative learning).

Suasana belajar di kelas justru tampak begitu ramai dan meriah oleh aktivitas

para siswa. Mereka sibuk dengan beragam kegiatan kelompoknya. Ada yang membaca teks, menulis, mengelem, menggunting, dan membolak-balik kertas. Posisi belajar mereka pun bermacam-macam. Ada yang berdiri di dekat bangku, ada pula di dekat papan tulis, ada yang duduk di bangku, dan ada pula yang duduk di lantai. Kegiatan menulis mereka pun dilakukan dengan cara yang bervariasi, seperti menulis di bangku, beralaskan dinding, papan tulis, dan di lantai.

Meskipun suasananya ibarat pasar malam, ternyata siswa-siswa itu tidak sedang bermain atau pun bercanda. Mereka sedang serius menggarap sebuah proyek kelompok, yaitu

membuat karya ilmiah sederhana dengan memanfaatkan berbagai sumber. Suasana belajar seperti itu memang tidak biasa terjadi, tetapi yang pasti para siswa begitu bergairah dalam melakoni kegiatan pembelajaran mereka. Mereka memiliki motivasi besar dalam belajar. Hal itu tentu merupakan modal penting bagi opti-malisasi pencapai tujuan pembelajaran. Dalam kondisi belajar seperti itu juga tercipta kerja sama kelompok yang mendorong tumbuhnya sikapsaling membantu, toleransi, saling menghar-gai, dan sikap sosial lainnya. Hal itu secara tidak langsung merupakan proses pembentukan karakter yang akan berimbas pula pada kecakapan hidup mereka pada masa akan datang.

Bila Kuburan Bagai Pasar Malam(Refleksi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Sederhana)

Guru mendampingi siswa saat menulis karya ilmiah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)138

Kemampuan berpikir tingkat tinggi begitu nyata tergambar selama mereka melakukannya aktivitas belajar seperti. Melalui ocehan mereka, tampak kegiatan saling menanggapi atas kegiatan dan karya yang sedang mereka garap. Kemampuan mereka dalam berpikir analitis dan evaluatif berkembang dengan baik ketika mereka menanggapi karya temannya. Daya kreasi mereka pun terwujud berupa karya ilmiah yang mereka hasilkan pada akhir pembelajaran.

Penyebab Perbedaan

Perbedaan-perbedaan suasana belajar yang tampak selama kami melakukan pengamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pertama, kolaborasi guru. Kehadiran guru yang lebih dari seorang menyebabkan suasana belajar lebih hidup dan organisasi siswa pun lebih terkontrol. Perhatikan dan pelayanan kepada siswa pun lebih merata. Kondisi demikian tentu saja berpengaruh pada motivasi dan operasionalisasi belajar siswa.

Kedua, fasilitas dan sumber belajar yang lebih lengkap. Penyediaan guntingan informasi dari surat kabar oleh USAID (guru praktikan) mendorong siswa untuk mau membaca dan melakukan beragam aktivitas lainnya. Belum lagi dengan penyediaan kertas plano, alat tulis yang berwarna-warni, gunting, lem, dan sejenisnya sangat membantu siswa

dalam melakukan beragam aktivitas belajar, baik langsung ataupun tidak langsung. Siswa menjadi bergairah dan mudah pula di dalam mengerjakan sejumlah kegiatan yang diminta guru.

Ketiga, penyediaan lembar kerja siswa pada setiap tahapan pembelajarannya. Hal itu menyebabkan kegiatan pembelajaran berjalan lebih sistematis dan terarah.

Namun demikian, masih ditemukan beberapa kelemahan yang terjadi. Pertama, pengelolaan waktu yang masih kurang efektif. Semula, empat jam pelajaran dianggap cukup, ternyata di luar perkiraan kegiatan karya kunjung (presentasi karya ilmiah

siswa) harus dipercepat . Akibatnya, hasil yang diharapkan pun tidak diperoleh secara optimal. Kedua, ketika kegiatan karya kunjung akan dilaksanakan, konsentrasi siswa masih terbagi. Masih ada siswa yang berkemas-kemas menyelesaikan pekerjaannya; ada yang berbagi tugas presentasi, dan beragam aktivitas lainnya.Ada juga siswa yang belum terlibat secara aktif dalam belajar. Hal itu ditunjukkan oleh partisipasinya yang kurangdalam kegiatan kelompoknya. Sayangnya, guru tidak memberi perhatian menangani siswa semacam itu, misalnya dengan pemberian tugas yang lebih jelas di tengah-tengah kelompoknya.

Dari pajangan hasil karya siswa di kelas, tampak para siswa sudah terbiasa menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan dengan kata-katanya sendiri.

139Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 151: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Dr E Kosasih Dosen Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Menulis karya ilmiah selalu identik dengan kegiatan yang memerlukan suasana yang serius; suasana kelas yang hening sehingga para siswa bisa lebih konsentrasi dalam menuangkan pemikiran mereka ke dalam tulisan ilmiah. Akan tetapi, di SMP Lab UPI Bandung, suasana belajar seperti demikian sama sekali tidak terlihat. Metode pembelajaran yang digunakan ketika itu adalah copy the master dengan berbasis kerja sama kelompok (cooperative learning).

Suasana belajar di kelas justru tampak begitu ramai dan meriah oleh aktivitas

para siswa. Mereka sibuk dengan beragam kegiatan kelompoknya. Ada yang membaca teks, menulis, mengelem, menggunting, dan membolak-balik kertas. Posisi belajar mereka pun bermacam-macam. Ada yang berdiri di dekat bangku, ada pula di dekat papan tulis, ada yang duduk di bangku, dan ada pula yang duduk di lantai. Kegiatan menulis mereka pun dilakukan dengan cara yang bervariasi, seperti menulis di bangku, beralaskan dinding, papan tulis, dan di lantai.

Meskipun suasananya ibarat pasar malam, ternyata siswa-siswa itu tidak sedang bermain atau pun bercanda. Mereka sedang serius menggarap sebuah proyek kelompok, yaitu

membuat karya ilmiah sederhana dengan memanfaatkan berbagai sumber. Suasana belajar seperti itu memang tidak biasa terjadi, tetapi yang pasti para siswa begitu bergairah dalam melakoni kegiatan pembelajaran mereka. Mereka memiliki motivasi besar dalam belajar. Hal itu tentu merupakan modal penting bagi opti-malisasi pencapai tujuan pembelajaran. Dalam kondisi belajar seperti itu juga tercipta kerja sama kelompok yang mendorong tumbuhnya sikapsaling membantu, toleransi, saling menghar-gai, dan sikap sosial lainnya. Hal itu secara tidak langsung merupakan proses pembentukan karakter yang akan berimbas pula pada kecakapan hidup mereka pada masa akan datang.

Bila Kuburan Bagai Pasar Malam(Refleksi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Sederhana)

Guru mendampingi siswa saat menulis karya ilmiah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)138

Kemampuan berpikir tingkat tinggi begitu nyata tergambar selama mereka melakukannya aktivitas belajar seperti. Melalui ocehan mereka, tampak kegiatan saling menanggapi atas kegiatan dan karya yang sedang mereka garap. Kemampuan mereka dalam berpikir analitis dan evaluatif berkembang dengan baik ketika mereka menanggapi karya temannya. Daya kreasi mereka pun terwujud berupa karya ilmiah yang mereka hasilkan pada akhir pembelajaran.

Penyebab Perbedaan

Perbedaan-perbedaan suasana belajar yang tampak selama kami melakukan pengamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pertama, kolaborasi guru. Kehadiran guru yang lebih dari seorang menyebabkan suasana belajar lebih hidup dan organisasi siswa pun lebih terkontrol. Perhatikan dan pelayanan kepada siswa pun lebih merata. Kondisi demikian tentu saja berpengaruh pada motivasi dan operasionalisasi belajar siswa.

Kedua, fasilitas dan sumber belajar yang lebih lengkap. Penyediaan guntingan informasi dari surat kabar oleh USAID (guru praktikan) mendorong siswa untuk mau membaca dan melakukan beragam aktivitas lainnya. Belum lagi dengan penyediaan kertas plano, alat tulis yang berwarna-warni, gunting, lem, dan sejenisnya sangat membantu siswa

dalam melakukan beragam aktivitas belajar, baik langsung ataupun tidak langsung. Siswa menjadi bergairah dan mudah pula di dalam mengerjakan sejumlah kegiatan yang diminta guru.

Ketiga, penyediaan lembar kerja siswa pada setiap tahapan pembelajarannya. Hal itu menyebabkan kegiatan pembelajaran berjalan lebih sistematis dan terarah.

Namun demikian, masih ditemukan beberapa kelemahan yang terjadi. Pertama, pengelolaan waktu yang masih kurang efektif. Semula, empat jam pelajaran dianggap cukup, ternyata di luar perkiraan kegiatan karya kunjung (presentasi karya ilmiah

siswa) harus dipercepat . Akibatnya, hasil yang diharapkan pun tidak diperoleh secara optimal. Kedua, ketika kegiatan karya kunjung akan dilaksanakan, konsentrasi siswa masih terbagi. Masih ada siswa yang berkemas-kemas menyelesaikan pekerjaannya; ada yang berbagi tugas presentasi, dan beragam aktivitas lainnya.Ada juga siswa yang belum terlibat secara aktif dalam belajar. Hal itu ditunjukkan oleh partisipasinya yang kurangdalam kegiatan kelompoknya. Sayangnya, guru tidak memberi perhatian menangani siswa semacam itu, misalnya dengan pemberian tugas yang lebih jelas di tengah-tengah kelompoknya.

Dari pajangan hasil karya siswa di kelas, tampak para siswa sudah terbiasa menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan dengan kata-katanya sendiri.

139Integrasi LPTK - Sekolah

Pendampingan LPTK kepada Sekolah Mitra

Page 152: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)140 141Integrasi LPTK - Sekolah

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - “Anak-anak, siapa yang tadi pagi sudah sarapan?” Siswa dengan antusias mengacungkan jari seraya menjawab dengan serentak, “Saya, saya, saya…”

Lalu saya tanya kepada siswa yang berbando merah dan duduk di hadapan saya persis. “Kamu makan apa sayang?” Dia pun menjawab, “Sarapan saya nasi goreng buatan ibu.”

Saya senang sekali mendapatkan kesempatan mengajar sebagai Praktikan di SDN Sumber Agung 4 pagi ini. Saya adalah Ayzhi Rizhyalita, mahasiswa FKIP UNTIRTA yang mendapatkan tugas praktik mengajar di sini. Pagi ini, saya mengajar IPA di kelas 5. Tujuan pembelajarannya adalah

siswa mampu mengamati kandungan gizi dalam bahan makanan yang disediakan. Selain itu, saya berharap siswa mampu mengidentifikasikan makanan bergizi seimbang yang biasa dimakan sehari-hari.

Saya mengawali pembelajaran dengan bertanya makanan apa yang dikon-sumsi sebagai sarapan pagi hari ini. Lalu kegiatan apersepsi dilanjutkan dengan pertanyaan, “Apakah kalian tahu kandungan zat dalam makanan yang tadi dimakan?” Siswa pun bersahutan-sahutan menjawab kandungan gizi dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.

Lalu saya bertanya, “Adakah yang tahu, jika ada yang tak suka makan nasi, apa

makanan penggantinya?” Siswa pun menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak bisa menjawab. Saya pun menjelaskan, “Apabila seseorang tidak menyukai jenis makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kita dapat menggantinya dengan jenis makanan karbohidrat lainnya. Untuk memperjelas kandungan gizi yang kita konsumsi setiap hari, pada hari ini kita akan melakukan percobaan makanan untuk mengetahui kandungan yang tersedia di dalamnya. Apakah kalian siap semua?” seru saya kepada seluruh siswa. Siswa pun serempak menjawab siap.

Masing-masing kelompok siswa berjumlah enam sampai tujuh orang siswa, total ada enam kelompok. Saya bagikan sampel bahan makanan yang

Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan

Ayzhi sedang mendampingi kelompok siswa melakukan uji kandungan gizi dalam makanan.

dibutuhkan serta lembar kerja yang berisi panduan percobaan. Kelompok yang menguji karbohidrat dibagi tiga, demikian juga kelompok yang menguji lemak pada bahan makanan.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk menguji karbohidrat yaitu tahu, tepung maizena, nasi, jeruk, mentega dan roti. Bahan-bahan yang diperlukan untuk menguji lemak yaitu Pisang, ubi, mentega, wortel, kemiri, dan kelapa. Siswa pun melakukan percobaan dalam kelompok sesuai tugas menguji karbohidrat atau lemak.

Untuk kelompok menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat, maka setiap kelompok siswa melakukan percobaan dengan meneteskan glucol atau cairan betadine. Panduan pertanyaan yang menguji karbohidrat adalah sebagai berikut: Manakah dari jenis makanan berikut yang termasuk dalam karbohidrat?

Langkah-langkah percobaannya yaitu:

1. Ujilah setiap jenis makanan tersebut di atas dengan memberi satu-dua tetes obat anti septik.

2. Lakukan pengamatan hasil percobaan setiap bahan makanan yang diujikan tersebut.

3. Jika bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, maka bahan makanan tersebut akan berubah warna menjadi gelap atau berwarna ungu.

Sedangkan kelompok menguji bahan makanan yang mengandung lemak, maka setiap kelompok siswa melakukan percobaan dengan meletakkan bahan makanan di kertas minyak. Langkah-langkah percobaannya sebagai berikut:

1. Sediakan kertas minyak tiap kelompok.

2. Oleskan sedikit dari jenis makanan tersebut ke kertas minyak.

3. Lakukan pengamatan hasil percobaan setiap bahan makanan yang diujikan tersebut.

4. Jika bahan makanan tersebut mengandung lemak maka akan terasa dan terlihat berminyak dalam kertas minyak.

Usai percobaan, setiap kelompok membuat laporan yang berisi jenis makanan apa saja yang termasuk karbohidrat dan lemak. Siswa mempresentasikan laporannya di depan kelas. Hampir seluruh kelompok berhasil melakukan percobaan untuk menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Hanya satu kelompok siswa yang tidak berhasil melakukan percobaan menguji lemak, dikarenakan salah melakukan pengamatan.

Siswa tampak senang melakukan percobaan, demikian kesan-kesan yang

saya peroleh dari siswa usai pembelajaran. Pembelajaran ini dapat membantu siswa memahami kandungan pada makanan.

Guru pamong membantu mendampingi mahasiswa saat praktik mengajar di kelas.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 153: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)140 141Integrasi LPTK - Sekolah

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten - “Anak-anak, siapa yang tadi pagi sudah sarapan?” Siswa dengan antusias mengacungkan jari seraya menjawab dengan serentak, “Saya, saya, saya…”

Lalu saya tanya kepada siswa yang berbando merah dan duduk di hadapan saya persis. “Kamu makan apa sayang?” Dia pun menjawab, “Sarapan saya nasi goreng buatan ibu.”

Saya senang sekali mendapatkan kesempatan mengajar sebagai Praktikan di SDN Sumber Agung 4 pagi ini. Saya adalah Ayzhi Rizhyalita, mahasiswa FKIP UNTIRTA yang mendapatkan tugas praktik mengajar di sini. Pagi ini, saya mengajar IPA di kelas 5. Tujuan pembelajarannya adalah

siswa mampu mengamati kandungan gizi dalam bahan makanan yang disediakan. Selain itu, saya berharap siswa mampu mengidentifikasikan makanan bergizi seimbang yang biasa dimakan sehari-hari.

Saya mengawali pembelajaran dengan bertanya makanan apa yang dikon-sumsi sebagai sarapan pagi hari ini. Lalu kegiatan apersepsi dilanjutkan dengan pertanyaan, “Apakah kalian tahu kandungan zat dalam makanan yang tadi dimakan?” Siswa pun bersahutan-sahutan menjawab kandungan gizi dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.

Lalu saya bertanya, “Adakah yang tahu, jika ada yang tak suka makan nasi, apa

makanan penggantinya?” Siswa pun menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak bisa menjawab. Saya pun menjelaskan, “Apabila seseorang tidak menyukai jenis makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kita dapat menggantinya dengan jenis makanan karbohidrat lainnya. Untuk memperjelas kandungan gizi yang kita konsumsi setiap hari, pada hari ini kita akan melakukan percobaan makanan untuk mengetahui kandungan yang tersedia di dalamnya. Apakah kalian siap semua?” seru saya kepada seluruh siswa. Siswa pun serempak menjawab siap.

Masing-masing kelompok siswa berjumlah enam sampai tujuh orang siswa, total ada enam kelompok. Saya bagikan sampel bahan makanan yang

Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan

Ayzhi sedang mendampingi kelompok siswa melakukan uji kandungan gizi dalam makanan.

dibutuhkan serta lembar kerja yang berisi panduan percobaan. Kelompok yang menguji karbohidrat dibagi tiga, demikian juga kelompok yang menguji lemak pada bahan makanan.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk menguji karbohidrat yaitu tahu, tepung maizena, nasi, jeruk, mentega dan roti. Bahan-bahan yang diperlukan untuk menguji lemak yaitu Pisang, ubi, mentega, wortel, kemiri, dan kelapa. Siswa pun melakukan percobaan dalam kelompok sesuai tugas menguji karbohidrat atau lemak.

Untuk kelompok menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat, maka setiap kelompok siswa melakukan percobaan dengan meneteskan glucol atau cairan betadine. Panduan pertanyaan yang menguji karbohidrat adalah sebagai berikut: Manakah dari jenis makanan berikut yang termasuk dalam karbohidrat?

Langkah-langkah percobaannya yaitu:

1. Ujilah setiap jenis makanan tersebut di atas dengan memberi satu-dua tetes obat anti septik.

2. Lakukan pengamatan hasil percobaan setiap bahan makanan yang diujikan tersebut.

3. Jika bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, maka bahan makanan tersebut akan berubah warna menjadi gelap atau berwarna ungu.

Sedangkan kelompok menguji bahan makanan yang mengandung lemak, maka setiap kelompok siswa melakukan percobaan dengan meletakkan bahan makanan di kertas minyak. Langkah-langkah percobaannya sebagai berikut:

1. Sediakan kertas minyak tiap kelompok.

2. Oleskan sedikit dari jenis makanan tersebut ke kertas minyak.

3. Lakukan pengamatan hasil percobaan setiap bahan makanan yang diujikan tersebut.

4. Jika bahan makanan tersebut mengandung lemak maka akan terasa dan terlihat berminyak dalam kertas minyak.

Usai percobaan, setiap kelompok membuat laporan yang berisi jenis makanan apa saja yang termasuk karbohidrat dan lemak. Siswa mempresentasikan laporannya di depan kelas. Hampir seluruh kelompok berhasil melakukan percobaan untuk menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Hanya satu kelompok siswa yang tidak berhasil melakukan percobaan menguji lemak, dikarenakan salah melakukan pengamatan.

Siswa tampak senang melakukan percobaan, demikian kesan-kesan yang

saya peroleh dari siswa usai pembelajaran. Pembelajaran ini dapat membantu siswa memahami kandungan pada makanan.

Guru pamong membantu mendampingi mahasiswa saat praktik mengajar di kelas.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 154: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)142

Universitas Negeri Malang - Untuk membuktikan perpindahan dari energi panas ke energi gerak pada pelajaran IPA tentang Perubahan Energi, mahasiswa praktikan dari Universitas Negeri Malang (UM) Puspita Dessytasari yang sedang melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) didampingi guru pamong Bapak M Hasanuddin Jaelani SPd di SDN Percobaan 2 Malang.

Dengan didampingi oleh dosen UM Ibu Esti Untary MPd, mereka menyiapkan alat bahan yang sederhana yakni kertas

dan lilin untuk membuktikan bahwa energi panas bisa berubah menjadi energi gerak.

Pembelajaran yang dilakukan 50% oleh guru pamong dan 50% oleh mahasiswa praktikan pada Kelas IVC ini diawali dengan kegiatan bermain puzzle. Di papan tulis Pak Hasan mengawali kegiatan pembelajaran dengan menempelkan selembar kertas plano berisi tabel dan gambar. Di sebelah kolom gambar, terdapat kolom 'Jenis Energi' dan 'Pemanfaatan Energi.”

“Anak-anak kita mulai pembelajaran hari ini, Bapak punya 10 gambar di papan tulis. Bapak juga siapkan LK untuk kalian dengan gambar yang sama beserta potongan tulisan. Nah, tugas kalian adalah mendiskusikan gambar-gambar tersebut termasuk energi apa saja dan pemanfaatannya untuk apa. Silakan diskusikan dengan kelompok kalian masing-masing,” terang Pak Hasan disambut antusias oleh siswa yang sejak awal memang sudah duduk sesuai kelompoknya masing-masing. Setelah 15 menit berlalu, mahasiswa praktikan yang

Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak

mahasiswa praktikan, Dessy, saat membimbing siswa praktik membuktikan perubahan energi panas menjadi energi gerak.

akrab dipanggil Dessy ini meminta setiap kelompok untuk mengisi puzzle yang ada di papan tulis. “Ayo siapa yang bisa menjawab gambar laki-laki yang sedang menyalakan lampu ini merupakan jenis energi apa? Yang bisa silakan maju ke depan,” tanyanya kepada siswa. Para siswa berebut mengacungkan tangan tanda ingin maju ke depan. Dalam waktu singkat 10 gambar yang tersedia sudah bisa terjawab oleh siswa (lihat gambar).

Selanjutnya setiap kelompok diberikan sebatang lilin, benang, sebatang pensil, gunting, dan kertas yang sudah digambar memutar lingkaran seperti gambar obat nyamuk bakar (circle). Tugas siswa adalah menggunting kertas tersebut memutar hingga menjadi spiral. Pada ujung yang paling tengah dikaitkan dengan benang dan pensil. Kemudian lilin dinyalakan. Tugas setiap kelompok adalah ada yang bertugas memegang kertas yang sudah dikaitkan pada benang tadi, ada yang bertugas mengamati, dan ada yang bertugas mencatat sebagai bahan pembuat laporan.

“Nah, sekarang nyalakan lilinnya. Kalau sudah menyala gantungkan kertas diatas lilin dengan jarak yang agak jauh. Pertanyaannya apakah kertas tersebut berputar?” Tanya Dessy pada siswa. Siswa pun bergegas mempraktikkan perintah Dessy. “Kertasnya diam saja tidak bergerak sama sekali,” ungkap Candra salah satu siswa yang bertugas memegang kertas.

“Baiklah sekarang coba dekatkan kertasnya hingga ujung terluar kertas mengenai asap lilin dan perhatikan apa yang terjadi?” tanya Pak Hasan.

“Wah kertasnya berputar, hebat sekali,” ungkap Bacitha siswa yang bertugas melakukan pengamatan.

Dari kegiatan tadi, guru menjelaskan kepada siswa bahwa mereka telah berhasil membuktikan perubahan dari energi panas ke energi gerak. Peruba-han energi ini sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Pak Hasan memberikan contoh, di Belanda pasokan listrik di negara tersebut berasal dari kincir angin yang digerakkan oleh angin. Akibatnya kincir angin tersebut bisa beroperasi sehingga menghasilkan listrik yang memenuhi sebagian kebutuhan listrik masyarakat Belanda.

Anak-anak sangat terkesan dengan pembelajaran kolaborasi guru dan mahasiswa. Maylaya salah satu siswa mengungkapkan kegembiraannya dengan proses pembelajaran siang itu. “Pelajaran IPA hari ini menyenangkan sekali. Saya tidak menyangka ternyata asap lilin itu bisa membuat kertas berputar. Kalau setiap hari pelajaran IPA seperti sekarang pasti tidak membosankan, apalagi gurunya ada dua jadi bisa membimbing seluruh temanku di kelas,” ungkapnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan membuat laporan setiap kelompok dan presen-tasi di depan kelas.

Menurut Ibu Esti, dosen yang mendampingi, kolaborasi mengajar keduanya berhasil mengajarkan siswa tentang materi perubahan energi dimana salah satu contohnya adalah perubahan dari energi panas ke energi gerak.

“Agar siswa lebih paham tentang perubahan energi, ada baiknya guru memberikan tugas tambahan individu yakni mengamati perubahan energi di lingkungan rumah mereka masing-masing,” sarannya usai pembelajaran. Dengan begitu menurutnya, siswa jadi lebih paham bahwa bahwa perubahan energi sangat erat kaitannya dengan hidup manusia sehari-hari.

Siswa saat menempelkan puzzle.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

143Integrasi LPTK - Sekolah

Page 155: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)142

Universitas Negeri Malang - Untuk membuktikan perpindahan dari energi panas ke energi gerak pada pelajaran IPA tentang Perubahan Energi, mahasiswa praktikan dari Universitas Negeri Malang (UM) Puspita Dessytasari yang sedang melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) didampingi guru pamong Bapak M Hasanuddin Jaelani SPd di SDN Percobaan 2 Malang.

Dengan didampingi oleh dosen UM Ibu Esti Untary MPd, mereka menyiapkan alat bahan yang sederhana yakni kertas

dan lilin untuk membuktikan bahwa energi panas bisa berubah menjadi energi gerak.

Pembelajaran yang dilakukan 50% oleh guru pamong dan 50% oleh mahasiswa praktikan pada Kelas IVC ini diawali dengan kegiatan bermain puzzle. Di papan tulis Pak Hasan mengawali kegiatan pembelajaran dengan menempelkan selembar kertas plano berisi tabel dan gambar. Di sebelah kolom gambar, terdapat kolom 'Jenis Energi' dan 'Pemanfaatan Energi.”

“Anak-anak kita mulai pembelajaran hari ini, Bapak punya 10 gambar di papan tulis. Bapak juga siapkan LK untuk kalian dengan gambar yang sama beserta potongan tulisan. Nah, tugas kalian adalah mendiskusikan gambar-gambar tersebut termasuk energi apa saja dan pemanfaatannya untuk apa. Silakan diskusikan dengan kelompok kalian masing-masing,” terang Pak Hasan disambut antusias oleh siswa yang sejak awal memang sudah duduk sesuai kelompoknya masing-masing. Setelah 15 menit berlalu, mahasiswa praktikan yang

Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak

mahasiswa praktikan, Dessy, saat membimbing siswa praktik membuktikan perubahan energi panas menjadi energi gerak.

akrab dipanggil Dessy ini meminta setiap kelompok untuk mengisi puzzle yang ada di papan tulis. “Ayo siapa yang bisa menjawab gambar laki-laki yang sedang menyalakan lampu ini merupakan jenis energi apa? Yang bisa silakan maju ke depan,” tanyanya kepada siswa. Para siswa berebut mengacungkan tangan tanda ingin maju ke depan. Dalam waktu singkat 10 gambar yang tersedia sudah bisa terjawab oleh siswa (lihat gambar).

Selanjutnya setiap kelompok diberikan sebatang lilin, benang, sebatang pensil, gunting, dan kertas yang sudah digambar memutar lingkaran seperti gambar obat nyamuk bakar (circle). Tugas siswa adalah menggunting kertas tersebut memutar hingga menjadi spiral. Pada ujung yang paling tengah dikaitkan dengan benang dan pensil. Kemudian lilin dinyalakan. Tugas setiap kelompok adalah ada yang bertugas memegang kertas yang sudah dikaitkan pada benang tadi, ada yang bertugas mengamati, dan ada yang bertugas mencatat sebagai bahan pembuat laporan.

“Nah, sekarang nyalakan lilinnya. Kalau sudah menyala gantungkan kertas diatas lilin dengan jarak yang agak jauh. Pertanyaannya apakah kertas tersebut berputar?” Tanya Dessy pada siswa. Siswa pun bergegas mempraktikkan perintah Dessy. “Kertasnya diam saja tidak bergerak sama sekali,” ungkap Candra salah satu siswa yang bertugas memegang kertas.

“Baiklah sekarang coba dekatkan kertasnya hingga ujung terluar kertas mengenai asap lilin dan perhatikan apa yang terjadi?” tanya Pak Hasan.

“Wah kertasnya berputar, hebat sekali,” ungkap Bacitha siswa yang bertugas melakukan pengamatan.

Dari kegiatan tadi, guru menjelaskan kepada siswa bahwa mereka telah berhasil membuktikan perubahan dari energi panas ke energi gerak. Peruba-han energi ini sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Pak Hasan memberikan contoh, di Belanda pasokan listrik di negara tersebut berasal dari kincir angin yang digerakkan oleh angin. Akibatnya kincir angin tersebut bisa beroperasi sehingga menghasilkan listrik yang memenuhi sebagian kebutuhan listrik masyarakat Belanda.

Anak-anak sangat terkesan dengan pembelajaran kolaborasi guru dan mahasiswa. Maylaya salah satu siswa mengungkapkan kegembiraannya dengan proses pembelajaran siang itu. “Pelajaran IPA hari ini menyenangkan sekali. Saya tidak menyangka ternyata asap lilin itu bisa membuat kertas berputar. Kalau setiap hari pelajaran IPA seperti sekarang pasti tidak membosankan, apalagi gurunya ada dua jadi bisa membimbing seluruh temanku di kelas,” ungkapnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan membuat laporan setiap kelompok dan presen-tasi di depan kelas.

Menurut Ibu Esti, dosen yang mendampingi, kolaborasi mengajar keduanya berhasil mengajarkan siswa tentang materi perubahan energi dimana salah satu contohnya adalah perubahan dari energi panas ke energi gerak.

“Agar siswa lebih paham tentang perubahan energi, ada baiknya guru memberikan tugas tambahan individu yakni mengamati perubahan energi di lingkungan rumah mereka masing-masing,” sarannya usai pembelajaran. Dengan begitu menurutnya, siswa jadi lebih paham bahwa bahwa perubahan energi sangat erat kaitannya dengan hidup manusia sehari-hari.

Siswa saat menempelkan puzzle.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

143Integrasi LPTK - Sekolah

Page 156: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)144 145Integrasi LPTK - Sekolah

Universitas Negeri Yogyakarta – Materi pembelajaran yang banyak dan rumit terkadang membuat siswa cenderung enggan untuk belajar lebih jauh. Padahal belajar tanpa keinginan hanya sekedar angin lewat saja bagi siswa. Oleh karena itu, pada 27 September 2016 lalu mahasiswa PPL, Adha Hujatulatutif, dan Ibu Puji Retno Sukowati melaksanakan pembelajaran team teaching. Materi yang diajarkan adalah materi tentang sistem gerak

Guru Pamong dan Mahasiswa PPL Mengajar Bersama

Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang

Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta menceritakan pengalaman PPL di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Adalah Adha Hujatulatif menceritakan pengalamannya ketika melakukan PPL dengan pola pendampingan 50%:50% dengan didampingi oleh Dosen Allesius Maryanto MPd dan guru pamong Puji Retno Sukowati

SPd. Berikut pengalamannya.

pada manusiadengan sub materi jenis tulang berdasarkan bentuknya. Bagi siswa materi ini biasanya dianggap sebagai materi yang rumit karena banyak variasi.

Kegiatan apersepsi dilakukan dengan cara siswa diminta untuk melakukan eksperimen sederhana untuk memberikan gambaran tentang bentuk tulang dan mengapa bentuk tulang diciptakan seperti itu.

Eskperimen tersebut sebagai berikut

- Ekperimen 1Ambil sebuah kertas, letakkan kertas tersebut secara horisontal dan tetap memipih. kemudian berikan benda yang memiliki beban tertentu di atasnya.

- Eksperimen 2Ambil sebuah kertas, lalu gulunglah ketas tersebut menjadi seperti pipa. kemudian letakkan benda seperti pada eksperimen 1

Siswa diminta untuk mengamati dan dipersilahkan untuk merumuskan fenomena yang terjadi. Pada pembelajaran yang telah dilakukan siswa memberikan argumen mengenai eksperimen sederhana bahwa pada kertas pipih, benda jatuh dan kertas menjadi bengkok/rusak. Sementara, pada eksperimen kedua, benda tertahan oleh kertas yang dibulatkan dan kertas kuat menopang benda.

Setelah kegiatan eksperimen, dijelaskan bahwa prinsip pada eksperimen tersebut ternyata terdapat pada sistem gerak pada tubuh yaitu rangka atau tulang. Apersepsi ini mengawali kegiatan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu menyelidiki jenis-jenis tulang berdasarkan bentuknya.

Kolaborasi selanjutnya dibawakan oleh ibu Puji. Bu Puji membagi Siswa menjadi 8 kelompok dengan beranggotakan 4 orang siswa.

Memandu siswa untuk menemukan bagian tulang yang berbentuk pipih dan pipa.

Selanjutnya secara kolaboratif diberikan Lembar Kerja terbuka untuk menyelidiki jenis tulang dalam tubuh manusia. Diberikan model rangka manusia dan gambar sebagai referensi. Dalam setiap kelompok bebas mengutarakan pendapatnya sehingga dicapai kesepakatan tiap kelompok manakah tulang yang termasuk tulang pipih, tulang pendek, dan tulang pipa. Siswa diperbolehkan untuk memegang kerangka manusia dan mencocokkannya dengan gambar.

Setelah diskusi selesai, siswa diminta untuk saling bertukar pendapat dengan cara presentasi di depan kelas. Di dapatkan simpulan bahwa berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi empat jenis/macam meliputi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tak beraturan.

Setelah selesai kegiatan presentasi, siswa kemudian diajak untuk mengingat kembali kegiatan apersepsi yang telah dilakukan di awal. Dengan

memotivasi menggunakan pertanyaan “bagaimana hubungan tulang manusia dengan fungsinya berdasarkan jenis tulang?”. Siswa diminta untuk menghu-bungkan kaitan fenomena bentuk tulang berdasarkan percobaan fungsi tulang pada tubuh manusia. Siswa dipersilahkan menjawab sesuai dengan pengetahuannya masing-masing.

Dalam simpulan, Bayu Rahmadi menjawab “bentuk tulang pipa sesuai dengan fungsinya yaitu menopang tubuh manusia, bentuk tulang pipih sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bagian yang ada di dalam, bentuk tulang pendek sesuai dengan kegunaannya pada ruas-ruas tertentu untuk mendukung gerak tubuh, sedangkan bentuk tak beraturan sesuai dengan fungsinya untuk memberikan bentuk bentuk tertentu pada tubuh”

Pembelajaran diakhiri dengan memberikan penghargaan pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan serta guru memberikan penguatan pada materi. Dengan menggunakan torso, lipatan kertas, dan bentuk tulang yang kontekstual, pembelajaran tentang jenis dan fungsi tulang menjadi lebih mudah dipahami. Materi yang dipelajari memiliki kebermaknaan sehingga siswa dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Benda diletakkan di atas kertas yang berbentuk pipih.

Hasil percobaan dengan kertas pipih.

Benda diletakkan di atas kertas yang telah dibulatkan.

Hasil percobaan dengan kertas yang telah dibulatkan.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 157: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)144 145Integrasi LPTK - Sekolah

Universitas Negeri Yogyakarta – Materi pembelajaran yang banyak dan rumit terkadang membuat siswa cenderung enggan untuk belajar lebih jauh. Padahal belajar tanpa keinginan hanya sekedar angin lewat saja bagi siswa. Oleh karena itu, pada 27 September 2016 lalu mahasiswa PPL, Adha Hujatulatutif, dan Ibu Puji Retno Sukowati melaksanakan pembelajaran team teaching. Materi yang diajarkan adalah materi tentang sistem gerak

Guru Pamong dan Mahasiswa PPL Mengajar Bersama

Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang

Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta menceritakan pengalaman PPL di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Adalah Adha Hujatulatif menceritakan pengalamannya ketika melakukan PPL dengan pola pendampingan 50%:50% dengan didampingi oleh Dosen Allesius Maryanto MPd dan guru pamong Puji Retno Sukowati

SPd. Berikut pengalamannya.

pada manusiadengan sub materi jenis tulang berdasarkan bentuknya. Bagi siswa materi ini biasanya dianggap sebagai materi yang rumit karena banyak variasi.

Kegiatan apersepsi dilakukan dengan cara siswa diminta untuk melakukan eksperimen sederhana untuk memberikan gambaran tentang bentuk tulang dan mengapa bentuk tulang diciptakan seperti itu.

Eskperimen tersebut sebagai berikut

- Ekperimen 1Ambil sebuah kertas, letakkan kertas tersebut secara horisontal dan tetap memipih. kemudian berikan benda yang memiliki beban tertentu di atasnya.

- Eksperimen 2Ambil sebuah kertas, lalu gulunglah ketas tersebut menjadi seperti pipa. kemudian letakkan benda seperti pada eksperimen 1

Siswa diminta untuk mengamati dan dipersilahkan untuk merumuskan fenomena yang terjadi. Pada pembelajaran yang telah dilakukan siswa memberikan argumen mengenai eksperimen sederhana bahwa pada kertas pipih, benda jatuh dan kertas menjadi bengkok/rusak. Sementara, pada eksperimen kedua, benda tertahan oleh kertas yang dibulatkan dan kertas kuat menopang benda.

Setelah kegiatan eksperimen, dijelaskan bahwa prinsip pada eksperimen tersebut ternyata terdapat pada sistem gerak pada tubuh yaitu rangka atau tulang. Apersepsi ini mengawali kegiatan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu menyelidiki jenis-jenis tulang berdasarkan bentuknya.

Kolaborasi selanjutnya dibawakan oleh ibu Puji. Bu Puji membagi Siswa menjadi 8 kelompok dengan beranggotakan 4 orang siswa.

Memandu siswa untuk menemukan bagian tulang yang berbentuk pipih dan pipa.

Selanjutnya secara kolaboratif diberikan Lembar Kerja terbuka untuk menyelidiki jenis tulang dalam tubuh manusia. Diberikan model rangka manusia dan gambar sebagai referensi. Dalam setiap kelompok bebas mengutarakan pendapatnya sehingga dicapai kesepakatan tiap kelompok manakah tulang yang termasuk tulang pipih, tulang pendek, dan tulang pipa. Siswa diperbolehkan untuk memegang kerangka manusia dan mencocokkannya dengan gambar.

Setelah diskusi selesai, siswa diminta untuk saling bertukar pendapat dengan cara presentasi di depan kelas. Di dapatkan simpulan bahwa berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi empat jenis/macam meliputi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tak beraturan.

Setelah selesai kegiatan presentasi, siswa kemudian diajak untuk mengingat kembali kegiatan apersepsi yang telah dilakukan di awal. Dengan

memotivasi menggunakan pertanyaan “bagaimana hubungan tulang manusia dengan fungsinya berdasarkan jenis tulang?”. Siswa diminta untuk menghu-bungkan kaitan fenomena bentuk tulang berdasarkan percobaan fungsi tulang pada tubuh manusia. Siswa dipersilahkan menjawab sesuai dengan pengetahuannya masing-masing.

Dalam simpulan, Bayu Rahmadi menjawab “bentuk tulang pipa sesuai dengan fungsinya yaitu menopang tubuh manusia, bentuk tulang pipih sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bagian yang ada di dalam, bentuk tulang pendek sesuai dengan kegunaannya pada ruas-ruas tertentu untuk mendukung gerak tubuh, sedangkan bentuk tak beraturan sesuai dengan fungsinya untuk memberikan bentuk bentuk tertentu pada tubuh”

Pembelajaran diakhiri dengan memberikan penghargaan pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan serta guru memberikan penguatan pada materi. Dengan menggunakan torso, lipatan kertas, dan bentuk tulang yang kontekstual, pembelajaran tentang jenis dan fungsi tulang menjadi lebih mudah dipahami. Materi yang dipelajari memiliki kebermaknaan sehingga siswa dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Benda diletakkan di atas kertas yang berbentuk pipih.

Hasil percobaan dengan kertas pipih.

Benda diletakkan di atas kertas yang telah dibulatkan.

Hasil percobaan dengan kertas yang telah dibulatkan.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 158: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)146

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Saya mendapatkan tugas praktik mengajar IPA di kelas VI SDN Serang. Saya adalah Siti Mariam Agustini, mahasiswa FKIP UNTIRTA. Tujuan pembelajarannya siswa dapat memahami cara perkembangbiakkan makhluk hidup, terutama mampu mengidentifikasi perkembangbiakan pada tumbuhan.

“Anak-anak, pagi ini ibu Siti akan

mengajak kalian untuk melakukan belajar yang menyenangkan di luar kelas. Kalian suka?” tanya saya pada mereka. Mereka pun serempak menjawab suka dan antusias dengan pembelajaran pagi itu. Selama 15 menit, saya mengajak siswa untuk berjalan menuju kebun belakang sekolah. Saya meminta siswa menga-mati tumbuh-tumbuhan yang tersedia di sana lalu mencatatnya pada kertas.

Siswa pun kembali ke kelas. Mereka duduk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas lima orang dalam satu kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan hasil pengamatan tumbuhan. “Anak-anak, silahkan berdiskusi dalam kelompok aneka tumbuhan yang ditemukan di kebun belakang sekolah! Catat dalam selembar kertas per kelompok.” kata saya.

Lalu saya berikan 'harta karun' di tiap kelompok. 'Harta karun' adalah amplop besar yang berisi nama-nama jenis tumbuhan yang sudah disiapkan sebelumnya. “Anak-anak, ibu punya 'harta karun' yang akan membantu kalian mengkelompokkan tumbuhan. Silahkan kalian mengkelompokkan tumbuhan berdasarkan cara perkembangbiakkannya!” seru saya kepada seluruh siswa.

Cara perkembangbiakkan tumbuhan terbagi menjadi dua yakni generatif dan vegatatif. Alat perkembangbiakan

Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Usai mengenal perkembangbiakkan pada tumbuhan, siswa pun mempraktikkan di kebun sekolah.

pada tumbuhan secara generatif berupa bunga dan biji. Perkembang-biakkan vegetatif dilakukan secara alami dan buatan.

Ilustrasi: Sebagai seorang yang senang memelihara tanaman, bantulah ibu kalian untuk menggolongkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan cara perkembangbiakkannya! Laporan ditulis secara menarik dan lengkap sesuai tumbuhan yang diamati di kebun sekolah atau 'harta karun' yang diberikan! Lembar kerja tiap kelompok sebagai berikut:

Cara perkembangbiakkan tumbuhan terbagi menjadi dua yakni generatif dan vegatatif. Alat perkembangbiakan pada tumbuhan secara generatif berupa bunga dan biji. Perkembangbiakkan vegetatif dilakukan secara alami dan buatan.

Ilustrasi: Sebagai seorang yang senang memelihara tanaman, bantulah ibu kalian untuk menggolongkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan cara perkembanbiakkannya! Laporan ditulis secara menarik dan lengkap sesuai tumbuhan yang diamati di kebun sekolah atau 'harta karun' yang diberikan!

Saya membuat ilustrasi tugas per kelompok yakni mereka bermain peran sebagai penyuka tanaman. Tiap kelompok diminta untuk membuat laporan perkembangbiakkan setiap tumbuhan seperti yang ditemukan di

kebun belakang sekolah. Untuk melengkapi laporan yang berisi variasi tumbuhan, siswa juga dapat menemukan dalam 'harta karun' yang saya bagikan.

Agar laporannya menjadi menarik, saya memberikan seperangkat spidol di tiap kelompok. Jika laporan kelompok ada yang menarik, maka kelompok tersebut berhak mendapatkan spidol warna-warni yang saya bagikan. Siswa pun tampak bersemangat mengerjakan berkelompok.

Hasil laporan setiap kelompok berbeda-beda mengenai jenis tumbuhan yang ditemukan di kebun belakang sekolah atau nama-nama tumbuhan yang didapat dalam amplop 'harta karun'. Hal ini menarik dan memperkaya laporan siswa yang disampaikan. Setiap kelompok mempresentasikannya dengan melakukan kunjung karya.

Di bagian akhir, saya bertanya kesan selama pembelajaran. Mereka mengaku suka dengan pembelajaran di luar kelas karena membuat mereka tidak bosan. Selain itu, amplop 'harta karun' dan kunjung karya melengkapi hasil diskusi per kelompok. Saya pun bangga dapat melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa.

Laporan kelompok siswa setelah belajar tentang perkembangbiakkan pada tumbuhan.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

147Integrasi LPTK - Sekolah

Page 159: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)146

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Saya mendapatkan tugas praktik mengajar IPA di kelas VI SDN Serang. Saya adalah Siti Mariam Agustini, mahasiswa FKIP UNTIRTA. Tujuan pembelajarannya siswa dapat memahami cara perkembangbiakkan makhluk hidup, terutama mampu mengidentifikasi perkembangbiakan pada tumbuhan.

“Anak-anak, pagi ini ibu Siti akan

mengajak kalian untuk melakukan belajar yang menyenangkan di luar kelas. Kalian suka?” tanya saya pada mereka. Mereka pun serempak menjawab suka dan antusias dengan pembelajaran pagi itu. Selama 15 menit, saya mengajak siswa untuk berjalan menuju kebun belakang sekolah. Saya meminta siswa menga-mati tumbuh-tumbuhan yang tersedia di sana lalu mencatatnya pada kertas.

Siswa pun kembali ke kelas. Mereka duduk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas lima orang dalam satu kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan hasil pengamatan tumbuhan. “Anak-anak, silahkan berdiskusi dalam kelompok aneka tumbuhan yang ditemukan di kebun belakang sekolah! Catat dalam selembar kertas per kelompok.” kata saya.

Lalu saya berikan 'harta karun' di tiap kelompok. 'Harta karun' adalah amplop besar yang berisi nama-nama jenis tumbuhan yang sudah disiapkan sebelumnya. “Anak-anak, ibu punya 'harta karun' yang akan membantu kalian mengkelompokkan tumbuhan. Silahkan kalian mengkelompokkan tumbuhan berdasarkan cara perkembangbiakkannya!” seru saya kepada seluruh siswa.

Cara perkembangbiakkan tumbuhan terbagi menjadi dua yakni generatif dan vegatatif. Alat perkembangbiakan

Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Usai mengenal perkembangbiakkan pada tumbuhan, siswa pun mempraktikkan di kebun sekolah.

pada tumbuhan secara generatif berupa bunga dan biji. Perkembang-biakkan vegetatif dilakukan secara alami dan buatan.

Ilustrasi: Sebagai seorang yang senang memelihara tanaman, bantulah ibu kalian untuk menggolongkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan cara perkembangbiakkannya! Laporan ditulis secara menarik dan lengkap sesuai tumbuhan yang diamati di kebun sekolah atau 'harta karun' yang diberikan! Lembar kerja tiap kelompok sebagai berikut:

Cara perkembangbiakkan tumbuhan terbagi menjadi dua yakni generatif dan vegatatif. Alat perkembangbiakan pada tumbuhan secara generatif berupa bunga dan biji. Perkembangbiakkan vegetatif dilakukan secara alami dan buatan.

Ilustrasi: Sebagai seorang yang senang memelihara tanaman, bantulah ibu kalian untuk menggolongkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan cara perkembanbiakkannya! Laporan ditulis secara menarik dan lengkap sesuai tumbuhan yang diamati di kebun sekolah atau 'harta karun' yang diberikan!

Saya membuat ilustrasi tugas per kelompok yakni mereka bermain peran sebagai penyuka tanaman. Tiap kelompok diminta untuk membuat laporan perkembangbiakkan setiap tumbuhan seperti yang ditemukan di

kebun belakang sekolah. Untuk melengkapi laporan yang berisi variasi tumbuhan, siswa juga dapat menemukan dalam 'harta karun' yang saya bagikan.

Agar laporannya menjadi menarik, saya memberikan seperangkat spidol di tiap kelompok. Jika laporan kelompok ada yang menarik, maka kelompok tersebut berhak mendapatkan spidol warna-warni yang saya bagikan. Siswa pun tampak bersemangat mengerjakan berkelompok.

Hasil laporan setiap kelompok berbeda-beda mengenai jenis tumbuhan yang ditemukan di kebun belakang sekolah atau nama-nama tumbuhan yang didapat dalam amplop 'harta karun'. Hal ini menarik dan memperkaya laporan siswa yang disampaikan. Setiap kelompok mempresentasikannya dengan melakukan kunjung karya.

Di bagian akhir, saya bertanya kesan selama pembelajaran. Mereka mengaku suka dengan pembelajaran di luar kelas karena membuat mereka tidak bosan. Selain itu, amplop 'harta karun' dan kunjung karya melengkapi hasil diskusi per kelompok. Saya pun bangga dapat melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa.

Laporan kelompok siswa setelah belajar tentang perkembangbiakkan pada tumbuhan.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

147Integrasi LPTK - Sekolah

Page 160: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)148 149Integrasi LPTK - Sekolah

Oleh Ani Nurhidayati, Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Getaran merupakan salah satu materi pelajaran IPA untuk kelas VIII SMP. Banyak guru di sekolah mengajarkan konsep getaran kepada siswanya di dalam kelas dengan hanya merujuk pada buku paket yang dimiliki sekolah. Konsep getaran diajarkan secara lisan dan siswa sebatas hanya mencatat tanpa mengalaminya secara langsung. Terlebih lagi materi besaran getaran yaitu amplitudo, frekuensi dan periode selalu disajikan instan oleh guru dengan memberikan rumus jadi yang ada di buku paket.

Hal itu membuat siswa cendrung kurang memahami bahkan tidak memahami tentang konsep getaran atau terasa abstrak pelajaran getaran itu. Siswa hanya hafal rumus-rumus

getaran tanpa memahami makna rumus tersebut.

Padahal konsep getaran merupakan hal yang sering siswa jumpai dalam kehidupan sehari hari. Seperti, saat kita memainkan ayunan, memainkan gitar, gendang, dan drum. Besaran dalam gelombang juga sangat familiar bagi siswa. Contohnya adalah saat mereka mendengarkan siaran radio.

Dalam praktik pengalaman lapangan (PPL) di SMPN 5 Sleman, saya dan Pak Eko Budi Raharjo guru Pamong IPA berkolaborasi dalam mengajarkan konsep getaran. Dalam pembelajaran kolaboratif tersebut kami didamping oleh dosen UNY Ibu Purwanti Widhi.

Kami berkolaborasi untuk mengajarkan konsep getaran dengan menggunakan bahan bekas. Getaran dapat diajarkan kepada siswa dengan cara yang lebih menyenangkan dengan

memanfaatkan bahan-bahan bekas yang sudah tak terpakai. Siswa belajar konsep gerak dengan menggunakan drum dari toples bekas dan dititup dengan balon. Drum tersebut digunakan untuk mengetahui gerak potongan-potongan kecil stereofoam yang diletakkan di atas drum tersebut kemudian dipukul.

“Gerakan stereofoam memantul Bu. Naik ke atas lalu turun ke bawah lalu ke atas lagi,” celetuk Akbar salah satu siswa yang sangat antusias dalam pembelajaran pagi itu.

Siswa sangat bersemangat memukul drum sehingga potongan stereofoam jatuh semua di meja laboratorium IPA. Guru memberikan kode bahwa gerakan tersebut merupakan suatu getaran. Kemudian siswa berpikir dan merumuskan konsep getaran dari apa yang mereka amati.

Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas

Siswa melakukan percobaan mengayunkan sebuah bandul untuk menemukan konsep satu getaran dan besaran dalam getaran.

“Jadi berdasarkan apa yang kalian amati, coba jelaskan apa yang dimaksud dengan getaran?” guru bertanya. Siswa menjawab dengan antusias sesuai dengan apa yang diamati. Guru menampung pendapat siswa yang tertulis dalam lembar kerja siswa dan kertas plano kemudian setelah siswa mengomunikasikan konsep getaran tersebut guru mengonfirmasi bahwa getaran adalah gerakan partikel secara bolak-balik melalui titik setimbang, yang mempunyai jarak simpangan tertentu.

Untuk memperjelas pemahaman siswa tentang arti satu getaran maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan percobaan mengayunkan sebuah bandul. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa dapat menemu-kan konsep satu getaran dan besaran dalam getaran. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi siswa mencoba memainkan bandul sebelum diarahkan, namun keadaan dapat kembali kondusif setelah guru mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan LKS yang telah disediakan.

Dari kegiatan tersebut siswa mengamati secara langsung dan menemukan konsep satu getaran, selanjutnya dengan memvariasikan simpangan, siswa dapat memahami konsep amplitudo yang merupakan simpangan terjauh dari titik kesetimbangan.

Tak kalah menarik, percobaan menemukan konsep besaran getaran

berlangsung secara seru karena siswa sendiri yang menghitung jumlah getaran dan waktu yang dibutuhkan bandul tersebut untuk bergetar sebanyak 10 kali. Siswa menemukan konsep frekuensi yaitu jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik.

Keaktifan siswa semakin terlihat saat semua siswa menuangkan hasi pemikirannya dalam kertas warna warni yang nantinya akan ditempel dan dihias di ketras plano. Dengan pemahamannya sendiri siswa mencoba menjawab setiap pertanyaan diskusi dan menghias kertas plano semenarik mungkin.

Di akhir sesi kelas, siswa menukarkan hasil karyanya dengan kelompok yang telah ditentukan. Kemudian memberikan komentar dengan kertas post-it lalu dikembalikan lagi. Setelah dikembalikan perwakilan

kelompok membacakan hasil diskusi dan komen-tar dari kelompok lain sambil guru mengonfirmasi konsep yang masih salah. Pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi dan pemberian umpan balik.

“Pembelajaran sangat menarik, trimakasih bu Ani,” kata Natalia Eka kelas VIIIC SMPN Sleman. Sungguh komentar yang sangat melegakan setelah pembelajaran yang aktif hari ini.

Siswa memajangkan laporan percobaan di kertas plano untuk dipresentasikan

antar kelompok.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 161: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)148 149Integrasi LPTK - Sekolah

Oleh Ani Nurhidayati, Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Yogyakarta

Getaran merupakan salah satu materi pelajaran IPA untuk kelas VIII SMP. Banyak guru di sekolah mengajarkan konsep getaran kepada siswanya di dalam kelas dengan hanya merujuk pada buku paket yang dimiliki sekolah. Konsep getaran diajarkan secara lisan dan siswa sebatas hanya mencatat tanpa mengalaminya secara langsung. Terlebih lagi materi besaran getaran yaitu amplitudo, frekuensi dan periode selalu disajikan instan oleh guru dengan memberikan rumus jadi yang ada di buku paket.

Hal itu membuat siswa cendrung kurang memahami bahkan tidak memahami tentang konsep getaran atau terasa abstrak pelajaran getaran itu. Siswa hanya hafal rumus-rumus

getaran tanpa memahami makna rumus tersebut.

Padahal konsep getaran merupakan hal yang sering siswa jumpai dalam kehidupan sehari hari. Seperti, saat kita memainkan ayunan, memainkan gitar, gendang, dan drum. Besaran dalam gelombang juga sangat familiar bagi siswa. Contohnya adalah saat mereka mendengarkan siaran radio.

Dalam praktik pengalaman lapangan (PPL) di SMPN 5 Sleman, saya dan Pak Eko Budi Raharjo guru Pamong IPA berkolaborasi dalam mengajarkan konsep getaran. Dalam pembelajaran kolaboratif tersebut kami didamping oleh dosen UNY Ibu Purwanti Widhi.

Kami berkolaborasi untuk mengajarkan konsep getaran dengan menggunakan bahan bekas. Getaran dapat diajarkan kepada siswa dengan cara yang lebih menyenangkan dengan

memanfaatkan bahan-bahan bekas yang sudah tak terpakai. Siswa belajar konsep gerak dengan menggunakan drum dari toples bekas dan dititup dengan balon. Drum tersebut digunakan untuk mengetahui gerak potongan-potongan kecil stereofoam yang diletakkan di atas drum tersebut kemudian dipukul.

“Gerakan stereofoam memantul Bu. Naik ke atas lalu turun ke bawah lalu ke atas lagi,” celetuk Akbar salah satu siswa yang sangat antusias dalam pembelajaran pagi itu.

Siswa sangat bersemangat memukul drum sehingga potongan stereofoam jatuh semua di meja laboratorium IPA. Guru memberikan kode bahwa gerakan tersebut merupakan suatu getaran. Kemudian siswa berpikir dan merumuskan konsep getaran dari apa yang mereka amati.

Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas

Siswa melakukan percobaan mengayunkan sebuah bandul untuk menemukan konsep satu getaran dan besaran dalam getaran.

“Jadi berdasarkan apa yang kalian amati, coba jelaskan apa yang dimaksud dengan getaran?” guru bertanya. Siswa menjawab dengan antusias sesuai dengan apa yang diamati. Guru menampung pendapat siswa yang tertulis dalam lembar kerja siswa dan kertas plano kemudian setelah siswa mengomunikasikan konsep getaran tersebut guru mengonfirmasi bahwa getaran adalah gerakan partikel secara bolak-balik melalui titik setimbang, yang mempunyai jarak simpangan tertentu.

Untuk memperjelas pemahaman siswa tentang arti satu getaran maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan percobaan mengayunkan sebuah bandul. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa dapat menemu-kan konsep satu getaran dan besaran dalam getaran. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi siswa mencoba memainkan bandul sebelum diarahkan, namun keadaan dapat kembali kondusif setelah guru mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan LKS yang telah disediakan.

Dari kegiatan tersebut siswa mengamati secara langsung dan menemukan konsep satu getaran, selanjutnya dengan memvariasikan simpangan, siswa dapat memahami konsep amplitudo yang merupakan simpangan terjauh dari titik kesetimbangan.

Tak kalah menarik, percobaan menemukan konsep besaran getaran

berlangsung secara seru karena siswa sendiri yang menghitung jumlah getaran dan waktu yang dibutuhkan bandul tersebut untuk bergetar sebanyak 10 kali. Siswa menemukan konsep frekuensi yaitu jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik.

Keaktifan siswa semakin terlihat saat semua siswa menuangkan hasi pemikirannya dalam kertas warna warni yang nantinya akan ditempel dan dihias di ketras plano. Dengan pemahamannya sendiri siswa mencoba menjawab setiap pertanyaan diskusi dan menghias kertas plano semenarik mungkin.

Di akhir sesi kelas, siswa menukarkan hasil karyanya dengan kelompok yang telah ditentukan. Kemudian memberikan komentar dengan kertas post-it lalu dikembalikan lagi. Setelah dikembalikan perwakilan

kelompok membacakan hasil diskusi dan komen-tar dari kelompok lain sambil guru mengonfirmasi konsep yang masih salah. Pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi dan pemberian umpan balik.

“Pembelajaran sangat menarik, trimakasih bu Ani,” kata Natalia Eka kelas VIIIC SMPN Sleman. Sungguh komentar yang sangat melegakan setelah pembelajaran yang aktif hari ini.

Siswa memajangkan laporan percobaan di kertas plano untuk dipresentasikan

antar kelompok.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Page 162: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Oleh Ilham SPd Mahasiswa PPG SM3T Universitas Negeri Makassar

Saya didampingi oleh Ibu Andi Dian Angriani MPd, dosen pembimbing lapangan, dan Holiluddin SPd selaku guru pamong yang berkolaborasi mengajar di Kelas IV SDN Sudirman 2.

Tujuan pembelajarannya yakni melakukan penjumlahan bilangan bulat. Untuk merealisasikan tujuan pembelajaran itu, saya menggunakan media kancing baju berwarna putih dan hitam. Alat dan bahan untuk membuatnya yaitu kancing baju berwarna putih dan hitam, kertas post-

it, gunting, double tip, kertas HVS berwarna, kertas manila tipis, dan spidol warna.

Cara membuatnya, pastikan para siswa telah menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian, siswa diminta untuk membuat tabel yang berisi penjumlahan bilangan bulat yang ditanyakan pada beberapa lembar kertas HVS berwarna. Setelah itu, tempel kancing putih dan hitam sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Kancing tersebut ditempel dengan menggunakan double tip.

Prinsip kerja dari media ini adalah kancing putih melambangkan bilangan

positif dan kancing hitam melambang-kan bilangan negatif. Berarti satu kancing putih adalah positif satu (1), dua kancing putih adalah positif dua (2) dan seterusnya. Sebaliknya, satu kancing hitam berarti negatif satu (-1), dua kancing hitam berarti negatif dua (-2) dan seterusnya.

Dengan demikian, ketika pertanyaan yang diberikan misalnya, 2 + (-1) maka para siswa harus menempel dua kancing putih dan satu kancing hitam. Kancing-kancing tersebut ditempel tepat di bawah bilangan yang ditanya-kan yang berada di dalam tabel yang telah dibuat. Hasilnya, penjumlahan dari kancing-kancing itu ditempel secara berpasangan. Kancing yang tidak memiliki pasangan adalah jawabannya. Nah, jika pertanyaannya adalah 2 + (-1) maka akan ada satu kancing putih yang tidak memiliki pasangan. Jawabannya adalah positif satu (1). Berbeda ketika semua kan-cing putih dan hitam masing-masing memiliki pasangan, maka hasilnya adalah nol. Contoh : 4 + (-4) = 0.

Media ini sangat praktis digunakan kapan saja. Guru juga boleh mengganti warna sesuai yang diinginkan sehingga terlihat menarik dan mendorong siswa untuk belajar. Media ini membuat siswa terlibat aktif dalam pembelaja-ran dan menjadi mudah memahami penjumlahan bilangan bulat. Siswa yang biasanya diam, menjadi tertantang termasuk dalam menjawab pertanyaan temannya.

Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika

Media kancing yang digunakan sebagai media pembelajaran bilangan bulat.

IAIN Sunan Maulana Hasanudin Banten - Serang, Banten - Sri Ayu, mahasiswa IAIN SMH Banten, praktik mengajar di MIN 2 Serang. Dia didampingi Bapak Syihabudin dosen pendamping lapangan (DPL) dan Bapak Asep Nizarudin, guru pamong (GP) di madrasah tersebut. “Saat itu saya mengajar matematika di kelas IVB dengan tujuan siswa dapat membuat rancangan pola pengubinan dengan banyak bangun datar,” tukas Sri Ayu.

Pengubinan adalah penyusunan satu atau lebih bangun datar sehingga tidak menimbulkan rongga di antaranya. “Di sini saya membawa tiga motif kain sarung yang berisi ragam bangun datar yang menjadi model. Melalui media ini, saya berharap siswa dapat mengkrea-sikan pola pengubinan,” kata Sri lagi.

Di awal, dia memperlihatkan tiga model sarung yang dibawanya. Siswa

diminta membedakan bangun datar yang tercetak dalam motif sarung. Setiap perwakilan kelompok menulis bangun datar yang ditemukan di papan tulis. Sri bertanya kembali, apakah betul bangun datar itu yang dimaksud dalam motif sarung.

Siswa yang dibagi dalam tujuh kelom-pok, mendapatkan bangun datar yang berbeda-beda, yakni persegi panjang, segitiga sama, lingkaran, segi lima, trapesium dan jajargenjang. Setiap siswa juga mendapatkan lembar kerja yang berisi instruksi:

1. Buatlah rancang pola pengubinan sesuai bangun datar yang diterima!

2. Warnailah pola pengubinan yang sudah dirancang!

3. Gunakan tiga warna yang berbeda untuk pengubinan sehingga menghasilkan motif yang menarik!

Siswa memilih sendiri konsep bangun

datar yang bisa dijadikan pengubinan. Ada yang membuat persegi, persegi panjang, atau segi enam. Setiap kelompok memilih pola pengubinan yang menarik untuk dipresentasikan di kelas. Lalu siswa menjelaskan pewar-naan dan pola pengubinan yang dipilih.

Setelah praktik mengajar, DPL, GP, dan mahasiswa bertemu untuk melakukan konferensi dengan pola 3-2-1. Yaitu DPL dan guru pamong menyampaikan tiga hal yang baik dari praktik meng-ajar, menyampaikan dua pertanyaan, dan memberi satu saran kepada mahasiswa. Mahasiswa memberikan tanggapan dari semua sesi ini.

“Kelebihannya, kamu bisa membuat suasana kelas menjadi aktif, siswa juga menghasilkan karya kreatif. Yang perlu diperbaiki, cara berkomunikasi agar tidak kaku dan mudah dipahami siswa," saran Pak Syihabudin.

Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan

Siswa sedang mempresentasikan pengubinan dari bangun datar yang mereka pilih. Mahasiswa praktikan juga membawa sarung yang motifnya dijadikan contoh model bangun datar.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)150 151Integrasi LPTK - Sekolah

Page 163: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Oleh Ilham SPd Mahasiswa PPG SM3T Universitas Negeri Makassar

Saya didampingi oleh Ibu Andi Dian Angriani MPd, dosen pembimbing lapangan, dan Holiluddin SPd selaku guru pamong yang berkolaborasi mengajar di Kelas IV SDN Sudirman 2.

Tujuan pembelajarannya yakni melakukan penjumlahan bilangan bulat. Untuk merealisasikan tujuan pembelajaran itu, saya menggunakan media kancing baju berwarna putih dan hitam. Alat dan bahan untuk membuatnya yaitu kancing baju berwarna putih dan hitam, kertas post-

it, gunting, double tip, kertas HVS berwarna, kertas manila tipis, dan spidol warna.

Cara membuatnya, pastikan para siswa telah menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian, siswa diminta untuk membuat tabel yang berisi penjumlahan bilangan bulat yang ditanyakan pada beberapa lembar kertas HVS berwarna. Setelah itu, tempel kancing putih dan hitam sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Kancing tersebut ditempel dengan menggunakan double tip.

Prinsip kerja dari media ini adalah kancing putih melambangkan bilangan

positif dan kancing hitam melambang-kan bilangan negatif. Berarti satu kancing putih adalah positif satu (1), dua kancing putih adalah positif dua (2) dan seterusnya. Sebaliknya, satu kancing hitam berarti negatif satu (-1), dua kancing hitam berarti negatif dua (-2) dan seterusnya.

Dengan demikian, ketika pertanyaan yang diberikan misalnya, 2 + (-1) maka para siswa harus menempel dua kancing putih dan satu kancing hitam. Kancing-kancing tersebut ditempel tepat di bawah bilangan yang ditanya-kan yang berada di dalam tabel yang telah dibuat. Hasilnya, penjumlahan dari kancing-kancing itu ditempel secara berpasangan. Kancing yang tidak memiliki pasangan adalah jawabannya. Nah, jika pertanyaannya adalah 2 + (-1) maka akan ada satu kancing putih yang tidak memiliki pasangan. Jawabannya adalah positif satu (1). Berbeda ketika semua kan-cing putih dan hitam masing-masing memiliki pasangan, maka hasilnya adalah nol. Contoh : 4 + (-4) = 0.

Media ini sangat praktis digunakan kapan saja. Guru juga boleh mengganti warna sesuai yang diinginkan sehingga terlihat menarik dan mendorong siswa untuk belajar. Media ini membuat siswa terlibat aktif dalam pembelaja-ran dan menjadi mudah memahami penjumlahan bilangan bulat. Siswa yang biasanya diam, menjadi tertantang termasuk dalam menjawab pertanyaan temannya.

Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika

Media kancing yang digunakan sebagai media pembelajaran bilangan bulat.

IAIN Sunan Maulana Hasanudin Banten - Serang, Banten - Sri Ayu, mahasiswa IAIN SMH Banten, praktik mengajar di MIN 2 Serang. Dia didampingi Bapak Syihabudin dosen pendamping lapangan (DPL) dan Bapak Asep Nizarudin, guru pamong (GP) di madrasah tersebut. “Saat itu saya mengajar matematika di kelas IVB dengan tujuan siswa dapat membuat rancangan pola pengubinan dengan banyak bangun datar,” tukas Sri Ayu.

Pengubinan adalah penyusunan satu atau lebih bangun datar sehingga tidak menimbulkan rongga di antaranya. “Di sini saya membawa tiga motif kain sarung yang berisi ragam bangun datar yang menjadi model. Melalui media ini, saya berharap siswa dapat mengkrea-sikan pola pengubinan,” kata Sri lagi.

Di awal, dia memperlihatkan tiga model sarung yang dibawanya. Siswa

diminta membedakan bangun datar yang tercetak dalam motif sarung. Setiap perwakilan kelompok menulis bangun datar yang ditemukan di papan tulis. Sri bertanya kembali, apakah betul bangun datar itu yang dimaksud dalam motif sarung.

Siswa yang dibagi dalam tujuh kelom-pok, mendapatkan bangun datar yang berbeda-beda, yakni persegi panjang, segitiga sama, lingkaran, segi lima, trapesium dan jajargenjang. Setiap siswa juga mendapatkan lembar kerja yang berisi instruksi:

1. Buatlah rancang pola pengubinan sesuai bangun datar yang diterima!

2. Warnailah pola pengubinan yang sudah dirancang!

3. Gunakan tiga warna yang berbeda untuk pengubinan sehingga menghasilkan motif yang menarik!

Siswa memilih sendiri konsep bangun

datar yang bisa dijadikan pengubinan. Ada yang membuat persegi, persegi panjang, atau segi enam. Setiap kelompok memilih pola pengubinan yang menarik untuk dipresentasikan di kelas. Lalu siswa menjelaskan pewar-naan dan pola pengubinan yang dipilih.

Setelah praktik mengajar, DPL, GP, dan mahasiswa bertemu untuk melakukan konferensi dengan pola 3-2-1. Yaitu DPL dan guru pamong menyampaikan tiga hal yang baik dari praktik meng-ajar, menyampaikan dua pertanyaan, dan memberi satu saran kepada mahasiswa. Mahasiswa memberikan tanggapan dari semua sesi ini.

“Kelebihannya, kamu bisa membuat suasana kelas menjadi aktif, siswa juga menghasilkan karya kreatif. Yang perlu diperbaiki, cara berkomunikasi agar tidak kaku dan mudah dipahami siswa," saran Pak Syihabudin.

Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan

Siswa sedang mempresentasikan pengubinan dari bangun datar yang mereka pilih. Mahasiswa praktikan juga membawa sarung yang motifnya dijadikan contoh model bangun datar.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)150 151Integrasi LPTK - Sekolah

Page 164: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)152

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Komunikasi timbal balik antara mahasiswa praktikan, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL) yang diintegrasikan dalam acara Konferensi dapat meningkatkan kemampuan mengajar calon guru selama menjalani Program Pengenalan Lapangan (PPL).

Konferensi merupakan pertemuan reguler antara DPL, guru pamong dan

praktikan untuk mendiskusikan progress hasil praktik mengajar mahasiswa praktikan dengan 3-2-1 sistem yaitu tiga positive things (3 hal baik yang sudah dilakukan, 2 questions (2 pertanyaan), dan 1 suggestion (1 saran atau arahan tindak lanjut).

Salah satu kegiatan konferensi yang dilakukan antara mahasiswa praktikan UPI Bandung, Teresya, guru pamong SDN 3.4 Sukarasa, Ibu Lilis Widiawati,

dan dosen UPI, Ibu Tatat Hartati, menunjukkan bagaimana proses konferensi dapat membantu meningkatkan kemampuan mengajar mahasiswa praktikan.

Konferensi dimulai dengan Ibu Tatat meminta Teresya menyampaikan tiga hal positif yang sudah dilakukan setelah praktik mengajar. Teresya menyatakan bahwa dirinya mampu memberikan penguatan dengan

Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan

Pada saat mahasiswa praktikan mengajar di kelas, dosen pendamping lapangan dan guru pamong mengamati dan mendampingi pembelajaran sebagai bahan kegiatan konferensi dengan mahasiswa.

153Integrasi LPTK - Sekolah

mengapresiasi siswa baik verbal maupun non verbal dan mampu melakukan pengelolaan kelas dalam hal menentukan kapan siswa harus bekerja secara individu, berpasangan dan kelompok. “Hal ketiga adalah saya mampu menentukan media yang sesuai dengan topik pembelajaran, yaitu media rute perjalanan yang berbentuk tiga dimensi sehingga menarik perhatian siswa untuk belajar,” tutur Teresya.

Teresya kemudian diminta menyampai-kan dua pertanyaan. Pertanyaan yang dia ajukan yaitu: bagaimana cara agar siswa tetap fokus saat bekerja kelompok dan bagaimana cara agar siswa dapat memahami petunjuk dengan baik karena terkadang saat bekerja kelompok masih ada siswa yang belum dapat memahami apa yang harus dikerjakan. Teresya kemudian meminta saran untuk perbaikan dan peningkatan kualtas praktik mengajar.

Ibu Lilis, selaku guru pamong, menyampaikan 3 hal baik yang sudah dikuasai Teresya, yaitu sudah tepat melakukan pemilihan media rute perjalanan untuk menentukan letak suatu tempat dan sesuai dengan tema pembelajaran yaitu mengenalkan keunikan tempat tinggal siswa. Selain itu, Ibu Lilis melihat metode pembelajaran yaitu praktik langsung membuat denah merupakan cara yang tepat; serta pengelolaan siswa sudah baik, terutama saat menyusun denah sudah dilakukan berkelompok.

Terkait masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, Ibu Lilis melihat Teresya masih kurang jelas dalam memberikan instruksi sehingga ada kelompok yang kebingungan sampai Ibu Teresya meminta siswa untuk membongkar denah yang dibuat. Ibu Lilis juga melihat saat mengunjungi tiap kelompok siswa, Ibu Teresya hanya melihat sekilas dan kurang interaksi dengan siswa

“Saat Teresya mengunjungi kelompok siswa, bagaimana kalau disempatkan duduk di tengah siswa, dan menanya-kan bagaimana siswa membuat denahnya agar sesuai dengan rute perjalanan,” saran Ibu Lilis.

Setelah mendengarkan paparan mahasiswa praktikan dan guru pamong, Ibu Tatat menyampaikan bahwa berdasarkan pengamatannya, Teresya sudah cukup baik dalam persiapan pembelajaran, baik dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media, dan pemilihan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa. Namun, Ibu Tatat juga mengamati bahwa petunjuk penyusunan individu kurang dipahami, sehingga bbrp siswa belum maksimal untuk tugas individu.

“Sebaiknya petunjuk lembar kerja itu ditunjukkan dulu pada kami selaku dosen dan guru pamong. Saya siap memeriksa apakah petunjuk lembar kerja itu sudah detil,” kata Ibu Tatat.

Ibu Lilis menambahkan satu saran bahwa sebaiknya instruksi

disampaikan berulang kali agar siswa dipahami. Lalu tanyakan pada siswa apakah sudah mengerti atau belum. Teresya menyetujui hal itu dan mengakui bahwa pendampingan pada tiap kelompok perlu diperkuat.

Selanjutnya Teresya menuliskan dan menyampaikan secara lisan rencana tindak lanjut hasil konferensi pada jurnal refleksi.

“Saya akan merancang petunjuk yang lebih efektif dan komunikatif dan saya akan ke kelas Ibu Lilis untuk melihat lebih detil bagaimana cara memberi instruksi yang baik kepada siswa,” kata Teresya. Sebagai penutup sesi konferensi, Ibu Tatat dan Ibu Lilis menandatangani jurnal refleksi yang telah diisi oleh Teresya.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Pasca pembelajaran, praktikan melakukan konferensi bersama guru pamong, dan dosen pendamping lapangan.

Page 165: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)152

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung - Komunikasi timbal balik antara mahasiswa praktikan, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL) yang diintegrasikan dalam acara Konferensi dapat meningkatkan kemampuan mengajar calon guru selama menjalani Program Pengenalan Lapangan (PPL).

Konferensi merupakan pertemuan reguler antara DPL, guru pamong dan

praktikan untuk mendiskusikan progress hasil praktik mengajar mahasiswa praktikan dengan 3-2-1 sistem yaitu tiga positive things (3 hal baik yang sudah dilakukan, 2 questions (2 pertanyaan), dan 1 suggestion (1 saran atau arahan tindak lanjut).

Salah satu kegiatan konferensi yang dilakukan antara mahasiswa praktikan UPI Bandung, Teresya, guru pamong SDN 3.4 Sukarasa, Ibu Lilis Widiawati,

dan dosen UPI, Ibu Tatat Hartati, menunjukkan bagaimana proses konferensi dapat membantu meningkatkan kemampuan mengajar mahasiswa praktikan.

Konferensi dimulai dengan Ibu Tatat meminta Teresya menyampaikan tiga hal positif yang sudah dilakukan setelah praktik mengajar. Teresya menyatakan bahwa dirinya mampu memberikan penguatan dengan

Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan

Pada saat mahasiswa praktikan mengajar di kelas, dosen pendamping lapangan dan guru pamong mengamati dan mendampingi pembelajaran sebagai bahan kegiatan konferensi dengan mahasiswa.

153Integrasi LPTK - Sekolah

mengapresiasi siswa baik verbal maupun non verbal dan mampu melakukan pengelolaan kelas dalam hal menentukan kapan siswa harus bekerja secara individu, berpasangan dan kelompok. “Hal ketiga adalah saya mampu menentukan media yang sesuai dengan topik pembelajaran, yaitu media rute perjalanan yang berbentuk tiga dimensi sehingga menarik perhatian siswa untuk belajar,” tutur Teresya.

Teresya kemudian diminta menyampai-kan dua pertanyaan. Pertanyaan yang dia ajukan yaitu: bagaimana cara agar siswa tetap fokus saat bekerja kelompok dan bagaimana cara agar siswa dapat memahami petunjuk dengan baik karena terkadang saat bekerja kelompok masih ada siswa yang belum dapat memahami apa yang harus dikerjakan. Teresya kemudian meminta saran untuk perbaikan dan peningkatan kualtas praktik mengajar.

Ibu Lilis, selaku guru pamong, menyampaikan 3 hal baik yang sudah dikuasai Teresya, yaitu sudah tepat melakukan pemilihan media rute perjalanan untuk menentukan letak suatu tempat dan sesuai dengan tema pembelajaran yaitu mengenalkan keunikan tempat tinggal siswa. Selain itu, Ibu Lilis melihat metode pembelajaran yaitu praktik langsung membuat denah merupakan cara yang tepat; serta pengelolaan siswa sudah baik, terutama saat menyusun denah sudah dilakukan berkelompok.

Terkait masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, Ibu Lilis melihat Teresya masih kurang jelas dalam memberikan instruksi sehingga ada kelompok yang kebingungan sampai Ibu Teresya meminta siswa untuk membongkar denah yang dibuat. Ibu Lilis juga melihat saat mengunjungi tiap kelompok siswa, Ibu Teresya hanya melihat sekilas dan kurang interaksi dengan siswa

“Saat Teresya mengunjungi kelompok siswa, bagaimana kalau disempatkan duduk di tengah siswa, dan menanya-kan bagaimana siswa membuat denahnya agar sesuai dengan rute perjalanan,” saran Ibu Lilis.

Setelah mendengarkan paparan mahasiswa praktikan dan guru pamong, Ibu Tatat menyampaikan bahwa berdasarkan pengamatannya, Teresya sudah cukup baik dalam persiapan pembelajaran, baik dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media, dan pemilihan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa. Namun, Ibu Tatat juga mengamati bahwa petunjuk penyusunan individu kurang dipahami, sehingga bbrp siswa belum maksimal untuk tugas individu.

“Sebaiknya petunjuk lembar kerja itu ditunjukkan dulu pada kami selaku dosen dan guru pamong. Saya siap memeriksa apakah petunjuk lembar kerja itu sudah detil,” kata Ibu Tatat.

Ibu Lilis menambahkan satu saran bahwa sebaiknya instruksi

disampaikan berulang kali agar siswa dipahami. Lalu tanyakan pada siswa apakah sudah mengerti atau belum. Teresya menyetujui hal itu dan mengakui bahwa pendampingan pada tiap kelompok perlu diperkuat.

Selanjutnya Teresya menuliskan dan menyampaikan secara lisan rencana tindak lanjut hasil konferensi pada jurnal refleksi.

“Saya akan merancang petunjuk yang lebih efektif dan komunikatif dan saya akan ke kelas Ibu Lilis untuk melihat lebih detil bagaimana cara memberi instruksi yang baik kepada siswa,” kata Teresya. Sebagai penutup sesi konferensi, Ibu Tatat dan Ibu Lilis menandatangani jurnal refleksi yang telah diisi oleh Teresya.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa di Sekolah Mitra LPTK

Pasca pembelajaran, praktikan melakukan konferensi bersama guru pamong, dan dosen pendamping lapangan.

Page 166: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

INISIATIFPRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK

Petikan

USAID PRIORITAS memberikan peningkatan kapasitas dosen LPTK terutama dalam membina tenaga guru sesuai dengan kebutuhan pendidikan di daerah, membina sarjana pendidikan di perguruan tinggi, dan melatih guru yang sudah ada.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal (LPTK Harus Mampu Latih Guru - Harian Serambi Indonesia, 12 Oktober 2015)

“”

Saya berharap modul yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS dapat didiseminasikan agar menjangkau lebih banyak lagi dosen-dosen LPTK. Karena kita

bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan di Banten.

Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Prof Dr Sholeh Hidayat(LPTK Harus Lahirkan Guru Berkualitas - ANTARA, 3 Maret 2016)

“”

Pelatihan USAID PRIORITAS juga menginspirasi LPTK mengembangkan berbagai inovasi dalam perkuliahan dan mendiseminasikannya ke banyak sekolah sehingga praktik

yang baik dalam pembelajaran menyebar ke lebih banyak guru.

Kerja sama dengan USAID PRIORITAS pastilah memberikan manfaat bagi UIN Alaudin sendiri terutama pada dosen dan mahasiswa. .

PJS Rektor UIN Alaudin Makassar, Prof Dr Ahmad Thib Raya(USAID PRIORITAS Kerja Sama dengan UIN Alauddin, Harian Tribun Timur, 22 April 2015)

“ ”

Semangat kita adalah meneruskan apa yang selama ini sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Program pendidikan yang sudah sangat baik ini tidak boleh hilang saat sudah selesai di tahun 2017, kita bersama-sama akan melanjutkannya.

Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Arismunandar(USAID Inisiasi Kerja Sama LPTK dan Pemda - Harian Fajar, 17 Oktober 2015)

“”

USAID membantu UIN membangun kolaborasi sinergis antara dosen, guru pamong, dan mahasiwa praktikan.Dosen lebih mengerti jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa praktikan agar PPL dapat lebih efektif membangun keprofesian praktikan sebagai calon guru.

Rektor Universitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr Mahmud (Dampak Program USAID PRIORITAS di LPTK - www.bharatanews.id, 13 Januari 2017)

“”

Page 167: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

INISIATIFPRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK

Petikan

USAID PRIORITAS memberikan peningkatan kapasitas dosen LPTK terutama dalam membina tenaga guru sesuai dengan kebutuhan pendidikan di daerah, membina sarjana pendidikan di perguruan tinggi, dan melatih guru yang sudah ada.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal (LPTK Harus Mampu Latih Guru - Harian Serambi Indonesia, 12 Oktober 2015)

“”

Saya berharap modul yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS dapat didiseminasikan agar menjangkau lebih banyak lagi dosen-dosen LPTK. Karena kita

bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan di Banten.

Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Prof Dr Sholeh Hidayat(LPTK Harus Lahirkan Guru Berkualitas - ANTARA, 3 Maret 2016)

“”

Pelatihan USAID PRIORITAS juga menginspirasi LPTK mengembangkan berbagai inovasi dalam perkuliahan dan mendiseminasikannya ke banyak sekolah sehingga praktik

yang baik dalam pembelajaran menyebar ke lebih banyak guru.

Kerja sama dengan USAID PRIORITAS pastilah memberikan manfaat bagi UIN Alaudin sendiri terutama pada dosen dan mahasiswa. .

PJS Rektor UIN Alaudin Makassar, Prof Dr Ahmad Thib Raya(USAID PRIORITAS Kerja Sama dengan UIN Alauddin, Harian Tribun Timur, 22 April 2015)

“ ”

Semangat kita adalah meneruskan apa yang selama ini sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Program pendidikan yang sudah sangat baik ini tidak boleh hilang saat sudah selesai di tahun 2017, kita bersama-sama akan melanjutkannya.

Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Arismunandar(USAID Inisiasi Kerja Sama LPTK dan Pemda - Harian Fajar, 17 Oktober 2015)

“”

USAID membantu UIN membangun kolaborasi sinergis antara dosen, guru pamong, dan mahasiwa praktikan.Dosen lebih mengerti jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa praktikan agar PPL dapat lebih efektif membangun keprofesian praktikan sebagai calon guru.

Rektor Universitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr Mahmud (Dampak Program USAID PRIORITAS di LPTK - www.bharatanews.id, 13 Januari 2017)

“”

Page 168: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Yogyakarta - USAID PRIORITAS dan UNY telah bekerja sama sejak awal tahun 2013. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan mengembangkan modul pelatihan dan buku sumber untuk pengayaan perkuliahan, melatih dosen-dosen dan guru-guru di sekolah mitra UNY, dan masih banyak lagi.

Melihat hasil yang positif dalam perkuliahan maupun pembelajaran di sekolah, membuat Jurusan PGSD mengadaptasi modul pelatihan USAID PRIORITAS menjadi mata kuliah pilihan baru, yaitu mata kuliah literasi kelas awal dan mata kuliah manajemen berbasis sekolah (MBS).

“Kami mencoba mereviu kurikulum di jurusan dan sinkronisasinya pada 2014

lalu. Kemudian kami mencoba menyusun standar kompetensi lulusan PGSD sesuai perkembangan. Setelah kami menganalisis banyak mata kuliah, kami memutuskan untuk memasukkan mata kuliah literasi tersebut sebagai mata kuliah pilihan,” kata Ibu Supartinah MHum, Sekretaris Jurusan PGSD UNY.

Mata kuliah literasi kelas awal yang diberikan kepada mahasiswa PGSD Semester V bertujuan mengenalkan pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal, strategi, penilaian, dan medianya. Mata kuliah ini terdiri dari dua SKS, berisi satu teori dan satu praktik.

USAID PRIORITAS telah mengem-bangkan modul-modul dan bahan

perkuliahan untuk dapat dimanfaatkan secara mandiri di universitas. USAID PRIORITAS juga bekerja sama dengan Florida State University, Amerika, dalam mengembangkan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal yang berbasis pada penelitian terbaru.

Alasan-alasan tersebut yang membuat yakin jurusan PGSD UNY untuk memasukkan materi-materi dalam modul yang telah disusun oleh USAID PRIORITAS bersama tim ke dalam mata kuliah literasi kelas awal.

Untuk mata kuliah MBS, mata kuliah ini juga diberikan kepada mahasiswa Semester V. Materi kuliah diadaptasi dari modul 1, II, dan III. Pada modul 1 materi yang diambil di antaranya tentang konsep apa dan bagaimana

Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru

Mahasiswa sedang melakukan kunjung karya dalam sebuah perkuliahan berbasis literasi.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)156

MBS, kemudian TAP (transparan, akuntabilitas maupun partisipasi) pengelolaan sekolah. Di modul II terkait dengan melayani perbedaan individu, dan modul III tentang supervisi kepala sekolah, program literasi, dan penguatan budaya baca.

Dosen pengampu mata kuliah MBS, Bapak Agung Hastomo MPd, menjelaskan mahasiswa juga perlu mendapatkan materi dari para pelaku praktik yang baik MBS. Misalnya tentang menyusun rencana kegiatan sekolah dan diskusi penguatan peran serta masyarakat. Sedangkan mahasiswa belum memiliki pengalaman pengelolaan sekolah

sebelumnya. “Kami juga merencanakan untuk mendatangkan narasumber seperti yang dilakukan USAID PRIORITAS ke dalam kelas. Kami sedang mengatur teknisnya,” kata Pak Agung dengan semangat.

Materi MBS tergolong baru di PGSD UNY. Namun ternyata materi ini mendapatkan sambutan positif dari mahasiswa. Dari enam kelas di PGSD, empat kelas memilih mata kuliah pilihan ini.

Dalam perkuliahan, mereka juga menikmati pola diskusi, tukar gagasan, kunjung karya, simulasi kepala sekolah dan guru, serta desain pelatihan dan pembelajaran seperti yang telah

Dalam perkuliahan MBS, mahasiswa tampak sedang bermain peran dengan memberi masukan sesuai perannya agar bisa mendukung peningkatan mutu sekolah.

157 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 157

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Penerapan mata kuliah literasi kelas awal dan MBS merupakan jawaban dari perkembangan kurikulum dan kebutuhan sekolah. PGSD UNY telah menetapkan standar kompetensi lulusan PGSD agar mahasiswa mengu-asai kompetensi dalam pembelajaran literasi dan pengembangan sekolah. “Pada semester ganjil yang akan datang, PGSD UNY akan memberikan sosialisasi dan penguatan agar makin banyak mahasiswa mengambil dua mata kuliah ini,” kata Pak Agung.

Page 169: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Universitas Negeri Yogyakarta - USAID PRIORITAS dan UNY telah bekerja sama sejak awal tahun 2013. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan mengembangkan modul pelatihan dan buku sumber untuk pengayaan perkuliahan, melatih dosen-dosen dan guru-guru di sekolah mitra UNY, dan masih banyak lagi.

Melihat hasil yang positif dalam perkuliahan maupun pembelajaran di sekolah, membuat Jurusan PGSD mengadaptasi modul pelatihan USAID PRIORITAS menjadi mata kuliah pilihan baru, yaitu mata kuliah literasi kelas awal dan mata kuliah manajemen berbasis sekolah (MBS).

“Kami mencoba mereviu kurikulum di jurusan dan sinkronisasinya pada 2014

lalu. Kemudian kami mencoba menyusun standar kompetensi lulusan PGSD sesuai perkembangan. Setelah kami menganalisis banyak mata kuliah, kami memutuskan untuk memasukkan mata kuliah literasi tersebut sebagai mata kuliah pilihan,” kata Ibu Supartinah MHum, Sekretaris Jurusan PGSD UNY.

Mata kuliah literasi kelas awal yang diberikan kepada mahasiswa PGSD Semester V bertujuan mengenalkan pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal, strategi, penilaian, dan medianya. Mata kuliah ini terdiri dari dua SKS, berisi satu teori dan satu praktik.

USAID PRIORITAS telah mengem-bangkan modul-modul dan bahan

perkuliahan untuk dapat dimanfaatkan secara mandiri di universitas. USAID PRIORITAS juga bekerja sama dengan Florida State University, Amerika, dalam mengembangkan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal yang berbasis pada penelitian terbaru.

Alasan-alasan tersebut yang membuat yakin jurusan PGSD UNY untuk memasukkan materi-materi dalam modul yang telah disusun oleh USAID PRIORITAS bersama tim ke dalam mata kuliah literasi kelas awal.

Untuk mata kuliah MBS, mata kuliah ini juga diberikan kepada mahasiswa Semester V. Materi kuliah diadaptasi dari modul 1, II, dan III. Pada modul 1 materi yang diambil di antaranya tentang konsep apa dan bagaimana

Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru

Mahasiswa sedang melakukan kunjung karya dalam sebuah perkuliahan berbasis literasi.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)156

MBS, kemudian TAP (transparan, akuntabilitas maupun partisipasi) pengelolaan sekolah. Di modul II terkait dengan melayani perbedaan individu, dan modul III tentang supervisi kepala sekolah, program literasi, dan penguatan budaya baca.

Dosen pengampu mata kuliah MBS, Bapak Agung Hastomo MPd, menjelaskan mahasiswa juga perlu mendapatkan materi dari para pelaku praktik yang baik MBS. Misalnya tentang menyusun rencana kegiatan sekolah dan diskusi penguatan peran serta masyarakat. Sedangkan mahasiswa belum memiliki pengalaman pengelolaan sekolah

sebelumnya. “Kami juga merencanakan untuk mendatangkan narasumber seperti yang dilakukan USAID PRIORITAS ke dalam kelas. Kami sedang mengatur teknisnya,” kata Pak Agung dengan semangat.

Materi MBS tergolong baru di PGSD UNY. Namun ternyata materi ini mendapatkan sambutan positif dari mahasiswa. Dari enam kelas di PGSD, empat kelas memilih mata kuliah pilihan ini.

Dalam perkuliahan, mereka juga menikmati pola diskusi, tukar gagasan, kunjung karya, simulasi kepala sekolah dan guru, serta desain pelatihan dan pembelajaran seperti yang telah

Dalam perkuliahan MBS, mahasiswa tampak sedang bermain peran dengan memberi masukan sesuai perannya agar bisa mendukung peningkatan mutu sekolah.

157 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 157

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Penerapan mata kuliah literasi kelas awal dan MBS merupakan jawaban dari perkembangan kurikulum dan kebutuhan sekolah. PGSD UNY telah menetapkan standar kompetensi lulusan PGSD agar mahasiswa mengu-asai kompetensi dalam pembelajaran literasi dan pengembangan sekolah. “Pada semester ganjil yang akan datang, PGSD UNY akan memberikan sosialisasi dan penguatan agar makin banyak mahasiswa mengambil dua mata kuliah ini,” kata Pak Agung.

Page 170: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Faridah Ohan MPd Dosen Universitas Negeri Makassar

Keikutsertaan saya di USAID PRIORI-TAS sejak tahun 2013 memperkaya referensi terkait mata kuliah yang saya ampu. Saya mengadaptasi beberapa unit materi modul pelatihan pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS), salah satunya pada mata kuliah budaya sekolah untuk mahasiswa Semester V.

Unit-unit modul pelatihan USAID PRIORITAS yang saya gunakan adalah Unit Literasi Lintas Kurikulum terkait kemampuan mengelola informasi, menganalisis dan memaparkannya dengan bahasa sendiri, Unit Pertanyaan Tingkat Tinggi, Unit Program Budaya

Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah

Baca dan Pengelolaan Budaya Baca.

Sebelum perkuliahan, saya menyiapkan bahan bacaan terkait budaya sekolah. Salah satu isu yang kami bahas adalah maraknya budaya kekerasan di sekolah. Karena itu, saya pilih artikel ”Budaya Kekerasan Antar Anak di Sekolah Dasar” oleh Elga Andina, peneliti muda psikologi di bidang kesejahteraan sosial pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi di Sekjen DPR RI, tahun 2014.

Saya mengadakan kegiatan membaca senyap artikel tersebut selama 15 menit. Saya meminta mahasiswa untuk mencoba memahami informasi terkait budaya kekerasan yang terjadi di sekolah. Setelah aktivitas membaca

selesai, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa untuk mengetahui informasi-informasi apa saja yang mereka peroleh dari kegiatan membaca tadi. Pertanyaan yang saya ajukan ada yang berupa pertanyaan terbuka.

Contohnya, paragraf ini menceritakan tentang apa? Mengapa kekerasan terjadi sekolah? Dengan pertanyaan itu, saya ingin melatih mahasiswa untuk menyampaikan idenya dengan menggunakan bahasa lisan yang mudah dipahami oleh orang lain.

Pertanyaan tertutup saya ajukan untuk melatih mahasiswa menangkap informasi terkait data yang bersifat angka-angka dan informasi yang berbentuk naratif, misalnya apa saja

Mahasiswa di dalam kelompok kecil sedang berdiskusi mengatasi budaya kekerasan di sekolah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)158

jenis-jenis perilaku bullying, apa yang bisa kita lihat berdasar data tentang statis kekerasan, dan lain-lain.

Pada tahap selanjutnya, saya ingin mereka memiliki produk dari hasil bacaan. Produk tersebut bisa berupa ide dan karya tulis. Untuk memancing ide mereka, kami adakan diskusi bersama.

Beberapa ide praktis menurut mahasiswa untuk mengatasi budaya kekerasan di sekolah adalah penguatan kapasitas guru dalam hal konseling untuk membantu pembinaan anak-anak yang melakukan tindak kekerasan di sekolah; memfasilitasi keterlibatan orang tua melalui kegiatan kehumasan untuk membangun komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah terkait perilaku anak; kegiatan keagamaan yang menanamkan pendidikan karakter perlu dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa, dan lain lain.

Dari ide-ide yang disebutkan di atas, terlihat bahwa pencegahan kekerasan menurut mahasiswa perlu melibatkan guru, siswa, orang tua, dan satpam sekolah. Tugas saya sebagai pengampu mata kuliah adalah mempertegas bahwa persoalan manajemen sekolah perlu melibatkan stakeholders pendidikan terkait agar bersinergi dalam pengelolaan sekolah. Selain itu, dari bacaan tersebut, saya ingin mereka mengasosiasikan dengan keadaan konstekstual mereka sendiri.

Karena itu, saya menyuruh mereka membuat tulisan tentang budaya sekolah tempat mereka belajar dahulu. Masing-masing mahasiswa secara individu menulis cerita budaya sekolah yang pernah mereka alami.

Terakhir, sebagai bahan refleksi, saya mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi kontekstual apakah budaya kekerasan yang telah didiskusikan juga terjadi di kampus. Sebagian besar mahasiswa mengatakan iya. Misalnya, budaya kekerasan nonverbal antara mahasiswa senior dan junior, budaya kekerasan fisik pada saat penerimaan mahasiswa baru, termasuk budaya interaksi antara dosen, pegawai, dan mahasiswa.

Refleksi ini menjadi bermakna karena beberapa mahasiswa menceritakan apa yang mereka alami dan yang mereka saksikan terkait kebiasaan-kebiasaan di kampus yang menurut mereka perlu untuk diubah karena ternyata tidak cukup ramah

Walaupun bekerja di kelompok, mahasiswa juga melaporkan hasil diskusinya secara individu.

159 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 159

untuk kondisi akademik kampus. Sebagai catatan, dalam konteks LPTK, saya melihat bahwa ketika berbicara tentang budaya sekolah, USAID PRIORITAS mengajarkan untuk mengidentifikasi budaya itu secara spesifik supaya bisa dikelola. Budaya baca adalah contoh yang nyata. Masih ada budaya lain seperti budaya bersih, budaya senyum sapa, dan lain-lain. Yang saya adaptasi dari modul MBS adalah bahwa budaya itu bisa dikelola dengan memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 171: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Oleh Faridah Ohan MPd Dosen Universitas Negeri Makassar

Keikutsertaan saya di USAID PRIORI-TAS sejak tahun 2013 memperkaya referensi terkait mata kuliah yang saya ampu. Saya mengadaptasi beberapa unit materi modul pelatihan pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS), salah satunya pada mata kuliah budaya sekolah untuk mahasiswa Semester V.

Unit-unit modul pelatihan USAID PRIORITAS yang saya gunakan adalah Unit Literasi Lintas Kurikulum terkait kemampuan mengelola informasi, menganalisis dan memaparkannya dengan bahasa sendiri, Unit Pertanyaan Tingkat Tinggi, Unit Program Budaya

Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah

Baca dan Pengelolaan Budaya Baca.

Sebelum perkuliahan, saya menyiapkan bahan bacaan terkait budaya sekolah. Salah satu isu yang kami bahas adalah maraknya budaya kekerasan di sekolah. Karena itu, saya pilih artikel ”Budaya Kekerasan Antar Anak di Sekolah Dasar” oleh Elga Andina, peneliti muda psikologi di bidang kesejahteraan sosial pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi di Sekjen DPR RI, tahun 2014.

Saya mengadakan kegiatan membaca senyap artikel tersebut selama 15 menit. Saya meminta mahasiswa untuk mencoba memahami informasi terkait budaya kekerasan yang terjadi di sekolah. Setelah aktivitas membaca

selesai, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa untuk mengetahui informasi-informasi apa saja yang mereka peroleh dari kegiatan membaca tadi. Pertanyaan yang saya ajukan ada yang berupa pertanyaan terbuka.

Contohnya, paragraf ini menceritakan tentang apa? Mengapa kekerasan terjadi sekolah? Dengan pertanyaan itu, saya ingin melatih mahasiswa untuk menyampaikan idenya dengan menggunakan bahasa lisan yang mudah dipahami oleh orang lain.

Pertanyaan tertutup saya ajukan untuk melatih mahasiswa menangkap informasi terkait data yang bersifat angka-angka dan informasi yang berbentuk naratif, misalnya apa saja

Mahasiswa di dalam kelompok kecil sedang berdiskusi mengatasi budaya kekerasan di sekolah.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)158

jenis-jenis perilaku bullying, apa yang bisa kita lihat berdasar data tentang statis kekerasan, dan lain-lain.

Pada tahap selanjutnya, saya ingin mereka memiliki produk dari hasil bacaan. Produk tersebut bisa berupa ide dan karya tulis. Untuk memancing ide mereka, kami adakan diskusi bersama.

Beberapa ide praktis menurut mahasiswa untuk mengatasi budaya kekerasan di sekolah adalah penguatan kapasitas guru dalam hal konseling untuk membantu pembinaan anak-anak yang melakukan tindak kekerasan di sekolah; memfasilitasi keterlibatan orang tua melalui kegiatan kehumasan untuk membangun komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah terkait perilaku anak; kegiatan keagamaan yang menanamkan pendidikan karakter perlu dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa, dan lain lain.

Dari ide-ide yang disebutkan di atas, terlihat bahwa pencegahan kekerasan menurut mahasiswa perlu melibatkan guru, siswa, orang tua, dan satpam sekolah. Tugas saya sebagai pengampu mata kuliah adalah mempertegas bahwa persoalan manajemen sekolah perlu melibatkan stakeholders pendidikan terkait agar bersinergi dalam pengelolaan sekolah. Selain itu, dari bacaan tersebut, saya ingin mereka mengasosiasikan dengan keadaan konstekstual mereka sendiri.

Karena itu, saya menyuruh mereka membuat tulisan tentang budaya sekolah tempat mereka belajar dahulu. Masing-masing mahasiswa secara individu menulis cerita budaya sekolah yang pernah mereka alami.

Terakhir, sebagai bahan refleksi, saya mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi kontekstual apakah budaya kekerasan yang telah didiskusikan juga terjadi di kampus. Sebagian besar mahasiswa mengatakan iya. Misalnya, budaya kekerasan nonverbal antara mahasiswa senior dan junior, budaya kekerasan fisik pada saat penerimaan mahasiswa baru, termasuk budaya interaksi antara dosen, pegawai, dan mahasiswa.

Refleksi ini menjadi bermakna karena beberapa mahasiswa menceritakan apa yang mereka alami dan yang mereka saksikan terkait kebiasaan-kebiasaan di kampus yang menurut mereka perlu untuk diubah karena ternyata tidak cukup ramah

Walaupun bekerja di kelompok, mahasiswa juga melaporkan hasil diskusinya secara individu.

159 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 159

untuk kondisi akademik kampus. Sebagai catatan, dalam konteks LPTK, saya melihat bahwa ketika berbicara tentang budaya sekolah, USAID PRIORITAS mengajarkan untuk mengidentifikasi budaya itu secara spesifik supaya bisa dikelola. Budaya baca adalah contoh yang nyata. Masih ada budaya lain seperti budaya bersih, budaya senyum sapa, dan lain-lain. Yang saya adaptasi dari modul MBS adalah bahwa budaya itu bisa dikelola dengan memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 172: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Buat Pojok USAID PRIORITAS

UIN Ar Raniry, Banda Aceh - Ada yang berbeda saat kita memasuki ruangan Pusat Pengembangan Pembelajaran (Educational Development Centre/EDC) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan(FTK). Tepat di sebelah kanan pintu masuk ruangan tersebut tersusun rapi modul-modul pembelajaran, buku praktik yang baik, dan newsletter USAID PRIORITAS. Mereka membuat Pojok USAID PRIORITAS FTK UIN Ar Raniry.

Kepala EDC, Bapak Mawardi MPd, merupakan orang yang sangat berperan terbentuknya pojok tersebut. “Dengan dukungan dari dekan dan USAID PRIORITAS kami menyiapkan pojok ini untuk meningkatkan budaya baca bagi mahasiswa sekaligus menjadi

pusat sumber belajar dan rujukan bagi para dosen dan mahasiswa yang belum berkesempatan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS,” jelas Pak Mawardi.

Menurutnya banyak nilai positif dengan adanya pojok tersebut terutama bagi mahasiswa yang akan PPL untuk mengetahui apa yang terjadi di sekolah, “Banyak mahasiswa yang akan PPL memanfaatkan pojok baca ini sebagai bekal mereka untuk ke sekolah. Apalagi dengan adanya CD pada modul pembelajaran tersebut maka dengan mudah mereka dapat mengcopy CD tersebut untuk menjadi contoh dan dikembangkan dalam pembelajaran,” katanya lagi.

“Kami senang dengan adanya Pojok USAID PRIORITAS karena dapat menambah perbendaharaan ilmu tentang PAKEM. Jadi saat mengunjungi EDC dan menunggu dosen kami dapat memanfaatkan waktu untuk membaca di pojok ini,” kata Marhamah mahasiswa Prodi PGMI Semester VII .

Lain halnya dengan Rizkianto mahasiswa Prodi Fisika yang memanfaatkan pojok sebagai bahan referensi ”Pojok ini bermanfaat bagi saya untuk menambah referensi terutama tentang pembelajaran kontekstual sehingga dapat menjadi sebagai sumber ilmu dalam menunjang pola pikir dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan langsung dalam perkuliahan. CDnya juga dengan mudah dapat kita copy,” kata Rizki.

“Ruangan EDC ini tempat berkumpulnya dosen dan mahasiswa, terutama mahasiswa yang akan dan sekembalinya dari PPL. Jadi mereka sangat terbantu dengan adanya pojok ini terutama untuk meningkatkan budaya baca serta memberikan gambaran tentang pembelajaran aktif yang berkembang di sekolah,” jelas Pak Mawardi.

Dosen dan mahasiswa memanfaatkan Pojok USAID PRIORITAS UIN Ar Raniry.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)160 161 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 161

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh – Bersama dengan USAID PRIORITAS, Unsyiah Aceh melatih 598 mahasiswa yang akan melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL). Para pelatihnya adalah dosen-dosen Unsyiah dan dosen yang menjadi fasilitator USAID PRIORITAS. Materinya diambil dari modul pelatihan USAID PRIORITAS.

”Pelatihan ini sangat berguna bagi kami untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang saat ini berkembang di sekolah,” kata Siti, salah seorang mahasiswa PPL.

Pelatihan pertama serta berasal dari 13 program studi. Sebagian besar berasal dari PGSD, yakni 143 mahasiswa. Pelatihan dilaksanakan dalam dua gelombang tersebut masing-masing berlangsung 3 hari (2-4/3 dan 5-7/3). Mahasiswa dibekali materi-

materi pilihan dari modul 1 dan modul 2 yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Di antaranya, cara merancang pembelajaran yang efektif, persiapan dan praktik mengajar, rencana tindak lanjut pembelajaran, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, serta literasi

Sebelumnya, Kepala Micro Teaching FKIP Unsyiah, Ibu Asyiah, menyatakan dukungannya untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa sebelum praktik pembelajaran. ”Bagi mahasiswa, kegatan ini sangat penting. Sebelum memperoleh pengalaman, mereka sudah punya gambaran dan persiapan yang akan dilakukan di sekolah. Perubahan pembelajaran yang saat ini terjadi di sekolah harus dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa yang akan PPL,” kata Asyiah.

“Setelah mengikuti pelatihan bersama

Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah

Mahasiswa memperlihatkan hasil kerjannya pada diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS di FKIP Unsyiah

Mahasiswa bekerja di kelompok saat diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS.

USAID PRIORITAS, mereka diikutsertakan dalam kelas micro teaching,” katanya lagi.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 173: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Buat Pojok USAID PRIORITAS

UIN Ar Raniry, Banda Aceh - Ada yang berbeda saat kita memasuki ruangan Pusat Pengembangan Pembelajaran (Educational Development Centre/EDC) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan(FTK). Tepat di sebelah kanan pintu masuk ruangan tersebut tersusun rapi modul-modul pembelajaran, buku praktik yang baik, dan newsletter USAID PRIORITAS. Mereka membuat Pojok USAID PRIORITAS FTK UIN Ar Raniry.

Kepala EDC, Bapak Mawardi MPd, merupakan orang yang sangat berperan terbentuknya pojok tersebut. “Dengan dukungan dari dekan dan USAID PRIORITAS kami menyiapkan pojok ini untuk meningkatkan budaya baca bagi mahasiswa sekaligus menjadi

pusat sumber belajar dan rujukan bagi para dosen dan mahasiswa yang belum berkesempatan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS,” jelas Pak Mawardi.

Menurutnya banyak nilai positif dengan adanya pojok tersebut terutama bagi mahasiswa yang akan PPL untuk mengetahui apa yang terjadi di sekolah, “Banyak mahasiswa yang akan PPL memanfaatkan pojok baca ini sebagai bekal mereka untuk ke sekolah. Apalagi dengan adanya CD pada modul pembelajaran tersebut maka dengan mudah mereka dapat mengcopy CD tersebut untuk menjadi contoh dan dikembangkan dalam pembelajaran,” katanya lagi.

“Kami senang dengan adanya Pojok USAID PRIORITAS karena dapat menambah perbendaharaan ilmu tentang PAKEM. Jadi saat mengunjungi EDC dan menunggu dosen kami dapat memanfaatkan waktu untuk membaca di pojok ini,” kata Marhamah mahasiswa Prodi PGMI Semester VII .

Lain halnya dengan Rizkianto mahasiswa Prodi Fisika yang memanfaatkan pojok sebagai bahan referensi ”Pojok ini bermanfaat bagi saya untuk menambah referensi terutama tentang pembelajaran kontekstual sehingga dapat menjadi sebagai sumber ilmu dalam menunjang pola pikir dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan langsung dalam perkuliahan. CDnya juga dengan mudah dapat kita copy,” kata Rizki.

“Ruangan EDC ini tempat berkumpulnya dosen dan mahasiswa, terutama mahasiswa yang akan dan sekembalinya dari PPL. Jadi mereka sangat terbantu dengan adanya pojok ini terutama untuk meningkatkan budaya baca serta memberikan gambaran tentang pembelajaran aktif yang berkembang di sekolah,” jelas Pak Mawardi.

Dosen dan mahasiswa memanfaatkan Pojok USAID PRIORITAS UIN Ar Raniry.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)160 161 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 161

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh – Bersama dengan USAID PRIORITAS, Unsyiah Aceh melatih 598 mahasiswa yang akan melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL). Para pelatihnya adalah dosen-dosen Unsyiah dan dosen yang menjadi fasilitator USAID PRIORITAS. Materinya diambil dari modul pelatihan USAID PRIORITAS.

”Pelatihan ini sangat berguna bagi kami untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang saat ini berkembang di sekolah,” kata Siti, salah seorang mahasiswa PPL.

Pelatihan pertama serta berasal dari 13 program studi. Sebagian besar berasal dari PGSD, yakni 143 mahasiswa. Pelatihan dilaksanakan dalam dua gelombang tersebut masing-masing berlangsung 3 hari (2-4/3 dan 5-7/3). Mahasiswa dibekali materi-

materi pilihan dari modul 1 dan modul 2 yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Di antaranya, cara merancang pembelajaran yang efektif, persiapan dan praktik mengajar, rencana tindak lanjut pembelajaran, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, serta literasi

Sebelumnya, Kepala Micro Teaching FKIP Unsyiah, Ibu Asyiah, menyatakan dukungannya untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa sebelum praktik pembelajaran. ”Bagi mahasiswa, kegatan ini sangat penting. Sebelum memperoleh pengalaman, mereka sudah punya gambaran dan persiapan yang akan dilakukan di sekolah. Perubahan pembelajaran yang saat ini terjadi di sekolah harus dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa yang akan PPL,” kata Asyiah.

“Setelah mengikuti pelatihan bersama

Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah

Mahasiswa memperlihatkan hasil kerjannya pada diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS di FKIP Unsyiah

Mahasiswa bekerja di kelompok saat diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS.

USAID PRIORITAS, mereka diikutsertakan dalam kelas micro teaching,” katanya lagi.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 174: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)162

Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu

Universitas Negeri Medan - UNIMED menginisasi berdirinya lembaga baru sebagai service provider (SP). SP bertujuan membantu kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk meningkatkan mutu pendidikan. SP ini merupakan salah satu wujud dari slogan Unimed untuk Membangun Negeri dari Sekolah. Rektor Unimed Prof Dr Syawal Gultom dikenal sebagai pekerja keras dan visioner. Diberbagai kesempatan, Pak Syawal selalu menga-takan kemajuan sebuah bangsa di masa depan ditentukan oleh proses belajar masa kini. Sekolah merupakan kunci pembangunan. Sekolah bertanggung jawab melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas dan

mampu membawa negeri ini menuju era kemajuan. “Sekolah yang bermutu akan berkontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu kita harus membangun bangsa dari sekolah,” terangnya.

Dibutuhkan kerja sama antara LPTK, pemerintah daerah (Pemda) dan sekolah itu sendiri, untuk menciptakan sekolah bermutu. Tanggungjawab Unimed sebagai LPTK tidak hanya soal mendidik calon guru, tetapi juga ikut menjaga dan meningkatkan mutu guru yang sudah ada di Sumut. Hal itu sesuai dengan misi kedua Unimed yaitu mengembangkan Unimed menjadi teaching and research

institution yang unggul. Misi ini merupakan basis yang kuat untuk menjalankan peran Unimed sebagai service provider.

Service provider merupakan lembaga yang memberikan dukungan teknis kepada kabupaten/kota untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dosen-dosen Unimed akan membantu daerah melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, pembuatan renstra pendidikan, penataan dan pemerataan guru dan pendidikan inklusif. Unimed menyediakan tenaga ahli, materi pelatihan dan metodologi. Sedangkan kabupaten kota mendukung kegiatan melalui kebijakan dan anggaran.

163 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 163

Unimed dan USAID PRIORITAS telah bekerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sumut sejak 2012. Dosen-dosen Unimed terlibat dalam merancang dan melaksanakan berbagai pelatihan, workshop, dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya. Selama kurun waktu 2012 – 2015, USAID PRIORITAS telah melatih 15.965 pendidik (dosen, guru, kepala sekolah, pengawas, komite dan pejabat strukural) di Sumut. Dukungan ini telah menjangkau lebih dari 2,532 sekolah (1.750 sekolah dasar, 88 madrasah ibtidaiyah, 615 sekolah menengah pertama dan 79 madrasah tsanawiyah).

Selain itu tercatat 30 orang dosen Unimed telah terlatih sebagai fasilitator baik untuk pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), pembuatan bahan ajar dan PTK (penelitian tindakan kelas). Tujuh dosen UNIMED telah berperan sebagai service provider untuk program PPG (penataan dan pemerataan guru) dan pengembangan keprofesian berkelanjutan). 64 dosen UNIMED telah mengikuti pelatihan pedagogy lecture. Sumberdaya manusia yang dimiliki UNIMED ini merupakan aset yang siap digunakan untuk bekerja sama dengan kabupaten/kota.

Di sisi lain kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS secara konsisten mengalokasikan dana untuk program diseminasi. Selama kurun waktu 2014 - 2015, tercatat anggaran diseminasi

yang telah digunakan sebesar Rp 15.879.214.300. Angggaran ini berasal dari APBD dan BOS.

Selain itu 10 daerah mitra USAID PRIORITAS telah mengalokasikan pagu anggaran di renstra pendidikan sebesar Rp 685 miliar untuk program peningkatan mutu. Anggaran ini bertujuan menjamin keberlanjutan kegiatan peningkatan mutu pendidikan pasca berakhirnya program USAID PRIORITAS di tahun 2017. Seluruh anggaran ini dialokasikan untuk mengcover enam topik kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS selama ini, yaitu: (1) Pembelajaran, (2) MBS, (3) budaya baca, (4) PKB, (5) pemera-taan distribusi guru dan (6) pendidi-kan inklusif.

Ketersediaan anggaran dan komitmen pemda merupakan peluang untuk mewujudkan motto Membangun Negeri dari Sekolah. UNIMED sudah memiliki sumberdaya manusia yang terlatih untuk melayani kebutuhan kabupaten/kota. Keterampilan dan pengalaman yang diperoleh dosen-dosen UNIMED ketika terlibat dalam program USAID PRIORITAS merupakan aset penting yang dimiliki Unimed. Selain itu dosen-dosen Unimed telah memiliki pengalaman bekerjasama dengan daerah melalui program USAID PRIORITAS sehingga kerjasama dengan daerah akan lebih mudah dilakukan.

Pelembagaan

Guna mengimplementasikan kerjasama dengan kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS, Unimed, maka membentuk lembaga service provider. SP akan diresmikan melalui surat keputusan Rektor Unimed. Lembaga ini nantinya akan langsung bertanggung jawab kepada Rektor Unimed.

Sesungguhnya peran sebagai service provider merupakan peran yang telah menyatu dengan keseharian UNIMED sebagaimana tergambar dalam tujuan universitas. Salah satu tujuan tersebut adalah mengembangkan UNIMED sebagai pusat inovasi pembelajaran dan penelitian adalah bentuk nyata dari sustainabilitas peran UNIMED sebagai service provider yang dapat diandalkan akan menjamin mutu penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang semula dikelola USAID Prioritas.

Adapun struktur dan layanan yang diberikan SP adalah:

1. Divisi Pengembangan Sekolah.

2. Divisi Pengembangan Guru

3. Divisi Pengembangan Dosen

4. Divisi Tata Kelola Manajemen Pendidikan

5. Divisi Monitoring dan Evaluasi

6. Divisi Komunikasi dan Praktik yang Baik.

Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom, saat menyampaikan rencana pengintegrasian program USAID PRIORITAS di kampusnya.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 175: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)162

Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu

Universitas Negeri Medan - UNIMED menginisasi berdirinya lembaga baru sebagai service provider (SP). SP bertujuan membantu kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk meningkatkan mutu pendidikan. SP ini merupakan salah satu wujud dari slogan Unimed untuk Membangun Negeri dari Sekolah. Rektor Unimed Prof Dr Syawal Gultom dikenal sebagai pekerja keras dan visioner. Diberbagai kesempatan, Pak Syawal selalu menga-takan kemajuan sebuah bangsa di masa depan ditentukan oleh proses belajar masa kini. Sekolah merupakan kunci pembangunan. Sekolah bertanggung jawab melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas dan

mampu membawa negeri ini menuju era kemajuan. “Sekolah yang bermutu akan berkontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu kita harus membangun bangsa dari sekolah,” terangnya.

Dibutuhkan kerja sama antara LPTK, pemerintah daerah (Pemda) dan sekolah itu sendiri, untuk menciptakan sekolah bermutu. Tanggungjawab Unimed sebagai LPTK tidak hanya soal mendidik calon guru, tetapi juga ikut menjaga dan meningkatkan mutu guru yang sudah ada di Sumut. Hal itu sesuai dengan misi kedua Unimed yaitu mengembangkan Unimed menjadi teaching and research

institution yang unggul. Misi ini merupakan basis yang kuat untuk menjalankan peran Unimed sebagai service provider.

Service provider merupakan lembaga yang memberikan dukungan teknis kepada kabupaten/kota untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dosen-dosen Unimed akan membantu daerah melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, pembuatan renstra pendidikan, penataan dan pemerataan guru dan pendidikan inklusif. Unimed menyediakan tenaga ahli, materi pelatihan dan metodologi. Sedangkan kabupaten kota mendukung kegiatan melalui kebijakan dan anggaran.

163 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 163

Unimed dan USAID PRIORITAS telah bekerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sumut sejak 2012. Dosen-dosen Unimed terlibat dalam merancang dan melaksanakan berbagai pelatihan, workshop, dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya. Selama kurun waktu 2012 – 2015, USAID PRIORITAS telah melatih 15.965 pendidik (dosen, guru, kepala sekolah, pengawas, komite dan pejabat strukural) di Sumut. Dukungan ini telah menjangkau lebih dari 2,532 sekolah (1.750 sekolah dasar, 88 madrasah ibtidaiyah, 615 sekolah menengah pertama dan 79 madrasah tsanawiyah).

Selain itu tercatat 30 orang dosen Unimed telah terlatih sebagai fasilitator baik untuk pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), pembuatan bahan ajar dan PTK (penelitian tindakan kelas). Tujuh dosen UNIMED telah berperan sebagai service provider untuk program PPG (penataan dan pemerataan guru) dan pengembangan keprofesian berkelanjutan). 64 dosen UNIMED telah mengikuti pelatihan pedagogy lecture. Sumberdaya manusia yang dimiliki UNIMED ini merupakan aset yang siap digunakan untuk bekerja sama dengan kabupaten/kota.

Di sisi lain kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS secara konsisten mengalokasikan dana untuk program diseminasi. Selama kurun waktu 2014 - 2015, tercatat anggaran diseminasi

yang telah digunakan sebesar Rp 15.879.214.300. Angggaran ini berasal dari APBD dan BOS.

Selain itu 10 daerah mitra USAID PRIORITAS telah mengalokasikan pagu anggaran di renstra pendidikan sebesar Rp 685 miliar untuk program peningkatan mutu. Anggaran ini bertujuan menjamin keberlanjutan kegiatan peningkatan mutu pendidikan pasca berakhirnya program USAID PRIORITAS di tahun 2017. Seluruh anggaran ini dialokasikan untuk mengcover enam topik kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS selama ini, yaitu: (1) Pembelajaran, (2) MBS, (3) budaya baca, (4) PKB, (5) pemera-taan distribusi guru dan (6) pendidi-kan inklusif.

Ketersediaan anggaran dan komitmen pemda merupakan peluang untuk mewujudkan motto Membangun Negeri dari Sekolah. UNIMED sudah memiliki sumberdaya manusia yang terlatih untuk melayani kebutuhan kabupaten/kota. Keterampilan dan pengalaman yang diperoleh dosen-dosen UNIMED ketika terlibat dalam program USAID PRIORITAS merupakan aset penting yang dimiliki Unimed. Selain itu dosen-dosen Unimed telah memiliki pengalaman bekerjasama dengan daerah melalui program USAID PRIORITAS sehingga kerjasama dengan daerah akan lebih mudah dilakukan.

Pelembagaan

Guna mengimplementasikan kerjasama dengan kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS, Unimed, maka membentuk lembaga service provider. SP akan diresmikan melalui surat keputusan Rektor Unimed. Lembaga ini nantinya akan langsung bertanggung jawab kepada Rektor Unimed.

Sesungguhnya peran sebagai service provider merupakan peran yang telah menyatu dengan keseharian UNIMED sebagaimana tergambar dalam tujuan universitas. Salah satu tujuan tersebut adalah mengembangkan UNIMED sebagai pusat inovasi pembelajaran dan penelitian adalah bentuk nyata dari sustainabilitas peran UNIMED sebagai service provider yang dapat diandalkan akan menjamin mutu penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang semula dikelola USAID Prioritas.

Adapun struktur dan layanan yang diberikan SP adalah:

1. Divisi Pengembangan Sekolah.

2. Divisi Pengembangan Guru

3. Divisi Pengembangan Dosen

4. Divisi Tata Kelola Manajemen Pendidikan

5. Divisi Monitoring dan Evaluasi

6. Divisi Komunikasi dan Praktik yang Baik.

Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom, saat menyampaikan rencana pengintegrasian program USAID PRIORITAS di kampusnya.

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 176: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)164 165 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 165

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Pada umumnya kampus memberikan kesempatan

mahasiswa berinteraksi dengan sekolah, pada semester akhir

melalui program PPL. Setelah belajar selama dua bulan tentang penyiapan calon guru di Michigan State University (MSU) Amerika,

dosen-dosen UNY dan UINSA melakukan pembaharuan.

Universitas Negeri Yogyakarta - “Ternyata kampus itu perlu memberi banyak praktik pengalaman di sekolah. Hal itu yang saya lihat dalam program di MSU. Misalnya semester awal mereka sudah harus ke sekolah. Semuanya terprogram dan terintegrasi dalam tiap mata kuliah,” kata Ibu Unik Ambarwati MPd, dosen PGSD UNY.

Dia menyontohkan awalnya mahasiswa harus mengobservasi satu siswa, kemudian diperlebar menjadi 3 siswa, lalu melihat bagaimana guru mengajar dan seterusnya. “Pengalaman-pengalaman itu banyak sekali yang dapat dijadikan bekal mahasiswa sebelum mereka benar-benar mengajar. Semuanya dikreasi dan tersistematis dalam kurikulum perkuliahan mahasiswa sejak semester awal,” tegasnya.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Ibu Unik untuk mewujudkan lesson learned yang didapatkan di MSU adalah mengubah pola mata kuliah pembua-tan media yang diampunya. Bentuk perubahannya yaitu dengan memberi pelayanan kepada sekolah (service

learning). Pelayanan ini akan langsung mendekatkan mahasiswa Semester I dengan sekolah dan mahasiswa menjadi lebih memahami kondisi sekolah secara riil. Ibu Unik memberi tugas kepada mahasiswa dengan cara memberikan pelayanan kepada sekolah (service learning). Proses perkuliahan yang dilakukannya sebagai berikut:

Membentuk panitia

Panitia service learning terdiri dari lima orang mahasiswa dari enam kelas yang diampu. Mereka bertugas untuk menyiapkan segala hal terkait tugas tersebut. Di antaranya mencari sekolah yang tersebar di lima wilayah Yogyakarta, mengatur pola kedatangan, mengatur acara seremoni, membuat sertifikat kenang-kenangan,dan memastikan kegiatan berlangsung dengan baik.

Penugasan observasi awal dan membuat laporan

Setelah terbentuk panitia, mahasiswa yang telah terbagi dalam kelompok-kelompok melakukan observasi ke sekolah. Mereka melakukan analisis kebutuhan media di sekolah. Mereka berdiskusi dengan guru, siswa, dan kepala sekolah untuk memetakan kebutuhan media yang diperlukan.

Analisis tersebut di antaranya melihat kebutuhan media dari lingkungan sekolah, materi atau konsep yang sulit dikuasai siswa dan membutuhkan alat bantu berupa media, perbedaan individu siswa, dan sosial budaya siswa di lingkungan sekolah. Analisis tersebut

Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal

Mahasiswa UNY mengamati permainan Monopoli budaya buatannya yang sedang dimainkan oleh siswa kelas IV SDN Keputran 1 Yogyakarta. Media yang mereka buat dimanfaatkan siswa dalam pembelajaran.

dirangkum dalam sebuah laporan untuk dikonsultasikan dengan dosen. Dari hasil laporan tersebut mereka membuat sebuah rekomendasi media yang paling dibutuhkan di sekolah. Media tersebut kemudian mereka desain dan kembangkan di perkuliahan.

Konsultasi dan presentasi prototipe media

Setelah mereka membuat analisis da-lam laporan, setiap kelompok presen-tasi media yang akan dikembangkan. Alasan dan rasionalisasi, dasar, teori, proses merancang, dan bahan media dibicarakan dalam pertemuan ini. Tiga pertemuan konsultasi dan presentasi memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menerima masukan.

Pameran Prototipe

Usai membuat prototipe dan mem-buat rencana pembelajaran serta penggunaan media, mahasiswa kemu-dian melakukan pameran hasil karya mereka. Dalam pameran, mereka mendapatkan masukan dari mahasiswa lain, dosen, guru dan siswa yang men-coba menggunakan media tersebut.

“Oh ternyata sulit ya untuk menggunakan media ini kalau kecil. Bagaimana kalau sebaiknya dadunya diperbesar dan latarnya diperbesar sehingga mampu menampung banyak siswa,” masukan dari salah satu pengunjung.

Jumlah media terbanyak adalah media IPA, matematika, dan selanjutnya tematik sehingga total media yang

telah dibuat dan disumbangkan berjumlah 75 media. “Materi yang dirasa sulit di sekolah adalah materi tersebut. Saya juga telah membagi mereka menjadi kelompok kelas awal dan kelas tinggi. Supaya merata pengalaman yang mereka dapatkan,” jelas Ibu Unik.

Finalisasi dan serah terima media di sekolah

Media pembelajaran yang telah selesai dibuat kemudian diberikan kepada sekolah. Acara ini dikemas dalam sebuah kegiatan bertajuk 'Bakti PGSD UNY untuk Yogya Cendekia'. Acara disusun oleh panitia kecil mulai dari pengenalan media, penggunaan media yang disupervisi oleh guru dan kepala sekolah, outbond edukatif oleh tim mahasiswa, sampai dengan penyerahan piagam dan media kepada sekolah.

Salah satu contohnya yaitu, media pembelajaran wisata bangun ruang yang diberikan ke SDN Menguri, Kulonprogo Yogyakarta. Media tematik ini mengangkat mata pelajaran mate-matika dan bahasa Indonesia khusus-nya adalah bangun ruang. Bangun ruang didesain dalam banyak bentuk, ada kubus, balok, yang dapat dibuka sehingga terlihat jaring-jaring bangun.

Dalam bahasa Indonesia, media ini dapat digunakan untuk menjelaskan mata angin dan denah; mengubah letak bangun sesuai keinginan; meminta siswa menyebutkan jalur apa saja yang dilewati misalnya, tujuan ke sekolah, dari rumah ke arah Timur melewati

perkemahan, kemudian ke arah Utara melewati gedung kantor, dll.

“Bu saya sering mengikuti pelatihan matematika, tapi yang mahasiswa praktikkan dengan media pembelajaran ini masih baru buat saya. Terima kasih. Saya jadi belajar hal baru dari mahasiswa njenengan,” kesan yang disampaikan Ibu Aisyah, guru kelas V SDN Nglangeran, Yogyakarta.

Ubah PPL 1

Sementara di UIN Sunan Ampel Sura-baya (UINSA), sejak semester awal mahasiswa juga sudah didekatkan dengan sekolah. Beberapa mata kuliah bahkan mewajibkan mahasiswa mela-kukan kegiatan di sekolah. Kegiatannya, mulai hanya melakukan observasi pem-belajaran, berdiskusi atau mewawan-carai guru di sekolah, observasi perbedaan individu siswa dan cara menanganinya, sampai praktik mengajar team teaching bersama guru pamong di sekolah.

Perubahan juga terjadi pada mata kuliah PPL 1. Sebelumnya, perkuliahan hanya dilaksanakan di kampus. Mulai tahun 2016 mahasiswa sudah dilibat-kan ke sekolah. “Mereka ditugaskan untuk mengamati pembelajaran, dan menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. Kemudian di kampus mereka membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasar hasil pengamatannya,” kata Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen UINSA yang ikut dalam kegiatan di MSU.

Page 177: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)164 165 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 165

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Pada umumnya kampus memberikan kesempatan

mahasiswa berinteraksi dengan sekolah, pada semester akhir

melalui program PPL. Setelah belajar selama dua bulan tentang penyiapan calon guru di Michigan State University (MSU) Amerika,

dosen-dosen UNY dan UINSA melakukan pembaharuan.

Universitas Negeri Yogyakarta - “Ternyata kampus itu perlu memberi banyak praktik pengalaman di sekolah. Hal itu yang saya lihat dalam program di MSU. Misalnya semester awal mereka sudah harus ke sekolah. Semuanya terprogram dan terintegrasi dalam tiap mata kuliah,” kata Ibu Unik Ambarwati MPd, dosen PGSD UNY.

Dia menyontohkan awalnya mahasiswa harus mengobservasi satu siswa, kemudian diperlebar menjadi 3 siswa, lalu melihat bagaimana guru mengajar dan seterusnya. “Pengalaman-pengalaman itu banyak sekali yang dapat dijadikan bekal mahasiswa sebelum mereka benar-benar mengajar. Semuanya dikreasi dan tersistematis dalam kurikulum perkuliahan mahasiswa sejak semester awal,” tegasnya.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Ibu Unik untuk mewujudkan lesson learned yang didapatkan di MSU adalah mengubah pola mata kuliah pembua-tan media yang diampunya. Bentuk perubahannya yaitu dengan memberi pelayanan kepada sekolah (service

learning). Pelayanan ini akan langsung mendekatkan mahasiswa Semester I dengan sekolah dan mahasiswa menjadi lebih memahami kondisi sekolah secara riil. Ibu Unik memberi tugas kepada mahasiswa dengan cara memberikan pelayanan kepada sekolah (service learning). Proses perkuliahan yang dilakukannya sebagai berikut:

Membentuk panitia

Panitia service learning terdiri dari lima orang mahasiswa dari enam kelas yang diampu. Mereka bertugas untuk menyiapkan segala hal terkait tugas tersebut. Di antaranya mencari sekolah yang tersebar di lima wilayah Yogyakarta, mengatur pola kedatangan, mengatur acara seremoni, membuat sertifikat kenang-kenangan,dan memastikan kegiatan berlangsung dengan baik.

Penugasan observasi awal dan membuat laporan

Setelah terbentuk panitia, mahasiswa yang telah terbagi dalam kelompok-kelompok melakukan observasi ke sekolah. Mereka melakukan analisis kebutuhan media di sekolah. Mereka berdiskusi dengan guru, siswa, dan kepala sekolah untuk memetakan kebutuhan media yang diperlukan.

Analisis tersebut di antaranya melihat kebutuhan media dari lingkungan sekolah, materi atau konsep yang sulit dikuasai siswa dan membutuhkan alat bantu berupa media, perbedaan individu siswa, dan sosial budaya siswa di lingkungan sekolah. Analisis tersebut

Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal

Mahasiswa UNY mengamati permainan Monopoli budaya buatannya yang sedang dimainkan oleh siswa kelas IV SDN Keputran 1 Yogyakarta. Media yang mereka buat dimanfaatkan siswa dalam pembelajaran.

dirangkum dalam sebuah laporan untuk dikonsultasikan dengan dosen. Dari hasil laporan tersebut mereka membuat sebuah rekomendasi media yang paling dibutuhkan di sekolah. Media tersebut kemudian mereka desain dan kembangkan di perkuliahan.

Konsultasi dan presentasi prototipe media

Setelah mereka membuat analisis da-lam laporan, setiap kelompok presen-tasi media yang akan dikembangkan. Alasan dan rasionalisasi, dasar, teori, proses merancang, dan bahan media dibicarakan dalam pertemuan ini. Tiga pertemuan konsultasi dan presentasi memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menerima masukan.

Pameran Prototipe

Usai membuat prototipe dan mem-buat rencana pembelajaran serta penggunaan media, mahasiswa kemu-dian melakukan pameran hasil karya mereka. Dalam pameran, mereka mendapatkan masukan dari mahasiswa lain, dosen, guru dan siswa yang men-coba menggunakan media tersebut.

“Oh ternyata sulit ya untuk menggunakan media ini kalau kecil. Bagaimana kalau sebaiknya dadunya diperbesar dan latarnya diperbesar sehingga mampu menampung banyak siswa,” masukan dari salah satu pengunjung.

Jumlah media terbanyak adalah media IPA, matematika, dan selanjutnya tematik sehingga total media yang

telah dibuat dan disumbangkan berjumlah 75 media. “Materi yang dirasa sulit di sekolah adalah materi tersebut. Saya juga telah membagi mereka menjadi kelompok kelas awal dan kelas tinggi. Supaya merata pengalaman yang mereka dapatkan,” jelas Ibu Unik.

Finalisasi dan serah terima media di sekolah

Media pembelajaran yang telah selesai dibuat kemudian diberikan kepada sekolah. Acara ini dikemas dalam sebuah kegiatan bertajuk 'Bakti PGSD UNY untuk Yogya Cendekia'. Acara disusun oleh panitia kecil mulai dari pengenalan media, penggunaan media yang disupervisi oleh guru dan kepala sekolah, outbond edukatif oleh tim mahasiswa, sampai dengan penyerahan piagam dan media kepada sekolah.

Salah satu contohnya yaitu, media pembelajaran wisata bangun ruang yang diberikan ke SDN Menguri, Kulonprogo Yogyakarta. Media tematik ini mengangkat mata pelajaran mate-matika dan bahasa Indonesia khusus-nya adalah bangun ruang. Bangun ruang didesain dalam banyak bentuk, ada kubus, balok, yang dapat dibuka sehingga terlihat jaring-jaring bangun.

Dalam bahasa Indonesia, media ini dapat digunakan untuk menjelaskan mata angin dan denah; mengubah letak bangun sesuai keinginan; meminta siswa menyebutkan jalur apa saja yang dilewati misalnya, tujuan ke sekolah, dari rumah ke arah Timur melewati

perkemahan, kemudian ke arah Utara melewati gedung kantor, dll.

“Bu saya sering mengikuti pelatihan matematika, tapi yang mahasiswa praktikkan dengan media pembelajaran ini masih baru buat saya. Terima kasih. Saya jadi belajar hal baru dari mahasiswa njenengan,” kesan yang disampaikan Ibu Aisyah, guru kelas V SDN Nglangeran, Yogyakarta.

Ubah PPL 1

Sementara di UIN Sunan Ampel Sura-baya (UINSA), sejak semester awal mahasiswa juga sudah didekatkan dengan sekolah. Beberapa mata kuliah bahkan mewajibkan mahasiswa mela-kukan kegiatan di sekolah. Kegiatannya, mulai hanya melakukan observasi pem-belajaran, berdiskusi atau mewawan-carai guru di sekolah, observasi perbedaan individu siswa dan cara menanganinya, sampai praktik mengajar team teaching bersama guru pamong di sekolah.

Perubahan juga terjadi pada mata kuliah PPL 1. Sebelumnya, perkuliahan hanya dilaksanakan di kampus. Mulai tahun 2016 mahasiswa sudah dilibat-kan ke sekolah. “Mereka ditugaskan untuk mengamati pembelajaran, dan menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. Kemudian di kampus mereka membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasar hasil pengamatannya,” kata Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen UINSA yang ikut dalam kegiatan di MSU.

Page 178: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - UINSA bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya mengembangkan 56 judul buku bacaan berjenjang untuk siswa kelas awal SD/MI. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang isinya disesuaikan dengan jenjang (tingkat) kemampuan membaca siswa. Isi buku mulai terdiri dari satu kata dan satu gambar untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang terdiri dari beberapa paragraf dan gambar untuk siswa yang sudah lancar membaca.

“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akse-literasi di Surabaya atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi

Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah

dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang yang konteksnya sesuai dengan Surabaya dan relevan dengan program pembelajaran di madrasah yang bernuansa keagamaan,” kata Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen yang juga ketua laboratorium pembelajaran FTK UINSA itu.

UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari USAID. Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI. Pembuatan buku bacaan berjenjang ini memperkaya buku-buku yang relevan untuk siswa kelas awal SD/MI yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat membacanya.

Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku- bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.

Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar

Ibu Evi (kiri) dan Ibu Hernik menunjukkan satu seri buku bacaan berjenjang yang mereka buat.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)166

buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi yang dibuat oleh dosen UINSA.

Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar cover berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya. “Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut.

Buku lainnya yang berwarna ungu berjudul Kota Surabaya. Gambar cover memperlihatkan ikon-ikon Kota Surabaya, seperti patung Sura (ikan Hiu) dan Buaya, monumen kapal selam, tugu pahlawan, dan monumen bambu runcing. Isi buku ini lebih panjang yang terdiri dari 3-4 kalimat dengan mendeskripsikan ikon-ikon kota Surabaya tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Ibu Evi.

Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada tujuh warna

yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.

Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 digunakan tim pusta-kawan Surabaya untuk menilai ke-mampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.

KKN Literasi

Sebagai upaya mendekatkan mahasiswa untuk lebih mencintai buku, sejak awal 2016 lalu Universitas UINSA melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. KKN literasi ini merupakan kegiatan pilihan selain KKN regular dimana mahasiswa selama 6 bulan melakukan kegiatan magang di perpustakaan madrasah atau pondok pesantren. Dalam kegiatan ini, UINSA juga bekerja sama dengan Badan

Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya terutama untuk menyeleksi para calon mahasiswa KKN literasi.

Dijelaskan oleh Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, kegiatan KKN literasi awalnya dikhususkan bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA. Kegiatan ini bisa diikuti oleh mahasiswa mulai semester V hingga 6 bulan ke depan. Peserta KKN literasi harus mengikuti seleksi tertulis yakni: tes psikologi, tes kepribadian, tes prestasi kerja, dan tes pedagogik.

“Setelah lolos seleksi, mahasiswa kemudian akan mengikuti pembekalan dan magang selama satu hari di Per-

Contoh isi buku bacaan berjenjang.

167 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 167

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 179: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

UIN Sunan Ampel Surabaya - UINSA bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya mengembangkan 56 judul buku bacaan berjenjang untuk siswa kelas awal SD/MI. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang isinya disesuaikan dengan jenjang (tingkat) kemampuan membaca siswa. Isi buku mulai terdiri dari satu kata dan satu gambar untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang terdiri dari beberapa paragraf dan gambar untuk siswa yang sudah lancar membaca.

“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akse-literasi di Surabaya atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi

Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah

dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang yang konteksnya sesuai dengan Surabaya dan relevan dengan program pembelajaran di madrasah yang bernuansa keagamaan,” kata Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen yang juga ketua laboratorium pembelajaran FTK UINSA itu.

UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari USAID. Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI. Pembuatan buku bacaan berjenjang ini memperkaya buku-buku yang relevan untuk siswa kelas awal SD/MI yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat membacanya.

Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku- bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.

Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar

Ibu Evi (kiri) dan Ibu Hernik menunjukkan satu seri buku bacaan berjenjang yang mereka buat.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)166

buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi yang dibuat oleh dosen UINSA.

Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar cover berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya. “Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut.

Buku lainnya yang berwarna ungu berjudul Kota Surabaya. Gambar cover memperlihatkan ikon-ikon Kota Surabaya, seperti patung Sura (ikan Hiu) dan Buaya, monumen kapal selam, tugu pahlawan, dan monumen bambu runcing. Isi buku ini lebih panjang yang terdiri dari 3-4 kalimat dengan mendeskripsikan ikon-ikon kota Surabaya tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Ibu Evi.

Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada tujuh warna

yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.

Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 digunakan tim pusta-kawan Surabaya untuk menilai ke-mampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.

KKN Literasi

Sebagai upaya mendekatkan mahasiswa untuk lebih mencintai buku, sejak awal 2016 lalu Universitas UINSA melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. KKN literasi ini merupakan kegiatan pilihan selain KKN regular dimana mahasiswa selama 6 bulan melakukan kegiatan magang di perpustakaan madrasah atau pondok pesantren. Dalam kegiatan ini, UINSA juga bekerja sama dengan Badan

Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya terutama untuk menyeleksi para calon mahasiswa KKN literasi.

Dijelaskan oleh Ibu Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, kegiatan KKN literasi awalnya dikhususkan bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA. Kegiatan ini bisa diikuti oleh mahasiswa mulai semester V hingga 6 bulan ke depan. Peserta KKN literasi harus mengikuti seleksi tertulis yakni: tes psikologi, tes kepribadian, tes prestasi kerja, dan tes pedagogik.

“Setelah lolos seleksi, mahasiswa kemudian akan mengikuti pembekalan dan magang selama satu hari di Per-

Contoh isi buku bacaan berjenjang.

167 Inisiatif Praktik yang Baik dari LPTK 167

Inisiatif Praktik yang Baikdari LPTK

Page 180: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

pustakaan Kota Surabaya,” ungkap Ibu Evi. Bagi mahasiswa yang lolos seleksi dan mengikuti KKN literasi maka dia tidak lagi mengikuti KKN regular.

Selama pembekalan, materi-materi tentang literasi dari modul USAID PRIORITAS juga diajarkan pada calon mahasiswa KKN literasi. Di antaranya tentang budaya baca, menciptakan lingkungan kelas yang literat, membaca bersama, membaca terbimbing, dan strategi membangun kerja sama literasi dengan pihak luar sekolah.

Materi-materi tersebut nantinya akan diimplementasikan oleh mahasiswa KKN Literasi melalui kegiatan-kegiatan seperti penataan sudut baca, membaca senyap, serta kegiatan story telling dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak luar sekolah terutama dalam hal pengadaan koleksi buku.

Angkatan 1 KKN Literasi dilaksanakan pada Bulan Januari-Maret 2016 dan diikuti oleh 154 mahasiswa. Sedangkan saat ini sedang berjalan 133 mahasis-wa KKN literasi yang berlangsung mulai Juli-Desember 2016. Mereka magang di 63 madrasah (MI dan MTs) serta pondok pesantren di Surabaya dan sekitarnya. Tugas utama mahasiswa KKN literasi ini adalah melakukan revitalisasi perpus-takaan dan mensinergikan perpusta-kaan dalam kurikulum wajib baca.

Kegiatan revitalisasi perpustakaan meliputi pembenahan fisik dan pembenahan administrasi perpustakaan. Dalam pembenahan

administrasi dilakukan pengadaan buku pengunjung, pengindukan buku, labeling buku, dan katalogisasi buku sedangkan reviltasasi fisik dilakukan berupa pentaan ulang ruangan perpustakaan sehingga nyaman dan kondusif untuk digunakan.

Selain pembenahan fisik dan administrasi juga dilakukan kegiatan wajib kunjung perpustakaan yang bertujuan untuk mensinergikan perpustakaan dalam kurikulum wajib baca serta menjadikan siswa lebih mencintai buku. Kegiatan ini dilaksanakan minimal satu kali seminggu sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya dan dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan berbagai layanan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Literasi seperti layanan teknik membaca, layanan story telling, dan layanan mind mapping.

Dampak dari kegiatan KKN literasi ini menurut Ibu Evi, banyak perpustakaan yang didampingi oleh mahasiswa kemudian melakukan perubahan dari sisi sarana prasarana, program perpustakaan, kunjungan siswa ke perpustakaan yang terus naik, dan pembelajaran sekolah yang mulai memanfaatkan perpustakaan. Seperti diungkapkan oleh Bapak M Arif SPdI, Kepala MI Darul Hijjroh, menurutnya adanya program KKN Literasi mampu menumbuhkan minat baca siswa-siswa di madrasahnya. Hal itu dapat dilihat antusiasme siswa dalam hal membaca dan berkunjung ke perpustakaan madrasah.

Siswa tampak sedang membaca buku di perpustakaan yang didampingi mahasiswa KKN.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)168

LPTK Mitra dan LPTK Konsorsium USAID PRIORITAS

LPTK MITRAAceh: Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry

Sumatra Utara: Universitas Negeri Medan, UIN Sumatra Utara Banten: IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Universitas Sultan Agung Tirtayasa

Jawa Barat: Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Sunan Gunung DjatiJawa Tengah: Universitas Negeri Semarang, UIN Walisongo Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta

Jawa Timur: Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, UIN Sunan AmpelSulawesi Selatan: Universitas Negeri Makassar, UIN Alaudin Makassar

Papua Barat: STKIP Muhammadiyah Manokwari

LPTK KONSORSIUMAceh: Universitas Al Muslim, Universitas Jabal Ghafur, Universitas Serambi Mekkah,

Universitas Muhammadiyah AcehSumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah,

Universitas HKBP Nommensen, Universitas Sisingamangaraja TapanuliBanten: Universitas Mathla'ul Anwar Pandeglang, Universitas Muhammadiyah Tangerang,

Universitas Banten Jaya Serang, STKIP Setiabudhi RangkasbitungJawa Barat: Universitas Islam Nusantara Bandung, Universitas Pasundan Bandung, STAI Siliwangi Cimahi,

Institut Agama Islam Darussalam CiamisJawa Tengah: Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas PGRI Semarang, IAIN Purwokerto,

STAIN Pekalongan, Universitas Sebelas Maret SurakartaJawa Timur: Universitas Nusantara PGRI Kediri, Universitas PGRI Adi Buana,

IKIP PGRI Madiun, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, STAIN Tulung Agung, STAIN PonorogoSulawesi Selatan: Universitas Cokroaminoto Palopo, Universitas Muhammadiyah Pare-pare,

Universitas Muhammadiyah Makassar, dan STAIN Palopo

Page 181: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

pustakaan Kota Surabaya,” ungkap Ibu Evi. Bagi mahasiswa yang lolos seleksi dan mengikuti KKN literasi maka dia tidak lagi mengikuti KKN regular.

Selama pembekalan, materi-materi tentang literasi dari modul USAID PRIORITAS juga diajarkan pada calon mahasiswa KKN literasi. Di antaranya tentang budaya baca, menciptakan lingkungan kelas yang literat, membaca bersama, membaca terbimbing, dan strategi membangun kerja sama literasi dengan pihak luar sekolah.

Materi-materi tersebut nantinya akan diimplementasikan oleh mahasiswa KKN Literasi melalui kegiatan-kegiatan seperti penataan sudut baca, membaca senyap, serta kegiatan story telling dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak luar sekolah terutama dalam hal pengadaan koleksi buku.

Angkatan 1 KKN Literasi dilaksanakan pada Bulan Januari-Maret 2016 dan diikuti oleh 154 mahasiswa. Sedangkan saat ini sedang berjalan 133 mahasis-wa KKN literasi yang berlangsung mulai Juli-Desember 2016. Mereka magang di 63 madrasah (MI dan MTs) serta pondok pesantren di Surabaya dan sekitarnya. Tugas utama mahasiswa KKN literasi ini adalah melakukan revitalisasi perpus-takaan dan mensinergikan perpusta-kaan dalam kurikulum wajib baca.

Kegiatan revitalisasi perpustakaan meliputi pembenahan fisik dan pembenahan administrasi perpustakaan. Dalam pembenahan

administrasi dilakukan pengadaan buku pengunjung, pengindukan buku, labeling buku, dan katalogisasi buku sedangkan reviltasasi fisik dilakukan berupa pentaan ulang ruangan perpustakaan sehingga nyaman dan kondusif untuk digunakan.

Selain pembenahan fisik dan administrasi juga dilakukan kegiatan wajib kunjung perpustakaan yang bertujuan untuk mensinergikan perpustakaan dalam kurikulum wajib baca serta menjadikan siswa lebih mencintai buku. Kegiatan ini dilaksanakan minimal satu kali seminggu sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya dan dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan berbagai layanan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Literasi seperti layanan teknik membaca, layanan story telling, dan layanan mind mapping.

Dampak dari kegiatan KKN literasi ini menurut Ibu Evi, banyak perpustakaan yang didampingi oleh mahasiswa kemudian melakukan perubahan dari sisi sarana prasarana, program perpustakaan, kunjungan siswa ke perpustakaan yang terus naik, dan pembelajaran sekolah yang mulai memanfaatkan perpustakaan. Seperti diungkapkan oleh Bapak M Arif SPdI, Kepala MI Darul Hijjroh, menurutnya adanya program KKN Literasi mampu menumbuhkan minat baca siswa-siswa di madrasahnya. Hal itu dapat dilihat antusiasme siswa dalam hal membaca dan berkunjung ke perpustakaan madrasah.

Siswa tampak sedang membaca buku di perpustakaan yang didampingi mahasiswa KKN.

Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)168

LPTK Mitra dan LPTK Konsorsium USAID PRIORITAS

LPTK MITRAAceh: Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry

Sumatra Utara: Universitas Negeri Medan, UIN Sumatra Utara Banten: IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Universitas Sultan Agung Tirtayasa

Jawa Barat: Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Sunan Gunung DjatiJawa Tengah: Universitas Negeri Semarang, UIN Walisongo Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta

Jawa Timur: Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, UIN Sunan AmpelSulawesi Selatan: Universitas Negeri Makassar, UIN Alaudin Makassar

Papua Barat: STKIP Muhammadiyah Manokwari

LPTK KONSORSIUMAceh: Universitas Al Muslim, Universitas Jabal Ghafur, Universitas Serambi Mekkah,

Universitas Muhammadiyah AcehSumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah,

Universitas HKBP Nommensen, Universitas Sisingamangaraja TapanuliBanten: Universitas Mathla'ul Anwar Pandeglang, Universitas Muhammadiyah Tangerang,

Universitas Banten Jaya Serang, STKIP Setiabudhi RangkasbitungJawa Barat: Universitas Islam Nusantara Bandung, Universitas Pasundan Bandung, STAI Siliwangi Cimahi,

Institut Agama Islam Darussalam CiamisJawa Tengah: Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas PGRI Semarang, IAIN Purwokerto,

STAIN Pekalongan, Universitas Sebelas Maret SurakartaJawa Timur: Universitas Nusantara PGRI Kediri, Universitas PGRI Adi Buana,

IKIP PGRI Madiun, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, STAIN Tulung Agung, STAIN PonorogoSulawesi Selatan: Universitas Cokroaminoto Palopo, Universitas Muhammadiyah Pare-pare,

Universitas Muhammadiyah Makassar, dan STAIN Palopo

Page 182: Praktik yang Baik dalam PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK … · baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang

USAID PRORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email: [email protected]